Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
KONDISI PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA
DI LINGKUNGAN AKADEMIK
Disusun Oleh :
1. Henny Nurcahyaningtyas (M0517022)
2. Maunab Galang Esanika (M0517028)
3. Mila Rosyida Uswatunnisa (M0517030)
PROGRAM STUDI INFORMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
Abstrak
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional Negara Indonesia yang
merupakan bahasa pemersatu. Menurut Gorys Keraf (1997:1), Bahasa
adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ditengah perkembangan zaman
era globalisasi membawa dampak pada penggunaan bahasa Indonesia
dibidang akademik yang kurang tepat. Sehingga diperlukannya
penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar agar tercipta
pembangunan masyarakat akademik yang lebi maju.
Kata kunci : bahasa, Indonesia, pemersatu, dampak, akademik
PENDAHULUAN
Bahasa indonesia adalah bahasa yang digunakan masyarakat
indonesia sebagai bahasa sehari-hari, umumnya baku dan mudah
dimengerti. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di zaman
sekarang sungguh memprihatinkan. Kemajuan tekhnologi yang semakin
berkembang, memaksa masyarakat dizaman sekarang kurang
memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia yang tepat dan pemahaman
tentang bahasa Indonesia dikalangan masyarakat masih kurang.
Penggunaan bahasa Indonesia yang kurang tepat akan berdampak
pada bidang pendidikan. Bahasa Indonesia dijadikan sebagai pengantar
pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pada
lingkungan akademik tidak jarang mahasiswa menggunakan bahasa yang
bebas, tidak baku, bahkan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
UU No.24 tahun 2009 pasal 29 ayat 1 yang mengemukakan bahwa
“Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar
pendidikan nasional”. Pernyataan dalam undang-undang tersebut
mengindikasikan bahwa penguasaan bahasa Indonesia wajib dimiliki oleh
mahasiswa untuk berkomunikasi, baik lisan ataupun tulisan. Melihat
masalah diatas, maka perlu adanya pengkajian ulang tentang bahasa
Indonesia agar mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
supaya tercipta pembangunan masyarakat akademik lebih maju, sesuai
dengan tujuan. Pengkajian ulang mengenai bahasa Indonesia di lingkingan
akademik bisa dimulai dengan cara misalnya memperhatikan tulisan-
tulisan pada papan mading atau papan pengumuman yang ditulis oleh
mahasiswa.
KAJIAN PUSTAKA
A. Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan yaitu sebagai bahasa
nasional dan sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar
1945. Lahirnya Sumpah pemuda merupakan sebuah awal menjadikannya
bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara.
1. Sebagai Bahasa Nasional
Sebagai lambang kebanggaan dan identitas nasional, suatu
bangsa harus memiliki nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa
yang harus dipertahankan dan direalisasikan dalam kehidupan
sehari-hari tanpa ada rasa renda diri, malu, dan acuh tak acuh.
Indonesia memiliki banyak budaya dan bahasa yang berbeda-
beda hampir di setiap daerah. Pastinya, tidak akan mungkin
kita bisa saling memahami ketika berkomunikasi antar sesama.
Oleh karena itulah betapa pentingnya kedudukan bahasa
indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa dan sebagai alat
penghubungan antarbudaya dan daerah.
2. Sebagai Bahasa Negara
Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional”
yang diselenggarakandi Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28
Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya
sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki fungsi
sebagai : bahasa dalam perhubungan pada tingkat nasional
untuk kepentinganperencanaan dan pelaksanaan pembangunan
serta menjadi bahasa resmi kenegaraan, pengantar di lembaga-
lembaga pendidikan/ pemanfaatan ilmu pengetahuan,
pengembangan kebudayaan, pemerintah dll.
B. Peran Bahasa Indonesia Di Lingkungan Akademik
Kedudukan bahasa Indonesia sudah jelas dan tercantm pada UUD
1945 maka, kita sebagai masyarakat akademik, khususnya dosen dan
mahasiswa agar mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
supaya tercipta pembangunan masyarakat akademik lebih maju, sesuai
dengan tujuan. Budaya berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pun
meningkat.
Peran penggunaan bahasa yang paling pokok adalah sebagai alat
komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pembicara
kepada pendengar melalui sarana bahasa secara lisan dan tulisan.
Komunikator atau pembicara menyampaikan informasi lewat kalimat-
kalimat yang dianggap dapat menjelaskan maksud yang ingin
diungkapkan. Untuk mencapai komunikasi yang baik dan lancar, kalimat
yang disampaikan harus efektif dan komunikatif.
Di lingkungan akademik banyak membutuhkan penerapan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya kegiatan
perkuliahan, diskusi, bimbingan, ujian, penelitian, seminar, dan
sebagainya. Namun terutama mahasiswa banyak menggunakan bahasa
yang bebas, tidak baku, bahkan tidak sesuai dengan kaidah bahasa.
Seharusnya mereka menggunakan bahasa Indonesia yang baku, walaupun
hubungan dosen dan mahasiswa akrab.
Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, terdiri dari
kata baik dan benar yang keduanya memiliki arti. Bahasa yang baik
merupakan bahasa yang sesuai dengan sasaran kepada siapa akan di
sampaikan. Hal ini harus disesuaikan dengan unsur umur, agama, status
sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita. Bahasa
yang baik juga harus sesuai dengan situasi, dapat efektif menyampaikan
maksud kepada lawan bicara. Dengan kata lain, bahasa yang kita gunakan
sesuai dengan lawan bicara, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman
ketika berkomunikasi.
Selanjutnya bahasa yang benar merupakan bahasa yang sesuai dengan
aspek kaidah KBBI (Kamus Besar Bahsa Indonesia) dan PUEBI
(Pedoman Umum Ejaan Bahasa IndonesiaPedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia).
C. Kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
1. Huruf Kapital
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
5 ampere
10 volt
(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang
bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata
tugas.
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
Mutiara dari Selatan
Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!”
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama,
kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Islam Alquran
Kristen Alkitab
Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama
orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
Sultan Hasanuddin
Mahaputra Yamin
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
Selamat datang, Yang Mulia.
Semoga berbahagia, Sultan.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama ins-tansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dani
Catatan:
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata
turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
dan hari besar atau hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah tarikh Masehi
bulan Agustus bulan Maulid
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur na-ma peristiwa
sejarah.
Misalnya:
Konferensi Asia Afrika
Perang Dunia II
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Catatan:
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis
dengan huruf kapital.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerde-kaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Jakarta Asia Tenggara
Pulau Miangas Amerika Serikat
Catatan:
(1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf
kapital.
Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di sungai
menyeberangi selat berenang di danau
(2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak
ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
jeruk bali (Citrus maxima)
kacang bogor (Voandzeia subterranea)
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan
atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:
Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula
aren, dan gula anggur.
Contoh berikut bukan nama jenis.
Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta,
dan batik Madura.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi,
atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan
makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti
di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, atau sapaan.
Misalnya:
S.H. sarjana hukum
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
S.S. sarjana sastra
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata
atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan.
Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”
“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.
Catatan:
(1) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan pe-nyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
(2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
2. Huruf Miring
Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah,
atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Huruf terakhir kata abad adalah d.
Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing
yang berkunjung ke Aceh.
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
(1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau orga-nisasi, dalam
bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
(2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer),
bagian yang akan dicetak miring ditan-dai dengan garis bawah.
(3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang
dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan
huruf miring.
3. Huruf Tebal
Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah
ditulis miring.
Misalnya:
Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan
Bahasa Indonesia.
Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.
Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan,
seperti judul buku, bab, atau subbab.
Misalnya:
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh bahasa standar
dan nonstandar, ratusan bahasa dae-rah,dan ditambah beberapa
bahasa asing, membutuhkan penanganan yang tepat dalam
perencanaan bahasa. Agar lebih jelas, latar belakang dan masalah
akan diuraikan secara terpisah seperti tampak pada paparan berikut.
1.1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya
sikap yang beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di
Indonesia, yaitu (1) sangat bangga terhadap bahasa asing, (2) sangat
bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga terhadap
bahasa Indonesia.
4. Kata Berimbuhan
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan
akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
gemetar
lukisan
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan,
atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
sukuisme
seniman
Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya:
adibusana infrastruktur proaktif
aerodinamika inkonvensional purnawirawan
Catatan:
(1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital
atau singkatan yang berupa huruf ka-pital dirangkaikan dengan tanda
hubung (-).
Misalnya:
pro-Barat
non-ASEAN
anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang meng-acu pada
nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama
atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melin-
dungi kita.
5. Singkatan dan Akronim
Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman Hasibuan
Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik.
Misalnya:
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
UI Universitas Indonesia
Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama
diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
PT perseroan terbatas
MAN madrasah aliah negeri
Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda
titik.
Misalnya:
hlm. halaman
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-
menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
BIG Badan Informasi Geospasial
BIN Badan Intelijen Negara
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Bulog Badan Urusan Logistik
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku
kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
pemilu pemilihan umum
6. Angka dan Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang
bilangan atau nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100),
D (500), M (1.000), _V(5.000), _M(1.000.000)
Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti
dalam perincian.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
50 siswa teladan mendapat beasiswa dari peme-rintah daerah.
3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata, susunan kalimatnya diubah.
Misalnya:
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
250 orang peserta diundang panitia.
25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.
Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian
dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi,
dan waktu serta (b) nilai uang.
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 hektare
Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah,
apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I/15
Jalan Wijaya No. 14
Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Markus 16: 15—16
Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan Utuh
Misalnya:
dua belas (12)
tiga puluh (30)
b. Bilangan Pecahan
Misalnya:
setengah atau seperdua (½)
seperenam belas (⅟16)
Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
abad XX
abad ke-20
Perang Dunia Kedua
Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara
berikut.
Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
uang 5.000-an (uang lima ribuan)
Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam
peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedar-kan rupiah tiruan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama
1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf
dilakukan seperti berikut.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu
lima ratus rupiah lima puluh sen).
Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan
huruf.
Misalnya:
Kelapadua
Simpanglima
7. Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata peng-hubung
untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang
lain di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita
pendek.
Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Misalnya:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S-1;
(3) berbadan sehat; dan
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan
jeruk.
Agenda rapat ini meliputi
pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja;
dan
pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organi-sasi.
PEMBAHASAN
1. Data Pertama
Pada data gambar pertama dapat ditemukan di etalase kantin jurusan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam tepatnya program studi
informatika. Dalam data tersebut terdapat kalimat yang tidak efektif atau
pilihan kata yang digunakan tidak tepat. Gambar tersebut terdapat kalimat
“Bagi yang menitipkan jualan di kantin HIMASTER… (Hasna)”. Kalimat
tersebut terdapat kata jualan yang rasanya tidak tepat saat dibaca dengan
disambung kalimat selanjutnya. Seharusnya kata jualan diganti dengan
barang jualan. Kata jualan saja bukan merupakan kata benda, namun kata
kerja yang tidak sempurna atau tidak baku dalam bahas Indonesia. Selain
itu setelah kata HIMASTER seharusnya terdapat tanda koma (,) sebagai
pemisah anak kalimat dan induk kalimat. Selanjutnya adalah kata
“HIMASTER”. Kata “HIMASTER” seharusnya ditulis “Himaster”. Hal
ini karena dalam PUEBI terdapat kaidah bahwa akronim nama diri yang
berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata ditulis dengan huruf awal kapital.
2. Data Kedua
Data kedua ini berlokasi di papan pengumuman Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam program studi informatika. Dalam data tersebut
banyak digunakan kata yang tidak baku, seperti kata “by”. Pemilihan kata
“by” tidak tepat. Hal ini dikarenakan data tersebut merupakan artikel
formal yang dapat dibaca oleh orang- orang dari berbagai karangan.
Seharusnya kata “by” diganti dengan kata “oleh”. Pada artikel memang
diperboleh menggunakan kata tidak baku, namun disesuaikan dengan
dimana akan dipaparkan dan siapa pembaca artikel. Dengan demikian kita
dapat memberi contoh kepada mahasiswa dalam penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Selain kata “by”, terdapat kata yang tidak
baku lainnya yaitu “blak- blakan”, “aja”, “mengerjain”, “nggak”, dan
“cuma”. Sebaiknya penggunaan kata yang tidak baku dihindari. Hal ini
bertujuan agar penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
lingkungan akademik meningkat.
3. Data Ketiga
Data ketiga ini dapat ditemukan di papan pengumuman Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam program studi informatika.
Penggunaan huruf miring pada bahasa asing masih terdapat kesalahan,
seperti pada kata “pick me”. Kata “pick me” merupakan bahasa asing yang
ada dalam data tersebut. Seharusnya kata “pick me” ditulis menggunakan
huruf miring atau italic. Selanjutnya, kata “MANGAN”. Kata
“MANGAN” seharusnya adalah “Mangan”. Hal ini dikarenakan dalam
penggunaan singkatan dan akronim yang salah satunya bahwa akronim
nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Selanjutnya pada
paragraf kedua kalimat keempat terdapat kata “sedangkan” yang
diletakkan di awal kalimat. Kata “sedangkan” tidak boleh diletakkan di
awal kalimat, karena dalam kaidah, “sedangkan” merupakan kata hubung
yang berfungsi mempertentangkan 2 buah kalimat yang bertingkat setara.
4. Data keempat
Data keempat dapat ditemukan di papan pengumuman Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam program studi informatika. Pada
paragraf pertama terdapat kata “produktifitas”, dimana kata tersebut salah.
Dalam KBBI, semua kata yang diakhiri huruf “f” pada kata dasarnya saat
diberi imbuhan –itas, maka huruf “f” berganti menjadi “v”, sehingga
menjadi “produktivitas”. Selanjutnya pada pragraf kedua kalimat pertama,
kata ulang fitur seharusnya ditulis menggunakan kata hubung menjadi
“fitur- fitur”. Pada paragraf terakhir terdapat kata “stakeholder”, dimana
kata tersebut merupakan bahsa asing. Dalam kaidah, bahasa asing ditulis
dengan huruf yang dicetak miring, sehingga penulisan yang benar yaitu
“stakeholder”.
5. Data Kelima
Data kelima dapat ditemukan di dalam masjid khususnya bagian putri
Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam. Data diatas dalam
menuliskan kalimat menggunakan font berwarna. Hal tersebut bertujuan
agar menarik perhatian pembaca dan maksud dari data tersebut dapat
diterima dengan baik. Namun kaidah penggunaan penulisan bahasa
Indonesia belum diterapkan pada data tersebut, seperti kalimat “Dipanggil
DOSEN Langsung datang, dipanggil ADZAN Kaya ngak denger” . Dalam
kalimat tersebut terdapat beberapa kesalahan, antara lain :
a. Kata “…DOSEN...ADZAN…”
Berdasarkan kaidah PUEBI, penulisan kata tersebut salah. Hal
ini dikarenakan bahwa tidak ada kaidah penggunaan tiap huruf
kapital dalam satu kata, kecuali untuk singkatan dan akronim.
Oleh karena data tersebut merupakan slogan, maka penggunaan
tiap huruf kapital diperbolehkan, semata- mata ingin menarik
perhatian pembaca. Namun, hal ini tidak boleh dilakukan saat
penulisan pada artikel ilmiah.
b. Kalimat “…Kaya ngak denger…”
Kalimat tersebut merupakan kalimat dengan penggunaan kata
yang tidak baku. Oleh karena slogan ditujukan kepada
masyarakat umum, sebaiknya kalimat tersebut diubah menjadi
kalimat baku supaya masyarakat dapat mengetahui kaidah yang
benar seperti, “…pura- pura tidak mendengar..”
6. Data Keenam
Data keenam dapat ditemukan di pintu masuk masjid putri Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada data tersebut terdapat
kesalahan pada penulisan huruf kapital pada nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8.
Dalam nomor- nomor tersebut seharusnya kata kedua dicetak menggunkan
huruf kecil tidak huruf kapital. Misalnya, “Peminjaman tempat”,
“Peminjaman peralatan”, “Peminjaman buku”, dan sebagainya. Selain itu,
penggunaan huruf tebal pada data tersebut tidak sesuai dengan kaidah,
seharusnya kalimat tersebut tidak menggunakan huruf tebal.
7. Data Ketujuh
Data ketujuh dapat ditemukan di lingkungan masjid Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Penulisan pada data tersebut sudah sesuai
kaidah PUEBI. Namun sayangnya, penggunaan kata yang tidak efektif
dapat ditemukan dalam data tersebut, yaitu pada kalimat “Bagi yang ingin
membeli barang atau menitipkan barang, silahkan….”. Kalimat “…
membeli barang atau menitipkan barang…” merupakan kata yang tidak
efektif. Seharusnya kalimat tersebut diganti seperti “…membeli atau
menitipkan barang..”. Kata “barang” hanya dituliskan di akhir saja. Hal ini
dikarenakan bahwa obyek yang digunakan sama.
8. Data Kedelapan
Data kedelapan dapat ditemukan di pos parkiran Fakultas Matematika
dann Ilmu Pengetahuan Alam dekat masjid putra. Pada data tersebut
banyak terdapat kesalahan pada penggunaan huruf kapital, antara lain
setelah kata kedua pada setiap nomor. Seharusnya menggunakan huruf
kecil tidak huruf kapital.
9. Data Kesembilan
Data kesembilan dapat ditemukan di lantai 4 program studi informatika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada data tersebut
terdapat kesalahan penggunaan huruf miring. Seharusnya kalimat dengan
huruf miring yang terdapat pada data tersebut ditulis tidak dengan huruf
miring. Hal ini dikarenakan kaidah huruf miring digunakan saat penulisan
judul pada daftar pustaka, pengkhususan kata, dan penulisan ungkapan
bahasa daerah atau asing.
10. Data Kesepuluh
Data kesepuluh dapat ditemukan di etalase kantin jurusan informatika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada data tersebut
penggunaan huruf kapital tidak tepat, seperti pada kata “…Kantin
Jurusan…” seharusnya ditulis dengan huruf kecil. Selanjutnya kata
“HIMASTER”. Kata “HIMASTER” seharusnya ditulis “Himaster”. Hal
ini dikarenakan penggunaan huruf kapital pada kaidah PUEBI.
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Kondisi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
hal penulisan di lingkungan akademik masih membutuhkan
peningkatan secara materi maupun praktik.
2. Sebuah penulisan harus memiliki tujuan utama yaitu siapa yang
akan menjadi pembaca dan dimana tulisan itu dipaparkan.
B. Saran
1. Mahasiswa sebagai pelaku utama di lingkungan akademik supaya
lebih memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia baik dan benar
dalam hal penulisan.
2. Sebaiknya, sebelum tulisan tersebut dipublikasikan, diteliti terlebih
dahulu kepada pihak yang memiliki keahlian. Hal ini dapat
mengurangi kesalahan dalam penggunaan kaidah.
DAFTAR PUSTAKA
Ening,Hemiti. (2005) .Bahasa Indonesia. Yogyakarta:Pokja Akademik UIN
Sunan Kalijaga.
Rahardi, R. Kunjana. (2013) . Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. (2016). Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia. Diperoleh pada 22 Oktober 2017 pukul 19.00 WIB, dari
http;//www.badanbahasa.kemendikbud.go.id.
Anonim. (2012). Penggunaan Bahasa Baku Dikalangan Akademis. Diperoleh
pada 23 Oktober 2017, dari http://iklanmanismadu.blogspot.com.