Transcript
  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    1/21

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Kelainan fundamental pada kelompok gangguan ini ialah perubahan suasana perasaan

    (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya, atau

    ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan suasana perasaan ini biasanya

    disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala

    lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah difahami hubungannya dengan

    perubahan tersebut. Sebagian besar dari gangguan ini cenderung berulang, dan timbulnya

    episode tersendiri sering berkaitan dengan peristiwa atau situasi yang menegangkan

    Gangguan bipolar adalah gangguan yang lebih jarang dibandingkan dengan gangguan

    depresif berat. Prevalensi gangguan bipolar di Indonesia hanya sekitar 2% sama dengan

    prevalensi skizofrenia. Prevalensi antara laki-laki dan wanita sama besar. Onset gangguan

    bipolar adalah dari masa anak-anak (usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun atau lebih. Rata-rata usia

    yang terkena adalah usia 30 tahun. Gangguan bipolar cenderung mengenai semua ras.

    Kriteria utama untuk klasifikasi gangguan afektif dipilih berdasarkan alasan praktis, yaitu

    untuk memungkinkan gangguan klinis yang lazim ditemukan mudah diidentifikasi. Episode

    tunggal dibedakan dari gangguan bipolar dan gangguan yang multiple lainnya oleh karena

    sebagian besar dari pasien hanya mengalami satu episode penyakit dan keparahan ditonjolkan

    oleh karena implikasinya bagi terapi dan penyediaan pelayanan yang berbeda tingkatannya.

    Pembedaan antara kelas keparahan yang berbeda masih merupakan masalah ; ketiga kelas yaitu

    ringan, sedang, dan berat ditentukan di sini oleh karena banyak klinisi menginginkannya.

    Istilah mania dan depresi berat digunakan dalam klasifikasi ini untuk menunjukkan

    kedua ujung yang berlawanan dalam spectrum afektif ;hipomaniadigunakan untuk

    menunjukkan suatu keadaan pertengahan tanpa waham, halusinasi atau kekacauan menyeluruhdari aktivitas normal, yang sering (meskipun tidak semata-mata) dijumpai pada pasien yang

    berkembang ke arah mania atau dalam penyembuhan dari mania.

    BAB II

    1

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    2/21

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 DEFINISI

    Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai

    oleh gejala-gejala manic, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat

    berlangsung seumur hidup. Setiap episode dipisahkan sekurangnya dua bulan tanpa gejala

    penting mania atau hipomania. Tetapi pada beberapa individu, gejala depresi dan mania dapat

    bergantian secara cepat, yang dikenal dengan rapid cycling. Episode mania yang ekstrim dapat

    menunjukkan gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi.

    2.2 ETIOLOGI

    Penyebab gangguan bipolar multifaktor. Secara biologis dikaitkan dengan faktor genetik

    dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa

    kanak-kanak, stress yang menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan

    banyak lagi faktor lainnya.

    1. Faktor Genetik

    Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemungkinan menderita suatu gangguan

    mood menurun saat derajat hubungan kekeluargaan melebar. Sebagai contoh, sanak saudara

    derajat kedua (sepupu) lebih kecil kemungkinannya dari pada sanak saudara derajat pertama.

    Penurunan gangguan bipolar juga ditunjukkan oleh fakta bahwa kira-kira 50 persen pasien

    Gangguan bipolar memiliki sekurangnya satu orangtua dengan suatu Gangguan mood, paling

    sering Gangguan depresif berat. Jika satu orangtua menderita gangguan bipolar, terdapat

    kemungkinan 25 persen bahwa anaknya menderita suatu Gangguan mood. Jika kedua orangtua

    menderita Gangguan bipolar, terdapat kemungkinan 50-75 persen anaknya menderita Gangguan

    mood.

    Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara Gangguan bipolar dengan

    kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom tersebut

    yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24,

    18 sentromer, 18q22-q23, dan 21q22. Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita

    sindrom Down (trisomi 21) beresiko rendah menderita Gangguan bipolar.

    2

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    3/21

    Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar, peneliti

    mulai menduga adanya hubungan neurotransmitter dengan Gangguan bipolar. Neurotransmitter

    tersebut adalah dopamine, serotonin, noradrenalin. Gen-gen yang berhubungan dengan

    neurotransmitter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A

    (MAOA), tirosin hidroksilase, cathecol-ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter

    (5HTT). Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan penyakit ini yaitu

    gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF adalah neurotropin

    yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis, dan perlindungan neuron otak.

    BDNF diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang mengatur BDNF terletak pada kromosom

    11p13. Terdapat tiga penelitian yang mencari tahu hubungan antara BDNF dengan Gangguan

    bipolar dan hasilnya positif.

    2. Faktor Biologis

    Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat perbedaan

    gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic

    resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah

    substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak hanya

    itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada

    amygdale dan hippocampus. Korteks prefrontal, amygdale, dan hippocampus merupakan bagian

    dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).

    Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak

    penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang

    membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf. Bila jumlah

    oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.

    Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki peranan yang penting dalam

    mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi kimiawi, yaitu neurotransmitter yang

    berfungsi sebagai pembawa pesan komunikasi antar neuron di otak. jika neurotransmitter ini

    berada pada tingkat yang normal, otak akan bekerja secara harmonis.

    Sejumlah besar penelitian telah melaporkan berbagai kelainan di dalam metabolit amin

    biogenik di dalam darah, urin, dan cairan serebrospinalis pada pasien dengan gangguan mood.

    3

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    4/21

    Kekurangan neurotransmiter serotonin, norepinefrin dan dopamin dapat menyebabkan depresi.

    Di satu sisi, jika neurotransmiter ini berlebih dapat menjadi penyebab gangguan manik. Selain

    itu antidepresan trisiklik dapat memicu mania. Data yang dilaporkan paling konsisten dengan

    hipotesis bahwa gangguan mood adalah berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin

    biogenic.

    Amin biogenik. Dari amin biogenik, norepinefrin, serotonin dan dopamin merupakan

    neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Di samping itu,

    bukti-bukti mengarahkan juga pada disregulasi asetil-kolin dalam gangguan mood.

    NOREPINEFRIN. Korelasi yang dinyatakan oleh penelitian dasar antara regulasi turun

    (down-regulation) reseptor adrenergic-beta dan reseptor antidepresen klinik kemungkinan

    merupakan bagian data yang paling memaksakan yang menyatakan adanya peranan langsung

    sistem noradrenergic dalam depresi. Bukti-bukti lainnya yang juga melibatkan presinaptik

    reseptor adrenergic-alfa2 dalam depresi, karena aktivasi dari reseptor tersebut mengakibatkan

    penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan. Presipnatik reseptor adrenergic juga berlokasi

    di neuron serotonergik dan mengatur jumlah serotin yang dilepaskan.

    SEROTONIN. Serotonin adalah neurotransmitter aminergic yang paling sering

    dihubungkan dengan depresi. Ini dibuktikan dengan efek besar yang telah diberikan oleh

    Serotonin-Specific Reuptake Inhibition dalam pengobatan depresi, Penurunan serotonin dapat

    menimbulkan depresi. Pada pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin

    yang rendah di cairan serebrospinalnya. Pada penggunaan antidepresen jangka panjang terjadi

    penurunan jumlah tempat ambilan kembali serotonin di trombosit.

    DOPAMIN. Dopamin juga diperkirakan memiliki peranan dalam menyebabkan depresi.

    Data menunjukkan aktivitas dopamin yang menurun pada depresi dan meningkat pada mania.

    Pada penggunaan obat yang menurunkan kadar dopamin seperti reserpine dan pada penyakit

    yang mengalami penurunan dopamin seperti Parkinson disertai juga dengan gejala depresi. Obat-

    obat yang meningkatkan konsentrasi dopamine seperti tyrosine, amphetamine dan bupropion

    menurunkan gejala depresi. Dua teori terakhir tentang hubungan dopamine dan depresi adalah

    disfungsi jalur dopamin mesolimbik dan hipoaktivitas reseptor dopamine tipe 1 (D1) yang

    ditemukan pada depresi.

    4

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    5/21

    Obat-obatan yang mempengaruhi siste neurotransmitter seperti kokain akan

    memperparah mania. Agen lain yang dapat memperburuk mania termasuk L-dopa, yang

    berpengaruh pada reuptake dopamine dan serotonin. Calcium channel blocker yang digunakan

    untuk mengobati mania dapat mengganggu reguasi kalsium di neuron. Gangguan regulasi

    kalsium ini dapat menyebabkan transmisi glutaminergik yang berlebihan dan iskemia pembuluh

    darah.

    Faktor neurokimiawi lain. Neurotransmiter lain seperti GABA dan peptida neuroaktif

    seperti vasopresin dan opiat endogen juga berperan dalam patofisiologi gangguan mood.

    Beberapa penelitian menyatakan bahwa sistem pembawa kedua( second messenger ) seperti

    adenylate cyclase, phosphatidylinositol dan regulasi kalsium mungkin memiliki relevansi

    dengan penyebab gangguan mood.

    3. Faktor Lingkungan

    Penelitian telah membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting dalam

    Gangguan perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat berperan pada kehidupan

    psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang dipicu oleh faktor lingkungan. Stress

    yang menyertai episode pertama dari Gangguan bipolar dapat menyebabkan perubahan biologik

    otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan perubahan

    keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal.

    Perubahan mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik.

    Hasil akhir perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih

    tinggi untuk menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stressor eksternal.

    2.3 GEJALA KLINIS

    Terdapat tiga pola gejala dasar pada Gangguan bipolar yaitu, episode manic dan episode

    hippomanic, episode depresi.

    a) Episode manic:

    5

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    6/21

    Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood yang elasi,

    ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut (empat

    atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu:

    Waham kebesaran atau terlalu percaya diri (Inflated self-esteem or grandiosity)

    Berkurangnya kebutuhan tidur

    Cepat dan banyaknya pembicaraan

    Lompatan gagasan atau pikiran berlomba

    Perhatian mudah teralih

    Peningkatan energy dan hiperaktivitas psikomotor

    Meningkatnya aktivitas bertujuan (social, seksual, pekerjaan dan sekolah)

    Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang matang)

    Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengam penderitaan, gambaran psikotik, hospitalisasi

    untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya Gangguan fungsi sosial dan pekerjaan.

    Pasien hipomania kadang sulit didiagnosa sebab beberapa pasien hipomania justru memiliki

    tingkat kreativitas dan produktivitas yang tinggi. Pasien hipomania tidak memiliki gambaran

    psikotik (halusinasi, waham atau perilaku atau pembicaraan aneh) dan tidak memerlukan

    hospitalisasi.

    b) Episode hipomanic ditandai oleh gejala-gejala berikut :

    Penderita mengalami suasana perasaan yang meningkat (elasi), adanya keinginan untuk

    keluar rumah, atau mudah marah (iritabel) setidaknya selama 4 hari.Paling tidak terdapat 3 atau

    lebih gejala-gejala berikut ini :

    6

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    7/21

    Perasaan kebesaran atau mengagumi diri sendiri

    gangguan tidur

    nada suara tinggi

    flight of ideas

    menghilangkan bukti kekacauan pikiran

    agitasi psikomotor di rumah, tempat kerja atau seksual

    mulai melakukan aktivitas dengan resiko tinggi terhadap konsekuensi yang

    menyakitkan.

    c) Episode depresif ditandai dengan gejala-gejala berikut :

    Karena sebab yang sama selama 2 minggu, dengan paling tidak terdapat gejala perasaan

    depresi atau ditandai dengan kehilangan kesenangan atau perhatian, setidaknya pada seseorang

    terdapat 5 atau lebih gejala berikut ini : Perasaan depresi/tertekan; penurunan perasaan senang

    dan minat pada hampir semua aktivitas; penurunan berat badan yang signifikan dan selera;

    hipersomnia atau insomnia; retardasi psikomotor atau agitasi; kehilangan energi atau kelemahan;

    penurunan daya konsentrasi; preokupasi dengan kematian atau bunuh diri, penderita memiliki

    rencana untuk bunuh diri atau telah melakukan bunuh diri tersebut.

    Gejala-gejala tersebut menyebabkan kerusakan dan distress. Gangguan suasana perasaan

    tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau karena gangguan medis lain.

    d) Episode Campuran

    7

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    8/21

    Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang terjadi

    secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood disforik), iritabel, marah,

    serangan panic, pembicaraan cepat, agitasi, menangis, ide bunuh diri, insomnia derajat berat,

    grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang bingung. Kadang-kadang gejala

    cukup berat sehingga memerlukan perawatan untuk melindungi pasien atau orang lain, dapat

    disertai gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi personal, social dan pekerjaan.

    Siklus Cepat

    Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode depresi, hipomania, atau

    mania dalam satu tahun. Seseorang dengan siklus cepat jarang mengalami bebas gejala dan

    biasanya terdapat hendaya berat dalam hubungan interpersonal atau pekerjaan.

    Siklus Ultra Cepat

    Mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat dalam beberapa

    hari. Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan dengan siklotimia dan sangat sulit diatasi.

    Sindrom Psikotik

    Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang paling sering yaitu:

    Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)

    Waham

    Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan waham

    nihilistic terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simtom psikotik tidak serasi dengan mood.

    Pasien dengan Gangguan bipolar sering didiagnosis sebagai skizofrenia. Ciri psikotik biasanya

    merupakan tanda prognosis yang buruk bagi pasien dengan Gangguan bipolar. Faktor berikut ini

    telah dihubungkan dengan prognosis yang buruk seperti: durasi episode yang lama, disosiasi

    temporal antara Gangguan mood dan gejala psikotik, dan riwayat penyesuaian social pramorbid

    yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang memiiki penerapan terapi yang penting, pasien

    dengan symptom psikotik hampir selalu memerlukan obat anti psikotik di samping anti depresan

    8

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    9/21

    atau anti mania atau mungkin memerlukan terapi antikonvulsif untuk mendapatkan perbaikan

    klinis.

    2.4 KRITERIA

    Berdasarkan DSM-IV, Gangguan bipolar digolongkan menjadi 4 kriteria:

    Gangguan bipolar I

    Terdapat satu atau lebih episode manik. Episode depresi dan hipomanik tidak diperlukan

    untuk diagnosis tetapi episode tersebut sering terjadi.

    Gangguan bipolar II

    Terdapat satu atau lebih episode hipomanik atau episode depresif mayor tanpa episode

    manik.

    Siklotimia

    Adalah bentuk ringan dari Gangguan bipolar. Terdapat episode hipomania dan depresi

    yang ringan yang tidak memenuhi kriteria episode depresif mayor.

    Gangguan bipolar YTT

    Gejala-gejala yang dialami penderita tidak memenuhi kriteria Gangguan bipolar I dan II.

    Gejala-gejala tersebut berlangsung tidak lama atau gejala terlalu sedikit sehingga tidak

    dapat didiagnosa Gangguan bipolar I dan II.2,5

    2.5 DIAGNOSIS

    Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Informasi dari

    keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan criteria yang terdapat dalamDSM-IV atau ICD-10. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

    symptom Gangguan bipolar adalah The Structured clinical Interview for DSM-IV (SCID). The

    Present State Examination (PSE) dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi symptom sesuai

    dengan ICD-10.

    9

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    10/21

    Pembagian menurut DSM-IV:

    1. Gangguan mood bipolar I

    Gangguan mood bipolar I, episode manic tunggal

    A. Hanya mengalami satu kali episode manic dan tidak ada rwayat depresi mayor

    sebelumnya.

    B. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif, Gangguan

    waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.

    C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medic umum

    D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau

    menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek fungsi penting lainnya.

    Gangguan mood bipolar I, episode manic sekarang ini

    A. Saat ini dalam episode manic

    B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik, depresi, atau

    campuran.

    C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih

    dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan Gangguan

    psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.

    D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik

    umum.

    E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau

    menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek fungsi penting lainnya.

    Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini

    10

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    11/21

    A. Saat ini dalam episode campuran

    B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi atau

    campuran

    C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif dan tidak

    bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizifreniform, Gangguan waham, atau

    Gangguan psikotik yang tidak diklasifikasikan

    D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi medik

    umum

    E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau

    menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.

    Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini

    A. Saat ini dalam episode hipomanik

    B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manic atau campuran

    C. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna atau

    hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya

    D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif

    dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham,

    dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.

    Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini

    A. Saat ini dalam episode depresi mayor

    B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan campuran

    C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif

    dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham,

    dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.

    11

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    12/21

    D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik

    umum

    E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau

    menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.

    Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat ini

    A. Criteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik,

    campuran atau episode depresi.

    B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuran.

    C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif

    dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham,

    atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.

    D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau

    menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.

    2. Ganggguan Mood Bipolar II

    Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit satu episode

    hipomanik.

    3. Gangguan Siklotimia

    A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala-gejala

    hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang tidak memenuhi

    criteria untuk Gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan remaja durasinya paling

    sedikit satu tahun.

    B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-gejala pada

    kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.

    C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama dua tahun

    Gangguan tersebut

    12

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    13/21

    Catatan: setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan manic atau

    episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan siklotimia dapat dibuat) atau episode

    depresi mayor (diagnosis GB II dengan Gangguan siklotimia dapat ditegakkan)

    D. Gejala-gejala pada criteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan

    skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak

    dapat diklasifikasikan.

    E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi medic

    umum

    F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau

    menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya.

    Pembagian menurut PPDGJ III:

    F31 Gangguan Afek bipolar

    Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana

    afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari

    peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan

    pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas(depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.

    Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsug antara 2 minggu sampai

    4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan)

    meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode

    itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya

    (adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis).

    Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif

    Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30)

    F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik

    Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk hipomania (F30); dan

    13

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    14/21

    Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik , depresif,

    atau campuran) di masa lampau.

    F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik

    Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik

    (F30.1); dan

    Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau

    campuran) di masa lampau.

    F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik

    Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik(F30.2); dan

    Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau

    campuran) di masa lampau

    F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang

    Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan (F32.0)

    atau pun sedang (F32.1); dan

    Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di

    masa lampau

    F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik

    Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala

    psikotik (F32.2); dan

    Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di

    masa lampau

    F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

    14

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    15/21

    Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan

    gejala psikotik (F32.3);dan

    Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran

    dimasa lampau

    F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran

    Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan depresif yang

    tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresif yang

    sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan

    telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan

    Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di

    masa lampau

    F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi

    Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir

    ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik

    atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif

    lain (hipomanik, manik, depres if atau campuran)

    F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

    F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

    2.6 DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

    Terdapat beberapa gangguan mental lainnya yang memiliki gejala yang sama dengan gangguan

    bipolar seperti skizofrenia, skizoafektif, intoksikasi obat, gangguan skizofreniform, dan

    gangguan kepribadian ambang.

    2.7 PENATALAKSANAAN

    15

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    16/21

    Penentuan Kegawatdaruratan

    Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase dari episodenya, seperti

    depresi atau manik, dan derajat keparahan fase tersebut. Contoh, seseorang dengan depresi yang

    ekstrim dan menunjukkan perilaku bunuh diri memerlukan/mengindikasikan pengobatan rawat

    inap. Sebaliknya, seseorang dengan depresi moderat yang masih dapat bekerja, diobati sebagai

    pasien rawat jalan.

    a) Rawat Inap

    i. Berbahaya untuk diri sendiri

    Pasien yang terutama dengan episode depresif, dapat terlihat dengan resiko yang signifikan

    untuk bunuh diri. Percobaan bunuh diri yang serius dan idea spesifik dengan rencana

    menghilangkan bukti, memerlukan observasi yang ketat dan perlindungan pencegahan. Namun,

    bahaya bagi penderita bisa datang dari aspek lain dari penyakit, contohnya seorang penderita

    depresi yang tidak cukup makan beresiko kematian.

    ii. Berbahaya bagi orang lain

    Penderita gangguan bipolar dapat mengancam nyawa orang lain, contohnya seorang penderita

    yang mengalami depresi yang berat meyakini bahwa dunia itu sangat suram/gelap, sehingga ia

    berencana untuk membunuh anaknya untuk membebaskan mereka dari kesengsaraan dunia.

    iii. Hendaya Berat

    Adakalanya depresi yang dialami terlalu dalam, sehingga orang tidak dapat melakukan fungsinya

    sama sekali, meninggalkan orang seperti ini sendirian sangat berbahaya dan tidak

    menyembuhkannya.

    iv. Kondisi medis yang harus dimonitor

    Contohnya penderita gangguan jiwa yang disertai gangguan jantung harus berada di lingkungan

    medis, dimana obat psikotropik dapat dimonitor dan diobservasi.

    b) Rawat inap parsial atau program perawatan sehari

    Secara umum, penderita ini memiliki gejala yang berat namun memiliki tingkat pengendalian

    dan lingkungan hidup yang stabil.

    16

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    17/21

    Contohnya, penderita dengan depresi berat yang berpikir akan bunuh diri tapi tidak berencana

    untuk melakukannya dan dapat memiliki tingkat motivasi yang tinggi bila diberi banyak

    dukungan interpersonal, terutama sepanjang hari dan dengan bantuan dan keterlibatan dari

    keluarga. Keluarga harus selalu berada di rumah setiap malam dan harus peduli terhadap

    penderita. Rawat inap parsial juga menjembatani untuk bisa segera kembali bekerja. Kembali

    secara langsung ke pekerjaan seringkali sulit bagi penderita dengan gejala yang berat, dan rawat

    inap parsial memberi dukungan dan hubungan interpersonal.

    c) Rawat jalan

    Pengobatan rawat jalan memiliki 4 tujuan utama.

    i. Mencari stressornya dan mencari cara untuk menanganinya. Stressor ini dapat berasal

    dari keluarga atau pekerjaan, dan bila terkumpul dapat mendorong penderita menjadi

    depresi. Hal ini merupakan bagian dari psikoterapi.

    ii. Memonitor dan mendukung pemberian obat. Pengobatan membuat perubahan yang luar

    biasa. Kuncinya adalah mendapatkan keuntungan dan mencegah efek samping. Penderita

    memiliki rasa yang bertentangan dengan pengobatan mereka. Mereka mengetahui bahwa

    obat membantu dan mencegah mereka untuk dirawat inap, namun mereka juga

    menyangkal memerlukannya. Oleh karena itu, harus dibantu untuk mengarahkan

    perasaan mereka dan membantu mereka untuk mau melanjutkan pengobatan.

    iii. Membangun sekumpulan orang yang peduli. Hal ini merupakan satu dari banyak alasan

    bagi para praktisi setuju dengan ambivalensi penderita tentang pengobatan. Seiring

    perjalanan waktu, kekuatan sekumpulan orang yang peduli membantu mempertahankan

    gejala penderita dalam keadaan minimum dan membantu penderita tinggal dan diterima

    di masyarakat.

    iv. Edukasi. Klinisi harus membantu edukasi bagi penderita dan keluarga tentang penyakit

    bipolar. Mereka harus sadar dan waspada terhadap bahaya penyalahgunaan zat, situasi

    yang mungkin memicu kekambuhan, dan peran pengobatan yang penting. Dukungan

    kelompok bagi penderita dan keluarga memiliki arti penting yang sangat luar biasa.

    17

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    18/21

    Keadaan kesehatan tubuh penderita gangguan bipolar juga harus diperhatikan oleh para praktisi,

    termasuk keadaan kardiovaskular, diabetes, masalah endokrin, infeksi, komplikasi sistem urinari,

    dan gangguan keseimbangan elektrolit.

    Farmakoterapi

    a) Terapi Farmakologi

    Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang dialami penderita.

    Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan

    gangguan tidur. Antipsikosis atipikal semakin sering digunakan untuk episode manik akut dan

    sebagai mood stabilizer. Antidepresan dan ECT juga dapat digunakan untuk episode depresi akut

    (contoh, depresi berat). Selanjutnya, terapi pemeliharaan/maintenance dan pencegahan juga

    harus diberikan.

    Pengalaman klinis menunjukkan bahwa jika diterapi dengan obat mood stabilizer, penderita

    gangguan bipolar akan mengalami lebih sedikit periode manik dan depresi. Obat ini bekerja

    dengan cara menstabilkan mood penderita (sesuai namanya), juga dapat menstabilkan manik dan

    depresi yang ekstrim. Antipsikosis atipikal seperti ziprasidone, quetiapine, risperidone,

    aripiprazole dan olanzapine, kini juga sering digunakan untuk menstabilkan manik akut, bahkan

    untuk menstabilkan mood pada depresi bipolar.

    b) Terapi Non Farmakologi

    Psikoterapi

    Disamping pengobatan medikamentosa, psikoterapi adalah salah satu terapi yang efektif

    untuk gangguan bipolar. Terapi ini memberikan dukungan, edukasi, dan petunjuk untuk seorang

    dengan gangguan bipolar. Beberapa jenis psikoterapi yaitu:

    1. Cognitive behavioral therapy (CBT) membantu penderita gangguan bipolar untuk

    mengubah pola pikir dan perilaku negative.

    2. Family-focused therapy melibatkan anggota keluarga. Terapi ini juga memfokuskan pada

    komunikasi dan pemecahan masalah.

    3. Interpersonal and social rhythm therapy membantu penderita gangguan bipolar

    meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain dan mengatur aktivitas harian mereka.

    18

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    19/21

    Psychoeducation mengajarkan pada penderita gangguan bipolar mengenai penyakit yang

    mereka derita beserta dengan penatalaksanaannya. Terapi ini membantu penderita mengenali

    gejala awal dari episode baik manik maupun depresi sehingga mereka bisa mendapatkan

    terapi sedini mungkin

    Diet

    Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak ada diet khusus

    yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah asupan garam, karena peningkatan

    asupan garam membuat kadar litium serum menurun dan menurunkan efikasinya, sedangkan

    mengurangi asupan garam dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas.

    Aktivitas

    Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/aktivitas fisik. Jadwal

    aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang reguler meupakan

    kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan dengan

    peningkatan respirasi dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas

    litium.

    Edukasi

    Terapi pada penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi awal dan lanjutan. Tujuan edukasi

    harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun juga melalui keluarga dan sistem

    disekitarnya. Fakta menunjukkan edukasi tidak hanya meningkatkan ketahanan dan pengetahuan

    mereka tentang penyakit, namun juga kualitas hidupnya.

    oPenjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini mengurangi perasaan

    bersalah dan mempromosikan pengobatan yang adekuat.

    oMemberi informasi tentang bagaimana cara memonitor penyakit terutama tanda awal,

    pemunculan kembali, dan gejala. Pengenalan terhadap adanya perubahan memudahkan

    langkah-langkah pencegahan yang baik.

    oMembantu penderita mengidentifikasi dan mengatasi stressor di dalam kehidupannya.

    oInformasi tentang kemungkinan kekambuhan penyakitnya.

    19

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    20/21

    PROGNOSIS

    Prognosis tergantung pada penggunaan obat-obatan dengan dosis yang tepat,

    pengetahuan komprehensif mengenai penyakit ini dan efeknya, hubungan positif dengan dokter

    dan therapist, kesehatan fisik. Semua faktor ini merujuk ke prognosis bagus.

    Akan tetapi prognosis pasien gangguan bipolar I lebih buruk dibandingkan dengan pasien

    dengan gangguan depresif berat. Kira-kira 40%-50% pasien gangguan bipolar I memiliki episode

    manik Kedua dalam waktu dua tahun setelah episode pertama. Kira-kira 50 60 % penderita BP

    I dapat dikontrol dengan litium terhadap gejalanya.Pada 7% dari semua pasien gangguan bipolar

    I tidak menderita gejala rekurensi, 45% mengalami episode berulang, dan 40% menderita

    gangguan kronis( menetap ). Pasien mungkin memiliki 2 sampai 30 episode manik, walaupun

    angka rata-rata adalah 9 episode. Kira-kira 40% dari semua pasien menderita lebih dari 10

    episode.

    Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi lebih buruk antara lain : Riwayat kerja yang

    buruk; penyalahgunaan alkohol; gambaran psikotik; gambaran depresif diantara episode manic

    dan depresi; adanya bukti keadaan depresif, jenis kelamin laki-laki.

    Indikator prognosis yang baik adalah sebagai berikut : fase manic (dalam durasi pendek); Onset

    terjadi pada usia yang lanjut; pemikiran untuk bunuh diri yang rendah; gambaran psikotik yang

    rendah; masalah kesehatan (organik) yang rendah.

    BAB III

    DAFTAR PUSTAKA

    20

  • 7/30/2019 88341620 Referat Gangguan Bipolar

    21/21

    1. American Psychiatric Association. Mood Disorders.Dalam: Diagnostic and

    StatisticalManual of Mental Disorders, 4thEd, Text Revision, DSM-IV-TR, Washington

    DC, 2005.

    2. Kaplan HI,Saddok BJ.Mood Disorder.Synopsis of psychiatry.Baltimore,USA,William &

    Wilkin,1988.

    3. Schneck CD, Miklowitz DJ, Miyahara S, Araga M,

    Wisniewski S, Gyulai L, Allen MH, Thase ME, Sachs GS. The prospective course of

    rapid-cycling bipolar disorder: findings from the STEP-BD. Am J Psychiatry.

    2008 Mar.

    4. Goodwin FK, Jamison KR. (2007) Manic-Depressive

    Illness: Bipolar Disorders and Recurrent Depression, Second Edition. Oxford

    University Press:New York.

    5. Bizzarri JV, Sbrana A, Rucci P, Ravani L, Massei GJ,

    Gonnelli C, Spagnolli S, Doria MR, Raimondi F, Endicott J, DellOsso L, Cassano

    GB. The spectrum of substance abuse in bipolar disorder: reasons for use,

    sensation seeking and substance sensitivity.Bipolar Disord. 2007

    6. Dr.Maslim Rusdi.Diagnosis Gangguan jiwa PPGDJ III Buku Saku,Gangguan Afektif

    Bipolar.Jakarta 2003

    21