28
BAB II PEMBAHASAN 2.1 SUMBER DATA Data yang digunakan untuk mendukung pembuatan tugas akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 2.1.1 Media Cetak Penulis melakukan riset mengenai self-harm, bunuh diri, depresi, dan berbagai macam gangguan mental lainnya melalui berbagai macam buku, thesis, dan lainnya 2.1.2 Wawancara Penulis mewawancarai Bapak Danny Yatim – psikolog dengan pengalaman dalam bidang kesehatan dan perkembangan sosial di Indonesia dan Asia selama lebih dari 20 tahun – melalui email untuk mengenal self-harm lebih lanjut 2.1.3 Melakukan Riset melalui Internet Penulis melakukan riset melalui internet untuk mengenal self-harm lebih lanjut dan cara-cara menanganinya 2.2 ANALISA KASUS 3

library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-2... · Web viewBAB II PEMBAHASAN 2.1 SUMBER DATA Data yang digunakan untuk mendukung pembuatan tugas akhir ini

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SUMBER DATA

Data yang digunakan untuk mendukung pembuatan tugas akhir ini diperoleh

dari berbagai sumber, antara lain:

2.1.1 Media Cetak

Penulis melakukan riset mengenai self-harm, bunuh diri,

depresi, dan berbagai macam gangguan mental lainnya melalui

berbagai macam buku, thesis, dan lainnya

2.1.2 Wawancara

Penulis mewawancarai Bapak Danny Yatim – psikolog dengan

pengalaman dalam bidang kesehatan dan perkembangan sosial di

Indonesia dan Asia selama lebih dari 20 tahun – melalui email untuk

mengenal self-harm lebih lanjut

2.1.3 Melakukan Riset melalui Internet

Penulis melakukan riset melalui internet untuk mengenal self-harm

lebih lanjut dan cara-cara menanganinya

2.2 ANALISA KASUS

2.2.1 Definisi Depresi

Menurut Oxford Dictionary; depresi, atau depression,

didefinisikan sebagai “kondisi mental yang ditandai oleh perasaan putus

asa ekstrim dan tidak adanya semangat – biasanya disertai perasaan-

perasaan ketidakcukupan sebagai seorang individu dan perasaan

bersalah, yang sering berakibat kurangnya energi, terganggunya pola

makan, dan kekurangan tidur”..

Dan bagi para psikolog National Institute of Mental Health

(USA), depresi merupakan penyakit medis yang serius – bukan hal yang

3

4

dibuat-buat dan mudah disembuhkan. Depresi sendiri terbagi menjadi 2

jenis;

Major Depression; gejala depresi parah yang menghambat

kemampuan tiap individu untuk bekerja, tidur, belajar, dan

kemampuan untuk menikmati hidup. Kebanyakan orang pernah

mengalami kejadian ini beberapa kali dalam hidupnya.

Persistent Depressive Disorder; perasaan depresi yang bertahan

selama 2 tahun. Orang-orang yang terdiagnosa dengan ini bisa

mengalami momen-momen depresi berat yang disertai gejala-

gejala depresi yang lebih ringan. Selain itu, depresi ini juga dapat

terbentuk dari berbagai macam kasus, contohnya:

- Psychotic depression; hal ini dapat terjadi jika seseorang

yang memiliki penyakit kejiwaan – seperti delusi, halusinasi,

dan sebagainya – mengalami depresi parah.

- Postpartum depression; hal ini terjadi kepada wanita-wanita

yang baru melahirkan – disebabkan oleh perubahan hormon

dan fisik yang disertai tekanan untuk merawat bayi yang

kadang terasa sangat berat.

- Seasonal affective disorder; hal ini ditandai dengan

munculnya gejala-gejala depresi yang timbul seiring dengan

musim salju – dimana cahaya matahari relatif jarang muncul.

Depresi jenis ini sering kali hilang bersama datangnya musim

panas atau musim semi Bipolar disorder; biasa juga disebut dengan manic depressive

illness. Bipolar disorder seringkali ditandai dengan perubahan

mood yang ekstrim; dari sangat bahagia dan kemudian sangat

depresi.

Penyebab depresi cenderung dikarenakan oleh kombinasi faktor-

faktor genetik, biologis, lingkungan, dan psikologi. Penyakit-penyakit

depresi merupakan kelainan otak – orang-orang dengan depresi

memiliki bentuk otak yang berbeda dibandingkan orang-orang normal

jika di scan dalam mesin MRI.

5

2.2.2 Self-Harm/Tindakan Melukai Diri

Tindakan melukai diri, lebih dikenal dengan nama self-harm

merupakan tindakan menyakiti diri yang disengaja, dengan atau tanpa

niatan bunuh diri. Istilah self-harm sendiri merupakan istilah yang lebih

netral yang dipakai untuk menggantikan istilah ‘self-mutilation’ yang

digunakan literatur sebelumnya – terutama literatur-literatur sebelum

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Istilah self-

harm dikenal juga dengan nama self-injury (Muehlenkamp, 2005: 75).

Bentuk self-harm yang paling umum adalah melukai kulit –

dengan silet atau berbagai macam benda tajam. Namun selain itu, self-

harm juga muncul dalam bentuk membakar bagian badan, memukul

diri, mengorek bekas luka, menjambak rambut, hingga menelan zat-zat

beracun (Mental Health Foundation, 2006: 21). Self-harm, selain

dihubungkan dengan depresi, juga merupakan kulminasi dari anxiety

disorder, pengunaan narkoba, eating disorder, PTSD, schizophrenia,

dan berbagai macam gangguan kepribadian. Namun, lain halnya dari

orang-orang yang menderita mental disorder – orang yang melakukan

self-harm seringkali menyembunyikan luka-luka di badan dan tendensi

mereka untuk melukai diri, yang membuat mereka seringkali tidak

terlihat seperti orang yang melakukan self-harm; hal ini adalah faktor

yang makin mempersulit diagnosa. (Klonsky, 2007: 27)

Motivasi tiap individu untuk self-harm berbeda-beda, seringkali

self-harm menjadi cara untuk meringankan perasaan-perasaan intens

seperti kegelisahan, stres, rendahnya kepercayaan diri, perfeksionisme,

anhedonia, dan sebagainya. Fenomena self-harm ini sering terjadi pada

remaja – biasanya timbul pada umur 12-24 tahun (Klonsky, 2007: 63).

Menurut Schmidtke & rekan-rekannya, self-harm lebih umum diantara

wanita dewasa muda dibandingkan pria dewasa muda. Wanita umur 15-

24 tahun dan pria umur 25-29 adalah pelaku self-harm dengan jumlah

tertinggi (Schmidtke, 1996: 93). Wanita berumur 15-24 Selain itu,

banyak orang yang melakukan self-harm menyatakan bahwa dengan

melukai diri mereka, mereka dapat berdisasosiasi dengan realitas –

memisahkan pikiran mereka dari perasaan-perasaan yang menekan

6

mereka. Hal ini dicapai dengan “menipu” pikiran untuk memfokuskan

rasa sakit emosional yang dirasakan menuju rasa sakit fisik yang

mereka timbulkan sendiri; bagi mereka rasa sakit fisik yang mereka

rasakan merupakan pengalihan rasa sakit emosional yang mereka

rasakan (Spandler, 1996: 42).

2.2.3 Parasuicide & Suicide

Menurut Oxford Dictionary, ‘Parasuicide’ adalah “percobaan

bunuh diri tanpa ada niatan untuk meninggal”, sedangkan ‘Suicide’

adalah “tindakan bunuh diri”.

Parasuicide merupakan istilah yang pertama kali diciptakan oleh

Norman Kreitman yang merupakan bentuk self-harming yang ekstrim,

dimana seorang individual melakukan sebuah tindakan melukai diri

yang cenderung non-fatal terhadap dirinya sendiri. Hal ini

dikategorikan sebagai bentuk self-harming yang ekstrim dikarenakan

Parasuicide sendiri dianggap sebagai indikator terkuat bunuh diri di

masa depannya (Welch, 2011: 52). Sama seperti self-harm pada

umumnuya, Parasuicide sering muncul dalam bentuk menyilet

pergelangan tangan, dan kadang juga menelan obat-obat preskripsi

dalam jumlah yang berlebihan. Perbedaan Parasuicide dari Self-harm

adalah, dalam self-harming, tujuan utama seorang individu adalah

untuk meringankan tekanan emosional dalam hidupnya – sedangakan

Parasuicide seringkali dilakukan oleh seseorang untuk memberi tahu

orang-orang terdekatnya atas tingkat keparahan depresinya. Menurut

David Semple dalam buku Oxford Handbook of Psychiatry, 1% dari

orang-orang yang melakukan Parasuicide akan melakukan bunuh diri

dalam jangka waktu 2 tahun.

Orang-orang yang mengalami depresi berat, jika tidak dirawat,

memiliki kemungkinan untuk bunuh diri. Seringkali tindakan ini

dilakukan karena perasaan keputus-asaan – yang sering dikaitkan

dengan depresi klinis, bipolar disorder, schizophrenia, dan berbagai

macam gangguan mental lainnya yang juga menyebabkan self-harm.

Selain itu faktor-faktor eksternal seperti kesulitan finansial, masalah

dalam hubungan interpersonal juga sering menjadi faktor yang

7

memotivasi orang untuk bunuh diri.

Sembilan puluh persen (90%) orang yang melakukan bunuh diri

seringkali memiliki gangguan jiwa. Namun, bagi orang-orang yang

pernah dirawat di unit psikiatrik, lifetime risk mereka untuk bunuh diri

turun menjadi 8.6% Faktor bunuh diri yang paling umum kedua adalah

orang-orang yang mengalami substance abuse (alkohol dan/atau

narkoba). Kebanyakan orang yang dibawah pengaruh alkohol memiliki

antara 15%-61% kemungkinan untuk bunuh diri. (Vijayakumar, 2011:

24)

2.2.4 Korelasi antara Self-harm dengan Bunuh Diri

Orang-orang yang pernah melakukan self-harm memiliki resiko

untuh bunuh diri 200 kali lebih besar dibandingkan orang-orang yang

tidak pernah. (O’Connor, 2011: 125)Lebih besar lagi kemungkinan

bunuh diri pada orang yang melakukan self-harm berkali-kali

dibandingkan yang pernah melakukannya hanya sekali (Zahl, 2004:

182). Penyebab self-harm seringkali sama dengan penyebab bunuh diri

(contohnya mental disorder), yang menunjukkan bahwa kedua perilaku

ini berhubungan, dibalik kompleksitas hubungan keduanya. (O’Connor,

2011: 120)

2.2.5 Pencegahan dan Perawatan Dasar

Menurut National Health Service (UK), cara-cara merawat

depresi pada seseorang biasanya merupakan kombinasi obat-obatan,

terapi, dan melakukan tindakan-tindakan self-help. Untuk depresi

ringan, metode yang disarankan adalah;

Tunggu; jika seorang individu didiagnosa dengan depresi ringan,

masih ada kemungkinan kondisi mental akan membaik dengan

sendirinya. Disarankan untuk ke terapis/psikiater untuk

memonitor perkembangan kondisi mental.

Olahraga; bukti menyatakan bahwa berolahraga dan aktivitas fisik

semacamanya dapat membantu meringankan depresi. Disarankan

untuk konsultasi ke dokter tentang pola olahraga yang

dibutuhkan.

8

Grup Self-help; salah satu cara untuk meringankan depresi adalah

dengan mendiskusikannya – selain membicarakannya dengan

teman dan keluarga, pengidap depresi disarankan untuk

bergabung atau membentuk grup self-help dimana sesama orang

yang mengalami depresi dapat saling mensupport satu sama lain.

Sedangkan untuk depresi tingkat sedang;

- Psikoterapi: rang yang memiliki depresi tingkat sedang

disarankan untuk melakukan psikoterapi; ada banyak jenis

psikoterapi – dimulai dari cognitive behavioural therapy dan

konseling.

Dan untuk depresi berat, disarankan untuk; Antidepresan; Antidepresan merupakan tablet yang dapat

membantu meringankan gejala-gejala depresi; termasuk anxiety

disorder, OCD, eating disorder, ADHD, dan sebagainya.

Antidepresan merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan

resep dokter. Terapi Gabungan; untuk orang yang mengalami depresi berat,

gabungan antara antidepresan dan psikoterapi sangat disarankan. Tim Dokter; orang yang mengalami depresi berat akan dirujuk

kepada sebuah tim dokter yang terdiri dari psikolog, psikiater,

perawat spesialis, dan terapis. Tim ini akan memberikan

perawatan terapi intensif dan juga obat-obatan yang diperlukan.

Dan menurut Thomas Marra dalam bukunya “Depressed and

Anxious: The Dialectical Behavior Therapy Workbook for Overcoming

Depression & Anxiety”, cara yang paling mudah untuk mencegah

melukai diri adalah dengan menenangkan diri dengan cara-cara berikut

saat menghadapi masalah dan mulai timbul niatan melukai diri; Validation; “Saya bisa menerima rasa sakit ini dan saya ingin

sembuh”. Teknik ini menenangkan diri dengan memberi validasi

terhadap emosi yang dialami tanpa memendamnya atau

membesar-besarkannya – sehingga penderita bisa melihat

masalah mereka dengan lebih rasional. Reassurance; “Saya kuat dan saya bisa mengatasi masalah ini,

meskipun masalah ini menyakiti saya”. Dengan meyakinkan diri

9

bahwa rasa sakit ini bisa diatasi, pelaku akan lebih percaya diri

untuk melalui rasa sakit yang dialami tanpa menyalurkannya

menjadi luka fisik

Perspective Taking; “Saya pernah mengalami hal yang lebih

buruk dan saya selalu bisa melaluinya dengan baik”. Dengan

melihat masalah ini dari perspektif lain, penderita bisa lebih jelas

melihat masalah ini tanpa gangguan-gangguan emosional yang

dialami.

2.3. DATA LEMBAGA

2.3.1 Komisi Perlindungan Anak Indonesia

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dibentuk

berdasarkan amanat UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak. Undang-Undang tersebut disahkan oleh Sidang Paripurna DPR

pada tanggal 22 September 2002 dan ditandatangani Presiden

Megawati Soekarnoputri, pada tanggal 20 Oktober 2002. Setahun

kemudian sesuai ketentuan Pasal 75 dari undang-undang tersebut,

Presiden menerbitkan Keppres No. 77 Tahun 2003 tentang Komisi

Perlindungan Anak Indonesia. Diperlukan waktu sekitar 8 bulan untuk

memilih dan mengangkat Anggota KPAI seperti yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan tersebut.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia memiliki visi:

“Terwujudnya Indonesia Ramah Anak”

Dan misi;

1. Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat dalam

perlindungan anak.

2. Membangun sistem dan jejaring pengawasan perlindungan anak.

3. Meningkatkan jumlah dan kompetensi pengawas perlindungan

anak.

4. Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan utilitas laporan

pengawasan perlindungan anak.

10

5. Meningkatkan kapasitas, aksesibilitas, dan kualitas layanan

pengaduan masyarakat.

6. Meningkatkan kinerja organisasi KPAI.

2.3.2 Himpunan Psikologi Indonesia

Merupakan organisasi profesi psikologi di Indonesia, didirikan

di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1959 dengan nama Ikatan Sarjana

Psikologi, disingkat ISPsi. Sejalan dengan perubahan sistim

pendidikan tinggi di Indonesia, melalui Kongres Luar Biasa pada

tahun 1998 di Jakarta, organisasi ini mengubah nama menjadi

Himpunan Psikologi Indonesia, disingkat HIMPSI. Saat ini Himpsi

telah memiliki 25 wilayah di propinsi yang tersebar di seluruh

Indonesia dengan jumlah anggota lebih dari 11.500 orang

Visi Himpsi adalah untuk menjadi organisasi profesi psikologi

yang diakui secara nasional maupun internasional dan berperan

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Misi utama Himpsi adalah pengembangan keilmuan dan profesi

psikologi di Indonesia.

2.3.3 Kompas Gramedia Group

Kompas Gramedia, disingkat “KG”, adalah perusahaan

Indonesia yang bergerak di bidang media massa yang didirikan pada

tanggal 28 Juni 1965 Oleh P.K. Ojong dan Jakob Oetama.

Pada tahun 1980-an perusahaan ini mulai berkembang pesat,

terutama dalam bidang komunikasi. Saat ini, KG memiliki beberapa

anak perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa, toko

buku, percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer,

stasiun TV hingga universitas.

Visi dan misi Kompas Gramedia adalah “Menjadi Perusahaan

yang terbesar, terbaik, terpadu dan tersebar di Asia Tenggara melalui

usaha berbasis pengetahuan yang menciptakan masyarakat tedidik,

tercerahkan, menghargai kebhinekaan dan adil sejahtera.”

2.4. DATA KAMPANYE

11

Kampanye ini terinspirasi dari beberapa kampanye berikut

2.4.1 Don’t Hide – Kampanye Kesadaran Depresi

Kampanye kesadaran atas orang-orang yang mengalami depresi

yang mendorong mereka untuk minta bantuan pada sekitar atau

profesional. Kampanye ini memiliki pesan untuk jangan

menyembunyikan depresi anda. Menurut pencetus kampanye ini;

“Just because the people around you appear happy and healthy

doesn't mean they necessarily are.”

Gambar 2.1 Kampanye Don’t HideSumber: https://www.behance.net/gallery/13992091/Depression-Awareness-Campaign

2.4.2 Kampanye Anti Child Abuse

Kampanye anti child abuse cetusan ANAR (Aid to Children and

Adoloescents at Risk) dari Spanyol ini bertujuan menyebarkan

kesadaran atas banyaknya child abuse di Spanyol. Kampanye ini

dikemas dalam bentuk poster-poster yang diproduksi dengan metode

lenticular – dimana bagi orang dewasa; poster ini terlihat seperti

poster biasa dengan tulisan “Kadang child abuse hanya terlihat bagi

anak-anak yang mengalaminya. Sedangkan bagi anak-anak, poster ini

akan menunjukkan wajah anak dengan memar dan darah, yang juga

bertuliskan “Jika seseorang menyakitimu, hubungi kami dan kami

akan membantu” beserta nomor hotline yang bisa dihubungi.

12

Gambar 2.2 & 2.3 Kampanye dari The ANAR FoundationSumber: https://www.marketingmag.com.au/news-c/child-abuse-campaign-uses-

lenticular-printing-to-hide-its-message-from-adults/

2.4.3 Self-Harm Awareness Day

Kampanye ini merupakan kampanye UK cetusan Childline,

Youthnet, selfharm.co.uk dan Youngminds yang bertujuan untuk

menyebarkan kesadaran tentang bahayanya self-harm dan cara

penanganannya.

Gambar 2.4 Salah satu bentuk dari kampanye Self-harm Awareness Day

2.4.4 Self-Injury Awareness Day

13

Kampanye cetusan LifeSIGNS ini mirip seperti Self-harm

Awareness Day cetusan Childline – kampanye ini bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran atas Self-harm dengan

mengkomemorasikannya tiap tanggal 1 Maret.

Gambar 2.5 Poster SIADSumber : http://www.lifesigns.org.uk/siad/

2.4.5 Kampanye Anti Child Abuse oleh ALERJ Rio de Janeiro

Kampanye anti child abuse cetusan ALERJ ini menggambarkan

bahwa ketidakpedulian sesorang terhadap child abuse yang ada depan

matanya, sama saja dengan ikut melakukannya. Metode yang

disampaikan ini dikemas dalam bentuk yang cenderung seperti kartun

untuk menggambarkan rusaknya dunia anak itu dengan child abuse.

14

Gambar 2.6 Salah satu spread kampanye iniSumber : http://osocio.org/message/domestic-child-abuse-when-you-ignore-it-youre-

taking-part-in-it/

2.5. WAWANCARA

Dalam wawancara saya dengan Bapak Danny Yatim – psikolog dengan

pengalaman dalam bidang kesehatan dan perkembangan sosial di Indonesia dan

Asia selama lebih dari 20 tahun – penulis mengajukan beberapa pertanyaan

berikut;

Apa itu Self-Harm?

“Self-harm adalah perilaku menyakiti tubuh sendiri”

Mengapa orang melakukan self-harm?

“Bagi pelakunya, self-harm adalah cara mengekspresikan keresahan dan

emosinya. Menyakiti diri adalah cara pelampiasan orang tersebut dalam

menghadapi kesedihan, kemarahan, rasa bersalah, rasa hampa, dan rasa benci.

Meskipun bagi orang lain sulit dipahami, tetapi self-harm memberikan rasa

lega bagi yang melakukannya, seakan-akan semua emosi tadi bisa

tersalurkan.

Apakah faktor eksternal merupakan faktor pendorong utama untuk self-harm?

15

“Tentu saja. Bukankah hampir segala sesuatu yang kita lakukan juga

terdorong dari lingkungan, sadar atau tidak sadar. Jadi sulit untuk menetukan

apakah sesuatu itu berawal dari eksternal atau internal”

Umur berapakah kebanyakan orang-orang mulai melakukan Self-harm?

“Kebanyakan kasus berawal pada masa remaja, meskipun ada pula yang

melakukan ketika sudah dewasa, dan ada yang melakukannya ketika anak-

anak. Menurut para ahli self-harm kemungkinan berakar dari trauma

(kejadian menyakitkan yang membekas) pada masa kecil.”

Adakah korelasi antara self-harm dengan kondisi sosial-ekonomi seseorang?

“Belum ada data di Indonesia. Tetapi di beberapa negara maju, ini tidak ada

kaitan dengan kelas sosial-ekonomi.”

Apakah self-harm merupakan hal serius yang semestinya dibawa ke

profesional?

“Tentu saja merupakan hal yang serius, karena merusak tubuh. Ada cara lain

untuk merespons terhadap problem emosional kita. Mereka yang melakukan

self-harm barangkali tidak sadar bahwa ada cara lain, seperti misalnya

ngobrol (curhat) dengan orang lain.”

Apakah hal-hal yang bisa membantu pelaku self-harm?

“Mengajaknya ngobrol, tidak menghakimi perbuatannya, mendengarkan

persoalannya, selama ini mungkin dia tak pernah menemukan orang yang

mau mendengarkan masalahnya”

Apakah hal-hal yang bisa dilakukan keluarga/teman untuk membantu orang

yang mengalami self-harm?

“Sama seperti nomer 7, tetapi akan lebih baik lagi bila meminta bantuan ahli

seperti psikolog klinis.”

2.6 KUESIONER

Berikut merupakan hasil kuesioner dengan jumlah koresponden 300 orang

yang disebar oleh penulis melalui social media sebagai materi pembantu dalam

perancangan kampanye anti Self-harm ini;

Pertanyaan pertama : Berapakah usia anda? Dari 300 koresponden, 148

koresponden (49.3%) menjawab “18 - 22 tahun” dan 83 koresponden (27.7%)

menjawab “15 - 17 tahun”.

16

Pertanyaan kedua : Jenis kelamin anda? Dari 300 koresponden, 245

koresponden (81.7%) menjawab “Perempuan” dan 55 koresponden (18.3 %)

menjawab “Laki-laki.

Pertanyaan ketiga : Apakah pekerjaan anda saat ini? Dari 300 koresponden,

151 koresponden (50.3%) menjawab “Mahasiswa” dan 138 koresponden

(46%) menjawab “Pelajar”.

Pertanyaan keempat : Pendapatan perbulan anda? Dari 300 koresponden, 99

koresponden (33%) menjawab “Rp 100.000 – Rp 500.000”, 81 koresponden

(27%) menjawab “Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000”, dan 63 koresponden (21%)

menjawab “Rp 500.000 – Rp. 1.000.000.

Pertanyaan kelima : Dimanakah kota tempat tinggal anda? Dari 300

koresponden, 227 koresponden (75.7%) menjawab “Jabodetabek”.

Pertanyaan keenam : Apakah anda pernah mendengar istilah Self-harm dan

mengerti maksudnya? Dari 300 koresponden, 206 koresponden (68.7%)

menjawab “Pernah mendengar dan mengerti” dan 51 koresponden (17%)

menjawab “Pernah mendengar tetapi tidak mengerti.”

Pertanyaan ketujuh : Bila pernah, darimanakah anda mengetahui tentang

Self-harm? Dari 300 koresponden, 213 koresponden (71%) menjawab

“Internet”, dan 99 koresponden (33%) menjawab “Film/TV”, 88 koresponden

(29.3%) menjawab “Buku/Media Cetak”

Pertanyaan kedelapan : Adakah orang disekitar anda yang mengalaminya?

Bila ada, apa hubungan anda dengan orang itu? Dari 300 koresponden, 138

koresponden (46%) menjawab “Teman”, dan 61 koresponden (20.3%)

menjawab “Diri Sendiri.”

Pertanyaan kesembilan : Bila ada orang disekitar anda yang mengalami

Self-harm, apakah pandangan anda pada mereka? Dari 300 koresponden,

17

219 koresponden (76%) menjawab “Takut”, dan 50 koresponden (17.4%)

menjawab “Kasihan”

Pertanyaan kesepuluh : Apakah menurut anda Self-harm merupakan

sebuah isu penting untuk dibahas? Dari 300 koresponden, 284 koresponden

(94.7%) menjawab “Ya.”

Pertanyaan kesebelas : Bila ada kampanye yang membahas penanganan

dan pencegahan Self-harm, apakah anda akan mendukungnya? Dari 300

koresponden, 289 koresponden (96.3%) menjawab “Ya.’

2.7 TINJAUAN KHUSUS

2.7.1 Teori Kampanye

Kampanye’ menurut KBBI merupakan suatu gerakan serentak

untuk melawan/mengadakan aksi. Dan ‘Sosial’ adaha segala hal yang

berkaitan dengan masyarakat dan komunitasnya. Jadi dapat

dismpulkan bahwa ‘Kampanye Sosial’ adalah sebuah gerakan

serentak yang diadakan untuk mengarahkan suatu perilaku sebuah

kelompok masyarakat menuju arah tertentu sesuai dengan agenda

yang diadakan oleh pembuat kampanye.

Menurut Lee & Kotler (2011: 25), kampanye sosial merupakan

salah satu bentuk social marketing – yang sendirinya merupakan

strategi marketing yang mulai muncul pada awal tahun 1970-an yang

umumnya berfokus terhadap mempengaruhi perilaku publik untuk

meningkatkan kesehatan mereka, mencegah cedera, dan berbagai

macam kontribusi untuk komunitas.

2.7.2 Teori Copywriting

Menurut Jefkins (1985: 58), copywriting merupakan seni

penulisan pesan penjualan yang paling persuasif ; jika penulisan copy

ini tidak bisa menarik perhatian, ketertarikan, keyakinan, keinginan,

dan tindakan – artinya penulisan copy untuk iklan itu telah gagal.

18

2.7.3 Teori Warna

Warna merupakan salah satu bagian yang paling vital dalam

pembentukan identitas visual. Dengan warna, kita dapat mudah

menyampaikan suatu kesan tertentu tanpa perlu menggunakan kata-

kata. Menurut Eisseman (2002: 8), warna merupakan metode yang

paling tepat dalam usaha penyampaian pesan dan tujuan. Prinsip

warna menurut Robert B. Parker antara lain:

Penggunaan warna harus memiliki fungsi

Warna harus dapat memberikan ciri khas perusahaan/produk yang

disampaikan.

Penggunaan warna tidak hanya berfungsi sebagai sensasi artisitik,

tetapi bertujuan untuk mengatakan bahwa warna memang nyata

kebenarannya.

Hindari warna yang tidak perlu

Warna-warna yang akan di gunakan untuk kampanye ini adalah

warna-warna yang bersifat fanciful, festive, energetic, dan playful

yang kontras dengan konten-nya yang bersifat ‘gelap’ – untuk

menggambarkan sifat self-harm itu sendiri; yaitu sesuatu yang

seringkali tersembunyi dibalik pribadi yang ‘cerah’.

2.7.4 Teori Tipografi

Menurut buku Tipografi dalam Desain Grafis, Danton

Sihombing (2001: 35) untuk memilih jenis huruf atau font yang tepat,

beberapa kriteria yang harus, terpenuhi antara lain:

1. Clarity; suatu huruf mempunyai fungsi tertentu yaitu harus dapat

dilihat secara jelas.

2. Readability; yaitu keterbacaan dan jenis huruf tersebut.

3. Legibility; menekankan kemudahan membaca tulisan

4. Visibility; fokus kepada keindahan jenis huruf tersebut.

Teori ini membantu pemahaman penulis atas utilisasi tipografi

yang mengedepankan readability dan legibility sehingga mudah

dibaca – yang merupakan faktor yang sangat penting untuk sebuah

19

kampanye sosial yang tujuan utamanya adalah menyampaikan suatu

pesan. Tipografi yang digunakan dalam kampanye ini adalah typeface

sans serif yang tebal untuk headline; dan sans serif yang lebih tipis

untuk copy.

2.7.5 Teori Layout

Menurut Goodman (2001: 54), layout yang baik akan

membimbing pembaca. Sebuah layout harus memberikan arahan yang

spesifik kepada pembaca. Layout yang baik merupakan layout yang

menyajikan informasi secara tepat dan jelas dimulai dari bagian yang

penting dan terus menuntun ke informasi yang selanjutnya sesuai

design. Hal inilah yang disebut dengan hirarki informasi.

Grid pada umumnya digunakan untuk menciptakan suatu

susunan yang baik sehingga memudahkan orang untuk melihat dan

memahami desain tersebut. Desainer harus menggunakan grid untuk

tujuan agar desain mereka mudah untuk dinikmati dan dipahami. Grid

memiliki 3 tujuan, antara lain:

Repeatability (pengulangan)

Repeatability digunakan untuk memberikan suatu kesinambungan

atau kesamaan pada berbagai media dan fungsinya.

Composition (komposisi)

Komposisi yang baik memudahkan pembacanya untuk

memahami dan juga memberikan kesan estetik.

Communication (komunikasi)

Sebuah desain memiliki tujuan untuk mengkomunikasikan sebuah

pesan. Grid membantu untuk memberikan konsentrasi atau fokus

pada pesan masing-masing agar pesan tersebut tidak saling

bertabrakan satu sama lain dan dapat dipahami oleh pembaca.

2.7.6 Teori Ilustrasi

Menurut Simmon Jennings (1988, 28), ilustrasi memiliki tiga

fungsi, yaitu sebagai informasi, dekorasi, dan komentar.

20

2.8 ANALISA SWOT

2.8.1 Strength

- Adanya stigma publik terhadap para remaja dengan depresi,

campaign ini akan memberi publik sebuah perspektif terhadap

isu-isu yang mereka hadapi.

- Remaja yang melakukan self-harm cenderung merahasiakan hal

yang mereka lakukan, campaign ini akan membantu mereka

merawat dan melalui hal ini.

- Self-harm merupakan bahaya yang fatal yang seringkali

diremehkan dan dianggap hal yang sepele.

2.8.1 Weakness

- Biaya terapis yang cenderung mahal.

- Depresi dan self-harming seringkali tidak tampak dari luar.

- Sulitnya untuk meraih orang yang sudah mengalami depresi berat.

- Banyak orang depresi yang masih belum mau mengakui kondisi

mereka akibat stigma yang ada.

2.8.1 Opportunity

- Depresi yang berujung kepada self-harm dan bunuh diri

merupakan isu yang jarang dibicarakan dan diajarkan disekolah.

- Banyaknya anak remaja yang sedang mencari jati diri dan

terisolasi.

2.8.1 Threat

- Banyak isu-isu lain di Indonesia yang relatif lebih mendesak

- Pergaulan remaja yang cenderung diskriminatif.

- Support kesehatan mental yang kurang di Indonesia.