8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kentang
2.1.1 Botani Tanaman
Menurut Rukmana (1997), klasifikasi tanaman kentang sebagai berikut :
Kingdom
Divisi
Subdivisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Dicotyledonae
: Solanales
: Solanaceae
: Solanum
: Solanum tuberosum L.
Solanumtuberossumatau kentangmerupakan tanaman setahun, bentuk
sesungguhnya menyemak dan bersifat menjalar (Setiadi dan Nurulhuda, 2011).
Kentang mempunyai banyak varietas. Umur tanaman kentang bervariasi menurut
varietasnya (Samadi, 2007). Tanaman kentang dapat tumbuh tegak mencapai
ketinggian 0,5 – 1,2 meter tergantung varietasnya (Samadi, 2007).
Daun tanaman kentang terletak berselang – seling pada batang tanaman.
Bentuk daun oval sampai oval agak bulat dengan ujung meruncing dan tulang –
tulang daun menyirip. Daun berkerut – kerut dan permukaan bagian bawah daun
berbulu (Samadi, 2007). Daun tanaman kentang majemuk menempel di satu
tangkai (rachis). Jumlah helai daun umumnya ganjil, saling berhadapan dan
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
9
diantara pasang daun terdapat pasangan daun kecil seperti telinga, yang disebut
daun sela. Pada pangkal tangkai daun majemuk terdapat sepang daun kecil yang
disebut daun penumpu (sripulae). Tangkai lembar daun (petiolus) sangat pendek
dan seolah – olah duduk. Warna daun hijau muda sampai hijau gelap dan tertutup
oleh bulu – bulu halus (Sunarjono, 2007).
Batang tanaman kentang kecil, lunak, bagian dalamnya berlubang dan
bergabus. Bentuknya persegi tertutup dan dilapisi bulu – bulu halus (Sunarjono,
2007). Batang berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung varietasnya, tidak
berkayu, dan bertekstur agak keras. Permukaan batang halus. Diameter batang
kecil dengan panjang mencapai 1,2 meter (Samadi, 2007). Batang yang muncul
dari mata umbi berwarna hijau kemerahan dan bercabang samping. Pada dasar
batang utama akan tumbuh akar dan stolon. Stolon yang beruas akan membentuk
umbi, tetapi ada pula yang tumbuh menjadi tanaman baru. Dengan demikian,
stolon merupakan perpanjangan dari batang. Dengan kata lain umbi kentang
merupakan batang yang membesar (Sunarjono, 2007).
Tanaman kentang memiliki perakaran tunggang dan serabut. Akar
tunggang menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabut
tumbuh menyebar ke arah samping dan menembus tanah datar. Akar tanaman
berwarna keputih – putihan dan berukuran sangat kecil (Samadi, 2007). Akar
tanaman menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan sangat halus. Kedalaman
daya tembusnya bisa mencapai 45 cm. Namun, biasanya akar ini banyak yang
mengumpul di kedalaman 20 cm (Setiadi dan Nurulhuda, 2011). Tanaman
kentang yang berasal dari umbi tidak memiliki akar utama, tetapi hanya memiliki
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
10
akar serabut berukuran kecil dan berwarna putih yang panjangnya bisa mencapai
60 cm (Haryono dan Kurniati, 2013).
Umbi terbentuk dari ujung stolon yang membengkak (Sunarjono, 2007).
Proses pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang
dari rhizoma atau stolon, diikuti pembesaran sehingga rhizoma membengkak
(Samadi, 2007). Umbi kentang merupakan gudang makanan yang terdiri dari
karbohidrat, protein, dan mineral yang merupakan hasil fotosintesis. Pada bagaian
ujung umbi (nose) terdapat banyak mata yang bersisik, sedangkan pada
pangkalnya (heel) atau tangkai umbi tidak ada matanya. Mata umbi tersebut dapat
tumbuh menjadi tanaman baru. Satu mata umbi bisa menghasilkan satu batang
utama atau lebih (Sunarjono, 2007). Umbi kentang ada yang berwarna kuning,
putih dan merah (Samadi, 2007).
Buah kentang terdapat dalam tandan, berbentuk bulat, ukurannya sebesar
kelereng. Ketika muda berwarna hijau, setelah menjadi hitam. Tiap buah berisi
lebih dari 500 biji yang berwarna putih kekuningan. Tanaman kentang akan mati
setelah berbunga dan berbuah (Sunarjono, 2007). Buah kentang dihasilkan dari
proses penyerbukan bunga kentang. Setelah proses penyerbukan terjadi bakal
buah akan membesar dan pada akhirnya berubah menjadi buah. Buah kentang
berbentuk bulat dan berwarna hijau. Buah akan masak setelah berumur 6 sampai
8 minggu. Didalam buah ini terdapat biji kentang yang berukuran sangat kecil dan
jumlahnya banyak (Haryono dan Kurniati, 2013).
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
11
Bentuk bunga tanaman kentang menyerupai terompet dan muncul pada
ujung cabang. Kelopak bunga berwarna hijau dan berjumlah 5 helai. Mahkotanya
melebar dan bercanggap lima sehingga menyerupai bintang, warnanya putih,
merah, atau ungu (Sunarjono, 2007).Bunga kentang termasuk sempurna
(hermaphrodit) atau berumah satu (monoecus), yaitu mempunyai organ jantan dan
organ betina. Ukurannya kecil (kira – kira 3 cm), berwarna putih kekuning –
kuningan, atau ungu kemerah – merahan, tumbuh diketiak daun teratas (Setiadi,
2009). Seperangkat organ jantan ini disebut stamen atau androecium. Sementara
itu, seperangkat organ betina yang terdiri dari kepala putik (stigma), tagkai putik
(stylus) yang panjang, dan bakal buah (ovarium) disebut pistillum atau gynoecium.
Jumlah benang sari 5 buah dengan tepung sari terdapat dalam kantong (anthera)
yang berbentuk gada atau bulat panjang. Kantong tersebut terdiri dari 2 ruang
(locus), bertangkai pendek yang melekat pada dasar bakal buah. Didalam bakal
buah terdapat 500 bakal biji (ovulum) (Sunarjono, 2007).
Daun kelopak (calyx), daun mahkota (corrola), dan benangsari (stamen),
masing – masing berjumlah lima buah dengan satu buah putik (pistilus) yang
mempunyai sebuah bakal buah yang berongga dua buah (locule). Benang sari
bunga kentang berwarna kekuning – kuningan dan melingkari tangkai putik.
Kedudukan kepala putik bisa lebih rendah, sama tinggi, atau lebih tinggi dari cone
kepala sari. Kepala sari dari kelima benang sari membentuk satu cone yang
berwarna kuning terang (pada bunga yang jantan mandul warnanya hijau). Kepala
sari berisi tepung sari bila sudah kering bisa diterbangkan oleh angin. Biasanya,
tepung sari masak dulu dari kepala putiknya (Setiadi dan Nurulhuda, 2011).
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
12
Sewaktu tepung sari matang, putiknya telah layu sehingga tidak reseptif. Oleh
karena itu, bisa terjadi penyerbukan silang dengan tepung sari dari bunga lain atau
tanaman lain (Sunarjono, 2007).
2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman
Kentang hanya mau tumbuh dan produktif pada jenis tanah ringan yang
mengandung sedikit pasir dan kaya bahan organik. Contohnya, tanah andosol dan
(vulkanik) yang mengandung abu gunung berapi dan tanah lempung berpasir
(margalit) (Sunarjono, 2007). Kentang dapat tumbuh pada berbagai macam tanah
mulai dari tanah yang bertekstur berpasir, lempung berliat pada tanah bergembur.
Tanah bertekstur ringan dan tanah bergambut sangat cocok untuk tanaman
kentang (Wattimena et al., 1992).
Tanaman kentang tumbuh baik di daerah daratan tinggi atau
pengunungan dengan elevasi 800 – 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Bila tumbuh di daratan rendah (dibawah 500 mdpl), tanaman kentang sulit
membentuk umbi. Kalaupun terbentuk, umbinya sangat kecil, kecuali di daerah
yang mempunyai suhu malam hari 20ععC. Sementara itu, bila diatas ketinggian
2.000 mdpl, tanaman akan lambat membentuk umbi (Sunarjono, 2007).
Tanaman kentang menghendaki suhu antara 15 – 22ᴼ C (optimumnya 18
– 20ᴼ C) dengan kelembapan udara 80 – 90%(Sunarjono, 2007). Suhu rerata
harian yang optimal bagi pertumbuhan kentang adalah 18 - 21ᴼ C. Proses
pembentukan umbi sangat dipengaruhi oleh suhu tanah yang rendah pada malam
hari, yang akan merangsang timbulnya hormon pembentukan umbi pada tanaman.
Hormon ini akan diteruskan ke ujung stolon atau bakal umbi. Suhu tanah optimal
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
13
bagi pembentukan umbi yang normal berkisar 15 - 18ᴼ C. Pertumbuhan umbi
akan sangat terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10ᴼ C dan lebih dari 30ᴼ C
(Samadi, 2007).
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kentang adalah
2.000 – 3.000 mm/tahun (Sunarjono, 2007). Daerah dengan rerata curah hujan
1.500 mm per tahun sangat sesuai untuk membudidayakan kentang (Samadi,
2007).
Tanaman kentang tumbuh pada tanah dengan pH antara 5 – 5,5. Pada
tanah asam (pH kurang dari 5) tanaman sering mengalami gejala kekurangan
unsur Mg dan keracunan Mn. Selain itu, tanaman menjadi mudah terserang
nematoda. Sementara itu, pada tanah basa (pH lebih dari 7), sering timbul gejala
keracunan unsur K dan umbinya mudah terserang penyakit kudis (Steptomyces
scabies) (Sunarjono, 2007). Tanaman kentang toleran terhadap selang pH yang
cukup luas yaitu 4,5 – 8,0, tetapi untuk pertumbuhan optimal dan ketersediaan
unsur hara pH yang baik adalah 5,0 – 6,5 (Wattimena et al., 1992).
2.1.2 Kentang Varietas Granola
Granola pertama kali dikembangkan di Jerman lebih dari 40 tahun lalu
oleh Pflanzenzucht Saka, Kieloratallee, Hamburg (Windra, 2016). Kentang
granola memiliki umur ±100 hari dengan tinggi tanaman 60 – 80 cm, bentuk daun
oval, ujung daun runcing, tepi daun rata dan permukaan daun berkerut (Sitangga,
2013). Daun berwarna hijau dengan urat utama hijau muda. Batang berwarna
hijau, berpenampang segi lima, dan bersayap rata. Jumlah tandan bunga berkisar
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
14
antara 2 – 5 buah, putik berwarna putih dan memiliki 5 buah benag sari berwarna
kuning (Pitojo, 2004).
Bentuk umbi kentang varietas Granola berbentuk oval, mata umbi agak
dalam, permukaan kulit umbi halus, warna kulit umbi kuning dan putih, warna
daging umbi kuning (Sitangga, 2013). Kandungan pati granola rendah (16% -
18%) dan kandungan air tinggi lebih dari 80% (Windra, 2016). Hasil produksi 10
– 30 ton/ha. Agak tahan terhadap beberapa penyakit diantaranya PVA, PVY,
PLRV,dan agak tahan terhadap penyakit layu bakteri serta busuk daun (Sitangga,
2013) .
2.2 Kultur Jaringan
2.2.1 Kultur Jaringan Tanaman
Teknik kultur jaringan berawal dari teori totipotensi yang menyatakan
bahwa sel – sel bersifat otonom, dan pada prinsipnya mampu beregenerasi
menjadi tanaman lengkap. Jaringan tanaman dapat diisolasi dan dikultur hingga
berkembang menjadi tanaman normal dengan melakukan manipulasi terhadap
kondisi lingkungan dan nutrisinya (Zulkarnain, 2011).
Kultur jaringan tanaman adalah suatu upaya menginsolasi bagian –
bagian tanaman (protoplas, sel, jaringan, dan organ), kemudian mengkulturkannya
pada nutrisi buatan yang steril di bawah kondisi lingkungan terkendali sehingga
bagian- bagian tanaman tersebut dapat beregenerasi menjadi tanaman lengkap
kembali (Zulkarnain, 2011).
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
15
Kegunaan utama kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman
baru dalam jumlah banyak waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat
fisiologis dan morfologis sama persis dengan tanaman dari induknya. Dari teknik
kultur jaringan ini diharapkan pula memperoleh tanaman baru yang bersifat
unggul (Hendaryono dan Wijayani, 2012).
Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu sel atau
irisan jaringan tanaman yang disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan
dipelihara dalam medium padat atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril
(Hendaryono dan Wijayani, 2012).
Mikropropagasi adalah suatu bentuk aplikasi teknik kultur jaringan yang
bertujuan untuk perbanyakan tanaman. Mikropropagasi terdapat lima tipe dasar
yaitu :
a. Kultur meristem
Teknik kultur jaringan ini menggunakan potongan tunas yang sangat
kecil, terdiri dari atas satu kubah meristem dan beberapa primordia daun. Ukuran
eksplan yang kecil ini merupakan salah satu upaya pembebasan tanaman dari
pantogen melalui eradikasi pantogen. Selain itu, teknik ini mampu menghasilkan
tanaman baru dengan sifat yang identik dengan induknya sehingga kemungkinan
untuk terjadi mutasi sangat jarang terjadi, kalaupun ada hanya terjadi di dalam
pucuk – pucuk dengan mutasi sebagian (parsial). Mutasi yang terjadi di dalam
meristem seringkali hanya mempengaruhi sejumlah kecil sel sehingga mutasi
tidak mungkin diturunkan pada meristem aksilar berikutnya.
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
16
b. Proliferasi tunas aksilar
Tipe kultur jaringan ini menggunakan tunas – tunas terminal dan lateral
yang proliferasi tunas aksilarnya dipacu dan pertumbuhan tunas terminalnya
ditekan. Proliferasi tunas aksilar mampu menghasilkan sel – sel tunas bersifat
seragam dan resisten terhadap perubahan – perubahan genotip. Keuntungan
pemanfaatan poliferasi tunas aksilar dari meristem, ujung pucuk, atau tunas
sebagai sarana regenerasi karena tunas – tunas tersebut telah berproliferasi secara
in vivo. Yang diperlukan hanya pemanjangan tunas dan diferensi akar untuk
mendapatkan tanaman lengkap.
c. Induksi pucuk adventif
Induksi pucuk adventif termasuk inisiasi perkembangan pucuk adventif
dari eksplan, maupun dihasilkan eksplan sebagai akibat adanya perlukaan dan
perlakuan zat pengatur tumbuh. Adapun hambatan dalam teknik ini adalah
sulitnya mendapatkan duplikat genetik yang identik dan adanya variasi pada sifat
pertumbuhan tanaman yang diregenerasikan. Hambatan – hambatan ini muncul
sebagai akibat penanganan stok tanaman yang kurang baik selama proses
pengkulturan.
d. Organogenesis
Istilah ini berkaitan dengan proses bagaimana pucuk dan atau akar
adventif berkembang dari dalam massa kalus. Tanaman – tanaman yang
diregenrasikan dari kultu kalus dan kultur sel memperlihatkan ekspresi genetik
yang tidak selalu stabil. Sehingga, teknologi kultur kalus dan kultur sel dapat
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
17
menjadi sarana penyediaan keragaman genetik bagi para pemulia tanaman dan
menawarkan pendekatan baru bagi perbaikan tanaman melalui seleksi in vitro.
e. Embriogenesis somatik
Istilah ini digunakan untuk menyatakan perkembangan embrio lengkap
dari sel – sel vegetatif yang dihasilkan dari berbagai sumber eksplan yang
ditumbuhkan pada sistem kultur jaringan. Perkembangan teknik ini melalui
tahapan oktan, globular, awal hati, hati, torpedo, dan embrio dewasa. Keuntungan
dari embriogenesis somatik adalah embrio – embrio somatik yang dihasilkasn
bersifat bipolar, yakni memiliki ujung – ujung akar dan pucuk yang diperlukan
bagi pertumbuhan tanaman lengkap. Teknik ini juga menghasilkan embrio dalam
jumlah besar dalam satu wadah kultur, lebih banyak daripada pucuk – pucuk
majemuk yang diregenarisakan secara adventif melalui organogenesis
(Zulkarnain, 2011).
2.2.2 Keberhasilan Kultur Jaringan
Faktor – faktor yang mempengaruhi perbanyakan secara in vitro meliputi
media, jenis eksplan, gen, sumber eksplan, orintasi eksplan, nutrisi mineral, zat
pengatur tumbuh, sumber karbon dan jenis media (Kumar dan Reddy, 2011).
Yuliarti (2010) menambahkan lingkungan tumbuh yang mempengaruhi regenerasi
tanaman, meliputi temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas
sinar dan ukuran wadah kultur.
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
18
2.2.3 Media Tanam
Media tanam dalam kultur jaringan adalah tempat untuk tumbuh eksplan.
Media tanam kultur jaringan dapatdigolongkansebagaicairataupadat (Kumar dan
Reddy, 2011).
Media cair berarti campuran komponen – komponen zat kimia dengan air
suling. Penggunaan media cair adalah untuk keperluan suspensi sel, yaitu untuk
memperbanyak kalus yang sudah terbentuk sebelumnya, untuk isolasi dan untuk
fusi protoplasma (Hendaryono dan Wijayani,
2012).Mediacairmemilikikeuntungancepat(murah) persiapan. Selain itu,
mediacairlebihhomogen,
karenagradiennutrisimungkinmunculselamajaringanyangtumbuhdimediapadat
(Kumar dan Reddy, 2011). Sedangkan media padat adalah media cair ditambah
zat pemadat agar. Penggunaan agar biasanya 8 – 10 g/l (Hendaryono dan
Wijayani, 2012). Ada beberapa keuntungan penggunaan media padat yaitu :
a. Apabila menggunakan eksplan dengan ukuran yang relatif kecil maka akan
mudah terlihat.
b. Eksplan berada di atas permukaan medium sehingga tidak memerlukan alat
bantu lain untuk aerasi. Bila menggunakan medium cair perlu dilakukan
pengocokan, atau menghendaki perlengkapan khusus dan atau botol kultur
khusus utuk aerasi.
c. Tunas dan akar tumbuh teratur pada medium yang diam. Pada medium cair
yang senantiasa bergerak akibat pengocokan, pertumbuhan seringkali tidak
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
19
beraturan, dan konsekuensinya tunas – tunas yang terbentuk sulit untuk
dipisahkan satu dengan yang lainnya (Wattimena, et al., 1992).
Media tanam harus berisi semua zat yang diperlukan untuk menjamin
pertumbahan eksplan (Hendaryono dan Wijayani, 2012). Komponen penyusun
medium meliputi garam – garam anorganik, zat pengatur tumbuh tanaman,
vitamin, asam – asam amino dan amida, pelengkap organik kompleks, sumber
karbon, osmotika, air, dan matriks medium (Zulkarnain, 2011). Kebutuhan nutrisi
untuk pertumbuhan kultur in vitro yang optimal bervariasi antarspesies ataupun
antarvarietas. Bahkan, jaringan yang berasal dari bagian tanaman yang berbeda
pun akan berbeda kebutuhan nutrisinya. Oleh karena itu, tidak ada satupun
medium dasar yang berlaku universal untuk semua jenis jaringan dan organ
(Zulkarnain, 2011).
Unsur – unsur esensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif
besar diistilahkan sebagai unsur – unsur makro. Unsur – unsur makro karbon,
hidrogen, dan oksigen tersedia bagi tanaman melalui air dan udara. Pada kultur in
vitro, nitrogen diberikan dalam jumlah terbesar dalam bentuk
. Di samping unsur – unsur makro, sel – sel tanaman pun
membutuhkan unsur – unsur mikro tertentu. Unsur – unsur mikro yang
dibutuhkan oleh semua tanaman tingkat tinggi meliputi besi, mangan, seng, boron,
tembaga, molibdat dan klor. Stok besi disiapkan secara terpisah karena adanya
masalah pada kelarutan unsur ini. Biasanya, larutan besi disiapkan dalam bentuk
kelat sebagai garam natrium ferric ethylenediamine tetra-acetic (NaFeEDTA)
(Zulkarnain, 2011).
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
20
Media kultur jaringan tanaman pada umumnya mengandung vitamin –
vitamin seperti thiamine, nicotinic acid, pyridoxin dan asam pantotenat
(Wattimena, et al, 1992). Vitamin memiliki fungsi katalik pada sistem enzim dan
dibutuhkan dalam jumlah kecil. Satu – satunya vitamin yang dianggap esensial
pada kultur in vitro adalah tiamin (Zulkarnain, 2011). Thiamin dibutuhkan hampir
oleh seluruh kultur (Wattimena, et al, 1992).
Semua medium kultur in vitro dilengkapi sumber karbon dan energi
(Zulkarnain, 2011). Sukrosa adalah sumber karbon yang paling banyak
digunakan, karena beberapa alasan diantaranya sangat murah, tersedia dalam
jumlah banyak dan mudah berasimilasi oleh tanaman. Karbohidrat yang
ditambahkan ke medium kultur sebagai sumber energi untuk metabolisme (Kumar
dan Reddy, 2011). Sumber – sumber karbon tersebut antara lain glukosa, fruktosa,
galaktosa, sukrosa, molases dan juga sumber pati yang lainnya (Wattimena, et al,
1992).
Selain komponen – kompenen media tanam yang diperhatikan, keasaman
medium juga perlu diperhatikan. Keasaman medium adalah salah satu yang
mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan tanaman. Pada umumnya, keasaman
medium ditetapkan antara 5,6 – 5,8. Medium yang terlalu asam (pH < 4,5) atau
terlalu basa (pH > 7,0) dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
eksplan. Pada pH tinggi, unsur – unsur seperti besi, seng, mangan, tembaga, dan
boron mengalami presipitasi sebagai hidroksida sehingga tidak tersedia bagi
jaringan yang dikulturkan. Sedangkan pada pH rendah, unsur – unsur seperti
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
21
kalsium, magnesium, berlerang, fosfor, dan molibdat menjadi tidak tersedia.
Selain mempengaruhi kertersediaan unsur – unsur haram pH mempengaruhi pula
proses pemadatan medium. Medium akan menjadi terlalu keras bila pH > 6,0,
sedangkan pada pH < 5,2, medium akan sulit untuk menjadi padat (Zulkarnain,
2011).
2.3 Nutrisi AB Mix
Nutrisi AB mix merupakan nutrisi yang digunakan dalam budidaya
dengan sistem hidroponik. Nutrisi AB mix mengandung 16 unsur hara esensial
yang diperlukan tanaman, dari 16 unsur tersebut 6 diantaranya diperlukana dalam
jumlah banyak (makro) yaitu N, P, K, Ca, Mg, S, dan 10 unsur diperlukan dalam
jumlah sedikit (mikro) yaitu Fe, Mn, Bo, Cu, Zn, Mo, Cl, Si, Na, Co (Agustina,
2004). Nutrisi AB mix adalah nutrisi yang digunakan dibagi menjadi dua stok
yaitu stok A dan stok B. Stok Aberisi senyawa yang mengandung Ca, sedangkan
stok B berisi senyawa yang mengandung sulfat dan fosfat.Pembagian tersebut
dimakasudkan agar dalam kondisi pekat tidak terjadi endapan, karena Ca jika
bertemu dengan sulfat atau fosfat dalam keadaan pekat menjadi kalsium sulfat dan
membentuk endapan (Sutiyoso, 2004).
Kedua larutan A dan B harus dipisah karena jika kation Ca (kalsium)
dalam formula A bertemu dengan anion S (Sulfat) dalam formula N akan terjadi
endapan kalsium sulfat sehingga unsur Ca dan S tidak dapat diserap akar (Liferdi
dan Cahyo, 2016).
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
22
2.4 Pupuk Organik Cair (POC)
Pupuk organik terbentuk karena adanya kerja sama mikroorganisme
pengurai dengan cuaca serta perlakuan manusia. Kegiatan organisme tanah dalam
proses penguraian tersebut menjadi sangat penting dalam pembentukan pupuk
organik. Sisa tumbuhan dihancurkan oleh organisme dan unsur – unsur yang
sudah terurai diikat menjadi senyawa. Senyawa tersebut tentu saja harus larut
dalam air sehingga mudah diabsobsi atau diserap oleh akar tanaman. Bentuk
senyawa tersebut antara lain amonium dan nitrat. Makroorganisme ini berperan
dalam mentraslokasikan atau mencerna bahan organik dari bentuk kasar menjadi
halus. Makroorganisme yang dianggap sangat penting peranannya adalah cacing
tanah (Lumbricus sp.). Selain dapat mencerna bahan organik, kotoran cacing tanah
pun banyak mengandung natrium (N), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan fosfor
(P) tersedia. Sementara mikroorganisme sangat berperan dalam penguraian bahan
organik menjadi unsur – unsur hara sehingga mudah diserap tanaman setelah
membentuk senyawa (Musnamar, 2003).
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan – bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur (Hadisuwito, 2012). Pupuk organik
cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya maksimum 5%.Karena itu,
kandungan NPK pupuk organik cair relatif rendah.Pupuk organik cair memiliki
beberapa keuntuangan.Pertama, pupuk tersebut mengandung zat tertentu seperti
mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik padat.Dalam bentuk
kering, beberapa mikroorganisme mati dan zat tidak bisa aktif.Jika dicampur
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017
23
dengan pupuk organik padat, pupuk organik cair dapat mengaktifkan unsur hara
yang ada dalam pupuk organik padat (Parnata, 2004).
Selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, pupuk
organik cair juga mampu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas
tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik, dan mengganti peran pupuk
kandang. Berikut beberapa pupuk organik cair :
1. Mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan
bintil akar pada tanaman leguminose sehingga meningkatkan kemapuan
fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara.
2. Menungkatkan pertumbuhan tamanan menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap kekeringan, perubahan cuaca, dan serangan
penyakit.
3. Merangsang pertumbuhan cabang produksi.
4. Meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah.
5. Mengurangi gugurnya daun, bunga, dan bakal buah.
Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan kosentrasi atau dosis
yang diaplikasikan terhadap tanaman.Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan
kepada tanaman, semakin tinggi kandungan unsur hara yang diterima oleh
tanaman.Sama halnya dengan semakin setingnya frekuensi aplikasi pupuk, maka
kandungan unsur hara yang diterima tanaman juga semakin tinggi.Namun, jika
dosis terlalu berlebihan, justru berisiko menyebabkan timbulnya gejala kelayuan
(Glio, 2015).
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017