Upload
vuongliem
View
216
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SUMBER DATA
Data yang digunakan untuk mendukung pembuatan tugas akhir ini diperoleh
dari berbagai sumber, antara lain:
2.1.1 Media Cetak
Penulis melakukan riset mengenai self-harm, bunuh diri,
depresi, dan berbagai macam gangguan mental lainnya melalui
berbagai macam buku, thesis, dan lainnya
2.1.2 Wawancara
Penulis mewawancarai Bapak Danny Yatim – psikolog dengan
pengalaman dalam bidang kesehatan dan perkembangan sosial di
Indonesia dan Asia selama lebih dari 20 tahun – melalui email untuk
mengenal self-harm lebih lanjut
2.1.3 Melakukan Riset melalui Internet
Penulis melakukan riset melalui internet untuk mengenal self-harm
lebih lanjut dan cara-cara menanganinya
2.2 ANALISA KASUS
2.2.1 Definisi Depresi
Menurut Oxford Dictionary; depresi, atau depression,
didefinisikan sebagai “kondisi mental yang ditandai oleh perasaan putus
asa ekstrim dan tidak adanya semangat – biasanya disertai perasaan-
perasaan ketidakcukupan sebagai seorang individu dan perasaan
bersalah, yang sering berakibat kurangnya energi, terganggunya pola
makan, dan kekurangan tidur”..
Dan bagi para psikolog National Institute of Mental Health
(USA), depresi merupakan penyakit medis yang serius – bukan hal yang
3
4
dibuat-buat dan mudah disembuhkan. Depresi sendiri terbagi menjadi 2
jenis;
Major Depression; gejala depresi parah yang menghambat
kemampuan tiap individu untuk bekerja, tidur, belajar, dan
kemampuan untuk menikmati hidup. Kebanyakan orang pernah
mengalami kejadian ini beberapa kali dalam hidupnya.
Persistent Depressive Disorder; perasaan depresi yang bertahan
selama 2 tahun. Orang-orang yang terdiagnosa dengan ini bisa
mengalami momen-momen depresi berat yang disertai gejala-
gejala depresi yang lebih ringan. Selain itu, depresi ini juga dapat
terbentuk dari berbagai macam kasus, contohnya:
- Psychotic depression; hal ini dapat terjadi jika seseorang
yang memiliki penyakit kejiwaan – seperti delusi, halusinasi,
dan sebagainya – mengalami depresi parah.
- Postpartum depression; hal ini terjadi kepada wanita-wanita
yang baru melahirkan – disebabkan oleh perubahan hormon
dan fisik yang disertai tekanan untuk merawat bayi yang
kadang terasa sangat berat.
- Seasonal affective disorder; hal ini ditandai dengan
munculnya gejala-gejala depresi yang timbul seiring dengan
musim salju – dimana cahaya matahari relatif jarang muncul.
Depresi jenis ini sering kali hilang bersama datangnya musim
panas atau musim semi Bipolar disorder; biasa juga disebut dengan manic depressive
illness. Bipolar disorder seringkali ditandai dengan perubahan
mood yang ekstrim; dari sangat bahagia dan kemudian sangat
depresi.
Penyebab depresi cenderung dikarenakan oleh kombinasi faktor-
faktor genetik, biologis, lingkungan, dan psikologi. Penyakit-penyakit
depresi merupakan kelainan otak – orang-orang dengan depresi
memiliki bentuk otak yang berbeda dibandingkan orang-orang normal
jika di scan dalam mesin MRI.
5
2.2.2 Self-Harm/Tindakan Melukai Diri
Tindakan melukai diri, lebih dikenal dengan nama self-harm
merupakan tindakan menyakiti diri yang disengaja, dengan atau tanpa
niatan bunuh diri. Istilah self-harm sendiri merupakan istilah yang lebih
netral yang dipakai untuk menggantikan istilah ‘self-mutilation’ yang
digunakan literatur sebelumnya – terutama literatur-literatur sebelum
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Istilah self-
harm dikenal juga dengan nama self-injury (Muehlenkamp, 2005: 75).
Bentuk self-harm yang paling umum adalah melukai kulit –
dengan silet atau berbagai macam benda tajam. Namun selain itu, self-
harm juga muncul dalam bentuk membakar bagian badan, memukul
diri, mengorek bekas luka, menjambak rambut, hingga menelan zat-zat
beracun (Mental Health Foundation, 2006: 21). Self-harm, selain
dihubungkan dengan depresi, juga merupakan kulminasi dari anxiety
disorder, pengunaan narkoba, eating disorder, PTSD, schizophrenia,
dan berbagai macam gangguan kepribadian. Namun, lain halnya dari
orang-orang yang menderita mental disorder – orang yang melakukan
self-harm seringkali menyembunyikan luka-luka di badan dan tendensi
mereka untuk melukai diri, yang membuat mereka seringkali tidak
terlihat seperti orang yang melakukan self-harm; hal ini adalah faktor
yang makin mempersulit diagnosa. (Klonsky, 2007: 27)
Motivasi tiap individu untuk self-harm berbeda-beda, seringkali
self-harm menjadi cara untuk meringankan perasaan-perasaan intens
seperti kegelisahan, stres, rendahnya kepercayaan diri, perfeksionisme,
anhedonia, dan sebagainya. Fenomena self-harm ini sering terjadi pada
remaja – biasanya timbul pada umur 12-24 tahun (Klonsky, 2007: 63).
Menurut Schmidtke & rekan-rekannya, self-harm lebih umum diantara
wanita dewasa muda dibandingkan pria dewasa muda. Wanita umur 15-
24 tahun dan pria umur 25-29 adalah pelaku self-harm dengan jumlah
tertinggi (Schmidtke, 1996: 93). Wanita berumur 15-24 Selain itu,
banyak orang yang melakukan self-harm menyatakan bahwa dengan
melukai diri mereka, mereka dapat berdisasosiasi dengan realitas –
memisahkan pikiran mereka dari perasaan-perasaan yang menekan
6
mereka. Hal ini dicapai dengan “menipu” pikiran untuk memfokuskan
rasa sakit emosional yang dirasakan menuju rasa sakit fisik yang
mereka timbulkan sendiri; bagi mereka rasa sakit fisik yang mereka
rasakan merupakan pengalihan rasa sakit emosional yang mereka
rasakan (Spandler, 1996: 42).
2.2.3 Parasuicide & Suicide
Menurut Oxford Dictionary, ‘Parasuicide’ adalah “percobaan
bunuh diri tanpa ada niatan untuk meninggal”, sedangkan ‘Suicide’
adalah “tindakan bunuh diri”.
Parasuicide merupakan istilah yang pertama kali diciptakan oleh
Norman Kreitman yang merupakan bentuk self-harming yang ekstrim,
dimana seorang individual melakukan sebuah tindakan melukai diri
yang cenderung non-fatal terhadap dirinya sendiri. Hal ini
dikategorikan sebagai bentuk self-harming yang ekstrim dikarenakan
Parasuicide sendiri dianggap sebagai indikator terkuat bunuh diri di
masa depannya (Welch, 2011: 52). Sama seperti self-harm pada
umumnuya, Parasuicide sering muncul dalam bentuk menyilet
pergelangan tangan, dan kadang juga menelan obat-obat preskripsi
dalam jumlah yang berlebihan. Perbedaan Parasuicide dari Self-harm
adalah, dalam self-harming, tujuan utama seorang individu adalah
untuk meringankan tekanan emosional dalam hidupnya – sedangakan
Parasuicide seringkali dilakukan oleh seseorang untuk memberi tahu
orang-orang terdekatnya atas tingkat keparahan depresinya. Menurut
David Semple dalam buku Oxford Handbook of Psychiatry, 1% dari
orang-orang yang melakukan Parasuicide akan melakukan bunuh diri
dalam jangka waktu 2 tahun.
Orang-orang yang mengalami depresi berat, jika tidak dirawat,
memiliki kemungkinan untuk bunuh diri. Seringkali tindakan ini
dilakukan karena perasaan keputus-asaan – yang sering dikaitkan
dengan depresi klinis, bipolar disorder, schizophrenia, dan berbagai
macam gangguan mental lainnya yang juga menyebabkan self-harm.
Selain itu faktor-faktor eksternal seperti kesulitan finansial, masalah
dalam hubungan interpersonal juga sering menjadi faktor yang
7
memotivasi orang untuk bunuh diri.
Sembilan puluh persen (90%) orang yang melakukan bunuh diri
seringkali memiliki gangguan jiwa. Namun, bagi orang-orang yang
pernah dirawat di unit psikiatrik, lifetime risk mereka untuk bunuh diri
turun menjadi 8.6% Faktor bunuh diri yang paling umum kedua adalah
orang-orang yang mengalami substance abuse (alkohol dan/atau
narkoba). Kebanyakan orang yang dibawah pengaruh alkohol memiliki
antara 15%-61% kemungkinan untuk bunuh diri. (Vijayakumar, 2011:
24)
2.2.4 Korelasi antara Self-harm dengan Bunuh Diri
Orang-orang yang pernah melakukan self-harm memiliki resiko
untuh bunuh diri 200 kali lebih besar dibandingkan orang-orang yang
tidak pernah. (O’Connor, 2011: 125)Lebih besar lagi kemungkinan
bunuh diri pada orang yang melakukan self-harm berkali-kali
dibandingkan yang pernah melakukannya hanya sekali (Zahl, 2004:
182). Penyebab self-harm seringkali sama dengan penyebab bunuh diri
(contohnya mental disorder), yang menunjukkan bahwa kedua perilaku
ini berhubungan, dibalik kompleksitas hubungan keduanya. (O’Connor,
2011: 120)
2.2.5 Pencegahan dan Perawatan Dasar
Menurut National Health Service (UK), cara-cara merawat
depresi pada seseorang biasanya merupakan kombinasi obat-obatan,
terapi, dan melakukan tindakan-tindakan self-help. Untuk depresi
ringan, metode yang disarankan adalah;
Tunggu; jika seorang individu didiagnosa dengan depresi ringan,
masih ada kemungkinan kondisi mental akan membaik dengan
sendirinya. Disarankan untuk ke terapis/psikiater untuk
memonitor perkembangan kondisi mental.
Olahraga; bukti menyatakan bahwa berolahraga dan aktivitas fisik
semacamanya dapat membantu meringankan depresi. Disarankan
untuk konsultasi ke dokter tentang pola olahraga yang
dibutuhkan.
8
Grup Self-help; salah satu cara untuk meringankan depresi adalah
dengan mendiskusikannya – selain membicarakannya dengan
teman dan keluarga, pengidap depresi disarankan untuk
bergabung atau membentuk grup self-help dimana sesama orang
yang mengalami depresi dapat saling mensupport satu sama lain.
Sedangkan untuk depresi tingkat sedang;
- Psikoterapi: rang yang memiliki depresi tingkat sedang
disarankan untuk melakukan psikoterapi; ada banyak jenis
psikoterapi – dimulai dari cognitive behavioural therapy dan
konseling.
Dan untuk depresi berat, disarankan untuk; Antidepresan; Antidepresan merupakan tablet yang dapat
membantu meringankan gejala-gejala depresi; termasuk anxiety
disorder, OCD, eating disorder, ADHD, dan sebagainya.
Antidepresan merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan
resep dokter. Terapi Gabungan; untuk orang yang mengalami depresi berat,
gabungan antara antidepresan dan psikoterapi sangat disarankan. Tim Dokter; orang yang mengalami depresi berat akan dirujuk
kepada sebuah tim dokter yang terdiri dari psikolog, psikiater,
perawat spesialis, dan terapis. Tim ini akan memberikan
perawatan terapi intensif dan juga obat-obatan yang diperlukan.
Dan menurut Thomas Marra dalam bukunya “Depressed and
Anxious: The Dialectical Behavior Therapy Workbook for Overcoming
Depression & Anxiety”, cara yang paling mudah untuk mencegah
melukai diri adalah dengan menenangkan diri dengan cara-cara berikut
saat menghadapi masalah dan mulai timbul niatan melukai diri; Validation; “Saya bisa menerima rasa sakit ini dan saya ingin
sembuh”. Teknik ini menenangkan diri dengan memberi validasi
terhadap emosi yang dialami tanpa memendamnya atau
membesar-besarkannya – sehingga penderita bisa melihat
masalah mereka dengan lebih rasional. Reassurance; “Saya kuat dan saya bisa mengatasi masalah ini,
meskipun masalah ini menyakiti saya”. Dengan meyakinkan diri
9
bahwa rasa sakit ini bisa diatasi, pelaku akan lebih percaya diri
untuk melalui rasa sakit yang dialami tanpa menyalurkannya
menjadi luka fisik
Perspective Taking; “Saya pernah mengalami hal yang lebih
buruk dan saya selalu bisa melaluinya dengan baik”. Dengan
melihat masalah ini dari perspektif lain, penderita bisa lebih jelas
melihat masalah ini tanpa gangguan-gangguan emosional yang
dialami.
2.3. DATA LEMBAGA
2.3.1 Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dibentuk
berdasarkan amanat UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Undang-Undang tersebut disahkan oleh Sidang Paripurna DPR
pada tanggal 22 September 2002 dan ditandatangani Presiden
Megawati Soekarnoputri, pada tanggal 20 Oktober 2002. Setahun
kemudian sesuai ketentuan Pasal 75 dari undang-undang tersebut,
Presiden menerbitkan Keppres No. 77 Tahun 2003 tentang Komisi
Perlindungan Anak Indonesia. Diperlukan waktu sekitar 8 bulan untuk
memilih dan mengangkat Anggota KPAI seperti yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan tersebut.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia memiliki visi:
“Terwujudnya Indonesia Ramah Anak”
Dan misi;
1. Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat dalam
perlindungan anak.
2. Membangun sistem dan jejaring pengawasan perlindungan anak.
3. Meningkatkan jumlah dan kompetensi pengawas perlindungan
anak.
4. Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan utilitas laporan
pengawasan perlindungan anak.
10
5. Meningkatkan kapasitas, aksesibilitas, dan kualitas layanan
pengaduan masyarakat.
6. Meningkatkan kinerja organisasi KPAI.
2.3.2 Himpunan Psikologi Indonesia
Merupakan organisasi profesi psikologi di Indonesia, didirikan
di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1959 dengan nama Ikatan Sarjana
Psikologi, disingkat ISPsi. Sejalan dengan perubahan sistim
pendidikan tinggi di Indonesia, melalui Kongres Luar Biasa pada
tahun 1998 di Jakarta, organisasi ini mengubah nama menjadi
Himpunan Psikologi Indonesia, disingkat HIMPSI. Saat ini Himpsi
telah memiliki 25 wilayah di propinsi yang tersebar di seluruh
Indonesia dengan jumlah anggota lebih dari 11.500 orang
Visi Himpsi adalah untuk menjadi organisasi profesi psikologi
yang diakui secara nasional maupun internasional dan berperan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Misi utama Himpsi adalah pengembangan keilmuan dan profesi
psikologi di Indonesia.
2.3.3 Kompas Gramedia Group
Kompas Gramedia, disingkat “KG”, adalah perusahaan
Indonesia yang bergerak di bidang media massa yang didirikan pada
tanggal 28 Juni 1965 Oleh P.K. Ojong dan Jakob Oetama.
Pada tahun 1980-an perusahaan ini mulai berkembang pesat,
terutama dalam bidang komunikasi. Saat ini, KG memiliki beberapa
anak perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa, toko
buku, percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer,
stasiun TV hingga universitas.
Visi dan misi Kompas Gramedia adalah “Menjadi Perusahaan
yang terbesar, terbaik, terpadu dan tersebar di Asia Tenggara melalui
usaha berbasis pengetahuan yang menciptakan masyarakat tedidik,
tercerahkan, menghargai kebhinekaan dan adil sejahtera.”
2.4. DATA KAMPANYE
11
Kampanye ini terinspirasi dari beberapa kampanye berikut
2.4.1 Don’t Hide – Kampanye Kesadaran Depresi
Kampanye kesadaran atas orang-orang yang mengalami depresi
yang mendorong mereka untuk minta bantuan pada sekitar atau
profesional. Kampanye ini memiliki pesan untuk jangan
menyembunyikan depresi anda. Menurut pencetus kampanye ini;
“Just because the people around you appear happy and healthy
doesn't mean they necessarily are.”
Gambar 2.1 Kampanye Don’t HideSumber: https://www.behance.net/gallery/13992091/Depression-Awareness-Campaign
2.4.2 Kampanye Anti Child Abuse
Kampanye anti child abuse cetusan ANAR (Aid to Children and
Adoloescents at Risk) dari Spanyol ini bertujuan menyebarkan
kesadaran atas banyaknya child abuse di Spanyol. Kampanye ini
dikemas dalam bentuk poster-poster yang diproduksi dengan metode
lenticular – dimana bagi orang dewasa; poster ini terlihat seperti
poster biasa dengan tulisan “Kadang child abuse hanya terlihat bagi
anak-anak yang mengalaminya. Sedangkan bagi anak-anak, poster ini
akan menunjukkan wajah anak dengan memar dan darah, yang juga
bertuliskan “Jika seseorang menyakitimu, hubungi kami dan kami
akan membantu” beserta nomor hotline yang bisa dihubungi.
12
Gambar 2.2 & 2.3 Kampanye dari The ANAR FoundationSumber: https://www.marketingmag.com.au/news-c/child-abuse-campaign-uses-
lenticular-printing-to-hide-its-message-from-adults/
2.4.3 Self-Harm Awareness Day
Kampanye ini merupakan kampanye UK cetusan Childline,
Youthnet, selfharm.co.uk dan Youngminds yang bertujuan untuk
menyebarkan kesadaran tentang bahayanya self-harm dan cara
penanganannya.
Gambar 2.4 Salah satu bentuk dari kampanye Self-harm Awareness Day
2.4.4 Self-Injury Awareness Day
13
Kampanye cetusan LifeSIGNS ini mirip seperti Self-harm
Awareness Day cetusan Childline – kampanye ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran atas Self-harm dengan
mengkomemorasikannya tiap tanggal 1 Maret.
Gambar 2.5 Poster SIADSumber : http://www.lifesigns.org.uk/siad/
2.4.5 Kampanye Anti Child Abuse oleh ALERJ Rio de Janeiro
Kampanye anti child abuse cetusan ALERJ ini menggambarkan
bahwa ketidakpedulian sesorang terhadap child abuse yang ada depan
matanya, sama saja dengan ikut melakukannya. Metode yang
disampaikan ini dikemas dalam bentuk yang cenderung seperti kartun
untuk menggambarkan rusaknya dunia anak itu dengan child abuse.
14
Gambar 2.6 Salah satu spread kampanye iniSumber : http://osocio.org/message/domestic-child-abuse-when-you-ignore-it-youre-
taking-part-in-it/
2.5. WAWANCARA
Dalam wawancara saya dengan Bapak Danny Yatim – psikolog dengan
pengalaman dalam bidang kesehatan dan perkembangan sosial di Indonesia dan
Asia selama lebih dari 20 tahun – penulis mengajukan beberapa pertanyaan
berikut;
Apa itu Self-Harm?
“Self-harm adalah perilaku menyakiti tubuh sendiri”
Mengapa orang melakukan self-harm?
“Bagi pelakunya, self-harm adalah cara mengekspresikan keresahan dan
emosinya. Menyakiti diri adalah cara pelampiasan orang tersebut dalam
menghadapi kesedihan, kemarahan, rasa bersalah, rasa hampa, dan rasa benci.
Meskipun bagi orang lain sulit dipahami, tetapi self-harm memberikan rasa
lega bagi yang melakukannya, seakan-akan semua emosi tadi bisa
tersalurkan.
Apakah faktor eksternal merupakan faktor pendorong utama untuk self-harm?
15
“Tentu saja. Bukankah hampir segala sesuatu yang kita lakukan juga
terdorong dari lingkungan, sadar atau tidak sadar. Jadi sulit untuk menetukan
apakah sesuatu itu berawal dari eksternal atau internal”
Umur berapakah kebanyakan orang-orang mulai melakukan Self-harm?
“Kebanyakan kasus berawal pada masa remaja, meskipun ada pula yang
melakukan ketika sudah dewasa, dan ada yang melakukannya ketika anak-
anak. Menurut para ahli self-harm kemungkinan berakar dari trauma
(kejadian menyakitkan yang membekas) pada masa kecil.”
Adakah korelasi antara self-harm dengan kondisi sosial-ekonomi seseorang?
“Belum ada data di Indonesia. Tetapi di beberapa negara maju, ini tidak ada
kaitan dengan kelas sosial-ekonomi.”
Apakah self-harm merupakan hal serius yang semestinya dibawa ke
profesional?
“Tentu saja merupakan hal yang serius, karena merusak tubuh. Ada cara lain
untuk merespons terhadap problem emosional kita. Mereka yang melakukan
self-harm barangkali tidak sadar bahwa ada cara lain, seperti misalnya
ngobrol (curhat) dengan orang lain.”
Apakah hal-hal yang bisa membantu pelaku self-harm?
“Mengajaknya ngobrol, tidak menghakimi perbuatannya, mendengarkan
persoalannya, selama ini mungkin dia tak pernah menemukan orang yang
mau mendengarkan masalahnya”
Apakah hal-hal yang bisa dilakukan keluarga/teman untuk membantu orang
yang mengalami self-harm?
“Sama seperti nomer 7, tetapi akan lebih baik lagi bila meminta bantuan ahli
seperti psikolog klinis.”
2.6 KUESIONER
Berikut merupakan hasil kuesioner dengan jumlah koresponden 300 orang
yang disebar oleh penulis melalui social media sebagai materi pembantu dalam
perancangan kampanye anti Self-harm ini;
Pertanyaan pertama : Berapakah usia anda? Dari 300 koresponden, 148
koresponden (49.3%) menjawab “18 - 22 tahun” dan 83 koresponden (27.7%)
menjawab “15 - 17 tahun”.
16
Pertanyaan kedua : Jenis kelamin anda? Dari 300 koresponden, 245
koresponden (81.7%) menjawab “Perempuan” dan 55 koresponden (18.3 %)
menjawab “Laki-laki.
Pertanyaan ketiga : Apakah pekerjaan anda saat ini? Dari 300 koresponden,
151 koresponden (50.3%) menjawab “Mahasiswa” dan 138 koresponden
(46%) menjawab “Pelajar”.
Pertanyaan keempat : Pendapatan perbulan anda? Dari 300 koresponden, 99
koresponden (33%) menjawab “Rp 100.000 – Rp 500.000”, 81 koresponden
(27%) menjawab “Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000”, dan 63 koresponden (21%)
menjawab “Rp 500.000 – Rp. 1.000.000.
Pertanyaan kelima : Dimanakah kota tempat tinggal anda? Dari 300
koresponden, 227 koresponden (75.7%) menjawab “Jabodetabek”.
Pertanyaan keenam : Apakah anda pernah mendengar istilah Self-harm dan
mengerti maksudnya? Dari 300 koresponden, 206 koresponden (68.7%)
menjawab “Pernah mendengar dan mengerti” dan 51 koresponden (17%)
menjawab “Pernah mendengar tetapi tidak mengerti.”
Pertanyaan ketujuh : Bila pernah, darimanakah anda mengetahui tentang
Self-harm? Dari 300 koresponden, 213 koresponden (71%) menjawab
“Internet”, dan 99 koresponden (33%) menjawab “Film/TV”, 88 koresponden
(29.3%) menjawab “Buku/Media Cetak”
Pertanyaan kedelapan : Adakah orang disekitar anda yang mengalaminya?
Bila ada, apa hubungan anda dengan orang itu? Dari 300 koresponden, 138
koresponden (46%) menjawab “Teman”, dan 61 koresponden (20.3%)
menjawab “Diri Sendiri.”
Pertanyaan kesembilan : Bila ada orang disekitar anda yang mengalami
Self-harm, apakah pandangan anda pada mereka? Dari 300 koresponden,
17
219 koresponden (76%) menjawab “Takut”, dan 50 koresponden (17.4%)
menjawab “Kasihan”
Pertanyaan kesepuluh : Apakah menurut anda Self-harm merupakan
sebuah isu penting untuk dibahas? Dari 300 koresponden, 284 koresponden
(94.7%) menjawab “Ya.”
Pertanyaan kesebelas : Bila ada kampanye yang membahas penanganan
dan pencegahan Self-harm, apakah anda akan mendukungnya? Dari 300
koresponden, 289 koresponden (96.3%) menjawab “Ya.’
2.7 TINJAUAN KHUSUS
2.7.1 Teori Kampanye
Kampanye’ menurut KBBI merupakan suatu gerakan serentak
untuk melawan/mengadakan aksi. Dan ‘Sosial’ adaha segala hal yang
berkaitan dengan masyarakat dan komunitasnya. Jadi dapat
dismpulkan bahwa ‘Kampanye Sosial’ adalah sebuah gerakan
serentak yang diadakan untuk mengarahkan suatu perilaku sebuah
kelompok masyarakat menuju arah tertentu sesuai dengan agenda
yang diadakan oleh pembuat kampanye.
Menurut Lee & Kotler (2011: 25), kampanye sosial merupakan
salah satu bentuk social marketing – yang sendirinya merupakan
strategi marketing yang mulai muncul pada awal tahun 1970-an yang
umumnya berfokus terhadap mempengaruhi perilaku publik untuk
meningkatkan kesehatan mereka, mencegah cedera, dan berbagai
macam kontribusi untuk komunitas.
2.7.2 Teori Copywriting
Menurut Jefkins (1985: 58), copywriting merupakan seni
penulisan pesan penjualan yang paling persuasif ; jika penulisan copy
ini tidak bisa menarik perhatian, ketertarikan, keyakinan, keinginan,
dan tindakan – artinya penulisan copy untuk iklan itu telah gagal.
18
2.7.3 Teori Warna
Warna merupakan salah satu bagian yang paling vital dalam
pembentukan identitas visual. Dengan warna, kita dapat mudah
menyampaikan suatu kesan tertentu tanpa perlu menggunakan kata-
kata. Menurut Eisseman (2002: 8), warna merupakan metode yang
paling tepat dalam usaha penyampaian pesan dan tujuan. Prinsip
warna menurut Robert B. Parker antara lain:
Penggunaan warna harus memiliki fungsi
Warna harus dapat memberikan ciri khas perusahaan/produk yang
disampaikan.
Penggunaan warna tidak hanya berfungsi sebagai sensasi artisitik,
tetapi bertujuan untuk mengatakan bahwa warna memang nyata
kebenarannya.
Hindari warna yang tidak perlu
Warna-warna yang akan di gunakan untuk kampanye ini adalah
warna-warna yang bersifat fanciful, festive, energetic, dan playful
yang kontras dengan konten-nya yang bersifat ‘gelap’ – untuk
menggambarkan sifat self-harm itu sendiri; yaitu sesuatu yang
seringkali tersembunyi dibalik pribadi yang ‘cerah’.
2.7.4 Teori Tipografi
Menurut buku Tipografi dalam Desain Grafis, Danton
Sihombing (2001: 35) untuk memilih jenis huruf atau font yang tepat,
beberapa kriteria yang harus, terpenuhi antara lain:
1. Clarity; suatu huruf mempunyai fungsi tertentu yaitu harus dapat
dilihat secara jelas.
2. Readability; yaitu keterbacaan dan jenis huruf tersebut.
3. Legibility; menekankan kemudahan membaca tulisan
4. Visibility; fokus kepada keindahan jenis huruf tersebut.
Teori ini membantu pemahaman penulis atas utilisasi tipografi
yang mengedepankan readability dan legibility sehingga mudah
dibaca – yang merupakan faktor yang sangat penting untuk sebuah
19
kampanye sosial yang tujuan utamanya adalah menyampaikan suatu
pesan. Tipografi yang digunakan dalam kampanye ini adalah typeface
sans serif yang tebal untuk headline; dan sans serif yang lebih tipis
untuk copy.
2.7.5 Teori Layout
Menurut Goodman (2001: 54), layout yang baik akan
membimbing pembaca. Sebuah layout harus memberikan arahan yang
spesifik kepada pembaca. Layout yang baik merupakan layout yang
menyajikan informasi secara tepat dan jelas dimulai dari bagian yang
penting dan terus menuntun ke informasi yang selanjutnya sesuai
design. Hal inilah yang disebut dengan hirarki informasi.
Grid pada umumnya digunakan untuk menciptakan suatu
susunan yang baik sehingga memudahkan orang untuk melihat dan
memahami desain tersebut. Desainer harus menggunakan grid untuk
tujuan agar desain mereka mudah untuk dinikmati dan dipahami. Grid
memiliki 3 tujuan, antara lain:
Repeatability (pengulangan)
Repeatability digunakan untuk memberikan suatu kesinambungan
atau kesamaan pada berbagai media dan fungsinya.
Composition (komposisi)
Komposisi yang baik memudahkan pembacanya untuk
memahami dan juga memberikan kesan estetik.
Communication (komunikasi)
Sebuah desain memiliki tujuan untuk mengkomunikasikan sebuah
pesan. Grid membantu untuk memberikan konsentrasi atau fokus
pada pesan masing-masing agar pesan tersebut tidak saling
bertabrakan satu sama lain dan dapat dipahami oleh pembaca.
2.7.6 Teori Ilustrasi
Menurut Simmon Jennings (1988, 28), ilustrasi memiliki tiga
fungsi, yaitu sebagai informasi, dekorasi, dan komentar.
20
2.8 ANALISA SWOT
2.8.1 Strength
- Adanya stigma publik terhadap para remaja dengan depresi,
campaign ini akan memberi publik sebuah perspektif terhadap
isu-isu yang mereka hadapi.
- Remaja yang melakukan self-harm cenderung merahasiakan hal
yang mereka lakukan, campaign ini akan membantu mereka
merawat dan melalui hal ini.
- Self-harm merupakan bahaya yang fatal yang seringkali
diremehkan dan dianggap hal yang sepele.
2.8.1 Weakness
- Biaya terapis yang cenderung mahal.
- Depresi dan self-harming seringkali tidak tampak dari luar.
- Sulitnya untuk meraih orang yang sudah mengalami depresi berat.
- Banyak orang depresi yang masih belum mau mengakui kondisi
mereka akibat stigma yang ada.
2.8.1 Opportunity
- Depresi yang berujung kepada self-harm dan bunuh diri
merupakan isu yang jarang dibicarakan dan diajarkan disekolah.
- Banyaknya anak remaja yang sedang mencari jati diri dan
terisolasi.
2.8.1 Threat
- Banyak isu-isu lain di Indonesia yang relatif lebih mendesak
- Pergaulan remaja yang cenderung diskriminatif.
- Support kesehatan mental yang kurang di Indonesia.