Download docx - astin LBM 3 MP

Transcript

SGD 10 LBM 3STEP 1a. reliabilitas : (terkait dengan instrument penelitian) Indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat atau pengukur dapat dipercya atau dapat diandalkan menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten / tetap bila dilakukan pengukuran berulang terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama.b. validitas : ketepat ukuran berupa spesifitas dan sensitifitas. c. desain penelitian : suatu rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban terhadp pertanyaan penelitian.d. populasi : sejumlah besar subyek yang mempunyai karakterisitik tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.e. finit : data populasi yang sudah tahu jumlahnyaf. sampel : bagian dari populasi yang dipilih dengan teknik tertentu, yang dapat mewakili dari populasi didapat dengan menetapkan criteria eksklusi dan inklusi dari populasi dan didapatkan sampelg. criteria inklusi : persyaratan umum yang harus dimiliki subyek agar dapat diteliti, contoh : umur, BB dllh. criteria eksklusi : karakteristik dari populasi yang tidak termasuk dalam subyek penelitian.STEP 7POPULASI1. Bagaimana cara menentukan populasi dari suatu penelitian ?Penetapan populasi penelitian terkandung tiga pengertian :a. identifikasi kesatuan analisiskesatuan analisis adalah satuan subjek terkecil yang akan diamati dalam penelitian secara individual.b. penetapan batas-batas keluasan populasibatas keluasan populasi penelitian dapat menyangkut berbagai aspek, misalnya :1. aspek geografik:apakah subjek penelitian dari suatu kabupaten, propinsi, atau seluruh Indonesia, atau bahkan satu desa atau mereka yang datang berobat ke rumah sakit saja?2. aspek subjek sendiri: batas jenis kelamin (wanita atau laki-laki saja, atau keduanya), batas umur, batas rasial, dsb. Kalau yang digunakan hewan coba misalnya, batas strain, warna kulit, berat badan, dsb.3. penyakit subjek: batas jenis penyakit, batas perkembangan atau komplikasi penyakit, dsb.c. pemahaman tentang kondisi subjek dalam populasikondisi subjek dalam populasi adalah yang menyangkut ciri2 populasi, terutama yang menyangkut sifat homogenitasnya.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Dr. Ahmad Watik Pratiknya

2. Macam macam populasi ? Populasi target (merupakan sasaran akhir penerapan hasil penelitian): ditandai oleh karakteristik klinis dan demografi Populasi terjangkau (bagian dari populasi target yang dapat dijangkau oleh peneliti): bagian dari populasi target yang di batasi oleh tempat dan waktu Dasar-Dasar Metodologi Penelitian klinis edisi ke-2 Prof .DR.Dr.Sudigdo Sastroasmoro.Sp.A(K), Prof.Dr.Sofyan Ismail, Sp.A(K)

3. Apa yg dipertimbangkan dalam menentukan populasi penelitian ?Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penetepan populasi penelitian Ada 2 hal yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan populasi penelitian, yaitu:

Pertama: pertimbangan keterkaitan atau ketergayutan subjek dalam populasi dengan permasalahan penelitian. Pertimbangan ini terutama menyangkut substansi atau ikhwal yang akan diteliti. Pertanyaan yang perlu dijawab dalam rangka pertimbangan tersebut adalah : apakah dengan memilih populasi yang dimaksud inti permasalahan dapat terjawab?

Kedua: pertimbangan yang menyangkut prosedur atau jenis penelitian yang dilakukan. Pertimbangan ini terutama menyangkut aspek teknik metodologik, maksudnya ialah apakah variabel2 penelitian yang akan dimunculkan atau diukur dengan menggunakan teknik penelitian (eksperimental atau non-eksperimental) dapat diperoleh dari subjek dalam populasi yang dimaksud?

Watik Pratiknya. 2003. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran & Kesehatan

SAMPEL1. Cara pengambilan sampel ? caranyaCara pemilihan sampel dapat digolongkan menjadi 2 golongan besar, yaitu:

Probability samplinghal yg prinsip pd probability sampling adalah bahwa tiap subjek dalam populasi (terjangkau) mempunyai kesempatan yg sama untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel penelitian. Terdapat banyak sekali jenis probability sampling,antara lain yang banyak digunakan dalam penelitian klinis dan kesehatan masyarakat adalah:a) Simple random sampling: pd simple random sampling, kita menghitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi (terjangkau) yang akan dipilih sampelnya. Kemudian tiap subjek diberi nomor, dan dipilh sebagian dr mereka dengann bantuan tabel randomb) Systematic sampling: pd sampling sistematik ditentukan bahwa dari seluruh subjek yang dapat dipilih, setiap subjek nomor ke sekian dipilih sebagai sampel. Bila kita ingin mengambil 1/n dari populasi, maka tiap pasien nomor ke-n dipilih sebagai sampelc) Stratified random sampling: pd cara ini sampel sampel dipilih secara acak untuk setiap strata, kemudian hasilnya dapat digabungkan jadi satu sampel yang terbebas dari variasi untuk setiap stratad) Cluster sampling: proses penarikan sampel secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misalnya berdasarkan wilayah (kodya, kecamatan, kelurahan, dst)

Non-probability samplingNon-probability sampling merupakan cara pemilihan sampel yang lebih praktis dan mudah dilakukan dr pada probability sampling, karenanya dalam penelitian klinis lebih sering digunakan dr pada probability sampling. Namun perlu diingat, bahwa krn semua prosedur statistika berdasarkan asumsi bahwa sampel diambil secara probability sampling, maka kesahihan sampel non-probability terletak pada berapa besar sampel yang dipi;ih menyerupai probability sampling. Terdapat 3 jenis sampel non-probability, yaitu:

a) Consecutive sampling: pd consecutive sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Consecutive sampling ini mrpkn jenis sampel non-probability yang paling baik dan seringkali merupakan cara termudah

b) Convenient sampling: cara ini mrpkn cara termudah untuk menarik sampel, namun sekaligus juga mrpkn cara yang paling lemah. Pd cara ini sampel diambil tanpa sistematika tertentu, hingga jarang dapat dianggap dapat mewakili populasi terjangkau, apalagi populasi target

c) Judgmental sampling atau purposive sampling: pd cara ini peneliti memilih responden berdasarkan kepada pertimbangan subjektifnya, bahwa responden tersebut dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian

Sudigdo, 2002, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, CV Sagung Seto, Jakarta.A. Random SamplingPengambilan sampel secara random atau acak disebut random sampling, dan sampel yang diperoleh disebut sampel random. Teknik random sampling ini hanya boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat homogen. Hal ini berarti setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Teknik random sampel ini dapat dibedakan menjadi: Pengambilan sampel secara acak sederhana (Simple random sampling).Hakikat dan pengambilan sampel secara acak sederhana adalah bahwa setiap anggota atau unit dan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Pengambilan sampel secara acak sistematis (Systematic sampling)Teknik ini merupakan modifikasi dari sampel random sampling. Caranya adalah, membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan. Hasilnya adalah interval sampel. Sampel diambil dengan membuat daftar elemen atau anggota populasi secara acak antara 1 sampai dengan n. Kemudian membagi dengan jumlah sampel yang diinginkan Pengambilan sampel secara acak stratfikasi (stratified sampling atau stratified random sampling)Langkah-langkah yang diternpuh pengambilan sampel secara stratified adalah:a. Menentukan populasi penelitian.b. Mengidentifikasi segala karakteristik dari unit-unit yang menjadi anggota populasi.c. Mengelompokkan unit anggota populasi yang rnempunyai karakteristik umum yang sama dalarn suatu kelompok atau strata misalnya berdasarkan tingkat pendidikan.d. Mengambil dari setiap strata sebagian unit yang menjadi anggotanya untuk mewakili strata yang bersangkutan.e. Teknik pengambilan sampel dari masing-masing strata dapat dilakukan dengan cara random atau non-random.f. Pengambilan sampel dari masing-masing strata sebaiknya dilakukan berdasarkan perimbangan (proporsional).

Pengambilan sampel secara kelompok atau gugus (cluster sampling)Pada teknik ini sampel bukan terdiri dan unit individu, tetapi terdiri dari kelompok atau gugusan. Gugusan atau kelompok yang diambil sebagai sampel ini terdiri dari unit geografis (desa, kecamatan, kabupaten, dan sebagainya), unit organisasi, misalnya klinik, PKK, LKMD, dan sebagainya. Pengambilan sampel secara gugus, peneliti tidak mendaftar semua anggota atau unit yang ada di dalam populasi, melainkan cukup mendaftar banyaknya kelompok atau gugus yang ada di dalam populasi itu. Kemudian mengambil sampel berdasarkan gugus-gugus tersebut. Pengambilan sampel secara gugus bertahap (multistage sampling)Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berdasarkan tingkat wilayah secara bertahap. Hal ini memungkinkan untuk dilaksanakan bila populasi terdiri dari bermacam-macam tingkat wilayah. Pelaksanaannya dengan membagi wilayah populasi ke dalam sub-sub wilayah, dan tiap sub wilayah dibagi ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, dan seterusnya. Kemudian menetapkan sebagian dari wilayah populasi (sub wilayah) sebagai sampel. Dari sub wilayah yang menjadi sampel ditetapkan pula bagian-bagian dari sub wilayah sebagai sampel, dan dari bagian-bagian yang lebih kecil tersebut ditetapkan unit-unit yang terkecil diambil sebagai sampel.B. Non Random (Non Probability) SamplingPengambilan sampel bukan secara acak atau random adalah pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepraktisan belaka. Metode ini mencakup beberapa teknik antara lain sebagai berikut :1) Porposive SamplingPengambilan sampel secara porposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkah ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.2) Quota SamplingPengambilan sampel secara quota dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah.Teknik sampling ini dilakukan dengan cara: Pertama-tama menetapkan berapa besar jumlah sampel yang diperlukan atau menetapkan quotum (jatah). Kemudian jumlah atau quotum itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan. Anggota populasi mana pun yang akan diambil tidak menjadi soal, yang penting jumlah quotum yang sudah ditetapkan dapat dipenuhi.3) Accidental SamplingPengambilan sampel secara aksidental (accidental) ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia. Bedanya dengan porposive sampling adalah, kalau sampel yang diambil secara poposive berarti dengan sengaja mengambil atau memilih kasus atau responden. Sedangkan sampel yang diambil secara aksidental berarti sampel diambil dan responden atau kasus yang kebetulan ada.(Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta)

2. Cara menentukan besar sampel ?Ada 2 pertimbangan pokok untuk menetapkan besar sampel : Pertimbangan representativitas yaitu pertimbangan yang menyangkut jumlah minimum sampel yang masih menjamin representativitasnya terhadap populasi Pertimbangan analisis yaitu pertimbangan yang menyangkut jumlah minimum sampel sehingga dapat dilakukan analisis kuantitatif terhadap data (hasil penelitian) secara adekuat.

Tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besar sampel:a. Berapa derajat kepresisian yang dibutuhkan antara sampel dengan populasib. Berapa besar variabilitas populasic. Rancangan sampel apa yang digunakanFormula untuk menghitung besar sampel minimum yang memenuhi syarat representativitas:

n = [ z] p (1-p) e

n= jumlah sampelz= standar skor pada tingkat konfiden tertentue= proporsi sampling erorp= dugaan proporsi atau insidensi kasus dalam populasi

Formula lain yang terutama didasarkan pada pertimbangan faktor kedua diatas sSEx = n

SEx = standar eror dari means = standar deviasi dari samplen = jumlah subyek dalam sampel

Watik, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian.Besar sampel untuk data numerik :A. Sampel tunggal1. Sampel tunggal untuk perkiraan rerataa. Dengan ketepatan absolutPenetapan besar sampel untuk estimasi rerata (mean) suatu populasi (studi deskriptif / survei) dengan tingkat kepercayaan absolut memerlukan 3 informasi, yakni : Simpang baku nilai rerata dalam populasi S (dari pustaka) Tingkat ketepatan absolut yang diinginkan d (ditetapkan oleh peneliti) Tingkat kemaknaan (ditetapkan oleh peneliti)Rumus yang digunakan :n = [Z x S]2ataun = [2 Z x S]2w = 2d d2 w2b. Dengan menggunakan ketepatan relatifUntuk ini diperlukan 4 informasi : Simpang baku populasi standar S (dari pustaka) Tingkat ketepatan relatif yang diperkenankan e (ditetapkan oleh peneliti) (ditetapkan oleh peneliti) nilai rerata populasi standar XO (dari pustaka)Rumus yang digunakan :d = eX x XOn = [Z x S]2 [eX x XO]22. Sampel tunggal dengan uji hipotesisUntuk estimasi besar sampel tunggal variabel numerik dengan uji hipotesis (studi analitik) diperlukan 4 informasi : Simpang baku populasi standar S (dari pustaka) Perbedaan klinis yang diinginkan Xa XO (clinical judgment) Tingkat kemaknaan (ditetapkan oleh peneliti) Power penelitian Z (ditetapkan oleh peneliti)Rumus yang digunakan :n = [(Z + Z) S]2 (Xa XO)2B. Dua kelompok independen (tidak berpasangan)1. Perkiraan beda rerata 2 populasiUntuk ini diperlukan 3 informasi penting, yaitu : Simpang baku pada 2 kelompok S (dari pustaka) Tingkat ketepatan absolut dari beda nilai rerata d (ditetapkan oleh peneliti) Z (ditetapkan oleh peneliti)Bila n1 = n2, rumus yang digunakan :n = 2 [Z x S]2 d22. Uji hipotesis terhadap rerata dua populasiDua kelompok independenUntuk memperkirakan besar sampel dari 2 kelompok independen dengan uji hipotesis diperlukan 4 informasi penting, yaitu : Simpang baku kedua kelompok S (dari pustaka) Perbedaan klinis yang diinginkan X1 X2 (clinical judgment) Tingkat kemaknaan (ditetapkan oleh peneliti) Power atau Z (ditetapkan oleh peneliti)Rumus yang digunakan :n1 = n2 = 2 [(Z + Z) S]2 (X1 X2)2Dua kelompok berpasanganInformasi yang diperlukan berbeda dengan untuk dua kelompok independen, yaitu : Selisih rerata kedua kelompok yang bermakna d (clinical judgment) Simpang baku dari selisih rerata Sd (dari pustaka atau clinical judgment) Tingkat kemaknaan (ditetapkan oleh peneliti) (ditetapkan oleh peneliti)Rumus yang digunakan :n = [(Z + Z) x Sd]2 d2Besar sampel untuk data nominal :A. Sampel tunggal1. Sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasia. Dengan mengunakan ketepatan absolutSeperti halnya dengan data numerik, estimasi besar sampel untuk proporsi suatu populasi memerlukan 3 informasi, yaitu : Proporsi penyakit / keadaan yang akan dicari P (dari pustaka) Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki d (ditetapkan oleh peneliti) Tingkat kemaknaan (ditetapkan oleh peneliti)Untuk simple random sampling rumus yang digunakan :n = Z 2 PQcatatan : Q = (1 P) d2Rumus ini hanya berlaku bila proporsi (P) > 0,10 atau < 0,90 dan perkalian besar sampel (n) dengan proporsi : n x P dan n x Q, keduanya harus menghasilkan angka > 5. bila menggunakan lebar kepercayaan (w), w = 2d, maka :n = 4 Z 2 PQ w2b. Dengan menggunakan ketepatan relatifSeperti halnya pada ketepatan absolut, untuk ketepatan relatif diperlukan 3 informasi, yaitu : Proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari P (dari pustaka) Tingkat ketepatan relatif yang dikehendaki e (dari pustaka) Z (ditetapkan oleh peneliti)Pada simple random sampling, rumus yang digunakan :n = Z2 Q d = Z PQ/n d = e x P e2P2. Sampel tunggal untuk uji hipotesis proporsi suatu populasiUntuk menguji hipotesis terhadap proporsi suatu populasi diperlukan 3 informasi penting, yaitu : Masing-masing proporsi PO (dari pustaka) dan Pa (clinical judgment) Tingkat kemaknaan (ditetapkan oleh peneliti) Power atau Z (ditetapkan oleh peneliti)Rumus yang digunakan :n = [Z PoQo + Z PaQa]2(Pa Po)2B. Dua sampel1. Estimasi perbedaan 2 proporsiUntuk mengestimasi perbedaan dua proporsi diperlukan 3 informasi, yaitu : Proporsi standar P1 (dari pustaka), dan proporsi yang diteliti P2 (clinical judgment) Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki d (ditetapkan oleh peneliti) Tingkat kemaknaan (ditetapkan oleh peneliti)Rumus yang digunakan :n1 = n2 = Z2 (P1Q1 + P2Q2) d22. Uji hipotesis terhadap 2 proporsi n1 = n2 = [Z 2PQ + Z P1Q1+P2Q2]2 (P1 P2)2Besar sampel untuk studi kohort :Pada studi kohort peneliti bermaksud mencari perbandingan insidens efek pada kelompok dengan faktor risiko dengan insidens efek pada kelompok tanpa risiko. Besar sampel dihitung pada studi kohort dengan pembanding eksternal (studi kohort ganda). Untuk studi kohort dengan pembanding internal perlu perkiraan pasien yang akan terpajan faktor risiko. Bila insidens efek pada kelompok dengan faktor risiko = P1 dan insidens efek pada kelompok tanpa risiko = P2, maka RR = P1/P2. Dari 3 parameter tsb cukup ditentukan 2 parameter saja.1. Estimasi interval kepercayaan risiko relatifUntuk estimasi besar sampel suatu studi kohort dengan interval kepercayaan terhadap risiko relatif diperlukan 3 informasi, yaitu : Perkiraan proporsi efek pada kelompok kontrol P2 (dari pustaka) Risiko relatif yang bermakna secara klinis RR (clinical judgment); dengan P2 dan RR dapat dihitung proporsi efek pada kelompok studi, P1 Tingkat ketepatan relatif yang dikehendaki e (ditetapkan oleh peneliti) Tingkat kemaknaan (ditetapkan oleh peneliti)Rumus yang digunakan :n1 = n2 = Z2 (Q1/P1 + Q2/P2) [ln(1 e)]22. Uji hipotesis terhadap risiko relatifDalam hal ini yang dihadapi sama dengan uji klinis dengan variabel bebas dan tergantung nominal dikotom, diperlukan informasi : Proporsi efek pada kelompok tanpa faktor risiko P2 (dari pustaka) Risiko relatif (RR) yang dianggap bermakna secara klinis (clinical judgment); dari P2 dan RR dapat dihitung P1 dan P = (P1+P2) Z (ditetapkan oleh peneliti) Z (ditetapkan oleh peneliti)Meskipun peneliti mempunyai dugaan kuat bahwa insidens efek lebih banyak terjadi pada kelompok dengan faktor risiko dibanding dengan pada kelompok tanpa faktor risiko, seyogyanya tetap dipakai uji hipotesis 2 arah.n1 = n2 = [Z 2PQ + Z P1Q1+P2Q2]2 (P1 P2)2Besar sampel untuk studi kasus kontrol :Pada studi kasus kontrol peneliti menggunakan rasio odds (RO) sebagai perkiraan hasil yang diinginkan; dengan demikian apabila P1 = proporsi kasus dan P2 = proporsi kontrol, maka :OR = P1 x (1 - P2)P1 = P1P1 = OR x P2 P2 x (1 P1) OR(1 P1) + P1 (1 P2)+(OR x P2)1. Studi case-control tidak berpasangana. Estimasi interval kepercayaan rasio oddsUntuk estimasi interval kepercayaan rasio odds diperlukan 4 informasi, yaitu : Perkiraan proporsi kontrol P1 (dari pustaka) Rasio odds yang dianggap bermakna (clinical judgment) Tingkat ketepatan relatif yang dikehendaki e (ditetapkan oleh peneliti) Tingkat kemaknaan (ditetapkan oleh peneliti)Rumus yang digunakan :n = Z2 [1/(Q1P1 + 1/Q2P2)][ln(1 e)]2b. Uji hipotesis terhadap rasio oddsUntuk uji hipotesis terhadap rasio odds pada dasarnya sama dengan uji klinis pada variabel bebas beskala nominal dikotom dan variabel efek berskala nominal dikotom. Untuk ini diperlukan informasi : Perkiraan proporsi efek pada kontrol, P2 (dari pustaka) Rasio odds yang dianggap bermakna secara klinis (clinical judgment); dari 1 dan 2 dapat dihitung proporsi efek pada kelompok kasus (P1), dan nilai P = (P1+P2) Tingkat kemaknaan (ditetapkan oleh peneliti) Power atau Z (ditetapkan oleh peneliti)Untuk uji hipotesis hendaknya dipilih uji 2-arah. Rumus yang digunakan adalah rumus seperti pada uji perbedaan 2 proporsi :n1 = n2 = [Z 2PQ + Z P1Q1+P2Q2]2 (P1 P2)22. studi case-control berpasangan pada studi case-control yang berpasangan digunakan rumus :n = [Z/2 + Z PQ]2P = R (P ) (1+R)(Sastroasmoro S., Ismael S., 2002. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta; Sagung Seto)3. Syarat sampel yang baik Homogenitas populasi Makin homogen distribusi atau keadaan karakter subyek dalam suatu populasi maka makin mudah dicapai representativitas sampel. Misal : distribusi eritrosit dalam darah sedemikian homogen, sehingga dari tiap tetes darah yang diambil dari bagian tubuh manapun akan diperoleh angka-angka yang sama, sebaliknya kita ketahui bahwa tempat tinggal penduduk kaya dan miskindi suatu daerah tidak terdistribusi secara merata, maka pemilihan sampel pada tiap bagian daerah tidak akan menggambarkan distribusi kaya dan miskin yang sama. Jumlah (besar) sampel yang dipilih Makin banyak subyek yang dijadikan sampel (makin besar ukuran sampel) maka makin tinggi tingkat representativitasnya. Banyaknya karakteristik subyek yang akan dipelajari Makin banyak karakteristik subyek yang dipelajari, yang secara praktis berarti makin banyak variabel yang akan diteliti, mengakibatkan keadaan populasi makin kurang homogen sebab masingmasing variabel mempunyai distribusinya sendiri dalam subyek populasi. Adekuatitas teknik pemilihan sampel Teknik pemilihan sampel yang adekuat ialah : teknik pemilihan subyek-subyek penelitian yang sesuai dengan (mengacu pada) keadaan populasi. Yang dimaksud keadaan populasi ialah : menyangkut kondisi dan batas-batas populasi sebagaimana telah dibahas didepan. Adekuatitas teknik pemilihan sampel dapat dicapai dengan memilih rancangan sampel (sampling designs) yang tepat. (Pratiknya, AW., 2003. Dasar-dasar metodologi penelitian kedokteran Ed.1 Cet. 5. Jakarta; PT RajaGrafindo Persada)4. Factor yang mempengaruhi dalam pengambilan sampel

5. Manfaat sampel ?

a. Menghemat biayaDengan sampling, dalam arti penelitian hanya dilakukan terhadap sebagian populasi sehingga biaya tersebut dapat ditekan atau dikurangi.b. Mempercepat pelaksanaan penelitianPenelitian yang hanya dilakukan terhadap sampel (sebagian populasi saja) akan lebih cepat selesaic. Menghemat tenagaPenelitian yang hanya dilakukan terhadap sampel lebih menghemat biayad. Memperluas ruang lingkup penelitianPenelitian yang dilakukan terhadap sampel maka dengan waktu, tenaga, dan biaya yang sama dapat dilakukan penelitian yang lebih luas ruang lingkupnyae. Memperoleh hasil yang lebih akuratPenelitian yang dilakukan terhadap populasi akan menyita sumber-sumber daya yang lebih besar termsuk usaha-usaha analisis. Hal tersebut berpengaruh terhadap keakuratan hasil penelitian. Dengan menggunakan sampel, maka dengan usaha yang sama akan diperoleh hasil analisis yang lebih akurat Soekidjo Notoatmodjo. Metodologi penelitian kesehatan.2002

Lebih murah biaya yang dikeluarkan lebih murah karena hanya meneliti sebagian subyek populasi, tidak keseluruhan populasi. Lebih mudah pelaksanaan penelitian menjadi lebih mudah karena hanya meneliti sebagian subyek populasi, tidak keseluruhan populasi. Lebih cepat hasil penelitian lebih cepat diperoleh karena subyek penelitian yang diteliti lebih sedikit. Lebih akurat dalam banyak hal pemeriksaaan / pengukuran terhadap sedikit subyek lebih memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti dibandingkan dengan pemeriksaan terhadap seluruh populasi. Mewakili populasi bila dipilih dengan benar maka sample dapat dikatakan mewakili populasi Lebih spesifik dengan memilih sample maka dapat direkrut pasien dengan sifat tertentu sahingga dapat diperolehdata pada kelompok pasien lebih homogen.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian klinis edisi ke-2 Prof .DR.Dr.Sudigdo Sastroasmoro.Sp.A(K), Prof.Dr.Sofyan Ismail, Sp.A(K)

Untuk mengatasi keterbatasan peneliti (baik yang menyangkut waktu, kemapuan, dana, keterbatasan metodologik, maupu keterbatasan lain) dalam mencoba mengeksplorasi informasi dari semua subjek. Pratiknya, Ahmad Watik.2003. Dasar Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers6. Kedudukan sampel terhadap populasi ?

7. Yg harus dipertimbangkan dalam mennetapkan sampel agar sampel tsb validValiditas sampel bergantung pada akurasi dan ketelitian.Akurasi : sejauh mana sampel tidak dipengaruhi oleh bias, bias dapat terjadi bila smapel tidak benar2 mewakili populasiKetelitian : ada ketelitian estimasi yang diukur standar kesalahan estimasi dengan pengkuran standar deviasi, semakin kecil standar kesalahan estimasi maka ketelitian sampel makin tinggiPakai akurasi dan ketelitian8. Kesalahan yang bisa terjadi dalam pengambilan sampel Kesalahan sistematis dari instrumen sumber kesalahannya (tips : pakai peneraan/kalibrasi atau cairan kontrol)Kesalahan dlm metode sampling (random error) shg tdk representative dan pengambilan DESAIN PENELITIAN/ rancangan penelitian1. Macam macam desain penelitiana. Eksperimentalb. Cross-sectionalc. Cohortd. Case Control

INSTRUMEN PENELITIAN1. cara menentukan instrument penelitian yang baik Reliable : Suatu pengukuran disebut andal, apabila ia memberikan nilai yang sama ataupun hampir sama apabila pemeriksaan dilakukan berulang-ulang. Valid : Menunjukkan berapa dekat alat ukur menyatakan apa yang seharusnya diukur. Objektivitas : pengukuran yang dilakukan benar2 terbebas dari bias peneliti, sehingga menghasilakn data menurut apa adanya fisibilitas(Pratiknya, A. W., 2003, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Cetakan III, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta)

2. macam macam validitas penelitian internalsuatu penelitian menunjukkan apakah hasil studi bebas dari kesalahan acak, bias, dan factor perancu. eksternalmenunjukkan berapa baik hasil penelitian tersebut dapat diterapkan di kelompok yang lebih luas.DASAR-DASAR METODOLOGI PENELITIAN KLINIS. DR. SUDIGDO.2002

Validitas interna adalah generalisasi dari sampel yang diperoleh terhadap sampel yang diinginkan. Validitas ini dapat diuji dengan uji statistic tertentu atau dengan meminimalisir angka drop out. Validitas eksterna I adalah generalisasi sampel yang diperoleh terhadap populasi terjangkau. Validitas ini baik bila besar sampel cukup dan cara pengambilan sampel yang digunakan menggunakan metode probabilistik. Validitas eksterna II adalah generalisasi dari populasi terjangkau terhadap populasi target.Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, dr Sopiyudin Dahlan, 20063. cara menetapkan validitas dan reliabilitas

4. Apa yang dimaksud dengan instrument penelitian ?

Adalah alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data, bisa berupa kuesioner atau alat lain yang dibutuhkan dlam eksperimen

5. Apa saja yang hrus diperhatikan dalam penggunaan instrument penelitian ? Dipilih alat yang sudah dibakukan Dilakukan peneraan lebih dulu Dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitasDasar-dasar metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan, Dr.Ahmad Watik,2003

6. Hub antra validitas dan reliabilitas instrument penelitian ?

Validitas teruji dari kebenaran, sehingga apabila instrument penelitian itu valid maka akan reliable atau sama hasilnya bila diukur oleh orang yang berbeda

7. uJi validitas dan reliabilitas instrument penelitian ?1. Pendekatan konsistensi dalam Prinsip : melakukan uji coba instrumen pada sekelompok subyek dengan : satu alat ukur , satu kali pengukuran

2. Pendekatan konsistensi luarDilakukan dengan dua kali pengukuran pada sekelompok subyek yang sama.Dikenal 2 teknik pendekatan :1. Teknik uji ulang Prinsip : ialah melakukan uji coba instrumen pada sekelompok subyek dengan : satu alat ukur dan dua kali pengukuran 2. Teknik uji paralel Hasil pengukuran instrumen yang dicoba dibandingkan atau dikorelasikan dengan hasil pengukuran dengan instrumen yang telah baku atau relaibel.Ui coba dilakukan pada sekelompok obyek dengan : dua alat ukur dan dua kali pengukuran Sumber : dasar dasar metodologi penelitian kedokteran & kesehatan oleh : Dr.Ahmad watik Pratiknya8. Syarat kuesioner yang baik ?

9. Langkah membuat kuesioner ?a. Menetapkan informasi apa yang ingin diketahuib. Menetukan jenis jeniskuesioner dan metode administrasic. Menetukan isi dari masing2 pertanyaan yang akan dipertanyakan di kuesionerd. Menentukan banyaknya respon dri setiap pertanyaane. Menentukan kata kata yang akan ditulis disetiap pertanyaan kuesionerf. Menentukan ururtan pertanyaan g. Menentukankarakteristik fisik kuesionerh. Menguji kembali dari a-g, missal ada perubahan diubah

1. Langkah apa yg dilakukan dalam menentukan subyek penelitian ?Dalam menetapkan subyek penelitian ada 3 pengertian : Penetapan populasi penelitianDitetapkan populasi yang akan diteliti, dan harus relevan terhadap permasalahan penelitian, sehingga dapat menjawab permasalahan penelitian dan membuktikan kebenaran hipotesis yang dirumuskan secara valid. Penetapan cara pemilihan sampelDalam pemilihan sampel harus memperhatikan cara yang akan digunakan, dan cara yang digunakan tsb harus dapat memberikan sampel yang representatif terhadap populasi penelitian, sehingga data yang diperoleh valid, dengan data yang valid, maka diharapkan akan didapatkan jawaban permasalahan penelitian yang valid juga. Penetapan besar sampelBesar sampel berpengaruh terhadap hasil penelitian, maka dalam menentukan subyek penelitian juga harus ditetapkan besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian sesuai dengan jenis dan desain penelitian yang dilakukan.(Pratiknya, AW., 2003. Dasar-dasar metodologi penelitian kedokteran Ed.1 Cet. 5. Jakarta; PT RajaGrafindo Persada)

Subyek penelitian ada 2 :a. Subjek terpilih (eligible subjects) atau sampel yang dikehendaki (intended sample) Merupakan bagian populasi terjangkau yang direncanakan untuk diteliti langsung. Mereka adalah subjek yang memenuhi kriteria pemilihan, yaitu kriteria inklusi dan eksklusi, dan terpilih sebagai subjek yang akan diteliti.b. Subjek yang benar diteliti Adalah subjek yang benar mengikuti penelitian sampai selesai, kelompok ini merupakan bagian dari subjek terpilih dikurangi dengan drop out, loss to follow up, dll. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian klinis edisi ke-2 Prof .DR.Dr.Sudigdo Sastroasmoro.Sp.A(K), Prof.Dr.Sofyan Ismail, Sp.A(K)

Hore besok ujian vas happenin its so amazayn


Recommended