51
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum nasional untuk mata ajar Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Hakikat belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Hakikat belajar sastra adalah memahami manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ialah peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar secara lisan dan tulis. Pembelajaran bahasa Indonesia yang diberikan kepada para siswa meliputi empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Di antara keempat aspek tersebut, peneliti hanya memfokuskan pada aspek menyimak. Aspek menyimak ini dipilih karena sangat mendukung terjadinya proses berkomunikasi secara lisan. Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Hampir seluruh guru yang mengajar, tak terkecuali bahasa Indonesia, selalu memberikan penjelasan materi pelajaran kepada siswa melalui proses lisan. Untuk memahami penjelasan guru, siswa harus menyimak dengan baik. Jika tidak, siswa menemui kegagalan dalam proses pembelajaran. Kegiatan menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang terutama para siswa. Namun, pembelajaran menyimak bukan semata-mata penyajian materi dengan mendengarkan segala sesuatu informasi, melainkan ada proses pemahaman yang harus dikembangkan.

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII dalam pembelajaran menyimak berita melalui model pembelajaran cooperative script di SMP Muhammadiyah Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir

Citation preview

Page 1: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII

DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BERITA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum nasional untuk mata ajar Bahasa dan Sastra Indonesia

berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Hakikat

belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Hakikat belajar sastra adalah

memahami manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, hakikat

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ialah peningkatan kemampuan siswa

untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar secara lisan

dan tulis.

Pembelajaran bahasa Indonesia yang diberikan kepada para siswa meliputi

empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Di antara

keempat aspek tersebut, peneliti hanya memfokuskan pada aspek menyimak.

Aspek menyimak ini dipilih karena sangat mendukung terjadinya proses

berkomunikasi secara lisan.

Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh

siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Hampir seluruh guru yang

mengajar, tak terkecuali bahasa Indonesia, selalu memberikan penjelasan materi

pelajaran kepada siswa melalui proses lisan. Untuk memahami penjelasan guru,

siswa harus menyimak dengan baik. Jika tidak, siswa menemui kegagalan dalam

proses pembelajaran.

Kegiatan menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan

berbahasa seseorang terutama para siswa. Namun, pembelajaran menyimak bukan

semata-mata penyajian materi dengan mendengarkan segala sesuatu informasi,

melainkan ada proses pemahaman yang harus dikembangkan.

Page 2: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Penelitian tentang menyimak kurang mendapat perhatian dari kalangan

peneliti. Hal ini berdasarkan pendapat Tarigan (1994:132), “Suatu penelitian yang

sangat berharga dalam bidang keterampilan menyimak yang sampai kini masih

langka.” Kelangkaan penelitian menyimak tersebut cukup beralasan, sebab di

sekolah tidak pernah dilakukan tes menyimak. Umumnya tes yang dilakukan oleh

pihak sekolah adalah mengukur hasil belajar, sedangkan kemampuan menyimak

menitikberatkan pada proses. Itulah sebabnya, kemampuan menyimak kurang

mendapat tempat di sekolah.

Menurut Surya (2003:29), “Di negara Indonesia, anak didik sebagian besar

hanya mampu memusatkan perhatian dan pikiran berkisar 10-20 menit saja setiap

tatap muka. Hal ini disebabkan kurangnya keterlibatan siswa secara kontinyu

dalam belajar.”

Pembelajaran menyimak berita telah diberikan guru kepada siswa kelas VII

SMP Muhammadiyah Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir, namun gambaran yang

ada menunjukkan bahwa secara klasikal, hasilnya hanya mencapai rata-rata 55

atau belum memuaskan. Hal ini didapat dari hasil tes yang diberikan pada tanggal

4 April 2009 terhadap siswa. Hasil ini juga tergambar saat peneliti menanyakan

kembali isi bagian berita yang diambil dari salah satu surat kabar Palembang, para

siswa banyak tidak bisa menjawabnya dengan baik. Siswa masih kurang

konsentrasi dalam menyimak sehingga mereka sulit menceritakan kembali isi

berita yang menjadi objek simakan. Kondisi ini disebabkan kenyataan bahwa

pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia yang digunakan guru masih bercirikan

pendekatan struktural dengan metode ceramah, sehingga siswa kurang mampu

mengungkapkan kembali isi bahan simakan.

Atas dasar kenyataan lapangan tersebut maka perlu diterapkan sebuah

model pembelajaran skrip kooperatif (cooperative script) yang dapat membantu

meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak berita. Penggunaan model

pembelajaran skrip koperatif dapat meningkatkan proses belajar siswa dalam

pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

Page 3: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Dalam proses pembelajaran, model pembelajaran cooperative script

diterapkan secara berpasangan, yakni satu orang sebagai pendengar dan satu orang

sebagai pembicara atau sebaliknya untuk melisankan ikhtisar, bagian-bagian dari

materi yang dipelajari. Model pembelajaran ini dapat menggunakan metode

bermain peran (role playing), diskusi, atau pemberian tugas.

Sepanjang sepengetahuan penulis, model pembelajaran cooperative script

belum pernah dipakai dalam penelitian tindakan kelas oleh mahasiswa. Penulis

juga tidak menemukan hasil penelitian penerapan model pembelajaran

cooperative script, baik berjenis eksperimen maupun penelitian deskriptif.

Penelitian Yuridah (2004:49) mengenai kemampuan menyimak melalui

model distogloss dapat meningkat sebesar 90%. Penelitian ini dilaksanakan pada

siswa kelas V SD Negeri Tanjung Karang kecamatan Rambutan Kabupaten

Banyuasin. Berbeda dengan penelitian terdahulu, peneliti kali ini peneliti

menggunakan model pembelajaran cooperative script untuk meningkatkan

kemampuan menyimak siswa.

Pentingnya model pembelajaran cooperative script karena model

pembelajaran ini mempunyai peran strategis dalam upaya mendongkrak hasil

belajar siswa. Dalam penerapannya guru menyesuaikan dengan kondisi kebutuhan

siswa, sehingga guru diharapkan mampu menyampaikan materi dengan tepat

tanpa mengakibatkan siswa mengalami kebosanan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti

melakukan penelitian tindakan kelas mengenai upaya meningkatkan hasil belajar

siswa kelas VII dalam pembelajaran menyimak berita melalui model

pembelajaran Cooperative Script di SMP Muhammadiyah Tanjung Raja

Kabupaten Ogan Ilir. Dipilihnya siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Tanjung

Raja Kabupaten Ogan Ilir sebagai lokasi penelitian karena peneliti sebagai guru

mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tersebut. Di samping itu, kemampuan

siswa kelas VII menyimak berita masih perlu ditingkatkan lagi.

1.2 Rumusan Masalah

Page 4: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar siswa kelas VII

dalam pembelajaran menyimak berita dapat meningkat melalui model

pembelajaran cooperative cript di SMP Muhammadiyah Tanjung Raja Kabupaten

Ogan Ilir.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan hasil

belajar siswa kelas VII dalam pembelajaran menyimak berita melalui model

pembelajaran cooperative cript di SMP Muhammadiyah Tanjung Raja Kabupaten

Ogan Ilir.

1.4 Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun

praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan tambahan

literatur dalam menunjang program pengajaran Bahasa Indonesia di SMP.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa, yang

hasilnya dapat dirasakan langsung dalam mengatasi kesulitan siswa pada waktu

menyimak. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat bermafaat bagi guru sebagai

alternatif untuk meningkatkan kemampuan menyimak berita melalui pembelajaran

cooperative script.

Page 5: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Belajar

Menurut Sahertian (2004:20), “Hasil belajar merupakan gambaran tingkat

penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari,

yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang

disusun sesuai dengan sasaran belajar.”

Gagne dan Briggs (dalam Nasution, 2006:2) menyatakan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses

belajar. Reigeluth (dalam Nasution, 2006:2) mengemukakan bahwa hasil belajar

adalah prilaku yang dapat diamati yang menunjukkan kemampuan yang dimiliki

seseorang. Pendapat lain dikatakan oleh Surya (2003:64) bahwa hasil belajar ialah

“berbentuk perubahan pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan.”

Prayitno (2002:164) menyatakan bahwa hasil belajar adalah “sesuatu yang

baru, baik dalam kawasan kognitif, afektif, konatif, maupun psikomotorik/

keterampilan.” Pendapat yang senada dikemukakan oleh Depdiknas (2003:3),

“Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang utuh yang mencakup kemampuan

kognitif, kemampuan psikomotor, dan kemampuan afektif atau perilaku.”

Sedangkan menurut Hamalik (2004:28), “Hasil belajar yang utama ialah

perubahan pola tingkah laku yang bulat.”

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik

bahasan yang dipelajari berupa perubahan perilaku belajar siswa. Perubahan

tingkah laku ini meliputi segenap ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berkaitan dengan penelitian ini penulis membatasi hasil belajar pada ranah

kognitif yang dilihat dari kemampuan siswa dalam proses pembelajaran yang

ditinjau dari nilai-nilai yang diperoleh oleh siswa.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Page 6: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Hasil belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai Menurut

Winkel (2004:162). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar adalah bukti dari suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu

guna memperoleh perubahan tingkah laku yang ditempatkan dalam interaksi

dengan lingkungan sekitarnya.

Dalam upaya meningkatkan daya serap hasil belajar dapat dipengaruhi

faktor antara lain :

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri anak, misalnya

motif tertentu dalam siswa. Siswa yang mempunyai motif tertentu dalam

belajar akan lebih berhasil dari pada siswa yang tidak mempunyai motif.

Seseorang melakukan aktivitas karena ada yang mendorongnya.

Dalam hal ini motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong

seseorang untuk belajar. Seseorang yang berminat untuk belajar yang belum

sampai pada tataran motivasi maka belum menunjukkan aktivitas nyata.

Motivasi seseorang dapat dijabarkan dalam bentuk minat. Minat merupakan

kecenderungan psikologis yang menyenangi objek, belum sampai melakukan

kegiatan. Hal ini berarti pula bahwa minat adalah alat motivasi dalam belajar.

Minat merupakan potensi psikologis yang dapat dimafaatkan untuk menggali

motivasi. Bila seseorang telah termotivasi untuk belajar, maka ia akan

melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itu,

motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar

seseorang.

Motivasi siswa pada pembelajaran kooperatif terutama terletak pada

bagaimana bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat siswa

melaksanakan kegiatan. Pada pembelajaran kooperatif siswa yakin bahwa

tujuan mereka tercapai jika dan hanya jika siswa lain juga akan mencapai

tujuan tersebut.

b. Faktor Eksternal

Page 7: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri anak itu sendiri

misalnya faktor keluarga, sekolah, lingkungan dan masyarakat.

Situasi keluarga yang kurang menunjang proses belajar seperti: kekacauan

rumah tangga (broken home), kurang perhatian orang tua, cara orang tua mendidik

yang kurang baik, kurang kemampuan orang tua dalam memberikan pengawasan

dan perhatian.

Faktor lingkungan sekolah yang kurang mampu menunjang proses belajar,

seperti kurang memadainya sarana atau sumber belajar; cara-cara guru dalam

mengajar yang kurang menarik, kurikulum atau materi yang dipelajari tidak sesuai

dengan kemampuan peserta didik, perlengkapan belajar yang kurang, cara

evaluasi, ruang belajar, sistem administrasi, waktu belajar, situasi sekolah dan

sebagainya.

Lingkungan sosial yang yang kurang memadai, seperti: pengaruh negatif

dalam pergaulan, situasi masyarakat yang kacau, gangguan kebudayaan, seperti

film, bacaan-bacaan dan sebagainya (Slameto, 2003:24).

Banyak orang yang belajar dengan susah payah, tetapi tidak mendapatkan

hasil apa-apa, hanya kegagalan yang ditemui. Penyebabnya tidak lain karena

belajar tidak teratur, tidak disiplin, dan kurang bersemangat, tidak tahu bagaimana

cara berkonsentrasi dalam belajar, mengabaikan masalah pengaturan waktu dalam

belajar, istirahat yang tidak cukup, dan kurang tidur. Oleh karena itu, dalam

belajar terdapat hal-hal yang harus ditanamkan oleh orang tua kepada siswa.

Djamarah (2002:10) berpendapat bahwa “siswa perlu ditanamkan kebiasaan

belajar, yaitu: (1) belajar dengan teratur; (2) disiplin; (3) konsentrasi; (4)

pengaturan waktu.”

Menurut pendapat Winkel (2004:22) bahwa

Kedisiplinan adalah suatu peraturan yang sedikit, tetapi jelas atau

tegas di mana isi dan rumusan peraturan dipikirkan secara mantap

dan matang, dibina dan dikembangkan secara lebih nyata agar

supaya apa yang diinginkan itu dapat terwujud dengan baik,

sesuai dengan apa yang diharapkan.

Page 8: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Menumbuhkan kedisiplinan merupakan bagian dari tugas orang tua di

rumah. Menciptakan kedisiplinan ini harus dimulai dari dalam diri kita sendiri,

barulah dapat mendisiplinkan orang lain sehingga akan tercipta ketenangan,

ketentraman, dan keharmonisan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Darmodihardjo (1999:12) yang mengatakan bahwa “seorang tidak akan efektif

menanamkan kedisiplinan apabila dia sendiri tidak mengetahui apa yang menjadi

keinginan orang lain.”

Menerapkan disiplin yang konsisten merupakan kunci utama untuk

mengatasi sebagian besar masalah yang dihadapi para orang tua dalam mendidik

anak-anak. Proses pendisiplinan memungkinkan orang tua untuk mempertahankan

kewenangan yang efektif di rumah, sehingga hubungan yang serasi antara orang

tua dan anak-anak dapat terwujud.

Orang tua yang disiplin, yaitu mereka yang bisa bersikap tegas, layak

dipercaya dan dapat berkomunikasi dengan jelas, pasti mampu menciptakan suatu

sistem dan menjadi suri teladan bagi anak-anak mereka. Orang tua seperti ini akan

mampu mendorong anak-anak untuk menjadi anak-anak yang disiplin juga.

Dalam hal ini Clemes (2001:7) mengemukakan bahwa “alasan utama mengapa

anak-anak yang bermasalah tidak mau berubah adalah karena kedua orang tua

mereka tidak bersedia mengubah cara mereka dalam mengatasi setiap masalah.”

Dalam belajar disiplin sangat diperlukan. Disiplin dapat melahirkan

semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu berlalu dalam

kehampaan. Budaya jam karet adalah musuh besar bagi mereka yang

mengagumkan disiplin dalam belajar. Mereka benci menunda-nunda waktu

belajar. Setiap jam bahkan setiap detik sangat berarti bagi mereka yang menuntut

ilmu di mana dan kapan pun juga.

Orang-orang yang berhasil dalam belajar dan berkarya disebabkan mereka

selalu menempatkan disiplin di atas semua tindakan dan perbuatan. Semua jadwal

belajar yang telah disusun mereka taati dengan ikhlas. Mereka melaksanakannya

dengan penuh semangat. Rela mengorbankan apa saja demi perjuangan

menegakkan disiplin pribadi.

Page 9: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Untuk mengatasi permasalahan dalam belajar siswa memerlukan

bimbingan belajar secara efektif, yaitu lebih praktis dan mengarah kepada hal

yang sedang dihadapi. Masalah belajar merupakan masalah yang sering terjadi

pada anak-anak di sekolah, karena itu betapa pentingnya peranan orang tua dalam

usaha untuk mengatasi kesulitan belajar siswa, agar apa yang diharapkan dapat

tercapai dengan baik.

Bimbingan memegang peranan penting baik bersifat individual maupun

kelompok. Bimbingan yang bersifat individual maksudnya sesuatu yang diberikan

kepada siswa memuat apa yang ia terima, didengar dan apa yang ia amati

sehingga menjadi milik individu. Bimbingan kelompok dilakukan secara

kelompok kepada siswa yang bermasalah.

2.3 Pengertian Menyimak

Menurut Tarigan (1994:28), “Menyimak adalah suatu proses

mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,

apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau

pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang

pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.”

Menurut Erdina (1998:7), “Menyimak pada hakikatnya adalah

mendengarkan dan memahami isi bahan simakan.” Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami, atau

menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.

2.4 Berita

2.4.1 Pengertian Berita

Berita adalah hasil rekonstruksi tertulis dari realitas sosial yang terdapat

dalam kehidupan. Itulah sebabnya ada orang yang beranggapan bahwa penulisan

berita lebih merupakan pekerjaan merekonstruksikan realitas sosial daripada

gambaran dari realitas itu sendiri. Pendapat Nancy Nasution (dalam Basuki,

1983:1) menyebutkan bahwa berita iala laporan tentang peristiwa-peristiwa yang

terjadi, yang ingin diketahui oleh umum, dengan sifat-sifat aktual, terjadi di

Page 10: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

lingkungan pembaca, mengenai tokoh terkemuka, akibat peristiwa tersebut

berpengaruh terhadap pembaca.

Purwadarminta (1998) mengatakan bahwa berita adalah laporan tentang

satu kejadian yang terbaru. Kedua pengertian ini menimbulkan pendapat bahwa

tidak semua yang tertulis dalam surat kabar atau majalah bisa disebut sebagai

berita. Iklan dan resep masakan tidak bisa disebut berita. Yang disebut berita

adalah laporan tentang sebuah peristiwa. Dengan perkataan lain, sebuah peristiwa

tidak akan pernah menjadi berita bila peristiwa tersebut tidak dilaporkan.

2.4.2 Nilai-nilai Berita

Tidak setiap berita bisa dijadikan berita jurnalistik. Ada ukuran-ukuran

tertentu yang dipenuhi agar suatu kejadian atau peristiwa dapat diberitakan.

Ukuran ini disebut sebagai Kriteria Layak Berita (News Value), yaitu layak

tidaknya suatu peristiwa ditulis oleh suatu media. Menurut Harianto (2007:1),

peristiwa yang dianggap mempunyai nilai berita atau layak berita adalah yang

mengandung satu atau beberapa unsur berikut ini:

1. Actual (kekinian). Peristiwa diliput dan ditulis karena baru saja terjadi atau

mengandung hal kekinian. Jika peristiwa sudah lewat, maka dianggap basi.

Contoh: Acara Dialog Interaktif “Kekerasan Seksual dalam Rumah Tangga“

yang diadakan oleh UKM Penulis UM pada tanggal 23 Nopember 2006, akan

menjadi tidak actual jika beritanya dimuat seminggu kemudian

2. Signikansi (penting). Peristiwa penting yang berpeluang mempengaruhi

kehidupan orang banyak, atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap

kehidupan pembaca.

Contoh: bencana alam Tsunami menjadi peristiwa sangat penting karena

dampaknya sangat besar, baik korban jiwa maupun kerugian material.

3. Magnitude (besar). Peristiwa besar yang berpengaruh bagi kehidupan orang

banyak, atau peristiwa yang menyangkut angka-angka yang bila dijumlahkan

akan sangat menarik bagi pembaca.

Contoh: bencana alam Tsunami di Aceh menjadi besar karena dari sekian

banyak daerah yang terkena Tsunami. Aceh adalah daerah yang paling

Page 11: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

terbesar dalam jumlah kerusakan dan jumlah korban. Contoh lain adalah

angka drop out mahasiswa yang mencapai angka ratusan.

4. Proximity (kedekatan). Peristiwa yang terjadi dekat dengan pembaca.

Biasanya, kedekatan ini bersifat geografis atau emosional.

Contoh: ledakan bom di India dan Bali yang masing-masing menewaskan 10

orang. Orang Indonesia akan memilih membaca ledakan bom di Bali terlebih

dahulu daripada ledakan bom di India.

5. Prominence (tenar). Peristiwa yang menyangkut orang, benda atau tempat

yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca.

Contoh: perkelahian antara Walikota dan Wakil Walikota atau pemugaran

Candi Borobudur.

6. Human Interest (manusiawi). Peristiwa yang memberi sentuhan perasaan

bagi pembaca. Biasanya, peristiwa menyangkut orang biasa dalam situasi luar

biasa, atau orang besar dalam situasi biasa.

Contoh: peristiwa operasi kembar siam atau Rektor UM melihat konsernya

Tani Maju.

7. Konflik. Peristiwa yang menghadirkan dua pihak yang saling berlawanan

kepentingan.

Contoh: peristiwa perang di Aceh, demonstrasi menentang pembangunan

MATOS, pertandingan Arema melawan Persebaya, perselisihan antara Rektor

dengan mahasiswa.

8. The Unsual (tidak biasa). Peristiwa yang tidak biasa terjadi.

Contoh: wanita yang memiliki tinggi 90 cm menjadi pemain basket yang

sangat andal.

Tidak semua laporan tentang kejadian pantas dilaporkan kepada khalayak.

Pertengkaran antara suami-istri orang kebanyakan tidak perlu dilaporkan kepada

khalayak. Pekerjaan seorang dosen membimbing mahasiswa juga tidak perlu

dilaporkan kepada khalayak. Di samping merupakan peristiwa rutin, kedua

peristiwa tersebut juga tidak memiliki nilai berita. Selanjutnya, kriteria peristiwa

yang patut dilaporkan kepada khalayak, yaitu peristiwa yang memiliki nilai berita.

Nilai berita sendiri, menurut Julian Harriss, Kelly Leiter dan Stanley Johnson,

Page 12: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

mengandung delapan unsur, yaitu: konflik, kemajuan, penting, dekat, aktual, unik,

manusiawi, dan berpengaruh (dalam Alief, 2008:3). Artinya, sebelum seseorang

melaporkan sebuah peristiwa, ia perlu mengkonfirmasikannya dengan kriteria-

kriteria tersebut.

1) Konflik

Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa dan

negara perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan begitu khalayak mudah untuk

mengambil sikap.

2) Kemajuan

Informasi tentang kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi senantiasa

perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan demikian, khalayak mengetahui

kemajuan peradapan menusia. Penting Informasi yang penting bagi khalayak

dalam rangka menjalani kehidupan mereka sehari-hari perlu segera dilaporkan

kepada khalayak.

3) Dekat

Informasi yang memiliki kedekatan emosi dan jarak geografis dengan

khalayak perlu segera dilaporkan. Makin dekat satu lokasi peristiwa dengan

tempat khalayak, informasinya akan makin disukai khalayak.

4) Aktual

Informasi tentang peristiwa yang unik, yang jarang terjadi perlu segera

dilaporkan kepada khalayak. Banyak sekali peristiwa yang unik, misalnya mobil

bermain sepak bola, perkawanan manusia dengan gorila, dan sebagainya.

5) Manusiawi

Informasi yang bisa menyentuh emosi khalayak, seperti yang bisa

membuat menangis, terharu, tertawa, dan sebagainya, perlu dilaporkan kepada

khalayak. Dengan begitu, khalayak akan bisa meningkatkan taraf

kemanusiaannya.

6) Berpengaruh

Informasi mengenai peristiwa yang berpengaruh terhadap kehidupan orang

banyak perlu dilaporkan kepada khalayak. Misalnya informasi tentang operasi

Page 13: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

pasar Bulog, informasi tentang banjir, dan sebagainya. Jumlah unsur nilai berita

yang harus dipenuhi setiap peristiwa sebelum dijadikan berita berbeda pada setiap

penerbitan pers. Ada surat kabar yang menetapkan hanya lima unsur nilai berita.

Tetapi, ada juga yang enam unsur. Yang jelas, makin banyak sebuah peritiwa

memiliki unsur nilai berita, makin besar kemungkinan beritanya disiarkan oleh

penerbitan pers.

2.4.3 Jenis-Jenis Berita

Kalau kita sepakat bahwa yang menjadi bahan dasar berita adalah realitas

sosial dalam bentuk peristiwa, maka jelas peristiwa itu bermacam-macam. Ada

peristiwa orang berseminar. Ada pula peristiwa pembunuhan. Bahkan ada

peristiwa pembatalan SIUPP. Untuk memudahkan penggolongan jenis-jenis berita

berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, Basuki membagi

berita berdasarkan: (1) sifat kejadian; (2) masalah yang dicakup; (3) lingkup

pemberitaan; dan (4) sifat pemberitaan (Basuki 1983:5).

1) Berdasarkan Sifat Kejadian

Berdasarkan sifat kejadian terdapat empat jenis berita, yaitu:

a. Berita yang akan terjadi. Misalnya: wawancara seorang wartawan dengan

Goenawan Mohamad yang tampil dalam sebuah seminar.

b. Berita tentang peristiwa yang terjadi mendadak sontak. Misalnya: peristiwa

kebakaran kantor sentral telepon.

c. Berita tentang peristiwa yang direncanakan akan terjadi. Misalnya: peristiwa

peringatan Hari Lingkungan Hidup setiap 5 Juni.

d. Berita tentang gabungan peristiwa terduga dan tidak terduga. Misalnya:

peristiwa percobaan pembunuhan kepala negara pada acara peringatan Maulid

Nabi Muhammad SAW.

2) Berdasarkan Masalah yang Dicakup

Masalah di sini biasanya merujuk kepada aspek kehidupan yang ada di

tengah-tengah masyarakat. Secara umum, terdapat empat aspek kehidupan

Page 14: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

manusia, yaitu: aspek sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Berikut contoh

berita aspek sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan.

Contoh: Berita Aspek Sosial

Pagelaran peringatan HUT ke- 48 Bank Jabar Banten yang

berlangsung pekan lalu di Aula Bank Jabar Banten, jalan Naripan

12-14 Bandung, diisi dengan berbagai kegiatan sosial. Di antaranya,

sunatan masal kepada 100 orang anak, santunan kepada pensiunan

tenaga dasar, dan bantuan pendidikan kepada 20 yayasan.

Contoh: Berita Ekonomi

Untuk kesekian kalinya PT. Pos Indonesia bersama PT

TELKOM melakukan aliansi strategis dalam hal pemanfaatan

sumber daya perusahaan, yang dituangkan dalam suatu perjanjian

kerjasama. Nota kesepahaman tersebut ditandatangani pekan lalu

oleh Wakil Dirutpos, I Ketut Mardjana, dan Dirut PT. TELKOM,

Rinaldi Firmansyah, yang disaksikan Menteri Negara BUMN

Sofyan Djalil, di Kantor Kementrian BUMN Jakarta.

Contoh: Berita Politik

Untuk meningkatkan kemampuan Petugas Pengawas

Lapangan dan Kecamatan menghadapi Pilpres 2009, Panwaslu Kota

Payakumbuh mengadakan “Pelatihan, Bimbingan Teknis

Pengawasan dan Pelanggaran Pada Pemilihan Presiden 2009”, di

Hotel Bundo Kandung, Kota Payakumbuh.

Pelatihan itu diikuti oleh sekitar 100 orang Petugas Pengawas

Lapangan (Panwas Lapangan) dan Panwas Kecamatan, dengan nara

sumber Sudirman Dt. Paduko Tuan (Ketua Panwaslu Kota

Payakumbuh); Elfaiz, SH (Anggota Panwaslu Kota

Payakumbuh/Koordinator Bidang Pengawasan dan Hubungan Antar

Lembaga) dan Yusril Yazid, SH (Anggota Panwaslu Kota

Payakumbuh/Koordinator Bidang Temuan dan Pelanggaran).

Page 15: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Contoh: Berita Aspek Kebudayaan

Karena sejak Minggu pagi hingga siang hari telah berlangsung acara

pembacaan doa-doa keselamatan/istighosah bersama yang

dilantunkan secara bergantian oleh belasan para Kiai ternama dari

berbagai kecamatan yang tersebar di Kabupaten Banyumas, diikuti

oleh para santriwan/santriwati dan warga kecamatan setempat.

Sedangkan pada minggu malam harinya telah berlangsung acara

pagelaran wayang kulit semalam suntuk, yang dimainkan oleh Ki

Dalang Enthus Susmono dengan menampilkan lakon cerita Raden

Gatotkaca Menuntut Janji (kepada para dewata).

Seiring dengan perkembangan masyarakat, keempat aspek ini terasa tidak

memadai lagi. Ia perlu dipecah lagi menjadi berbagai aspek. Karena itu, tidak ada

salahnya menggolongkan jenis berita berdasarkan masalah yang dicakup menurut

jumlah kementrian yang ada dalam Kabinet Pembangunan 6. Atas dasar

pemikiran ini, jenis-jenis berita tersebut menjadi: berita dalam negeri, berita luar

negeri, berita hukum, berita sosial, berita pendidikan dan kebudayaan, berita

pertanian, berita lingkungan hidup, berita perumahan, berita pemuda dan oleh

raga, berita transmigrasi, berita kesehatan, berita ilmu pengetahuan, berita kopersi,

berita pertanahan, berita penerangan, berita perindustrian, berita perbankan, berita

perhubungan, berita perdagangan, berita kehutanan, berita agama, berita

pertambangan, dan berita pangan.

Contoh:

Sudah menjadi kecendrungan dari keluarga sekarang sekarang untuk

memiliki jumlah anak yang lebih kecil daripada keluarga yang lebih

senior usianya.Kita perlu untuk berterima kasih atas program KB

yang sudah lama diluncurkan oleh pemerintah. Kalau begitu apakah

anak-anak dari keluarga kecil hidup lebih beruntung dibandingkan

dengan anak-anak dahulu dari keluarga besar. Dari segi pertumbuhan

biologi bisa dijawab “ya” karena keluarga kecil bisa menyediakan

Page 16: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

kebutuhan bahan sandang dan pangan yang lebih baik. Tetapi dari

segi pertumbuhan mental, emosional dan sosial ,pada sebagian

keluarga kecil sekarang, perlu telaah lebih lanjut.

3) Berdasarkan Lingkup Pemberitaan

Lingkup pemberitaan, biasanya, dibagi menjadi empat bagian, yaitu lokal,

regional, nasional, dan internasional. Sebuah berita disebut berlingkup lokal kalau

peristiwa yang dilaporkannya terjadi di sebuah kabupaten dan akibatnya hanya

dirasakan di daerah itu, atau paling-paling di kabupaten lain dalam propinsi yang

sama. Sebuah berita disebut berlingkup nasional kalau pelaporan peristiwa yang

terjadi di satu negara dapat dirasakan di negara lain. Contoh:

Menurut Data Badan Informasi dan Komunikasi Sumatera Utara,

Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu pemerintahan kota dari 29

Kabupaten / Kota di Sumatera Utara berjarak sekitar 80 km dari Kota

Medan (Ibukota Provinsi Sumatera Utara) serta terletak pada lintas

utama Sumatera, yaitu menghubungkan Lintas Timur dan Lintas

Tengah Sumatera melalui lintas diagonal pada ruas Jalan Tebing

Tinggi, Pematang Siantar, Parapat, Balige, dan Siborong – Borong.

4) Berdasarkan Sifat Pemberitaan

Sifat berita bisa dilihat dari isinya. Ada isi berita yang memberitahu,

mendidik, menghibur, memberikan contoh, mempengaruhi, dan sebagainya. Bisa

saya sebuah berita mempunyai sifat lebih dari satu. Tetapi, sifat berita yang

terutama adalah memberitahu. Contoh:

Muspika Sambas, telah mengimbau para penjual petasan agar

menghentikan aktivitasnya. Mereka memberikan batas atau deadline

satu minggu setelah keluarnya imbauan bersama yang

ditandatangani Danramil, Camat dan Kapolsek Sambas itu. Jika

imbauan tidak digubris mereka akan melakukan razia.

2.4.4 Unsur-Unsur Berita

Page 17: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Secara umum, unsur-unsur berita yang selalu ada pada sebuah berita

adalah: headline, deadline, lead, dan body (Basuki 1983:22-25).

1) Headline

Biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia berguna

untuk: (1) menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan

diberitakan; (2) menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.

Contoh: ”Artalyta Suryani terdakwa kasus penyuapan senilai Rp6 miliar, divonis

5 tahun penjara dan denda Rp250 juta.”

2) Deadline

Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal

kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan

tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan tempat kejadian dan

inisial media. Contoh:

Menurut Camat Sambas, Uray Burhanuddin S Sos kepada

Pontianak Post, pihaknya sudah melayangkan imbauan kepada

penjual mercon sejak 30 Oktober 2003. "Dalam upaya pemeliharaan

keamanan dan ketertiban umum serta untuk menghindari terjadinya

hal-hal yang tidak diinginkan, kita minta kepada masyarakat atau

penjual mercon, agar tidak menjual barang tersebut," kata

Burhanuddin ditemui Pontianak Post disela-sela kegiatan pasar

murah di gedung Pancasila, kemarin. Jika dalam waktu satu

minggu, tetap saja ada yang memandel, kata Burhanuddin, tentu

akan dilakukan razia. "Mengapa demikian, karena selain mercon

barang terlarang, juga sangat berbahaya. Lihat saja beberapa tahun

terakhir terjadi perang-perangan dengan mercon kemudian terjadi

perkelahian. Ini kan merugikan kita semua," kata dia.

3) Lead

Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraph pertama

sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita, yang

Page 18: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan sari pati

sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara singkat. Contoh:

Selama persidangan, Terdakwa Artalyta Suryani menolak dituduh

menyuap jaksa Urip dan menyatakan pemberian uang sebesar 660

ribu dolar Amerika adalah uang pinjaman modal untuk jaksa Urip

guna kepentingan bisnis bengkel. Namun, majelis hakim

menyatakan alasan tersebut tidak masuk akal, salah satu anggota

majelis hakim Andi Bachtiar.

4) Body

Atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan

bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian body merupakan

perkembangan berita. Contoh:

Artalyta Suryani alias Ayin ditangkap petugas komisi

pemberantasan korupsi awal bulan Maret lalu sehari setelah petugas

menangkap jaksa Urip dengan uang dolar Amerika senilai 6 miliar

rupiah di tangan. Uang tersebut diduga kuat sebagai suap atas

penghentian penyelidikan kasus BLBI untuk bank BDNI milik

Sjamsul Nursalim. Dalam persidangan ditemukan fakta bahwa

Artalita menghubungi sejumlah jaksa agung muda terkait masalah

ini yang kemudian memaksa jaksa agung Hendarman Supanji

mencopoti sejumlah jaksa agung muda yang diduga terlibat kasus

suap tersebut.

2.4.5 Struktur berita

Struktur berita sangat ditentukan oleh format berita yang akan ditulis.

Struktur berita langsung berbeda dengan beritaringan dan berita kisah., tetapi,

untuk berita langsung, menurut Bruce D. Itule dan Douglas A. Anderson, struktur

yang lazim hanya satu, yaitu piramida terbalik (Itule dan Anderson, 1987:62-63).

Bila diskemakan, struktur ini menjadi:

Page 19: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Berdasarkan skema di atas dapat dilihat bahwa semua bagian berita sama

pentingnya. Struktur ini sering menyertakan sub judul pada bagian body.

Struktur(1) juga cocok untuk menyajikan berita secara kronologis. Sedangkan

struktur (2) memperlihatkan body, yang semakin ke bawah semakin berkurang

bobotnya.

Struktur-struktur berita di atas bisa dipandang sebagai kerangka berita,

yang akan diisi dengan fakta. Dalam mengisi kerangka berita, satu hal yang perlu

diperhatikan adalah keterkaitan ide yang dikandung satu alinea dengan ide yang

dikandung alinea berikutnya. Kalau keterkaitan itu tidak ada, maka ceritanya akan

Page 20: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

tersendat-sendat, tidak ”mengalir”. Pengalaman menunjukkan, hanya berita yang

terasa ”mengalir” saja yang disenangi oleh khalayak.

2.5 Komponen/Faktor-Faktor yang Penting dalam Menyimak

Menurut Tarigan (1994:62), komponen/faktor-fantor penting dalam

menyimak adalah sebagai berikut:

a. membedakan antarbunyi fonemis,

b. mengingat kembali kata-kata,

c. mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata,

d. mengidentifikasi bagian-bagian pragmatik, eskpresi, dan seperangkat

penggunaan yang berfungsi sebagai unit sementara mencari arti/makna.

e. menghubungkan tanda-tanda lingusitk ke tanda-tanda para linguistik (intonasi)

dan ke non linguistik (situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun

makna, menggunakan pengetahuan awal (yang kita tahu tentang isi dan bentuk

dan konteks (yang telah siap dikatakan) untuk memperkirakan dan kemudian

menjelaskan makna,

f. mengulang kata-kata penting dan ide-ide penting.

Menurut pendapat Rost (1991:108) bahwa faktor-faktor yang penting

dalam keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir

penting bahan simakan terutama yang berhubungan dengan bahan simakan.

Selanjutya, Michael (1991:108) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

penting dalam keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan

butir-butir penting bahan simakan terutama yang berhubungan dengan bahan

simakan. Untuk dapat mengajarkan menyimak sampai pada pemahaman, guru

perlu menyusun bahan simakan. Penyusunan materi menyimak pun tidak asal

mendapatkan materi saja, tetapi ada beberapa yang harus diperhatikan guru dalam

penyusunan materi ini di antaranya: (1) sasaran kegiatan, (2) sasaran kompetensi

siswa, (3) metode pembelajaran, dan (4) faktor keberhasilan menyimak (Budiman,

2008:2).

Sasaran kegiatan berarti tujuan pembelajarabn menyimak, misalnya

menyimak informasi berupa fakta atau opini. Hal ini ditentukan lebih dahulu.

Page 21: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Sasaran kompetensi siswa berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki siswa

di akhir pembelajran. Misalnya: kemampuan menyeleksi informasi yang

mengandung fakta, mengidentifikasi ketidaksesuaian pernyataan seseorang

dengan fenomena yang ada. Selain itu, menyimak dapat mengembangkan

kemmampuan siswa untuk selektif atas informasi.

Keberhasilan menyimak dipengaruhi juga dengan faktor lingkungan.

Lingkungan mempengaruhi kenyataan siswa dapat menyimak bahan dengan baik

atau tidak. Faktor lingungan yang berpengaruh buruk bagi keberhasilan

pengembangan kompetensi menyimak adalah minimnya fasilita atau tidak ada lab,

suasana menyimak tidak nyaman (ruangan telalu lebar, kelas di sebelah kita

terlalu berisik). Oleh karena itu, peran guru dalam menentukan keberhasilan

menyimak sangat penting. Keempat hal di atas perlu diperhatikan. Materi yang

disusun pun sebaiknya memperhatikan tingkat perkambangan siswa. Tema materi

yang dipergunakan sebaiknya bervariatif. Dengan demikian, siswa kita tidak akan

jenuh belajar dan pembelajaran menyimak menjadi menyenangkan.

2.6 Kunci Keberhasilan dalam Kegiatan Menyimak

Penyimak yang baik apabila individu mampu menggunakan waktu ekstra

untuk mengaktifkan pikiran pada saat menyimak. Ketika para siswa menyimak,

perhatiannya tertuju pada objek bahan simakan. Pada saat itulah akan didapatkan

proses menyimak yang efektif, menyimak yang lemah, dan menyimak yang kuat,

sebagaimana dikemukakan oleh Campbell, dkk (2006:16) pada tabel berikut ini.

Tabel 1

Menyimak yang Efektif

Menyimak yang EfektifMenyimak yang

LemahMenyimak yang Kuat

1. Temukan beberapa area

minat

Menghilangkan

pelajaran yang

“kering”

Menggunakan peluang

dengan bertanya “Apa

isinya untuk saya?”

Page 22: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

2. Nilailah isinya, bukan

penyampaiannya

Menghilangkannya

jika penyampaiannya

jelek

Menilai isi, melewati

kesalahan-kesalahan

penyampaian

3. Tahanlah semangat Anda Cenderung

berargumen

Menyembunyikan

penilaian sampai paham

4. Dengarkan ide-ide Menyimak kenyataan Menyimak tema inti

5. Bersikap fleksibel Membuat catatan

intensif dengan

memakai hanya satu

sistem

Membuat catatan lebih

banyak. Memakai 4-5

sistem berbeda tergantung

pembicara

6. Bekerjalah saat menyimak Pura-pura menyimak Bekerja keras,

menunjukkan keadaan

tubuh yang aktif

7. Menahan gangguan Mudah tergoda Berjuang/menghindari

gangguan, toleransi pada

kegiatan-kegiatan jelek,

tahu cara berkonsentrasi

8. Latihlah pikiran anda Menahan bahan yang

sulit, mencari bahan

yang sederhana

Menggunakan bahan yang

padat untuk melatih pikiran

9. Bukalah pikiran anda Setuju dengan

informasi jika

mendukung ide-ide

yang terbentuk

sebelumnya

Mempertimbangkan sudut

pandang yang berbeda

sebelum membentuk

pendapat.

10. Tulislah dengan huruf

besar tentang fakta karena

berpikir lebih cepat

daripada berbicara

Cenderung melamun

bersama dengan

pembicara yang lemah

Menantang,

mengantisipasi,

merangkum, menimbang

bukti, mendengar apa yang

tersirat.

Page 23: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

2.7 Model Pembelajaran Cooperative Cript

Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan

pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang

memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar

materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas.

Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang

penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat

diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi

proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas,

misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur

materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor

proses belajar.

Menurut Sudrajat (2007:2), model pembelajaran cooperative script (skrip

kooperatif) adalah metode belajar di mana siswa bekerja berpasangan dan

bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang

dipelajari.

Adapun langkah-langkah penerapan model pembelajaran cooperative

script adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

b. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat bahan

ringkasan.

c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara

dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan

memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar

menyimak/mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan

membantu mengingat/ menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan

materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan

sebaliknya, serta melakukan seperti di atas.

f. Kesimpulan guru.

Page 24: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

g. Penutup.

Menurut Baroto (2007:1) model pembelajaran cooperative script

mempunyai kelebihan sebagai berikut:

1) Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.

2) Setiap siswa mendapat peran.

3) Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.

Selanjutnya, model pembelajaran cooperative script memiliki kekurangan

yaitu:

1) Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu

2) Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi

hanya sebatas pada dua orang tersebut).

Page 25: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom

action researh). Menurut pendapat Wibawa (2003:8), ”…, dilaksanakannya PTK

(Penelitian Tindakan Kelas) di antaranya ialah untuk meningkatkan kualitas

pendidikan dan atau pengajaran yang diselenggarakan oleh guru, yang dampaknya

tidak lagi menemukan permasalahan yang mengganjal di kelas.”

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Tanjung Raja yang

terletak di Jalan Olahraga nomor 188 Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan

Ilir. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII tahun pelajaran 2008/2009. Jumlah

subjek penelitian adalah 30 orang, yang terdiri atas 21 orang laki-laki dan 9 orang

perempuan. Dipilihnya tempat dan subjek penelitian ini, karena kemampuan

menyimak mereka masih rendah di kelas tersebut. Oleh karena itu, siswa kelas

VII perlu diberi tindakan untuk mengatasi masalahnya.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Membuat Rancangan Pembelajaran

Rancangan pembelajaran mengacu pada model pembelajaran skrip

kooperatif.

3.3.2 Rancangan Pelaksanaan Penelitian

Rancangan pelaksanaan mengikuti langkah-langkah, yaitu:

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan ini peneliti melakukan kegiatan antara lain:

a. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan Program Semester.

b. Memnyiapkan instrumen tes dan instrumen observasi.

Page 26: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

c. Menyeleksi berita yang bersumber dari salah satu surat kabar Palembang,

misalnya Sumatera Ekspres, Sriwijaya Pos, atau Berita Pagi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini peneliti melakukan kegiatan antara lain:

a. Guru menjelaskan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh siswa.

b. Guru membagi siswa secara berpasangan.

c. Guru membagikan wacana/materi berita yang bersumber dari salah satu

surat kabar Palembang kepada tiap-tiap siswa

d. Guru memerintahkan kepada siswa untuk membaca mataeri bahan dibaca

dan membuat bahan ringkasan.

e. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara

dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

f. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan

memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

g. Pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang

lengkap dan membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan

menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

h. Bertukar peran, siswa yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi

pendengar dan sebaliknya.

i. Guru menyimpulkan materi pembelajaran.

k. Penutup.

3. Observasi

Pada saat pelaksanaan tindakan peneliti melakukan observasi terhadap

ketepatan siswa pada saat melaporkan hasil simakan. Kegiatan observasi ini

digunakan untuk menilai keberhasilan proses pembelajaran. Pada waktu

melakukan observasi peneliti bekerja sama dengan salah seorang guru Bahasa

Indonesia yang mengajar di kelas lain. Aspek yang diobservasi ialah aktivitas

siswa bekerja sama dalam kelompok, aktivitas siswa menjawab pertanyaan,

aktivitas siswa mengajukan pertanyaan, dan tanggung siswa dalam kelompok.

Page 27: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

4. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah akhir tindakan. Pada tahap refleksi peneliti

melakukan perenungan terhadap pelaksanaan tindakan, baik dari sisi proses

maupun hasil. Namun, yang paling diutamakan adalah penilaian proses. Tahap ini

dimaksudkan untuk mengetahui beberapa kendala dan hambatan yang terjadi pada

saat pelaksanaan tindakan. Apabila di dalam proses tindakan terdapat kendala atau

hambata, peneliti melakukan perbaikan tindakan. Perbaikan tindakan dilakukan

untuk penyempurnaan perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Observasi

Observasi dilakukan kepada pasangan kelompok, baik sebagai pembicara

maupun sebagai pendengar. Objek yang diobservasi adalah ketepatan siswa

menyampaikan ikhtisar berita (bagi pembicara) dan ketepatan siswa menyimak

ikhtisar berita (bagi pendengar). Instrumen observasi disiapkan dalam bentuk

daftar centang (check list) yang terdiri atas dua pilih yaitu: tepat dan tidak tepat.

Jika siswa tepat melaporkan berita, diberi skor 1. Sebaliknya, jika siswa tidak

tepat melaporkan bahan simakan diberi skor 0. Adapun indikator yang diamati

adalah sebagai berikut.

a. Ketepatan menyampaikan topik simakan

b. Ketepatan menyampaikan pikiran pokok.

c. Ketepatan menyampaikan pikiran penjelas.

d. Ketepatan menarik kesimpulan isi simakan.

3.4.2 Dokumentasi

Dokumentasi adalah sumber data tertulis sebagai pendukung pelaksanaan

penelitian. Data dokumentasi yang diperlukan di sini adalah perangkat

pembelajaran, catatan kehadiran siswa dalam mengikuti kegiatan, dan catatan

lapangan.

Page 28: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

N

fxX

X

3.4.3 Teknik Tes

Tes dilakukan secara tertulis. Tes berbentuk esai berjumlah 10 soal. Materi

yang diujikan mengenai kemampuan siswa menyimak berita yang bersumber dari

Surat Kabar Harian Sumatera Ekspres, Sriwijaya Post, dan Berita Pagi. Cuplikan

berita dibaca oleh guru dan siswa. Setelah siswa menyimak isi berita, siswa diberi

soal untuk menanyakan isi berita yang disimak.

3.5 Teknik Analisis Data

Data-data yang diperoleh akan diolah dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) menskor hasil belajar dalam menyimak berita

2) menghitung rata-rata skor yang diperoleh siswa dengan rumus:

(Arikunto, 2003:256)

Keterangan:

= Nilai rata-rata

fx Jumlah nilai

N = Jumlah siswa

3) menganalisis ketuntasan belajar siswa secara klasikal

Ketuntasan belajar siswa secara klasikal diketahui jika 85% siswa mendapat

skor ≥ 65. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal ini digunakan untuk

mengetahui keberhasilan pelaksanaan tindakan.

4) menyimpulkan

Page 29: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini berjenis penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa

kelas kelas VII SMP Muhammadiyah Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir

berjumlah 30 orang pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009. Waktu

penelitian dimulai dari tanggal 6 April 2009 dan berakhir pada tanggal 4 Mei

2009. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua siklus. Siklus 1 dilaksanakan

pada tanggal 6 April 2009 dan siklus 2 dilaksanakan tanggal 19 April 2009.

Sebelum dilakukan tindakan siswa diberikan tes awal. Tes awal diberikan pada

tanggal 4 April 2009. Adapun hasil tes awal dapat dilihat pada penjelaan berikut

ini.

4.1.1 Hasil Penelitian Tes Awal

Pada awal penelitian, guru memberikan tes awal kepada siswa.

Pelaksanaannya dilakukan pada tanggal 4 April 2009. Waku pelaksanaan 2 jam

pelajaran. Soal tes awal berbentuk esai. Jumlah soal sebanyak 10 buah.

Soal tes awal dikerjakan siswa secara individual. Siswa diminta

mengerjakan soal, siswa tidak diperbolehkan untuk bekerja sama dalam menjawab

soal. Pada saat pelaksanaan tes awal, guru meminta bantuan kepada salah seorang

guru yang mengajar bahasa Indonesia untuk mengawasi hasil pekerjaan siswa.

Setelah waktu mengerjakan berakhir, siswa diminta untuk meletakkan hasil

pekerjaannya di atas mejanya masing-masing. Kemudian guru dibantu rekan guru

lain mengambil hasil pekerjaan siswa.

Setelah dilakukan pengoreksian, hasil pekerjaan siswa diberi nilai. Adapun

nilai tes awal siswa itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2

Page 30: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Distribusi Frekuensi Nilai Tes Pada Tes Awal

No. NilaiFrekuensi

Absolut

Frekuensi

Relatif

Frekuensi

Kumulatif

1. 70 – 79 4 13,33% 4

2. 60 – 69 4 13,33% 8

3. 50 – 59 20 66,67% 28

4. 40 – 49 2 6,67% 30

5. 30 – 39 - - -

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan siswa yang memperoleh nilai

nilai 70 – 79 sebanyak 4 orang atau sebesar 13,33%, jumlah siswa yang

memperoleh nilai 60 – 69 sebanyak 4 orang atau sebesar 13,33 %, jumlah siswa

yang memperoleh nilai 50 – 59 adalah 20 orang atau sebesar 66,67 %, dan jumlah

siswa yang memperoleh nilai 40 – 49 hanya 2 orang atau sebesar 6,67 %. Dari

data tersebut dapat disimpulkan keberhasilan siswa mencapai nilai KKM > 65

sebanyak 6 orang. Dengan kata lain, pencapaian ketuntasan belajar siswa pada Tes

Awal hanya sebesar 20 %.

4.1.1 Hasil Pelaksanaan Siklus Pertama

Pelaksanaan penelitian pada siklus pertama pada tanggal 6 April 2009.

Waktu pelaksanaan dimulai dari pukul 07.30 s.d. 08.40 (2 jam pelajaran). Kelas

yang diteliti adalah kelas VII SMP Muhammadiyah Tanjung Raja Kabupaten

Ogan Ilir. Hasil pelaksanaan penelitian deskripsikan berikut ini.

Penelitian siklus pertama dilakukan dalam satu kali tatap muka dan kegiatan

yang dilakukan sesuai dengan kegiatan yang terdapat dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP terlampir) dengan menggunakan model pembelajaran

cooperative script. Standar kompetensi ialah memahami wacana lisan melalui

kegiatan mendengar berita. Materi yang diajarkan adalah teks berita.

Page 31: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Pada bagian awal pertemuan pertama peneliti melakukan apersepsi dengan

memotivasi siswa. Peneliti menyampaikan indikator pembelajaran (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa). Ada tiga pencapaian indikator yang

harus dicapai oleh siswa, yaitu: 1) mampu mendengarkan pokok-pokok berita

yang dibacakan; 2) mampu menuliskan isi berita dalam beberapa kalimat; 3)

mampu memberikan tanggapan mengenai isi berita. Setelah itu peneliti

melakukan kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan diawali dengan membagi siswa

berpasangan dalam kelompok sehingga terdapat 15 kelompok. Pengelompokan

didasarkan tempat duduk siswa. Kegiatan ini dilakukan selama 5 menit.

Kemudian, guru membagikan fotokopi isi berita kepada tiap siswa dalam

kelompok. Masing-masing kelompok mendapatkan satu judul berita (judul berita

yang dibagikan terlampir).

Guru menugaskan masing-masing kelompok membuat ringkasan isi berita.

Isi berita yang diringkas mengenai topik berita, pikiran pokok/ide pokok, pikiran

penjelas, dan menyimpulkan isi berita. Kegiatan ini dilakukan selama 20 menit.

Setelah waktu yang disediakan berakhr, guru dan siswa menugaskan masing-

masing kelompok menunjuk satu orang bertindak sebagai pembicara dan yang

lainnya sebagai pendengar. Kemudian guru menugaskan pembicara membacakan

hasil ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan

ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghapal ide-ide

pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

Kegiatan ini dilakukan bergiliran per kelompok, masing-masing selama 2 menit.

Pada saat berlangsungnya kegiatan peneliti melakukan pengamatan terhadap

kegiatan yang dilakukan siswa. Pada waktu siswa membuat ringkasan tampak

siswa tekun dan bekerja sama dengan baik. Masing-masing kelompok membuat

ringkasan dan berhenti bekerja setelah waktu pengerjaan 20 menit dinyatakan

selesai. Setelah waktu membaca dan meringkas berakhir masih ada tiga kelompok

yang menyatakan belum selesai. Ketiganya adalah kelompok 3, kelompok 13 dan

kelompok 13. Akhirnya peneliti memberikan perpanjangan waktu selama 2 menit.

Page 32: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Setelah waktu perpanjangan, masing-masing pembicara membacakan hasil

ringkasan kelompok mereka di depan kelas, sementara anggota lainnya disuruh

mendengarkan hasil ringkasan kelompok.

Pelaksanaan pembacaan ringkasan berjalan dengan baik. Setelah pembicara

selesai menyampaikan ringkasan isi berita, guru menugaskan siswa memberikan

tanggapan terhadap ringkasan yang disampaikan temannya. Laporan penilaian

pendengar terhadap penyampaian ringkasan berita dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

Tabel 3

Laporan Penyampaian Ringkasan Berita

Tiap Kelompok oleh Pembicara

No. Butir Jumlah

Siswa

Keterangan

1. Ketepatan menyampaikan topik berita 13 86,67%

2. Ketepatan menyampaikan pikiran

pokok

10

66,67%

3. Ketepatan menyampaikan pikiran

penjelas

11

73,33%

4. Ketepatan menarik kesimpulan isi berita 12 80,00%

Rata-rata 11,5 76,67%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ada 13 kelompok yang

menyampaikan topik berita dengan tepat, hal ini berarti ada 2 kelompok yang

belum tepat menyampaikan topik berita. Hal ini terjadi karena siswa hanya

membacakan judul berita dan mereka mengganggap judul berita itulah yang

menjadi topik berita. Misalnya berita yang berjudul Prabumulih Minta Tambahan

Dokter, sedangkan topik berita mengenai kesehatan.

Selanjutnya, ketepatan menyampaikan pikiran pokok juga banyak

menimbulkan kesalahan. Pada bagian ini hanya 10 kelompok yang dinilai cukup

baik menyampaikan pikiran pokok yang terdapat di dalam berita, sedangkan 5

Page 33: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

kelompok masih salah. Begitu pula pada bagian ketepatan menyampaikan pikiran

penjelas hanya 11 kelompok mampu menyampaikannya dengan baik dan benar,

sedangkan 4 kelompok salah menjawab. Kesalahan siswa dalam membuat pikiran

pokok dan pikiran penjelas berita karena siswa belum memahami isi berita secara

keseluruhan. Pada waktu peneliti menjelaskan tentang pikiran pokok dan pikiran

penjelas siswa tersebut masih ada yang ribut dan berbicara dengan teman

sebangku, sehingga hal ini membuat siswa kurang memahami apa yang peneliti

jelaskan. Kekeliruan siswa menyampaikan pikiran pokok dan pikiran penjelasan

isi berita ada kaitannya dengan kekurangpahaman siswa dengan kata-kata kunci

yang dibicarakan dalam berita.

Kemudian pada bagian ketepatan siswa menarik kesimpulan diketahui 12

kelompok sudah benar dan baik dan masih ada 3 kelompok yang benar membuat

kesimpulan. Siswa masih menyalin kalimat awal berita, ada pula yang hanya

menyalin kalimat judul berita, dan satu kelompok tidak menuliskan kesimpulan

berita.

Dari hasil kegiatan penyampaian ringkasan isi berita secara keseluruhan

cukup baik. Rata-rata 76,67% siswa dapat menyampaikan ringkasan berita,

sedangkan 23,43%-nya masih perlu mendapatkan bimbingan dari peneliti.

Ditinjau dari aktivitas siswa dalam kelompok peneliti juga mengadakan

pengamatan dengan dibantu oleh teman guru bahasa Indonesia. Aktivitas yang

diamati meliputi kerja sama, menjawab pertanyaan, memberikan tanggapan, dan

keaktifan, dan ketekunan. Laporan kelima aktivitas itu dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 4

Distribusi Penilaian Aktivitas Siswa dalam Kelompok Siklus 1

Aspek yang dinilai

Menjawab Memberikan KetekunanNo Klp InisialKerjasama

pertanyaan TanggapanKeaktifan

TS 1 1 1 1 1

1 1 ID 1 1 1 1 0

RS 1 0 1 0 1

2 2 Sup 1 0 1 1 1

Page 34: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

AW 0 0 0 0 0

3 3 Dam 0 0 1 1 1

MY 1 1 1 1 1

4 4 Gus 1 1 1 1 1

Apr 0 0 1 1 1

5 5 AS 1 0 1 1 1

Mu 1 1 0 1 1

6 6 Nas 0 1 0 0 0

AI 1 1 1 1 1

7 7 FA 1 1 1 1 1

MY 1 0 1 1 0

8 8 M.KR 1 1 0 0 1

IP 1 1 1 1 1

9 9 HP 1 1 1 1 1

OPN 1 1 1 1 1

10 10 RI 1 1 1 1 1

AZ 0 0 1 1 1

11 11 DR 0 0 0 1 1

EM 1 1 1 1 1

12 12 JS 1 1 1 1 1

Suk 1 0 1 1 0

13 13 FW 0 0 0 0 0

KH 1 1 0 1 1

14 14 CAW 1 1 1 1 1

ASap 1 0 1 1 1

15 15 Arn 1 1 1 1 1

Jumlah 23 18 23 25 24

Rata-rata (%) 76,67 60,00 76,67 83,33 80,00

Keterangan:

Nilai 1 = melakukan kegiatan

Nilai 0 = tidak melakukan

Dari Tabel 4 di atas hasilnya dapat diketahui dalam tabel berikut ini.

Tabel 5

Page 35: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Laporan Aktivitas Siswa dalam Kelompok

No. Kegiatan Jumlah siswa Persentase

1 Kerja sama 23 76,67%

2 Menjawab pertanyaan 18 60,00%

3 Memberikan tanggapan 23 76,67%

4 Keaktifan 25 83,33%

5 Ketekunan 24 80,00%

Jumlah 113 -

Rata-Rata 22,6 75,33%

Aktivitas kerjasama diketahui sebesar 76,67%, aktivitas menjawab

pertanyaan 60,00%, aktivitas memberikan tanggapan sebesar 76,67%, keaktifan

siswa dalam kelompok diketahui sebesar 83,33%, dan ketekunan siswa dalam

menjawab pertanyaan sebesar 80,00%. Rata-rata aktivitas siswa dalam kelompok

diketahui sebesar 75,33%. Artinya masih ada siswa yang tidak melakukan

aktivitas dengan baik yakni sebesar 25,67%.

Pada akhir siklus peneliti memberikan tes simakan (soal terlampir). Pada

saat melakukan tes, peneliti membacakan teks berita. Siswa disuruh menyimak isi

berita tersebut. Setelah siswa menyimak berita, peneliti membagikan soal tes

kepada tiap-tiap siswa. Peneliti mengingatkan kepada siswa agar tidak bekerja

sama dalam menjawab soal. Hasil tes siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6

Hasil Tes Akhir Siklus 1

No. Nama Nilai

1 TC 80

2 ID 80

3 RDS 60

4 Sup 60

5 AW 70

Page 36: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

6 Dam 65

7 MY 90

8 Apr 70

9 HP 80

10 AS 60

11 Ar 60

12 FA 75

13 AI 100

14 Nas 65

15 M.Yud 70

16 Gus 70

17 IP 80

18 OP 90

19 CAW 75

20 KH 60

21 Mu 70

22 M.KR 70

23 EM 100

24 RI 80

25 JS 85

26 AZ 75

27 DR 65

28 Suk 60

29 FW 65

30 Ak Sap 65

Jumlah 2195

Rata-Rata 73,17

Sumber: Data diolah tahun 2009.

Selanjutnya, dari data di atas akan diuraikan jumlah siswa dan persentase

pencapaian ketuntasan belajar terdapat pada tabel berikut ini.

Page 37: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Tabel 7

Distribusi Hasil Tes Akhir Siklus 1

Hasil TesNo. Nilai

Frekuensi Persentase (%)

1 ≥ 65 24 80

2 < 65 6 20

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan siswa yang mencapai ketuntasan

belajar pada siklus pertama berjumlah 24 orang atau sebesar 80%, sedangkan

siswa yang belum mencapai batas ketuntasan adalah 6 orang atau 20%.

Dari data di atas menunjukkan bahwa nilai yang dicapai siswa pada tes akhir

siklus 1 rata-rata hanya mencapai 73,17. Secara individual pencapaian nilai akhir

pada siklus pertama masih ada siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 65,

sedangkan pencapaian ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 80%.

Dengan demikian secara klasikal hasil belajar siswa belum tuntas. Oleh karena itu,

penelitian ini dilanjutkan pada siklus kedua.

Dari hasil observasi pada siklus 1 ini menggambarkan bahwa tindakan yang

diberikan peneliti masih memiliki kendala-kendala, yaitu:

1) Siswa masih kurang baik dalam membuat ringkasan terutama meringkas

pikiran penjelas dan pikiran pokok isi berita. Hal ini disebabkan oleh siswa

bekerja masih kurang berhati-hati dan kurang mengikuti penjelasan dari

peneliti dan temannya.

2) Pada saat berlangsungnya pembelajaran suasana kelas masih ramai atau ribut.

3) Masih ada siswa yang tidak membuat kesimpulan isi berita.

4) Dalam membuat rangkuman/kesimpulan siswa masih kurang begitu

memahami disebabkan oleh beberapa kendala, yaitu:

(a) Siswa yang membacakan resume masih belum begitu lancar dalam

membaca sehingga pasangan sulit untuk menyimak/memahami maksud

dan tujuan resume.

(b) Informasi yang diberikan dari resume sulit dipahami atau terlalu tinggi.

Page 38: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

(c) Dalam wacana resume terdapat kata-kata/kalimat-kalimat yang sulit

dipahami, contoh: JAMKESMAS.

Meskipun terdapat kendala dalam pelaksanaan model Cooperative Script,

selama berlangsungnya tindakan peneliti melihat ada beberapa hal yang

mendukung kegiatan.

1) Siswa terlibat langsung.

2) Siswa tidak merasa takut terpojok bila membuat suatu kesalahan.

3) Siswa merasa percaya diri dalam mengungkapkan pendapat.

4) Kelompok yang terbaik dalam membuat kesimpulan adalah kelompok II,

karena anggota kelompok bekerja sama dengan baik, tekun, dan aktif.

Dari data kelemahan dan kendala di atas peneliti merefleksi pelaksanaan

tindakan pada siklus 1 sebagai berikut:

1) Model pembelajaran cooperative script masih dilanjutkan pada tindakan

berikutnya.

2) Pemberian fotokopi teks berita masih tetap dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

3) Siswa harus diberi penekanan pada kegiatan mencari pikiran pokok dan pikiran

penjelas isi berita.

4) Peneliti mengingatkan kepada siswa agar membuat kesimpulan materi

pelajaran.

5) Guru mengontrol kegiatan siswa secara ketat.

4.1.3 Hasil Pelaksanaan Siklus Kedua

Pada siklus kedua materi yang diajarkan adalah mendengarkan dan

memahami isi berita yang dibacakan. Pada awal pembelajaran pertemuan peneliti

menyusun perencanaan dengan terlebih dahulu mengadakan tanya-jawab terhadap

materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Peneliti juga mebuat

rencana RPP dan instrumen penilaian dan menyampaikan indikator pembelajaran

(tujuan pembelajaran yang hendak dicapai siswa).

Pada bagian inti/kegiatan pelaksanaan tindakan peneliti menyusun langkah-

langkah dengan tetap terlebih dahulu membagi siswa berpasangan dalam 15

Page 39: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

kelompok menurut tempat duduk siswa. Kepada masing-masing siswa dalam

kelompok dibagikan fotokopi isi berita (judul berita yang dibagikan terlampir).

Langkah selanjutnya, guru menugaskan masing-masing kelompok membuat

ringkasan isi berita. Tiap-tiap siswa membuat ringkasan isi berita. Isi berita yang

diringkas mengenai topik berita, pikiran pokok/ide pokok, pikiran penjelas, dan

menyimpulkan isi berita. Kegiatan ini dilakukan selama 10 menit. Setelah

kegiatan selesai siswa diminta bertukar peran, yang pada siklus 1 berperan sebagai

pembicara sekarang berperan sebagai pendengar, begitu pula sebaliknya.

Pembicara kemudian membacakan hasil ringkasan, sementara pendengar diminta

menyimak/mengoreksi dan menunjukkan ide-ide pokok yang kurang tepat. Siswa

diminta pula mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi

sebelumnya atau dengan materi lainnya. menggilirkan siswa sebagai wakil

kelompok untuk membacakan hasil ringkasan. Pada bagian selanjutnya, masing-

masing siswa diberi waktu menyampaikan hasil ringkasannya selama 2 menit.

Pada saat berlangsungnya kegiatan peneliti melakukan pengamatan terhadap

kegiatan yang dilakukan siswa. Pada waktu siswa membuat ringkasan, siswa

mampu bekerja sama dengan baik. Masing-masing pasangan membuat rangkuman

dan berhenti bekerja setelah waktu mengerjakan dinyatakan selesai. Setelah waktu

membaca dan meringkas isi berita berakhir, tidak ada lagi kelompok yang bekerja.

Semua kelompok mempersiapkan hasil ringkasannya.

Siswa yang berperan sebagai pembicara membacakan hasil ringkasan ke

depan kelas, kemudian siswa yang berperan sebagai pendengar mencocokkan

hasil ringkasan yang dibuatnya dengan hasil ringkasannya sendiri. Laporan

penilaian pendengar terhadap penyampaian ringkasan berita dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 8

Laporan Penyampaian Ringkasan Berita

Tiap Kelompok oleh Pembicara

No. Butir Jumlah

Siswa

Keterangan

Page 40: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

1. Ketepatan menyampaikan topik berita 13 86,67%

2. Ketepatan menyampaikan pikiran

pokok

12

80,00%

3. Ketepatan menyampaikan pikiran

penjelas

12

80,00%

4. Ketepatan menarik kesimpulan isi berita 13 86,67%

Rata-rata 12,5 83.33%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ada 13 kelompok yang mampu

menyampaikan topik berita dengan tepat dan benar, hal ini berarti ada 2 kelompok

yang belum tepat menyampaikan topik berita, yakni kelompok 5 dan 6.

Selanjutnya, ketepatan menyampaikan pikiran pokok juga banyak menimbulkan

kesalahan. Pada bagian ini hanya 12 kelompok (80%) yang dinilai cukup baik

menyampaikan pikiran pokok yang terdapat di dalam berita, sedangkan 3

kelompok masih salah. Begitu pula pada bagian ketepatan menyampaikan pikiran

penjelas ada 12 kelompok yang mampu menyampaikannya dengan baik dan

benar, sedangkan 3 kelompok masih salah. Kesalahan siswa itu karena ia masih

menyalin kalimat yang ada di dalam berita secara utuh. Kekeliruan siswa

menyampaikan pikiran pokok dan pikiran penjelasan isi berita ada kaitannya

dengan kekurangpahaman siswa dengan kata-kata kunci yang dibicarakan dalam

berita. Kemudian pada bagian ketepatan siswa menarik kesimpulan diketahui 12

kelompok sudah benar dan baik dan masih ada 3 kelompok yang benar membuat

kesimpulan. Hal ini terjadi karena siswa masih menyalin kalimat berita, ada pula

yang hanya menyalin kalimat judul berita, dan satu kelompok tidak menuliskan

kesimpulan berita.

Dari hasil kegiatan penyampaian ringkasan isi berita secara keseluruhan

cukup baik. Rata-rata kemampuan siswa mencapai 83,33%, sedangkan 16,67%-

nya belum tepat.

Ditinjau dari aktivitas siswa dalam kelompok, yang meliputi kerja sama,

menjawab pertanyaan, memberikan tanggapan, dan keaktifan, dan ketekunan.

Laporan kelima aktivitas itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 41: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Tabel 9

Distribusi Penilaian Aktivitas Siswa dalam Kelompok Siklus 2

Aspek yang dinilai

Menjawab Memberikan KetekunanNo Klp InisialKerjasama

pertanyaan TanggapanKeaktifan

TS 1 1 1 1 1

1 1 ID 1 1 1 1 1

RS 1 1 1 1 1

2 2 Sup 1 1 1 1 1

AW 1 0 0 1 0

3 3 Dam 1 0 1 1 0

MY 1 1 1 1 1

4 4 Gus 1 1 1 1 1

Apr 1 1 0 0 1

5 5 AS 1 0 0 0 0

Mu 1 0 0 0 0

6 6 Nas 1 0 0 0 0

AI 1 1 1 0 1

7 7 FA 1 1 1 1 1

MY 1 0 1 1 1

8 8 M.KR 1 1 1 1 1

IP 1 1 0 1 1

9 9 HP 1 1 0 1 1

OPN 1 1 1 1 1

10 10 RI 1 1 1 1 1

AZ 1 1 1 1 1

11 11 DR 1 1 1 1 1

EM 1 1 1 1 1

12 12 JS 1 1 1 1 1

Suk 1 0 1 1 1

13 13 FW 1 1 1 1 1

KH 1 1 1 1 1

14 14 CAW 1 1 1 1 1

15 15 ASap 1 1 1 1 1

Page 42: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Arn 1 1 1 1 1

Jumlah 30 23 23 25 25

Rata-rata (%) 100 76,67 76,67 83,33 83,33

Keterangan:

Nilai 1 = melakukan kegiatan

Nilai 0 = tidak melakukan

Dari Tabel 9 di atas hasilnya dapat diketahui dalam tabel berikut ini.

Tabel 10

Laporan Aktivitas Siswa dalam Kelompok

No. Kegiatan Jumlah Siswa Persentase

1 Kerja sama 30 100,00%

2 Menjawab pertanyaan 23 76,67%

3 Memberikan tanggapan 23 76,67%

4 Keaktifan 25 83,33%

5 Ketekunan 25 83,33%

Jumlah 126

Rata-Rata 25,20 84,00%

Aktivitas kerjasama diketahui sebesar 100%, aktivitas menjawab

pertanyaan 76,67%, aktivitas memberikan tanggapan sebesar 76,67%, keaktifan

siswa dalam kelompok diketahui sebesar 83,33%, dan ketekunan siswa dalam

menjawab pertanyaan sebesar 83,33%. Rata-rata aktivitas siswa dalam kelompok

diketahui sebesar 84%. Artinya masih ada siswa yang tidak melakukan aktivitas

dengan baik yakni sebesar 16%.

Pada akhir siklus peneliti memberikan tes simakan (soal terlampir). Pada

saat melakukan tes, peneliti membacakan teks berita. Siswa diperintahkan untuk

menyimak isi berita tersebut. Setelah siswa menyimak berita, peneliti

membagikan soal kepada tiap-tiap siswa. Peneliti mengingatkan kepada siswa

agar tidak bekerja sama dalam menjawab soal.

Hasil tes siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 43: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Tabel 11

Hasil Tes Akhir Siklus 2

No. Nama Nilai

1 TC 85

2 ID 100

3 RDS 65

4 Sup 60

5 AW 75

6 Dam 70

7 MY 90

8 Apr 85

9 HP 85

10 AS 65

11 Ar 70

12 FA 75

13 AI 90

14 Nas 65

15 M.Yud 75

16 Gus 60

17 IP 75

18 OP 95

19 CAW 75

20 KH 60

21 Mu 85

22 M.KR 75

23 EM 95

24 RI 80

25 JS 85

26 AZ 80

Page 44: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

27 DR 65

28 Suk 65

29 FW 75

30 Ak Sap 80

Jumlah 2305

Rata-Rata 76,83

Sumber: Tes akhir siklus 2 diolah tahun 2009.

Selanjutnya, dari data di atas akan diuraikan jumlah siswa dan persentase

pencapaian ketuntasan belajar terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 12

Distribusi Hasil Tes Akhir Siklus 2

Hasil TesNo. Nilai

Frekuensi Persentase (%)

1 ≥ 65 27 90

2 < 65 3 10

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan siswa yang mencapai ketuntasan

belajar pada siklus kedua berjumlah 27 orang atau sebesar 90%, sedangkan siswa

yang belum mencapai batas ketuntasan adalah 3 orang atau 10%.

Dari data di atas menunjukkan bahwa nilai yang dicapai siswa pada tes akhir

siklus 2 rata-rata hanya mencapai 76,83. Secara individual pencapaian nilai akhir

pada siklus kedua telah melebihi batas ketuntasan 85%. Dengan demikian secara

klasikal hasil belajar siswa dinyatakan tuntas. Oleh karena itu, penelitian ini

dihentikan karena sudah berhasil mencapai ketuntasan belajar klasikal.

Dari hasil observasi pada siklus 2 menggambarkan bahwa tindakan yang

diberikan peneliti masih ada beberapa kendala, yaitu masih ada siswa kurang baik

dalam membuat ringkasan terutama meringkas pikiran penjelas dan pikiran pokok

Page 45: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

isi berita. Hal ini disebabkan oleh siswa bekerja masih kurang berhati-hati dan

kurang mengikuti penjelasan dari peneliti dan temannya. Namun demikian, secara

umumnya ringkasan berita yang dibuat siswa (mampu) dapat dilaporkan sebagai

berikut:

1) siswa sudah lancar membaca resume ringkasan isi berita

2) pasangan tidak mengalami kesulitan dalam membuat ringkasan

3) pendengar melakukan tanggapan secara aktif terhadap isis ringkasan yang

disampaikan pembicara

4) pembaca sudah mampu dan baik dalam membacakan resume ringkasan isi

berita.

Dari data di atas peneliti merefleksi pelaksanaan tindakan pada siklus 2

sebagai berikut:

1) Aktivitas siswa pada siklus 2 dalam tindakan dinyatakan baik.

2) Ketuntasan belajar siswa telah melebihi 85%

3) Hasil belajar siswa siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan

siklus 1.

4) Hasil penelitian siklus 2 dinyatakan berhasil, karena aktivitas siswa dan hasil

belajar siswa telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus 1.

Sebagai perbandingan hasil tes siklus 1 dan siklus siklus 2 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 12

Perbandingan Nilai Tes Akhir Siklus 1 dan Siklus 2

Perbandingan Nilai Jumlah

Hasil Tes Siklus 1 < Hasil Tes Siklus 2 17

Hasil Tes Siklus 1 > Hasil Tes Siklus 2 4

Hasil Tes Siklus 1 = Hasil Tes Siklus 2 9

Total 30

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perbandingan nilai hasil

tes siklus 1 lebih kecil dari siklus 2 sebanyak 17 orang, nilai hasil tes siklus 1

Page 46: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

73,17

76,83

71

72

73

74

75

76

77

78

Nilai rata-rata siklus 1 Nilai rata-rata siklus 2

lebih besar dari tes siklus 2 sebanyak 4 orang, dan nilai hasil tes siklus 1 sama

dengan hasil tes siklus 2 sebanyak 9 orang.

Selanjutnya, apabila dilihat dari hasil pengujian uji t yang datanya diolah

melalui Program SPSS (statistical Product and Service Solution) versi 15.00.

Adapun hasil pengujian uji t dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 13

Hasil Uji t Perbandingan Nilai Tes Siklus 1 dan Siklus 2

Paired Differences

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Sig. (2-

tailed)Ui Statistik

Lower Upper

t df

Pair

1

Hasil Tes Siklus 2 -

Hasil Tes Siklus 13,667 6,940 1,267 1,075 6,258 2,894 29 ,007

Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai uji t hitung sebesar 2,894, berada

pada tahap signifikansi 0,007 atau lebih kecil dari 0,005. Dengan demikian nilai

tes siklus 2 dinyatakan lebih besar daripada nilai tes siklus 1.

4.2 Pembahasan

Dari hasil observasi peneliti pada siklus pertama dan kedua yang dilakukan

pada saat siswa mengerjakan tes akhir maka hasilnya mengalami peningkatan.

Peningkatan aktivitas siswa tersebut tergambar pada grafik berikut ini.

Page 47: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Grafik 1. Hasil Tes Akhir Siklus 1 dan 2

Aktivitas siswa pada siklus 1 rata-rata diperoleh 73,17 %, dan pada siklus

kedua diperoleh 76,83 %. Dengan demikian, terdapat kenaikan aktivitas, baik

aktivitas menulis dan berpikir siswa dari siklus pertama ke siklus kedua.

Selain itu, peningkatan ketuntasan belajar siswa juga terjadi pada setiap

siklus. Ketuntasan belajar siswa pada siklus pertama mencapai 80 %, pada siklus

kedua 90 %. Dengan demikian, terdapat kenaikan pencapaian ketuntasan belajar

siswa secara klasikal dari siklus pertama ke siklus kedua.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pemahaman terhadap

isi berita melalui model pembelajaran cooperative script pada siswa kelas VII

SMP Muhammadiyah Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir. Peningkatan tersebut

diketahui dari hasil tes akhir siklus pertama menunjukkan rata-rata pemahaman

siswa 73,17 dan siklus kedua meningkat sebesar 76,83.

Pemahaman terhadap isi simakan berita baik secara klasikal juga mengalami

peningkatan dari siklus 1 sampai dengan siklus 2. Pada siklus 1 jumlah siswa yang

mampu mencapai nilai ≥ 65 adalah 80% dan siklus kedua mencapai 90%. Artinya,

pada akhir penelitian didapatkan lebih dari 85% siswa mampu menyimak isi

berita.

Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk

menguraikan langkah-langkah model pembelajaran cooperative script sehingga

siswa diharapkan dapat memahami isi berita. Pemahaman terhadap isi berita

masih perlu dilakukan penegasan kembali dan dipelukan pula bimbingan terutama

pada aktivitas siswa menjawab pertanyaan dan memberikan tanggapan. Selama

berlangsung proses pembelajaran, siswa tampak ragu-ragu untuk menjawab

Page 48: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

pertanyaan. Hal ini disebabkan para siswa takut salah dalam menjawab

pertanyaan. Begitu pula pada aktivitas memberikan tanggapan, kegiatan masih

kurang dilakukan siswa. Sebagian besar siswa hanya diam saja mendengarkan

pertanyaan dari temannya. Setelah guru memberikan motivasi dan bimbingan

barulah para siswa berani untuk memberikan tanggapan. Hal ini dilakukan untuk

menarik perhatian dan minat siswa dalam proses pembelajaran sehingga pada

akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan ketelitian siswa dalam memahami isi

berita.

Sampai pada akhir tindakan kedua masih ada tiga orang yang mendapatkan

nilai akhir di bawah 65. Batas nilai yang dicapai oleh siswa adalah batas

kemampuan berdasarkan prinsip belajar tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa

penerapan model pembelajaran cooperative script masih menemukan kendala.

Kendala tersebut diketahui dari hasil temuan lapangan bahwa lemahnya daya

ingatan siswa, meskipun sudah berulang-ulang peneliti menjelaskan tentang isi

berita namum ketiga orang siswa tersebut belum juga mencapai batas ketuntasan

minimum. Efektitivitas model pembelajaran cooperative script perlu mendapatkan

perhatian guru pada saat mengajarkan materi pembelajaran. Keefektifan tersebut

terlihat pada saat siswa menjawab soal dari temannya. Di antara siswa masih ada

yang kurang lengkap mengikuti petunjuk untuk mengikuti langkah-langkah model

pembelajaran cooperative script dalam memahami isi berita.

Pada sisi lain diketahui pula bahwa penggunaan model pembelajaran

cooperative script memberikan beberapa manfaat dalam meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami isi berita, khususnya dalam melatih

keterampilan siswa untuk berdiskusi dan tanya jawab, antara lain.

1. Pembelajaran berlangsung lebih efektif.

2. Keaktifan siswa akan lebih meningkat dengan bimbingan dari guru.

3. Terjadi interaksi yang positif antara siswa dengan siswa dan antara siswa

dengan guru.

4. Proses pembelajaran berjalan lebih terarah dan lebih menarik.

Page 49: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII

SMP Muhammadiyah dalam pembelajaran menyimak berita. Hal ini terbukti dari

adanya peningkatan rata-rata hasil tes siklus 1 diketahui 73,17 dan hasil tes siklus

2 rata-rata 76,83. Ditinjau dari pencapaian ketuntasan belajar siswa pada siklus 1

diperoleh 80% dan siklus 2 diperoleh 90%. Dengan demikian, ketuntasan belajar

siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 10%.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas berikut ini dapat penulis sarankan:

1. Kepada guru bahasa Indonesia kiranya dapat menerapkan model pembelajaran

cooperative script sebagai salah satu alternatif yang dapat dipilih dalam proses

pembelajaran berita. Kemudian dalam menerapkan pembelajaran cooperative

script, hendaknya guru bahasa Indonesia dapat memperhatikan efektivitas

dalam mengelola kelas dan penggunaan waktu.

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru/peneliti lain, sebagai

upaya mendukung inovasi pembelajaran khususnya dalam menerapkan model

pembelajaran cooperative script.

Page 50: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

DAFTAR PUSTAKA

Alief. 2008. “Dasar Penulisan Berita”. http://www.rileks.com. Diakses padataggal 9 Februari 2009.

Baroto, Aji. 2008. Cooperative Script. http://bbawor.blogspot.com. Diakses padatanggal 12 November 2008.

Wibawa, Basuki. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.

Basuki, Sulistyo. 1983. Teknik dan Jasa dokumentasi. Jakarta: Gramedia PustakaUtama, 1

Budiman, Kris. 2008. “Dasar-dasar Jurnalistik”. Makalah dimuat dalam PelatihanJurnalistik–Info Jawa, 12 – 15 Desember 2005. www.infojawa.org.Diakses pada tanggal 9 Februari 2009.

Campbell, dkk. 2006. Metode Praktis Pembelajaran: Berbasis MultipleIntelligences. Depok: Intuisi Press.

Clemes, Harris. 2001. Mengajarkan Disiplin Kepada Anak. Jakarta. Mitra Utama.

Darmodihardjo, Dardji. 1999. Sekitar Pendidikan Pancasila. Jakarta: Kurnia Esa.

Depdiknas. 2003. Materi Pokok Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Erdina, Maria Sinta dan Agus Supriatna. 1998. Penataran Tertulis Tipe A untukGuru-Guru SLTP jurusan Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Itule, Bruce D., and Anderson, Douglas. 1991. A. New Writing and Reporting forToday’s Media. New York: Random House Inc.

Nasution, Wahyudin Nur. 2006. “Efektivitas Strategi Pembelajaran Koperatif DanEkspositori Terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau Dari Cara Berpikir”.Makalah dimuat dalam Jurnal Penelitian Edisi 5 Tahun 2006.

Prayitno dan Amti. 2002. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: RinekaCipta.

Poerwadarminta. 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Page 51: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script

Rost, Michael. 1991. Listening in Action. London: Prentice Hall InternationalEnglish Language Teaching.

Sahertian, Christiana Demaja W. 2004. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar danGaya Belajar terhadap Hasil Belajar. Artikel penelitian dipublikasikanmelalui www. edukasi.net. Diakses pada tanggal 14 November 2008.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.

Sudrajat, Akhmad. 2007. “Pembelajaran Kooperatif”. http://akhmadsudrajat.com.Diakses pada tanggal 14 November 2008.

Surya, Hendra. 2003. Kiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta: PTElex Media Komputindo.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.

Universitas Sriwijaya. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Palembang: Tim Dosen.

Winkel, W.S. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PTGramedia Widiasarana Indonesia.

Yuridah. 2004. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas V SDTanjung Kerang Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin melaluiModel Distogloss. Skripsi mahasiswa Program Studi Bahasa Indonesia,tidak dipublikasikan. Palembang: FKIP Unsri.