1
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAKALAR
2.1. Geografis, Administrasi dan Kondisi Fisik
2.1.1 Batasan Geografis
Di dalam kebijakan penataan ruang nasional (PP. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN) seluruh wilayah
Kabupaten Takalar masuk dalam KSN Perkotaan Mamminasata bersamaan dengan kawasan perkotaan Maros,
Kota Makassar, perkotaan Sungguminasata dan perkotaan Takalar (ibukota kabupaten Pattalasang).
Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terlatak pada
bagian selatan. Letak astronomis Kabupaten Takalar berada pada posisi 5O3 5O38 Lintang Selatan dan
119O22 119O39 Bujur Timur, dengan luas wilayah kurang lebih 566,51 Km2. Secara administrasi Kabupaten
Takalar memiliki wilayah berbatasan dengan:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Jeneponto
Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar
Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores
2.1.2 Batasan Administrasi
Wilayah administrasi Kabupaten Takalar hingga tahun 2006 terdiri atas 7 kecamatan, dan pada tahun 2007
mengalami pemekaran wilayah menjadi 9 kecamatan. Dua wilayah kecamatan hasil pemekaran adalah
Kecamatan Sanrobone yang dimekarkan dari Kecamatan Mappakkasunggu, dan Kecamatan Galesong yang
dimekarkan dari Kecamatan Galesong Utara dan Galesong Selatan.
Sumber data dari BPS Kabupaten Takalar, menunjukkan wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan
Polombangkeng Utara dengan luas kurang lebih 212,25 Km2, atau sekitar 37,47% dari luas wilayah Kabupaten
Takalar, sedangkan kecamatan yang memiliki luasan terkecil adalah Kecamatan Galesong Utara dengan luas
wilayah kurang lebih 15,11 Km2 atau sekitar 2,67% dari luas Kabupaten Takalar. Secara rinci luas masing-
masing kecamatan di Kabupaten Takalar, diuraikan pada tabel 2.1, diagram 2.1 dan gambar 2.1.
2
Tabel 2.1
Daerah Aliran Sungai (DAS) Dalam Wilayah Kabupaten Takalar
No Nama Sungai
Panjang Lebar Debit
(m/Detik)
1 Sungai Pappa
2 Sungai Palleko
3 Sungai Mangadu
4 Sungai Jene Berang
Jumlah
Tabel 2.2
Luas Wilayah Kabupaten Takalar Berdasarkan Jumlah Kecamatan
No Kecamatan Luas
(Km2)
Porsentase
(%)
Jumlah
Desa/
Kelurahan
Ibukota
1 Mangarabombang 100,50 17,74 12 Mangadu
2 Mappakasunggu 45,27 7,99 4 Cilallang
3 Sanrobone 29,36 5,18 4 Sanrobone
4 Polombangkeng Selatan 88,07 15,55 8 Bulukunyi
5 Pattalassang 25,31 4,47 8 Pattalassang
6 Polombangkeng Utara 212,25 37,47 15 Palleko
7 Galesong 25,93 4,58 11 Galesong Kota
8 Galesong Selatan 24,71 4,36 8 Bonto Kassi
9 Galesong Utara 15,11 2,67 7 Bonto Lebang
3
Jumlah 566,51 100,00 77 -
Sumber : BPS, Kabupaten Takalar Dalam Angka 2012
Diagram 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Takalar Berdasarkan Jumlah Kecamatan
4
Peta 2.1
Peta Administrasi Kabupaten Takalar
5
PETA 2.2
PETA DEARAH ALIRAN SUNGAI KABUPATEN TAKALAR
6
2.1.3 Kondisi Fisik Dasar Wilayah
2.1.3.1 Kondisi Topografi dan Kemiringan Lereng
Berdasarkan kondisi topografi Wilayah Kabupaten Takalar berada pada ketinggian 0 1000 meter diatas
permukaan laut (mdpl), dengan bentuk permukaan lahan relatif datar, bergelombang hingga perbukitan.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Takalar merupakan daerah dataran dan wilayah pesisir dengan ketinggian 0
100 mdpl, yaitu sekitar 86,10% atau kurang lebih 48,778 Km2. Sedangkan selebihnya merupakan daerah
perbukitan dan berada pada ketinggian diatas 100 mdpl, yaitu sekitar 78,73 Km2 (tabel 1.2), kondisi sebagian
besar terdapat pada Kecamatan Polobangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan. Sumber data yang diperoleh
dan hasil analisa GIS, menujukkan keadaan topografi dan kelerengan Kabupaten Takalar sangat bervariasi, yang
secara umum berada pada kisaran 0 - 2%, 2 - 15%, 15 - 30%, 30 40% dan > 40% (lihat gambar 1.2).
Kondisi topografi tersebut memiliki potensi untuk pengembangan beberpa kegiatan perkeonomian masyarakat
seperti pertanian, perikanan, perkebunan, peruntukan lahan permukiman dan sarana prasarana sosial ekonomi
lainnya. Wilayah Kecamatan Polombangkeng Utaran dan Wilayah Kecamatan Polombangkeng Selatan selain
memiliki wilayah dataran dan sebagian kecil wilayahnya perbukitan. Wilayah ini memiliki lereng dengan
kemiringan 15-40% yang luasnya kurang lebih 78,73 Km2 atau 13% dari luas wilayah kabupaten. kondisi tersebut
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk perkembangan perkebunan.
7
Tabel 2.2.a
Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian Dari Permukaan Laut di Kabupaten Takalar
No Kecamatan
Luas (Ha)
Jumlah (Ha) 0-100 mdpl 100-500 mdpl >500mdpl
1 Mangarabombang 10.050 - - 10.050
2 Mappakasunggu 4.527 - - 4.527
3 Sanrobone 2.936 - - 2.936
4 Polombangkeng Selatan 7.960 847 - 8.807
5 Pattalassang 2.531 - - 2.531
6 Polombangkeng Utara 14.199 6.904 122 21.225
7 Galesong 2.593 - - 2.593
8 Galesong Selatan 2.471 - - 2.471
9 Galesong Utara 1.511 - - 1.511,00
Jumlah 48.778 7.751 122 56.651
Prosentase (%) 86,10 13,68 0,22 100
Sumber : BPS, Kabupaten Takalar Dalam Angka 2012
Kemiringan lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi suatu wilayah yang sangat
berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak mempengaruhi penataan lingkungan alami. Untuk kawasan
terbangun, kondisi topografi berpengaruh terhadap terjadinya longsor dan terhadap konstruksi bangunan.
Kemiringan lereng merupakan salah satu faktor utama yang menentukan fungsi kawasan, untuk diarahkan
sebagai kawasan lindung atau kawasan budidaya. Penggunaan lahan untuk kawasan fungsional seperti
persawahan, ladang dan kawasan terbangun membutuhkan lahan dengan kemiringan dibawah 15%, sedangkan
lahan dengan kemiringan diatas 40% akan sangat sesuai untuk penggunaan perkebunan, pertanian tanaman
keras dan hutan. Karakteristik tiap kemiringan lereng diuraikan sebagai berikut :
Kelerengan 0% - 5% dapat digunakan secara intensif dengan pengelolaan kecil.
8
Kelerengan 5% - 10% dapat digunakan untuk kegiatan perkotaan dan pertanian, namun bila terjadi
kesalahan dalam pengelolaannya masih mungkin terjadi erosi.
Kelerengan 10% - 30% merupakan daerah yang sangat mungkin mengalami erosi, terutama bila tumbuhan
pada permukaannya ditebang, daerah ini masih dapat dibudidayakan namun dengan usaha lebih.
Kelerengan > 30% merupakan daerah yang sangat peka terhadap bahaya erosi, dan kegiatan di atasnya
harus bersifat non budidaya. Apabila terjadi penebangan hutan akan membawa akibat terhadap lingkungan
yang lebih luas.
Kelerengan 10% - 30% merupakan daerah yang sangat mungkin mengalami erosi, terutama bila tumbuhan
pada permukaannya ditebang, daerah ini masih dapat dibudidayakan namun dengan usaha lebih.
Kelerengan > 30% merupakan daerah yang sangat peka terhadap bahaya erosi, dan kegiatan di atasnya
harus bersifat non budidaya. Apabila terjadi penebangan hutan akan membawa akibat terhadap lingkungan
yang lebih luas.
2.1.3.2 Kondisi Struktur Geologi
Struktur geologi Kabupaten Takalar dipengaruhi oleh formasi camba, terobosan, gunung api cindako,
formasi tonasa dan endapan aluvium. Masing masing formasi batuan tersebut memiliki karakteristik yang
membentuk struktur tanah dan batuan, antara lain :
Formasi Terobosan, terbentuk atas batuan basal
Formasi Camba terbentuk atas sendimen laut berselingan
Formasi Tonasa terbentuk atas batuan gamping
Formasi Gunung ApiCindako, terbentuk atas batuan lava-breksi-tufa-konglomerat dan terutama lava
Endapan alivium dan pantai, terbentuk atas kerikil, pasir, lempung, dan lumpur
Jenis batuan atau geologi Kabupaten Takalar terdiri dari; Vulcanic (batuan Vulkanik), batuan ini merupakan
batuan tertua yang telah mengalami perubahan, sebagian besar batu kapur terbentang sepanjang pantai
perbatasan Takalar dengan Jeneponto. Gunung Api Baturape Cindako merupakan batuan vulkanik basal yang
terdiri dari lava dan batuan piroklastik yang bersilangan dengan tufa dan batu pasir. Batuan ini tersebar luas di
wilayah pegunungan dan daerah dataran (jelasnya lihat gambar 1.6). Lapisan batuan ini memiliki porositas dan
permeabilitas yang rendah. Batuan Instrusif terdiri atas batuan basal mulai dari dolerit, diorit, gabbro hingga
diabase.
2.1.3.3 Kondisi Jenis Tanah
Keadaan jenis tanah Kabupaten Takalar secara umum termasuk dalam golongan stadium dewasa dengan
tekstur permukaan halus, umunya kondisi tanah tersebut dipengaruhi fromasi pada pegunungan Bawakaraeng
9
dan Lompobattang. Tatanan statigrafi pada umumnya terdiri dari endapan Aluvium, Miosen tengah-akhir serta
Eosen akhir-Miosen tengah dengan sedikit terobosan Andesit. Endapan Aluvium terdiri dari lempung, pasir,
lumpur, kerikil dan bongkah batuan yang tidak padu (lepas). Endapan ini berasal dari hasil desintegrasi batuan
yang lebih tua. Struktur tanah yang terbentuk meliputi jenis tanah entisol, inceptisol, molisol, dan ultisol (lihat
tabel 1.3).
Tabel 2.2.b
Klasifikasi Jenis Tanah di Kabupaten Takalar di Rinci Menurut Kecamatan
No Kecamatan
Luas Jenis Tanah (Ha)
Inceptiol Ultisol Molisol Entisol
1 Mangarabombang 6.970,25 847,24 451,34 1.525,74
2 Mappakasunggu 1.154,83 - - 3.896,18
3 Sanrobone 1.869,76 - - -
4 Polombangkeng Selatan 6.041,31 2.705,62 - -
5 Patalassang 1.814,24 - - -
6 Polombangkeng Utara 14.975,05 7.686,92 - -
7 Galesong 2.320,27 - - 86,29
8 Galesong Selatan 1.910,23 - - 73,62
9 Galesong Utara 2.029,48 - - -
Jumlah 39.085,42 11.239,79 451,34 5.581,83
Sumber : RTR Mamminasata Tahun 2007 dan Analisis GIS Tahun 2010
10
PETA 2.3
PETA STRUKTUR GEOLOGI TANAH KABUPATEN TAKALAR
11
PETA 2.4
PETA INDEKS KEMIRINGAN LERENG KABUPATEN TAKALAR
12
Morfologi dataran rendah dan pantai terdapat di sebelah barat, memanjang dari utara ke selatan dan pada
umumnya diisi oleh endapan sedimen Sungai dan pantai berpotensi pengembangan pertanian dan perikanan
(tambak). Sedangkan morfologi perbukitan dengan ketinggian 50 200 meter dari permukaan laut yang berada
pada bagian tengah ke arah Timur dan Selatan pada umumnya wilayah perbukitan yang berpotensi untuk
pengembangan perkebunan.
2.1.3.4 Klimatologi
Kondisi iklim wilayah Kabupaten Takalar dan sekitarnya secara umum ditandai dengan jumlah hari hujan
dan curah hujan yang relatif tinggi, dan sangat dipengaruhi oleh angin musim. Pada dasarnya angin musim di
Kabupaten Takalar dipengaruhi oleh letak geografis wilayah yang merupakan pertemuan Selat Makassar dan
Laut Flores, kondisi ini berdampak pada putaran angin yang dapat berubah setiap waktu, hal terutama terjadi
pada Kecamatan Mangarabombang, sehingga pada beberapa kawasan di wilayah ini mengalami kekeringan
terutama pada musim kemarau.
Berdasarkan hasil pengamatan stasiun hujan di Kabupaten Takalar, menunjukkan suhu udara minimum
rata-rata 22,2OC hingga 20,4OC pada bulan Februari Agustus dan suhu udara maksimum mencapai 30,5OC
hingga 33,9OC pada bulan September Januari. Tingkat curah hujan dan jumlah hari hujan dalam periode empat
tahun terakhir mengalami perubahan intensitas curah hujan setiap tahunnya, dengan rerata terbesar terjadi pada
tahun 2007 yang mencapai 107 hh dengan curah hujan 555,42 mmHg. Dalam kurun waktu tersebut, jumlah hari
hujan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu 88 Hari hujan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada tahun
2006 dengan rerata intensitas curah hujan menacapai 192 mmHg. Secara rinci jumlah hari hujan dan intensitas
curah hujan tiga tahun terakhir, diuraikan pada tabel 1.4 dan tabel 1.5. Hasil pengamatan dari Stasiun Hujan BPP
Pattalassang 426 A, BPP 423 D Pattallassang, dan Stasiun Hujan Lassang 426 F, memperlihatkan rerata jumlah
hari hujan pada tahun terakhir berkisar antara 8 9 hari hujan setiap bulan, dengan rerata intensitas curah hujan
berkisar antara 166 216 mmHg perbulan. Dari hasil pengamatan tersebut dapat diuraikan bahwa musim hujan
di wilayah ini berawal pada Bulan November dan berakhir pada Bulan Mei, sedangkan musim kemarau dimulai
pada Bulan Juni hingga Bulan September.
13
Tabel 2.2.c
Perkembangan Jumlah Hari Hujan dan Intensitas Curah Hujan Kabupaten Takalar
No Bulan
Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2008
HH CH HH CH HH CH
1 Januari 17 811 22 1.567 16 388
2 Februari 21 509 15 711 16 449
3 Maret 14 98 20 1.376 20 441
4 April 7 36 13 669 15 140
5 Mei 2 23 1 52 12 153
6 Juni 2 5 1 13 12 277
7 Juli 1 - - 9 - -
8 Agustus - - - - - -
9 September - 5 - - - -
10 Oktober 2 56 4 82 - -
11 November 8 90 13 615 3 19
12 Desember 14 962 18 1.571 17 437
Jumlah/Rerata 88 216,25 107,00 555,42 111,00 192,00
Sumber : BPS, Kabupaten Takalar Dalam Angka, 2012.
2.1.3.5 Kondisi Sumber Daya Air
Potensi sumberdaya air di Kabupaten Takalar selain dipengaruhi oleh kondisi klimatologi wilayah, juga
dipengaruhi oleh beberapa aliran sungai yang melintas pada beberapa kawasan. Potensi sumberdaya air
tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian dan sumber air baku untuk kebutuhan lainnya.
14
A. Potensi Air tanah
Potensi air tanah dapat dimanfaatkan sebagai air baku untuk berbagai kepentingan kegiatan masyarakat, baik
untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk menunjang kegiatan ekonomi mayarakat. Potensi air tanah yang
terdapat di Kabupaten Takalar ditunjang oleh keberadaan aliran sungai. Selain itu potensi air di Kabupaten
Takalar juga dipengaruhi oleh Wilayah Aliran Sungai (WAS) Jeneberang, yang sebagian besar dimanfaatkan
untuk kegiatan pertanian dan sumber air bersih (DAM Bili-Bili).
Potensi air tanah sebagian besar yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga (konsumsi
dan MCK) diperoleh dari pemanfaatan sumur tanah dangkal dan sumur bor. Kedalaman air tanah di Kabupaten
Takalar cukup bervariasi, pada wilayah pesisir sebagian besar kedalaman air tanah berkisar antara 3 5 meter,
sedangkan pada daerah perbukitan berkisar antara 7 10 meter. Kondisi tersebut memiliki filtrasi air tanah yang
rendah sampai sedang, sehingga untuk kebutuhan konsumsi diperlukan pengolahan sesuai dengan standar
kesehatan untuk memperoleh air bersih yang higienis.
B. Pengembangan Air Tanah
Pengembangan dan pengolahan air tanah di Kabupaten Takalar memerlukan kajian lebih lanjut untuk
memperoleh kualitas dan kebutuhan secara kuantitas untuk masing-masing sektor kegiatan masyarakat. Pada
intinya kebutuhan mendasar untuk pengembangan sumberdaya air diperuntukan untuk menunjang kegiatan
pertanian, sehingga dibutuhkan cadangan sumber air yang cukup besar.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Takalar dan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
untuk memenuhi kebutuhan air baku, diantaranya pengendalian sumberdaya air melalui pembuatan bendungan/
DAM/embung, sistem jaringan irigasi dan sistem jaringan air bersih. Untuk implementasi pengendalian
pengelolaan sumberdaya air diperlukan pengawasan melalui instansi teknis terkait untuk mencegah terjadinya
krisis kebutuhan pelayanan akan air baku.
Beberpa hal mendasar menjadi permasalahan potensi air adalah terjadinya kekurangan air pada beberapa
kawasan seperti di Kecamatan Mangarabombang, hal disebabkan oleh kurang optimalnya sistem pengedalian air
di kawasan ini, sehingga pada musim kemarau mengalami kekurangan air. Hal tersebut selain dipengaruhi oleh
putaran musim dan iklim juga dipengaruhi oleh kondisi topografi yang bergelombang, sehingga mengalami
kesulitan dalam hal penyediaan air baku secara gravitasi.
15
C. Pengembangan Bendung dan Embung
Salah satu upaya pengelolaan sumberdaya air di Kabupaten Takalar adalah pengembangan bendungan
dan embung. Sejauh ini telah dibangun 5 buah bendungan yang diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan air
bagi lahan pertanian, yakni bendungan Kampili Bissua, Pammukkulu, Jenemarrung, Jenetallasa, Jenemaeja.
Untuk kebutuhan cadangan air, tersedia bangunan embung di Kecamatan Mangarabombang, yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air baku pada Desa Laikang dan sekitarnya. Namun demikian bangunan
embung tersebut masih kurang berfungsi optimal, olah karena hanya berfungsi untuk menampung air hujan,
sehingga pada kondisi tertentu tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal tersebut, memerlukan penanganan untuk
memperoleh suplai air baku, salah satu diantaranya diperlukan area peresapan air melalui kegiatan penghijauan
disekitar bangun embung.
2.1.3.6 Karakteristik Fisik Pantai
Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih ekosistem dan sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir
ada yang secara terus menerus tergenangi air dan ada pula yang tergenangi air sesaat. Sedangkan berdasarkan
sifatnya, ekosistem pesisir dapat dibedakan atas ekosistem yang bersifat alamiah dan ekosistem buatan. Yang
termasuk dalam ekosistem alamiah adalah hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, pantai berpasir,
pantai berbatu, estuaria. Sedangkan ekosistem buatan terdiri dari tambak, sawah pasang surut, kawasan
pariwisata, kawasan industri dan kawasan pemukiman.
2.1.3.7 Hydro-Oceanografi
Kabupaten Takalar ditinjau dari sudut oceanografi memiliki daerah perairan atau atau laut. Hal ini dapat
dilihat pada daerah bagian barat dan selatan, serta wilayah pulau-pulau terhampar pesisir pantai sepanjang
kurang lebih 95,8 Km. Panjang pantai Daerah pesisir pantai tersebut cukup potensial bila dimanfaatkan sebagai
wilayah pengembangan perikanan laut karena memiliki bermacam-macam hasil laut, seperti udang, ikan
cakalang, kepiting dan hasil-hasil laut lainnya seperti rumput laut yang dewasa ini telah diusahakan oleh para
nelayan.
Gelombang merupakan salah satu parameter oceanografi fisika yang sangat mempengaruhi kondisi
pantai. Gelombang sebagai parameter yang sangat penting dalam suatu survey pantai dimana penyebab
pembentuknya adalah akibat angin, letusan gunung api bawah laut, peristiwa tsunami dan akibat pergerakan tata
surya. Data hasil pengukuran di lokasi survey pada wilayah pesisir Kabupaten Takalar yaitu berkisar antara 5,63
m/det 20,25 m/det.
Pengukuran arah dan kecepatan arus pada daerah survey pantai dimaksudkan untuk memperoleh informasi
lebih jauh tentang dampak hembusan angin dan diasumsikan arah arus mengikuti (searah) dengan pola sebaran
16
angin. Di samping itu untuk mengetahui kemungkinan arus turbulensi dan pola arus menyebabkan proses
sedimentasi pada daerah tersebut. Hasil pengukuran arus pada wilayah survey yaitu berkisar antara 0,13 0,93
m/det dengan arah 200 310, sedangkan arus yang terjadi dipantai umumnya adalah arus susur pantai.
Analisis pasang surut dimaksudkan untuk mengatahui tipe pasang surut yang terjadi dalam suatu lokasi
tertentu dalam sehari semalam. Dari hasil pengamatan pasang surut yang dilakukan menunjukkan bahwa daerah
survey memiliki tipe pasang surut campuran, yaitu tipe diurnal dan semidiurnal.
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui kemiringan pantai terhadap lautan. Dari hasil hasil dan
pengamatan yang dilakukan, kelandaian pantai pada wilayah Kabupaten Takalar secara umum untuk lokasi
survey adalah kelandaian kerkisar antara 43,3 % 60% ini menunjukkan bahwa daerah survey memiliki pantai
yang terjal.
Wilayah pesisir pantai Kabupaten Takalar yang panjangnya sekitar 95,8 km kenampakan garis muka
pantainya umumnya adalah laut terbuka, namun ada beberapa kawasan yang berbentuk teluk, utamanya di
Kecamatan Mangarabombang. Kondisi kenampakan garis muka pantai Kabupaten Takalar sangat dipengaruhi
oleh besarnya arus ombak dan gelombang dimana keberadaanya dipengaruhi oleh laut lepas (Laut Flores) serta
pengaruh sendimentasi di sekitar muara sungai.
2.2. Demografi
Penduduk merupakan salah satu unsur utama dalam pembentukan suatu wilayah, karakteristik penduduk
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan atau pembangunan suatu wilayah dengan
mempertimbangkan pertumbuhan penduduk, komposisi struktur kepedudukan serta adat istiadat dan kebiasaan
penduduk. Dengan demikian karakteristik penduduk sangat diperlukan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang
(RTR).
2.2.1 Estimasi Perkembangan Penduduk
Perkembangan atau pertumbuhan penduduk merupakan indeks perbandingan jumlah penduduk pada suatu
tahun terhadap jumlah penduduk pada tahun sebelumnya. Perkembangan jumlah penduduk dalam suatu wilayah
dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian (pertambahan alami), selain itu juga dipengaruhi adanya faktor
migrasi penduduk yaitu perpindahan keluar dan masuk. Pada dasarnya tingkat pertumbuhan jumlah penduduk,
dapat digunakan untuk mengasumsikan prediksi atau meramalkan perkiraan jumlah penduduk dimasa yang akan
datang. Prediksi perkiraan jumlah penduduk dimasa yang akan datang dilakukan dengan pendekatan matematis
dengan pertimbangan pertumbuhan jumlah penduduk 5 tahun terakhir. Data jumlah penduduk Kabupaten
Takalar 5 tahun terakhir menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2004 sebanyak 246.001 jiwa, sedangkan
pada tahun 2008 mencapai 255.154 jiwa. Hal tersebut memperlihatkan adanya pertambahan jumlah penduduk
17
sekitar 9.153 jiwa selama kurun waktu 5 tahun terakhir, dengan rata-rata pertumbuhan 0,68% pertahun. Indeks
pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Takalar pada setiap kecamatan selama waktu tahun 2007 hingga
2011, diuraikan pada tabel 1.14.
18
Tabel 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Takalar Tahun 2007-2011
Nama Kecamatan
Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Tahun
Tahun Tahun
Tahun
Tahun Tahun Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
n-5 n-4 n-3 n-2 n-1 n-5 n-4 n-3 n-2 n-1 n-5 n-4 n-3 n-2 n-1 n-5 n-4 n-3 n-2 n-1
Mangarabombang 35.619 36.046 35.237 36.689 37.058
7.124
7.209
7.047 8446 8531 427 -809 1.452 369 403
354
359
351
365
369
Mappakasunggu 14.494 14.615 14.562 15.139 15.291
2.899
2.923
2.912 3383 3417 121 -53 577 152 153
320
323
322
344
338
Sanrobone 12.768 12.875 12.726 13.276 13.410
2.554
2.575
2.545 2893 2922 107 -149 550 134 133
435
439
433
452
457
Polombangkeng Selatan 25.230 25.547 25.692 26.754 27.023
5.046
5.109
5.138 6718 6785 317 145 1.062 269 270
286
290
292
304
307
Patalassang 31.229 31.819 33.177 34.729 35.079
6.246
6.364
6.635 8048 8129 590 1.358 1.552 350 349
1.234
1.257
1.311
1.372
1.386
Polombangkeng Utara 42.643 43.347 43.629 45.825 46.286
8.529
8.669
8.726 1120
0 1131
3 704 282 2.196 461 462
201
204
206
216
218
Galesong 34.544 34.887 22.811 23.854 24.094
6.909
6.977
4.562 8468 8553 343
-12.07
6 1.043 240 14.03
1
1.332
1.345
880
1.441
1.456
Galesong Selatan 22.327 22.549 35.838 37.371 37.747
4.465
4.510
7.168 5344 5398 222 13.28
9 1.533 376
-13.41
3
904
913
1.450
965
975
Galesong Utara 33.141 33.469 34.302 35.966 36.328
6.628
6.694
6.860 7924 8004 328 833 1.664 362 363
2.193
2.215
2.270
2.380
2.404
Sumber : BPS, Kabupaten Dalam Angka Takalar 2012
19
Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk digunakan rumus:
r :
(Po- P(n-1)
X 100 %
Po
Proyeksi Penduduk :
Pt : Po (1+ r) ^n
Dengan: r : Laju Pertumbuhan Penduduk pertahun (2,65 %) Po : Jumlah Penduduk Tahun Berjalan Pt : Jumlah Penduduk (n+1) n : Jumlah Tahun
20
Tabel 2.4 Jumlah penduduk dan proyeksi 5 tahun
Nama Kecamatan
Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
n+1 n+2 n+3 n+4 n+5 n+1 n+2 n+3 n+4 n+5 n+1 n+2 n+3 n+4 n+5 n+1 n+2 n+3 n+4 n+5
Mangarabombang 35.619 36.563 38.526 40.595 42.775 8531 8757,1
9.227
9.981
11.081 944 1.964 2.069 2.180 -
34.244
354 363,8 383,3 404 426
Mappakasunggu 14.494 14.878 15.677 16.519 17.406 3417 12472
13.142
14.215
15.782 384 799 842 887 -8.875
320 328,7 346,3 365 384
Sanrobone 12.768 13.106 13.810 14.552 15.333 2922 10665
11.238
12.155
13.496 338 704 742 781 -6.802
435 446,4 470,4 496 522
Polombangkeng Selatan 25.230 25.899 27.289 28.755 30.299 6785 24765
26.095
28.225
31.338 669 1.391 1.466 1.544
-28.972
286 294,1 309,9 327 344
Patalassang 31.229 32.057 33.778 35.592 37.503 8129 29671
31.264
33.816
37.546 828 1.722 1.814 1.911 -
28.972
1.234 1267 1335 1.406 1.482
Polombangkeng Utara 42.643 43.773 46.124 48.601 51.211 11313 41292
43.510
47.061
52.252 1.130 2.351 2.477 2.610 -
42.680
201 206,2 217,3 229 241
Galesong 34.544 35.459 37.364 39.370 41.484 8553 31218
32.895
35.580
39.504 915 1.904 2.007 2.114 -
32.953
1.332 1368 1441 1.518 1.600
Galesong Selatan 22.327 22.919 24.149 25.446 26.813 5398 19703
20.761
22.455
24.932 592 1.231 1.297 1.367 -
18.282
904 927,5 977,3 1.030 1.085
Galesong Utara 33.141 34.019 35.846 37.771 39.800 8004 8004
8.434
9.122
10.128 878 1.827 1.925 2.028 -
31.269
2.193 2251 2372 2.500 2.634
21
2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah
2.3.1 Kinerja Pelaksanaan APBD
APBD Tahun 2008-2012 memberikan gambaran trend yang positif dengan rata-rata kenaikan sebesar
10,51 %. Gambaran perkembangan struktur pendapatan dan belanja Tahun 2008-2012 menunjukkan bahwa
meskipun mengalami kenaikan rata-rata persentase realisasi pendapatan sebesar 10,51 %, tetapi kenaikannya
tidak stabil. Pada Tahun 2008 ke Tahun 2009 naik sebesar 1,05 % selanjutnya Tahun 2009 ke Tahun 2010 naik
sebesar 17,95 % , Tahun 2010 ke Tahun 2011 naik sebesar 19,28 %, dan Tahun 2011 ke Tahun 2012
kenaikannya sebesar 3,77 %. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
22
Tabel 2.5
Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2008-2012
Nomor Uraian
TAHUN
Rata-rata Pertumbuhan
2008 2009 2010 2011 2012
1 PENDAPATAN 410.160.643.901,37 414.450.422.301,82 488.824.696.973,33 583.076.424.535,98 606.117.288.998,29 10,56
1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
13.213.550.123,37 13.982.155.696,82 12.394.100.941,48 14.874.564.890,04 32.935.638.682,76 33,97
1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah
1.666.852.041,00 2.025.893.355,00 2.175.048.647,00 2.804.935.252,00 3.826.186.182,00 23,57
1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah
4.079.869.870,00 3.322.435.519,14 2.807.706.548,48 3.844.638.562,86 20.404.883.566,00 108,40
1.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
3.460.437.687,74 4.111.937.055,47 4.409.502.629,29 4.946.835.453,00 4.946.231.761,69 9,56
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
4.006.390.524,63 4.521.889.767,21 3.001.843.116,71 3.278.155.622,18 3.758.337.173,07 0,78
1.2 PENDAPATAN TRANSFER 393.947.093.778,00 391.557.712.223,00 418.358.661.899,85 479.745.197.205,94 560.374.546.735,53 9,43
1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
373.861.849.842,00 370.473.791.408,00 374.856.970.941,00 401.992.266.181,00 482.167.645.430,00 6,87
1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak 19.191.583.029,00 11.069.470.794,00 14.470.689.319,00 9.130.063.189,00 13.636.965.006,00 0,22
23
1.2.1.2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
3.186.252.813,00 10.868.486.614,00 12.847.397.622,00 14.698.746.992,00 12.414.277.424,00 64,55
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 294.665.014.000,00 292.181.834.000,00 304.060.484.000,00 334.534.656.000,00 409.280.603.000,00 8,90
1.2.1.4 Dana Alokasi khusus 56.819.000.000,00 56.354.000.000,00 43.478.400.000,00 43.628.800.000,00 46.835.800.000,00 -3,99
1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
1.847.487.200,00 11.492.795.740,00 22.542.506.400,00 59.401.328.280,00 59.479.153.000,00 195,47
1.2.2.1 Dana Otonomi Khusus -
- 0 0
1.2.2.2 Dana Penyesuaian 1.847.487.200,00 11.492.795.740,00 22.542.506.400,00 59.401.328.280,00 59.479.153.000,00 195,47
1.2.3 Transfer Pemerintah Provinsi
18.237.756.736,00 9.591.125.075,00 20.959.184.558,85 18.351.602.744,94 18.727.748.305,53 15,18
1.2.3.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak
10.182.999.637,00 9.591.125.075,00 12.590.983.558,85 18.351.602.744,94 18.727.748.305,53 18,32
1.2.3.2 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
8.054.757.099,00
- 8.368.201.000,00 0 0 #DIV/0!
#DIV/0!
1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
3.000.000.000,00 8.910.554.382,00 58.071.934.132,00 88.456.662.440,00 12.807.103.580,00 178,89
1.3.1 Pendapatan Hibah - 2.564.945.182,00 58.071.934.132,00 78.290.202.000,00 0 #DIV/0!
1.3.2 Pendapatan Dana Darurat
3.000.000.000,00
-
- 0 0 #DIV/0!
1.3.3 Pendapatan Lainnya - 6.345.609.200,00
- 10.166.460.440,00 12.807.103.580,00 #DIV/0!
Jumlah Pendapatan 410.160.643.901,37 414.450.422.301,82 488.824.696.973,33 583.076.424.535,98 606.117.288.998,29 10,56
Sumber: Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar, 2013
24
Realisasi belanja daerah Kabupaten Takalar Tahun 20082012 menunjukkan bahwa Belanja operasi
Tahun 2008 ke tahun 2009 naik sebesar 1.57 %, Tahun 2009 ke Tahun 2010 menjadi 2.13 %, Tahun 2010 ke
Tahun 2011 sebesar 27.07 %, Tahun 2011 ke Tahun 2012 sebesar 26.97 % yang didalamnya termasuk belanja
pegawai dengan trend setiap tahun mengalami kenaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku antara lain
kenaikan gaji dan kenaikan penghasilan guru. Sedangkan belanja modal dalam Tahun 2009 sampai Tahun
2012 stagnan dan cenderung menurun dengan persentase rata-rata sebesar -2.74 %.
Terjadinya fluktuatif kenaikan belanja operasi disatu sisi, dan disisi lain penurunan porsi belanja
langsung karena kenaikan pendapatan jauh lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan dana. Kebijakan
belanja tentunya mendahulukan belanja wajib (mandatory) terutama gaji pegawai negeri sipil dan tunjangan
guru setelah itu sisanya baru diperuntukkan membiayai kebutuhan belanja urusan pembangunan.
2.3.2. Realisasi Belanja Anggaran untuk Sanitasi
Realisasi pendanaan sanitasi kabupaten Takalar merupakan pendanaan sanitasi baik
yang bersifat dana investasi maupu biaya Operasional Maintanance. Dari 5 tahun terakhir
data keuangan daerah 5 tahun terakhir, menunjukkan bahwa pendanaan sanitasi hanya
berupa pendanaan investasi yang berasal dari Dana Alokasi Khusus. Dinas Pekerjaan Umum
dan Badan Lingkungan Hidup menganggarkan dana sanitasi di tahun 2009 hingga tahun
2013.
Dari analisa pengolahan data keuangan menunjukkan proporsi pendanaan untuk sanitasi
setiap tahunnya dari Total belanja langsung hanya sebesar 1 %. Jumlah penganggaran
sanitasi perkapita sebesar 12950 di tahun 2009 dan di tahun 2013 sebesar 6745 rupiah.
Rata-rata pembiayaan sanitasi perkapita sebesar Rp. 7.200. Bila sesuai dengan harapan
MDGs tahun 2017 maka pembangunan kesanitasian di Kabupaten Takalar masih sangat jauh
yaitu sebesar Rp.200.000/ orang. Total pembiayaan sanitasi kabupaten serta pendanaan
sanitasi per orang di Kabupaten Takalar dapat dilihat pada tabel 2.7 dan 2.8 serta
peningkatan PDRB dari tahun 2009-2013 dan pendapatan perkapita masyarakat 2009-2013.
25
Tabel 2.6.
Rekapitulasi Belanja Sanitasi kab. Takalar Tahun 2008-2012
No SKPD
Tahun
Rata-rata pertumbuhan n-4 n-3 n-2 n-1 N
1 PU
1.a Investasi 3.263.345.784 1.421.312.500 573.500.000 794.700.000 850.840.000 -61%
1.b operasional/pemeliharaan (OM)
2 KLH
2.a Investasi 758.500.000 835.630.000 912.400.000 13%
2.b operasional/pemeliharaan (OM)
3 Dinkes
3.a Investasi
3.b operasional/pemeliharaan (OM)
4 Bappeda
4.a Investasi
4.b operasional/pemeliharaan (OM)
5 BPMD
5.a Investasi
5.b operasional/pemeliharaan (OM)
6 Belanja Sanitasi
7 Pendanaan investasi sanitasi Total 3.263.345.784 1.421.312.500 1.332.000.000 1.630.330.000 1.763.240.000 -28%
8 Pendanaan OM
26
9 Belanja Langsung 221.752.476.806 185.900.490.038 156.927.946.652 214.371.762.395 235.621.464.201 0%
10 Proporsi Belanja Sanitasi - Belanja Langsung 1% 1% 1% 1% 1% 1%
11 Proporsi Investasi Sanitasi - Total Belanja Sanitasi 1% 1% 1% 1% 1% 1%
12 Proporsi OM Sanitasi - Total Belanja Sanitasi Sumber data: Hasil Pengelolaan data keuangan daerah kabupaten Takalar
27
Tabel 2.7
Belanja Sanitasi Per Kapita
No D e s k r i p s i
Tahun
Rata-rata n-4 n-3 n-2 n-1 N
1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten/Kota 3.263.345.784 1.421.312.500 1.332.000.000 1.630.330.000 1.763.240.000 1.882.045.657
2 Jumlah Penduduk 251.995 255.154 257.974 269.603 272.316 261.408
Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) 12.950 5.570 5.163 6.047 6.475 7.200
Sumber data : Hasil penglolahan data keuangan kabupaten Takalar 2009-2013
28
Tabel 2.8
Peta Perekonomian Kabupaten Takalar 20082012
Sumber data : Kajian analisis data PDRB dan peningkatan Ekonomi Daerah Kabupaten Takalar 2009-2013
No D e s k r i p s i
Tahun
n-4 n-3 n-2 n-1 N
1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) 6,82 %
2 Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) 7123203 8523202
3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,58 % -19% -18% 27 % 9%
29
2.4 Tata Ruang Wilayah
2.4.1 Tujuan
Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan
penataan ruang adalah :
Aman; masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman
Nyaman; memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk mengartikulasikan nilai-nilai sosial budaya dan
fungsinya sebagai manusia dalam suasana yang tenang dan damai
Produktif; proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu memberikan nilai tambah
ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan daya saing.
Berkelanjutan; kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan, tidak hanya untuk
kepentingan generasi saat ini, namun juga generasi yang akan datang.
Terkait dengan penataan ruang, kebijakan sebagai kabupaten yang berbasis pertanian, perikanan dan
kelautan berbasis konservasi lingkungan ini dapat dijadikan muatan dasar tujuan penataan ruang. Sementara itu, misi
pembangunan yang tertuang pada RPJMD Kabupaten Takalar yang dapat dijadikan dasar penataan ruang, melalui
pengembangan strategi-strategi yang mensyaratkan adanya telaah program-program pembangunan berdasar
kebijakan umum dan prioritas anggaran.
Permasalahan pembangunan Kabupaten Takalar demikian komplek dan menyeluruh pada tiap-tiap bidang/sektor
pembangunan sehingga dibutuhkan perencanaan dalam rangka merumuskan program dan kegiatan pembangunan
secara terpadu dan terarah pada pencapaian visi dan misi pembangunan lima tahun. Berdasarkan permasalahan,
visi, dan misi maka dibuatlah agenda sebagai penjabaran strategistrategi tersebut sebagai berikut :
1. Strategi pengembangan kapasitas pemerintah daerah memiliki agenda mewujudkan pemerintahan yang
transpran dan efisien dengan birokrasi yang sederhana dan mudah bagi masyarakat yang mempunyai sasaran
Meningkatnya efektifitas pelayanan kepada masyarakat. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan
diprioritaskan pada Pembenahan dan pengembangan sistem manajmen pemerintahan yang ada sekarang.
2. Strategi Pengembangan pembangunan yang berkelanjutan, merata dan berorientasi masyarakat, memiliki
agenda mewujudkan pola pembangunan yang berorientasi pada masyarakat. Agenda ini mempunyai sasaran :
30
PETA 2.5
PETA PUSAT LAYANAN KABUPATEN TAKALAR
31
PETA 2.6
PETA RENCANA POLA RUANG KABUPATEN TAKALAR
32
a. Terciptanya pola perencanaan yang efektif. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan diprioritaskan
pada Pengembangan sistem perencenaan yang berorientasi masyarakat.
b. Terjaminnya keadilan gender bagi peningkatan peran perempuan dalam berbagai bidang
pembangunan. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada Peningkatan kualitas
kehidupan dan peran perempuan.
c. Meningkatnya pembangunan sektor-sektor unggulan kabupaten. Untuk mencapai sasaran ini
pembangunan diprioritaskan pada Peningkatan nilai investasi yang tertananam di kabupaten;
Peningkatan daya saing produk unggulan daerah dan Revitalisasi bidang pertanian, perkebunan,
perikanan dan kelautan.
d. Berkembangnya usaha-usaha berorientasi masyarakat yang menuju pada pembentukan industri-
industri potensial. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada pemberdayaan
koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah; peningkatan industri kabupaten; peningkatan
pendapatan asli daerah kabupaten.
e. Membaiknya mutu lingkungan hidup dan air serta pengelolaan sumber daya alam yang terkendali.
Untuk mencapai sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada Peningkatan mutu lingkungan hidup
dan Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang bijak.
f. Berkurangnya kesenjangan ekonomi antar wilayah. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan
diprioritaskan pada Pembangunan pedesaan di daerah daratan dan daerah pesisir; Percepatan
pembangunan infrastruktur dan Pengurangan ketimpangan pembangunan wilayah.
3. Strategi Penciptaan kondisi keamanan dan ketertiban yang kondusif serta penjaminan hukum setiap
warga yang memiliki agenda Mewujudkan keadilan hukum bagi masyarakat. Agenda ini memiliki
sasaran meningkatnya keamanan sampai pada lingkup masyarakat terkecil. Untuk mencapai sasaran
ini pembangunan diprioritaskan pada Peningkatan toleransi antar kelompok dalam masyarakat dan
Peningkatan keamanan, ketertiban dan penanggulangan kriminalitas.
4. Strategi penguatan dan pemberdayaan SDM memiliki agenda mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Agenda ini memiliki sasaran :
a. Terwujudnya penguatan dan pemberdayaan SDM Kabupaten yang mampu bersaing. Untuk
mencapai sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada Peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan
dan teknologi dan Peningkatan Perbaikan kualitas ketenagakerjaan dan peluang lapangan usaha.
33
b. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan. Untuk
mencapai sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada Peningkatan akses masyarakat terhadap
pendidikan yang berkualitas.
c. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat Untuk mencapai
sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
d. Meningkatnya perlindungan dan kesejahteraan sosial. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan
diprioritaskan pada Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial.
e. Menurunnya jumlah penduduk miskin Untuk mencapai sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada
Penanggulangan Kemisikinan
f. Terkendalinya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga kecil berkualitas Untuk mencapai
sasaran ini pembangunan diprioritaskan pada Pembangunan keluarga kecil berkualitas dan
Pembangunan Administrasi Kependudukan.
g. Meningkatnya pengamalan nilai agama dan budaya Untuk mencapai sasaran ini pembangunan
diprioritaskan pada Peningkatan kualitas kehidupan beragama dan Pengembangan kebudayaan
lokal yang berdasarkan nilai-nilai luhur.
5. Strategi pelaksanaan pembangunan berbasis kinerjayang memiliki agenda mewujudkan
akuntabilitas setiap kebijakan pemerintah yang diambil dan dilakukan. Agenda ini memiliki sasaran :
a. Meningkatnya efektivitas pelaksanaan kinerja pembangunan. Penyediaan data dan informasi yang
akurat.
b. Terwujudnya sistem akuntabilitas kinerja yang mapan. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan
diprioritaskan pada Penyediaan sistem pelaporan kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan.
6. Strategi efisiensi penganggaran dilakukan terhadap program-program pembangunan yang dirasa
kurang efektif dan efisien yang memiliki agenda mewujudkan pembangunan yang efisien dan efektif
dalam setiap sektor. Agenda ini memiliki sasaran Meningkatnya efektifitas dan efisiensi penggunaan
anggaran dalam melakukan program pembangunan. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan di
prioritaskan pada Pemantapan kebijakan anggaran kabupaten dan Peningkatan efektifitas pelaksanaan
program-program pembangunan yang dilaksanakan dengan target sasarannya.
34
Karakteristik geografis wilayah Kabupaten Takalar; sebagai ciri khas geografis wilayah perencanaan
adalah :
1. Pola ruang eksisiting wilayah perencanaan dapat dikelompokkan menjadi 4 karakteristik spesifik, yaitu :
a. Kabupaten Takalar bagian Timur (meliputi wilayah Palombangkeng Utara dan Palombangkeng
Selatan) adalah merupakan sebagian dataran rendah yang cukup subur dan sebagian merupakan
daerah bukit-bukit (Gunung Bawakaraeng). Wilayah ini merupakan daerah yang sesuai untuk
pertanian dan perkebunan.
b. Kabupaten Takalar bagian Tengah (wilayah Pattalassang sebagai ibukota kabupaten) merupakan
dataran rendah dengan tanah relatif subur sehingga di wilayah ini merupakan daerah yang sesuai
untuk pertanian, perkebunan dan pertambakan.
c. Kabupaten Takalar bagian Barat (meliputi Mangarabombang, Galesong Utara, Galesong Selatan,
Galesong Kota, Mappakasunggu dan Sanrobone) adalah merupakan sebagian dataran rendah yang
cukup subur untuk pertanian dan perkebunan, sebagian merupakan daerah pesisir pantai yang
sesuai untuk pertambakan dan perikanan laut. Potensi ikan terbang, telur ikan terbang, dan rumput
laut di wilayah ini diduga cukup potensial untuk dikembangkan.
2. Struktur ruang Kabupaten Takalar terdiri dari;
a. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN Mamminasata) dengan Pattalasang sebagai salah satu
sistem pusat perkotaan.
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Pattalasang/Takalar (RTRW Provinsi Sulsel) dengan fungsi pusat
pemerintahan, permukiman perkotaan, perdagangan dan jasa, pendidikan.
c. Sistem jaringan transportasi utama terdiri dari jalan kolektor primer (poros Sungguminasa, Takalar,
Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba sepanjang 142,76 km) yang melintas dari Utara (Kecamatan
Polombangkeng Utara) ke Selatan (Kecamatan Mangarabombang) dan jalan kolektor sekunder yang
melintasi wilayah pesisir Timur (Kecamatan Galesong Utara) ke Timur-Selatan melintasi Kecamatan
Galesong Kota dan Kecamatan Galesong Selatan sampai ke Pattalasang.
d. Simpul Jaringan Jalur Kereta Api Antar Kota (RTRW Provinsi Sulsesl) yang terdiri dari : Stasiun Kota
Makassar - Takalar (Kabupaten Takalar)
e. Simpul Jaringan Jalur Kereta Api Perkotaan (RTR Kawasan Metropolitan Mamminasata, yaitu :
Stasiun Kota Makassar, Maros (Kabupaten Maros), Sungguminasa (Kabupaten Gowa), Takalar
(Kabupaten Takalar).
35
f. Pelabuhan Penyeberangan lintas Provinsi yang direncanakan di wilayah Kabupaten Takalar adalah
Pelabuhan penyeberangan Galesong (Kabupaten Takalar) dengan panjang causeway 100 m dan
kedalaman -4 m Lws.
g. Sistem jaringan lain seperti energi listrik mengikuti pola jalan yang ada sebagai sistem jaringan lintas
antarwilayah (PLTA Bakaru, PLTD Pinrang dan PLTU Wajo).
h. Sebaran fasilitas utama mengikuti perkembangan masing-masing ibukota kecamatan, seperti fasiltas
kesehatan (puskesmas), fasilitas pendidikan, pasar modern dan pasar tradisional tersebar merata di
setiap kawasan. Fasilitas umum yang berskala kabupaten atau melayani beberapa kecamatan
seperti RSUD, Telkom, PLN (Cabang), PDAM, perbankan, toko swalayan (mini market) terdapat di
Pattalassang, Galesong Kota.
3. Kawasan rawan bencana; kawasan pesisir merupakan kawasan rawan bencana abrasi pantai
(Kecamatan Mappakasunggu dan Kecamatan Mangarabombang) dan banjir (pada dataran rendah
Sungai Gamanti dan Sungai Pappa), kawasan perbukitan dan perkebunan rentan dengan bahaya
longsor di kemiringan > 40% terletak di Kecamatan Polombangkeng Utara yang berbatasan dengan
Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa dan Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto.
4. Perekonomian wilayah; Secara nyata kemajuan ekonomi Kabupaten Takalar dapat dilihat dari indikator
pertumbuhan ekonomi. Dari sejak tahun 2002 hingga 2006 pertumbuhan ekonomi Takalar
berkecenderungan naik dari 3,98 % tahun 2002 hingga mencapai 5,91 % pada akhir tahun 2006.
Pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa dalam kurun waktu tersebut memang ada akselerasi
pergerakan nyata ekonomi daerah yang cukup dinamis, sebab pertumbuhan daerah ini juga diiringi oleh
kecenderungan inflasi PDRB yang menurun.
Perekonomian Kabupaten Takalar pada tahun 2006 masih didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini
ditandai oleh besarnya kontribusi sektor ini terhadap PDRB yang mencapai sekitar 54,71 persen. Sektor
terbesar kedua adalah jasa-jasa sebesar 21,12 persen, kemudian perdagangan dan industri pengolahan
yang masing-masing sebesar 10,62 pesen dan 9,45 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan
tersier mulai bertumbuh di Kabupaten Takalar.
5. Kependudukan; jumlah penduduk Kabupaten Takalar 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan,
dimana jumlah penduduk pada tahun 2003 sebanyak 243.779 jiwa, sedangkan pada tahun 2007
mencapai 252.210 jiwa terjadi pertambahan jumlah penduduk 8.431 jiwa selama kurun waktu 5 tahun
36
terakhir, dengan rata-rata pertumbuhan 0,68% pertahun. Distribusi jumlah penduduk terbanyak terdapat
di Kecamatan Polombangkeng Utara dengan jumlah sebesar 42.643 jiwa atau sekitar 16,91% dari
jumlah penduduk kabupaten, sedangkan distribusi penduduk terkecil adalah Kecamatan Sanrobone
dengan jumlah penduduk kurang lebih 12.768 jiwa atau sekitar 5,06% dari jumlah penduduk Kabupaten
Takalar.
Akumulasi kepadatan penduduk Kabupaten Takalar mencapai 445 jiwa/Km2. Tingkat kepadatan
penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Galesong Utara yaitu 2.208 jiwa/Km2, kemudian disusul oleh
Kecamatan Galesong dengan kepadatan 1.332 jiwa/Km2, dan Kecamatan Pattalassang dengan
kepadatan 1.234 jiwa/Km2. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan
Polombangkeng Utara dengan kepadatan rata-rata 201 jiwa/Km2.
6. Keuangan Daerah; Bagian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Takalar juga mengalami
peningkatan dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2002 PAD hanya sebesar Rp. 4.37 Milyar, tapi pada
tahun 2006 meningkat menjadi Rp. 8,97 Milyar. Total APBD pada tahun 2008 adalah sebesar Rp.
414,29 Milyar Rupiah. Diestimasikan APBD hingga tahun 2013 mencapai 1.03 Trilyun dengan (RPJMD,
2009).
Persoalan-persoalan strategis wilayah; seperti yang telah dijelaskan pada bab 1 sebelumnya, bahwa isu
strategis yang berkembang di Kabupaten Takalar adalah :
1. Pertumbuhan ekonomi yang masih rendah;
2. Jumlah angkatan kerja yang masih tinggi;
3. Kualitas sumberdaya manusia yang perlu ditingkatkan;
4. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah;
5. Luasnya sebaran kawasan rawan bencana banjir;
6. Terjadinya kerusakan kawasan pesisir;
7. Konflik pemanfaatan lahan hutan;
8. Penurunan lahan tanaman pangan (beririgasi teknis dan tadah hujan);
9. Produktivitas lahan yang relatif tinggi (pertanian dan perkebunan);
10. Struktur ekonomi berbasis pertanian;
11. Potensi sektor ekonomi tersier yang besar;
12. Potensi kelautan yang besar namun belum dimanfaatkan secara optimal;
13. Potensi wisata yang beragam (budaya, alam dan religi);
37
14. Bertumbuhnya pola pembangunan partisipatif;
15. Masih tingginya angka kemiskinan dan masih rendah angka IPM;
16. Keterbatasan investasi terkait pengembangan infrastruktur (listrik dan transportasi)
17. Konflik pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup;
18. Kesenjangan pembangunan antardaerah dan antarkawasan;
2.4.2 Kebijakan Penataan Ruang
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk
mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi
sebagai :
sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten;
memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan
sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Memperhatikan rumusan tujuan penataan ruang, kapasitas sumber daya wilayah, kebijakan
penataan ruang nasional, provinsi dan metropolitan Mamminasata untuk Kabupaten Takalar, maka rumusan
kebijakan penataan ruang adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan sektor ekonomi primer, sekunder dan tersier berbasis pertanian dan kelautan sesuai
keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah
lingkungan;
2. Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan
pengelolaan yang ramah lingkungan;
3. Penguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi hutan lindung, kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam,
kawasan cagar alam laut, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainya;
4. Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis konservasi guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
5. Pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam
rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi
bencana
38
2.4.3 Strategi Penataan Ruang
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang
wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi :
sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan kawasan
strategis kabupaten;
memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan
sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
Dengan pertimbangan bahwa strategi adalah turunan dari kebijakan yang dijabarkan secara lebih
operasional yang dapat dituangkan dalam bentuk ruang. Mengacu pada klausul kebijakan yang telah
dirumuskan di atas serta dikaitkan dengan program pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten
Takalar, maka strategi penataan ruang adalah sebagai berikut :
1. Strategi penataan ruang dilakukan dalam rangka Penguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang
meliputi hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap bawahannya, kawasan
perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi dan
kawasan lindung lainya adalah:
a. Pemantapan tata batas kawasan lindung dan kawasan budidaya untuk memberikan kepastian
rencana pemanfaatan ruang dan investasi.
b. Menyusun dan melaksanakan program rehabilitasi lingkungan, terutama pemulihan fungsi Taman
Buru dan Suaka Margasatwa Komara dan hutan lindung yang berbasis masyarakat
c. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan dan pencemaran
lingkungan
d. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati
2. Strategi penataan ruang untuk Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang
berbasis konservasi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan melalui :
a. Mengembangkan energi alternatif sebagai sumber listrik, seperti pembangkit listrik mikrohidro,
surya, gelombang laut dan lain-lain.
39
b. Mengembangkan kegiatan konservasi yang bernilai lingkungan dan sekaligus juga bernilai sosial-
ekonomi, seperti hutan kemasyarakatan dan hutan tanaman rakyat.
c. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan sumber energi yang terbarukan
(renewable energy).
3. Strategi penataan ruang dalam rangka Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan
modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan dilakukan melalui :
a. Mempertahankan lahan-lahan persawahan beririgasi teknis sebagai kawasan pertanian tanaman
pangan berkelanjutan agar tidak beralih fungsi peruntukan lain.
b. Meningkatkan produktivitas hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan melalui intensifikasi
lahan.
c. Memanfaatkan lahan non produktif (lahan kritis) untuk bagi peningkatan kualitas lingkungan dan
peningkatan pendapatan masyarakat.
d. Meningkatkan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan
sehingga terjadi peningkatan produksi dengan kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi
tinggi.
e. Meningkatkan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan sumber daya manusia dan
kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang dibutuhkan.
4. Strategi penataan ruang yang perlu diterapkan dalam kerangka Pengembangan sektor ekonomi
sekunder dan tersier berbasis pertanian, perikanan dan kelautan sesuai keunggulan kawasan yang
bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan adalah :
a. Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas unggulan kawasan dan
kebutuhan pasar (agroindustri dan agribisnis) pada kawasan industri yang telah ditetapkan.
b. Mengembangkan balai pendidikan, penelitian dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan
sehingga menjadi kekuatan utama ekonomi masyarakat pesisir.
c. Meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan sarana pendukung,
pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang lebih agresif dan efektif.
5. Strategi penataan ruang yang perlu diambil untuk Pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang
berkualitas untuk pemenuhan hak dasar, mengurangi disparitas wilayah/kawasan dalam rangka
pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi bencana
adalah melalui:
40
a. Membangun prasarana dan sarana transportasi (darat, laut dan ASDP) yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang.
b. Mengembangkan prasarana dan sarana pengairan untuk lahan-lahan persawahan untuk
meningkatkan produktifivitas hasil-hasil pertanian.
c. Membangun utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai sesuai kebutuhan
masyarakat pada setiap pusat permukiman (kawasan darat dan pesisir) dan pusat pelayanan
lingkungan.
d. Menyusunan program dan membangun berbagai perangkat keras dan lunak untuk mitigasi berbagai
bencana alam, seperti abrasi pantai, longsor, banjir, kebakaran hutan dan ancaman lainnya.
2.4.4 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Takalar
2.4.4.1 Rencana Sistem Perkotaan
Secara garis besar rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Takalar dirumuskan berdasarkan
beberapa pertimbangan yaitu :
1. Tujuan dasar penataan ruang adalah agar tercipta sistem ruang yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan. Bila dijabarkan lebih lanjut pengertian produktif dan bekerlanjutan dalam konteks struktur
ruang dimaknai sebagai suatu sistem dan hubungan fungsional antar pusat perkotaan yang efektif,
efisien, mendorong peningkatan potensi masing-masing pusat (kawasan) secara berkelanjutan dengan
tetap menjaga keseimbangan alam.
2. Kondisi objektif hirarki pusat-pusat permukiman eksisting dan RUTR Kabupaten Takalar tahun 2006,
kebijakan penataan ruang nasional dan provinsi yang menempatkan kawasan perkotaan Pattalasang
Takalar (PKN dan PKL).
3. Salah satu peranan rencana penataan ruang adalah untuk menciptakan keseimbangan pembangunan
antar wilayah (kecamatan) dan sekaligus mengantisipasi pertumbuhan pembangunan yang
terkonsentrasi pada pusat kota (ibukota kabupaten) atau pada kawasan tertentu saja. Hal ini juga
berkenaan dengan penciptaan sistem pusat-pusat kota yang berjenjang sehingga terbangun suatu
sistem perkotaan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, terdapat pusat-pusat permukiman yang perlu
didorong pertumbuhannya dan ada pula yang hanya cukup dikendalikan sesuai potensinya, bahkan
mungkin dibatasi.
41
Untuk sistem pusat perkotaan Kabupaten Takalar, pusat-pusat perkotaan yang perlu didorong atapun
dikendalikan pertumbuhannya adalah :
1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) : adalah Galesong (kawasan perkotaan Galesong kota sekitarnya),
Polombangkeng Utara (kawasan perkotaan Palleko sekitarnya) dan Mangarabombang (kawasan
perkotaan Mangadu sekitarnya) dengan kegiatan utama untuk masing-masing PPK adalah :
o Galesong Kota : pusat pendidikan maritim, kawasan industri Takalar, perikanan laut, pertanian lahan
kering dan basah, perdagangan dan jasa serta maritim
o Palleko : pusat pengembangan kegiatan pertanian dan perkebunan, pusat koleksi dan distribusi
pertanian hortikultura
o Mangudu : pusat pengembangan industri rakyat hasil-hasil pertanian dan perikanan, jasa
kepariwisataan.
2. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) : Cilallang, Bulukunyi, Sanrobone, Bontolebang, Bontokassi yang
berfungsi sebagai pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
3. Untuk mendukung kebijakan dan komitmen Pemerintah Kabupaten Takalar sebagai kabupaten
konservasi dan mitigasi bencana, maka wilayah pesisir pantai Barat (terutama Mappakasunggu dan
Mangarabombang) perlu dikendalikan peruntukannya karena terkait abrasi pantai dan cagar alam laut.
Sedangkan di bagian Timur - Utara (Polombangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan)
perkembangannnya dikendalikan sedemikian rupa sehingga mampu mendukung fungsi dan kelestarian
hutan produksi dan Taman Buru dan Suaka Margasatwa Komara.
4. Pembangunan jaringan jalan juga dibatasi sedemikian rupa tanpa mengurangi aksesibilitas antar pusat-
pusat permukiman demi menjaga kualitas dan kelestarian keberlanjutan pertanian tanaman pangan
lahan basah dan kering.
5. Untuk mendukung kegiatan pariwisata, mitigasi bencana, mobilisasi hasil produksi laut, pertanian,
perkebunan dan kehutanan serta komoditas unggulan lainnya perlu dilakukan percepatan
pembangunan prasarana transportasi darat dan laut.
2.4.4.2 Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Rencana pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Takalar adalah sebagai berikut :
1. Jalan Kolektor Primer yang berstatus jalan lintas nasional dan jalan provinsi yaitu yang menghubungkan
simpul-simpul :
42
a. Kota Makassar (PKN) Pattalassang/Takalar (PKN) Trans Sulawesi Mamminasata
b. Ruas Tanjung Bunga (PKN) Jeneponto (PKW) melewati Galesong Mangulabbe Cikoang
Buludoang (PKL Takalar)
2. Jalan Lokal Primer yang bersatus sebagai jalan kabupaten menghubungkan simpul simpul
a. Pattalasang/Takalar (PKL) Palleko (PPK)
b. Pattalasang/Takalar (PKL) Galesong Kota (PPK)
c. Pattalasang/Takalar (PKL) Mangadu (PPK)
3. Jalan Lingkungan Primer yang bersatus sebagai jalan kabupaten menghubungkan simpul PPL PPL
(pusat pengembangan antardesa di luar PPK)
4. Rencana pembangunan jalan yang menghubungkan Kabupaten Takalar dengan Kabupaten Gowa :
ruas jalan Palleko Lassang Towata Gowa dan ruas jalan Palleko-Malolo-Borong Ramisi - Gowa.
5. Jalan yang menghubungkan Kabupaten Takalar dengan Kabupaten Jeneponto (Kecamatan Bangkala
Barat ).
3.4.4.3 Rencana Sistem Jaringan Listrik
Kondisi faktual saat ini adalah suplai listrik untuk Kabupaten Takalar berada dalam kondisi yang
terbatas. Suplai energi kelistrikan di wilayah ini merupakan koneksi sistem lintas regional provinsi, antara lain
disuplai dari PLTD Takalar, PLTU (Punaga dan Lakatong). Jaringan transmisi tenaga listrik PLTA Bakaru
sebagai salah satu sumber energi listrik Kabupaten Takalar (RTRW Provinsi Sulsel). Di wilayah ini terdapat 1
ranting dan 4 sub ranting yang berada dalam pengelolaan PLN Cabang Makassar.
Pengembangan jaringan energi listrik di Kabupaten Takalar dilakukan dengan meningkatkan prasarana
jaringan dan peningkatan kapasitas daya terpasang. Pengembangan jaringan listrik dengan menggunakan
tiang beton dan dialokasikan area utilitas agar tidak menggangu kapling bangunan serta pemasangan tiang
berjarak. Berdasarkan intensitas kegiatan maka diestimasikan kebutuhan energi listrik di Kabupaten Takalar
hingga tahun 2030 mencapai sekitar 67.816 KVA.
Mengingat akan terjadinya perubahan struktur ekonomi wilayah yang saat ini didominasi sektor tersier akan
bergeser ke kegiatan sekunder dan tersier, maka untuk kegiatan sekunder (industri) diperlukan adanya
pasokan listrik yang memadai dan stabil. Hal ini menjadi tantangan bagi Kabupaten Takalar karena kondisi
pasokan listrik saat ini mengalami kekurangan suplai (defisit). Optimalisasi pemanfaatan berbagai potensi
43
sumberdaya energi baik matahari, angin, ombak, hidrogen di daerah pantai, laut dan pulau-pulau kecil di
wilayah ini memungkinkan dilakukan.
Berdasarkan satuan kebutuhan penduduk terhadap listrik, maka pada tahun 2030 nanti kebutuhan listrik
untuk masing-masing peruntukan dapat dilihat pada tabel berikut.
2.4.4.4 Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
Mengingat daerah Takalar yang berada pada jalur lintas perdagangan, tingkat aksesibilitas yang
tinggi dan mempunyai potensi sumber daya alam yang sangat besar, terutama hasil pertanian, perkebunan,
perikanan dan kalautan serta pariwisata, maka pengembangan komunikasi melalui internet menjadi sangat
penting dikembangkan.
Oleh karena itu pengembangan prasarana telekomunikasi diarahkan sebagai berikut :
a. Pengembangan sistem terestrial yang terdiri dari sistem kabel, sistem seluler; dan sistem satelit sebagai
penghubung antara pusat kegiatan dan atau dengan pusat pelayanan.
b. Pengembangan prasarana telekomunikasi dilakukan hingga ke kawasan perdesaan yang belum
terjangkau sarana prasarana telekomunikasi.
c. Pengembangan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan sosial dan ekonomi wilayah
seperti kegiatan pemerintahan, pariwisata, industri, agropolitan, minapolitan, kawasan perkebunan,
kawasan pesisir dan laut, pelayaran dan kawasan wisata.
2.4.4.5 Rencana Pengembangan Sistem Sumber Daya Air
Rencana sistem jaringan sumberdaya air nasional yang terkait dengan wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan dan Kabupaten Takalar adalah DAS Pamukulu. Rencana DI kewenangan pusat lintas kabupaten
adalah DI Kampili/Bisua (Kabupaten Gowa dan Takalar). Rencana DI kewenangan pusat utuh kabupaten/kota
yang berada di wilayah ini adalah DI Pammukulu (Kabupaten Takalar). Rencana sistem jaringan sumberdaya
air Provinsi Sulawesi Selatan adalah DI Jenemarung (Kabupaten Takalar).
Potensi sumberdaya air di wilayah ini (air permukaan dan air tanah) dimanfaatkan untuk irigasi, industri dan
rumah tangga. Sampai saat ini pemanfaatan air untuk irigasi pertanian lahan basah di wilayah ini mencapai
32.442, 53 ha. Potensi pengembangan sistem irigasi ini tersebar di beberapa wilayah kecamatan, sumber air
berasal dari beberapa sungai besar (Sungai Pappa dan Sungai Gamanti) dan sungai kecil yang merupakan
bagian dari satuan wilayah sungai (SWS) Jeneberang.
44
Sedangkan pemanfaatan air untuk sosial dan industri disalurkan PT. (Persero) Perusahaan Air Minum (PAM)
Kabupaten Takalar (IPA Bajeng dan IPA Palleko) dengan kapasitas 23 liter/detik (direncanakan peningkatan
50-100 liter/detik), luas total daerah layanan mencapai 566,5 Km2 (luas daerah layanan 55,5 km2 dengan
rasio cakupan 9,8%). Banyaknya air minum yang disalurkan setiap tahun mengalami peningkatan mencapai
373 ribu kubik (rata-rata peningkatan per tahun sebesar 37,24 persen) dengan nilai penjulan air minum Rp.
848 juta rupiah (meningkat 72,40 persen pertahun).
Rencana pengembangan sumber daya air ke depan untuk Kabupaten Takalar adalah pengembangan
bendungan dan embung. Sejauh ini telah dibangun 5 buah bendungan yang diperuntukkan untuk memenuhi
kebutuhan air bagi lahan pertanian, yakni bendungan Kampili Bissua, Pammukkulu, Jenemarrung,
Jenetallasa, Jenemaeja.
Optimaslisai embung perlu ditingkatkan agar memperoleh suplai air baku melalui penyiapan area peresapan
air melalui kegiatan penghijauan di sekitar bangun embung (Polombangkeng Selatan, Polombangkeng Utara
dan Mangarabombang). Upaya lain yang harus dilakukan adalah :
Pemanfaatan air tanah sebagai sumber air baku untuk penyediaan air minum Kabupaten Takalar melalui
peningkatan kapasitas produksi serta mencari upaya alternatif pengembangan potensi air tanah dan
pengembangan bendung di Kabupaten Takalar.
Pemanfaatan air bersumber dari mata air dilakukan secara bijaksana, sehingga potensinya tidak
termanfaatkan secara keseluruhan agar tetap lestari dan berkelanjutan.
Mengurangi tingkat kebocoran air bersih pada pipa distribusi 25%, efesiensi pemanfaatan, sistem
jaringan dan distribusi air bersih yang optimal, merupakan langka terbaik mengatasi permasalahan air
bersih di wilayah ini.
3.4.4.6 Rencana Sistem Pengelolaan Sampah
Penanganan terhadap sampah memerlukan perhatian yang cukup besar mengingat jumlah sampah
yang akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk perkotaan, serta dampak yang
ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara tepat terhadap kota itu sendiri. Selain pengangkutan dan
pengelolaan sampah, penyediaan dan lokasi pembuangan sampah merupakan kebutuhan bagi wilayah
kabupaten.
Pengembangan sistem persampahan secara intensif diarahkan pada pusat-pusat pelayanan, sedangkan
bagian-bagian wilayah lebih diarahkan pada cara pengelolaan sampah yang ramah terhadap lingkungan.
Untuk mengetahui tingkat produksi timbulan sampah yang dihasilkan di Kabupaten Takalar dengan
45
berdasarkan pada hasil proyeksi jumlah penduduk, diperkirakan jumlah timbulan sampah mencapai 746.125
Liter/hari.
Jumlah produksi sampah berdasarkan kecamatan, relatif lebih banyak dihasilkan di Kecamatan
Polombangkeng Utara dan Galesong dengan jumlah timbulan sampah sekitar 123.407 liter/hari dan 105.161
liter/hari. Selain itu diperlukan upaya pemenuhan prasarana persampahan yang terdiri dari gerobak, TPS dan
container untuk menangani timbulan sampah yang diproduksi.
Rencana sistem pengelolaan sampah di wilayah ini di rinci sebagai berikut :
a. Sistem pemilahan, dari sumber/asal sampah telah dilakukan pemisahan antara sampah organik dengan
sampah anorganik sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS);
b. Sistem pengolahan, dilakukan pengomposan untuk sampah organik dan dilakukan prinsip 3R (reduce,
reuse dan recycle) untuk penanganan sampah anorganik berawal dari rumah tangga, TPS hingga TPA
Balang;
c. Sistem pengumpulan, sampah dari produsen (rumah tangga) diangkut ke tempat pengumpulan sementara
(TPS) dengan menggunakan gerobak dorong/ tarik, truk, motor gerobak yang tersebar di setiap
desa/kelurahan;
d. Sistem pengangkutan, dari TPS diangkat dengan truk menuju Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
(TPST) Balang di Kecamatan Polombangkeng Selatan seluas 2,8 ha.
e. Sistem pembuangan akhir, sampah dari TPS dikumpulkan dan di bawa ke TPST, di mana nantinya
sampah-sampah organik akan di olah menjadi kompos, briket dan gas metan (bahan bakar) serta bahan
bangunan. Secara teknis pengolahan sampah dilakukan dengan pendekatan sanitary landfill.
Rencana pengelolaan sampah untuk wilayah ini dibedakan menjadi 3 kawasan penanganan, yaitu
kawasan pesisir (Galesong Utara, Galesong Kota, Galesong Selatan), kawasan perkotaan Pattalasang
sekitarnya (Pattalasang, Sanrobone, Mappakasunggu) dan kawasan pertanian/perkebunan (Polombangkeng
Utara, Palombangkeng Selatan dan Mangarabombang). Untuk TPA direkomendasikan menggunakan TPA
yang sudah ada dengan meningkatkan sistem pengelolaanya yang terpadu dengan sistem TPA Pattalasang
metropolitan Mamminasata dengan sistem sanitari landfill yang berlokasi di Balang Kecamatan Galesong
Selatan. Penyediaan TPS direncanakan 1 unit untuk setiap kecamatan. Hal ini terkait dengan efisiensi
transportasi dan karakteristik kawasan relatif berbeda.
Selengkapnya rencana struktur ruang Kabupaten Takalar dapat dilihat pada peta berikut.
46
2.4.5 Rencana Pola Ruang Kabupaten Takalar
Dengan memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola ruang nasional dan
provinsi, kebijakan pembangunan daerah, kondisi objektif wilayah, daya tampung dan kebutuhan ruang untuk
masa mendatang, maka dapat dirumuskan rencana pola ruang untuk Kabupaten Takalar sebagaimana
diuraikan di bawah ini :
2.4.5.1 Rencana Pola Kawasan Lindung
Kawasan Hutan Lindung
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 890/KPTS-II/1999 tentang
Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Sulsel, luas Hutan Lindung di Kabupaten Takalar adalah
2.368 Ha yang berada di Kecamatan Polombangkeng Selatan, Polombangkeng Utara dan Kecamatan
Mangarabombang.
Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya
Hutan Lindung dan kawasan dengan kelas lereng di atas 40% merupakan kawasan resapan air yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya. Kawasan dengan kelerengan di atas 40% di luar
dua kawasan berada di Kecamatan Polombangkeng Utara.
Kawasan Perlindungan Setempat
Kabupaten Takalar merupakan wilayah aliran sungai (WAS) Jeneberang dengan luas 9.624 Km2. Sungai
Pappa (Sungai Pamukkulu) Kabupaten Takalar sebagai salah satu sungai yang masuk WAS Jenebarang.
Artinya sebagian besar kebutuhan air baku. Selain itu daerah irigasi yang perlu dipertahankan sebagai
sumber pasokan air persawahan dan air baku adalah DI Kampili/Bissua (kewenangan pusat) dengan luas
pelayanan mencapai 9.743 ha dan DI Pamukkulu seluas 5.204 ha; DI Jenemarung (kewenangan Provinsi
Sulsel) dengan luas pelayanan mencapai 1.052 ha.
Mengacu pada ketetapan sempadan yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun
2008, maka kawasan lindung setempat meliputi :
1. Sempadan pantai (100 meter) sepanjang 74 Km diukur dari Kecamatan Galesong Utara hingga
Kecamatan Mangarabombang.
47
2. Sempadan sungai, terutama sungai-sungai besar (Sungai Pappa dan Sungai Gamanti) selebar 50-100
meter.
3. Sempadan mata air
4. Ruang terbuka hijau kota terutama pada pusat-pusat permukiman atau ibukota kecamatan.
Kawasan Suaka Alam
Kawasan suaka alam meliputi suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya. Di Kabupaten Takalar
terdapat dua kawasan lindung nasional berupa suaka alam, yaitu Suaka Alam Margasatwa dan Taman Buru
Ko,mara (5.862,21 ha) berdasarkan SK Menhut No.147/KPTS-Menhut/1987 tanggal 19 Februari 1987.
Kawasan Rawan Bencana
Kawasan Rawan Bencana Longsor; Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tanah longsor
adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi adalah longsor bahan rombakan
(debris avalanches) dan nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage)
merupakan penyebab utama ketidakstabilan (instability) pada lereng alami maupun lereng yang di bentuk
dengan cara penggalian atau penimbunan.
Kawasan Rawan Banjir; Secara alamiah, pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan
di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem
saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga
meluap. Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air berkurang akibat sedimentasi, maupun
penyempitan sungai akibat fenomena alam dan manusia. Secara umum pada sebuah sistem aliran sungai
yang memiliki tingkat kemiringan (gradien) sungai yang relatif tinggi (lebih dari 30%) apabila di bagian hulunya
terjadi hujan yang cukup lebat, maka potensi terjadinya banjir bandang relatif tinggi. Tingkat kemiringan
sungai yang relatif curam ini dapat dikatakan sebagai faktor bakat atau bawaan. Sedangkan curah hujan
adalah salah satu faktor pemicu.
Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan
peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem pengaliran air menjadi tinggi
sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang
menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu
berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir.
48
Pada daerah permukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah
berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan menjadi aliran
permukaan yang langsung masuk kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan
mengakibatkan banjir. Perilaku manusia yang menimbulkan bencana banjir diantaranya kegiatanproyek-
proyek pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, perkebunan skala besar yang tidak direncanakan
dengan baik telah menyebabkan terjadinya banjir. Akibatnya, beberapa DAS di Kabupaten Takalar kondisinya
semakin kritis, sehingga di musim hujan sering menimbulkan banjir dan kekeringan di musim kemarau.
Kendati demikian luasan kawasan banjir di Kabupaten Takalar tidaklah terlalu besar.
Penyebab utama dari banjir pada kawasan tersebut adalah karena kerusakan kawasan tangkapan air,
sehingga terjadi surface run off (limpasan) yang tinggi sehingga badan sungai tidak mampu menampung
limpasan dan menggenang pada wilayah cekungan/datar. Meskipun demikian untuk kawasan banjir di
Pattalasang sekitarnya dan Polobangkeng Selatan sekitarnya juga disebabkan karena daerah cekungan yang
cukup luas, sehingga pada saat musim hujan juga terjadi genangan (banjir) yang luas.
Kawasan Rawan Bencana Tsunami; Terkait erat dengan kejadian gempabumi, maka di wilayah Kabupaten
Takalar juga berpotensi terjadi tsunami apabila gempa diikuti oleh perpindahan material di bawah laut akibat
longsoran ataupun akibat goncangan (shaking) gempa sendiri.
Klasifikasi zona rawan bencana tsunami :
Zona Kerawanan tinggi, wilayah dengan jarak garis pantai 50 m, sepanjang pantai dengan ketinggian
kontur kurang dari 10 m dpl.
Zona Kerawanan menengah yaitu daerah sepanjang pantai dengan kontur ketinggian 10 15 m dpl,
dengan kemiringan lereng cukup terjal.
Zona kerawanan rendah yaitu wilayah sepanjang pantai dengan ketinggian 15 30m dpl, dengan
morfologi curam dan relief tinggi atau berbukit, dan daerah ini dapat dimanfaatkan untuk evakuasi dan
lokasi pengungsian.
Sebagian besar kawasan rawan bencana tsunami tersebar di semua wilayah pesisir psisir Kabupaten Takalar
(RTRW Provinsi Sulsel, 2009). Hampir semua desa yang berada di kawasan pesisir potensial terkena
bencana tsunami, terutama desa tepi pantai mulai dari Kecamatan Galesong Utara, Galesong, Galesong
Selatan, Sanrobone, Mappakasunggu dan Kecamatan Mangarabombang. Dua kecamatan terakhir setiap
tahun mengalami abrasi pantai.
49
2.4.5.2 Rencana Pola Kawasan Budidaya
Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Kabupaten Takalar mempunyai HPT seluas 2.961,1 Ha yang saat ini tidak seluruhnya produktif dan sebagian
mengalami kerusakan. Oleh karena itu direncanakan dilakukan pemulihan dan pemanfaatan HPT melalui
program hutan tanaman yaitu Hutan Tanaman Rakyat yang dikembangkan di Kecamatan Polombangkeng
Utara.
Kawasan Pertanian
Pertanian Lahan Basah; Data luas potensi lahan daerah irigasi pertanian padi sawah berdasarkan
kewenangan Kabupaten Takalar adalah 2.852 Ha atau 5,03 persen dari luas wilayah kabupaten (PSDA
Provinsi Sulsel, Oktober 2008) dengan jumlah DI sebanyak 11 (DI Jenetallasa seluas 481 ha, DI Jenemaeja
seluas 400 ha, DI Batangtanaya seluas 370 ha, DI Batanglappo seluas 325 ha, DI Bontorea seluas 266 ha, DI
Baruhaya seluas 214 ha, DI Lembang Loe seluas 200 ha, DI Palilangi seluas 200 ha, DI Kampong Bugisi
seluas 190 ha, DI Katonokang seluas 161, DI Ngai-Ngai seluas 45 ha). Sedangkan potensi lahan irigasi yang
merupakan kewenangan pusat seluas 15.962 ha dengan DI sebanyak 2 (DI Jeneberang/Kampili dan DI
Pamukkulu). Kemudian kewenangan provinsi seluas 1.052 ha dengan jumlah DI sebanyak 1 (DI
Jenemarung). Namun tidak semua daerah irigasi berada dalam kondisi yang baik, sehingga tidak seluruhnya
produktif.
Sedangkan bila mengacu pada data BPS (Kabupaten Takalar Dalam Angka 2009) luas kawasan pertanian
padi sawah di wilayah ini adalah 23.674,00 ha dan padi ladang 562.31 ha atau total luas 24.236,31 ha
dengan total produksi 133.544,99 ton (rata-rata produksi 5,5 ton/ha).
Dengan asumsi bahwa setiap keluarga mengkonsumsi beras 139,5 Kg/KK/tahun dan konversi produksi padi
(gabah kering) ke beras adalah 63,2% (Anjak, Litbang Deptan, 2006), maka kebutuhan lahan untuk padi
sawah di Kabupaten Takalar bagi 326.571 penduduk (65.314 KK) pada tahun 2030 adalah 50.112 Ha
(9.111,33 ton). Dengan demikian luas lahan pertanian sawah yang ada belum memadai sehingga ke depan
perlu dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan persawahan, menghindari alih fungsi lahan tersebut dan
melakukan impor beras.
Pertanian Lahan Kering; secara eksisting jenis tanaman pertanian lahan kering yang dibudidayakan di
Kabupaten Takalar adalah selain jenis tanaman perkebunan (kapok, kapas, kelapa, kopi, kemiri, jambu mete,
kelapa hibrida, kakao dan Jambu Mete merupakan jenis tanaman perkebunan yang terluas arealnya 1.790 ha
50
atau 32,25 persen), juga dapat berupa tanaman musiman seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai,
kacang hijau dan kacang tanah.
Jenis pertanian lahan kering ini dikembangkan pada lahan yang bersesuaian, baik berdasarkan peta
kesesuaian lahan maupun fakta lapangan seluas 29.815,95 ha. Kegiatan ini diarahkan untuk diintensifkan di
Kecamatan Polombangkeng Utara, Polombangkeng Selatan, Pattalasang, Mangarabombang. Sedangkan
kecamatan lain relatif kurang sesuai.
Pertanian Hortikultura; ciri khas dari pertanian hortikultura ini adalah tanaman lahan kering yang bernilai
ekonomi tinggi, seperti sayur-sayuran. Komoditas pertanian hortikultura yang terdapat di Kabupaten Takalar
adalah kembang kol, kentang, kubis, wortel, labu siam, bawang daun, sawi, buncis dan cabe. Sebagian besar
jenis komoditas ini dikembangkan di Kecamatan Polombangkeng Utara, Polombangkeng Selatan,
Pattalasang, Mangarabombang. Mengingat karakteristik wilayah dan penduduk serta kesesuaian lahan yang
ada, maka ke empat kawasan ini diarahkan sebagai kawasan pengembangan pertanian hortkultura dengan
pusat pengembangan di Polombangkeng Utara.
Kawasan Perkebunan
Sektor perkebunan merupakan salah satu kegiatan usaha yang dikembangkan oleh masyarakat, dan
memberikan konstribusi yang relatif besar terhadap PDRB di Kabupaten Takalar. Luas areal tanam pada
tahun 2008 untuk tanaman perkebunan, tercatat seluas 5.555,71 Ha, dengan jumlah produksi kurang lebih
44.118,65 Ton. Jumlah produksi yang memberikan kontribusi cukup besar dan mengalami pertumbuhan yang
terus meningkat adalah komoditi tebu dan kelapa. Data tahun 2007 tercatat jumlah produksi untuk tanaman
tebu mencapai 41.341 Ton dan kelapa sekitar 2.249 Ton.
Kawasan Peternakan
Jenis ternak yang dikembangkan di Kabupaten Takalar digolongkan atas ternak besar dan kecil serta ternak
unggas. Ternak besar dan kecil terdiri dari sapi, kerbau, kuda dan kambing, sedangkan ternak unggas terdiri
atas ayam kampung, ayam ras (petelur), dan itik. Usaha peternakan yang dikembangkan di Kabupaten
Takalar mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Selama periode lima tahun terjadi pada ternak sapi, kuda
dan kambing. Dari jumlah populasi ternak yang dikembangkan, terlihat bahwa ternak sapi merupakan
populasi terbesar dan trennya terus meningkat yaitu 27.604 ekor (50,32%), kemudian disusul oleh ternak
kambing sebanyak 20.638 ekor (39,36%).
51
Sebaran lokasi pengembangan ternak yang diusahakan oleh masyarakat untuk ternak sapi lebih besar
populasinya di Kecamatan Polombangkeng Utara yaitu sekitar 21.187 ekor, kemudian disusul oleh
kecamatan Polombangkeng Selatan dengan jumlah populasi sebanyak 11.631 ekor. Sedangkan ternak
kambing lebih dominan diusahakan di Kecamatan Mangarabombang dan Polombangkeng Utara. Jenis ternak
kuda dan kerbau memperlihatkan nilai produksi yang relatif kecil dengan jumlah populasi masing-masing
untuk kerbau yang dikembangkan sekitar 4.051 ekor dan kuda sekitar 1.300 ekor.
Pengusahaan ternak unggas oleh masyarakat dengan tingkat populasi mencapai 1.403.181 ekor yang terdiri
dari ayam kampung sebanyak 921.200 ekor (65,65%), ayam ras sebanyak 360.700 ekor (25,71%) dan itik
121,281 ekor (8,64%). Tingkat sebaran masing-masing ternak unggas hampir merata pada setiap kecamatan.
Berdasarkan perkembangan jumlah populasi, terlihat pertumbuhan yang sangat tinggi jumlah populasi ayam
kampung 929.630 ekaor. Demikian halnya terhadap jenis unggas ayam ras dan itik mengalami peningkatan
yang cukup signifikan.
Berdasarkan data populasi dan rencana program pengembangan sentra peternakan Pemerintah Kabupaten
Takalar, pengembangan sentra peternakan akan dikembangkan sebagai berikut :
Pengembangan sentra peternakan ternak besar (sapi dan kerbau) di Kecamatan Polombangkeng Utara
dan Kecamatan Polombangkeng Selatan.
Pengembangan sentra peternakan ternak kecil (kambing & domba) di Polombangkeng Utara dan
Mangarabombang.
Pengembangan sentra peternakan unggas di wilayah kecamatan Mangarabombang dan Galesong Utara.
Kawasan Perikanan
Perikanan Tangkap, Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 pasal 3, bahwa wilayah
provinsi, sebagaimana yang dimaksud pasal 2 ayat 1, terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh 12 mil
laut yang diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan. Sesuai dengan
undang-undang tersebut maka batas wilayah laut termasuk kawasan perikanan tangkap yang
pengelolaannya menjadi wewenang