BAB I
PENDAHULUAN
Abortus merupakan suatu masalah kontroversi yang sudah ada sejak sejarah di tulis
orang. Kontroversi karena di satu pihak abortus ada di masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya jamu dan obat-obat peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat
bulan. Di pihak lain abortus tidak dibenarkan oleh agama. Bahkan dicaci, dimaki dan dikutuk
sebagai perbuatan tidak bermoral. Pembicaraan tentang abortus dianggap tabu. Sulit
ditemukan seorang wanita yang secara sukarela mengaku bahwa ia pernah diabortus, karena
malu.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum
janin mencapai berat 500 gr, atau kurang dari 20 minggu. Abortus berlangsung tanpa
tindakan disebut abortus spontan. Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20
minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan atas dasar indikasi medic.
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan, kecuali
apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan
tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai
haid terlambat. 1,2,5
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan,
kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang hanya disertai gejala dan
tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai
terlambat haid. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10 – 15 %. Frekuensi ini
dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat
haid beberapa hari, sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil. Di
Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun. Dengan demikian setiap tahun
500.000 - 750.000 abortus spontan.
Usaha-usaha menurunkan angka kematian maternal dan angka kematian perinatal
masih menjadi prioritas utama program Departemen Kesehatan RI; penyebab utama kematian
maternal masih disebabkan oleh tiga hal pokok yaitu perdarahan,pereklamsi/ekiamsi, dan
infeksi. Walaupun angka kematian maternal telah menurun dengan meningkatnya pelayanan
kesehatan obstetri namun kematian ibu akibat perdarahan masih tetap merupakan faktor
utama dalam kematian maternal.
Perdarahan dapat terjadi baik selama kehamilan, persalinan maupun masa nifas.
Prognosis dan penatalaksanaan kasus perdarahan selama kehamilan dipengaruhi oleh umur
kehamilan,banyaknya perdarahan, keadaan fetus dan sebab dan perdarahan.Dalam tulisan ini
hanya dibahas perdarahan selama kehamilan; setiap perdarahan selama kehamilan harus
dianggap sebagai keadaan akut dan senus serta berisiko tinggi karena dapat membahayakan
ibu dan janin. 1,4,6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Abortus ialah ancaman/pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan; sebagai batasan umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat badan janin
kurang dari 500 gram. 1
Sedang menurut WHO /FIGO (1998) adalah jika kehamilan kurang dari 22 minggu,
bila berat janin tidak diketahui. Di Indonesia umumnya batasan untuk abortus adalah sesuai
dengan definisi Greenhill yaitu jika umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin
kurang dari 500 gram. Abortus spontan dibagi menjadi abortus awal dan abortus yang
terlambat. Abortus awal terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu. Abortus yang
terlambat terjadi pada usia kehamilan 12 sampai 20 minggu (Gilbert dan Harmon, 2003).
FREKUENSI & REKURENSI
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan,
kecuali apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus hanya disertai gejala dan
tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap haid
yang terlambat. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar antara 10 dan 15 %
(Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2000)
Rekurensi terjadinya abortus sebanyak 20 % jika terdapat riwayat 1 kali abortus
spontan sebelumnya, 35 % jika terdapat riwayat 2 kali abortus spontan sebelumnya, 50 % jika
terdapat riwayat 3 abortus spontan sebelumnya, dan 30 % jika terdapat riwayat 3 kali abortus
spontan sebelumnya dan telah 1 kali mengalami partus spontan ( Naylor, 2005)
ETIOLOGI
Lebih dari 80 % abortus terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan angka
tersebut kemudian menurun secara cepat (Cunningham dkk., 2000). Penelitian menunjukkan
bahwa hampir 60 % abortus awal (sebelum 12 minggu pertama kehamilan) memiliki
abnormalitas kromosom (Gilbert dan Harmon, 2003).
Menurut Siegler dan Eastman, abortus dapat terjadi pada 10 % kehamilan. Rumah
Sakit Pirngadi Medan juga mendapati angka 10 % dari seluruh kehamilan. Menurut
Eastman, 80 % abortus terjadi pada bulan ke 2 - 3 kehamilan, sementara Simens
mendapatkan angka 76 % ( Mochtar, 1998)
Anomali kromosom menyebabkan sekurang-kurangnya separuh dari abortus dini ini,
dan kemudian secara pasti dan cepat angka ini akan menurun. Resiko abortus spontan
kelihatannya semakin meningkat dengan bertambahnya paritas disamping dengan semakin
lanjutnya usia ibu serta ayah (Cunningham dkk, 2000). Frekuensi abortus yang dikenali
secara klinis bertambah dari 12 % pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun, menjadi 26
% pada wanita berumur diatas 40 tahun. Insiden abortus bertambah jika kandungan wanita
tersebut melebihi umur 3 bulan (Cunningham dkk, 2000).
Pada kehamilan muda, abortus tidak jarang oleh kematian mudigah. Sebaliknya, pada
kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup (Wibowo dan
Wiknjosastro,1999). Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas peristiwa abortus tidak
tampak jelas, tetapi dalam beberapa bulan kehamilan, ekspulsi ovum yang terjadi secara
spontan hampir selalu didahului kematian embrio atau janin. Dengan alasan tersebut,
pertimbangan untuk menentukan etiologi abortus dini harus melibatkan kepastian mengenai
penyebab kematian janin. Dalam beberapa bulan kehamilan berikutnya, sering ditemukan
sebelum ekspulsi masih hidup dalam uterus (Cunningham dkk, 2000).
Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus, dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu :
1) Faktor fetal
Penemuan morfologis yang paling sering terjadi dalam abortus dini spontan adalah
abnormalitas dalam perkembangan zigot, embrio fase awal janin, atau kadang-kadang
plasenta. Perkembangan janin yang abnormal, khususnya dalam trimester pertama
kehamilan, dapat diklasifikasikan menjadi perkembangan janin dengan kromosom yang
jumlahnya abnormal (aneuploidi) atau perkembangan janin dengan komponen kromosom
yang normal (euploidi).
Abnormalitas kromosom sering terjadi di antara embrio dan janin fase awal yang
mengalami abortus spontan serta menjadi sejumlah besar atau sebagian besar kehamilan
awal yang sia-sia. Penelitian menyebutkan bahwa 50 – 60 % dari abortus dini spontan
berhubungan dengan anomali kromosom pada saat konsepsi.
Menurut Hertig, dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus
spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9 %
disebabkan oleh ovum yang patologis (Mochtar,1998).
Hasil konsepsi dengan kromosom normal yang mengalami abortus biasanya akan
menghilang belakangan dalam kehamilan. Laporan menyatakan bahwa ¾ abortus an
euploidi terjadi pada atau sebelum kehamilan 8 minggu, sedangkan abortus euploidi
mencapai puncaknya sekitar 13 minggu (Cunningham,2000). Insiden abortus euploidi
akan meningkat secara dramatis setelah usia maternal 35 tahun. Namun sebab-sebab
terjadinya peristiwa tersebut belum diketahui secara pasti. Dua keadaan yang mungkin
menjadi penyebab terjadinya abortus diatas :
(1) Abnormalitas genetik
(2) Sejumlah kasus maternal (Cunningham dkk.,2000).
2) Faktor maternal
Penyakit maternal berkaitan dengan abortus euploidi. Peristiwa abortus tersebut mencapai
puncaknya pada kehamilan 13 minggu (Cunningham dkk.,2000).
Keadaan yang menjadi faktor penyebab adalah :
1. Infeksi
Beberapa infeksi kronis pernah terlibat atau sangat dicurigai sebagai penyebab
abortus, diantaranya Listeria monocytogenes dan Toxoplasma.
2. Pengaruh endokrin
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, diabetes mellitus, dan
defisiensi progesteron. Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon
tersebut dari korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan insiden abortus.
Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut
secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan berperan dalam
peristiwa kematian janin.
3. Faktor imunologis
Ada dua mekanisme utama pada abnormalitas imunologis yang berhubungan dengan
abortus, yaitu : mekanisme alloimun dan mekanisme autoimun. Mekanisme autoimun
adalah mekanisme timbulnya reaksi seluler atau humoral yang ditujukan kepada suatu
lokasi spesifik dalam tubuh hospes. Alogenitas digunakan untuk menjelaskan
ketidaksamaan genetik antar binatang dari spesies yang sama. Janin manusia
merupakan cangkokan alogenik yang diterima dengan baik oleh tubuh ibu
berdasarkan alasan yang tidak diketahui secara lengkap. Beberapa mekanisme
imunologi dilaporkan bekerja untuk mencegah penolakan janin. Mekanisme tersebut
mencakup faktor histokompatibilitas, faktor penghambat sirkulasi, faktor supressor
lokal dan antibodi antileukositotoksik maternal atau anti paternal. Tidak adanya atau
tidak disintesisnya salah satu faktor diatas oleh tubuh ibu menyebabkan terjadinya
reaksi imun maternal abnormal yang berbalik melawan antigen dalam plasenta atau
dalam jaringan janin lainnya dan mengakibatkan abortus.
4. Gamet yang menua
Baik umur sperma atau ovum dapat mempengaruhi angka insiden abortus spontan.
Gamet yang bertambah tua dalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi, dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus.
5. Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, myoma uteri, atau kelainan-kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus, tetapi hanya retroversio uteri gravidi incarserata atau myoma
submukosa yang memegang peranan penting (Prawirohardjo dan Wiknjosastro,
2000).
3. Faktor paternal
Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam proses timbulnya
abortus spontan. Translokasi kromosom dalam sperma dapat menimbulkan zigot yang
mendapat bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus
(Cunningham,2000).
PATOLOGI
Abortus biasanya disertai dengan pendarahan didalam desidua basalis dan perubahan nekrotik
di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Hal tersebut
menyebabkan ovum dapat terlepas seluruhnya atau sebagian dan mungkin menjadi benda
asing dalam uterus, sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran
janin.
Sebelum minggu kesepuluh, hasil konsepsi biasanya akan dikeluarkan lengkap. Hal ini
disebabkan karena villi koriales belum menanamkan diri dengan erat kedalam desidua,
hingga hasil konsepsi mudah lepas. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales
menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan secara
sempurna yang dapat menyebabkan banyak pedarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas,
umumnya mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul beberapa waktu
kemudian oleh plasenta yang lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera
terlepas dengan lengkap (Wibowo dan Wiknjosastro,1999).
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Adakalanya kantong
amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted
ovum), mungkin pula janin lahir mati atau dilahirkan hidup.
KLASIFIKASI
Berdasarkan kejadiannya :
a. Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan
kekuatan sendiri
b. Abortus buatan sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhiri. Upaya
menghilangkan konsepsi dapat dilakukan berdasarkan :
Indikasi medis
Yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu.
Indikasi tersebut diantaranya adalah penyakit jantung, ginjal, atau penyakit hati
berat dengan pemeriksaan ultrasonografi, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan dalam rahim.
Indikasi social
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social, menginginkan jenis
kelamin tertentu, tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum
siap untuk hamil dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Berdasarkan pelaksanaanya
Abortus buatan teraupetik. Dilakukan oleh tenaga medis secara legalitas berdasarkan
indikasi medis
Abortus buatan illegal yang dilakukan tanpa dasar hokum atau melawan hokum
(Abortus Kriminalis).
Berdasarkan gambaran klinis
Keguguran mengancam (abortus imminen), abortus ini baru dan masih ada harapan
untuk dipertahankan, Abortus mengancam, ditandai oleh perdarahan bercak dari jalan
lahir, dapat disertai nyeri perut bawah yang ringan, buah kehamilan masih mungkin
berlanjut atau dipertahankan.
Keguguran lengkap (abortus kompletus), semua hasil konsepsi dikeluarkan
seluruhnya. Seluruh buah kehamilan telah keluar dari rongga rahim melalui kanalis
servikalis secara lengkap.
Keguguran tidak lengkap (abortus inkompletus), sebagian hasil konsepsi masih tersisa
dalam rahim yang dapat menimbulkan penyulit. Sebagian buah kehamilan telah
keluar melalui kanalis servikalis dan masih terdapat sisa konsepsi dalam rongga
rahim.
Keguguran tak terhalangi (abortus insipien), abortus ini sudah berlangsung dan tidak
dapat dicegah atau dihalangi lagi. Abortus sedang berlangsung, ditandai oleh
perdarahan ringan atau sedang disertai kontraksi rahim dan berakhir sebagai abortus
komplit atau inkomplit
Keguguran habitualis, abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi sekurang-
kurangnya 3 kali.
Keguguran dengan infeksi (abortus infeksiousus), keguguran yang disertai infeksi
sebagian besar dalam bentuk tidak lengkap dan dilakukan dengan cara kurang
legeartis.
Missed abortion, keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22, tetapi
tertahan dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
DIAGNOSIS
Jenis dan derajat abortus 5
D E R A J A T
Diagnosis Perdarahan Serviks Besar uterus Gejala lain
Abortus imminens Sedikit – sedang Tertutup Sesuai umur
kehamilan
Plano test (+),
Kram,
Uterus lunak
Abotus insipiens Sedang – banyak Terbuka Sesuai atau
lebih kecil
Kram,
Uterus lunak
Abortus inkomplit Sedikit – banyak Terbuka Lebih kecil dari
umur kehamilan
Kram,
Keluar jaringan,
Uterus lunak
Abortus komplit Sedikit atau
tidak ada
Lunak
(terbuka atau
tertututp)
Lebih kecil dari
umur kehamilan
Sedikit/kram (-),
Uterus kenyal
Missed abortion Sedikit & warna
kehitaman
Agak kenyal
dan tertutup
Lebih kecil dari
umur kehamilan
Gejala kehamilan
menghilang,
Uterus tak
membesar
Abortus Imminens 1,2,4,7,10
Adalah abortus yang ditandai oleh perdarahan bercak dari jalan lahir, dapat disertai
nyeri perut bawah yang ringan, buah kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
Diagnosis abortus imminens dipikirkan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh
pertama kehamilan. Poin klinis yang penting adalah gangguan perdarahan yang pertama kali
muncul biasanya adalah perdarahan,dan beberapa jam sampai beberapa hari keram perut.
nyeri abortus mungkin terasa dianterior dan jelas bersifat ritmis,nyeri dapat berupa nyeri
punggung bawah yang menetap disertai dengan peraasaan tertekan dipanggul atau rasa tidak
nyaman atau nyeri tumpul digaris supra pubis apapun bentuk nyerinya prognosis berlanjutnya
kehamilan apabila terjadi perdarahan disertai nyeri adalah buruk. 1,3,8
Jika seorang wanita yang hamil muda mengeluarkan darah sedikit pervaginam maka
ia diduga menderita abortus imminens.perdarahan yang sedikit pada hamil muda mungkin
juga disebabkan oleh hal lain dari abortus misalkan : plasental sign (ialah perdarahan dari
pembuluh darah disekitar plasenta.) gejala ini selalu terdapat pada kera macacus rhesus yang
hamil, erosion portionis juga mudah berdarah pada kehamilan, polip.
Secara ikhtisar abortus imminens kita diagnosa kalau pada kehamilan muda terdapat :
Perdarahan sedikit,nyeri memilin karena kontraksi tidak ada /sedikit sekali
Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
Tidak ditemukan kelainan pada serviks
Pada abortus imminens masih ada harapan bahwa kehamilan masih berlangsung terus. Jadi
dapat disimpulkan untuk menegakkan diagnose abortus imminens dari :
Anamnesa :
Perdarahan sedikit dari jalan lahir
Nyeri perut tidak ada/ ringan
Pemeriksaan dalam :
Fluksus sedikit
Ostium uteri tertutup
Pemeriksan penunjang :
USG dapat memberikan hasil gambaran berupa,buah kehamilan masih utuh,pulsasi
jantung janin belum jelas,buah kehamilan tidak baik/ janin mati.
Terapi :
Bila kehamilan masih utuh
Dirawat jalan
Tidak diperlukan tirah baring total
Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas berlebihan/aktivitas seksual
Bila perdarahan berhenti dilakukan jadwal pemeriksaan selanjutnya.bila perdarahan
terus berlangsung,nilai ulang kondisi janin ( USG ) 1 minggu kemudian
Bila hasil usg meragukan,ulangi pemeriksaan USG 1-2 minggu kemudian,
Bila hasil USG tidak baik:evakuasi tergantung umur kehamilan.
Abortus Insipiens
Abortus sedang berlangsung, ditandai oleh perdarahan ringan atau sedang disertai
kontraksi rahim dan berakhir sebagai abortus komplit atau inkomplit. Dalam hal ini rasa
mules menjadi sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat
dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum. Pada kehamilan lebih dari 12
minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya perforeasi pada kerokan lebih besar.
Maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin. 2,4,5,8
Anamnesis : 2,6
Perdarahan dari jalan lahir
Nyeri atau kontraksi rahim
Pemeriksaan Dalam :
Ostium terbuka
Buah kehamilan masih dalam rahim
Ketuban utuh, dapat menonjol
Terapi :
Evakuasi
Uterotonik pasca evakuasi
Antibiotic selama 3 hari
Abortus Inkomplit 2,4,7,9
Sebagian buah kehamilan telah keluar melalui kanalis servikalis dan masih terdapat
sisa konsepsi dalam rongga rahim. Perdarahan pada abortus inkomplet dapat banyak sekali,
sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi
dikeluarkan.
Anamnesis :
Perdarahan dari jalan lahir
Perdarahan banyak
Nyeri atau kontraksi rahim ada
Bila perdarahan banyak dapat terjadi syok
Pemeriksaan dalam :
Ostium uteri terbuka
Teraba sisa jaringan buah kehamilan
Terapi :
Bila ada syok atasi dahulu syok
Tranfusi bila Hb ,8 g%
Evakuasi
Uterotonika (metal ergometrin tablet 3 dd 0,125 mg)
Beri antibiotika berspektrum luas selama 3 hari
Tindakan pengobatan abortus inkomplit
Tindakan pengobatan abortus inkomplit meliputi : 10
Membuat diagnosis abortus inkomplit
Melakukan konseling tentang keadaan abortus dan rencana pengobatan.
Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.
Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah tindakan.
Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.
Abortus Komplit 1,2,5
Seluruh buah kehamilan telah keluar dari rongga rahim melalui kanalis servikalis
secara lengkap. Pada penderita ditemukan perdarahan yang sedikit. Diagnosis dapat
dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dinyatakan bahwa semua hasil
konsepsi sudah keluar dan lengkap.
Anamnesa :
Perdarahan dari jalan lahir sedikit
Pernah keluar buah kehamilan
Pemeriksaan Dalam :
Ostium biasanya tertutup
Bila ostium terbuka teraba rongga uterus kosong
Terapi :
Antibiotika 3 hari
Bila anemia diberi sulfas ferosus atau transfusi
Uterotonika
Abortus Tertunda (missed abortion) 3,5,8
Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati dalam rahim selama 8 minggu atau lebih.
Etiologi tidak diketahui secara pasti. Tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Missed
abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang
secara spontan atau setelah pengobatan.
Anamnesa :
Perdarahan bisa ada atau tidak
Pemeriksaan fisik :
Fundus uteri lebih kecil dari kehamilan
Bunyi jantung janin tidak ada
Pemeriksaan Penunjang :
USG : terdapat tanda janin mati
Laboratorium : Hb, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan, waktu
protombin
Terapi :
Evakuasi. Pada umumnya kanalis servikalis tertutup, sehingga perlu tindakan dilatasi.
Tindakan kuretase hendaknya dilakukan dengan hati-hati karena pada keadaan ini
biasanya plasenta bisa melekat sangat erat sehingga prosedur kuretase lebih sulit dan
dapat beresiko tidak bersih atau perdarahan pasca kuretase.
Uterotonika pasca evakuasi
Antibiotika selama 3 hari
Abortus habitualis 1,3,7,9
Abortus spontan yang berlangsung berurutan sebanyak 3 kali atau lebih. Karena
abortus berulang-ulang dan berturut-turut, etiologinya bersifat tetap dan terapinya ditujukan
terhadap sebab ini.
Sebab-sebab abortus habitualis dapat dibagi dalam 2 golongan :
a. Sel benih yang kurang baik : pada saat ini kita belum tahu bagaimana mengobatinya
b. Lingkungan yang tidak baik
Hal-hal yang dapat mempengaruhi lingkungan adalah :
Dysfungsi glandula thyreoidea : hypofungsi kelenjar ini dapat diobati dengan
pemberian thyroid hormone
Kekurangan hormone-hormon korpus luteum atau placenta.
Defisiensi makanan seperti asam folat
Kelainan anatomis dari uterus
Cervik yang inkompeten
Hipotensi esensialis
Golongan darah suami istri yang tidak cocok
Toxoplasma
Abortus dengan risiko (unsafe abortion) 1,3,7
Terminasi kehamilan yang tidak dikehendaki oleh wanita atau pasangannya melalui
cara yang mempunyai risiko tinggi terhadap keselamatan jiwa wanita tersebut karena
dilakukan oleh individu yang tidak mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang sangat
diperlukan, serta menggunakan peralatan yang tidak memenuhi persyaratan minimal bagi
suatu tindakan medis.
Bahan dan tindakan yang digunakan, misalnya :
Batang kayu, akar pohon kayu, tangkai daun yang bergetah, batang plastik dimasukan
kavum uteri.
Pemijatan langsung ke korpus uteri hingga terjadi memar di dinding perut, kandung
kemih, adneksa ataupun usus.
PENATALAKSANAAN
Jenis abortus Penatalaksanaan
Abortus imminens Istirahat baring
Pertimbangkan infeksi → antibiotika
AKDR → ekstraksi AKDR
Defisiensi hormonal ( didrogesteron, alilestenol )
Abortus insipiens,
Abortus inkomplit &
Missed abortion
Kelanjutan abortus imminens yang diupayakan terapi jika gagal
maka dilakukan evakuasi massa kehamilan/sisa konsepsi dg kuretase
Abortus habitualis
(3 kali atau lebih)
Umumnya disebabkan anomali kromosom → investigasi genetis
Defisiensi hormonal
Inkopetensi serviks → Shirodkar/Mc Donald sebelum usia 12 –
14 minggu
Abortus terapeutik Terminasi suatu kehamilan atas indikasi ibu. Jika pengakhiran
kehamilan tidak segera maka mengancam keselamatan ibu atau
kecacatan yg berat janin.
.
Diagnosis Banding 1
Mola hidatidosa
Kelainan lokal pada vagina/servik (varises dan perlukaan), karsinoma (erosi dan polip)
Kehamilan ektopik terganggu
Menstruasi & hamil normal
Komplikasi 1,3,6,7,9
Syok :
Tanda-tanda syok:
Nadi cepat dan lemah
Turunnya tekanan darah (sistolik < 90 mmHg dan diastolik < 60 mmHg)
Pucat ( terutama palpebra, telapak tangan dan bibir)
Berkeringat banyak, gelisah, apatis atau kehilangan kesadaran
Pernafasan cepat (> 30X/mt)
Perdarahan hebat :
Perdarahan banyak berwarna merah segar dengan/tanpa bekuan
Darah membasahi pakaian, kain, selimut dll.
Pucat (konjuctiva, palpebra, tangan dan bibir)
Pusing, kesadaran menurun
Infeksi/ sepsis :
Demam tinggi (>38 C), menggigil, berkeringat
Sekret vaginan berbau
Kaku dan tegang pada dinding perut bawah
Cairan mukopurulen melalui ostium serviks
Nyeri goyang serviks
Trauma intra abdomen
Penanganan syok hipovolemik 2,5,7,8,9
Bebaskan jalan nafas
Berikan oksigen 6 – 8 liter/menit
Infus NaCl isotonis atau RL 100 ml dalam 20 menit pertama, 500 ml pada 20 menit
kedua, kemudian 40 – 60 tetes/menit, pantau cairan masuk keluar, perhatikan kelebihan
cairan. Umumnya syok hipovolemik membutuhkan 3 liter.
Jangan berikan sesuatu melalui mulut
Konsentrasi Hb < 8 gr % atau Hematokrit < 20 % perlu transfusi
Setelah stabilisasi pasien, infus sementara dilanjutkan, pantau tanda vital, produksi urin,
segera lakukan evakuasi kavum uteri.
Penanganan syok septik
Riwayat perdarahan yang lama (lebih 7 hari)
Upaya abortus provokatus atau trauma organ genital
Demam
Nyeri perut bawah, spasme
Terapi inisial
Bebaskan jalan nafas
Berikan oksigen 6 – 8 liter/menit
Berikan cairan NaCl isotosis atau RL perinfus 1000/20menit pertama, kemudian
500/20menit kedua. Pemberian lanjutan 40 tetes/menit (tergantung derajat syok dan hasil
restorasi awal). Umumnya diperlukan 1500 – 3000 ml
Jangan berikan sesuatu peroral
Hb < 8 gr % atau Hematokrit < 20 % transfusi darah
Bila setelah restorasi belum ada perbaikan berikan dopamin awal 2,5 mikrogram/kgbb
dalam larutan isotosis naikan perlahan hingga ada respon tanda vital dan produksi urin
Antibiotika (kombinasi 3 golongan)
Ampicillin 1 gr, Gentamicin 80 mg, Klindamisin 600 mg setiap 8 jam
Sefalosporin 1 gr, Gentamisin 80 mg dan Mettronidazol 1 gr/8 jam
PPC 4,8 juta unit, Kloramfenikol 500 mg/6 jam.
Terapi definitive evakuasi sisa kehamilan
ASUHAN PASCA KEGUGURAN/ABORTUS
Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan, memerlukan
asuhan pasca keguguran. Asuhan pasca keguguran terdiri dari:
1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit dengan segala kemungkinan komplikasinya.
2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi pasca keguguran.
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
UPAYA MENCEGAH ABORTUS
Sebenarnya suatu kehamilan yang tidak dikehendaki dapat dicegah seandainya pasangan
menggunakan kontrasepsi darurat. Yang dimaksud kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi
yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan setelah hubungan seksual. Hal ini sering
disebut “Kontrasepsi pasca senggama” atau “morning after pill” atau “morning after
treatment”.
lstilah “kontrasepsi sekunder” atáu “kontrasepsi darurat” asalnya untuk menepis
anggapan obat tersebut harus segera dipakai/ digunakan setelah hubungan seksual atau harus
menunggu hingga keesokan harinya dan bila tidak, berarti sudah terlambat sehingga tidak
dapat berbuat apa-apa lagi. Sebutan kontrasepsi darurat juga menekankan bahwa dalam cara
KB ini lebih baik dari pada tidak ada sama sekali. Namun tetap kurang efektif dibandingkan
dengan cara KB yang sudah ada.
ABORTUS BUATAN
Tindakan pengosongan rahim pada kehamilan kurang dan 20 minggu dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Cara yang tepat untuk menangani suatu kasus pada suatu keadaan
tertentu sangat bergantung pada keadaan penderita; tuanya kehamilan; fasilitas yang tersedia;
dan keterampilan operator.
Alasan atau indikasi abortus buatan :
I. Hamil di luar kandungan.
Bila kehamilan tidak dikeluarkan, maka akan terjadi robekan pada tempat dimana hasil
pembuahan “menempel” diikuti, perdarahan dalam rongga perut yang dapat
menyebabkan kematian.
2. Hamil anggur (mola hidatidosa).
Pada hamil anggur janin biasanya meninggal dan tumbuh jaringan seperti segugus buah
anggur. Jaringan ini harus dikeluarkan dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang
untuk mendeteksi kemungkinan timbulnya kanker trofoblas.
3. Cacat bawaan pada janin.
Cacat bawaan yang berat seperti anencephalus (tidak ada otak) dapat dideteksi secara
dini.
4. Penyakit Ibu yang berat/ menahun.
Misalnya kelainan jantung.
5. Hamil akibat perkosaan atau incest.
6. Penyakit kelainan jiwa yang berat.
Misalnya percobaan bunuh diri.
7. Kegagalan kontrasepsi.
Seperti diketahui sampai saat ini tidak ada satu pun kontrasepsi yang bebas dari
kegagalan. Kehamilan akibat kegagalan kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen
dapat menyebabkan cacat bawaan.
Beberapa cara abortus buatan
Pada dasarnya ada tiga cara melakukan abortus buatan.
Medikamentosa :
1. Antiprogestin
Dikenal dengan nama pil RU 486. Pil ini menimbulkan abortus dengan mencairkan
corpus luteum yang berfungsi mempertahankan kehamilan muda. Biasanya digabung
dengan prostaglandin.
2. Methotrexate.
Biasanya digabung dengan prostaglandin.
3. Prostaglandin.
Khasiatnya membuat rahim berkontraksi dan mengeluarkan isinya.
4. Larutan garam hipertonik.
Menyebabkan tekanan dalam rahim meningkat yang pada gilirannya menye-babkan
rahim berkontraksi dan mengeluarkan janin.
5. Oksitosin.
Khasiatnya menyebabkan rahim berkontraksi. Saat ini banyak dipakai obat-obat yang
mengandung hormon estrogen dan progestin untuk mereka yang terlambat haid.
Sebenarnya obat-obat tersebut tidak berkhasiat menggugurkan kandungan (abortus),
tetapi hanya menimbulkan haid bila tidak ada kehamilan. Jadi sifatnya hanya sebagam
“tester”.
Tindakan Medik :
a. Kuret.
Ada dua macam kuret yaitu kuret tajam dan kuret isap.
b. Untuk membuka leher rahim dapat dipakai laminaria atau kateter.
c. Operasi laparotomi.
Cara tradisional :
Melakukan kegiatan fisik yang berat/berlebihan seperti meloncat, mengangkat barang
berat.
Memasukkan daun atau batang tanaman tertentu ke dalam rahim.
Minum obat-obat tradisional seperti jamu.
Tindakan abortus buatan tidak terlepas dari kemungkinan timbulnya komplikasi, antara lain :
Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah, bradikardia (penurunan
detak jantung), dan cardiac arrest (henti jantung).
Rahim robek.
Serviks (leher rahim) robek yang biasanya disebabkan oleh alat (instrumen)
Perdarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan hasil pembuahan.
Infeksi dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi.
Kelainan pembekuan darah.
BAB III
KESIMPULAN
Frekuensi abortus sukar ditrenntukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan,
kecuali apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala
dan tanda ringan, sehingga pertolongan medic tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap
sebagai haid terlambat. Diperkirakan frekuensi abortus spontan sekitar berkisar 10-15%
Semua wanita dengan perdarahan pervagina selama kehamilan sebaiknya ditangani
oleh spesialis. Peranan USG dalam menunjang diagnosis sangat diperlukan. Pemeriksaan Hb
(hemoglobin) harus dilakukan untuk mengetahui beratnya anemi dan perdarahan yang terjadi.
Pemeriksaan fibrinogen perlu dilakukan bagi kasus missed abortion. Pemeriksaan spekulum
berguna untuk mendeteksi adanya kelainan lokal pada saluran genital bagian bawah.
Jika dalam anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang tidak dapat ditentukan diagnosisnya,
dan perdarahan minimal maka pasien dapat dikelola sebagai pasien rawat jalan dengan
pemeriksaan antenatal biasa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Winkjosastro H.Prof, dr, SpOG; Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan; Dalam : Ilmu
Kebidanan; Edisi III; Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo; Jakarta; 1999; Hal.302 - 312
2. Nardho Gunawan; Kebijaksanaan Departemen Kesehatan RI dalam upaya menurunkan
kematian maternal; Simposium Kemajuan Pelayanan Obstetri Semarang; l3a dan
Penerbit UNDIP; 1993; 1 - 2.
3. PB. POGl; Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi; Bagian 1; Jakarta; Balai
Penerbit FK UI; 1991; 9 – 13
4. Muchtar. Rustam; Abortus; Dalam : Sinopsis Obstetri; Edisi II; Jilid 1; EGC; Jakarta;
1998; Hal. 209 - 217
5. Bagian Obstetri & Ginekologi FK UNPAD; Abortus; Dalam : Obstetri Patologi: FK
UNPAD; Bandung; 1983; Hal 7 - 17
6. Martohusodo S; Kompedium Patologi Kebidanan; Edisi Ill; Bandung; Daya Praza Press;
1997; 29 - 43.
7. http://www.medicastore.com
8. http://www.wartamedika.com/2008
9. http://www.cerminduniakedokteran.com