Upload
rasid-ridha-adam
View
239
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Tumor ginjal yg sering ditemukan pd anak-anak.
Usia 1-5 tahun ± 78%, terbayak pd usia 3-4 tahun
Tahun 1899 Max Wilm’s (ahli bedah Jerman) melaporkan tentang suatu embrioma dari ginjal = Nephroblastoma embryoma
• Di USA resiko terjadinya kanker pd anak-anak : 168/100.000
• 6,2% tumor pada ginjal (Wilm’s Tumor)• 6 % dari keganasan pada anak• persentasenya menempati 95% dari
keganasan urogenital
PROGNOSIS• 98% Survival rate (Non Metastate)• 50% Survival rate (Metastate)
Masih belum jelas diketahui Diduga adanya faktor genetik, 40% kasus
ditemukan bentuk herediter secara autosomal dominan.
Sering disertai penyakit kelainan
Ginjal termasuk organ mesodermal
berasal dari dua tunas yang berbeda. Yaitu:◦Tunas ureterik/ ductus Wolff yang membentuk ureter, pelvis calix, dan tubulus collectivus
◦Tonjolan orogenital yang membentuk pronefros, mesonefros dan metanefros
• dibentuk pada minggu ke 3 dari umur kehamilan
• mengalami degenerasi, pronefros memacu terbentuknya mesonefros.
• bentuk nefron yang paling awal pada organogenesis manusia
• terdiri dari 6-10 pasang tubulus yang terbuka menjadi ductus primer yang terbentuk pada tingkat yang sama, meluas ke kaudal dan akhirnya menjadi saluran kloaka.
• Menghilang secara sempurna pada minggu ke 4 pada kehidupan embriogenik
• dibentuk pada hari ke 31 (minggu ke 4)• Mesonefros berkembang menjadi nefron, dibentuk mulai
umur kehamilan 3-4 hari hingga lahir. • Mesonefros akan berdegenerasi dan bagian ini akan
dihubungkan dengan pembentukan organ reproduksi pria. • Tubulus pada mesonefros berbeda dengan pronefros yaitu
ditemukannya perkembangan dari kapiler yang nantinya disebut dengan kapsula Bowman.dan glomerolus.
• Kloaka akan disatukan dan menjadi duktus mesonefrik. Setelah mengadakan hubungan dengan duktus nefrik, tubulus primordial memanjang dan menjadi bentuk S, kemudian terus memanjang dan membentuk cabang yang meningkatkan permukaan, dengan cara demikian akan menambah kapasitas dalam pertukaran material dengan darah pada tingkat kapiler. Setelah meninggalkan glomerolus, darah diangkut oleh satu atau lebih pembuluh eferen yang segera terpecah ke pleksus kapiler.
• Bentuk mesonefron yang terbentuk pada awal minggu ke 4 akan mencapai bentuk maximum pada akhir bulan ke dua
Metanefros adalah bentuk akhir dari embriologi system nefron.
Nefrogenesis terus berlangsung dan lengkap setelah mencapai minggu ke 36.
Membentuk ureter, pielum, kaliks ginjal, dan jaringan parenkim ginjal.
• Massa di dalam abdomen/pinggang• Kebanyakan tumor asimptomatik• Pada anak yg lebih besar merasa perut penuh &
kembung• Nyeri perut• Demam nekrose tumor• Lemah, malaise• Kehilangan BB• Gangguan BAK : frek, disuria, hematuria• Tumor besar efek kompresi pd organ-organ intra
abdomen & diafragma anoreksia, mual-muntah, konstipasi, diare atau gejala obstruksi intestinal.
• Hipertensi : 60% penyebab pasti belum diketahui kemungkinan iskemik pd renal]
• Anemia
Physical examination : tanda & gejala Pemeriksaan foto polos abdomen massa Pemeriksaan Ro IVP (Intra Vena Pyelografi)
distorsi pelvis, kompresi, fungsi ekskresi ginjal yg terhambat
Pemeriksaan Hematologi : Hb, LFT Pemeriksaan Renal : BUN, Creatinin, Urea,
Elektrolit
Operasi pengangkatan tumor Radioterapi pra bedah & pasca bedah Kemoterapi
◦ Aktinomisin : 15 u gram/Kg BB/hari (selama 5 hari)
◦ Vincristin diberikan hari ke-1 & ke-5 pasca bedah dg dosis 1,5 mgr/M2 LPT Seluruh dosis kemoterapi diulang setelah 6 minggu pasca bedah, kemudian 3,6,9,12, dan 15 bulan pasca bedah.
Pre Operative Care Nursing Alert : “Jangan palpasi abdomen”,
Hati-hati waktu memandikan/ menggendong mencegah trauma pd
lokasi tumor.Post Operative Care Lihat post care secara umum Perhatikan dampak radiasi, kemoterapi Observasi tanda-tanda infeksi Support keluarga
Intolerance aktiviti b/d fatigue Intervensi Buat jadual/periode istirahat setelah
aktivitas Sediakan/ciptakan lingkungan yang
tenang, permainan yang menantang sesuai usia anak.
Buat rencana/tingkatan dalam perawatan anak agar tdk dilakukan pd saat anak istirahat mlm.
Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan nafsu makan.
KE : Nafsu makan baik, tidak terjadi hipoprtoeinemia, porsi makan yang dihidangkan dihabiskan, edema dan ascites tidak ada.
Intervensi :• Catat intake dan output makanan secara akurat. • Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare. • Pastikan anak mendapat makanan dengan diet
yang cukup Sajikan porsi makan kecil tapi sering 5 –6 kali
sehari dengan makanan yang disukainya. Sajikan makanan halus, rendah lemak, gunakan
warna. Hindari makanan yang dapat menyebabkan
alergi.
Nyeri Berhubungan dengan distensi abdomen
Tujuan; memberikan kenyaman pada anak
Intervensi; Kaji nyeri (PQRST) Batasi aktifitas yang melelahkan Atur posisi yang nyaman dengan
menggunakan bantal sebagai sokongan Ajarkan manajemen nyeri
Resiko infeksi b/d prosedur pembedahan-Kaji tanda infeksi-Mengganti dengan teknik steril-Hindari bahan yang dapat mengkontaminasi insisi pembedahan
- Jaga kulit tetap kering dan tidak ada perembesan.
A. Jangka Panjang1. Mukosistis/Stomatitis2. Mual, muntah, diare3. Febris4 Dehidrasi
B. Jangka Pendek1. Rambut rontok 2. Gagal ginjal 3. Gangguan hepar 4. Malnutrisi 5. Berat badan menurun 6. Sepsis
Antisipasi sebelum terjadi mukositis/stomatitis :
Mengkaji keadaan oral/mulut Mengkaji kebiasaan oral higiene Mengkaji kebiasaan makan/diet Mengkaji terapi yang akan diberikan
Setelah terjadi Mukositis : Mengkaji sejauh mana mukositisnya Lakukan perawatan mulut 3-4 kali sehari. Sebelimnya
diberikan obat analgetik. Alat dan cairan yang dipakai : betadin kumur, NaCl 0,9%, sikat gigi yang lembut
Kolaborasi dengan dokter untuk mengetahui penyebab mukositisnya dan rencana pengobatan.
Bila pasien tidak bisa kumur,bersihkan dengan kasa yang dubasahi NaCl/Betadin 1%, jaga mulut dan bibir jangan sampai kering, oles borax gliserin dan anjurkan banyak minum.
Pada pasien yang tidak bisa membuka mulut, basahi mulut dengan disemprot memakai spuit.
Perhatikan pemberian nutrisi. Kalau perlu lakukan tindakan lanjut, misal pemasangan NGT.
Lakukan pendidikan pada orangtua tentang oral higiene, pemberian diet yang tidak merangsang pencernaan, misal pedas, panas, asam, terlalu manis dan goreng-gorengan.
Antisipasi tentang mual dan muntah : Kaji obat yang telah diberikan : low/high risk Kolaborasi pemberian obat anti emetik Kaji tentang pengalaman terdahulu Terapi akupunturSetelah terjadi mual dan muntah :a. Mengkaji karakteristik muntah :
- low dose : bermain, tehnik distraksi, terapi musik, berdoa dan massage. Berikan usapan dengan komunikasi terapeutik- high dose : kolaborasi pemberian antiemetik
b. Terapi Akupuntur
Mengkaji penyebab diare : obat, makanan, kebersihan Rehidrasi dengan pemberian oralit Beri minum yang banyak Mengkaji tanda-tanda dehidrasi : observasi intake dan
output Jaga kebersihan personal dan lingkungan Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan Beri makanan yang lunak dan tidak merangsang
lambung, misal asam, pedas dan goreng-gorengan Observasi tanda-tanda dehidrasi. Jika terjadi
dehidrasi : lakukan rehidrasi yang adekuat, atasi penyebab, observasi balance cairan
Mengkaji tempat/lokasi perdarahan : mulut, gusi, hidung, mata, lambung dan telinga.
Pada perdarahan - Gusi : hentikan perdarahn dengan kumur es- Hidung : lakukan tampon lembut/spongata- Lambung : stop makan minum, spuling dengan NaCl 0,9% dingin. Bila spuling 2-3 kali dinyatakan bersih (jernih) bisa dimulai pemberian makanan secara bertahap. Pada penderita melena lakuakn stop makan minum selama 6 jam dan evaluasi sesuai protap
Timbang berat badan setiap hari Lakukan pendekatan pada anak/orangtua
tentang kebiasaan diet Beri makanan kesukaan anak Libatkan orangtua dalam pemberian
makanan Kolaborasi pemberian nutrisi baik entral
maupun parentral Jaga kebersihan diri dan lingkungan