i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENGGUNAAN LENSA KONTAK PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN PENGLIHATAN
Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S1) pada
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH:
KHAERUNNISA
NIM : 108104000011
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1433 H /2012 M
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN
LENSA KONTAK PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DISUSUN OLEH:
KHAERUNNISA
108104000011
Pembimbing I Pembimbing II
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/2012 M
Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB
NIP: 197311062005012003
NIA DAMIATI, S.Kp, MSN
NIP: 197901142005012007
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 09 Oktober 2012
Penguji I
Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep.
NIP. 19700122 20080102 05
Penguji II
Nia Damiati, S.Kp, MSN
NIP. 197901142005012007
Penguji III
Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB
NIP. 19731106 2005 01 2003
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 09 Oktober 2012
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tien Gartinah, MN
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Oktober 2012
Khaerunnisa
v
RIWAYAT HIDUP
Nama : Khaerunnisa
Tempat, Tgl. Lahir : Tangerang, 02 Juli 1991
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl.H.Mean I/Jl.Garuda 1 Komp.Perumahan Karang
Timur RT.003 RW 03 No.34 Ciledug Tangerang
15157
No. Telp/HP : 081298485340
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1996 – 2002 : SDI Ar-Rahman, Karang Tengah Ciledug-
Tangerang
2002 – 2005 : SMP Yadika 3 Ciledug
2005 – 2008 : SMAN 101 Jakarta Barat
2008 – sekarang : S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi :
2007-2008 : Anggota KIR (Karya Ilmiah Remaja) SMAN 101
Jakarta Barat
2007-2008 : Anggota ABNONKU Jakarta Barat
2010 – 2011 : Anggota Departemen Keilmuwan Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Ilmu Keperawatan UIN
vi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi, Oktober 2012
Khaerunnisa, NIM : 108104000011
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Lensa Kontak Pada
Pasien Dengan Gangguan Penglihatan
xvi + 93 halaman + 12 tabel + 2 bagan + 3 lampiran
ABSTRAK
Lensa kontak merupakan benda pengganti kacamata yang berfungsi untuk
mengoreksi kelainan refraksi mata. Saat ini, banyak orang yang beralih dari
menggunakan kacamata ke lensa kontak. Tahun 2004, tercatat 128 juta orang yang
menggunakan lensa kontak di seluruh dunia dan ini akan meningkat setiap
dekadenya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan
penglihatan. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross
sectional study dan pengambilan sampel menggunakan teknik accidental
sampling dengan besar sampel sebanyak 63 orang. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Juli-Agustus 2012 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan SPSS. Uji
bivariat dengan menggunakan Chi-Square dan Correlation Spearman pada α =
0,05. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekonomi (pendapatan)
(Pvalue=0,721), pengetahuan (Pvalue=0,133), dan lingkungan sosial (Pvalue=1), tidak
berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan
penglihatan. Namun, untuk motivasi (alasan mengikuti Tren) (Pvalue=0,021)
berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan
penglihatan . Peneliti menyarankan untuk melanjutkan variabel lain untuk diteliti
seperti variabel terjadinya gangguan kesehatan mata akibat penggunaan lensa
kontak.
Kata kunci : Lensa Kontak, Ekonomi (pendapatan), Pengetahuan,
Lingkungan Sosial, Motivasi.
Daftar Bacaan : 41 (1995 - 2012)
vii
NURSING SCIENCE STUDY
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Under graduated thesis, Oktober 2012
Khaerunnisa, NIM: 108104000011
Factors Associated With Contact Lens Use In Patients With Impaired Vision
xvi + 93 pages + 12 table + 2 chart + 3 attachments
ABSTRACT
Contact lenses are objects that replacement eyeglasses to correct refractive
eye disorders. Today, many people are switching from glasses to contact lenses
use. In 2004, there were 128 million people use contact lenses worldwide and will
increase each decade. This study aims to determine what factors are associated
with the use of contact lenses in patients with visual impairment. This is a
descriptive methods study with cross sectional study and sampling using
accidental sampling with a large sample of 63 people. The research was conducted
in July-August 2012 and the data was collected using a questionnaire. Data were
analyzed using univariate and bivariate SPSS. Bivariate test using Chi-Square and
Spearman Correlation at α = 0.05. The results of this study showed that economic
(income) (pvalue = 0.721), knowledge (pvalue = 0.133), and social environment
(pvalue = 1) was not associated with the use of contact lenses in patients with
visual impairment. Motivation variabel (tren factor) (pvalue = 0.021) associated
with the use of contact lenses in patients with visual impairment. Researchers
suggest to continue other variables be investigated as a variable occurrence of eye
health problems due to the use of contact lenses.
Keywords : Contact Lenses, Economics (income), Science, Social
Environment, Motivation.
Reading List : 41 (1995 - 2012)
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT yang Maha Segalanya dan
selalu dekat dengan hamba-Nya. Syukur senantiasa terucapkan atas segala nikmat
dan rahmat-Nya hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Shalawat dan salam
selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa
umatnya dari alam kejahiliyahan menuju alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Skripsi dengan judul ”Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Penggunaan Lensa Kontak Pada Pasien Dengan Gangguan Penglihatan Mata”
disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan
banyak pihak yang telah memberikan bantuan, petunjuk, bimbingan, motivasi,
dan semangat. Untuk itu penulis merasa pantas berterima kasih kepada :
1. Prof. DR. (hc). dr. Muhammad Kamil Tadjudin, Sp.And, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi
Umum, dan Dra. Farida Hamid, M.Pd, selaku Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
3. Ibu Tien Gartinah, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
(PSIK) sekaligus sebagai Penasihat Akademik, dan Ibu Irma Nurbaeti,
S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan
(PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep, Sp.KMB, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
Nia Damiati, S.Kp, MSN, selaku Dosen Pembimbing II, yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, dan banyak memberikan
masukan, nasihat, serta arahan kepada penulis selama menyusun skripsi.
Thanks for everything bu, semoga Allah membalas kebaikan dan budi
muliamu.
5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) yang telah
membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang sangat
berguna, selama penulis mengikuti perkuliahan.
6. Segenap jajaran staff Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kedua orang tuaku, Mama dan Papa yang aku sayangi, spirit of my life,
yang selalu mendo‟akan dan memberikan dukungan baik moril, materiil
maupun spiritual yang tak terhingga, serta nasihat kepada penulis untuk
selalu semangat menggapai cita-cita, dan selalu menjadi sumber inspirasi
dan kekuatan.
x
8. Segenap optik-optik Kota Tangerang Selatan Kecamatan Ciputat Timur
yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis untuk melakukan
penelitian di Puskesmas Pamulang.
9. Segenap responden optik-optik Kecamatan Ciputat Timur yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini.
10. Seluruh saudaraku „Mohammad Anwar Sadat & Anna Raihana‟ yang
senantiasa mendo‟akan. Terima kasih atas segala dukungan yang selalu ada
dalam setiap fase hidup dan pendidikanku. I love you all.
11. Seseorang yang selalu ada disaat-saat tersulit dalam fase kehidupanku
„Agung‟. Terima kasih untuk semua kesabaran, kasih sayang, perhatian, dan
semangat yang tak terhingga selama penulis menyusun skripsi ini.
12. Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang sama-sama merasakan suka dan
duka semasa kuliah, terima kasih atas semua kenangan dan kebersamaan
yang indah selama ini. Tetap Semangat Untuk Meraih Masa Depan yang
Lebih Baik.
Akhir kata, dengan segala keterbatasan yang ada dan kerendahan hati,
penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempuranaan. Penulis
berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun
pembaca lain.
Jakarta, Oktober 2012
Khaerunnisa
xi
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ...................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 6
C. Pertanyaan Penelitian ....................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7
1. Tujuan Umum ............................................................................................. 7
2. Tujuan Khusus ............................................................................................ 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8
1. Bagi Peneliti ................................................................................................ 8
2. Bagi Tenaga Kesehatan Keperawatan ......................................................... 8
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 9
A. Perilaku ............................................................................................................. 9
1. Pengertian Perilaku ...................................................................................... 9
2. Tiga Domain Perilaku ................................................................................. 10
B. Teori Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ......................... 15
1. Teori Lawrence Green.................................................................................. 18
2. Teori Snehandu B.Kar .................................................................................. 19
3. Teori WHO.................................................................................................. 19
4. Penelitian terkait .......................................................................................... 21
C. Lensa Kontak ..................................................................................................... 22
1. Definisi Lensa Kontak.................................................................................. 22
2. Indikasi dan Kontraindikasi Pengguna Lensa Kontak ................................. 22
3. Klasifikasi Lensa Kontak ............................................................................. 24
4. Teknik Penggunaan Lensa Kontak yang Aman ........................................... 27
5. Bentuk-bentuk Resiko Gangguan Kesehatan Mata Akibat Lensa Kontak .. 29
D. Gangguan Penglihatan dan Mata....................................................................... 38
1. Gangguan Kornea ........................................................................................ 38
a. Miopia ...................................................................................................... 38
b. Hipermetropia .......................................................................................... 42
c. Abrasi Kornea ......................................................................................... 42
E. Kerangka Teori ................................................................................................. 43
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL ....................................................................................................... 44
A Kerangka Konsep Penelitian .............................................................................. 44
B. Hipotesis ............................................................................................................ 44
C. Definisi Operasional .......................................................................................... 46
xiii
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 50
A. Desain Penelitian ............................................................................................... 50
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ........................................................... 50
1. Populasi ....................................................................................................... 50
2. Sampel .......................................................................................................... 50
3. Besar Sampel ................................................................................................ 51
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 53
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 53
1. Instrumen Penelitian..................................................................................... 53
2. Uji Validitas dan Reabilitas ......................................................................... 55
3. Langkah-langkah Pengumpulan Data ......................................................... 57
E Pengolahan Data ................................................................................................. 58
1. Teknik Pengolahan Data .............................................................................. 58
2. Analisa Data ................................................................................................ 59
F. Etika Penelitian ................................................................................................. 60
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................. 63
A. Gambaran Tempat Penelitian ............................................................................ 63
B. Analisis Univariat ............................................................................................. 65
1. Gambaran Perilaku Penggunaan Lensa Kontak .......................................... 65
2. Gambaran Pengetahuan Responden ............................................................. 66
3. Gambaran Ekonomi (Pendapatan) Responden............................................. 66
4. Gambaran Motivasi Responden ................................................................... 67
5. Gambaran Pengaruh Sosial Responden ....................................................... 68
C. Analisis Bivariat ................................................................................................ 68
1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ......... 69
2. Hubungan Pengaruh Sosial dengan Perilaku Penggunaan lensa Kontak ..... 70
3. Hubungan Motivasi dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ............... 71
4. Hubungan Ekonomi (Pendapatan) dengan Perilaku Penggunaan Lensa
Kontak ......................................................................................................... 78
xiv
BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 80
A. Analisis Univariat .............................................................................................. 80
1. Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ............................................................ 80
2. Pengetahuan ................................................................................................. 81
3. Pengaruh Sosial ............................................................................................ 82
4. Motivasi ....................................................................................................... 83
5. Ekonomi (Pendapatan) ................................................................................. 84
B. Analisis Bivariat ................................................................................................ 84
1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ......... 84
2. Hubungan Pengaruh Sosial dengan Perilaku Penggunaan lensa Kontak ..... 86
3. Hubungan Motivasi dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ............... 87
4. Hubungan Ekonomi (Pendapatan) dengan Perilaku Penggunaan Lensa
Kontak ......................................................................................................... 89
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 90
1. Tinjauan Pustaka Penelitian ......................................................................... 90
2. Instrumen Penelitian..................................................................................... 90
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 91
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 91
B. Saran ................................................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian dari Masing-masing Jenis Lensa Kontak ............ 25
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................... 46
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Agama, Usia dan Pekerjaan Responden .................... 64
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Lensa Kontak .......................... 65
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Penggunaan Lensa Kontak .................. 66
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Ekonomi (Pendapatan) Penggunaan Lensa Kontak .. 66
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Motivasi Penggunaan Lensa Kontak ......................... 67
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengaruh Sosial Penggunaan Lensa Kontak ............. 68
Tabel 5.7 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ........ 69
Tabel 5.8 Hubungan Pengaruh Sosial dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak .. 71
Tabel 5.9 Hubungan Motivasi dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak .............. 72
Tabel 6.5 Hubungan Ekonomi (Pendapatan) dengan Perilaku Penggunaan Lensa
Kontak ....................................................................................................... 78
xvi
DAFTAR BAGAN
No Bagan Halaman
Bagan 2.1 Faktor-faktor yang Berhubugan dengan Penggunaan Lensa kontak pada
Pasien dengan gangguan Pengelihatan Adaptasi dari Lawrence Green
(1980) dalam Notoatmodjo (2010), Brunner &Suddarth (2001) .................. 43
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 44
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Informed Consent
Lampiran 2 : Lembar Kuesioner
Lampiran 3 : Lembar Hasil Pengolahan Data-Data Penelitian
xviii
DAFTAR SINGKATAN
1. UMR : Upah Minimum Regional
2. OR : Odds Ratio
3. CI : Confidence Interval
4. WHO : World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mata adalah organ penglihatan yang tidak sama seperti organ tubuh
manusia pada umumnya karena secara anatomis mata memiliki struktur
yang sangat khusus dan kompleks, berperan dalam penerimaan dan
pengiriman data ke korteks serebral (Brunner & Suddarth, 2001). Mata
adalah jendela hati, jadi dari mata kita dapat melihat dan menikmati
berbagai pemandangan di sekitar kita. Namun seiring berjalannya
waktu, kemampuan mata pun dapat menurun dan akhirnya timbul
berbagai keluhan pada mata.
Mata dapat mengalami berbagai kondisi yang diantaranya dapat
bersifat primer maupun sekunder sebagai akibat dari kelainan pada
sistem organ tubuh lainnya. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah
sedangkan yang lainnya bila dapat terdeteksi lebih awal maka dapat
dikontrol dan penglihatan masih dapat dipertahankan (Brunner &
Suddarth, 2001). Kelainan mata yang umum dijumpai adalah kelainan
pembiasan/refraksi (ametropia) yang dapat ditemukan dalam bentuk-
bentuk kelainan seperti rabun dekat (hipermetropi), rabun jauh
(miopia), dan astigmatisme (Ilyas, 2004).
Kelainan pada mata dapat diatasi, seperti kelainan miopi dapat
menggunakan kaca mata. Namun, Keberadaan lensa kontak untuk
2
membantu penglihatan serta operasi lasik pun mulai menjadi alternatif
bagi pengguna kacamata.
Pada saat ini penggunaan lensa kontak sangat digemari
masyarakat dari berbagai kalangan, usia, latar belakang pekerjaan
maupun pendidikan. Perkembangan ini ditunjang gaya hidup kita,
sebagai konsumen, yang semakin dinamis menuntut alat bantu
penglihatan di samping kacamata. Namun, lensa kontak paling digemari
oleh kalangan wanita karena selain bisa menggantikan fungsi kaca mata
lensa kontak juga mampu mempercantik penampilan karena warna-
warnanya yang cerah membuat mata tampak lebih indah (American
Academy of Ophthalmology, 2002-2003).
Diperkirakan saat ini terdapat 125 juta orang pengguna lensa
kontak yang tersebar di seluruh dunia (Griggs, 2009). Jumlah pengguna
lensa kontak di USA 28 juta dan 17 juta di UK (Bausch & Lomb,
1994). Jumlah pengguna lensa kontak juga tersebar di Amerika Utara
(36 juta) kemudian Asia (24 juta) termasuk Jepang (14 juta), dan Eropa
(20 juta) (Artini, 2010). Saat ini di Indonesia, pengguna lensa kontak
mengalami pertumbuhan lebih dari 15 persen per tahun-nya (Artini,
2010).
Di lihat dari faktor usia dan jenis kelamin dapat disimpulkan
bahwa wanita lebih banyak menggunakan lensa kontak dibandingkan
pria. Berdasarkan Contact Lens Council (2004) 64% wanita
menggunakan lensa kontak jenis lensa lunak dan 70% wanita
menggunakan lensa kontak jenis lensa rigid/kaku. Sedangkan pria 36%
3
menggunakan lensa kontak jenis lensa lunak dan 30% menggunakan
lensa kontak jenis lensa rigid/kaku. Menurut dr. Noor Syamsu usia >40
tahun tidak disarankan lagi untuk menggunakan lensa kontak
dikarenakan daya tahan tubuh yang semakin menurun.
Menurut Quraisy (2009) beberapa orang yang menggunakan lensa
kontak adalah untuk alasan estetika. Mereka merasa lebih baik
menggunakan lensa kontak dibandingkan dengan kacamata. Selain itu,
lensa kontak menjadi pilihan karena mempertimbangkan sisi praktisnya.
Mereka tidak bisa bermain olahraga tertentu dengan kaca mata. Adapun
seseorang yang terpaksa untuk menggunakan lensa kontak untuk alasan
terapeutik (Amirah, 2010).
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010)
bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor
predisposisi seperti pengetahuan, ekonomi (pendapatan), hubungan
sosial (lingkungan, sosial, budaya) dan motivasi, faktor pemungkin
seperti sarana atau fasilitas kesehatan dan faktor penguat seperti sikap
dan perilaku petugas kesehatan. Faktor-faktor tersebut harus
diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh dapat mempengaruhi
perilaku kesehatan dalam hal ini penggunaan lensa kontak.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Winda (2010) di
fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, bahwa tingkat
pengetahuan yang dimiliki pengguna lensa kontak sangat penting
sebagai prevensi untuk tidak terjadinya komplikasi akibat penggunaan
lensa kontak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Winda (2010)
4
bahwasanya pengetahuan responden tentang dasar penggunaan lensa
kontak pada tingkat pemahaman sedang.
Para pengguna lensa kontak memiliki alasan meraka masing-
masing untuk menggunakan lensa kontak seperti untuk koreksi mata
atau memperindah penampilan (American Academy of Ophthalmology,
2002-2003). Jika dilihat dari faktor sosial, pengguna lensa kontak yang
sedang tren sekarang ini secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang
untuk ikut menggunkan lensa kontak walaupun hanya berfungsi sebagai
kosmetik saja.
Situasi ekonomi (pendapatan) akan mempengaruhi seseorang untuk
menggunakan lensa kontak. Selain itu, Faktor pekerjaan juga
mempengaruhi seseorang untuk menggunakan lensa kontak. Hal ini
didasarkan atas kebutuhan mereka akan lensa kontak seperti
olahragawan yang tidak bisa menggunakan kaca mata (Kharuna, 2007).
Motivasi juga merupakan salah satu faktor seseorang
menggunakan lensa kontak. Menurut Terry G (1986) motivasi adalah
keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan, tindakan,
tingkah laku atau perilaku (Notoatmodjo, 2010).
Lensa kontak yang digunakan dengan tepat sesuai dengan prosedur
yang berlaku dapat membawa dampak positif bagi penggunanya, salah
satunya adalah lensa kontak memungkinkan penggunanya memperoleh
beberapa keuntungan diantaranya lapang penglihatan yang jauh lebih
5
baik, terhindar dari kaca mata yang cenderung mengganggu aktivitas
dan lensa tidak berpengaruh pada perubahan suhu (Ilyas, 2004).
Dibandingkan dengan kacamata, lensa kontak memiliki kelebihan
lain, seperti warna dan corak yang lebih bervariasi serta penggunaannya
yang tidak terpengaruh oleh perubahan suhu sehingga dapat digunakan
dimanapun dan kapanpun. Musim panas yang kering ataupun musim
hujan yang berembun tidak mempengaruhi penampilan dan
kenyamanan seseorang saat menggunakan lensa kontak. Jika
dibandingkan dengan kacamata maka akan berkabut bila terjadi
perubahan suhu (Ilyas, 2004).
Menurut Ibrahim (2007) kehadiran lensa kontak memang banyak
membantu mereka yang kurang nyaman dengan kaca mata tapi belum
banyak yang tahu ternyata hal tersebut dapat memicu rusaknya kornea
mata seperti keratitis. Penggunaan lensa kontak adalah salah satu
penyebab keratitis yang tertinggi di seluruh dunia terutama pada negara
maju. Keratitis bisa disebabkan bakteri, parasit, jamur, trauma dan lain-
lain. Penggunaan lensa kontak dapat mengakibatkan keratitis
Acanthamoeba, angka kejadiannya sebanyak 95% kasus yang telah
dilaporkan. Sebelum munculnya populasi yang menggunakan lensa,
keratitis Acanthamoeba sangat jarang. Pada tahun 2000, diperkirakan
jumlah pengguna lensa kontak adalah sebanyak 80 milyar (Amirah,
2010).
Menurut Verhelst (2006) dalam Ibrahim (2007) studi selama 7
tahun di Belgia berlangsung dari tahun 1997 sehingga 2003
6
menunjukkan peningkatan jumah pasien yang dirawat di rumah sakit
akibat ulser kornea terkait dengan penggunaan lensa kontak (Amirah,
2010). Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya, terlihat setiap minggunya
memang selalu ada pasien yang masuk dikarenakan keluhan atas
penggunaan lensa kontak, di perkirakan setiap pasien yang masuk
dikarenakan hal tersebut sebanyak 20-30 orang bahkan bisa lebih setiap
minggunya (Fadilawati, 2011).
Dari uraian beberapa faktor tersebut menggugah ketertarikan
peneliti untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan lensa kontak yang marak sekarang ini di kalangan
masyarakat. Sebagai mahasiswa fakultas kedokteran dan ilmu
kesehatan, sudah sewajarnya mampu memberikan pendidikan kesehatan
bagi masyarakat yang belum mengerti makna dari penggunaan lensa
kontak seperti indikasi, kontraindikasi, cara perawatan dan hal-hal yang
harus diperhatikan saat menggunakan lensa kontak sehingga lensa
kontak digunakan dengan alasan yang tepat sehingga mampu mencegah
terjadinya resiko gangguan kesehatan mata seperti keratitis.
B. Rumusan Masalah
Kita ketahui bersama penggunaan lensa kontak sedang marak di
jaman modern sekarang ini. Berdasarkan pengamatan peneliti penggunaan
lensa kontak digunakan karena berbagai tujuan diantaranya untuk
kebutuhan urgent seperti koreksi mata dan ada pula hanya untuk aksesoris
saja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor yang
7
berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan
gangguan penglihatan di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, rumusan
masalahnya adalah “faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan.”
C. Pertanyaan Penelitian
Melihat rumusan permasalahan diatas, maka yang menjadi pertanyaan
penelitian adalah:
1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan lensa
kontak?
2. Apakah ada hubungan antara pengaruh sosial (lingkungan teman dan
lingkungan keluarga) dengan penggunaan lensa kontak?
3. Apakah ada hubungan antara ekonomi (pendapatan) dengan
penggunaan lensa kontak?
4. Apakah ada hubungan antara motivasi dengan penggunaan lensa
kontak?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan.
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi faktor-fakor yang berhubungan dengan
penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan:
8
a. Hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan lensa kontak
b. Hubungan antara pengaruh sosial (lingkungan teman dan lingkungan
keluarga) dengan penggunaan lensa kontak
c. Hubungan antara ekonomi (pedapatan) dengan penggunaan lensa
kontak
d. Hubungan antara motivasi dengan penggunaan lensa kontak
E. Manfaat penelitian
1) Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman dalam proses belajar- mengajar
khususnya dalam bidang metodologi penelitian dan memambah
wawasan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan
penglihatan, salah satu faktornya yaitu tingkat pengetahuan, dimana
sangat penting untuk perawatan lensa kontak agar terhindar dari resiko
gangguan kesehatan mata.
2) Bagi Tenaga Kesehatan Keperawatan
Untuk memperkaya kajian-kajian dalam ilmu kesehatan khusunya
bidang oftalmologi, khusunya bagi profesi keperawatan agar dapat
mengembangkan teori-teori yang telah ada. Selain itu, bisa digunakan
untuk memberikan dasar pertimbangan kepada tenaga kesehatan dalam
pemberian pelayanan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Margono (1988, dalam Aselmahumka,2009) mengemukakan
bahwa perilaku terdiri dari tiga domain yang meliputi: domain perilaku
pengetahuan (knowing behavior), domain perilaku sikap (feeling
behavior), dan domain perilaku keterampilan (doing behavior).
Sedangkan (Green 1984, dalam Notoatmodjo, 2003) menganalisis
perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Robbins (1993, dalam Denovoidea, 2009) mengemukakan bahwa
perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan, yaitu perilaku pada
umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan
tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar
oleh indivdu yang bersangkutan. Freud adalah orang pertama yang
memahami pentingnya motivasi dibawah sadar (subconscious
motivation). Freud beranggapan bahwa manusia tidak selalu menyadari
tentang segala sesuatu yang diinginkan mereka hingga sebagian besar
perilaku mereka dipenuhi oleh kebutuhan-kebutuhan dibawah sadar.
Maka oleh karenanya, sering kali hanya sebagian kecil dari motivasi
jelas terlihat atau disadari oleh orang yang bersangkutan.
Selanjutnya menurut Notoatmodjo (2003) perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:
10
a. Faktor-faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi,
jamban dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2. Tiga Domain Perilaku
a. Pengetahuan
1) Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi melalui
panca indera seseorang (penginderaan) terhadap suatu obyek
tertentu, yaitu melalui indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Oleh karena itu pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2) Tingkat Pengetahuan
Ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif, yakni:
11
a) Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari
sebelumnya. Seperti mengingat kembali (recall) terhadap
sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang telah
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b) Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c) Menerapkan (application)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya.
d) Analysis (analisis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama
lainnya.
e) Sintesa (synthesis)
Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah
kemampuan untuk menyususn formulasi-formulasi yang ada.
12
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau
materi.
3) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri
maupun orang lain.
b) Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan
seseorang.
c) Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan
tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa
mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu
sifatnya positif maupun negatif.
d) Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio,
televise, majalah, koran, dan buku.
13
e) Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap
pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan
cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau
membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.
f) Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang
terhadap sesuatu.
4) Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan domain diatas.
b. Sikap
1) Pengertian Sikap
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap
dirinya sendiri, orang lain, obyek, atau issue (Petty & Cocopio,
1986, dalam Azwar 2000, dalam Creasoft 2008).
2) Komponen Sikap
Menurut Azwar (2000) sikap terdiri atas 3 komponen yang
saling menunjang yaitu:
14
a) Komponen kognitif
b) Komponen afektif
c) Komponen konatif
3) Tingkatan Sikap
a) Menerima
b) Merespon (responding)
c) Menghargai (valuing)
d) Bertanggung jawab (responsible)
c. Praktek/Tindakan
Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(overt behavior), hal ini diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan terwujudnya suatu tindakan,
diantaranya adalah faktor dukungan dari pihak lain. Beberapa
tingkatan dalam praktek antara lain:
1. Persepsi (perception), merupakan praktek pada tingkat pertama.
Pada tingkat ini individu mampu mengenal dan memilih berbagai
objek terkait dengan tindakan yang akan diambil.
2. Respon terpimpin (guide response), indikator pada tingkat ini
adalah individu mampu melakukan sesuatu dengan urutan yang
benar.
3. Mekanisme (mechanism), pada tingkat ini individu sudah
menjadikan suatu tindakan yang benar menjadi suatu kebiasaan.
15
4. Adopsi (adoption), individu sudah mampu memodifikasi suatu
tindakan tanpa mengurangi nilai kebenaran dari tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung dengan
cara wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh
individu sebelumnya, dan secara langsung dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan individu tersebut (Notoatmodjo, 2003)
B. Teori Mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Dalam proses pembentukan dan perubahannya, perilaku
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor yang berasal dari
dalam dan faktor dari luar individu itu sendiri (faktor internal dan faktor
eksternal) (Notoatmodjo, 1997).
Faktor intern mencakup:pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,
motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari
luar, sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik
maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan, dan
lain sebagainya. Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam diri
seseorang dapat diketahui melalui:
a. Persepsi, yaitu pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera, setiap
orang mempunyai persepsi yang berbeda walupun mengamati objek
yang sama.
b. Motivasi, yaitu suatu dorongan untuk bertindak suatu tujuan juga dapat
terwujud dalam bentuk perilaku.
16
c. Emosi, aspek psikologi yang mempengaruhi emosi berhubungan erat
dengan keadaan jasmani, pada hakikatnya merupakan faktor bawaan
(keturunan).
Perilaku terjadi diawali dengan adanya pengalaman-pengalaman
seseorang serta faktor-faktor diluar orang tersebut (lingkungan) baik fisik
maupun nonfisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut
diketahui, dipersepsikan, diyakini, dan sebagainya sehingga menimbulkan
motivasi, niat untuk bertindak, dan akhirnya terjadilah perwujudan niat
tersebut yang berupa perilaku.
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan (knowledge) adalah
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori,
yaitu:
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari
seluruh petanyaan
b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari
seluruh pertanyaan
c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari
seluruh pertanyaan
17
Pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang dengan pendidikan tinggi
akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang
dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mugkin akan mereka
peroleh dari menggunakan lensa kontak.
Pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli
keluarga dalam memenuhi kebutuhan baik kebutuhan primer, sekunder
ataupun tersier. Semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih mudah
tercukupi kebutuhan sekunnder atau tersiernya dibanding dengan status
ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pada
keluarga.
Pada hubungan sosial (lingkungan, sosial, budaya), manusia adalah
makhluk sosial dimana kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan
yang lain. Keluarga dan lingkungan teman sekitar yang berinteraksi secara
langsung akan lebih besar terpapar informasi. Sehingga lingkungan sekitar
mempengaruhi untuk menggunakan lensa kontak.
Selanjutnya, motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri
seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi menurut penyebabnya
dibagi menjadi motivasi instrinsik (tanpa adanya rangsangan dari luar) dan
motivasi ekstrinsik (adanya rangsangan dari luar).
18
1. Teori Lawrence Green (1980)
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010)
bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor
predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat.
a. Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang meliputi
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan
sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan
atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud
dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas
untuk terjadinya perilaku kesehatan. Faktor pemungkin terwujud
dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-
fasilitas atau sarana-saran kesehatan. Fasilitas fisik seperti
puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2010).
c. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku. Faktor penguat ini terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat
(Notoatmodjo, 2010). Karenanya, petugas kesehatan harus memiliki
19
sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Selain
itu perilaku tokoh masyarakat juga dapat menjadi panutan orang lain
untuk berperilaku sehat.
2. Teori Snehandu B.Kar (1980)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitilk tolak bahwa
perilaku merupakan fungsi dari (Notoatmodjo, 2010):
a. Adanya niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan
objek atau stimulus diluar dirinya (behavior intention).
b. Adanya dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social
support).
c. Adanya atau tidak adanya informasi-informasi terkait dengan
tindakan yang akan diambil oleh seseorang (accesebility of
information).
d. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil
tindakan atau keputusan (personal autonomy).
e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
3. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok :
a. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang
terhadap objek (objek kesehatan).
20
1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain.
2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau
nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan
dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang
lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau
menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap
tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu
tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh
tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti
atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang.
b. Tokoh penting sebagai panutan. Apabila seseorang itu penting
untuknya, maka apa yang ia katakana atau perbuat cenderung untuk
dicontoh.
c. Sumber-sumber daya (resource), mencakup fasilitas, uang, waktu,
tenaga dan sebagainya.
d. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-
sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola
hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.
Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu
21
berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradaban umat
manusia (Notoatmodjo, 2010).
4. Penelitian Terkait
Peneliti menemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan
topik yang akan diteliti.
a. Penelitian yang dilakukan oleh Finera Winda tahun 2010 berjudul
“Tingkat Pengetahuan Pengguna Lensa Kontak Terhadap Dampak
Negatif Penggunaannya Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
USU Angkatan 2007-2009”. Hasil penelitian menunjukkan
mayoritas tingkat pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
USU pengguna lensa kontak terhadap dampak negatif
penggunaannya berada pada kategori sedang.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Fatin Amirah Kamaruddin tahun
2010 berjudul “Gambaran Penggunaan Lensa Kontak Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU dan Kemungkinan
Terjadinya Keratitis”. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
yaitu sebanyak 90% mempunyai kemungkinan resiko rendah untuk
terkena keratitis dengan mengamalkan pemakaian lensa kontak
yang baik dari segi jenis, cara penggunaan dan cara perawatan
lensa kontak. Sebanyak 20% mahasiswa mempunyai kemungkinan
resiko keratitis sedang kerana mengamalkan cara pemakaian lensa
kontak yang kurang baik.
22
C. Lensa Kontak
1. Definisi Lensa Kontak
Lensa kontak adalah lensa yang menempel pada mata atau selaput
bening yang dipergunakan seseorang dengan gangguan penglihatan
untuk memperbaiki penglihatannya. Pada mata tidak dipergunakan kaca
mata akan tetapi lensa yang diatur kelengkungannya sehingga dapat
menempel pada selaput bening (Ilyas, 2004).
2. Indikasi dan Kontraindikasi Pengguna Lensa Kontak
Seseorang yang menggunakan lensa kontak sebaiknya seseorang
yang sukar menggunakan kaca mata dan seseorang yang mendapat
kesukaran dengan ukuran lensa kaca mata yang berbeda sehingga
mengeluh pusing (Ilyas, 2004).
Menurut Kharuna (2007),indikasi-indikasi pengguna lensa kontak
adalah sebagai berikut:
a. Indikasi optik, termasuk untuk anisometropia, aphakia unilateral,
myopia yang berminus tinggi, keratokonus dan astigmatisma
irreguler. Lensa kontak dapat digunakan oleh setiap orang yang
memiliki kelainan refraksi mata dengan tujuan kosmetik.
b. Indikasi terapeutik, yang meliputi:
1) Penyakit pada kornea, contohnya ulkus kornea non-healing,
keratopathi bullousa, keratitis filamentari, dan sindrom erosi
kornea yang rekuren.
23
2) Penyakit pada iris mata, contohnya aniridia, koloboma, albino
untuk menghindari kesilauan cahaya.
3) Pada pasien glukoma, lensa kontak digunakan sebagai alat
pengantar obat.
4) Pada pasien ambliopia, lensa kontak opak digunakan untuk
oklusi.
5) Bandage soft contact lenses digunakan untuk keratoplasti dan
perforasi mikrokornea.
c. Indikasi preventif, digunakan untuk prevensi simblefaron dan
restorasi forniks pada penderita luka bakar akibat zat kimia, keratitis,
dan trichiasis.
d. Indikasi diagnostik, termasuk selama menggunakan gonioskopi,
elektroretinografi, pemeriksaan fundus pada astigmatisma irreguler,
fundus fotografi, dan pemeriksaan goldmann’s 3 bayangan.
e. Indikasi operasi, lensa kontak digunakan selama operasi goniotomi
untuk glukoma kongenital, vitrektomi, fotokoagulasi endokular.
f. Indikasi kosmetik, termasuk skar pada kornea mata yang
menyilaukan mata (lensa kontak warna), ptosis, lensa sklera
kosmetik pada phthisis bulbi.
g. Indikasi occupational, termasuk olahragawan, pilot, dan aktor
(Kharuna, 2007).
Seseorang yang tidak dianjurkan menggunakan lensa kontak yaitu
lansia dimana gerakan sudah kaku, pada mata yang meradang, masih
belum dewasa dan ingin mengerjakan sesuatu dengan tergesa-gesa,
24
seseorang yang mempunyai kebiasaan menggosok mata, seseorang
yang tidak mengerti artinya steril, seseorang yang memiliki reumatik
pada tangan karena akan sulit saat menggunakan lensa kontak dan
seseorang dengan bakat alergi (Ilyas, 2004).
Menurut Kharuna (2007) Pengguanaan lensa kontak
dikontraindikasikan pada orang yang memiliki gangguan mental dan
tidak ada gairah hidup, blepharitis kronik dan styes rekuren,
konjungtivitis kronis, dry-eye syndrome, distrofi dan degenarasi kornea
mata, penyakit yang rekuren seperti episkleritis, skleritis, dan
iridocyclitis.
3. Klasifikasi Lensa Kontak
Lensa kontak terdiri dari berbagai bentuk antara lain lensa kontak
lembut, lensa kontak keras dan lensa kontak gas permeable. Lensa
kontak lembut terbuat dari pada bahan yang lebih lembut. Lensa ini
terbuat dari hidroksi etil meta krilat (HEMA), EDMA, PVP, bersifat
sangat lentur yang memberikan lebih sedikit keluhan pada
penggunaannya karena mudah mengikuti bentuk permukaan kornea.
Lensa kontak lembut dipakai untuk pengobatan seperti cedera mata
akibat bahan kimia dan pada selaput bening yang cacat karena sifatnya
yang lentur, mengandung banyak air, baik untuk astigmat irregular,
edema kornea atau keratitis bulosa, erosi rekuren, trauma kimia, dan
perforasi kecil kornea. Lensa kontak lembut dapat mengakibatkan
penglihatan tidak sempurna seperti lensa kontak keras, ongkos yang
25
lebih besar akibat penyimpanannya yang steril dan pada lensa lembut
dapat tertimbun lemak (Ilyas, 2004).
Lensa kontak keras terbuat dari bahan polimetilmetakrilat
(PMMA) dengan bentuk yang disesuaikan kelengkungannya dengan
permukaan selaput bening mata. Ukuran atau penampang lensa ini lebih
kecil dari pada penampang selaput bening untuk memudahkan zat asam
masuk ke dalam selaput bening yang ditutupnya. Lensa ini memenuhi
seluruh syarat lensa kontak akan tetapi dengan daya tembus gas
terutama oksigen yang buruk. Lensa kontak gas permeable terbuat dari
akrilat dan silicon yang mempunyai daya serap gas terbaik (Ilyas,
2004).
Tabel 2.1 Keuntungan dan kerugian dari masing-masing jenis lensa
kontak
Bentuk Lensa Keuntungan Kerugian
Lensa kontak
keras
Tajam penglihatan
yang lebih baik dari
pada lensa kontak
lembut
Astigmat ringan akan
dapat hilang akibat
permukaan selaput
bening yang
melengkung ditutup
oleh lensa kontak keras
Tidak dapat dipakai
lebih dari 12 jam karena
zat asam tidak dapat
melaluinya
Pada pemulaan
penggunaan akan
sangat terasa
mengganggu
Untuk merasa nyaman
memerlukan waktu
26
Lensa kontak keras
bersifat netral dan tidak
menimbulkan reaksi
alergi terhadap jaringan
mata
sampai beberapa
minggu
Dapat mengakibatkan
penurunan kerentanan
selaput bening
Lensa kontak
lembut
Penggunaannya akan
dapat menyesuaikan
diri akibat tidak begitu
terasa pada permulaan
penggunaannya
Lensa kontak lembut
ada yang dapat
dipergunakan lebiih
dari 12 jam akibat lensa
kontak lembut dapat
dilalui zat asam
Astigmat atau silinder
tidak dapat diimbangi
lensa kontak lembut,
karena ia mengikuti
permukaan selaput
bening yang lonjong
Lensa kontak lembut
akan memberikan
penglihatan tidak
setajam penglihatan
dengan lensa kontak
keras karena ia banyak
mengandung air dan
mudah dilalui zat asam
Lensa kontak lembut
mudah terinfeksi dan
kotor sehingga perlu
sering dibersihkan
Pelarut lensa kontak
27
lembut dapat
merupakan bahan yang
merangsang mata
sehingga menimbulkan
reaksi alergi
Infeksi selaput bening
bagi pengguna lensa
kontak dapat berakibat
kebutaan
Lensa kontak lembut
pakai lama (extended)
memperbesar resiko
untuk timbulnya infeksi
pseudomonas.
Pseudomonas
merupakan kuman yang
berbahaya dan dapat
berkembang biak pada
lensa kontak dan pelarut
lensa kontak.
Sumber: (Ilyas, 2004)
Lensa kontak memiliki keuntungan bagi para penggunanya
yaitu wajah terlihat wajah asli, kaca mata berat terhindar, lapang
penglihatan akan lebih baik, dapat dipakai saat berolahraga kecuali renang,
28
dan kaca mata akan berkabut bila terjadi perubahan suhu, dan hal ini tidak
akan terjadi pada lensa kontak lembut (Ilyas, 2004).
4. Teknik Penggunaan Lensa Kontak Yang Aman
Rekomendasi bagi para pengguna lensa kontak terkait hal-hal apa
saja yang harus dilakukan dan di hindari agar penggunaannya menjadi
bersih dan aman dari American Optometric Association antara lain:
a. Temui dokter ahli mata untuk mendapatkan lensa kontak yang sesuai
dan layak.
b. Selalu cuci tangan sebelum menyentuh lensa kontak.
c. Bersihkan lensa kontak secara rutin. Usap lensa kontak dengan jari
dan bilas dengan cairan pembersih sebelum menyimpan lensa kontak
dalam wadah yang sudah diisi cairan pembersih.
d. Simpan wadah lensa kontak di tempat yang lembab dan terlindung
dari sengatan sinar matahari langsung. Ganti wadah penyimpan
setiap tiga bulan sekali.
e. Untuk menyimpan lensa kontak, gunakan cairan yang masih baru.
Jangan menggunakan cairan yang sudah dipakai walaupun masih
terlihat bening. Cairan pembersih dan penyimpan lensa kontak harus
diganti setiap hari meskipun lensa kontaknya sendiri tidak dipakai
setiap hari.
f. Selalu patuhi jadwal penggantian lensa kontak sesuai resep dokter.
g. Lepaskan lensa kontak sebelum berenang atau berendam air panas.
h. Temui dokter mata secara rutin untuk melakukan pemeriksaan ulang.
29
Ketika menggunakan atau membersihkan lensa kontak:
1) Jangan pernah menaruh lensa kontak dalam mulut atau
membasahi mereka dengan air liur, yang penuh dengan bakteri
dan potensi sumber infeksi.
2) Jangan menggunakan air keran atau larutan saline buatan sendiri.
Penyalahgunaan solusi telah dikaitkan dengan suatu kondisi yang
berpotensi menyilaukan pengguna soft lens.
3) Jangan gunakan lensa kontak yang tidak diresepkan oleh seorang
dokter mata. Menggunakan lensa kontak bukan merupakan
pilihan bagi semua orang, berkonsultasi dengan dokter mata
untuk melihat apakah lensa kontak adalah pilihan yang tepat
untuk koreksi penglihatan.
5. Bentuk- Bentuk Risiko Gangguan Kesehatan Mata Akibat Lensa
Kontak
Resiko dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu internal risk dan
external risk (Flanagan & Norman, 1993 dalam Universitas Kristen
Petra, 2006). Internal risk merupakan resiko yang berasal dari dalam
misalnya pengetahuan dan motivasi seseorang terkait penggunaan dan
perawatan lensa kontak. Sedangkan external risk berasal dari faktor luar
misalnya fasilitas informasi tentang lensa kontak dan kondisi social
budaya dari pengguna lensa kontak.
a. Kelopak mata
30
1) Giant papillary conjunctivitis (GPC) adalah komplikasi yang
tersering timbul akibat penggunaan soft lens. Ini timbul akibat
salah satu dari 3 faktor yaitu peningkatan frekuensi penggunaan
lensa, penurunan lama penggunaan lensa kontak, perubahan
larutan pembersih yang kuat. Untuk lensa RGP, ia mudah
berpindah dari kornea ke forniks atas. Jika tidak dapat dideteksi,
maka lensa akan mengikis forniks melewati konjungtiva dan
membawanya ke dalam jaringan yang lembut di kelopak mata,
dan akan menimbulkan gejala yang relatif asimptomatik.
Akibatnya, jaringan yang disekitar lensa kontak akan mengalami
iritasi dan inflamasi, dan menimbulkan abses yang steril. Lensa
yang dianggap sebagai benda asing akan terbentuk jaringan
granulasi disekitar lensa, dan membungkusnya seperti bentuk
kista.
2) Ptosis, ini timbul akibat adanya massa pada lensa, skar, jaringan
fibrosa di kelopak mata. Lensa kontak yang menempel pada
kornea mata juga akan membentuk skar dan kontraksi pada
jaringan kelopak mata yang mengakibatkan retraksi pada
kelopak mata. Ptosis juga dapat timbul akibat dari giant
papillary conjunctivitis yang berat.
b. Konjungtiva
1) Alergi kontak merupakan reaksi hipersensitivitas dermatitis
kontak akibat dari zat-zat kimia host yang didapati dari larutan
lensa kontak. Manifestasi klinisnya adalah rasa gatal yang
31
diikuti dengan adanya injeksi, rasa terbakar, merah, berair,
secret mukoid, dan chemosis. Sebagai tambahan kelopak mata
bisa edema dan eritema.
2) GPC, rata-rata 1-3% pengguna lensa kontak akan mendapatkan
simptom GPC yang kompleks, terdiri dari injeksi konjungtiva,
sekret mukoid, gatal, debris pada tear film, lapisan lensa,
pandangan kabur, dan pergerakan lensa yang berlebihan.
3) Contact lens-induced superior limbic keratoconjunctivits (CL-
ISLK) merupakan suatu reaksi imun pada konjungtiva perifer.
Manifestasi klinisnya adalah penebalan konjungtiva, eritema,
dan timbul berbagai warna pada konjungtiva bulbaris superior.
Sel epitelium keratinisasi akan berisi banyak sel-sel goblet yang
diinvasi oleh neutrofil. Akibatnya akan terasa seperti ada benda
asing, fotofobia, berair, rasa terbakar, gatal, dan penurunan
akuitas visual.
c. Epitelium kornea
1) Kerusakan epitel yang mekanik. Lensa kontak merupakan banda
asing yang akan menggosok kornea dan menekan epitel kornea
setiap mengedipkan mata sepanjang hari dan menimbulkan
abrasi kornea. Jika tidak dikenali dan diobati akan
mengakibatkan stres pada epitel yang kronis. Kerusakan epitel
akan memudahkan bakteri menempel pada kornea dan
mengakibatkan infeksi stroma, serta menstimulus sub-epitel
fibrosa tanpa adanya infeksi.
32
2) Chemical epithelial defect. Berbagai larutan kimia lensa kontak
akan menimbulkan kerusakan epitel ditandai dengan adanya
erosi. Larutan pembersih surfaktan biasanya akan menyebabkan
nyeri, merah, fotopobia, dan berair, segera setelah
dibersihkannya lensa. Gejala ini akan hilang dalam 1-2 hari. Jika
hidroksi peroksida diteteskan ke mata, maka akan timbul
gelembung-gelembung gas pada intra-epitel dan sub-epitel.
Gelembung ini terlihat dan menyebabkan hilangnya penglihatan
secara signifikan yang bersifat temporer, dan hidroksi peroksida
juga menyebabkan perubahan refraksi permanen dan larutan
desinfeksi kimia dapat merusak epitel yang tidak terlihat dan
bersifat intermiten.
3) Hypoxia. Kebutuhan oksigen di kornea mata dipengaruhi karena
lapisan lensa kontak mengurangi jumlah oksigen yang masuk.
Hipoksia yang ringan mengakibatkan edema epitel dan
penglihatan kabur yang temporer, sedangkan hipoksia berat
akan terjadi kematian sel-sel epitel dan deskuamasi. Pengguna
tidak merasa nyaman, penurunan penglihatan temporer, dan
fotopobia. Salah satu tanda hipoksia kornea kronis adalah
adanya neovaskularisasi superfisial terutama sepanjang limbus
superior. Epitel kornea yang lebih tipis dibandingkan lensa
kontak menyebabkan hipoksia yang kronis dan menurunkan
aktivitas mitosis. Pembentukan sel-sel epitel menurun,
33
ukurannya membesar, dan memudahkan menempelnya
Pseudomonas aeruginosa pada permukaan sel epitel.
4) Reaksi imun superfisial. Variasi larutan lensa kontak dapat
menimbulkan toksik superfisial atau reaksi imun. Ditandai
dengan adanya keratophati, injeksi konjungtiva, berair, gatal,
dan chemosis.
d. Stroma kornea
1) Infiltrat steril. Penggunaan lensa kontak akan menginduksi
terjadinya keratitis steril, dengan onset adanya infiltrat pada
stroma anterior atau leukosit polimorfonuklear di sub-epitel dan
sel mononuklear di perifer kornea secara tiba-tiba. Berdiameter
0,1-2 mm, tunggal atau berkelompok, dengan bentuk bulat, oval,
dan menempel pada sel epitel yang menyebabkan kerusakan
epitel. Manifestasi klinisnya adalah nyeri ringan, inflamasi pada
anterior chamber yang minim, kerusakan epitel, kemudian
terbentuk ulkus.
2) Infeksi kornea (keratitis). Disebabkan oleh bakteri, jamur,
protozoa (acanthamoeba keratitis). Infeksi bakteri biasanya
timbul di kelopak mata dan kelenjar air mata. Penggunaan lensa
kontak mengganggu pertukaran air mata, sehingga air mata
terkumpul di kornea mata. Selain itu, ketebalan epitel menurun,
pergantian sel menurun dan terjadi deskuamasi, sehingga
meningkatkan risiko infeksi bakteri pada sel epitel. Gejala awal
tidak begitu kelihatan, tetapi gejala yang mungkin ada seperti
34
berair dan sedikit sulit mengedipkan mata. Bakteri yang sering
menimbulkan infeksi kornea mata adalah P. aeruginosa,
Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis. Infeksi
ini biasanya berasal dari larutan lensa kontak yang
terkontaminasi. Infeksi bakteri yang akut biasanya terjadi dalam
waktu 24 jam dengan simptom nyeri, fotopobia, berair, sekret
purulen, dan penurunan penglihatan. Awalnya infiltrat stroma
berwarna putih kekuningan yang berkembang di bawah sel
epitel yang rusak diikuti adanya reaksi di anterior chamber dan
injeksi konjungtiva. Setelah itu, berkembang menjadi edema
epitel kemudian menjadi nekrosis. Dilaporkan di United State
dan Netherland, bahwa infeksi kornea mata memiliki risiko
yang paling sering ditimbulkan akibat penggunaan lensa kontak
dalam 2 dekade terakhir ini.
3) Acanthamoeba keratitis merupakan infeksi yang sulit untuk
diterapi. Sumber infeksi ini berasal dari larutan lensa kontak,
dimana tempat larutan tersebut telah terkontaminasi oleh
acanthamoeba. Manifestasi klinis awal yang timbul adalah
adanya sensasi benda asing, penglihatan kabur yang ringan, dan
merah. Kemudian diikuti rasa nyeri yang progresif, injeksi
konjungtiva, epitelnya kasar, dan pada pemeriksaan dengan
senter terlihat adanya penebalan saraf-saraf kornea mata. Infeksi
ini bersifat progresif, berat, dan bentuk infiltratnya seperti cincin
di sentral.
35
4) Mata merah akut (tight lens syndrome). Lensa kontak dapat
menebalkan mata dan sebagai tanda adanya inflamasi stroma
difus dan reaksi pada anterior chamber. Manifestasi klinisnya
adalah rasa nyeri, fotopobia, injeksi, dan berair baik akut
maupun kronik.
5) Kikisan kornea mata (corneal warpage). Selama menggunakan
lensa kontak akan terjadi perubahan kontur kornea. Corneal
warpage menyebabkan astigmatisma irreguler, dan ini dapat
dikoreksi dengan menggunakan kacamata.
6) Contact lens-induced keratoconus. Hubungan antara
keratokonus dengan lensa kontak masih kontroversi. Persentasi
yang tinggi (20-30%) penderita keratokonus didiagnosis akibat
dari penggunaan lensa kontak, tetapi bagaimanapun tidak ada
penyebab yang berhubungan langsung dengan penyakit tersebut.
e. Endotel kornea mata
Penggunaan lensa kontak juga berhubungan dengan endotel
kornea mata. Pengguna memiliki variasi ukuran sel endotel
(polymegethism) dan peningkatan frekuensi sel non-heksagonal
(polymorphism) lebih tinggi daripada yang menggunakan lensa
kontak (Ventocilla, 2010).
Infeksi dan iritasi pada mata dapat disebabkan oleh beberapa
faktor resiko. Chang,Daly, dan Elliot (2006) menyebutkan bahwa
faktor resiko tersebut yakni:
1) Kelompok usia ekstrim
36
2) Kerusakan intengritas jaringan
3) Potensial mengidap penyakit tertentu
4) Immunosupresi
5) Terdapat aspek pengobatan atau prosedur tertentu (tindakan
invasif, operasi, dll)
6) Penggunaan antibiotik
Berdasarkan hasil penjabaran faktor resiko gangguan mata
diatas, jika dikaitkan dengan penggunaan dan perawatan lensa
kontak, maka dapat diringkas sebagai berikut:
1) Pengetahuan
Pengetahuan yang domain kognitif yang mempengaruhi
perilaku seseorang. Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat
menghasilkan persepsi dan motivasi terhadap perilaku. Oleh
karena itu, seseorang dengan pengetahuan tertentu secara tidak
langsung akan melakukan tindakan yang sesuai dengan apa yang
diketahuinya. Pengetahuan mengenai perawatan lensa kontak
akan membentuk perilaku seseorang dalam menggunakan dan
merawat lensa kontak yang pada akhirnya akan berdampak pada
kesehatan mata.
2) Motivasi
Motivasi adalah konsep yang dipakai untuk menguraikan
keadaan yang menstimulasi perilaku tertentu dan respon instrinsik
yang ditampilkan sebagai perilaku (Swansburg, 2000). Motivasi
37
menjadi hal penting untuk menghasilkan keinginan pada diri
seseorang yang mempengaruhi perilaku dalam merawat lensa
kontak. Motivasi dapat mendukung seseorang untuk melakukan
perawatan lensa kontak sesuai prosedur. Motivasi juga
mempengaruhi seseorang untuk selalu menjaga kesehatan mata.
3) Usia ekstrim
Masa usia ekstrim meliputi terlalu muda dan usia terlalu
tua. Pada masa ini, seseorang memiliki kerentanan tubuh yang
memudahkan agen penyakit dan radikal bebas menyerang system
tubuh. Lansia, bayi, dan toddler merupakan kelompok masa usia
ekstrim. Ketidakmaturan dan penuaan sel menyebabkan
penurunan fungsi tubuh terhadap tahanan penyakit atau radikal
bebas. Oleh karena itu, pada masa usia ini seseorang akan dengan
mudah terserang penyakit dibandingkan dengan usia menengah.
Lansia memiliki resiko lebih tinggi terhadap serangan penyakit
sesuai dengan imunitas yang dikemukan oleh Stanley & Beare
(2007), ketika orag bertambah tua, pertahanan mereka terhadap
organisme asing mengalami penurunan sehingga mereka lebih
rentan untuk menderita berbagai penyakit. Begitupun bayi dan
toddler memiliki kerentanan terhadap penyakit karena
immaturitas sistem tubuh terutama sistem immun menurut
Whaley & Wong (1995) dalam Potter & Perry (2005) kelompok
usia bayi adalah lahir-12 bulan atau 18 bulan, toddler 1-3 tahun.
Sedangkan kelompok usia lansia menurut Departemen Kesehatan
38
RI (2003) terbagi menjadi tiga, yaitu pra usia lanjut (45-59 tahun),
usia lanjut (60-69 tahun), usia lanjut resiko tinggi (lebih dari 70
tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan)
4) Status kesehatan
Kondisi kesehatan sangat mempengaruhi fungsi sistem
tubuh. Penyakit yang tengah dialami seseorang baik kronik
ataupun akut secara bertahap meyebabkan penurunan dan
kelemahan pada organ yang terkena penyakit, organ-organ sekitar
yang terkena penyakit, bahkan kekebalan tubuh namun demikian
terdapat faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Menurut definisi penyakit lingkungan yang dikemukakan oleh
Pringgoutomo, Himawan, & Tjarta (2002) bahwa penyakit
lingkungan merupakan penyakit yang terjadiakibat interaksi
manusia dengan lingkunganya berikut merupakan kondisi yang
mempengaruhi status kesehatan seseorang:
a) Potensial mengidap penyakit
b) Immunosupresi
c) Kerusakan integritas jaringan mata
D. Gangguan Penglihatan dan Mata
Mata dapat terkena berbagai kondisi, beberapa diantaranya bersifat
primer sedang yang lain sekunder akibat kelainan pada system organ tubuh
lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah, lainnya apabila
39
terdeteksi awal dapat dikontrol, dan penglihatan dapat dipertahankan
(Brunner & Suddarth, 2001). Berikut ini adalah kelainan oftalmik serta
penatalaksanaannya yang sering dijumpai.
1. Gangguan Kornea
a. Mipoia
Definisi
Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan
difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi
berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif
dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata
akan jatuh di depan retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal dari
bahasa Yunani “muopia” yang memiliki arti menutup mata. Miopia
merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya
adalah “nearsightedness” (American Optometric Association, 2006).
Miopia adalah keadaan pada mata dimana cahaya atau benda yang
jauh letaknya jatuh atau difokuskan didepan retina. Supaya objek
atau benda jauh tersebut dapat terlihat jelas atau jatuh tepat di retina
diperlukan kaca mata minus (Rini, 2004).
Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis
kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang
terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu cekung
(Sidarta, 2007).
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan
pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang
40
dibiaskan di depan retina (bintik kuning). Pada miopia, titik fokus
sistem optik media penglihatan terletak di depan makula lutea. Hal
ini dapat disebabkan sistem optik (pembiasan) terlalu kuat, miopia
refraktif atau bola mata terlalu panjang (Sidarta, 2003).
Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar
sejajar yang datang dari jarak tidak terhingga oleh mata dalam
keadaan tidak berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina
(Sativa, 2003).
Klasifikasi
Secara klinis dan berdasarkan kelainan patologi yang terjadi pada
mata, myopia dapat dibagi kepada dua yaitu :
1. Miopia Simpleks : Terjadinya kelainan fundus ringan. Kelainan
fundus yang ringan ini berupa kresen miopia yang ringan dan
berkembang sangat lambat.
Biasanya tidak terjadi kelainan organik dan dengan koreksi yang
sesuai bisa mencapai tajam penglihatan yang normal. Berat kelainan
refraksi yang terjadi biasanya kurang dari -6D. Keadaan ini disebut
juga dengan miopia fisiologi.
2. Miopia Patologis : Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia
maligna atau miopia progresif. Keadaan ini dapat ditemukan pada
semua umur dan terjadi sejak lahir. Tanda-tanda miopia maligna
adalah adanya progresifitas kelainan fundus yang khas pada
pemeriksaan oftalmoskopik. Pada anak-anak diagnosis ini sudah
dapat dibuat jika terdapat peningkatan tingkat keparahan miopia
41
dengan waktu yang relatif pendek. Kelainan refrasi yang terdapat
pada miopia patologik biasanya melebihi -6 D (Sidarta, 2007).
Menurut American Optometric Association (2006), miopia secara
klinis dapat terbagi lima yaitu:
1. Miopia Simpleks : Miopia yang disebabkan oleh dimensi bola
mata yang terlalu panjang atau indeks bias kornea maupun lensa
kristalina yang terlalu tinggi.
2. Miopia Nokturnal : Miopia yang hanya terjadi pada saat kondisi
di sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata
seseorang bervariasi terhadap tahap pencahayaan yang ada. Miopia
ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar
untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan
aberasi dan menambah kondisi miopia.
3. Pseudomiopia : Diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan
terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada
otot – otot siliar yang memegang lensa kristalina. Di Indonesia,
disebut dengan miopia palsu, karena memang sifat miopia ini hanya
sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan.
Untuk kasus ini, tidak boleh buru – buru memberikan lensa koreksi.
4. Miopia Degeneretif : Disebut juga sebagai miopia degeneratif,
miopia maligna atau miopia progresif. Biasanya merupakan miopia
derajat tinggi dan tajam penglihatannya juga di bawah normal
meskipun telah mendapat koreksi.
42
Miopia jenis ini bertambah buruk dari waktu ke waktu. 5. Miopia
Induksi : Miopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat – obatan,
naik turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus
lensa dan sebagainya.
a. Klasifikasi miopia berdasarkan ukuran dioptri lensa yang
dibutuhkan untukmengkoreksikannya (Sidarta, 2007):
1. Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri
2. Sedang : lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
3. Berat :lensa koreksinya > 6,00 Dioptri.
b. Klasifikasi miopia berdasarkan umur adalah (Sidarta, 2007):
1. Kongenital : sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak.
2. Miopia onset anak-anak : di bawah umur 20 tahun.
3. Miopia onset awal dewasa : di antara umur 20 sampai 40
tahun.
4. Miopia onset dewasa : di atas umur 40 tahun (> 40 tahun).
c. Hipermetropia
d. Abrasi kornea
Abrasi kornea adalah defek pada lapisan epitel. Dapat
disebabkan oleh trauma, benda asing, lensa kontak yang dipakai
dalam jangka waktu lama, defek lapisan air mata, kesulitan menutup
kelopak mata atau malposisi kelopak mata atau bulu mata.
Penatalaksanaan. Abrasi kornea kambuhan, yang
diakibatkan oleh kebiasaan menggosok mata, dapat ditangani dengan
larutan pelumas buatan pada saat tidur atau lensa kontak jenis
43
pembalut (lensa kontak yang dapat dibeli bebas, dipakai untuk
melindungi kornea dari iritasi yang disebabkan oleh gerakan kelopak
mata).
E. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan lensa
kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan adaptasi dari Lawrence
Green (1980) dalam Notoatmodjo (1997 dan 2010), Brunner & Suddarth
(2001)
Beberapa
gangguan mata :
- Miopia
- Hipermetropi
- Abrasi kornea
Perilaku
penggunaan
lensa kontak
Perilaku
penggunaan
kaca mata
Perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor:
1) Faktor intern
- Pengetahuan
- Kecerdasan
- Persepsi
- Emosi
- Motivasi
2) Faktor ekstern
Lingkungan sekitar baik
fisik maupun non fisik
seperti:
- Iklim
- Manusia
- Sosial ekonomi
- Kebudayaan
44
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka teori serta tujuan dari penelitian
maka kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di Optik-optik Kecamatan
Ciputat Timur sebagai berikut :
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Lensa Kontak Pada
Pasien dengan Gangguan Penglihatan
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah di susun,
maka hipotesis yang diangkat yaitu:
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan lensa kontak
2. Ada hubungan antara pengaruh sosial (lingkungan teman dan lingkungan
keluarga) dengan penggunaan lensa kontak
Perilaku penggunaan
lensa kontak :
- Menggunakan lensa
kontak
- Tidak menggunakan
lensa kontak
- Pengetahuan - Pengaruh social (lingkungan
teman dan keluarga) - Ekonomi (pendapatan) - Motivasi
45
3. Ada hubungan anatara ekonomi (pendapatan) dengan penggunaan lensa
kontak
4. Ada hubungan antara motivasi dengan penggunaan lensa kontak
46
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Pengetahuan Pengetahuan pengguna
lensa kontak terhadap
perawatan lensa kontak.
Meliputi:
- Definisi lensa kontak
- Indikasi dan
kontraindikasi penggunaan
lensa kontak
- Hal yang harus dihindari
ketika menggunakan
lensa kontak
- Hal yang harus dilakukan
untuk perawatan lensa
kontak
- Cara membersihkan lensa
kontak
- Efek yang dapat
ditimbulkan pada
pengguna lensa kontak
Responden
diberi
pertanyaan
tentang cara
perawatan
lensa kontak:
pengetahuan
mengenai
definisi lensa
kontak,
indikasi dan
kontraindikasi
penggunaan
lensa kontak,
hal yang harus
dihindari
ketika
menggunakan
lensa kontak,
hal yang harus
dilakukan
untuk
perawatan
lensa kontak,
cara
Kuesioner Ordinal a) Pengetahuan
baik (skor
jawaban
responden 76-
100%)
b) Pengetahuan
cukup (skor
jawaban
responden 56-
75%)
c) Pengetahuan
kurang (skor
jawaban
responden ≤
55%)
(Arikunto,
2006)
47
membersihkan
lensa kontak
dengan pilihan
jawaban benar
atau salah.
(Skala
Gutman)
Sosial Yang dimaksud sosial di
sini adalah lingkungan
teman dan keluarga di
sekitar responden yang
paling mempengaruhi
perilaku responden.
Responden
diberi
pertanyaan
mengenai
lingkungan yang
paling
mempengaruhi
responden untuk
menggunakan
lensa kontak
apakah dari
teman atau
keluarga
Kuesioner Nominal
1. Teman
2. Lingkungan
keluarga
Ekonomi
(pendapatan)
Pendapatan responden
secara rutin dalam satu
bulan baik diperoleh dari
pekerjaan, pensiunan, atau
pemberian keluarga
Responden
dianjurkan
mengisi kolom
mengenai
rentang
pendapatan
Kuesioner Ordinal
- Ekonomi
menengah ke
atas:>=1.290rb/ka
pita/bulan
- Ekonomi
menengah ke
48
sebulan sekali. bawah <1.290
rb/kapita/bulan
(BPS, 2011)
Motivasi Motivasi yang di maksud
adalah keinginan yang
terdapat pada diri
seseorang individu yang
mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-
perbuatan, tindakan,
tingkah laku atau perilaku.
Responden
diberi
pertanyaan
mengenai
faktor-faktor
yang selama ini
menjadi
motivasinya
untuk
menggunakan
lensa kontak.
Diantaranya
faktor instrinsik
yaitu yang
berasal dari
dalam
individu,
merupakan
dorongan bagi
individu untuk
menggunakan
lensa kontak
misal untuk
koreksi mata.
Kuesioner Ordinal
- Sangat Setuju
- Setuju
- Tidak Setuju
- Sangat Tidak
Setuju
(Skala Likert)
49
Sedangkan
faktor ekstrinsik
yaitu motivasi
yang berfungsi
karena adanya
rangsangan dari
luar seperti
lingkungan
masyarakat
sekitar;
kelompok teman
(Notoatmodjo,
2010).
80
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, dengan
menggunakan desain Cross- sectional (Potong Lintang) karena pada
penelitan ini variable independen dan dependen akan diamati pada waktu
(priode) yang sama, jadi tidak ada follow-up pada studi ini (Setiadi, 2007).
Dengan metode ini diharapkan dapat diketahuinya faktor-faktor yang
berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan
gangguan penglihatan.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah sejumlah besar subjek yang
memiliki karakteristik yang tertentu. Subjek dapat berupa manusia,
hewan, data labolatorium, dll. Sedangkam karekteristik subjek
ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian, (Sastroasmoro,
2008). Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh orang yang
mengalami gangguan penglihatan yang datang ke Optik-optik
Kecamatan Ciputat Timur.
2. Sample
Sample merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau
sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat,
51
2007). Sample terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,
2008). Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang
mengalami gangguan penglihatan yang datang ke Optik-optik
Kecamatan Ciputat Timur dengan menggunakan uji hipotesis beda dua
proporsi, dan dengan metode sampling yang digunakan adalah metode
accidental sampling.
Adapun kriteria sampel dibagi menjadi dua yaitu inklusi dan
ekslusi. Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Sedangkan ekslusi
adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi dari penelitian karena berbagai sebab misalnya subjek
menolak berpartisipasi (Nursalam, 2008).
a. Kriteria Inklusi
1) Kesadaran baik
2) Seseorang yang mengalami gangguan penglihatan seperti rabun
jauh maupun rabun dekat yang datang ke Optik-optik
Kecamatan Ciputat Timur
3) Bersedia untuk dijadikan responden atau sampel penelitian
3. Besar Sampling
Jumlah sample yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 63 orang
dengan perhitungan sample sebagai berikut:
Rumus Uji Beda Dua Proporsi :
52
Keterangan :
n : Jumlah sample yang dibutuhkan
: 1,96 (Derajat Kepercayaan 95%, derajat kemaknaan 5%)
: 1,28 (kekuatan Uji 90%)
: 0,63 (Proporsi distribusi tingkat pengetahuan pada
kategori sedang yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak
negatif penggunaannya tahun 2010 Oleh Finera Winda pada
mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara)
p1-30%=0,33
= 0,63+0,33/2=0,48
n= 56,62= 57 Responden.
Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan
peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal. Cadangan 10% x
57 = 5.7 = 6 responden. Jadi total responden pada penelitian kali ini adalah
57+6 = 63 Responden.
53
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur,
waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2012. Alasan
peneliti memilih lokasi tersebut karena belum pernah ada penelitian terkait
kesehatan mata khususnya faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Alat ukur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang disusun secara terstruktur berdasarkan teori dan
berisikan pertanyaan yang harus dijawab responden. Instrumen ini
terdiri atas 5 bagian, yaitu:
Bagian pertama (A) berisi data demografi seperti usia, jenis kelamin
dan pekerjaan, serta variabel ekonomi (pendapatan) dengan memberi
tanda check list (√) pada pilihan yang tersedia.
Bagian kedua (B) berisi variabel penggunaan lensa kontak dengan
memberi tanda check list (√) pada pilihan yang tersedia.
Bagian ketiga (C) berisi variable pengetahuan terdiri dari 13
pernyataan positif dan 12 pernyataan negatif menggunakan skala
Guttman dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan yang
tersedia.
54
Pernyataan Positif
Alternatif Jawaban
Skor Pernyataan Negatif
Alternatif Jawaban
Benar 1 Salah
Salah 0 Benar
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban
dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan
hasilnya berupa presentase dengan rumus yang digunakan sebagai
berikut:
Keterangan:
N : Nilai pengetahuan
Sp :Skor yang didapat
Smm : Skor tertinggi maksimum
Selanjutnya presentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat
kualitatif dengan acuan sebagai berikut:
a. Pengetahuan baik (skor jawaban responden 76-100%)
b. Pengetahuan cukup (skor jawaban responden 56-75%)
c. Pengetahuan kurang (skor jawaban responden ≤ 55%)
Bagian ketiga (D) berisi variable sosial seperti kelompok acuan dan
keluarga dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan yang
tersedia.
Bagian kelima (E) berisi variable motivasi menggunakan skala Likert
dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan yang tersedia.
N = Sp
Smm 100%
55
Pernyataan Positif
Alternatif Jawaban
Skor Pernyataan Negatif
Alternatif Jawaban
Sangat Setuju 4 Sangat Tidak Setuju
Setuju 3 Tidak Setuju
Tidak Setuju 2 Setuju
Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Setuju
Keterangan:
- 0-25% :Sangat tidak setuju
- 26-50% :Tidak setuju
- 51-75% :Setuju
- 76-100% :Sangat setuju
2. Uji Validitas dan Reabilitas
a. Uji validitas
Sebelum kuesioner dibagikan kepada sampel, peneliti terlebih
dahulu melakukan uji coba kuesioner yang dilaksanakan dengan
responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek
penelitian yaitu di optik-optik Kecamatan karang Tengah dengan
jumlah responden 30 orang. Validitas adalah suatu indeks yang
menujukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur
(Notoatmodjo, 2005). Uji validitas yang digunakan penelitian ini
adalah teknik korelasi “ Pearson Product Moment”.
= Koefisien korelasi
56
n = Jumlah responden
= Jumlah skor item
= Jumlah skor total
Uji validitas ini dilakukan di optik-optik Kecamatan Karang
Tengah dengan jumlah responden sebanyak 30 responden. Hasil r
tabel menunjukkan nilai 0,707. Beberapa pertanyaan yang kurang
dari r tabel, baik kuesioner tentang pengetahuan, sosial, maupun
motivasi tidak dihapuskan karena masih dianggap penting dan hanya
diperbaiki redaksinya atau dimodifikasi pernyataannya.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini
berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap
konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2005). Teknik pengujian pada penelitian ini
menggunakkan teknik Alpha Cronbach (α), dalam uji reliabilitas r
hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r tabel maka
pertanyaan tersebut reliabel, sebaliknya bila r, alpha < r tabel maka
pertanyaan tersebut tidak reliabel.
Uji kuesioner dilakukan untuk menguji kuesioner yang akan
digunakan dalam penelitian, faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan
di optik-optik Kecamatan Ciputat Timur. Pernyataan pada uji
57
kuesioner ini diajukan kepada responden yang memeiliki gangguan
penglihatan seperti rabun jauh di optik-optik Kecamatan Karang
Tengah dengan jumlah responden sebanyak 30 responden.
3. Langkah- Langkah Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di optik-optik Kecamatan Ciputat
Timur dengan proses sebagai berikut :
1. Memperoleh persetujuan pembimbing untuk melakukan tindak
lanjut dalam penelitian.
2. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin
penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Melakukan pengambilan sampel dengan teknik accidental
sampling.
4. Peneliti mengadakan pendekatan dan penjelasan kepada calon
responden tentang penelitian dan bagi responden yang bersedia
dipersilahkan menandatangani persetujuan penelitian.
5. Pada responden (pasien dengan gangguan penglihatan)
a. Menyapa responden
b. Menanyakan tujuan responden datang ke optik tersebut
c. Setelah itu, membuat kontrak dengan responden untuk
kesediaannya mengisi kuesioner
d. Peneliti akan bertanya pada pasien apakah kuesioner akan diisi
sendiri atau dibacakan oleh peneliti.
58
6. Memberikan waktu kepada responden untuk menjawab pertanyaan
dan memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika
ada yang belum jelas.
7. Setelah pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti
memeriksa kembali kelengkapan data.
8. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas
partisipasinya.
E. Pengolahan Data
1. Teknik Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah
dengan tujuan data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang
diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama
dalam pengujian hipotesis. Dalam pengolahan data terdapat langkah-
langkah yang harus ditempuh, diantaranya :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2007).
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer (Hidayat, 2007).
59
3. Entri data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga
dengan membuat tabel kontingensi (Hidayat, 2007).
4. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang
sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan
mungkin terjadi pada saat memasukkan data ke komputer.
5. Processing data
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, data sudah
dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data untuk
dianalaisis. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara
memindahkan data dari kuesioner ke paket program computer
pengolahan data statistik.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran
mengenai distribusi frekuensi dari variabel independen yaitu faktor
pengetahuan, hubungan sosial (lingkungan keluarga dan teman),
ekonomi (pendapatan), dan motivasi serta variabel dependen yaitu
perilaku penggunaan lensa kontak. Dalam penelitian ini skor
individu pada setiap nomor pertanyaan akan diolah di paket aplikasi
statistik.
60
b. Analisa Bivariat
Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen yaitu dengan
menggunakan uji Chi-Square (X2) dan Spearman, yaitu untuk
mengetahui hubungan antar variabel kategorik dengan kategorik.
Analisis ini bertujuan untuk menguji perbedaan antara dua proporsi
atau lebih sehingga bisa diketahui apakah ada atau tidak hubungan
yang bermakna jika dilihat secara statistik. dengan derajat
kepercayaan 95% dengan α 5%. Tujuan uji statistik ini adalah untuk
mengetahui atau menguji apakah faktor-faktor seperti pengetahuan,
hubungan sosial (lingkungan keluarga dan teman), ekonomi
(pendapatan) dan motivasi dapat berhubungan dengan perilaku
penggunaan lensa kontak. Untuk melihat kemaknaan sistem dengan
membandingkan nilai p ≤ α (0,05) maka ada hubungan yang
bermakna antara dua variabel dependen dan independen (Ho
ditolak). Begitu juga tidak ada hubungan bermakna (Ho gagal
ditolak) jika p ≥ α (0,05).
F. Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah
yang sangat penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika peneliti harus
diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan
61
penelitian (Hidayat, 2007). Dalam penelitian melakukan penelitian
menekankan maasalah etika penelitian yang meliputi :
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Beberapa informasi yang
harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi
pasien tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan,
komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi,
manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
(Hidayat, 2007).
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan. (Hidayat, 2007). Akan tetapi, pada
penelitian ini unsur anonimity diabaikan karena design yang digunakan
adalah kohort. Sampel di observasi dalam waktu tertentu sehingga
sangat penting untuk mencantumkan nama.
62
3. Kerahasiaan ( confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
63
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tempat Penelitian
Kecamatan Ciputat Timur termasuk dalam wilayah kota Tangerang
Selatan, Provinsi banten. Kecamatan ini merupakan hasil dari pemekaran kota
Tangerang Selatan yang terdiri dari 7 kecamatan (Serpong, Serpong Utara,
Ciputat Timur, Ciputat, Pamulang, Pondok Aren, dan Setu), 49 kelurahan dan
5 desa dengan luas wilayah 147,19 Km2 atau 14.719 Ha. Berdasarkan hasil
Sensus Penduduk tahun 2010 oleh BPS kota Tangerang Selatan jumlah
penduduk kota Tangerang Selatan adalah 1.290.322 jiwa, kepadatan
penduduk di wilayah ini mencapai 8.856 responden/Km2 pada tahun 2010.
Penduduk berjenis kelamin laki-laki sebesar 652.281 jiwa sedangkan
perempuan 638.041 jiwa. Rasio jenis kelamin adalah sebesar 102,23, yang
menunjukkan bahwa jumlah laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan
jumlah perempuan.
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu kecamatan kota Tangerang
Selatan yaitu kecamatan Ciputat Timur yang memiliki jumlah peduduk 150
ribu jiwa. Di kecamatan Ciputat Timur terdapat 10 optik yang tersebar di
setiap kelurahan, antara lain kelurahan Rengas, Rempoa (Optik Mulya dan
Optik Mekar jaya), Cirendeu (Optik Cahaya Rizky dan Optik Maju Jaya),
Pondok Ranji (Optik Restu dan Optik Pasti), Cempaka Putih (Optik
Mahakam, Optik Mahaka Jaya dan Optik Mikeda) dan Pisangan (Optik Maju
jaya). Untuk mencapai optik tersebut terbilang relatif mudah karena letaknya
64
di tepi jalan raya sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan umum
maupun dengan berjalan kaki. Optik tersebut masing-masing menyediakan
fasilitas pelayaan berupa pemeriksaan tajam penglihatan, pemesanan kaca
mata ataupun lensa kontak dan berbagai jenis aksesoris untuk kebutuhan mata
lainnya, sehingga masyarakat di wilayah kecamatan Ciputat Timur pun masih
mempergunakan optik-optik sebagai pelayanan kesehatan mata tingkat
pertama.
B. Gambaran Sampel Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah seseorang yang mengalami
gangguan penglihatan seperti rabun jauh maupun rabun dekat yang datang ke
Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 63 orang. Latar belakang
responden mayoritas berjenis kelamin perempuan (71,4%), berusia produktif
(74,6%) dan mayoritas adalah pelajar (55,6%).
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Agama, Usia, dan Pekerjaan Responden
Karakteristik Responden Jumlah (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
18
45
28,6
71,4
Usia
Produktif
Non produktif
47
16
74,6
25,4
65
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
Pelajar
17
11
35
27,0
17,5
55,6
C. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan distribusi berdasarkan variabel dependen
dan variabel independen, yang bertujuan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan masing-masing variabel. Analisis univariat dalam penelitian
ini meliputi perilaku penggunaan lensa kontak sebagai variabel dependen dan
variabel independen terdiri dari pengetahuan, pengaruh sosial, ekonomi
(pendapatan) dan motivasi.
1. Gambaran Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Analisis univariat distribusi frekuensi perilaku penggunaan lensa
kontak di optik-optik Kecamatan Ciputat Timur, disajikan dalam bentuk
tabel 5.2 berikut ini :
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63)
Perilaku Penggunaan Lensa
Kontak
Jumlah (n) Persentase (%)
Ya
Tidak
54
9
85,7
14,3
Total 63 100
Berdasarkan tabel 5.2 yang disajikan, hasil penelitian yang didapat
menunjukkan bahwa dari 63 responden, diketahui sebanyak 54 responden
66
(85,7%) memilih menggunakan lensa kontak, sedangkan 9 responden
(14,3%) memilih tidak menggunakan lensa kontak.
2. Gambaran Pengetahuan Responden
Analisis univariat distribusi frekuensi pengetahuan responden di
Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur, diperoleh hasil yang disajikan
dalam bentuk tabel 5.3 berikut ini :
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Optik-
optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63)
Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)
Baik
Cukup
Kurang
16
44
3
25,4
69,8
4,8
Total 63 100
Berdasarkan tabel 5.3 yang disajikan, hasil penelitian yang didapat
menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Optik-optik Kecamatan
Ciputat Timur mempunyai pengetahuan terhadap penggunaan lensa
kontak berada pada kategori cukup (69,8%), sedangkan 25,4% responden
mepunyai pengetahuan berada pada kategori baik dan 4,8% responden
berada pada kategori kurang.
3. Gambaran Ekonomi (pendapatan) Responden
Analisis univariat distribusi frekuensi ekonomi (pendapatan)
responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur, diperoleh hasil yang
disajikan dalam bentuk tabel 5.4 berikut ini :
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Ekonomi (Pendapatan) Responden di
Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63)
Ekonomi (Pendapatan/bulan) Jumlah (n) Persentase (%)
67
Diatas UMR ( 1.290 rb/bln)
Dibawah UMR (<1.290 rb/bln)
29
34
46,0
54,0
Total 63 100
Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa persentase responden ya
ngberpenghasilan menegah ke atas, yaitu sebesar 29 responden (46%).
Sedangkan yang memiliki penghasilan menengah ke bawah sebesar 34
responden (54%).
4. Gambaran Motivasi Responden
Analisis univariat distribusi frekuensi motivasi responden di Optik-
optik Kecamatan Ciputat Timur, diperoleh hasil yang disajikan dalam
bentuk tabel 5.5 berikut ini :
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Motivasi Responden di Optik-optik
Kecamatan Ciputat Timur (n=63)
Motivasi Jumlah (n) Persentase (%)
Motivasi Instrinsik
Motivasi Ekstrinsik
38
25
60,3
39,7
Total 63 100
Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa persentase responden yang
memiliki motivasi instrinsik untuk menggunakan lensa kontak, yaitu
sebesar 38 responden (60,3%). Sedangkan yang memiliki motivasi
ekstrinsik sebesar 25 responden (39,7%).
5. Gambaran Pengaruh Sosial Responden
68
Analisis univariat distribusi frekuensi pengaruh sosial responden di
Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur, diperoleh hasil yang disajikan
dalam bentuk tabel 5.6 berikut ini :
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengaruh Sosial Responden di Optik-
optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63)
Hubungan Sosial Jumlah (n) Persentase (%)
Teman
Keluarga
Lain lain
33
18
12
52,4
28,6
19,0
Total 63 100
Tabel 5.6 Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden
dipengaruhi oleh lingkungan teman yaitu sebesar 33 responden (52,4%),
yang dipengaruhi oleh keluarga sebesar 18 responden (28,6%), dan yang
dipengaruhi oleh lingkungan selain teman dan keluarga yaitu sebesar 12
responden (19,0%).
D. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji statistik
yang digunakan adalah Chi-Square dan Correlation Spearman. Pada analisis
jika didapatkan Pvalue < 0,05 maka variabel tersebut dinyatakan ada hubungan
yang bermakna secara statistik, sedangkan bila Pvalue > 0,05 maka variabel
tersebut dinyatakan tidak ada hubungan (Hastono, 2001). Variabel
independen terdiri dari faktor ekonomi (pendapatan), pengetahuan, pengaruh
69
sosial dan motivasi. Sedangkan variabel dependen yaitu perilaku penggunaan
lensa kontak.
Dalam penelitian ini, analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square
untuk tabel 2x2 yaitu variabel ekonomi (pendapatan) dengan perilaku
penggunaan lensa kontak dan pengaruh sosial dengan perilaku penggunaan
lensa kontak. Jika dinyatakan ada hubungan maka penentuan arah dan
besarnya hubungan variabel bebas dalam memperkirakan terjadinya variabel
terikat diperhitungkan dengan Odds Ratio (OR), sedangkan untuk mengetahui
tingkat kemaknaan (signifikan) dilakukan perhitungan Pvalue pada α = 5%.
Selanjutnya, uji Correlation Spearman digunakan untuk tabel 3x2 yaitu
variabel pengetahuan dengan perilaku penggunaan lensa kontak, motivasi
dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Peneliti akan menghubungkan
antara variabel bebas dan variabel terikat tanpa memperhitungkan adanya
pengaruh dari variabel lain.
1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku penggunaan lensa kontak pada responden di Optik-optik
Kecamatan Ciputat Timur dengan menggunakan uji Correlation
Spearman disajikan pada tabel 5.7 berikut ini :
70
Tabel 5.7 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Penggunaan Lensa
Kontak di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63)
Dari tabel 5.7 diperoleh hasil analisa hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku penggunaan lensa kontak.
Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan
Correlation Spearman diperoleh Pvalue = 0,133. Karena Pvalue lebih
besar dari nilai alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan
dengan perilaku penggunaan lensa kontak.
2. Hubungan Pengaruh Sosial dengan Perilaku Penggunaan Lensa
Kontak
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pengaruh
sosial (teman, keluarga, dan lain-lain) dengan perilaku penggunaan lensa
kontak pada responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur dengan
menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.8 berikut ini :
Pengetahuan
Perilaku Penggunaan Lensa
Kontak
Total
P-Value
Ya Tidak
N % N % N %
Baik 12 75,0 4 25,0 16 100
0,133 Cukup 39 88,6 5 11,4 44 100
Kurang 3 100 0 0 3 100
Total 54 85,7 9 14,3 63 100
71
Tabel 5.8 Hubungan Pengaruh Sosial Dengan Perilaku Penggunaan
Lensa Kontak Di Optik-Optik Kecamatan Ciputat Timur
(n=63)
Berdasarkan tabel 5.8, menunjukkan bahwa responden yang
menggunakan lensa kontak mayoritas dipengaruhi oleh teman
(94,1%) lebih banyak dibandingkan responden yang dipengaruhi
oleh keluarga (90%). Dari hasil uji Chi-Square didapatkan Pvalue = 1
dengan α = 0,05. Dengan demikian Pvalue lebih besar dari nilai alpha
sehingga Ho diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara pengaruh sosial (teman dan
keluarga) dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Berdasarkan
perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,700 (95% CI: 0,164-
1,7649).
3. Hubungan Motivasi dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara motivasi
dengan perilaku penggunaan berikut ini :
Pengaruh
Sosial
Perilaku Penggunaan Lensa
Kontak
Total
P-
Value
OR
(CI
95%) Ya Tidak
N % N % N %
Keluarga 17 94,1 1 5,9 18 100,0
1
1,700
(0,164-
1,7649)
Teman 30 90 3 10 33 100,0
Total 47 91,49 4 8,51 51 100,0
72
Tabel 5.9 Hubungan Rabun Jauh Dengan Perilaku Penggunaan Lensa
Kontak di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63)
Dari tabel 5.9 diperoleh hasil analisa hubungan antara
motivasi dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Berdasarkan
hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan Correlation
Spearman diperoleh Pvalue = 0,540. Karena Pvalue lebih besar dari
nilai alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel motivasi instrinsik (rabun
jauh) dengan perilaku penggunaan lensa kontak.
Alasan Rabun Jauh
Perilaku Penggunaan
Lensa Kontak
Total
P-
Value Ya Tidak
N % N % N %
Sangat Setuju 7 100 0 0 7 100
0,540
Setuju 40 83,3 8 16,7 48 100
Tidak Setuju 7 87,5 1 12,5 8 100
Total 54 85,7 9 14,3 63 100
73
Tabel 6.0 Hubungan Kebutuhan Kosmetik Dengan Perilaku
Penggunaan Lensa Kontak di Optik-optik Kecamatan
Ciputat Timur (n=63)
Dari tabel 6.0 diperoleh hasil analisa hubungan antara
motivasi dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Berdasarkan
hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan Correlation
Spearman diperoleh Pvalue = 0,723. Karena Pvalue lebih besar dari
nilai alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel motivasi ekstrinsik
(kebutuhan kosmetik) dengan perilaku penggunaan lensa kontak.
Alasan Kebutuhan
Kosmetik
Perilaku Penggunaan
Lensa Kontak
Total
P-
Value Ya Tidak
N % N % N %
Sangat Setuju 2 100 0 0 2 100
0,723
Setuju 17 85,0 3 15,0 20 100
Tidak Setuju 32 86,5 5 13,5 37 100
Sangat Tidak Setuju 3 75,0 1 25,0 4 100
Total 54 85,7 9 14,3 63 100
74
Tabel 6.1 Hubungan Tren Dengan Perilaku Penggunaan Lensa
Kontak di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63)
Dari tabel 6.1 diperoleh hasil analisa hubungan antara
motivasi dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Berdasarkan
hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan Correlation
Spearman diperoleh Pvalue = 0,021. Karena Pvalue lebih kecil dari
nilai alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel motivasi ekstrinsik
(Tren) dengan perilaku penggunaan lensa kontak.
Alasan Mengikuti Tren
Perilaku Penggunaan
Lensa Kontak
Total
P-
Value Ya Tidak
N % N % N %
Sangat Setuju 4 100 0 0 4 100
0,021
Setuju 20 100 0 0 20 100
Tidak Setuju 26 76,5 8 23,5 34 100
Sangat Tidak Setuju 4 80 1 20,0 5 100
Total 54 85,7 9 14,3 63 100
75
Tabel 6.2 Hubungan Pengaruh Teman Dengan Perilaku Penggunaan
Lensa Kontak di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur
(n=63)
Dari tabel 6.2 diperoleh hasil analisa hubungan antara
motivasi dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Berdasarkan
hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan Correlation
Spearman diperoleh Pvalue = 0,021. Karena Pvalue lebih besar dari
nilai alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel motivasi ekstrinsik
(teman) dengan perilaku penggunaan lensa kontak.
Alasan Pengaruh Teman
Perilaku Penggunaan
Lensa Kontak
Total
P-
Value Ya Tidak
N % N % N %
Sangat Setuju 1 100 0 0 4 100
0,384
Setuju 19 95,0 1 5,0 20 100
Tidak Setuju 28 77,8 8 22,2 34 100
Sangat Tidak Setuju 6 100 0 0 5 100
Total 54 85,7 9 14,3 63 100
76
Tabel 6.3 Hubungan Kemudahan Penggunaan Dengan Perilaku
Penggunaan Lensa Kontak di Optik-optik Kecamatan
Ciputat Timur (n=63)
Dari tabel 6.3 diperoleh hasil analisa hubungan antara
motivasi dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Berdasarkan
hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan Correlation
Spearman diperoleh Pvalue = 0,105. Karena Pvalue lebih besar dari
nilai alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel motivasi instrinsik
(kemudahan dalam penggunaan) dengan perilaku penggunaan
lensa kontak.
Alasan Kemudahan
Penggunaan
Perilaku Penggunaan
Lensa Kontak
Total
P-
Value Ya Tidak
N % N % N %
Sangat Setuju 4 100 0 0 4 100
0,105
Setuju 39 88,6 5 11,4 44 100
Tidak Setuju 10 71,4 4 28,6 14 100
Sangat Tidak Setuju 1 100 0 0 1 100
Total 54 85,7 9 14,3 63 100
77
Tabel 6.4 Hubungan Kemudahan Memperoleh Lensa Kontak Dengan
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak di Optik-optik
Kecamatan Ciputat Timur (n=63)
Dari tabel 6.4 diperoleh hasil analisa hubungan antara
motivasi dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Berdasarkan
hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan Correlation
Spearman diperoleh Pvalue = 0,082. Karena Pvalue lebih kecil dari
nilai alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel motivasi ekstrinsik
(kemudahan memperoleh lensa kontak) dengan perilaku
penggunaan lensa kontak.
Alasan Kemudahan
Memperoleh Lensa
Kontak
Perilaku Penggunaan
Lensa Kontak
Total
P-
Value Ya Tidak
N % N % N %
Sangat Setuju 2 100 0 0 2 100
0,082
Setuju 16 100 0 0 16 100
Tidak Setuju 31 79,5 8 20,5 39 100
Sangat Tidak Setuju 5 83,3 1 16,7 6 100
Total 54 85,7 9 14,3 63 100
78
4. Hubungan Ekonomi (Pendapatan) dengan Perilaku Penggunaan
Lensa Kontak
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara ekonomi
(pendapatan) dengan perilaku penggunaan lensa kontak dengan
menggunakan uji chi-square disajikan pada tabel 6.5 berikut ini :
Tabel 6.5 Hubungan Ekonomi (Pendapatan) Dengan Perilaku
Penggunaan Lensa Kontak di Optik-optik Kecamatan
Ciputat Timur (n=63)
Ekonomi
(Pendapatan/bulan)
Perilaku
Penggunaan Lensa
Kontak
Total
P-
Value
OR
(CI
95%)
Ya Tidak
N % N % N %
Diatas UMR
( 1.290 rb/bln)
24 82,8 5 17,2 29 100,0
0,721
0,640
(0,155-
2,648)
Dibawah UMR
(<1.290 rb/bln
30 88,2 4 11,8 34 100,0
Total 54 85,7 9 14,3 63 100,0
Berdasarkan tabel 6.5, menunjukkan bahwa responden yang
menggunakan lensa kontak mayoritas berada pada tingkat ekonomi
menengah ke bawah (88,2%) lebih banyak dibandingkan responden
yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas (82,8%). Dari
hasil uji Chi-Square didapatkan Pvalue = 0,721 dengan α = 0,05.
Dengan demikian Pvalue lebih besar dari nilai alpha sehingga Ho
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara ekonomi (pendapatan) dengan perilaku penggunaan
79
lensa kontak. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR =
0,640 (95% CI: 0,155-2,648).
80
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan
penglihatan. Pembahasan penelitian ini difokuskan pada ekonomi
(pendapatan), pengetahuan, hubungan sosial dan motivasi serta hubungannya
dengan perilaku penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan
penglihatan.
5. Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Perilaku penggunaan lensa kontak dalam penelitian ini sebagai
variabel dependen. Pada hasil penelitian, menunjukkan bahwa perilaku
penggunaan lensa kontak pada responden dengan gangguan penglihatan
di optik-optik Kecamatan Ciputat Timur cukup tinggi yaitu sebesar 54
responden (85,7%), sedangkan responden yang tidak menggunakan lensa
kontak sebesar 9 responden (14,3%), hal itu dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti ekonomi (pendapatan), pengetahuan, sosial dan motivasi
mereka yang menjadi pertimbangan untuk menggunakan lensa kontak
dengan selalu memperhatikan dampak negatif dari penggunaan lensa
kontak sehingga lensa kontak bisa menjadi pilihan yang tepat bagi
seseorang dengan gangguan penglihatan.
Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor eksternal)
dengan respons (faktor internal) dalam subjek atau responden yang
81
berperilaku tersebut. Dengan perkataan lain, perilaku seseorang atau
subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam
maupun dari luar subjek (Notoatmodjo, 2010). Bila ditinjau dari definisi
perilaku, maka perilaku responden terkait penggunaan lensa kontak
merupakan hasil dari beberapa faktor. Makin banyak dan sering
diberikan stimulus maka makin memperkaya tanggapan pada responden
sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam bentuk perilaku
khusunya perilaku penggunaan lensa kontak.
Optik-optik di Kecamatan Ciputat Timur mayoritas pengunjungnya
adalah kalangan pelajar seperti siswa maupun mahasiswa yang lebih
banyak menggunakan lensa kontak. Hal tesebut juga didukung oleh letak
optik-optik Kecamatan Ciputat Timur yang di kelilingi oleh beberapa
sekolah dan universitas salah satunya UIN Syarif Hidayatullah. Mereka
yang menggunakan lensa kontak lebih banyak dipengaruhi oleh
lingkungan eksternalnya seperti lingkungan teman.
2. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 16 responden (25,4%)
memilki pengetahuan pada kategori baik, 44 responden (69,8%) memiliki
pengetahuan pada kategori cukup, dan 3 reponden (4,8%) memiliki
pengetahuan pada kategori kurang. Pengetahuan mengenai perawatan
lensa kontak akan membentuk perilaku seseorang dalam menggunakan dan
merawat lensa kontak yang pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan
mata.
82
Optik-optik di Kecamatan Ciputat Timur mayoritas pengunjungnya
adalah kalangan pelajar seperti siswa maupun mahasiswa yang mayoritas
responden sudah mempunyai pengetahuan terkait lensa kontak yang
cukup, dikarenakan kemudahan memperoleh informasi terkait lensa kontak
hanya dengan mengakses informasi melaui internet yang sudah dikenal
oleh pelajar sekarang ini. Hal itu sudah memberikan informasi yang cukup
banyak terkait lensa kontak. Hal tesebut juga didukung oleh kesadaran
mereka tentang pentingnya perawatan lensa kontak yang baik bagi dirinya
sendiri agar terhindar dari dampak-dampak penggunaan lesa kontak seperti
iritasi pada mata yang biasa disebut mata merah.
Pengetahuan yang dimiliki responden berada pada kategori cukup
juga bisa dikarenakan kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga
yang dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang
terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2003).
3. Pengaruh Sosial
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa responden yang
menggunakan lensa kontak mayoritas mendapatkan dukungan dari teman
sebesar 33 responden (52,4%) lebih banyak di bandingkan dengan
responden yang mendapatkan dukungan dari keluarga (28,6%) sedangkan
12 responden lagi (19,0%) menggunakan lensa kontak karena faktor lain
seperti kebutuhan diri mereka sendiri yang mengharuskan menggunakan
lensa kontak.
Optik-optik di Kecamatan Ciputat Timur mayoritas yang
menggunakan lensa kontak dipengaruhi oleh lingkungan eksternalnya
83
seperti lingkungan teman. Hal tersebut dikarenakan teman dalam satu
lingkungan sudah dianggap seperti keluarga karena berperan sebagai
pengganti keluarga dirumah. Responden yang memiliki kedekatan dengan
teman sebayanya secara tidak langsung memiliki ikatan batin yang cukup
kuat sehingga mereka akan mudah dipengaruhi oleh temannya tersebut,
seperti halnya dalam penggunaan lensa kontak.
4. Motivasi
Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup apa yang
menjadi dorongan responden untuk menggunakan lensa kontak
dibandingkan kacamata, yang meliputi motivasi instrinsik (tanpa adanya
rangsangan dari luar) dan motivasi ekstrinsik (adanya rangsangan dari
luar). Berdasarkan hasil penelitian diketahui 38 responden (60,3%)
memilki motivasi intrinsik untuk menggunakan lensa kontak, sedangkan
25 responden (39,7%) memiliki motivasi ekstrinsik untuk menggunakan
lensa kontak.
Responden di optik-optik Kecamatan Ciputat Timur mayoritas
pengunjungnya menggunakan lensa kontak karena kebutuhan koreksi
gangguan penglihatan seperti rabun jauh dan karena faktor lensa kontak
yang mudah digunakan. Artinya, pengguna lensa kontak di optik-optik
Kecamatan Ciputat Timur memiliki motivasi instrinsik untuk
menggunakan lensa kontak. Hal itu bisa dikarenakan bukan hanya faktor
motivasi saja yang mempengaruhi perilaku tapi masih ada faktor lainnya
seperti persepsi dan emosi responden.
84
5. Ekonomi (Pendapatan)
Pada penelitian ini, variabel ekonomi (pendapatan) dikategorikan
menjadi 2 berdasarkan UMR (Upah Minimum Regional). Ekonomi
(pendapatan) yang dimaksud yaitu penghasilan yang diperoleh responden
selama sebulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang
berpenghasilan diatas UMR, yaitu sebesar 29 responden (46%).
Sedangkan yang berpenghasilan dibawah UMR sebesar 34 responden
(54%).
Responden di optik-optik di Kecamatan Ciputat Timur mayoritas
yang menggunakan lensa kontak memiliki penghasilan perbulannya di
bawah UMR. Hal itu terjadi karena mayoritas adalah kalangan pelajar
seperti siswa maupun mahasiswa yang seluruh biaya hidupnya masih
menjadi tanggung jawab orang tuanya. Selain itu, mereka menggunakan
lensa kontak bukan hanya karena kebutuhan semata namun dapat karena
kepuasan seperti mengikuti fashion, ajakan lingkungan sekitar seperti
teman atau untuk menunjang pekerjaan.
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Pada penelitian ini, variabel pengetahuan dikategorikan menjadi
tiga berdasarkan distribusinya. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan
uji statistik Correlation Spearman didapatkan hubungan yang tidak
bermakna antara pengetahuan dan perilaku penggunaan lensa kontak
dengan Pvalue = 0,133 (>0,05), sehingga hipotesis penelitian untuk kedua
85
variabel diterima. Artinya, tidak ada hubungan antara pegetahuan dengan
perilaku penggunaan lensa kontak, mungkin disebabkan karena mayoritas
responden adalah pelajar yang usianya masih dalam kategori remaja
dimana periode ini adalah periode perkembangan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Pada periode ini banyak faktor yang mempengaruhi
pengetahuan pada remaja diantaranya faktor fisik, kognitif, moral dan
psikososial.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini tidak sesuai dengan teori
Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa pengetahuan merupakan
salah satu faktor yang mendasari terjadinya perilaku kesehatan pada
seseorang. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan (knowledge) adalah
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah responden melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Dengan demikian, pengetahuan responden terhadap lensa kontak
di optik-optik Kecamatan Ciputat Timur diharapkan menjadi dasar dalam
menentukan perilaku untuk menggunakan lensa kontak.
Hasil penelitian yang sama di tunjukan oleh Winda (2010) yang
melakukan penelitian terhadap 57 mahasiswa yang menggunakan lensa
kontak. Penelitian itu menyatakan bahwa sebanyak 21 responden (36,9%)
yang berpengetahuan baik, 36 responden (63,1%) yang berpengetahuan
sedang, dan tidak ada responden (0%) yang berpengetahuan kurang. Dari
hasil data tersebut, terdeskripsi bahwa mayoritas tingkat pengetahuan
86
Mahasiswa FK USU pengguna lensa kontak terhadap dampak negatif
penggunaannya berada pada kategori sedang.
Persamaan hasil penelitian ini dikarenakan pada penelitian Winda,
sampel penelitiannya ialah mahasiswa yang menggunakan lensa kontak,
sedangkan pada penelitian ini mayoritas responden juga pelajar yang lebih
memilih menggunakan lensa kontak dari pada kaca mata untuk koreksi
gangguan penglihatannya.
Kaitannya dengan hasil penelitian ini, sebagian besar responden
mempunyai pegetahuan yang cukup namun dalam penelitian ini juga
pengetahuan tidak berhubungan dengan perilaku penggunaan lensa kontak.
Hal ini mungkin dikarenakan pengetahuan terkait lensa kontak mudah
diperoleh oleh kalangan pelajar melalui kemajuan teknologi sekarang ini
seperti internet. Artinya, mayoritas responden yang sebagai seorang pelajar
memperoleh pengetahuan bukan hanya dari faktor fasilitas seperti internet,
namun ada faktor lain seperti pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan,
penghasilan, dan sosial budaya.
2. Hubungan Pengaruh Sosial dengan Perilaku Penggunaan Lensa
Kontak
Dukungan sosial dalam penelitian ini dapat berasal dari teman
ataupun keluarga. Dukungan sosial terutama dukungan teman yang berada
dalam satu lingkungan yang sama sangatlah berpengaruh terhadap
keseharian responden. Teman dalam satu lingkungan sudah dianggap
seperti keluarga karena berperan sebagai pengganti keluarga dirumah.
Responden yang memiliki kedekatan dengan teman sebayanya secara tidak
87
langsung memiliki ikatan batin yang cukup kuat sehingga mereka akan
tetap butuh dukungan dari temannya tersebut, seperti halnya dalam
penggunaan lensa kontak. Lingkungan sekitar seperti teman yang sudah
dulu menggunakan lensa kontak mampu menjadi motivasi tambahan bagi
responden untuk menggunakan lensa kontak.
Pada hubungan sosial (lingkungan, sosial, budaya), manusia adalah
makhluk sosial dimana kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan
yang lain. Keluarga dan lingkungan teman sekitar yang berinteraksi secara
langsung akan lebih besar terpapar informasi. Sehingga lingkungan sekitar
mempengaruhi untuk menggunakan lensa kontak.
Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square
Penelitian ini sudah sejalan meskipun dari hasil Pvalue = 1 menunjukkan
tidak ada hubungan yang bermakna hal ini dapat di karenakan bukan
hanya pengaruh sosial yang mempengaruhi perilaku, namun masih ada
faktor lain yang mempengaruhi perilaku seperti sikap, keyakinan dan nilai-
nilai, persepsi, dan emosi yang dianut responden. Faktor izin orang tua
yang termasuk dalam faktor nilai-nilai yang dianut juga bisa menjadi
pertimbangan responden dalam menggunakan lensa kontak.
3. Hubungan Motivasi dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang
menyebabkan responden tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
guna mencapai suatu tujuan (Notoatmodjo, 2010). Motivasi yang
dimaksud dalam penelitian ini mencakup apa yang menjadi dorongan
responden untuk menggunakan lensa kontak dibandingkan kacamata, yang
88
meliputi motivasi instrinsik (tanpa adanya rangsangan dari luar) dan
motivasi ekstrinsik (adanya rangsangan dari luar).
Pada penelitian ini, variabel motivasi dikategorikan menjadi dua
berdasarkan penyebabnya. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji
statistik Correlation Spearman didapatkan hubungan yang bermakna
antara motivasi ekstrinsik yaitu alasan mengikuti Tren dan perilaku
penggunaan lensa kontak dengan Pvalue = 0,021 (<0,05), sehingga
hipotesis penelitian untuk kedua variabel ditolak. Hal itu dikarenakan,
mayoritas yang menggunakan lensa kontak di Optik-optik di Kecamatan
Ciputat Timur dipengaruhi oleh lingkungan eksternalnya seperti
lingkungan teman. Hal itu terlihat responden yang memiliki kedekatan
dengan teman sebayanya secara tidak langsung memiliki ikatan batin yang
cukup kuat sehingga mereka akan mudah dipengaruhi oleh temannya
tersebut, seperti halnya dalam penggunaan lensa kontak.
Namun, untuk variabel motivasi yang lainnya tidak ada hubungan
yang bermakna dikarenakan nilai Pvalue lebih besar dari 0,05, sehingga
hipotesis penelitian untuk kedua variabel diterima. Hal itu bisa
dikarenakan bukan hanya faktor motivasi saja yang mempengaruhi
perilaku tapi masih ada faktor lainnya seperti persepsi dan emosi
responden.
Dalam penelitian ini, responden yang menggunakan lensa kontak
mayoritas menggunakan lensa kontak disamping untuk kebutuhan koreksi
gangguan penglihatan seperti rabun jauh juga karena faktor lensa kontak
yang mudah digunakan.
89
4. Hubungan Ekonomi (Pendapatan) dengan Perilaku Penggunaan
Lensa Kontak
Pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli
keluarga dalam memenuhi kebutuhan baik kebutuhan primer, sekunder
ataupun tersier. Semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih mudah
tercukupi kebutuhan sekunder atau tersiernya dibanding dengan status
ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pada
keluarga.
Pada penelitian ini, variabel ekonomi (pendapatan) dikategorikan
menjadi 2 berdasarkan UMR (Upah Minimum Regional). Berdasarkan
hasil analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square didapatkan hubungan
yang tidak bermakna antara ekonomi (pendapatn) dan perilaku
penggunaan lensa kontak dengan Pvalue = 0,721 (>0,05), sehingga
hipotesis penelitian untuk kedua variabel diterima.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
memiliki tingkat ekonomi dibawah UMR. Responden yang dimaksud
yaitu responden yang memiliki rentang usia produktif (15-49 tahun) dan
masih berstatus pelajar yang belum memiliki penghasilan tetap setiap
bulan. Artinya masih menjadi tanggung jawab orang tua. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa peningkatan penggunaan lensa kontak pada kelompok
umur (15-49 tahun) tersebut bukan dikarenakan tingkat ekonomi diatas
UMR tetapi lebih disebabkan karena faktor sosial, seperti ajakan
lingkungan sekitar seperti teman yang mendominasi dalam penelitian ini.
90
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang dialami peneliti dalam melakukan penelitian ini meliputi :
1. Tinjauan Pustaka Penelitian
Pada penelitian ini tinjauan pustaka cukup lemah dikarena kan
literatut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
lensa kontak tidak ditemukan. Penelitian ini mengaitkan teori perilaku
kesehatan dari Green dan dari penelitian lain yaitu faktor-faktor yang
berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner yang disusun dan dikembangkan sendiri oleh peneliti dari
teori-teori yang berhubungan dengan variabel penelitian dalam bentuk
skala Likert dan Guttman, mengingat peneliti masih dalam tahap proses
belajar sehingga kemungkinan kuesioner yang dibuat tidak sempurna.
91
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Proporsi penggunaan lensa kontak di Optik-optik Kecamatan
Ciputat Timur cukup tinggi yaitu sebesar 85,7%.
2. Sebesar 74,6% responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat
Timur termasuk kategori usia produktif, sedangkan 25,4%
responden termasuk kategori usia non produktif.
3. Sebesar 71,4% responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat
Timur yang berjenis kelamin perempuan, dan hanya 28,6%
responden yang berjenis kelamin laki-laki.
4. Responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur yang
berstatus sebagai pelajar lebih banyak (55,6 %) dibandingkan
dengan yang bekerja (27,0%) dan tidak bekerja (17,5%).
5. Sebesar 54,0% responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat
Timur yang memiliki ekonomi (pendapatan) menengah ke
bawah, dan hanya 46,0% responden yang memiliki ekonomi
(pendapatan) menengah ke atas.
6. Responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur mayoritas
berpengetahuan cukup (69,8%), dibandingkan responden yang
92
berpengetahuan tinggi (25,4%) atau responden yang
berpengetahuan rendah (4,8%).
7. Responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur mayoritas
menggunakan lensa kontak karena pengaruh lingkungan teman
(52,4%), dibandingkan responden yang dipengaruhi oleh
keluarga (28,6%) atau responden yang dipengaruhi oleh diri
sendiri atau selain teman dan keluarga (19,0%).
8. Sebesar 60,3% responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat
Timur yang memiliki motivasi instrinsik untuk menggunakan
lensa kontak, dan hanya 39,7% responden yang memiliki
motivasi ekstrinsik untuk menggunakan lensa kontak.
9. Dari semua faktor-faktor yang diteliti seperti ekonomi
(pendapatan), pengetahuan, dan hubungan sosial tidak ada yang
berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien
dengan gangguan penglihatan di Optik-optik Kecamatan Ciputat
Timur.
10. Dari faktor motivasi ekstrinsik (alasan mengikuti Tren)
berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien
dengan gangguan penglihatan di Optik-optik Kecamatan Ciputat
Timur.
93
B. Saran
1. Untuk Pendidikan Keperawatan
a. Meningkatkan peran perawat khususnya perawat pelayanan
sebagai health educator, untuk melakukan pendidikan
kesehatan terkait lensa kontak.
b. Diharapkan agar pemberian informasi tentang lensa kontak
dapat menjadi satu program praktik di pelayanan.
2. Untuk Peneliti Selanjutnya
a. Perlu kiranya melakukan penelitian serupa ditempat lain
dengan kondisi daerah dan optik yang berbeda, serta sampel
yang lebih luas agar penelitian tersebut lebih representatif
dan lebih valid.
b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, dengan melihat
variabel-variabel lain yang diduga berhubungan dengan
penggunaan lensa kontak.
80
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Ophthalmology: Optics, Refraction, and Contact Lenses,
Section 3.”Basic and Clinical Science Course”, 2002-2003, page 181-195
dan Kumpulan Naskah Kursus Lensa Kontak Perdami, Jakarta, 2001
American Optometric Association.Diunduh dari http://www.aoa.org/x5080.xml
pada tanggal 02 Desember 2011
Amirah Kamaruddin, Fatin.”Gambaran Penggunaan Lensa Kontak Pada
Mahasiswa FK USU dan Kemungkinan Terjadinya
Keratitis”.Skripsi.Medan.Sumatera Utara.2010
Arikunto, Suharsimi.”Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek”.Jakarta:Rineka Cipta.2006
Artini, Widya.”Jangan Sembarangan Pakai Lensa Kontak”.Diunduh dari
http://www.tribunnews.com/2010/10/20/jangan-sembarangan-pakai-lensa-
kontak pada tanggal 20 Februari 2012
Aselmahumka.”Demam Berdarah Dengue”.2009. Diunduh dari
http://karyatulisilmiahkeperawatan.blogspot.com/2009/01/demam-beradarh-
dengue-dbd-dan-asuhan pada tanggal 25 Agustus 2012
Barr, Joseph. "Contact Lenses 2002: Annual Report." Contact Lens Spectrum
Jan. 2003: 24-31 Diunduh dari http://www.contactlenscouncil.com/pcon-
stats.htm pada tanggal 22 Februari 2012
Bausch & Lomb.”Laporan tahunan tentang solusi lensa kontak”. Rochester:
Bausch & Lomb Utara Amerika Perawatan Visi. 1994: 2. Anon. Pakai lensa
kontak. Diunduh dari
http://search.proquest.com/docview/198992585/133490C99D112486695/12
?accountid=46437 pada tanggal 21 Desember 2011
Brunner & Suddarth. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol 3” . Jakarta :
EGC.2001
Chang,ester,dkk.”pathophysiology:applied to nursing
practice”.Marrickville:Mosby Elsevier.2006
Contact Lens Council, “Statistics on Contact Lens Wear in the U.S.”7
November.2004. Diunduh dari http://www.contactlenscouncil.com/pcon-
stats.htm pada tanggal 22 Februari 2012
Creasoft.”Referensi Kesehatan”.2008. Diunduh dari
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/sikap/ pada tanggal 25 Agustus
2012
Denovoidea.”Organisasi”.2009. Diunduh dari
http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/11/organisasi pada tanggal 25
Agustus 2012
Ernawati, Maftuhah.”MODUL Konsep Dasar Keperawatan”.Jakarta:UIN Jakarta
Press.2006
Fadilawati, Nikmatul.”Awas, Lensa Kontak Picu Kebutaan”.2011Diunduh dari
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=800815b9811cd
587b6071a5f542b7218&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c pada
tanggal 14 Februari 2012
Griggs, Kim.”Contact Lenses Care”.2009Diunduh dari
http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1737369621&sid=5&Fmt=3&clientId
=45625&RQT=309&VName=PQD pada tanggal 21 Desember 2011
Hastono, S.P. “Modul Analisa Data”. Depok: FKM-UI. 2001.
Hidayat, Alimul.”Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data”.Ed
1.Jakarta:Salemba Medika.2007
Ilyas,Sidarta.”Ilmu Perawatan Mata”.Jakarta:Sagung Seto. 2004
Kharuna, A.K.,”Comprehensive Ophthalmology”. 4th ed. New Dehli: New Age
International (P) Limited. 2007
Lancet 1988; i: 1437. Glynn RJ, Schein OD, seddon JM, et al. “Kejadian keratitis
ulseratif di antara pemakai lensa kontak aphakic di New England”. Arch
Ophthalmol 1991; 109: 104407.Diunduh dari
http://search.proquest.com/docview/198992585/133490C99D112486695/12
?accountid=46437 pada tanggal 21 Desember 2011
Mubarok, Wahit Iqbal & Chayatin, Nurul. “Ilmu keperawatan komunitas
pengertian dan teori”.Jakarta: Salemba Medika, 2009.
Notoatmodjo, Soekidjo.”Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Dasar”.Jakarta:Rineka Cipta.1997
___________________. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.2002.
___________________. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.2003.
___________________.”Metodologi Penelitian KesehatanI”.Jakarta:Rineka
Cipta.2005
___________________. Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi). Jakarta: Rineka
Cipta.2005.
___________.”Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku”.Jakarta:Rineka Cipta.2007
___________.”Ilmu Perilaku Kesehatan”.Jakarta:Rineka Cipta.2010
___________.”Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi”.Jakarta:Rineka Cipta.2010
Nursalam.”Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan”.Surabaya:Salemba medika.2008
Oktapriana,R.”Pengetahuan, Sikap, dan Praktek PHBS siswa dan Faktor-faktor
Yang Berhubungan di SDN 013 Sunter Agung Jakarta Utara Tahun
2008”.Jakarta:Skripsi.2008
Potter, Perry.”Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep, Proses Dan
Praktik”.Ed 4. Jakarta:EGC.2005
Pringgoutomo, Himawan, Tjarta.”Buku Ajar Patologi I (Umum)”.Ed
1.Jakarta:Sagung Seto.2002
Rakhmat, Jalaluddin.“Psikologi Komunikasi”.Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.1992
Sarwono,Sarlito wirawan.”Pengantar Umum Psikologi”.Jakarta:PT.Bulan
Bintang.2000
Sastroasmoro, Sudigdo.”Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis”.Ed
3.Jakarta:Sagung Seto.2008
Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. “Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis”.
Jakarta: Sagung Seto.2002
Setiadi.”Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan”.Jakarta:Graha Ilmu.2007
Stanley, beare.”Buku Ajar Keperawatan Gerontik”.Ed 2.Jakarta:EGC.2007
Sugiyono.”Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D”.Bandung:Alfabeta.2009
Universitas Kristen Petra.2006.Diunduh dari
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=12&submit.y=20&submit=pr
ev&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fsi
p4%2F2006%2Fjiunkpe-ns-s1-2006-21499109-10559-sehat-chapter2.pdf
pada tanggal 15 Februari 2012
Ventocilla, M.,.“Contact Lens Complications”, Michigan Collage of
Optometry.2010.Diunduh dari
QFjAA&url=http%3A%2F%2Femedicine.medscape.com%2Farticle%2F11
96459-overview&rct=j&q=Contact+Lens+Complications&ei=cunXS-
apGILGrAeu442PBw&usg=AFQjCNG_71aTtjr3KH8RBxAxsUvxlospUQ.
Pada tanggal 15 Februari 2012
Winda, Finera.”Tingkat Pengetahuan Pengguna Lensa Kontak Terhadap Dampak
Negatif Penggunaannya Pada Mahasiswa FK USU angkatan 2007-
2009”.Skripsi.Medan.Universitas Sumatera Utara.2010
Winkel, W.S. “Psikologi Pendidikan”. Jakarta: Grasindo.1996
INFORMED CONSENT
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN
LENSA KONTAK PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
PENGLIHATAN
Assalamu‟alaikum.WR.WB
Nama :Khaerunnisa
NIM :108104000011
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu keperawatan sedang melaksanakan
penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan
sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian. Untuk itu Saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya Saudara/Saudari
bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kerahasiaan
jawaban Saudara/Saudari akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.
Kuesioner ini Saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang di
pertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk penelitian ini.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi Saudara/Saudari dalam
pengisian kuesioner ini.
Apakah Saudara/Saudari bersedia menjadi responden?
YA/TIDAK
Tertanda
Responden
Lampiran 2
Kuesioner
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Lensa Kontak Pada Pasien
Dengan Gangguan Penglihatan
Tanggal Pengisian :
Kuesioner A
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan yang
tersedia.
1. Berapakah usia Saudara saat ini :
2. Jenis kelamin : Lk Pr
3. Pekerjaan : PNS
Pegawai swasta
Wiraswasta
Tidak bekerja
Lain-lain, tuliskan …
4. Penghasilan perbulan : Ekonomi menegah ke atas:>=1.290
rb/kapita/bulan
Ekonomi menengah ke bawah <1.290
rb/kapita/bulan
Kuesioner B
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan
yang tersedia.
1. Apakah Saudara menggunakan lensa kontak :
Ya Tidak
Lampiran 2
Kuesioner C
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan yang
tersedia.
No.
Pernyataan
Benar
Salah
Di isi oleh
peneliti
(skor)
1. Lensa kontak adalah lensa yang
menempel pada selaput bening
mata
2. Lensa kontak tidak harus
dibersihkan secara teratur
3. Tempat lensa kontak diganti
setiap 3 bulan sekali
4. Lensa kontak tidak akan berkabut
jika terjadi perubahan suhu
5. Sebelum memakai lensa kontak,
saya mencuci tangan terlebih
dahulu
6. Lensa kontak hanya dapat
digunakan untuk kelainan mata
berupa rabun jauh (hipermetropi)
7. Lensa kontak dapat digunakan
bergantian dengan orang lain
8. Perawatan lensa sama untuk
semua jenis lensa kontak
9. Proses sterilisasi pada lensa
kontak dapat membunuh bakteri
dan jamur yang melekat pada
lensa kontak
10. Untuk membersihkan lensa
kontak dapat digunakan air bersih
(tidak berbau, tidak berwarna,
tidak berasa)
11. Membersihkan lensa kontak tidak
dapat menghilangkan kotoran
pada lensa kontak
12. Lensa kontak dapat digunakan
ketika tidur
13. Lensa kontak boleh diletakkan di
atas tempat tidur
14. Perawatan lensa kontak yang
tidak tepat dapat berakibat fatal
bagi kesehatan mata seperti
alergi, infeksi keratitis, tukak
kornea hingga menyebabkan
kebutaan
Lampiran 2
15. Lensa kontak dapat mengurangi
penyerapan oksigen pada mata
16. Lensa kontak dapat digunakan
saat berenang
17. Pengguna boleh menggunakan
lensa kontak melebihi waktu yang
telah ditentukan
18. Walaupun lensa kontak tidak
digunakan, cairan pembersih
untuk merendam lensa kontak
diganti setiap hari
19. Simpan tempat lensa kontak di
lingkungan yang lembab dan
terlindung dari sengatan sinar
matahari langsung
20. Mata terasa terbakar dan berair
bukan komplikasi akibat lensa
kontak
21. Kotoran mata normal adalah yang
berwarna putih kekuningan
22. Pemakaian lensa kontak dapat
mengakibatkan infeksi pada
lapisan kornea (keratitis)
23. Mata terasa nyeri salah satu
komplikasi akibat lensa kontak
24. Lensa kontak boleh digunakan
oleh olahragawan untuk
menunjang pekerjaannya
25. Lensa kontak tidak boleh
digunakan pada orang yang
memilki sindrom mata kering
Lampiran 2
Kuesioner D
Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kondisi (situasi) Saudara
tentang pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, dengan memberikan tanda checklist
(√) pada jawaban yang Saudara pilih.
1. Siapakah yang paling mempengaruhi Saudara untuk menggunakan
lensa kontak:
a) Teman
b) Keluarga
c) Lain-lain, tuliskan…
2. Siapakah yang menemani Saudara membeli lensa kontak:
a) Teman
b) Keluarga
c) Lain-lain, tuliskan…
Kuesioner E
Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kondisi (situasi) Saudara
tentang pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, dengan memberikan tanda checklist
(√) pada kolom yang tersedia.
No.
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Sangat Sangat
Setuju Setuju Tidak
Setuju tidaksetuju
1. Saudara menggunakan lensa kontak karena
rabun jauh
2. Saudara menggunakan lensa kontak untuk
keperluan kosmetik
3. Saudara menggunakan lensa kontak karena
mengikuti Tren atau mode yang sedang
berkembang
4. Saudara menggunakan lensa kontak karena
faktor ajakan teman di lingkungan sekitar
5. Saudara menggunakan lensa kontak karena
mudah digunakan
6. Saudara menggunakan lensa kontak karena
terjual bebas di pasaran walaupun tanpa resep
dokter (poin baru)
Lampiran 3
ANALISIS UNIVARIAT
1. Ekonomi (pendapatan)
Statistics
Penghasilan perbulan
N Valid 63
Missing 0
Mean 1.54
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .502
Minimum 1
Maximum 2
Penghasilan perbulan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Diatas UMR
>=1.290
rb/bulan
29 46.0 46.0 46.0
Dibawah
<1.290
rb/bulan
34 54.0 54.0 100.0
Total 63 100.0 100.0
2.521.510.5
Penghasilan perbulan
60
50
40
30
20
10
0
Fre
qu
en
cy
Mean = 1.54Std. Dev. = 0.502N = 63
Histogram
Lampiran 3
2. Pengetahuan
Statistics
Hasil variabel pengetahhuan
N Valid 63
Missing 0
Mean 1.79
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .513
Minimum 1
Maximum 3
Hasil variabel pengetahhuan
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik:jika skor
jawaban 76-
100%
16 25.4 25.4 25.4
Cukup:jika skor
jawaban 56-
75%
44 69.8 69.8 95.2
Kurang:jika
skor jawaban
<=55%
3 4.8 4.8 100.0
Total 63 100.0 100.0
3.532.521.510.5
Hasil variabel pengetahhuan
50
40
30
20
10
0
Fre
qu
en
cy
Mean = 1.79Std. Dev. = 0.513N = 63
Histogram
Lampiran 3
3. Pengaruh Sosial
Statistics
Pengaruh sosial
N Valid 63
Missing 0
Mean 1.67
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .783
Minimum 1
Maximum 3
Pengaruh sosial
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Teman 33 52.4 52.4 52.4
Keluarg
a 18 28.6 28.6 81.0
Lain-
lain 12 19.0 19.0 100.0
Total 63 100.0 100.0
3.532.521.510.5
Pengaruh sosial
40
30
20
10
0
Fre
qu
en
cy
Mean = 1.67Std. Dev. = 0.783N = 63
Histogram
Lampiran 3
4. Motivasi
Statistics
Motivasi
N Valid 63
Missing 0
Mean 1.40
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .493
Minimum 1
Maximum 2
Motivasi
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Motivasi
intrinsik 38 60.3 60.3 60.3
Motivasi
ekstrinsik 25 39.7 39.7 100.0
Total 63 100.0 100.0
2.521.510.5
Motivasi
60
50
40
30
20
10
0
Fre
qu
en
cy
Mean = 1.4Std. Dev. = 0.493N = 63
Histogram
Lampiran 4
ANALISIS BIVARIAT
1. Ekonomi (pendapatan)*Perilaku penggunaan lensa kontak
Case Processing Summary
Penghasilan perbulan * Tindakan penggunaan lensa kontak Crosstabulation
Tindakan
penggunaan lensa
kontak Total
Ya Tidak
Penghasilan
perbulan
Diatas UMR >=1.290
rb/bulan
Count 24 5 29
% within
Penghasilan
perbulan
82.8% 17.2% 100.0%
Dibawah <1.290
rb/bulan
Count 30 4 34
% within
Penghasilan
perbulan
88.2% 11.8% 100.0%
Total Count 54 9 63
% within Penghasilan perbulan 85.7% 14.3% 100.0%
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Penghasilan perbulan
* Tindakan
penggunaan lensa
kontak
63 100.0% 0 .0% 63 100.0%
Lampiran 4
Chi-Square Tests
Value df
Asymp.
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-
Square .383(b) 1 .536
Continuity
Correction(a) .067 1 .796
Likelihood Ratio .382 1 .536
Fisher's Exact
Test .721 .396
Linear-by-Linear
Association .377 1 .539
N of Valid Cases 63
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 4.14.
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Penghasilan
perbulan (Diatas
UMR >=1.290
rb/bulan / Dibawah
<1.290 rb/bulan)
.640 .155 2.648
For cohort
Tindakan
penggunaan lensa
kontak = Ya
.938 .763 1.153
For cohort
Tindakan
penggunaan lensa
kontak = Tidak
1.466 .434 4.953
N of Valid Cases 63
Lampiran 4
2. Pengetahuan*Perilaku penggunaan lensa kontak
Correlations
Perilaku
penggunaan
lensa kontak
Hasil
variabel
pengetahhua
n
Spearman's
rho
Perilaku
penggunaan lensa
kontak
Correlation
Coefficient 1.000 -.191
Sig. (2-tailed) . .133
N 63 63
Hasil variabel
pengetahhuan
Correlation
Coefficient -.191 1.000
Sig. (2-tailed) .133 .
N 63 63
3. Pengaruh Sosial*Perilaku penggunaan lensa kontak
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengaruh sosial *
Perilaku
Penggunaan Lensa
Kontak
51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
Pengaruh sosial * Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Crosstabulation
Perilaku
Penggunaan Lensa
Kontak
Total Ya Tidak
Pengaruh
sosial
Keluarg
a 17 1 18
Teman 30 3 33
Total 47 4 51
Lampiran 4
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp.
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-
Square .201(b) 1 .654
Continuity
Correction(a) .000 1 1.000
Likelihood Ratio .212 1 .645
Fisher's Exact
Test 1.000 .557
Linear-by-Linear
Association .197 1 .657
N of Valid Cases 51
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1.41.
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Pengaruh sosial
(Keluarga /
Teman)
1.700 .164 17.649
For cohort
Perilaku
Penggunaan Lensa
Kontak = Ya
1.039 .889 1.214
For cohort
Perilaku
Penggunaan Lensa
Kontak = Tidak
.611 .068 5.455
N of Valid Cases 51
Lampiran 4
4. Motivasi*Perilaku penggunaan lensa kontak
Correlations
Motivasi Positif
Perilaku Penggunan
Lensa Kontak
Spearman's rho Motivasi Positif Correlation Coefficient 1.000 -.079
Sig. (2-tailed) . .540
N 63 63
Perilaku Penggunan Lensa Kontak
Correlation Coefficient -.079 1.000
Sig. (2-tailed) .540 .
N 63 63
Correlations
Motivasi Negatif 2
Perilaku penggunaan lensa kontak
Spearman's rho Motivasi Negatif 2 Correlation Coefficient 1.000 .046
Sig. (2-tailed) . .723
N 63 63
Perilaku penggunaan lensa kontak
Correlation Coefficient .046 1.000
Sig. (2-tailed) .723 .
N 63 63
Correlations
Motivasi Negatif
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Spearman's rho Motivasi Negatif Correlation Coefficient 1.000 .291(*)
Sig. (2-tailed) . .021
N 63 63
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Correlation Coefficient .291(*) 1.000
Sig. (2-tailed) .021 .
N 63 63
Lampiran 4
Correlations
Motivasi Negatif
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Spearman's rho Motivasi Negatif Correlation Coefficient 1.000 .112
Sig. (2-tailed) . .384
N 63 63
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Correlation Coefficient .112 1.000
Sig. (2-tailed) .384 .
N 63 63
Correlations
Motivasi Positif
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Spearman's rho Motivasi Positif Correlation Coefficient 1.000 -.206
Sig. (2-tailed) . .105
N 63 63
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Correlation Coefficient -.206 1.000
Sig. (2-tailed) .105 .
N 63 63
Correlations
Motivasi negatif
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Spearman's rho Motivasi negatif Correlation Coefficient 1.000 .221
Sig. (2-tailed) . .082
N 63 63
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Correlation Coefficient .221 1.000
Sig. (2-tailed) .082 .
N 63 63
Recommended