23
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP) BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21 361 MENDIDIK GENERASI Z: MODEL PENGASUHAN POSITIF MELALUI KELAS ONLINE Yuli Kurniawati Sugiyo Pranoto 1 , Khamidun 2 , Rosaria 3 Jurusan PGPAUD, Universitas Negeri Semarang [email protected] Abstrak Teknologi ibarat pisau bermata dua, di sisi lain memiliki dampak positif namun di sisi lain berdampak negatif jika pemanfaatannya tidak sesuai kadarnya. Saat ini kasus yang mencuat di kalangan orangtua dan menjadi problem serius dalam rumah adalah tingginya penggunaan gadget oleh anak secara masif. Orangtua seperti kehilangan perannya karena tergantikan oleh gadget, dimana anak cenderung memilih menyendiri dan asyik dengan gadget nya dibandingkan bersama dengan orangtuanya. Mengingat permasalahan yang cukup serius ini, maka diperlukan adanya program pengasuhan positif sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman peranan ibu sebagai istri dan ibu dalam mengasuh dan mendidik anak. Pada umumnya lembaga-lembaga PAUD sudah mulai mengembangkan program pendidikan bagi orangtua (ibu) sinergi dan kolaborasi antara lembaga pendidikan PAUD baik TK, KB, dan TPA namun pelaksanaannya masih belum optimal dan belum menjadi rutinitas yang berkelanjutan dikarenakan ketidakhadiran ibu. Kendala kesibukan ibu dapat diatasi dengan program kelas online yang diikuti oleh para ibu (wali murid) dari anak-anak yang menempuh pendidikan di lembaga PAUD di kota Semarang dengan memanfaatkan aplikasi whatsapp pada smartphone. Untuk menjaring tema yang dibahas dalam kelas online dilakukan survey online dengan menggunakan layanan google form pada orangtua/wali murid di lembaga PAUD Kota Semarang. Dalam form tersebut juga disertai pernyataan kesediaan untuk bergabung dalam kelas online ibu professional. Secara singkat, kegiatan positive parenting education melalui kelas online belum dapat dikatakan maksimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah latar belakang pendidikan orangtua dapat mempengaruhi kesadaran orangtua untuk aktif mencari pengetahuan dan meningkatkan pemahaman diri dalam menjalan peran sebagai orangtua. Selain itu masih kurangnya peran sekolah dalam kegiatan parenting education ini pun berpengaruh dalam efektivitas kegiatan ini. Akibatnya pola pengasuhan anak yang dilakukan oleh orang tua di rumah karena masih ditemukan adanya perilaku orang tua. masih yang beragam, ada perilaku yang sering dilakukan, kadang-kadang dilakukan, dan juga ada yang sama sekali tidak dilakukan. Berdasarkan hasil temuan sementara di atas, dilakukan uji coba luas dengan melibatkan subjek atau responden yang lebih beragam, narasumber yang terpilih, dan dengan aktif melibatkan pihak sekolah melalui kepala sekolah dan guru. Hasil menunjukkan bahwa Model “Kelas online-Ibu Profesional” efektif dan diharapkan ke depan menjadi perluasan pengembangan program yang sifatnya tentative dari Lembaga sekolah Kata kunci: pengasuhan positif, kelas online, model pengasuhan positif

Yuli Kurniawati Sugiyo Pranoto1, Khamidun2, Rosaria3 Abstrak

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

361

MENDIDIK GENERASI Z: MODEL PENGASUHAN POSITIF MELALUI KELAS

ONLINE

Yuli Kurniawati Sugiyo Pranoto1, Khamidun

2, Rosaria

3

Jurusan PGPAUD, Universitas Negeri Semarang

[email protected]

Abstrak

Teknologi ibarat pisau bermata dua, di sisi lain memiliki dampak positif namun di sisi lain

berdampak negatif jika pemanfaatannya tidak sesuai kadarnya. Saat ini kasus yang mencuat di

kalangan orangtua dan menjadi problem serius dalam rumah adalah tingginya penggunaan

gadget oleh anak secara masif. Orangtua seperti kehilangan perannya karena tergantikan oleh

gadget, dimana anak cenderung memilih menyendiri dan asyik dengan gadget nya

dibandingkan bersama dengan orangtuanya. Mengingat permasalahan yang cukup serius ini,

maka diperlukan adanya program pengasuhan positif sebagai upaya untuk meningkatkan

pemahaman peranan ibu sebagai istri dan ibu dalam mengasuh dan mendidik anak. Pada

umumnya lembaga-lembaga PAUD sudah mulai mengembangkan program pendidikan bagi

orangtua (ibu) sinergi dan kolaborasi antara lembaga pendidikan PAUD baik TK, KB, dan

TPA namun pelaksanaannya masih belum optimal dan belum menjadi rutinitas yang

berkelanjutan dikarenakan ketidakhadiran ibu. Kendala kesibukan ibu dapat diatasi dengan

program kelas online yang diikuti oleh para ibu (wali murid) dari anak-anak yang

menempuh pendidikan di lembaga PAUD di kota Semarang dengan memanfaatkan aplikasi

whatsapp pada smartphone.

Untuk menjaring tema yang dibahas dalam kelas online dilakukan survey online dengan

menggunakan layanan google form pada orangtua/wali murid di lembaga PAUD Kota

Semarang. Dalam form tersebut juga disertai pernyataan kesediaan untuk bergabung dalam

kelas online ibu professional.

Secara singkat, kegiatan positive parenting education melalui kelas online belum dapat

dikatakan maksimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah latar belakang pendidikan

orangtua dapat mempengaruhi kesadaran orangtua untuk aktif mencari pengetahuan dan

meningkatkan pemahaman diri dalam menjalan peran sebagai orangtua. Selain itu masih

kurangnya peran sekolah dalam kegiatan parenting education ini pun berpengaruh dalam

efektivitas kegiatan ini. Akibatnya pola pengasuhan anak yang dilakukan oleh orang tua di

rumah karena masih ditemukan adanya perilaku orang tua. masih yang beragam, ada perilaku

yang sering dilakukan, kadang-kadang dilakukan, dan juga ada yang sama sekali tidak

dilakukan.

Berdasarkan hasil temuan sementara di atas, dilakukan uji coba luas dengan melibatkan

subjek atau responden yang lebih beragam, narasumber yang terpilih, dan dengan aktif

melibatkan pihak sekolah melalui kepala sekolah dan guru. Hasil menunjukkan bahwa Model

“Kelas online-Ibu Profesional” efektif dan diharapkan ke depan menjadi perluasan

pengembangan program yang sifatnya tentative dari Lembaga sekolah

Kata kunci: pengasuhan positif, kelas online, model pengasuhan positif

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

362

PENDAHULUAN

Periode awal masa kanak-kanak berlangsung dari usia 2-6 tahun. Masa ini biasa

dianggap sebagai usia yang mengundang masalah atau usia sulit karena anak tampak penuh

rasa ingin tahu, bereksplorasi, menjelajah, mencoba dan berpetualang dengan penuh

keasyikan. Ada banyak hal yang menarik perhatian anak sehingga seringkali orangtua merasa

kesulitan menghadapi pertanyaan dan perilaku anak. Orangtua terkadang menganggap anak

sulit diatur, nakal, membangkang, tidak mau diam, terus bertanya dan keras kepala. Hal ini

dapat terjadi karena tidak semua orangtua memahami bahwa sesungguhnya pada masa ini

anak sedang berkembang pesat dan mulai memaksimalkan seluruh fungsi otak dan panca

inderanya, serta anak juga masihberada pada tahap perkembangan kognitif pra operasional,

yang bersifat egosentrik dan belum mampu menerima dan memahami pendapat orang lain

(Hurlock, 1990). Akan tetapi, keaktifan anak usia prasekolah dapat mempengaruhi stabilitas

emosi orangtua, sehingga yang terjadi anak terlalu diberikan apa yang diminta, atau

sebaliknya diperlakukan dengan kekerasan seperti dipukul, dicubit, dibentak, dan ancaman-

ancaman lain yang membuat anak takut secara terus menerus (Pius, 2007)

Berdasarkan uraian di atas, nampaknya orangtua seperti kewalahan menghadapi polah

anak sehingga terkadang orangtua mengambil pendekatan penananganan yang keliru. Pada

sebagian orangtua yang menyadari dampak buruk kekerasan akan mengalihkan perilaku tidak

sesuai anak dengan pemberian fasilitas gadget. Diperkuat data hasil observasi menunjukkan

bahwa sebagian orangtua sengaja memberi fasilitas gadget (handphone) agar anak mau duduk

tenang dan membuat kegaduhan di rumah.

Teknologi ibarat pisau bermata dua, di sisi lain memiliki dampak positif namun di sisi

lain berdampak negatif jika pemanfaatannya tidak sesuai kadarnya. Saat ini kasus yang

mencuat di kalangan orangtua dan menjadi problem serius dalam rumah adalah tingginya

penggunaan gadget oleh anak secara masif. Orangtua seperti kehilangan perannya karena

tergantikan oleh gadget, dimana anak cenderung memilih menyendiri dan asyik dengan

gadget nya dibandingkan bersama dengan orangtuanya. Oleh karena itu dibutuhkan perubahan

pemahaman, orangtua perlu memahami peranan mereka khususnya para ibu dalam mencegah

penyalahgunaan gadget. Secara khusus disni diperlukan peran perempuan sebagai istri dan

ibu, yang memiliki amanah spesifik sesuai potensi intrinsiknya ialah mengandung; melahirkan

dan menyusui, serta tanggung jawab bersama suami dalam mengasuh dan mendidik anak.

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

363

Dari paradigma tentang peran perempuan tersebut, maka perempuan merupakan

pelopor peradaban dalam mendidik dan mewujudkan keluarga berkualitas. Selama ini, para

orangtua dan ibu “agak” mengabaikan perannya sendiri dalam medidik anak-anaknya. Para

ibu “cenderung” menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya pada lembaga sekolah. Sebagai

ilustrasi, anak-anak usia dini menghabiskan waktu di sekolah hanya sekitar 2-6 jam (30%) di

layanan PAUD dan sisanya 18 jam (70%) anak-anak menghabiskan waktunya di masyakarat

dan keluarga, sehingga pendidikan dalam keluarga menjadi sesuatu yang memiliki dampak

besar dalam kehidupan anak.

Orang tua khususnya ibu dalam hal ini sebagai pendidik utama dan pertama menjadi sangat

penting dalam praktik pengasuhan anak. ibu perlu banyak belajar bagaimana praktik

pengasuhan anak yang positif.

Kondisi nyata di masyarakat, Ibu selama ini hanya mengandalkan pengalaman masa

lalu untuk mengasuh anak nya di jaman sekarang. Bahkan bagi sebagian ibu mewarisi nilai

budaya pola mendidik dengan kekerasan secara turun menurun, yang sulit untuk diubah. Para

ibu banyak yang tidak mengetahui dan menyadari bahwa bentakan, cemoohan, makian

merupakan bentuk kekerasan psikologis pada anak, selanjutnya anak belajar dengan cara

meniru orangtua yang menggunakan kekerasan terhadapnya, sehingga anak menjadi lebih

agresif (Del Vecchio & O’Leary, 2006). Demikian pula yang disampaikan oleh Smetana

(1999), sebagian besar dari apa yang dipelajari oleh anak adalah melalui proses peniruan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, pengasuhan yang tidak tepat yaitu akan

meningkatkan resiko permasalahan perilaku dan emosional pada anak (Pachter, Auinger,

Palmer & Weitzman, 2006), anak akan menarik diri, rentan menjadi korban kekerasan seksual

(Papalia, Olds & Feldman, 2002), melakukan bentuk kenakalan remaja (Dannerbeck, 2005),

memiliki kompetensi sosial dan harga diri yang rendah, mengalami kesulitan untuk mengelola

emosi, mengalami hambatan belajar atau tinggal kelas, dan berisiko mengalami gangguan

psikologis ketika dewasa (Steinberg, 2000). Bahkan menurut Grossman dan Rowat (dalam

Suldo dan Huebner, 2004), orangtua yang tidak menyayangi anaknya lebih berdampak negatif

dibandingkan orangtua bercerai.

Berdasarkan temuan penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa kualitas

pengasuhan yang negative berdampak buruk bagi anak. Oleh karena itu, perlu adanya

program peningkatan kualitas pengasuhan ibu. Berdasarkan hasil beberapa penelitian, salah

satu bentuk pengasuhan yang tepat diterapkan adalah pengasuhan positif. Sebuah studi yang

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

364

dilakukan oleh Morawska, et al (2011) menunjukkan bahwa program pengasuhan positif

(triple P) efektif, sangat bermanfaat, dan dapat diterima oleh para orangtua. Bahkan program

tersebut dapat diterapkan lintas cultural. Dilaporkan juga bahwa program ini efektif

diterapkan secara individu, berkelompok (grup), seminar, dan siaran televisi.

Lebih lanjut, program pengasuhan positif ini bermanfaat untuk mencegah dan

menekan terjadinya child abuse. Seperti peneilitian yang dilakukan oleh Sanders, M.R., Cann,

W., and Markie-Dadds, C, (2003) menunjukkan program pengasuhan positif (Triple-P) yang

disosialisasikan melalui media dan pesan dapat mencegah terjadinya child abuse. Sanders,

M.R, Markie-Dadds, C., and Lucy A. Tully, L.A., Bor, W. (2000) dalam penelitiannya

intervensi keluarga dengan triple P efektif untuk meningkatkam perubahan perilaku anak

prasekolah yang bermasalah. Diperkuat juga dengan penelitian oleh Bodenmann, G., Cina, A.,

Ledermann, T., Sanders M.R. (2008) menunjukkan bahwa triple P mampu menurunkan

perilaku bermasalah pada anak disbanding dua program lainnya.

Maka, akan lebih optimal ketika ada sinergi dan kolaborasi antara lembaga pendidikan

PAUD baik TK, KB, dan TPA yang memunculkan program pendidikan bagi para orang tua

untuk menjadi program unggulan yang menjadi jembatan penghubung yang sinergis antara

orang tua dan sekolah yang dilakukan secara intensif, terpadu dan berkelanjutan.

Pada umumnya lembaga-lembaga PAUD sudah mulai mengembangkan program

pendidikan bagi orangtua (ibu). Namun pelaksanaannya masih belum optimal dan belum

menjadi rutinitas yang berkelanjutan. Kendalanya adalah ketidakhadiran orangtua

dikarenakan kesibukan orangtua (ibu). Kendala kesibukan ibu dapat diatasi dengan program

kelas online yang diikuti oleh para ibu (wali murid) dari anak-anak yang menempuh

pendidikan di lembaga PAUD di kota Semarang. Kelas online ibu profesional dapat

memanfaatkan aplikasi whatsapp dan facebook pada smart mobile phone.

Untuk menjaring tema yang akan dibahas dalam kelas online dan bagaimana sistem

assessment nya nanti akan dilakukan survey dengan menggunakan layanan google form.

Untuk selanjutnya bagi para ibu yang berminat mengikuti kelas online akan menjadi member

dalam group kelas online ibu professional.

Melalui penelitian ini, diharapkan ada sebuah program pendidikan ibu berupa kelas online ibu

profesional yang berkesinambungan yang mengajarkan dan melatih ibu agar memahami

perannya dan terampil dalam menerapkan pengasuhan positif. Tujuan jangka pendek adanya

program kelas online ibu professional tentang pengasuhan positif yaitu menekan kasus

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

365

kekerasan pada anak, sedangkan tujuan jangka panjang adalah dapat mencetak generasi

cerdas dan berkarakter. Hal tersebut sesuai dengan latar belakang penelitian Unggulan

Universitas Negeri Semarang dalam bidang sosial, seni, dan budaya, bahwasanya

diperlukan adanya penelitian yang mengacu pada peningkatan pembangunan karakter

bangsa, secara khusus sesuai dengan rencana induk penelitian Universitas Negeri Semarang

yaitu: 1) Inovasi Untuk Pendidikan Berkualitas, 2) Sains dan Teknologi, 3) Peningkatan

Kualitas Hidup, dan 4) Seni Budaya Lokal.

Mengacu latar belakang masalah, terdapat sejumlah permasalahan pokok tentang

pelaksanaan pendidikan dan pengasuhan anak dalam keluarga yaitu:

1. Tingginya tingkat kekerasan pada anak di kota Semarang. Data menyebutkan bahwa

kota Semarang memiliki tingkat kekerasan pada anak tertinggi sepanjang tahun 2016.

2. Program PAUD di kota Semarang sudah mulai mengintegrasikan kegiatan parenting

namun masih banyak juga yang melaporkan bahwa kegiatan parenting tersebut tidak

dilakukan sebagai agenda rutin, hanya pada moment tertentu saja.

3. Harapan dan keinginan orangtua cukup tinggi untuk mengikuti seminar tentang

pengasuhan yang diselenggarakan di kota Semarang agar mampu mendidik dan

mengasuh anak dengan benar namun tidak diiringi dengan contoh praktis dan tindak

lanjut (pendampingan) kegiatan seminar sehingga terkesan ilmu para orangtua ini

yang diterima meluap begitu saja.

4. Model pendidikan terpadu yang difasilitasi sekolah bagi orang tua selama ini masih

kurang, tidak berkelanjutan dan tidak sistematis.

Mengacu pada pembatasan masalah di atas, permasalahan penelitian ini adalah

bagaimana melaksanakan pengembangan model pengasuhan positif melalui kelas online ibu

professional di Kota Semarang.

Permasalahan umum penelitian ini seperti dikemukakan di atas dapat dirumuskan secara

rinci sebagai berikut:

1. Bagaimanakah praktik pengasuhan anak dan kendala yang dihadapi ibu dalam keluarga di

rumah dilihat dari standar pengasuhan positif pada anak?

2. Bagaimanakah pengembangan model pengasuhan positif melalui kelas online ibu

professional di Kota Semarang?. Model ini dikembangkan melalui tahapan:

a. mengenali kendala pengasuhan yang dihadapi para ibu secara konkret di rumah,

b. mengembangkan model konseptualteoritik,

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

366

c. melaksanakan validasi model oleh para ahli,

d. melaksanakan uji coba skala terbatas,

e. melaksanakan uji coba skala luas, dan

f. melaksanakan desiminasi.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Roadmap Penelitian

B. Peta JalanPenelitian/Pengembangan

Pengasuhan Anak dalam Keluarga (PADK) merupakan salah satu bidang kajian di

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang tengah menjadi trend terkini bagi

lembaga penyelenggara seminar-seminar.

Perencanaan dan pengembangan model pengasuhan positif melalui “kelas online ibu

professional” yang didasari pertimbangan hasil penelitian terdahulu diantaranya sebuah studi

yang dilakukan oleh Morawska, et al (2011) menunjukkan bahwa program pengasuhan positif

(triple P) efektif, sangat bermanfaat, dan dapat diterima oleh para orangtua. Bahkan program

tersebut dapat diterapkan lintas cultural. Dilaporkan juga bahwa program ini efektif

diterapkan secara individu, berkelompok (grup), seminar, dan siaran televisi.

Adapun penelitian pendukung lainnya sebagai berikut:

b. Sanders, M.R, Markie-Dadds, C., and Lucy A. Tully, L.A., Bor, W. (2000). The Triple

P-Positive Parenting Program: A Comparison of Enhanced, Standard, and Self-

Directed Behavioral Family Intervention for Parents of Children With Early Onset

Conduct Problems. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 68, 4, 624-640.

Dalam penelitiannya intervensi keluarga dengan triple P efektif untuk meningkatkam

perubahan perilaku anak prasekolah yang bermasalah.

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

367

c. Sanders, M.R., Cann, W., & Markie-Dadds, C. (2003). The Triple P-Positive

Parenting Programme: A Universal Population-Level Approach to the Prevention of

Child Abuse. Child Abuse Review, 2 (3): 155–171. Hasil penelitian menunjukkan

program pengasuhan positif (Triple-P) yang disosialisasikan melalui media dan pesan

dapat mencegah terjadinya child abuse.

d. Bodenmann, G., Cina, A., Ledermann, T., & Sanders, M.R. (2008). The efficacy of

the triple p-positive parenting program in improving parenting and child behavior : a

comparison with two other treatment conditions. Behaviour Research and Therapy 46,

411–427. Hasil penelitian menunjukkan bahwa triple P mampu menurunkan perilaku

bermasalah pada anak disbanding dua program lainnya.

e. Model Pendidikan Karakter bagi Anak melalui “Sekolah Ibu” Non Formal di

Pedesaan. Yoyon Suryono, Puji Yanti Fauziah Universitas Negeri Yogyakarta,

Universitas Negeri Yogyakarta, 2015. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan

model pendidikan karakter bagi anak sejak dini melalui program terpadu “Sekolah

Ibu” PAUD nonformal di pedesaan. Metode penelitian menggunakan penelitian dan

pengembangan dilaksanakan di Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul terhadap 11

KB dan 11 SPS dengan responden orang tua sebanyak 60 orang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa KB dan SPS yang diteliti dapat dikembangkan menjadi “Sekolah

Ibu” dengan sasaran para orang tua yang putra-putrinya sedang mengikuti kegiatan

pembelajaran. Materi pokok yang diberikan mencakup pendidikan karakter bagi anak,

pola pengasuhan anak di rumah, dan model pembelajaran bagi anak usia dini. Hasil

penelitian tersebut kemudian dikembangkan dalam satu model konseptual-teoritik

pendidikan karakter bagi anak sejak dini melalui “Sekolah Ibu” PAUD nonformal di

pedesaan dengan dilengkapi materi modul pembelajaran pendidikan karakter bagi

anak sejak dini. Kata kunci: pendidikan karakter, pendidikan anak usia dini,

pendidikan nonformal, “Sekolah Ibu”

f. Pengembangan Modul Orang Tua Pada Content Management System (CMS) Taman

Penitipan Anak dan Pendidikan Anak Usia Dini. Yogi Prayoga, Suryatiningsih2,

Robbi Hendriyanto, (2016). Aplikasi pengembangan modul orang tua content

management system (CMS) Taman penitipan anak dan pendidikan usia dini adalah

sebuah aplikasi untuk membantu orang tua berinteraksi dan melihat perkembangan

anak ketika di taman pendidikan anak dan pendidikan anak usia dini. Aplikasi ini

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

368

dibuat dengan menggunakan metode pengerjaan prototype yang terdiri dari dua

aplikasi website dan mobile application (Android). Aplikasi pada website dibangun

menggunakan konsep Content Management System (CMS), MySQL sebagai database

dan Framework Yii. Fungsionalitas yang terdapat dalam aplikasi website dan mobile

application diantaranya melakukan proses pendaftaran secara online, melihat

perkembangan anak setiap harinya di daily report, melihat hasil perkembangan anak

selama satu semester di portofolio, melihat kegiatan di luar jam belajar dan melihat

status keuangan anak. Kata Kunci : website, mobile application, Yii, MySQL.

g. Program Pengasuhan Positif untuk Meningkatkan Keterampilan Mindful Parenting

Orangtua Remaja. Studi Kuasi Eksperimen terhadap Orangtua Siswa Kelas VII SMPN

15 Bandung Tahun Pelajaran 2015/2016. TESIS. Pathah Pajar Mubarok. Hasil

menunjukkan bahwa program pengasuhan positif efektif meningkatkan keterampilan

mindful parenting orangtua remaja di Bandung.

A. Pengasuhan Positif

Pengasuhan adalah sikap dan perilaku orang tua dalam mendidik, melindungi,

memelihara dan mensosialisasikan nilai-nilai dan pengetahuan kepada anak-anaknya. Salah

satu teori tentang pola asuh yang banyak dikenal adalah teori pola asuh Diana Baumrind

seorang psikolog. Baumrind (Herien: 2011) menjelaskan ada empat gaya pengasuhan, yaitu:

1. Pengasuhan authoritative yaitu model pengasuhan dengan kehangatan, harapan realistis

dan memotivasi berpikir mandiri (pengasuhan dengan tingkat responsiveness dan

demandingness tinggi) sehingga menghasilkan anak yang positif.

2. Pengasuhan neglectful (tidak mempedulikan, mengabaikan), yaitu pengasuhan dengan

tingkat responsiveness dan demandingness yang rendah, menimbulkan perilaku

bermasalah pada anak dan berkurangnya perhatian di sekolah.

3. Pengasuhan authoritarian yaitu pengasuhan yang terlalu banyak menuntut anak, tidak

ada penghargaan dan kehangatan terhadap anak serta kedisiplinan yang keras (memiliki

demandingness tinggi namun responsiveness yang rendah).

4. Pengasuhan indulgent, memiliki responsiveness tinggi namun demandingness rendah.

Hal ini menyebabkan anak tidak mengetahui dan mentaati norma sosial yang ada.

Perilakunya semaunya sendiri, kurang diterima oleh teman sebaya dan kurang tertarik

dengan kegiatan sekolah.

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

369

Berdasarkan empat gaya pengasuhan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

dalam praktik pengasuhan diperlukan adanya kualitas afeksi positif antara orangtua dan anak,

serta adanya ketegasan dalam penerapan aturan.

Salah satu penyebab orangtua (ibu) menerapkan pengasuhan negatif yaitu kurangnya

pengetahuan, kompetensi, dan pemahaman dalam pengasuhan. Oleh karena itu, peneliti

merasa perlu untuk mengupayakan adanya peningkatan kualitas pengasuhan orangtua dengan

cara memberi pengetahuan, pemahaman serta keterampilan dalam mengasuh anak.

Berdasarkan hasil literature penelitian sebelumnya, salah satu program yang terbukti

efektif untuk meningkatkan keterampilan orangtua dalam pengasuhan anak adalah program

pengasuhan positif atau dikenal dengan istilah positive parenting program (triple P). Adapun

manfaat program pengasuhan positif ini yaitu mampu mencegah terjadinya masalah

perkembangan, emosional, dan perilaku pada anak, dengan cara meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan kepercayaan diri orangtua (Sanders, 2008).

Pengasuhan positif ini didasarkan pada pendekatan belajar sosial, yang memiliki teknik-

teknik untuk mendisiplinkan dan mengelola perilaku anak yang salah, seperti menetapkan

aturan yang jelas, bimbingan terarah, memberikan instruksi dengan jelas dan tenang,

pengabaian terencana, dan konsekuensi logis (Sanders, 2008).

Pengasuhan positif memiliki lima prinsip untuk menghasilkan anak yang berkembang

secara positif dan memiliki mental yang sehat (Sanders, 2008). Adapun kelima prinsip

tersebut yaitu:

1. Ensuring a safe and engaging environment

Prinsip pengasuhan yang menyediakan lingkungan yang aman bagi anak untuk

memberinya kesempatan bereksplorasi, bereksperimen dan bermain. Prinsip ini diterapkan

untuk menuju perkembangan anak yang sehat dan mencegah terjadinya luka dan kecelakaan.

2. Creating a positive learning environment,

Disini orangtua menjalankan peran sebagai guru pertama bagi anak yang harus

merespon secara positif dan konstruktif ketika berinteraksi dengan anak (seperti meminta

tolong, memberikan informasi, memberi nasehat dan memberi perhatian), mendorong anak

belajar menyelesaikan masalah mereka sendiri, belajar keterampilan sosial dan komunikasi

dengan bahasa yang baik.

3. Using assertive discipline,

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

370

Prinsip ini mengarah pada penerapan disiplin tanpa paksaan, teriakan, ancaman, atau

menggunakan hukuman secara fisik. Strategi yang digunakan untuk mengubah perilaku dalam

disiplin asertif ini meliputi pemilihan aturan dasar untuk situasi tertentu; mendiskusikan

aturan dengan anak; memberikan instruksi dan permintaan yang jelas dan tenang sesuai

dengan usia anak; mengenalkan konsekuensi logis dan pengabaian terencana.

4. Having realistic expectations,

Dalam hal ini, orangtua mengeksplorasi harapan, kepercayaan dan asumsi-asumsi

tentang penyebab perilaku anak, kemudian memilih tujuan yang tepat dan realistis sesuai

dengan perkembangan anak.

5. Taking care of oneself as a parents,

Prinsip ini lebih pada mengajarkan keterampilan pengasuhan praktis yang dapat

diterapkan oleh kedua orangtua (ayah dan ibu), keterampilan mengeksplorasi keadaan

emosional orangtua, dan mendorong orangtua mengembangkan strategi koping untuk

mengelola tekanan dan emosi negatif berkaitan dengan pengasuhan, termasuk stres, depresi,

kemarahan, dan kecemasan.

Dari uraian di atas terlihat bahwa prinsip dalam Triple P mengandung aspek

responsiveness, terdapat pada prinsip ensuring a safe and engaging environment; dan

creating a positive learning environment. Sedangkan aspek demandingness terdapat pada

prinsip having realistic expectations; dan using assertive discipline.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan

(research and development) atau disingkat dengan R & D (Borg, 1983). Jenis ini dipilih

karena peneliti hendak mengembangkan model program “parenting” yang sejatinya sudah

dilakukan secara empirik yaitu program parenting offline yang dilakukan setidaknya satu kali

dalam satu semester. Program “parenting” atau pengasuhan tersebut kemudian dikembangkan

menjadi “Kelas online Ibu Profesional” dengan materi dan assesement yang lebih sistematis.

Model yang dibuat merupakan konsep model program pendidikan dengan

menyesuaikan kondisi para ibu memiliki keterbatasan waktu untuk hadir secara offline dalam

program sejenis dan didukung dengan kondisi nyata bahwa saat ini dimana dunia online lebih

menjadi prioritas.

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

371

Substansi penelitian ini fokus pada upaya pengembangan model pengasuhan positif

atau “positive parenting” melalui program “Kelas online Ibu Profesional” di kota Semarang.

Borg and Gall (1979) menyatakan “educational research and develompment is a process used

to develop and validate educational product”.

Produk dari pendidikan yang dimaksud Borg and Gall tidak hanya terbatas pada

objek-objek materi seperti buku teks, film pengajaran dan lainnya tetapi juga termasuk

membangun sebuah prosedur dan proses seperti metode pengajaran atau metode dalam

mengorganisasi atau membuat rencana pengajaran. Penelitian dan pengembangan ini

dilaksanakan dalam kurun waktu mono tahun. Ke depan diharapkan dapat dilanjutkan pada

tahun-tahun berikutnya selama kurun waktu 3 tahun.

Secara garis besar kegiatan penelitian dan pengembangan pada tahap pertama terdiri

dari dua sub tahapan utama, yaitu: pertama, studi eksplorasi dan kajian pustaka. Studi

eksplorasi dengan menggunakan layanan google form bertujuan untuk dapat memetakan

permasalahan dan kebutuhan yang ada di masyarakat serta sumber daya dukung berupa

potensi lokal baik aspek budaya, ekonomi, sumber daya alam dan sumber daya manusia

sendiri yang memiliki perhatian terhadap proses perkembangan anak usia dini.

Kedua, menyusun model program “Kelas online Ibu Profesional” konseptual berdasarkan

kajian teoritis dan empirik yang pada tahap berikutnya akan divalidasi oleh pakar dan praktisi

yang relevan. Validasi model program oleh para ahli dilanjutkan dengan melaksanakan uji

coba model program secara terbatas dengan menggunakan layanan aplikasi whatsapp pada

smartphone.

Dan kemudian pada tahap terakhir akan dilaksanakan uji coba model program pada skala

yang lebih luas dan setelah itu dilakukan desiminasi atau penyebarluasan model program

pengasuhan yang telah dilaksanakan sesuai tahap-tahap dalam penelitian dan pengembangan.

B. Lokasi

Penelitian dilakukan di Kota Semarang dengan mengambil sampel ibu sebanyak 30

orang. Waktu penelitian dilakukan selama satu tahun terbagi dalam tiga tahapan. Untuk tahap

pertama dan kedua fokus pada kegiatan pengembangan model konseptual dan ujicoba model

serta validasi model oleh para ahli dan uji coba terbatas di lingkungan lokasi penelitian. Tahap

ketiga berupa uji coba skala luas dan diseminasi.

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

372

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan dengan metoda survey, wawancara tidak langsung, dan

dialog. Metode survey dilakukan dengan menggunakan layanan aplikasi google form pada

ibu-ibu di Kota Semarang. Survey dilakukan untuk memetakan permasalahan atau kendala

pengasuhan yang sering dihadapi oleh para ibu dan urgen untuk mendapatkan jalan keluar.

Secara spesifik, langkah-langkahnya adalah diawali dengan pembuatan form survey

online. Dari sini pembuatan form sudah selesai dan selanjutnya menyebarkan URL Form

pada orangtua/wali murid di lembaga PAUD Kota Semarang. Dalam form tersebut juga

disertai pernyataan kesediaan untuk bergabung dalam kelas online ibu professional. Untuk

selanjutnya bagi para ibu yang berminat mengikuti kelas online akan menjadi anggota dalam

group/komnitas kelas online ibu professional.

Metode wawancara tidak langsung dan dialog dilakukan dengan menggunakan layanan

aplikasi whatsapp pada smartphone pada grup/kelompok ibu-ibu yang menjadi anggota dalam

kelas online Ibu professional.

Pengumpulan data dengan wawancara atau dialog dilakukan pada ibu oleh tim peneiliti

terhadap hal-hal yang berkenaan dengan kelebihan, keberhasilan, kegagalan dan

permasalahan yang muncul dalam pembelajaran setelah mengikuti “Kelas online Ibu

Profesional”. Tahap pengumpulan data ini peneliti dilengkapi dengan seperangkat alat catatan

online melalui layanan whatsapp atas kejadian dan perkembangan ibu dalam mempraktikkan

ilmu pengasuhan positif.

Peningkatan kemampuan yang dimiliki oleh para ibu setelah mengikuti kelas online ibu

professional tercermin dalam:

a. tersusunnya rumusan tujuan program dari hasil diskusi antar ibu dan peneliti,

b. tersusunnya rencana kegiatan program yang sesuai dengan kebutuhan orang tua dan

alokasi waktu yang tersedia secara efektif dan efisien,

c. termanfaatkannya sumber daya lingkungan dalam kegiatan pengasuhan,

d. tersusun dan terungkapnya ide/pokok pikiran yang terkandung dalam suatu materi

program oleh ibu dan menyampaikannya kepada teman sesama ibu dan peneliti,

e. terbentuknya insiasi ibu dalam bertanya, menjawab, berpendapat, dan memecahkan

masalah dalam meghadapi pola dan perilaku anak

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

373

f. munculnya inisiasi ibu dalam mencari dan menghubungi sumber/fasilitator belajar,

peneliti maupun sumber lain yang dianggap dapat meningkatkan pengetahuan mereka

tentang pengasuhan positif

g. munculnya inisiasi untuk memaparkan dan menyimpulkan hasil perubahan anak baik

secara online (update status) pada layanan aplikasi whatsapp pada smartphone yang

ditujukan pada grup maupun masyarakat umum, maupun secara offline dengan membuat

buku catatan.

h. munculnya keberanian menyampaikan ide/hasil belajar dalam forum “kelas online ibu

profesional”,

i. termanfaatkannya jaringan belajar baik yang bersifat maya maupun fisik di sekitar

j. terungkapnya kemauan orang tua untuk mengintrospeksi dan melakukan perbaikan dalam

praktik pengasuhan sebagai family culture demi mencetak generasi cerdas dan

berkarakter dan secara khusus menekan kasus kekerasan pada anak.

Instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan dalam

pembelajaran ini berupa:

1. Lembar kerja atau lembar isian hasil dialog dan wawancara tentang kemampuan dan

kemauan ibu dalam menampilkan dan mengimplementasikan hasil belajar dalam

mengasuh anak. Lembar isian ini diisi atas dasar hasil pengamatan dan analisis

narasumber/pakar pada ibu, wawancara dan dialog mendalam dengan ibu tentang

perilaku anak setelah orang tua mengikuti “Kelas online”.

Pengisian alat ukur tersebut berupa deskripsi kualitatif tentang kualitas pengasuhan

dan juga data kuantitatif tentang frekuensi pengasuhan positif yang dilakukan serta

kegiatan rutin antara orang tua dan anak untuk menanamkan karakter positif anak

dirumah.

2. Lembar isian hasil observasi yang berisi tentang aktivitas rutin dan aktivitas insidental

dalam melaksanakan pengasuhan di rumah. Observasi tidak hanya dilakukan dalam

“kelas online Ibu profesional” saja tetapi juga di lingkungan keluarga ketika mereka

mengimplementasikan hasil belajar tentang pengasuhan. Lembar isian ini diisi ibu

sebagai bentuk dari penanaman kepercayaan kepada ibu sebagai bentuk uji kejujuran,

ketertiban, dan keseriusan dalam merekam praktik pengasuhan sehari-hari sesuai yang

telah disepakati.

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

374

3. Lembar isian tentang perubahan anak pada saat dilakukan ungkap pendapat tentang

perubahan sikap, perilaku dan kecenderungan bertindak terhadap berbagai persoalan

keseharian anak.

Data isian ini dapat berbentuk angka (kuantitas) maupun ungkapan kata, gambar dan

ekspresi yang akan dideskripsikan dalam bentuk kualitatif. Lembar isian ini diisi oleh

ibu dan akan dilakukan uji konfirmasi kepada pendidik PAUD setempat agar

diperoleh data yang benar-benar akurat.

4. Lembar isian orang tua, yang berisi tentang pola hubungan ibu atau orang tua dalam

melakukan interaksi dengan anak. Lembar isian ini dimaksudkan untuk mengetahui

dan merekam perubahan orang tua, baik di kelas maupun di luar kelas.

D. Teknik Analasis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif.

Dengan demikian, analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kuantitatif dan

kualitatif. Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif menggunakan statistik deskritif dan

hasilnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram. Sementara itu data kualitatif

dianalisis dengan menggunakan cara-cara analisis kualitatif seperti yang lazim dipakai dan

dikembangkan dalam penelitian kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL STUDI

Hasil penelitian di bawah ini akan menjelaskan kondisi pola pengasuhan anak oleh

orang tua yang menjadi responden penelitian ini (berjumlah 28 orang). Pertanyaan penting

dalam penelitian ini yang ingin diperoleh jawabannya adalah ketika terkadang anak

menunjukkan perilaku yang tidak tepat dan dapat membahayakan maka orangtua akan

menganggapnya perilaku yang salah, dan cenderung tidak menyukainya. Seperti misalnya

memukul seseorang, melupakan PR, memiliki emosi berlebihan, membuang makanan,

berbohong, membantah instruksi orangtua (untuk berhenti bermain hp), menolak tidur, dan

lain sebagainya. Selanjutnya orangtua diminta menggambarkan berbagai cara untuk

mengatasi perilaku anak dengan berbagai permasalahan yang muncul dalam sehari-hari

anak khususnya sebagaimana yang terjadi selama dua bulan terakhir ini:

Selain itu, pertanyaan lain yang berkait dengan pola pengasuhan anak adalah

bagaimana kendala yang dihadapi, permasalahan anak dan keseriusannya, serta materi apa

yang diperlukan oleh ibu-ibu untuk mendidik karakter anak sejak dini? Berikut akan

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

375

dijelaskan data hasil penelitian dalam grafik di bawah ini untuk menjawab beberapa

pertanyaan itu

1. Pengasuhan anak

Data hasil penelitian menunjukkan praktik pengasuhan anak oleh orangtua sebagai berikut

(dalam grafik):

Gambar. Grafik kendala praktik pengasuhan orangtua

Secara detail, kendala dalam praktik pengasuhan orangtua berada pada level sedang

(89.28%). Hal ini menunjukkan para orangtua khususnya ibu masih mengalami kendala

dalam praktik pengasuhan anak.

Tabel. Kategori kendala dalam praktik pengasuhan orangtua

No Rentang

skor

Kriteria Jumla

h

Prosentase

1 150-210 Tinggi 0 0

2 90-150 Sedang 25 89.28%

3 30-90 Rendah 3 10.7%

Jumlah 28 100%

0 50 100 150 200

1

4

7

10

13

16

19

22

25

28

Series1

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

376

Berdasarkan grafik dan tabel tersebut di atas, nampak bahwa masih banyak orangtua yang

mengalami kendala pengasuhan.

2. Kondisi keseriusan permasalahan anak

Berikut ini adalah gambaran tingkat keseriusan permasalahan anak menurut perspektif

orangtua.

Gambar. Grafik tingkat keseriusan permasalahan anak

Jika dilihat dari tingkat keseriusan permasalahan anak, grafik tersebut menunjukkan bahwa

permasalahan anak yang dihadapi adalah cukup serius. Secara detail, secara umum keseriusan

permasalahan anak berada pada level tinggi (53.57%). Hal ini menunjukkan para

permasalahan yang muncul pada anak tergolong serius menurut perspektif orangtua.

Tabel. Tingkat keseriusan permasalahan anak

No Rentang

skor

Kriteri

a

Jumlah Prosenta

se

1 60-72 Tinggi 15 53.57%

2 48-60 Sedang 8 28.57%

3 36-48 Rendah 5 17.85%

Jumlah 28 100%

3. Permasalahan anak

Berdasarkan data penelitian, gambaran frekuensi kemunculan perilaku anak yang

dianggap bermasalah menurut perspektif orangtua adalah sebagai berikut:

0 20 40 60 80

1

4

7

10

13

16

19

22

25

28

Series1

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

377

Gambar. Grafik frekuensi kemunculan perilaku anak bermasalah

Secara detail, frekuensi kemunculan gejala perilaku bermasalah pada anak dilaporkan oleh

sebagian orangtua berada pada level rendah (57.14%). Sebagian orangtua lagi melaporkan,

frekuensi kemunculan gejala perilaku bermasalah pada anak pada level sedang 42.85%. Hal

ini menunjukkan gejala perilaku bermasalah anak muncul cukup sering.

Tabel. Kategori fFrekuensi kemunculan perilaku anak bermasalah

No

Rentang

skor

Kriteria Jumlah Prosent

ase

1 180-252 Tinggi 0 0%

2 108-180 Sedang 12 42.85%

3 36-108 Rendah 16 57.14%

Jumlah 28 100%

Berdasarkan dua hasil identifikasi frekuensi dan tingkat keseriusan permasalahan anak,

meskipun frekuensinya tergolong cukup namun rupanya permasalahan anak dianggap serius

oleh orangtua.

A. Spesifikasi Produk Penelitian Uji Coba Terbatas

Saat ini, produk yang dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan ini adalah draft

model program terpadu “kelas online – ibu profesional” untuk komunitas ibu-ibu di Kota

Semarang yang mencakup di dalamnya panduan pelaksanaan dan materi pengasuhan positif

untuk anak usia dini yang dikembangkan selama 1 (satu) tahun.

Berdasarkan hasil survey, model kelas online yang direkomendasikan oleh oara

orangtua adalah aplikasi whatsapp pada smart phone dan di dalamnya ada diskusi online

0 50 100 150 200

1

5

9

13

17

21

25

Series1

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

378

bersama grup. Yang paling banyak disarankan adalah Pemberian materi via whatsapp diikuti

dengan diskusi kelompok online.

Berikut ini adalah grafik hasil rekomendasi dari para ibu saat diminta untuk

mengevaluasi dengan memberi respon (1 untuk Tidak Disarankan 2 untuk Cukup disarankan,

3 untuk Sangat disarankan) atas tiap metode yang diusulkan selama penyelenggaraan

program.

Gambar. Evaluasi Ibu atas Program

Pada praktik pelaksanaan, keaktifan peserta dalam kelas online belum sepenuhnya

optimal meskipun dari pihak fasilitator rutin memberikan stimulasi berupa tips praktik seputar

pengasuhan positif. Kurang lebih hanya 4-5 peserta yang cukup aktif memberikan respon dan

pertanyaan kepada narasumber. Berdasarkan hasil analisis dan diskusi tim dan asisten

penelitian juga narasumber, tidak maksimalnya partisipasi peserta kelas online dimungkinkan

latar belakang pendidikan peserta adalah 3 peserta dengan latar belakang pendidikan master, 3

dengan latar belakang sarjana, dan 22 sisanya adalah berlatar belakang maksimal SMP/SMA.

Latar belakang pendidikan rupanya berpengaruh dalam apakah seseorang familiar dengan

model kelas online seperti yang diusulkan.

Meskipun saat ini adalah era internet dan sosial media sudah tidak lagi barang asing,

dan saat di lakukan survey pendahuluan, aplikasi whatsapp atau diskusi online adalah

program yang paling banyak direkomendasikan namun rupanya inisiatif untuk aktif dalam

forum atau diskusi online ini dengan hanya sekedar bercakap-cakap informal dengan teman

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

1 2 3 4 5 6 7

Series1

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

379

atau keluarga adalah hal yang dianggap berbeda. Oleh karenanya satu hal yang perlu

dipertimbangkan adalah ketika responden dengan kondisi demikian perlu adanya tatap muka

sebelum melakukan kegiatan. Tatap muka ini lebih pada penyampaian informasi kegiatan dan

teknis pelaksanaan secara details.

Selain latar belakang pendidikan orangtua, kesadaran orangtua atas kebutuhan

perbaikan praktik pengasuhan juga menjadi faktor yang menentukan keberhasilan program

parenting online. Orangtua yang berpendidikan tinggi terkadang justru merasa tidak ada

permasalahan atas pengasuhan nya maupun pada anaknya. Para orangtua dengan karakter

demikian merasa dirinya sudah lebih mahir dan mengenal anaknya sendiri dengan baik jadi

tidak membutuhkan memperbaiki kualitas pengasuhannya. Selain itu juga perasaan malu dan

gengsi jika harus menyampaikan permasalahan anaknya secara umum di depan forum/grup.

Faktor yang berikutnya yaitu kualitas narasumber, mulai dari kualitas personal

maupun profesional. Narasumber yang tidak memiliki kesediaan untuk terlibat secara aktif

baik dengan alasan kesibukan maupun alasan pribadi yang lain tentu akan menghambat

jalannya program parenting online. Seperti misalnya adalah tidak segera atau menunda

memberikan respon dari pertanyaaan orangtua. Orangtua yang tadinya bersemangat untuk

bertanya dan mengharapkan respon balikan segera menjadi tidak bersemangat lagi.

B. Spesifikasi Produk Penelitian Uji Coba Luas

Saat ini, pelaksanaan penelitian pengembangan model pengasuhan positif melalui

program “kelas online – ibu profesional” telah sampai pada langkah berikut:

1. Studi pendahuluan yang akan memperkuat dan menggali lebih dalam data-data tentang

praktik pengasuhan anak dan kendala yang dihadapi ibu dalam keluarga di rumah; selain

itu studi pendahuluan berfungsi untuk mengidentifikasi kebutuhan, sarana prasarana yang

dimiliki, serta identifikasi modal sosial yang dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan

program,

2. Perencanaan dibuat berdasarkan teori konseptual dan hasil kajian empirik di lapangan

dirumuskan menjadi model hipotetik untuk dikembangkan,

3. Setelah tersusun rancangan model “Kelas online – Ibu profesional” dan model

pembelajarannya secara konseptual-teoritik kemudian divalidasi oleh para ahli dan

praktisi untuk mendapatkan penilaian dan masukan,

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

380

4. Uji coba dilakukan melalui uji coba terbatas dan akan menghasilkan buku panduan

pedoman penyelenggaraan “Kelas online – Ibu profesional” disertai dengan kurikulum

dan materi pembelajaran berupa model,

5. Model yang telah diujicoba ini, disertai dengan pedoman pelaksanaanya, dilanjutkan

dengan uji coba luas dengan meminimalisir problem atau kendala yang ada.

6. Diseminasi atau penyebaran tentang hasil penelitian disesuaikan dengan kebutuhan dan

kondisi orang tua (ibu) baik dalam aspek waktu pembelajaran maupun materi

pembelajaran.

7. Model pengasuhan positif melalui “Kelas online – Ibu profesional” merupakan proyek

awal dalam melibatkan keluarga sebagai satuan pendidikan yang tidak terpisahkan.

Model yang telah diujicoba ini, disertai dengan pedoman pelaksanaanya, dilanjutkan

dengan uji coba luas dapat diadopsi oleh komunitas ibu profesional setelah dilakukan

tahap berikutnya

Berdasarkan hasil uji coba luas, maka model pengasuhan positif melalui “Kelas online – Ibu

profesional” dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Model Pengasuhan Positif melalui program Kelas Online

Permasalahan anak Serius?

Program pengasuhan,

terkendala oleh waktu

Program pengasuhan,

Pengasuhan, terkendala?

Permasalahan anak berkurang

Orangtua (latar belakang pendidikan dan kesadaran akan kebutuhan perbaikan praktik pengasuhan

Kualitas Narasumber

(kesediaan berbagi,

Program parenting online,

efektif

Keterlibatan aktif pihak

sekolah

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

381

Atas hasil evaluasi validator ahli dari praktisi, akademisi, dan stakeholder maka pada

uji coba luas, responden yang dilibatkan adalah dipilih yang memiliki latar belakang

pendidikan minimal Sarjana. Selain itu, pihak sekolah dilibatkan secara aktif untuk turut

memantau jalannya program.

Hasil menunjukkan bahwa selain faktor latar belakang pendidikan orangtua, dan

kesadaran orangtua atas kebutuhan ilmu pengasuhan juga menjadi faktor penting dalam

praktik pengasuhan positif. Keterlibatan pihak sekolah secara aktif dengan turut memantau

program secara aktif menjadi salah satu faktor keberhasilan program parenting online ini.

Popgram parenting melalui “Kelas online” semestinya terintegrasi dengan kegiatan sekolah

sebagai salah satu program ungulan sekolah. Selain itu juga kualitas narasumberbaik secara

personal maupun profesional. Narasumber yang memiliki kualitas secara personal dan

profesional akan menjadi faktor pendudung keberhasinal program pengasuhan online ini.

Produk dari penelitian dan pengembangan ini berupa model konseptual pengasuhan

positif untuk anak usia dini dengan spesifikasi produk sebagai berikut: Struktur program

terpadu “kelas online ibu profesional” berisi tentang tujuan, sasaran, pendidik, kerangka

materi pengasuhan positif dilengkapi dengan panduan pelaksanaan “kelas online ibu

profesional”, yang tertuang dalam draft modul pengasuhan positif untuk anak usia dini yang

berisi tema-tema pengasuhan positif yang perlu dibelajarkan pada ibu (terlampir).

Kesimpulan

Secara singkat, hasil sementara menunjukkan fakta di lapangan masih banyak terjadi

kendala dalam pengasuhan anak di rumah dan permasalahan anak dengan tingkat yang cukup

serius, namun dalam proses kegiatan positive parenting education melalui kelas online belum

dapat dikatakan maksimal.

Temuan itu menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan orangtua dapat

mempengaruhi kesadaran orangtua untuk aktif mencari pengetahuan dan meningkatkan

pemahaman diri dalam menjalan peran sebagai orangtua.

Selain itu rupanya masih kurangnya peran sekolah dalam kegiatan parenting education

ini pun berpengaruh dalam efektivitas kegiatan ini. Akibatnya pola pengasuhan anak yang

dilakukan oleh orang tua di rumah karena masih ditemukan adanya perilaku orang tua. masih

yang beragam, ada perilaku yang sering dilakukan, kadang-kadang dilakukan, dan juga ada

yang sama sekali tidak dilakukan. Padahal semestinya, dalam suatu pola asuh pilihan perilaku

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

382

itu harus dilakukan seluruhnya sebagai suatu cerminan “materi” pendidikan untuk anak sejak

dini. Program parenting melalui “Kelas online” semestinya terintegrasi dengan kegiatan

sekolah sebagai salah satu program ungulan sekolah.

Yang tidak kalah penting juga adalah kualitas narasumberbaik secara personal maupun

profesional. Narasumber yang memiliki kualitas secara personal dan profesional akan menjadi

faktor pendudung keberhasilan program pengasuhan online ini.

Berdasarkan hasil temuan sementara di atas, dilakukan uji coba luas dengan

melibatkan subjek atau responden yang lebih beragam, narasumber yang terpilih, dan dengan

aktif melibatkan pihak sekolah melalui kepala sekolah dan guru. Hasil menunjukkan bahwa

Model “Kelas online-Ibu Profesional” efektif dan diharapkan ke depan menjadi perluasan

pengembangan program yang sifatnya tentative dari Lembaga sekolah.

Saran

Bagi pemerintah

Berdasarkan hasil penelitian ini, pemerintah hendaknya berisiniatif untuk gencar

mengadakan kelas parenting secara online dengan membentuk agen-agen perubahan dari level

terendah (misalnya level kota atau kecamatan melalui organisasi PKK). Hal ini untuk

memfasilitasi para orangtua dengan tingkat kesibukan yang tinggi.

Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjunyta hendaknya memperhatikan latar belakang responden (peserta kelas

online) terutama latar belakang pendidikan. Hal ini nantinya akan berpengaruh dalam teknis

atau tahap praktik pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Baumrind, D. (1991). The influence of parenting style on adolescence competence &

subtances abuse. Journal of Early Adolescense, 11(1), 5695.

Berkowitz, L. (1993). Agression. its causes, consequences and control. Boston: McGraw Hill

Bodenmann, G., Cina, A., Ledermann, T., & Sanders, M.R. (2008). The efficacy of the triple

p-positive parenting program in improving parenting and child behavior : a

comparison with two other treatment conditions. Behaviour Research and Therapy 46,

411–427 .

Borg & Gall, M.D. (1979). Educational research an introduction. New York: Longman Inc.

Dannerbeck, A.M. (2005). Differences in parenting attributes, experiences, and behaviors of

delinquent youth with and without a parental history of incarceration. Youth Violence

and Juvenile Justice, 3, 3, 199-213.

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK DI ABAD 21

383

Del Vecchio, T., & O’Leary, S.G. (2006). Antecedents of toddler aggression: dysfunctional

parenting in mother–toddler dyads. Journal of Clinical Child and Adolescent

Psychology, 35, 2, 194–202.

Hurlock, E. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayati & Soejarwo). Jakarta: Erlangga.

Leung, C., Sanders, M.R., Leung, S., Mak, R., & Lau, J. (2003). An outcome evaluation of

the implementation of triple p-positive parenting program in Hong Kong. Family

Process, 42, 4, 531-544.

Morawska, A., Sanders, M., Goadby, E., Headley, C., Hodge, H., McAuliffe, C., Pope, S., &

Anderson, E. (2011). Is the Triple P-Positive Parenting Program Acceptable to Parents

from Culturally Diverse Backgrounds. Journal of Child Family Studies, 20, 614–622.

Pachter, L.M., Auinger, P., Palmer, R., & Weitzman, M. (2006). Do parenting and the home

environment, maternal depression, neighborhood, and chronic poverty affect child

behavioral problems differently in different racialethnic groups? Pediatrics, 117, 4,

1329-1338.

Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2002). A child world’s: infancy through

adolescence. (9th ed). New York: The McGraw-Hill Companies.

Pius. (2007). Dampak Kekerasan Orangtua Terhadap Perkembangan Anak: Penelitian

Kualitatif Deskriptif. Tesis. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Pascasarjana

UGM

Sanders, M.R. (2008). Triple p-positive parenting program as a public mental health approach

to strengthening parenting. Journal of Family Psychology 22, 3, 506-517

Sanders, M.R, Markie-Dadds, C., and Lucy A. Tully, L.A., Bor, W. (2000). The Triple P-

Positive Parenting Program: A Comparison of Enhanced, Standard, and Self-Directed

Behavioral Family Intervention for Parents of Children With Early Onset Conduct

Problems. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 68, 4, 624-640

Sanders, M.R., Cann, W., & Markie-Dadds, C. (2003). The Triple P-Positive Parenting

Programme: A Universal Population-Level Approach to the Prevention of Child

Abuse. Child Abuse Review (2003) 12 (3): 155–171

Sanders, M. R., & Woolley, M. L. (2005). The relationship between maternal selfefficacy and

parenting practices: implications for parent training. Child: Care, Health &

Development 31,1, 65–73.

Smetana, J.G. (1999). The role of parents in moral development: a social domain analysis.

Journal of Moral Education, 28 (3), 311-321

Steinberg, L. (2000). Youth violence: do parents and families make a difference. National

Institute of Justice Journal.

Suldo, S.M., & Huebner, E.S. (2004). The role of life satisfaction in the relationship between

authoritative parenting dimensions and adolescent problem behavior. Social indicators

Research, 66 (1-2), 165

Suryono, Y., & Fauziah, P.Y. (2015). Model Pendidikan Karakter bagi ANak melalui

“Sekolah Ibu” Nonformal di Pedesaan. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,

19, 2, 230-242.