1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keterlambatan bicara dan bahasa
Bicara adalah produksi verbal bahasa, sedangkan bahasa adalah pengolahan
konseptual komunikasi. Kemampuan terdiri atas bahasa reseptif (pemahaman) dan
bahasa ekspresif (kemampuan untuk menyampaikan informasi, perasaan, pikiran,
dan ide-ide). Bahasa umumnya dianggap dalam bentuk lisan, tetapi juga dapat
mencakup bentuk visual, seperti American Sign Language(McLaughlin, 2011).
Beberapa terminologi penting keterlambatan bicara dan bahasa yang perlu
untuk dipahami, antara lain (Schum, 2007):
1. Bicara merupakan produksi suara untuk berkomunikasi.
2. Bahasa merupakan kemampuan berkomunikasi yang terdiri dari empat
domain yaitu semantik (memberikan makna terhadap kata), sintaks
(menggabungkan kata menjadi kalimat), fonologi (menggabungkan suara dari
bahasa), dan pragmatik (penggunaan sosial dari bahasa).
3. Bahasa reseptif merupakan kemampuan pembicaraan terhadap orang lain.
4. Bahasa ekspresif merupakan kemampuan berbicara atau mengeluarkan kata
dan kalimat.
American Academy of Pediatricsmerekomendasikan agar melakukan
surveilans perkembangan pada setiap kontrol anak sehat dan melakukan
skriningperkembangan pada anak yang kontrol pada usia 9, 18, dan 30 bulan atau
pada anak-anak yang dicurigai memiliki keterlambatan atau kelainan
8
2
perkembangan(yang ditemui saat surveilans perkembangan) (Dhamayanti dkk,
2009).
Bayi saat lahir membuat suara-suara, seperti menangis, tetapi mereka tidak
dapat berbicara sampai umur 8 minggu. Bayi membuat respon terhadap ibunya
dengan membuatsuara pekak dan ocehan secara spontan. Perkembangan yang
terus menerus di kemudian hari pada vokalisasi anak tergantung pada dorongan
orang tua(Sadock dkk, 2015).
Mekanisme produksi bicara terdiri atas empat proses (Shetty, 2012):
1. Pemrosesan bahasa: dimana isi dari sebuah ucapan diubah menjadi simbol
fonem di pusat bahasa otak.
2. Pembangkitan perintah motorik menuju organ-organ vokal di pusat
motorik otak.
3. Gerakan artikulatoris untuk produksi bicara oleh organ vokal perintah
motorik tersebut.
4. Emisi udara yang dikirim dari paru-paru dalam bentuk bicara.
Pusat bicara pada anak kinan dan 2/3 anak kidal terletak pada hemisfer otak kiri.
Maturasi sinaps perkembangan bicara reseptif di area Wernicke terjadi pada usia
8-24 bulan, sedangkan kemampuan ekspresif terjadi di area Broca pada usia 15-24
bulan. Seorang anak di atas dua tahun seharusnya sudah dapat berbicara dengan
baik. Adanya gangguan perkembangan hemisfer otak kiri pada anak usia di bawah
dua tahun akan menyebabkan keterlambatan bicara (Imada dkk,
2006).Perkembangan bicara dan bahasapada anak dapat dilihat pada Tabel 2.1.
3
Studi faktor risiko untuk keterlambatan bicara dan bahasa menunjukkan hasil
yang tidak konsisten, sehingga The US Preventive Services Task Force tidak dapat
mengembangkan daftar faktor risiko tertentu untuk memandu dokter perawatan
primer dalam penyaringan selektif. Faktor risiko yang paling konsisten dilaporkan
adalah riwayat keluarga bicara dan keterlambatan bahasa, jenis kelamin laki-laki,
prematuritas, dan berat lahir rendah. Faktor risiko lain yang dilaporkan kurang
konsisten termasuk tingkat pendidikan orang tua, penyakit masa kanak-kanak,
urutan kelahiran terlambat, dan keluarga besar (McLaughlin, 2011).
Orangtua umumnya sudah mengeluh mengenai keterlambatan bicara pada
umur dua tahun namun sebagian dokter memilih menunggu berdasarkan fakta
bahwa perkembangan bicara masih sangat bervariasi pada umur dua tahun. Anak
yang mengalami keterlambatan bicara, 50% akan mengejar keterlambatan tersebut
pada umur tiga tahun dan bila keterlambatan bicara hanya disebabkan oleh
keterlambatan perkembangan (maturational delay), prognosisnya cukup baik.
Diagnosis keterlambatan bicara seringkali belum ditegakkan pada umur 2-3 tahun
akibat dari adanya pandangan seperti diatas(Pusponegoro, 2010).Keterlambatan
bicara pada anak didefinisikan sebagai ketidaknormalan kemampuan berbicara
seseorang anak jika dibandingkan dengan kemampuan anakyang seusia
dengannya (APA, 2015).
4
Tabel 2.1Perkembangan bicara dan bahasa
Umur Perkembangan bicara dan bahasa
1 Tahun Mengenali nama sendiri
Mengikuti perintah sederhana yang disertai bahasa tubuh (misalnya
mengucapkan“bye-bye”)
Mencampuradukkan kata-kata dan suara-suara jargon
Menggunakan Bahasa tubuh yang komunikatif (misalnya menunjukkan
sesuatu, menunjuk)
2 Tahun Menggunakan hingga 300 kata
Menggunakan frase yang terdiri atas dua kata atau lebih
Menggunakan beberapa kata depan (misalnya di dalam, di atas), kata
ganti (misalnya kamu, aku), akhiran kata, tetapi tidak selalu dengan benar.
Menikmati bermain dengan mainan yang dapat digunakan untuk bercerita
3 Tahun Menggunakan hingga 1000 kata
Menyusun kalimat yang terdiri dari tiga hingga empat kata, biasanya
dengan subjek dan predikat tetapi dengan struktur yang sederhana
Mengikuti perintah yang diberikan dalam dua langkah
Mengulangi klimt dengan lima hingga tujuh suku kata
Bicara biasanya bisa dipahami oleh anggota keluarga
4 Tahun Menggunakan hingga 1600 kata
Dapat mengulang kembali cerita dan kejadian-kejadian dari masa lalu
yang belum lama terjadi
Memahami sebagian besar pertanyaan tentang lingkungan di sekitarnya
Menggunakan kata penghubung (misalnya kalau, tetapi, karena)
Bicara biasanya dipahami oleh orang asing
5 Tahun Menggunakan hingga 2300 kata
Dapat mendiskusikan perasaan
Memahami sebagian besar kata depan yang berhubungan dengan tempat
dan waktu
Mengikuti perintah yang diberikan dalam tiga langkah
Menulis nama sendiri
6 Tahun
8 Tahun
Mendefinisikan kata-kata berdasarkan fungsi dan hal-hal yang terkait
dengannya
Menggunakan berbagai kalimat kompleks yang terbentuk dengan baik
Menggunakan semua bagian dari pembicaraan (misalnya kata kerja, kata
benda, kata keterangan, kata sifat, kata penghubung, kata depan)
Memahami suara-huruf yang berhubungan dalam bacaan
Membaca buku sederhana untuk kesenangan
Menikmati teka-teki dan gurauan
Dengan segera dapat melakukan verbalisasi ide dan masalah
Memahami perintah tidak langsung (misalnya “Di sini panas” dipahami
sebagai permintaan untuk membuka jendela
Memproduksi semua suara bunyi dengan cara seperti dewasa
Sumber:(Sadock dkk, 2015)
5
Kriteria diagnosis gangguan berbahasa berdasarkan DSM-5 adalah :
A. Kesulitan yang menetap untuk memperoleh dan menggunakan bahasa
pada berbagai modalitas (misalnya secara wicara, tertulis, bahasa isyarat,
atau lainnya) karena adanya kekurangan dalam pemahaman atau produksi
yang meliputi sebagai berikut:
1. Berkurangnya kosakata (pengetahuan dan penggunaan kata)
2. Struktur kalimat yang terbatas (kemampuan untuk menyusun kata dan
akhiran kata secara bersama-sama untuk membentuk kalimat
berdasarkan aturan tata bahasa dan morfologi)
3. Gangguan pada bercerita (kemampuan untuk menggunakan kosakata
dan menghubungkan kalimat untuk menjelaskan atau menggambarkan
suatu topik atau serangkaian kejadian atau untuk melakukan
percakapan)
B. Kemampuan berbahasa secara bermakna dan terukur berada di bawah
yang diharapkan untuk usia yang sesuai, menyebabkan keterbatasan
fungsional pada komunikasi efektif, partisipasi social, pencapaian
akademik, atau performa dalam pekerjaan, secara individual atau dalam
kombinasi.
C. Awitan gejala adalah pada periode perkembangan awal
D. Kesulitan ini tidak disebabkan oleh gangguan pendengaran atau gangguan
sensoris lainnya, disfungsi motorik, atau kondisi medis atau neurologis
lainnya dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh hendaya intelektual
6
(gangguan perkembangan intelektual) atau penundaan perkembangan
global.
2.1.1 Etiologi keterlambatan bicara dan bahasa
Penyebab keterlambatan bicara sangat banyak dan bervariasi. Gangguan
tersebut ada yang ringan sampai yang berat. Penyebab keterlambatan bicara bisa
terjadi gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otot atau
organ pembuat suara. Beberapa penyebab utama keterlambatan bicara diantaranya
adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi.
Keterlambatan maturasi sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional
termasuk gangguan yang paling ringan dan saat usia tertentu akan membaik.
Penyebab lain yang relatif jarang adalah kelainan organ bicara, kelainan genetik
atau kromosom, autis, mutism selektif, afasia reseptif, dan deprivasi lingkungan.
Deprivasi lingkungan bisa disebabkan lingkungan sepi, dua bahasa, status
ekonomi sosial, teknik pengajaran salah, sikap orangtua (Judarwanto, 2013).
Estimasi prevalens psikososial yang relevan secara klinis terlibat dalam
gangguan bicara-bahasa pada anak-anak dilaporkan sebagai komorbiditas sebesar
50%. Indikasi keterlibatan psikososial tersering mencakup gejala yang
berhubungan dengan gangguan pemusatan perhatian dan gangguan perilaku
(seperti attention-deficit/hyperactivity disorder [ADHD], conduct disorder,
oppositional defiant disorder). Pada anak yang terdiagnosis dengan gangguan
psikiatri, ditemukan prevalens kejadian gangguan bicara-bahasa berkisar 40%
hingga 80%. Keterkaitan yang umum dilaporkan pada gangguan pemusatan
perhatian dan gangguan berbahasa, walaupun diyakini proporsi yang signifikan
7
dari anak dengan ADHD tidak terdiagnosis dengan defisit bahasa. Datagangguan
psikiatri masih belum jelas dilaporkan sebagai konsekuensi dari gangguan
berkomunikasi atau apakah gangguan berkomunikasi merupakan gejala sekunder
dari gangguan psikiatri (Mclaughlin, 2011).
Pemahaman tentang manifestasi klinis penyebab keterlambatan bicara sangat
diperlukan untuk membedakan keterlambatan fungsional atau nonfungsional.
Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatanmaturasi
atau keterlambatan perkembangan bahasa yang disebabkan keterlambatan
maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yangdibutuhkan untuk
memproduksi kemampuan bicara pada anak. Keterlambatan bicara nonfungsional
disebabkan adanya gangguan bahasa reseptif, gangguan kemampuan pemecahan
masalah visuo-motor,dan keterlambatan perkembangan. Keterlambatan bicara
nonfungsional dicurigai bila disertai kelainan neurologis bawaan atau didapat
seperti wajah dismorfik, perawakan pendek, mikrosefali, makrosefali, tumor otak,
kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan anatomis telinga, gangguan mata,
cerebral palsi,dan gangguan neurologis lainnya. Klinisi dan orang tua harus dapat
membedakan dengan keterlambatan bicara fungsional dan nonfungsional.
Diagnosis banding penyebab keterlambatan bicara dapat dilihat pada Tabel
2.2(Judarwanto, 2013)
8
Tabel 2.2Diagnosis banding beberapa penyebab keterlambatan bicara dan bahasa
Ganggu
an
penden
garan
Hendaya
intelektual
Gangguan
spektrum
autisme
Gangguan
defisit
Bahasa
ekspresif
Gangguan
defisit
Bahasa
reseptif-
ekspresif
Mutisme
selektif
Gang
guan
suara
bicara
Pemahaman
Bahasa
- - - + - + +
Bahasa
ekspresif
- - - - - Bervariasi +
Audiogram - + + + Bervariasi + +
Artikulasi - - - - - + -
Bahasa dalam + + (terbatas - + + + +
Menggunakan
Bahasa tubuh
+ + (terbatas) - + + +
bervariasi
+
Meniru - + + (tidak
tepat)
+ + + +
Merespons
suara
Hanya
pada
suara
keras
atau
dengan
frekuen
si tinggi
+ - + Bervariasi + +
Mengamati
wajah
+ + - + + + +
Kinerja + - + + + + +
Sumber: (Sadock dkk, 2015)
2.1.2. Faktor risiko keterlambatan bicara pada anak
Faktor risiko yang menyebabkan seorang anak menjadi terlambat bicara dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:
A. Faktor internal
a. Genetik
Gangguan bicara dan bahasa berkaitan dengan kerusakan kromosom
1,3,6,7, dan 15. Kerusakan di kromosom ini juga berhubungan dengan
gangguan membaca. Kromosom tersebut membawa gen
yangmemengaruhi perkembangan sel saraf saat prenatal (Korbin, 2008).
9
b. Kecacatan fisik
Cacat yang berhubungan dengan gangguan bicara adalah kondisi fisik
yang menyebabkan gangguan penghantaran suara seperti gangguan pada
telinga dan bagian pendengaran. Gangguan yang lain adalah yang
memengaruhi artikulasi seperti abnormalitas bentuk lidah, frenulum yang
pendek, atau adanya celah di langit-langit mulut (Perna, 2013).
c. Malfungsi neurologis
Gangguan neurologis juga dapat berkaitan dengan gangguan penghantaran
suara di telinga akibat kerusakan sistem saraf. Proses pembentukan saraf
selama masa prenatal yang terganggu merupakan penyebab tersering
karena pemakaian obat-obatan selama kehamilan (Perna, 2013).
d. Prematur
Prematuritas dalam hal keterlambatan bicara pada anak berhubungan
dengan berat badan lahir yang rendah. Berat badan lahir rendah merupakan
indikasi bahwa nutrisi yang diedarkan ke dalam tubuh belum maksimal
sehingga perkembangan beberapa bagian tidak optimal. Prematur juga
menyebabkan belum sempurnanya pembentukan beberapa organ sehingga
dalam perkembangannya mengalami keterlambatan (Amin dkk, 2009).
e. Jenis kelamin
Keterlambatan bahasa lebih banyak pada anak laki-laki (77,8%)
dibandingkan pada perempuan(Hertanto dkk, 2011). Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hidayati di RSUD Kariadi Semarang,
dimana secara teori dikatakan bahwa level tinggi dari testosteron pada
10
masa prenatal memperlambat pertumbuhan neuron di hemisfer kiri
(Hidajati, 2009).
B. Faktor Eksternal
f. Urutan/jumlah anak
Anak pertama lebih sering mengalami terlambat bicara dan bahasa. Jumlah
anak yang semakin banyak maka kejadian keterlambatan bicara makin
meningkat atau insiden keterlambatan bicara sering terjadi pada anak yang
memiliki jumlah saudara banyak karena berhubungan dengan komunikasi
antara orangtua dan anak. Anak yang banyak akan mengurangi intensitas
komunikasi anak dan orangtua (Hartantodkk, 2009).
g. Pendidikan ibu
Pendidikan ibu yang rendah meningkatkan kejadian keterlambatan bicara
pada anak. Penelitian mendapatkan angka sekitar 20% anak dengan ibu
berpendidikandibawah SMAmengalami keterlambatan bicara.Pendidikan
ibu yang rendah menyebabkan ibu kurang perhatian terhadap
perkembangan anak dan kosakata yang dimiliki ibu juga kurang sehingga
tidak mampu melatih anaknya untuk bicara (Hertantodkk, 2009).
h. Status sosial ekonomi
Sosial ekonomi yang rendah meningkatkan risiko terjadinya keterlambatan
bicara. Orangtua yang tidak mampu secara ekonomi akan lebih fokus
untuk pemenuhan kebutuhan pokoknya dan mengabaikan perkembangan
anaknya. Sosial ekonomi rendah juga rawan untuk terjangkit penyakit
11
infeksi yang memungkinkan terjadinya gangguan saraf dan kecacatan
(Perna, 2013).
i. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga berhubungan dengan pola asuh atau interaksi orangtua
dengan anak dalam suatu keluarga. Fungsi keluarga berpengaruh terhadap
perilaku anak dan juga insiden keterlambatan bicara pada anak. Keluarga
dengan fungsi buruk maka di dalam keluarga tidak terdapat kehangatan
dan hubungan emosi tidak terjalin dengan baik. Anak sering mengalami
salah asuh atau perawatan yang salah dan pengabaian. Keluarga yang
fungsinya baik tidak akan pernah terjadi kekerasan dalam rumah tangga
terutama kehamilan yang berefek terhadap perkembangan mental anak.
Keluarga yang berfungsi buruk karena pengabaian dan kesibukan orangtua
sehingga anak dibekali dengan gadget untuk bermain sehingga tenang dan
hal tersebut membuat kemampuan anak dalam bicara dan bahasa tidak
terlatih dengan baik (Restiyani, 2013).
j. Bilingual
Penggunaan dua bahasa atau lebih di rumah dapat memperlambat
kemampuan anak menguasai kedua bahasa tersebut. Anak dengan
kemampuan bilingual dapat menguasai kedua bahasa tersebut sebelum
usia lima tahun. Pada anak dengan keterlambatan bicara yang disertai
penggunaan beberapa bahasa di rumah, akan menghambat kemajuan anak
tersebut dalam tata laksana selanjutnya sehingga bilingual harus
12
dihilangkan pada anak yang mengalami keterlambatan bicara
(Mangunatmadja, 2010).
2.2 Fungsi keluarga
2.2.1 Pengertian fungsi keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam satu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Fungsi keluarga merupakan
peran yang dimainkan oleh anggota dalam keluarga serta sikap dan perilaku yang
ditampilkan saat bersama anggota keluarga lain(Defrain dkk, 2009).
Keluarga hendaknya dapat memberikan rasa nyaman serta dukungan bagi
anggota keluarganya agar dapat berfungsi dengan baik. Fungsi keluarga dapat
diartikan sebagaimana sebuah keluarga menjalankan peran dan fungsinya untuk
memenuhi kebutuhan fisik, sosial, psikologis, dan kesejahteraan anggota-
anggotanya(Mansfield, 2015).
2.2.2 Faktor-faktor terkait fungsi keluarga
Area yang harus dihadapi oleh suatu keluarga dalam memenuhi fungsi
keluarga(Mansfield, 2015), yaitu:
1. Area tugas dasar yang merupakan area yang terkait dengan kebutuhan dasar
keluarga seperti bagaimana keluarga harus menyediakan makanan, uang,
transportasi, dan tempat tinggal
2. Area tugas perkembangan yang merupakan aspek yang berhubungandengan
proses perkembangan dalam keluarga yang biasanya terjadi secara bertahap.
13
Perkembangan ini bisa dilihat secara individu dalam keluarga seperti
perkembangan anak dari bayi hingga dewasa yang terjadi secara keseluruhan
seperti awal pernikahan, kehamilan pertama, hingga anak yang terakhir dalam
keluarga meninggalkan rumah.
3. Area tugas risiko merupakan permasalahan yang melibatkan kondisi krisis
dalam keluarga seperti ada anggota yang sakit, kecelakaan, dan kehilangan
pekerjaan.
Fungsi keluarga menurut The McMaster of Family Functioning(MMFF)
diartikan sebagai suatu keadaan dalam keluarga dimana setiap unit dari keluarga
mampu menjalankan dengan baik tugas-tugas dasar dalam kehidupan keseharian
di keluarga yang berkaitan dengan pemecahan masalah, komunikasi, peran,
respon afektif, keterlibatan afektif, dan kontrol perilaku (Mansfield, 2015).
Aspek teori sistem keluarga yang menjadi dasar MMFF ini adalah:
1. Setiap bagian dari keluarga saling terkait satu sama lain
2. Satu bagian dari keluarga tidak dapat dimengerti sepenuhnya dengan hanya
memahami setiap anggota keluarga
3. Struktur dan organisasi keluarga penting dalam mepengaruhi dan menentukan
perilaku anggota keluarga
4. Pola transaksional dari sistem keluarga berpengaruh dalam membntuk
perilaku anggota keluarga
14
2.2.3 Dimensi McMaster Model of Family Functioning (MMFF)
McMaster Model of Family Functioning (MMFF)menggolongkan enam dimensi
yang dianggap dapat menggambarkan fungsi suatu keluarga, dengan asumsi
bahwa diperlukan banyak dimensi untuk mendapatkan pemahaman yang
komprehensif atas suatu untuk yang kompleks seperti keluarga(Mansfield, 2015).
Keenam dimensi tersebut adalah penyelesaian masalah (problem solving),
komunikasi (communication), peran (roles), responsivitas afektif
(affectiveresponsiveness), kontrol perilaku (behavior control). Dimensi selain
keenam dimensi tersebut, terdapat pula fungsi umum (general functioning) yang
mengukur sehat atau tidaknya suatu keluarga secara keseluruhan. Berikut ini
penjabaran dari keenam dimensi fungsi keluarga.
1. Penyelesaian masalah (problem solving)
McMaster Model of Family Functioning (MMFF)menilai kemampuan
keluarga dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mengancam integritas
dan kapasitas fungsional keluarga (Setiawan, 2007).
2. Komunikasi (Communication)
Dimensi ini menilai bagaimana pertukaran informasi antar anggota keluarga
terutama ditekankan pada kejelasan dari isi pesan-pesan verbal dan ditujukan
kepada siapa. Dimensi ini sama halnya dengan penyelesaian masalah, pada
dimensi ini juga terbagi menjadi area instrumental dan area afektif. Cara
berkomunikasinya terbagi menjadi dua kontinum, yaitu jelas vs terselubung
(apakah pesannya jelas atau maknanya tersembunyi) dan langsung vs tidak
langsung (apakah langsung ditujukan pada orang yang dimaksud atau tidak),
15
sehingga terdapat empat gaya berkomunikasi. Keempat gaya tersebut adalah
jelas dan langsung, jelas dan tidak langsung, terselubung dan langsung, maka
keluarga tersebut semakin efektif (Mansfield, 2015).
3. Peran (Role)
Skala ini menilai kemampuan keluarga menetapkan pola tingkah laku dalam
menjalankan fungsi-fungsi keluarga sehari-hari. Beberapa fungsi yang harus
dilakukan oleh setiap anggota keluarga agar keluarga tersebut dapat dikatakan
berfungsi dengan baik dan sehat, yang fungsi-fungsi tersebut dapat
dikelompokkan menjadi lima fungsi dasar keluarga, yaitu: (Mansfield, 2015)
a. Penyedia kebutuhan dasar, meliputi tugas dan fungsi yang berkaitan
dengan penyediaan uang, sandang, dan papan
b. Pengasuhan dan dukungan, meliputi penyedian rasa nyama, kehangatan,
dukungan bagi anggota keluarga
c. Pemenuhan kebutuhan seksual dewasa, dimana suami dan istri kebutuhan
seksualnya dapat terpenuhi serta didukung dengan kedekatan secara
emosi
d. Perkembangan pribadi, meliputi tugas-tuga yang berkaitan dengan
perkembangan fisik. Emosi, akademis, dan sosial bagi anak-anak dan
perkembangan karir dan hubungan sosial bagi dewasa.
e. Pengaturan dan pemeliharaan sistem keluarga, meliputi berbagai macam
fungsi termasuk teknik-teknik dan tidnakan yang diperlukan untuk
mempertahakan standar keluarga, seperti misalnya pengambilan
keputusan, batasan dan keanggotaan keluarga, implementasi dan kontrol
16
perilaku, mengatur pengeluaran rumah tangga, dan hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan anggota keluarga.
Dua fungsi tambahan selain fungsi dasar diatas sebagai pelengkap yang
masih merupakan bagian dari dimensi itu, yaitu: (Defrain dkk, 2009)
a. Pembagian peran, yaitu pola keluarga dalam menentukan peran masing-
masing anggotanya termasuk pertimbangan-pertimbangannya
b. Tanggung jawab peran, yaitu prosedur di dalam keluarga untuk melihat
apakah tugas-tugas sudah dijalankan.
Keluarga yang paling tidak efektif adalah keluarga yang fungsi dasarnya
tidak terpenuhi dan atau pembagian dan tanggung jawab peran tidak terjaga
dengan baik.
4. Responsivitas afektif (Affective responsiveness)
Dimensi ini menilai tentang kemampuan keluarga dalam memberikan reaksi
afektif yangsesuai terhadap berbagai macam rangsangan.
5. Keterlibatan afektif (Affective involvement)
Skala keterlibatan afektif menilai sejauh mana anggota keluarga memberikan
perhatian dan melibatkan diri pada kegiatan anggota keluarga yang lain.
Dimensi ini memfokuskan pada seberapa banyak dan bagaimana caranya
seorang anggota keluarga menunjukkan rasa ketertarikannya kepada satu
sama lain (Mansfield, 2015).
6. Kontrol perilaku (Behaviour control)
Dimensi kontrol perilaku didefinisikan sebagai pola yang diadopsi oleh
sebuah keluarga mengenai perilaku dalam tiga area berikut : situasi yang
17
membahayakan secara fisik, situasi dalam pemenuhan dan ekspresi kebutuhan
dan dorongan psikobiologis, dan situasi yang melibatkan perilaku sosialisasi
interpersonal, baik di antara anggota keluarga maupun dengan orang lian
yang bukan keluarga. Keluarga akan mengembangkan standar mereka
masing-masing mengenai perilaku-perilaku yang bisa dan tidak bisa diterima
(Mansfield, 2015).
2.3 Keluarga dengan anak terlambat bicara dan bahasa
Anak yang dibesarkan di lingkungan dengan edukasi dan stimulasi orang tua yang
rendah, miskin, jumlah anak yang banyak, stress sosial yang tinggi dan kurang
ekspresif, seringkali tertinggal dalam perkembangan bicara dan bahasa (Simms,
2007).
Stimulasi merupakan kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap aspek
perkembangan anak membutuhkan stimulasi lingkungan termasuk pada aspek
perkembangan bicara. Salah satu stimulasi pada perkembangan bicara dilakukan
dengan mengajak bayi bicara dalam setiap kesempatan seperti meniru ocehan bayi
saat bayi berusia 0-3 bulan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hartanto dkk
(2011) bahwa perilaku negatif orangtua berpengaruh terhadap perkembangan
anak. Perkembangan bahasa berisiko terjadi jika terdapat masalah pada orangtua.
Bahasa merupakan salah satu alat indikator perkembangan kognitif anak.
Orangtuaseringkali terlambat menyadari bahwa anaknya mengalami
keterlambatan (Beyeng dkk, 2012).
18
Orangtua di Indonesia telah lebih peduli tentang keterlambatan bicara sebagai
salah satu perkembangan masalah pada anak-anak. Beberapa kasus keterlambatan
bicara telah ditemukan di Indonesia, orang tua hanya memiliki sedikit informasi
tentang keterlambatan bicara dan intervensinya(Jane & Tunjungsari, 2015)
Teknik pengajaran (cara dan komunikasi) yang salah merupakan salah satu
penyebab terlambat bicara yang salah pada anak karena perkembangan anak
terjadi dari proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan (Pusponegoro, 2010).
Surveytentang kepedulian orang tua terhadap perkembangan dan perilaku
anaknya membagi kategori kepedulian orang tua dalam deteksi penyimpangan
anak(Irwanto dkk, 2006), sebagai berikut:
1. Emosi dan perilaku
2. Berbicara dan berbahasa
3. Ketrampilan sosial dan menolong diri sendiri
4. Motorik kasar
5. Motorik halus
6. Membandingkan dengan lingkungan
7. Masalah anak yang orang tuanya tidak mengeluh
Kualitas pengasuh yang baik dapat memberikan dampak positif terhadap
perkembangan anak seperti kemampuan komunikasi yang lebih baik, kemampuan
mengingat, dan memecahkan masalah dengan lebih baik (Suparmiati dkk, 2013).
Keberhasilan dalam pengukuran secara cepat dan mudah dari
aspekperkembangan akan membantu menegakkan diagnosis banding dari
sebagian besar kategori utama gangguan perkembangan (delayed, deviasi, dan
19
disosiasi)pada masa bayi dan kanak-kanak dini, sehingga dapat segera dilakukan
intervensi dini untuk memberikan hasil yang terbaik (Dhamayanti & Herlina,
2009).
Pandangan family systems theorymengatakanapapun yang terjadi terhadap
seorang anggota keluarga akan mempunyai implikasi pada anggota keluarga yang
lainnya. Anggota keluarga saling berhubungan dan berjalan layaknya sebuah
kelompok, dimana kelompok tersebut sebagai sistem keluarga sehingga jika
terjadi sesuatu di dalam keluarga, maka suka ataupun tidak, hal tersebut
memberikan pengaruh terhadap semua anggota keluarga yang ada di dalamnya
(Olson & DeFrain, 2006).
2.4 Family Assessment Device (FAD)
Instrumen ini bisa diadaptasi dan digunakan sesuai dengan konteks sistem
sosialbudaya. Instrumen ini terdiriatas 60 item pernyataan yang dapat
digunakanpada subyek klinikal dan non klinikal. Instrumenini mempunyai
validitas dan realibilitas yangbaik dengan alpha untuk sub skala berkisardari 72
sampai 92. Instrumen tersebut terdiriatas tujuh sub skala yaitu; (1) Pemecahan
masalah (Problem solving), (2) Komunikasi(Communication), (3) Peranan
(Roles), (4)Rasa kebertanggungjawaban afektif (Affectiveresponsiveness), (5)
Penglibatan afektif (Activeinvolvement), (6) Kontrol perilaku (Behaviorcontrol)
dan (7) Kefungsian umum (Generalfunctioning) (Fahrudin, 2012).
Interprestasi skala fungsi keluarga, pada item soal yang berpenyataan negatif
nilainya di balik, misal jika dijawab 1 di kuisioner maka dibalik nilainya menjadi
4 begitu juga sebaliknya. Kalau nilainya 2 dibalik menjadi 3 dan sebaliknya. Skala
20
yang diinterpretasi skala 1-7. Skala yang dibalik:Skala 1: soal no. 3, skala 2: soal
no 2 dan 5, skala 3: soal no 3,5,8, skala 4: soal no1 dan 3, skala 5: soal no 2,4,6,
skala 6: soal no. 1,4,6, skala 7: soal no. 1,3,5,7,9,11. Masing masing skala di
jumlah dan dibagi jumlah soal per skala untuk mencari nilai rerata. Nanti nilai
rerata di sesuaikan dengan cut offpointnya. Jika kurang atau sama dengan nilai cut
off point maka fungsi skala tersebut baik sedangkan kalau diatas nilai cut off
berarti nilai fungsi skala tersebut buruk.Nilai cut off masing-masing skala: Skala 1
: 2,2, skala 2: 2,2, skala 3: 2,3, skala 4: 2,2, skala 5: 2,1, skala 6: 1,9, skala 7: 2.
Untuk mencari nilai fungsi keluarga secara keseluruhan maka semua nilai item
soal dibagi dengan total soal sampai skala 7 jika didapatkan nilai rerata 1 dan 2
berarti fungsi keluarga secara keseluruhan baik, jika mendekati 3 maka nilai
fungsi keluarga mengarah ke buruk sedangkan jika nilainya 4 berarti nilai fungsi
keluarga keseluruhan buruk(Mansfield, 2015).
Hasil penelitian reabilitas FAD di Indonesia pada uji ulang FAD
menunjukkan nilai reabilitas yang cukup tinggi (apha= 0,70). Studi validitas FAD
pada kelompok klinik dan non klinik menunjukkan perbedaan yang bermakna
(p<0,02). Skala FAD dapat diterapkan dalam penelitian di Indonesia(Yolanda,
2012).
2.5 Caput Scale
Gangguan perkembangan khususnya keterlambatan bicara dapat diskrining
dengan menggunakan metode Capute Scales (cognitive adaptive test/clinical
linguistic auditory milestone scale-CAT/CLAMS). Uji skrining spesifik metode
Capute Scales (CAT/CLAMS) dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya
21
gangguan perkembangan bahasa dan fungsi kognitif pada usia 0-36 bulan. Metode
uji tapis CAT/CLAMS dipilih karena dapat menilai kuantifikasi developmental
quotient (DQ) yang memberikan diagnosis banding gangguan perkembangan
anak. Hasil dari pemeriksaan CAT/CLAMS digolongkan normal (DQ pada
kemampuan bahasa dan visual motor >85, FSDQ >85), suspek (DQ pada satu atau
kedua aspek 75-85), retardasi mental (DQ pada kemampuan bahasa dan visual
motor menghasilkan <75), dan gangguan komunikasi (bila aspek bahasa terlambat
tapi aspek visual motor dalam batas normal). CAT/CLAMS merupakan alat
skrining untuk deteksi dini pada keterlambatan bicara dan bahasa, sehingga
diperlukan penelusuran diagnosis lebih lanjut ( Hertanto dkk, 2009).