16
PK 5202 Dampak Pariwisata 1 Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN EKOWISATA DENGAN ENVIRONMENTAL IMPACT ASSESSMENT STUDI KASUS : WANA WISATA KAWAH PUTIH Putri, Veronika Joan 1 , Saspriatnadi, Morian 1 1 Arsitektur Lanskap, Institut Teknologi Bandung ABSTRAK Pariwisata berbasis alam atau yang disebut juga dengan ekowisata merupakan salah satu sektor yang berkembang dalam industri pariwisata. Ekowisata adalah perjalanan menuju daerah yang memiliki potensi alam dan terasosiasi dengan sosial kultur masyarakat di daerah tersebut. Wisatawan dapat menikmati keindahan alam, juga menikmati keindahan budaya lokal yang ada. Keindahan alam dan budaya yang ditawarkan oleh ekowisata juga menimbulkan dampak kepada lingkungan, baik dampak ekonomi, sosial, budaya, ataupun fisik, baik dampak positif ataupun negatif. Dampak fisik dapat terlihat dari perubahan ekosistem alam dan perubahan kualitas sumber daya alam yang berubah akibat adanya populasi manusia yang bertambah yang mendiami area tersebut juga aktifitas yang mereka lakukan. Beberapa perubahan fisik berdampak bagi kualitas dan intensitas air bersih, udara, dan keberagaman bioma. Tulisan ini mencoba untuk menjelaskan lebih mendalam mengenai bagaimana dampak fisik ekowisata dan analisis dampak fisiknya melalui EIA atau Environmental Impact Assessment, dengan studi kasus Ekowisata Kawah Putih. Sebagai permulaan, akan dibahas deskripsi mengenai dampak fisik pariwisata berbasis alam, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai wana wisata Kawah Putih dan bagaimana dampak fisik dari wana wisata tersebut, dan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai bagaimana analisis dampak fisik dari wana wisata Kawah Putih. Metode penulisan yang kami lakukan dimulai dengan studi literatur dilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan, pencarian deskripsi mengenai studi kasus, dan bagaimana analisis dampak fisiknya. Keywords: ekowisata, Kawah Putih, dampak fisik, analisis 1. PENDAHULUAN Peter Mason (203) dalam tulisannya yang mengutip Holden (2000) menyatakan bahwa lingkungan atau kondisi fisik merupakan salah satu faktor penting dalam pariwisata, hal ini mulai disadari pada satu dekade terakhir, dimana pariwisata sangat bergantung pada kondisi fisik dan lingkungan, baik sebagai atraksi utama pariwisata itu sendiri maupun sebagai tempat dimana aktivitas pariwisata itu terjadi. Hubungan antara lingkungan dan pariwisata

ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 1

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN EKOWISATA

DENGAN ENVIRONMENTAL IMPACT ASSESSMENT

STUDI KASUS : WANA WISATA KAWAH PUTIH

Putri, Veronika Joan1, Saspriatnadi, Morian1

1Arsitektur Lanskap, Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK

Pariwisata berbasis alam atau yang disebut juga dengan ekowisata merupakan salah satu sektor yang berkembang dalam industri pariwisata. Ekowisata adalah perjalanan menuju daerah yang memiliki potensi alam dan terasosiasi dengan sosial kultur masyarakat di daerah tersebut. Wisatawan dapat menikmati keindahan alam, juga menikmati keindahan budaya lokal yang ada. Keindahan alam dan budaya yang ditawarkan oleh ekowisata juga menimbulkan dampak kepada lingkungan, baik dampak ekonomi, sosial, budaya, ataupun fisik, baik dampak positif ataupun negatif. Dampak fisik dapat terlihat dari perubahan ekosistem alam dan perubahan kualitas sumber daya alam yang berubah akibat adanya populasi manusia yang bertambah yang mendiami area tersebut juga aktifitas yang mereka lakukan. Beberapa perubahan fisik berdampak bagi kualitas dan intensitas air bersih, udara, dan keberagaman bioma.

Tulisan ini mencoba untuk menjelaskan lebih mendalam mengenai bagaimana dampak fisik ekowisata dan analisis dampak fisiknya melalui EIA atau Environmental Impact Assessment, dengan studi kasus Ekowisata Kawah Putih. Sebagai permulaan, akan dibahas deskripsi mengenai dampak fisik pariwisata berbasis alam, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai wana wisata Kawah Putih dan bagaimana dampak fisik dari wana wisata tersebut, dan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai bagaimana analisis dampak fisik dari wana wisata Kawah Putih.

Metode penulisan yang kami lakukan dimulai dengan studi literatur dilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan, pencarian deskripsi mengenai studi kasus, dan bagaimana analisis dampak fisiknya.

Keywords: ekowisata, Kawah Putih, dampak fisik, analisis

1. PENDAHULUAN

Peter Mason (203) dalam tulisannya yang mengutip Holden (2000) menyatakan bahwa lingkungan atau kondisi fisik merupakan salah satu faktor penting dalam pariwisata, hal ini mulai disadari pada satu dekade terakhir, dimana pariwisata sangat bergantung pada kondisi fisik dan lingkungan, baik sebagai atraksi utama pariwisata itu sendiri maupun sebagai tempat dimana aktivitas pariwisata itu terjadi. Hubungan antara lingkungan dan pariwisata

Page 2: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 2

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

merupakan hubungan yang kompleks, karena keduanya salaing bergantung dan bersimbiosis.

Indonesia sebagai negara yang dianugrahi kekayaan alam yang luar biasa dengan sektor pariwisata sebagai salah satu pendapatan devisa negara tentunya perlu memperhatikan dampak dan kondisi lingkungan dimana pariwisata itu terjadi, agar kondisi alam yang ada dapat terjaga keberlanjutannya, dan menjadi daya tarik wisata yang memiliki nilai tambah tersendiri.

Perkembangan pariwisata di Indonesia memiliki dinamika yang fluktuatif dan mulai menjadi perhatian banyak kalangan terutama pemerintah dan investor dalam berbagai sektor skala. Beberapa sektor pariwisata juga berkembang seiring waktu, salah satunya adalah ekowisata., yaitu atraksi wisata yang berbasis terhadap kondisi alama dan lingkungan. Adanya ekowisata sudah tentu memberikan dampak bagi masyarakat, pemerintah serta lingkungan itu sendiri baik itu berupa dampak negatif ataupun positif.

1.1. Pengertian Pariwisata

Menurut Mathieson and Wall (1982), pariwisata adalah suatu fenomena kompleks yang melibatkan pergerakan orang ke suatu tempat diluar tempat biasa ia tinggal, dimana kegiatan yang dilakukan melibatkan berbagai pihak lain,termasuk di dalamnya kegiatan yang menggunakan fasilitas yang berhubungan dengan pariwisata.

Menurut Gartner (1996) yang dikutip oleh Sudiarta (2011), pariwisata juga dilihat dari berbagai aspek, termasuk aspek fisik atau lingkungan, dimana pariwisata adalah dimana seseorang keluar dari kebiasaannya berdasarkan keinginannya untuk memenuhi kebutuhan, namun disisi lain tidak terlepas dari akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut,terutama dampak yang dihasilkan terhadap sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan fisik.

Sedangkan menurut Leiper yang dikutip oleh Gartner (1996), pariwisata memiliki spektrum yang lebih luas,yaitu sebagai suatu sistem terbuka dari beberapa elemen utama yang berinteraksi langsung dengan alam, yaitu elemen manusia,wisatawan, wilayah yang melakukan kegiatan, rute transit, wilayah yang dituju, dan elemen industri ekonomi. Keseluruhan elemen ini diatur dalam berbagai fungsi yang berbeda yang berinteraksi secara fisik, teknologi, sosial,budaya, ekonomi,bahkan politik.

Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Sedangkan keparwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Dari berbagai pengertian pariwisata yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu kegiatan yang dilakukan ke suatu destinasi

Page 3: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 3

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

diluar kebiasannya, yang pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang kompeks yang memiliki dan melibatkan banyak aspek, antara lain aspek dinamis yaitu manusia, aspek fisik dan lingkungan yaitu kondisi geografis, dan juga aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

1.2. Pengantar mengenai Ekowisata

Secara umum, ekowisata dapat diartikan sebagai suatu bentuk pariwisata berbasis alam. Sedangkan menurut Ceballos-Lascurain, ekowisata adalah bentuk perjalanan dimana lingkungan alami adalah fokus utama. Namun, lebih dalam dari itu, menurut IUCN (sekarang menjadi World Conservation Union, 1996), ekowisata adalah suatu perjalanan dan kunjungan ke suatu area alami yang mayoritas belum terjamah, dengan tujuan untuk menikmati dan menghargai alam (dan berbagai aspek sosial yang mendampinginya) untuk mendorong kegiatan lain yaitu konservasi alam, yang memiliki dampak negatif terhadap lingkungan yang minim, dan memberikan dampak sosial-ekonomi maksimal kepada masyarakat sekitar.

Ekowisata merupakan sub-komponen dari pariwisata yang berkelanjutan. Ide ekowisata berakar dari keinginan untuk berkontribusi terhadap konservasi sumber daya alam dunia. Sebuah riset yang dimulai pada tahun 1970 di Kenya mendemonstrasikan keuntungan ekonomi yang berasal dari pariwisata di alam bebas. Pada tahun 1980-an, hutan hujan dan terumbu karang menjadi subyek baru yang menarik untuk dibuat film dokumenter. Hal ini mendorong ketertarikan untuk mengeksplorasi alam sebagai suatu bentuk pariwisata baru.

Diagram 1: Alternative Tourism

Sumber : Wearing dan Neil (2009:4)

Page 4: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 4

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

Ekowisata dan wisata berbasis alam pada umumnya banyak yang mengambil tempat pada kawasan lindung dan konservasi, area terpencil dengan keindahan alam yang eksepsional, area ekologi dan kawasan budaya. Definisi untuk kawasan lindung menurut International Union of the Conservation of Nature menyatakan bahwa kawasan lindung adalah suatu kawasan baik daratan maupun lautan yang khusus didedikasikan untuk melindungi dan menjaga keanekaragaman biologis dan kondisi natural yang berasosiasi dengan sumber daya budaya yang dikelola secara hukum. Terdapat beberapa kategori untuk hal ini, yang walaupun tujuan utamanya adalah untuk konservasi namun bisa saja memiliki fungsi khusus dalam kondisi tertentu misalnya, untuk kegiatan wisata.

Mengutip Chafe (2005, 2007) dalam tulisan Wearing dan Neil (2009) bahwa meskipun banyak konflik interpretasi mengenai ekowisata dalam industri pariwisata itu sendiri, satu hal yang menjadi sorotan adalah bahwa adanya peningkatan perhatian dan pertumbuhan secara global dalam sektor ekowisata, dimana hal ini tidak bisa dipandang hanya sebagai tren dalam berwisata, melainkan hal ini mencerminkan perubahan mendasar mengenai bagaimana manusia berinteraksi dengan alam.

Ekowisata telah menjadi sektor indistri pariwisata yang berkembang paling pesat, 3 kali lebih cepat dibandingkan keseluruhan sektor pariwisata lain. Hal ini didorong karena adanya kebutuhan untuk kembali dan merasakan alam, dmama kondisi kehidupan urban yang sibuk dan hiruk-pikuk memaksa manusia mencari alternatif rekreasi. Untuk itu diperlukan adanya kesadaran dan kesiapan dalam menghadapi tantangan ini, beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya adalah analisis dampak lingkungan dan manajemen lingkungan.

2. DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

2.1. Dampak Pariwisata Secara Umum

Dampak pariwisata menurut Prajogo (1976) adalah gejala pariwisata, dimana terjadi nya suatu benturan atau pengaruh kuat baik positif ataupun negatif yang datang, dimana sedapat mungkin pengaruh positif dilipatgandakan, dan pengaruh negatif dihindari.

Adapun dampak atau pengaruh fisik adalah termasuk di dalamnya dampak lingkungan. Dampak lingkungan melingkupi keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan ekologis dan habitat asli kawasan wisata untuk tetap dikonservasi. Dampak positifnya salah satunya adalah dengan bertambahnya biota habitat, sehingga terjadi keanekaragaman hayati di dalam area wisata tersebut. Sedangkan dampak negatifnya adalah apabila terjadi peningkatan wisatawan yang datang, lebih besar dari pada kemampuan lingkungan untuk menampung pemanfaatan tersebut atau yang biasa disebut sebagai carrying capacity, maka yang terjadi adalah tekanan yang besar terhadap alam.

Berikut ini merupakan beberapa dampak fisik umum pariwisata seperti yang tertera dalam tulisan Mason (2003), dampak positif diantaranya :

Page 5: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 5

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

pariwisata dapat merangsang pertumbuhan pengawasan dan langkah-langkah terapan untuk perlindungan lingkungan dan atau lansekap dan atau satwa liar.

pariwisata dapat membantu memperkenalkan keberadaan kawasan Taman Nasional dan wilayah konservasi.

pariwisata dapat memperkenalkan dan mempromosikan keberadaan bangunan dan atau kawasan heritage.

pariwisata dapat mendatangkan profit sebagai sumber pendanaan suatu kawasan.

Sedangkan dampak negatif yang umumnya terjadi dantaranya:

wisatawan cenderung membuang sampah / mengotori kawasan wisata.

pariwisata dapat menyebabkan kepadatan baik itu manusia maupun kendaraan.

pariwisata memiliki andil dalam pencemaran aliran air dan kawsan pantai.

pariwisata dapat menyebabkan erosi.

pariwisata dapat menyebabkan adanya pembangunan yang tidak diinginkan.

pariwisata menyebabkan gangguan dan kerusakan pada habitat hewan liar.

Kegiatan wisata yang tidak terkendali akan menyebabkan ancaman terhadapp lingkungan. Menurut UNEP (United Nations Environment Programme), dampak utama pariwisata terhadap lingkungan terbagi menjadi tiga poin besar, yaitu berkurangnya sumber daya alam, bertambahnya polusi, dan dampak terhadap ekosistem. Kegiatan pariwisata dapat menciptakan tekanan yang besar bagi sumber daya lokal, seperti energi, air, hutan,tanah, juga satwa liar. Hutan kerap mendapatkan dampak negatif dengan adanya deforestasi dan land clearing atau pembukaan lahan untuk lapangan parkir atau fasilitas bersama.

Pariwisata juga dapat menyebabkan dampak lain yaitu polusi, seperti emisi udara, kebisingan,limbah padat, limbah cair, maupun polusi visual. Emisi dari transportasi dan produksi energy akan mengakibatkan hujan asam, polusi fotokimia,dan pada tingkat global akan berdampak pada pemanasan global. Polusi bising juga dapat mengubah perilaku satwa terhadap pola aktivitas alami mereka. Hal ini secara tidak langsung merubah alam dan perilakunya.

Jika kita lihat dari paparan diatas, secara umum dampak fisik pariwisata dapat dibagi berdasarkan area of effect, yaitu, biodiversity, erosi dan kerusakan fisik, polusi, permasalahan sumber daya, dan perubahan atau kerusakan visual atau struktural.

Sebuah area wisata alam yang menarik pasti memiliki lanskap beserta ekosistem yang beragam. Namun pembangunan fasilitas pendukung pariwisata seperti pembangunan infrastruktur akan menyebabkan degradasi tanah dan mineral. Selain itu, pembangunan infrastruktur juga menghilangkan populasi habitat tertentu di area tersebut.

Page 6: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 6

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

2.2. Dampak Fisik Ekowisata

Berbeda dengan pariwisata pada umumnya yang pasti memiliki dampak yang dapat langsung terlihat dan dirasakan, ekowisata atau pariwisata berbasis alam memiliki anggapan bahwa tidak akan terdapat dampak fisik akan pembangunan ekowisata tersebut. Sejalan dengan makin maraknya ekowisata, tidak dapat dipungkiri bahwa perlahan akan terjadi dampak dari ekowisata tersebut. Tidak hanya berdampak pada dimensi ekonomi, sosial, ataupun budaya, namun juga memiliki dampak terhadap fisik. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif ataupun negatif.

Menurut Spillane (1996), dampak fisik yang dihasilkan dari pariwisata adalah polusi air dan udara, keramaian lalu lintas yang berdampak pada kondisi jalan, juga kerusakan pemandangan alam.

Ekowisata kemudian menjadi bisnis yang menjanjikan, namun juga membutuhkan tanggung jawab yang besar terkait kontrol sosial dan dampak terhadap fisik lingkungan. Untuk meminimalisasi timbulnya dampak fisik terhadap lingkungan, maka pada tahun 1991, The International Ecotourism Society bersama dengan organisasi masyarakat, sector bisnis, pemerintah, academia,dan masyarakat lokal, membuat beberapa prinsip ekowisata, diataranya adalah:

Meminimalisasi dampak negatif terhadap alam dan sosial yang dapat merusak tujuan wisata.

Mengedukasi wisatawan mengenai pentingnya konservasi alam.

Menekankan pada konservasi dan pengelolaan alam dan kawasan terlindung.

Bergantung pada infrastruktur yang yang menyatu dengan alam,meminimalisasi penggunaan fossil fuel, mengonservasi flora dan fauna endemik, dan menyatu dengan alam dan budaya.

2.3. Pengelolaan Dampak Fisik Pariwisata

Menurut literatur Tourism Management Plan (2009), pengelolaan dampak ekowisata dapat dibagi berdasarkan tipe-tipe pengendalian, seperti lingkungan alami, lingkungan binaan, sosial budaya, dan sosial ekonomi. Kemudian tipe-tipe pengendalian ini juga dibagi-bagi menurut lokasi, dimanakah lokasi titik wisata dengan karakteristik tertentu, apakah merupakan fasilitas publik atau tidak.

Sebagai contoh, pengendalian dampak fisik terkait biodiversitas hutan dan green belt, maka pengendalian dampak yang dilakukan adalah menutup area hutan secara temporer guna rehabilitasi hutan, mengedukasi wisatawan melalui program dan media interpretatif, juga mengedukasi pemegang kebijakan ekowisata seperti tour guide, penyedia jasa, dll.

Contoh lain pengelolaan dampak fisik ekowisata adalah terkait limbah buangan. Pengelolaan dampak yang dilakukan adalah melakukan pembersihan area secara berkala oleh pemerintah lokal, pemegang kebijakan ekowisata, atau masyarakat lokal. Selain itu juga mengedukasi wisatawan dan pemegang kebijakan, memisahkan limbah cair dan padat, serta yang dapat diuraikan dan

Page 7: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 7

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

yang tidak dapat terurai,kenyediakan tempat sampah, meningkatkan frekuensi pengumpulan limbah, dan menerapkan prinsip daur ulang dan program pengomposan oleh masyarakat lokal.

Di Indonesia sendiri pengelolaan dampak lingkungan hidup diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang lebih sering dikenal sebagai AMDAL merupakan salah satu aspek penting dalam pengambilan keputusan pengembangan suatu kawasan, baik itu untuk industri, pendidikan maupun pariwisata. Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL diantaranya adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosia;-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat.

Adapun tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tertera dalam pasal 3 diantaranya adalah :

melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;

menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;

menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;

menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;

menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;

mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;

mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

mengantisipasi isu lingkungan global.

3. ANALISIS DAMPAK FISIK DENGAN EIA

3.1. Environmental Assessment Impact

EIA atau Environmental Impact Assessment adalah proses menganalisa dan mengelola dampak pariwisata baik yang disengaja ataupun tidak sebagai konsekuensi dari pengembangan area wisata dari aspek lingkungan.

Sedangkan Anjaneyulu dan Manickam (2007) dalam buku Environmental Impact Assessment Methodology mengatakan EIA merupakan sebuah aktivitas untuk mengidentifikasi dan memprediksi dampak dari sebuah proyek atau kegiatan terhadap biogeophysicochemical environment serta kesehatan manusia sebagai bahan rekomendasi dan pertimbangan untuk menbuat prosedur untuk meminimalisasi dampak tersebut.

Page 8: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 8

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

EIA pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat dibawah Environmental Policy Act pada tahun 1969,dan berkembang menjadi alat indikator penguji dampak lingkungan.

Tahapan kunci dalam EIA adalah screening, alternatives, preliminary assessment, scoping, main EIA study & environmental impact statement, review and monitoring.

Peninjauan

Peninjauan awal dilakukan untuk memutuskan apakah EIA yang diperlukan dan fokus sumber daya pada proyek memiliki dampak yang signifikan, yang mana yang merupakan dampak tidak pasti dan dimana masukan pengelolaan lingkungan kemungkinan akan diperlukan.

Alternatif

Pertimbangan alternatif yang memungkinkan (permintaan, aktivitas, lokasi, proses dan desain, penjadwalan, dan masukan) harus dilakukan sebelum pilihan dibuat.

Pengujian Ulang

Ketika saat peninjauan awal selesai dilakukan dan mengusulkan perlunya dilakukan pengujian lebih lanjut, maka pengujian awal akan dilakukan. Teknik yang dilakukan pada tahapan ini adalah pengujian cepat, namun cukup detail untuk mengidentifikasi dampak utama, besarannya, signifikansinya, serta mengevaluasi kepentingannya untuk membuat keputusan.

Scoping

Apabila hasil dari ketiga tahap sebelumnya adalah diperlukannya EIA, maka tahap scoping harus dilakukan. Sebelum proses perencanaan dimulai, dilakukan sebuah proses singkat yang dilakukan oleh tim asesor untuk mengidentifikasi isu utama. Hasil dari proses ini akan menghasilkan ruang lingkup, kedalaman, dan kerangka acuan kerja untuk EIA.

Studi EIA Utama

Tahap ini adalah proses membangun dan mendalami studi awal yang telah dilakukan untuk memprediksi besar dan signifikansi dampak yang dapat terjadi. Beberapa metoda yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah checklist, kuesioner, matriks, overlay, jaringan, model, dan simulasi. Studi ini harus dilengkapi dengan pertimbangan besaran mitigasi, me-review aksi yang akan atau harus dilakukan dan meminimalisasi efek yang buruk.

Dokumen yang dihasilkan hingga tahapan ini adalah EIS atau Environmental Impact Statement. Dokumen ini melaporkan temuan-temuan yang didapatkan melalui metoda EIA dan untuk beberapa kasus kini seringkali menjadi syarat secara hukum sebelum sebuah proyek dapat berjalan.

Peninjauan Ulang

Untuk menguji ketepatan EIA untuk membuat keputusan mengenai proyek, dan mempertimbangkan implikasinya terhadap implementasi proyek.

Page 9: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 9

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

Monitoring

Monitoring adalah tahapan akhir dari implementasi dan operasi proyek. Biasanya dilengkapi dengan proses audit pada akhir penyelesaian proyek.

Diagram 2: Tahapan Umum EIA

Sumber : Pribadi (disadur dari IIED: Profiles of Tools and Tactics for Environmental Mainstreaming)

3.2. Keuntungan Menggunakan Sistem EIA

Analisis dampak lingkungan seringkali menggunakan sistem EIA dikarenakan beberapa hal, diantaranya adalah EIA berfokus pada proyek, dengan keputusan yang lebih sensitif kepada lingkungan. Selain itu, sistem ini juga mengintegrasikan aspek lingkungan dan sosial, sehingga mendorong keberlanjutan sosio-ekonomi daerah tersebut.

3.3. Beberapa Metodologi EIA

Metodologi dalam melakukan impact assessment sangat beragam mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks, dan terus berkembang sesuai dengan kebutuhannya.

Beberapa metodologi dalam melakukan impact assessment dalam pengembanagan aktivitas dan lingkungan, sebagaimana yang tertera dalam Anjaneyulu dan Manickam (2009) diantaranya adalah :

Adhoc methods

Pada dasarnya Adhoc methods mengindikasikan kemungkinan dampak lingkungan dengan mebuat daftar paramenter lingkungan. Biasanya

Page 10: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 10

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

penggunaan metodologi ini membutuhkan tim dengan spesialisasi pada bidang-bidang tertentu, area bahasan di-assess secara terpisah misalnya untuk air , udara, vegetasi, tanah, hewan, dan lainnya. Metode ini merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan dapat dilakukan tanpa pelatihan namun hasilnya biasanya tidak menyeluruh.

Checklist methods

Penggunaan metode ini pada umumnya bagus untuk mengidentifikasi dampak, terdapat beberapa cara dalam metode ini, yaitu:

Simple checklist, daftar parameter tanpa adanya guideline tentang bagaimana mengukur dan menginterpretasikannya.

Descriptive checklist, daftar parameter dengan guideline untuk mengukur dan menginterpretasikan dampak lingkungan.

Scaling checklist, adanya parameter dan guideline serta penambahan informasi dan skala parameter.

Scaling weighting checklist, memiliki kapabilias untuk mengkuantifikasi dampak

Selain dua metode diatas terdapat juga metode lain seperti; Matrices methods, Networks methods, Overlay methods, Environmental index using factor analsis, Cost / benefit analysis , Predictive or simulation methods.

3.4. Beberapa Tools untuk Menganalisis Dampak Fisik

Terdapat beberapa tools dan sistem analisis untuk EIA yang dibuat oleh berbagai lembaga internasional, tools ini dapat digunakan sesuai dengan lingkup proyek yang akan di assess, beberapa diantaranya adalah USAID, UNEP dengan IEA (Integrated Environment Assesment) dan GEO (Global Environment Outlook), IAIA (International Association for Impact Assessment), ESS (Environmental Software and Sevices).

Sebagai contoh, USAID dalam EIA toolsnya untuk Encapafrica memaparkan proses EIA dalam dua fase, fase pertama merupakan fase awal (initial inquiries) dimana dalam fase ini yang perlu dilakukan adalah pemahaman yang meliputi understanding proposed activities, screening, conducting preliminary assesment, sedangkan fase kedua adalah full EIA study, fase ini hanya dilakukan apabila dianggap perlu yaitu ketika initial inquiries tidak mencukupi, fase ini meliputi scoping, baseline situation evaluation, identifiying alternatives, identifiying potential impact, mitigation & monitoring, communication & documentation. USAID juga menegaskan bahwa dalam melakukan EIA penting untuk fokus pada permasalahan dampak yang paling signifikan.

Berbeda dengan USAID yang lebih bersifat project-based, metoda atau tools yang dikembangkan oleh UNEP dengan IEA (Integrated Environmental Assesment), dimana IEA merupakan pendekatan terstruktur yang menyatukan antara pengetahuan dan aksi, yang ditujukan untuk tantangan yang lebih kompleks.

Page 11: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 11

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

Metoda ini memiliki 5 poin penting, yaitu :

Menghubungkan antara keadaan lingkungan dengan analisis umum dan analisis kebijakan.

Inkorporasi perspektif global dan regional.

Perspektif sejarah dan masa depan.

Mencakup isu dan kebijakan yang lebih luas.

Integrasi antara perubahan lingkungan dengan keberadaan manusia.

Selain dengan IEA framework, UNEP juga mengembangkan GEO (Global Environment Outlook) dengan tujuan untuk menyediakan tools dan akses kepada para pengambil keputusan tentang pengetahuan scientifik, memfasilitasi interaksi antara kebijakan dan keilmuan, dan membangun hubungan yang seimbang antara karakter geografis dan gender untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan lingkungan.

4. STUDI KASUS: WANA WISATA KAWAH PUTIH

Wana wisata Kawah Putih merupakan salah satu objek wisata yang berada di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Area wisata ini mulai dikembangkan tahun 1992 dan dikelola oleh KPH Bandung Selatan. Kemudian pada tahun 2006, dikelola oleh Perum Perhutani Unit III. Wana wisata Kawah Putih memiliki fitur alam yang beragam dan berpeluang untuk menjadi area destinasi ekowisata yang baik.

4.1. Lokasi dan Batas Wilayah

Wana Wisata Kawah Putih terletak di Kecamatan Ranca Bali, Desa Alam Endah, Ciwidey, Kabupaten Bandung. Kawasan ini termasuk dalam kawasan Gunung Patuha, terletak di koordinat 7.15o S dan 107.37o E. area wisata ini memiliki lahan pemanfaatan seluas 25 Ha, terletak di ketinggian 2434 m dpl, dengan konfigurasi lapangan yang umumnya landai hingga berbukit. Suhu udara minimalnya adalah 8 derajat Celcius, sementara suhu udara maksimalnya adalah 22 derajat Celcius. Kelembabannya 90% dengan curah hujan tahunan rata-rata 3743-4043 mm/tahun.

Lokasi ini pertama kali ditemukan oleh Dr Franz Wilhelm Junghuhn (1809 – 1864) yang merupakan seorang botanis asal Jerman. Pada masa penjajahan Belanda dibangun tambang belerang di kawasan ini yang beroperasi hingga pendudukan Jepang, terowongan bekas pertambangan belerang ini masih ada hingga saat ini.

Page 12: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 12

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

Gambar 3: Peta Udara Ekowisata Kawah Putih

Sumber: https://www.google.com/maps/

4.2. Fitur Bentang Alam

Wana Wisata Kawah Putih memiliki berbagai fitur bentang alam yang mampu menjadi potensi ekowisata, yaitu beberapa jenis flora dan fauna endemik, terlebih lagi dengan kawah belerangnya sendiri yang memiliki karakter. Beberapa flora endemik yang dapat ditemukan disana adalah Cantigi, Lemo, Vaccinium,dan Edelweis, Saliara, Kirinyuh, Puspa. Sementara fauna endemiknya adalah surili, babi hutan, sanca, burung hantu dan macan kumbang.

Gambar 2: Kawah Putih

Sumber: https://www.alampriangan.wordpress.com/

Page 13: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 13

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

4.3. Ekowisata Kawah Putih

Wana Wisata Kawah Putih yang memiliki daya tarik alam memiliki berbagai area zonasi rekreasi yang sudah ditetapkan oleh KBM AEJ Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Area zonasi tersebut kemudian dibagi berdasarkan 8 paket wisata.

Wana wisata ini merupakan wisata harian yang memiliki pemandangan alam berupa hutan alam dan kawah gunung berapi. Wisata harian yang biasa dilakukan adalah lintas alam, mendaki gunung, dan kawah putih. Alam pemandangan sikitar kawah putih cukup indah dengan air danau berwarna putih kehijauan yang sangat kontras dengan batu kapur puih yang mengitari area tersebut, disisi utara danau berdiri tebing kapur yang ditumbuhi lumut dan beberapa tumbuhan lain.

Pengembangan kawasan ini sebagai kawasan ekowisata dimulai sejak tahun 1991 oleh Perum Perhutani, sejak itu kawasan ini terus berkembang dengan melakukan renovasi dan penambahan infrastruktur dan fasilitas penunjang wisata seperti jalur trek, area parkir, dan fasilitas lainnya.

5. DAMPAK EKOWISATA KAWAH PUTIH

Objek wisata kawah putih yang sudah sejak lama dikembangkan dengan mengangkat tema ekowisata, kawasan yang menjual keindahan dan potensi alamnya sebagai atraksi utama ini tentunya membawa dampak di berbagai aspek, sosial, ekonomi, dan fisik.

5.1. Dampak Fisik Ekowisata Kawah Putih

Jika ditinjau secara kasat mata, dampak fisik lingkungan kawasan kawah putih tidak begitu terlihat, dampak yang umum terjadi adalah masalah sampah dimana para wisatawan masih belum memiliki kesadaran akan potensi dampak sampah terhadap lingkungan, selain itu juga masalah perkesaan dan bangunan penunjang, dengan membangun perkerasan tentunya akan mengurangi/merusak natural beauty yang ada di kawah putih, penyediaan fasilitas penunjang juga menyebabkan berkurangnya area hutan atau area hijau, juga adanya area yang menjadi over-populated dengan keberadaan manusia, hal ini tentunya akan berimbas pada keseimbangan ekologi, baik biotik maupun abiotik

5.2. Pengelolaan Dampak Fisik

Sebagai upaya pengelolaan dampak lingkungan yang terjadi di kawasan wana wisata kawah putih, Perum Perhutani perlu melakukan sistem terintegrasi terkait masalah lingkungan, penyediaan infrastruktur saja tentunya tidak cukup, perlu adanya evaluasi, pengedalian jumlah wisatawan, pengendalian musim wisata dan lainnya agar keindahan dan keaslian kawasan dapat terjaga.

Perum Perhutani juga telah mengajak masyarakat sebagai mitra dalam menjaga keberlangsungan kawasan, terutama yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)

Page 14: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 14

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

5.3. Analisis Dampak Fisik dengan Sistem EIA

Analisis menyeluruh dampak fisik kawasan kawah putih dengan menggunakan salah satu metode EIA dan EIA tools akan sulit dilakukan karena membutuhkan data primer dan pengamatan lapangan. Sehingga pendekatan yang bisa dilakukan dalam waktu singkat adalah dengan mengidentifikasi parameter dampak lingkungan berdasarkan aspek perubahan fisik yang dikaitkan dengan dampak positif dan negatifnya.

Dengan pendekatan ini diperoleh potensi dampak lingkugan kawasan wana wisata Kawah Putih sebagai berikut :

Tabel 1: Dampak Fisik Kawah Putih

Area Dampak Negatif Dampak Positif

Biodiversitas tergganggunya keseimbangan ekologis

perusakan tanaman oleh wisatawan

rusak atau hilangnya habitat hewan asli

sadar akan adanya potensi dan keindahan alam

sadar akan adanya area konservasi sebagai potensi wisata

menyadarkan masyarakat untuk merawat alam

Erosi dan Kerusakan Fisik kerusakan pada tanah, footpath erosion

pembangunan fasilitas dan infrastruktur yang berlebihan dan tidak terkontrol

kepadatan wisatawan

pendapatan wisata dapat digunakan untuk merestorasi tanah atau meningkatkan kualitasnya

pembangunan infrastruktur menandakan adanya tourist demand

Polusi polusi udara dan suara dengan adanya area parkir yang dekat dengan area wisata alam

polusi tanah dan air karena membuang sampah sembarangan,

menginisiasi program “bebersih/beberes” dengan mengajak wisatawan

Sumber Daya Sumber daya untuk mengelola infrastruktur seperti listrik dan air bersih (contoh; toilet)

mengambil air tanah sumber bahan baku

bangunan non-lokal

Dorongan untuk mencari solusi dan alternatif sumber daya / energi

Page 15: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 15

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

Perubahan Visual dan Struktural

perubahan peruntukan lahan

ekspansi bangunan penunjang

adanya elemen lanskap non-natural

pemanfaatan lahan untuk pendapatan

Sumber: Pribadi

6. KESIMPULAN

Pengembangan kawasan dan aktivitas wisata sebagai salah satu sumber devisa

negara dan sarana rekreasi tentunya akan membawa dampak di berbagai sisi,

dampak ekonomi, sosial, maupun dampak lingkungan baik itu berupa dampak

positif maupun dampak negatif. Dengan adanya kebutuhan dan permintaan

yang semakin meningkat akan keberadaan kawasan wisata dalam hal ini

khusus kawasan ekowisata tentunya diperlukan kesadaran dan pemahaman

oleh para stakeholders akan pentingnya dampak pariwisata terhadap

lingkungan , sehingga perencanaan dan pengendalian pariwisata terintegrasi

menjadi penting untuk dilakukan.

Sadar akan pentingnya isu lingkungan dan perlunya menjaga kondisi ekologis

dan biodiversitas maka diperlukan metoda dan tools untuk dapat menilai

suatu proyek atau pengembangan kawasan terkait denga potensi dampaknya

terhadap lingkungan tersebut, salah satunya adalah dengan menggunakan EIA,

yaitu Environmental Impact assesment, dengan adanya pengembangan metode

ini diharapkan memudahkan para policy-maker dalam pengambilan keputusan,

demi mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan.

REFERENSI

Buku dan Jurnal

Buckley, Ralf. (2004). Environmental Impacts of Ecotourism. Oxfordshire: CABI Publishing.

Christ, Costas., Hillel, Oliver., Matur, Seleni., & Sweeting, Jamie. (2003). Tourism and Biodiversity: Mapping Tourism’s Global Footprint. Washington: Conservation International.

Anjaneyulu, Y. Manickam, Valli. (2007). Environmental Impact Assesment Methodology. BS Publications.

Glasson, John., Therivel, Riki., & Chadwick, Andrew. (2012). Introduction to Environmental Impact Assessment. Oxon: Routledge.

Page 16: ANALISIS DAMPAK FISIK PARIWISATA DAN · PDF filedilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang kami lakukan mencakup bagaimana dampak pariwisata terhadap fisik lingkungan,

PK 5202 Dampak Pariwisata 16

Veronika Joan Putri, Morian Saspriatnadi

King, Peter., Basiuk, Robert., Chan, Bou Serey., & Yam, Dararath. (2009). Strategic Environmental Assessment of the Tourism Sector in Cambodia. Thailand: Asian Development Bank.

Mason, Peter. (2003). Tourism Impact, Planning, and Management. Oxford: Butterworth-Heinemann.

Nepal, Sanjay K. Mountain Ecotourism: Global Perspective on Challenges and Opportunities. Canada: University of Northern British Columbia (UNBC).

Sudiarta. (2011). Dampak Fisik dan Dampak Ekonomi terhadap Pengembangan Pariwisata Pulau Serangan. Sebagai Tugas Mata Kuliah Perencanaan Pariwisata Studi S2 Kajian Pariwisata, Universitas Udayana.

Wood, Megan Epler. (2002). Ecotourism: Principles, Practices and Policies for Sustainability. France: United Nation Publication.

WTO. (2009). Tourism Management Plan. UNWTO.

Environmental Impact Assessment (EIA). London: International Institute for Environment and Development.

Kebijakan

Undang-undang Repubik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

Undang-undang Repubik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Laman

Ansiar, Heri. (2012). Tugas Akhir Universitas Komputer Indonesia. (Diakses dari e ib i i / h i pada 10 Maret 2014).

http://perencanaankota.blogspot.com/2012/01/dampak-pembangunan-pariwisata-hasil.html. Diakses pada 2 Maret 2014.

http://www.westjavaecotourism.com/tour-packages. Diakses pada 10 Maret 2014.