Upload
ali-aufar-hutasuhut
View
237
Download
8
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Walkthrough Pt Martina Bertho 17 September 2015
Citation preview
WALK THROUGH SURVEY
DI PERUSAHAAN PT. MARTINA BERTHO
17 SEPTEMBER 2015
KELOMPOK 1 HYGIENE INDUSTRI
Disusun Oleh :
dr. Ali Aufar Hutasuhut
dr. Anak Agung Anom
dr. Arwita Sari
dr. Al Adip Indra Mustafa
dr. Agnes Yuarni
dr. Abi Arifi
dr. Cindy Herno Chrysela
dr. Clavi Hanum Pratama
dr. Dion Rukmindar
Pelatihan Hiperkes Dan Kesehatan Kerja
Dokter Perusahaan
Periode 14 – 20 September 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Perkembangan nasional di sektor industri sekarang ini sedang
berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi. Perkembangan
teknologi ini telah mendorong meningkatnya penggunaan mesin-mesin
yang canggih untuk menjalankan proses produksi. Perkembangan industri
yang semakin pesat ini memberikan dampak yang positif yaitu terciptanya
lapangan kerja yang semakin luas namun, timbulnya Penyakit Akibat
Kerja (PAK) juga semakin meningkat akibat percepatan proses
industrialisasi.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah bentuk upaya untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan sejahtera, bebas
dari kecelakaan kerja, dan PAK yang bertujuan untuk meningkatkan
keselamatan dan produktivitas tenaga kerja. Seperti yang diketahui bahwa
kecelakaan kerja bukan hanya meninmbulkan korban jiwa tetapi juga
kerugian material bagi pekerja dan pengusaha yang dapat mengganggu
proses produksi secara menyeluruh. Karena itu perlu dilakukan upaya
yang nyata untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan
kerja secara maksimal.
Kesehatan kerja mempunyai pengertian spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga
kerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik
maupun mental dan social dengan upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif.
II. DASAR HUKUM
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
Mengetahui Higiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.
4. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 Tentang Syarat
Kesehatan Kebersihan Serta Penerangan dalam Tempat Kerja.
5. Permennakertrans No.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja.
6. Kepmen RI No. 187/MEN/1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya.
7. Permen Perburuhan No. 7 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja.
III. PROFIL PERUSAHAAN
PT. Martina Berto Tbk merupakan perusahaan yang didirikan pada
tahun 1977 oleh Dr.HC.Martha Tilaar, (alm) Pranata Bernard, dan
Theresa Bu Harsini Setiady. Perusahaan ini berlokasi di Jalan
Pulokambing II no.1, kawasan Industri Pulogadung. Perusahaan ini
bergerak di bidang barang kosmetik, jamu, dan pemasaran serta
perdagangan kosmetik, perawatan kecantikan, dan barang-barang
tradisional. Selain itu, perusahaan memiliki dukungan dari anak
perusahaannya , PT Cedefindo yang merupakan kosmetik manufaktur
kontrak atau makloon dengan kering, semi padat, cairan, dan aerosol.
Pada tahun 1981 perusahan ini mendirikan pabrik di kawasan industry
pulogadung dengan partnership Grup Kalbe. Dua tahun kemudian,
mendirikan pabrik keduanya yaitu PT. Sari Ayu Indonesia untuk
mendukung distribusi kosmetik. Dari tahun 1988-1995 mereka
melakukan konsolidasi dari beberapa bisnis yang diperoleh oleh Martha
Tilaar Group menjadi PT. Martina Berto.
Pada tahun 1999 PT.Martina Berto resmi menjadi perusahaan
keluarga Martha Tilaar, pada tahun 2006-2008 meluncurkan produk
dalam keindahan dan segmen perawatan pribadi dengan jaringan ekspor
semakin meluas ke pasar Eropa( Yunani dan Ukraina) serta Asia
(Jepang, Hongkong, Taiwan) dan pada tahun 2010 meluncurkan toko
ritel baru Martha Tilaar Shop (MTS) di luar Indonesia.
Pada tahun 1996 menjadi pabrik kosmetik pertama di Indonesia yang
mendapatkan sertifikat ISO 9001. Tahun 2000 menjadi satu-satunya
pendiri UN Global Compact dari Asia, mendapatkan sertifikat ISO 14001
dan sertifikat GMP : CPKB ( Cara Produksi Kosmetika yang Baik dan
CPOTB ( Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik). Tahun 2008
mendapatkan penghargaan “Most Admired Enterprise in ASEAN” dari
ASEAN business forum di bidang inovasi.
VISI DAN MISI
Visi :
Untuk menjadi salah satu perusahaan terkemuka di dunia dalam
perawatan kecantikan dan industry spa dengan nuansa alam dan nilai
timur melalui teknologi modern, penelitian, dan pengembangan untuk
mengoptimalkan nilai tambah kepada konsumen.
Misi :
1. Untuk mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan produk
perawatan kecantikan dan spa dengan nuansa alam dan timur dan
standar kualitas internasional untuk memenuhi kebutuhan konsumen
di berbagai segmen pasar dengan portofolio yang sehat mampu
mencapai peringkat tiga besar di setiap segmen di Indonesia;
2. Untuk menyediakan layanan pelanggan yang sangat baik untuk
semua pelanggan dalam proporsi seimbang termasuk pelanggan
konsumen dan perdagangan;
3. Untuk menjaga kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan yang
berkelanjutan;
4. Untuk merekrut, melatih, dan mempertahankan tenaga kerja yang
kompeten dan produktif;
5. Untuk mempertahankan metode yang efisien dan efektif operasi,
system, dan teknologi di seluruh organisasi dan unit bisnis;
6. Untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten
untuk kepentingan semua stakeholder;
7. Untuk memberikan return atas investasi yang adil untuk pemegang
saham;
8. Untuk memperluas pasar internasional pada kosmetik dan produk
herbal dengan fokus jangka menengah pada kawasan Asia Pasifik
dan fokus jangka panjang di pasar global.
HASIL USAHA
1. Segmen A plus
Dewi Sri Spa Martha Tilaar , PAC Martha Tilaar, Jamu garden Martha
Tilaar, Martha Tilaar Solution
2. Segmen A
Biokos Martha Tilaar, Rudi Hadisuwarno Martha Tilaar
3. Segmen B
Sariayu Martha Tilaar, Martha Tilaar Caring colours, Belia Martha
Tilaar
4. Segmen C
Mirabella, Cempaka, Pesona, Martina.
JUMLAH TENAGA KERJA
Jumlah pekerja di bagian Manufacturing sebanyak 5000 orang pekerja
dengan jam kerja pegawai dibagi menjadi 2 shift .
IV. LANDASAN TEORI
Hygiene dan Sanitasi
DEFINISI
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan
piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan
makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004). Hygiene adalah suatu usaha
pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan
perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada
(Widyati, 2002). Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang
menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia
(Widyati, 2002).
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air
yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah
untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang sembarangan. Hygiene dan sanitasi
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat kaitannya. Misalnya
hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak
mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka mencuci tangan tidak
sempurna (Depkes RI, 2004).
Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).
Berdasarkan peraturan Menteri perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang syarat
kesehatan, kebersihan serta penerangan di tempat kerja ada beberapa hal yang
menjadi ruang lingkup hygiene industry diantaranya adalah:
1. Penyediaan air
2. Tempat kerja
3. Dapur,kamar makan dan alat keperluan makan
4. Perlengkapan fasilitas sanitasi
5. Pembuangan dan pengendalian limbah
A. FAKTOR BAHAYA DI LINGKUNGAN KERJA
1. Faktor Fisik
a. Suara Bising
Bising adalah bunyi yang tidak disukai, mengganggu dan
menjengkelakan maupun merusak pendengaran dan terkadang hal
ini sangat individual (Eyaanoer, 1997)
menurut Kepmenaker No.Kep-51/MEN/1999, untuk kebisingan
dengan intensitas 85dB., maka pekerja terpajan selama 8 jam
sehari, kebisingan dengan intensitas 88 dB maka pekerja dapat
terpajan selama 4 jam sehari dengan demikian setiap kenaikan 3 dB
maka waktu pemajanannya berkurang setengahnya. Telingan
manusia hanya mampu mendengar frekuensi antara 16-20.000 Hz.
1) Jenis-jenis kebisingan :
a. Kebisingan kontinyu dengan frekuensi yang luas (steady
state, wide band noise). Misalnya suara kipas angin,
dapur pijar dll.
b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum kebisingan sempit
(steadt state, narrow band noise). Misalnya gergaji
sekuler, katup gas, dll.
c. Kebisingan terputus-putus (intermitten). Misalnya: lalu
lintas pesawat terbang.
d. Kebisingan impulsif/impact (impulsive noise), misalnya:
pukulan, tembakan bedil atau meriam dan ledakan.
e. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di
perusahaan.
2) Akibat paparan kebisingan.
Terpapar kebisingan terdiri dari 85dB selama 8 jam dan 40
jam seminggu maka menimbulkan penurunan atau kehilangan
fungsi pendengaran yang dapat terjadi secara sementara atau
permanen.
3) Pengukuran kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat
sound level meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-
130dB dan frekuensi dari 20-20.000Hz.
b. Pencahayaan.
Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja bisa melihat objek
yang dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak
perlu. Intensitas cahaya dapat diukur dengan Luxmeter.
Sifat-sifat pencahayaan
1. Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan
sesuai jenis pekerjaan.
2. Pencegahan kesilauan.arah sinar
3. Warna
4. Panas cahaya.
Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap kesehatan
1. Iritasi, mata berair dan mata merah.
2. Penglihatan ganda
3. Sakitkepala
4. Ketajaman mata menurun.
5. Akomodasi dan konvergensi menurun.
c. Iklim dan suhu.
Respon fisiologis akan tampak jelas pada pekerja dengan iklim
panas. Saridewi (2002) menyatakan bahwa perbedaan peningkatan
tekanan darah yang signifikan pada tenaga kerja seblum atau
sesudah terpapar panas yang memperburuk kondisi tenaga kerja.
Sistem termoregulasi pada hipotalamus akan merespon dengan
beberapa mekanisme kontrol seperti konduksi, konveksi, radiasi dan
evaporasi dengan tujuan untuk mempertahankan suhu tbuh sekitara
36-37 derajat celcius. Namun apabila paparan dibiarkan terus menrus
akan menyebabkan kelelahan dan akan menyebabkan timbulnya efek
“heat stress’ (ErwinD 2004).
Menteri Tenaga Kerja RI mengeluarkan standar NAB untuk
lingkungan fisik tertentu di lingkungan kerja yang salah satunya
adalah NAB iklim kerja dengan menggunakan indeks suhu bola basah
(ISBB) diadopsi dari Wet Bulb Globe Temperature Index (WBGTI)
dikeluarkan oleh ACGIH.
NAB menurut pasal 2 KEP-51/MEN/1999 untuk suhu di tempat
kerja adalah sbb:
Jika perbandingan kerja 75% dan istirahat 25% untuk pekerja
ringan dalam 8 jam sehari adalah 30 derajat celcius., sedang
26,7 derajat celsius dan berat 25 derajat celsius.
Jika perbandingan kerja 50% dan istirahat 50% untuk pekerja
ringan dalam 8 jam sehari adalah 31,4 derajat celcius.,
sedang 29,4 derajat celsius dan berat 27,9 derajat celsius.
Jika perbandingan kerja 25% dan istirahat 75% untuk pekerja
ringan dalam 8 jam sehari adalah 32,2 derajat celcius.,
sedang 31,1 derajat celsius dan berat 30 derajat celsius.
d. Getaran
Ada dua macam getaran yaitu: getaran seluruh badan dan getaran
lengan/tangan ( handaram). Getaran seluruh tubuh adalah getaran
yang bisa melalui kaki ( tempat berdiri) atau melalui tempat duduk.
Getaran ini terjadi biasa pada alat pengangkut eperti truk dan traktor.
Sedangkan getaran lengan-tangan adalah getaran yang terjadi
melalui lengan dan tangan, misalnya pada gerinda, bor tangan, dan
gergaji listrik.
Tiga aspek penting pada getaran :
Level(m/dr2)
Frekuensi (Hz)
Lama pemarapan (jam)
Efek getaran :
Hand and arm vibration pada frekuensi 8-1000Hz dapat
menyebabkan white finger serta kelainan otot rangka.
Whole body vibration menyebabkan getaran pada ala-alat
dalam sehingga dapat menyebabkan gejala sakit dada, LBP,
dan gangg.penglihatan
Pada frekuensi rendah dapat menyebabkan sea sickness.
Pengukuran getaran :
Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan vibration
acceleration meter.
e. Radiasi
Jenis radiasi dapat dibedakan menjadi
1. Radiasi pengion: alpha, beta, gamma, sinar X dan neutron.
2. Radiasi non pengion: UV, IR, ultrasound dan mikorowave.
Pengaruh radiasi terhadap kesehatan:
1. Efek stokastik: tergantung frekuensi tingkat keparahan tidak
tergantung dosis. Contoh : karsinogen, teratogen, mutagen.
2. Efek nonstokastik: tegrantung frekuensi dan dosis. Cth:
katarak, kerusakan nonmalignan kulit.
Alat untuk mengukur tingkat radiasi adalah survei meter dan
dosimeter personal.
2. Faktor Kimia
a. Bahan-bahan kimia:
Fume (asap) :
Partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena dari
bentuk gas yang biasanya sesudah penguapan benda padat
yang dipijarkan.
Gas :
Bentuk wujud yang tidak mempunyai bentuk bangunan
sendiri, melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan
suhu dan tekanan normal.
Uap:
Bentuk gas dari zat-zat yang dalan keadaan biasa
dberbentuk zat padat atau zat lain yang dapat dikembalikan
pada tingkat wujud semula.
Kabut
Debu
b. Efek-efek bahan kimia
Iritasi
Reaksi alergi: flour, garlic powder.
Asfiksia
Cancer
Efek sistemik: otak ,peripheral nervous sytem, pembentukan
sel darah, ginjal, paru
Selain pengaruhnya terhadap kesehatan, juga dapat
menyebabkan resiko keselamatan kerja berupa kebakaran
dan peledakan, akibat dari bahan kimia yang mudah tebakar
dan meledak seerti pelaruh organik atau gas-gas yang
kontak dengan sumber api.
c. Pengukuran.
Pengukuran faktor kimia di urara mengunakan media yaitu:
gas detektor yang prinsip kerjanya adalah detektor tersebut
akan menghisap baha-bahan kimia di udara, dan kemudian
bereraksi dengan reagen yang sudah tesedria di dalam
tabung detektor sehingga dapat diketahui nilai kualitas dan
kuantitas.
Pengambilan sampel debu dilakukan secara impingmen,
yaitu: filtrasi, presipitasi, sedimentasi, dan segala
kombinasinya, alatnya disebut imprengen, prinsipa kerjanya
adalah debu dihisap dan mengalami imprengemen dan
sejumlah debu dihitung di bawah mikroskop.
d. Nilai ambang batas.
NAB faktor kimia diatur berdasarkan surat edaran No.SE
01/MEN/1997 tentang NAB faktor kimia di udara lingkungan
kerja.
Kategori nilai ambang batas:
1. NAB rata-rata selama jam kerja.
2. NAB pemaparan singkat.
3. NAB tertinggi
3. Biologis
Potensi bahaya yang mungkin terjadi di ling.kerja yang disebabkan
oleh adanya mikroorganisme sebagai penyebab dari proses produksi.
Bahaya biologi meliputi :
Infeksi akut dan kronis
Parasit
Produk toksik.
Reaksi alergi terhadap tanaman dan hewan.
Irritan.
Klasifikasi faktor biologis meliputi :
1. Mikroorganisme dan toksinnya. Contoh: virus, bakteri dan
produknya
2. Arthropoda. Contoh: crustacea
3. Alergen dan toksik tanaman
4. Reaksi yang ditimbulkan: dermatitis alergi, asma
5. Protein alergen dari hewan vertebrata
6. Reaksi alergi yang ditimbulkan melaui urin, feses, rambut dan
saliva.
Cara masuk biological agents ke dalam tubuh melalui:
1. Inhalasi
2. Ingesti
3. Kontak kulit
4. Kontak dengan mata, hidung, dan mulut
4. Pengendalian
1. Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan
tentang: nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya
ke tubuh, efek paparan, cara penggunaan yang aman dan
pertolongan pertama keracunan.
2. Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia
yang dibuat oleh seuatu perusahaan, berisikan antara lain.:
kandungan/komposisi, sifat fisik dan kmia, cara pengankutan dan
penyimpanan, informasi APD sesuai NAB, efek terhadap kesehatan,
gejala keracunan, pertolongan pertama keracunana, alamat dan
nomer telepon pabrik pembuat atau distributor.
3. Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai
kewajiban , melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur
kerja aman, penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan
pengetahuan K3 di bidang kimia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
A. Pelaksanaan
- Tanggal dan waktu : 17 September 2015 pada pukul
13.00 - 16.00 WIB
- Lokasi : PT Martina Berto Tbk
- Dokumen pengamatan : tidak diperkenankan menggunakan
handphone
BAB iII
HASIL PENGAMATAN
I. Faktor Fisik
1.1 Bising
Secara umum keadaan bising di lokasi pabrik PT. Martina
Berto kami anggap tidak dievaluasi dengan baik. Pada pengamatan
kami, terdapat bising yang ditimbulkan oleh kipas pendingin
ruangan yang terdapat di bagian tengah gedung pabrik. Hal ini
dapat menyebabkan ketidak nyamanan pekerja dan dapat
mengakibatkan gangguan pendengaran
1.2 Penerangan
Pada pabrik PT. Martina Berto sumber penerangan
menggunakan sumber sinar matahari dan sumber buatan (lampu).
Sumber sinar matahari melalui sebagian atap gedung dibuat
tembus cahaya. Luas tiap ruangan kerja dalam proses produksi
bervariasi. Penerangan buatan menggunakan lampu neon
berwarna putih. Pada ruangan ini digunakan warna putih terang
pada dinding dan langit-langit
Secara umum penerangan cukup baik, menerangi daerah
kerja secara merata pada daerah produksi
1.3 Getaran
Selama melakukan kunjungan ke lokasi pabrik, kami
menemukan adanya getaran yang dirasakan. Hal ini karena
disebabkan pengguanaan alat yang bergetar yang dihasilkan oleh
kipas pendingin ruangan dibagian tengah gedung.
1.4 Radiasi
Berdasarkan pengamatan kami tidak menemukan adanya
radiasi. Pengamatan yang dilakukan berdasarkan lokasi pabrik,
penggunaan bahan material dan proses pengerjaan yang dilakukan
tenaga kerja.
1.5 Iklim kerja
Pada saat di lokasi pabrik, kami tidak memasuki secara
langsung lokasi bagian produksi pabrik tersebut dikarenakan lokasi
proyek yang steril dan butuh alat pelindung diri. Dari penglihatan
luar kami mendapati pada setiap ruangan produksi terdapat dua
buah pendingin ruangan, namun kami dapatkan kurangnya
ventilasi pada ruang mesin liquid yang dapat membuat pekerja
tidak nyaman dan kepanasan. Pada bagian tengah pabrik
didapatkan suhu yang panas.
Pada ruang makan pekerja didapatkan exhaust fan yang
rusak yang dapat membuat suhu udara panas sehingga membuat
para pekerja tidak nyaman
Pengendalian
No Pekerja Potensi
hazard
Dampak yang
ditimbulkan
Pengendalian Perundang-
undangan
Pabrik:
1. Semua Bising yang
diakibatkan
oleh mesin
AC
Ketidaknyamanan
bekerja dan dapat
menyebabkan
Noise-induced
hearing
loss(NIHL)
Pemindahan
mesin kipas
pendingin
ruangan
kebagian luar
gedung atau ke
atas gedung.
Jika tidak dapat
dipindahkan
dapat diberikan
penutup kuping
(ear plug) untuk
Peraturan
Menteri Tenaga
Kerja Dan
Transmigrasi
Republik
Indonesia
Nomor Per
08/Men/VII/2010
Peraturan
Menteri Tenaga
Kerja Dan
para pekerja
sehingga
pajanan suara
dapat mencapai
85db
Transmigrasi
Nomor 13 tahun
2011 pasal 5
2. Semua Terdapat
getaran
yang
ditimbulkan
oleh mesin
AC
Ketidaknyamanan
dalam bekerja
Pemindahan
mesin kipas
pendingin
ruangan
kebagian luar
atau atas gedung
Peraturan
Menteri Tenaga
Kerja Dan
Transmigrasi
Nomor 13 tahun
2011 pasal 6
3. Semua Kurangnya
ventilasi
pada ruang
mesin liquid
Panasnya suhu
ruangan yang
membuat pekerja
tidak nyaman
Sediakan
exhaust fan
Peraturan
Menteri Tenaga
Kerja Dan
Transmigrasi
Nomor 13 tahun
2011 pasal 4
4. Semua Suhu
ruangan
yang panas
pada bagian
tengah
gedung
pabrik
Panasnya suhu
ruangan dapat
membuat pekerja
tidak nyaman
Sediakan
pendingin
ruangan
Peraturan
Menteri Tenaga
Kerja Dan
Transmigrasi
Nomor 13 tahun
2011 pasal 6
Ruang
Makan:
1.
Semua Rusaknya
Exhaust fan
Panasnya suhu
ruangan dapat
membuat pekerja
tidak nyaman
Perbaik mesin
Exhaust fan &
sediakan
pendingin
ruangan
Peraturan
Menteri Tenaga
Kerja Dan
Transmigrasi
Nomor 13 tahun
2011 pasal 6
II.N
Pekerja Potensi hazard
Dampak yang ditimbulkan
Pengendalian Perundang-undangan
1 Semua Tempat cuci tangan yang tersedia di ruang makan hanya 3, sementara ruang makan menampung 200 orang.
Pekerja malas mencuci tangan karena mengantri, sehingga bisa menyebabkan ingesti kuman ataupun zat kimia
Perbanyak tempat cuci tanganl, 1 tempat cuci tangan untuk 25 orang tenaga kerja, bila tenaga kerja lebih dari 100 orang maka 1 temoat cuci tangan tambahan untuk 15 orang.
Peraturan Menteri Perburuhan no 7 tahun 1964 pasal 7.
2 Semua Tidak ada sabun di wastafel
bisa menyebabkan ingesti kuman ataupun zat kimia
Sediakan sabun cuci tangan
Peraturan Menteri Perburuhan no 7 tahun 1964
3 Semua Tidak ada paper towel
Pekerja akan mengelap tangannya di sembarang tempat
Sediakan paper towel atau hand dryer
Peraturan Menteri Perburuhan no 7 tahun 1964
4 Semua Sampah tidak ditutup
Dapat menjadi sarang dan sumber kuman
Tutup semua sampah yang terbuka
Peraturan Menteri Perburuhan no 7 tahun 1964 pasal 3 ayat 4
5 Semua Alat makan hanya dicuci dengan sabun dan air, tidak dengan air panas
Dapat menjadi tempat pertumbuhan kuman
Cuci perlatan makan dengan sabun, air mengalir, dan air panas.
Peraturan Menteri Perburuhan no 7 tahun 1964 pasal 8 ayat 6
6 Semua Ventilasi tidak mencukupi
Suhu menjadi panasTidak nyaman selama makan
Sediakan pendingin udara
Peraturan Menteri Perburuhan no 7 tahun 1964 pasal 8 ayat 3.
II. Faktor Sanitasi
Kakus
No Pekerja Potensi hazard Dampak yang ditimbulkan
Pengendalian Perundang-undangan
1 Semua Kakus berjumlah 20 sementara untuk 1 shift terdapat kurang lebih 800 orang
Kakus menjadi lebih kotor karena digunakan oleh banyak orangTidak nyaman
Ditambah kakus, 81-100 5 kakus, dan untuk 100 orang berikutnya 6 kakus.
Peraturan Menteri Perburuhan no 7 tahun 1964 pasal 6 ayat 6.
Kebersihan umumNo Pekerja Potensi hazard Dampak yang
ditimbulkanPengendalian Perundang-
undangan1 Semua exhaust fan
yang dipenuhi oleh debu
Inhalasi debuInhalasi kuman
Exhaust fan rutin dibersihkan, sehingga ventilasi menjadi lebih baik dan tidak menjadi sarang penyakit.
Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964
2. Dinding kotor dan hitam
Dapat menjadi media pertumbuhan jamur
Mengganggu kesehatanMengganggu keindahan dan kenyamana
Dinding dikapuri setidaknya sekali dalam 5 tahun, dinding yang di cat harus dicuci minimal sekali setahun.
Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 pasal 4 ayat 3
Limbah No Pekerja Potensi
hazardDampak yang ditimbulkan
Pengendalian Perundang-undangan
1 Tempat pengolahan limbah.
Limbah yang berbau kurang sedap.
Dapat mengiritasi penghidu dan menggangu penciuman.
Metode isolasi dan memberikan penutup pada kolam penampungan limbah.
Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 pasal 2
Kebersihan ruang makan dan dapur
No Pekerja Potensi hazard Dampak yang ditimbulkan
Pengendalian Perundang-undangan
1 Semua Tempat cuci tangan yang tersedia di ruang makan hanya 3, sementara ruang makan menampung 200 orang.
Pekerja malas mencuci tangan karena mengantri, sehingga bisa menyebabkan ingesti kuman ataupun zat kimia
Perbanyak tempat cuci tanganl, 1 tempat cuci tangan untuk 25 orang tenaga kerja, bila tenaga kerja lebih dari 100 orang maka 1 temoat cuci tangan tambahan untuk 15 orang.
Peraturan Menteri Perburuhan no 7 tahun 1964 pasal 7.
2 Semua Tidak ada sabun di wastafel
bisa menyebabkan ingesti kuman ataupun zat kimia
Sediakan sabun cuci tangan
Peraturan Menteri Perburuhan no 7 tahun 1964
3 Semua Tidak ada paper towel
Pekerja akan mengelap tangannya di sembarang tempat
Sediakan paper towel atau hand dryer
Peraturan Menteri Perburuhan no 7 tahun 1964
4 Semua Sampah tidak ditutup
Dapat menjadi sarang dan sumber kuman
Tutup semua sampah yang terbuka
Peraturan Menteri Perburuhan no 7 tahun 1964 pasal 3 ayat 4
5 Semua Alat makan hanya dicuci dengan sabun dan air, tidak dengan air
Dapat menjadi tempat pertumbuhan kuman
Cuci perlatan makan dengan sabun, air mengalir, dan
Peraturan Menteri Perburuhan no 7 tahun 1964 pasal 8 ayat 6
panas air panas. 6 Semua Ventilasi tidak
mencukupiSuhu menjadi panasTidak nyaman selama makan
Sediakan pendingin udara
Peraturan Menteri Perburuhan no 7 tahun 1964 pasal 8 ayat 3.
III. FAKTOR KIMIA
Jenis limbah yang sering dihasilkan dari industri kosmetik adalah air buangan
yang mengandung logam, sisa-sisa pelarut (etil alcohol, etanol), bahan-bahan organik
beracun seperti fenol dan sianida yang dapat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk
hidup melalui beberapa jalan, yaitu: saluran pernafasan, pencernaan dan penetrasi melalui
kulit.
Pekerja Potensi
Hazard
Dampak yang
ditimbulkan
Pengendalian Peraturan
Perundangan
Pekerja
Pengelola
Limbah
Limbah B3
cair (liquid
hazardous
wastes)
Dalam jumlah
tertentu dengan
kadar tertentu,
dapat merusakkan
kesehatan bahkan
mematikan
manusia atau
kehidupan lainnya
(lingkungan)
1. APD (masker,
boot, sarung
tangan)
2. Pengolahan secara
fisik, kimia,
biologi
Undang-undang
Lingkungan Hidup
Nomor 4 Tahun 1982
(Pengendalian limbah
industri)
BAB iV
KESIMPULAN DAN SARAN