Upload
praditya-briyandi
View
223
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
adsSDAS ADSASDAS ASDASDSA ADASDAD
Citation preview
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut PPDGJ III membagi gangguan bipolar dalam klasifikasi yang
berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita. Adapun jenis – jenis GB
sesuai dengan kriteria diagnostik yang tertera dalam Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders IV-Text Revision (DSM-IV TR). (2,4)
Kriteria untuk Episode manik :(2)
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood yang
elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala
berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu:
- grandiositas atau percaya diri berlebihan
- berkurangnya kebutuhan tidur (tidur hanya 3 jam)
- cepat dan banyaknya pembicaraan
- lompatan gagasan atau pikiran berlomba
- perhatian mudah teralih (stimuli eksternal yang tidak penting atau relevan)
- peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor
- meningkatnya aktivitas bertujuan (sosial, seksual, pekerjaan dan sekolah)
- tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang
matang).
Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengan penderitan, gambaran psikotik,
hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya gangguan
fungsi sosial dan pekerjaan.
Episode depresi mayor :(2)
Paling sedikit dua minggu pasien mengalami lebih dari empat simtom/tanda yaitu:
- mood depresif atau hilangnya minat atau rasa senang
1
- menurun atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan
- sulit atau banyak tidur
- agitasi atau retardasi psikomotor
- fatig atau berkurangnya tenaga
- menurunnya harga diri
- ide-ide tentang rasa bersalah, ragu-ragu dan menurunnya konsentrasi
- pesimis
- pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri (dengan atau tanpa renacana) atau
tindakan bunuh diri.
Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan atau mengganggu fungsi personal,
sosial, atau pekerjaan.
Episode Campuran :(2)
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang terjadi
secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood disforik), iritabel,
marah, serangan panik, pembicaraan cepat, agitasi, menangis, ide bunuh diri,
insomnia derajat berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-
kadang bingung. Kadang-kadang gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan
untuk melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai gambaran psikotik, dan
mengganggu fungsi personal, sosial, dan pekerjaan.
Episode Hipomanik :(2)
Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami peningkatan mood,
ekspansif atau iritabel yang ringan, paling sedikit tiga gejala (empat gejala bila mood
iritabel) yaitu:
- grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
- berkurangnya kebutuhan tidur
- meningkatnya pembicaraan lompat gagasan atau pikiran berlomba
- perhatian mudah teralih
- meningkatnya aktivitas atau agitasi psikomotor
- pikiran menjadi lebih tajam
2
- daya nilai berkurang
- Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham, atau perilaku atau pembicaran
aneh), tidak memerlukan hospitalisasi dan tidak mengganggu fungsi personal,
sosial, dan pekerjaan. Sering kali dilupakan oleh pasien tetapi dapat dikenali oleh
keluarga.
Siklus Cepat :(2)
Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode – depresi, hipomania atau
mania – dalam satu tahun. Seseorang dengan siklus cepat jarang mengalami bebas
gejala dan biasanya terdapat hendaya berat dalam hubungan interpersonal atau
pekerjaan.
Siklus Ultra Cepat :(2)
Mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat dalam
beberapa hari. Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan dengan siklotimia
dan sangat sulit diatasi
Simtom Psikotik :(2)
Pada kasus berat, pasien bisa mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang paling
sering yaitu:
- halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)
- waham
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan waham
nihilistik terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simtom psikotik tidak serasi
dengan mood. Pasien dengan GB sering didiagnosis sebagai skizofrenia.
Diagnosis
Ketrampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Informasi dari
keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria yang terdapat
dalam DSM-IV atau ICD-10. Salahs atu instrumen yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi simtom GB adalah The Structured Clinical Interview for DSM-IV
(SCID). The Present State Examination (PSE) dapat pula digunakan untuk
mengidentifikasi simtom sesuai dengan ICD-10.
3
Gangguan Mood Bipolar I
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Tunggal(2)
A. Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada riwayat episode
depresi mayor sebelumnya.
B. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif,
gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek
fungsi penting lainnya.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Saat Ini(2)
A. Saat ini dalam episode manik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik,
depresi, atau campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak
bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham,
atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi
penting lainnya.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Campuran Saat Ini(2)
A. Saat ini dalam episode campuran
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi, atau
campuran
4
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif
dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan
waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi
penting lainnya.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Hipomanik Saat Ini(2)
A. Saat ini dalam episode hipomanik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran
C. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.
D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Depresi Saat Ini(2)
A. Saat ini dalam episode depresi mayor
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu
episode manik atau campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
5
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi
penting lainnya.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Yang Tidak Dapat Diklasifikasikan Saat
Ini(2)
A. Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik,
campuran, atau episode depresi.
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan di tempat lain.
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi
penting lainnya.
Gangguan Mood Bipolar II(2)
Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit satu
episode
hipomanik
Gangguan Siklotimia(2)
A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala –
gejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang
tidak memenuhi kriteria untuk gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak
dan remaja durasinya paling sedikit satu tahun.
B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-
gejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama
dua tahun gangguan tersebut
6
Catatan: Setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan
manik atau episode campuran (diagnosis GB I dan gangguan siklotimia dapat
dibuat) atau episode depresi mayor (diagnosis GB II dan gangguan siklotimia
dapat ditegakkan)
D. Gejala-gejala pada kriteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih
dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan
psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek
fungsi penting lainnya.
Di bawah ini adalah obat-obat yang dapat digunakan pada GB
Stabilisator Mood(2)
Litium(2,5)
Pilihan pertama untuk pengobatan gangguan bipolar.
Farmakologi
Sejumlah kecil litium terikat dengan protein. Litium dieksresikan dalam bentuk utuh
hanya melalui ginjal.
Indikasi
Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat sebagai
terapi rumatan GB.
Dosis
Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan menitrasi
dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0-1,4 mEq/L.
Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari.
Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari. Sebaliknya, gejala toksisitas litium dapat terjadi bila
dosis ≥ 1,5 mEq/L.
7
Efek samping
Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen,
penambahan berat badan, dan penumpulan kognitif. Neurotoksisitas, delirium, dan
ensefalopati dapat pula terjadi akibat penggunaan litium. Neurotoksisitas bersifat
ireversibel. Akibat intoksikasi litium, defisit neurologi permanen dapat terjadi
misalnya, ataksia, defisist memori, dan gangguan pergerakan. Untuk mengatasi
intoksikasi litium, hemodialisis harus segera dilakukan.
Litium dapat merusak tubulus ginjal. Faktor risiko kerusakan ginjal adalah
intoksikasi litium, polifarmasi dan adanya penyakit fisik lainnya. Pasien yang
mengonsumsi litium dapat mengalami poliuri. Oleh karena itu, pasien dianjurkan
untuk banyak meminum air.
Pemeriksaan Laboratorium
Sebelum memberikan litium, fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) dan fungsi
tiroid, harus diperiksa terlebih dahulu. Untuk pasien yang berumur di atas 40 tahun,
pemeriksaan EKG harus dilakukan. Fungsi ginjal harus diperiksa setiap 2-3 bulan dan
fungsi tiroid dalam enam bulan pertama. Setelah enam bulan, fungsi ginjal dan tiroid
diperiksa sekali dalam 6-12 bulan atau bila ada indikasi.
Valproat (2)
Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai antimania.
Valproat tersedia dalam bentuk:
1. Preparat oral;
a. Sodium divalproat, tablet salut, proporsi antara asam valproat dan sodium
valproat adalah sama (1:1)
b. Asam valproat
c. Sodium valproat
d. Sodium divalproat, kapsul yang mengandung partikel-partikel salut yang
dapat dimakan secara utuh atau dibuka dan ditaburkan ke dalam makanan.
e. Divalproat dalam bentuk lepas lambat, dosis sekali sehari.
8
2. Preparat intravena
3. Preparat supositoria
Farmakologi
Terikat dengan protein. Diserap dengan cepat setelah pemberian oral.
Konsentrasipuncak plasma valproat sodium dan asam valproat dicapai dalam dua jam
sedangkan sodium divalproat dalam 3-8 jam. Awitan absorbsi divalproat lepas lambat
lebih cepat bila dibandingkan dengan tablet biasa. Absorbsi menjadi lambat bila obat
diminum bersamaan dengan makanan. Ikatan valproat dengan protein meningkat bila
diet mengandung rendah lemak dan menurun bila diet mengandung tinggi lemak.
Dosis
Dosis awal untuk mania dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau 250 – 500
mg/hari dan dinaikkan setiap 3 hari hingga mencapai konsentrasi serum 45- 125
μg/mL. Efek samping sedasi, peningkatan nafsu makan, dan penurunan leukosit serta
trombosit dapat terjadi bila konsentrasi serum > 100 μg/mL.
Indikasi
Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut, terapi
rumatan GB, mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan litium, siklus cepat,
GB pada anak dan remaja, serta GB pada lanjut usia.
Efek Samping
Valproat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat terjadi, misalnya
anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan) enzim
transaminase, sedasi, dan tremor. Efek samping ini sering terjadi pada awal
pengobatan dan bekurang dengan penurunan dosis atau dengan berjalannya waktu.
Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada penggunaan asam valproat dan
valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet salut sodium divalproat.
Lamotrigin(2)
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia menghambat
kanal Na+. Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat.
9
Farmakokinetik
Lamotrigin oral diabsorbsi dengan cepat. Ia dengan cepat melewati sawar otak
dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2-3 jam. Sebanyak 10% lamotrigin
dieksresikan dalam bentuk utuh.
Indikasi
Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut maupun
rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.
Dosis
Berkisar antara 50-200 mg/hari.
Efek Samping
Sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan berbagai bentuk
kemerahan di kulit.
Antipsikotika Atipik
Antipsikotika atipik, baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif sebagai
terapi lini pertama untuk GB. Beberapa antipsikotika atipik tersebut adalah olanzapin,
risperidon, quetiapin, dan aripiprazol.
Risperidon(2)
Risperidon adalah derivat benzisoksazol. Ia merupakan antipsikotika atipik
pertama yang mendapat persetujuan FDA setelah klozapin.
Absorbsi
Risperidon diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Ia dimetabolisme
oleh enzim hepar yaitu CYP 2D6.
Dosis
Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan
hingga mencapai dosis 4 mg/hari. Sebagian besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hari.
Indikasi
Risperidon bermanfaat pada mania akut.
Efek Samping
10
Sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat badan, berkurangnya
gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada risperidon bila dibandingkan
dengan pada plasebo. Meskipun risperidon tidak terikat secara bermakna dengan
reseptor kolinergik muskarinik, mulut kering, mata kabur, dan retensi urin, dapat
terlihat pada beberapa pasien dan sifatnya hanya sementara. Peningkatan berat badan
dan prolaktin dapat pula terjadi pada pemberian risperidon.
Olanzapin(2)
Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas
terhadap dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2); muskarinik,
histamin 1(H1), dan α1- adrenergik.
Indikasi
Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut mania dan
campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi rumatan GB.
Dosis
Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.
Efek Samping
Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah beberapa
lama. Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat rendah dan
tidak menyebabkan penghentian pengobatan. Risiko terjadinya diabetes tipe-2 relatif
tinggi bila dibandingkan dengan antipsikotika atipik lainnya. Keadaan ini dapat
diatasi dengan melakukan psikoedukasi, misalnya merubah gaya hidup, diet dan
latihan fisik.
Quetiapin(2)
Quetiapin merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja sebagai
antagonis 5- HT1A dan 5-HT 2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta reseptor
adrenergik α1 dan α2. Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih tinggi
terhadap serotonin 5-HT 2A.
11
Dosis
Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari. Tersedia
dalam bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg,
dan 300 mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia quetiapin-
XR dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.
Indikasi
Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran, siklus
cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.
Efek Samping
Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi merupakan efek samping
yang sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang dengan berjalannya waktu.
Perubahan dalam berat badan dengan quetiapin adalah sedang dan tidak
menyebabkan penghentian pengobatan. Peningkatan berat badan lebih kecil bila
dibandingkan dengan antipsikotika tipik.
Aripiprazol(2)
Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin.
Farmakologi
Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-HT1A serta
antagonis 5- HT2A. Ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D3, afinitas
sedang pada D4, 5-HT2c, 5-HT7, α1- adrenergik, histaminergik (H1), dan serotonin
reuptake site (SERT), dan tidak terikat dengan reseptor muskarinik kolinergik.
Dosis
Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. Kisaran dosis
efektifnya per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis awal yang direkomendasikan yaitu
antara 10 - 15 mg dan diberikan sekali sehari. Apabila ada rasa mual, insomnia, dan
akatisia, dianjurkan untuk menurunkan dosis.
Indikasi
12
Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut. Ia
juga efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi
tambahan pada GB I, episode depresi.
Efek Samping
Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anksietas, dan mual merupakan
kejadian yang tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh kelompok yang
mendapat aripiprazol. Efek samping ekstrapiramidalnya tidak berbeda secara
bermakna dengan plasebo. Akatisia dapat terjadi dan kadang-kadang dapat sangat
mengganggu pasien sehingga sering mengakibatkan penghentian pengobatan.
Insomnia dapat pula ditemui. Tidak ada peningkatan berat badan dan diabetes melitus
pada penggunaan aripiprazol. Selain itu, peningkatan kadar prolaktin juga tidak
dijumpai. Aripiprazol tidak menyebabkan perubahan interval Qtc.
Antidepresan(2)
Antidepresan efektif untuk mengobati GB, episode depresi. Penggunaannya
harus dalam jangka pendek. Penggunaan jangka panjang berpotensi meginduksi
hipomania atau mania.
Untuk menghindari terjadinya hipomania dan mania, antidepresan hendaklah
dikombinasi dengan stabilisator mood atau dengan antipsikotika atipik.
13
BAB IV
KESIMPULAN
Gangguan bipolar atau gangguan manik-depresi, juga disebut sebagai
gangguan afektif bipolar atau manik depresi, adalah diagnosis psikiatri yang
menggambarkan kategori gangguan mood ditentukan oleh adanya satu atau lebih
episode.(1)
Adapun pengobatan psikofarmaka, Lithium menjadi pilihan pertama untuk
pengobatan gangguan bipolar. Pengobatan ini sudah sekitar 50 tahun dipergunakan.
Litium dieksresikan dalam bentuk utuh hanya melalui ginjal. Lithium diindikasikan
untuk episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat sebagai
terapi rumatan GB. (2,5)
Namun penggunaan lithium harus sangat berhati hati karena efek samping
yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen, penambahan berat badan,
dan penumpulan kognitif. Neurotoksisitas, delirium, dan ensefalopati dapat pula
terjadi akibat penggunaan litium. Neurotoksisitas bersifat ireversibel. Akibat
intoksikasi litium, defisit neurologi permanen dapat terjadi misalnya, ataksia, defisist
memori, dan gangguan pergerakan. Untuk mengatasi intoksikasi litium, hemodialisis
harus segera dilakukan.(2)
Adapun obat lain yang biasa digunakan yaitu valproat, antipsikotika atipik
serta diberikan anti depresan. Dapat pula diberikan Intervensi psikososial meliputi
berbagai pendekatan misalnya, cognitive behavior therapy (CBT), terapi
keluarga,terapi interpersonal, terapi kelompok, psikoedukasi, dan berbagai bentuk
terapi psikologi atau psikososial lainnya. Intervensi psikososial sangat perlu untuk
mempertahankan keadaan remisi. Prognosis pasien gangguan bipolar I lebih buruk
dibandingkan dengan pasien dengan gangguan depresif berat.(2,6)
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Goodwin, F. K., & Jamison, K. R. 2007. Manic-depressive illness: bipolar
disorders and recurrent depression. Oxford University Press.
2. Tim PDSKJI. Panduan Tatalaksana Gangguan Bipolar Pokja SPM & Seksi
Bipolar PDSKJI. Rapat Kerja Konsensus Nasional Terapi Gangguan bipolar.
Novotel Hotel Mangga Dua Square. Jakarta.
3. Andra. Memahami Kepribadian Dua Kutub. (cited 15 Mei 2016).
Available from : URL : http://www.majalah-farmacia.com
4. Maslim R. Gangguan afektif bipolar. Dalam : Buku Saku PPGDJ-III. Jakarta :
PT Nuh Jaya; 2001. hal.61-63
5. Kaplan HL, Sadock BJ, Grebb JA. Gangguan mood. Dalam : Sinopsis
Psikiatri. Tangerang : Binarupa Aksara Publisher; 2010. hal. 806-853
6. Edwards DR, MD. Bipolar Disorder. (cited 15 Mei 2016). Available from :
URL : http://www.medicinenet.com/bipolar_disorder/article.htm
15