95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan Turi, Sleman) Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta DISUSUN OLEH : BENEDICTUS SATRIO KURNIADI NIM. F 0107035 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP

COMMUNITY BASED TOURISM (CBT)

(Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan Turi, Sleman)

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat untuk Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

DISUSUN OLEH :

BENEDICTUS SATRIO KURNIADI

NIM. F 0107035

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

“Apa pun yang kau lakukan, lakukan yang terbaik agar tak ada

penyesalan di esok hari”

“Bekerjalah untuk membantu kelangsungan hidup orang lain, bukan untuk

mencari keuntungan pribadi”

“Don’t follow me, follow Jesus”

“Don’t be your self, be like Jesus”

Page 5: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan berkat dan petunjuk-Nya.

2. Keluarga, khususnya Dian dan Steven.

3. Almamater, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas maret Surakarta.

4. Komunitas Desa Wisata Garongan.

Page 6: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat

karunia dan rahmat-Nya yang melimpah maka penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI

PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus

Desa Wisata Garongan Di Kecamatan Turi, Sleman)”

Latar belakang penulisan dengan tema CBT ini karena CBT merupakan

konsep yang diharapkan mampu mengatasi dampak negatif industri, seperti

kemiskinan akibat kesenjangan pendapatan dan kerusakan alam. Seperti yang

diungkapkan oleh Rest bahwa dampak konsep CBT meliputi aspek sosial, budaya,

lingkungan, politik dan aspek ekonomi. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui

lebih dalam konsep CBT melalui studi kasus di Desa Wisata Garongan dan

kemudian merumuskan tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi,

memetakan dan menganalisis manfaat ekonomi yang tercipta dari penerapan

konsep CBT pada Desa Wisata Garongan, untuk mengetahui apakah ada

perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya Desa Wisata

Garongan dan untuk mengetahui kelemahan atau keterbatasan dari konsep CBT

yang diterapkan pada pengembangan wisata di Desa Wisata Garongan. Selain itu

tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat dalam rangka

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam proses pengerjaan skripsi ini tidak

terlepas dari bimbingan, bantuan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena

Page 7: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

itu dengan segala kerendahan hari dan rasa bangga, penulis mengucapkan terima

kasih banyak kepada semua pihak baik perorangan maupun instansi yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih secara khusus

penulis ucapkan kepada :

1. Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si, selaku dosen pembimbing skirpsi

yang telah sabar, telaten dan tak henti-hentinya membimbing, memotivasi,

mempertajam pola pikir dan meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam

penyusunan ide dan penulisan skripsi ini.

2. Drs. Supriyono, MEP selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan di

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Izza Mafruhah, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan sekaligus dosen pembimbing akademik (PA) yang telah

membantu dan membimbing penulis selama kuliah di Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Teman-temanku EP 2007. Thanks to Kunto, Galih, Andry, Faisal, Wahyu,

Thithut, Ari, Rendi, Johan, Febri, Desta, Eliza, Fina dan semua temen satu

angkatan yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih

untuk semua kenangan dan persahabatan kita selama ini.

5. Kakak tingkat dan adik tingkat HMJ EP UNS yang tidak mungkin

disebutkan satu-persatu.

6. Keluarga besar Bambang Sumargo dan keluarga besar Sumanto, terima

kasih atas segala doa dan dukungan kalian, special thanks to Dian dan

Steven.

Page 8: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas

segala dukungan dan bantuan dalam bentuk apa pun sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis mengharap agar semua pihak yang peduli dengan topik penelitian

ini memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat

menyempurnakan kuaitas tulisan ini. Akhir kata besar harapan penulis agar skripsi

ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, September 2011

Penulis

Page 9: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

HALAMAN MOTTO .................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

ABSTRAKSI ................................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Pariwisata ........................................................... 9

1. Definsi Pariwiasata ...................................................................... 9

2. Karakteristik Kepariwisataan ...................................................... 11

3. Kajian Ekonomi-Kepariwisataan ................................................ 12

4. Dampak Pembangunan Kepariwisataan ................................... 15

B. Pariwisata Minat Khusus ................................................................. 18

C. Desa Wisata ..................................................................................... 22

D. Community Based Tourism (CBT)................................................... 23

Page 10: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

1. Konsep Community Based Tourism (CBT) ................................ 23

2. Definisi CBT ................................................................................ 25

3. Prinsip CBT ................................................................................. 26

4. Perbedaan Konsep CBT dengan Konsep Wisata Lainnya ..... 28

E. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 29

F. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Riset ..................................................................................... 33

B. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 34

C. Teknik Pengumpulan ………………………………………........ 34

1. Studi Dokumen ............................................................................ 34

2. Wawancara ................................................................................... 35

D. Lokasi Penelitian ............................................................................. 36

E. Teknik Analisis Data......................................................................... 36

1. Analisis Model Interaktif ............................................................. 36

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah Desa Garongan .................................................. 37

1. Aspek Geografis........................................................................... 37

2. Aspek Sosial................................................................................. 38

B. Perkembangan Pariwisata di Desa Garongan ............................... 40

1. Sejarah Terbentuknya Desa Wisata Garongan ........................ 40

2. Daya Dukung Masyarakat............................................................ 41

3. Komponen Penawaran Desa Wisata Garongan ......................... 43

4. Perkembangan Kunjungan Wisata ............................................... 53

C. Dampak Kepariwisataan di desa Wisata Garongan ........................ 58

1. Manfaat Ekonomi Pariwisata ....................................................... 58

a. Timbulnya Tambahan Pendapatan Masyarakat Lokal Dari

Sektor pariwisata ....................................................................

60

b. Terciptanya Lapangan Pekerjaan di Sektor Pariwisata ..... 62

Page 11: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

c. Adanya Dana Untuk Pengembangan Komunitas ............... 66

D. Keterbatasan Konsep CBT di Desa Wisata Garongan …………. 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 76

B. Saran ................................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 79

LAMPIRAN .................................................................................................

Page 12: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Klasifikasi Pariwisata Minat Khusus …………….……….. 21

Tabel II.2 Perbedaan Konsep CBT …………………………………… 28

Tabel IV.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ………... 39

Tabel IV.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Struktur Pendidikan …… 39

Tabel IV.3 Aksebilitas Menuju Desa Wisata Garongan ………………. 49

Tabel IV.4 Kegiatan Wisata di Desa Wisata Garongan ……………….. 53

Tabel IV.5 Daftar Pengunjung Desa Wisata Garongan ………………... 54

Tabel IV.6 Daftar Kunjungan Menginap ……………………………… 56

Tabel IV.7 Daftar Kunjungan Tidak Menginap ……………………….. 57

Tabel IV.8 Kategori Pengunjung Desa Wisata Garongan …………… 58

Tabel IV.9 Daftar kelompok Paket dan Rincian Pengeluaran …………. 61

Tabel IV.10 Daftar Kelompok Item Pengeluaran Lain-lain …………….. 62

Tabel IV.11 Distribusi Value Added ......................................................... 64

Tabel IV.12 Persentase Value Added ........................................................ 65

Tabel IV.13 Rekapitulasi Pengeluaran Total Live-in SMAK St. Louis

Surabaya ................................................................................ 67

Tabel IV.14 Peringkat Pengeluaran Paket ................................................. 68

Tabel IV.15 Persebaran Distribusi Pendapatan ......................................... 70

Tabel IV.16 Presentase Distribusi Pengeluaran ........................................ 71

Page 13: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 Komponen Perencanaan Wisata .......................................... 13

Gambar II.2 Kerangka Pemikiran .............................................................. 32

Gambar IV.1 Sapta Pesona .......................................................................... 42

Gambar IV.2 Kuliner Pedesaan ................................................................... 46

Gambar IV.3 Sign Road Menuju Desa Wisata Garongan ........................ 49

Gambar IV.4 Grafik Perkembangan Kunjungan dan Transaksi

di Desa Wisata Garongan Per Tahun ................................... 55

Gambar IV.5 Aspek Utama Pengembangan CBT ..................................... 59

Gambar IV.6 Distribusi Pengeluaran paket Desa Wisata Garongan ........ 69

Page 14: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rincian Pengeluaran Live-in SMAK St. Louis Surabaya .... 82

Lampiran 2 Dokumentasi Foto-Foto ........................................................ 84

Lampiran 3 Transkip Wawancara Dengan Kepala Desa Wisata

Garongan ............................................................................... 89

Lampiran 4 Transkip Wawancara Dengan Dukuh Pojok ...................... 92

Page 15: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Page 16: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAKSI

DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT)

(Studi Kasis Desa Wisata Garongan di Kecamatan Turi, Sleman)

BENEDICTUS SATRIO KURNIADI NIM. F 0107035

Community Based Tourism (CBT) atau pariwisata berbasis masyarakat

merupakan sebuah konsep wisata dimana masyarakat atau warga setempat sebagai produsen pariwisata memainkan peranan penting dan menjadi pelaku utama dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi dan memberi manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Rest bahwa dampak konsep CBT meliputi aspek sosial, budaya, lingkungan, politik dan aspek ekonomi yang menjadi fokus utama penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi, memetakan dan menganalisis manfaat ekonomi yang tercipta dari penerapan konsep CBT pada Desa Wisata Garongan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya Desa Wisata Garongan dan untuk mengetahui kelemahan atau keterbatasan dari konsep CBT yang diterapkan pada pengembangan wisata di Desa Wisata Garongan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen dan wawancara baik data kualitatif maupun kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis secara tabulasi dan statistik deskriptif, sedangkan data kualitatif dianalisa secara deskriptif studi kasus yaitu dengan mendiskripsikan, kemudian memberikan penafsiran- penafsiran dengan interpretasi rasional yang memadai terhadap fakta-fakta yang diperoleh di lapangan. Untuk menghindari keraguan pada hasil data, maka dilakukan triangulasi yaitu cross check data dari berbagai sumber terkait.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (i) Penerapan konsep pariwisata berbasis masyarakat (CBT) yang diterapkan di Desa Wisata Garongan secara umum memberikan manfaat ekonomi. (ii) Dana yang terdistribusikan ke komunitas atau masyarakat Desa Wisata Garongan sebesar 94,56% dari total pengeluaran yang terjadi atau sekitar Rp 22.048.500,00 dengan share terbesar ada pada paket akomodasi sebesar Rp 18.773.500,00 atau sekitar 80,52% dari total pengeluaran. Kebocoran distribusi dana ke luar komunitas adalah sebesar Rp 1.266.410,00 atau sekitar 5,44% dari total pengeluaran. Kebocoran terjadi dalam bentuk pengeluaran lain-lain. (iii) Total pengeluaran yang terpakai adalah sebesar Rp 23.314.910,00 atau sebesar 88,17% dari total pemasukan yang sebesar Rp 26.444.500,00. (iv) Secara keseluruhan, sebesar 66,67% dari total item transaksi dapat menciptakan value added, atau sebanyak 19 pos item dari 30 pos item yang ada dapat menciptakan nilai tambah. (v) Adanya dana pengembangan yang masuk ke komunitas dari adanya kegiatan wisata di Desa Wisata Garongan. (vi) Ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya Desa Wisata Garongan. (vii) Keterbatasan penerapan konsep CBT di Desa Wisata Garongan antara lain lemahnya manajemen desa wisata, kinerja pengurus kurang maksimal, kurang pengalaman, kurang kompak, masih adanya gap untuk berbaur antara usia tua/muda dan latar belakang pendidikan, masalah pemasaran dan pengembangan obyek, lemahnya bargaining power, dan terjadinya kebocoran ekonomi atau leakage.

Kata Kunci :Pariwisata Berbasis Masyarakat, Dampak Ekonomi Pariwisata, Desa Wisata

Page 17: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

TOURISM ECONOMIC IMPACT FROM IMPLEMENTING COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) CONCEPT

(Case Study at Garongan Tourism Village in Turi Subdistrict, Sleman)

BENEDICTUS SATRIO KURNIADI NIM. F 0107035

Community Based Tourism (CBT) is a tourism concept where local

communities as producers of tourism plays an important role and become the main actors in the decisions that affect and make a benefit for their lives and their environment. Rest said that the impact of the concept of CBT include social, cultural, environmental, political and economic aspects are the main focus of research. The purpose of this study was to identify, mapping and analyze the economic benefits created by the application of the concept of CBT on Garongan Tourism Village, to find out whether there are differences in people's income before and after the born of Garongan Tourism Village and to know the weaknesses or limitations of the concept of CBT as applied to development Tourism attractions in the village of Garongan.

The type of this research is descriptive qualitative . Methods of data collection is done by means of document studies and interviews both qualitative and quantitative data. Quantitative data were analyzed by tabulation and descriptive statistics, while qualitative data were analyzed in a descriptive case study is to describe, then give interpretations with adequate rational interpretation of the facts obtained in the field. For the avoidance of doubt on the results of the data, triangulation is then performed cross-checks data from multiple sources related.

The results of this study indicate that: (i) Application of the concept of community-based tourism (CBT) which is applied at the Garongan Tourism Village in general provide economic benefits. (ii) The funds are distributed to the community or society Garongan Tourism Village for 94.56% of the total expenditure incurred, or about Rp 22,048,500.00 with the largest share of accommodations exist in the package of Rp 18,773,500.00, or approximately 80.52 % of total expenditures. Leakage distribution of funds to the outside community is Rp 1,266,410.00, or approximately 5.44% of total expenditures. Leakage occurs in the form of miscellaneous expenditures. (iii) Total expenditures in use was Rp 23,314,910.00 or 88.17% of the total income of Rp 26,444,500.00. (iv) On the whole, amounting to 66.67% of the total items of transactions can create value added, or a total of 19 post items of the 30 post items that are able to create added value. (v) The funds flow into the community development from the tourism activities in the Garongan Tourism Village. (vi) There is a difference in people's income before and after the born of Garongan Tourism Village. (vii) The limited application of the concept of CBT in Garongan Tourism Village, among others, the weakness of rural tourism management, the board's performance less than the maximum, less experience, less compact, is still a gap to blend between the age old / young and educational background, marketing problems and development of the object, weak bargaining power, and economic leakage.

Keyword : Community Based Tourism, Tourism Economic Impact, Tourism Village.

Page 18: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri pariwisata merupakan sebuah industri yang multidimensional dan

saling berkaitan dengan industri lain yang menjadi industri pendukung pariwisata.

Masyarakat awam biasanya hanya mengenal komponen atau industri pendukung

pariwisata tersebut, seperti industri perhotelan, transportasi, hiburan, restoran dan

industri lain yang berhubungan langsung maupun tidak langsung, sehingga

masing- masing industri sering tidak bertindak sama sebagai suatu kelompok

terintegrasi dan saling mendukung. Seperti definisi pariwisata sendiri yaitu suatu

susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta, yang terkait dalam

pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan untuk memenuhi

kebutuhan dari orang yang sedang bepergian ( pelancong, musafir) (Hadinoto,

1996:11)

Pariwisata meliputi sektor swasta dan sektor pemerintah, dimana pada

dasarnya swasta mengurus sarana sedangkan pemerintah prasarana. Sektor swasta,

dalam hal ini masyarakat umum , individu, organisasi, maupun komunitas yang

memiliki usaha yang mendukung industri pariwisata. Melalui Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah mengharapkan

agar daerah-daerah baik tingkat kabupaten maupun provinsi untuk mengangkat

Page 19: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dan mendayagunakan potensi yang ada di wilayahnya untuk dijadikan sumber

pendapatan asli daerah (PAD) termasuk dalam sektor pariwisata.

Namun pada pelaksanaannya, pelaku industri pariwisata baik konsumen

maupun produsen sering tidak memperhatikan kelestarian lingkungan, sehingga

terjadi kerusakan keragaman hayati baik tumbuhan maupun binatang dan

pencemaran lingkungan akibat pembuangan sampah sembarangan, belum lagi

pembuangan limbah dari industri pendukung pariwisata. Dampak negatif

industrialisasi yang merusak lingkungan telah menjadi perhatian banyak pihak,

sehingga para praktisi termasuk pemerintah mencari jalan keluar untuk mengatasi

dampak negatif tersebut, khususnya dalam industri pariwisata melalui konsep

Ecotourism atau ekowisata.. Simposium Ekowisata di Bogor pada 16-17 Januari

1996, mengeluarkan rumusan mengenai ekowisata, yakni sebagai

penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami

dan/atau daerah-daerah yang dibuat dengan kaidah alam, yang mendukung

berbagai upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat setempat. Rumusan tersebut sebenarnya berakar dari

pengertian ecotourism dari The Ecotourism Society yang berbunyi :

“Ecotourism is apurposeful travel to natural areas to understand the culture and natural history of environment, taking care not to alter the integrity of the ecoystem, while producing economic opportunities that make the conservation of natural resources benefecial to local people.” (http://staff.ui.ac.id/internal/132058059/publikasi/ekowisatamuaragembong1.doc, 14/03/2011, 19:15)

Community Based Tourism (CBT) atau pariwisata berbasis masyarakat

yang merupakan kelanjutan dari konsep ekowisata dimana masyarakat atau warga

setempat sebagai produsen pariwisata memainkan peranan penting dan menjadi

Page 20: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pelaku utama dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi dan memberi

manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan mereka. Dalam mencapai tujuan

pemberdayaan masyarakat, berbagai upaya dapat dilakukan melalui berbagai

macam strategi. Salah satunya adalah pengembangan pariwisata berbasis

masyarakat yang secara konseptual memiliki ciri-ciri unik serta sejumlah karakter

sebagai berikut:

1. Pariwisata berbasis masyarakat menemukan rasionalitasnya dalam properti

dan ciri-ciri unik dan karakter yang lebih unik diorganisasi dalam skala yang

kecil, jenis pariwisata ini pada dasarnya merupakan, secara ekologis aman,

dan tidak banyak menimbulkan dampak negatif seperti yang dihasilkan oleh

jenis pariwisata konvensional

2. Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu

mengembangkan obyek-obyek dan atraksi-atraksi wisata berskala kecil dan

oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas-komunitas dan pengusaha-

pengusaha lokal.

3. Berkaitan sangat erat dan sebagai konsekuensi dari keduanya lebih dari

pariwisata konvensional, dimana komunitas lokal melibatkan diri dalam

menikmati keuntungan perkembangan pariwisata, dan oleh karena itu lebih

memberdayakan masyarakat. (Nasikun, 2000 dalam file.upi.edu/ai.php)

Konsep CBT diharapkan mampu mengatasi dampak negatif industri,

seperti kemiskinan akibat kesenjangan pendapatan dan kerusakan alam, Seperti

yang diungkapkan oleh Agnes Kiss dalam jurnalnya sebagai berikut :

Page 21: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

“Community-based ecotourism (CBET) has become a popular tool for biodiversity conservation, based on the principle that biodiversity must pay for itself by generating economic benefits, particularly for local people. There are many examples of projects that produce revenues for local communities and improve local attitudes towards conservation, but the contribution of CBET to conservation and local economic development is limited by factors such as the small areas and few people involved, limited earnings, weak linkages between biodiversity gains and commercial success, and the competitive and specialized nature of the tourism industry.”(http://www.ibcperu.org/doc/isis/8351.pdf )

Desa Wisata Garongan yang terletak di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi,

Kabupaten Sleman, DIY, merupakan salah satu desa wisata yang menerapkan

konsep CBT, dengan keunikan dibanding daerah tujuan wisata ataupun desa

wisata lain, yaitu seluruh warganya ikut berperan aktif dalam menjalankan desa

wisata, seperti untuk paket home stay, wisatawan bisa menempati seluruh rumah

warga yang berjumlah + 134 rumah atau bisa menampung +300pengunjung.

Jumlah penduduk di Desa Wisata Garongan menurut data terakhir Tahun 2011

total sebanyak 1.238 jiwa yang terdiri dari 342 KK dengan jumlah keluarga

miskin sebanyak 63 KK atau sebesar 18,42% dari jumlah penduduk di Desa

Wisata Garongan. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin terdiri dari laki-laki

sebanyak 627 jiwa atau sekitar 50,65% dari total penduduk, dan perempuan

sebanyak 611 jiwa atau sekitar 49,35% dari total penduduk. Jumlah penduduk

usia produktif atau yang berusia antara 15-60 tahun sebanyak 968 jiwa atau

sekitar 78,19% dari total jumlah penduduk di Desa Wisata Garongan.

Berdasarkan data monografi, dari total penduduk Desa Wisata Garongan

yang bekerja yaitu sebanyak 706 jiwa, mayoritas mata pencaharian penduduk

Desa Wisata Garongan adalah di bidang pertanian yaitu sebanyak 465 jiwa atau

Page 22: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

sebesar 65,87% yang terdiri dari petani sebanyak 413 jiwa dan buruh tani

sebanyak 52 jiwa. Mata pencaharian yang kedua yaitu pegawai swasta sebanyak

100 jiwa atau sebesar 14,16%, pegawai negeri atau PNS sebanyak 53 jiwa atau

sebesar 7,5% , pedagang 37 jiwa atau sebesar 5,24% dan sisanya bekerja di

bidang industri rumah tangga dan lain-lain sebanyak 51 jiwa atau sebesar 7,22%.

Dari tiga kategori desa wisata yaitu : desa wisata tumbuh, berkembang,

dan mandiri, Desa Wisata Garongan termasuk kategori desa wisata tumbuh yang

merupakan desa wisata pertanian berprestasi, hal tersebut dibuktikan dengan

menjadi juara 2 dalam festival desa wisata tahun 2010 yang diselenggarakan oleh

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman bekerjasama dengan Forum

Komunikasi Desa Wisata Kabupaten sleman (http://ekowisataku.blogspot.com,

30/03/2011, 20.30).

Karena desa ini termasuk desa wisata golongan paling rendah atau tahap

tumbuh, maka masih terdapat permasalahan di Desa Wisata Garongan, yaitu : (1)

konsep pariwisata berbasis masyarakat atau CBT belum dirasakan dampaknya

oleh masyarakat desa, (2) Masih terdapat berbagai kendala dan kekurangan dalam

pelaksanaan konsep CBT . Hal tersebut diakibatkan oleh pengelolaan atau

manajemen desa wisata yang belum maksimal karena masih dijadikan pekerjaan

sambilan sehingga belum menjadi fokus utama. Selain itu, lahan yang digunakan

untuk kegiatan wisata seperti outbond dan camping ground masih pinjaman dari

tanah kas Desa Wonokerto, sehingga masih kegiatan wisata yang ada belum

bermanfaat secara optimal kepada komunitas atau masyarakat karena masih

terjadi kebocoran ekonomi atau leakage. Potensi Desa Wisata Garongan yang

Page 23: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

dapat dioptimalkan untuk daya tarik wisata antara lain : wisata persawahan,

perikanan,outbond, masakan tradisional,home industry, camping ground,home

stay,kesenian,tracking sungai,wisata alam pedesaan, wisata menangkap ikan,

danperkebunan salak.

Kecamatan Turi sendiri memiliki + 11 desa wisata, diantaranya : Desa

Wisata Garongan, Desa Wisata Kampoeng Sedjarah Kélor, Desa Wisata Dukuh,

Desa Wisata Gabugan, Kembangarum, Desa Wisata Nganggring, Desa Wisata

Tunggularum, dan beberapa desa wisata lain yang sedang bertumbuh.

Alasan penulis memilih Desa Wisata Garongan (1) Dekat dengan tempat

tinggal penulis, sehingga diharapkan bisa membantu menganalisis permasalahan

dan mengembangkan potensi yang ada melalui saran, (2) Desa wisata ini memiliki

kelebihan dibanding desa wisata lain di kecamatan Turi yaitu seluruh warganya

turut berperan aktif dalam kegiatan pariwisata, salah satunya untuk paket home

stay, seluruh rumah warga bisa ditempati, (3) Untuk menguji hasil dari penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Yuniati Dina Astuti, dan (4) Untuk menghitung

dampak ekonomi pariwisata dari penerapan konsep Community Based Tourism(

CBT) di Desa Wisata Garongan yang merupakan desa wisata tumbuh.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui lebih jauh

mengenai penerapan konsep CBT dan dampak ekonomi bagi masyarakat dengan

mengambil judul penelitian “Dampak Ekonomi Pariwisata Dari Penerapan

Konsep Community Based Tourism (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata

Garongan Di Kecamatan Turi, Sleman)”.

Page 24: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana identifikasi, pemetaaan dan analisis manfaat ekonomi

yang tercipta dari penerapan konsep CBT pada Desa Wisata Garongan?

2. Apakah ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan

sesudah adanya Desa Wisata Garongan?

3. Seperti apa keterbatasan konsep CBT yang diterapkan pada

pengembangan wisata di Desa Wisata Garongan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi, memetakan dan menganalisis manfaat

ekonomi yang tercipta dari penerapan konsep CBT pada Desa Wisata

Garongan.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pendapatan masyarakat

sebelum dan sesudah adanya Desa Wisata Garongan.

3. Untuk mengetahui kelemahan atau keterbatasan dari konsep CBT

yang diterapkan pada pengembangan wisata di Desa Wisata Garongan.

D. Manfaat Penelitian

1. Dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi stakeholder yang

berkepentingan untuk mengetahui efektivitas konsep Community Based

Tourism (CBT) di Desa Wisata Garongan.

2. Sebagai masukan bagi pemerintah dan industri pariwisata untuk

lebih mengembangkan konsep Community Based Tourism (CBT).

Page 25: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

3. Dapat dijadikan acuan bagi kaum akademisi untuk melakukan

penelitian lebih mendalam mengenai konsep Community Based Tourism

(CBT).

Page 26: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Pariwisata

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta. Pari mempunyai arti banyak,

berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan kata wisata mempunyai arti

perjalanan dan bepergian. Berdasarkan dua suku kata tersebut pariwisata dapat

diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari

suatu tempat ke tempat lain. Berpariwisata adalah suatu proses kepergian

sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya.

Bila ditinjau dari segi ekonomi mikro, maka yang dimaksud dengan

industri pariwisata adalah setiap unit produksi yang dapat menghasilkan produk

atau jasa tertentu. Atas dasar pengertian ini, maka dalam pengertian sempit, hotel,

transportasi, restoran dan sebagainya secara sendiri-sendiri dapat disebut sebagai

industri pariwisata.

Sedangkan dalam pengertian ekonomi makro, yang dimaksud dengan

industri pariwisata adalah keseluruhan unit - unit produksi (travel agent, tourist

transportation, hotel, catering trade, tour operator, tourist object, tourist

attraction, dan souvenir shops ), baik yang tempat kedudukannya di daerah,

dalam negeri, atau luar negeri yang ada kaitannya dengan perjalanan wisatawan

yang bersangkutan.

Page 27: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

1. Definisi Pariwisata

Pariwisata merupakan konsep yang sangat multidimensional,

banyak pengertian yang dijabarkan oleh para praktisi, Oka A. Yoeti dalam

bukunya mendefinisikan pariwisata sebagai suatu perjalanan yang

dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat

ketempat lain , dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah

ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan

hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang

beraneka ragam. Praktisi pariwisata lain juga memiliki definisi sendiri

sebagai berikut :

“Tourism comprises the ideas and opinions people hold which shape their decisions about going on trips, about where to go (and where not to go) and what to do or not to do, about how to relate to other tourists, locals and service personnel. And it is all the behavioural manifestations of those ideas and opinions” (Leiper, 1994, dalam Pitana & Diarta, 2009:44).

“Tourism is the sum total of the phenomena and relationship arising from the interaction among tourists, business supplier, host government, host communities, origin governments, universities, community colleges and non- governmental organizations, in the process of attracting, transporting, hosting, and managing these tourists and other visitor”(Weaver and Opperman, 2003, dalam Pitana & Diarta, 2009:45).

Sedangkan WTO mendefinisikan pariwisata adalah aktivitas orang

- orang yang melakukan perjalanan dan tinggal di luar lingkungan tempat

tinggal mereka dalam jangka waktu tidak lebih dari satu urutan tahun

untuk bersenang – senang, bisnis, dan tujuan lain.

Page 28: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Berdasarkan UU NO 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, pada

pasal 1 disebutkan bahwa Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan

wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah perjalanan

seseorang ataupun sekelompok orang di luar lingkungan kesehariannya

untuk menghibur diri, urusan bisnis maupun tujuan lain yang

menghasilkan kesenangan di lingkungan tempat tinggal sementara

tersebut.

2. Karakteristik Kepariwisataan

a. Lintas Sektoral (Multi-faceted)

Pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki keterikatan dan

saling mempengaruhi dengan sektor – sektor dan kegiatan lain atau lintas

sektor dan lintas skala usaha. Sehingga perkembangan di sektor

pariwisata akan memberikan dampak yang berantai bagi sektor lain yang

berkaitan di dalamnya dan akan menciptakan efek pengganda ekonomi

(multiplier effect) yang akan memberi manfaat baik langsung maupun

tidak langsung bagi pihak – pihak yang terlibat dalam mata rantai

kegiatan pariwisata tersebut seperti : sektor pertanian, sektor perikanan,

sektor perkebunan, dan sektor – sektor lain yang berhubungan dengan

usaha kepariwisataan, baik usaha skala kecil dan menengah maupun

usaha-usaha di sektor hulu.

Page 29: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

b. Multidisciplinary

Pariwisata sebagai ilmu mandiri ( Pitana & Diarta , 2009:9)

memiliki keterkaitan dengan disiplin ilmu yang lain. Sehingga kajian

ilmiah tentang kepariwisataan dapat didekati melalui segala disiplin ilmu.

Kegiatan pariwisata memberi pengaruh di semua sektor yang merupakan

bidang disiplin ilmu lainnya seperti sosiologi, ilmu lingkungan,

geografis , politik sampai psikologi stakeholder yang terlibat dalam

industri pariwisata.

3. Kajian Ekonomi Kepariwisataan

Untuk dapat menghubungkan antara konsep ekonomi dan

pariwisata terlebih dahulu akan dijelaskan konsep-konsep sebagai berikut:

a. Aspek Penawaran Pariwisata

Menurut Miles 1992 dalam materi perkuliahan Ekonomi

Pariwisata oleh Bambang Irawan, ada empat aspek (4A) yang harus

diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah:

· Attraction (daya tarik),

· Accessible (bisa dicapai),

· Amenities (fasilitas),

· Activities (kegiatan).

Page 30: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Gambar II.1 Komponen Perencanaan Wisata Kelompok Wisatawan

Domestik dan Internasional

Sumber : Inskeep (1991, dalam tulisan Yuniati Dina)

Gambar II.1 menunjukkan komponen-komponen wisata tersebut

dalam suatu hubungan keseluruhan dari lingkungan alami dan sosial

ekonomi antara pasar internasional dan wisatawan domestik yang akan

dilayani dan kawasan tempat tinggal yang digunakan sebagai tempat

atraksi, penyediaan fasilitas, pelayanan, dan infrastruktur.

b. Aspek Permintaan Pariwisata

Menurut ilmu ekonomi permintaan merupakan sejumlah barang

dan jasa yang ingin dibeli oleh pelanggan dan mampu untuk membeli

dengan harga tertentu pada waktu tertentu. Kemudian terdapat

hubungan yang tetap antara harga pasar dengan jumlah permintaan.

Permintaan wisata pada dasarnya merupakan orang-orang yang

ingin melakukan perjalanan wisata. Menurut Mathieson dan Wall

(1982) (dalam http://eprints.undip.ac.id/16524/1, 24/04/2011, 11:15 )

permintaan wisata terdiri dari tiga jenis yaitu:

Page 31: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

1) Permintaan efektif atau permintaan aktual wisatawan yang sedang

menikmati fasilitas pariwisata misalnya orang-orang yang sedang

melakukan perjalanan

2) Permintaan tertahan (suppressed demand) merupakan seluruh atau

sebagian masyarakat yang tidak melakukan perjalanan karena

alasan tertentu.

3) Tidak ada permintaan. Mereka yang termasuk kategori ini adalah

mereka yang tidak ada dan tidak mau mengadakan perjalanan (no

demand)

Menurut G.A Schmoll,1977 (dalam Oka A. Yoeti, 2008 : 120)

permintaan dalam industri pariwisata dapat dibagi menjadi enam

kelompok, yaitu :

1) Travel Preparation

Sebelum membeli paket wisata, wisatawan memerlukan :

information, advice, reservations, tickets and vouchers, money

exchanges, travel clothing, and equipments.

2) Movement

Dalam perjalanan seseorang wisatawan memerlukan :

transportation to and from destination, sightseeing and tours,

safaris, act at the tourist destination.

3) Accommodation and Catering

Setibanya pada suatu DTW wisatawan akan memerlukan :

hotel and motel rooms, camping sites and restaurant, bar and café.

Page 32: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

4) Activities at The Destination

Di DTW wisatawan membutuhkan : entertainment, sports,

sightseeing, shopping, visit to museums.

5) Purchases and Personal Needs

Sebagai kenang-kenangan pada suatu DTW, wisatawan

akan membeli bermacam oleh-oleh dalam bentuk : Purchases of

personal items, clothing, medical care, souvenirs, dan lain-lain.

6) Recording and Preserving Impressions

Untuk keperluan dokumen perjalanannya wisatawan

memerlukan : Puchases of film, cameras, photo or video shooting,

dan lain-lain.

4. Dampak Pembangunan Kepariwisataan

a. Dampak Ekonomi

Dampak ekonomi yang diciptakan oleh pembangunan industri

pariwisata antara lain terhadap ekonomi internasional terkait interaksi

antar negara yang terjadi akibat pemenuhan kebutuhan sektor - sektor

pariwisata. Seperti yang diungkapkan oleh Theobald, 2005 (dalam Pitana

& Diarta 2009:184) sebagai berikut :

“International tourism is an invisible exporting that it creates a flow of foreign currency into the economy of a destination country, thereby contributing directly to the current account of the balance of payments. Like other export industries, this inflow of revenue creates business turnover, household income, employment, and government revenue.”

Page 33: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Pariwisata internasional memiliki dua dampak utama, yang

pertama adalah dalam hal perdagangan dimana sangat memungkinkan

terjadinya transaksi ekspor-impor, yang kedua adalah efek redistribusi

terkait dengan adanya kecenderungan dimana wisatawan internasional

berasal dari negara berpendapatan tinggi dan membelanjakan uang

mereka pada destinasi wisata yang berada pada negara berpendapatan

rendah.

Selain itu, dampak ekonomi lain yang disebutkan adalah

pengaruhnya pada kondisi balance of payment yang menggambarkan

posisi interaksi perdagangan suatu negara dengan negara-negara lain.

Dan dampak terjadi juga pada pendapatan devisa nasional. Dalam hal ini

dijelaskan lebih detail dengan menggunakan multiplier analysis dan

leakagemeskipun pada penelitian ini tidak menghitung multiplier effect.

1) Multiplier Analysis

Analisis multiplier digunakan untuk memperkirakan dampak

yang akan timbul dari adanya pengeluaran wisatawan pada

perekonomian. Seperti dapat dilihat dimana pengeluaran awal

wisatawan akan berdampak menaikan impor untuk memenuhi

kebutuhan wisatawan, dan sebagaian besar dari transaksi itu akan

disaring melalui ekonomi untuk menstimulasi pengeluaran tidak

langsung selanjutnya dan pengeluaran yang diakibatkan oleh

pengeluaran awal. Tiga fase inilah yang merefleksikan fakta bahwa

Page 34: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

memang terjadimultiplier effect pada kegiatan kepariwisataan. Angka

pengganda pariwisata dapat dibagi dalam lima jenis utama, yaitu :

a) Transaction or sales multiplier. Kenaikan pengeluaran wisatawan

akan memberikan tambahan pemasukan pedagang.

b) Output multiplier. Hal ini terkait jumlah output tambahan yang

dihasilkan oleh ekonomi sebagai akibat dari adanya kenaikan

pengeluaran wisatawan. Perbedaan yang mendasar dengan poin

sebelumnya adalah bahwa fokus multiplier output adalah

perubahan pada level produksi saat ini bukan pada perubahan

volume atau nilai penjualan.

c) Income multiplier. Ini mengukur tambahan pendapatan yang terjadi

sebagai akibat dari peningkatan pengeluaran wisatawan.

d) Government revenue multiplier. Ini mengukur tambahan

pemasukan pemerintah yang terjadi sebagai akibat dari peningkatan

pengeluaran wisatawan.

e) Employment multiplier. Ini mengukur jumlah total penyerapan

tenaga kerja yang disebabkan oleh adanya tambahan unit dari

pengeluaran wisatawan.

2) Leakages

Pariwisata internasional akan mendorong terjadinya impor. Hal

tersebut terjadi karena wisatawan adalah pengunjung jangka pendek

yang datang bersama dengan ekspektasi mereka terkait akomodasi,

Page 35: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

makanan, kesehatan dan sebagainya. Untuk menyesuaikan dengan

ekspektasi mereka seringnya mengakibatkan terjadinya impor barang

untuk memenuhi permintaan wisatawan. Pembayaran untuk barang

dan jasa tersebut yang digunakan untuk menyangga industri

kepariwisataan inilah yang kita sebut dengan kebocoran (leakages),

atau dengan kata lain ada sebagian dari pengeluaran wisatawan yang

bocor dari perekonomian untuk membiayai kebutuhan impor.

Hal ini juga terjadi dalam kasus impor barang antar daerah

dalam satu negara. Yaitu bocornya pendapatan wisata suatu daerah

akibat barang atau jasa yang berasal dari luar daerah. Sehingga terjadi

capital outflow atau dana yang mengalir ke luar yang berasal dari

pendapatan pariwisata.

b. Dampak Negatif

Kegiatan pariwisata selain memberi dampak yang

menguntungkan juga memiliki dampak negatif yang harus ditangani

dengan baik. Baik itu dampak sosial, ekonomi, lingkungan, dan dampak

bagi sektor lain yang berhubungan dengan industri pariwisata. Khusus

dampak ekonomi, seperti yang diungkapkan Mathieson dan Wall, 1982

(dalam Pitana & Diarta, 2009:191) sebagai berikut :

1) Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata

2) Meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah

3) Meningkatnya kecederungan untuk mengimpor bahan-bahan yang

diperlukan dalam pariwisata sehingga produk lokal tidak terserap.

Page 36: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

4) Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat,

menyebabkan pengembalian modal investasi juga tidak pasti

waktunya.

5) Timbulnya biaya - biaya tambahan lain bagi perekonomian

setempat.

B. Pariwisata Minat Khusus

Salah satu sebab terjadinya segmentasi atau spesialisasi pasar

pariwisata adalah karena adanya kecenderungan wisatawan dengan minat

khusus baik dalam jumlah wisatawan maupun area minatnya. Pariwisata

dengan minat khusus ini diperkirakan akan menjadi trend perkembangan

pariwisata ke depan sebab wisatawan telah menginginkan jenis pariwisata

yang fokus yang mampu memenuhi kebutuhan spesifik wisatawan.

Seperti yang dikemukakan oleh Host and Guest, 1989

dalamwww.docstoc.com/docs/51116516/bab_2baru, mereka

mengklasifikasikan jenis-jenis pariwisata menjadi :

1. Marine Tourism (Pariwisata Pantai), kegiatan pariwisata yang ditunjang

oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan

olahraga air lainnya.

2. Ethnic Tourism (Pariwisata Etnik), yaitu perjalanan untuk mengamati

perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap

menarik/eksotik.

Page 37: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3. Culture Tourism (Pariwisata Budaya), yaitu perjalanan untuk meresapi

(dan terkadang untuk ikut mengalami) suatu gaya hidup yang telah hilang

dari ingatan manusia.

4. Recreational Tourism (Pariwisata Rekreasi), yaitu kegiatan wisata yang

berkisar pada olah raga, menghilangkan ketegangan dan melakukan

kontak sosial dalam suasana yang santai.

5. Ecotourism (Pariwisata Alam),yaitu perjalanan ke suatu tempat yang

relatif masih asli/belum tercemar, dengan tujuan untuk mempelajari,

mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang liar, serta

perwujudan budaya yang ada/pernah ada di tempat tersebut.

6. City Tourism (Pariwisata Kota),yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk

melihat/mempelajari, mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan

dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang ada/pernah ada di

daerah tersebut.

7. Resort City, yaitu suatu kota/perkampungan yang mempunyai tumpuan

kehidupan pada penyediaan sarana dan prasarana wisata, yaitu

penginapan, restoran, olah raga, hiburan dan jasa tamasya lainnya.

8. Agro Tourism (Pariwisata Agro)/Rural Tourism/Farm Tourism,

merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan

pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan.

9. Urban Tourism, dalam bentuk pariwisata yang umum terjadi di kota-kota

besar, dimana pariwisata merupakan kegiatan yang cukup penting,

namun bukan merupakan kegiatan utama di kota tersebut.

Page 38: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

10. Social Tourism, adalah suatu pendekatan untuk menyelenggarakan

liburan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah serta orang-

orang yang tidak memilki inisiatif untuk melakukan perjalanan .

11. Alternatif Tourism, adalah suatu bentuk pariwisata yang sengaja disusun

dalam skala kecil, memperhatikan kelestarian lingkungan dan segi-segi

sosial.

Jenis-jenis sumber daya minat khusus yang bisa dijadikan atraksi

dapat diklasifikasikan seperti yang dijelaskan pada tabel II.1

Tabel II.1

Klasifikasi Pariwisata Minat Khusus

No Klasifikasi Contoh No Klasifikasi Contoh 1. Active

adventure (petualangan aktif)

- Caving - Parachute Jumping - Trekking - Off-road adventure -Mountain climbing

6. History / culture

- Agriculture - Art / architecture - Art festival - Film / film history

2. Nature and wildlife

- Birdwatching - Ecotourism - Geology - National parks - Rainforest

7. Softadventure

- Backpaking - Bicycle touring - Canoing / kayaking - Scuba diving / snorkelling - Walking tours

3. Affinity - Artist’s workshop - Senior tour - Tour for the handicapped

8. Spiritual - Pilgrimage / mythology - Region / spiritual - Yoga and spiritual tours

4. Romance - Honeymoon - Island vacation - Nightlife - Single tour - Spa / hot spring

9. Hobby - Antique - Beer festival - Craft tour - Gambling - Videography tour

5. Family - Amusemen park - Camping - Shopping trips - Whalewatching

10. Sports - Basket ball - Car racing - Olympic games - Soccer

Sumber : Richardson dan Fluker (1994, dalam Pitana & Diarta)

Page 39: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

C. Desa Wisata

Sejalan dengan dinamika, gerak perkembangan pariwisata merambah

dalam berbagai terminologi seperti, sustainable tourism development, village

tourism, ecotourism, merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan

yang berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah

tujuan wisata bukan perkotaan. Salah satu pendekatan pengembangan wisata

alternatif adalah desa wisata untuk pembangunan pedesaan yang

berkelanjutan dalam bidang pariwisata.

Syarat utama desa wisata diwujudkan dalam gaya hidup dan kualitas

hidup masyarakatnya. Selain keaslian, juga dipengaruhi keadaan ekonomi,

fisik dan sosial daerah pedesaan tersebut, misalnya ruang, warisan budaya,

kegiatan pertanian, bentangan alam, jasa, pariwisata sejarah dan budaya, serta

pengalaman yang unik dan eksotis khas daerah. Dengan demikian, pemodelan

desa wisata harus terus dan secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri

khas daerah.

Prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk

wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan

pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan

antara lain:

1. memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat,

2. menguntungkan masyarakat setempat,

3. berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik

dengan masyarakat setempat,

Page 40: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

4. melibatkan masyarakat setempat,

5. menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan

Bentuk pengelolaan desa wisata pada dasarnya adalah milik

masyarakat yang dikelola secara baik, degan mempertimbangkan beberapa

aspek penting dalam pengelolaan seperti : aspek sumber daya manusia, aspek

keuangan, aspek material, aspek pengelolaan dan aspek pasar. Dalam satu

wadah organisasi masyarakat yang berbentuk kemitraan, manajemen

korporasi, yayasan atau badan pengelola desa wisata yang unsur-unsur

pengelolaannya direkrut dari kemampuan masyarakat setempat dan lebih

mendahulukan peranan para pemuda yang memiliki latar belakang

pendidikan atau keterampilan yang dibutuhkan.

D. Community Based Tourism (CBT)

1. Konsep Community Based Tourism (CBT)

Kepariwisataan sebagai salah satu kegiatan pembangunan

diupayakan dapat sejalan dengan konsep dan prinsip pembangunan

berkelanjutan, perlu menerapkan kaidah-kaidah sebagai berikut:

a. Pengembangan pariwisata berorientasi jangka panjang dan menyeluruh

(holistic) tidak hanya memanfaatkan tetapi sekaligus melestarikan obyek

dan daya tarik wisata yang memberikan manfaat secara adil bagi semua.

b. Pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakter wilayah, kondisi

lingkungan, konteks sosial dan dinamika budaya.

Page 41: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

c. Penciptaan keselarasan, senergitas antara kebutuhan wisatawan dan

penyedia oleh masyarakat lokal, yang memunculkan hubungan timbal

balik dan saling menghargai nilai, adat istiadat, kebiasaan, warisan,

budaya, dan lain-lain.

d. Pemanfaatan sumber daya pariwisata yang memperhitungkan

kemampuan kelestariannya yang pengelolaannya secara eco-efficiency

(reduce, reuse, dan recyle) sehingga mencapai eco-effectivity

(redistribute, reactual).

e. Pengelolaan kegiatan pariwisata yang tanggap terhadap perubahan yang

terjadi dari kedua sisi permintaan (pasar) dan penawaran (produk).

Pariwisata berbasis masyarakat sebagai sebuah pendekatan

pemberdayaan yang melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku

penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yakni pembangunan

yang berkelanjutan (sustainable development paradigma) pariwisata

berbasis masyarakat merupakan peluang untuk menggerakkan segenap

potensi dan dinamika masyarakat, guna mengimbangi peran pelaku usaha

pariwisata skala besar. Pariwisata berbasis masyarakat tidak berarti

merupakan upaya kecil dan lokal semata, tetapi perlu diletakkan dalam

konteks kerjasama masyarakat secara global.

Dalam mencapai tujuan pemberdayaan, berbagai upaya dapat

dilakukan melalui berbagai macam strategi. Salah satu strategi yang

memungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat adalah pengembangan

pariwisata berbasis masyarakat yang secara konseptual memiliki ciri-ciri

Page 42: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

unik serta sejumlah karakter yang oleh Nasikun, 2000 (dalam

http://file.upi.edu/Direktori ) dikemukakan sebagai berikut:

a. Pariwisata berbasis masyarakat menemukan rasionalitasnya dalam

properti dan ciri-ciri unik dan karakter yang lebih unik diorganisasi

dalam skala yang kecil, jenis pariwisata ini pada dasarnya merupakan,

secara ekologis aman, dan tidak banyak menimbulkan dampak negatif

seperti yang dihasilkan oleh jenis pariwisata konvensional

b. Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu

mengembangkan obyek-obyek dan atraksi-atraksi wisata berskala kecil

dan oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas-komunitas dan

pengusaha-pengusaha lokal.

c. Berkaitan sangat erat dan sebagai konsekuensi dari keduanya lebih dari

pariwisata konvensional, dimana komunitas lokal melibatkan diri dalam

menikmati keuntungan perkembangan pariwisata, dan oleh karena itu

lebih memberdayakan masyarakat.

2. Definisi CBT

CBT adalah wisata yang mengetengahkan lingkungan, sosial

masyarakat, dan kesinambungan budaya dalam satu fokus pengembangan.

CBT dikelola dan dimiliki dari dan oleh masyarakat, dengan tujuan

memberikan pengetahuan kapada para wisatawan tentang bagaimana

kearifan lokal dan kehidupan yang dilakukan sehari-hari di komunitas

tersebut. Rest 1997 (dalam www.scribd.com) menyatakan :

Page 43: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

"CBT is tourism that takes environmental, social, and cultural sustainability into account. It is managed and owned by the community, for the community, with the purpose of enabling visitors to increase their awareness and learn about the community and lokal ways of life.” Sedangkan definisi CBT Menurut Garrod 2001 (dalam

www.journal.unair.ac.id) yaitu:

a. Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat

lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan

pariwisata,

b. Masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha -usaha pariwisata

juga mendapat keuntungan,

c. Menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi

keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan.

Suansri 2003 (dalam www.journal.unair.ac.id) mendefinisikan CBT

sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan,

sosial dan budaya. CBT merupakan alat pembangunan komunitas dan

konservasi lingkungan. Atau dengan kata lain CBT merupakan alat untuk

mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

3. Prinsip CBT

Terdapat dua pendekatan berkaitan dengan penerapan prinsip –

prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan pertama yang

cenderung dikaitkan dengan sistem perencanaan formal sangat menekankan

pada keuntungan potensial dari ekowisata. Pendekatan ke dua, cenderung

Page 44: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dikaitkan dengan istilah perencanaan yang partisipatif yang lebih concern

dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang antara

pembangunanan dan perencanaan terkendali. Pendekatan ini lebih

menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan alam dalam dampak

pembangunan ekowisata.

Salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan

pariwisata adalah dengan menerapkan Community Based Tourism (CBT)

sebagai pendekatan pembangunan. Ada beberapa prinsip dasar CBT yang

disampaikan Suansri 2003 (dalam www.journal.unair.ac.id) dalam

gagasannya yaitu:

a. mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas

dalam industri pariwisata,

b. mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek, dan

mengembangkan kebanggaan dankualitas hidup komunitas,

c. menjamin keberlanjutan lingkungan,mempertahankan keunikan karakter

dan budaya di area lokal,

d. membantu berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran budaya pada

komunitas, menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia,

e. mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota komunitas,

berperan dalam menentukan persentase pendapatan (pendistribusian

pendapatan ) dalam proyek yang ada di komunitas.

Page 45: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

4. Perbedaan Konsep CBT dengan Konsep Wisata Lainnya

Rest, 1997 dalam tulisan Yuniati Dina Astuti, menjelaskan tentang

perbedaan yang mendasar antara konsep CBT dengan konsep wisata yang

lain seperti ekowisata, short visit dan homestay. Rest mengidentifikasi

beberapa perbedaan diantara mereka seperti yang disajikan pada tabel II.2 :

Tabel II.2 Perbedaan Konsep CBT Dengan Ekowisata, Short Visit dan Homestay

Ekowisata CBT

Tujuan Bertanggung jawab kepada kekayaan alam (atraksi alam), kebudayaan lokal dan keunikan kualitas dari objek wisata

Bertanggung jawab pada lingkungan, sumber daya alam, sistem sosial dan kebutuhan komunitas.

Kepemilikan Unspecified Komunitas Pengelola wisata Unspecified Komunitas

Keterkaitan wisata Menitikberatkan pada wisata dan lingkungan Menitik beratkan pada pembangunan menyeluruh

Short visits CBT

Waktu kunjungan

waktu yang cukup pendek untuk melakukan pengamatam, sedikit atau tidak ada cukup waktu untuk para pengunjung dapat berpartisipasi padaa kegiatan masyarakat setempat dan pertukaran budaya.

Waktu yang cukup untuk memahami lingkungan setempat melalui pengematan, aktifitas dan diskusi.

Partisipasi kegiatan di masyarakat

Rendah Tinggi

Pertukaran budaya dan pembelajaran

Rendah Tinggi

Harga dan pendapatan

komunitas memiliki kontrol yang terbatas. Ditetepkan oleh komunitas

Pemahaman wisatawan terhadap komunitas

Memerlukan bantuan dari orang luar yang memiliki pengetahuan tentang masyarakat lokal untuk menjelaskan pada wisatawan

Dapat mengoptimalkan pemahaman wisatawan melalui pengamatan mendalam, percakapan dan interaksi langsung dengan anggota masyarakat sebagai hasil dari desain program yang ada.

Homestay CBT

Definisi Pembelajaran didapat melalui pendalaman kepada tuan rumah yang ditempati

Pembelajaran didapat dari komunitas

Akomodasi Akomodasi ditempat tuan rumah

Memungkinkan dilakukan dengan berbagai konsep termasuk tenda, kabin, homestay atau guesthouse

Proses Pembelajaran

Tergantung pada ketertarikan dari masing-masing individu pengunjung

pembelajaran melalui interaksi langsung dengan anggota masyarakat, tuan rumah, lokal guide dan kelompok atau organisasi yang ada di komunitas tersebut.

Manfaat yang diperoleh masyarakat

Terkadang hanya rumah tangga yang cukup sejahtera yang mendapatkan kesempatan untuk menyediakan akomodasi dan akan mengumpulkan keuntungan untuk mereka sendiri.

Anggota komunitas dengan status kesejahteraan yang berbeda dapat memperoleh manfaat dengan mengikuti beberapa aturan main yang ditetapkan oleh pengelola seperti menjadi guide, tenaga pendamping, tuan rumah dan lain-lain. Bagian dari keuntungan dialokasikan untuk proyek komunitas.

Sumber : Rest 1997 dalam tulisan Yuniati Dina Astuti

Page 46: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan olehYuniati Dina Astuti (2010) dengan

judul ”Pemetaan Dampak Ekonomi Pariwisata Dalam Penerapan Konsep

Community Based Tourism (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Kebon Agung

Di Kabupaten Bantul)” menunjukkan adanya manfaat berupa tambahan

pendapatan dari kegiatan kepariwisataan kepada komunitas baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran yang terpakai adalah sebsar

95% dari total transaksi, dengan uang yang terdistribusikan kepada komunitas

sebesar 71,28%, sedang kebocoran ekonomi (leakage) sebesar 28,72% .

Yuniati juga menyimpulkan bahwa konsep pengembangan wisata berbasis

masyarakat (CBT) secara umum memberikan manfaat ekonomi.

Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Stronza & Gordillo (2008)

yang melakukan penelitian di tiga Negara di wilayah Amazon yaitu di

Chalalan di Bolivia; Posada Amazonas di Peru, dan Kapawi di Ekuador.

Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji keberhasilan penerapan

ecotourism. Dalam penelitian yang berjudul ”Community Views Of

Ecotourism” tersebut disimpulkan bahwa konsep ecotourism berhasil

meningkatkan pendapatan masyarakat lokal. Dengan pembagian pendapatan

di Chalalan yaitu 50% untuk komunitas dan 50% sisanya untuk investor, di

Posada Amazonas pembagian keuntungan sebesar 60% untuk komunitas dan

40% untuk Rainforest Expeditions, sedangkan di Kapawi, komunitas hanya

mendapat fee bulanan sebesar $3,800 ditambah $ 10 per turis yang datang.

Page 47: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Peneliti menyimpulkan bahwa komunitas menerima konsep ecotourism

karena berdampak positif bagi keluarga dan komunitas masyarakat lokal.

Hasil serupa juga muncul dalam penelitian yang dilakukan oleh

Athanasia Drakopoulou (2004) dengan tujuan penelitian yaitu untuk

menginvestigasi konsep community-based ecotourism (CBET) dan

potensinya untuk menopang sektor pariwisata di Yunani. Penelitian kualitatif

studi kasus ini berjudul “Tourism Certification and Community-based

Ecotourism as Tools for Promoting Sustainability in the Greek Tourism

Sector - the example of Zagori” dalam kesimpulannya, penulis mengatakan

bahwa konsep CBET berhasil menstimulasi pembangunan ekonomi termasuk

melestarikan lingkungan alam dan kekayaan budaya di Zagori.

Jurnal yang diterbitkan oleh “International Centre for Responsible

Tourism” yang ditulis oleh Harold Goodwin & Rosa Santilli, 2009, dengan

judul “Community-based tourism: a success?” merupakan laporan hasil

evaluasi dari penerapan konsep CBT di Negara- Negara dunia ketiga seperti

Amerika Selatan, Afrika dan termasuk Indonesia. Dalam penelitian tersebut,

dari 116 responden di negara - negara yang menerapkan konsep CBT

disimpulkan bahwa konsep tersebut sukses, meski ada 40% yang menyatakan

bahwa konsep CBT hanya untuk kepentingan komersialisme. Manfaat dari

konsep CBT tersebut diidentifikasi antara lain : Modal Sosial dan

Pemberdayaan (70%) ,Konservasi / Lingkungan (30%), Peningkatan Mata

Pencaharian dan Standar Hidup (67%), Pembangunan Ekonomi Lokal (58%),

Komersial Viabilitas (40%), Manfaat Kolektif (12%).

Page 48: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Yuniati Dina Astuti dengan judul “Pemetaan Dampak

Ekonomi Pariwisata Dalam Penerapan Konsep Community Based Tourism

(CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Kebon Agung Di Kabupaten Bantul)” yang

dilakukan di Desa Wisata Kebon Agung Di Kabupaten Bantul. Perbedaan

yang mendasar antara penelitian yang dilakukan oleh Yuniati Dina Astuti

dengan penelitian yang dilakukan penulis sekarang adalah apabila Yuniati

Dina Astuti menghitung multipliereffect yang merujuk pada Oka A. Yoeti,

namun penulis sekarang tidak menghitung multipliereffect karena

penghitungan yang dilakukan oleh Yuniati Dina Astuti masih terdapat

kesalahan yaitu terjadinya double counting atau penghitungan ganda.

Page 49: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

F. Kerangka Pemikiran

Penelitianini lebih memfokuskan pada penghitungan dampak ekonomi

pariwisata yang terjadi dari penerapan konsep CBT tanpa melupakan sektor-

sektor pendukung industri pariwisata. Kemudian dianalisa dengan

menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan hasil analisa digunakan untuk

membuat kesimpulan dan saran tentang penerapan konsep CBT di Desa

Wisata Garongan.

Gambar II.2 Kerangka Pemikiran

Kegiatan Wisata dari PenerapanCommunity Based Tourism di Desa

Wisata Garongan

Timbulnya Tambahan Dana untuk

Pengembangan Komunitas

Timbulnya Tambahan Pendapatan

Masyarakat Lokal

Terciptanya Lapangan Pekerjaan di Sektor Pariwisata

Dampak Ekonomi

Dampak Budaya

Dampak Lingkungan

Dampak Politik

Dampak Sosial

Page 50: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Riset

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh

Yuniati Dina Astuti dengan judul “Pemetaan Dampak Ekonomi Pariwisata

Dalam Penerapan Konsep Community Based Tourism (CBT) (Studi Kasus

Desa Wisata Kebon Agung Di Kabupaten Bantul)” ini menggunakan metode

penelitian deskriptif kuantitatif. Dikatakan deskriptif kuantitatif karena pada

penelitian ini menggunakan lebih banyak data kuantitatif dan juga analisis

statistika deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisa data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2001

dalam tulisan Yuniati Dina).

Sebagai alat bantu pembahasan, pada penelitian ini juga menggunakan

pendekatan kualitatif studi kasus. Menurut Vredenbregt (1987 dalam tulisan

Yuniati Dina ) studi kasus ialah suatu pendekatan yang bertujuan untuk

mempertahankan keutuhan (wholeness) dari obyek, artinya data yang

dikumpulkan dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan

yang terintegrasi, dimana tujuannya adalah untuk mengembangkan

pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang bersangkutan yang

berarti bahwa studi kasus harus disifatkan sebagai penelitian yang eksploratif

dan deskriptif.

Page 51: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

B. Jenis Dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data primer dan

data sekunder baik untuk data kualitatif maupun kuantitatif. Data primer

didapatkan dengan mengadakan wawancara mendalam, sedangkan data

sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dan hasil-hasil penelitian

sebelumnya melalui studi dokumen. Hal ini dilakukan dengan menelusuri

informasi dari berbagai sumber data yang terdiri atas informan, tempat dan

peristiwa serta dokumentasi/arsip terkait yang ada. Subjek dalam penelitian

ini adalah pengelola Desa Wisata Garongan, Dinas Pariwisata dan kantor

pemerintahan wilayah setempat, serta masyarakat desa sebagai objek utama

CBT.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Dokumen

Berupa data-data statistik pariwisata, monografi, dan catatan lainnya

yang berkaitan dengan gambaran wilayah Desa Wisata Garongan,

Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Data treasuring didapatkan dari

tracking pada kantor/instansi pemerintah terkait baik pada tingkat

Kabupaten, Kecamatan maupun Desa.

Page 52: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2. Wawancara

Wawancara semi terstruktur atau wawancara yang bersifat

percakapan. Tidak menggunakan kuesioner melainkan panduan wawancara

yang fleksibel untuk membantu pewawancara fokus pada topik yang diteliti.

Wawancara dilakukan dengan sejumlah informan yang dipilih secara

purposif sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.

Informan terutama adalah jajaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,

Camat, Lurah, dan pengelola wisata. Terkait dengan fokus kajian CBT,

maka informasi langsung dari tokoh masyarakat dan warga masyarakat desa

setempat menjadi unsur yang penting dalam objek wawancara.

Pengumpulan data melalui wawancara akan di record dengan menggunakan

video recorder utuk membantu peneliti mengurangi kesalahan dan merekam

informasi secara utuh. Perekaman pada pengamatan lapangan akan

menggunakan catatan lapangan peneliti (field note) dan kamera.

Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar S. Bachri

dengan judul “Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada

Penelitian Kualitatif” maka dalam melakukan validasi data perlu dilakukan

triangulasi datauntuk menghindari keraguan pada hasil data, yakni dengan

cara menguji informasi dengan mengumpulkan data melalui metoda

berbeda, penemuan mungkin memperlihatkan bukti penetapan lintas data,

sehingga dapat mengurangi dampak dari penyimpangan potensial yang bisa

terjadi dalam satu penelitian tunggal. Triangulasi menyatukan informasi dari

penelitian kuantitatif dan kualitatif, menyertakan pencegahan dan

Page 53: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

kepedulian memprogram data, dan membuat penggunaan pertimbangan

pakar. Selain itu dengan mengecek data dari beberapa sumber yang berbeda

mengenai masalah yang sama. Untuk mendapatkan kebenaran informasi,

setiap informan dilakukan recheck hingga data terakhir hasil wawancara

mencerminkan reabilitas data.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Garongan yang terletak di

Kelurahan Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY) . Lokasi Desa Wisata Garongan berada di kaki

Gunung Merapi.

E. Teknik Analisis Data

1. Metode Deskriptif-Kuantitatif

Dalam penelitian ini data kuantitatif dianalisis secara tabulasi dan

statistik deskriptif, sedangkan data kualitatif dianalisa secara deskriptif studi

kasus yaitu dengan mendiskripsikan, kemudian memberikan penafsiran-

penafsiran dengan interpretasi rasional yang memadai terhadap fakta-fakta

yang diperoleh di lapangan. Kontribusi usaha kecil atau usaha pendukung

kegiatan pariwisata terhadap pendapatan pariwisata di Desa Wisata Garongan

dianalisis menggunakan metode kuantitatif Deskriptif.

Page 54: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah Desa Garongan

1. Aspek Geografis

Desa Wisata Garongan merupakan sebuah dusun yang terletak di

Kelurahan Wonokerto, Kecamatan Turi, Desa Wisata Garongan sendiri

terdiri dari dua pedukuhan yaitu Pedukuhan Pojok dan Pedukuhan

Kembang, pusat kegiatan wisata berada di Pedukuhan Kembang, namun

sekretariat Desa Wisata Garongan berada di Pedukuhan Pojok. Kelurahan

Wonokerto sendiri terdiri dari 13 Pedukuhan, yaitu : Pedukuhan Pojok,

Pedukuhan Kembang, Pedukuhan Tunggularum, Pedukuhan Gondoarum,

Pedukuhan Sempu, Pedukuhan Manggungsari, Pedukuhan Imorejo,

Pedukuhan Jambusari, Pedukuhan Banjarsari, Pedukuhan Dukuhsari,

Pedukuhan Bejiji, Pedukuhan Dadapan, dan Pedukuhan Samorejo.

Topografi yang berupa dataran tinggi 600 m/dpl dan terletak di kaki Gunung

Merapi membuat kondisi tanah sangat subur dan dekat dengan sumber air

yang melimpah.

Desa Wisata Garongan berjarak + 20 KM ke arah utara dari

Ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta atau sekitar + 15 KM ke arah utara

dari Ibukota Kabupaten Sleman. Desa Wisata Garongan memiliki luas

wilayah 104,273 Ha, dan batas-batas wilayah dengan Dusun Dadapan,

Page 55: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Dusun Turi, Dusun Girikerto, Dusun Nganggrung dan Dusun Sidosari.

Berikut adalah batas-batas wilayah Desa Wisata Garongan :

Utara : Dusun Nganggrung dan Dusun Sidosari

Timur : Dusun Girikerto

Selatan : Dusun Turi

Barat : Dusun Dadapan

2. Aspek Sosial

Jumlah penduduk di Desa Wisata Garongan menurut data terakhir

Tahun 2011 total sebanyak 1.238 jiwa yang terdiri dari 342 KK dengan

jumlah keluarga miskin sebanyak 63 KK atau sebesar 18,42% dari jumlah

penduduk di Desa Wisata Garongan. Distribusi penduduk menurut jenis

kelamin terdiri dari laki-laki sebanyak 627 jiwa atau sekitar 50,65% dari

total penduduk, dan perempuan sebanyak 611 jiwa atau sekitar 49,35% dari

total penduduk. Jumlah penduduk usia produktif atau yang berusia antara

15-60 tahun sebanyak 968 jiwa atau sekitar 78,19% dari total jumlah

penduduk di Desa Wisata Garongan.

Berdasarkan data monografi, dari total penduduk Desa Wisata

Garongan yang bekerja yaitu sebanyak 706 jiwa, mayoritas mata

pencaharian penduduk Desa Wisata Garongan adalah di bidang pertanian

yaitu sebanyak 465 jiwa atau sebesar 65,87% yang terdiri dari petani

sebanyak 413 jiwa dan buruh tani sebanyak 52 jiwa. Mata pencaharian

yang kedua yaitu pegawai swasta sebanyak 100 jiwa atau sebesar 14,16%,

pegawai negeri atau PNS sebanyak 53 jiwa atau sebesar 7,5% , pedagang 37

Page 56: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

jiwa atau sebesar 5,24% dan sisanya bekerja di bidang industri rumah

tangga dan lain-lain sebanyak 51 jiwa atau sebesar 7,22%.

Tabel IV.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase 1. Petani 413 58,50 2. Buruh Tani 52 7,37 3. Perkebunan 0 0,00 4. Pedagang 37 5,24 5. PNS 53 7,50 6. Pegawai Swasta 100 14,16 7. Industri RT 8 1,13 8. Lain-lain 43 6,09 Jumlah 706 100,00

Sumber : Monografi Desa Wisata Garongan

Berdasarkan latar belakang pendidikan, penduduk Desa Wisata

Garongan mayoritas berijasah SMA sebanyak 396 jiwa atau sekitar 31,9%

dari total penduduk, penduduk berijasah SD sebanyak 240 jiwa atau sekitar

19,39%. Kemudian SMP 207 jiwa (16,72%), akademi/Perguruan Tinggi

123jiwa (9,94%), tidak sekolah 98 jiwa (7,9%), TK 90 jiwa (7,27%), belum

sekolah 66 jiwa (5,33%), dan terakhir PAUD 18 jiwa (1,45%).

Tabel IV.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Struktur Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase 1. SMA 396 31,90 2. SD 240 19,39 3. SMP 207 16,72 4. Akademi/PT 123 9,94 5. Tidak Sekolah 98 7,90 6. TK 90 7,27 7. Belum Sekolah 66 5,33 8. PAUD 18 1,45 Jumlah 1.238 100,00

Sumber : Monografi Desa Wisata Garongan

Page 57: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

B. Perkembangan Pariwisata di Desa Garongan

1. Sejarah Terbentuknya Desa Wisata Garongan

Awal mula tercetusnya Desa Wisata Garongan yaitu berasal dari

sebuah kebiasaan pada saat terjadi peningkatan aktivitas vulkanik dari

Gunung Merapi. Banyak orang dari dalam maupun luar Kota Yogyakarta

yang datang ke Garongan untuk melihat Merapi karena “view-nya” bagus

bisa terlihat mulai dari kaki sampai puncak gunung. Ditambah saat Dinas

Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sleman melakukan Proyek Agropolitan

pada awal tahun 1990-an dengan jalur mulai dari Kecamatan Cangkringan,

Kecamatan Pakem, Kecamatan Turi, sampai Kecamatan Tempel, dan

sebagai wakil dari Kecamatan Turi, Garongan mendapat bagian untuk

tempat camping ground .

Sejak saat itu Garongan mulai dikenal sebagai tempat camping. Saat

orang-orang yang camping ingin melakukan tracking sungai dan menilai

positif, kemudian di lain waktu mereka datang kembali mengajak teman-

temannya untuk camping dan tracking sungai kemudian berkembang pada

keinginan untuk memetik salak, menangkap maupun memancing ikan untuk

dimasak di tempat. Maka tercetus dari karang taruna di garongan untuk

mengelola seperti desa wisata lain yang sedang berkembang dan gencar

digalakkan oleh Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sleman. Sehingga

berkembang pengunjung yang menginginkan untuk live-in dan tinggal di

rumah penduduk untuk melihat kehidupan, budaya asli warga lokal,

termasuk mata pencaharian sampai makanan khas.

Page 58: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Pada tahun 1995 meski belum ada kejelasan konsep apakah akan

dijadikan desa wisata atau tidak, namum Desa Wisata Garongan sudah

mulai aktif melayani kunjungan wisatawan dengan manajemen yang sudah

seperti manajemen desa wisata. Sampai pada akhir tahun 1990-an sempat

mati suri karena meskipun terdapat pengurus namun tidak ada laporan

pendapatan dari penggunaan aset-aset desa. Kemudian pada tanggal 5

Agustus 2006, dengan mediasi dari mahasiswa KKN untuk berkomunikasi

dengan Kepala Desa dan tokoh-tokoh masyarakat maka dicetuskan untuk

membentuk sebuah desa wisata. Untuk menjadi sebuah desa wisata tidak

mudah karena harus melalui proses panjang untuk mendapat pengakuan dari

Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sleman, yaitu dengan

mengirimkan laporan pendirian desa wisata, kemudian dilakukan verifikasi

untuk kelayakan desa wisata, setelah dinilai bagus oleh Dinas Budaya dan

Pariwisata Kabupaten Sleman maka resmi terbentuk Desa Wisata Garongan

yang masuk pada kategori desa wisata tumbuh dengan tema wisata alam dan

budaya, Desa Wisata Garongan menggunakan konsep pariwisata berbasis

masyarakat atau Community Based Tourism (CBT).

2. Daya Dukung Masyarakat

Seperti yang dicanangkan oleh Dinas Budaya dan Pariwisata

Kabupaten Sleman, maka untuk mendukung dan menciptakan atmosfer desa

wisata yang kondusif dan pelayanan yang baik maka pengelola dan seluruh

Page 59: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

warga Desa Wisata Garongan memegang teguh prinsip-prinsip yang

tertuang dalam “Sapta Pesona”, yaitu :

· Aman

· Tertib

· Bersih

· Sejuk

· Indah

· Ramah

· Kenangan

Gambar IV.1 Sapta Pesona

Selain berpedoman pada “Sapta Pesona”, pengelola Desa Wisata

Garongan juga aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh

Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sleman, seperti pelatihan

pengembangan desa wisata, pelatihan pengelolaan dan manajemen desa

wisata, pelatihan tentang homestay, dan pelatihan guide, dengan tujuan

untuk meningkatkan pengalaman maupun “soft skill” yang baik untuk

melayani wisatawan. Sehingga dapat memajukan pariwisata dan

meningkatkan kesejahteraan penduduk Desa Wisata Garongan.

Page 60: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

3. Komponen Penawaran Desa Wisata Garongan

a. Atraksi

Desa Wisata Garongan dikenal sebagai desa wisata alam dan

budaya, dengan ciri khas perikanan. Desa Wisata Garongan memiliki

beberapa atraksi yang menarik, antara lain :

1) Atraksi Alam

a) Alam Pertanian

Desa Wisata Garongan memiliki lahan pertanian yang

luas, terdiri dari sawah & ladang seluas 15,7 Ha, dan kebun

59,57 Ha yang dimanfaatkan untuk kebun salak atau sekitar

57,13 % dari total luas wilayah yang sebesar 104,273 Ha

sehingga menjadikan salak menjadi produk unggulan di Desa

Wisata Garongan dan Kecamatan Turi pada umumnya. Dari

sumber daya pertanian tersebut, Desa Wisata Garongan

menawarkan atraksi, seperti :

· Bajak (membajak sawah dengan sapi/kerbau),

· Angkler (meratakan sawah dengan sapi/kerbau dan

menyiapkan lahan untuk ditanami) ,

· Tandur (menanam bibit padi),

· Petik salak (memetik salak dan boleh dimakan

sepuasnya), dan

· Disediakan juga pelatihan budidaya salak.

Page 61: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

b) Alam Perairan

Desa Wisata Garongan mempunyai wisata air berupa

perikanan yang menjadi ciri khas Desa Wisata Garongan dan

sungai dengan air yang bening dari mata air di kaki Gunung

Merapi. Dari sumber daya perairan tersebut, Desa Wisata

Garongan menawarkan atraksi :

· Tracking sungai,

· Memancing& menangkap ikan, dan

· Disediakanjuga pelatihan budidaya ikan.

2) Potensi Flora dan Fauna

a) Potensi Flora

Desa Wisata Garongan yang terletak di kaki Gunung

Merapi memiliki tanah yang subur, sehingga aneka tumbuhan

yang hidup sangat beragam, mulai tanaman pertanian seperti:

padi, jagung, sayur-sayuran, kacang-kacangan, ubi-ubian, pohon

salak sampai ke pohon besar seperti sengon, jati, mahoni dan

sebagainya. Dengan tumbuhan yang menjadi ciri khas

Kecamatan Turi yaitu salak. Di sini wisatawan juga bisa belajar

merawat pohon salak, membantu penyerbukan dan bisa memetik

buah salak.

Page 62: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

b) Potensi Fauna

Masyarakat Desa Wisata Garongan tetap

mengembangkan berbagai jenis satwa “rajakaya” yang bisa

dimanfaatkan untuk produksi maupun konsumsi, seperti: sapi,

kerbau, kambing, itik, ayam dan sebagainya. Dengan paket

membajak sawah maka hewan seperti sapi dan kerbau dapat

dimanfaatkan secara optimal untuk menambah penghasilan

petani atau pemilik sapi/kerbau.

3) Potensi Industri Rumah Tangga

Sebagai daerah penghasil salak, penduduk Desa Wisata

Garongan ada yang berinisiatif mengolah buah salak menjadi

produk dengan nilai tambah. Di sini wisatawan bisa mencoba

meembuat makanan khas, mulai dari proses persiapan, pembuatan,

pemasakan dan sampai siap dihidangkan, seperti :

· Industrikripik salak,

· Dodolsalak,

· Wajiksalak, dan

· Sirupsalak

4) Potensi Budaya dan Seni Tradisi

Penduduk Desa Wisata Garongan masih memegang teguh

dan melestarikan budaya turun-temurun, disini wisatawan bisa

menyaksikan, dan bisa mencoba atraksi, seperti :

Page 63: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

· Gejog Lesung,

· Tari Kubro Siswa,

· Tari Jathilan,

· Kenduri Budaya,

5) Potensi kuliner

Desa Wisata Garongan yang terletek di pedesaan masih

memiliki makanan adat yang cukup unik, di sini pengunjung bisa

belajar memasak makanan khas adat , seperti :

· Jadah

· Wajik,

· Apem,

· Gethuk, dan

· Makanandari ubi-ubian lainnya.

Gambar IV.2 Kuliner Pedesaan

Page 64: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

b. Aksesibilitas

Infrastruktur jalan yang terdapat di Desa Wisata Garongan cukup

baik dengan jalan aspal sekitar 90 %, dan sisanya jalan tanah yang cukup

nyaman untuk dilalui. Akses dari rumah yang digunakan untuk home stay

ke menuju ke setiap tempat atraksi wisata cukup baik dan mudah.

Untuk menuju ke Desa Wisata Garongan cukup mudah, baik

menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Dari Kota

Yogyakarta bisa ditempuh menggunakan angkutan umum dan turun di

Terminal Pakem kemudian dilanjutkan naik bis jurusan Turi dan Tempel,

pintu masuk Desa Wisata Garongan terdapat di pinggir jalan besar yang

dilalui kendaraan umum. Bagi pengguna kendaraan pribadi, untuk

menuju Desa Wisata Garongan juga cukup mudah karena terdapat

petunjuk jalan (sign road) yang cukup jelas di setiap persimpangan

menuju Desa Wisata Garongan.

Kondisi jalan menuju Desa Wisata Garongan yang berupa jalan

Kabupaten yaitu Jalan Pakem Turi yang merupakan jalur alternatif Solo-

Magelang dengan lebar + 6 meter. pengunjung dari arah Solo, Klaten,

Prambanan dan sekitarnya bisa melalui jalan tersebut selain kualitas jalan

yang baik berupa aspal, di sepanjang jalan ini tersedia banyak warung

makan, toko oleh-oleh khas Yogyakarta, Pasar Pakem, dan sebuah pom

bensin yang terdapat pada KM 1,5 .

Page 65: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Apabila pengunjung berasal dari Kota Yogyakarta, maka dapat

menuju ke Desa Wisata Garongan dengan melalui baik Jalan Kaliurang

yang nanti melewati Kecamatan Pakem maupun melalui Jalan Tentara

Pelajar yang langsung menuju Kecamatan Turi, keduanya adalah jalan

kabupaten. Namun disarankan agar wisatawan melalui Jalan Tentara

Pelajar karena pada jam berangkat maupun pulang kerja dan sekolah

Jalan Kaliurang rawan macet, sedang Jalan Tentara Pelajar relatif sepi.

Kondisi jalan baik Jalan Kaliurang maupun Jalan Tentara Pelajar

beraspal dan cukup lebar + 8 meter, terdapat banyak warung makan, toko

oleh-oleh, pasar dan pom bensin yang di Jalan Kaliurang terdapat pada

KM 10 dan KM 13, sedang di Jalan Tentara Pelajar, pom bensin terdapat

di KM 8.

Jalan terakhir adalah Jalan Tempel-Turi yang bisa dilewati oleh

wisatawan yang berasal dari arah Magelang, Semarang dan sekitarnya.

Jalan ini merupakan terusan dari Jalan Pakem-Turi dan merupakan jalan

kabupaten yang sering dijadikan jalur alternatif Solo-Magelang. Kondisi

di jalan ini beraspal dengan lebar + 6 meter dan cukup sepi karena masih

jarang terdapat bangunan di pinggir jalan. Namun cukup banyak terdapat

warung makan, toko oleh-oleh, Pasar Tempel, Pasar Turi dan sebuah

pom bensin yang terdapat di dekat Kantor Kecamatan Turi.

Dari keempat jalan yang dijelaskan di atas, setelah sampai di

Perempatan Turi atau dekat Pasar Turi, maka wisatawan bisa melihat

sign road menuju agro wisata Kecamatan Turi, salah satunya menuju

Page 66: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Desa Wisata Garongan. Begitu memasuki jalan kecil menuju Desa

Wisata Garongan dengan kondisi beraspal dan lebar jalan + 3 meter,

mengunjung langsung disuguhi oleh pemandangan baik kebun salak,

sawah maupun ladang dan rumah dengan suasana kental pedesaan.

Untuk mengetahui rincian kondisi akses jalan menuju Desa

Wisata Garongan, dapat dilihat pada tabel IV.3 berikut ini.

Tabel IV.3 Aksebilitas Menuju Desa Wisata Garongan

No Jalan Kondisi Fasilitas

Aspal Lebar Pom

Bensin Warung Makan Toko Pasar

1. Jl. Pakem-Turi Ya + 6 M 1 Ya Ya Ya

2. Jl. Kaliurang Ya + 8 M 2 Ya Ya Ya

3. Jl. Tentara Pelajar Ya + 8 M 1 Ya Ya Ya

4. Jl. Tempel-Turi Ya + 6 M 1 Ya Ya Ya

5. Jl. Desa Garongan Ya + 3 M Tidak Ya Ya Tidak

Gambar IV.3 Sign Road Menuju Desa Wisata Garongan

Page 67: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

c. Amenitas

Dari data yang berhasil dikumpulkan, Desa Wisata Garongan

memiliki sarana penunjang pariwisata yang cukup baik, antara lain :

1) Sekretariat

Sebagai sebuah desa wisata dengan manajemen yang terus

berkembang baik, Desa Wisata Garongan memiliki kantor sekretariat

yang terletak di Pedukuhan Kembang meskipun penggunaannya

masih kurang maksimal, karena hanya digunakan saat ada

pengunjung.

2) Akomodasi

Terdapat + 134 rumah yang siap digunakan untuk home stay

yang tersebar di Desa Wisata Garongan, dengan jumlah kamar rata-

rata 2 kamar/ rumah untuk 2 orang/kamar, sehingga sanggup melayani

pengunjung dalam sekali kunjungan sampai +300 pengunjung.Letak

rumah tersebar ke kedua pedukuhan. Di Pedukuhan Pojok terdapat +

80 rumah dan Pedukuhan Kembang + 54 rumah.

Kondisi rumah yang digunakan untuk home stay cukup layak

karena telah memiliki jaringan listrik, bertembok batu bata, lantai

semen/keramik, kamar mandi 1-2 buah per rumah, ventilasi yang

baik/jendela. Meski kapasitas belum pernah terisi penuh, namun

dengan fasilitas rumah yang cukup memadai, diharap pengunjung

Desa Wisata Garongan merasa betah dan nyaman.

Page 68: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

3) Pramuwisata

Untuk melayani pengunjung, Desa Wisata Garongan juga

memiliki pramuwisata atau guide yang berasal dari warga setempat.

Meski jabatannya tidak tetap tergantung dari keadaan dan kebutuhan.

4) Puskesmas

Desa Wisata Garongan tidak memiliki puskesmas sendiri,

namun menjadi satu dengan puskesmas Kelurahan Wonokerto.

Namun bagi pengunjung yang memiliki penyakit bawaan, pengelola

akan menyiapkan obat-obatan atau perlengkapan P3K sebagai bagian

dari pelayanan terhadap wisatawan.

5) Toko Kelontong, Warung Makan

Sebagai tempat wisata yang mempunyai paket home stay,

maka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pengunjung, Desa

Wisata Garongan memiliki beberapa toko kelontong dan warung

makan yang merupakan usaha milik warga setempat.

6) Komunikasi

Jaringan telepon seluler atau hp sudah tersedia dengan baik,

meski jarang ada yang memasang telepon rumah, namun di dekat

Desa Wisata Garongan terdapat warnet yang cukup baik.

Page 69: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

7) Lain-lain

Fasilitas-fasilitas lain yang terdapat di Desa Wisata Garongan

seperti akses jalan, penerangan, alat-alat kesenian, tempat pementasan

dan sarana penunjang lain. Semua dalam kondisi baik dan siap

digunakan.

d. Aktifitas

Wisatawan yang datang keDesa Wisata Garongan tentu memiliki

tujuan khusus dan memiliki kebutuhan yang dapat terpenuhi di Desa

Wisata Garongan. Sehingga atraksi-atraksi yang ditawarkan oleh Desa

Wisata Garongan harus memiliki nilai jual dan ciri khas yang tidak bisa

ditemukan di desa wisata maupun tempat lain. Dalam tabel IV.4 berikut

akan dipaparkan paket-paket atraksi beserta tarif yang ditawarkan oleh

Desa Wisata Garongan.

Dari paket-paket yang merupakan wisata minat khusus tersebut,

pengunjung dapat memilih apakah akan mengambil satu paket atau akan

mengambil semua paket secara keseluruhan. Dengan begitu pengunjung

akan merasa puas dengan fasilitas dan atraksi yang ditawarkan. Demikian

juga dengan penduduk desa Desa Wisata Garongan, yang akan

mendapatkan tambahan pendapatan dari pemanfaatan sumber daya yang

ada untuk dijadikan atraksi maupun pendukung atraksi.

Page 70: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel IV.4 Kegiatan Wisata di Desa Wisata Garongan

PAKET WISATA

DESA WISATA GARONGAN No. HARGA FASILITAS

1. Menginap di Homestay (3 X makan, 1 X Snack) Rp75.000,00

PAKET WISATA 2. Wisata Perikanan Rp10.000,00

(memancing/menangkap ikan, pelatihan budidaya)

3. Wisata Persawahan(Bajak, tandur, angkler) Rp1.200.000,00 4. Wisata Kebun Salak Rp10.000,00

( Petik + Makan salak sepuasnya, pelatihan budidaya)

5. Home Industi(kripik salak dan dodol salak) Rp800.000,00 6. Api Unggun(minum dan snack) Rp800.000,00 7. Tracking Darat dan Petualangan Rp600.000,00 8. Tracking Sungai Rp450.000,00

SENI BUDAYA 9. Gejog Lesung Rp700.000,00

10. Kubro Siswo Rp900.000,00 11. Kesenian Jathilan Rp1.500.000,00 12. Kenduri Budaya Rp1.000.000,00

Sumber : Pamflet Desa Wisata Garongan

4. Perkembangan Kunjungan Wisata

Meski telah aktif melayani wisatawan sejak tahun 1990-an dan resmi

berdiri sebagai sebuah desa wisata pada 5 Agustus 2006, namun data-data

dan catatan yang ada di Desa Wisata Garongan masih tidak lengkap. Hal

tersebut terjadi karena keterbatasan kemampuan sumber daya manusia dari

pengelola Desa Wisata Garongan, sehingga catatan seperti buku tamu dan

data keuangan hanya ada mulai Bulan Oktober 2009.

Page 71: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Tabel IV.5 Daftar Pengunjung Desa Wisata Garongan Berdasarkan Buku Tamu

Sumber : Data diolah Agustus 2011

No Tanggal Asal Tamu Jumlah (Orang)

Lama tinggal (Hari)

Uang Masuk (Rp)

1. 9-11 Oktober 2009 Fakultas Teknik Elektro UGM

285 3 1.463.000,00

2. 28 November 2009 Fakultas Geodesi UGM

200 1 750.000,00

3. 29 November 2009 STM 2 Yogyakarta 62 1 200.000,00 4. 15 Januari 2010 STM 2 Yogyakarta 75 1 200.000,00 5. 25 Februari 2010 SD IT An-Najah

Klaten 346 1 1.500.000,00

6. 5 Maret 2010 Senkom Jogja Mitra Polisi

230 1 600.000,00

7. 10-12 April 2010 SMP N 4 Trimulyo Sleman

160 3 750.000,00

8. 15 Mei 2010 TSC ( The South Country) Organizer

72 1 350.000,00

9. 17-19 Juni 2010 SD IT Hidayatullah Balong Ngaglik

165 3 1.500.000,00

10. 22-24 Juni 2010 MTs Sleman 200 3 1.200.000,00 11. 26-28 Juni 2010 SMP N 3 Sewon

Bantul 190 3 1.000.000,00

12. 30 Juni – 2 Juli 2010 SD Se-Wonokerto 225 3 750.000,00 13. 12-13 Juli 2010 HIMA PKNH UNY 50 2 400.000,00 14. 15 Juli 2010 Kantor Urusan

Internasional (KUI) UGM

25 1 900.000,00

15. 17 Juli 2010 Mahasiswa UAD 30 1 485.000,00 16. 22 Juli 2010 KRY 30 1 821.000,00 17. 29 Agustus 2010 DepBudPar Kab.

Sleman 40 2 1.200.000,00

18. 2 September 2010 SD N 2 Tempel 190 1 400.000,00 19. 18-20 Februari 2011 SMAK St. Louis 1

Surabaya 160 3 26.444.500,00

20. 7-9 Maret 2011 SMP N 4 Trimulyo Sleman

150 3 750.000,00

Jumlah Total 2.885 38 41.663.500,00 Rata-rata 2

Page 72: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel IV.5 di atas merupakan data tamu yang pernah berkunjung ke

Desa Wisata Garongan meski tidak lengkap, namun bisa menunjukkan

bahwa terjadi permintaan wisatawan untuk berkunjung ke Desa Wisata

Garongan. Dari total kunjungan sebanyak 20 kali sampai Maret 2011, total

transaksi sebesar Rp 41.663.500,00dengan rata-rata lama tinggal selama

2 hari. Jumlah pengunjung selama 3 tahun tercatat sebanyak 2.885

wisatawan.

Gambar IV.4 Grafik Perkembangan Kunjungan dan Transaksi

di Desa Wisata Garongan Per Tahun

Sumber : Data diolah Agustus 2011

Page 73: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Dari gambar grafik IV.5 di atas terlihat bahwa transaksi pertahun

dari tahun 2009 sampai 2011 terus meningkat, meski jumlah pengunjung

meningkat pada tahun 2010 dan turun 2011, hal ini disebabkan karena

kunjungan yang dilakukan oleh SMAK St. Louis Surabaya menyumbang

transaksi pada tahun 2011 sebesar Rp 26.444.500,00 meski data tahun 2011

belum sampai akhir tahun. Erupsi Gunung Merapi pada akhir tahun 2010

tidak terlalu mempengaruhi jumlah wisatawan pertahun, meski kunjungan

sempat terhenti selama 5 bulan dari Bulan September 2010 sampai Bulan

Januari 2011.

Besar kecilnya nilai transaksi yang terjadi dipengaruhi oleh lama

kunjungan wisatawan yang datang ke Desa Wisata Garongan. Berikut daftar

kunjungan wisatawan yang menginap dan yang tidak menginap.

Tabel IV.6 Daftar Kunjungan Menginap

No. Asal Tamu Jumlah (Orang)

Lama Tinggal (Hari)

Transaksi (Rp)

1. Fakultas Teknik Elektro UGM 285 3 1.463.000,00 2. SMP N 4 Trimulyo Sleman 160 3 750.000,00 3. SD IT Hidayatullah Balong Ngaglik 165 3 1.500.000,00 4. MTs Sleman 200 3 1.200.000,00 5. SMP N 3 Sewon Bantul 190 3 1.000.000,00 6. SD Se-Wonokerto 225 3 750.000,00 7. DepBudPar Kab. Sleman 40 2 1.200.000,00 8. HIMA PKNH UNY 50 2 400.000,00 9. SMAK St. Louis 1 Surabaya 160 3 26.444.500,00 10. SMP N 4 Trimulyo Sleman 150 3 750.000,00

Total 1.625 28 35.457.500,00 Sumber : Data diolah Agustus 2011

Page 74: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tabel IV.7 Daftar Kunjungan Tidak Menginap

No. Asal Tamu Jumlah (Orang)

Transaksi (Rp)

1. Fakultas Geodesi UGM 200 750.000,00 2. STM 2 Yogyakarta 62 200.000,00 3. STM 2 Yogyakarta 75 200.000,00 4. SD IT An-Najah Klaten 346 1.500.000,00 5. Senkom Jogja Mitra Polisi 230 600.000,00 6. TSC ( The South Country) Organizer 72 350.000,00 7. Kantor Urusan Internasional (KUI) UGM 25 900.000,00 8. Mahasiswa UAD 30 485.000,00 9. KRY 30 821.000,00

10. SD N 2 Tempel 190 400.000,00 Total 1.260 6.206.000,00

Sumber : Data diolah Agustus 2011

Dari tabel IV.6 dan tabel IV.7 di atas dapat dilihat bahwa dari total

20 kali kunjungan wisata, 50% kunjungan wisata menginap dan 50%

kunjungan wisata tidak menginap. Meski jumlah pengunjung yang

menginap lebih banyak dari jumlah pengunjung yang tidak menginap atau

56,33% dari total pengunjung, namun sumbangan transaksi dari kunjungan

wisata yang menginap jauh lebih besar yaitu Rp 35.457.500,00atau sekitar

85,1% dari total transaksi Rp 41.663.500,00. Sehingga kunjungan wisata

yang menginap jauh lebih menguntungkan Desa Wisata Garongan dalam hal

peningkatan pendapatan dan secara tidak langsung peningkatan

kesejahteraan ekonomi penduduk Desa Wisata Garongan.

Page 75: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Tabel IV.8 Kategori Pengunjung Desa Wisata Garongan

Kategori

Pengunjung Jumlah (Orang)

Persentase Pengunjung

Transaksi (Rp)

Persentase Transaksi

Individual Local 332 11,50 1.771.000,00 4,34

Official Visit 115 4,00 2.500.000,00 6,12

Students 2.438 84,50 37.392.500,00 89,54

Total 2.885 100,00 41.663.500,00 100,00

Sumber : Data diolah Agustus 2011

Selain pengunjung menginap dan tidak menginap, pembagian

kategori pengujung juga bisa dilakukan berdasarkan pelaku perjalanan

wisata. Dalam tabel IV.8 dapat dilihat bahwa dari total 2.885 pengunjung,

mayoritas merupakan pelajar yaitu sebanyak 2.438 pengunjung atau sebesar

84,5% dan menyumbang nilai transaksi sebesar Rp 37.392.500,00 atau

sekitar 89,75% dari total transaksi sebesar Rp 41.663.500,00Kemudian

untuk kunjungan tertinggi kedua berasal dari individu lokal dengan

persentase kunjungan 11,5% dan terakhir official visit sebesar 4%.

C. Dampak Kepariwisataan di Desa Wisata Garongan

Manfaat ekonomi pariwisata yang terjadi dari penerapan konsep

Community Based Tourism di Desa Wisata Garongan akan dijelaskan

berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh Rest.

1. Manfaat Ekonomi Pariwisata

Rest (1997, dalam tulisan Yuniati Dina) menyampaikan poin-poin

yang merupakan aspek utama pengembangan CBT, yaitu dampak ekonomi,

Page 76: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

sosial, politik, budaya, dan lingkungan. Pada bagian ini, fokus kajian ada

pada dampak ekonomi pariwisata dari penerapan konsep CBT di Desa

Wisata Garongan.

Gambar IV.5 Aspek Utama Pengembangan CBT

Sumber : Rest

Dari gambar IV.5 di atas dapat dilihat bahwa dalam kajiannya Rest

menjelaskan tiga indikator untuk mengukur pencapaian manfaat pada

dimensi ekonomi. Indikator manfaat yang tercipta dari konsep Community

Based Tourism pada dimensi ekonomi yaitu berupa timbulnya tambahan

dana untuk pengembangan komunitas, terciptanya lapangan kerja di sektor

pariwisata, dan timbulnya tambahan pendapatan masyarakat lokal.

Page 77: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

a. Timbulnya Tambahan Dana Untuk Pengembangan Komunitas

Kegiatan wisata yang berlangsung di Desa Wisata Garongan

menimbulkan pendapatan yang dapat dimanfaatkan sebagai dana

pengembangan komunitas, baik perbaikan sarana, prasarana maupun

peningkatan kualitas SDM dari pelatihan-pelatihan yang sering diadakan

oleh Dinas Budaya dan Pariwisata. Dari pelatihan tersebut, tidak jarang

diberikan bantuan dana untuk desa wisata.

Ketua pengurus Desa Wisata Garongan mengatakan, pernah ada

tawaran kontrak kerjasama dengan investor asal Godean dengan nilai

kontrak Rp 150.000.000,00 dan investor dari Solo dengan nilai kontrak

Rp 400.000.000,00 namun keduanya ditolak oleh pengelola desa wisata

karena melihat kondisi yang ada di Desa Wisata Garongan masih belum

bisa memenuhi target dalam kontrak yang dirasa cukup memberatkan

pihak Desa Wisata Garongan, yaitu dalam kontrak selama 9 tahun, dana

investasi digunakan untuk pembangunan infrastruktur desa wisata tanpa

bagi hasil pendapatan, kemudian setelah memasuki kontrak tahun

kesepuluh baru dilakukan bagi hasil. Hal tersebut tentu cukup

memberatkan pihak Desa Wisata Garongan, karena keterbatasan

manajemen maupun sumberdaya yang ada dimana Desa Wisata

Garongan masih masuk dalam kategori desa wisata tumbuh.

Selain tambahan dana yang berasal dari pemerintah, Desa Wisata

Garongan juga sering menerima sumbangan sukarela dari pihak luar,

baik itu instansi maupun perorangan. Secara umum, dengan adanya desa

Page 78: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

wisata, penduduk Desa Wisata Garongan telah mendapatkan tambahan

pendapatan baik langsung maupun tidak langsung yang berasal dari

kegiatan wisata selama ini. Keuntungan dari kegiatan wisata yang

dimasukkan ke kas desa wisata dapat digunakan baik untuk

pengembangan infrastruktur maupun untuk meningkatkan kualitas

pelayanan dan atraksi yang ada dengan sering mengikuti pelatihan dan

lomba desa wisata yang sering diadakan oleh dinas terkait.

Untuk mengetahui rincian pengeluaran yang terjadi maka perlu

dibuat daftar rincian pengeluaran. Tabel IV.9 berikut ini adalah tabel

yang menunjukkan daftar kelompok paket dan rincian pengeluaran di

Desa Wisata Garongan.

Tabel IV.9 Daftar kelompok Paket dan Rincian Pengeluaran

No.

Paket Wisata Desa Wisata Garongan

No.

Paket Wisata Desa Wisata Garongan

Paket Rincian

Pengeluaran Paket Rincian

Pengeluaran 1.

Akomodasi Homestay 16. Budaya :

Gejog Lesung Kubro Siswo

Jathilan

Pelatih 2. Makan 17. Penari 3. Lain-lain 18. Sewa gamelan 4.

Pertanian : Bajak

Angkler Tandur

Petik salak

Sewa sawah & kebun 19. Latihan 5. Sewa kerbau/sapi 20. Kenduri

budaya Kenduri

6. Makan 21. Ikrar kenduri 7. Pengairan 22.

Outbond& Tracking sungai

Sewa tempat 8. Benih tanaman 23. Pemandu 9. Pelatihan Budidaya 24. Perlengkapan

10. Lain-lain 25. Lain-lain 11.

Perikanan

Sewa kolam 26. Industri Wajik , dodol, keripik, sirup dari Salak

Bahan Baku Salak 12. Pengairan 27. Pelatihan Budidaya 13. Benih ikan 28. Lain-lain 14. Pelatihan Budidaya 29. Transportasi

Lokal Sewa Mobil

15. Lain-lain 30. Parkir Sumber : Data diolah Agustus 2011

Page 79: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Untuk rincian pengeluaran di luar paket maka perlu dibuat daftar

pengeluaran lain-lain untuk memperjelas arus pengeluaran yang belum

tertera. Tabel IV.10 berikut ini adalah tabel daftar kelompok rincian

pengeluaran lain-lain di Desa Wisata Garongan.

Tabel IV.10 Daftar Kelompok Item Pengeluaran Lain-lain

No. Akomodasi Pertanian Perikanan Outbond Industri

1. Lampu Caping Pakan ikan Obat-obatan Alat masak 2. Aqua Tikar Pancing Perban kompor 3. Plakat Pulsa Jaring ikan Tongkat Gas 4. Buku Lampu Listrik Kartu nama Sabun cuci 5. Listrik Cangkul Caping Pulsa Bumbu 6. Print Ani-ani Plastik Tali Cetakan kue 7. Foto copy Sabit Arang Bambu Pisau 8. Tenda Lain-lain Lain-lain Sound sistem Besek 9. Lain-lain Lain-lain Lain-lain

Sumber : Data diolah Agustus 2011

b. Terciptanya Lapangan Pekerjaan di Sektor Pariwisata

Kegiatan wisata di Desa Wisata Garongan telah memberikan

dampak yang baik bagi penduduk desa. Seperti harapan yang

diungkapkan oleh tokoh-tokoh Desa Wisata Garongan dalam wawancara,

mereka mengharapkan dengan adanya desa wisata, maka masyarakat

desa khususnya mereka yang belum memiliki pekerjaan dapat terserap

dan memiliki penghasilan dari kegiatan wisata di Desa Wisata Garongan,

baik itu menjadi guide, operator alat, pengurus dan lain sebagainya. Hal

tersebut cukup beralasan karena 262 jiwa atau sekitar 21,16% dari total

penduduk Desa Wisata Garongan yang berjumlah 1.238 jiwa merupakan

pekerja serabutan dan pengangguran. Dari data struktur pendidikan,

Page 80: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

mayoritas penduduk Desa Wisata Garongan hanya menempuh bangku

SMA yaitu sebanyak 396 jiwa, sehingga cukup sulit untuk mendapatkan

pekerjaan di luar.

Seperti yang dijelaskan dalam konsep CBT, bahwa poin penting

yang merupakan kata kunci kesuksesan dari penerapan konsep CBT

adalah wisata yang mengetengahkan lingkungan, sosial masyarakat, dan

kesinambungan budaya dalam fokus pengembangan. CBT dikelola dan

dimiliki dari dan oleh masyarakat, dengan tujuan memberikan

pengetahuan kepada wisatawan tentang bagaimana kearifan lokal dan

kehidupan yang dilakukan sehari-hari di komunitas tersebut. Penelitian

yang dilakukan oleh Garrod (2001, dalam tulisan Sri Endah) menjelaskan

bahwa prinsip perencanaan partisipatif dalam konteks kepariwisataan

yaitu, salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam

pembangunan pariwisata adalah dengan menerapkan konsep Community

Based Tourism sebagai pendekatan pembangunan.

Page 81: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tabel IV.11 Distribusi Value Added

No. Paket Wisata Desa Wisata Garongan Distribusi Value Added

Paket Rincian

Pengeluaran Value Added

Non- Value Added

1. Akomodasi

Homestay X 2. Makan x 3. Lain-lain x 4.

Pertanian : Bajak, Angkler,

Tandur, Petik salak

Sewa sawah & kebun X 5. Sewa kerbau/sapi X 6. Makan x 7. Pengairan x 8. Benih tanaman X 9. Pelatihan Budidaya X 10. Lain-lain x 11.

Perikanan

Sewa kolam X 12. Pengairan x 13. Benih ikan X 14. Pelatihan Budidaya X 15. Lain-lain x 16. Budaya :

Gejog Lesung Kubro Siswo

Jathilan

Pelatih X 17. Penari X 18. Sewa gamelan X 19. Latihan X 20. Kenduri

budaya Kenduri x

21. Ikrar kenduri X 22.

Outbond& Tracking sungai

Sewa tempat X 23. Pemandu X 24. Perlengkapan x 25. Lain-lain x 26. Industri :

Wajik ,dodol, keripik, sirupSalak

Bahan Baku Salak X 27. Pelatihan Budidaya X 28. Lain-lain x 29. Transportasi Lokal Sewa Mobil X 30. Parkir X

Sumber : Data diolah Agustus 2011

Pengembangan kegiatan pariwisata di Desa Wisata Garongan

membuka kesempatan besar dalam upaya mengoptimalkan daya dukung

masyarakat. Kegiatan wisata di Desa Wisata Garongan dapat menyerap

tenaga kerja atau setidaknya dapat memberi manfaat ekonomi langsung

Page 82: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

dari penjualan paket wisata yang ada. Seperti yang dapat dilihat pada

tabel IV.12 di bawah ini.

Tabel IV.12 Persentase Value Added

No Paket Value Added (%) 1. Akomodasi 33,33 2. Pertanian 57,14 3. Perikanan 60,00 4. Budaya 100,00 5. Kenduri 50,00 6. Outbond 66,67 7. Industri 66,67 8. Transportasi lokal 100,00

Sumber : Data diolah Agustus 2011

Nilai tambah terbesar dihasilkan oleh paket budaya dan

transportasi lokal yaitu sebesar 100% yang berarti menghasilkan manfaat

ekonomi terbesar, seperti menyerap tenaga kerja dan menghasilkan

pendapatan bagi pihak yang terlibat baik itu pelatih, penari dan pemilik

alat gamelan. Tentu saja setelah dikurangi dengan biaya operasional.

Untuk nilai tambah terbesar kedua ada pada paket outbond dan industri

rumah tangga. Selain karena tingginya permintaan pada paket outbond,

manfaat ekonomi langsung diterima oleh pemandu berupa upah dan

pemilik lahan yang di sewa yaitu Desa Wonokerto. Pada paket industri

rumah tangga, manfaat ekonomi langsung diterima oleh pemilik industri

yang berasal dari warga lokal yang juga merangkap sebagai pelatih

budidaya industri tersebut.

Secara keseluruhan, sebesar 63,33% dari total item transaksi

dapat menciptakan value added atau sebanyak 19 pos item dari 30 pos

Page 83: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

item yang ada. Sebesar 26,67% atau 11 pos item lain memiliki

kemungkinan kecil untuk menciptakan value added karena alokasi

terserap penuh kepada keperluan pemenuhan total cost.

c. Timbulnya Tambahan Pendapatan Masyarakat Lokal

Dari banyak kajian mengenai CBT, sebagian besar masyarakat

yang berpartisipasi langsung maupun tidak langsung pada CBT

menganggap aktivitas kepariwisataan di desa mereka sebagai kegiatan

paruh waktu. Meski berdasarkan analisis dampak ekonomi, financial, dan

sosial yang dilakukan oleh Mitchell. J dan Ashley (2007, dalam tulisan

Yuniati Dina) mengindikasikan adanya peningkatan lapangan pekerjaan

bagi penduduk lokal dan pertumbuhan, namun adanya mekanisme

pembagian pendapatan dapat lebih bermanfaat pada peningkatan

kesejahteraan.

Seperti yang dijelaskan oleh Profesor Stradas bahwa konsep CBT

tidak difokuskan untuk mencapai target tingkat pendapatan yang tinggi.

CBT hanyalah sebuah alat bantu bagi masyarakat untuk dapat mencari

dan mendapatkan tambahan pendapatan. Mekanisme pembagian

pendapatan dapat lebih bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan.

Dengan alasan tersebut maka penelitian ini menjadikan pemetaan

distribusi pendapatan yang terjadi menjadi indikator dari pencapaian

dampak ekonomi yaitu adanya tambahan pendapatan yang masuk ke

dalam komunitas. Karena adanya keterbatasan data, maka analisis

Page 84: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

general akan dilakukan dengan menggunakan satu contoh penghitungan

pendapatan dari kunjungan yang dilakukan oleh SMAK St Louis

Surabaya pada 18-20 Februari 2011.

Tabel IV.13 Rekapitulasi Pengeluaran Total Live-in SMAK St. Louis Surabaya

Item Pendapatan dan Pengeluaran

Pendapatan Desa Wisata

(Rp)

Target Pengeluaran Desa

Wisata (Rp)

Realisasi Pengeluaran

(Rp)

SHU (Rp)

I. Pendapatan Desa Wisata (Pengeluaran SMAK St.Louis)

26.444.500,00

II. Pengeluaran Desa wisata :

1. Biaya Home Stay 14.000.000,00 12.975.000,00 1.025.000,00 2. Konsumsi 7.000.000,00 5.798.500,00 1.201.500,00 3. Home Industri

400.000,00 350.000,00 50.000,00

4. Persawahan 600.000,00 530.000,00 70.000,00 5. Kebun Salak

1.200.000,00 1.040.000,00 160.000,00

6. Kenduri 700.000,00 625.000,00 75.000,00 7. Gejog Lesung

200.000,00 150.000,00 50.000,00

8. Perikanan

300.000,00 250.000,00 50.000,00 9. Outbond 400.000,00 300.000,00 100.000,00 10. Transportasi

150.000,00 30.000,00 120.000,00

11. Lain-lain 1.494.500,00 1.266.410,00 228.090,00

TOTAL 26.444.500,00 23.314.910,00 3.129.590,00 Sumber : LPJ Penggunaan Dana Live-in SMAK St. Louis

Page 85: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Seperti yang dapat dilihat pada tabel IV.13 di atas, sebagian besar

target pengeluaran yang didistribusikan oleh pengelola Desa Wisata

Garongan adalah pada paket home stay yaitu sebesar Rp 14.000.000,00

dari total target pengeluaran sebesar Rp 26.444.500,00. SHU akhir

setelah dikurangi dengan total pengeluaran sebesar Rp 23.314.910,00

adalah Rp 3.129.590,00 atau sekitar 13,42% dari total pemasukan.

Tabel IV.14 Peringkat Pengeluaran Paket

No Paket TotalSpending(Rp) Presentase 1. Akomodasi 18.773.500,00 80,52 2. Pertanian 1.570.000,00 6,74 3. Kenduri 625.000,00 2,70 4. Industri 350.000,00 1,50 5. Outbond 300.000,00 1,30 6. Perikanan 250.000,00 1.07 7. Budaya 150.000,00 0,64 8. Transportasi Lokal 30.000,00 0,13 9. Lain-lain 1.266.410,00 5,44 Total 23.314.910,00 100,00

Sumber : Data diolah Agustus 2011

Alokasi pengeluaran terbesar ada pada akomodasi yaitu sebesar

Rp 18.773.500,00 atau sebesar 80,52% dari total pengeluaran yang

sebesar Rp 23.314.910,00 kemudian pada urutan kedua adalah paket

pertanian yaitu sebesar Rp 1.570.000,00 atau sekitar 6,74% dari total

pengeluaran, dilanjutkan dengan paket kenduri (2,7%), Industri (1,5%),

Outbond (1,3%), Perikanan (1,07%), Budaya (0,64%) dan terakhir

transportasi lokal(0,13%) Sebesar 5,44% ada pada pengeluaran lain-lain

dan tidak dimasukan pada tabel peringkat karena tidak masuk pada

kategori paket wisata.

Page 86: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Dari penjelasan distribusi pengeluaran diatas dapat ditelusuri

lebih dalam lagi apakah dana tersebut mengalir seluruhnya ke komunitas

atau terjadi kebocoran (leakage)dan mengalir ke luar komunitas. Untuk

mengetahui aliran dana yang terjadi dari total pengeluaran maka

dilakukan konfirmasi melalui wawancara .

Gambar IV.6

Sumber : Data diolah Agustus 2011

Dengan mekanisme pengambilan keputusan seperti yang

dijelaskan di atas maka diperoleh sejumlah informasi yang dapat

digunakan untuk memetakan tambahan pendapatan yang masuk pada

komunitas maupun non-komunitas. Berikut tabel yang menjelaskan arah

aliran dana atau distribusi yang terjadi dari kunjungan wisata di Desa

Wisata Garongan.

Page 87: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel IV.15 Persebaran Distribusi Pendapatan

No. Paket Wisata Desa Wisata Garongan Distribusi Pendapatan

Paket Rincian Pengeluaran Community Non-

Community 1.

Akomodasi Homestay X

2. Makan X 3. Lain-lain x 4.

Pertanian : Bajak, Angkler,

Tandur, Petik salak

Sewa sawah & kebun X 5. Sewa kerbau/sapi X 6. Makan X 7. Pengairan X 8. Benih tanaman x 9. Pelatihan Budidaya X 10. Lain-lain x 11.

Perikanan

Sewa kolam x 12. Pengairan X 13. Benih ikan X 14. Pelatihan Budidaya X 15. Lain-lain x 16. Budaya :

Gejog Lesung Kubro Siswo

Jathilan

Pelatih x 17. Penari X 18. Sewa gamelan x 19. Latihan X 20. Kenduri

budaya Kenduri X

21. Ikrar kenduri X 22.

Outbond& Tracking sungai

Sewa tempat x 23. Pemandu X 24. Perlengkapan x 25. Lain-lain x 26. Industri :

Wajik, dodol, keripik, sirup salak

Bahan Baku Salak X 27. Pelatihan Budidaya X 28. Lain-lain x 29. Transportasi

Lokal Sewa Mobil X

30. Parkir X Sumber : Data diolah Agustus 2011

Page 88: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel IV.16 Presentase Distribusi Pengeluaran

No Paket TotalSpending

(Rp)

Presentase Distribusi Pengeluaran

Community Non-

Community 1. Akomodasi 18.773.500,00 66,67 33,33 2. Pertanian 1.570.000,00 71,43 28,57 3. Kenduri 625.000,00 100,00 0,00 4. Industri 350.000,00 66,67 33,33 5. Outbond 300.000,00 25,00 75,00 6. Perikanan 250.000,00 60,00 40,00 7. Budaya 150.000,00 50,00 50,00 8. Transportasi lokal 30.000,00 100,00 0,00 Sumber : Data diolah Agustus 2011

Dari tabel IV.15 dan tabel IV.16 di atas dapat dilihat bahwa tidak

semua pengeluaran terdistribusikan kepada komunitas atau dalam hal ini

terjadi kebocoran atau leakage. Pada paket akomodasi yang menyerap

dana terbesar yaitu Rp 18.773.500,00, distribusi yang terjadi adalah

sebesar 66,67% dari item pengeluaran terdistribusikan kepada komunitas

yang terdiri dari pengeluaran homestay yang menyerap pengeluaran

sebesar 55,72% dari total pengeluaran dan pengeluaran untuk makan

yang menyerap pengeluaran sebesar 24,9% dari total pengeluaran.

Sedangkan sisanya sebesar 33,33% mengalir ke luar komunitas untuk

pengeluaran lain-lain.

Pada paket pertanian, sebesar 71,43% dari item pengeluaran

terdistribusikan kepada komunitas yang terdiri dari sewa sawah & kebun,

sewa kerbau/sapi, makan, pengairan, dan pelatihan budidaya. Kebocoran

yang terjadi sebesar 28,57% item pengeluaran mengalir keluar komunitas

Page 89: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

yang terdiri dari pengeluaran untuk membeli benih tanaman dan

pengeluaran lain-lain. Paket pertanian sendiri menyumbang pengeluaran

terbesar kedua pada total pengeluaran yaitu sebesar Rp 1.570.000,00 yang

terdistribusikan kepada masyarakat Desa Wisata Garongan.

Paket kenduri yang merupakan adat yang sudah mulai jarang ditemui

saat ini dan turut menyumbang pengeluaran terbesar ketiga sebesar Rp

625.000,00 sebanyak 100% dari item pengeluaran atau total spending

terdistribusikan kepada komunitas dan tidak ada kebocoran ke luar Desa Wisata

Garongan. Paket ini terdiri dari kenduri atau “uba rampe” dan ikrar kenduri

yang semuanya berasal dan ditangani oleh penduduk dari dalam Desa Wisata

Garongan.

Untuk paket industri rumah tangga yang menyumbang pengeluaran

pada pengeluaran total sebesar Rp 350.000,00 sebanyak 66,67% dari

itempengeluaran terdistribusikan ke komunitas dalam bentuk bahan baku salak

dan pelatihan budidaya yang semua berasal dari dalam Desa Wisata Garongan.

Sedang 33,33% dari item pengeluaran bocor ke luar komunitas dalam betuk

pengeluaran lain-lain.

Paket selanjutnya adalah outbond, pada paket ini terjadi kebocoran yang

cukup besar karena hanya 25% dari item pengeluaran yang sebesar Rp

300.000,00 yang masuk ke komunitas yang digunakan untuk upah pemandu

dan sebesar 75% dari item pengeluaran bocor ke luar komunitas yaitu dalam

bentuk sewa lahan, perlengkapan dan pengeluaran lain-lain.

Paket perikanan yang dalam kunjungan SMAK St. Louis hanya sebagai

paket tambahan, turut menyumbang sedikit pengeluaran sebesar Rp 250.000,00

sebanyak 60% dari item pengeluaran terdistribusikan ke dalam komunitas

Page 90: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

dalam bentuk pengeluaran untuk pengairan, benih ikan dan pelatihan budidaya

yang semuanya berasal dari Desa Wisata Garongan. Sedangkan sisanya sebesar

40% mengalami kebocoran ke luar komunitas dalam bentuk sewa kolam dan

pengeluaran lain-lain.

Budaya yang merupakan paket ciri khas Desa Wisata Garongan selain

paket perikanan, turut menyumbang pengeluaran sebesar Rp 150.000,00 dimana

sebanyak 50% dari itempengeluaran terdistribusikan ke dalam komunitas dalam

bentuk penari dan latihan, sedangkan 50% sisanya mengalami kebocoran ke

luar komunitas dalam bentuk pelatih dan sewa gamelan yang berasal dari luar

Desa Wisata Garongan.

Kemudian yang terakhir yang tidak masuk dalam paket namun ikut

dimasukkan karena dianggap turut menguntungkan penduduk lokal Desa

Wisata Garongan adalah transportasi lokal. Dengan value added sebesar 100%

dari itempengeluaran atau total spending terdistribusikan ke dalam komunitas

diharapkan transportasi lokal dapat menyerap baik tenaga kerja maupun sumber

daya yang ada di Desa Wisata Garongan. Dalam kunjungan kali ini transportasi

lokal menyumbang pengeluaran sebesar Rp 30.000,00 untuk sewa mobil.

Secara Keseluruhan, berdasarkan data yang ada maka dana yang

terdistribusikan ke komunitas atau masyarakat Desa Wisata Garongan

sebesar 94,56% dari total pengeluaran yang terjadi atau sekitar Rp

22.048.500,00 dengan share terbesar ada pada paket akomodasi sebesar

Rp 18.773.500,00 atau sekitar 80,52% dari total pengeluaran. Kebocoran

distribusi dana ke luar komunitas adalah sebesar Rp

1.266.410,00 atau sekitar 5,44% dari total pengeluaran. Kebocoran terjadi

dalam bentuk pengeluaran lain-lain.

Page 91: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

D. Keterbatasan Konsep CBT di Desa Wisata Garongan

Setelah secara tidak resmi berjalan selama + 18 tahun sejak tahun 1990-

an dan 5 tahun berjalan secara resmi sejak disahkan pada Tahun 2006, meski

data-data yang ada mulai tahun 2009. Namun berdasarkan hasil penelitian dan

wawancara masih terdapat beberapa kekurangan yang ada di Desa Wisata

Garongan. Seperti pada hasil penelitian Yuniati Dina, masih terdapat tarik ulur

kepentingan antar pengurus atau struktur organisasi mengenai fokus utama

Desa Wisata Garongan, apakah untuk pengoptimalan profit atau dalam hal ini

mencari keuntungan yang besar atau untuk pengoptimalan pemberdayaan

komunitas yang sampai saat ini belum mampu dikelola dengan baik sehingga

masih berjalan berlawanan.

Dalam hal ini adalah masih lemahnya manajemen desa wisata dalam

mengelola Desa Wisata Garongan, misalnya saja pencatatan keuangan maupun

buku tamu yang masih kurang baik sehingga data-data desa wisata tidak

lengkap. Dari wawancara yang dilakukan dengan Ketua Pengelola Desa Wisata

Garongan, Bapak Agus beliau mengungkapkan :

“Masih banyak kekurangan pengurus Desa Wisata Garongan, kinerja pengurus kurang maksimal, kurang pengalaman, kurang kompak, masih adanya gap untuk berbaur antara usia tua/muda dan latar belakang pendidikan, masalah pemasaran dan pengembangan obyek”

Selain karena dilatarbelakangi oleh kesibukan masing-masing pengurus

yang juga memiliki perkerjaan lain dan ada yang masih sekolah, kekurangan-

kekurangan yang disebutkan Bapak Agus tersebut akan mengakibatkan Desa

Wisata Garongan menjadi kurang optimal untuk berkembang dan

meningkatkan pelayanan yang pada akhirnya omzet atau permintaan wisata

Page 92: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

tidak akan meningkat dan kesejahteraan ekonomi masyarakat pun tidak

menjadi lebih baik.

Masalah yang juga penting adalah adanya kebocoran ekonomi atau

leakage yang terjadi dalam setiap transaksi yang terjadi. Seperti pada kasus

paket outbond dimana sebesar 75% dari item pengeluaran mengalir ke luar

komunitas, sehingga mengakibatkan dana yang terdistribusi ke komunitas tidak

optimal. Masalah kurangnya pemasaran akan mengakibatkan tingkat

kunjungan wisatawan yang relatif kecil, hal ini tentu akan menimbulkan efek

yang luas karena manajemen pemasaran adalah kunci dari berlangsungnya desa

wisata, tanpa adanya kunjungan atau hanya ada sedikit kunjungan maka

kesejahteraan penduduk Desa Wisata Garongan yang mayoritas berpenghasilan

rendah, tidak akan meningkat. Hal tersebut juga diakibatkan oleh lemahnya

bargaining power Desa Wisata Garongan terhadap pihak perantara atau tour

operator yang sering mengambil untung sendiri sehingga Desa Wisata

Garongan hanya mendapatkan pemasukan yang kecil.

Yang terakhir dan paling penting adalah adanya masalah intern dari

masyarakat maupun pengurus yang masih belum memiliki pola pikir dan fokus

tujuan yang sejalan dalam menjalankan Desa Wisata Garongan. Kurang solid

dan kurang kompaknya pengurus tentu akan membuat pengelolaan desa wisata

menjadi kurang baik dan sempat membuat kunjungan di Desa Wisata

Garongan vakum selama + 3 tahun tidak menerima kunjungan wisata. Hal

tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap berkurangnya tingkat pendapatan

masyarakat Desa Wisata Garongan.

Page 93: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil eksplorasi statistik deskriptif dapat disimpulkan

bahwa penerapan konsep pariwisata berbasis masyarakat (CBT) yang

diterapkan di Desa Wisata Garongan secara umum memberikan

manfaat ekonomi. Kesimpulan tersebut sesuai dengan hasil identifikasi

dan analisis indikator yang digunakan memperlihatkan hasil bahwa :

a. Secara Keseluruhan, berdasarkan data yang ada maka dana yang

terdistribusikan ke komunitas atau masyarakat Desa Wisata

Garongan sebesar 94,56% dari total pengeluaran yang terjadi atau

sekitar Rp 22.048.500,00 dengan share terbesar ada pada paket

akomodasi sebesar Rp 18.773.500,00 atau sekitar 80,52% dari total

pengeluaran. Kebocoran distribusi dana ke luar komunitas adalah

sebesar Rp 1.266.410,00 atau sekitar 5,44% dari total pengeluaran.

Kebocoran terjadi dalam bentuk pengeluaran lain-lain.

b. Total pengeluaran yang terpakai adalah sebesar Rp 23.314.910,00

atau sebesar 88,17% dari total pemasukan yang sebesar Rp

26.444.500,00.

c. Secara keseluruhan, sebesar 66,67% dari total item transaksi dapat

menciptakan value added, atau sebanyak 19 pos item dari 30 pos

item yang ada dapat menciptakan nilai tambah.

Page 94: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

d. Adanya dana pengembangan yang masuk ke komunitas dari

adanya kegiatan wisata di Desa Wisata Garongan.

2. Ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya

Desa Wisata Garongan, kesimpulan tersebut di dukung dari hasil pada

kesimpulan nomer satu dan pernyataan dari pengelola Desa Wisata

Garongan sendiri dalam wawancara yang telah dilakukan.

3. Keterbatasan penerapan konsep CBT di Desa Wisata Garongan antara

lain lemahnya manajemen desa wisata, kinerja pengurus kurang

maksimal, kurang pengalaman, kurang kompak, masih adanya gap

untuk berbaur antara usia tua/muda dan latar belakang pendidikan,

masalah pemasaran dan pengembangan obyek, lemahnya bargaining

power, dan terjadinya kebocoran ekonomi atau leakage.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa

saran bagi Desa Wisata Garongan, maupun bagi pihak-pihak yang

berkepentingan :

1. Segera atasi kebocoran ekonomi atau leakage yang terjadi agar aliran

dana dapat mengalir ke dalam komunitas dengan maksimal, dengan

memaksimalkan sumber daya yang ada di Desa Wisata Garongan.

Page 95: DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP/Dampak... · DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

2. Perbaiki dan tingkatkan kualitas sumber daya manusia / SDM

pengelola Desa Wisata Garongan dengan mengikuti pelatihan-

pelatihan agar dapat mengelola desa wisata dengan optimal dan dapat

mendayagunakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa

Wisata Garongan.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai dampak ekonomi

dari pengembangan konsep CBT agar dapat bermanfaat lebih optimal

secara politik, sosial, budaya, lingkungan dan ekonomi seperti yang

diungkapkan oleh Rest.