23
BAB III TINJAUAN PUSTAKA Menurut PPDGJ III membagi gangguan bipolar dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita. Adapun jenis – jenis GB sesuai dengan kriteria diagnostik yang tertera dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV-Text Revision (DSM-IV TR). (2,4) Kriteria untuk Episode manik : (2) Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu: - grandiositas atau percaya diri berlebihan - berkurangnya kebutuhan tidur (tidur hanya 3 jam) - cepat dan banyaknya pembicaraan - lompatan gagasan atau pikiran berlomba - perhatian mudah teralih (stimuli eksternal yang tidak penting atau relevan) - peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor 1

Gangguan Bipolar Tinpus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

adsSDAS ADSASDAS ASDASDSA ADASDAD

Citation preview

Page 1: Gangguan Bipolar Tinpus

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut PPDGJ III membagi gangguan bipolar dalam klasifikasi yang

berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita. Adapun jenis – jenis GB

sesuai dengan kriteria diagnostik yang tertera dalam Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders IV-Text Revision (DSM-IV TR). (2,4)

Kriteria untuk Episode manik :(2)

Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood yang

elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala

berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu:

- grandiositas atau percaya diri berlebihan

- berkurangnya kebutuhan tidur (tidur hanya 3 jam)

- cepat dan banyaknya pembicaraan

- lompatan gagasan atau pikiran berlomba

- perhatian mudah teralih (stimuli eksternal yang tidak penting atau relevan)

- peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor

- meningkatnya aktivitas bertujuan (sosial, seksual, pekerjaan dan sekolah)

- tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang

matang).

Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengan penderitan, gambaran psikotik,

hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya gangguan

fungsi sosial dan pekerjaan.

Episode depresi mayor :(2)

Paling sedikit dua minggu pasien mengalami lebih dari empat simtom/tanda yaitu:

- mood depresif atau hilangnya minat atau rasa senang

1

Page 2: Gangguan Bipolar Tinpus

- menurun atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan

- sulit atau banyak tidur

- agitasi atau retardasi psikomotor

- fatig atau berkurangnya tenaga

- menurunnya harga diri

- ide-ide tentang rasa bersalah, ragu-ragu dan menurunnya konsentrasi

- pesimis

- pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri (dengan atau tanpa renacana) atau

tindakan bunuh diri.

Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan atau mengganggu fungsi personal,

sosial, atau pekerjaan.

Episode Campuran :(2)

Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang terjadi

secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood disforik), iritabel,

marah, serangan panik, pembicaraan cepat, agitasi, menangis, ide bunuh diri,

insomnia derajat berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-

kadang bingung. Kadang-kadang gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan

untuk melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai gambaran psikotik, dan

mengganggu fungsi personal, sosial, dan pekerjaan.

Episode Hipomanik :(2)

Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami peningkatan mood,

ekspansif atau iritabel yang ringan, paling sedikit tiga gejala (empat gejala bila mood

iritabel) yaitu:

- grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri

- berkurangnya kebutuhan tidur

- meningkatnya pembicaraan lompat gagasan atau pikiran berlomba

- perhatian mudah teralih

- meningkatnya aktivitas atau agitasi psikomotor

- pikiran menjadi lebih tajam

2

Page 3: Gangguan Bipolar Tinpus

- daya nilai berkurang

- Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham, atau perilaku atau pembicaran

aneh), tidak memerlukan hospitalisasi dan tidak mengganggu fungsi personal,

sosial, dan pekerjaan. Sering kali dilupakan oleh pasien tetapi dapat dikenali oleh

keluarga.

Siklus Cepat :(2)

Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode – depresi, hipomania atau

mania – dalam satu tahun. Seseorang dengan siklus cepat jarang mengalami bebas

gejala dan biasanya terdapat hendaya berat dalam hubungan interpersonal atau

pekerjaan.

Siklus Ultra Cepat :(2)

Mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat dalam

beberapa hari. Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan dengan siklotimia

dan sangat sulit diatasi

Simtom Psikotik :(2)

Pada kasus berat, pasien bisa mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang paling

sering yaitu:

- halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)

- waham

Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan waham

nihilistik terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simtom psikotik tidak serasi

dengan mood. Pasien dengan GB sering didiagnosis sebagai skizofrenia.

Diagnosis

Ketrampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Informasi dari

keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria yang terdapat

dalam DSM-IV atau ICD-10. Salahs atu instrumen yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi simtom GB adalah The Structured Clinical Interview for DSM-IV

(SCID). The Present State Examination (PSE) dapat pula digunakan untuk

mengidentifikasi simtom sesuai dengan ICD-10.

3

Page 4: Gangguan Bipolar Tinpus

Gangguan Mood Bipolar I

Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Tunggal(2)

A. Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada riwayat episode

depresi mayor sebelumnya.

B. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif,

gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat

diklasifikasikan.

C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi

medik umum

D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup

bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek

fungsi penting lainnya.

Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Saat Ini(2)

A. Saat ini dalam episode manik

B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik,

depresi, atau campuran

C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak

bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham,

atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan

D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau

kondisi medik umum

E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna

atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi

penting lainnya.

Gangguan Mood Bipolar I, Episode Campuran Saat Ini(2)

A. Saat ini dalam episode campuran

B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi, atau

campuran

4

Page 5: Gangguan Bipolar Tinpus

C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif

dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan

waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan

D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi

medik umum

E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna

atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi

penting lainnya.

Gangguan Mood Bipolar I, Episode Hipomanik Saat Ini(2)

A. Saat ini dalam episode hipomanik

B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau

campuran

C. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna

atau hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.

D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai

skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,

skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang

tidak dapat diklasifikasikan.

Gangguan Mood Bipolar I, Episode Depresi Saat Ini(2)

A. Saat ini dalam episode depresi mayor

B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu

episode manik atau campuran

C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai

skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,

skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang

tidak dapat diklasifikasikan

D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi

medik umum

5

Page 6: Gangguan Bipolar Tinpus

E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna

atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi

penting lainnya.

Gangguan Mood Bipolar I, Episode Yang Tidak Dapat Diklasifikasikan Saat

Ini(2)

A. Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik,

campuran, atau episode depresi.

B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau

campuran

C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai

skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform,

gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat

diklasifikasikan di tempat lain.

D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna

atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi

penting lainnya.

Gangguan Mood Bipolar II(2)

Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit satu

episode

hipomanik

Gangguan Siklotimia(2)

A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala –

gejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang

tidak memenuhi kriteria untuk gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak

dan remaja durasinya paling sedikit satu tahun.

B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-

gejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.

C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama

dua tahun gangguan tersebut

6

Page 7: Gangguan Bipolar Tinpus

Catatan: Setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan

manik atau episode campuran (diagnosis GB I dan gangguan siklotimia dapat

dibuat) atau episode depresi mayor (diagnosis GB II dan gangguan siklotimia

dapat ditegakkan)

D. Gejala-gejala pada kriteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih

dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan

psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.

E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi

medik umum

F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup

bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek

fungsi penting lainnya.

Di bawah ini adalah obat-obat yang dapat digunakan pada GB

Stabilisator Mood(2)

Litium(2,5)

Pilihan pertama untuk pengobatan gangguan bipolar.

Farmakologi

Sejumlah kecil litium terikat dengan protein. Litium dieksresikan dalam bentuk utuh

hanya melalui ginjal.

Indikasi

Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat sebagai

terapi rumatan GB.

Dosis

Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan menitrasi

dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0-1,4 mEq/L.

Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari.

Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari. Sebaliknya, gejala toksisitas litium dapat terjadi bila

dosis ≥ 1,5 mEq/L.

7

Page 8: Gangguan Bipolar Tinpus

Efek samping

Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen,

penambahan berat badan, dan penumpulan kognitif. Neurotoksisitas, delirium, dan

ensefalopati dapat pula terjadi akibat penggunaan litium. Neurotoksisitas bersifat

ireversibel. Akibat intoksikasi litium, defisit neurologi permanen dapat terjadi

misalnya, ataksia, defisist memori, dan gangguan pergerakan. Untuk mengatasi

intoksikasi litium, hemodialisis harus segera dilakukan.

Litium dapat merusak tubulus ginjal. Faktor risiko kerusakan ginjal adalah

intoksikasi litium, polifarmasi dan adanya penyakit fisik lainnya. Pasien yang

mengonsumsi litium dapat mengalami poliuri. Oleh karena itu, pasien dianjurkan

untuk banyak meminum air.

Pemeriksaan Laboratorium

Sebelum memberikan litium, fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) dan fungsi

tiroid, harus diperiksa terlebih dahulu. Untuk pasien yang berumur di atas 40 tahun,

pemeriksaan EKG harus dilakukan. Fungsi ginjal harus diperiksa setiap 2-3 bulan dan

fungsi tiroid dalam enam bulan pertama. Setelah enam bulan, fungsi ginjal dan tiroid

diperiksa sekali dalam 6-12 bulan atau bila ada indikasi.

Valproat (2)

Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai antimania.

Valproat tersedia dalam bentuk:

1. Preparat oral;

a. Sodium divalproat, tablet salut, proporsi antara asam valproat dan sodium

valproat adalah sama (1:1)

b. Asam valproat

c. Sodium valproat

d. Sodium divalproat, kapsul yang mengandung partikel-partikel salut yang

dapat dimakan secara utuh atau dibuka dan ditaburkan ke dalam makanan.

e. Divalproat dalam bentuk lepas lambat, dosis sekali sehari.

8

Page 9: Gangguan Bipolar Tinpus

2. Preparat intravena

3. Preparat supositoria

Farmakologi

Terikat dengan protein. Diserap dengan cepat setelah pemberian oral.

Konsentrasipuncak plasma valproat sodium dan asam valproat dicapai dalam dua jam

sedangkan sodium divalproat dalam 3-8 jam. Awitan absorbsi divalproat lepas lambat

lebih cepat bila dibandingkan dengan tablet biasa. Absorbsi menjadi lambat bila obat

diminum bersamaan dengan makanan. Ikatan valproat dengan protein meningkat bila

diet mengandung rendah lemak dan menurun bila diet mengandung tinggi lemak.

Dosis

Dosis awal untuk mania dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau 250 – 500

mg/hari dan dinaikkan setiap 3 hari hingga mencapai konsentrasi serum 45- 125

μg/mL. Efek samping sedasi, peningkatan nafsu makan, dan penurunan leukosit serta

trombosit dapat terjadi bila konsentrasi serum > 100 μg/mL.

Indikasi

Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut, terapi

rumatan GB, mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan litium, siklus cepat,

GB pada anak dan remaja, serta GB pada lanjut usia.

Efek Samping

Valproat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat terjadi, misalnya

anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan) enzim

transaminase, sedasi, dan tremor. Efek samping ini sering terjadi pada awal

pengobatan dan bekurang dengan penurunan dosis atau dengan berjalannya waktu.

Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada penggunaan asam valproat dan

valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet salut sodium divalproat.

Lamotrigin(2)

Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia menghambat

kanal Na+. Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat.

9

Page 10: Gangguan Bipolar Tinpus

Farmakokinetik

Lamotrigin oral diabsorbsi dengan cepat. Ia dengan cepat melewati sawar otak

dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2-3 jam. Sebanyak 10% lamotrigin

dieksresikan dalam bentuk utuh.

Indikasi

Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut maupun

rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.

Dosis

Berkisar antara 50-200 mg/hari.

Efek Samping

Sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan berbagai bentuk

kemerahan di kulit.

Antipsikotika Atipik

Antipsikotika atipik, baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif sebagai

terapi lini pertama untuk GB. Beberapa antipsikotika atipik tersebut adalah olanzapin,

risperidon, quetiapin, dan aripiprazol.

Risperidon(2)

Risperidon adalah derivat benzisoksazol. Ia merupakan antipsikotika atipik

pertama yang mendapat persetujuan FDA setelah klozapin.

Absorbsi

Risperidon diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Ia dimetabolisme

oleh enzim hepar yaitu CYP 2D6.

Dosis

Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan

hingga mencapai dosis 4 mg/hari. Sebagian besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hari.

Indikasi

Risperidon bermanfaat pada mania akut.

Efek Samping

10

Page 11: Gangguan Bipolar Tinpus

Sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat badan, berkurangnya

gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada risperidon bila dibandingkan

dengan pada plasebo. Meskipun risperidon tidak terikat secara bermakna dengan

reseptor kolinergik muskarinik, mulut kering, mata kabur, dan retensi urin, dapat

terlihat pada beberapa pasien dan sifatnya hanya sementara. Peningkatan berat badan

dan prolaktin dapat pula terjadi pada pemberian risperidon.

Olanzapin(2)

Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas

terhadap dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2); muskarinik,

histamin 1(H1), dan α1- adrenergik.

Indikasi

Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut mania dan

campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi rumatan GB.

Dosis

Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.

Efek Samping

Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah beberapa

lama. Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat rendah dan

tidak menyebabkan penghentian pengobatan. Risiko terjadinya diabetes tipe-2 relatif

tinggi bila dibandingkan dengan antipsikotika atipik lainnya. Keadaan ini dapat

diatasi dengan melakukan psikoedukasi, misalnya merubah gaya hidup, diet dan

latihan fisik.

Quetiapin(2)

Quetiapin merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja sebagai

antagonis 5- HT1A dan 5-HT 2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta reseptor

adrenergik α1 dan α2. Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih tinggi

terhadap serotonin 5-HT 2A.

11

Page 12: Gangguan Bipolar Tinpus

Dosis

Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari. Tersedia

dalam bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg,

dan 300 mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia quetiapin-

XR dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.

Indikasi

Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran, siklus

cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.

Efek Samping

Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi merupakan efek samping

yang sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang dengan berjalannya waktu.

Perubahan dalam berat badan dengan quetiapin adalah sedang dan tidak

menyebabkan penghentian pengobatan. Peningkatan berat badan lebih kecil bila

dibandingkan dengan antipsikotika tipik.

Aripiprazol(2)

Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin.

Farmakologi

Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-HT1A serta

antagonis 5- HT2A. Ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D3, afinitas

sedang pada D4, 5-HT2c, 5-HT7, α1- adrenergik, histaminergik (H1), dan serotonin

reuptake site (SERT), dan tidak terikat dengan reseptor muskarinik kolinergik.

Dosis

Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. Kisaran dosis

efektifnya per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis awal yang direkomendasikan yaitu

antara 10 - 15 mg dan diberikan sekali sehari. Apabila ada rasa mual, insomnia, dan

akatisia, dianjurkan untuk menurunkan dosis.

Indikasi

12

Page 13: Gangguan Bipolar Tinpus

Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut. Ia

juga efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi

tambahan pada GB I, episode depresi.

Efek Samping

Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anksietas, dan mual merupakan

kejadian yang tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh kelompok yang

mendapat aripiprazol. Efek samping ekstrapiramidalnya tidak berbeda secara

bermakna dengan plasebo. Akatisia dapat terjadi dan kadang-kadang dapat sangat

mengganggu pasien sehingga sering mengakibatkan penghentian pengobatan.

Insomnia dapat pula ditemui. Tidak ada peningkatan berat badan dan diabetes melitus

pada penggunaan aripiprazol. Selain itu, peningkatan kadar prolaktin juga tidak

dijumpai. Aripiprazol tidak menyebabkan perubahan interval Qtc.

Antidepresan(2)

Antidepresan efektif untuk mengobati GB, episode depresi. Penggunaannya

harus dalam jangka pendek. Penggunaan jangka panjang berpotensi meginduksi

hipomania atau mania.

Untuk menghindari terjadinya hipomania dan mania, antidepresan hendaklah

dikombinasi dengan stabilisator mood atau dengan antipsikotika atipik.

13

Page 14: Gangguan Bipolar Tinpus

BAB IV

KESIMPULAN

Gangguan bipolar atau gangguan manik-depresi, juga disebut sebagai

gangguan afektif bipolar atau manik depresi, adalah diagnosis psikiatri yang

menggambarkan kategori gangguan mood ditentukan oleh adanya satu atau lebih

episode.(1)

Adapun pengobatan psikofarmaka, Lithium menjadi pilihan pertama untuk

pengobatan gangguan bipolar. Pengobatan ini sudah sekitar 50 tahun dipergunakan.

Litium dieksresikan dalam bentuk utuh hanya melalui ginjal. Lithium diindikasikan

untuk episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat sebagai

terapi rumatan GB. (2,5)

Namun penggunaan lithium harus sangat berhati hati karena efek samping

yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen, penambahan berat badan,

dan penumpulan kognitif. Neurotoksisitas, delirium, dan ensefalopati dapat pula

terjadi akibat penggunaan litium. Neurotoksisitas bersifat ireversibel. Akibat

intoksikasi litium, defisit neurologi permanen dapat terjadi misalnya, ataksia, defisist

memori, dan gangguan pergerakan. Untuk mengatasi intoksikasi litium, hemodialisis

harus segera dilakukan.(2)

Adapun obat lain yang biasa digunakan yaitu valproat, antipsikotika atipik

serta diberikan anti depresan. Dapat pula diberikan Intervensi psikososial meliputi

berbagai pendekatan misalnya, cognitive behavior therapy (CBT), terapi

keluarga,terapi interpersonal, terapi kelompok, psikoedukasi, dan berbagai bentuk

terapi psikologi atau psikososial lainnya. Intervensi psikososial sangat perlu untuk

mempertahankan keadaan remisi. Prognosis pasien gangguan bipolar I lebih buruk

dibandingkan dengan pasien dengan gangguan depresif berat.(2,6)

14

Page 15: Gangguan Bipolar Tinpus

DAFTAR PUSTAKA

1. Goodwin, F. K., & Jamison, K. R. 2007. Manic-depressive illness: bipolar

disorders and recurrent depression. Oxford University Press.

2. Tim PDSKJI. Panduan Tatalaksana Gangguan Bipolar Pokja SPM & Seksi

Bipolar PDSKJI. Rapat Kerja Konsensus Nasional Terapi Gangguan bipolar.

Novotel Hotel Mangga Dua Square. Jakarta.

3. Andra. Memahami Kepribadian Dua Kutub. (cited 15 Mei 2016).

Available from : URL : http://www.majalah-farmacia.com

4. Maslim R. Gangguan afektif bipolar. Dalam : Buku Saku PPGDJ-III. Jakarta :

PT Nuh Jaya; 2001. hal.61-63

5. Kaplan HL, Sadock BJ, Grebb JA. Gangguan mood. Dalam : Sinopsis

Psikiatri. Tangerang : Binarupa Aksara Publisher; 2010. hal. 806-853

6. Edwards DR, MD. Bipolar Disorder. (cited 15 Mei 2016). Available from :

URL : http://www.medicinenet.com/bipolar_disorder/article.htm

15