Upload
dangtu
View
266
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TUGAS AKHIR
PERAN FAKTOR LOKASI DALAM PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN KAMPUNG BATIK KAUMAN
SURAKARTA
Disusun Oleh :
NINDYA AYU WARDANI
I 0607057
Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai
Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kata Pengantar iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan seijinnya, penulis dapat
menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul Peran Faktor Lokasi dalam
Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman Surakarta. Laporan
ini disusun sebagai syarat menempuh jenjang Strata-1 Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan
berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
a. Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret
b. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret
c. Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret
d. Ir. Ana Hardiana, MT selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan
dan saran yang diberikan.
e. Murtanti Jani Rahayu ST, MT dan Ir. Rizon Pamardhi Utomo, MURP selaku
dosen pembimbing Mata Kuliah Seminar dan Tugas Akhir, atas bimbingan,
masukan, saran, kritik dan kesabaran selama penyusunan Tugas Akhir hingga
selesai.
f. Istijabatul Aliyah, ST, MT dan Ir. Hari Yuliarso, MT selaku dosen penguji
dalam Sidang Tugas Akhir, atas kritik dan saran yang membangun.
g. Ibuku tersayang, Mth. SS. Purwatiningsih atas doa, dukungan dan semangat.
h. Untuk Bapak (Alm) yang memberi inspirasi, kenangan, semangat dan cita-cita
yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kata Pengantar iv
i. My beloved family, Mas Black, Mbak Rini, Mbak Dina, Mas Yoko, Mbak
Yuli, Dik Vava, Tasya, Sekar, Rhadja, Sultan, Juna, Petrina, Bulek Lilik untuk
doa, keceriaan, dan dukungan.
j. Drafter peta Refa Kurniawan Ajie, terimaksih untuk hasil peta yang
melengkapi penelitian ini.
k. Agung Tri Kuncoro yang membantu display TA jadi lebih menarik.
l. Diana, Rizky, Namek, Robeth, Dya, terimakasih sudah berkenan berputar-
putar dan panas-panasan membantuku survey.
m. Plano-Nol Tujuh, untuk kekompakan, teman diskusi, pelajaran, keseruan,
kenangan, dan semangat. Sangat bangga menjadi bagian dari kalian.
n. Untuk seseorang atas mata, telinga dan semangat untuk menjadi teman debat
yang tangguh, menemani diskusi, cari referensi dan proses lainnya dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
o. Dinas Tata Ruang Kota Surakarta, BPN, Bappeda, DPU, Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata atas bantuan dan kemudahan dalam memperoleh data.
p. Kelurahan Kauman, Paguyuban Kampung Batik Kauman dan masyarakat
Kauman.
q. Terimaksih untuk semua pihak yang membantu dan tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini, masih terdapat banyak
kekurangan. penulis mengharapkan banyak masukan, saran dan kritik guna
perbaikan dan penyempurnaan tulisan dan penelitian berikutnya. Akhirnya penulis
haturkan banyak terima kasih dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
Surakarta, Agustus 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Motto v
MOTTO :
If you have a commitment to do somethings, you have to stick with it.
It’s not because you have to, but it’s because you want it.
(W. Smith)
Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi
indah, dan dengan agama kehidupan menjadi terarah dan bermakna.
(H. A. Mukti Ali)
Malas itu penyakit, maka obatilah dan jangan biarkan kamu hidup
dengan penyakit itu
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Abstrak xvi
ABSTRAK
Lokasi merupakan area yang dikenali dan dibatasi sebagai tempat kegiatan
manusia, yang dapat diartikan sebagai kondisi geografis, yang memiliki
keunggulan komparatif yang berbeda bagi aktivitas didalamnya. Lokasi
merupakan faktor yang berperan untuk menentukan aktivitas ekonomi mampu
berkembang atau tidak, yang akan mengukur kesesuaian lokasi untuk kegiatan
ekonomi.
Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, maka akan
diketahui identifikasi faktor lokasi, perkembangan perekonomian dan peran faktor
lokasi dalam perkembangan perekonomian Kampung Batik Kauman Surakarta.
Analisis data dilakukan terhadap indikator faktor lokasi yang terdiri dari orientasi
lokasi, fisik dasar, potensi lahan, aksesibilitas dan sarana prasarana, serta alih
fungsi bangunan untuk kegiatan ekonomi, penambahan unit usaha, peningkatan
skala kegiatan, dan investasi sarana prasarana sebagai indikator perkembangan
perekonomian.
Kampung Kauman merupakan kawasan yang memiliki lokasi yang
strategis, dengan kondisi aksesibilitas yang baik. Kauman berkembang sebagai
lokasi ekonomi yaitu perdagangan dan industri yang dikemas dalam
pengembangan kawasan pariwisata Kampung Batik Kauman. perkembangan
kegiatan ekonomi berkembang pesat di sepanjang jalan utama, yaitu Jalan Yos
Sudarso, Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Dr. Radjiman, serta di lingkungan
permukiman. Perkembangan perekonomian di Kampung Batik Kauman paling
banyak muncul adalah perkembangan alih fungsi bangunan untuk kegiatan
ekonomi dan peningkatan skala kegiatan. Faktor lokasi Kampung Batik Kauman
dianggap tidak berperan dalam perkembangan kegiatan industri, bahkan
cenderung menghambat. Sementara itu, lokasi Kampung Batik Kauman lebih
sesuai untuk pengembangan kegiatan perdagangan dalam konsep pengembangan
pariwisata.
Kata Kunci: Peran, Ekonomi Wilayah, Lokasi, Kegiatan Ekonomi,
Perkembangan Perekonomian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Abstrak xvii
ABSTRACT
Location is an area that is identified and defined as the place of human
activity, which can be interpreted as geographical conditions, which has a distinct
comparative advantage for the activity therein. Location is a factor whose role is
to determine the economic activities capable of developing or not, which will
measure the suitability of locations for economic activity.
Using a descriptive qualitative research method, it will be known to
identify its location, economic development and the role of location factors in
economy development of Kampung Batik Kauman Surakarta. Data analysis was
performed on indicators of the location factor consisting of the orientation of the
location, physical basis, the potential of land, accessibility and infrastructure, as
well as the transfer function of the building for economic activity, the addition of
the business units, increased scale of activities, and infrastructure investment as
an indicator of economic development.
Kampung Batik Kauman is an area that has a strategic location with good
accessibility conditions. Kauman economy that is growing as a location for trade
and industry are packed in the development of the tourist area of Kampung Batik
Kauman. development of the rapidly growing economic activities along the main
roads, namely Jalan Yos Sudarso, Jalan Slamet Riyadi and Jalan Dr. Radjiman,
and in neighborhoods. Economic development in Kampung Batik Kauman most
emerging is the development over the function of buildings for economic activities
and increased scale of activities. Kampung Batik Kauman location factors
considered no role in the development of industrial activities, and even tend to
inhibit. Meanwhile, Kampung Batik Kauman more appropriate location for the
development of trading activity in the tourism development concept.
Keywords: Roles, Economic Region, Location, Economic Activity,
Economic Development
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendahuluan 1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan kerangka awal dalam pelaksanaan penelitian dan
penyusunan laporan penelitian. Dalam bab ini menerangkan mengenai latar
belakang yang menjadi gambaran dan dasar pelaksanaan penelitian, rumusan
masalah, tujuan, sasaran dan manfaat penelitian yang menjadi pemahaman
mengenai bentuk penelitian yang dilaksanakan. Selain itu, disusun pula
sistematika penulisan laporan untuk memberikan gambaran mengenai tahapan
pelaporan penelitian Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian
Kampung Batik Kauman Surakarta.
1.1. Latar Belakang
1.1.1. Faktor Lokasi Kegiatan Perekonomian
Kegiatan ekonomi merupakan aktivitas manusia yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dengan memanfaatan potensi yang dimiliki dalam
bentuk aktivitas produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa.
Kegiatan perekonomian cukup beragam seperti kegiatan industri, perdagangan,
jasa, pariwisata yang dibedakan berdasarkan lokasi dan lingkup pelayanan, bentuk
dan jenis kegiatan ekonominya, dan berdasarkan jenis kegiatan ekonomi.
Perekonomian adalah aspek perkotaan yang mempengaruhi pola
penggunaan lahan dan memberikan dampak luas bukan hanya terhadap ekonomi
masyarakat, akan tetapi juga pada kondisi sosial, budaya, dan fisik lingkungan.
Kegiatan perekonomian merupakan aktivitas yang dinamis yang saling terkait
dengan berbagai aspek perkotaan, serta mampu menjadi sektor yang
mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat sebagai subjek.
Kegiatan perekonomian tidak hanya berkaitan dengan pendapatan
masyarakat melainkan juga sebagai salah satu faktor yang mampu memberikan
karakteristik pada suatu kawasan. Pertumbuhan kegiatan ekonomi secara spasial
mengarah pada lokasi-lokasi strategis, yang berfungsi sebagai pusat aktivitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendahuluan 2
Pusat pertumbuhan akan menimbulkan tarikan kawasan serta arahan
pengembangan keluar kawasan (Retcliff dalam Yunus, 2008 : 66).
Dalam Teori Lokasi, kegiatan ekonomi selalu dikaitkan dengan lokasi
yang mendukung. Lokasi menjadi faktor utama yang dipertimbangkan dalam
merencanakan aktivitas ekonomi, dimana tahapan pemilihan lokasi dilaksanakan
dengan mempertimbangkan berbagai kriteria tertentu, seperti dekat dengan daerah
pemasaran, aksesibilitas yang baik, serta ketersediaan sumber daya pendukung
dengan tujuan mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan.
Lokasi merupakan area yang dikenali dan dibatasi sebagai tempat kegiatan
manusia, yang dapat diartikan sebagai kondisi geografis. Akan tetapi menurut
konsep dasar ilmu geografi, lokasi dapat diartikan juga secara relatif sebagai
sesuatu yang bergerak dan saling mempengaruhi dengan aktivitas didalamnya.
Lokasi memiliki sifat yang relatif jika dinilai dari artinya sebagai suatu tempat
atau area yang berbeda dan buatan, kebijakan penataan ruang, potensi SDA, serta
kaitan dengan wilayah disekitarnya. Lokasi yang satu dengan yang lain memiliki
keterkaitan dan diukur berdasarkan jarak antar lokasi, baik yang memiliki
aktivitas yang sama maupun berbeda (Tarigan 2005:1).
Lokasi memiliki keunggulan komparatif yang berbeda bagi kegiatan
tertentu disebabkan oleh beberapa kriteria lokasi seperti aspek lingkungan,
kualitas medan, karakter/ dimensi ruang yang menyangkut luas/ besaran, pola
pembangunan yang sudah ada, orientasi lokasi, aktivitas lokasi, dan faktor
ekonomi, social, dan politik (Tarigan 2005:122).
Lokasi merupakan faktor yang berperan untuk menentukan aktivitas ekonomi
mampu berkembang atau tidak, yang akan mengukur kesesuaian lokasi untuk
kegiatan ekonomi. Kegiatan perekonomian yang beragam juga membutuhkan
kondisi lokasi yang berbeda sesuai dengan bentuk dan jenis kegiatan yang
dilaksanakan.
Lokasi mampu mempengaruhi perkembangan skala kegiatan dan
pelayanannya dari kegiatan ekonomi, dimana lokasi suatu tempat akan
memberikan dampak terhadap standart upah tenaga kerja dan standar tempat
usaha yang mampu dikembangkan (Hok, 1989).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendahuluan 3
1.1.2. Lokasi Kelurahan Kauman sebagai Kawasan Strategis Kota
Surakarta
Kelurahan Kauman merupakan kawasan yang berlokasi di Kecamatan
Pasar Kliwon, Kota Surakarta, dengan luas wilayah sebesar 19,20 Ha. Kelurahan
ini berbatasan langsung dengan Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Kedung
Lumbu, Kelurahan Baluwarti dan Kelurahan Kemlayan. Berdasarkan data
monografi dinamis tahun 2011, Kelurahan ini dihuni oleh 3.528 jiwa yang terdiri
dari 1.807 penduduk laki-laki dan 1.721 penduduk perempuan.
Kelurahan Kauman merupakan kawasan yang berada tepat di pusat Kota
Surakarta dengan karakter sebagai kampung tradisional yang memiliki kaitan erat
dengan Keraton Kasunanan Surakarta. Kelurahan ini pada awalnya merupakan
kampung yang berfungsi sebagai tempat tinggal abdi dalem dan ulama yang
bertugas mengurus aktivitas di Masjid Agung Surakarta.
Kauman ditetapkan sebagai salah satu kawasan strategis Kota Surakarta.
Lokasi Kelurahan Kauman juga berada dalam lingkup segitiga budaya antara
Keraton Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran, dan Pasar Gedhe yang
memiliki potensi besar sebagai wilayah pengembangan dan sebagai pusat
pertumbuhan. Kauman juga dikelilingi oleh jalan utama kota seperti Jalan Dr.
Radjiman, Jalan Slamet Riyadi, dan Jalan Yos Sudarso sehingga aksesibilitas di
kawasan ini cukup baik untuk mendukung aktivitas didalamnya ( Mini Atlas Kota
Surakarta 2009).
Kelurahan Kauman identik dengan kondisi lingkungan dan masyarakat
yang masih mempertahankan nilai tradisional serta kebudayaan masa lalu sebagai
kampung santri. Kondisi ini menyebabkan masyarakat lebih akrab menyebut
lingkungan Kelurahan Kauman dengan nama Kampung Kauman, yang
menunjukkan sisi tradisional pada lingkungan yang berada di pusat Kota
Surakarta.
Sebagai kawasan yang berada di pusat kota, didukung dengan sarana
prasarana yang cukup lengkap, serta dukungan fasilitas lingkup kota yang
memiliki kondisi baik. Kauman juga dikelilingi oleh kegiatan komersial skala
regional, seperti Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo, Kawasan Perdagangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendahuluan 4
Nonongan dan Coyudan, serta Pasar Singosaren. Kondisi aksesibilitas yang baik
di lingkungan (internal dan eksternal), sehingga Kelurahan Kauman mampu
mengatasi jarak antara lokasi Kauman dengan lokasi lain di sekitarnya.
1.1.3. Kampung Kauman sebagai Pusat Kegiatan Ekonomi
Kegiatan perekonomian juga merupakan salah satu aspek yang
berkembang di Kampung Kauman Surakarta. Perkembangan kegiatan ekonomi di
Kampung Kauman, yang pada awalnya merupakan kampung santri ini dimulai
ketika para istri abdi dalem mengembangkan kemampuan membatik yang
dimiliki. Kegiatan batik merupakan cikal bakal pertumbuhan ekonomi di Kauman,
yang awalnya hanya menjadi kegiatan sampingan untuk memenuhi kebutuhan
batik Keraton Kasunanan Surakarta, mulai dikembangkan sebagai mata
pencaharian. Karena dianggap menguntungkan, kegiatan batik terus mengalami
peningkatan produksi dan peningkatan teknik pembuatan batik yang semakin
maju.
Perkembangan industri batik di Kauman diikuti dengan perkembangan
perdagangan batik. Masyarakat pendatang turut serta menumbuhkan iklim usaha
di Kampung Kauman terutama di sepanjang jalan utama seperti jalan Slamet
Riyadi, Jalan Yos Sudarso,dan Jalan Dr. Radjiman. Perkembangan yang cukup
pesat bukan hanya di sektor perdagangan batik, akan tetapi juga perdagangan
lainnya yang sangat beragam. Hal ini menjadikan Kauman sebagai salah satu
kawasan pusat komersial (Central Buisness Distric) di Surakarta.
Pertumbuhan ekonomi di Kauman yang memiliki jumlah penduduk
sebanyak 3528 jiwa, dimana 53% dari jumlah penduduk bekerja di sektor
perdagangan yaitu sekitar 522 jiwa (Monografi Kelurahan Kauman Januari 2011).
Pertokoan dan kegiatan usaha masyarakat juga tersebar di seluruh kawasan
Kampung Kauman. Pertumbuhan kegiatan ekonomi di Kampung Kauman
mengalami peningkatan yang cukup signifikan mulai tahun 2005 sebanyak 100
unit, terutama untuk kegiatan perdagangan.
Mengacu pada pertumbuhan ekonomi serta daya dukung lingkungan yang
baik, maka memunculkan wacana Kauman sebagai Kampung Batik yang berbasis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendahuluan 5
pada ekonomi kreatif sebagai ciri khas kawasan. Pencanangan Kampung Batik
Kauman meningkatkan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
Perkembangan kegiatan perekonomian di Kampung Batik Kauman juga
mempertimbangkan faktor lokasi. Hal ini terkait dengan potensi dan kendala
dalam pengembangan ekonomi masyarakat baik secara umum kegiatan ekonomi
industri, perdagangan jasa dan wisata sebagai Kampung Batik jika dilihat dari
aspek lokasional/ keruangan. Lokasi Kauman yang dikelilingi oleh pusat aktivitas
seperti pusat pemerintahan, serta keberadaan pusat perdagangan dan pariwisata
yang mendukung seperti, Keraton Surakarta, Pasar klewer dan PGS yang menjadi
nilai positif dalam distribusi dan promosi yang berpengaruh luas terhadap skala
pemasaran dan produksi.
Di sisi lain, kondisi lokasi Kampung Batik Kauman tidak selalu
menguntungkan dalam pengembangan kegiatan ekonomi, salah satu bentuk nyata
adalah keterbatasan lahan Kauman sebagai wilayah pusat kota dengan nilai lahan
yang cukup tinggi sehingga menghambat pembangunan dan pengembangan
kegiatan ekonomi, terutama bagi mayarakat dengan permodalan yang terbatas.
Bagi aktivitas industri, selain kondisi di atas yang membatasi masih terdapat
beberapa ketentuan yang menyangkut dampak industri terhadap lingkungan pusat
kota, sehingga dengan tujuan efisiensi biaya dan meningkatkan kemampuan
produksi maka beberapa pengusaha melakukan pengelolaan dengan memindahkan
lokasi industri ke lokasi lain. Beberapa industri di Kauman tetap bertahan untuk
melakukan produksi di Kauman meskipun untuk skala kecil.
Perkembangan kegiatan perekonomian yang berkembang di Kampung
Batik Kauman tidak seluruhnya menunjukkan arah yang positif. Hal ini
dikarenakan daya dukung faktor lokasi menunjukkan keunggulan komparatif yang
berbeda terhadap berbagai macam bentuk perkembangan perekonomian yang
muncul di Kampung Kauman. Kondisi tersebut menunjukkan tingkat kesesuaian
aktivitas perekonomian yang mampu berkembang di Kampung Batik Kauman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendahuluan 6
1.2. Rumusan Masalah
Lokasi dengan berbagai karakteristik yang ada di dalamnya menjadi salah
satu faktor yang berperan dalam pengembangan kegiatan perekonomian, seperti
yang berada di Kampung Batik Kauman. Mengacu pada kondisi diatas, maka
penelitian ini akan mengarah pada pengkajian mengenai identifikasi peran faktor
lokasi terhadap perkembangan perekonomian dalam konsep pengembangan
Kampung Batik Kauman. Oleh karena itu peneliti menentukan rumusan masalah
adalah
“Bagaimana peran faktor lokasi dalam perkembangan Perekonomian di
Kampung batik Kauman Surakarta?”
1.3. Tujuan, Sasaran dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Mengetahui peran faktor lokasi dalam perkembangan perekonomian di
Kampung Batik Kauman Surakarta.
1.3.2. Sasaran Penelitian
(a) Teridentifikasinya faktor lokasi Kampung Batik Kauman Surakarta.
(b) Teridentifikasinya perkembangan perekonomian di Kampung Batik
Kauman Surakarta.
(c) Teridentifikasi peran faktor lokasi dalam perkembangan perekonomian
Kampung Batik Kauman Surakarta.
1.3.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan mengenai kondisi lokasi
Kampung Kauman serta seberapa besar faktor lokasi mampu berperan dalam
perkembangan kegiatan perekonomian yang ada di Kampung Batik Kauman
Surakarta. Hasil dari penelitian ini diaharapkan mampu memberikan pengetahuan
mengenai hubungan antara faktor lokasi terhadap perkembangan perekonomian.
Penelitian ini semoga bisa menjadi rekomendasi dalam pengembangan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendahuluan 7
kawasan yang lebih mempertimbangkan aspek spasial dan lokasional, serta
membantu dalam penelitian terkait.
1.4. Lingkup Penelitian
1.4.1. Lingkup Lokasi
Lingkup lokasi penelitian adalah Kampung Batik Kauman, Kecamatan
Pasar Kliwon Kota Surakarta yang secara administratif dibagi menjadi enam
Rukun Warga (RW) dan 22 Rukun Tetangga (RT). Lokasi Kelurahan Kauman
secara astronomis, terletak pada ” BT-110º49’ 46” BT dan 7º34’15” LS- 7º34’39”
LS. Wilayah kajian memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut :
Sebelah utara : Kelurahan Kampungbaru.
Sebelah timur : Kelurahan Kedunglumbu.
Sebelah selatan : Kelurahan Gajahan.
Sebelah barat : Kelurahan Kemlayan.
1.4.2. Lingkup Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan mengenai faktor lokasi,
dimana faktor lokasi yang menjadi lingkup pembahasan merupakan kondisi
internal yang terdapat di Kampung Batik Kauman, serta keterkaitan lokasional
Kampung Batik Kauman dilihat dari skala yang lebih luas. Selain itu, lingkup
pembahasan terhadap perkembangan perekonomian yang terjadi setelah adanya
pencanangan Kampung Batik Kauman sebagai identitas kawasan, yang dimulai
pada tahun 2006 oleh komunitas lokal,masyarakat yang didukung oleh
pemerintah. Tahun 2006 dianggap sebagai titik tolak masyarakat dan pemerintah
menyadari potensi Kelurahan Kauman sebagai Kampung Batik Kauman, ditinjau
dari perkembangan usaha batik pada tahun-tahun sebelumnya.
Kegiatan perekonomian yang dikaji adalah sektor-sektor yang berkembang
di Kampung Batik Kauman, tanpa dibatasi aktivitas yang berkaitan dengan
kerajinan batik. Hal ini dikarenakan perkembangan identitas kawasan sebagai
Kampung Batik Kauman, memberikan pengaruh secara luas terhadap seluruh
kegiatan perekonomian di lokasi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendahuluan 8
Dari pembahasan mengenai faktor lokasi dan perkembangan
perekonomian, maka selanjutnya dilakukan pengkajian mengenai seberapa besar
faktor lokasi Kampung Kauman berperan dalam perkembangan perekonomian.
1.5. Sistematika Penulisan
Tahap pertama dalam penyusunan laporan penelitian adalah pendahuluan
yang berisi proposal penelitian peran faktor lokasi dalam perkembangan
perekonomian kampung batik Kauman Surakarta. Tahap ini berisi latar belakang
yang berupakan landasan pemikiran, konsep awal dan gambaran umum Kampung
Kauman Surakarta. Disajikan pula tujuan, sasaran, manfaat, serta lingkup
pembahasan yang menjadi acuan utama dalam proses penelitian ini.
Tahap selanjutnya adalah tinjauan pustaka faktor lokasi dan perkembangan
perekonomian yang menjadi acuan dalam penelitian, dimana pemilihan teori akan
mendasari arah penyusunan tahap berikutnya. Tahap ini dilakukan untuk
mengembangkan pemikiran yang didasarkan pada teori yang ada seperti teori
ekonomi wilayah, teori perkembangan ekonomi, dan teori lokasi. Berdasarkan
tinjauan pustaka yang dilakukan akan ditentukan variabel penelitian yang menjadi
pokok bahasan serta batasan dalam penelitian ini. Tinjauan pustaka juga
memberikan kerangka pemikiran mengenai apa yang akan dibahas dalam
penelitian ini.
Setelah dilakukan tinjauan pustaka, maka disusun tahap ketiga yaitu
metodologi penelitian yang menjadi pedoman teknis pelaksanaan kerangka
pemikiran yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Metode penelitian yang
disusun adalah metode pengumpulan data, populasi dan sampling, serta teknis
analisis yang dipakai untuk menjawab sasaran penelitian dalam
mengidentifikasikan lokasi, pertumbuhan perekonomian hingga mampu
menjawab peran faktor lokasi dalam perkembangan perekonomian.
Seteleh disusun metode penelitian tahap selanjutnya adalah penyajian hasil
penelitian yang berisi kompilasi data yang sesuai dengan topik pembahasan, yaitu
faktor lokasi dan perkembangan perekonomian Kampung Batik Kauman. Data
yang disajikan, disusun berdasarkan penelitian yaitu faktor lokasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendahuluan 9
perkembangan perekonomian, serta yang berkaitan dengan pengembangan
Kampung Batik Kauman Surakarta. Data yang disajikan merupakan hasil
kompilasi data, yang akan digunakan dalam proses analisis.
Hasil penelitian disajikan dalam tahap keempat, sebelum tahap
pembahasan peran faktor lokasi dalam perkembangan perekonomian Kampung
Batik Kauman. Pembahasan yang dilakukan sebagai hasil analisis yang
didasarkan integrasi pengolahan dan pemahaman dari tinjauan pustaka dan hasil
penelitian untuk dapat mengetahui secara rinci peran faktor lokasi dalam
perkembangan perekonomian Kampung Batik Kauman Surakarta.
Tahap terakhir adalah penutup yang berisi kesimpulan dari proses
penelitian yang mampu menjawab sasaran penelitian Peran faktor lokasi dalam
perkembangan perekonomian Kampung Batik Kauman Surakarta. Tahap ini juga
menyampaikan rekomendasi penulis setelah memahami kondisi Kampung
Kauman yang diharapkan dapat bermanfaat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
FAKTOR LOKASI DAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN
Tinjauan pustaka merupakan proses penggalian terhadap teori dan pustaka
yang mendasari proses penelitian. Dalam tinjauan pustaka disajikan mengenai
teori ekonomi wilayah dengan berbagai bentuk kegiatan dan perkembangan
ekonomi. Teori yang juga dibahas dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan
faktor lokasi yang mendasari penelitian.Tinjauan pustaka membantu dalam
perumusan variabel penelitian dan arah penelitian dalam kerangka pemikiran.
2.1. Teori Ekonomi Wilayah
Ilmu ekonomi wilayah merupakan cabang ilmu ekonomi yang dalam
pembahasannya memasukan unsur perbedaan potensi antar wilayah satu dengan
wilayah lainnya. Ekonomi wilayah mempelajari tentang kegiatan di suatu lokasi
dan bagaimana wilayah disekitarnya bereaksi atas kegiatan terebut. Kegiatan dan
lokasi saling berkaitan untuk membentuk pola penggunaan ruang. Ekonomi
wilayah lebih menekankan pada dimana kegiatan ekonomi dilaksanakan, sesuai
dengan tingkat alasan pemilihan lokasi (Tarigan, 2005:3).
Kegiatan ekonomi wilayah sendiri merupakan penggabungan antara ilmu
ekonomi umum dan penggunaan ruang. Berdasarkan pendekatan regional
perencanaan, menyatakan bahwa ilmu ekonomi wilayah mampu membaca arah
perkembangan suatu wilayah serta memberikan jawaban mengenai kegiatan
ekonomi apa yang mampu berkembang disuatu lokasi serta prioritas
pengembangan yang dilakukan (Tarigan,2006:40).
2.1.1. Pengertian dan Bentuk Kegiatan Ekonomi
Ekonomi merupakan suatu aktivitas manusia yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dengan memanfaatan potensi yang dimiliki dalam
bentuk aktivitas produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa.
Aktivitas ekonomi berjalan dengan memanfaatkan sumber-sumber ekonomi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 11
mampu mendukung aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi. Sumber-sumber
ekonomi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Sumber–sumber alam (tanah, minyak bumi, hasil tambang lain, air, udara, dan
sebagainya).
Sumber ekonomi yang berupa manusia dan tenaga manusia (termasuk bukan
hanya kemampuan fisik manusia, tetapi juga kemampuan mental, ketrampilan
dan keahlian).
Sumber–sumber ekonomi buatan manusia (termasuk mesin–mesin, gedung-
gedung, jalan–jalan dan sebagainya). Sering disebut dengan istilah barang-
barang modal atau kapital.
Enterpreuner adalah pihak yang mampu mengorganisasikan sumber ekonomi ,
atau pihak yang mengambil inisiatif usaha untuk memanfaatkan sumber
ekonomi untuk proses produksi.
Kegiatan perekonomian merupakan bentuk tanggapan manusia terhadap
masalah kelangkaan dan memenuhi kebutuhan. Berdasarkan definisi Badan Pusat
Statistik (BPS) dalam mengklasifikasikan kelompok lapangan usaha, kegiatan
komersial termasuk ke dalam sektor tersier yang mencakup jenis kegiatan sebagai
berikut:
(a) Sektor perdagangan, hotel dan restoran, mencakup tiga sub sektor yaitu:
Perdagangan besar dan eceran. Meliputi kegiatan membeli dan menjual
barang, baik barang baru maupun barang bekas, untuk tujuan penyaluran/
pendistribusian tanpa merubah sifat barang tersebut.
Hotel, mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan
sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan (hotel
berbintang maupun tidak berbintang) serta berbagai jenis penginapan
lainnya.
Restoran, mencakup kegiatan usaha penyediaan makanan dan minuman
yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 12
(b) Sektor pengangkutan dan komunikasi
Pengangkutan, mencakup angkutan rel, angkutan laut, angkutan sungai
dan penyeberangan, angkutan udara, angkutan jalan raya dan jasa
penunjang angkutan.
Komunikasi, meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam
pengiriman surat (wesel, paket, jasa giro dan jasa tabungan), pengiriman
berita, dan jasa penunjang komunikasi seperti warung telekominikasi
(wartel), radio panggil (pager) dan telepon seluler.
(c) Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
Bank dan lembaga keuangan lain. Bank meliputi kegiatan yang
memberikan jasa keuangan pada pihak lain seperti menerima simpanan
uang. Memberikan pinjaman/ kredit, mengirim uang dan sebagainya,
sementara lembaga keuangan selain bank mencakup kegiatan asuransi,
dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga
pembiayaan.
Jasa perusahaan, mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (advokat dan
notaris), jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian
data, jasa bangunan/ arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset
pemasaran, jasa persewaan mesin dan peralatan, jasa bangunan.
(d) Sektor jasa-jasa, terdiri dari dua sub sektor utama antara lain
Jasa pemerintahan umum, mencakup kegiatan jasa yang dilaksanakan oleh
pemerintah untuk kepentingan rumah tangga dan masyarakat umum.
Jasa swasta, meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan oleh pihak swasta
yang terdiri dari jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, jasa
perorangan dan rumah tangga.
(e) Sektor industri pengolahan, terdiri dari sub sektor industri besar dan sedang
dan sub sektor indusrti kecil dan industri kerajinan rumah tangga.
Diantara kegiatan yang berada di atas, terdapat tiga bentuk kegiatan ekonomi
yang cukup menonjol di wilayah kajian, sehingga menarik untuk dikaji antara lain
adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 13
2.1.1.1. Industri
Industri merupakan kegiatan manusia yang produktif dalam mengolah
barang mentah menjadi barang setengah jadi/ barang jadi, atau mengubah barang
jadi menjadi barang yang lebih bermanfaat.
Aktivitas industri didefinisikan sebagai usaha pengubahan suatu
komoditi agar menjadi lebih bermanfaat (commercial manufacturing). Setidaknya
terdapat tiga hal dalam setiap kegiatan industri ini, yaitu pengumpulan bahan
mentah, ada peningkatan terhadap kegunaannya lewat upaya mengubah bentuk
serta pengiriman komoditi yang lebih berharga ini ke tempat lain (Daljoeni ,1998:
167).
Pembahasan diatas mampu mendefinisikan bahwa sebuah aktivitas
industri akan sangat bergantung pada faktor-faktor produksi yang berkaitan satu
sama lain sebagai suatu sistem produksi. Faktor produksi yang terlibat dalam
aktivitas industri antara lain faktor produksi berupa bahan mentah, bahan bakar
(energi), faktor produksi tenaga kerja (buruh), modal serta kemampuan
manajerial.
Menurut Badan Pusat Statistik, industri yang berkembang di Indonesia
dikategorikan dalam beberapa kriteria. Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya
industri dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu sebagai berikut:
(1) Industri rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang
(2) Industri kecil, jumlah tenaga kerja 5-19 orang
(3) Industri menengah, jumlah tenaga kerja 20-99 orang
(4) Industri besar, jumlah tenaga kerja > 99 orang
Sementara industri juga dikategorikan berdasarkan penyelenggaranya,
dikelompokkan menjadi 2 jenis dalam http://hendrisblog.blogspot.com/, antara
lain sebagai berikut :
(1) Industri besar
Industri besar merupakan kegiatan produktif dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Modal yang digunakan besar, baik berasal dari pemerintah, swasta, maupun
investasi asing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 14
Menggunakan mesin dan teknologi modern
Tenaga kerja yang digunakan berjumlah besar yang merupakan tenaga kerja
terdidik
(2) Industri rakyat/ industri kecil, ciri-cirinya :
Produksinya banyak yang menggunakan tenaga manusia
Menggunakan alat-alat dan teknik yang sederhana
Tempat produksi tidak membutuhkan tempat yang luas, biasanya dilakukan
di rumah
Tenaga kerja jumlah terbatas dengan upah relatif rendah
Secara spesifik, kegiatan industri kecil dikenal sebagai kegiatan industri
yang memiliki tujuan utama untuk menambah penghasilan keluarga (Mubyarto,
1995: 206). Berdasarkan dinamikanya, kegiatan industri kecil digolongkan dalam
tiga kelompok. Pertama adalah industri lokal, yakni kegiatan yang
menggantungkan kelangsungan hidupnya dari kondisi pasar setempat yang
terbatas serta tersebar dari segi lokasinya. Skala usaha industri sangat kecil,
dengan penanganan pemasaran ditangani sendiri dengan sistem yang kurang baik.
Kedua adalah industri sentral yaitu kegiatan usaha skala kecil yang
membentuk kesatuan kelompok atau kawasan industri yang menghasilkan barang
sejenis. Jangkauan pemasaran yang dimiliki cukup luas daripada industri lokal,
dan jasa perantara menjadi lebih menonjol. Kelompok yang terakhir adalah
industri mandiri yang merupakan kegiatan industri yang memiliki skala kecil
namun memiliki kemampuan beradaptasi dengan teknologi yang cukup canggih.
Pola pemasarannya bersifat relatif dan tidak bergantung pada peranan pedagang
perantara.
Kegiatan industri kecil memiliki beberapa ciri-ciri yang beragam, yaitu:
usaha dimiliki secara bebas dan kadang tidak berbadan hukum, operasi tidak
menunjukkan kegiatan yang mencolok, usaha tidak memiliki karyawan, modal
dikumpulkan dari tabungan milik pribadi, serta wilayah pemasaran bersifat lokal
dan tidak jauh dari pusat usahanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 15
Industri dibangun bukan semata–mata tanpa alasan dan faktor yang
mendasari melainkan pembangunan industri dilaksanakan dengan melibatkan dan
mempertimbangkan berbagai faktor. Menurut Pangestu Subagyo (Latif, 2005)
menyatakan faktor yang mempengaruhi antara lain sebagai berikut:
(1) Faktor ekonomi
Faktor ekonomi yang menjadi pertimbangan dalam pembangunan industri
adalah bagaimana kegiatan tersebut mampu mendukung pengembangan ekonomi
kawasan dan meningkatkan pendapatan daerah dari aktivitas industri jika
dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya.
(2) Faktor Sosial
Dalam pembangunan industri adanya pertimbangan sosial menyangkut
tenaga kerja, baik jumlah tenaga kerja yang akan ditampung, serta pertimbangan
untuk membantu mengurangi masalah pengangguran.
(3) Faktor keuangan dan kelembagaan
Faktor kelembagaan dan keuangan menyangkut kepemilikan perusahaan dan
kemampuan dalam pengelolaan aktivitas industri sehingga dapat berjalan secara
optimal.
(4) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang menjadi pertimbangan adalah lingkungan fisik dan
non fisik yang mempengaruhi maupun menerima dampak dari aktivitas industri
yang dikembangkan. Faktor lingkungan tebagi menjadi 3 golongan, yaitu
lingkungan sosial kontrol, lingkungan teknis, serta lingkungan ekonomi makro.
Gambar 2.1 Hubungan Faktor-faktor kegiatan Industri Sumber : Pangestu Subagyo, 1986
Lingkungan Teknis
Lingkungan Sosial dan Kontrol
Perusahaan Lingkungan dan Ekonomi Makro
Given Given
Dapat diukur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 16
2.1.1.2. Perdagangan
Perdagangan adalah suatu aktvitas yang diwujudkan dalam bentuk
pertukaran barang dan jasa dari produsen hingga ke konsumen yang terakhir,
dimana barang yang dipertukarkan merupakan barang yang memiliki nilai
ekonomi. Sementara kawasan perdagangan merupakan wilayah yang menjadi
wadah aktivitas perdagangan yang berupa pertokoan, jasa, dan areal parkir di
suatu wilayah yang termasuk permukiman di belakangnya.
Membawa/ memindahkan barang-barang dari tempat-tempat yang
berkelebihan (surplus) ke tempat-tempat yang kekurangan (minus).
Memindahkan barang-barang dari produsen ke konsumen.
Menimbun dan menyimpan barang-barang itu dalam masa yang berlebihan
sampai mengancam bahaya kekurangan.
Aktivitas perdagangan merupakan aktivitas ekonomi dengan karakteristik
yang heterogen dan berkembang dalam berbagai tipe dan model, sehingga
diklasifikasikan sebagai berikut :
(1) Menurut pekerjaan yang dilakukan pedagang :
Perdagangan mengumpulkan (produsen-tengkulak-pedagang besar-
eksportir).
Perdagangan menyebarkan (importir-pedagang besar-pedagang menengah-
konsumen).
(2) Menurut jenis barang yang diperdagangkan :
Perdagangan barang (yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan jasmani
manusia, misal hasil pertanian, pertambangan, pabrik).
Perdagangan buku, musik, kesenian.
Perdagangan uang dan kertas-kertas berharga (bursa efek).
(3) Menurut daerah, tempat perdagangan dijalankan :
Perdagangan dalam negeri.
Perdagangan luar negeri (perdagangan internasional), yang meliputi
perdagangan ekspor dan perdagangan impor.
Perdagangan meneruskan (perdagangan transito).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 17
2.1.1.3. Pariwisata
Menurut UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Wisata
diartikan sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sementara arti dari Pariwisata atau
turisme adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.
Kawasan wisata merupakan kawasan dengan luas tertentu yang dibangun
atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata atau area dirancang bagi
pengembangan atraksi, kegiatan, fasilitas, servis, dan prasarana wisata. Bisa
berbagai jenis land-use maupun eksklusif untuk wisata, tergantung karakter area
dan jenis wisata
Sementara itu, industri pariwisata merupakan kumpulan usaha pariwisata
yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
Pengembangan kegiatan kepariwisataan memiliki beberapa unsur yang
menjadi pertimbangan antara lain adalah sebagai berikut (Pendhit, 2002:10):
(1) Atraksi
Atraksi merupakan bagian dari unsur pariwisata sebagai hal yang menarik
untuk dikunjungi baik yang bersifat natural maupun buatan. Atraksi merupakan
daya tarik utama yang disajikan dalam kawasan wisata.
(2) Jarak dan Waktu
Jarak dan waktu tempuh merupakan elemen yang dipertimbangkan dalam
pengembangan aktivitas kepariwisataan, dimana menyangkut daya jangkau lokasi
bagi wisatawan. Jarak dan waktu dapat diatasi dengan penyediaan aksesibilitas
yang baik.
(3) Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan unsur yang harus dipertimbangkan dalam
pengembangan kawasan wisata dimana menjadi jawaban dalam masalah jarak dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 18
waktu tempuh serta memberikan kenyamanan bagi para pengunjung. Aksesibilitas
yang baik dapat ditunjang dengan ketersediaan sarana pengangkutan yang lengkap
dan alternatif yang beragam, serta jaringan jalan yang baik.
(4) Akomodasi
Akomodasi merupakan unsur penting dalam kepariwisataan dimana sebagai
rumah sementara bagi para wisatawan. Akomodasi memberikan kenyamanan,
pelayanan yang baik, kebersihan dan keindahan.
(5) Harga
Harga menjadi faktor yang perlu disesuaikan dalam pembangunan kawasan
wisata yang disesuaikan dengan atraksi yang disajikan, target wisatawan yang
diharapkan, dan tingkat pelayanan.
(6) Promosi
Promosi merupakan upaya pengenalan kegiatan pariwisata yang dilaksanakan
dengan rencana dan program secara berkelanjutan dengan tujuan untuk menarik
wisatawan.
(7) Fasilitas perbelanjaan
Hal yang seringkali tidak dapat dipisahkan dari sebuah perjalanan wisata
adalah kegiatan belanja souvenir yang menjadi cirikhas suatu objek wisata.
Menurut Pendhit (2002), kegiatan pariwisata memiliki berbagai jenis yang
dikembangkan sesuai dengan daya tarik yang disajikan yaitu:
(1) Wisata Budaya
Wisata budaya merupakan aktivitas wisata dengan tujuan untuk memperoleh
pengetahuan mengenai kebudayaan, adat istiadat, dan kesenian serta hal-hal yang
bersejarah.
(2) Wisata Komersial
Kegiatan wisata yang bersifat komersial maupun mengunjungi tempat-
tempat komersial dengan tujuan menghibur diri dan memperoleh sesuatu barang
yang dibutuhkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 19
(3) Wisata Industri
Wisata industri identik dengan wisata komersial dimana merupakan
perjalanan wisata menuju kawasan industri untuk mengetahui proses pembuatan
suatu produk yang biasanya merupakan cirikhas dari suatu lokasi.
(4) Wisata Rohani
Wisata rohani merupakan kegiatan perjalanan untuk menumbuhkan nilai
keagamaan, mengunjungi lokasi bersejarah, atau ketempat suci dengan tujuan
utama adalah wisata batin.
Pengembangan kegiatan pariwisata membutuhkan upaya untuk
pengembangan yang optimal. Upaya pertama adalah product, yaitu
mengembangkan objek wisata yang heterogen serta dapat menampung semua
keinginan dan kesenangan wisatawan serta mengembangkan cinderamata yang
bersifat kedaerahan. Kedua, price yaitu hal yang berkaitan dengan berapa besar
uang biaya yang harus dikeluarkan untuk mengunjungi objek wisata. Biaya
menjadi pertimbangan wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat.
Ketiga adalah place yaitu lokasi wisata diharapkan menarik bagi wisatawan
dengan kondisi yang mudah dijangkau serta terpelihara dengan baik dan dekat
dengan fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Serta yang terakhir adalah promotion
yaitu upaya pengenalan objek wisata kepada masyarakat luas melalui media
massa, brosur dan misi khusus.
2.1.2. Perkembangan Perekonomian
Menurut Prof. Simon Kuznets (Laili, 2007) mengartikan pertumbuhan
ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu kawasan
untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada
penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan
penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya.
Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan
ekonomi suatu kawasan terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus
persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 20
ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan
aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas
dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi
sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat
dimanfaatkan secara tepat.
Perkembangan perekonomian merupakan pertumbuhan ekonomi dilihat
dari unsur fisik dan non fisik di suatu kawasan. Aspek fisik dapat berupa alih
fungsi lahan atau bangunan untuk aktivitas ekonomi, perkembangan skala
pelayanan ekonomi, penyediaan sarana prasarana pendukung aktivitas ekonomi
yang semakin meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya. Sementara aspek
nonfisik lebih pada tingkat sosial ekonomi bagi pelaku ekonomi dan masyarakat
sekitar yang memperoleh dampaknya.
Perkembangan perekonomian merupakan suatu tujuan yang ditandai oleh
beberapa kondisi. Kondisi yang pertama adalah kemampuan konsumsi yang besar
pada sebagian besar masyarakat. Kondisi yang kedua, perkembangan
perekonomian ditandai dengan pertumbuhan kegiatan non pertanian. Kondisi
yang terakhir adalah pertumbuhan kegiatan ekonomi yang berbasis perkotaan.
Perkembangan perekonomian pada masa selanjutnya mengalami kondisi
penurunan pertumbuhan penduduk, tabungan lebih besar dari investasi, muncullah
hipotesis ekonomi dalam keadaan stagnasi dimana adanya pengurangan produksi,
maka muncul teori perkembangan ekonomi yang baru yang bertentangan dengan
teori neoklastik dan mengatasi kelemahan dari model Harrod-Domar, dimana teori
ini menghilangkan aspek kestabilan. Perkembangan ekonomi ditandai dengan
keseimbangan antara tiga fungsi yaitu fungsi produksi, fungsi tabungan dan fungsi
investasi berjalan stabil, dengan menekankan pada fungsi produksi yang
dinyatakan dalam modal perkapita; pertambahan modal perkapita sama dengan
jumlah tabungan perkapita dikurangi dengan jumlah pertumbuhan investasi
perkapital (Robert M. Solow).
Kegiatan ekonomi yang berkembang selalu menimbulkan aglomerasi yang
mempengaruhi aktivitas ekonomi yang juga menjadi salah satu faktor disamping
keunggulan komparatif dan skala ekonomi menjelaskan mengapa timbul daerah-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 21
daerah dan kota-kota (Soepono, 2002). Aglomerasi digolongkan dalam dua
macam. Bentuk aglomerasi yang pertama adalah aglomerasi produksi yang
merupakan perusahaan yang mengelompok/ kluster atau beraglomerasi
mengalami eksternalitas positif di bidang produksi, artinya biaya produksi
perusahaan berkurang pada waktu produksi perusahaan lain bertambah. Kedua,
aglomerasi pemasaran perusahaan-perusahaan dagang atau banyak toko
mengelompok dalam satu lokasi eksternalitas belanja (shopping externality) yang
dapat dinikmati yaitu penjualan suatu toko dipengaruhi oleh toko lain disekitarnya
(Soepono, 2002).
Salah satu bentuk perkembangan perekonomian adalah dengan
pertumbuhan usaha. Pertumbuhan usaha merupakan perubahan yang dilakukan
oleh pengusaha untuk mengembangkan kegiatan usaha secara lebih kreatif, kearah
yang lebih baik (Panji Anogara dan Joko Sudantoko, 2002: 162). Pertumbuhan
usaha dapat diartikan pula sebagai proses peningkatan produksi barang dan jasa
dalam perkembangan ekonomi masyarakat.
Pertumbuhan kegiatan usaha dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
adalah sebagai berikut :
(1) Sumber Daya Alam
Sumber daya alam merupakan potensi alami tanpa unsur buatan manusia yang
digali untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Potensi alam harus
dikelola untuk mampu memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
(2) Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimaksud adalah manusia yang termasuk dalam
sebuah organisasi yang menyumbangkan tenaga dan pemikiran dalam mencapai
tujuan dalam organisasi. Sumber daya manusia dengan segala kemampuan yang
dimiliki merupakan elemen utama yang membantu terwujudnya pengembangan
usaha.
(3) Transportasi
Abbas Salim (1995:2) mengemukakan bahwa transportasi adalah pemindahan
barang dan penumpang dari satu tempat ke tempat yang lain. Transportasi mampu
mendukung pertumbuhan kegiatan usaha dimana, tanpa adanya transportasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 22
memadai, maka hasil produksi tidak mampu tersalur kepada konsumen tepat pada
waktunya. Transportasi sendiri terbagi menjadi angkutan penumpang yang berupa
kendaraan pribadi dan angkutan lain yang bukan milik pribadi yang berfungsi
untuk mengangkut barang dan penumpang.
(4) Modal Kerja
Swhiedland dalan Nopianto (2008: 22) menjelaskan bahwa modal merupakan
bentuk uang dan barang yang dipergunakan untuk kegiatan produksi. Modal
merupakan semua bentuk aktiva lancar yang berfungsi dalam pengembangan
kegiatan usaha.
(5) Tingkat Pertumbuhan industri kecil
Tingkat pertumbuhan industri merupakan suatu bentuk peningkatan kegiatan
ekonomi, yang ditandai dengan tingkat pembelian, tingkat penjualan, dan aspek
pasar.
Adelman dalam Yunita Sari (2009:52) menyatakan bahwa sering kali
perkembangan kegiatan ekonomi dihadapkan dengan keterbatasan ruang. Hal ini
akan mengarahkan pada peruntukan ruang yang mengalami perubahan fungsi dari
homogen ke fungsi yang heterogen. Perubahan fungsi kearah yang lebih
heterogen akan menimbulkan penurunan kualitas pada fungsi awal dan
menimbulkan dampak lain yang lebih luas.
Perkembangan ekonomi wilayah, kegiatan ekonomi selalu dikaitkan
dengan ilmu spasial dalam hal ini adalah lokasi tempat berlangsungnya kegiatan.
Menurut ilmu ekonomi wilayah, setiap lokasi akan memiliki pola perkembangan
dan kegiatan ekonomi yang beragam serta interaksi antar lokasi.
2.2. Faktor Lokasi dalam Perekonomian
2.2.1. Pengertian Lokasi
Lokasi merupakan bagian dari kesatuan geografis yang dibatasi dan
dikenali sebagai tempat aktivitas manusia berlangsung. Lokasi terbentuk sebagai
bagian dari distribusi ruang untuk mewadahi aktivitas manusia dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 23
melaksanakan kegiatan, yang terbentuk melalui proses kebiasaan sebagai bentuk
pemanfaatan manusia terhadap ruang secara efisien.
Lokasi sebagai ruang dimana berfungsi sebagai tempat bagi alam dan
manusia berada yang miliki kualitas, fungsi dan potensi yang tidak hanya menjadi
suatu yang statis akan tetapi mampu menjadi faktor dalam membentuk perilaku
individual dan tatanan kolektif (Tarigan, 2005 : 1).
Dalam ilmu geografis dalam http://singgiheducation.blogspot.com/
terdapat sepuluh konsep dasar yang salah satunya adalah konsep lokasi dalam
ruang sebagai suatu tempat dipermukaan bumi, dimana lokasi didefinisikan dalam
dua macam, yaitu:
(a) Lokasi Absolut yaitu suatu lokasi dikatakan bersifat tetap atau tidak berpindah
dilihat secara fisik dari permukaan bumi, yang berkaitan dengan posisinya
terhadap garis astronomi lintang dan bujur.
(b) Lokasi relative yaitu suatu lokasi bersifat dinamis atau dapat berubah. Lokasi
bukan hanya dilihat sebagai hal yang tidak bergerak, akan tetapi lokasi dapat
berubah karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti aktivitas yang ada
didalamnya. Lokasi relatif sangat erat hubungannya dengan faktor alam,
faktor budaya dan hubungannya dengan wilayah sekitar.
Lokasi yang bersifat relatif dapat dikatakan tidak berdiri sendiri melainkan
menjadi suatu tempat yang dilihat berdasarkan kondisi nyata lokasi, aktivitas yang
berlangsung didalamnya, lingkungan alami dan buatan yang membentuk,
kebijakan penataan ruang, potensi SDA yang terdapat di lokasi tersebut, serta
hubungan lokasi terhadap wilayah di sekitarnya.
Lokasi merupakan posisi di permukaan bumi yang perlu dikenali dari
aktivitas yang ada didalamnya serta analisa mengenai jarak antar satu tempat
dengan tempat yang lain. Lokasi yang satu dengan yang lain akan saling
mempengaruhi, terutama antara lokasi yang memiliki karakteristik yang sama
dimana terdapat interkoneksi (titik-titik lokasi) yang saling terhubung yang
dibatasi dengan jarak antar lokasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 24
Akan tetapi menurut konsep gravitasi, lokasi yang satu dengan yang lain
memiliki perbedaan fisik alam dan buatan yang berbeda yang menjadi daya tarik
antar wilayah (Tarigan, 2005:198). Variasi pola lokasi dipengaruhi oleh aktivitas
yang berlangsung di dalamnya, begitu pula sebaliknya dimana aktivitas akan terus
berkembang dengan lokasi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi dan
memunculkan keunggulan komparatif yang berbeda dari tiap lokasi dengan lokasi
yang lain. Keunggulan komparatif merupakan potensi yang dimiliki oleh suatu
lokasi. Faktor yang mempengaruhi munculnya keunggulan komparatif lokasi
antara lain adalah sebagai berikut (Tarigan, 2005):
(a) Kondisi fisik dasar
Kondisi fisik dasar merupakan kondisi yang dimiliki lokasi sebagai pemberian
alam yang tanpa ada campur tangan teknologi buatan sebagai hal yang dianggap
given. Kondisi ini dimiliki suatu lokasi sejak awal terbentuk yang antara lain
terdiri dari: kondisi hidrologi, iklim, geologi, pertambangan, pemandangan.
(b) Dimensi ruang
Dimensi ruang berkaitan dengan luas lokasi, dimana pengukuran luas
didasarkan pada batasan perwilayahan baik secara administratif maupun
fungsional.
(c) Pola pembangunan yang sudah ada
Pembangunan lokasi yang sudah ada merupakan bentuk pemanfaatan ruang
dan penggunaan lahan dalam mendukung aktivitas yang ada di dalamnya.
Penggunaan lahan akan menunjukkan potensi lokasi dan konsentrasi kegiatan
serta arah pembangunan wilayah. Pola pembangunan yang sudah ada ditunjukkan
dari penggunaan lahan dan pemanfaatan ruang.
(d) Orientasi Lokasi
Lokasi dapat dilihat sebagai suatu kesatuan yang terkait dengan lokasi yang
lain membentuk suatu wilayah, dengan aktivitas yang beragam. Lokasi dilihat dari
lokasi yang lebih luas akan terlihat tingkat kestrategisan jika dilihat dari faktor
jarak dari pusat aktivitas seperti pasar, pusat kota, sarana perdagangan, dan lain-
lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 25
Orientasi lokasi yang baik untuk kegiatan ekonomi dan pertumbuhan pusat
aktivitas yaitu pada lokasi yang ditandai dengan letak yang strategis dan dan
kaitan dengan aktivitas yang beragam (Tarigan, 2005).
(e) Kegiatan yang ada didalamnya
Kegiatan yang ada didalam suatu lokasi berbeda antara satu lokasi dengan
lokasi yang lain yang akan membentuk pola lokasi dalam pemanfaatan ruang dan
daya tarik lokasi terhadap lokasi yang lain.
(f) Sarana Prasarana
Sarana prasarana yang ada di suatu lokasi merupakan elemen buatan yang
menjadi daya tarik bagi wilayah di sekitarnya. Kelengkapan sarana prasarana
tertentu berbeda antara satu lokasi dengan yang lain menunjukkan tingkat
pembangunannya.
(g) Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah merupakan elemen yang membedakan suatu lokasi
dengan yang lain baik yang bersifat aturan yang membatasi, maupun kebijakan
pembangunan untuk mendukung pembangunan wilayah. Kebijakan pemerintah
juga menunjukkan peranan pemeritah dalam mendukung dan memanfaatkan
potensi lokasi.
2.2.2. Teori Lokasi
Teori lokasi merupakan ilmu yang membahas mengenai tata ruang
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang mempelajari alokasi geografis dari sumber-
sumber langka, serta hubungan dan pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam
kegiatan lain baik ekonomi atau sosial (Tarigan, 2006:77). Berbagai teori lokasi
dikemukakan untuk membahas pemilihan dan kesesuaian lokasi untuk
mendukung kegiatan perekonomian.
Lokasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi pembangunan
kegiatan ekonomi spasial dari sumber daya yang langka, serta pengaruhnya
terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain (activity), seperti
perekonomian, pendidikan, peribadatan, dan permukiman dimana dalam
penentuannya membutuhkan pola pertimbangan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 26
Dalam menetapkan lokasi suatu kegiatan secara komprehensif diperlukan
pertimbangan dari berbagai faktor antara lain ketersediaan bahan baku, upah
buruh, jaminan keamanan, fasilitas penunjang, daya serap pasar lokal, dan
aksesibilitas dari tempat produksi ke wilayah pemasaran yang dituju (terutama
aksesibilitas pemasaran ke luar negeri), stabilitas politik suatu negara, dan
kebijakan daerah (Tarigan 2005 : 95).
Pertimbangan utama yang menentukan suatu lokasi menarik atau tidak
adalah tingkat aksesibilitas atau tingkat kemudahan untuk mencapai lokasi dari
lokasi yang lain. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak. Kondisi sarana
perhubungan, frekuensi serta tingkat keamanan dan kenyamanan untuk melalui
jalur tersebut (Tarigan, 2006:78).
Alfred Webber (Tarigan, 2005) menyatakan bahwa pertimbangan utama
dalam pengembangan sektor ekonomi didasarkan pada pertimbangan biaya
produksi, dimana lokasi industri sebaiknya berada pada lokasi yang memiliki
biaya yang paling minimal. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga
kerja yang minimum cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang
maksimum.
Terdapat tiga faktor utama yang dikemukan oleh Alfred Webber
(Pigawati,2007) yang mempengaruhi biaya minimum dalam penetapan lokasi
industri yaitu tenaga kerja dan biaya transportasi yang merupakan faktor regional
yang bersifat umum serta faktor deglomerasi/ aglomerasi yang bersifat lokal dan
khusus. Alfred Webber berbasis kepada beberapa asumsi utama, antara lain:
(a) Konsep ini tidak mempertimbangkan jarak dan kondisi lahan, dan
menganggap fisik lokasi memiliki sifat yang homogen,
(b) Pertimbangan terhadap upah buruh dan ketersediaan tenaga kerja
(c) Biaya transportasi bergantung pada bobot barang dan jarak pengangkutan,
dengan pertimbangan harga satuan angkut dianggap sama.
(d) Mempertimbangkan adanya aglomerasi industri yang merupakan pemusatan
produksi di lokasi tertentu sehingga mendukung pengurangan biaya angkutan.
(e) Pertimbangan aksesibilitas yang berpengaruh terhadap kegiatan pemasaran
hasil industri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 27
(f) Adanya kompetisi antar kegiatan industri
Sebagai bentuk penyempurnaan dari teori Alfred Webber, Laundhardt
(Kusnadi,2010) menyatakan bahwa pemilihan lokasi didasarkan pada prinsip
minimalisasi biaya yang dipengaruhi oleh total biaya transportasi dan tenaga kerja
yang diusahakan bernilai minimum yang berarti identik dengan keuntungan
maksimum. Pertimbangan yang diberikan bahwa biaya transportasi dan biaya
upah tenaga kerja merupakan faktor umum yang menentukan pola lokasi dalam
kerangka geografis.
Pertimbangan utama pemilihan lokasi dengan pertimbangan jarak juga
dikemukakan oleh Christaller (Tarigan,2005 : 137) yang menyatakan bahwa jarak
menjadi faktor utama, dimana semakin jauh jarak antar lokasi maka semakin
tinggi biaya transportasi yang harus dikeluarkan. Dalam teori ini juga
dikemukakan bahwa setiap lokasi memiliki tingkat jangkauan pelayanan dan
threshold yang menentukan minat orang untuk mencapai lokasi tersebut sebagai
penyedia barang atau pusat kegiatan ekonomi. Apabila terjadi pemusatan aktivitas
produksi maka terjadi perluasan range pelayanan suatu kawasan.
Apabila pendapat Alfred Webber yang menyatakan bahwa penentuan
lokasi lebih mengarah kepada faktor penawaran, maka terdapat pendapat bahwa
pemilihan lokasi yang memberikan keuntungan maksimal yang dikemukakan oleh
August Losch. Dimana dinyatakan bahwa lokasi yang semakin jauh dari tempat
penjual, konsumen semakin enggan membeli karena biaya transportasi untuk
mendatangi tempat penjual semakin mahal, sehingga pengembangan lokasi
produksi berada di dekat pasar atau pusat aktivitas perdagangan lainnya ().
Sementara itu menurut Isard (1956), pemilihan lokasi merupakan
pertimbangan antara biaya dengan pendapatan dengan mempertimbangkan
ketidakpastian serta menekankan pada faktor jarak, aksesibilitas, dan keuntungan
aglomerasi sebagai hal yang utama dalam pengambilan keputusan lokasi.
Terdapat teori yang muncul bahwa aktivitas perekonomian cenderung
berkembang pada kawasan pusat aktivitas sebagai usaha untuk mengurangi
ketidakpastian dalam keputusan yang diambil guna meminimalisir resiko. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 28
hal ini, baik kenyamanan (amenity) maupun keuntungan aglomerasi merupakan
faktor penentu lokasi yang penting, yang menjadi daya tarik lokasi karena
aglomerasi bagaimanapun juga menghasilkan konsentrasi industri dan aktivitas
lainnya.
Dalam pelayanan kegiatan perekonomian yang dikemukakan Chapin
(Irawan, 2009: 51) mempertimbangkan penggunaan pelayanan penduduk yang
merupakan konsumen lokal, dimana, dan karakteristik yang dimiliki lokasi.
Karakteristik lokasi yang dikemukakan antara lain sebagai berikut :
(a) Harga lahan
Harga lahan yang semakin tinggi merupakan lokasi yang mendekati pusat
kota dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga menjadi lokasi yang
menarik dalam pengembangan kegiatan usaha. Lokasi yang memiliki nilai lahan
yang semakin tinggi, ketika didukung dengan nilai aksesibilitas yang baik untuk
mengurangi biaya transportasi (Von Thunen, dalam Yunus, 2008:88).
(b) Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan untuk mencapai lokasi,
menunjukkan jarak antar lokasi dengan lokasi yang lain. Lokasi dengan tingkat
aksesibilitas yang baik cenderung berkembang sebagai pusat aktivitas. Semakin
baik aksesibilitas suatu lokasi maka daya tarik lokasi akan lebih tinggi.
Aksesibilitas dapat dilihat berdasarkan jarak, kondisi prasarana perhubungan,
ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat
keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.
Lokasi yang baik untuk mengembangkan kegiatan perekonomian adalah yang
memiliki kecenderungan dekat dengan konsumen dan dipermudah dengan sistem
jaringan transportasi seperti kondisi jalan, klasifikasi jalan, dan moda transportasi.
Transportasi memainkan bagian penting dalam keberhasilan setiap
perekonomian kota. Karena tujuan sistem transportasi yang efektif adalah dengan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, jasa transportasi penting dalam menyatukan
penawaran dan permintaan. Secara umum transportasi ataupun aksesibilitas
memiliki peran dalam pertumbuhan kegiatan ekonomi sebagai pendorong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 29
investasi, meningkatkan produktivitas, dan meringankan biaya produksi
(Carapetis, 1984).
Semakin baik aksesibilitas suatu lokasi maka daya tarik lokasi akan lebih
tinggi. Aksesibilitas dapat dilihat berdasarkan jarak, kondisi prasarana
perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya
dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut (Tarigan,
2005).
(c) Letak lahan
Letak lahan yaitu posisi lahan dibandingkan lokasi secara makro atau biasa
disebut dengan orientasi lokasi, yang dinilai dari faktor jarak. Untuk
pengembangan kegiatan ekonomi terurtama perdagangan maka lokasi yang
ditandai adalah yang memiliki letak strategis dan aksesibilitas yang tinggi.
(d) Jarak dari pusat kota.
Lokasi pusat kota cenderung berfungsi sebagai pusat aktivitas yang mudah
terjangkau sehingga menjadi lokasi yang tepat dalam pengembangan kegiatan
ekonomi terutama perdagangan, dimana pusat kota merupakan lokasi yang paling
menjangkau seluruh konsumen. Pertimbangan lain adalah semakin jauh dari pusat
kota maka tingkat aksesibilitasnya semakin menurun dan semakin tidak
berpotensi untuk penggunaan lahan perdagangan dan jasa komersial.
Menurut Christaller (Tarigan, 2005:137), orientasi lokasi terhadap pusat kota
mengarah pada perkembangan sebagai pusat pertumbuhan dengan skala
pelayanan yang luas. Sementara itu, menurut Hebert (1973) bahwa kawasan pusat
kota atau pusat kegiatan pada kota besar, pertumbuhan kegiatan satu sama lain
bersifat terpisah atau mengunakan zona yang berbeda (Yunus, 2008:10).
Kawasan pusat kota didukung dengan derajat aksesibilitas yang tinggi serta
memiliki kecenderungan pertumbuhan yang dinamis. Hal ini memberikan
ancaman terhadap keberadaan bangunan-bangunan kuno (Griffin dan Ford dalam
Yunus, 2008:38).
(e) Jarak dari sub-kota.
Lokasi yang semakin dekat dengan sub-pusat kota dapat mempengaruhi jenis
penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa. Sub kota sendiri merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 30
bagian terluar wilayah kota atau wilayah disekitar kota yang memperoleh dampak
dari pengembangan kota.
(f) Proporsi penggunaan lahan perdagangan dan komersial.
Pengelompokan yang sejenis akan mempengaruhi dan memberikan
keuntungan bagi aktivitas perdagangan dan jasa. Hal ini disebabkan karena
adanya nilai kebersamaan, saling melengkapi, saling bersaing, dan saling
mendukung, juga memberikan kemudahan bagi konsumen dalam memenuhi
kebutuhannya.
(g) Kondisi utilitas.
Jenis utilitas dapat menentukan jenis penggunaan lahan untuk perdagangan
dan jasa adalah air bersih, listrik, telepon dan drainase. Menurut konsep gravitasi
bahwa sarana prasarana yang berbeda pada suatu lokasi akan menumbuhkan daya
tarik bagi lokasi lain (Tarigan, 2005:104).
Sarana prasarana berperan secara mutlak dan komparatif terhadap
perkembangan ekonomi, antara lain dengan peningkatan kegiatan produksi.
Perkembangan perekonomian sendiri, tergantung pada keefektifan dalam
memanfaatan sarana prasarana yang ada serta kualitas sarana prasarana (Carolyn
O'Fallon, 2003).
Kelengkapan sarana prasarana yang lengkap menunjukkan kedudukan lokasi
sebagai pusat pertumbuhan kawasan, yang menjadi daya tarik lokasi dibandingkan
lokasi yang lain (Francouis Perroux, dalam Yunus: 2008)
2.3. Variabel Penelitian
Setelah melakukan pengkajian pustaka yang berkaitan dengan lokasi dan
kegiatan perekonomian, maka ditetapkan berbagai variabel yang akan dibahas
dalam penelitian. Dalam penelitian “Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan
Perekonomian Kampung Batik Kauman” terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat, secara kualitatif dan terukur. Dalam proses penelitian ini ditentukan
indikator dari variabel yang ada berdasarkan pertimbangan batasan waktu, biaya
dan tenaga. Penetapan kriteria dilakukan melalui pengkajian dan preposisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 31
terhadap teori yang digunakan, maka kriteria dari sertiap variabel yang ditentukan
adalah sebagai berikut :
2.3.1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang memberikan keterkaitan baik
pengaruh,dampak,maupun peran terhadap variabel lain. Variabel bebas dari
penelitian ini adalah faktor lokasi yang dijabarkan dalam beberapa kriteria dengan
alasan pemilihan yang diperoleh setelah melakukan tinjauan pustaka, sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Variabel Bebas
No Faktor Lokasi Keterangan Sumber 1 Orientasi Lokasi Salah satu indikator lokasi adalah letak
lokasi dilihat dari wilayah yang lebih luas, akan menunjukkan kedudukan lokasi dari lokasi yang lain.
Claire, 1995
2 Fisik Dasar Lokasi memiliki potensi sumber daya alam yang secara alami dimiliki suatu daerah, menyangkut jenis tanah, hidrologi, iklim yang berperan maupun mendorong pertumbuhan kegiatan tertentu.
Tarigan, 2005
3 Potensi Lahan Pembangunan lokasi yang sudah ada merupakan bentuk pemanfaatan ruang dan penggunaan lahan dalam mendukung aktivitas yang ada di dalamnya. Penggunaan lahan akan menunjukkan potensi lokasi dan konsentrasi kegiatan serta arah pembangunan wilayah.
Tarigan, 2005
4 Sarana Prasarana Kelengkapan sarana prasarana yang lngkap menunjukkan kedudukan lokasi sebagai pusat pertumbuhan kawasan, yang menjadi daya tarik lokasi dibandingkan lokasi yang lain
(Francouis Perroux,
dalam Yunus: 2008)
5 Aksesibilitas Secara umum transportasi ataupun aksesibilitas memiliki peran dalam pertumbuhan kegiatan ekonomi sebagai pendorong investasi, meningkatkan produktivitas, dan meringankan biaya produksi
Carapetis, 1984).
Sumber : Berbagai Sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 32
2.3.2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang mendapatkan dampak, pengaruh,
maupun peran dari variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan perkembangan perekonomian yang terjadi di Kampung
Batik Kauman. Perkembangan perekonomian di wilayah kajian berawal dari
kegiatan industri, yang diikuti dengan pertumbuhan aktivitas perdagangan dalam
konsep pengembangan pariwisata sebagai Kampung Batik Kauman Surakarta.
Variabel terikat yang digunakan adalah perkembangan perekonomian industri,
perdagangan dan pariwisata dijabarkan dalam beberapa indikator sebagai:
Tabel 2.2 Variabel Terikat
No Perkembangan Perekonomian
Keterangan Sumber
1 Alih Fungsi Bangunan untuk kegiatan ekonomi
Peruntukan ruang dapat dikatakan fungsi tambahan apabila dalam satu ruang dapat dipertimbangkan menambahkan satu/ beberapa fungsi ruang, beberapa tingkatan fungsi, atau terbentuknya ruang heterogen
Adelman dalam Yulita Sari (2009: 52)
2 Pertumbuhan unit usaha
Pertumbuhan usaha merupakan perubahan yang dilakukan oleh pengusaha untuk mengembangkan kegiatan usaha secara lebih kreatif, kearah yang lebih baik. Pertumbuhan usaha dapat diartikan pula sebagai proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam perkembangan ekonomi masyarakat.
(Panji Anogara dan Joko
Sudantoko, 2002: 162).
3 Peningkatan Skala Kegiatan
Setiap kegiatan ekonomi memiliki wilayah jangkauan terendah dan terluas sesuai dengan kemempuan usaha dan jangkauan konsumen, dengan peningkatan mutu, dan pemusatan kegiatan akan memperluas range pelayanan.
Rostow dalam Jhingan. 1990
4 Investasi Sarana Prasarana Pendukung
Sarana–prasarana merupakan indikator pertumbuhan kegiatan, semakin baik dan lengkap sarana prasarana maka menunjukkan lokasi sebagai pusat pertumbuhan.
Francouis Perroux, dalam Yunus: 2008
Sumber :Berbagai Sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tinjauan Pustaka Faktor Lokasi dan Perkembangan Perekonomian 33
2.4. Kerangka Pikir
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Sumber: Penulis, 2011
Pariwisata
Ekonomi Wilayah
Alih Fungsi Bangunan untuk Kegiatan Ekonomi
Perdagangan
Kegiatan Ekonomi Lokasi
Perkembangan Perekonomian
Industri
Lokasi Kegiatan Ekonomi
Keunggulan Komparatif Lokasi
Pertumbuhan unit usaha
Investasi Sarana Prasarana
Peningkatan Skala kegiatan ekonomi
Orientasi Lokasi
Fisik Dasar
Sarana Prasarana
Potensi Lahan
Aksesibilitas
Lokasi mampu mendukung dan menghambat dalam perkembangan
perekonomian
Lokasi menunjukkan kegiatan perekonomian yang mampu
berkembang
Peran faktor lokasi dalam Perkembangan Perekonomian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 34
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan alur langkah yang menjadi pedoman
pelaksanaan penelitian, sehingga proses penelitian berjalan secara jelas dan
terstruktur. Metode penelitian merupakan kerangka pemikiran, pelaksanaan, dan
pelaporan penelitian dari tahap awal hingga akhir yang mengacu pada tahap
sebelumnya yaitu pendahuluan dan tinjauan pustaka. Dalam tahap ini berisi
penjelasan mengenai kegiatan penelitian yang akan dilakukan dan pendekatan
penelitian, metode pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, teknik analisis,
dan hasil sintesa penelitian.
3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam pengkajian “Peran Faktor Lokasi dalam
Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman Surakarta“ merupakan
penelitian kualitatif dengan memahami kondisi dan dinamika yang terjadi serta
memecahkan suatu masalah melalui kajian yang empiris, untuk selanjutnya ditarik
kesimpulan yang berupa deskriptif dengan pembatasan studi yang fokus, serta
pendekatan deduktif dengan pemahaman terhadap teori yang dijadikan acuan.
Penelitian kualitatif yang dilakukan merupakan proses pemahaman
terhadap fenomena yang terjadi secara nyata di lapangan dan disajikan secara
deskriptif dalam bentuk kata-kata dengan konteks alamiah dan berbagai metode
yang alamiah (Maleong, 2010: 6). Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses
daripada hasil, dengan adanya pembatasan terhadap lingkup penelitian agar
pembahasan yang muncul lebih terfokus pada masalah yang ingin diamati dan
disesuaikan dengan kondisi kenyataan di lapangan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif atau survey
yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat tertentu. Penelitian deskriptif mampu
menggambarkan fenomena dan hubungan/ korelasi antar dua hal, serta mampu
menarik kesimpulan dan prediksi (Masyuri, 2008). Dari proses penelitian maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 35
akan dicapai suatu bentuk kesimpulan yang berdasarkan pada pengolahan data
yang telah dikumpulkan. Penelitian ini menggambarkan dan memahami faktor
lokasi yang dinilai mampu berperan dalam perkembangan perekonomian konsep
pembangunan Kampung Batik Kauman, yang mulai diprakarsai pada tahun 2006.
Penelitian dalam mengkaji peran lokasi dalam perkembangan
perekonomian di Kampung Batik Kauman menggunakan 2 (dua) pendekatan
yaitu pendekatan deduktif dan pendekatan induktif yang disampaikan sebagai
berikut :
3.1.1. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah pendekatan terhadap teori, kasus, dan studi
literatur yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Teori yang digunakan
antara lain adalah teori ekonomi regional, teori perkembangan perekonomian, dan
teori lokasi yang digunakan untuk lebih memahami konsep penelitian dan mampu
memberikan gambaran variabel yang akan diteliti serta digunakan dalam proses
analisis.
3.1.2. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif adalah kajian yang menyeluruh terhadap kondisi,
fenomena, dan karakteristik yang dibutuhkan dari wilayah kajian dengan
melakukan pengamatan terhadap isu dan permasalahan yang menjadi objek
penelitian serta pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam proses
analisis (Masyuri, 2008). Peneliti melakukan pemahaman terhadap lokasi kajian
dengan berbagai fenomena yang terjadi di Kampung Batik Kauman, seperti
kondisi lokasi, potensi ekonomi, arahan pengembangan serta isu permasalahan
yang timbul pada wilayah kajian dengan dukungan data-data dan informasi yang
digunakan dalam proses penelitian.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada
indikator variabel penelitian, yaitu faktor lokasi dan perkembangan perekonomian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 36
yang dijabarkan dalam kebutuhan data. Kebutuhan data merupakan data yang
akan memang dibutuhkan untuk menujang proses analisis, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kebutuhan Data
No Kebutuhan Data Macam data
Sifat Data Teknik
Pengumpulan Data
Sumber Data Primer Sekunder
Lokasi 1. Orientasi Lokasi
(diukur dari faktor jarak dan hubungan antar lokasi) Orientasi
terhadap kawasan pusat kota
Orientasi terhadap pintu masuk kota
Orientasi terhadap budaya
Orientasi terhaap Sarana Prasarana lingkup kota
√ Kualitatif
Studi literatur, Observasi lapangan,
pengukuran peta
Survey Lapangan,
Pengukuran Peta
2. Kondisi fisik dasar Kawasan Jenis tanah Kemiringan tanah Kelembapan Curah hujan Topografi
√ Kualitatif
dan Kuantitaif
Studi literatur BPS
3. Potensi Lahan Penggunaan
Lahan Intensitas
Bangunan Harga Lahan
√ √ Kualitatif
dan Kuantitaif
Studi dokumen, Observasi lapangan
Badan Pusat Statistik, Survey
Lapangan
4. Kondisi Sarana Prasarana Sarana
peribadatan Jaringan
Drainase Jaringan air
besih Jaringan
persampahan
√ √ Kualitatif
dan Kuantitaif
Studi literatur, Observasi lapangan
Badan Pusat Statistik, Survey
Lapangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 37
No Kebutuhan Data Macam data
Sifat Data Teknik
Pengumpulan Data
Sumber Data Primer Sekunder
Furniture kawasan
Sarana ekonomi 5. Aksesibilitas
Kondisi jaringang jalan
Sistem sirkulasi Moda angkutan
umum kota dan antar kota
√ √ Kualitatif Wawancara,
observasi lapangan
Survey Lapangan,
Dinas Perhubungan, masyarakat
Kegiatan Ekonomi 6. Perkembangan Unit
Usaha Perkembangan
Jumlah Unit Usaha tahun 2005-2009
Persebaran Kegiatan Ekonomi
Perkembangan Kegiatan Pariwisata
√ √ Kualitatif
dan kuantitatif
Studi literatur, wawancara, observasi lapangan
BPS, Kampung
Batik Kauman,
Pelaku usaha, Survey
Lapangan
7. Alih Fungsi Bangunan Persebaran dan
Kecenderungan Alih Fungsi Bangunan untuk Industri
Persebaran dan Kecenderungan Alih Fungsi Bangunan untuk Perdagangan
Persebaran dan Kecenderungan Alih Fungsi Bangunan untuk Pariwisata
√ Kualitatif
dan kuantitatif
Observasi lapangan,
wawancara
Survey Lapangan,
pelaku usaha
8. Peningkatan Skala Kegiatan Peningkatan
Pendapatan Peningkatan
Jumlah
√ Kualitatif
dan kuantitatif
wawancara pelaku usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 38
No Kebutuhan Data Macam data
Sifat Data Teknik
Pengumpulan Data
Sumber Data Primer Sekunder
Pengunjung Peningkatan
Jumlah Produksi
Peningkatan Distribusi
Pengembangan Aktivitas
9. Investasi Sarana Prasarana Pendukung Kondisi Utilitas Pedestraian Parkir Unit Usaha
Pendukung
√ √ Kualitatif
dan kuantitatif
Studi literatur, Observasi lapangan,
wawancara
BPS, Kampung
Batik Kauman, Survey
Lapangan, pelaku usaha
Faktor Lokasi dalam perkembangan perekonomian 10. Faktor Lokasi
dalam perkembangan perekonomian
√ Kualitatif Wawancara Pelaku usaha industri dan perdagangan
Sumber : Penulis
Dalam proses pengumpulan data diatas, dilakukan dengan beberapa teknis
pengumpulan data, sebagai berikut:
(a) Studi literatur dan dokumen
Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data yang berupa dokumen
atau literatur dari badan atau lembaga yang terkait, biasanya hasil yang diperoleh
merupakan data sekunder. Studi literatur atau dokumen yang dilakukan antara lain
untuk mencari data yang tekstual seperti jumlah penduduk, sarana prasarana,
program,dan kebijakan yang diperoleh dari BPS, Bappeda Kota Surakarta, dan
Kelurahan Kauman.
(b) Observasi lapangan
Observasi lapangan merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap
wilayah dan objek kajian mengenai fenomena, gejala, situasi dengan cara
mengamati dan mencatat kebutuhan data. Teknik observasi lapangan dilakukan
untuk melihat keakuratan data sarana prasarana dan aksesibilitas, dengan kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 39
di lapangan. Selain itu, observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi
lingkungan fisik, sosial dan kecenderungan perkembangan ekonomi serta potensi
perkembangan wisata.
(c) Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data langsung kepada pihak
yang bersangkutan menyangkut data-data yang berupa keterangan lisan sebagai
pelengkap data observasi dan tidak terdokumentasikan. Teknis wawancara
dilakukan untuk memperoleh tambahan data dari dinas dan lembaga yang terkait,
dengan menggunakan instrument daftar pertanyaan. Wawancara juga dilakukan
untuk memperoleh data dari dinas, seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan,
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dan Bappeda Kota Surakarta. Data yang
diperoleh berkaitan dengan perkembangan kawasan dan lokasi Kampung Batik
Kauman.
Selain itu, kegiatan wawancara juga dilakukan terhadap pelaku usaha
industri dan perdagangan. Sebelum melaksanakan wawancara peneliti terlebih
dahulu menentukan responden yang dianggap memenuhi kriteria dalam
pengumpulan data melalui metode sampling. Dalam proses wawancara peneliti
menggunakan alat bantu berupa kuestioner atau daftar pertanyaan yang membantu
dalam perolehan data. Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan
instrumen dalam bentuk daftar pertanyaan dan kuestioner yang bersifat tertutup.
Hal ini dilakukan untuk lebih mengarahkan jawaban pada data yang dibutuhkan
dan mempermudah dalam kompilasi data.
Teknik pengumpulan data dengan wawancara digunakan untuk
memperoleh data yang berkaitan langsung dengan perkembangan perekonomian,
dengan responden pelaku usaha dan masyarakat. Data yang diperoleh antara lain
adalah peningkatan skala kegiatan, usia usaha, pemilihan lokasi.
Teknik wawancara dengan menggunakan instrumen kuestioner, salah satunya
bertujuan untuk mengetahui persepsi pelaku usaha terhadap peran faktor lokasi
terhadap perkembangan perekonomian, yang digunakan untuk proses analisis
sebagai data yang di trianggulasikan dengan teori. Data yang diperoleh adalah
hubungan antar variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai-nilai yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 40
digunakan dalam pengambilan melalui teknik wawancara adalah dengan
menggunakan skala nilai ordinal. Jenjang ordinal yang ditetapkan adalah sebagai
berikut:
Angka 1 digunakan untuk keterangan menghambat
Angka 2 digunakan untuk keterangan tidak berperan
Angka 3 digunakan untuk keterangan mendukung
Kompilasi data untuk data diatas dengan metode skoring yaitu salah satu cara
memberikan penilaian terhadap indikator-indikator sehingga dapat dibandingkan
bobot yang telah ditentukan sebelumnya. Masing-masing parameter dalam
penilaian ini mempunyai ukuran yang sama, dengan demikian penilaiannya dapat
dilakukan dengan menjumlahkan angka dari masing-masing parameter tersebut,
cara ini disebut dengan judgment of similarity (Ranking dalam Darmawanto,
2006: 26). Nilai yang digunakan sebagai acuan adalah nilai tertinggi dari ketiga
keterangan faktor lokasi terhadap perkembangan perekonomian.
(d) Pengukuran Peta
Pengukuran peta merupakan metode perolehan data yang digunakan untuk
mengukur jarak antara lokasi, dengan menggunakan peta dengan skala tertentu.
Cara ini dilakukan untuk mempermudah proses perolehan data dengan tidak perlu
melakukan pengukuran lapangan. Peta yang digunakan dalam proses pengukuran
adalah peta citra Google Earth, 2008. Peta yang digunakan adalah peta skala
digital, yang berubah sesuai dengan kebutuhan.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan kumpulan individu dengan karakter yang khas yang
menjadi perhatian dalam penelitian, dimana jumlah anggota populasi yang
diikutsertakan dalam proses penelitan disebut ukuran populasi. Populasi dapat
diartikan sebagai sekumpulan elemen yang dapat membantu dalam pengambilan
kesimpulan (Somantri dan Muhidin, 2006:60). Sementara bagian dari keseluruhan
populasi yang digunakan dalam proses penelitian yang dipilih berdasarkan
kesesuaian dalam mendukung kegiatan penelitian disebut sampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 41
Dari polulasi diatas dapat dihitung jumlah sampel yang digunakan sebagai
responden dalam penelitian ini. Jumlah responden dihitung sebagai berikut
(Nazhir, 1988:344) :
=∙ ( − )
( − ) + ( − )
Dimana :
=
Keterangan :
S : Jumlah sampel yang dikehendaki
N : Jumlah Populasi
P : Proporsi populasi ( maksimal sampel yang mungkin )
B : Bound of Error dalam pengambilan sampel
Dengan menggunakan rumus diatas, maka dapat diketahui jumlah sampel
yang dapat diambil. Populasi yang digunakan merupakan jumlah usaha industri
dan perdagangan yang ada di Kampung Batik Kauman. Populasi dan bound of
error yang digunakan dalam perhitungan sampel ditentukan dengan beberapa
pertimbangan.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kegiatan industri dan
perdagangan, dengan jumlah proporasi yang diikutsertakan sebesar 80%. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah memenuhi
kebutuhan jumlah responden yang digunakan sebagai narasumber. Alasan lain
adalah 80% proporsi pelaku usaha tersebut yang memiliki pemahaman terhadap
kondisi lokasi Kampung Batik Kauman karena menunjukkan pemilik usaha
terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi dan mampu mewakili kegiatan industri
dan perdagangan yang tumbuh sebelum dan sesudah pencanangan Kampung Batik
Kauman.
Bound of error yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10%.
Pertimbangannya adalah nilai menunjukkan kekhawatiran kesalahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 42
ditoleransi oleh peneliti, dimana mempertimbangkan ketidakpahaman pelaku
usaha terhadap indikator-indikator faktor lokasi yang ada di Kampung Batik
Kauman. Dengan pertimbangan diatas, maka dapat dilakukakn perhitungan
sebagai berikut:
Diketahui: N perdagangan : usaha perdagangan, 283 unit
N industri : pelaku industri 26 unit ( BPS, 2011)
P : 0,80
B : 0,10
Menghitung Nilai D :
=
=,
= ,
3.3.1. Pengambilan Sampel Kegiatan Perdagangan
(a) Perhitungan pengambilan Sampel
Jumlah populasi yang digunakan adalah 80% dari jumlah pedagang (BPS
dalam Kecamatan Pasar Kliwon dalam Angka tahun 2009). Pertimbangan 80%
populasi yang dilibatkan karena, jumlah tersebut dianggap mampu mewakili
populasi total, serta dianggap memahami kondisi wilayah kajian serta memiliki
kemampuan untuk menjawab pertanyaan dari peneliti. Berdasarkan rumus diatas,
ditentukan jumlah sampel kegiatan perdagangan adalah sebagai berikut:
=∙ ( − )
( − ) + ( − )
=∙ , ( − , )
, ( ) + , ( − , )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 43
=,
, + ,
S = 55 Responden
(b) Cara Pengambilan Sampel
Setelah dilakukan perhitungan jumlah sampel, kemudian ditetapkan cara
pengambilan sampel, dengan terlebih dahulu membagi lokasi responden menjadi
empat sub kawasan. Pembagian lokasi menjadi empat sub kawasan Kampung
Batik Kauman, dilakukan dengan pertimbangan kegiatan perdagangan yang
dilibatkan sebagai responden mampu mewakili seluruh aktivitas ekonomi di
Kampung Batik Kauman. Sub lokasi diatas mewakili kondisi yang berbeda dalam
satu lingkup kawasan Kampung Batik Kauman. Pembagian kuestioner yang
dilakukan menggunakan pembagian yang proposional berdasarkan jumlah
persentase jumlah kegiatan perdagangan di sub kawasan tersebut, sebagai berikut:
Kegiatan perdagangan di sepanjang jalan utama kota, seperti Jalan Slamet
Riyadi, Jalan Dr. Radjiman, dan Jalan Yos Sudarso.
Pada lokasi ini, tersebar aktivitas perdagangan yang cukup beragam dari
perdagangan emas, maian anak-anak, aksesoris, hingga bunga dengan persentase
27% dari jumlah total kegiatan perdagangan di Kampung Kauman. Maka jumlah
kuestioner yang disebar pada lokasi ini adalah sebagai berikut:
= % × =
Kegiatan perdagangan yang berada pada jalan lingkungan yang berkembang
sebagai kawasan ekonomi, yaitu di Jalan Hasyim Ashari, Jalan Wijaya
Kusuma, Jalan Masjid Agung dan Jalan Trisula.
Pada lokasi ini merupakan jalan lingkungan dengan kondisi jalan yang mampu
dilalui kendaraan roda empat, dimana kegiatan perdagangan yang banyak
berkembang adalah perlengkapan ibadah, batik dan toko kelontong. Jumlah
persentase kegiatan perdagangan kurang lebih sebesar 35% dari total kegiatan
perdagangan di Kampung Batik Kauman. Sehingga jumlah responden yang
diambil dari lokasi ini adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 44
= % × =
Kegiatan Perdagangan yang berada di Pasar Cinderamata Kauman
Pasar cinderamata Kauman menjadi sentra oleh-oleh yang berada di sebelah utara
Masjid Agung dengan jumlah pedagang sebanyak 97, atau 24% dari total kegiatan
perdagangan yang ada di Kampung Batik Kauman. Maka jumlah responden yang
diambil dari lokasi ini adalah sebagai berikut:
= % × =
Kegiatan Perdagangan yang berada pada lingkungan permukiman, tepatnya
pada Jalan Cakra, Jalan Wijaya Kusuman 2, dan Jalan Wijaya Kusuma 3
Lokasi ini merupakan jalan-jalan lingkungan yang relatif sempit, yang banyak
tumbuh kegiatan perdagangan sebesar14% dari total kegiatan perdagangan di
Kampung Batik Kauman. Jenis perdagangan yang banyak berkembang adalah
perdagangan batik dan cinderamata serta perdagangan kelontong. Maka jumlah
responden yang diambil dari lokasi ini adalah sebagai berikut:
= % × =
3.3.2. Pengambilan Sampel Kegiatan Industri
(a) Perhitungan Sampel
Pengambilan sampel untuk kegiatan industri dilakukan dengan
menggunakan 80% dari jumlah kegiatan industri di Kampung Batik Kauman
berdasarkan data dalam Kecamatan Pasar Kliwon dalam angka tahun 2009.
Jumlah populasi yang diikutkan dalam perhitungan ini, dianggap mampu
mewakili jumlah populasi sebenarnya mengenai pemahaman terhadap lokasi, dan
memberikan jawaban yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Jumlah responden
yang dapat dipakai adalah sebagai berikut:
=∙ ( − )
( − ) + ( − )
= , ( – , )
, ( ) + , ( − , )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 45
=,
, + , )
S = 18 Responden
(b) Cara Penentuan dan Pengambilan Sampel
Penentuan dan pengambilan sampel untuk kegiatan industri, dilakukan
dengan terlebih dahulu melakukan pendataan terhadap jumlah industri yang
berasal dari BPS, untuk kemudian dicocokkan dengan data perizinan
pelakasanaan izin usaha dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Surakarta, untuk mengetahui persebaran kegiatan industri. Setelah diketahui
persebaran lokasi kegiatan industri, maka kuestioner pada kegiatan industri yang
sudah terdaftar dan diketahui lokasinya, dengan mempertimbangkan mampu
mewakili macam-macam kegiatan industri yang ada di Kampung Batik Kauman.
Kegiatan industri di Kampung Batik Kauman, lebih dari jumlah responden
yang dibutuhkan. Persebaran kuestioner dilakukan dengan mendatangi lokasi
kegiatan industri tersebut hingga diperoleh responden sesuai dengan jumlah yang
telah ditetapkan sebesar 18 responden. Pembagian kuestioner tidak dibatasi oleh
jenis kegiatan industri dan lokasinya, melainkan pada kegiatan industri yang
paling mudah diperoleh informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 46
Peta 3.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 47
Peta 3.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 48
3.4. Teknik Analisis Data
Analisis dilakukan dengan melakukan pengamatan, pemahaman dan
pendalaman mengenai peran faktor lokasi dalam perkembangan perekonomian,
dengan pemahaman yang mengacu pada pendapat dari Bogdan dan Biklen yang
mengatakan bahwa kegiatan analisis dari penelitian kualitatif adalah dengan
menelaah data, menata, mengelola dan mengkompilasikan data, menganalisis,
mensintesis, mencari pola, dan menemukan hal yang bermakna untuk dilaporkan
dalam penelitian. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain adalah
sebagai berikut :
3.4.1. Analisis Orientasi Lokasi
Analisis orientasi lokasi dilakukan dengan menggunakan metode deskripsi
data dan pemetaan hasil penelitian, untuk mengkaji tingkat strategis lokasi serta
hubungan yang terjadi antara Kampung Batik Kauman dengan lokasi yang ada
disekitarnya, serta mengetahui tingkat kedekatan lokasi terhadap faktor penunjang
aktivitas ekonomi.
3.4.2. Analisis Fisik Dasar
Analisis daya dukung lahan dilakukan untuk mengolah data fisik dasar
mendukung aktivitas di Kampung Batik Kauman. Analisis yang dilakukan dengan
membandingkan kondisi dilapangan dengan teori kesesuaian lahan untuk
mengetahui kemampuan dan kesesuaian fisik dasar lokasi untuk kegiatan tertentu.
3.4.3. Analisis Potensi Lahan
Analisis potensi lahan dilakukan dengan metode deskripsi, dan pemetaan
penggunaan lahan di Kampung Batik Kauman, untuk selanjutnya mampu
dipahami mengenai keterbatasan dan kelebihan potensi lahan yang sudah ada
dibandingkan dengan kebutuhan ruang bagi aktivitas perekonomian, kemampuan
pembangunan dilihat dari kondisi intensitas bangunan serta kecenderungan nilai
lahan di Kampung Batik Kauman, dengan membandingkan dengan teori yang
terkait.
3.4.4. Analisis Sarana Prasarana
Analisis sarana prasarana dilakukan dengan metode deskripsi dan
pemetaan, serta pengolahan data sarana prasarana yang mendukung secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 49
langsung kegiatan perekonomian serta pengolahan data untuk mengetahui
kepuasan pelaku usaha terhadap sarana prasarana yang ada yang dibandingkan
dengan teori yang terkait.
3.4.5. Analisis Aksesibilitas
Analisis aksesibilitas merupakan analisis yang dilakukan dengan beberapa
tahapan, antara lain adalah analisis mengenai kondisi jaringan jalan dilihat dari
kualitas lebar jalan, bahan jalan serta sirkulasi jalan internal Kampung Batik
Kauman dengan metode deskripsi, dan selanjutnya akan dilakukan analisis
kondisi jalan yang sesuai dan menghambat kegiatan perekonomian. Dalam
penelitian ini juga dilakukan pengolahan data rute trayek dan moda angkutan Kota
Surakarta untuk mengetahui tingkat keterjangkauan lokasi studi dilihat secara
makro, dibandingkan dengan teori dan peraturan yang membantu dalam proses
analisis.
3.4.6. Analisis Perkembangan Perekonomian
Analisis perkembangan perekonomian dilakukan dengan tahap pengolahan
data hasil wawancara dengan menggunakan kuestioner dari pelaku pengusaha
untuk selanjutnya diketahui persentase perkembangan perekonomian yang
dirasakan oleh pengusaha berkaitan dengan peningkatan skala produksi,
peningkatan pendapatan, dan penambahan unit usaha.
Sementara untuk perkembangan perekonomian diihat secara fisik, seperti
alih fungsi bangunan, penambahan unit usaha, peningkatan skala kegiatan dan
investasi sarana prasarana pendukung dilakukan dengan metode deskripsi dan
pemetaan, untuk kemudian dikaji dengan menggunakan teori yang terkait.
3.4.7. Analisis Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian
Analisis ini merupakan proses mencari jawaban utama dalam pelaksanaan
penelitian ini. Metode analisis yang dilakukan dengan menggunakan konsep dan
hubungan antar variabel bebas dan terikat, melalui hubungan asimetrik yaitu
hubungan antar variabel yang dipandang memiliki posisi fungsional berbeda
dimana satu variabel akan memberikan pengaruh terhadap variabel yang lain.
Metode analisis yang digunakan dengan menggunakan analisis jaringan
kausal, dimana membaca hubungan dari variabel yang bersifat lokasi terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 50
perubahan yang terjadi pada variabel lain (Miles dan Hubberman, 1992:241-243).
Dimana membaca hubungan variabel dalam berbagai kemungkinan dan
keragaman hubungan yang lebih luas antar variabel lokasi terhadap perkembangan
perekonomian.
Analisis dilakukan untuk membaca hubungan dua variabel yaitu variabel
lokasi yang terdiri dari orientasi lokasi, fisik dasar, kondisi tata guna lahan,
aksesibilitas, dan sarana prasarana pendukung yang dikaitkan dengan teori yang
sesuai untuk selanjutnya dikaji peran dari setiap kriteria lokasi terhadap
perkembangan perekonomian yang dilihat dari alih fungsi bangunan untuk
kegiatan ekonomi, penambahan unit usaha, peningkatan skala kegiatan dan
investasi sarana prasarana pendukung untuk kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan
industri, perdagangan jasa dan pariwisata.
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui peran faktor lokasi dalam
perkembangan perekonomian Kampung Batik Kauman Surakarta adalah dengan
metode deskriptif dan triangulasi data dikaitkan dengan teori yang didukung
dengan hasil skoring terhadap persepsi pelaku usaha dalam menilai peran faktor
lokasi dalam perkembangan perekonomian. Dari hasil analisis deskriptif akan
disusun dalam bentuk matrik keterkaitan antar variabel bebas, yaitu Faktor lokasi
terhadap variabel terikat yaitu perkembangan perekonomian dalam kegiatan
industri, perdagangan dan pariwisata. Bentuk analisis peran diukur dalam
penilaian berperan positif (mendukung), tidak berperan, dan berperan negatif
(menghambat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 51
Gambar 3.1 Kerangka Analisis Sumber ; Penulis,2011
Perkembangan Perekonomian
Faktor Lokasi
Tinjauan Pustaka Teori Ekonomi Wilayah
- Pengetian kegiatan ekonomi
- Jenis kegiatan ekonomi
- Perkembangan kegiatan ekonomi
Teori Lokasi Aksesibilitas
Kondisi Sarana
Prasarana
Orientasi Lokasi
Potensi Lahan
Kondisi Fisik Dasar
- Analisis deskripsi dan pemetaan - Analisis tingkat stratefis lokasi skala makro - Analisis orientasi lokasi ekonomi terhadap
kegiatan pendukung
- Analisis deskripsi dan pemetaan - Analisis kondisi jalan dan sirkulasi internal - Analisis trayek dan moda angkautan - Analisis kesesuaia prasarana jalan untuk
kegiatan ekonomi - Analisis keterjangkauan lokasi secara makro
- Analisis deskripsi dan pemenataan - Analisis kebutuhan sarana prasarana yang
dibutuhkan dalam kegiatan ekonomi
- Deskripsi dan pemetaan - Analisis daya dukung lahan dan ketersediaan
lahan - Analisis permasalahan tata guna lahan dalam
pengembangan aktivitas ekonomi
Analisis daya dukung lahan/ fisik lokasi terhadap kegiatan ekonomi.
Alih Fungsi Bangunan
Peningkatan Skala Kegiatan
Peambahan Sarana
Prasarana
Peningkatan Unit usaha
Analisis deskriptif hubungan asimetrik dan matrik
menilai peran faktor lokasi terhadap perkembangan perekonomian Kampung Batik Kauman Surakarta
- Analisis deskripsi dan pemetaan - Analisis kecenderungan bentuk
perkembangan ekonomi pelaku usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode penelitian 52
3.5. Sintesa
Setelah dilakukan pemahaman mengenai seberapa besar dan bagaimana
lokasi mampu berperan dalam perkembangan kegiatan perekonomian, dan
indikator mana yang paling menunjukkan tingkat peran paling tinggi terhadap
perkembangan perekonomian di Kampung Batik Kauman. Dari kondisi tersebut
maka nilai lokasi akan memberikan kesesuaian terhadap kegiatan ekonomi yang
mampu berkembang secara baik atau kegiatan ekonomi yang tehambat oleh peran
faktor lokasi Kauman. Dari penelitian ini dapat diketahui perkembangan kegiatan
ekonomi yang sesuai untuk dilaksanakan sebagai aktivitas masyarakat di
Kampung Batik Kauman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
136
BAB 5
PEMBAHASAN PERAN FAKTOR LOKASI DALAM PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN KAMPUNG BATIK KAUMAN SURAKARTA
Bab ini merupakan hasil pembahasan dari bab sebelumnya, yaitu mengkaji
data yang diperoleh sehingga mampu mencapai tujuan dan sasaran penelitian.
Dalam tahap ini, akan dilakukan analisis mengenai faktor lokasi di Kampung
Batik Kauman serta perkembangan perekonomian. hasil dari pembahasan ini
diharapkan mampu menjawab peran faktor lokasi dalam perkembangan
perekonomian Kampung Batik Kauman.
5.1. Analisis Faktor Lokasi Kampung Batik Kauman
5.1.1. Analisis Orientasi Lokasi
5.1.1.1.Orientasi Lokasi terhadap Kawasan Pusat Kota
Orientasi lokasi terhadap pusat kota mengarah pada perkembangannya
sebagai pusat pertumbuhan dengan skala pelayanan yang luas. Menurut
Christaller (Tarigan, 2005:137), lokasi sebagai pusat aktvitas akan memiliki
tingkat pelayanan terhadap wilayah yang luas dengan perkembangan aktivitas
yang beragam. Lokasi Kampung Batik Kauman yang berada pada kawasan pusat
Kota Surakarta (Bappeda Kota Surakarta, 2011), yang dinyatakan berfungsi
sebagai pusat pelayanan. Kampung Batik Kauman, tumbuh sebagai pusat
perekonomian, yang mampu mendukung tingkat pelayanan skala regional seperti
wilayah Subosukowonosraten. Lokasi ini berkembang sebagai pusat komersial,
dengan pengembangan sarana ekonomi di sepanjang Jalan Dr. Radjiman, Jalan
Slamet Riyadi dan Jalan Yos Sudarso serta Jalan Hasyim Ashari. Perkembangan
kegiatan perdagangan tersebar pula di seluruh lokasi di Kampung Batik Kauman.
Menurut Hebert (1973), kawasan pusat kota atau pusat kegiatan pada kota
besar, pertumbuhan kegiatan satu sama lain bersifat terpisah atau mengunakan
zona yang berbeda (Yunus, 2008:10). Kota Surakarta merupakan salah satu kota
besar (berdasarkan jumlah penduduk) dengan jumlah penduduk 500.642 jiwa pada
tahun 2010 (Data Sensus Penduduk, BPS, 2011). Pertumbuhan pusat kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
137
memiliki karakteristik yang berbeda. Kampung Batik Kauman berkembang
dengan pertumbuhan kegiatan ekonomi yang terpisah dalam zona yang jelas di
sepanjang jalan utama, yaitu Jalan Slamet Riyadi, Jalan Dr. Radjiman, dan Jalan
Yos Sudarso. Akan tetapi, pertumbuhan lingkungan secara luas lebih bersifat
campuran, dimana kegiatan satu dengan yang lain tidak terpisah melainkan
berkembang bersama pada suatu lokasi, bahkan pada satu bangunan. Bentuk yang
paling mudah adalah pertumbuhan kegiatan ekonomi di kawasan permukiman di
Kampung Batik Kauman. Bangunan yang tumbuh di kawasan perdagangan,
banyak yang juga digunakan sebagai hunian. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
pertumbuhan kawasan Kampung Batik Kauman sebagai lokasi pusat pelayanan,
menggunakan pola pembangunan campuran.
Perkembangan kawasan pusat kota, yang diikuti dengan pertumbuhan
standart hidup masyarakat serta adanya penurunan kualitas lingkungan, yang
menyebabkan masyarakat banyak yang berpindah ke luar kawasan pusat kota
(Alonso dalam Yunus, 2008: 59). Hal ini berbeda dengan masyarakat yang ada di
Kampung Batik Kauman, kawasan ini dikenal dengan masyarakat dengan standart
hidup yang tinggi akan tetapi penurunan kualitas lingkungan dan pertumbuhan
kawasan menjadi pusat komersil yang ramai tidak membuat masyarakat berpindah
ke luar Kampung Batik Kauman. Yang dipindahkan keluar Kampung Batik
Kauman merupakan kegiatan yang menimbulkan pencemaran lingkungan seperti
industri batik. Industri ini menimbulkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan,
sehingga kegiatan yang mampu bertahan hanya untuk kegiatan industri yang telah
melakukan pengolahan limbah terlebih dahulu.
Faktor lain yang menjadikan masyarakat di Kampung Batik Kauman tetap
bertahan pada lingkungan pusat kota yang jauh dari ketenangan dan kenyamanan
sebagai hunian adalah karena pengaruh nilai investasi. Berdasarkan data yang
diperoleh melalui wawancara di setiap RW, rata-rata terjadi perubahan fungsi
bangunan untuk kegiatan ekonomi 40% hingga 80%. Hal ini menunjukkan bahwa
lokasi Kampung Batik Kauman berpotensi untuk investasi cukup tinggi untuk
kegiatan ekonomi bagi masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
138
5.1.1.2.Orientasi Lokasi terhadap Pintu Masuk Kota
Orientasi lokasi Kampung Batik Kauman terhadap pintu masuk Kota
Surakarta menunjukkan jarak terhadap sub kota. Jarak terhadap kawasan sub kota
akan mempengaruhi tingkat penggunaan lahan untuk kegiatan perdagangan dan
jasa, dimana semakin dekat maka pertumbuhan perdagangan dan jasa semakin
banyak karena fungsinya untuk melayani kawasan sub kota (Chapin, dalam
Irawan 2005).
Jarak sub wilayah kota ditandai dengan jarak lokasi terhadap pintu masuk
kota yang menjadi simpul tarikan dari luar wilayah. Batas sub Kota Surakarta
diukur berdasarkan empat pintu masuk Kota, yaitu Grogol (2,5km), Kleco (5,4),
Joglo (4 km), dan Palur (3,9 km). Keempat lokasi tersebut menjadi batas terluar
serta pintu masuk Kota Surakarta dari empat arah. Jarak tersebut mampu diatasi
dengan adanya aksesibilitas yang baik menuju dan dari keempat arah pintu masuk
kota, sehingga mampu memberikan kemudahan dalam pertumbuhan perdagangan
dan industri terkait dengan pemasaran dan distribusi bahan baku.
Pertumbuhan kegiatan ekonomi di Kampung Batik Kauman, menempati
39,06% dari luas total Kampung Batik Kauman. Pusat kegiatan terbesar berada
pada jalan utama, yaitu di lokasi yang berada di sepanjang Jalan Slamet Riyadi,
Jalan Dr. Radjiman dan Jalan Yos Sudarso. Jalan tersebut, merupakan jalur
aksesibilitas menuju dan dari kawasan sub kota. Hal ini menunjukkan bahwa
kedudukan Kampung Batik Kauman yang dekat serta didukung dengan
aksesibilitas yang baik terhadap sub kota, menjadikan Kampung Batik Kauman
sebagai pusat pelayanan ekonomi skala regional.
5.1.1.3.Orientasi Lokasi terhadap Kawasan Segitiga Budaya
Orientasi lokasi yang baik untuk kegiatan ekonomi dan pertumbuhan pusat
aktivitas yaitu pada lokasi yang ditandai dengan letak yang strategis dan kaitan
dengan aktivitas yang beragam (Tarigan, 2005). Lokasi Kampung Batik Kauman
berada pada lingkup kawasan strategis Kota Surakarta yaitu kawasan segitiga
budaya yang merupakan kawasan yang menunjukkan nilai budaya Kota Surakarta.
Kampung Batik Kauman merupakan salah satu elemen kawasan
pendukung Keraton Kasunanan Surakarta, serta ditetapkan sebagai kawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
139
budaya berdasarkan Peraturan Zonasi Kawasan Heritage, Public Space dan Ruang
Terbuka Kota Surakarta Tahun 2010. Kawasan segitiga budaya merupakan cikal
bakal pertumbuhan Kota Surakarta yang oleh Bappeda Kota Surakarta dinyatakan
sebagai kawasan strategis kota. Orientasi lokasi terhadap kawasan strategis
segitiga budaya menjadi potensi dalam pengembangan aktivitas ekonomi dan
budaya di Kampung Batik Kauman. Keberadaan kawasan segitiga budaya mampu
memposisikan Kampung Batik Kauman pada lokasi yang strategis dan menjadi
prioritas pembangunan kota. Pengarahan aktivitas yang beragam diarahkan untuk
tetap mempertahankan potensi dan budaya lokal, yang menjadi nilai pendukung
kawasan segitiga budaya.
5.1.1.4.Orientasi Lokasi terhadap Sarana Ekonomi Lingkup Kota
Keberadaan suatu lokasi dilihat berdasarkan jarak terhadap pusat aktivitas
termasuk didalamnya adalah Pasar dan Sarana Perdagangan pada lingkup yang
lebih luas, dimana konsentrasi kegiatan ekonomi dalam suatu kawasan yang
berdekatan akan mempersempit threshold dan memperluas range pelayanan
(Christaller). Lokasi Kampung Batik Kauman memiliki jarak yang relatif dekat
dengan sarana perdagangangan lingkup kota Surakarta baik yang memiliki
aktivitas kegiatan ekonomi yang sama maupun berbeda (Tabel 4.3). Kedekatan
beberapa lokasi kegiatan ekonomi memberikan keuntungan bagi pertumbuhan
aktivitas perdagangan, dikarenakan adanya kebersamaan dan memberikan
kemudahan bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan yang beragam dari lokasi
yang dekat.
Sebagai contoh adalah lokasi Kampung Batik Kauman memiliki yang
berdekatan dengan sarana ekonomi lingkup kota dengan komoditi yang sama
seperti Pasar Klewer, PGS, BTC. Keberadaan kawasan ekonomi skala kota,
mampu ditangkap sebagai peluang untuk tempat pemasaran hasil produksi dan
perdagangan Kampung Batik Kauman. Hal ini dapat diliat dengan adanya
distribusi barang hasil produksi, maupun perdagangan yang bersumber di
Kampung Batik Kauman dipasarkan di BTC, Pasar Klewer dan PGS. Tujuannya
adalah untuk mengembangkan skala distribusi dan promosi di kawasan
perdagangan yang sudah cukup terkenal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
140
Selain itu, kawasan Kampung Batik Kauman sendiri memiliki komoditi
dagang yang berbeda, serta memiliki jarak yang relatif dekat dengan kawasan
perdagangan yang memiliki komoditi yang beragam. Meskipun memiliki
komoditi yang berbeda, lokasi tersebut juga memberikan nilai positif dalam
peningkatan pelayanan ekonomi, karena komoditi tersebut saling mendukung dan
menciptakan kawasan perdagangan one stop shopping. Lokasi Kampung Batik
Kauman sebagai pusat perdagangan dengan komoditi batik, buku, dan alat ibadah
berkembang dekat dengan kawasan Coyudan dan Nonongan yang berkembang
sebagai pusat aksesoris, pusat penjualan sepatu, dan emas. Hal ini menjadikan
lokasi ini secara makro menjadi kawasan perdagangan yang lengkap yang mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam.
Dari kondisi tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan skala kegiatan
ekonomi di Kampung Batik Kauman tidak hanya dipengaruhi oleh keberadaan
kawasan komersial dengan komoditi yang sama. Keberadaan kawasan
perdagangan dengan komoditi yang berbeda, juga merupakan potensi
pengembangan kawasan. Keberadaan Kampung Batik Kauman dan kawasan
perdagangan di sekitarnya menjadi pusat ekonomi dengan pelayanan yang luas
dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam.
5.1.1.5.Orientasi Lokasi terhadap Sarana Transportasi Lingkup Kota
Lokasi yang baik untuk kegiatan perekonomian merupakan lokasi yang
memiliki tingkat aksesibilitas yang baik sebagai kawasan strategis. Hal ini dapat
dilihat dari jarak dengan sarana tranportasi lingkup kota yang mendukung dalam
aktivitas (Tarigan, 2005: 78).
Lokasi Kampung Batik Kauman memiliki jarak yang relatif dekat dengan
sarana transportasi lingkup kota yang mempermudah jangkauan Kampung Batik
Kauman dari dan menuju lokasi lain di dalam Kota Surakarta dan luar kota (Tabel
4.4). Kondisi ini dapat dikatakan bahwa, Kampung Batik Kauman didukung
dengan sistem aksesibilitas yang baik dari semua sarana tranportasi. Kedekatan
dengan lokasi-lokasi tersebut, mempermudah perpindahan barang produksi atau
dagangan ke luar kota atau luar daerah, sehingga dapat dikatakan mendukung
dalam menangani permasalahan distribusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
141
Kedudukan suatu lokasi tidak hanya menunjukkan titik lokasi terhadap
wilayah yang lebih luas mampu menunjukkan bagaimana titik-titik tersebut
berhubungan dengan titik lokasi yang lain. Hubungan antara lokasi yang dianggap
strategis akan menumbuhkan kegiatan ekonomi yang berkembang di dalamnya.
Salah satu arah pertumbuhan kegiatan ekonomi dapat diketahui dengan
menentukan bagian wilayah yang memperoleh dampak dari hubungan antar lokasi
dengan pusat-pusat aktivitas disekitarnya (Hariyono, 2010:88).
Kedudukan lokasi-lokasi kawasan yang disebutkan dalam orientasi lokasi
Kampung Batk Kampung Batik Kauman memiliki hubungan keterkaitan baik
antar lokasi tersebut, maupun dengan Kampung Batik Kauman itu sendiri.
Kampung Batik Kauman, dapat dikatakatan tepat didalam hubungan antar lokasi,
yang menjadikan Kampung Batik Kauman memperoleh dampak langsung dari
keberadaan lokasi tersebut. Dari kondisi tersebut menjadikan Kampung Batik
Kauman, merupakan kawasan yang potensial berkembang sebagai pusat kegiatan
ekonomi. Untuk lebih jelas menunjukkan kedudukan lokasi Kampung Batik
Kauman sebagai kawasan yang memperoleh dampak terhadap lokasi-lokasi yang
lebih luas, dapat dilihat dalam peta 5.1 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
142
Peta 5.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
143
5.1.2. Analisis Fisik Dasar
Faktor lokasi yang berupa kondisi fisik dasar merupakan kondisi alami
yang tidak ada campur tangan teknologi buatan (Tarigan, 2005). Kondisi fisik
dasar sendiri terdiri dari kondisi topografi, jenis tanah, hidrologi, dan iklim.
Kondisi Topografis di Kampung Batik Kauman memiliki ketinggian 80-
130 mdpl, dengan kemiringan 0-40º serta kelerengan 0-2%. Topografi ini
termasuk dalam kategori lahan landai, yang sesuai untuk sebagai area terbangun
dan cocok untuk kawasan budidaya.
Jenis tanah Kampung Batik Kauman terdiri dari tanah alluvial dan tanah
regosol. Tanah alluvial merupakan jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi dan
memiliki struktur tanah yang padat. sementara untuk jenis tanah regosol, termasuk
dalam golongan tanah yang sangat peka terhadap erosi. Kondisi tanah ini lebih
sesuai untuk kegiatan pertanian, karena kondisinya yang subur. Akan tetapi
struktur tanah yang kuat, serta kondisi topografis datar mendukung untuk
pembangunan fisik.
Kondisi hidrologi Kampung Batik Kauman merupakan tipe aliran air
dangkal, dengan kedalaman 5-10 meter. Kondisi air ini cukup baik untuk
memenuhi standart air minum. Tipe sumber air dangkal beresiko terhadap
pencemaran lingkungan dan mengurangi kualitas air bersih. Oleh karena itu, pada
lokasi dengan sumber air dangkal diusahakan jauh dari aktivitas yang
menimbulkan pencemaran lingkungan.
Sumber cadangan air dapat berasal dari curah hujan, dimana curah hujan
rata-rata Kampung Batik Kauman adalah 20,63 mm/hari. Kondisi ini termasuk
pada golongan curah hujan sedang, yang menjadi cadangan air besih dialirkan
melalui jaringan drainase yang akan mengalir ke sungai Pepe.
Kondisi fisik dasar di Kampung Batik Kauman digolongkan dalam Kelas
I, dimana memiliki topografis datar, struktur tanah yang mudah diolah tidak
berpotensi banjir meskipun mememiliki sistem drainase yang buruk (Sutanto,
2005: 172). Kelas lahan dengan tipe ini, lebih berpotensi untuk kegiatan yang
berhubungan dengan pertanian. Namun, juga cukup potensial untuk dilakukan
pembangunan kawasan budidaya perkotaan karena struktur lahan yang baik untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
144
konstruksi. Akan tetapi lokasi yang mampu berkembang diharapkan,bukan
merupakan kegiatan yang menyebabkan pencemaran lingkungan karena kondisi
hidrologi yang dangkal sangat potensial untuk mengalami pencemaran.
David Ricardo menyatakan bahwa lokasi yang memiliki tingkat kesuburan
tanah yang tinggi merupakan kawasan yang pertama kali diikutsertakan dan
difungsikan untuk kegiatan yang produktif atau nilai ekonomi tinggi dan wilayah
dengan kesuburan tanah yang rendah akan berkembang sebagai kawasan dengan
tingkat ekonomi yang semakin rendah. Hal ini terbukti di Kampung Batik
Kauman, dimana secara struktur tanah yang subur dibuktikan dengan
perkembangan aktivitas yang produktif. Perkembangan kegiatan produktif di
Kampung Batik Kauman berbeda dengan kondisi yang dikemukakan diatas,
karena kegiatan ekonomi yang berkembang adalah perdagangan dan industri
bukan pertanian.
Tingkat kesuburan lahan menjadi salah satu faktor yang menentukan
tingginya nilai lahan, dimana semakin tinggi kesuburan tanah maka nilai
produktivitas dan nilai lahan akan meningkat (Drabkin dalam Yunus, 2008:89).
Dilihat dari kondisi fisik dasar di Kampung Batik Kauman, menunjukkan kondisi
tingkat kesuburan tanah yang baik dan disisi lain juga menunjukkan
perkembangan nilai lahan yang cukup tinggi. Akan tetapi, aktivitas perkembangan
perekonomian yang ada di Kampung Batik Kauman tidak berhubungan langsung
dengan tingkat kesuburan tanah, maka yang menyebabkan nilai lahan di Kampung
Batik Kauman bukan dikarenakan kondisi tanah. Nilai lahan di Kampung Batik
Kauman lebih dipengaruhi oleh letak lokasi dan aksesibilitas yang baik. Kondisi
fisik dasar sangat optimal fungsinya ketika dihadapkan pada aktivitas yang
melibatkan dan memanfaatkan kondisi fisik lahan sebagai faktor utama.
5.1.3. Analisis Potensi Lahan
5.1.3.1.Tata Guna Lahan
Penggunaan lokasi pada suatu kawasan menunjukkan pembangunan dan
penggunaan lahan dalam mendukung aktivitas yang ada di dalamnya. Penggunaan
lahan menunjukkan potensi lokasi dan konsentrasi kegiatan serta arah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
145
pembangunan (Tarigan,2005). Kampung Batik Kauman memiliki luas wilayah
19,20 Ha, dengan persentase penggunaan lahan 57% untuk permukiman, 39%
untuk perdagangan dan jasa serta 4% berupa lahan belum terbangun (Tabel 4.6).
Kondisi tata guna lahan tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi kegiatan
yang cukup besar adalah untuk fungsi permukiman, dan selebihnya untuk
perdagangan dan jasa. Jika melihat persentase terbesar, fungsi utama Kampung
Batik Kauman adalah untuk fungsi permukiman yang didukung oleh kegiatan
perdagangan dan jasa. Akan tetapi, jika melihat kondisi di lapangan, Kampung
Batik Kauman berpotensi sebagai pusat komersial dan pengembangan kegiatan
ekonomi kreatif yang banyak berkembang di lingkungan permukiman. Potensi
pengembangan sebagai kawasan komersial dikarenakan pengaruh dari keberadaan
Pasar Klewer serta dukungan dengan aksesibilitas yang baik untuk mendukung
aktivitas dengan nilai ekonomi tinggi.
Proporsi penggunaan lahan untuk kegiatan ekonomi menunjukkan adanya
konsentrasi aktivitas yang berpengaruh terhadap peningkatan skala pelayanan dan
kemudahan bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan (Chapin dalam Irawan,
2009). Penggunaan lahan untuk kegiatan ekonomi di Kampung Batik Kauman
cukup besar yaitu 39,06% dari luas wilayah Kampung Batik Kauman. Jumlah
proporasi penggunaan lahan untuk kegiatan ekonomi tersebut belum sepenuhnya
menunjukkan angka yang tepat.
Hal tersebut dikarenakan, kegiatan perekonomian di Kampung Batik
Kauman juga tumbuh diluar proporsi penggunaan lahan untuk perdagangan dan
jasa, karena terjadinya alih fungsi dan pemanfaatan bagian dari hunian untuk
kegiatan ekonomi yaitu sebesar 58% dari permukiman Kampung Batik Kauman.
Kondisi diatas menunjukkan bahwa kemampuan yang besar untuk Kampung
Batik Kauman menjadi kawasan dengan tingkat pelayanan kegiatan ekonomi yang
luas.
Proporsi penggunaan lahan mampu menunjukkan struktur keruangan dan
pembagian sub zona kawasan (Pyor dalam Yunus, 2008: 169). Dengan melihat
proporsi penggunaan lahan yang didominasi untuk kegiatan permukiman dan
perdagangan jasa membentuk pola-pola keruangan yang cukup jelas, dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
146
perkembangan perdagangan dan jasa, bersifat linier atau mengikuti pola jalan.
Pertumbuhan kegiatan perdagangan dan jasa berkembang disepanjang jalan utama
yaitu Jalan Slamet Riyadi, Jalan Dr. Radjiman, Jalan Yos Sudarso, serta Jalan
Hasyim Ashari. Pemusatan aktivitas perdagangan juga terjadi mengelilingi Masjid
Agung dan di Pasar Cinderamata Kampung Batik Kauman. Sementara untuk
pertumbuhan fungsi lainnya lebih bersifat campuran dengan fungsi permukiman.
Kondisi ini menunjukkan bahwa arah pengembangan yang lebih sesuai di
Kampung Batik Kauman adalah kegiatan ekonomi, dimana memiliki konsentrasi
dan arah pertumbuhan yang cukup dominan. Sementara itu, karena terhambat
dengan ketersediaan lahan yang cukup terbatas arahan pengembangan kawasan
lebih kepada pembangunan vertikal dibandingkan pembangunan horizontal.
Pertimbangan kegiatan ekonomi merupakan salah satu faktor penggunaan
lahan perkotaan (Jayadinata, 1986). Dengan melihat arah pembangunan yang
paling potensial di Kampung Batik Kauman adalah kegiatan ekonomi, maka bisa
dikatakan bahwa arah pembangunan mengarah pada efisiensi daya guna dan
pengoptimalan nilai dan biaya. Aktivitas perubahan lahan yang dilakukanpun juga
mengarah pada pemanfaatan fungsi dan aktivitas ekonomi masyarakatnya.
5.1.3.2.Intensitas Bangunan
Kondisi pembangunan saat ini salah satunya ditunjukkan dengan kondisi
intensitas bangunan. Intensitas bangunan di Kampung Batik Kauman ditunjukkan
dengan kondisi kepadatan bangunan yang tinggi. Kondisi intensitas bangunan di
sebagian wilayah di Kampung Batik Kauman, dibatasi dengan Peraturan Daerah
Nomor 8 Tahun 2009. Berikut kesesuaian dan kemampuang pembangunan
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2009, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
147
Tabel 5.1 Intensitas Bangunan Kampung Batik Kauman berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 8 Tahun 2009
No Lokasi Standart KDB KDB Daya
Dukung Standart
KLB KLB Daya Dukung
1 JalanSlamet Riyadi
90% untuk Jalan utama arteri dan kolektor sekunder
80% untuk jalan lokal dan lingkungan
100% Tidak mendukung
7 lantai untuk jalan arteri dan kolektor
3 lantai untuk jalan lokal
2 lantai untuk jalan lingkungan
2-4 Mendukung
2 Jalan Yos sudarso 100% Tidak
mendukung 2-4 Mendukung
3 Jalan Dr. Radjiman 100% Tidak
mendukung 1-4 Mendukung
4 Jalan Hasyim Asyari 95% Tidak
mendukung 1-3 Mendukung
5 Jalan Trisula 95% Tidak mendukung 1-3 Mendukung
6 Jalan Trisula 1 80%-90%
Tidak mendukung 1-2 Cukup
Mendukung
7 Jalan Trisula 2 80%-90%
Tidak mendukung 1-2 Cukup
Mendukung
8 Jalan Masjid Agung 80% Tidak
mendukung 1-2 Cukup Mendukung
9 Jalan Kalimosodo 80% Tidak
mendukung 1-2 Cukup Mendukung
10 Jalan Wijaya Kusuma 95% Tidak
mendukung 1-2 Cukup Mendukung
11 Jalan Wijaya Kusuma 2
80%-90%
Tidak mendukung 1-2 Cukup
Mendukung
12 Jalan Wijaya Kusuma 3
80%-90%
Tidak mendukung 1-2 Cukup
Mendukung
13 Jalan Wijaya Kusuma 4
80%-90%
Tidak mendukung 1-2 Cukup
Mendukung
14 Jalan Cakra 95% Tidak mendukung 1-2 Cukup
Mendukung
15 Jalan Cakra 1 80%-90%
Tidak mendukung 1-2 Cukup
Mendukung
16 Jalan Cakra2 80%-90%
Tidak mendukung 1-2 Cukup
Mendukung Sumber : Pengolahan Data, 2011
Melihat kondisi eksisting dibandingkan dengan peraturan daerah tentang
bangunan, dapat dikatakan arah pembangunan yang sesuai di Kampung Batik
Kauman adalah pembangunan dengan menggunakan pola vertikal. Ketinggian
bangunan Kampung Batik Kauman tidak terlepas dari lokasinya yang berada di
kawasan pusat kota serta memiliki nilai lahan yang cukup tinggi dan aksesibilitas
yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
148
Ketersediaan lahan kosong atau belum terbangun menunjukkan
kemampuan pengembangan kawasan (Hansen dalam Tarigan, 2005: 156).
Kampung Batik Kauman memiliki lahan terbuka/ lahan kosong hanya sebesar 4%
dari total luas Kampung Batik Kauman dengan tingkat Koefisien Dasar Bangunan
yang sangat tinggi, dapat dikatakan kemampuan pengembangan kawasan
Kampung Batik Kauman sangat kecil. Akan tetapi pertumbuhan kawasan di
Kampung Batik Kauman, lebih mengarah dengan pola vertikal dan alih fungsi
bangunan untuk mengambangkan aktivitas kawasan.
Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi menunjukkan kemampuan lahan
yang terbatas dalam mendukung perubahan dan cenderung kearah kemandegan
pembangunan (Berry, dalam Yunus, 2008:81). Lahan di Kampung Batik Kauman
memang kurang mendukung untuk pembangunan dan perubahan yang
membutuhkan ruang yang luas, akan tetapi pertumbuhan dan pengembangan
kawasan dapat dilakukan secara optimal melalui pola vertikal.
Arah pembangunan vertikal di Kampung Batik Kauman, mengarah pada
teori yang dikemukakan Bergel (Yunus, 2008:17). Pembangunan vertikal
mengarah pada peruntukan untuk kegiatan ekonomi, dimana lantai paling bawah
dianggap memiliki tingkat aksesibilitas terbaik dipergunakan sebagai tempat
untuk kegiatan ekonomi. Semakin keatas dipergunakan untuk kegiatan dengan
nilai ekonomi rendah seperti hunian. Hal ini dilakukan oleh masyarakat, untuk
memanfaatkan secara oprimal luas lahan yang terbatas serta nilai lahan yang
tinggi, seperti pengembangan hunian yang terdapat di sepanjang Jalan Slamet
Riyadi, Jalan Yos Sudarso, Jalan Dr. Radjiman dengan bentuk rumah toko.
Intensitas bangunan yang tinggi menunjukkan kebutuhan masyarakat saat
ini yang terjadi akibat ketidakseimbangan suplay dan demand (Rodenburg dan
Nijkamp, dalam Yulita Sari, 2009: 42). Ketersediaan lahan di Kampung Batik
Kauman yang sangat terbatas yang hanya memilik 4% lahan tidak terbangun
merupakan kendala dalam kebutuhan pembangunan yang cukup tinggi terutama
untuk kegiatan perekonomian. Dengan kondisi kesesuaian intensitas bangunan
diatas, maka dapat dikatakan bahwa supplay yang mampu diberikan oleh
Kampung Batik Kauman adalah terhadap pembangunan vertical.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
149
Peta 5.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
150
Peta 5.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
151
5.1.3.3. Harga Lahan
Lokasi yang memiliki nilai lahan yang semakin tinggi, ketika didukung
dengan nilai aksesibilitas yang baik untuk mengurangi biaya transportasi (Von
Thunen, dalam Yunus, 2008:88). Nilai lahan di Kampung Batik Kauman, relatif
tinggi dengan berbagai tingkatan nilai (Tabel 4.8). Melihat kondisi tersebut dapat
dikatakan bahwa perbedaan nilai lahan di Kampung Batik Kauman disebabkan
oleh perbedaan kelas jalan yang melalui. Semakin tinggi dan baik kelas jalan yang
melewati dapat dikatakan kemampuan aksesibilitas lahan semakin tinggi,
sehingga nilai lahan juga semakin meningkat.
Perkembangan nilai lahan yang terjadi di Kampung Batik Kauman terjadi
periode tahun 2005 dan tahun 2011 sebagai waktu sebelum dan sesudah
pencanangan Kampung Batik Kauman. Pertumbuhan nilai lahan yang terjadi
cukup tinggi antara range 29% hingga 100%. Nilai pertumbuhan tertinggi terjadi
pada lokasi dengan tingkat aksesibilitas paling rendah atau jalan lingkungan. Hal
ini cukup bertentangan dengan konsep teori yang dikemukakan Von Thunen.
Lahan dengan nilai yang tinggi dipengarui oleh semakin tingginya output
atau tingkat produktifitas yang dihasilkan (Yunus, 2008:88). Kampung Batik
Kauman merupakan lokasi dengan pertumbuhan kegiatan ekonomi yang cukup
tinggi, sehingga dapat dikatakan mampu menumbuhkan output yang positif.
Pertumbuhan nilai lahan di Kampung Batik Kauman secara periodik menunjukkan
bahwa pertumbuhan nilai lahan yang tertinggi terjadi di lingkungan permukiman,
bukan pada lokasi dengan derajat aksesibilitas yang baik.
Hal tersebut diatas dikarenakan, potensi pertumbuhan kegiatan ekonomi
yang mengarah pada lingkungan permukiman, dengan standar jalan lingkungan
cukup tinggi pada tahun 2005-2006. Dengan kondisi tersebut menyebabkan
lingkungan permukiman di Kampung Batik Kauman dianggap memiliki potensi
yang cukup untuk perkembangan kegiatan usaha, dan menumbuhkan pola
investasi yang disertai peningkatan nilai lahan secara periodik. Sehingga dapat
dikatakan bahwa Kampung Batik Kauman merupakan lokasi yang memiliki
tingkat produktifitas yang tinggi dengan dukungan aksesibilitas yang baik. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
152
yang menjadi faktor utama pertumbuhan nilai lahan yang tinggi di Kampung
Batik Kauman.
Chapin dan Kaiser dalam Yulita Sari (2009), menyatakan bahwa
pertumbuhan penduduk dan kegiatan ekonomi pada pemanfaatan ruang akan
menaikkan status lingkungan dan peningkatan penawaran lahan. Kampung Batik
Kauman, mengalami peningkatan nilai lahan yang cukup signifikan di seluruh
lokasi, termasuk yang berada pada jalan lingkungan dengan aksesibilitas yang
kurang baik. Hal ini dikarenakan pada peningkatan status dan image kawasan
sebagai kawasan komersial dan pariwisata yang potensial, sehingga nilai lahan
mengalami peningkatan.
5.1.4. Analisis Sarana Prasarana
Penyelenggaraan sarana prasarana kota diarahkan sesuai dengan fungsi
kota, serta ketidakseimbangan dalam penyediaan terhadap kebutuhan yang ada
akan menimbulkan ketidakefektifan dan kurang efisien dalam pemanfaatan sarana
prasarana yang ada. Beradasarkan kondisi sarana prasarana di Kampung Batik
Kauman, jika dilihat berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam SNI 03-1733-2004
dan Permenpera No 22 Tahun 2008 tentang Standart Pelayanan Minimum
Kawasan Permukiman Perkotaan, adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2 Tingkat Kesesuaian Sarana Prasarana Kampung Batik Kauman
No Jenis
sarana prasarana
Jumlah Penduduk
Kondisi Sarana
prasarana
Standart pelayanan minimal
Tingkat kesesuaian
1 Sarana peribadatan
3528 jiwa
1 Masjid 2 Mushola 6 Langgar
Standart : 1 mushola / 250
jiwa 1 Masjid / 2500
jiwa
Memenuhi
2 Sarana ekonomi Toko/ warung/ kios
1 pasar 283 kios/ toko
1 toko/ kios per 250 jiwa
1 pasar + pusat pertokoan / 30.000 jiwa
Memenuhi
3 Drainase
Tertutup, masih ada genangan
Mampu menampung aliran air dan tidak ada genangan
Tidak memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
153
No Jenis
sarana prasarana
Jumlah Penduduk
Kondisi Sarana
prasarana
Standart pelayanan minimal
Tingkat kesesuaian
4 Penyediaan Air bersih
Penyediaan PDAM dan sumur
Pemenuhan Kebutuhan air bersih 317.520 liter perhari.
1 kran umum radius 100 m/ 250 jiwa
Hidran kebakaran 1/ 100meter untuk kawasan komersil
1hidran / 200 meter untuk permukiman
Tidak memenuhi
5 Sistem pengelolaan sampah
1 TPS 2 gerobak
sampah
1 bak sambah besar / 2500jiwa (6m2)
1 gerobak sampah (2m2)
Tidak memenuhi
Sumber : Hasil Analisis, 2011
Kondisi sarana peribadatan di Kampung Batik Kauman berdasarkan
standart pemenuhan kebutuhan permukiman dianggap sangat memenuhi, apalagi
dengan keberadaan Masjid Agung yang merupakan masjid skala kota dengan daya
tampung jamaah yang cukup besar. Kondisi sarana peribadatan dinilai secara
kuantitas cukup memenuhi standar, akan tetapi lokasi langgar atau mushola di
Kampung Batik Kauman tidak didukung dengan aksesibilitas yang baik. Sarana
peribadatan di Kampung Batik Kauman tidak hanya sebagai tempat ibadah semata
melainkan juga untuk tempat berkumpul. Terlebih lagi, mushola atau langgar
tersebut merupakan bagian dari sejarah Kampung Batik Kauman sebagai
kampung ulama. Sarana peribadatan yang terdapat di Kampung Batik Kauman
juga berpotensi sebagai objek wisata arsitetural dan wisata religi.
Kesesuaian sistem utilitas berdasarkan standart pelayanan minimum
perkotaan, yang dianggap kurang mendukung adalah sistem drainase, air bersih,
dan sistem pengolahan sampah. Kondisi drainase yang kurang baik, ditandai
dengan daya tampung aliran yang kurang mencukupi sehingga muncul genangan
di beberapa ruas jalan di Kampung Batik Kauman. Hal ini karena sistem drainase
yang tertutup merupakan sekaligus berfungsi sebagai saluran pembuangan limbah
harian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
154
Kondisi air bersih, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bisa dikatakan
cukup akan tetapi yang belum memenuhi adalah penyediaan hidran untuk
kawasan permukiman dan kegiatan ekonomi. Sementara itu sistem pengelolaan
sampah di Kampung Batik Kauman, kurang memenuhi karena hanya terdapat 1
(satu) bak penampungan sampah sementara di depan Pasar Cinderamata Kampung
Batik Kauman. Hal ini menyebabkan sebagian aktivitas ekonomi melakukan
sistem pengelolaan sampah mandiri sebesar 22,22% kegiatan industri dan 3,56%
untuk kegiatan perdagangan.
Menurut konsep gravitasi bahwa sarana prasarana yang berbeda pada suatu
lokasi akan menumbuhkan daya tarik bagi lokasi lain (Tarigan, 2005:104).
Kondisi sarana prasarana yang tersedia di Kampung Batik Kauman, tidak
seluruhnya mampu menjadi daya tarik kawasan. Sebagian besar bentuk prasarana
yang ada, hanya mampu memenuhi kebutuhan untuk aktivitas yang ada di
dalamnya dan bukan merupakan faktor pembeda dengan kawasan atau daerah
lain.
Faktor pembeda yang muncul di Kampung Batik Kauman sebagai daya
tarik kawasan adalah furniture kawasan yang berupa kursi, papan pengumuman,
penunjuk jalan, lampu jalan (Peta 4.13 halaman 87). Penanda (Signages)
merupakan bentuk furniture kawasan yang dibangunan dengan menyesuaikan
dengan arsitektur serta mampu merefleksikan karakter kawasan (Darmawan,
2003:22).
Pembuatan furmiture kawasan yang ada di Kampung Batik Kauman juga
menggunakan pola yang menunjukkan karakteristik kawasan dengan memasukkan
elemen ukiran dan batik dalam desain furniture. Selain itu, untuk semakin
menguatkan unsur tradisional maka setiap penanda untuk pusat kegiatan ekonomi
kreatif batik ditulis dengan huruf jawa. Kondisi ini dianggap cukup
merepresentasikan kondisi dan karakteristik kawasan, bukan hanya dari segi fisik
akan tetapi juga sosial dan ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
155
5.1.5. Analisis Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan untuk mencapai lokasi,
menunjukkan jarak antar lokasi dengan lokasi yang lain. Lokasi dengan tingkat
aksesibilitas yang baik cenderung berkembang sebagai pusat aktivitas. Semakin
baik aksesibilitas suatu lokasi maka daya tarik lokasi akan lebih tinggi.
Aksesibilitas dapat dilihat berdasarkan jarak, kondisi prasarana perhubungan,
ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat
keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut (Tarigan, 2005). Kondisi
aksesibilitas Kampung Batik Kauman, ditunjukkan sebagai berikut :
5.1.5.1.Kondisi Jalan
Kondisi jalan di Kampung Batik Kauman, memiliki kondisi yang
beragam. Berdasarkan Penentuan Teknis Klasifikasi Jalan Perkotaan Nomor 10
Tahun 1990 dan SNI 03-1733-2004, dapat diketahui tingkat kesesuaian kondisi
jalan, sebagai berikut:
Tabel 5.3 Analisis Klasifikasi Jalan Kampung Batik Kauman
No Lokasi Kelas Jalan Lebar Jalan (m)
Standart lebar Keterangan
1 Jalan Slamet Riyadi Arteri Sekunder 8 8 Memenuhi
standart
2 Jalan Jl.Yos sudarso Kolektor 5 7 Tidak
memenuhi
3 Jalan Dr. Radjiman Kolektor 5 7 Tidak
memenuhi
4 Jalan Hasyim Asyari Lokal Sekunder 3-4 5 Tidak
memenuhi
5 Jalan Trisula Lokal Sekunder 3 3-6 Memenuhi standart
6 Jalan Trisula 1 Lingkungan 1,5 1,5-2 Memenuhi standart
7 Jalan Trisula 2 Lingkungan 1,5 1,5-2 Memenuhi standart
8 Jalan Masjid Agung
Kolektor Sekunder 3 3 Memenuhi
standart
9 Jalan Kalimosodo Lokal Sekunder 3 3 Memenuhi standart
10 Jalan Wijaya Kusuma Lokal Sekunder 2,5 3-6 Tidak
memenuhi
11 Jalan Wijaya Kusuma 2 Lingkungan 1,5 1,5-2 Memenuhi
standart
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
156
No Lokasi Kelas Jalan Lebar Jalan (m)
Standart lebar Keterangan
12 Jalan Wijaya Kusuma 3 Lingkungan 1,5 1,5-2 Memenuhi
standart
13 Jalan Wijaya Kusuma 4 Lingkungan 1,5 1,5-2 Memenuhi
standart
14 Jalan Cakra Lingkungan 1,5-2 1,5-2 Memenuhi standart
15 Jalan Cakra 1 Lingkungan 2 1,5-2 Memenuhi standart
16 Jalan Cakra 2 Lingkungan 2 1,5-2 Memenuhi standart
Sumber : Hasil Analisi, 2011
Berdasarkan standart yang berlaku kondisi jalan di Kampung Batik
Kauman, ada yang memenuhi standart dan tidak sesuai dengan standart yang
berlaku. Ketidaksesuaian standart terdapat pada jalan Yos Sudarso dan Jalan Dr.
Radjiman, sehingga menimbulkan beberapa permasalahan seperti kemacetan.
Jalan lingkungan di Kampung Batik Kauman memenuhi standart jalan lingkungan
skala kelurahan sesuai dengan kemampuan lalulintas jalan.
Berdasarkan standart teknis kawasan industri, ditetapkan bahwa lokasi
yang mendukung kegiatan industri dan distribusi, didukung dengan jaringan jalan
dengan sistem sirkulasi oneway, terdiri dari 2 (dua) arah dengan lebar masing-
masing 8 (delapan) meter. Dengan melihat kondisi di Kampung Batik Kauman,
lokasi ini cukup mendukung dilihat dari kondisi jalan, dimana terdapat 2 (dua)
jaringan jalan dengan pola sirkulasi searah yaitu Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Dr.
Radjiman. Akan tetapi lokasi sebagai kawasan pusat kota menjadikan jalan
tersebut tidak diperkenankan untuk dilewati angkutan barang berukuran berat.
Sehingga jalan yang secara kondisi fisik sesuai dengan standart, akan tetapi tidak
dapat mendukung aktivitas ekonomi secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
157
Peta 5.4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
158
5.1.5.2.Sirkulasi Jalan
Pola lalulintas dan sirkulasi kawasan perkotaan perlu mendapat perhatian,
untuk menciptakan kondisi yang efektif dan efisien untuk mendukung kegiatan
perkotaan yang beragam (Adisasmita, 2008:100). Sistem sirkulasi di Kampung
Batik Kauman menggunakan pola grid atau jalur-jalur yang membentuk pola
tegak lurus.
Pengaturan sistem sirkulasi yang dilakukan adalah dengan membuat
sistem satu arah pada beberapa ruas jalan. Pertimbangan dalam penetapan jalan
yang diatur sistem sirkulasi, pada jaringan jalan yang menghubungkan pusat-pusat
kegiatan. Permasalahan yang mengganggu sirkulasi jalan di Kampung Batik
Kauman adalah parkir on street, yaitu yang berada di sepanjang jalan Hasyim
Ashari, Jalan Dr. Radjiman dan Jalan Yos Sudarso sehingga mengurangi kapasitas
jalan dan menimbulkan kemacetan yang sering terjadi pada pukul 09.00-18.00
WIB.
Pengaturan sistem sirkulasi dengan pola lalu lintas satu arah, merupakan
solusi yang efektif untuk memecah konsentrasi lalulintas sehingga dapat
menimbulkan kemacetan. Pengaturan ini memang cukup mendukung untuk
kegiatan perekonomian yang berkembang di Kampung Batik Kauman, akan tetapi
permasalahan lalulintas yang muncul bukan dikarenakan sistem sirkulasi yang
kurang baik. Permasalahan muncul sebagai akibat daya dukung sarana prasarana
yang terbatas seperti lahan parkir dan terminal bongkar muat, sehingga
menyebabkan pelimpahan aktivitas di badan jalan.
Sirkulasi kawasan merupakan elemen penting dalam perancangan kota.
Dalam pengaturan sistem sirkulasi jalan didesain sebagai ruang terbuka dengan
pemandangan yang baik, bersih dan menarik dengan mempertimbangkan garis
sempadan jalan. Selain itu yang perlu juga diperhatikan adalah pengaturan parkir
serta perhatian terhadap perabot jalan (Darmawan, 2003:16). Kondisi sistem
sirkulasi di Kampung Batik Kauman dapat dilihat dalam gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 5.1 Analisis Permasalahan Sirkulasi Kampung Batik Kauman
Sumber: Hasil Analisis, 2011
5.1.5.3.Moda Transportasi
Dalam pembangunan sistem transportasi kota, perlu diperhatikan
mengenai bentuk, jenis, kapasitas, jumlah angkutan umum yang sesuai dengan
kebutuhan pemakai jasa angkutan, yang mampu menghubungkan antar berbagai
lokasi (Adisasmita, 2005:106). Kondisi moda transportasi yang melewati
Kampung Batik Kauman merupakan moda transportasi dalam kota yang
menghubungkan berbagai lokasi di Kota Surakarta serta kota disekitarnya.
Kondisi moda transportasi yang ada tersebut cukup beragam dan jumlah yang
cukup memenuhi kebutuhan sarana angkutan kota Surakarta, sehingga tidak
menimbulkan penumpukan penumpang. Hanya saja sebagian moda transportasi
dirasa kurang nyaman dan jarak antar waktu kedatangan angkutan relatif lama.
Akan tetapi keberadaan Batik Solo Trans cukup memberikan solusi moda
transportasi yang nyaman. Selain itu, keberadaan moda transportasi tradisional
Terdapat parkir komunal di area
Pasar Cinderamata
Parkir di depan Masjid Agung, digunakan sebagai lokasi
bongkar muat aktivitas Pasar Klewer, tidak ada pedestrian
dan vegetasi
Parkir on street disebelah utara jalan, menimbulkan kemacetan pada pukul 10.00-15.00
Aktivitas perdagangan melebar hingga ke jalur pedestrian, tidak ada peneduh jalan
Parkir pada 2 sisi jalan
Kurang adanya pedestrian dan vegetasi
Adanya aktivitas bongkar muat, sehingga menyebabkan keruwetan
City Walk, sebagai jalur khusus pejalan kaki tetap digunakan untuk kendaraan bermotor, lahan parkir dan bongkar muat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjadi salah satu alternative transportasi dan menjadi sisi menarik kawasan
Kampung Batik Kauman.
5.2. Analisis Perkembangan Perekonomian
5.2.1. Alih Fungsi Bangunan untuk Kegiatan Ekonomi
Dilihat dari potensi pengembangan kegiatan ekonomi di sektor
perdagangan dan industri, alih fungsi bangunan untuk kegiatan ekonomi
menunjukkan pada peningkatan nilai ekonomi bangunan dan pertumbuhan
ekonomi kawasan. Akan tetapi, dilain sisi mengganggu dalam pengembangan
potensi pariwisata arsitektural Kampung Batik Kauman, dimana bangunan-
bangunan kuno yang telah ditetapkan sebagai bangunan konservasi budaya
(Peraturan Zonasi Kawasan Heritage, Public Space, dan Ruang Terbuka Kota
Surakarta, 2010).
Peruntukan ruang dapat dikatakan fungsi tambahan apabila dalam suatu
ruang dapat dipertimbangkan menambahkan satu/ beberapa fungsi ruang,
beberapa tingkatan fungsi, atau terbentuknya ruang heterogen (Adelman dalam
Yulita Sari, 2009: 52). Berikut adalah alih fungsi bangunan yang digunakan untuk
kegiatan usaha sebagai berikut:
Gambar 5.2 Diagram Jumlah Kegiatan Ekonomi yang berbasis pada Alih
Fungsi Bangunan Sumber : Hasil Analisis, 2011
0%10%20%30%40%50%60%70%
Alih Fungsi dari Hunian
Bukan Alih Fungsi Hunian
61%
39%
58%
42%
Industri
Perdagangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
161
Melihat kondisi diatas bahwa alih fungsi bangunan untuk kegiatan
ekonomi khususnya perdagangan memang banyak terjadi. Perkembangan alih
fungsi bangunan untuk kegiatan ekonomi perdagangan banyak yang terjadi di
lingkungan permukiman. Kecenderungan alih fungsi bangunan lebih mengarah
pada bagian depan rumah yang difungsikan untuk kegiatan perdagangan. Alih
fungsi bangunan dengan mengubah fungsi homogenya sebagai hunian yang
berkembang sebagai fungsi heterogen. Pola perubahan yang dilakukan dengan
penambahan ruang baru atau mengubah bentuk ruang depan rumah utuk
memenuhi kebutuhan sebagai ruang pamer/ showroom.
Fungsi tambahan yang muncul pada bangunan rumah sering kali terjadi
karena adanya ketersediaan ruang yang potensial untuk fungsi tertentu
(Rodenburg dan Nijkamp dalam Yulita sari). Hal ini ditunjukkan dari
perkembangan alih fungsi bangunan untuk kegiatan industri sebesar 61%, dimana
tidak sepenuhnya karena kecenderungan terhadap pertumbuhan kegiatan ekonomi
saat ini. Akan tetapi, alih fungsi bangunan menjadi kegiatan industri bukan
semata-mata karena peningkatan fungsi kawasan sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi. Akan tetapi bangunan kuno di Kampung Batik Kauman, sebagian
merupakan rumah khetib yang dibangun dengan ruangan untuk kegiatan produksi
batik pada saat itu. Sehingga rumah memang didesain dengan penyediaan ruang
untuk aktivitas produksi yang diletakkan dibagian tengah rumah dan belakang
rumah.
Alih fungsi bangunan kearah fungsi heterogen juga dibentuk untuk
mengembangkan aktivitas jasa yang menunjang kegiatan pariwisata, dengan
mengubah fungsi rumah sebagai tempat akomodasi, berupa homestay. Alih fungsi
bukan dengan merubah bentuk hunian akan tetapi bentuk bangunan tetap dengan
komponen hunian yang nyaman, hanya saja fungsinya ditambah untuk pelayanan
jasa.
Rodenburg dan Nijkamp dalam Yulita sari (2009: 35), menyatakan bahwa
kepentingan masyarakat akan ruang dengan fungsi tertentu merupakan aktor yang
sangat mempengaruhi kebutuhan ruang. Penggunaan ruang hunian sebagai tempat
untuk kegiatan perdagangan disebabkan oleh kepentingan masyarakat untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
162
mengembangkan kegiatan perekonomian, akan tetapi terhambat dengan
ketersediaan lahan yang terbatas serta tingginya nilai lahan di Kampung Batik
Kauman.
Alih fungsi bangunan untuk kegiatan perekonomian baik industri,
perdagangan maupun pariwisata, tidak hanya menunjukkan perkembangan
perekonomian kawasan. Akan tetapi menurunkan nilai kualitas hunian yang baik
(Yulita Sari, 2009:5). Alih fungsi bangunan yang menggunakan bagian dari ruang
hunian menyebabkan tingkat kenyamanan dan estetika bangunan menjadi
berkurang.
Kondisi Kampung Batik Kauman sebagai kawasan pusat kota didukung
dengan derajat aksesibilitas yang tinggi serta memiliki kecenderungan
pertumbuhan yang dinamis. Hal ini memberikan ancaman terhadap keberadaan
bangunan-bangunan kuno (Griffin dan Ford dalam Yunus, 2008:38).
Perkembangan kegiatan ekonomi kreatif di Kampung Batik Kauman,
menumbuhkan perubahan sruktur bangunan kuno. Sebagian bangunan kuno
memanfaatkan bagian pendopo dan gandhok sebagai ruang pamer. Hal ini
dikarenakan, bagian rumah ini yang berada pada bagian depan rumah yang
menghadap langsung ke jalan.
Bangunan bersejarah menjadi atraksi yang memikat wisatawan dan
menjadi salah satu upaya pelestarian bangunan kuno dengan memasukkan
kegiatan ekonomi didalamnya (Black dalam Ross, 1998:104). Bangunan kuno dan
bersejarah di Kampung Batik Kauman sudah banyak yang difungsikan untuk
kegiatan ekonomi, dengan tujuan untuk mengembangkan nilai produktivitas
bangunan. Struktur bangunan tidak ada perubahan yang signifikan, akan tetapi
ruang pamer yang diletakkan di bagian rumah kuno tersebut menutup pandangan
dan daya tarik terhadap arsitektural bangunan didalamnya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pemanfaatan bangunan kuno memberikan nilai positif terhadap
pembangunan ekonomi akan tetapi disisi lain mengurangi nilai estetika kawasan.
Hal ini akan berpengaruh terhadap pengembangan potensi arsitektural di
Kampung Batik Kauman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain itu, konsentrasi perubahan fungsi bangunan yang terkonsentrasi
menyebabkan dampak yang lebih luas, seperti peningkatan aktivitas pergerakan.
Dampak lain yang ditimbulkan adalah kemacetan dan penumpukkan aktivitas
pada lingkungan yang seharusnya difungsikan untuk kawasan permukiman.
5.2.2. Pertumbuhan Unit Usaha Perekonomian
5.2.2.1. Pertumbuhan Unit Usaha Industri
Pengembangan kegiatan industri merupakan suatu penambahan kegiatan
produksi yang didasarkan pada beberapa faktor, yaitu faktor ekonomi, faktor
sosial, faktor keuangan dan kelembagaan serta faktor lingkungan (Subagyo dalam
Latif, 2005). Peningkatan unit usaha banyak muncul di Kampung Batik Kauman
pada periode 2005 hingga 2006 serta tahun sebelumnya. Pasar Klewer dianggap
sebagai pasar potensial untuk pemasaran hasil produksi sehingga kegiatan industri
yang banyak muncul adalah industri batik dan pakaian. Faktor lingkungan
memberikan pengaruh yang cukup baik bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi di
Muncul parkir on street, dan peningkatan volume kendaraan Banyak muncul pedagang kaki lima
Kemacetan sebagai dmpak penumpukan
volume lalu lintas akibat aktivitas komersial dan
parkir on street.
Muncul pusat-pusat perdagangan batik, yang ramai dikunjungi. Mengganggu aktivitas belajar mengajar pada lingkungan pendidikan
Tingkat kebisingan tinggi
akibat adanya aktivitas industri pembuatan alat
musik
Lingkungan permukiman berubah menjadi pusat perdagangan, jaringan jalan digunakan sebagai etalase. Sirkulasi kendaraan terganggu
Gambar 5.3 Analisis Pengaruh Alih Fungsi Bangunan untuk Kegiatan Ekonomi Sumber: Hasil Analisis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
164
lokasi ini, dimana terdapat pengaruh dari keberadaan Pasar Klewer menumbuhkan
iklim usaha yang cukup baik di Kampung Batik Kauman.
Selain sebagai stimulan dalam pengembangan kegiatan ekonomi disisi lain
faktor lingkungan menjadi penghambat pertumbuhan industri di Kampung Batik
Kauman. Lingkungan yang merupakan kawasan permukiman, cukup merasa
terganggu dengan adanya limbah hasil industri dan kurang efektif untuk
pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah, karena keterbatasan lahan.
Kegiatan industri khususnya industri batik di Kampung Batik Kauman
yang mengalami penurunan pada tahun 2006 ke tahun 2007. Hal ini dikarenakan
mulai muncul keluhan dari masyarakat yang merasa terganggu dengan
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh industri. Sehingga, banyak aktivitas
industri yang memindahkan lokasi usaha atau mengurangi aktivitas produksi yang
dilakukan di Kampung Batik Kauman.
Pertumbuhan yang terjadi setelah tahun 2007 adalah disebabkan oleh
kemampuan teknologi dan manajemen yang dilakukan pengusaha. Pelaku usaha
industri mengembangkan sistem produksi terutama untuk pengelolaan limbah
dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan sehingga mampu
mengatasi hambatan dari faktor lingkungan. Kegiatan industri batik yang
mengembangkan teknologi pengelolaan limbah, mampu melaksanakan tahapan
produksi batik secara penuh di Kampung Batik Kauman. Industri yang memiliki
teknologi pengelolaan limbah dan mampu melaksanakan tahapan pembuatan batik
adalah Batik Setiadji, Batik Dakon Mas, dan Batik Gunawan Setiawan.
Faktor sosial juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
pengembangan unit kegiatan industri di Kampung Batik Kauman. Peningkatan
usaha diikuti dengan jumlah tenaga kerja yang diserap, baik yang berasal dari
lingkungan Kampung Batik Kauman maupun dari luar Kampung Batik Kauman.
Hal ini menjelaskan bahwa faktor sosial bukan sepenuhnya sebagai faktor
pendukung melainkan lebih sebagai faktor yang diberi dampak.
Perkembangan kegiatan industri yang banyak muncul di Kampung Batik
Kauman, setelah merosotnya aktivitas industri batik adalah kegiatan industri
konveksi, cinderamata, dan pernak-pernik dari hasil sisa industri skala rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
165
tangga. Kegiatan industri tersebut tidak menimbulkan limbah. Selain itu, industri
percetakan juga merupakan potensi utama yang berkembang di Kampung Batik
Kauman.
Pengembangan Kampung Batik Kauman sebagai kawasan wisata yang
berbasis pada potensi lingkungsn fisik, sosial, dan ekonomi. salah satu penggerak
munculnya wacana pariwisata adalah pertumbuhan kegiatan ekonomi kreati
dibidang industri, seperti industri batik dan kerajinan. Kegiatan industri tersebut
menjadi atraksi wisata yang menarik bagi pengunjung. Akan tetapi, hambatan
dalam pengembangan industri mengakibatkan atraksi wisata industri terbatas pada
lokasi-lokasi tertentu. Meskipun demikian, atraksi industri diwadahi dengan
adanya Batik Corner yang memang ditujukan untuk memberikan pelatihan batik.
Pertumbuhan unit usaha industri membentuk pola yang tersebar di seluruh
kawasan Kampung Batik Kauman, dengan pertimbangan pemilihan lokasi yang
beragam seperti bertempat tinggal di Kampung Batik Kauman, aksesibilitas,
lahan, letak lokasi, dan sarana prasarana. Dari pertimbangan diatas, pertumbuhan
kegiatan industri paling banyak disebabkan oleh kepemilikan lahan serta karena
bertempat tinggal di Kampung Batik Kauman. Pola ini menunjukkan bahwa
kegiatan industri yang muncul di Kampung Batik Kauman, merupakan kegiatan
industri yang muncul sebagai kegiatan rumah tangga, dimana lokasi tidak
ditetapkan tersendiri melainkan mengikuti lokasi tinggal pemilik usaha.
Faktor modal atau biaya produksi tetap berupa lahan atau tempat produksi
dianggap bukan masalah dikarenakan menggunakan tempat tinggal sebagai ruang
usaha. Pengaruh lokasi yang strategis dan aksesibilitas yang baik merupakan
bentuk kecenderungan pemilihan lokasi didasarkan pada arah mendekati
konsumen. Masalah jarak terhadap sumber bahan baku dan tenaga kerja mampu
teratasi dengan aksesibilitas yang baik.
Menurut lokasi yang dikemukakan oleh Webber (Tarigan, 2005), bahwa
pemilihan lokasi industri mengarah pada biaya produksi minimal, yaitu dekat
dengan sumber bahan baku dan tenaga kerja. Akan tetapi pertumbuhan kegiatan
industri di Kampung Batik Kauman tidak dilakukan berdasarkan dua faktor
tersebut. Sumber bahan baku sebesar 55,56% dan tenaga kerja sebesar 48% untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
166
kegiatan industri di Kampung Batik Kauman berasal dari luar Kampung Batik
Kauman dan luar Kota Surakarta. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pertimbangan biaya minimum tidak lagi menjadi pertimbangan utama. Biaya upah
di Kota Surakarta juga relatif tinggi, bukan lagi menjadi pertimbangan dalam
pemilihan lokasi.
Pertumbuhan kegiatan industri di Kampung Batik Kauman, lebih banyak
berkembang karena dipengaruhi oleh kepemilikan modal berupa tanah/ lahan yang
difungsikan sebagai tempat usaha. Selain itu dukungan aksesibilitas yang baik
serta lokasi yang strategis dianggap sebagai tempat dengan kedekatan terhadap
konsumen dengan kata lain mampu mengurangi biaya dan meningkatkan
pendapatan maksimum.
5.2.2.2. Pertumbuhan Unit Usaha Perdagangan
Perkembangan usaha dalam suatu kawasan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik berpengaruh langsung maupun tidak langsung, antara lain adalah
faktor keuntungan, bahan baku, tenaga kerja, modal, resiko, fasilitas dan
kemudahan, serta faktor lain seperti kondisi ekonomi wilayah (Anagoro dan
Sudantoko, 2002:171).
Perkembangan unit usaha perdagangan di Kampung Batik Kauman, cukup
tinggi terjadi pada tahun 2005 hingga tahun 2006 (Tabel 4.27). Hal ini terjadi
dikarenakan pada kesadaran masyarakat terhadap potensi ekonomi kreatif yang
didukung dengan bantuan permodalan. Kegiatan ekonomi yang banyak
bermunculan merupakan kegiatan perdagangan skala kecil. Selain itu kegiatan
ekonomi wilayah yang mulai ditingkatkan didukung oleh berbagai pihak.
Perkembangan unit perdagangan yang cukup tinggi ini yang mendasari
pencanangan Kampung Batik Kauman sebagai Kampung Batik pada tahun 2006.
Setelah tahun tersebut kegiatan ekonomi mulai mengalami peningkatan secara
signifikan. Faktor utama yang mempengaruhi adalah kondisi ekonomi kawasan
yang cukup baik.
Selain itu pertumbuhan unit perdagangan di Kampung Batik Kauman, juga
dipengaruhi oleh iklim perdagangan yang sudah ada karena keberadaan Pasar
Klewer dan kawasan Coyudan sebagai kawasan komersial skala lokal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
167
menjadikan kawasan ini menarik untuk kegiatan perdagangan, sehingga banyak
investasi dalam bentuk pembangunan kegiatan ekonomi baru di kawasan ini.
Sementara itu faktor tenaga kerja dan bahan baku, bukan menjadi faktor utama
tumbuhnya kegiatan perdagangan di lingkungan ini. Hal ini karena lokasi
Kampung Batik Kauman bukan berada dekat dengan sumber bahan baku dan
tenaga kerja, melainkan mempertimbangkan lokasi yang menarik serta mudah
dijangkau oleh konsumen.
Perkembangan unit usaha perdagangan menjadi salah satu daya tarik
pariwisata yang dikembangkan di Kampung Batik Kauman, terutama untuk
komoditi ekonomi kreatif, seperti batik dan kerajinan serta perlengkapan ibadah.
Fasilitas perbelanjaan merupakan unsur dalam pengembangan kegiatan pariwisata
(Pendhit, 2002:10). Dalam pengembangan konsep Kampung Batik Kauman
sebagai kawasan wisata, kegiatan komersial tidak hanya dijadikan sebagai
pendukung pengembangan wisata melainkan menjadi salah satu potensi utama.
Konsep pariwisata yang dikembangkan di Kampung Batik Kauman sebagai
kawasan religi didukung dengan pengembangan kegiatan perdagangan
perlengkapan ibadah, sementara perdagangan batik menjadi potensi utama yang
menjadi brand image kawasan dan daya tarik utama bagi pengunjung.
Pertumbuhan unit usaha perdagangan tidak lepas dari faktor lokasi yang
menjadi pertimbangan. Diantara berbagai pertimbangan, yang paling banyak
berpengaruh terhadap keberadaan kegiatan perdagangan di Kampung Batik
Kauman adalah bertempat tinggal di Kampung Batik Kauman. Tingkat strategis
lokasi terhadap kawasan pusat kota merupakan pertimbangan utama. Kampung
Batik Kauman juga merupakan bagian dari Bagian Wilayah Kota I (BWK I),
dimana diarahkan untuk fungsi perdagangan dan jasa. Hal ini karena lokasinya
selalu identik dengan derajat aksesibilitas yang tinggi dengan arah kemampuan
jangkauan yang luas. Pertimbangan utama dari pelaku perdagangan di Kampung
Batik Kauman adalah untuk mampu mendekati konsumen (August Losch dalam
Tarigan, 2005).
Faktor yang sulit dipisahkan adalah pertimbangan bertempat tinggal di
Kampung Batik Kauman. Hal ini yang cukup berbeda dari lingkungan lain yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
168
berkembang sebagai pusat kegiatan komersial, dimana perkembangan
perdagangan muncul dari aktivitas masyarakat lokal dengan memanfaatkan
konsep ekonomi kreatif.
Sarana prasarana yang biasanya menjadi pertimbangan dalam pemilihan
lokasi, tidak menjadi faktor utama yang mendukung pemilihan lokasi kegiatan
perdagangan di Kampung Batik Kauman. Hal ini karena sarana prasarana yang
ada di Kampung Batik Kauman relatif sama dengan lokasi lain dan tidak
menumbuhkan daya tarik kawasan. Keberadaan sarana prasarana yang dibutuhkan
pada kawasan perdagangan yang seharusnya ada bukan merupakan hal yang
dipertimbangkan. Pemilihan lokasi cenderung untuk mendekati konsumen dengan
tujuan keuntungan maksimum tanpa mempertimbangkan ketersediaan sarana yang
sesuai.
Pemilihan lokasi untuk kegiatan perdagangan sesuai dengan yang
dikemukan oleh Christaller, bahwa faktor utama dalam pengembangan kegiatan
usaha adalah berdasarkan jarak terhadap konsumen dan aksesibilitas. Kondisi ini
sesuai dengan pola pertumbuhan kegiatan perdagangan di Kampung Batik
Kauman, dimana sebagaian besar pelaku perdagangan memilih Kampung Batik
Kauman sebagai tempat usaha dikarenakan lokasinya yang strategis. Lokasi yang
strategis merupakan wilayah dengan derajat aksesibilitas yang tinggi sehingga
memiliki jangkauan pelayanan yang luas.
Pertumbuhan unit usaha perdagangan yang terdiri dari beragam komoditi,
tersebar diseluruh Kampung Batik Kauman. Akan tetapi pola penggunaan ruang
cenderung terbagi menjadi dua tipe yaitu, pola terpusat dimana kegiatan
perdagangan dengan komoditi sejenis terpusat dalam satu lokasi, sementara untuk
beberapa komoditi tersebar diseluruh Kampung Batik Kauman. Untuk lebih
memperjelas dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 5.4. Potensi Perkembangan Kegiatan Perdagangan Kampung Batik
Kauman Sumber: Hasil analisis, 2011
5.2.2.3. Pertumbuhan Kegiatan Pariwisata Kampung Batik Kauman
Pariwisata sendiri menjadi menarik ketika memberikan nuansa yang
berbeda dari kondisi biasanya baik lingkungan alam, keamanan, kesehatan, serta
informasi yang diterima oleh wisatawan (Pitana dan Gayatri, 2005: 68). Kampung
Batik Kauman merupakan lingkungan permukiman yang terbentuk karena
pengaruh kuat dari keberadaan Masjid Agung dan Keraton Kasunanan Surakarta.
Kampung Batik Kauman merupakan kawasan yang disediakan oleh Keraton
Surakarta sebagai tempat tinggal bagi para kaum dan khetib yang bertugas untuk
mengurus Masjid Agung Surakarta. Kondisi ini menjadi perkembangan religi di
Kampung Batik Kauman, mampu menjadi salah satu atraksi yang menarik dalam
perkembangan pariwisata.
Perdagangan emas Perdagangan pakaian
Perdagangan aksesoris Perdagangan perlengkapan ibadah, buku Perdagangan stiker dan
kacamata
Perdagangan batik
Perdagangan bunga dan jasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
170
Wisata Pilgrim atau religi, merupakan kegiatan wisata dengan tujuan
utama mengunjungi tempat-tempat yang berkaitan dengan sejarah, dan
keagamaan. Atraksi utama yang menjadi daya tarik kawasan adalah keberadaan
Masjid Agung Surakarta, yang menjadi simbol keagamaan Mataram Islam. Selain
itu, terdapat pula bangunan rumah khetib yang bersebelahan dengan langgar
sebagai cermin perkembangan kegiatan keagamaan.
Rumah khetib, Masjid Agung dan bangunan langgar selain menjadi simbol
sejarah, juga dilihat dari segi arsitektural cukup menarik. Bangunan kuno di
Kampung Batik Kauman menjadi atraksi yang menarik bagi wisatawan, dimana
memberikan suasana lingkungan yang berbeda dengan lingkungan lain di kawasan
pusat kota. Selain itu, bangunan kuno di Kampung Batik Kauman bukan saja
memberikan gambaran tentang lingkungan permukiman di masa lalu tetapi juga
menjadi bagian dari sejarah perkembangan religi. Bangunan kuno yang terdapat di
Kampung Batik Kauman mewakili tiga tipe bangunan, yaitu bangunan rumah
tradisional jawa, kolonial dan bangunan rumah khetib atau ulama.
Bangunan bersejarah menjadi atraksi yang memikat wisatawan dan
menjadi salah satu upaya pelestarian bangunan kuno dengan memasukkan
kegiatan ekonomi didalamnya (Black dalam Ross, 1998:104). Kondisi bangunan
kuno di Kampung Batik Kauman banyak yang dikembangkan sebagai tempat
usaha, terutama untuk showroom atau outlet perdagangan batik. Bangunan fisik
tidak banyak dirubah hanya saja bagian depan rumah yang berhadapan langsung
dengan jalan difungsikan untuk kegiatan yeng lebih produktif. Kondisi ini sangat
sesuai dengan pengembangan potensi wisata Kampung Batik Kauman yang
bertumpu pada kegiatan ekonomi kreatif.
Hal yang seringkali tidak dapat dipisahkan dari sebuah perjalanan wisata
adalah kegiatan belanja souvenir yang menjadi cirikhas suatu objek wisata
(Pendhit, 2002:10). Kampung Batik Kauman merupakan kawasan yang
berkembang sebagai pusat komersial, dengan perkembangan kegiatan
perdagangan yang cukup signifikan pada tahun 2005, dimana hal ini yang
mendasari penciptaan konsep kawasan Kampung Wisata Batik Kampung Batik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
171
Kauman. kegiatan perdagangan bukan lagi menjadi sebuah sarana pendukung,
melainkan menjadi atraksi utama dalam pengembangan kampung wisata.
Kegiatan komersial dan industri yang menjadi potensi utama merupakan
kegiatan ekonomi kreatif, dengan produksi utama yaitu kesenian batik. Dalam hal
ini, potensi wisata bukan hanya menonjolkan kegiatan ekonomi saja melainkan
juga aspek budaya. Wisata budaya merupakan aktivitas wisata dengan tujuan
untuk memperoleh pengetahuan mengenai kebudayaan, adat istiadat, dan kesenian
serta hal-hal yang bersejarah Pendhit (2002).
Atraksi industri dan perdagangan di Kampung Batik Kauman, merupakan
kegiatan industri yang bertujuan membangkitkan kecintaan dan perhatian terhadap
budaya dan kesenian jawa yang dituangkan dalam kerajinan batik. Atraksi utama
yang menjadi daya tarik adalah pelatihan membatik dan museum batik Kampung
Batik Kauman, serta pusat perbelanjaan batik yang dikemas dalam lingkungan
permukiman dengan memadukan potensi arsitektural yang menarik.
Perkembangan dan pola pemanfaatan ruang untuk kegiatan pariwisata di
Kampung Batik Kauman merupakan kegiatan yang disusun mengikuti
pembangunan dan kondisi fisik yang sudah ada atau bukan merupakan
perencanaan kawasan pariwisata baru. Bentuk pariwisata yang berkembang di
Kampung Batik Kauman adalah mengembangkan potensi fisik, sosial, dan
ekonomi yang sudah ada untuk dikemas lebih menarik dalam konsep wisata.
Faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata di Kampung Batik
Kauman adalah pengaruh karakteristik fisik. Sejarah dan bangunan fisik di
Kampung Batik Kauman merupakan atraksi yang menarik dalam pengembangan
kawasan pariwisata. Masjid Agung, langgar dan gedung organisasi keagamaan
Nahdathul Muslimat, memiliki nilai sejarah dan bangunan fisik yang menjadi
daya tarik. Selain pengaruh fisik, kondisi lingkungan sosial dan ekonomi juga
menarik sebagai konsep wisata, bentuk kegiatan ekonomi yang mengacu pada
ekonomi kreatif dikembangkan menjadi atraksi menarik, serta sebagai pusat
aktivitas ekonomi.
Kondisi tata guna lahan merupakan faktor yang menjadi pertimbangan
dalam pengembangan kegiatan wisata, dimana digunakan untuk menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
zoning yang sesuai dengan arah pembangunan kawasan (Wardhani, 2008).
Perkembangan kegiatan pariwisata di Kampung Batik Kauman berkembang
mengikuti pola aktivitas yang sudah ada, dimana menonjolkan nilai kawasan
sebagai kampung wisata, yaitu lingkungan permukiman dengan segala elemen dan
aktivitas didalamnya menjadi salah satu daya tarik. Pengembangan kawasan tidak
mempertimbangkan kondisi guna lahan dan penzoningan. Meskipun demikian,
pengembangan kegiatan pariwisata yang tersebar di Kampung Batik Kauman,
menunjukkan hubungan yang saling mendukung.
Gambar 5.5 Analisis Kawasan Potensial Pengembangan Pariwisata Kampung Batik Kauman Sumber: Hasil Analisis, 2011
Wisata Religi Wisata Batik Wisata Arsitektural
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
173
5.2.3. Peningkatan Skala Kegiatan Perekonomian
5.2.3.1.Peningkatan skala Kegiatan Industri
Peningkatan skala kegiatan usaha merupakan upaya meningkatkan
kegiatan kearah yang lebih baik dengan kemampuan pengusaha yang kreatif dan
berbakat. Kondisi tersebut dapat diartikan sebagai proses peningkatan produksi
barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat (Joyohadikusumo, dalam
Nopianto, 2008: 16). Peningkatan skala kegiatan usaha industri Kampung Batik
Kauman dapat dilihat berdasarkan peningkatan (tabel 4.29)
Peningkatan skala kegiatan industri di Kampung Batik Kauman, lebih
optimal dalam peningkatan skala produksi. Aglomerasi produksi perusahaan
berkurang pada waktu produksi perusahaan lain bertambah (Soepono, 2002).
Peningkatan produksi kegiatan industri di Kampung Batik Kauman, lebih
mengarah pada peningkatan jumlah barang yang diproduksi pada waktu yang
relatif sama, dimana peningkatan produksi tidak lepas dari peningkatan kosumen,
yang semakin meningkat setelah adanya pencanangan Kampung Batik Kauman.
Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan jumlah pendapatan.
Selain peningkatan produksi, perkembangan skala kegiatan industri
ditandai dengan peningkatan skala distribusi. Pemasaran barang-barang industri
ditandai dengan penambahan lokasi-lokasi distribusi yang baru. Hal ini tidak lepas
dari upaya promosi produk yang dihasilkan, melalui pameran skala lokal dan
nasional. Selain itu keberadaan sarana ekonomi yang berada di sekitar Kampung
Batik Kauman, menjadi salah satu target pemasaran hasil produksi.
5.2.3.2.Perkembangan Skala Kegiatan Perdagangan
Pengembangan skala kegiatan dapat dikatakan sebagai suatu upaya
peningkatan usaha, dengan tujuan untuk mempertahankan kelangsungan usaha
dan peningkatan profit atau pendapatan (Anagoro dan Sudantoko, 2002:183).
Perkembangan skala kegiatan perdagangan di Kampung Batik Kauman sesuai
dengan data pada Tabel 4.30, menyatakan bahwa bentuk peningkatan skala
kegiatan terbesar adalah dalam bentuk peningkatan penjualan sebesar 80% dan
peningkatan skala distribusi sebesar 32,73%. Peningkatan jumlah penjualan tidak
lepas dari peningkatan jumlah pengunjung dan konsumen yang berasal dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
174
wisatawan setelah adanya pencanangan Kampung Batik Kauman. Hal tersebut
mendukung dalam peningkatan pendapatan usaha pedagang.
Penambahan skala distibusi barang, tidak terlalu besar karena mayoritas
jenis perdagangan merupakan perdagangan skala kecil dengan jumlah tenaga kerja
1-5 orang. Keterbatasan dalam perluasan skala distribusi juga dipengaruhi oleh
faktor persaingan usaha (Anagoro dan Sudantoko, 2002:171). Perkembangan
kegiatan perdagangan dengan komoditi yang sama, disisi lain mampu
meningkatkan wilayah jangkauan pemasaran dan mengurangi threshold
(Christaller dalam Tarigan,2005). Akan tetapi, kenyataannya di Kampung Batik
Kauman, tidak semua perdagangan mampu berkembang untuk memperluas
wilayah pemasaran. Hal ini karena dipengaruhi oleh kemampuan permodalan
yang berbeda. Untuk kegiatan perdagangan dengan skala yang kecil, maka akan
sulit bersaing untuk mampu menjangkau daerah pemasaran yang sama luas
dengan kegiatan perdagangan yang lebih besar.
5.2.3.3. Peningkatan Skala Kegiatan Pariwisata
Peningkatan daya tarik wisata dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain adalah iklim, kawasan komersial, promosion, atraksi, pemasaran, special
event, kondisi masyarakat (Jackson dalam Pitana dan Gayatri, 2005: 68).
Peningkatan skala kegiatan dalam pengembangan kegiatan pariwisata mengikuti
pola pertumbuhan skala kegiatan industri dan perdagangan sebagai sektor utama
ekonomi di Kampung Batik Kauman yang menciptakan daya tarik pengembangan
kawasan (Tabel 4.31).
Perkembangan skala kegiatan pariwisata di Kampung Batik Kauman
ditunjukkan melalui peningkatan jumlah pengunjung untuk kegiatan perdagangan,
dan industri serta pengunjung homestay sebelum dan sesudah pencanangan
Kampung Batik Kauman. Peningkatan jumlah pengunjung terbesar berasal dari
sektor perdagangan yang menjadi penunjang utama kegiatan pariwisata di
Kampung Batik Kauman.
Informasi yang diterima wisatawan merupakan faktor pembentukan citra
sebagai kawasan pariwisata (Nuryanti dalam Pitana dan Gayatri, 2005: 64).
Kampung Batik Kauman termasuk dalam kawasan tujuan wisata yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
175
dipromosikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta. Kampung
Batik Kauman merupakan kawasan yang diikutsertakan dalam kegiatan Solo City
Tour, dimana kawasan Kampung Batik Kauman menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta.
Destinasi wisata selalu memberikan brand image yang positif untuk
menjadi daya tarik dalam lingkungan yang lebih luas, dimana akan menunjukkan
keunggulan kawasan yang berbeda dari wilayah yang lain (Laws dalam Pitana dan
Gayatri, 2005: 65). Kawasan Kampung Batik Kauman memiliki brand image
sebagai Kampung Batik Kauman, yang mulai dicanangkan pada tahun 2006.
Brand image ini diprakarsai sebagai respon terhadap pertumbuhan kegiatan
ekonomi masyarakat yang berkaitan dengan kesenian batik.
Dalam menunjukkan brand image kawasan maka ditunjang dengan
pembangunan infrastruktur dan furniture kawasan yang menunjang konsep
pengembangan kawasan. Sehingga, lokasi Kampung Batik Kauman menjadi
menarik untuk dikunjungi. Meskipun potensi kampung batik tidak hanya terdapat
di Kampung Batik Kauman, akan tetapi kawasan ini mampu memberikan atraksi
lain yang menarik seperti atraksi religi dan komersial yang berkaitan dengan
kegiatan keagamaan.
5.2.4. Investasi Sarana Prasarana Pendukung
Penyelenggaraan sarana prasarana dalam suatu kawasan diarahkan untuk
dapat memenuhi kebutuhan berdasarkan arahan fungsi kota, secara efektif dan
efisien Dimana tingkat pertumbuhan investasi terhadap pembangunan sarana
prasarana menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu kawasan
(Adisasmita, 2005:110-111). Kampung Batik Kauman, merupakan kawasan yang
diperuntukkan sebagai kawasan perekonomian, dengan kegiatan yang
berkembang adalah sektor industri, perdagangan dan pariwisata. Dalam
pertumbuhan kegiatan perekonomian tersebut, penambahan dan kondisi sarana
prasarana yang tersedia adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
176
5.2.4.1.Penambahan Sarana Prasarana Pendukung Kegiatan Industri
Kampung Batik Kauman merupakan kawasan komersial yang didalamnya
terdapat aktivitas industri. Perkembangan aktivitas industri membutuhkan
dukungan sarana prasarana yang sesuai berdasarkan standart teknis kawasan
industri sebagai berikut:
Tabel 5.4 Kesesuaian Sarana Prasarana Pendukung Kegiatan Industri
No Sarana Prasarana Ketentuan Teknis Kondisi
Eksisting Tingkat
Kesesuaian 1 Jaringan jalan
lingkungan Satu jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimum 8 meter atau dua jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimal 2x7 meter.
Jalan utama dengan lebar 8 meter (Jl. Slamet Riyad) dan lebar 5 meter (Jl. Dr. Radjiman)
Memenuhi
2 Saluran pembuangan air hujan (drainase)
Memenuhi ketentuan daya tampung (tidak muncul genangan)
Masih terdapat genangan
Tidak memenuhi
3 Penyediaan Air bersih
Instalasi penyediaan air bersih bersumber dari PAM dan/atau diusahakan sendiri.
Penyediaan dari PDAM dan sumber air sumur air dangkal
Memenuhi
4 Sumber Jaringan listrik
Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga listrik dengan sumber PLN dan/atau diusahakan sendiri
PLN dan sumber listrik pribadi
Memenuhi
6 Instalasi pengelolaan air limbah industri
Sesuai dengan tingkat debit limbah yang dihasilkan
Tidak ada Tidak Memenuhi
7 Unit pemadam kebakaran/ hidran
Terdapat hidran pemadam kebakaran tiap 100 meter
Tidak ada (penyediaan pribadi, tetapi tidak semua)
Tidak Memenuhi
8 Sarana persampahan
1 bak sampah/kapling 1 armada sampah/20 Ha 1 unit TPS/20 Ha
1 bak penampuangan sampah
Tidak Memenuhi
9 Parkir komunal Mampu menampung bangkitan kendaraan
Parkir on street Tidak Memenuhi
Sumber : Analisis, 2011
Pengembangan kawasan Kampung Batik Kauman, dengan aktivitas
industri yang ada di dalamnya kurang didukung dengan sarana prasarana yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
177
dibutuhkan sesuai dengan standart kawasan. Penambahan dalam bentuk investasi
pembangunan sarana prasarana di Kampung Batik Kauman tidak berkembang
pesat.
Rencana pembangunan sarana prasarana yang mendukung kegiatan
industri, seperti Instalasi Pengolahan Limbah sudah muncul sebagai wacana
investasi. Akan tetapi, implementasinya terhambat oleh ketersediaan lahan yang
terbatas serta nilai lahan yang tinggi. Hal ini menyebabkan investasi
pembangunan IPAL terhambat, dan tidak dapat dilaksanakan. Sehingga dapat
dikatakan, prospek investasi di Kampung Batik Kauman untuk penambahan
sarana prasarana pendukung cukup baik, akan tetapi lokasi Kampung Batik
Kauman tidak mendukung untuk investasi tersebut.
5.2.4.2.Penambahan Sarana Prasarana Pendukung Kegiatan Perdagangan
Perkembangan Kegiatan perdagangan sebagai salah satu sektor ekonomi
yang sangat berkembang di Kampung Batik Kauman, membutuhkan dukungan
sarana prasarana yang mendukung, baik untuk menunjang aktivitas maupun
dukungan kenyamanan tehadap pengunjung. Kebutuhan sarana prasarana yang
harus ada pada kawasan perdagangan berdasarkan preseden penataan ruang
kawasan komersial yang diperoleh dari berbagai sumber, diketahui sebagai
berikut:
Tabel 5.5 Kesesuaian Sarana Prasarana Pendukung Kegiatan Perdagangan
No Sarana Prasarana Ketentuan Teknis Kondisi Eksisting Tingkat
Kesesuaian 1 Jaringan jalan
lingkungan Satu jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimum 8 meter atau dua jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimal 2x7 meter.
Jalan utama dengan lebar 8 meter (Jl. Slamet Riyad) dan lebar 5 meter (Jl. Dr. Radjiman)
Memenuhi
2 Saluran pembuangan air hujan (drainase)
Memenuhi ketentuan daya tampung (tidak muncul genangan)
Masih terdapat genangan
Tidak Memenuhi
3 Penyediaan Air bersih
Instalasi penyediaan air bersih bersumber dari PAM dan/atau diusahakan sendiri.
Penyediaan dari PDAM dan sumber air sumur air dangkal
Memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
178
No Sarana Prasarana Ketentuan Teknis Kondisi Eksisting Tingkat
Kesesuaian 4 Sumber Jaringan
listrik Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga listrik dengan sumber PLN dan/atau diusahakan sendiri
PLN dan sumber listrik pribadi
Memenuhi
6 Jalur Pedestrian Jalur pejalan kaki yang nyaman dengan disepanjang jalur jalan di kawasan perdagangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Tidak ada Tidak Memenuhi
7 Unit pemadam kebakaran/ hidran
Terdapat hidran pemadam kebakaran tiap 100 meter
Tidak ada (penyediaan pribadi, tetapi tidak semua)
Tidak Memenuhi
8 Sarana persampahan
1 bak sampah/kapling 1 armada sampah/20 Ha 1 unit TPS/20 Ha
1 bak penampuangan sampah
Tidak Memenuhi
9 Parkir komunal Mampu menampung bangkitan kendaraan
Parkir on street, parkir di pasar cinderamata
Kurang Memenuhi
Sumber : Analisis, 2011
Kondisi sarana prasarana yang ada di Kampung Batik Kauman sebagai
kawasan perdagangan, belum didukung dengan kondisi yang memadai.
Kebutuhan akan sarana prasarana yang tidak sesuai dengan penyediaan
menyebabkan berbagai permasalahan (O’Fallon, 2003). Salah satunya dengan
ketidaktersediaan lahan parkir yang cukup, menyebabkan munculnya aktivitas
parkir dijalan yang mengakibatkan kemacetan. Selain itu, karena pengaruh
aktivitas perdagangan maka muncul aktivitas parkir pada lokasi yang tidak
semestinya seperti Alun-alun utara.
Investasi untuk pembangunan sarana prasarana yang mendukung
pengembangan kawasan perdagangan di Kampung Batik Kauman, kurang baik.
dimana usaha yang berkembang dengan skala kecil terbatas pada bantuan
permodalan melalui koperasi dan unit usaha. Akan tetapi meskipun dengan nilai
investasi terhadap sarana prasarana sebagai kawasan perdagangan cukup rendah,
akan tetapi pertumbuhan kegiatan perdagangan di Kapung Batik Kampung Batik
Kauman merupakan kegiatan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi
dan menjadi potensi utama kawasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
179
5.2.4.3.Penambahan Sarana Prasarana Pendukung Kegiatan Pariwisata
Berdasarkan Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,
menyebutkan bahwa kebutuhan sarana prasarana yang harus ada adalah sistem
jaringan jalan, air bersih, listrik, sistem pembuangan air kotor dan yang tidak
kalah penting adalah akomodasi. Melihat dari standart sarana tersebut, maka
kondisi sarana prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.6 Kesesuaian Sarana Prasarana Pendukung Kegiatan Pariwisata
No Sarana Prasarana Ketentuan Teknis Kondisi Eksisting Tingkat
Kesesuaian 1 Jaringan jalan Mampu
menghubungkan dengan lokasi atraksi
Jaringan jalan utama dan jalan lingkungan sesuai dengan standart (Tabel 5.3)
Memenuhi
2 Air bersih Penyediaan yang cukup pada lokasi atraksi Penyediaan hidran tiap 100 meter Kran air bersih setiap 100 meter
Penyediaan oleh PDAM dan sumur di seiap rumah dan kegiatan ekonomi Tidak terdapat hidran air komunal
Tidak Memenuhi
3 Listrik Penyediaan yang cukup pada lokasi atraksi
Penyediaan dari PLN dan penyediaan pribadi
Memenuhi
4 Sanitasi Sistem pembuangan limbah dari fasilitas pariwisata Terdapat MCK umum yang dapat dijangkau
Sistem pembuangan limbah ke aliran drainase kota, yang tertutup Terdapat MCKumum, di RW 5 (lima)
Tidak Memenuhi
5 Akomodasi Tempat tinggal semsntara yang nyaman bagi wisatawan
Terdapat 2 homestay yang berfungsi sebagai rumah singgah
Memenuhi
6 Jalur pejalan kaki
Tersedia jalur pejalan kaki yang nyaman dengan tempat duduk minimal 500 meter
Tersedia tempat duduk, tetapi tidak tersebar Tidak ada jalur pejalan kaki
Tidak Memenuhi
7 Parkir Parkir yang mampu menampung kendaraan pengunjung dekat dari entrance
Parkir komunal berada di depan Masjid Agung, dan pasar seni
Tidak Memenuhi
(daya tampung kurang)
Sumber : Analisis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
180
Berdasarkan tingkat kesesuaian yang berpedoman pada UU Nomor 10
Tahun 2009, tentang Kepariwisataan. Kondisi sarana prasarana yang berkembang
di Kampung Batik Kauman, belum cukup mendukung sebagai kawasan wisata.
Hal ini perlu adanya tindak lanjut dalam mendukung pengembangan Kampung
Batik Kauman sebagai kawasan wisata yang menarik dan nyaman.
Upaya pembangunan dan investasi terhadap pembangunan sarana
prasarana di Kampung Batik Kauman cukup besar untuk pengembangan
pariwisata, dengan pencanangan Kampung Wisata Batik Kampung Batik
Kauman. Akan tetapi investasi terhambat pada lahan yang terbatas. Selain itu,
lingkungan permukiman yang menarik sebagai lokasi homestay juga tidak
didukung dengan aksesibilitas yang baik. Bentuk investasi sarana prasarana yang
mulai muncul adalah dengan penambahan furniture kawasan yang menjadi sisi
menarik sebagai kawasan wisata.
Yang tidak kalah penting, pengembangan kawasan Kampung Batik
Kauman sebagai kawasan wisata, didukung dengan investasi pengembangan
atraksi yang menarik bagi wisatawan, antara lain dengan pembangunan Batik
Corner. Sarana tersebut dibangun untuk menambah daya tarik kawasan, yang
berfungsi sebagai tempat pelatihan membuat batik.
5.3 Analisis Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian
Kampung Batik Kauman
Faktor lokasi Kampung Batik Kauman yang terdiri dari orientasi lokasi,
kondisi fisik dasar, potensi lahan, sarana prasarana dan aksesibilitas. Faktor lokasi
tersebut memberikan peran terhadap perkembangan perekonomian, yaitu kegiatan
industri, perdagangan yang dikemas sebagai kawasan pariwisata. Berbagai bentuk
peran dari faktor lokasi dibahas sebagai berikut:
5.3.1. Analisis Peran Orientasi Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian
Kampung Batik Kauman
5.3.1.1.Perkembangan Kegiatan Industri
Orientasi lokasi yang baik untuk perkembangan kegiatan perekonomian
merupakan lokasi yang strategis dan memiliki keterkaitan dengan aktivitas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
181
beragam (Tarigan, 2005). Orientasi lokasi Kampung Batik Kauman menunjukkan
letak yang strategis, dimana berada pada kawasan pusat kota dengan tingkat
kedekatan dengan aktivitas lain, seperti sarana transportasi, sarana perekonomian,
pintu masuk kota, dan kawasan strategis segitiga budaya. Dilihat dari keterkaitan
lokasi tersebut, menunjukkan lokasi Kampung Batik Kauman yang potensial
untuk pusat pelayanan kegiatan ekonomi skala regional.
Perkembangan alih fungsi bangunan untuk kegiatan usaha banyak
berkembang di kawasan pusat kota, dimana lokasi tersebut dianggap memiliki
kemudahan transportasi yang menunjukkan daya tarik kuat dalam mengurangi
beban biaya pemilik rumah (Turner & and Fichter dalam Wardhani, 2008).
Kampung Batik Kauman yang memiliki lokasi dekat dengan kawasan pusat kota,
menjadikan kegiatan ekonomi banyak berkembang, bahkan di lingkungan
permukiman yang ditunjukkan dengan pertumbuhan 61% kegiatan indutri
berkembang pada bangunan hunian. Meskipun demikian, orientasi lokasi sendiri
dianggap berperan dalam alih fungsi bangunan untuk kegiatan industri hanya
sebesar 33,33% jika melihat pendapat dari pelaku usaha.
Alih fungsi bangunan mengarah pada lokasi yang berada pada kawasan
pusat kota (Griffin dan Ford dalam Yunus, 2008:38). Dimana alih fungsi
bangunan untuk kegiatan industri seperti industri rumah tangga dengan skala
aktivitas yang terbatas. Akan tetapi, sebagian bangunan di Kampung Batik
Kauman, sudah didesain dengan menyediakan ruang untuk kegiatan industri,
khususnya industri batik. Sehingga dapat dikatakan, orientasi lokasi Kampung
Batik Kauman yang cukup strategis tidak berperan dalam alih fungsi bangunan
untuk kegiatan industri. Hal ini dikarenakan pertumbuhan kegiatan industri
muncul sebagai perlebaran aktivitas rumah tangga dan meningkatkan nilai
efisiensi bangunan, akan tetapi tidak didukung dengan ketersediaan lahan.
Perkembangan kegiatan industri dalam bentuk pertumbuhan unit usaha,
menunjukkan arah yang cukup baik untuk kegiatan industri skala kecil dan rumah
tangga. Akan tetapi pertumbuhan kegiatan industri batik yang berkembang di
Kampung Batik Kauman, terhambat dari faktor lingkungan. Lokasi pusat kota
cenderung lebih tepat sebagai pusat aktivitas yang mudah terjangkau sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
182
menjadi lokasi yang tepat dalam pengembangan kegiatan ekonomi terutama
perdagangan, dimana pusat kota merupakan lokasi yang paling menjangkau
seluruh konsumen (Chapin dalam irawan, 2005).
Melihat kondisi orientasi lokasi Kampung Batik Kauman yang sangat
dekat dengan kawasan pusat kota dengan kondisi aksesibilitas yang baik berperan
positif dalam pertumbuhan unit usaha industri yang ada di Kampung Batik
Kauman. Meskipun demikian, sebagian 50% pelaku usaha beranggapan bahwa
orientasi lokasi menghambat dalam pertumbuhan kegiatan industri. Hal ini
dikarenakan lokasi sebagai kawasan pusat kota identik dengan kepadatan
bangunan yang tinggi dan keterbatasan lahan, sehingga kurang optimal untuk
pembangunan kegiatan industri. Selain itu, kawasan pusat kota merupakan
kawasan dengan tingkat pengaturan lalulintas yang membatasi angkutan yang
melalui jalan-jalan di Kampung Batik Kauman. seperti angkutan barang dalam
volume besar tidak mampu menjangkau lokasi Kampung Batik Kauman, sehingga
pelaku usaha melakukan transaksi atau memperoleh bahan baku yang dibutuhkan
dari luar wilayah pada titik-titik simpul transportasi, seperti di Pendaringan.
Lokasi Kampung Batik Kauman yang berada pada kawasan strategis
segitiga budaya, menyebabkan Kampung Batik Kauman diarahkan sebagai
kawasan konservasi (Peraturan Zonasi Kawasan Heritege, 2010). Hal ini
menghalangi pertumbuhan aktivitas industri skala besar, sehingga pertumbuhan
kegiatan industri mengarah pada kegiatan skala kecil, rumah tangga atau
meggunakan lokasi di Kampung Batik Kauman hanya untuk melakukan beberapa
proses produksi.
Dalam pemilihan lokasi untuk kegiatan ekonomi, akan dicari lokasi yang
mendekati konsumen, hal ini akan mempermudah distribusi dan mengurangi
biaya, sehingga diperoleh keuntungan maksimum (August Losch dalam Tarigan,
2005). Kondisi orientasi lokasi di Kampung Batik Kauman, menurut pelaku usaha
industri, paling berperan terhadap peningkatan skala kegiatan industri sebesar
72,22%. Hal ini tidak lepas dari orientasi lokasi sebagai kawasan pusat Kota
Surakarta yang menunjukkan lokasi Kampung Batik Kauman merupakan salah
satu pusat pelayanan skala kota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
183
Kawasan pusat kota tumbuh sebagai pusat aktivitas, yang ditandai dengan
tingkat aksesibilitas yang baik (Tarigan, 2005). Kondisi orientasi kawasan pusat
kota menjadikan kegiatan ekonomi di Kampung Batik Kauman, berkembang
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan skala lokal melainkan untuk memenuhi
kebutuhan regional. Selain itu, kedekatan dari jangkauan kawasan pinggir kota
menjadikan kegiatan industri di Kampung Batik Kauman mampu meningkatkan
skala kegiatannya. Selain itu, kedekatan dengan kawasan ekonomi yang beragam
menjadikan lokasi ini memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi kawasan
pemasaran hasil produksi industri di Kampung Batik Kauman.
Pertumbuhan investasi sarana prasarana di Kampung Batik Kauman untuk
mendukung aktivitas industri terhambat oleh nilai lahan yang tinggi. Nilai lahan
yang tinggi di Kampung Batik Kauman terjadi akibat lokasinya yang strategis,
dekat dengan kawasan pusat Kota Surakarta. Melihat kondisi ini, dapat dikatakan
bahwa orientasi lokasi menghambat dalam investasi sarana prasarana, dimana
ditunjukkan pula dari pendapat pelaku usaha sebesar 38,89%.
Secara keseluruhan orientasi lokasi Kampung Batik Kauman yang
strategis merupakan kawasan yang cukup potensial untuk perkembangan
perekonomian, dimana adanya dukungan aksesibilitas yang baik. Akan tetapi
kondisi tersebut menghambat dalam perkembangan kegiatan industri skala besar
dan yang menimbulkan limbah untuk berkembang di Kampung Batik Kauman
dan hanya mendukung untuk perkembangan kegiatan industri kecil dan rumah
tangga.
5.3.1.2.Perkembangan Kegiatan Perdagangan
Letak lahan dibandingkan lokasi secara makro yang potensial untuk
perkembangan kegiatan ekonomi adalah yang letak strategis dan aksesibilitas
yang tinggi (Chapin dalam Irawan, 2005). Lokasi Kampung Batik Kauman yang
sangat strategis memberikan arah perkembangan perekonomian yang sangat
potensial bukan hanya pada pelayanan lokal, melainkan juga terhadap pelayanan
regional. Selain itu, lokasi Kampung Batik Kauman merupakan lokasi yang
diarahkan sebagai kawasan perdagangan berdasarkan RTRW Kota Surakarta,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
184
yang didukung dengan kedekatan dengan sarana prasarana lingkup Kota
Surakarta.
Lokasi pusat kota merupakan kawasan potensial bagi pertumbuhan
kegiatan hunian-usaha karena tingkat kemudahan transportasi (Turner & Fichter,
1972). Lokasi yang strategis, mengakibatkan nilai lahan di lokasi ini sangat tinggi,
dengan potensi perkembangan perekonomian yang tinggi sehingga alih fungsi
bangunan untuk kegiatan perdagangan muncul pada lingkungan permukiman di
Kampung Batik Kauman. Perkembangan alih fungsi bangunan untuk kegiatan
perdagangan mengarah pada bagian depan rumah yang menghadap dijalan dan
bertujuan untuk meningkatkan tingkat produktivitas bangunan dan memanfaatkan
nilai lahan yang tinggi. Hal tersebut juga dirasakan oleh pelaku usaha
perdagangan yang merasa orientasi lokasi berperan 87.27% terhadap alih fungsi
bangunan untuk kegiatan ekonomi.
Orientasi lokasi terhadap pusat kota mengarah pada perkembangan sebagai
pusat pertumbuhan dengan skala pelayanan yang luas (Christaller dalam Tarigan,
2005:137). Orientasi lokasi Kampung Batik Kauman yang sangat strategis sangat
potensial untuk pertumbuhan kegiatan perdagangan. Selain itu, lokasi kedudukan
lokasi Kampung Batik Kauman yang menunjukkan pada tingkat kedekatan dan
jangkauan keterkaitan antar lokasi strategis sangat potensial untuk perkembangan
perekonomian. Kondisi ini menjadi pertimbangan 61,11% pelaku usaha untuk
memilih lokasi Kampung Batik Kauman sebagai lokasi usaha. Pertumbuhan unit
usaha perdagangan di Kampung Batik Kauman yang dipengaruhi oleh iklim usaha
yang cukup baik, karena pengaruh keberadaan Pasar Klewer. Sehingga dapat
dikatakan orientasi lokasi berperan positif atau mendukung dalam perkembangan
kegiatan perdagangan.
Selain mendukung dalam pertumbuhan kegiatan usaha, orientasi Kampung
Batik Kauman juga sangat potensial untuk peningaktan skala pelayanan.
Peningkatan skala pelayanan yang ditunjukkan dengan peningkatan penjualan dan
distribusi cukup signifikan, dipengaruhi oleh peningkatan jumlah konsumen
akibat pencanangan Kampung Batik Kauman. Lokasi yang strategis dengan
dukungan aksesibilitas yang baik, sangat mendukung kemudahan konsumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
185
dalam menjangkau Kampung Batik Kauman, serta dalam mendukung sistem
pemasaran.
Kedekatan lokasi dengan aktivitas perekonomian di sekitarnya mampu
meningkatkan skala pelayanan serta memperkecil threshold (Christaller).
Kampung Batik Kauman, merupakan lokasi yang dekat dengan kawasan
perdagangan dalam lingkup Kota Surakarta, seperti PGS, Nonongan, Coyudan.
Lokasi tersebut berperan dalam membentuk kawasan perekonomian yang saling
mendukung, dengan komoditi yang beragam sehingga berkembang sebagai
kawasan perekonomian dengan skala pelayanan regional. Selain itu, lokasi-lokasi
yang memiliki komoditi yang sama menjadi lokasi distribusi bagi kegiatan
perdagangan di Kampung Batik Kauman.
Untuk perkembangan kegiatan perdagangan, pelaku usaha berpendapat
bahwa orientasi lokasi juga berperan dalam peningkatan skala kegiatan sebanyak
81,82%. Kawasan Ekonomi selalu memiliki kaitan dalam keberadaan kawasan
ekonomi lain, baik yang memiliki komoditi yang sama maupun berbeda. Menurut
Harris dan Ulman (Yunus, 2008:45-46), dan akan mempengaruhi adanya
aglomerasi dan deaglomerasi kawasan. Kondisi orientasi lokasi Kampung Batik
Kauman terhadap kawasan perdagangan di sekitarnya dianggap saling mendukung
dimana kawasan perdagangan lain dijadikan sebagai lahan distribusi barang.
Selain itu lokasi sebagai kawasan pusat kota yang identik dengan aksesibilitas
yang baik cukup mendukung dalam pergerakan distribusi ke wilayah yang
berjarak jauh sekalipun, seperti Bandung, Jakarta, Bali.
Kondisi orientasi lokasi sebagai kawasan pusat kota dan kedekatan dengan
lokasi strategi lingkup kota dianggap berperan positif terhadap pertumbuhan
investasi sarana prasarana sebesar 72,73% menurut pelaku usaha. Akan tetapi,
kondisi orientasi lokasi terhadap kawasan pusat kota menyebabkan pembangunan
identik dengan pola vertikal dan berkepadatan tinggi (Yunus, 2008: 16). Kampung
Batik Kauman saat ini berkembang sebagai kawasan dengan kepadatan tinggi,
serta ketersediaan lahan yang terbatas untuk mendukung pembangunan horizontal.
Kondisi ini menunjukkan bahwa orientasi lokasi bisa menjadi penghambat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
186
pengembangan dan investasi sarana prasarana pendukung, dikarenakan
ketersediaan lahan yang minimum serta tingkat intensitas bangunan yang tinggi.
Dalam menetapkan lokasi suatu kegiatan secara komprehensif diperlukan
pertimbangan dari berbagai faktor antara lain fasilitas penunjang, daya serap pasar
lokal, dan sarana transportasi dari tempat produksi ke wilayah pemasaran yang
dituju, terutama aksesibilitas pemasaran ke luar negeri (Tarigan 2005 : 95).
Dilihat dari orientasi lokasinya, kedudukan Kampung Batik Kauman mampu
mendukung pertumbuhan aktivitas kawasan, dengan kedekatan dengan kawasan
perdagangan yang menjadi pasar lokal pemasaran dan aksesibilitas serta daya
dukung sarana transportasi mempermudah perkembangan pasar perdagangan di
Kampung Batik Kauman.
Berdasarkan seluruh kondisi diatas dapat dikatakan bahwa kondisi
orientasi lokasi sebesar 80,45% berperan terhadap perkembangan kegiatan
perdagangan. Meskipun, beberapa indikator menunjukkan sebagai penghambat
terhadap beberapa bentuk pengembangan aktivitas perdagangan. Lokasi yang
strategis merupakan pertimbangan pemilihan Kampung Batik Kauman sebagai
lokasi perdagangan oleh 74,55% pelaku usaha. Kondisi lokasi Kampung Batik
Kauman sangat mendukung dalam perkembangan kegiatan perdagangan, terebih
lagi karena arahan fungsi kawasan yang memang diperuntukkan untuk kawasan
perdagangan dalam RTRW Kota Surakarta tahun 2007-2026.
5.3.1.3.Peran Orientasi Lokasi dalam Perkembangan Pariwisata
Lokasi objek wisata merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
pengembangan kegiatan pariwisata (Karyono, 1997: 11). Lokasi Kampung Batik
Kauman dilihat dari lokasi yang lebih luas menunjukkan letak yang strategis
dimana dekat dengan pusat kota dan sarana prasarana lingkup kota.
Perkembangan kegiatan pariwisata Kampung Batik Kauman, ditandai dengan alih
fungsi bangunan untuk kegiatan akomodasi serta muncul karena potensi
pengembangan pariwisata di Kampung Batik Kauman. Orientasi lokasi
mendukung dalam penumbuhan potensi pariwisata dilihat dari kedekatanyya dari
kawasan segitiga budaya, dimana potensi pariwisata di Kampung Batik Kauman
merupakan pengembangan dari kondisi fisik, social dan ekonomi masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
187
Lokasi Kampung Batik Kauman juga berada pada lingkungan kawasan
segitiga budaya antara Keraton Kasunanan Surakarta, Puro Mangkunegaran dan
Pasar Gedhe yang merupakan objek pariwisata Kota Surakarta. Kedekatan dengan
lokasi tersebut menjadikan Kampung Batik Kauman mengalami peningkatan
skala kegiatan yang ditandai dengan peningkatan jumlah pengunjung. Hal ini
menunjukkan bahwa orientasi lokasi tersebut menjadi jangkauan yang tidak
terpisahkan dari pariwisata Kota Surakarta, ditandai dengan diikutsertakannya
Kampung Batik Kauman dalam Solo City Tour, sebagai kawasan pendukung
Keraton Kasunanan Surakarata.
Fasilitas perbelanjaan tidak dapat dipisahkan dari sebuah perjalanan wisata
adalah kegiatan belanja souvenir yang menjadi cirikhas suatu objek wisata
(Pendhit, 2002: 10). Kampung Batik Kauman dikelilingi oleh kawasan komersial
yang menjadi pendukung aktivitas pariwisata Kampung Batik Kauman. Akan
tetapi, Kampung Batik Kauman sendiri merupakan kawasan komersial dengan
atraksi utama berupa kegiatan indutri dan perdagangan komoditi ekonomi kreatif
berbasis budaya. Pertumbuhan aktivitas perdagangan di Kampung Batik Kauman
mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama dalam bentuk skala
pelayanan sebagai dampak dari pencanangan Kampung Batik Kauman sebagai
kawasan pariwisata.
Kemajuan dan kedekatan dengan sarana angkutan terutama untuk
angkutan udara menjadi pengaruh yang mempermudah jangkauan daya tarik
wisata (Karyono, 1997: 55). Kampung Batik Kauman memiliki jarak yang relatif
dekat dengan sarana transportasi lingkup kota, seperti landasan udara, terminal
maupun stasiun kereta dan disisi lain mengalami peningkatan skala kegiatan yang
cukup potensial. Dengan kondisi menunjukkan bahwa orientasi lokasi mendukung
dalam peningkatan skala kegiatan, dimana kondisi tersebut mempermudah
jangkauan Kampung Batik Kauman dalam mengembangkan peluang yang
semakin besar untuk menarik wisatawan berkunjung ke Kampung Batik Kauman.
hal ini ditandai dengan peningkatan pengunjunng dan pengetahuan masyarakat
terhadap keberadaan Kampung Batik Kauman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
188
5.3.2. Analisis Peran Fisik Dasar dalam Perkembangan Perekonomian
Kondisi fisik dasar di Kampung Batik Kauman relatif datar dengan
kecenderungan pembangunan untuk permukiman. Kondisi tersebut, memiliki
peran terhadap perkembangan perekonomian di Kampung Batik Kauman, sebagai
berikut:
5.3.2.1.Perkembangan Kegiatan Industri
Tingkat kesuburan lahan menjadi salah satu faktor yang menentukan
tingginya nilai lahan, dimana semakin tinggi kesuburan tanah maka nilai
produktivitas (Drabkin dan Yunus, 2008:89). Lokasi Kampung Batik Kauman
menunjukkan tingkat kesuburan yang tinggi dan mengarah pada nilai lahan yang
tinggi, dimana lokasi tersebut identik dengan pertumbuhan kegiatan ekonomi
yang sangat potensial. Bentuk perkembangan perekonomian yang cukup banyak
terjadi untuk kegiatan industri adalah alih fungsi bangunan untuk kegiatan industri
sebesar 61%, dan terjadi karena keterbatasan lahan. Selain itu, nilai lahan yang
lahan yang mangarah pada produktivitas yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan
kegiatan industri dalam bangunan hunian. Sehingga, dapat dikatakan kondisi fisik
dasar berperan dalam alih fungsi bangunan untuk kegiatan industri. Meskipun
demikian, 88,89% pelaku usaha industri beranggapan bahwa fisik dasar tidak
berperan dalam alih fungsi bangunan untuk kegiatan industri.
Fisik dasar yang ditunjukkan dengan kondisi lahan yang subur, diarahlan
pada aktivitas yang bersifat produktif, dengan kata lain kondisi lahan yang
mendukung akan berperan dalam peningkatan dan pertumbuhan aktivitas produksi
(Ricardo). ini Kondisi fisik dasar di Kampung Batik Kauman menunjukkan
kondisi lahan dengan tingkat kesuburan tanah yang baik, akan tetapi memiliki
kecenderungan kondisi hidrologi yang dangkal serta drainase yang buruk, hal ini
kurang optimal untuk perkembangan kegiatan industri yang identik dengan
limbah produksi. Akan tetapi pertumbuhan kegiatan industri di Kampung Batik
Kauman saat ini mengarah pada kegiatan industri rumah tangga dan skala kecil,
dengan sedikit menimbulkan limbah, sehingga berdasarkan kondisi fisik dasar
tersebut cukup mendukung untuk pertumbuhan unit usaha industri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
189
Kegiatan industri yang berkembng di Kampung Batik Kauman, tidak
berkaitang langsung dengan kondisi lahan, sehingga dapat dikatakan tidak
berperan terhadap penambahan unit usaha industri. Hal ini dibuktikan dengan
pendapat pelaku usaha bahwa 66,67% menyatakan bahwa fisik dasar tidak
berperan dalam penambahan unit usaha industri. Akan tetapi, kondisi tersebut
juga sangat menghambat terhadap pertumbuhan industri batik, karena kondisi
drainase dan hidrologi dangkal sangat potensial terhadap pencemaran, sehingga
hanya industri batik yang memiliki sistem pengolahan limbah yang mampu
bertahan.
Kondisi kesuburan lahan dan tingkat kesesuaian lahan juga dikatakan
mampu mendukung peningkatan produksi. Peningkatan jumlah produksi dialami
oleh 77,78% pelaku usaha industri setelah adanya pencanangan Kampung Batik
Kauman. Meskipun demikian, kondisi fisik dasar tidak berperan langsung dalam
peningkatan skala kegiatan industri, karena kondisi tersebut lebih dipengaruhi
oleh peningkatan promosi dan jumlah konsumen yang meningkat. Selain itu,
untuk peningkatan skala distribusi juga lebih dipengaruhi oleh peningkatan
manajemen dan teknologi pemasaran.
Kondisi hidrologi tersebut juga kurang berperan terhadap investasi sarana
prasarana, karena aliran drainase yang ada merupakan standart lingkungan
perumahan permukiman, serta kondisi hidrologi yang dangkal. Hal ini
menyebabkan proses pembangunan IPAL industri kurang mampu berjalan
optimal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai peran fisik dasar yang hanya 22,22%
terhadap investasi sarana prasarana, menurut pelaku usaha.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kodnsi fisik dasar bisa menjadi
faktor penghambat dalam perkembangan kegiatan industri skala besar. Hal ini
dikarenakan kondisi fisik dasar kurang optimal jika dikembangkan untuk kegiatan
industri, dilihat dari kondisi hidrologinya. Akan tetapi, karena kegiatan industri
tidak berhubungan langsung dengan kondisi fisik alam, maka kondisi fisik dasar
kurang dihiraukan oleh pelaku usaha dalam mengembangkan kegiatan industri,
terutama industri kecil dan rumah tangga yang banyak berkembang di Kampung
Batik Kauman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
190
5.3.2.2.Perkembangan Kegiatan Perdagangan
Kondisi fisik dasar di Kampung Batik Kauman termasuk dalam golongan
Kelas I, yang memiliki topografi datar dan kelerengan yang landai. Kondisi ini
dianggap sesuai untuk pengembangan permukiman dan aktivitas perekonomian
(Sutanto, 2005: 172). Perkembangan perekonomian yang berkembang dalam
kegiatan perdagangan di Kampung Batik Kauman antara lain adalah alih
bangunan untuk kegiatan perdagangan, yang merupakan upaya penambahan
kegiatan yang berlangsung di dalam bangunan rumah. Alih fungsi bangunan
untuk kegiatan perdagangan mengarah pada bagian depan rumah, baik dengan
menambah ruang baru maupun tidak. Melihat kondisi tersebut, konidis fisik dasar
dianggap mendukung atau berperan positif dalam alih fungsi bangunan untuk
kegiatan perdagangan.
Tingkat kesuburan tanah yang semakin tinggi, semakin optimal untuk
pertumbuhan kegiatan ekonomi (Ricardo). Kondisi fisik dasar di Kampung Batik
Kauman, tergolong dalam kondisi subur. Pertumbuhan unit usaha perdagangan,
dan pelaku usaha beranggapan bahwa fisik dasar berperan 60% terhadap
pertumbuhan unit usaha perdagangan. Kondisi tersebut dapat dinyatakan bahwa
fisik dasar mendukung dalam pertumbuhan unit usaha. Akan tetapi peran tersebut
tidak dirasakan secara langsung oleh pelaku usaha di Kampung Batik Kauman.
Hal ini menjadikan lokasi Kampung Batik Kauman secara fisik
mendukung dalam pengembangan kegiatan perdagangan, dimana kegiatan
perdagangan tidak menimbulkan dampak yang berarti terhadap lingkungan
sekitarnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi fisik dasar dianggap berperan
terhadap perkembangan kegiatan perdagangan.
Tingkat kesuburan lahan menjadi salah satu faktor yang menentukan
tingginya nilai lahan, dimana semakin tinggi kesuburan tanah maka nilai
produktivitas dan nilai lahan akan meningkat (Drabkin dan Yunus, 2008:89).
Kondisi fisik dasar di Kampung Batik Kauman tergolong memiliki tingkat
kesuburan yang baik serta pertumbuhan nilai lahan yang cukup tinggi.
Perkembangan ekonomi dalam bentuk peningkatan jumlah produksi/ penjualan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
191
meningkat sebesar 80%. Hal ini menunjukkan bahwa fisik dasar berperan positif
dalam peningkatan skala kegiatan perdagangan di Kampung Batik Kauman.
Fisik dasar yang ditandai dengan kondisi iklim yang stabil, memberikan
dampak yang positif terhadap kemampuan distribusi. Selain itu, tingkat kesuburan
yang berbanding searah dengan nilai lahan akan menimbulkan daya dukung
aksesibilitas yang baik, dimana akan memberikan jangkauan kemudahan dalam
proses pemasaran. Hal ini dibuktikan dengan pendapat pelaku usaha perdagangan
yang menyatakan bahwa fisik dasar berperan dalam peningkatan skala kegiatan
sebesar 50,91%.
Kemampuan lahan untuk mendukung pembangunan, dirasa menjadi
faktor yang sangat mendukung dalam investasi sarana prasarana pendukung, hal
tersebut ditunjukkan pula dengan pendapat pelaku usaha sebesar 58,18% yang
menyatakan bahwa fisik dasar berperan positif dalam investasi sarana prasarana.
Akan tetapi upaya investasi banyak terhambat oleh berbagai faktor, terutama
ketersediaan lahan. Melihat kondisi ini, fisik dasar dianggap tidak berperan dalam
investasi sarana prasarana.
Secara garis besar, kondisi fisik dasar Kampung Batik Kauman tergolong
dalam tingkat kesesuaian lahan yang mendukung dalam pembangunan. Kondisi
tersebut mendukung dalam perkembangan perekonomian, meskipun peran tidak
ditunjukkan secara langsung.
5.3.2.3.Perkembangan Kegiatan Pariwisata
Kondisi fisik alam yang berupa kondisi iklim, potensi sumber daya alam
dan pemandangan alam yang berbeda dengan lokasi yang lain menjadi daya tarik
pariwisata (Ross, 1998: 125). Kampung Batik Kauman merupakan kawasan yang
beriklim tropis, yang relatif sama dengan kawasan lain di Kota Surakarta. Kondisi
fisik dasar bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep
pariwisata di Kampung Batik Kauman. Karena potensi dan konsep pengembangan
kegiatan ekonomi di Kampung Batik Kauman tidak berhubungan langsung
dengan kondisi sumber daya alam maupun fisik dasar, sehingga dapat dikatakan
bahwa kondisi fisik dasar tidak berperan dalam perkembangan kegiatan pariwisata
Kampung Batik Kauman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
192
Akan tetapi karena kegiatan pariwisata di Kampung Batik Kauman salah
satunya adalah bertumpu pada kegiatan ekonomi kreatif, maka kondisi fisik dasar
secara tidak langsung dapat dikatakan berperan negatif. Hal ini dikarenakan faktor
fisik dasar cukup berperan sebagai penghambat dalam pengembangan kegiatan
industri batik, yang menjadi salah satu atraksi yang menjadi daya tarik Kampung
Batik Kauman. Dengan keterbatasan kegiatan industri yang mampu berkembang
di Kampung Batik Kauman, maka atraksi yang menjadi potensi wisata juga
semakin terbatas. Akan tetapi, kondisi tersebut dapat diatasi dengan pembangunan
Batik Corner yang menjadi lokasi pelatihan batik bagi wisatawan.
Perkembangan perekonomian juga dilihat dengan alih fungsi bangunan
untuk kegiatan yang mendukung aktivitas pariwisata serta investasi sarana
prasarana. Kondisi fisik dasar di Kampung Batik Kauman memiliki potensi
pembangunan yang cukup baik, akan tetapi sarana prasaran yang mendukung
belum adanya upaya pembangunan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi fisik
dasar tidak berperan dalam investasi sarana prasarana pendukung.
5.3.3. Analisis Peran Potensi Lahan dalam Perkembangan Perekonomian
Potensi lahan di Kampung Batik Kauman, terdiri dari tata guna lahan,
intensitas bangunan dan harga lahan. Tata guna lahan merupakan wadah bagi
perkembangan aktivitas yang ada di dalamnya, serta mampu menunjukkan potensi
lokal dan arah pembangunan (Tarigan, 2005:198). Tingkat penggunaan lahan
yang tinggi, menyebabkan intensitas bangunan di Kampung Batik Kauman sangat
tinggi. Akan tetapi dengan lokasinya yang berada pada kawasan yang strategis
memiliki kecenderungan untuk pembangunan vertikal, serta memiliki nilai lahan
yang tinggi. Kondisi potensi lahan memiliki peran terhadap perkembangan
perekonomian Kampung Batik Kauman, yaitu sebagai berikut:
5.3.3.1.Perkembangan Kegiatan Industri
Pembangunan lokasi yang sudah ada merupakan bentuk pemanfaatan
ruang dan penggunaan lahan dalam mendukung aktivitas yang ada di dalamnya
serta menunjukkan potensi lokasi dan konsentrasi kegiatan serta arah
pembangunan wilayah (Tarigan, 2005). Melihat kondisi tata guna lahan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
193
Kampung Batik Kauman menunjuk pada fungsi utama sebagai kawasan
permukiman dan berpotensi terhadap kegiatan perdagangan. Kondisi ini
menunjukkan bahwa potensi pengembangan lahan untuk kegiatan industri relatif
terbatas, sehingga kondisi ini sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan
jumlah alih fungsi bangunan untuk kegiatan industri. Hal ini dibuktikan dengan
pendapat pelaku usaha, bahwa potensi lahan berperan dalam alih fungsi bangunan
untuk kegiatan ekonomi sebesar 61,11%.
Meskipun demikian, pertumbuhan alih fungsi bangunan untuk kegiatan
industri tidak lepas dari pengaruh sejarah pembangunan rumah di Kampung Batik
Kauman. Rumah di Kampung Batik Kauman, terutama rumah milik khetib atau
ulama dibangun dengan memadukan fungsi hunian sekaligus tempat pembuatan
batik yang kemudian dikembangkan sebagai industri.
Lahan yang memiliki nilai lahan tinggi merupakan lokasi yang optimal
untuk pengembangan kegiatan yang bersifat produkti (Yunus, 2008:88). Kondisi
nilai lahan Kampung Batik Kauman yang tinggi, potensial sebagai lokasi kegiatan
industri dimana didukung dengan aksesibilitas dan jangkauan pelayanan.
Meskipun demikian, kepadatan bangunan yang tinggi dengan keterbatasan lahan
tidak mampu mendukung untuk pertumbuhan unit industri baru di Kampung Batik
Kauman, sehingga dapat dikatakan bahwa potensi lahan menghambat dalam
penambahan unit usaha. Kepadatan bangunan yang cukup tinggi, dengan potensi
pengembangan sebagai kawasan permukiman kurang potensial untuk
pengembangan kegiatan industri.
Harga lahan yang tinggi diidentikkan dengan kondisi aksesibilitas yang
baik (Yunus, 2008:88). Hal ini menjadi salah satu peluang terhadap peningkatan
skala kegiatan, dimana pengoptimalan nilai lahan yang tinggi dapat dimanfaatkan
untuk membeli kemudahan dalam pemasaran, sehingga dapat dikatakan bahwa
potensi lahan berperan dalam peningkatan skala kegiatan industri.
Potensi lahan di Kauman yang memiliki ketersediaan lahan yang terbatas,
dengan intensitas bangunan yang tinggi. Dimana, tingkat kepadatan bangunan
yang tinggi menunjukkan kemampuan lahan yang terbatas dalam mendukung
perubahan dan cenderung kearah kemandegan pembangunan (Berry, dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
194
Yunus, 2008:81). Kondisi tersebut menjadi hambatan dalam pengembangan
sarana prasarana pendukung serta pertumbuhan unit kegiatan industri baru.
Menurut pelaku usaha kondisi potensi lahan menghambat sebesar 66,67%
terhadap penambahan unit usaha dan peningkatan investasi sarana prasarana.
Pembangunan fisik yang mungkin dilakukan adalah dengan pembangunan
vertikal, akan tetapi kondisi ini tidak cukup kondusif untuk kegiatan industri.
Dari keseluruhan kondisi potensi lahan Kampung Batik Kauman dengan
tata guna lahan, intensitas bangunan serta harga lahan menjadi faktor penghambat
dalam perkembangan kegiatan industri.
5.3.3.2.Perkembangan Kegiatan Perdagangan
Peningkatan penambahan fungsi bangunan untuk kegiatan ekonomi,
dipengaruhi karena ketidakseimbangan antara demand pembangunan
dibandingkan supplay lahan (Rodenburg dan Nijkamp, dalam Yulita sari, 2009).
Ketersediaan lahan di Kampung Batik Kauman yang kurang mendukung dalam
pembangunan kegiatan perdagangan yang cukup pesat. Hal ini megakibatkan
pertumbuhan kegiatan perdagangan mengarah pada pemanfaatan bagian rumah
untuk kegiatan ekonomi. Selain faktor tersebut, nilai lahan yang tinggi juga
menjadi faktor pendukung peningkatan nilai produktivitas pada bangunan.
Kondisi tersebut ditunjukkan dengan pendapat pelaku usaha yang menyatakan
bahwa potensi lahan di Kampung Batik Kauman berperan dalam alih fungsi
bangunan sebesar 76,36%.
Ketersediaan lahan belum terbangun menunjukkan kemampuan
pengambangan kawasan (Hansen dalam Tarigan, 2005: 156). Dengan melihat
kondisi ketersediaan lahan di Kampung Batik Kauman yang hanya 4% dari luas
lahan total, menunjukkan kemampuan pembangunan yang sangat terbatas untuk
pertumbuhan unit usaha perdagangan. akan tetapi, nilai lahan yang tinggi
menunjukkan kemampuan lokasi yang potensial untuk perkembangan
perekonomian (Von Thunen, dalam Yunus, 2008:88). Hal ini menunjukkan bahwa
potensi lahan mendukung untuk pertumbuhan unit usaha perdagangan akan tetapi
dalam pola pembangunan vertikal. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
ketersediaan lahan yang terbatas dan kondisi nilai lahan yang tinggi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
195
menyebabkan masyarakat cukup efisien memanfaatkan lahan dan bangunan untuk
kegiatan dengan nilai produktivitas yang tinggi.
Kemampuan lahan untuk menghambat dalam investasi sarana prasarana
yang mendukung kegiatan perdagangan, seperti lahan parkir, jalur pejalan kaki.
Nilai lahan yang tinggi, menjadikan memanfaatkan lahan secara optimal untuk
kegiatan dengan nilai ekonomi, sehingga menjadi penghambat atau berperan
negatif dalam investasi sarana prasarana.
Lahan yang memiliki nilai lahan yang tinggi, didukung dengan
aksesibilitas yang baik. hal ini menunjukkan bahwa lokasi dengan nilai lahan yang
tinggi mengarah pada lokasi yang mudah dijangkau. Kondisi nilai lahan di
Kampung Batik Kauman, juga dikarenakan ketersediaan aksesibilitas yang baik.
hal ini menjadikan lokasi Kampung Batik Kauman, dilihat dari potensi lahan
mendukung dalam peningkata skala kegiatan khususnya dalam mendukung
peningkatan skala distribusi yang dialami oleh 32,73% pelaku usaha serta dalam
mendukung jangkauan konsumen yang meningkatkan penjualan.
Proporsi penggunaan lahan untuk kegiatan perdagangan menunjukkan
semakin luas kemampuan untuk meningkatan pelayanan (Chapin dalam Irawan,
2009: 51). Proporsi lahan untuk kegiatan perdagangan di Kampung Batik Kauman
mencapai 39% dari total luas lahan, belum termasuk kegiatan perdagangan yang
berkembang di lingkungan permukiman. Hal ini sangat mendukung dalam
perkembangan skala pelayanan kegiatan perdagangan di Kampung Batik Kauman,
dimana konsentrasi kegiatan perdagangan yang cukup besar menciptakan
kemudahan bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan yang beragam pada satu
lokasi, sehingga dapat dikatakan bahwa potensi lahan mendukung dalam
peningkatan skala kegiatan perdagangan. Jika dilihat secara keseluruhan, potensi
lahan masih cukup dominan mendukung atau berperan positif dalam
perkembangan kegiatan perdagangan.
5.3.3.3.Perkembangan Kegiatan Pariwisata
Kondisi tata guna lahan merupakan faktor yang menjadi pertimbangan
dalam pengembangan kegiatan wisata, dimana digunakan untuk menentukan
zoning yang sesuai dengan arah pembangunan kawasan (Wardhani, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
196
Kampung Batik Kauman yang dikembangkan sebagai kawasan pariwisata,
bertumpu pada bangunan fisik, ekonomi dan sosial masyarakat. Disisi lain,
keterbatasan lahan menghambat dalam pengembangan sarana prasarana kawasan
yang mendukung kegiatan pariwisata. Intensitas bangunan yang tinggi, mengarah
pada bangunan modern yang secara signifikan mengurangi kekhasan kawasan
Kampung Batik Kauman dengan potensi bangunan arsitektural kuno yang
dimiliki. Hal ini bisa dikatakan bahwa potensi lahan di Kampung Batik Kauman
kurang berperan dalam mendukung konsep wisata yang nyaman.
Kepadatan bangunan yang tinggi, dengan lorong-lorong antar bangunan
menjadi daya tarik tersendiri dari lingkungan permukiman di Kampung Batik
Kauman. Terlebih lagi dengan pengoptimalan fungsi bangunan untuk kegiatan
ekonomi dengan dibangun outlet atau showroom, menjadikan lingkungan
permukiman padat menjadi menarik. Hal ini ditandai dengan banyaknya
pengunjung dan pertumbuhan kegiatan ekonomi di lingkungan permukiman.
Pengunjung dihadapkan dengan kondisi kawasan komersial yang berbeda dari
kawasan perekonomian pada umumnya. Hal diatas menunjukkan bahwa kondisi
potensi lahan mendukung dalam alih fungsi bangunan untuk kegiatan pariwisata
akan tetapi, disisi lain tidak berperan dalam peningkatan unit usaha maupun
potensi pariwisata dan peningkatan skala kegiatan.
Kondisi potensi lahan yang menjadi penghambat dalam perkembangan
kegiatan industri, secara tidak langsung juga menghambat dalam pengembangan
potensi wisata yang bertumpu pada ekonomi kreatif. Kurangnya daya dukung
dalam pengembangan kegiatan industri, secara tidak langsung menyebabkan
berkurang pula atraksi wisata industri, sehingga kegiatan wisata batik hanya
bertumpu pada kegiatan perdagangan.
Akan tetapi , permasalahan tersebut diatasi dengan adanya Batik Corner
yang menjadi lokasi pelatihan batik untuk wisatawan. produksi batik, juga masih
dapat dilihat menjadi atraksi yang menarik, yaitu pada industri yang bertumpu
pada bahan baku yang alami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
197
5.3.4. Analisis Peran Sarana Prasarana dalam Perkembangan
Perekonomian
5.3.4.1.Perkembangan Kegiatan Industri
Kelengkapan sarana prasarana yang lngkap menunjukkan kedudukan
lokasi sebagai pusat pertumbuhan kawasan, yang menjadi daya tarik lokasi
dibandingkan lokasi yang lain (Francouis Perroux, dalam Yunus: 2008).
Pertumbuhan sebagai kawasan pertumbuhan menunjukkan pada tingkat
pembangunan ekonomi yang cukup tinggi, termasuk pada pemanfaatan hunian
dengan fungsi heterogen, untuk pembangunan ekonomi. kondisi sarana prasarana
di Kampung Batik Kauman, merupakan sarana prasarana skala minimum
permukiman yang tidak menunjukkan daya tarik kawasan. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa kondisi sarana prasarana di Kampung Batik Kauman tidak
berperan dalam alih fungsi bangunan untuk kegiatan industri.
Kelengkapan sarana prasarana yang sesuai adalah faktor menentukan
lokasi untuk kegiatan ekonomi (Tarigan, 2005). Melihat kondisi sarana prasarana
yang ada di Kampung Batik Kauman, tidak menunjukkan daya dukung terhadap
perkembangan kegiatan industri. Meskipun demikian, pertumbuhan kegiatan
industri di Kampung Batik Kauman merupakan kegiatan industri rumah tangga,
sehingga dapat dikatakan kebutuhan terhadap sarana prasarana mampu terpenuhi
dari penyediaan standart minimum permukiman. Sehingga dapat dikatakan bahwa
sarana prasaran tidak berperan dalam pertumbuhan kegiatan industri, akan tetapi
menjadi penghambat ketika kegiatan industri yang berkembang adalah industri
batik yang menjadi potensi utama di lokasi ini. Hal ini karena, ketidaktersediaan
sarana pengelolaan limbah dan sistem drainase yang buruk.
Sarana prasarana berperan secara mutlak dan komparatif terhadap
perkembangan ekonomi, antara lain dengan peningkatan kegiatan produksi
(Carolyn O'Fallon, 2003). Kondisi sarana prasarana di Kampung Batik Kauman
kurang mendukung untuk kegiatan industri. Perkembangan produksi di Kampung
Batik Kauman cukup tinggi sebesar 77,78%. Sehingga dapat dikatakan
keterbatasan sarana prasaran tersebut, tidak berperan dalam peningkatan skala
kegiatan. Hal ini dikarenakan, kegiatan industri yang banyak berkembang di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
198
Kampung Batik Kauman merupakan kegiatan industri rumah tangga dan industri
kecil. sementara untuk industri yang potensial berkembang, seperti industri batik,
meruapakan kegiatan industri yang terhambat dalam perkembangan produksi
akibat kondisi sarana prasarana yang kurang mendukung.
Keterbatasan sarana prasarana di Kampung Batik Kauman, menunjukkan
ketidaksesuaian dalam mendukung kegiatan industri. Hal ini menumbuhkan
peluang investasi pembangunan sarana prasaran yang dianggap dibutuhkan di
Kampung Batik Kauman. Akan tetapi aplikasi pembangunan banyak terhambat,
sehingga kondisi sarana prasarana saat ini tidak lagi berperan dalam investasi
sarana prasarana untuk kegiatan industri. Sehingga secara keseluruhan dapat
dikatakan bahwa kondisi sarana prasarana tidak berperan dalam perkembanga
kegiatan industri di Kampung Batik Kauman. Hal ini ditunjukkan dengan persepsi
masyarakat yang menyatakan bahwa sarana prasarana 40,28% tidak berperan
dalam perkembangan kegiatan industri.
5.3.4.2. Perkembangan Kegiatan Perdagangan
Kondisi sarana prasarana yang terdapat di Kampung Batik Kauman
merupakan sarana prasarana yang hanya mampu memenuhi standart pelayanan
minimum untuk permukiman. Kondisi tersebut menjadikan lokasi ini, ditinjau dari
kondisi sarana prasarananya kurang mendukung untuk perkembangan kegiatan
ekonomi (Tarigan, 2005). Alih fungsi bangunan untuk kegiatan perdagangan
banyak berkembang untuk meningkatkan nilai produktivitas lahan dan ekonomi
keluarga, sehingga dapat dikatakan bahwa saran prasana tidak berperan dalam alih
fungsi bangunan. Alih fungsi bangunan lebih disebabkan pada aktivitas dan
kebutuhan ruang masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan 69,09% pelaku usaha
menyatakan bahwa sarana prasarana tidak berperan dalam alih fungsi bangunan
untuk kegiatan perdagangan.
Kondisi sarana prasarana menjadi daya tarik dalam pengembangan
aktivitas ekonomi di suatu wilayah (Konsep gravitasi dalam Tarigan, 2005).
Pertumbuhan unit usaha perdagangan di Kampung Batik Kauman hanya sekitar
9,09% yang menjadikan sarana prasaran sebagai salah pertimbangan pemilihan
lokasi. Hal ini dapat dikatakan bahwa sarana prasarana yang ada di Kampung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
199
Batik Kauman bukan merupakan potensi daya tarik yang berperan dalam
pertumbuhan unit usaha di Kampung Batik Kauman. Hal ini didukung dengan
pendapat 52,73% pelaku usaha yang menyatakan bahwa sarana prasarana tidak
berperan dalam pertumbuhan unit usaha perdagangan.
Perkembangan perekonomian sendiri, tergantung pada keefektivan dalam
memanfaatan sarana prasarana yang ada serta kualitas sarana prasarana (Carolyn
O'Fallon, 2003). Kondisi sarana prasarana yang kurang memberikan kemampuan
daya dukung terhadap perkembangan perekonomian, salah satunya dalam bentuk
peningkatan penjualan dan distribusi sebesar 80% dan 32,73%. Peningkatan
penjualan dan distribusi dipengaruhi oleh kemampuan promosi dan manajemen
yang baik. sehingga dapat dikatakan bahwa sarana prasarana tidak berperan dalam
peningkatan skala kegiatan perdagangan di Kampung Batik Kauman, seperti yang
dirasakan oleh 40% pelaku usaha perdagangan.
Peran sarana prasarana menurut pelaku usaha, paling besar menurut pelaku
usaha adalah terhadap pertumbuhan investasi sarana prasarana sebesar 70,91%.
Meskipun demikian implementasi pembangunan sarana prasarana pendukung juga
masih terbatas, karena terbentur masalah ketersediaan lahan yang terbatas.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi sarana prasarana tidak berperan langsung
terhadap upaya pembangunan sarana prasarana yang mendukung kegiatan
perdagangan. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kondisi sarana
prasarana di Kampung Batik Kauman tidak berperan dalam perkembangan
perekonomian.
5.3.4.3.Perkembangan Kegiatan Pariwisata
Sarana prasarana yang berbeda dari suatu lokasi menjadi daya tarik
masyarakat dari luar wilayah untuk dating (Konsep Gravitasi). Kondisi sarana
prasarana di Kampung Batik Kauman, secara garis besar sama dengan lingkungan
lain di Kota Surakarta. Akan tetapi, sarana prasarana yang mendukung kegiatan
pariwisata relatif terbatas. Peningkatan skala kegiatan pariwisata yang ditandai
dengan pertumbuhan jumlah pengunjung lebih dipengaruhi oleh pengembangan
potensi wisata dan upaya promosi kawasan. Kondisi sarana prasarana dinyatakan
tidak berperan dalam peningkatan skala kegiatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
200
Disisi lain, Masjid, langgar dan mushola di Kampung Batik Kauman
bukan hanya sebagai tempat ibadah, melainkan juga menjadi atraksi wisata religi.
Sarana peribadatan tersebut memiliki sejarah yang erat dengan Keraton Surakarta.
Masjid dan langgar di Kampung Batik Kauman, memiliki hubungan dengan
kediaman ulama atau khetib, yang berfungsi tidak hanya sebagai tempat ibadah
tetapi juga sebagai ruang aktivitas.
Ketersediaan sarana prasarana yang juga mendukung dalam
pengembangan konsep wisata adalah pembangunan furniture kawasa. Furniture
kawasan secara langsung berperan dalam pencitraan kawasan, dengan oramen-
ornamen yang menunjukkan karakter kawasan. Selain itu, keberadaan furniture
kawasan juga menjadi sarana promosi dalam pengembangan kawasan wisata.
Ketersediaan sarana prasarana yang terbatas untuk mendukung pengambangan
aktivitas pariwisata, menumbuhkan investasi terhadap pengembangan kawasan.
Alih fungsi bangunan untuk kegiatan pariwisata di Kampung Batik
Kauman dipengaruhi oleh potensi fisik, social dan ekonomi kawasan. Kondisi
sarana prasarana yang kurang mendukung untuk kegiatan pariwisata kurang
memberikan peran yang berarti dalam perkembangan kegiatan pariwisata. Dilihat
dari kondisi tersebut, kondisi sarana prasarana di Kampung Batik Kauman, lebih
menunjukkan hubungan yang tidak berperan dalam perkembangan pariwisata.
5.3.5. Analisis Peran Aksesibilitas dalam Perkembangan Perekonomian
5.3.5.1.Perkembangan Kegiatan Industri
Semakin baik aksesibilitas suatu lokasi maka daya tarik lokasi akan lebih
tinggi untuk pertumbuhan kegiatan ekonomi (Tarigan, 2005). Kondisi
aksesibilitas di Kampung Batik Kauman secara makro sangat baik karena
dikelilingi oleh jalur utama Kota Surakarta. Sementara itu perkembangan kegiatan
industri yang ditandai dengan alih fungsi bangunan dilakukan oleh pelaku usaha
industri pada lokasi permukiman dengan kecenderungan meningkatkan ekonomi,
tetapi tidak didukung dengan ketersediaan lahan. Meskipun 55,56% pelaku usaha
menyatakan bahwa kondisi aksesibilitas berperan dalam alih fungsi bangunan
untuk kegiatan industri, akan tetapi peran yang ditunjukkan tidak secara langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
201
Sehingga dapat dikatakan bahwa aksesibilitas tidak berperan dalam alih fungsi
bangunan untuk kegiatan industri.
Aksesibilitas merupakan faktor yang menunjukkan kemudahan jangkauan
antar lokasi, dengan memperkecil faktor jarak dan menjadi pertimbangan
pemilihan lokasi untuk kegiatan ekonomi (Tarigan 2005: 95). Aksesibilitas
Kampung Batik Kauman yang relatif baik, dengan konsentrasi moda transportasi
dan jaringan jalan antar kota. Pertumbuhan unit usaha industri di Kampung Batik
Kauman yang mempertimbangkan aksesibilitas sebagai pertimbangan pemilihan
lokasi hanya sebesar 16,67%, sehingga dapat dikatakan bahwa aksesibilitas tidak
berperan. Akan tetapi menurut pelaku usaha, aksesibilitas berperan dalam
penambahan unit industri sebesar 50% dikarenakan lokasi Kampung Batik
Kauman dengan aksesibilitas yang baik, mampu menghubungkan sumber bahan
baku dan konsumen dengan mampumengantisipasi faktor jarak (Carapetis, 1984).
Kondisi diatas juga dirasakan sebagai hal yang mendukung dalam
peningkatan skala kegiatan, yang dirasakan oleh 72,22% pelaku usaha. Hal ini
dikarenakan kemampuan aksesibilitas yang baik di Kampung Batik Kauman turut
mendukung dalam peningkatan jumlah konsumen yang berdampak pada
produktivitas yang meningkat sebesar 77,78% serta mampu mepermudah
pemasaran dengan skala peningkatan 33,33%.
Transportasi ataupun aksesibilitas memiliki peran dalam pertumbuhan
kegiatan ekonomi sebagai pendorong investasi (Carapetis, 1984). Kondisi
aksesibilitas yang baik menunjukkan bahwa Kampung Kauman meiliki potensi
dalam investasi sarana prasarana yang mendukung kegiatan industri. Akan tetapi,
investasi sarana prasarana dalam upaya memenuhi kebutuhan sarana prasarana
yang sesuai untuk kegiatan industri belum banyak berjalan. Pelaku usaha
menyatakan bahwa 38,89% kondisi aksesibilitas mampu mendukung dan tidak
berperan dalam investasi sarana prasarana. Hal ini dikarenakan kondisi
aksesibilitas di Kampung Batik Kauman, meskipun mendukung akan tetapi lebih
menunjukkan kondisi tidak berperan karena tidak mendukung secara langsung.
Melihat kondisi diatas, dapat dikatakan bahwa aksesibilitas dikatakan mendukung
dalam perkembangan kegiatan industri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
202
5.3.5.2.Perkembangan Kegiatan Perdagangan
Aksesibilitas memiliki peran dalam pertumbuhan kegiatan ekonomi
sebagai pendorong pertumbuhan kegiatan perekonomian (Carapetis, 1984).
Kondisi aksesibilitas di Kampung Batik Kauman yang baik mendukung dalam
perkembangan kegiatan ekonomi khususnya perdagangan. salah satu bentuk
perkembangan ekonomi adalah alih fungi bangunan untuk kegiatan perdagangan
yang mencapai 58% dari total kegiatan perdagangan yang ada di lokasi ini. Arah
pertumbuhan alih fungsi lahan menunjukkan pada lokasi yang berhadapan
langsung dengan jalan (Turner dan Fichter). Hal ini menunjukkan kondisi
aksesibilitas berperan positif atau mendukung dalam alih fungsi bangunan, seperti
yang ditunjukkan oleh pelaku usaha sebesar 76,36%.
Aksesibilitas efektif adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
(Carapetis, 1984). Pertumbuhan kegiatan perdagangan di Kampung Batik Kauman
cukup signifikan, terutama di lingkungan permukiman. Akan tetapi, kegiatan
perdagangan yang mempertimbangkan kondisi aksesibilitas hanya sebesar
27,27%. Hal ini karena pertumbuhan kegiatan perdagangan di Kampung Batik
Kauman lebih dipengaruhi oleh iklim usaha dari keberadaan Pasar Klewer. Akan
tetapi pelaku usaha menyatakan sebesar 76,36% dalam pertumbuhan unit usaha
perdagangan. Hal ini dikarenakan, lokasi Kampung Batik Kauman, mampu
mendekatkan pengusaha dengan konsumen karena aksesibilitasnya yang baik
(August Losch), sehingga lokasi ini sangat potensial sebagai kawasan
perdagangan.
Dilihat berdasarkan kondisi tersebut, dengan kemudahan jangkauan
terhadap konsumen mendukung dalam peningkatan penjualan dan distribusi
sebesar 80% dan 32,73%. Lokasi yang didukung dengan aksesibilitas yang baik
sangat potensial untuk perkembangan ekonomi, dimana mampu menghubungkan
konsumen dari lokasi manapun, tanpa mempertimbangkan faktor jarak.
Aksesibilitas juga mendukung dalam peningkatan skala kegiatan, dimana mampu
mendukung pergerakan dari produsen maupun konsumen. Peran aksesibilitas
dalam peningkatan skala kegiatan adalah sebesar 80%, yang merupakan peran
paling tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
203
Peran aksesibilitas dalam perkembangan perekonomian dalam bentuk
kemampuan investasi khususnya sarana prasarana pendukung (Carapetis, 1984).
Upaya investasi sarana prasarana di Kampung Batik Kauman, yang menunjukkan
kondisi yang kurang baik dalam penyediaan sarana prasarana yang mendukung
kegiatan perdagangan. Meskipun demikian, 54,55% pelaku usaha beranggapan
bahwa kondisi aksesibilitas mendukung dalam penyediaan sarana prasarana
pendukung. Kondisi ini menunjukkan bahwa aksesibilitas mendukung dalam
investasi sarana prasaran untuk kegiatan perdagangan, akan tetapi banyak faktor
lain yang mengakibatkan investasi tersebut terhambat. Secara keseluruhan dapat
diakatakan bahwa aksesibilitas mendukung dalam investasi sarana prasarana
untuk kegiatan perdagangan.
5.3.5.3.Perkembangan Kegiatan Pariwisata
Aksesibilitas merupakan komponen utama dalam pengembangan konsep
pariwisata (Pendhit, 2002). Aksesibilitas yang terdapat di Kampung Batik
Kauman berperan dalam perkembangan kawasan wisata batik Kampung Batik
Kauman, yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan pengunjung. Bentuk peran
lebih mengarah pada daya dukung jaringan jalan dan integrasi sistem transporatsi
kota untuk menjangkau Kampung Batik Kauman dari berbagai lokasi, baik
didalam kota maupun di luar kota.
Kemudahan aksesibilitas mampu mepermudah orang dari luar wilayah
untuk datang ke Kampung Batik Kauman, untuk menikmati potensi pariwisata.
Kondisi aksesibilitas yang baik, yang berada di jalan utama Kota Surakarta,
menjadikan Kampung Batik Kauman menjadi tujuan wisata dalam program city
tour. Yang lebih istimewa, lokasi Kampung Batik Kauman dilalui oleh jalur
kereta wisata “Kluthuk”, yang tidak dimiliki oleh sebagian besar objek wisata di
Kota Surakarta.
Perkembangan kegiatan pariwisata dalam bentuk alih fungsi bangunan dan
perkembangan kegiatan pariwisata lebih dipengaruhi oleh potensi fisik, social
dan ekonomi kawasan. Kondisi aksesibilitas dianggap tidak berperan secara
langung dalam perkembangan perekonomian, karena potensi local menjadi hal
yang menarik untuk dikembangkan. Hal ini juga berlaku untuk investasi sarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
204
prasarana pendukung kegiatan pariwisata yang masih dapat dikatakan kurang
baik. akan tetapi upaya pengembangan yang terhambat, lebih dikarenakan
kondisi potensi lahan yang kurang optimal.
5.4 Sintesa Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian
Kampung Batik Kauman
Faktor lokasi dalam perkembangan kegiatan industri yang paling
memberikan peran positif atau dikatakan mendukung adalah kondisi aksesibilitas,
sementara yang paling menghambat adalah potensi lahan. Hal ini dikarenakan
kondisi lahan di Kampung Batik Kauman relatif terbatas, dengan kepadatan
bangunan yang tinggi. Secara keseluruhan, lokasi Kampung Batik Kauman cukup
mendukung untuk perkembangan kegiatan industri, akan tetapi hanya untuk
kegiatan industri rumah tangga. Sementara itu, industri yang menjadi potensi
utama di Kampung Batik Kauman, yaitu industri batik tidak sesuai untuk
dikembangkan di lokasi ini karena kondisi faktor lokasi yang cenderung berperan
negatif atau menghambat.
Untuk kegiatan perdagangan, lokasi Kampung Batik Kauman sangat
potensial dan mendukung. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan kegiatan
perdagangan yang sangat pesat. Faktor lokasi yang paling berkembang adalah
orientasi lokasi dan aksesibilitas, dimana dilihat dari kedua faktor ini Kampung
Batik Kauman sangat strategis untuk pengembangan kawasan komersial.
Sementara itu, untuk perkembangan kegiatan pariwisata di Kampung Batik
Kauman tumbuh mengikutoi pola fisik, social dan ekonomi kawasan. Lokasi yang
diangap sangat mendukung atau berperan positif adalah aksesibilitas dan orientasi
lokasi. Indikator faktor lokasi lainnya cenderung tidak berperan dalam
perkembangan kegiatan pariwisata. Hal ini menunjukkan pengembangan
pariwisata di Kampung Batik Kauman mampu berkembang akan tetapi tidak
didukung secara langsung oleh faktor lokasinya. Perkembangan kegiatan
pariwisata merupakan multiplier effect dari kegiatan industri, perdagangan, dan
kondisi fisik, social kawasan. Dan disisi lain juga menjadi hal yang meningkatkan
kegiatan ekonomi lain di masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembahasan Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman 205
Tabel 5.7 Matrik Peran Faktor Lokasi dalam Perkembangan Perekonomian Kampung Batik Kauman
Variabel Dependent Variabel Independent Orientasi Lokasi Fisik Dasar Potensi Lahan Sarana Prasarana Aksesibilitas
Industri
Alih Fungsi Bangunan Tidak berperan Tidak berperan Mendukung
(berperan positif) Tidak berperan Tidak berperan
Penambahan Unit Usaha
Menghambat (berperan negatif)
untuk industri besar dan
mendukung(berperan positif) untuk
kegiatan industri kecil
Menghambat (berperan negatif)
untuk industri besar dan
mendukung(berperan positif) untuk
kegiatan industri kecil
Menghambat (berperan negatif)
Tidak berperan/ menghambat
Mendukung (berperan positif)
Peningkatan Skala Kegiatan
Mendukung (berperan positif)
Tidak berperan/ menghambat
Mendukung (berperan positif)
Tidak berperan/ menghambat
Mendukung (berperan positif)
Investasi Sarana Prasaran
Menghambat (berperan negatif)
Tidak Berperan/ menghambat
Menghambat (berperan negatif)
Tidak berperan/ menghambat Tidak berperan
Perdagangan
Alih Fungsi Bangunan
Mendukung (berperan positif) Tidak berperan Mendukung
(berperan positif) Tidak berperan Mendukung (berperan positif)
Penambahan Unit Usaha
Mendukung (berperan positif)
Mendukung (berperan positif)
Menghambat (berperan negatif) Tidak berperan Mendukung
(berperan positif) Peningkatan
Skala Kegiatan Mendukung (berperan
positif) Tidak berperan Tidak berperan Tidak berperan Mendukung (berperan positif)
Investasi Sarana Prasaran
Mendukung (berperan positif)
Mendukung (berperan positif)
Menghambat (berperan negatif) Tidak berperan Mendukung
(berperan positif)
Pariwisata Mendukung (berperan positif)
Menghambat (berperan negatif) Tidak berperan Tidak berperan Mendukung
(berperan positif) Sumber : Hasil Analisis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penutup 206
BAB 6
PENUTUP
Penutup merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisi kesimpulan dan
rekomendasi. Kesimpulan merupakan gambaran singkat hasil penelitian,baik yang
berkaitan dengan hal yang ditemui di lapangan maupun hasil pembahasan.
Rekomendasi merupakan usulan dan masukan untuk penulisan objek penelitian
maupun untuk penelitian selanjutnya.
6.1. Kesimpulan
Lokasi Kampung Batik Kauman berada pada lingkungan pusat kota, yang
dikelilingi dengan kawasan strategis skala kota. Kondisi tersebut menunjukkan
lokasi Kauman sangat sesuai untuk perkembangan kegiatan perekonomian, dilihat
berdasarkan aksesibilitas, orientasi lokasi, dukungan fisik dasar. Potensi lahan dan
sarana prasarana yang terbatas bukan menjadi kendala dalam pengembangan
kegiatan ekonomi.
Perkembangan kegiatan ekonomi di Kampung Batik Kauman adalah
kegiatan industri dan perdagangan dalam konsep pengembangan sebagai kawasan
pariwisata. Perkembangan perekonomian Kampung Batik Kauman yang paling
dominan adalah pertumbuhan kegiatan perdagangan, dimana kegiatan komersial
berkembang hingga lingkungan permukiman.
Bentuk perkembangan perekonomian dapat dilihat dari peningkatan unit
usaha, alih fungsi bangunan untuk kegiatan ekonomi, peningkatan skala kegiatan
dan investasi sarana prasarana. Bentuk perkembangan perekonomian yang paling
tinggi adalah dalam bentuk peningkatan skala kegiatan. Peningkatan skala
kegiatan didukung dengan pengembangan Kampung Batik Kauman sebagai
kampong wisata pada tahun 2006, sehingga terjadi peningkatan jumlah
pengunjung, konsumen dan pendapatan, serta pelayanan distribusi yang meluas.
Faktor lokasi menjadi pertimbangan dalam perkembangan perekonomian
Kampung Batik Kauman, dimana faktor lokasi berperan positif atau mendukung
dalam perkembangan kegiatan industri, khususnya kegiatan industri kecil dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penutup 207
rumah tangga. Akan tetapi lokasi Kampung Batik Kauman menghambat atau
berperan negatif terhadap perkembangan kegiatan industri skala besar. Faktor
lokasi yang paling mendukung adalah kondisi aksesibilitas.
Faktor lokasi dalam perkembangan perdagangan dalam konsep
pengembangan Kampung Batik Kauman, dianggap berperan positif. Lokasi
Kauman yang menunjukkan tingkatan strategis dengan dukungan aksesibilitas
yang baik potensial untuk pengembangan kegiatan komersial. Kondisi sarana
prasarana dan potensi lahan yang terbatas bukan menjadi halangan hanya
mengganggu dalam penambahan unit usaha. Akan tetapi, secara keseluruhan
lokasi Kampung Batik Kauman sangat mendukung dalam perkembangan kegiatan
perdagangan, dan menjadikan kegiatan perdagangan sebagai aktivitas ekonomi
yang paling sesuai berkembang di Kampung Batik Kauman.
Kampung Batik Kauman merupakan kawasan yang dikemas sebagai
kawasan pariwisata dengan potensi utama yang bertumpu pada pengembangan
kegiatan ekonomi kreatif, kondisi fisik bangunan serta kondisi sosial masyarakat.
Faktor lokasi dalam perkembangan kegiatan pariwisata kurang begitu berperan.
Indikator faktor lokasi yang berperan langsung dalam pengembangan kegiatan
pariwisata adalah aksesibilitas dan orientasi lokasi. Sementara indikator lokasi
yang lain tidak berperan langsung terhadap perkembangan pariwisata.
Lokasi tidak berperan langsung dalam perkembangan kegiatan pariwisata,
dikarenakan potensi yang dikembangkan sudah mengikuti pola pembangunan dan
aktivitas yang sudah ada. Akan tetapi peran lokasi terhadap perkembangan
kegiatan perdagangan dan industri, baik positif maupun negatif secara tidak
langsung berdampak pada perkembangan pariwisata yang menjadi brand image
dalam kegiatan ekonomi di Kampung Batik Kauman. Sebaliknya, pengembangan
kegiatan pariwisata merupakan salah satu stimulan yang membantu
pengembangan sektor ekonomi di Kampung Batik Kauman.
Faktor lokasi dalam perkembangan perekonomian di Kampung Batik Kauman,
terhadap kegiatan ekonomi yang berbeda. Kegiatan ekonomi yang paling sesuai
dikembangkan di Kampung Batik Kauman adalah kegiatan perdagangan, serta
industri kecil, rumah tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penutup 208
6.2. Rekomendasi
a) Menjadikan faktor lokasi sebagai salah satu pertimbangan dalam
pengembangan aktivitas, khsususnya untuk kegiatan perekonomian.
b) Mengarahkan fungsi Kampung Batik Kauman sebagai kawasan
perdagangan dalam konsep pengembangan pariwisata, sesuai dengan daya
dukung faktor lokasi.
c) Pengaturan aktivitas yang kurang sesuai berkembang di Kampung Batik
Kauman dilihat dari faktor lokasi, seperti terhadap kegiatan industri besar
dan industri yang menimbulkan limbah.
d) Perlu adanya pengkajian lebih lanjut terhadap faktor lokasi yang berperan
menghambat terhadap perkembangan perekonomian, agar dapat ditemukan
solusi untuk meningkatkan peran faktor lokasi terhadap perkembangan
perekonomian.
e) Perlu pengaturan zonasi kawasan sehingga pengembangan fungsi
lingkungan yang beragam tidak menimbulkan permasalahan dan daya
dukung antar fungsi dapat lebih mudah diatur.