Transcript
Page 1: Dampak Sosial Budaya Pariwisata (Cohen)

Analisa Dampak Sosial Pembangunan

Pariwisata

Discussed by :

Randi AB 732013607

FC Sari 732013610

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

S1 – DESTINASI PARIWISATA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2013 / 2014

Page 2: Dampak Sosial Budaya Pariwisata (Cohen)

Meniru VS Adaptif

Meniru adalah melakukan sesuatu seperti yang diperbuat orang lain, atau Meniru adalah

membuat sesuatu yang tidak sejati (tiruan)

Adaptif adalah menyesuaikan (diri) dengan keadaan, atau tindakan peleburan diri

terhadap lingkungan.

Kesimpulan :

Kasus dalam pariwisata banyak memperlihatkan bahwa adjustmen budaya antara host

dan tourist. Seharusnya wisatawan sebagai pengunjung/ tamu mampu beradaptasi atau

menyesuaikan diri ke lingkungan / masyarakat setempat. Namun banyak kenyataan

menunjukkan justru masyarakat setempat berusaha menirukan kebiasaan wisatawan,

dengan dalih membuat wisatawan nyaman saat berkunjung.

Dampak Sosial Budaya Pariwisata oleh Cohen (1984)

1. Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat

dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau

ketergantungannya.

Tentang interaksi masyarakat setempat dengan wisatawan atau pekerja dari daerah lain

yang datang, khususnya dari sisi perubahan moral / tata nilai. Dengan datangnya orang

yang mempunyai attitude berbeda – beda dapat menyebabkan percampuran tata nilai di

daerah tujuan wisata tersebut. Dampak pariwisata pada tata nilai di daerah tujuan wisata

lebih besar disebabkan karena pengaruh wisatawan daripada disebabkan oleh pekerja

pariwisata yang dating dari daerah lain. Hal ini diduga karena sifat wisatawan yang

“terlalu bebas” dalam berperilaku di daerah tujuan wisata.

Transformasi tata nilai ini dapat mengambil beberapa bentuk, yaitu : Efek peniruan,

Marginalisasi dan Komodifikasi Budaya.

2. Dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat

Berkembangnya kepariwisataan di suatu tempat akan menciptakan banyak lapangan

pekerjaan, bahkan dibidang yang sama, memungkinkan akan menimbulkan kompetisi di

antara anggota masyarakat.

Pariwisata juga berdampak pada perubahan perilaku, struktur social serta perubahan

lifestyle.

3. Dampak terhadap dasar – dasar organisasi / kelembagaan social.

Kemajuan pariwisata diikuti dengan munculnya organisasi – organisasi atau kelembagaan

social untuk mengorganisir industri pariwisata yang ada, seperti di beberapa sector

berikut : Sektor Pemasaran, Sektor Perhubungan, Sektor Akomodasi, Sektor Daya Tarik /

Page 3: Dampak Sosial Budaya Pariwisata (Cohen)

Atraksi Wisata, Sektor Tour Operator, Sektor Pendukung / Rupa – rupa (missal :

souvenir, traveler cheques dll)

4. Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata

Dalam kata lain dampak terhadap struktur populasi. Meningkatnya aktivitas pariwisata di

suatu daerah tujuan wisata memerlukan tenaga kerja untuk menjalankan usaha pariwisata

dan memberikan pelayanan yang diperlukan wisatawan. Sebagian dari mereka mungkin

berasal dari penduduk local yang memutuskan untuk ganti pekerjaan dari sector lain ke

sector pariwisata. Kemungkinan lainnya adalah datangnya penduduk yang berasal dari

daerah lain yang kebetulan bekerja di daerah tersebut karena pariwisata.

Hasilnya tidak hanya meningkatnya jumlah populasi atau kepadatan penduduk. Lambat

laun hal ini akan menimbulkan masalah social yang beragam, mulai dari yang ringan

seperti meningkatnya stress, kemacetan, dan sebagainya, sampai ke masalah kejahatan

seperti perampokan dan tindakan criminal lainnya.

5. Dampak terhadap ritme kehidupan social masyarakat.

Disamping dampak pariwisata terhadap tata nilai dan bagaimana masyarakat berpikir,

pariwisata juga menyebabkan masalah untuk masyarakat tuan rumah yang mempengaruhi

bagaimana masyarakat bertindak dalam kehidupan sehari – harinya, diantaranya sebagai

berikut :

a. Terlalu sesaknya orang. Sebuah komunitas kecil dapat seketika menjadi terlalu

sesak dengan kedatangan wisatawan dalam jumlah besar. Gaya hidup dan

kebudayaan yang berbeda jauh tiba – tiba hadir di dalam komunitas dan kemudian

menghilang dalam waktu yang singkat akan membuat shock komunitas tersebut.

b. Kemacetan lalu lintas

c. Penggunaan infrastruktur berlebihan, infrastruktur lain seperti energi dan air,

mungkin tidak mampu mendukung perkembangan pariwisata yang terlalu cepat

sehingga menimbulkan masalah polusi, kesehatan, ketidaknyamanan dan

ketidakpuasan baik bagi masyarakat maupun wisatawan.

d. Kehilangan kegunaan dan manfaat social tanah, misalnya hilangnya lapangan

tempat olah raga, tertutupnya kawasan pantai dan lahan – lahan lain yang biasa

dipergunakan masyarakat setempat untuk melakukan interaksi social dan

berekreasi sebelum dimanfaatkan untuk pariwisata.

e. Kehilangan manfaat dan usaha lain, misalnya kehilangan mata pencaharian

nelayan kecil di pantai yang telah dikuasain investor pariwisata, pembendungan

atau reklamasi suatu pulau yang juga merupakan habitat mangrove dan

bersarangnya penyu dan ikan menyebabkan hilangnya usaha ekonomi rakyat di

daerah tersebut yang secara tradisional memanfaatkan untuk kegiatan

pembudidayaan ikan dan penyu.

f. Polusi desain arsitektur, misalnya masalah yang muncul jika bangunan pariwisata

yang umumnya lebih besar dari bangunan masyarakat sekitarnya, menghalangi

pemandangan indah, seperti hamparan pegunungan, sawah, lembah, pantai dan

Page 4: Dampak Sosial Budaya Pariwisata (Cohen)

sebagainya yang sudah menjadi asset wilayah. Hal ini akan mengakibatkan

masalah social antara investor dan masyarakat setempat.

g. Kejahatan terhadap wisatawan

h. Kejahatan oleh wisatawan

6. Dampak terhadap pola pembagian kerja

Adanya transformasi struktur mata pencaharian. Beberapa daerah yang umumnya sumber

mata pencaharian sebagian besar berasal dari sector pertanian segera mengalami

tantangan, yaitu terjadinya transformasi pekerjaan dan tenaga kerja dari sector pertanian

ke pariwisata. Beberapa jenis pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian khusus di sector

pariwisata, seperti tukang kebun, cleaning service, house keeping dan sejenisnya menarik

minat ibu rumah tangga atau pekerja di sector pertanian bergabung. Sifat pariwisata yang

musiman kadang memengaruhi secara social masyarakat local yang kebetulan bekerja di

sector pariwisata.

7. Dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas social.

Adanya pariwisata di suatu kawasan wisata akan mempunyai dua konsekuensi, yaitu

diferensiasi struktur social yang bersifat positif dan negative. Diferensiasi struktur

social yang bersifat positif diantaranya : (1) transisi dan tranformasi tenaga kerja dari

sector pertanian ke sector jasa termasuk pariwisata (2) modernisasi sector pertanian (3)

berkembangnya industri kerajinan (4) penurunan jurang pemisah diantara tingkat

pendapatan (5) persamaan kesempatan memperoleh pendidikan antar strata social.

Sedangkan diferensiasi struktur social yang bersifat negative berupa polarisasi tajam,

diantaranya : (1) polarisasi antarpenduduk karena proporsi pendapatan yang tidak

seimbang antar kelompok masyarakat (2) tranformasi dari pertanian ke pariwisata hanya

menguntungkan orang – orang tertent saja, hanya membuat kaya golongan tertentu saja

yang menyebabkan kesenjangan ekonomi tinggi (3) mudahnya mendapatkan uang tanpa

memerlukan keahlian dan pendidikan yang memadai menyebabkan daya juang

masyarakat menjadi menurun sehingga lambat laun masyarakat menganggap pendidikan

tidak penting lagi.

Modernisasi keluarga. Sisi positifnya ditandai oleh didapatnya status baru perempuan

dalam keluarga petani tradisional. Jika perempuan mempunyai kesempatan sama untuk

memperoleh pekerjaan di pariwisata, hal itu akan mendorong cara pandang anggota

keluarga lain dalam keluarga menjadi berubah. Akan menjadi lebih menghargai

perempuan. Namun juga memiliki sisi negative yang menyebabkan ketidak utuhan rumah

tangga, karena perempuan bekerja akan menyita waktu dan memicu terjadinya

perceraian.

Memperluas wawasan dan cara pandang masyarakat terhadap dunia luar. Dari sisi

positifnya, keberadaan wisatawan di suatu kawasan akan menyebabkan attitude

masyarakat setempat berubah karena perubahan cara pandang terhadap wisatawan. Di sisi

negatifnya, munculnya sikap mental yang berorientasi konsumtif menimbulkan patologi

Page 5: Dampak Sosial Budaya Pariwisata (Cohen)

social seperti prostitusi, penggunaan dan perdagangan obat terlarang, ketergantungan

alcohol, dan perilaku menyimpang lainnya.

8. Dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan.

Pariwisata mempunyai sifat koloniatistis sehingga merebut independensi masyarakat

local di dalam proses pengambilan keputusan.

Seperti disebutkan di dampak point 5:

Kehilangan kegunaan dan manfaat social tanah, misalnya hilangnya lapangan tempat

olah raga, tertutupnya kawasan pantai dan lahan – lahan lain yang biasa dipergunakan

masyarakat setempat untuk melakukan interaksi social dan berekreasi sebelum

dimanfaatkan untuk pariwisata

Polusi desain arsitektur, misalnya masalah yang muncul jika bangunan pariwisata yang

umumnya lebih besar dari bangunan masyarakat sekitarnya, menghalangi pemandangan

indah, seperti hamparan pegunungan, sawah, lembah, pantai dan sebagainya yang sudah

menjadi asset wilayah. Hal ini akan mengakibatkan masalah social antara investor dan

masyarakat setempat.

9. Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan – penyimpangan social

Munculnya sikap mental yang berorientasi konsumtif menimbulkan patologi social

seperti prostitusi, penggunaan dan perdagangan obat terlarang, ketergantungan alcohol,

dan perilaku penyimpangan lainnya.

Selain itu kesuksesan suatu daerah dalam mengembangkan pariwiata berarti juga

berhasilnya dalam menyerap uang dari kegiatan wisatawan. Hal yang tidak disadari

adalah kejahatan akan juga mengikuti dimana uang banyak dihasilkan. Kejahatan di

wilayah tujuan wisata cenderung meningkat baik kejahatan terhadap orang mauppun

property.

10. Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.

Pariwisata dapat merubah nilai, diantaranya :

- commodification, misalnya : adanya batik cetak

- standardization

- nilai otentik yang hilang

- budaya yang diadjust, justru masyarakat local yang beradaptasi ke turis.

Berkembang atau hilangnya kebudayaan local. Beberapa daerah tujuan wisata (missal

: Bali) mampu mengembangkan kebudayaan lokalnya akibat keberadaan dan interaksinya

dengan pariwisata. Hal ini misalnya berupa semakin suburnya kesenian tradisional

berupa tari, seni lukis, putang dan sebagainya. Tidak hanya kesenian, tetapi juga

mendorong munculnya grup atau kelompok masyarakat yang berkonsentrasi dalam

mengembangkan kebudayaan tradisionalnya.


Recommended