18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Produksi Teh PTPN VIII Talunsantosa
Proses produksi teh hitam di PTPN VIII Talunsantosa dimulai dengan
pengangkutan dan penerimaan bahan baku pucuk daun teh dari kebun, setelah
pucuk masuk pabrik, daun langsung memasuki tahap pelayuan, selanjutnya pucuk
teh yang sudah dilayukan dipindahkan ke tahap penggilingan untuk
menghancurkan daun teh, selanjutnya yaitu tahap fermentasi dan dilanjutkan pada
proses pengeringan, selanjutnya yaitu tahap sortasi yang bertujuan untuk
menyeragamkan potongan teh yang sudah dikeringkan, setelah itu dilakukan
proses pengujian mutu daun teh tersebut, tahap terakhir yaitu proses pengepakan
dan disimpan di gudang penyimpanan.
Gambar 10. Proses Produksi Teh Hitam
4.1.1 Data Produksi Basah dan Kering
Produksi di pabrik Santosa akan didokumentasikan setiap bulannya dengan
bertujuan untuk mempermudah mencatat dan mengevaluasi perkembangan
produksi setiap bulannya dalam jangka waktu satu tahun. Pada tabel 3 dibawah ini
merupakan rencana atau target yang harus dicapai.
19
Tabel 3. Rencana Produksi Pabrik Santosa Tahun 2018
(Sumber: PTPN VIII Talun Santosa)
Pada tabel diatas dapat dilihat rencana kerja pabrik Santosa, dimana
proyeksi keuangan bergulir (PKB) adalah rencana atau target triwulanan yang
harus dicapai dan merupakan breakdown RKAP yang disesuaikan dengan kondisi
bulan berjalan. Lalu rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) adalah
rencana atau target yang harus dicapai dalam kurun waktu satu tahun. Jadi PKB
dan RKAP itu merupakan target yang harus dicapai pabrik Santosa, selanjutnya
yaitu bulan ini (BI) adalah target atau realisasi bulan berjalan, sedangkan sampai
bulan ini (SBI) adalah target atau realisasi dengan akumulasi bulan berjalan atau
hasil penjumlahan dari bulan berjalan.
BI SBI BI SBI BI SBI BI SBI
1 JAN 618,057 618,057 140,468 140,468 618,057 618,057 140,468 140,468
2 PEB 638,790 1.256.847 158,586 299,054 638,790 1.256.847 145,180 285,647
3 MAR 593,223 1.850.070 171,383 470,436 593,223 1.850.070 134,824 420,471
4 APR 638,869 2.488.939 158,614 629,050 638,869 2.488.939 145,198 565,668
5 MEI 552,028 3.040.968 184,198 813,247 552,028 3.040.968 125,461 691,129
6 JUN 616,625 3.657.592 167,161 980,408 616,625 3.657.592 140,142 831,271
7 JUL 603,418 4.261.011 143,662 1.124.070 603,418 4.261.011 137,141 968,412
8 AGU 684,438 4.945.448 128,956 1.253.025 684,438 4.945.448 155,554 1.123.966
9 SEP 607,686 5.553.134 121,495 1.374.520 607,686 5.553.134 138,111 1.262.076
10 OKT 690,936 6.244.071 142,407 1.516.927 690,936 6.244.071 157,031 1.419.107
11 NOP 577,089 6.821.159 145,249 1.662.176 577,089 6.821.159 131,157 1.550.264
12 DES 709,962 7.531.121 159,253 1.821.428 709,962 7.531.121 161,335 1.711.619
No Bulan
PKB (Kg) RKAP (Kg)
BASAH KERING BASAH KERING
20
Tabel 4. Realisasi Produksi Pabrik Santosa Tahun 2018
(Sumber: PTPN VIII Talun Santosa, 2018)
Tabel 4 menjelaskan realisasi hasil produksi di pabrik Santosa pada tahun
2018. Sama seperti pada tabel sebelumnya, bulan ini (BI) merupakan target atau
realisasi bulan berjalan, sedangkan sampai bulan ini (SBI) adalah target atau
realisasi dengan akumulasi bulan berjalan atau hasil penjumlahan dari bulan
berjalan.
Tabel diatas terbagi menjadi dua bagian, yang pertama yaitu kolom
realisasi produksi dimana menjelaskan hasil produksi basah dan kering dalam
satuan kilogram. Kolom basah merupakan penunjuk jumlah berat teh dalam
ukuran kilogram sebelum proses produksi dilakukan, sedangkan pada kolom
kering merupakan jumlah bubuk teh hasil produksi yang sudah melewati seluruh
tahapan produksi dan siap untuk dipasarkan.
Kolom basah/ kering (B/K) pada tabel 4 menunjukkan hasil perbandingan
antara produksi basah sebelum diolah terhadap produksi kering yang sudah diolah.
Semakin kecil nilai B/K maka hasil produksi tersebut semakin baik, dimana
selama produksi ini berlangsung tidak banyak waste atau produksi yang terbuang
dan masuk kedalam kategori limbah. PTPN Talun Santosa memiliki standar
khusus maksimal untuk nilai B/K yaitu tidak lebih dari 4,50 yang artinya pada
BI SBI BI SBI BI SBI BI SBI BI SBI
1 JAN 400.820 400.820 64,85 64,85 92.300 92.300 65,71 65,71 4,34 4,34
2 PEB 387.870 788.690 60,72 62,75 86.397 198.697 59,51 62,56 4,49 4,41
3 MAR 65.770 854.460 11,09 46,19 15.064 193.761 11,17 46,08 4,37 4,41
4 APR 121.140 975.600 18,96 39,20 26.684 220.445 18,38 38,97 4,54 4,43
5 MEI 467.720 1.443.320 84,73 47,46 105.414 325.859 84,02 47,15 4,44 4,43
6 JUN 437.770 1.881.090 70,99 51,43 100.993 426.852 72,06 51,35 4,33 4,41
7 JUL 493.870 2.374.960 81,85 55,74 113.134 539.986 82,49 55,76 4,37 4,40
8 AGU 197.930 2.572.890 28,92 52,03 46.903 586.889 30,15 52,22 4,22 4,38
9 SEP - 2.572.890 - 46,33 - 586.889 - 46,50 4,38
10 OKT - 2.572.890 - 41,21 - 586.889 - 41,36 4,38
11 NOP - 2.572.890 - 37,72 - 586.889 - 37,86 4,38
12 DES 380.480 2.953.370 53,59 39,22 84.679 671.568 52,48 39,24 4,49 4,40
No Bulan
REALISASI PRODUKSIB/K
BASAH %Tercapai KERING %Tercapai
21
produksi setiap bulannya nilai B/K tidak boleh melebihi angka tersebut demi
memaksimalkan produksi teh pertahunnya. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun
2018, jumlah produksi teh yang dihasilkan pabrik Santosa masih dapat dikatakan
baik karena tidak melebihi batas standar yaitu dengan nilai B/K 4,40.
4.1.2 Flow Process Chart
Flow process chart (FPC) ini berfungsi sebagai diagram operasi yang
meliputi analisa aliran bahan dimulai dari bahan baku sampai bahan tersebut
menjadi sebuah produk siap dipasarkan secara jelas. Flow process chart dapat
dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. FPC Pengolahan Teh
22
Peta FPC ini menunjukan setiap tahap proses pengolahan teh dimulai dari
pengangkutan dan penerimaan bahan baku sampai pada tahap pengepakan dan teh
kering siap jual. Tahapan-tahapan yang akan dilalui oleh daun teh sebelum
penjualan adalah:
4.1.2.1 Pengangkutan dan Penerimaan Bahan Baku
Proses pengangkutan dan penerimaan pucuk teh dilakukan untuk
mengetahui kualitas dan kuantitas pucuk yang diterima di pabrik, dan memilih
pucuk teh yang memenuhi spesifikasi sehingga dapat meningkatkan mutu teh
yang baik dan aman untuk dikonsumsi. Setelah sampai di pabrik, pucuk ditimbang
ulang dan dilakukan pemeriksaan berdasarkan Surat Perintah (SP). Kemudian truk
menuju ke ruang pelayuan untuk menurunkan pucuk segar dari truk. Pucuk yang
sudah diturunkan dari truk kemudian diletakan di kursi monorail dimana satu
kursi monorail dibatasi hanya untuk satu waring sack dan harus dalam posisi
berdiri untuk mencegah bahan baku jatuh dan terbuang.
Gambar 12. Monorail
Monorail berfungsi untuk mengangkut pucuk segar menuju mesin
Witehring Through (WT) pada proses pembeberan untuk dilayukan dan
mengangkut pucuk layu dari mesin WT ke cerobong penggilingan menuju mesin
giling pada proses turun layu.
23
4.1.2.2 Pelayuan
Proses pelayuan dilakukan untuk mengurangi kadar air pada pucuk.
Pelayuan dibedakan menjadi dua macam, yaitu pelayuan secara kimia dan fisik.
Pada pelayuan kimia memberi kesempatan terjadinya perubahan senyawa-
senyawa kimia yang dikandung dalam pucuk teh untuk membentuk karakteristik
khusus teh (rasa, aroma, kekuatan, kesegaran dan warna air) yang diinginkan.
Sedangkan pelayuan fisik berfungsi untuk menurunkan kadar air di dalam dan di
permukaan pucuk yang ditandai dengan adanya perubahan karakteristik pucuk
yang akan menjadi lemas (layu). Proses pelayuan sangat berperan penting untuk
proses penggilingan, pengeringan, sortasi sampai pada penentuan kualitas dan
mutu dari pucuk teh yang sudah diolah. Standar pucuk yang sudah terlayukan
dengan baik ditandai dengan tingkat layu kimiawi yang optimal, pucuk memiliki
aroma yang khas serta warna pucuk akan menjadi berwarna hijau agak kekuning-
kuningan dengan daun yang tidak menjadi kering dan batang muda yang lentur.
Udara panas bersumber dari Heat Exchanger (HE). Heat Exchanger (HE)
merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan udara panas. Panas yang
dihasilkan berasal dari pembakaran kayu bakar pada ruang Heat Exchanger.
Udara panas ini dihisap oleh main fan dan dialirkan dengan Hot Air Ducation
sebagai saluran udara panas menuju WT. Heat Exchanger terdiri dari tiga bagian
utama, yaitu brander pemanas yang berfungsi sebagai penghasil panas, main fan
sebagai penghembus udara panas, dan exhaust fan sebagai penghisap udara kotor
dalam heater.
Gambar 13. Pelayuan Teh Dengan Mesin WT
24
Alat yang digunakan pada proses pelayuan salah satunya adalah Witehring
Trough. Fungsi dari Witehring Trough ini adalah untuk bak penampung pucuk
segar yang akan dilayukan. Prinsip kerjanya adalah menurunkan kadar air pucuk,
dengan menghembuskan udara segar di sekitar Witehring Trough dari fan.
Hembusan udara menyebabkan proses penguapan air daripada pucuk sehingga
pucuk akan menjadi layu.
4.1.2.3 Penggilingan
Penggilingan bertujuan untuk merusak dinding sel daun sampai cairan sel
keluar semaksimal mungkin ke permukaan dengan merata supaya terjadi proses
oksidasi enzimatis yang baik dan menghasilkan inner quality yang optimal,
menggulung pucuk untuk membentuk hasil keringan, mengecilkan dan memotong
gulungan-gulungan pucuk menjadi partikel sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki, untuk memudahkan dan memaksimalkan proses selanjutnya, serta
memudahkan dalam pengaturan pengeringan.
Gambar 14. Mesin Ruang Giling
Prinsip umum proses penggilingan yaitu daun pucuk teh pada proses giling
akan terjadi penggulungan, pemotongan dan perusakan menjadi bubuk teh dengan
ukuran kecil. Bubuk teh yang sudah melewati proses penggilingan akan dibagi
lagi sesuai dengan beberapa jenis yaitu bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4, dan
bubuk badag.
25
4.1.2.4 Oksidasi Enzimatis
Tahap selanjutnya yaitu proses fermentasi, bubuk pucuk teh disusun pada
rak yang telah disediakan di ruang Oksidasi Enzimatis. Selain itu ketebalan bubuk
di atas baki penampung juga harus disesuaikam antara 5-12 cm, hal ini bertujuan
agar proses reaksi enzimatis pada bubuk teh tersebut bekerja dengan maksimal
dan merata. Suhu udara ruangan yang diperlukan untuk proses oksidasi enzimatis
ini berkisar antara 16-24oC dan suhu pada sebaran bubuk berkisar antara 24-28oC
(suhu optimum 27oC) oleh karena itu diruang oksidasi enzimatis terdapat fan yang
akan meniupkan udara sejuk dan percikan air yang bertujuan untuk tetap menjaga
suhu dan kelembaban ruangan tersebut yang dimana kelembaban udara ruang
oksidasi enzimatis harus berkisar antara 90-95%. Prinsip dari proses oksidasi
enzimatis ini yaitu proses oksidasi antar senyawa polyphenol dengan enzim
polyphenol oksidase dan juga senyawa lainnya sehingga akan terbentuknya
karakteristik warna, rasa dan flavour dari bubuk teh.
4.1.2.5 Pengeringan
Proses selanjutnya yaitu pengeringan, dimana bubuk teh yang telah
teroksidasi dengan baik kemudian diangkut secara manual dari rak per baki
menuju ruang pengeringan. Tujuan proses pengeringan ini yaitu untuk
menghentikan proses fermentasi atau oksidasi enzimatis, penghentian proses
fermentasi tersebut dilakukan dengan proses pengeringan dengan menggunakan
mesin Two Stage Dryer (TSD). Selain itu proses pengeringan bertujuan untuk
menurunkan kadar air sampai batas tertentu, mensterilkan dari kemungkinan
adanya bakteri pada bubuk teh yang masih terbawa pada proses fermentasi
sebelumnya, memberikan warna hitam pada kenampakan teh dan juga untuk
memperpanjang masa penyimpanan.
Mesin yang digunakan untuk pengeringan bubuk teh terdapat tiga buah
mesin TSD, yaitu mesin TSD 1 untuk bubuk 1 dan 2, mesin TSD 2 untuk bubuk 3
dan 4, lalu mesin TSD 3 untuk bubuk badag. Prinsip kerja yang dapat dilakukan
oleh mesin TSD ini yaitu penurunan kadar air bubuk teh dalam mesin pengering
dengan menggunakan aliran udara panas. Udara panas yang digunakan untuk
pengeringan berasal dari udara luar yang dipanaskan dengan proses pembakaran
menggunakan heat exchanger yang dimana bahan bakar untuk memanaskannya
26
berupa wood pellet atau kayu bakar. Energi yang dibutuhkan oleh proses
pengeringan berasal dari energi panas yang dihasilkan oleh hasil pembakaran
bahan bakar padat pada heat exchanger yang dialirkan pada mesin TSD.
4.1.2.6 Sortasi
Proses sortasi merupakan tahapan selanjutnya setelah bubuk teh sudah
melalui proses pengeringan, proses ini dilakukan untuk memisahkan bubuk teh
dengan debu, tangkai, dan sisa-sisa kotoran lain setelah proses pengeringan.
Selain untuk memisahkan bubuk teh dari debu dan kotoran, sortasi juga
mempunyai tujuan yang lain yaitu memisahkan dan memperoleh partikel teh yang
seragam dalam segi ukuran, densitas dan kebersihan dari kandungan serat dan
tulang sesuai standar yang telah ditentukan atau diinginkan oleh konsumen.
Prinsip utama dari proses sortasi adalah memisahkan partikel berdasarkan
bentuk, ukuran/partikel, berat jenis, densitas dan kebersihan kandungan
serat/tulang. Pada proses sortasi untuk menjaga kualitas bubuk teh maka harus
memperhatikan kebersihan ruangan, pertukaran udara yang lancar dan
kelembaban udara berkisar 30%, tujuannya agar tidak terjadi perubahan kadar air
pada bubuk teh kering.
Gambar 15. Mesin ITX
Pada proses sortasi, bubuk teh yang telah melalui proses pengeringan
kemudian dipisahkan berdasarkan ukurannya dengan menggunakan mesin ITX.
27
Mesin ITX yang digunakan pada proses pengolahan teh hitam dengan metode
orthodoks PT.Perkebunan Nusantara VIII Kebun Talun Santosa terdapat 2 mesin
yaitu ITX I untuk proses bubuk I dan II serta ITX II untuk proses bubuk III,
bubuk IV, dan bubuk badag. Bubuk yang dihasilkan di mesin ITX I dan II akan
menghasilkan bubuk teh yang dapat melewati corong small grade dimana bubuk
teh tersebut akan menjadi beberapa jenis teh yaitu DUST, PF OJI, PF, BOPF,
sedangkan untuk corong broken grade akan menghasilkan bubuk teh dengan jenis
yang lain yaitu BOPF, BOPF1, BOP, BOP1.
Gambar 16. Conveyor
Selanjutnya bubuk jenis PF dan DUST dimasukkan ke dalam mesin
winnower dan jenis BOP dan BOPF akan dimasukkan kedalam mesin Tehewan
untuk dilakukannya proses pemisahan berdasarkan berat jenis bubuk teh tersebut.
Selanjutnya bubuk dari Winnower dipindahkan dan akan dilakukannya proses
finishing pada mesin vibrex finishing (small grade), sedangkan bubuk dari
Tehewan akan dipisahkan untuk dilakukannya proses finishing pada mesin vibrex
finishing (broken grade). Untuk serat dari ITX I dan II yang berwarna merah
diproses dengan menggunakan black fiars yang dimana akan dihasilkan teh
dengan jenis BM, FANN II, PW DUST, dan badag.
28
4.1.2.7 Pengujian Mutu
Pengujian mutu bertujuan untuk memastikan spesifikasi teknis dikontrol
dengan baik dan mengetahui kesesuaian antara produk yang dihasilkan dengan
standar yang diterapkan mulai dari penerimaan bahan baku pucuk sampai produk
teh yang siap untuk dipasarkan. Sehingga setelah dilakukan pengujian mutu dapat
dijamin bahwa hasil teh telah memperoleh nilai A atau B untuk appearance
(kenampakan), liquor (warna air) dan ampas seduhan, serta menjamin bahwa
produk teh yang sudah dihasilkan dapat masuk kedalam kategori minimal
medium, akan tetapi pada setiap produksi dilakukan harus diupayakan mencapai
best medium atau best quality.
Gambar 17. Pengujian Inner dan Outer Quality
Pengujian inner dan outer quality dilakukan dengan tahapan cara yang
berbeda dimana pengujian inner quality dilakukan dengan penilaian aroma yang
dihasilkan dengan melakukan teknik menghirup udara atau uap hasil seduhan teh
dengan membuka sedikit tutup cangkir, sedangkan penilaian rasa dilakukan
dengan cara mencicipi air hasil seduhan yang ada dalam mangkok tersebut apakah
cita rasa teh sudah sesuai dengan standar atau belum, lalu penilaian warna air
dilakukan dengan cara mengamati kekeruhan air atau warna air yang dihasilkan
dari seduhan teh dalam mangkok, sedangkan yang terakhir yaitu penilaian ampas
seduhan yang dilakukan dengan cara mengamati hasil ampas yang telah
dipindahkan pada tutup cangkir.
29
4.1.2.8 Pengepakan
Proses pengepakan merupakan penuangan bubuk teh ke dalam kemasan
sesuai dengan berat yang sudah ditentukan setiap grade-nya kedalam paper sack.
Berat untuk setiap grade akan berbeda dalam setiap paper sack. Kemasan yang
digunakan adalah sack yang terbuat dari bahan kertas namun dibagian dalamnya
telah dilapisi alumunium foil. Teh yang sudah melewati proses sortasi akan
ditimbang lalu dimasukkan dan disimpan secara terpisah sesuai dengan grade-nya
masing-masing kedalam peti miring.
Gambar 18. Conveyor Menuju Tea Bulker
Peti miring (Tea Bin) merupakan tempat penyimpanan sementara bubuk
teh sebelum dilakukannya proses pengepakan. Peti miring berbentuk persegi
dengan dimensi 1.54m x 1.54m x 3.6m dan memiliki corong pengeluaran di
bagian bawahnya. Tea Bulker merupakan mesin yang berfungsi untuk mencampur
dan mengaduk bubuk teh hitam yang dihasilkan sehingga diperoleh kualitas teh
yang seragam. Tea Bulker berbentuk seperti silinder bersudut dengan 8 ruang di
dalamnya. Prinsip kerjanya dengan memasukkan bubuk teh yang berasal dari peti
miring ke atas Tea Bulker menggunakan conveyor secara teratur sehingga bubuk
tercampur merata. Ketika corong pengeluaran di bagian bawahnya dibuka, bubuk
teh dari kedelapan ruang tersebut akan keluar secara bersamaan.
30
Gambar 19. Produk Setelah Pengepakan
Teh yang telah dikemas kemudian disimpan dan ditumpuk pada gudang
penyimpanan yang dimana ruang penyimpanan tersebut sama dengan ruang
pengepakan, hal ini untuk memudahkan penataan produk teh yang sudah
dibungkus dan siap untuk dipasarkan.
4.2 Evaluasi dan Perancangan Ulang Tata Letak
Evaluasi dan perancangan ulang tata letak membutuhkan beberapa tahap
yang harus dilakukan, diantaranya yaitu merancang activity relationship chart
(ARC), merancang activity relationship diagram (ARD), merancang area
allocation diagram (AAD), dan yang terakhir yaitu mendesain layout hasil
perancangan.
4.2.1 Activity Relationship Chart
Activity relationship chart (ARC) ini merupakan peta untuk merencanakan
dan menganalisa hubungan antar kegiatan produksi yang dapat menggambarkan
tingkat kepentingan antara ruang produksi yang satu dan bagian yang lainnya.
Sumber data untuk proses penilaian dalam mengisi peta ARC ini
dilakukan dengan proses wawancara kepada delapan orang responden yang
merupakan pegawai di pabrik Santosa. Berikut adalah daftar nama responden
yang menjadi sumber data proses penilaian:
1. Rendra Citra Lesmana, SE. (JTU Kepala)
2. Kurnaedi (Mdr. Besar QC)
3. Jajang (Mdr. Pelayuan)
31
I
A
E
I
I
O
O
O
O
U
U
U
U
U
X
4. Agus (Mdr. Penggilingan)
5. U.Suparman (Mdr. Oksidasi Enzimatis)
6. Dede Karman (Mdr. Pengeringan)
7. Ai Komala (Mdr. Sortasi)
8. Dede Saepuloh (Mdr. Pengepakan)
Berdasarkan hasil wawancara berdasarkan tata cara kerja yang diterapkan,
dapat dianalisa hubungan antar kegiatan produksi sesuai dengan tingkat
kepentingan setiap ruangan.
Gambar 20. ARC Pabrik Santosa
Terdapat beberapa simbol yang digunakan untuk mengisi tabel activity
relationship chart, yaitu:
A = mutlak perlu berdekatan
E = sangat perlu berdekatan
I = penting berdekatan
O = tidak jadi soal (biasa)
U = tidak perlu berdekatan
X = tidak diharapkan berdekatan
R.Pelayuan
R.Giling
R.Oksidasi Enzimatis
R.Pengeringan
R.Sortasi
R.Pengepakan
32
Pada gambar 20 diatas dapat dilihat indikator tingkat hubungan antara
kegiatan yang menggambarkan tingkat kepentingan pada setiap ruangan produksi
di PTPN VIII Talunsantosa pabrik Santosa yang dinilai dari sifat kegiatan dan
interaksi yang dilakukan pada setiap ruangan tersebut. Setiap huruf yang tertera
pada peta ARC tersebut merupakan indikator penunjuk seberapa pentingnya
kedekatan antar bagian ruang produksi.
Indikator A berfungsi untuk menunjukkan bahwa ruangan tersebut mutlak
perlu berdekatan karena beberapa alasan tertentu yang sangat penting seperti
bahan yang harus cepat ditangani atau suatu hal yang dapat mempengaruhi
kualitas produk, lalu indikator E berfungsi untuk menunjukkan ruangan tersebut
sangat perlu berdekatan dimana ruangan tersebut tidak boleh dipisahkan, lalu
indikator I menunjukkan bahwa ruangan tersebut penting berdekatan karena faktor
tertentu, lalu selanjutnya indikator O menunjukkan tidak jadi soal (biasa) dimana
antar ruangan tersebut tidak bersifat ketergantungan terhadap ruangan lainnya
yang artinya baik ruangan itu berdekatan ataupun tidak berdekatan hal tersebut
tidak akan terlalu mempengaruhi berjalannya produksi, selanjutnya indikator U
menunjukkan tidak perlu berdekatan dimana nilai kepentingan antar ruangan
tersebut sangat tidak penting seperti tidak adanya interaksi langsung antar ruangan
tersebut, lalu indikator terakhir yaitu X yang menunjukkan tidak diharapkan untuk
saling berdekatan dimana ruangan tersebut harus dipisahkan dengan ruangan
tertentu karena beberapa alasan yang dapat menghambat alur produksi.
Setiap ruangan produksi di PT. Perkebunan Nusantara VIII Talunsantosa
pabrik Santosa dinilai tingkat hubungan kedekatannya menggunakan activity
relationship chart untuk mengetahui kepentingan pada setiap ruangan produksi.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat 1 indikator A yang mutlak perlu berdekatan, 1
indikator E yang sangat perlu berdekatan, 3 indikator I yang penting berdekatan, 4
indikator O yang tidak jadi soal, 5 indikator U yang tidak perlu berdekatan, dan 1
indikator X yang tidak diharapkan untuk berdekatan. Nilai indikator ARC pada
setiap ruangannya yaitu:
4.2.1.1 Ruang Pelayuan Dan Ruang Giling
Tingkat kepentingan pada ruang pelayuan dan ruang giling memiliki nilai
indikator I yaitu penting berdekatan, karena pucuk teh setelah melalui proses
33
pelayuan harus dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu proses penggilingan
dimana pucuk akan diangkut menggunakan monorail menuju mesin diruang
giling untuk segera dilakukannya penghancuran dan pengecilan ukuran untuk
membantu memaksimalkan proses produksi selanjutnya.
Kedua ruangan ini penting untuk berdekatan karena dua proses tersebut
berinteraksi secara langsung dan tidak ada proses lain lagi diantara kedua proses
tersebut. Jika ruangan pelayuan dan ruang giling dipisahkan terlalu jauh, maka
bahan akan membutuhkan waktu tunggu yang berlebih dan proses produksi tidak
akan berjalan dengan efisien. Oleh karena itu ruang pelayuan dan ruang giling
diberi indikator I yaitu penting berdekatan.
4.2.1.2 Ruang Pelayuan Dan Ruang Oksidasi Enzimatis
Tingkat kepentingan ruang pelayuan dan ruang oksidasi enzimatis
memiliki nilai indikator O yaitu tidak jadi soal atau biasa, hal ini dikarenakan
interaksi antar ruang pelayuan dan oksidasi enzimatis tidak berinteraksi secara
langsung dan berhubungan, teh yang berasal dari ruang pelayuan tidak dapat
langsung masuk pada proses oksidasi enzimatis dimana daun pucuk teh tersebut
masih berukuran besar dan belum menjadi bubuk, senyawa yang terdapat pada
daun teh juga belum terekstraksi secara maksimal, maka proses fermentasi
tersebut tidak akan berjalan dengan baik, oleh karena itu daun pucuk teh tersebut
harus melalui proses penggilingan terlebih dahulu supaya pucuk teh hancur
terlebih dahulu agar proses fermentasi dapat berjalan secara maksimal.
4.2.1.3 Ruang Pelayuan Dan Ruang Pengeringan
Tingkat kepentingan pada ruang pelayuan dan ruang pengeringan memiliki
nilai indikator U yaitu tidak perlu berdekatan. Jika dilihat dari alur proses
produksi, teh yang sudah melalui proses pelayuan tidak bisa langsung dilanjutkan
pada proses pengeringan dimana daun pucuk teh tersebut masih dalam ukuran
besar dan utuh, selain itu juga daun teh tersebut belum melalui proses fermentasi
dimana warna dan aroma teh tersebut belum keluar, oleh karena itu ruangan
pelayuan dan ruang pengeringan tidak perlu berdekatan karena tidak memiliki
hubungan secara langsung antar kedua ruangan tersebut.
34
4.2.1.4 Ruang Pelayuan Dan Ruang Sortasi
Tingkat kepentingan antar ruangan pelayuan dan ruangan sortasi memiliki
nilai indikator U yaitu tidak perlu berdekatan. Jika dilihat pada alur produksi pada
ruang pengeringan, teh yang sudah melalui proses pelayuan tidak bisa langsung
dilanjutkan pada proses sortasi karena fungsi utama proses sortasi yaitu untuk
memisahkan teh yang sudah berbentuk bubuk kering sesuai dengan jenis dan
ukuran, teh yang sudah masuk pada tahap ini harus tetap dijaga dari ruangan
dengan kondisi kelembaban yang tinggi, oleh karena itu kedua ruangan ini tidak
perlu berdekatan.
4.2.1.5 Ruang Pelayuan Dan Ruang Pengepakan
Tingkat kepentingan antar ruangan pelayuan dan ruangan pengepakan
memiliki nilai indikator X yaitu tidak diharapkan untuk berdekatan. Jika dilihat
dari peta alur produksi, proses pelayuan dan proses pengepakan sangat jauh dan
tidak berhubungan sama sekali karena pelayuan merupakan proses pertama yang
dilakukan sedangkan proses pengepakan merupakan proses terakhir atau finishing.
Selain karena proses produksinya yang tidak berhubungan secara
langsung, bubuk teh yang sudah melewati proses produksi sampai pada proses
sortasi harus dijaga tingkat kelembabannya tetap dalam kondisi kering karena
pada ruangan pelayuan tingkat kelembabannya lebih tinggi daripada ruangan
pengeringan, sortasi dan pengepakan. Bubuk teh yang sudah masuk pada proses
pengepakan tersebut harus tetap dijaga kualitas kekeringannya karena akan segera
diangkut dan dipasarkan.
4.2.1.6 Ruang Giling Dan Ruang Oksidasi Enzimatis
Tingkat kepentingan antar ruangan pelayuan dan ruangan pengepakan
memiliki nilai indikator A yaitu mutlak perlu berdekatan. Proses penggilingan
pucuk teh dan proses fermentasi saling berhubungan secara langsung, hal tersebut
menjadi salah satu faktor utama mengapa tingkat hubungan kedua ruangan ini
mutlak perlu berdekatan karena daun pucuk teh yang sudah dihancurkan pada
proses penggilingan harus segera memasuki proses selanjutnya yaitu oksidasi
enzimatis supaya hasil fermentasi tersebut bekerja secara maksimal dan merata.
35
Jika kedua ruangan ini dipisahkan dengan jarak yang cukup jauh, maka
proses fermentasi tersebut tidak akan maksimal karena pada proses ini sangat
berpengaruh terhadap waktu. Daun teh yang sudah dihancurkan pada proses
penggilingan harus langsung dilanjutkan pada tahap fermentasi.
4.2.1.7 Ruang Giling Dan Ruang Pengeringan
Tingkat kepentingan ruang penggilingan dan ruang pengeringan memiliki
nilai indikator O yaitu tidak jadi soal atau biasa, hal ini dikarenakan interaksi antar
ruang penggilingan dan ruang pengeringan tidak secara langsung berhubungan,
kedua ruangan ini tidak begitu diharuskan untuk berdekatan maupun berjauhan.
Sebelum dapat masuk pada tahap proses pengeringan, bubuk teh tersebut
harus melewati tahap fermentasi terlebih dahulu supaya warna, rasa dan aroma teh
keluar secara maksimal sebelum akhirnya seluruh bubuk tersebut dikeringkan.
Jika bubuk teh tersebut langsung dikeringkan tanpa dilakukannya proses
fermentasi terlebih dahulu, teh tersebut tidak akan lolos pada tahap pengujian
mutu karena kandungan yang ada tidak keluar secara maksimal.
4.2.1.8 Ruang Giling Dan Ruang Sortasi
Ruang giling dan ruang sortasi memiliki tingkat kepentingan dengan
indikator U yaitu tidak perlu untuk berdekatan. Menurut alur produksi, proses
penggilingan dan proses sortasi tidak berinteraksi secara langsung melainkan
terdapat beberapa proses produksi yang harus dilalui terlebih dahulu oleh bubuk
teh tersebut sebelum bubuk teh memasuki ruang sortasi.
Bubuk pucuk teh dari ruangan giling tidak bisa langsung memasuki proses
sortasi karena bubuk tersebut masih dalam kondisi masih memiliki tingkat
kelembaban cukup tinggi dimana proses sortasi tidak akan bisa berjalan secara
maksimal karena akan terjadi penggumpalan, proses sortasi akan menjadi
terhambat karena bubuk teh belum dikeringkan, oleh karena itu daun pucuk
tersebut harus melalui proses pengeringan terlebih dahulu.
4.2.1.9 Ruang Giling Dan Ruang Pengepakan
Tingkat kepentingan pada ruang giling dan ruang pengepakan memiliki
nilai indikator U yaitu tidak perlu berdekatan. Jika dilihat dari alur produksi,
proses penggilingan dan proses pengepakan terpisah cukup jauh dan tidak
36
berinteraksi secara langsung karena ruang pengepakan merupakan tempat dimana
proses finishing dilakukan.
Prinsip umum penggilingan yaitu, pucuk pada proses giling akan terjadi
penggulungan, pemotongan dan perusakan dimana proses ini merupakan proses
awal produksi setelah proses pelayuan. Jarak antara proses giling dan pengepakan
terlampau sangat jauh, oleh karena itu hubungan kepentingan kedua ruangan ini
tidak perlu berdekatan.
4.2.1.10 Ruang Oksidasi Enzimatis Dan Ruang Pengeringan
Tigkat kepentingan pada ruang oksidasi enzimatis dan ruang pengeringan
memiliki nilai indikator E yaitu sangat penting berdekatan. Dilihat dari alur
produksi pengolahan kedua ruangan tersebut berinteraksi secara langsung, hasil
bubuk teh yang sudah melewati proses fermentasi langsung memasuki ruangan
pengeringan untuk dilakukannya penghentian proses fermentasi dari proses
sebelumnya menggunakan mesin Two Stage Dryer.
Proses pengeringan bertujuan untuk menurunkan tingkat kadar air sampai
batas tertentu, mensterilkan dari adanya bakteri pada bubuk teh yang terbawa pada
proses sebelumnya yang bertujuan untuk menghentikan proses fermentasi pada
bubuk teh yang masih berlangsung, dan juga untuk memberikan warna hitam pada
kenampakan bubuk teh dan untuk memperpanjang masa penyimpanan.
4.2.1.11 Ruang Oksidasi Enzimatis Dan Ruang Sortasi
Tingkat kepentingan pada ruang oksidasi enzimatis dan ruang sortasi
memiliki nilai indikator O yaitu tidak jadi soal atau biasa. Jika dilihat dari alur
proses produksi, proses fermentasi dan proses sortasi tidak berinteraksi secara
langsung karena bubuk teh yang sudah melewati proses oksidasi masih
menggumpal karena kadar air yang terkandung pada bubuk teh tersebut masih
cukup tinggi. Oleh karena itu bubuk teh tersebut harus melewati proses
pengeringan terlebih dahulu untuk mengurangi tingkat kadar air dan untuk
mensterilkan bubuk teh dari bakteri yang terbawa dari proses sebelumnya.
4.2.1.12 Ruang Oksidasi Enzimatis Dan Ruang Pengepakan
Tingkat kepentingan pada ruang oksidasi enzimatis dan ruang pengepakan
memiliki indikator U yaitu tidak perlu berdekatan. Jika dilihat dari alur proses
37
produksi, proses fermentasi dan pengepakan terpisah cukup jauh dan tidak
berinteraksi secara langsung dimana ada beberapa proses produksi yang harus
dilalui terlebih dahulu yaitu proses pengeringan dan sortasi. Pada ruang
pengepakan tingkat kelembabannya tidak boleh tinggi seperti kelembaban pada
ruangan oksidasi enzimatis karena dikhawatirkan akan merusak kualitas produk
yang sudah siap dipasarkan tersebut. Oleh karena itu indikator kepentingan ruang
oksidasi dan ruang pengepakan tidak perlu berdekatan.
4.2.1.13 Ruang Pengeringan Dan Ruang Sortasi
Tingkat kepentingan pada ruang pengeringan dan ruang sortasi memiliki
nilai indikator I yaitu penting berdekatan. Pada alur proses produksi, proses
pengeringan dan sortasi ini saling berdampingan dan berinteraksi secara langsung
dimana bubuk teh yang sudah dikeringkan menggunakan mesin Two Stage Dryer
akan langsung dipindahkan pada ruang sortasi untuk dilanjutkan pada proses
selanjutnya.
Daun teh yang sudah melalui proses pengeringan akan menjadi butiran
bubuk teh dan tidak akan menggumpal saat proses sortasi. Kedua ruangan ini
penting berdekatan akan tetapi tidak terlalu terpacu oleh waktu karena tingkat
kadar air bubuk teh kali ini sudah diturunkan dan sudah steril dari bakteri pada
proses fermentasi, oleh karena itu nilai indikator kepentingan kedua ruangan ini
yaitu penting untuk berdekatan.
4.2.1.14 Ruang Pengeringan Dan Ruang Pengepakan
Tingkat kepentingan antara ruang pengeringan dan ruang pengepakan
memiliki nilai indikator O yaitu tidak jadi soal atau biasa. Jika dilihat dari alur
proses produksi, ruang pengeringan dan ruang pengepakan tidak berinteraksi
secara langsung melainkan bubuk teh harus melewati proses sortasi terlebih
dahulu. Bubuk teh yang sudah melewati proses pengeringan harus dilakukan
proses sortasi terlebih dahulu untuk memisahkan teh dengan debu dan kotoran.
Sortasi juga mempunyai tujuan yang lain yaitu memperoleh partikel teh
yang seragam dalam ukuran, densitas dan kebersihan dari kandungan serat dan
tulang sesuai standar yang telah ditentukan atau diinginkan oleh konsumen.
Prinsip utama dari sortasi adalah memisahkan partikel berdasarkan bentuk,
38
ukuran/partikel, berat jenis, densitas dan kebersihan kandungan serat/tulang. Oleh
karena itu hubungan kepentingan antar ruang pengeringan dan pengepakan yaitu
tidak jadi soal.
4.2.1.15 Ruang Sortasi Dan Ruang Pengepakan
Tingkat kepentingan antara ruang sortasi dan ruang pengepakan memiliki
nilai indikator I yaitu penting untuk berdekatan. Menurut peta alur produksi,
interaksi antara ruang sortasi dan ruang pengepakan sangat dekat karena bubuk
teh yang sudah melewati proses sortasi dan seragam sudah dapat masuk pada peti
miring dan masuk pada proses pengepakan.
Ruang sortasi dan ruang pengepakan penting untuk berdekatan karena ini
merupakan proses terakhir atau finishing dari alur produksi. Daun teh yang sudah
dikategorikan sesuai dengan jenis dan ukurannya akan disimpan terlebih dahulu
pada peti miring, yang selanjutnya akan dibungkus dengan paper sack lalu siap
produk siap untuk dipasarkan.
4.2.2 Activity Relationship Diagram
Activity relationship diagram (ARD) merupakan diagram keterkaitan
kegiatan atau hubungan antar aktivitas dibuat menggunakan informasi dari peta
keterkaitan kegiatan yang digunakan menjadi dasar perencanaan keterkaitan. Pada
tahap ini dilakukan proses penyusunan sesuai dengan hasil yang didapatkan pada
tahap sebelumnya.
Dasar untuk merancang activity relationship diagram adalah skala
prioritas, jadi yang menempati prioritas paling tinggi harus didekatkan letak
posisinya lalu diikuti oleh prioritas berikutnya untuk didekatkan letak posisinya.
Area pada activity relationship diagram diasumsikan memiliki ukuran dan jarak
yang sama, setelah mengetahui nilai prioritas pada setiap ruangan maka setiap
ruangan tersebut akan disesuaikan berdasarkan aktivitas dan ukuran yang
sebenarnya.
Merancang activity relationship diagram (ARD) ini memiliki keuntungan
yaitu mempermudah proses tata letak, meminimalisir ruangan yang tidak terpakai,
pembagian wilayah kegiatan produksi dengan sistematis, menjamin ruangan yang
cukup, dan menjadi dasar untuk dilakukan perencanaan selanjutnya.
39
Gambar 21. ARD Pabrik Santosa
Terdapat beberapa kotak dengan penunjuk angka yang menggambarkan
seluruh ruangan produksi pabrik Santosa, dan juga beberapa garis penghubung
diantara ruangan tersebut yang memiliki arti dimana empat garis hubung antar
kotak tersebut menggambarkan indikator A pada peta ARC yang sebelumnya
yaitu mutlak perlu untuk berdekatan, lalu tiga garis hubung antar kotak tersebut
menggambarkan indikator E yaitu sangat perlu untuk berdekatan, lalu dua garis
hubung antar kotak tersebut menggambarkan indikator I yaitu penting berdekatan,
lalu satu garis hubung antar kotak tersebut menggambarkan indikator O yaitu
tidak jadi soal, sedangkan untuk indikator U dan X tidak diberikan garis hubung
karena menggambarkan ruangan tersebut tidak perlu untuk berdekatan. Kode
angka yang tercantum pada peta activity relationship diagram (ARD) ini
menunjukkan keterangan setiap ruangan produksi yang ada di pabrik Santosa.
Tabel 5. Keterangan Angka ARD
Kode Keterangan
1 Ruang pelayuan
2 Ruang giling
3 Ruang oksidasi enzimatis
4 Ruang pengeringan
5 Ruang sortasi
6 Ruang pengepakan
40
Pada tabel 5 diatas menunjukkan keterangan kode angka dan masing-
masing ruangan produksi yang tercantum pada peta ARD. Ruangan nomor 1 dan
ruang nomor 2 diberikan dua garis hubung yaitu penting untuk berdekatan,
sedangkan ruang nomor 1 dan ruang nomor 3 diberikan satu garis hubung yaitu
tidak jadi soal (biasa). Selanjutnya yaitu ruangan nomor 2 dan ruangan nomor 3
diberi empat garis hubung dimana hal tersebut berarti kedua ruangan ini memiliki
indikator mutlak perlu berdekatan. Sedangkan ruang nomor 2 dan nomor 4 diberi
satu garis hubung yaitu tidak jadi soal. Lalu selanjutnya ruangan nomor 3 dan
nomor 4 diberi tiga garis hubung yaitu sangat perlu berdekatan. Sedangkan ruang
nomor 3 dan nomor 5 diberi satu garis hubung yaitu tidak jadi soal. Selanjutnya
yaitu ruang nomor 4 dan nomor 5 diberi dua garis hubung yaitu penting untuk
berdekatan. Sedangkan nomor 4 dan 6 hanya satu garis hubung yang tidak jadi
soal. Selanjutnya yaitu ruangan nomor 5 dan ruang nomor 6 diberi dua garis
hubung yang berarti penting untuk berdekatan.
4.2.3 Area Allocation Diagram
Area allocation diagram (AAD) merupakan lanjutan dari ARD, dimana
ARD telah diketahui kesimpulan tingkat kedekatan antar aktivitas, dengan
demikian berarti bahwa ada sebagian aktivitas harus dekat dengan aktivitas lain
dan ada juga sebaliknya, atau dapat dikatakan bahwa hubungan antar aktivitas
mempengaruhi tingkat kedekatan antar tata letak aktivitas tersebut (Arif, 2017).
Gambar 22. AAD Pabrik Santosa
41
Pada gambar 22 diatas dapat dilihat bentuk dari rancangan area allocation
diagram yang dimana peta ini merupakan tahap lanjutan dari ARD. Gambar ini
merupakan template secara umum, informasi yang dapat dilihat hanya merupakan
pemanfaatan area saja, sedangkan gambar visualisasinya secara lengkap beserta
aliran bahannya dapat dilihat pada tahap selanjutnya yaitu pada tahap perancangan
template yang dimana hal tersebut merupakan tahap akhir dari penganalisisan dan
perancangan tata letak fasilitas dan pemindahan bahan.
Sama seperti pada peta activity relationship chart (ARC), peta area
allocation diagram (AAD) merupakan jenis peta yang dapat menggambarkan
hubungan antara ruangan-ruangan produksi. Dapat dilihat yang pertama yaitu
ruang pelayuan sangat berdekatan dengan ruang giling karena daun teh yang
sudah dilayukan akan langsung memasuki tahap penggilingan. Lalu selanjutnya
ruang giling berdekatan dan berhubungan secara langsung dengan ruang oksidasi
enzimatis, karena pucuk teh yang sudah dihancurkan harus segera dilakukan
proses fermentasi. Tahap selanjutnya yaitu ruang oksidasi enzimatis dengan ruang
pengeringan, kedua ruangan ini sangat berdekatan karena bubuk teh yang sudah
difermentasikan harus segera dikeringkan untuk menghentikan proses fermentasi
dan membunuh sisa-sisa bakteri yang terbawa pada tahap sebelumnya. Lalu
setelah itu ruangan pengeringan dan ruang sortasi yang harus berdekatan, karena
bubuk teh yang sudah dikeringkan harus disortir untuk memisahkan sisa kotoran
yang masih terbawa pada tahap sebelumnya dan juga untuk dipisahkan sesuai
dengan ukuran, berat, dan grade-nya masing-masing. Yang terakhir yaitu ruang
sortasi dan ruang pengepakan, kedua ruangan ini harus didekatkan karena teh
yang sudah dipisahkan sesuai dengan grade-nya akan disimpan dalam peti miring
dan nantinya akan segera dibungkus kedalam paper sack.
4.2.4 Desain Layout Hasil Perancangan
Desain hasil perancangan merupakan tahap lanjutan yang merupakan suatu
gambaran akhir yang lebih jelas dari sebuah tata letak pabrik yang akan dibuat dan
merupakan gambaran yang lebih detail dari area allocation diagram yang telah
dibuat pada tahap sebelumnya. Informasi yang dapat dilihat pada tahap ini
diantaranya yaitu tata letak ruangan sudah sangat jelas dimulai dari bagian
42
produksi, posisi mesin, dimulai dari ruangan yang pertama yaitu pelayuan sampai
dengan finishing diruang pengepakan.
Gambar 23. Layout Hasil Perancangan
Pada gambar 23 diatas dapat disimpulkan bahwa tata letak yang diterapkan
pada pabrik Santosa sudah baik jika dilihat berdasarkan tingkat kepentingan antar
ruangan produksi.