BAB 1
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medik
1. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih
dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan
tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140
mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg.
2. Etilogi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer
Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
c. Stress Lingkungan
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan kontrasepsi
oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
3. Patofisiologi
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari
sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka
akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan
adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada
pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.
Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium.
Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan
darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan darah > 140/90
mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata
berkunang kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah.
5. Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan
retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya
pembuluh darah otak.
6. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan
darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam
plasma.
2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis
dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau
pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi
rennin angitensin.
7.Test diagnostic.
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.
h. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Dalam pengkajian identitas klien yang harus dikaji yaitu nama, umur jenis
kelamin, dan alamat
b. Lingkungan
tempat tinggal klien bersih dan rumahnya agak jauh dari jalan raya dan disekitar
rumahnya tidak terdapat pabrik.
Dalam pengkajian teoritas pada klien dngn penyakit hipertensi adalah sbb:
a. Aktivitas/ Istirahat.
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit
cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego.
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak,
otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada
masa yang lalu.)
e. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol,
mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun) Riowayat penggunaan
diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
f. Neurosensori
Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital (terjadi saat
bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur, epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses piker,
penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit kepala.
h. Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,dispnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan
(krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
j. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM.
Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara, penggunaan pil KB atau
hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri TD/perubahan dalam terapi obat.
2. Diagnosa, Kriteria hasil dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 .
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.
Kriteria Hasil :
Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja jantung ,
mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan norma
dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi
1. Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler).
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan karotis,jugularis,
radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena).
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada pasien hipertensi
berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel
dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik).
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler. (adanya pucat,
dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi /
penurunan curah jantung).
5. Catat adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan
ginjal atau vaskuler).
6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan ligkungan,
batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. (membantu untuk menurunkan rangsangan
simpatis, meningkatkan relaksasi).
7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. (dapat menurunkan
rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan
tekanan darah).
8. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therafi anti hipertensi,deuritik. (menurunkan
tekanan darah).
Dignosa 2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2.
Kriteria Hasil :
Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan, melaporkan
peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi
20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeridada,
kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan
respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan
kerja / jantung).
2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan,
TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas
fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen miokardia
selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas
bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung).
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi
/ rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan
penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
5. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas. (Seperti jadwal
meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan).
Diagnosa 3
Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler cerebral.
Kriteria Hasil :
Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan metode yang
memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan.
Intervensi
1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi / meningkatkan
relaksasi).
2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres
dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi. (Tindakan yang
menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan menghambat / memblok respon simpatik,
efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya).
3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala :
mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk. (Aktivitas yang meningkatkan
vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler
serebral).
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan penggunaan oksigen
dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien).
5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan.
(menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan).
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.
(Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis).
Diagnosa 4
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat,
keyakinan budaya, pola hidup monoton.
Kriteria Hasil :
klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, menunjukan
perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga yang tepat secara individu.
Intervensi
1. Kaji emahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan kegemukan.
(Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas
aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa tumbuh).
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,garam
dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis
dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya,
stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume
cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi).
3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk penurunan berat
badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak
maka program sama sekali tidak berhasil).
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi kekuatan /
kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu
untuk menyesuaikan / penyuluhan).
5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya : penurunan
berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori
per hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan
yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan
cara mengubah kebiasaan makan).
6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan dan
dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.
(memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat
makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah / dapat
mengontrol perubahan).
7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging
berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan). (Menghindari makanan tinggi lemak jenuh
dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis).
8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan bantuan
dengan memenuhi kebutuhan diet individual).
Diagnosa 5
Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang
tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
Kriteria Hasil :
Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya, menyatakan kesadaran
kemampuan koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial situasi stress dan
mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.
Intervensi
1. Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya :
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana
pengobatan. (Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi
hipertensi kronik dan mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-
hari).
2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka
rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi /
menyelesaikan masalah. (Manifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan
indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).
3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah
respon seseorang terhadap stressor).
4. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisifasi maksimum
dalam rencana pengobatan. (keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang
berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam
regiment teraupetik.
5. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan
seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?. (Fokus perhtian
klien pada realitas situasi yang relatif terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan.
Etika kerja keras, kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang
perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal).
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang
perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan diri / keluarga. (Perubahan
yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan
tidak berdaya).
Diagnosa 6
Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangn
Kriteria hasil
1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.
2. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.
Intervensi
3. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat
diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton,
merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress.
(Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan
penyakit kardiovaskuler serta ginjal).
4. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat. (kesalahan konsep
dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati
mempengaruhi minimal klien / orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan
prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka
perubahan perilaku tidak akan dipertahankan).
5. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. (mengidentivikasi tingkat pegetahuan tentang
proses penyakit hipertensi dan mempermudahj dalam menentukan intervensi).
6. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi (pengertian,penyebab,tanda dan
gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes. (Meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi).
3. Evaluasi
Resiko penurunan jantung tidak terjadi, intoleransi aktivitas dapat teratasi, rasa sakit kepala
berkurang bahkan hilang, klien dapat mengontrol pemasukan / intake nutrisi, klien dapat
menggunakan mekanisme koping yang efektif dan tepat, klien paham mengenai kondisi
penyakitnya.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A,. Pengkajian
Ruangan : Perawatan I & III
Kamar : Perawatan III
Anamnese diperoleh dari : Klien & keluarga klien
TGL/Jam anamnese : 02/11/2010-03/11/2010(jam
15:00)
Dx : HT
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Umur : 78 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan Terakhir : -
Pekerjaan : URT
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Benteng, Jl. Tangkoli
2. Keluhan Utama
Pusing
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menurut dari pasien, dia mengalami pusing ±3 hari yang lalu dan perasaannya lemah dan
jika pasien jalan dia rasanya ingin jatuh. Dan pada saat diperiksa tekanan darahnya 180/100
mmhg.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menurut dari pasien, dia pernah mengalami penyakit hipertensi 2 tahun yang lalu dan tidak
rutin control. Dan menurutnya dia sering mengkomsumsi makanan yang banyak mengandung
garam karena dia belum mengetahui pantangan apa yang tidak boleh dikomsumsi oleh orang
yang mengalami peyakit tersebut.
5. Keadaan Umum
Tanda-tanda vital :
a. Kesadaran : Composmentis dengan GCS 15
b. TD : 180/100 mmhg
c. Suhu : 37 oC
d. Nadi : 100 x/i
e. Pernafasan : 26x/i
6. Pengkajian Pola Kesehatan
a) Pola nutrisi
1. Kebiasaan Sehari-hari
Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu nasi, ikan asin, dan sayur dan kadang-
kadang ada buah-buahan. Pasien mengatakan sebelum sakit nafsu makannya baik dan tidak
ada gangguang menelan.
2. Keadaan Saat Ini
Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dan selera makan membaik.
b) Pola Cairan
1. Keadaan Sehari-hari
Pasien mengatakan jenis minuman yang dikomsumsi setiap hari adalah kopi dan air putih,
serta pasien mengkomsumsi air putih 6-8 gelas/hari.
2. Keadaan Saat Ini
Pasien mengatakan jenis minuman yang dikomsumsi saat ini masih sama pada saat dia belum
sakit yaitu kopi dan air putih.
c) Pola Eliminasi
· Eliminasi BAB
1. Keadaan Sehari-hari
Pasien mengatakan BAB 2 kali/hari dan berwarna kuning kecoklatan serta semi padat, serta
Pasien BAB dengan mandiri.
2. Keadaan Saat Ini
Sejak pasien sakit, dia BAB dengan bantuan orang lain dikarenakan kepalanya terasa pusing
jika pasien berdiri dan berjalan. Dan pasien mengatakan fecesnya berwarna kuning
kecoklatan dan frekuensi BABnya tidak menentu.
· Eliminasi BAK
1. Keadaan Sehari-hari
Pasien mengatakan BAK lancer ±4 x/harri dan berwarna kuning jernih, serta berbau amoniak.
2. Keadaan Saat Ini
Pasien mengatakan BAK frekuensinya tidak teratur dan berwarna kuning jernih, serta baunya
amoniak.
d) Personal Hygiene
1. Keadaan Sehari-hari
Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, cuci rambut 3 kali dalam seminggu dan
gunting kuku 2 kali dalam seminggu.
2. Keadaan Saat ini
Pasien mengatakan mandi, dan cuci rambut serta gunting kuku masih sama pada saat sebelum
sakit,
e) Pola Istirahat dan Tidur
1. Keadaan Sehari-hari
Pasien mengatakan tidur pada malam hari ± 8 jam mulai pukul 21.00-05.30 dan siang hari ±
1-2 jam mulai pukul 14.16.00, ketika tidur pasien tidak gelisah.
2. Keadaan Saat Ini
Pasien mengatakan tidur pada malam hari dan siang hari tidak teratur, dan pasien mengatakan
gelisah pada saat tidur.
f) Pola Aktifitas dan Latihan
1. Keadaan Sehari-sehari
Pasien mengatakan, dia melakukan kegiatannya sehari-hari dengan mandiri. Dan pada saat
berdiri, dan berjalan pasien tidak pusing.
2. Keadaan Saat ini
Pasien mengatakan tidak biasa melakukan aktivitasnya tanpa bantuan orang lain atau dengan
alat karena kepalanya terasa pusing. Serta rentang geraknya terbatas saat ini.
7. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Tanda-tanda distress : pasien tampak cemas
b. Ekspresi wajah : meringis
Bicara : bicara lambat tapi jelas
c. TB : 145cm
d. BB : 39 kg
2. Tanda-tanda Vital
a. TD : 180/100 mmhg
b. Suhu : 37 oC
c. Nadi : 100 x/i
d. Pernafasan : 26x/i
3. Sistem Pernafasan
a. Hidung : hidung Nampak simetris kiri dan kanan, tidak terdapat secret,
dan tidak terdapat bantuan pernafasan, serta tidak terdapat nyeri tekan pada
daerah hidung.
b. Leher : tidak tampak adanya pembesaran kelenjar thyroid dan tumor
c. Dada : bentuk dada simetris kiri dan kanan, serta suara napas vasikuler
tidak terdengar suara napas tambahan.
4. Sistem Cardiovaskular
a. Conjungtiva : tidak tampak anemia
b. Jantung : suara jantung terdengar lub dan dub serta tidak ada pembesaran
jantung
5. Sistem Pencernaan
a. Mulut : bibir pasien tampak pucat dan tidak ada peradangan, serta tidak
terjadi pembengkakan pada tonsil, dan pasien tampak memakai gigi
palsu.
b. Abdomen : abdomen nampak simetris, tidak terdapat nyeri tekan, serta suara
abdomen terdengar peka.
c. Anus : tidak terdapat adanya hemoroid.
6. Sistem Indra
a. Mata : kelopak mata normal yaitu mampu menutup dan membuka mata,
serta lapang pandang normal.
b. Hidung : penciuman tajam (normal), serta tak ada secret yang
menghalangi penciuman.
c. Telinga : keadaan daun telinga simetris, dan fungsi pendengaran baik.
7. Sistem Saraf
a. Fungsi Cerebral
Pasien dapat berorientasi terhadap orang dengan baik, daya ingat pasien sudah agak
terganggu, dapat mengenal benda yang ditunjukkan, pasien mampu berbicara dengan baik
dan menggunakan bahasa daerahnya dengan benar.
b. Fungsi Cranial
Pasien dapat membedakan bau, merasakan adanya sentuhan, dan dapat membedakan rasa
aman dan manis.
8. Sistem Muskuloskeletal
a. Kepala : tidak ada benjolan kepala.
b. Vertebra : ada kelainan yaitu tulang belakang lordosis
c. Pelvix : gaya berjalan kurang baik
d. Lutut : tidak terdapat pembengkakan
e. Kaki dan tangan : tidak terdapat pembengkakan, kemampuan berjalan sudah
agak berkurang.
9. Sistem Integumen
a. Rambut : warna rambut pasien hitam campur putih, dan tidak
rontok.
b. Kulit : warna kulit putih dan turgor kulit baik
c. Kuku : pendek dan bersih.
10. Sistem Endokrin
a. Kelenjar thyroid : tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid.
b. Suhu tubuh : normal
11. Sistem Perkemihan
Tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri pada saat BAK, serta BAK lancer.
B. Klasifikasi Data
DS : - Pasien mengatakan kepalanya terasa pusing pada saat bangun, dan hilang secara
spontan setelah beberapa waktu berdiri
- Pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan mandiri
DO : - Pasien tampak memegangi kepalanya
- Wajah pasien tampak pucat dan meringis
- Skala aktivitas 2 yaitu dengan bantuan orang lain)
- Pasien tampak lemah
- Tanda-tanda vital :
TD : 180/100 mmhg
Suhu : 35 oC
Nadi : 100 x/i
Pernafasan : 26x/i
Recommended