Transcript
Page 1: Buletin Terobosan Edisi 357

Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi

mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya tanpa

menghilangkan makna dan tujuan.

TëROBOSAN

AD

VER

TISI

NG

Sekapur Sirih, Cerita Musim

Panas, Halaman 2

Sikap, Wajah Masisir Baru,

Halaman 3

Laporan Utama, LPJ PPMI

Diterima Tanpa Syarat,

Halaman 4

Komentar Peristiwa, Pesan

Masisir untuk Birrul, Halaman 5

Wawancara, Sifrul: Tantangan

Berat Kita adalah Menyatukan

Masisir, Halaman 6-7

Sasrta, Berapa Tahun?, Hala-

man 8

Sketsa, Mesir, Halaman 9

Opini, Egoisme Evakuasi, Hala-

man 10

Opini, Rancunya Pendidikan

Indonesia, Halaman 11

Edisi 357 9 September 2013

Selamat Membaca!

Santai dan penting dibaca

Tajam tanpa melukai

Kritis tanpa menelanjangi

Pesan dari Masisir Untuk

Birrul Amrizal Batubara dan Sifrul Akhyar didaulat menjadi

pemimpin di PPMI untuk satu tahun ke depan. Berbagai

suara pun disampaikan kepada mereka.

Simak Komentar Peristiwa hal 5

Page 2: Buletin Terobosan Edisi 357

TëROBOSAN, Edisi 357, 9 September 2013

Cerita Musim Panas

Sekapur Sirih

Selamat kami ucapkan kepada pasangan

Amrizal Batubara dan Sifrul Akhyar yang

mendapatkan kepercayaan dari Masisir untuk

memegang amanat menjadi pemimpin di PPMI

untuk satu tahun ke depan.

Tak lupa juga kami ucapkan selamat kepada

para pimpinan MPA dan BPA yang baru saja

dilantik bersama dengan pelantikan presiden

PPMI. Kami berharap semoga jalannya roda

organisasi PPMI lebih lancar dan lebih baik dari

sebelumnya.

Pemakzulan terhadap Presiden Mursi pada

tangga 3 Juli lalu mengejutkan Mesir dan Dunia,

tak luput juga Masisir yang berada di dalamnya.

Sejak saat itu, liburan musim panas kali ini

memiliki cerita yang berbeda dari liburan tahun-

tahun sebelumnya.

Kisruh politik di Mesir kali ini mau tidak mau

kembali menguras pikiran kita. Bahkan jika krisis

saat 2011 lalu Masisir tidak terlalu

memperdulikan siapa yang pantas untuk

memimpin Mesir, krisis kali ini lebih menguras

pikiran Masisir karena tubuh Masisir pun

sekarang terpecah kepada dua kubu yang tak

akan bisa disatukan lagi.

Berbagai kegiatan yang telah direncanakan

sejak jauh hari pun terkendala dan terpaksa

diundur, bahkan dibatalkan. Pemilu raya, sidang

LPJ PPMI, pergantian pengurus kekeluargaan,

hingga rencana rekreasi pun terganggu.

Liburan kali ini pun akhirnya diisi

dengan perdebatan-perdebatan yang tak

pernah usai. Di beranda jejaring sosial

facebook tak pernah habis kita melihat

perdebatan antara pro dan kontra Presiden

Mursi. Di grup PPMI pun berulang kali

terjadi perdebatan karena beberapa berita

yang menjatuhkan karakter Syeikh Azhar

yang dimuat oleh beberapa situs informasi

di Indonesia.

Perdebatan ini masih berlangsung

hingga kini. Idul fitri yang menjadi ajang

untuk bermaafan kemarin pun seolah

hanya menjadi formalitas untuk sekedar

menuliskan kata “Mohon maaf” di akun

facebook, namun tak lama kemudian

perdebatan itu pun kembali dimulai.

Gaung evakuasi pun masih terus

diusahakan oleh beberapa pihak. Meski

bapak Presiden SBY sudah menyatakan

tidak akan memulangkan pelajar Indonesia

dari Mesir sesuai dengan pernyataan dari

Grand Syeikh Ahmad Thayyib, namun

wacana evakuasi ini masih terus

didengungkan.

Segala macam kejadian yang terjadi di

sekitar Masisir pun kemudian dihubung-

hubungkan dengan kata “Evakuasi WNI

secepatnya!” Pemboman terhadap

kediaman Menteri Dalam Negeri Mesir,

pemberlakuan jam malam, pemeriksaan

yang dilakukan terhadap beberapa rumah,

hingga kenaikan harga bahan makanan pun

menjadi alasan yang logis untuk tetap

mendesak evakuasi.

Namun ternyata isunya sekarang mulai

berubah menjadi kritikan terhadap Duta

Besar Nurfaizi Suwandi. Sebagian pihak

menjadikan momen ini sebagai waktu yang

pas untuk mengeluarkan unek-uneknya.

Di dalam grup Mendesak Evakuasi Jilid

II beberapa hari lalu terlihat ada akun yang

menyebarkan sebuah fanpage yang

berjudul “Boikot Dubes Nurfaizi Suwandi”

yang entah siapa yang membuatnya.

Kecurigaan kami tertuju pada beberapa

akun palsu di jejaring sosial yang

sepertinya memang berniat untuk

memperburuk suasana. Tidak sedikit akun-

akun palsu di jejaring sosial yang dibuat

oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggungjawab yang kemudian

melemparkan isu lalu bersembunyi di balik

akun tersebut.

Akun-akun palsu itu jelas telah

mencoreng nama Masisir secara

keseluruhan. Dunia mahasiswa yang

seharusnya diisi oleh ide-ide segar dan

pembaruan ternyata dikotori oleh oknum-

oknum yang kerdil dan tidak

bertanggungjawab.

Semoga musim panas yang paling

panas ini segera berakhir, dan kita bisa

mengambil pelajaran dari masa-masa krisis

ini. [ë]

02

Express Copy Menerima segala jenis

fotokopi

Mahatthah Mutsallas,

Hay `Asyir

Building 102 Sweesry.

Hp: 01001726484

Terbit perdana pada 21 Oktober 1990. Pendiri: Syarifuddin Abdullah, Tabrani Sabirin. Pemimpin Umum: Tsabit Qodami. Pemimpin Redaksi: Fahmi Hasan Nugroho. Pemimpin Perusahaan: Erika

Nadarul Khoir. Dewan Redaksi: Abdul Majid, M. Hadi Bakri. Reportase: A. Ainul Yaqien, M. Zainuddin, Dirga Zabrian, Luthfiatul Fuadah Al-Hasan, Ainun Mardiah, Heni Septianingsih. Editor: Zulfahani Hasyim. Pembantu Umum: Keluarga TëROBOSAN. Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cairo-Egypt. Telepon: 22609228, E-mail: [email protected]. Fa-cebook : Terobosan Masisir. Untuk pemasangan iklan, pengaduan atau berlangganan silakan menghubungi nomor telepon : 01159319878 (Tsabit), 01122217176 (Fahmi), 01148433704 (Erika)

Page 3: Buletin Terobosan Edisi 357

TëROBOSAN, Edisi 357, 9 September 2013

S i k a p

03

Masisir sudah mempunyai para pem-

impin baru. Beberapa hari yang lalu wajah

baru para pemimpin resmi disandingkan di

muka umum. Keadaan Mesir yang terus ber-

gejolak sempat menunda pergantian. Namun

kini wajah baru sudah nampak ke per-

mukaan publik Masisir. Lalu siapakah para

pemilik wajah baru tersebut?

Biasanya yang dikenal di Masisir ini han-

yalah presiden dan wakil presiden eksekutif

(DPP PPMI). Padahal tidak demikian. Sebagai

penganut sistem trias politika, Masisir

mempunyai tiga atasan pemangku kebijakan.

Mereka adalah DPP PPMI, BPA dan MPA. Jadi

jangan salah pahami jikalau Masisir hanya

dipimpin badan eksekutif, DPP PPMI saja.

Masih ada dua pilar pemimpin Masisir

lainnya yaitu MPA dan BPA.

BPA sendiri berfungsi sebagai lembaga

legislatif pembuat udang-undang. Sebagai

pembuat undang-undang BPA harus menge-

tahui keadaan Masisir secara personal mau-

pun kelembagaan organisasi. Dalam artian

BPA harus mengetahui kenyataan lapan-

gan. Dalam tulisan ini kami hendak

menyampaikan masukan kepada BPA

selaku pembuat undang-undang Masisir.

Jika melihat undang-undang, nampak-

nya banyak yang harus ditilik kembali.

Maka cara yang baik untuk melihat ken-

yataan adalah turun ke peradaban Masisir

untuk melihat lapangan. Jangan sampai un-

dang-undang ada namun tidak dilaksanakan.

Ini bisa berakibat fatal. Jangan sampai un-

dang-undang hidup tetapi tanpa nyawa!

Pilar kedua yaitu DPP PPMI yang ber-

fungsi sebagai badan eksekutif yang menjadi

kepala pemerintahan Masisir. Tugasnya

melaksanakan undang-undang yang dibuat

oleh BPA. Saat kampanye pasangan Birrul

berkoar tentang blusukan. Itu pastinya men-

jadi harapan Masisir mengingat banyak hal

yang perlu dibenahi di Masisir ini. Tidak han-

ya sebatas undang-undang organisasinya

saja, namun banyak hal lainnya. Sebagai

eksekutif tentunya DPP PPMI memiliki andil

besar dalam menentukan nasib Masisir .

Pilar yang terkahir yaitu MPA. Fungsi

selmbaga ini adalah penegakkan hukum.

Sebagai lembaga yudisial, MPA wajib bersi-

kap tegas mengawasi gerak-gerik elemen di

Masisir. Akhir-akhir ini tidak banyak sepak

terjang MPA yang kita rasakan kecuali dalam

sidang saja. Padahal banyak sekali keluhan

dan kenyataan lapangan yang melanggar

undang-undang. Semoga MPA tahun ini sege-

ra mengepakkan sayapnya!

Setelah membicarakan atasan, ada

baiknya kita membahas keadaan Masisir

secara umum. Ini karena sering kita

mendengar keluhan tentang Masisir yang

banyak apati terhadap PPMI. Jika beberapa

tahun lalu Masisir sering berdebat keras di

dalam sidang, akhir-akhir ini malah se-

baliknya. Sidang selalu sepi, bahkan tidak

pernah mencapai kuorum. Hal ini memberi

artian kepada kita bahwa Masisir sedang lesu

secara kelembagaan. Tapi bagaimana ke-

hidupan Masisir dalam kesehariannya?

Ini dia yang terkadang membuat kita

bingung. Akhir-akhir ini jika kita melihat

Masisir di dalam sidang selalu sepi, namun di

dunia maya terutamanya di grup jejaring

sosial PPMI sering ramai perdebatan. Baik

itu perdebatan politik Mesir, politik Masisir ,

soal keamanan, pro-kontra evakuasi dan isu-

isu lainnya. Memang seharusnya perdebatan

yang hangat tersebut tidak menjadi masalah

bagi kita. Malah seharusnya kita senang

dengan susana dialog yang ada di lingkungan

PPMI, meskipun baru sebatas di dunia maya.

Hanya saja, mengapa banyak sekali perde-

batan lahir dari pelempar isu dengan akun

palsu?

Ada beberapa kemungkinan mengapa

akun palsu banyak bermunculan di jejaring

dunia maya Masisir. Pertama, pengelola akun

palsu memiliki kepentingan. Entah apa

kepentingannya kita mungkin susah berspe-

kulasi. Yang jelas, kepentingan dalam bentuk

isu yang diarahkan ke Masisir sangat meru-

gikan komunitas kita. Kedua, pola berpikir

sebagian Masisir masih belum dewasa.

Alasannya, bagi mereka yang berpikir de-

wasa tentunya tidak akan tertarik membuat

akun abal-abal. Kalau saja semua Masisir

mau berpikir jauh tentang bahaya akun palsu

semacam itu, pastinya Masisir akan

damai dan lebih memusatkan perhatian

untuk membangun peradabannya.

Pada dasarnya akun yang tidak menam-

plikan sosok asli pemiliknya itu sah-sah

saja. Selama akun tidak mengacaukan

opini publik pasti tidak merugikan ban-

yak pihak. Namun tidak demikian dengan

akun yang beredar di Masisir ini. Jadi

Masisir yang hampir mayoritasnya hidup

di dunia maya banyak dirugikan.

Lagi-lagi harus membicarakan pembena-

han. Namun jangan sampai bosan karena

letak inti kehidupan memanglah di sini

(pembenahan). Karena kita diciptakan

untuk membuat perubahan, maka sudah

menjadi kewajiban untuk kita

melaksanakan titah-Nya. Pantaslah bagi

Masisir untuk berharap karena sudah

disuguhi wajah-wajah pemimpun baru.

Namun jangan jauh berharap jika Masisir

sendiri tidak mau bersuara untuk ber-

benah. Kita sebagai penghuni komunitas

mahasiswa tentu tidak mutlak harus selalu

disibukkan untuk berorganisasi. Sebagai

pelajar masih punya tugas belajar, di kampus

atau di ruang pembelajaran lain. Hanya saja,

tidak lantas pula meninggalkan organisasi

seratus persen. Karena pada kenyataannya

masih banyak kebutuhan Masisir yang dilim-

pahkan ke organisasi. Ada baiknya organisasi

berjalan dengan baik, serta rakyatnya bersi-

kap sama pula. Jadi, mari bersama-sama ber-

sikap dewasalah! [ë]

Rubrik Sikap adalah editorial buletin TëROBOSAN. Ditulis oleh tim redaksi TëROBOSAN dan mewakili suara resmi dari TëROBOSAN terhadap

suatu perkara. Tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab redaksi.

Wajah Masisir Baru

Page 4: Buletin Terobosan Edisi 357

TëROBOSAN, Edisi 357, 9 September 2013

Laporan Utama

04

29 Agustus 2013 kemarin akhirnya DPP

PPMI masa bakti 2012-2013 resmi melepas

jabatan setelah mengalami dua kali penun-

daan jadwal LPJ (Laporan Pertanggung Jawa-

ban). Penundaan ini disebabkan dua hal, per-

tama tak lain karena keputusan MPA yang

ingin mengadakan sidang umum pada bulan

Ramadhan bertentangan dengan kesepakatan

Masisir sebelumnya. MPA PPMI sempat salah

langkah karena pada awalnya sudah menen-

tukan sidang pada bulan Ramadhan. Namun

akhirnya mereka meralat keputusan tersebut

dengan memindahkan agenda pada pertenga-

han Agustus lalu. Namun rencana sidang ha-

rus kembali tertunda karena pada tanggal 14

Agustus kerusuhan politik Mesir meledak.

Pada akhirnya agenda sidang baru bisa ter-

laksana pada tanggal 29 Agustus kemarin di

gedung Konsuler.

Berbagai kegiatan yang meliputi Pemilu

Raya dan sidang umum dipusatkan di gedung

Konsuler. Keputusan ini didasari alasan kea-

manan yang tidak memungkinkan. Terlebih

Wisma Nusantara yang biasanya menjadi

pusat kegiatan PPMI dinilai tidak layak men-

jadi pusat kegiatan PPMI karena dekat

dengan salah satu pusat kerusuhan. Setelah

pihak PPMI mengadakan koordinasi dan

dengan KBRI, akhirnya mereka memutuskan

pemusatan kegiatan PPMI di gedung Kon-

suler.

Sidang umum I ini dihadiri oleh semua

pimpinan MPA terlantik, kecuali Amrizal Ba-

tubara yang sudah mengundurkan diri kare-

na maju ke bursa pencalonan presiden PPMI.

Sidang mundur dari jadwal dan baru dimulai

selepas zuhur karena menunggu kedatangan

peserta sidang. Sampai sidang dibuka tern-

yata peserta belum memenuhi kuorum. Na-

mun demikian sidang akhirnya dibuka

dengan dimulai pembahasan tata tertib sam-

bil menunggu kedatangan peserta lain. Pada

pembahasan ini Wahyuddin, selaku peserta

sidang mempertanyakan pihak MPA karena

tidak sempat melaksanakan sidang istimewa.

Pihak MPA menanggapi dengan beralasan

kondisi keamanan Mesir yang tidak kondusif.

Selain itu masalah internal yaitu kekurangan

SDM karena para pimpinan MPA pulang ke

Indonesia menjadi kendala tersendiri bagi

mereka, sehingga keadaan ini memaksa MPA

untuk membatalkan agenda yang sudah niat-

kan.

Setelah pembahasan tata tertib, presidi-

um sepakat sidang diskorsing selama sepuluh

menit.Sambil menunggu jeda skorsing, peser-

ta dipersilahkan pimpinan sidang untuk

membentuk fraksi. Pada saat itu peserta ber-

jumlah sekitar lima puluh satu orang dan

membentuk delapan fraksi. Delapan fraksi

tersebut adalah: Garu-

da, Purai, Wihdah, Suq

Sayarat, Sayonara,

Mutsallats dan tera-

khir Indo-Mesir.

Setelah terbentuk,

akhirnya sidang kem-

bali dibuka dan fraksi

disahkan tepat pukul

14.00 CLT.

Sidang pun

dilanjutkan dengan

penyampaian LPJ Kab-

inet “Bersama dan

Bersatu” yang dipim-

pin oleh Jamil. Selain itu, Delfa (selaku Wap-

res), Izdiyan (selaku Sekjen), Eko Wahyu

(selaku Bendahara) ikut mendampingi duduk

di meja LPJ.DPP PPMI diberikan waktu untuk

LPJ selama 45 menit dan selanjutnya dilanjut-

kan dengan sesi tanggapan fraksi.

Fraksi yang pertama menanggapi adalah

fraksi RX King. Fraksi ini diwakili oleh

Muhaimin dan Wahyuddin. Mereka memper-

tanyakan PPMI efektifitas acara yang banyak

diadakan pada akhir masa jabatan dan peri-

hal wujud saldo PPMI. Pada akhir tanggapan,

RX King mengklaim DPP PPMI tahun ini

sukses karena hampir semua kegiatan mere-

ka terlaksana dengan baik.

Selanjutnya giliran Fraksi Garuda yang

diwakili oleh Nanang dan Muhith. Fraksi ini

mengapresiasi semua kegiatan PPMI yang

mereka anggap efektif dengan keadaan

Masisir setahun belakangan ini. Selain tang-

gapan positif itu mereka juga menyampaikan

kekurangan PPMI, yaitu minimnya Turba.

PPMI dianggap kurang turun ke bawah

(kekeluargaan) untuk bersilaturrahim dan

bertukar pendapat bersama kekeluargaan.

Namun demikian mereka menganggap

kegiatan PPMI yang berupa pendidikan,

olahraga, seni-budaya bagus dan berhasil

terlaksana dengan baik.

Fraksi ketiga yang maju bernama Sayo-

nara. Hanafis dan Arzil yang maju mewakili

Sayonara mengatakan dengan tegas kinerja

PPMI tidak memuaskan. Apalagi dengan ban-

yak munculnya akun abal-abal jejaring sosial

yang meresahkan Masisir. Halaqah Ilmiyah

juga mereka sorot karena ternyata ada pihak

peserta yang mengaku tidak menerima sertif-

ikat sebagaimana panitia menjanjikannya.

Website PPMI pun mereka anggap tidak

maksimal, bahkan mereka menganggap web-

site milik organisasi kekeluargaan lebih baik

daripada milik PPMI. Mereka juga men-

gusulkan agar PPMI mengadakan suvei untuk

mengetahui pandangan publik Masisir akan

kinerja PPMI. Namun demikian, pada akhirn-

ya mereka memberikan apresiasi terhadap

acara Coffee Break yang dianggap

menyatukan Nusantara Masisir.

Selanjutnya, Fraksi Suq Sayarat yang di-

wakili oleh Abdul Ghafur dan Yusron maju

menyampaikan suara mereka terkait kinerja

PPMI. Suq Sayarat menganggap DPP PPMI

berhasil dan sukses karena program ter-

laksananya dianggap berkualitas. Diantara

alasannya adalah dengan melihat kegiatan

terlaksana semisal Hari Kebersamaan

Masisir, Indonesian Games, Halaqah Ilmiyah

dan hubungan organisasi lain dianggap cukup

baik. Barulah pertanyaan muncul di akhir

pembicaraan mengenai kartu PPMI yang sam-

pai saat ini belum dibagikan kepada anggota

angkatan baru, Gaza.

Setelah sebelumnya suara hanya keluar

dari kaum adam, akhirnya Fraksi Wihdah

yang diwakili oleh Nurul Chasanah dan

Tsaqofina Hanifah menyampaikan aspirasi

mereka. Wihdah menganggap PPMI sudah

bekerja dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari

berbagaia aspek. Diantaranya adalah: terci-

patanya suasana dialogis yang baik, kedeka-

tan PPMI dengan ketua-ketua kekeluargaan,

manajemen keuangan yang baik serta PPMI

telah berhasil mengkader Masisir dengan

mengadakan kegiatan bersamaangkatan Ga-

za. Lalu, mereka mempertanyakan perihal

surat-menyurat (keluar-masuk surat) yang

dianggap belum rapi. Selain itu mereka juga

menyarankan agar Presiden PPMI sebaiknya

menggunakan pulsa langganan selama se-

tahun karena Fraksi ini menganggap lebih

murah daripada harga pulsa reguler.

Setelah Wihdah, tibalah suara muncul

dari Fraksi Mutsallats yang diwakili oleh Mu-

hyidin dan Bakri. Mustallats mengatakan

bahwa PPMI kali ini sungguh luar biasa kare-

na banyak memperhatikan elemen organisasi

lain di Masisir semisal Senat dan kekeluar-

gaan. Selain itu kedekatan PPMI dengan in-

stansi al-Azhar juga menjadi tambahan

LPJ PPMI Diterima Tanpa Syarat

Bersambung ke hal 7...

Page 5: Buletin Terobosan Edisi 357

TëROBOSAN, Edisi 357, 9 September 2013

Komentar Peristiwa

05

Tsaqofina Hanifah, Ketua WIHDAH

PPMI.

“Selamat memimpin nahkoda PPMI ke

depan, menjadi pioner yang baik bagi Masisir,

menanggapi saran, kritikan membangun ang-

gota-anggotanya, bijak dalam mengambil

langkah dan keputusan.”

“ Ingatlah saudaraku, Amanah kalian

cukup berat, tapi dengan kebulatan tekad,

keikhlasan, semangat yg berkobar di jiwa

raga kalian dan dengan selalu berada di-

jalanNya, semoga Allah meridloi dan mem-

permudah urusan-urusan itu. (Amin).”

Muhammad Syukron, Mantan Wakil

Presiden PPMI Periode 2011-2012

“Semoga dengan pemimpin baru

membawa warna dan suasana baru di ling-

kungan Masisir dan bisa membawa Masisir

untuk lebih INDAH lagi serta mengemban

amanah dengan sebaik-baiknya. Amiiin”

Ramlan Indra Jaya, Mantan Pimpinan

MPA PPMI Periode 2012-2013

“Mensosialisasikan program kerja PPMI

sekalipun di RAPBO sudah dilakukan dan

mensingkronkan program/agenda PPMI

dengan berbagai elemen masisir : Kekeluar-

gaan, Ormas Masisir, Afiliatif, Almamater se-

hingga tidak terkesan bertabrakan dengan

agenda PPMI...Solusi dengan mengadakan

konsolidasi intra dengan Elemen-elemen ter-

sebut atau mensolisasikan program tersebut

melalui media/FB bila diperlukan.”

“PPMI harus punya karakter moderat,

artinya tanpa mengindahkan sebagian golon-

gan. Dan itu salah satu jargon Birrul ketika

mencalonkan menjadi Capres & Cawapres

PPMI 2013-2014. Saya pikir ini akan ditagih

oleh masisir dan harus terealisasikan, sehing-

ga dengan langkah tersebut PPMI bisa me-

rangkul semua elemen Masisir. Berdiri diatas

dan untuk semua golongan.”

“Saya pribadi melihat ada beberapa point

yang menjadi titik temu Masisir yang mung-

kin menjadi solusi: dengan mengadakan

Temu Tokoh/ Dialog Interaktif, Seni Budaya,

Olaraga, Budaya Talaqih/Diskusi. Nah,

bagaimana kemudian hal ini kemudian disia-

sati sehingga bisa mendorong Masisir dari sisi

akademis. Karena pada hakekatnya titik temu

seperti inilah yang kita harapkan, karena ini

merupakan dinamika intelektual dimana

proses ini benar-benar mengedepankan

maslahat kita sebagai mahasiswa.”

“PPMI Harus peka terhadap perkem-

bangan Masisir dan harus bertindak atau ber-

sikap tegas ketika ada hal yang bersinggun-

gan dengan Masisir, kemudian disosialisasi-

kan sikap tersebut dengan berbagai elemen-

elemen yang ada di masisir atau melalui me-

dia Online”

Fardan Satrio

Semoga dapat menjalankan amanah, se-

bagai pimpinan para duta bangsa di bumi

kinanah ini. PPMI memiliki tugas sebagai me-

diator untuk menjalin hubungan antar elemen

-elemen yang ada dalam tubuh Masisir untuk

senantiasa dapat bersinergi mewujudkan

harapan agar Masisir lebih progresif dan aktif.

Mediator disini memili dua pola , baik secara

vertikal maupun horizontal. Secara vertikal,

PPMI mencoba menjembatani atau menjadi

mediasi antara warganya dengan pihak-pihak

yang berbagai pihak baik KBRI,Kampus, dan

juga Instasi-instasi yang berkaitan dengan

kehidupan Masisir. Maupun secara horizontal,

antar kekeluargaan dan afiliatif serta per-

sonalia.

Harapan kami, PPMI ke depan lebih dapat

mendekatkan warganya terhadap dunia

perkuliahan, geliat kajian maupun pengajian,

karena aktifitas yang bersifat pengembangan

lebih dititikberatkan pada masing-masing

individu.

Ahmad Hujaj Nurrahim.

“Beberapa kawan pelajar Indonesia ingin

mengusulkan kepada Syaikh al-Azhar untuk

membuka kembali Ruwak Jawy/serambi Jawa

di masjid al-Azhar.”

“Dahulu yang dikenal orang Jawa oleh al-

Azhar adalah pelajar dari Nusantara, Melayu

dan Pattani, lebih gampangnya pelajar dari

Asia Tenggara.”

“Menurut saya ini positif, karena antusias

pelajar Indonesia untuk talaqqi di masjid al-

Azhar semakin meningkat. Apalagi setelah

pelajar dari Thailand dan Malaysia pulang

kampung, masjid al-Azhar seolah dikuasai

oleh pelajar dari Indonesia.”

“Tepatnya saya tidak tahu, apakah

rencana ini perlu melibatkan PPMI atau tidak.

Namun jika ini berhasil, wajah PPMI dihada-

pan Syaikh al-Azhar akan semakin bersinar.

Nantinya Ruwak Jawy akan menjadi tempat

kajian dan kegiatan keilmuan pelajar dari

Indonesia khususnya, dan Asia Tenggara pada

umumnya. Tergantung kepada kebijakan

Syaikh al-Azhar, Ruwak itu tetap bernama

Ruwak Jawy atau diganti menjadi Ruwak

Nusantara.”

Kurniawan Saputra

Semoga mampu membawa Masisir men-

jadi lebih ‘azhary’.

Romal Mujaddedi Ahda

Jadilah pasangan Masisir yg azhari dan

meng-azharikan Masisir.

Toton Fathoni

“Agar Lebih Meningkatkan stabilitas kea-

manan untuk para masisir, menimbang tindak

kriminal yang makin tak terbendung.”

“Hendaklah selalu mengayomi dengan

cara sering terjun langsung mencari permasa-

lahn dalam lingkup kemasisiran.”

“Menjalin kerjasama dengan lembaga2

pemberi beasiswa, baik dari dalam maupun

luar demi kemudahan studi bagi para pelajar

yg kurng mampu dan juga yang berprestasi.”

“Bekerjasama membuka jalan kemudahan

bagi para Masisir dalam pengurusan studi,

baik di azhar maupun selain azhar (umum).

“Agar menjadi jembatan yg baik bagi para

masisir untuk menyampaikan segala bentuk

aspirasi kepada pihak atasan yaitu KBRI dan

juga atase pendidikan".

Mujadid Ramli

"Harapan terbesar, adalah terjalinnya

komunikasi dan silaturahim antara masisir

dalam keberagamannya, serta menumbuhkan

kembali rasa peduli keamanan sesama

masisir"

Irvan Juliansyah

"Jangan janji doang, kerjanya juga harus

nyata"

Dhiyaul Haq

"Melaksanakan kegiatan secara

proporsional antara yang akademik dan non

akademik"

Jafar Sadiq

"Agar lebih mendekatkan Masisir, sang

presiden dan wakilnya tidak hanya terlihat

ketika ada acara formal tapi warga Masisir

tidak mendapatkanya di keseharian. Make

your leadership like Jokowi for Masisir" [ë]

Fahmi.

Pesan Masisir Untuk Birrul Rasa penasaran Masisir terhadap siapa

yang kelak akan melanjutkan estafet kepem-

impinan di Masisir terjawab sudah. Setelah

penghitungan suara yang mendebarkan dan

sempat dihiasi dengan sedikit ketegangan,

akhirnya pasangan Amrizal Batubara dan

Sifrul Akhyar didaulat untuk menjadi pem-

impin PPMI dengan perbedaan suara yang

signifikan, 260 suara dari pasangan Duo Ram-

adhan.

Dan pada 1 September kemarin mereka

pun dilantik dalam Sidan Umum I MPA PPMI

yang dihadiri oleh perwakilan dari tiap-tiap

organisasi di Masisir dan diadakan di kantor

Konsuler.

Sebagaimana mestinya, pasangan presiden

PPMI baru pastilah menjadi tumpuan harapan

Masisir terhadap masa depan PPMI selanjut-

nya, maka tidak heran banyak sekali harapan

dan pesan yang diucapkan oleh Masisir baik

secara langsung maupun tidak langsung kepa-

da mereka. Dan untuk kali ini, Terobosan ber-

niat untuk mengumpulkan beberapa pesan

dari Masisir kepada Birrul yang akan

mengemban amanat selama satu tahun

kedepan.

Page 6: Buletin Terobosan Edisi 357

TëROBOSAN, Edisi 357, 9 September 2013

Wawancara

06

Di mata anda, apa itu PPMI?

PPMI adalah Persatuan Pelajar dan Maha-

siswa Indonesia

Apakah ada pandangan lain mengenai

PPMI?

Yang jelas, salah satu fungsi PPMI adalah

sebagai penyambung lidah antar elemen2,

misalnya KBRI. Inilah yang kapasitasnya tidak

bisa sepenuhnya dilakukan oleh organisasi-

organisasi selain PPMI. Yang kedua, PPMI

adalah representasi masisir, oleh karenanya

seperti saat kampanye lalu, salah satu misi

kita adalah independen. Kita perlu inde-

penden karena itu adalah wajah dari masisir.

Jadi ketika berinteraksi dengan pihak luar,

kita bisa mengatasnamakan masisir se-

luruhnya, bukan hanya satu atau dua ke-

lompok tertentu. Seperti motto yang kemarin

kita usung, masisir yang progresif, dinamis

dan independen.

Mengapa memilih ‘independen’?

Karena dinamika itu heterogen. Plural.

Kita bermacam-macam suku daerah, almama-

ter, afiliatif dsb. Secara pribadi, wajar-wajar

saja saya mengatasnamakan diri KSW karena

saya warga KSW. Namun ketika duduk di

PPMI saya tidak bisa menyimpulkan saya

KSW, tapi harus mengatasnamakan masisir

seluruhnya. Begitu pula dengan almamater

dsb. Kita menampung semua aspirasi teman-

teman lalu menyuarakan keluar.

Mengapa ingin menjadi wapres PPMI? Apa

motivasinya?

Saya tidak maju atau mengajukan diri.

Pada awalnya isu bahwa teman-teman ingin

mengajukan saya sebagai cawapres mulai

berkembang ketika saya masih menjadi pem-

red Informatika. Saya anggap itu sebagai

lelucon dari teman-teman. Singat cerita, men-

jelang pemilihan, saya ditelpon oleh Batubara

(untuk menjadi cawapres) lalu kami putuskan

untuk ngobrol seputar hal ini di Wisma. Dan

saya sedikit menolak.

Pertanyaan yang pertamakali saya ajukan

kepada Batubara adalah, “mengapa anda

memilih saya (sebagai cawapres)?” setelah

beberapa kali berdiskusi di beberapa tempat,

singkat cerita saya meminta diberi waktu 3

hari untuk istikhoroh, konsultasi dengan sen-

ior dan teman-teman. Akhirnya setelah 3 hari

berkonsultasi dengan senior dan teman2,

mereka semua mendukung. Walaupun be-

berapa orang mendukung dengan beberapa

catatan khusus. Tidak ingin mengecewakan

mereka, akhirnya -bismillah- saya putuskan

untuk maju. Dan alhamdulillah akhirnya sep-

erti sekarang (terpilih).

Apa tantangan terbesar bagi PPMI saat ini?

Melihat kondisi Mesir saat ini, yang jelas

suhu perpolitikan Mesir sedang memanas.

PPMI jelas harus punya sikap. Sedangkan

sikap masisir banyak berbeda. Kita harus arif

dan bijak mengambil sikap sebagai instansi

induk. Ini tantangan sendiri bagi sebuah

komunitas yang internalnya sendiri mengala-

mi perbedaan. Intinya tantangan berat kita

adalah menyatukan masisir itu sendiri.

Bagaimana solusi atas tantangan tersebut?

PPMI tidak boleh masuk ke dalam masalah

itu sendiri. Artinya, kita cukup di permukaan

saja, melihat sejauh mana perbedaan itu (di

kalangan masisir). Saat ini yang tengah kita

jalankan adalah berinteraksi langsung, dengan

bersilaturrahim satu persatu. Kita minta pan-

dangan mereka besrta solusinya. Mayoritas

yang kita ajak diskusi bisa menerima perbe-

daan tersebut Cuma, tidak ada wadah untuk

menampungnya. Sementara facebook, twitter

(jejaring sosial) itu adalah media yang tidak

bisa dipertanggungjawabkan. Jika kita

menyandarkan pada sosial media, itu tidak

objektif karena banyak akun-akun anonim

yang banyak berkembang dan cukup mem-

perkeruh suasana. Bagi yang menggunakan

akun asli mereka cukup toleran dan saya kira,

masisir tidak sebrutal itu dengan menyatakan

bahwa ini salah itu salah dsb. Saya kira hanya

ada satu dua (oknum) yang ingin mem-

perkeruh suasana. Ini yang harus kita

persempit.

Menurut anda, orientasi masisir saat ini ke

arah mana?

Saya setuju dengan tulisan Pak Jamil di

Suara PPMI bahwa masisir ini paling tidak

terbagi menjadi 3. Pertama, muqoqoris atau

akademis. Mereka berkutat dengan muqoror,

rajin kuliah dan ngaji di al Azhar. Orientasi

mereka jelas, yaitu menuntut ilmu.

Yang kedua, organisatoris. Mereka banyak

berkutat dengan organisasi-organisasi di

masisir, seperti kegiatan-kegiatan yang baik

itu menunjang akademis maupun sekedar

ekstra.

Yang ketiga adalah bisnis. Yang ini adalah

bagi mahasiswa yang sedang memper-

juangkan tingkat ekonominya untuk ke-

hidupan mereka di sini.

Saya tidak menyalahkan atau mem-

benarkan salah satunya, yang jelas, orang

yang berkutat di organisasi tidak sepenuhnya

acuh tak acuh terhadap akademis. Mereka

juga sibuk dengan akademis, namun porsinya

terbagi (lebih besar ke organisasi). Begitu

pula dengan bisnis, saya kira ini bukan unsur

kesengajaan, tapi mungkin juga karena unsur

keterpaksaan.

Jadi masing-masing tidak bisa dipandang

sebelah mata. karena masing-masing memiliki

situasi dan kondisi yang berbeda-beda.

Bidang apa yang menjadi prioritas untuk

dikerjakan?

Seperti yang sering dikatakan Batubara

saat kampanye, kita akan lebih pada sisi akad-

emis. Artinya progam yang akan diselenggara-

kan lebih menunjang pada sisi akademis. Sa-

lah satunya adalah kita akan merumuskan

standar kualifikasi untuk mahasiswa. Kita

tidak bisa menyatakan mahasiswa itu gagal

atau berhasil tanpa adanya standar. Oleh ka-

renanya kita akan buat kuallifikasi, misalnya

mahasiswa tingkat satu itu harus bisa apa,

begitu juga tingkat dua dan seterusnya. Ketika

sudah kita dapatkan formula tersebut, bisa

kita follow up satu persatu. Meskipun tidak

semuanya, misalkan tingkat empat harus

menguasai mawaris, maka akan kita coba

adakan seminar tentang mawaris dan se-

bagainya.

Memantau jalannya sidang LPJ yg selama

ini digelar, sistem SGS terlihat kurang maksi-

mal. Bagaimana anda menyikapinya?

Maksimal atau tidak maksimal sistem SGS

ini berbeda di kalangan masisir. Ada yang

bilang SGS itu kurang efektif, tapi ada juga

yang bilang sistem ini sudah efektif. Artinya,

hal ini perlu kita kaji ulang, perlu rekonstruksi

lagi. Apakah sistem ini masih cocok atau tidak.

Tidak hanya itu, jika memang kurang cocok,

kita harus merumuskan sistem apa yang lebih

cocok. Misalnya kembali seperti dulu, PPMI

menjadi central dan tidak ada BPA serta MPA

agar birokrasinya tidak rumit. Tapi untuk ke

depan memang perlu kita kaji lagi.

Apa yang akan anda lakukan terhadap

rival anda?

Ketika pertama kali terpilih saya men-

elpon saudara Muttaqin dan saudara Agung.

Saya sam- paikan per-

mintaan maaf,

terima kasih

dan se-

bagainya.

Yang jelas

akan terus

kita tuntut

untuk

beker-

jasama,

dan itu

sudah bagi-

an dari kese-

pakatan sejak

masa kampa-

nye untuk

selalu beker-

jasama. Ker-

jasama itu

tidak hanya

dalam ben-

Sifrul: “Tantangan berat kita adalah menyatukan Masisir” D

oc: F

acebo

ok

.com

/sifrul.a

kh

yar

Page 7: Buletin Terobosan Edisi 357

TëROBOSAN, Edisi 357, 9 September 2013

Wawancara

07

tuk kabinet atau tidak, yang jelas dari luar

maupun dalam kita bisa saling bekerjasama.

Sedangkan kabinet sendiri masih kita musya-

warahkan dengan berbagai kekeluargaan.

Saat ini kita sedang dalam tahap meminta

delegasi 2 orang dari tiap kekeluargaan.

Setelah mendapatkan berbagai nama, baru

nanti kita saring satu persatu dengan bantu-

aan beberapa senior. Bisa jadi termasuk da-

lam nama-nama tersebut teman teman (rival)

kemarin.

Saat dialog capres cawapres, anda bilang

akan ada program ‘blusukan’?

Maksud dari blusukan itu adalah kita lebih

ingin mendekatkan diri kepada masisir. Da-

lam hal ini kita adakan program silaturrahim

ke setiap kekeluargaan dan afiliatif. Konsoli-

dasi dan sebagainya. Dan itu sudah kita

lakukan ke KMJ, teman-teman di Hussein,

Gamajatim. Tidak harus resmi, namun kita

akan lebih sering berinteraksi dengan mereka

untuk konsolidasi tentang PPMI itu sendiri.

Seperti menjemput bola, artinya kami

ingin PPMI tidak menjadi sebuah organisasi

yang eksklusif dan eksekutif. PPMI adalah

organisasi yang pro rakyat, merakyat. Jika

rakyat tidak bisa ke pemerintahan, maka

pemerintahanlah yang turun ke bawah. Bukan

berarti PPMI sebagai atasan dan masisir se-

bagai bawahan, namun kita semua sama.

PPMI hanya sebagai pelaksana saja.

Apa pesan anda kepada masisir secara

keseluruhan?

Pertama, agar menyatukan ukhuwah. Itu

yang masih perlu kita maksimalkan. Dengan

menjaga etika berkomunikasi, baik langsung

ataupun tidak langsung. Misalnya dalam sosial

media dan sebagainya. Untuk mengutamakan

akhlaq dan adab. Ketika kita mengkritik

alangkah baiknyauntuk langsung kepada

orangnya untuk tabayun, klarifikasi. Jangan

langsung diposting, yang hal itu bisa berujung

fitnah. Dalam beretika, hal ini sangat penting

terlebih kita sebagai mahasiswa. Saya sendiri

merasa paling tidak suka dengan orang suka

menghujat tanpa bisa berkontribusi atau pal-

ing tidak menawarkan solusi. Misalnya dalam

masalah evakuasi. Sebelum saya menjabat

sebagai wapres, saya mencoba secara lang-

sung menyampaikan masukan secara tertulis

kepada wakil presiden dan ketua Wihdah

untuk solusi masalah evakuasi dsb. Ini yang

saya harapkan dari masisir, agar lebih cerdas

dan bertanggungjawab dalam menyuarakan

aspirasinya.

Kedua, saya ingin menciptakan masisir

yang progresif. Artinya lebih suka bergerak.

Baik dalam bidang kajian, kuliah, organisasi.

Tidak hanya diam. Mari kita tingkatkan dunia

menulis masisir, olahraga, kita geliatkan lagi

kajian masisir, kita PPMI sangat terbuka un-

tuk bisa membantu. Seperti misi kita, harmo-

nis dan dinamis.

Harmonis untuk ukhuwah, progresif ber-

gerak, dan independen.

Karena masisir berbeda-beda, khususnya

dalam masalah ideologi. Maka sebaiknya kita

tidak memaksakan kehendak, namun lebih

banyak mendengarkan dari pada berbicara.

Karena dengan banyak berbicara itu hanya

akan memperkeruh suasana. Namun saya kira

masisir sudah cukup bagus sekarang. [ë]

Heni, Ainun.

penilaian di atas. Barulah setelah itu kritikan

dari Mustallats muncul, di antaranya mereka

menganggap PPMI kurang perhatian akan

Buletin Suara PPMI, asrama Indonesia yang

sedang dibangun dan DKKM kurang maksi-

mal. Selain itu mereka menganggap banyak

kegiatan “kaget” PPMI yang dilaksanakan,

atau acara yang insidentil. Mustallats juga

mengeluhkan PPMI yang kurang memper-

hatikan mahasiswa yang rasib.

Fraksi selanjutnya yang menyampaikan

suara adalah Kurai. Fraksi ini diwakili oleh

Mohammad Syukron dan Jasri Waldi. Pada

awalnya mereka menyampaikan apresiasi

terhadap PPMI, terutamanya mengenai

kedekatan PPMI dengan al-Azhar juga dengan

acara-acaranya yang dianggap berhasil. Mere-

ka menanyakan PPMI yang mengaku kurang

SDM, padahal Masisir sendiri kaya akan SDM.

Meskipun PPMI yang sebelumnya dianggap

oleh Fraksi lain banyak mengadakan acara di

bidang keilmuan, namun Kurai menganggap

acara penunjang akademik masih minim. Hal

ini terlihat dari minimnya tingkat kenajahan

pada tahun 2013. Selanjutnya mereka mem-

pertanyakan mengenai subsidi dana yang

dikeluarkan untuk lembaga semisal BPA.

Pada akhir tanggapan, Kurai menganggap

PPMI kurang merespon isu politik yang ter-

jadi di Mesir ini.

Fraksi Indo-Mesir merupakan Fraksi tera-

khir yang muncul. Mereka mempertanyakan

dewan redaksi buletin Suara PPMI yang di-

anggap tidak jelas. Selain itu mereka menan-

yakan bukti tanda terima serah terima jab-

atan dari bendahara lama ke yang baru. Indo-

Mesir menanyakan terkait publikasi kegiatan

PPMI yang dianggap kurang maksimal. Sum-

bangan umum yang tertera di LPJ PPMI juga

dipertanyakan kronologinya.Begitulah tang-

gapan yang muncul dari Fraksi peserta sidang

umum II.

Setelah sesi tanggapan dari para Fraksi,

tibalah saatnya DPP PPMI menjawab pertan-

yaan. Menanggapi perntanyaan RX King, ben-

dahara PPM mengatakan uang saldo dan

tanda serah terima jabatan ada di tangan

mereka.

Menanggapi Sayonara terkait akun abal-

abal, PPMI menyatakan sudah merespon

dengan mengeluarkan surat sikap PPMI. Se-

dangkan mengenai kartu PPMI sebenarnya

PPMI sudah mengurus dan sudah naik cetak.

Hanya saja pihak percetakan terkait kemalin-

gan mesin percetakannya. Jadi PPMI

menyampaikan permintaan kemakluman

hadirin sidang.

Adapaun mengenai pulsa langganan

(sanawi) yang disarankan Wihdah, PPMI

mengira pulsa tersebut lebih mahal dari pulsa

reguler dengan kisaran plus 50 pound. Ada-

pun tanggapan mengenai Suara PPMI, pihak

DPP menyatakan rasa syukurnya karena mes-

kipun banyak kendala namun akhirnya bisa

cetak enam kali. Jumlah tersebut mereka

klaim hampir memenuhi target dengan

jumlah delapan terbitan. Mengenai perkem-

bangan asrama, Jamil mengatakan sudah ada

bangunan asrama, hanya saja masih mencari

dana tambahan.

Selanjutnya terkait DKKM, PPMI hanya

bisa mengeluarkan himbauan. Mereka

menganggap tidak bijak jika seandainya

DKKM mengadakan ronda keliling sedangkan

keadaan keamanan tidak memungkinkan.

Sedangkan mengenai tanggapan kegiatan

yang dianggap Mustallats banyak kegiatan

“kaget”, PPMI menjawab bahwa kegiatan

diukur dengan RAPBO. Selama acara in-

sidental itu untuk kemaslahatan umat, maka

mereka menganggap tidak apa-apa untuk

diadakan.

Dari pertanyaan Fraksi Kurai PPMI men-

jawab bahwa sudah ada koordinasi dengan

Senat, seperti try out. Memfungsikan senat

mereka anggap penting agar bisa menjadikan

organisasi berjalan sebagaimana tujuannya.

Sedangkan tentang masalah data mahasiswa

yang rasib tahun 2013, itu bukan di bawah

kinerja Kabinet Bersama dan Bersatu. Namun

itu terkait dengan PPMI sebelumnya karena

lapor pendidikan yang tertera pada Desem-

ber 2012 adalah hasil dari usaha Masisir pada

tahun sebelumnya.

Terkait tanggapan isu Mesir, PPMI

menyatakan sudah mengeluarkan sikap keca-

man terhadap pembantaian berdarah. Namun

terkait isu politik, PPMI mengikuti jalur sikap

KBRI supaya tidak membahayakan WNI. Ada-

pun mengenai Fushul Taqwiyah yang tidak

ada dalam kegiatan tahun ini adalah karena

PPMI menggantinya dengan kegiatan semisal,

yaitu Halaqah Ilmiyah.

Begitulah kurang lebihnya tanggapan dari

para Fraksi terhadap LJP PPMI. Saat itu pre-

sidium sepakat untuk tidak menerima

standar penilaian (semisal: mumtaz, jayyid

jiddan, jayyid, maqbul). Forum hanya me-

nyepakati LPJ untuk diterima atau ditolak.

Dari pantauan kami, semua tujuh Fraksi di

atas menerima LPJ dan tanpa mengajukan

syarat sama sekali. Dengan demikian LPJ

Kabinet Bersama dan Bersatu diterima tanpa

syarat oleh presidium. [ë] Tsabit

Page 8: Buletin Terobosan Edisi 357

TëROBOSAN, Edisi 357, 9 September 2013

S a s t r a

08

Berapa Tahun?

Oleh: Nashrullah*

Dalam beberapa minggu terakhir ini, para

duta bangsa di asrama bu’ust mendapat

‘berkah dari langit’. Entah dari mana asalnya,

tiba-tiba saja ada sinyal internet (Wi-Fi) di

samping gedung tempat tinggalku. Dan

ajaibnya lagi, tidak dibutuhkan kode untuk

mengaisnya.

Tanpa ada aba-aba apapun dan dari

siapapun, segera saja berita itu menyebar ke

seluruh penjuru asrama. Bagi mereka yang

termasuk pemuda masa kini (jamak dari

miskin = enggak punya modem), mungkin ini

adalah salah satu berita paling menggembi-

rakan sepanjang hidupnya. Dalam beberapa

hari ini saja, puluhan manusia dari berbagai

Negara yang tinggal di bu’ust, berduyun-

duyun memanfaatkan berkah itu secara ber-

gantian, tertib. Jumlahnya bisa mencapai

belasan dalam setiap harinya, termasuk aku.

Namun sayang seribu sayang, entah siapa

yang mengadukan kebahagiaan para pelajar

tersebut, hingga beberapa hari terakhir ini,

walaupun sinyal itu masih ada, tapi harus

menggunakan kode khusus untuk menghub-

ungkannya dengan laptop kami.

Masalah! Aku sudah tidak bisa lagi ber-

FesBuk ria secara gratis. Ya sudahlah, takdir

Tuhan untuk hamba-Nya selalu yang terbaik,

husnuzhan-ku. Dengan berat hati, aku

kemudian berencana membeli modem

sendiri ke gerai pusat Vodafone. Ahmad se-

bagai teman setia bersedia menemaniku,

sekaligus dia juga mau membeli kartu inter-

net, karena sudah punya modem sejak ked-

atangannya di Mesir.

Pada hari yang telah direncanakan, kami

pun berangkat bersama. Sesampainya di ge-

rai Vodafone, aku dan ahmad langsung

menemui petugas atau satpam yang berjaga

di depan tempat nomor antrian. Setelah ber-

tanya-tanya sebentar tentang bagaimana

prosedur yang harus kami jalani nantinya,

kami kemudian dipersilahkan duduk di tem-

pat antrian. Beberapa menit berselang, no-

mor antrian kami terdengar nyaring di telin-

ga, kami pun bergegas menuju customer ser-

vice.

“Selamat sore dan selamat datang di gerai

Vodafone! Ada yang bisa kami bantu?” ucap

customer service berbasa-basi telat, karena

kami sudah datang puluhan menit yang lalu.

Ampyuuun! Mereka menggunakan bahasa

‘amiyah. Duh! Baru muqaddimah saja kami

harus dibuat geleng-geleng tak paham.

Bahkan bahasa pak satpam tadi lebih bagus

dan lebih bisa dimengerti. Kami yang hanya

paham ‘suwayya bass’, berusaha memahami

dari konteks kalimat dan gerakan isyarat

yang selalu muncul sebagaimana gaya orang

Mesir berbicara pada umumnya. Sempat kha-

watir akan terjadi kesalahpahaman. Tapi,

seperti kata Gus Mus, “aku harus bagaima-

na?”, hanya itu yang bisa kami lakukan.

“Sore juga, kami mau beli modem

Vodafone berikut kartunya yang dua puluh

lima pound saja,” jawabku, fusha. Dalam

hatiku berdoa, semoga tidak dibalas dengan

“shadaqallahul’azhim” sebagaimana nasib

mereka yang berbicara fusha dengan orang

Mesir. Alhamdulillah doaku terkabul secara

langsung. Mungkin karena aku berada di ge-

rai Vodafone, jadi sinyalnya kuat. Mereka

menjawab dengan sopan, khas salesman. Huu,

modus!

“Oke, tunggu sebentar ya,” pintanya.

Kemudian dia memproses modem yang se-

bentar lagi akan menjadi milikku. Ha..ha..ha..

Sejurus kemudian, kami melakukan ijab-

kabul modem untuk menjadi milikku secara

sah. Dia kemudian menjelaskan banyak

bagaimana nanti aturan penggunaan barang

kecil nan ajaib itu. Sebenarnya sih, banyak tak

pahamnya. Tapi daripada urusan ribet, kami

mengiyakan saja apa yang petugas katakan.

“Aiwah! Aiwah,” itu yang berulangkali

mereka dengar dari kami.

Sekarang giliran Ahmad yang melakukan

transaksi. Namun, karena bahasa yang men-

jadi pengantar adalah ‘amiyah, sepertinya

terjadi banyak kesalahpahaman. Transaksi

tampaknya gagal terlaksana. Akhirnya kami

berniat pulang dengan tangan hampa sebelah.

Ternyata Tuhan berkehendak lain. Belum

sempat keluar, kami menjumpai sosok

berwajah asia yang tampak sedang asyik

melihat-lihat pernak-pernik souvenir yang

dipajang di bagian depan counter. Dan dari

pengakuannya kami ketahui kemudian, bah-

wa dia dari Jawa. Klop, lah.

“Kita semua satu ras, Cak!” Hatiku

bersorak kegirangan. Kami kemudian men-

gutarakan maksud hati kami ingin membeli

kartu internet. Syukurlah, dia bersedia mem-

bantu memuluskan niat kami.

“Salam, Ya sayyidi,” ucap kawan kami.

“Alaikassalam, ada perlu apa?” balasnya.

“Ini temanku mau beli kartu internet, dia

sudah punya modem,” jawab si kawan.

Dengan asyik aku perhatikan obrolan mereka

berdua, ‘amiyah.

“Oh, jadi dia sudah punya modem?” Tanya

petugas lagi.

“Ho-oh, dia pengen kartunya saja,” sekali

lagi si kawan menegaskan. Petugas kemudian

memproses kartu tersebut. Sambil menunggu

proses jadinya kartu, aku berbasa-basi

dengan sang kawan.

“Wah, jawanya mana tadz?” tanyaku.

“Madiun,” jawab dia singkat.

“Lhoalah, tetangga sendiri. Aku Ponorogo

tadz,” jawabku sedikit sok akrab.

“Di sini tinggal di mana?” lanjutku.

“Di ‘Asyir.”

“Ustaaaadz, nggak nanya balik?? Hehe..,”

celoteh hatiku, basi.

“Hmm, udah berapa tahun di Mesir?”

tanyaku lagi laiknya wartawan. Si kawan tam-

pak kikuk ditanya soal tahun.

“Berapa tahun ya..? udah lupa. Hehe,”

jawab dia sekenanya. Ada sesuatu yang tam-

pak ditutup-tutupi.

“Udah jago ya bahasa ‘amiyahnya,

mantap!” kataku pura-pura kagum, sambil

mengacungkan dua jempolku. Teman ngo-

brolku ini malah tampak lebih kikuk lagi.

“Ah, enggak, biasa aja,” jawabnya

merendah. Aku mulai menangkap gelagat tak

biasa darinya. Sesaat, kami pun terkurung

dalam diam. Aku melirik ahmad, wajahnya

tampak sedikit mengkerut.

“Ini udah kan?” tanyanya tiba-tiba. Aku

yang terlanjur kehabisan barang basi, hanya

mengangguk menjawab pertanyaannya.

“Ya udah, kalau gitu saya mau balik dulu

ya,” pungkasnya kemudian dan mengakhiri

pertemuan itu dengan salam.

“Ok, tadz. Makasih banyak ya udah bantu,

wa’alaikumsalam,” jawabku. Kami pun

berpisah. Aku dan Ahmad kemudian

menunggu petugas yang sibuk mengurus

kartu. Tampaknya sebentar lagi segera

selesai.

“Lain kali jangan tanya ‘berapa tahun’,

kalau emang pengen tahu, tanya aja ‘udah

lama tinggal di sini? Itu juga kalau pengen

tahu, lagian juga ngapain sih pengen tahu

yang begituan? Penting ya?” tiba-tiba Ahmad

membuyarkan diamku, atau lebih tepatnya,

protes.

“Hehe, iya ya. Tapi udah terlanjur mau

gimana?”Jawabku asal.

“Kasihan tuh, dia tersinggung kayaknya,”

lanjut dia.

“Aku baru ngeh pas dia jawab tadi.

Sudahlah, Cuma nge-test teori aja kok,” ki-

lahku membela diri. “Cuma mau nge-test

benar apa enggak penyataan Pak Hasan wak-

tu di Indonesia.” Pak Hasan adalah alumni Al-

Azhar, seorang guru yang dekat dengan kami.

“Waktu itu beliau bilang kalau pertanyaan

‘berapa tahun’ udah bukan barang tabu lagi

saat ini, karena sistem seleksi Al-Azhar yang

sekarang katanya lebih ketat, otomatis kuali-

tasnya lebih bagus. Nyatanya tetap aja per-

tanyaan itu masih enggak enak di telinga kita.

Berarti teori itu enggak sepenuhnya benar,”

tukasku mengakhiri, setengah merasa ber-

dosa. Ahmad hanya diam.

Pertanyaan ‘sudah berapa tahun?’ me-

mang pertanyaan yang kurang lazim diutara-

Page 9: Buletin Terobosan Edisi 357

TëROBOSAN, Edisi 357, 9 September 2013

S k e t s a

09

Republik Arab Mesir, yang lebih akrab

kita kenal dengan sebutan Mesir atau bumi

kinanah adalah salah satu Negara yang ban-

yak di dalamnya tinggal warga Negara asing,

entah itu pelajar, pekerja dan yang lain-

lainnya. Indonesia adalah salah satu dari ban-

yaknya warga Negara asing di Mesir dan saya

adalah salah satu dari dari begitu banyaknya

warga Negara Indonesia di Mesir.

Tepat pada tanggal 25 September 2012

saya menginjakkan kaki di bumi kinanah ini

buminya para pencari ilmu, ilmu agama mau-

pun umum juga tempat yang penuh dengan

sejarah, juga orang-orang hebat didalamnya.

Rasa di hati ini bercampur aduk, senang,

sedih, dan yang lainnya, karena saya tak habis

pikir saya bisa pergi bahkan mencari ilmu

ditempat yang saya impikan sejak saya duduk

di bangku SMP.

Mesir adalah tempat yang indah penuh

dengan bangunan besar yang megah layaknya

Negara-negara Eropa itulah bayangan Mesir

ketika saya masih di Indonesia. Tapi semua

itu sedikit meleset, ternyata Mesir tidak jauh

berbeda dengan Indonesia, bahkan untuk

masalah pemandangan Indonesia lebih mem-

iliki banyak tempat rekreasi juga panorama

indah di dalamnya. Pemikiran saya masih

awam ketika awal saya tinggal di bumi

kinanah ini, tapi lambat laun saya menyadari

betapa hebatnya Negara ini, Negara yang

penuh dengan ilmu, juga banyak kebesaran

Allah didalamnya. Saya mencintai Indonesia

tetapi Mesir juga mulai kukagumi.

Negara yang tidak seluas dan tidak sebe-

sar Indonesia ini memliki kepadatan jumlah

penduduk yang mencapai 74 juta jiwa kurang

lebih. Bagaimana Mesir tidak saya kagumi,

betapa banyak konsep-konsep Islam yang

ditegakan di Negara ini mulai dari berdagang

sampai kehidupan sehari-hari.

Kehidupan sehari-hari saya memang lebih

sering dengan masyarakat Indonesia

dibandingkan dengan masyarakat Mesir,

akan tetapi itu tidak mengurangi kekaguman

saya terhadap Mesir itu sendiri. Berawal dari

sungai nil, lalu munculah peradaban dan ke-

hidupan di Mesir, Negara yang dahulunya

dipimpin oleh seorang raja yang mengaku

tuhan atau yang sering kita kenal dengan

nama Fir’aun, sampai sekarang kebanyakan

jumlah penduduknya adalah muslim.

Betapa banyak alim ulama yang lahir dari

Negara ini dan menyebabkan banyaknya

orang berbondong-bondong datang ke Mesir

untuk belajar. Bahkan sebagian juga ada yang

datang untuk berziarah, karena tidak sedikit

maqam para ulama di Mesir seperti maqam

Imam Syafi’I juga maqam cucu nabi Muham-

mad Saw. yaitu Husain lalu maqam nabi Ha-

run As. dan juga maqam-maqam para alim

ulama.

Ekonomi mesir bergantung kepada per-

tanian, media, pariwisata, ekspor minyak

bumi dan gas alam tidak jauh berbeda dengan

Indonesia yang mayoritas masyarakatnya

bekerja sebagai petani. Walaupun tidak mem-

iliki banyak pegunungan seperti Indonesia,

tidak memiliki pepohonan dan hutan yang

banyak seperti Indonesia akan tetapi Mesir

memiliki banyak tempat bersejarah, bahkan

terkenal dengan peradaban kuno dan monu-

ment kuno termegah di dunia. Misalnya Pira-

mid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta

Kuil Ramses, di Luxor, sebuah kota di wilayah

selatan, terdapat kira-kira artefak kuno yang

mencakup sekitar 65% artefak kuno di se-

luruh dunia. Kini, Mesir diakui secara luas

sebagai pusat budaya dan politikal utama di

wilayah Arab dan Timur Tengah. Dan

menurut saya, Mesir dengan Indonesia sedi-

kit memiliki persamaan jika kita ingat berapa

lama presiden ke-2 Indonesia Soeharto men-

jabat, Mesir juga memiliki presiden yang sa-

ma-sama menjabat lebih dari 30 tahun,

bahkan Mesir adalah Negara pertama di

dunia yang mengakui kemerdekaan Indone-

sia.

Ketidakstabilan itulah yang sedang Nega-

ra ini alami, mulai dari krisis ekonomi, juga

adanya beberapa masalah khususnya dalam

hal politik, tapi itu semua tidak mengganggu

aktifitas masyarak Mesir seperti dalam bi-

dang keilmuwan. Semua mahasiswa terlihat

tetap aktif dengan kuliah mereka dan tidak

banyak ikut campur dalam masalah yang

sedang menimpa Negara ini.

Mesir bisa dikatakan adalah pusatnya

ilmu agama Islam karena banyak pelajar dari

penjuru dunia yang menuntut ilmu agama ke

Negara ini. Bahkan ada beberapa orang yang

mengatakan bahwa Mesir adalah ummu

dunya, yaitu ibunya dunia, karena bisa

dikatakan banyaknya peradaban dunia yang

bermula dari sini.

Akan tetapi jika kita berbicara politik,

mungkin bisa dikatan Mesir sedikit kurang

bagus dalam hal ini, karena banyaknya

masyarakat yang kurang puas akan upaya

pemerintah dalam mengembangkan atau

memajukan Negara ini. Dan akhirnya ter-

jadilah demo di beberapa daerah, “Mursy

ahsannaas lakin huwa musy queis fii siyaasah”

ujar beberapa masyarakat Mesir. Dari sini

dapat disimpulkan bahwa Mursy memang

orang baik akan tetapi beliau kurang dalam

masalah menangani politik.

Ramdhan pun tiba bulan yang penuh

barakah dan rahmat Allah Swt. Tahun ini lah

tahun saya pertama kali berpuasa ramadhan

di Mesir, banyak dari kaka kelas yang menga-

takan puasa ramadhan di Mesir itu enak kare-

na banyaknya maidatu ar-rahman disini, tid-

ak hanya di masjid bahkan di jalan-jalan pun

juga banyak.

Maidatu ar-rahman adalah makanan yang

disediakan untuk para shooim secara cuma-

cuma, bukan makanan ringan saja yang

diberikan akan tetapi juga makanan berat

seperti daging, ayam, dan yang lainnya. Mai-

datu ar-rahman tidak hanya bisa ditemukan

di masjid-masjid, akan tetapi di jalan-jalan

pun dapat kita temukan, jadi tidak perlu takut

dalam masalah berbuka jika kita berada di

Mesir.

Ramadhan kariim, mungkin konsep itulah

yang diterapkan di Negara ini karena banyak

para hamba Allah yang berlomba dalam ke-

baikan untuk saling tolong menolong sehing-

ga menjadikan bulan ini benar-benar bulan

yang sangat mulia, mulia dihadapan Allah

juga di hadapan hambaNYA. Tetapi bukan

hanya itu yang menjadikan bulan ini menjadi

bulan yang mulia karena di bulan ini lah Allah

memerintahkan hamba-Nya untuk berpuasa

dan mendekatkan diri kepada-Nya, juga tepat

pada bulan ini lah diturunkannya Al-Quran,

kitab suci umat muslim lalu di mana terdapat

di dalamnya malam lailatul qodr, malam yang

lebih baik dari 1000 bulan, dan masih banyak

lagi hal lainnya yang membuat bulan ini bu-

lan yang sangat mulia.

Mesir Negara yang banyak terdapat

kekuasaan Allah di dalamnya, yang membuat

nengara ini memiliki keistimewaan

tersendiri. Saya mencintai Indonesia dan

Mesir pun mulai ku kagumi. [ë]

*Penulis adalah kru TëROBOSAN.

Mesir Oleh: Ahmad Ramdani*

kan. Bagi kebanyakan mahasiswa Indonesia

di Mesir, pertanyaan itu seolah mengisyarat-

kan keingintahuan seseorang terhadap masa-

lah pribadi orang lain. Entahlah, sejak kapan

pertanyaan itu menjadi barang pribadi.

Mungkin juga karena malu, sebab ketahuan

bahwa mereka“min ahli rasibin”. Padahal

rasib atau mumtaz bukanlah standar

penilaian kualitas mahasiswa. Percayalah..!

Beberapa menit berselang, petugas telah

selesai menjalankan tugas dengan baik.

“Tafadhal,” katanya sambil menyodorkan

sepotong kartu berikut embel-embelnya

kepada Ahmad.

“Syukron, assalam’alaikum,” ucap kami

serempak. Tanpa menunggu jawaban, kami

pun pulang.

*Penulis adalah Mahasiswa al-Azhar

Fakultas Bahasa Arab tingkat dua.

Page 10: Buletin Terobosan Edisi 357

TëROBOSAN, Edisi 357, 9 September 2013

Dinamika

Evakuasi, merupakan sebuah kata yang

menjadi sangat popular di kalangan masisir

akhir-akhir ini. Terlebih semenjak konflik

perang saudara di Mesir bertambah parah.

Tidak hanya popular, evakuasi menjadi hara-

pan mayoritas mereka agar dapat kembali

menghirup udara kampung halaman dan

berliburan di Indonesia. Namun dibalik itu

semua, sebenarnya evakuasi adalah suatu

tindakan yang jika kita melihatnya dari sudut

pandang manapun akan terlihat sangat me-

nyeramkan. Karena memang ia akan berkai-

tan dengan suatu kondisi yang termasuk

kedalam tingkatan sangat berbahaya.

Sebagaimana definisi evakuasi secara

etimologi yaitu perpindahan dari suatu tem-

pat yang berbahaya ketempat yang lebih

aman dikarenakan adanya gempa bumi, pe-

perangan, bencana alam, menyebarnya virus

mematikan dan sebagainya. Dan untuk

melaksanakannya kondisi pada tempat yang

berbahaya tersebut mestilah sudah termasuk

kedalam posisi membahayakan nyawa

penduduk yang ada di sana. jika belum mem-

bahyakan, seperti adanya gempa kecil yang

tidak merusak bangunan sedikitpun tidak

perlu mengevakuasi masyarakay yang ada di

tempat bencana.

Sebenarnya evakuasi tidak perlu dengan

mengadakan perjalanan jauh dan dalam

jumlah besar. Ketika seseorang melihat ru-

mah yang berada tak jauh dari rumahnya

hangus terbakar dan kemudian mengajak

tetangganya tersebut untuk tinggal sementa-

ra di rumahnya, itu sudah termasuk kedalam

kategori evakuasi. Namun istilah ini lebih

identik dengan hal-hal yang berkuantitas

besar dengan efek akibat yang besar pula.

Istilah evakuasi merupakan bahasa sera-

pan dari bahasa inggris yaitu evacuation, dan

cukup populer di kalangan pembawa berita

dan relawan penyelamat Indonesia dikare-

nakan Negara kita merupakan salah satu

Negara yang rawan akan bencana alam.

Masisir sendiri baru mengenal dengan

baik istilah ini semenjak adanya krisis revolu-

si Mesir pada tahun 2011 yang berujung

dengan lengsernya presiden berkuasa Mesir

ketika itu, Husni Mubarak. Selama krisis yang

hanya berlangsung kurang dari sebulan itu,

keadaan Mesir sangatlah mengkhawatirkan.

Ekonomi tidak berjalan sama sekali, kea-

manan tidak bisa dijamin bahkan membaha-

yakan. Masisir ketika berada di ujung tanduk.

Saat itulah presiden merekomendasikan un-

tuk mengevakuasi WNI yang berada di Mesir.

Akhirnya di bawah koordinasi langsung dari

ketua tim khusus evakuasi bapak Hatta Rad-

jasa hampir seluruh WNI yang ada di mesir

berhasil dipulangkan ke Indonesia. Sebelum

akhirnya mereka dikirim kembali ke negeri

tersebut demi melanjutkan urusan mereka

yang belum selesai baik sekolah maupun

pekerjaan, tentunya setelah Negara Mesir

sendiri aman.

Terlepas dari suksesnya evakuasi yang

dilaksanakan dua tahun silam, proses besar

ini memakan anggaran yang tidak sedikit.

Bayangkan, sekitar 6 pesawat diterbangkan

langsung dari Jakarta untuk mengangkut para

WNI yang terbagi ke dalam beberapa kloter.

Bahkan ada salah satu sumber yang menya-

takan bahwa sampai saat ini utang dari ang-

garan evakuasi tahun 2011 tersebut masih

belum terlunasi.

Tidak hanya itu, proses ini membutuhkan

bantuan tenaga yang tidak sedikit. Panitia

sendiri terbagi kepada beberapa bagian

operasional, mulai dari penjemputan WNI,

pemusatan di titik pemberangkatan, dan se-

bagainya. Secara garis besar, evakuasi mem-

iliki dampak negatif yang lebih besar dari

dampak positifnya. Namun tetap saja ketika

keadaan sudah mencapai tingkat darurat,

evakuasi berarti sangat penting bagi korban.

2011 dan 2013

Krisis yang terjadi tahun ini berbeda

dengan krisis dua tahun silam. Sebagaimana

kita ketahui pada krisis 2011 lalu, demonstra-

si massa terjadi hampir di setiap sudut Mesir,

baik di ibu kota ataupun di pedesaan pesisir

Mesir. Oleh karena itu, laju pergerakan

ekonomi Mesir mati total dan juga sector

lainnya yang ada di negeri seribu menara ini

tidak berjalan. Akibatnya, keamanan dan juga

keselamatan para WNI juga dirisaukan dan

dikhawatirkan. Akhirnya jalan akhir yang

ditempuh pemerintah untuk menjamin

keselamatan mereka adalah dengan men-

gevakuasi mereka menuju Indonesia.

Berbeda halnya dengan krisis yang terjadi

saat ini, dimana walaupun korban yang ber-

jatuhan bisa dikatakan lebih besar jumlahnya

dari krisis sebelumnya, namun nyawa dan

keselamatan WNI belum terancam. Sampai

saat tulisan ini diketik belum ada laporan

yang mengatakan bahwa WNI yang ada di

Mesir terancam hidupnya sebagai dampak

dari krisis politik ini. Hanya ada beberapa

insiden kecil yang terjadi akibat kurangnya

kewasapadaan dan kehati-hatian WNI

sendiri, seperti perampokan, pencurian dan

sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, kebu-

tuhan evakuasi bukanlah menjadi prioritas

utama pemerintah.

Benar halnya langkah yang diambil KBRI

Mesir untuk tidak mengiyakan tawaran atau

rekomendasi Presiden Republik Indonesia

untuk mengebakuasi WNI. Karena selain

menghemat pengeluaran, juga mengurangi

dampak negatif evakuasi dalam keadaan yang

belum terdata sebagai darurat.

Egoisme Evakuasi

Walaupun begitu, sampai detik ini banyak

kita jumpai WNI yang berharap pemerintah

kembali melaksanakan proses evakuasi epi-

sode kedua. Hal ini tidaklah salah sepe-

nuhnya, karena evakuasi merupakan langkah

pewaspadaan yang paling aman dengan tidak

mengancam nyawa satu orangpun. Hanya

saja, bukankah terlalu egois jika kita

mengharapkan keuntungan sepihak saja.

Bayangkan, jika kita mengharapkan evakuasi,

artinya kita juga berharap keadaan konflik

akan semakin gawat karena evakuasi tidak

dapat dilakukan dalam keadaan yang masih

terbilang aman. Demikian halnya, kita juga

mengharapkan banyak WNI yang akan kem-

bali merasakan trauma konflik, terutama

mereka yang masih kecil. Kenapa saya ka-

takan demikian, karena tanpa adanya

evakuasi, WNI yang berada di Mesir masih

menganggap keadaan belum membahayakan.

Namun ketika sudah dilaksanakannya

evakuasi, suasana yang sebenarnya aman

akan berubah mencekam seperti kejadia dua

tahun silam.

Dengan berharap adanya evakuasi, secara

tidak langsung kita juga berharap kondisi

konflik ini bertambah parah. Bukankah hal ini

merupakan kezaliman kasat mata yang be-

rada di luar pemikiran kita? Terlebih, saat ini

kita masih berjalan santai menikmati

pemandangan sore Kairo tanpa takut sedikit-

pun akan kejadian yang mengancam nyawa

kita. Bukankah ini merupakan sebuah ego-

isme pribadi yang sangat akut?

Oleh karena itu, sungguh sangat tidak

bijak jika kita hanya mengharapkan keun-

tungan pada pihak kita saja -- Karena ten-

tunya dengan adanya evakuasi WNI di Mesir

dapat kembali ke kampung halaman dengan

gratis, terlebih sekarang kita sedang berada

di masa mudik lebaran -- tanpa memper-

hatikan maslahat orang-orang selain kita,

warga Negara Mesir sendiri.

Sebagai penutup, penulis menyarankan

kepada seluruh elemen masyarakat Indonesia

yang berdomisili di Mesir, baik dalam rangka

belajar maupun bekerja untuk tidak muluk-

muluk terus menerus berharap evakuasi. Ada

baiknya kita sebagai sesama muslim men-

doakan agar Mesir kembali aman sebagaima-

na sebelum konflik, sehingga kita tidak mem-

butuhkan lagi wacana yang berbau dengan

evakuasi dan sebagainya. Bukankah seha-

rusnya evakuasi itu bermakna menyeramkan

dan menakutkan, namun kenapa malah tera-

sa nikmat? Wallahu A’lam bishshawab. [ë]

*Penulis adalah kru TëROBOSAN.

10

EGOISME EVAKUASI Oleh: Thaiburrifqi Ananda Hafifuddin*

Page 11: Buletin Terobosan Edisi 357

TëROBOSAN, Edisi 357, 9 September 2013

O p i n i

11

Rancunya Pendidikan Indonesia Oleh: Puteri Rezeki Rahayu*

Indonesia telah merdeka sejak 68 tahun

yang lalu, tepatnya tahun 1945. Indonesia juga

kaya akan SDA (Sumber daya alam). Namun

perkembangan Negara masih terlambat, apala-

gi di bidang pendidikan. Kita telisik lagi

perkembangan pendidikan di Indonesia yang

sangat memprihatinkan. Miris sekali jika

melihat wajah pendidikan Indonesia yang

masih jauh dari cantik. Ketika wajah itu terlihat

cantik dapat dipastikan terdapat banyak

polesan dan juga korban. Penulis bilang korban

karena dari 50 anak umur sekolah hanya 25%

dari mereka yang mengenyam pendidikan

bangku sekolah. Selebihnya mereka melewati

hari-hari mereka dengan bekerja membantu

orang tua. Bahkan yang berhasil menyelesaikan

jenjang strata 1 hanya 5%. ini hanya salah satu

faktor penyebab tersendatnya laju pendidikan

yang menjadi tolok ukur kemajuan suatu bang-

sa.

Bukti bahwa negara kita tertinggal dalam

bidang pendidikan sebagaimana survey yang

dilakukan oleh UNESCO (United Nations Educa-

tional Scientific and Cultural Organization)

yang menyatakan bahwa Indonesia menduduki

peringkat 10 dari 14 negara se Asia Pasifik

dalam kualitas pendidikan. Sedangkan dari

kualitas guru, Indonesia menempati urutan ke-

14 dari 14 negara, berada di bawah Vietnam

yang negaranya baru merdeka beberapa tahun

lalu. Dan dari kemampuan membaca, Indonesia

berada pada peringkat 39 dari 42 negara

berkembang di dunia.

Dari hasil survey ini kita tidak bisa menge-

lak lagi betapa tertinggalnya negara kita. Jan-

gankan bersaing dengan negara seperti Malay-

sia ataupun Singapura, dengan Vietnam saja

kita masih di bawah mereka. Padahal jika kita

tengok ke belakang sejarah perkembangan

Indonesia yang menjadi tujuan belajar bagi

negara-negara tetangga. Sebut saja Malaysia,

Negara bekas persemakmuran Inggris ini dahu-

lu mengirim warganya untuk belajar di Indone-

sia, terutama universitas ternama negri kita,

dan juga mengambil beberapa dosen dari Indo-

nesia untuk mengajar di Malaysia. Namun ken-

yatannya sekarang terbalik, banyak warga In-

donesia memimpikan sekolah di negara mena-

ra kembar itu dan menganggap pendidikan di

sana lebih baik. Begitupun dengan Singapura

yang luas negaranya tidak lebih besar dari kota

Jakarta, negara maju ini banyak digandrungi

warga Indonesia untuk melanjutkan studi

mereka. Sangat nyata dan terjadi di kehidupan

kita. Fenomena yang sangat memprihatinkan,

namun tindakan nyata dari pemerintah tidak

terlihat gelagatnya sampai sekarang. Kalaupun

ada tindakan itu hanya sekedarnya saja, tidak

memberikan dampak yang berarti.

Untuk sekolah tingkat SD/MI, SMP bahkan

SMA yang terakreditasi, hampir semuanya

memiliki titik lemah pada standar sarana dan

prasarana serta tenaga pendidik dan juga

kependidikan. Hasil ini berdasarkan analisa

hasil akreditasi 2008-2012 oleh Badan

Akreditasi Nasional Sekolah. Sudah jelas sekali

penyebab terlambatnya perkembangan Indo-

nesia. Survey di atas hanya terkhusus sekolah

yang sudah terakreditasi, bagaimana dengan

sekolah yang tidak mendapat sorotan

pemerintah yang terletak di pelosok daerah?

Pastinya lebih buruk dari sekolah yang tera-

kreditasi.

Banyak faktor yang membuat terlambatnya

perkembangan Indonesia. Jika kita llihat dari

sekolah dan pengajarannya, setidaknya ada 7

sebab: pertama, materi pelajaran terbatas dari

buku paket. Walaupun kurikulum di Indonesia

selalu berubah dari kurikulum lama ke kuriku-

lum baru, dari KBK menjadi KTSP tapi kon-

disinya tidak lebih baik. Sebenarnya apapun

kurikulum yang diterapkan tidak membawa

perubahan karena sejak era 60-an pembelaja-

ran di sekolah hanya terpaku dari buku paket

dan pemateri tidak mencari refernsi buku lain.

Kedua, metode pengajaran. Para guru

menggunakan metode pelajaran berceramah

saja karena memang metode inilah yang paling

mudah dan simple. Tidak perlu banyak per-

siapan dan tenaga, padahal pembelajaran sep-

erti inilah yang membuat pemikiran murid

terbatasi.

Ketiga, rendahnya sarana dan prasarana.

Sekolah yang fasilitasnya lengkap dan bagus

dijamin bayaran yang ditangguhkan kepada

murid pun besar karena sekarang

persekolahan sudah menjadi ladang bisnis yang

menggiurkan.

Keempat, aturan yang mengikat.

Seharusnya setiap sekolah mempunyai pera-

turan sendiri-sendiri yang mana bisa mening-

katkan kualitas sekolahnya. Jangan hanya

monoton dengan kurikulum yang diterapkan

pemerintah.

Kelima, tidak diterapkannya metode disku-

si. Untuk membuat murid aktif di kelas, guru

seharusnya menerapkan system diskusi dalam

pembelajaraan. Bukan hanya menyuruh murid

mendengarkan dan menyimak penjelasan guru.

Inilah yang membuat anak tidak kritis dan tid-

ak terbiasa bertanya apa yang belum dia pa-

hami.

Keenam, metode soal terbuka tidak

diterapkan. Padahal Finlandia yang sudah men-

erapkan metode ini menempati posisi teratas

dalam bidang bidang pendidikan. metode yang

menggunakan soal terbuka dan murid boleh

menjawab dengan membaca buku. Guru-guru

di Indonesia belum bisa menerapkannya kare-

na masih kesulitan untuk membuat soal ter-

buka.

Ketujuh, budaya mencotek. Hal yang sangat

biasa bahkan menjadi suatu adat ketika ujian

adalah mencotek. Budaya ini diwariskan turun

temurun dan diajarkan dari mulai SD sampai

tingkat guru. Kita lihat saja tes masuk pegawai

negeri jarang yang bersih dari kebiasaan ini.

Bukan hal aneh lagi ketika murid menyontek,

toh gurunya saja nyontek. Memprihatinkan.

Kita kaji dari sisi murid dan wali murid.

Pertama, sistem kebut semalam. Murid didok-

trin bahwa nilai akademis selalu yang utama

dan niali akhir selalu menjadi patokan. Padahal

proses lah yang penting. Dari doktrin inlah

mereka hanya belajar saat ujian saja. Mereka

berpikir belajar itu melelahkan yang penting-

kan hasilnya memuaskan.

Kedua, pembatasan kegiatan dari orang tua.

Kegiatan anak yang tidak berhubungan dengan

akademis tidak mendapat dukungan dari orang

tua. Mereka terkesan membatasi dan hanya

memperbolehkan anak-anaknya mengikuti les

atau semacamnya. Menurut mereka kegiatan-

kegiatan tersebut hanya mengganggu dan

membuat anak malas belajar. Pemikiran seperti

ini salah besar. Kecondongan anak berbeda-

beda begitupun kemampuannya. Apapun

kegiatan yang bisa membantu perkembangan

anaknya seharusnya mendapat support dari

orang tua. Tidak dipungkiri juga banyak orang

tua yang membebaskan anaknya untuk mengi-

kuti kegiatan selama itu positif.

Ketiga, pelajar adalah mesin pencari kerja.

Orang tua mengarahkan anaknya untuk

mendapatkan pekerjaan yang profitable dan

mempunyai masa depan, contohnya bekerja di

perusahan ternama dengan jabatan tinggi atau

menjadi pegawai negri. Mereka tidak dibiasa-

kan untuk membuat lapangan pekerjaan.

Keempat, pelajar belajar dari lingkungan.

Kehidupan zaman sekarang memprihatinkan.

Pergaulan pemuda yang sudah mengikuti barat

dan meninggalkan adat timur membuat mereka

egois terhadap sekitar. Jauh dari sopan santun

dan moral yang mencerminkan seorang

penuntut ilmu. Tayangan yang disuguhkan dan

menjadi santapan mereka setiap hari

mengajarkan pergaulan bebas yang

mempengaruhi perkembangan psikologis dan

moral mereka.

Dari sebab-seba yang disebutkan di atas

menjadi hal dasar yang menghambat pertim-

buhan pendidikan Indonesia. Inilah yang harus

dijadikan sorotan utama para pemerhati pen-

didika untuk Indonesia lebih maju. Kita rubah

pola pendidikan Indonesia dari strukturalisasi

sistem pendidikan dan hasil didikan ke kon-

sepsi pengetahuan. Dari generasi-generasi sep-

erti merekalah tongkat estafet perjuangan

negeri ini dilanjutkan. Jika penerusnya tidak

berkopenten dalam bersaing bagaimana nasib

Indonesia kedepannya? [ë]

*Penulis adalah kru TëROBOSAN.

Page 12: Buletin Terobosan Edisi 357

TëROBOSAN, Edisi 357, 9 September 2013

12

Email/YM: [email protected]

FB: Tranferindo Mesir

TëROBOSAN Mengucapkan

Selamat

Kepada para pimpinan MPA, BPA

dan Presiden PPMI terpilih masa

bakti 2013-2014.

Semoga dapat mengemban

amanah dengan maksimal, dan

dapat memberi perubahan

yang berarti bagi komunitas

Masisir.