Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI STATISTIK UNTUK ANALISIS PROSES
OKSIDASI LANJUT BERBASIS OZON DALAM PENYISIHAN
LIMBAH FENOL UNTUK MENENTUKAN VARIASI
KOMBINASI PARAMETER OPTIMUM PROSES
SKRIPSI
ANNALISIA RUDATIN
0706269634
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
DEPOK
JANUARI 2011
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI STATISTIK UNTUK ANALISIS PROSES
OKSIDASI LANJUT BERBASIS OZON DALAM PENYISIHAN
LIMBAH FENOL UNTUK MENENTUKAN VARIASI
KOMBINASI PARAMETER OPTIMUM PROSES
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
ANNALISIA RUDATIN
0706269634
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
DEPOK
JANUARI 2011
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
ii Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Annalisia Rudatin
NPM : 0706269634
Tanda Tangan :
Tanggal : 7 Januari 2011
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
iii Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Annalisia Rudatin
NPM : 0706269634
Program Studi : Teknik Kimia
Judul Skripsi : Aplikasi Statistik untuk Analisis Proses Oksidasi
Lanjut Berbasis Ozon dalam Penyisihan Limbah
Fenol untuk Menentukan Variasi Kombinasi
Parameter Optimum Proses
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana pada Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Ir. Eva F. Karamah, M.T. ( )
Penguji I : Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA ( )
Penguji II : Ir. Yuliusman, M.Eng. ( )
Penguji III : Ir. Rita Arbianti, M.Si ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 7 Januari 2011
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
iv Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Berkat
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Aplikasi
Statistik untuk Analisis Proses Ooksidasi Lanjut Berbasis Ozon dalam
Penyisihan Limbah Fenol untuk Menentukan Variasi Kombinasi Parameter
Optimum Proses” untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Indonesia.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
(1) Ir. Eva Fathul Karamah, M.T., selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini;
(2) Ir. Yuliusman, M.Eng, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
menyediakan waktu dan membantu permasalahan akademik perkuliahan
selama ini, serta selaku kordinator skripsi Teknik Kimia FTUI;
(3) Ibu Isti Surjandari, Ph.D, dan Bapak Kamarza, Ph.D yang telah bersedia
menularkan sedikit ilmu statistik kepada saya.
(4) Para dosen Departemen Teknik Kimia FTUI yang telah memberikan ilmu
dan wawasannya;
(5) Ayahanda Bambang Trismoko, dan keluarga yang selalu memberi
motivasi, dukungan, doa, dan semangat untuk selalu berusaha;
(6) Rekan-rekan satu bimbingan: Sonny Citra Permadi, dan Ardhian Solichin
yang sudah membantu dalam penelitian dan saling bertukar wawasan;
(7) Maria Linawati, dan Arna Mardiana yang selalu menghibur disaat-saat sulit
dan selalu bisa saya andalkan untuk „bersandar‟, dalam arti kata
sebenarnya dan perluasannya.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
v Universitas Indonesia
(8) Friska Amallia, Rahma Muthia, Zayyanatun Zulfa, Suci Ayunda, Isdiana
Karina, Alifiana PS, dan sahabat-sahabat yang tidak dapat disebutkan satu
demi satu, yang selalu punya cara untuk menyemangati saya di berbagai
kondisi.
(9) Teman-teman angkatan 2007 yang sangat hebat. Saya tidak akan bisa
melalui ini semua tanpa kalian.
(10) Semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu demi satu, yang
selalu memberikan informasi dan bantuan semangat;
(11) Mba Tiwi, Mas Taufik, Mang Ijal, Kang Jajat yang selalu punya celotehan
dan cerita lucu untuk disimak.
(12) Semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah skripsi ini secara
langsung maupun tidak langsung;
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi
dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
.
Depok, 7 Januari 2011
Penulis
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
vi Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Annalisia Rudatin
NPM : 0706269634
Program Studi : Teknik Kimia
Departemen : Teknik Kimia
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Aplikasi Statistik untuk Analisis Proses Oksidasi Lanjut Berbasis Ozon
dalam Penyisihan Limbah Fenol untuk Menentukan Variasi Kombinasi
Parameter Optimum Proses
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 7 Januari 2011
Yang menyatakan
( Annalisia Rudatin )
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
vii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Annalisia Rudatin
Program Studi : Teknik Kimia
Judul : Aplikasi Statistik untuk Analisis Proses Oksidasi Lanjut Berbasis
Ozon dalam Penyisihan Limbah Fenol untuk Menentukan Variasi
Kombinasi Parameter Optimum Proses
Ozonasi merupakan teknik oksidasi kimiawi yang menggunakan ozon sebagai
oksidator kuat untuk mendegradasi fenol. Namun ozon memiliki kelarutan yang
rendah. Berbagai riset menunjukkan bahwa kavitasi (hidrodinamika maupun
ultrasonik) dapat meningkatkan kelarutan ozon, dan meningkatkan laju penyisihan
fenol. Pada penelitian ini dilakukan analisis signifikansi parameter intensitas dan
konsentrasi awal fenol yang berpengaruh terhadap persentase penyisihan fenol
dengan menggunakan metode ANOVA.
Dari penelitian yang dilakukan, parameter yang paling signifikan adalah intensitas
ultrasonik. Kombinasi parameter yang paling baik untuk proses gabungan
ozonasi-kavitasi hidrodinamika dan ultrasonik adalah pada konsentrasi awal fenol
10 ppm, laju alir gas 200 L/jam, dan intensitas ultrasonik 60%.
Kata Kunci:
Fenol, Ozonasi, Kavitasi hidrodinamika, Ultrasonik, Signifikansi, ANOVA.
ABSTRACT
Name : Annalisia Rudatin
Study Programe : Chemical Engineering
Title : Statistic Application for Analysis of Ozone Based Advance
Oxidation Process on Phenol Degradation to Find The
Optimum Combination Variation of Process‟s Parameter
Ozonation is one of chemical oxidation method that uses ozone as strong oxidizer
for degradating phenol. But, ozone has low solubility in water. Many research
show that cavitation (either hydrodynamic or ultrasonik) gives better solubility of
ozone, and increase the rate of degradation. In this study, signification analysis of
ultrasonik intensity and initial concentration of phenol that affect the percentage
of degradated phenol was conducted by using ANOVA.
The result shows that the ultrasonik intensity is more significant. The optimum
combination variation parameter for ozonation-catitation (ultrasonik and
hydrodynamic) are on initial concentration of phenol 10 ppm, gas flow rate 200
L/jam, dan ultrasonik intensity 60%.
Keywords:
Phenol, Ozonation, Hydrodynamic cavitation, Ultrasonic, Signification,
ANOVA.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
viii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3 1.4. Batasan Masalah .......................................................................................... 4 1.5. Metodologi Penelitian .................................................................................. 4 1.6. Sistematika Penulisan .................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5 2.1. Ozonasi ........................................................................................................ 5 2.2. Parameter yang Mempengaruhi Ozonasi ..................................................... 7
2.2.1. Laju alir gas (QG) dan laju alir limbah cair (QL) ................................... 7 2.2.2. Konsentrasi ozon dalam gas (cG) .......................................................... 8 2.2.3. Konsentrasi polutan dalam limbah cair (c(M)) ..................................... 9
2.2.4. pH lingkungan ....................................................................................... 9 2.3. Kavitasi ...................................................................................................... 11
2.3.1. Kavitasi hidrodinamika ....................................................................... 12 2.3.2. Kavitasi ultrasonik .............................................................................. 13
2.4. Penggabungan Proses Ozonasi dengan Kavitasi ........................................ 18 2.5. Proses Penyisihan Fenol dengan Ozonasi dan Kavitasi ............................. 19 2.6. Statistik ...................................................................................................... 22
2.6.1. Jenis-jenis statistik .............................................................................. 23 2.6.2 Desain eksperimen ............................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 30 3.1. Rancangan Penelitian ................................................................................. 30
3.2. Prosedur Penelitian .................................................................................... 30
3.3. Alat dan Bahan ........................................................................................... 35
3.4. Pengolahan Data dengan SPSS .................................................................. 37 3.4.1. Aplikasi statistik deskriptif .................................................................. 37 3.4.2. Uji signifikansi ANOVA ..................................................................... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 42 4.1. Proses Ozonasi/Kavitasi Hidrodinamik (O/K) ........................................... 42
4.2. Proses Ozonasi/Kavitasi Ultrasonik (O/S) ................................................. 45 4.3. Proses Ozonasi/Kavitasi Hidrodinamik dan Ultrasonik (O/K/S) ............... 48
4.3.1. Variasi konsentrasi awal (Cp0) ........................................................... 48 4.3.2. Variasi intensitas ultrasonik ................................................................ 56 4.3.3. Variasi laju alir .................................................................................... 58
4.4. Uji Signifikansi .......................................................................................... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 66 5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 66
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
ix Universitas Indonesia
5.2. Saran .......................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68
LAMPIRAN
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
x Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Mekanisme reaksi langsung dan tak langsung .................................. 7
Gambar 2.2. Karakteristik ketergantungan konsentrasi ozon dalam gas dengan laju
alir gas pada sebuah Electric Discharge Ozon Generators (EDOGs)
.......................................................................................................... 8
Gambar 2. 3. Gradien konsentrasi pada pertemuan fasa gas dan cair ..................... 9
Gambar 2. 4. Profil pengaruh pH dan konsentrasi ozon pada tiap bagian kontak
ozon-air ........................................................................................... 10
Gambar 2. 5. Injektor Mazzei ............................................................................... 12
Gambar 2. 6. Efek frekuensi ultrasonik pada pembentukan nitrit dan nitrat ........ 17
Gambar 2. 7. Zona reaksi pada gelembung kavitasi ............................................. 18
Gambar 2. 8. Mekanisme reaksi oksidasi fenol oleh ozon.................................... 20
Gambar 2. 9. Mekanisme reaksi fenol pada proses ozonasi-kavitasi (hidrodinamik
dan ultrasonik) ................................................................................ 21
Gambar 3. 1. Diagram alir penelitian .................................................................... 31
Gambar 3. 2. Langkah-langkah desain eksperimen .............................................. 32
Gambar 3. 3. Skema alat pada sistem ozonasi-kavitasi hidrodinamika (O/K) ..... 36
Gambar 3. 4. Skema alat pada sistem ozonasi-kavitasi ultrasonik (O/S) ............. 36
Gambar 3.5.Skema alat pada sistem ozonasi-kavitasi hidrodinamika dan
ultrasonik (O/K/S) .......................................................................... 37
Gambar 3.6. Membuat variabel pada SPSS 17.0 .................................................. 37
Gambar 3.7. Memasukkan data pada SPSS 17.0 .................................................. 38
Gambar 3.8. Fasilitas Error Bar sebagai pengolah data ........................................ 38
Gambar 3.9. Kotak dialog Error Bar ..................................................................... 39
Gambar 3.10.Kotak dialog pendefinisian grafik ................................................... 39
Gambar 3.11.Dataset uji signifikansi .................................................................... 40
Gambar 3.12.Uji signifikansi dengan ANOVA .................................................... 41
Gambar 3.13.Kotak dialog Univariate ANOVA ................................................... 41
Gambar 4.1.Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K dengan
variasi konsentrasi dengan deviasi standar .................................... 43
Gambar 4.2. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K dengan
variasi konsentrasi ………………………………………………...44
Gambar 4.3.Persentase penyisihan fenol pada skema O/K dengan variasi
konsentrasi ………………………………………………………...44
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
xi Universitas Indonesia
Gambar 4.4. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/S dengan
variasi konsentrasi dengan deviasi standar ………………………..46
Gambar 4.5. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/S dengan
variasi konsentrasi ………………………………………………...47
Gambar 4.6.Persentase penyisihan fenol pada skema O/S dengan variasi
konsentrasi ………………………………………………………...47
Gambar 4.7.Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K/S pada
variasi konsentrasi dengan deviasi standar ……………………….49
Gambar 4.8.Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K/S pada
variasi konsentrasi ………………………………………………...50
Gambar 4.9.Persentase penyisihan fenol pada skema O/K/S dengan variasi
konsentrasi ………………………………………………………...50
Gambar 4.10.Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada konsentrasi awal 100
ppm dengan variasi skema ………………………………………..51
Gambar 4.11.Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada konsentrasi awal 50
ppm dengan variasi skema ………………………………………..52
Gambar 4.12.Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada konsentrasi awal 10
ppm dengan variasi skema………………………………………...52
Gambar 4.13.Persentase penyisihan fenol pada variasi skema dengan variasi
konsentrasi ………………………………………………………...53
Gambar 4.14.Proses yang terjadi saat gelembung ozon diberikan efek kavitasi ...54
Gambar 4.15.Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K/S pada
variasi intensitas dengan deviasi standar…………………………. 56
Gambar 4.16.Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K/S pada
variasi intensitas………………………………………………….. 57
Gambar 4.17.Persentase penyisihan fenol pada skema O/K/S dengan variasi
intensitas………………………………………………………….. 57
Gambar 4.18.Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K/S pada
variasi laju alir dengan deviasi standar…………………………… 59
Gambar 4.19.Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K/S pada
variasi laju alir……………………………………………………. 60
Gambar 4.20.Persentase penyisihan fenol pada skema O/K/S dengan variasi laju
alir…………………………………………………………………60
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
xii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Mekanisme dekomposisi ozon dalam air murni pada kondisi basa…. 11
Tabel 2. 2. Konstanta laju reaksi fenol dan turunannya dengan ozon……………21
Tabel 2. 3. Konstanta laju reaksi fenol dan turunannya dengan radikal OH……. 22
Tabel 2. 4. Tabulasi observasi desain faktorial 32………………………………………………..
24
Tabel 4.1.Persentase penyisihan fenol pada variasi skema dengan variasi
konsentrasi …………………………………………………………...53
Tabel 4. 2. Hasil ANOVA SPSS 17.0 ……………………………………………62
Tabel 4. 3. Tes Post-Hoc parameter intensitas ultrasonik ………………………..64
Tabel 4. 4. Tes Post-Hoc parameter konsentrasi awal …………………………64
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan peradaban tidak serta merta meningkatkan kualitas dari seluruh
aspek kehidupan. Perkembangan yang ada cenderung menuntun manusia-nya
untuk berpikiran serba praktis dalam mencapai tujuannya, bahkan tanpa
menghiraukan dampaknya bagi ekosistem disekitar mereka. Kelalaian ini akan
menimbulkan pencemaran bagi lingkungan. Salah satu masalah pencemaran yang
sangat diperhatikan adalah pencemaran air. Air bersih merupakan salah satu
komponen yang paling penting dan dibutuhkan oleh manusia. Data-data Dinas
Pekerjaan Umum (2009) mencatat bahwa lebih dari 70% populasi masyarakat
Indonesia mengkonsumsi air yang terkontaminasi zat-zat berbahaya.
Salah satu zat pencemar berbahaya tersebut adalah limbah fenol yang
banyak dihasilkan oleh industri-industri plastik, kertas, farmasi, dan cat yang
banyak terdapat di Indonesia. Fenol merupakan senyawa yang sangat beracun,
sulit didegradasi, dan menyebabkan bau dan rasa pada air meskipun dalam
konsentrasi yang sangat kecil (0,002 mg/L).
Proses pengolahan limbah fenol yang menjanjikan adalah teknologi
oksidasi lanjutan (Advanced Oxidation Processes/AOPs). AOPs bisa secara luas
didefinisikan sebagai metode oksidasi fasa larutan yang terutama didasari oleh
pembentukan dan penggunaan radikal hidroksil (radikal OH) sebagai hasil
sampingan di dalam proses yang dapat mengakibatkan kehancuran dari senyawa
target atau pencemar (Ince dan Tezcanli-Guyer, 2004). Teknik-teknik yang telah
digunakan proses oksidasi lanjut diantaranya proses berbasis H2O2, fotolisis,
fotokatalisis, dan yang berkembang sejauh ini adalah proses berbasis ozon.
Teknik-teknik tersebut dapat digunakan secara terpisah atau dapat dikombinasikan
satu sama lain. Seperti yang telah diaplikasikan oleh Slamet (2007) yang
menggabungkan fotokatalisis dengan adsorben untuk mengolah polutan organik.
Proses oksidasi lanjut berbasis ozon sangat potensial karena ozon dapat
bereaksi dengan dua cara di dalam air, yaitu oksidasi langsung dengan
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
2
Universitas Indonesia
menggunakan ozon itu sendiri dan oksidasi tidak langsung dengan bantuan radikal
OH dan sifatnya sebagai desinfektan (Dodd, Kohler, & Gutten, 2009).
Namun, proses pengolahan limbah cair dengan menggunakan ozon masih
memiliki beberapa kekurangan, salah satunya kelarutannya yang rendah dalam air
yang cenderung mendorong pemakaian dosis ozon secara berlebihan. Hal ini
menyebabkan borosnya penggunaan ozon yang menjadi salah satu faktor
penyebab tingginya biaya proses ozonasi. Rendahnya kelarutan ozon dalam air
mengakibatkan laju reaksi oksidasi oleh ozon baik langsung maupun tidak
langsung (dengan pembentukan radikal OH) akan berkurang.
Untuk itu dibutuhkan suatu proses gabungan yang dapat meningkatkan
keefektifan ozon sebagai pendegradasi senyawa fenol. Proses gabungan yang kini
tengah berkembang adalah proses gabungan ozonasi-kavitasi. Kavitasi merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kelaruran ozon dalam air (Hoffmann, M. R.,
Hoechemer, R. A. , Hua, I, 1996). Kavitasi akan meningkatkan laju perpindahan
massa ozon dengan memperbesar luas permukaan kontak melalui penggunaan
gelembung dengan diameter yang lebih kecil atau gelembung mikro. Kavitasi
merupakan fenomena terjadinya pembentukan, pertumbuhan dan hancurnya
gelembung mikro dalam cairan. Jika fenomena ini terjadi karena adanya
gelombang suara dengan frekuensi tinggi maka disebut kavitasi akustik oleh
gelombang ultrasonik,dan jika terjadi akibat variasi tekanan pada cairan yang
mengalir akibat perubahan geometri pada sistem yang mengalir, maka disebut
sebagai kavitasi hidrodinamika. Dalam penelitian ini akan digunakan proses
gabungan, diantaranya proses gabungan ozonasi-kavitasi ultrasonik, ozonasi-
kavitasi hidrodinamika, dan ozonasi-kavitasi hidrodinamika dan ultrasonik.
Terdapat banyak parameter-parameter yang mempengaruhi proses
gabungan tersebut, seperti konsentrasi ozon, laju alir gas, intensitas ultrasonik,
dan lain-lain (Zhao, Ma, & Zhai, 2010). Untuk membuktikan (validasi) pengaruh
parameter-parameter tersebut dalam proses gabungan diperlukan evaluasi
pengaruh parameter yang cepat, dan murah, untuk merancang penelitian yang
efisien, dibutuhkan suatu metode statistik. Metode statistik, selain digunakan
untuk validasi, juga dapat digunakan untuk mengontrol proses, dan menjaganya
pada kondisi optimum dengan permodelan matematis (Lazic, 2004).
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
3
Universitas Indonesia
Salah satu metode statistik yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
parameter-parameter yang berpengaruh dalam proses adalah metode statistik
ANOVA (Analysis of Variance). ANOVA merupakan metode analisis yang telah
terbukti dapat menyeleksi faktor-faktor berdasarkan signifikan dan responnya
terhadap sistem atau proses kimia (Lazic, 2004) secara serentak. Prinsipnya
adalah mempergunakan faktorial ANOVA yang digunakan ketika peneliti ingin
mempelajari efek dari dua atau lebih perlakuan variabel.
Pada penelitian ini, ANOVA digunakan untuk menguji signifikansi
parameter yang berpengaruh pada proses gabungan ozonasi dan kavitasi.
Pengerjaan perhitungan ANOVA diakomodasi dengan perangkat lunak (software)
statistik SPSS. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan analisis terhadap
parameter yang paling berperan dalam proses gabungan ozonasi-kavitasi
ultrasonik, ozonasi-kavitasi hidrodinamika, dan ozonasi-kavitasi hidrodinamika
dan ultrasonik, dan dapat diterapkan ke penelitian selanjutnya untuk
mengoptimalkan proses pengolahan limbah cair, khususnya limbah fenol.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana menguji signifikansi parameter yang berpengaruh terhadap
kinerja proses (konsentrasi polutan dalam limbah cair, dan intensitas
ultrasonik) dengan metode ANOVA?
2. Seberapa signifikan pengaruh parameter–parameter tersebut terhadap
kinerja proses?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis parameter yang berpengaruh terhadap kinerja proses
(konsentrasi polutan awal dalam limbah cair, dan intensitas ultrasonik)
dengan metode ANOVA.
2. Menentukan parameter yang dapat mempengaruhi proses secara
signifikan.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
4
Universitas Indonesia
3. Menentukan variasi terhadap kombinasi parameter yang dapat
mengoptimalkan proses.
1.4. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis membatasi masalah sebagai berikut:
1. Analisis dilakukan menggunakan metode statistik ANOVA
2. Perhitungan ANOVA dibantu dengan menggunakan software statistik
SPSS 17, dengan Confidence Level 95%, dan tanpa blocking pada 3k
faktorial.
3. Kinerja proses dievaluasi dengan parameter persentase penyisihan fenol.
4. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang merupakan hasil
penelitian Sonny Citra Permadi (2010) yang dilakukan di Laboratorium
Intensifikasi Proses DTK FTUI.
1.5. Metodologi Penelitian
Penelitian diawali dengan menentukan parameter-parameter yang akan
dianalisis menggunakan ANOVA yakni laju alir gas, konsentrasi polutan dalam
limbah cair, dan intensitas ultrasonik.Jumlah data minimum yang harus dianalisis
didapatkan dari jumlah parameter dan variabel yang digunakan. Parameter lain
yang dianggap tetap adalah laju alir limbah, konsentrasi ozon dalam gas, dengan
kondisi asam.
Data-data yang digunakan seluruhnya bersumber dari penelitian terdahulu
oleh tim peneliti pengolahan limbah cair fenolik di Laboratorium Intensifikasi
Proses DTK FTUI. Data-data yang digunakan merupakan hasil penelitian
penyisihan fenol dengan proses gabungan ozonasi-kavitasi ultrasonik, ozonasi-
kavitasi hidrodinamika, dan ozonasi-kavitasi hidrodinamika dan ultrasonik.
Penentuan signifikansi parameter dilakukan dengan teknik komputasi dibantu oleh
piranti lunak (software) SPSS 17.0.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
5
Universitas Indonesia
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah,
tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi literatur-literatur yang mengandung teori dasar yang
berhubungan dengan proses ozonasi, kavitasi, dan metode statistik
yang akan digunakan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi diagram alir penelitian, prosedur penelitian, variabel
penelitian, dan alat serta bahan untuk mencapai tujuan penelitian
yang diinginkan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian, yakni hasil aplikasi metode statistik
dengan SPSS 17.0, interpretasi dan analisis dari hasil yang
didapatkan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari analisis yang dilakukan sesuai
tujuan penelitian yang diinginkan, dan saran-saran untuk penelitian
selanjutnya.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
6 Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ozonasi
Ozonasi merupakan salah satu jenis AOPs (Advanced Oxidation Process)
yang banyak berkembang sebagai pengolah limbah cair dengan
mengkontakkannya dengan ozon dikarenakan kelebihannya yang dapat bereaksi
dengan dua cara untuk menguraikan zat polutan, dan sifatnya sebagai desinfektan
yang juga dapat mensterilkan limbah cair dari pencemar biologis seperti bakteri.
Kedua cara reaksi ozon tersebut ialah dengan reaksi langsung dan tak langsung.
Reaksi langsung ozon merupakan reaksi ozon yang sebenarnya, yaitu reaksi
molekul ozon dengan molekul kimia lain. Reaksi tidak langsung merupakan
reaksi oleh radikal OH, yang dibentuk dari dekomposisi ozon atau hasil reaksi
langsung ozon dengan senyawa yang ada di air. Dapat disimpulkan bahwa reaksi
langsung ozon merupakan tahap inisiasi yang menuju ke reaksi tidak langsung.
Ozon mempunyai niai potensial redoks yang tinggi, yang menyebabkan molekul
ozon mempunyai kapasitas tinggi untuk bereaksi dengan banyak senyawa. Pada
sebagian besar reaksi, tidak ada transfer elektron yang jelas, yang ada adalah
transfer molekul ozon ke senyawa lain.
Sedangkan reaksi tidak langsung berkaitan dengan radikal bebas yang
dihasilkan dari dekomposisi ozon di air. Radikal bebas secara alami terbentuk
pada tahap reaksi inisiasi atau propagasi dari Advanced Oxidation Processes yang
melibatkan ozon dan molekul lainnya, seperti hidrogen peroksida atau radiasi UV.
Radikal hidroksil (OH) yang terbentuk dari proses AOPs merupakan merupakan
oksidator kuat dan dapat bereaksi dengan hampir seluruh senyawa. Reaksi antara
radikal OH tersebut dengan senyawa lain yang ada dalam air (dapat disebut
polutan) merupakan reaksi tidak langsung ozon. Berikut ini adalah contoh
mekanisme reaksi langsung dan tak langsung ozon:
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
7
7 Universitas Indonesia
M = Mikropolutan; S = Scavenger; R= Produk Reaksi
Gambar 2. 1. Mekanisme reaksi langsung dan tak langsung
(Sumber: Staehelin and Hoigne, 1983)
2.2. Parameter yang Mempengaruhi Ozonasi
Terdapat beberapa parameter yang berpengaruh terhadap kinerja ozonasi,
diantaranya laju alir gas, laju alir limbah cair, volume reaktor, konsentrasi ozon
dalam gas, konsentrasi ozon dalam limbah cair, konsentrasi polutan dalam limbah
cair, konsentrasi promoter, konsentrasi radical scavenger, tegang permukaan air,
kuat ion air, dan pH air. Berikut ini adalah penjelasan tentang parameter-
parameter yang akan dianalisis signifikansi pengaruhnya dalam penelitian ini:
2.2.1. Laju alir gas (QG) dan laju alir limbah cair (QL)
Laju alir gas (QG) dan laju alir limbah cair (QL) merupakan parameter
operasi yang penting untuk mengetahui neraca massa selama reaksi berlangsung.
Neraca massa reaksi tersebut berguna untuk mengevaluasi hasil eksperimen, atau
kinerja proses secara keseluruhan (Gottschalk, Libra, & Saupe, 2000). Lebih jauh,
laju alir limbah cair (QL) terkait dengan konsentrasi polutan didalamnya akan
mempengaruhi konsentrasi ozon optimum yang diperlukan untuk
menyisihkannya. Pengaruh laju alir gas (QG) terhadap laju reaksi akan dijelaskan
lebih lanjut pada sub-subbab 2.2.2.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
8
Universitas Indonesia
2.2.2. Konsentrasi ozon dalam gas (cG)
Konsentrasi ozon dalam gas sangat dipengaruhi tipe gas yang digunakan
sebagai masukan (feed) ozon generator, yakni berupa udara atau gas oksigen.
Semakin tinggi kandungan oksigen didalamnya, konsentrasi ozon yang dapat
dicapai juga makin besar. Laju alir massa ozon yang dihasilkan generator
(misalnya EDOGs) sangat dipengaruhi oleh laju alir gas (QG) dan daya atau
voltase yang dipakai. Konsentrasi ozon dalam gas (cG) berkurang seiring dengan
bertambahnya laju alir gas (QG) seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
(Sumber: ASTeX Sorbios, 1996)
Konsentrasi ozon dalam gas (cG) mempengaruhi jumlah ozon yang dapat
bereaksi dalam penyisihan polutan. Konsentrasi ozon dalam gas (cG) dan laju alir
gas (QG) dalam volume reaktor tertentu dikenal sebagai dosis ozon yang
berpengaruh terhadap laju reaksi. Penambahan dosis ozon akan meningkatkan laju
reaksipenyisihan polutan (Gottschalk, Libra, & Saupe, 2000).
Gambar 2. 2. Karakteristik ketergantungan konsentrasi ozon dalam gas dengan laju alir gas pada
sebuah Electric Discharge Ozon Generators (EDOGs)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
9
Universitas Indonesia
Konsentrasi ozon dalam gas (cG) tentunya juga mempengaruhi konsentrasi
gas dalam cairan (cL), menurut teori dua lapisan saat ozon dikontakkan ke air
(Treybal, 1968). Teori dua lapisan menyebutkan bahwa saat suatu zat melalui dua
fasa, akan terdapat resistant pada pertemuan dua fasa. Hal ini menimbulkan
gradien konsentrasi, seperti yang terlihat pada ilustrasi berikut:
Gambar 2. 3. Gradien konsentrasi pada pertemuan fasa gas dan cair
(Sumber: Treybal, 1968)
Gradien konsentrasi yang ditimbulkan efek tersebut dapat mempengaruhi
konsentrasi ozon yang bereaksi dengan senyawa target di dalam cairan.
2.2.3. Konsentrasi polutan dalam limbah cair (c(M))
Konsentrasi senyawa target (polutan) yang akan disisihkan mempengaruhi
jumlah karbon organik yang terlarut (Dissolve Organic Carbon/ DOC) dalam
cairan. Konsentrasi polutan dalam limbah cair (c(M)) juga berpengaruh pada
neraca massa, yang berguna untuk mengevaluasi kinerja proses. Konsentrasi
polutan (c(M)) akan berpengaruh terhadap konsentrasi ozon optimum yang
diperlukan untuk menyisihkannya.
2.2.4. pH lingkungan
Nilai pH sangat mempengaruhi reaksi rantai ozon, terutama pada tahap
inisiasi (lihat gambar 2.1). Nilai pH juga memiliki peran penting pada
kesetimbangan kondisi asam. Oksidasi mikropolutan pada air sintetis (baik air
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
10
Universitas Indonesia
terdeionisasi atau tanpa buffer) kenaikan nilai pH akan meningkatkan laju reaksi.
Laju reaksi akan berbanding secara proporsional dengan konsentrasi OH-.
Nilai pH juga sangat mempengaruhi laju dekomposisi ozon. Ozon
merupakan senyawa yang tidak stabil. Setelah pembentukannya, ozon akan
dengan mudah terdekomposisi kembali membentuk oksigen. Di dalam air, ozon
menjadi tidak stabil dan secara cepat terdekomposisi melalui serangkaian
mekanisme reaksi. Ozon akan lebih mudah terdekomposisi pada pH yang lebih
tinggi (basa).
Pada pH < 12, reaksi dekomposisi ozon berlangsung lambat dan terjadi pada
fasa ruah (bulk)
Pada pH > 12, reaksi berlangsung sedang atau cepat, berkompetisi dengan
reaksi langsung ozon atau bahkan menjadi satu-satunya reaksi yang
mengkonsumsi ozon. Jika bereaksi langsung dengan ozon, reaksi dekomposisi
berjalan lambat.
Berikut ini merupakan profil pengaruh pH dan konsentrasi ozon pada tiap
bagian kontak ozon dengan air :
Gambar 2. 4. Profil pengaruh pH dan konsentrasi ozon pada tiap bagian kontak ozon-air
(Sumber: Staehelin, Hoigné, dan Bühler, 1984)
Mekanisme dekomposisi ozon dalam air murni pada kondisi basa menurut
Tomiyasu, Fukutomi, dan Gordon (1988) dapat terlihat pada tabel dibawah ini:
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
11
Universitas Indonesia
Tabel 2. 1. Mekanisme dekomposisi ozon dalam air murni pada kondisi basa
2.3. Kavitasi
Kavitasi merupakan teknik pembangkitan gelembung ukuran kecil atau
gelembung mikro, yaitu gelembung dengan diameter kurang dari puluhan mikron,
sedang gelembung konvensional memiliki diameter beberapa milimeter. Kavitasi
merupakan fenomena terjadinya pembentukan, pertumbuhan dan hancurnya
gelembung mikro dalam cairan. Jika fenomena ini terjadi karena adanya
gelombang suara dengan frekuensi tinggi maka disebut kavitasi akustik
(ultrasonikasi), dan jika terjadi akibat variasi tekanan pada cairan yang mengalir
akibat perubahan geometri pada sistem yang mengalir, maka disebut sebagai
kavitasi hidrodinamika.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
12
Universitas Indonesia
Selain dapat meningkatkan kelarutan ozon pada air terdapat efek lain
kavitasi pada proses ozonasi yang sama pentingnya. Pada air yang diberikan
kavitasi, panas yang dihasilkan dari ledakan gelembung mikro akan
mendekomposisi air menjadi atom hidrogen dan radikal OH yang sangat reaktif.
Maka proses kavitasi itu sendiri akan dapat menghasilkan radikal OH. Jika pada
ozonasi radikal OH yang terbentuk berasal dari dekomposisi ozon, maka pada
proses kavitasi radikal OH yang terbentuk berasal dari molekul air yang
terdekomposisi secara termal.
2.3.1. Kavitasi hidrodinamika
Kavitasi hidrodinamika terjadi karena perbedaan tekanan pada cairan yang
mengalir akibat perubahan geometri pada sistem. Pembangkitan kavitasi
hidrodinamika dapat diakomodasi dengan menggunakan injektor Mazzei.
Perbedaan tekanan antara masukan dan keluaran injektor jenis iniakan
menciptakan kondisi vakum pada badan injektor yang akanmenginisiasi
penghisapan pada suction port. Keuntungan dari injektor jenis ini adalah
diperolehnya laju perpindahan massa ozon yang tinggi (hingga 90%), efisiensi
cenderung tetap, konstruksinya yang sederhana dan tidak membutuhkan aliran
listrik. Berikut ini adalah gambar injektor Mazzei:
Gambar 2. 5. Injektor Mazzei
(Sumber: www.ozoneapplications.com)
Cara kerja injektor adalah sebagai berikut : ketika cairan operasi bertekanan
masuk ke dalam injektor, aliran ini ditarik menuju arah ruang injeksi dan berubah
menjadi aliran dengan kecepatan yang sangat tinggi.Peningkatan kecepatan yang
melalui ruang injeksi akan menurunkan tekanan, yang demikian akan
memungkinkan ozon dimasukkan ke dalam suction port dan ikut ke dalam aliran.
Dan saat aliran dengan kecepatan tinggi ini menuju keluaran injektor,
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
13
Universitas Indonesia
kecepatannnya berkurang namun tekanannya akan meningkat kembali, namun
tekanan keluaran ini masihlebih rendah dibandingkan tekanan masukan injektor.
Dalam aplikasinya, kavitasi hidrodinamika dapat menghancurkan
kontaminan di dalam air baik secara pirolisis yang dihasilkan oleh temperatur
yang tinggi di dalam gelembung, atau melalui dekomposisi uap air menjadi
hidrogen dan radikal OH, yang kemudian diikuti dengan mekanisme kimia.Jangka
waktu untuk perubahan tekanan dalam kavitasi hidrodinamika lebih tinggi
dibanding dalam ultrasonik. Dengan demikian, pertumbuhan dan ledakan
gelembung yang terjadi lebih membutuhkan waktu.
2.3.2. Kavitasi ultrasonik
Ultrasonikasi merupakan salah satu metode AOPs yang memanfaatkan
radiasi gelombang ultrasonik. Gelombang ultrasonik terjadi pada frekuensi diatas
16 kHz, diatas frekuensi normal yang dapat didengar oleh manusia, dan biasanya
berada pada kisaran 20 kHz – 500 MHz. Tingkatan frekuensi berbanding terbalik
terhadap tenaga yang dihasilkan (power output). Intensitas yang lemah, dan
frekuensi yang tinggi (dalam MHz) tidak mengubah keadaan medium saat
diradiasikan, sebaliknya pada intensitas yang tinggi dan frekuensi yang rendah,
gelombang ini mengubah keadaan medium,dan menimbulkan getaran dan
pembentukan, pembesaran, serta hancurnya gelembung yang dikenal sebagai
peristiwa kavitasi yang dapat meningkatkan keefektifan reaksi. Di dalam
gelembung kavitasi yang ditimbulkan, tekanan dan temperatur naik secara
dramatis hingga gelembung tersebut pecah. Sehingga kavitasi menjadi “mikro-
reaktor” yang dapat meningkatkan keefektifan reaksi yang selanjutnya akan
dijelaskan pada bagian 2.5.
Kavitasi ultrasonik telah terbukti dapat mendegradasi berbagai jenis polutan.
Reaksi yang terjadi dan tempat berlangsungnya reaksi berbeda untuk tiap jenis
polutan, sebagai berikut:
Polutan volatil : didegradasi melalui reaksi pirolisis pada fasa uap dalam
gelembung kavitasi
Polutan hidrofobik: terakumulasi dan bereaksi pada lapisan batas
gelembung yang bersifat hidrofobik. Konsetrasi radikal OH dan
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
14
Universitas Indonesia
peroksida pada lapisan batas jauh lebih tinggi dibandingkan pada fasa
ruah cairan
Polutan hidrofilik: bereaksi pada fasa ruah cairan, terdegradasi oleh
reaksi dengan radikal bebas atau peroksida yang dihasilkan oleh sonolisis
air
Partikel makromolekul: terdegradasi oleh efek hidromekanis karena
pecahnya gelembung.
Selain dampak positif seperti yang telah disebutkan diatas, kavitasi
ultrasonik juga memiliki produk samping. Kavitasi yang dihasilkan tidak hanya
mengakomodasi reaksi degradasi polutan, tapi juga dapat mengakomodasi reaksi
tak-spesifik lain, misalnya reaksi pembentukan senyawa lain seperti nitrit, nitrat,
dan hidrogen peroksida (Tiehm, 2001).
Hidrogen peroksida terbentuk saat larutan di kavitasi ultrasonik.
Pembentukan hidrogen peroksida merupakan hasil dari reaksi rekombinasi radikal
yang dihasilkan sonolisis air. Hidrogen peroksida (H2O2) biasanya terbentuk dari
gabungan dua radikal OH. Hidrogen peroksida tidak hanya terbentuk pada saat
sonolisis air, tetapi juga pada limbah cair saat mendegradasi polutan.
Pembentukan nitrit dan nitrat karena kavitasi ultrasonik berlangsung pada
rentang frekuensi 41 kHz - 1MHz. Nitrit dan nitrat terbentuk karena keberadaan
molekul O2 dan N2 yang bereaksi karena kavitasi ultrasonik, dan tidak
dipengaruhi oleh radikal OH Pembentukan nitrit dan nitrat akan merugikan reaksi
penyisihan polutan secara keseluruhan. Hasil air bersih yang telah dihasilkan akan
mengandung nitrit yang bersifat toksik untuk organisme air. Selain itu, nitrit dan
nitrat dapat digunakan oleh bakteri untuk melangsungkan nitrifikasi.
Selain untuk mendegradasi polutan organik, kavitasi ultrasonik juga terbukti
dapat mendegradasi logam seperti yang terlihat pada ilustrasi berikut ini:
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
15
Universitas Indonesia
Gambar 2.5. Ilustrasi penyisihan logam dari partikel mineral
(Sumber: Swamy & Narayana, 2001)
Terdapat beberapa parameter yang berpengaruh terhadap kinerja kavitasi
ultrasonik, diantaranya frekuensi, intensitas, durasi kavitasi ultrasonik, desain
reaktor, dan media kavitasi ultrasonik. Berikut ini adalah penjelasan tentang
parameter-parameter yang akan dianalisis signifikansi pengaruhnya dalam
penelitian ini:
2.3.2.1. Intensitas dan frekuensi ultrasonik
Intensitas ultrasonik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kavitasi. Intensitas ultrasonik akan mempengaruhi pembentukan gelembung mikro
yang dihasilkan dari proses kavitasi. Pada intensitas rendah laju pertumbuhan
gelembung akan lebih lambat, sementara pada intensitas tinggi pertumbuhan
gelembung mikro sangat cepat karena siklus ekspansi dan kompresi pada
intensitas tinggi lebih ekstrem (Ince, 2000).
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
16
Universitas Indonesia
Intensitas ultrasonik juga akan mempengaruhi jenis kavitasi yang terjadi.
Pada intensitas rendah gelembung yang dihasilkan lebih stabil dan memiliki
waktu hidup yang lebih panjang, yaitu sekitar 10 μs. Kavitasi jenis ini disebut
sebagai stable cavitation. Pada kavitasi ini tahap kehancuran gelembungakan
tertunda hingga melewati beberapa siklus ekspansi dan kompresi.
Intensitas ultrasonik tinggi akan menghasilkan gelembung dengan waktu
hidup yang lebih singkat, yaitu hanya 0,4μs. Kavitasi jenis ini disebut sebagai
transient cavitation. Pada jenis kavitasi ini, temperatur dan tekanan yang
dihasilkan lebih tinggi. Energi yang dilepas ke sekitar pada transient cavitation
jauh lebih besar dibandingkan dengan stable cavitation, yang disebabkan
hancurnya gelembung mikro pada transient cavitation lebih cepat dan dahsyat
dibandingkan stable cavitation. Dengan semakin singkatnya waktu yang
dibutuhkan gelembung mikro untuk hancur maka produksi radikal hidroksil juga
akan lebih besar (Petrier,1992).
Pada intensitas tinggi siklus kompresi dan ekspansi yang dialami gelembung
juga lebih ekstrem sehingga gelembung-gelembung mikro tersebut akan
cenderung untuk berosilasi terlebih dahulu di dalam larutan sebelum kemudian
akhirnya pecah sehingga tranfer radikal hidroksil ke dalam larutan pun akan
semakin besar karena adanya efek microstreaming ini (Hoffmann, M. R.,
Hoechemer, R. A. , Hua, I, 1996).
Selain intensitas, faktor lain yang mempengaruhi kavitasi adalah frekuensi.
Frekuensi gelombang ultrasonik akan mempengaruhi gelembung kavitasi yang
terbentuk. Pada frekuensi rendah, amplitudo yang dibutuhkan untuk menimbulkan
kavitasi cukup rendah. Gelembung yang terbentuk besar, dan umurnya panjang.
Sedangkan pada frekuensi tinggi, amplitudo yang dibutuhkan untuk menimbulkan
kavitasi tinggi. Gelembung yang dihasilkan lemah dan berumur pendek, saat
pecah tidak terlalu keras, bahkan tidak terjadi kavitasi pada rentang milihertz
karena siklus yang terlalu pendek untuk membentuk gelembung. Pada
kenyataannya, kenaikan frekuensi akan meningkatkan laju reaksi (Adewuyi,
2001). Hal ini dikarenakan frekuensi yang tinggi dapat meningkatkan jumlah
senyawa radikal pada sistem. Walaupun saat pecah tidak terlalu keras, frekuensi
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
17
Universitas Indonesia
tinggi memungkinkan terjadinya lebih banyak kavitasi, sehingga memiliki lebih
banyak kemungkinan untuk membentuk senyawa radikal.
Frekuensi juga mempengaruhi pembentukan nitrit dan nitrat seperti yang
terlihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2. 6. Efek frekuensi ultrasonik pada pembentukan nitrit dan nitrat
(Sumber: Tiehm, 2001)
2.3.2.2. Temperatur lingkungan
Reaksi kavitasi ultrasonik akan mengakibatkan peningkatan temperatur.
Temperatur pada fasa ruah cairan akan mempengaruhi viskositas, kelarutan gas,
tekanan uap, dan tegangan permukaan cairan (Mukesh, Hongqiang, Mujumdar, &
Ray, 2004). Pada temperatur lingkungan yang tinggi, intensitas ultrasonik yang
dibutuhkan rendah untuk menimbulkan kavitasi. Hal ini terjadi karena
peningkatan temperatur akan menurunkan viskositas dan tegangan permukaan,
sehingga menurunkan intensitas ultrasonik yang dibutuhkan untuk memproduksi
kavitasi. Saat terjadi peningkatan temperatur, tekanan uap meningkat, sehingga
gelembung kavitasi terisi dengan uap senyawa target. Peningkatan kandungan uap
dan gas akan meningkatkan resistensi gerakan di dalam gelembung selama
peristiwa kavitasi. Hal tersebut menyebabkan penurunan intensitas terjadinya
pemecahan gelembung. Penurunan intensitas tersebut dapat mengurangi
temperatur saat pecah dan mengurangi jumlah terbentuknya radikal OH sehingga
menurunkan laju degradasi.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
18
Universitas Indonesia
2.4. Penggabungan Proses Ozonasi dengan Kavitasi
Kavitasi baik hidrodinamika dan ultrasonik telah terbukti sebagai suatu
metode yang dapat meningkatkan orde reaksi pada berbagai sistem (Thompson &
Doraiswamy, 1999). Berikut ini merupakan dampak yang ditimbulkan kavitasi,
antara lain:
- Tekanan mekanis yang tinggi
- Memproduksi radikal H dan OH.Radikal OH tebentuk paling banyak, diikuti
radikal O, H2O, H, dan H2. Senyawa radikal tersebut diproduksi pada 30 ns
terakhir saat kenaikan temperatur secara cepat.
- Dekomposisi termal senyawa volatil-hidrofobik
Saat ditambahkan kavitasi timbul 3 zona reaksi pada gelembung seperti
yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar 2. 7. Zona reaksi pada gelembung kavitasi
Dalam penggabungannya dengan ozon, kavitasi dapat meningkatkan laju
perpindahan massa ozon dalam limbah cair dengan meningkatkan distribusi ozon
yang bereaksi, yang dapat dibedakan menjadi efek mekanis (fisik) dan kimia.
Efek mekanis diakomodasi oleh vibrasi (getaran) yang diakibatkan oleh
gelombang ultrasonik yang diradiasikan, dan dapat mengurangi ketebalan lapisan
cairan, dan mengurangi penggabungan gelembung (bubble coalesence) dari
ozonator, sehingga dapat meningkatkan perpindahan massa gas ke dalam cairan.
Efek kimia ditimbulkan dari peningkatan jumlah radikal hidroksil yang
terbentuk dari dekomposisi ozon (Weavers, 2001). Dekomposisi ozon terjadi
secara termolisis pada fasa uap dalam sebuah gelembung kavitasi (zona 1),
mengikuti mekanisme reaksi dibawah ini :
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
19
Universitas Indonesia
(2.1)
Reaksi inisiasi tersebut menghasilkan atom oksigen yang bereaksi dengan air
membentuk radikal OH menurut mekanisme reaksi berikut:
(2.2)
Produk radikal OH yang terbentuk kemudian akan berpindah ke lapisan antar fasa
gelembung (zona 2) untuk selanjutnya menuju fasa ruah cairan (zona 3). Pada fasa
uap (zona 1) juga terjadi reaksi pirolisis. Pada lapisan antar fasa (zona 2), terdapat
air superkritis dan senyawa-senyawa radikal terlarut yang berpindah dari dalam
gelembung. Zona ini merupakan tempat bereaksinya senyawa nonvolatil terlarut
dan pirolisis fasa cair. Pada fasa ruah cairan (zona 3), terjadi peningkatan oksidan
metastabil, seperti H2O2 yang terbentuk karena reaksi rekombinasi senyawa
radikal.
2.5. Proses Penyisihan Fenol dengan Ozonasi dan Kavitasi
Fenol merupakan salah satu polutan yang banyak ditemukan di limbah
industri, seperti industri kimia, petrokimia, cat, tekstil, pestisida dan lain-lain.
Senyawa fenolik, sebagai kontaminan organik pada air dapat menghasilkan resiko
lingkungan yang sangat serius sehingga perlu dihilangkan sebelum dibuang ke
lingkungan. Menteri Negara Lingkungan Hidup melalui Surat Keputusan Nomor
KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Industri menetapkan konsentrasi senyawa fenolik yang diperbolehkan dalam air
limbah kegiatan industri sebelum dibuang ke lingkungan tidak melebihi 0,5 mg/L
(untuk industri golongan I), 1 mg/L untuk untuk industri golongan II.
Penyisihan fenol dengan proses ozonasi-kavitasi (ultrasonik dan
hidrodinamika) melibatkan reaksi fenol dengan ozon dan radikal OH. Mekanisme
reaksi langsung oleh ozon dapat terlihat pada gambar di bawah ini:
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
20
Universitas Indonesia
Gambar 2. 8. Mekanisme reaksi oksidasi fenol oleh ozon
(sumber: Lesko, 2004)
Mekanisme reaksi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama-tama fenol akan bereaksi dengan ozon melalui serangan
elektrofilik. Proses oksidasi dari fenol dan produk samping yang
dihasilkan dari degradasi fenol terjadi pada fasa ruah dari larutan melalui
reaksi serangan langsung oleh ozon.
Serangan elektrofilik pada posisi orto dan para menghasilkan anion
trioksida hidroksil. Intermediet ini dapat kehilangan molekul oksigen
sehingga membentuk senyawa dihidroksi benzen, catechol dan
hidroquinon.
Selanjutnya senyawa intermediet yang dihasilkan tadi akan mengalami
reaksi pembukaan cincin sehingga membentuk muconic acid, maleic acid,
dan asam karboksilat olefin lainnya.
Proses ozonasi lebih lanjut pada produk intermediet ini akan menyebabkan
dekarboksilasi dan pembentukan glyoxal, asam glioksilat, dan asam
oksalat yang tidak dapat dioksidasi lebih lanjut oleh ozon.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
21
Universitas Indonesia
Tabel 2. 2. Konstanta laju reaksi fenol dan turunannya dengan ozon
Senyawa Konstanta Laju Reaksi (M-1
s-1)
Fenol 1,3 × 103
Catechol 3,1 × 105
Hidroquinon 1,5 × 106
Asam Maleat 2,4 × 104
Format 1,0 × 102
Glioksilat 1,9
Oksalat ≤ 0,04
(Sumber: Lesko, 2004)
Karena laju konstanta bimolekularnya yang minimal dengan ozon yaitu
0,04 M-1s-1 (Lesko, 2004), asam oksalat merupakan hasil akhir yang stabil yang
tidak dapat dioksidasi lebih lanjut dengan ozon.
Gambar 2. 9. Mekanisme reaksi fenol pada proses ozonasi-kavitasi (hidrodinamik dan ultrasonik)
Proses oksidasi dari fenol (A) dan produk samping fenol akan terjadi
secara cepat di dalam larutan melalui reaksi langsung oleh ozon. Serangan
langsung dari molekul ozon menghasilkan senyawa jenuh (X) yang tidak dapat
dioksidasi lebih lanjut oleh ozon seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tapi
dapat dioksidasi melalui serangan radikal hidroksil dan membentuk radikal bebas
hasil oksidasi (X.). Radikal bebas hasil oksidasi inilah yang kemudian bisa
teroksidasi lagi dengan ozon. Reaksi antara radikal bebas hasil oksidasi (X.)
dengan ozon akan membentuk radikal hidroksil yang akan meningkatkan proses
penyisihan fenol dengan penggabungan ozonasi/kavitasi.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
22
Universitas Indonesia
Tabel 2. 3. Konstanta laju reaksi fenol dan turunannya dengan radikal OH
Senyawa Konstanta Laju Reaksi (M-1
s-1)
Fenol 6,3 × 109
Catechol 6,1 × 1010
Hidroquinon 5,2 × 109
Benzoquinon 1,2 × 109
Asam Maleat 1,2 × 109
Format 4,3,0 × 109
Glioksilat 6,6 × 107
Oksalat 4,7 × 107
(Sumber: Lesko, 2004)
Konstanta laju reaksi fenol dengan ozon adalah 1,3 x 103 M
-1s
-1, sementara
konstanta laju reaksi fenol dengan radikal OH adalah 6,3 x 109 M
-1s
-1. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa fenol lebih reaktif dengan radikal OH
dibandingkan dengan ozon.
2.6. Statistik
Statistik memiliki peranan penting dalam banyak bidang sains dan teknik,
terutama dalam penelitian-penelitian ilmiah dan keteknikan. Secara umum,
statistik merupakan suatu metode ilmiah dalam mengumpulkan,
mengklasifikasikan, meringkas, menyajikan, menginterpretasikan, dan
menganalisis data guna mendukung pengambilan kesimpulan yang valid dan
berguna sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan yang masuk akal
(Harinaldi, 2005). Dalam banyak hal, pengolahan data senantiasa membutuhkan
penerapan metode statistik tertentu, yang pemakaiannya member dasar bagi
penjelasan yang logis mengenai hubungan-hubungan yang terdapat antara variabel
yang menjadi kajian.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
23
Universitas Indonesia
2.6.1. Jenis-jenis statistik
Berdasarkan jenisnya, statistik dibedakan menjadi dua yakni, statistik
deskriptif dan statistik inferensia.
2.6.1.1 Statistik deskriptif
Statistik deskriptif merupakan jenis statistik yang berkaitan dengan cara
mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, dan menguraikan data. Statistik
deskriptif mengacu pada bagaimana menata atau mengorganisasi data,
menyajikan, dan menganalisis data. Cara yang digunakan dalam statistik
deskriptif adalah dengan membuat tabel dan grafik/diagram.
2.6.1.2 Statistik inferensia
Statistik inferensia aalah statistik yang berkenaan dengan cara penarikan
kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari sampel untuk menggambarkan
karakteristik/ciri dari suatu populasi. Dengan demikian, dalam statistik inferensia
dilakukan suatu generalisasi dari hal yang bersifat khusus menjadi hal yang
bersifat lebih luas. Oleh karena itu, statistik inferensia juga disebut sebagai
statistik penarikan kesimpulan. Pada statistik inferensia biasanya dilakukan
pendugaan, dan pengujian hipotesis.
Terdapat kaitan yang sangat erat antara statistik deskriptif dan inferensia.
Pada umumnya, tahap statistik deskriptif mendahului tahap statistik inferensia,
karena sebelum dilakukan penarikan kesimpulan mengenai suatu keadaan yang
diteliti maka data harus diuraikan terlebih dahulu dalam bentuk statistik deskriptif
sehingga didapat kesimpulan yang akurat.
2.6.2 Desain eksperimen
Metode statistik, dalam kaitannya dengan penelitian, umumnya digunakan
pada akhir penelitian untuk mengolah data, namun pada kenyataanya, metode
statistik juga dapat digunakan pada awal penelitian dengan mengaplikasikan
Design of Experiment (desain eksperimen).
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
24
Universitas Indonesia
DOE merupakan proses dalam merencanakan suatu eksperimen/
penelitian, yang mempergunakan data-data yang berkaitan untuk dianalisis
dengan metode statistik sehingga menghasilkan data yang valid, obyektif, dan
tentunya mendapatkan kesimpulan yang berguna.
2.6.2.1. Desain faktorial
Sebagian besar eksperimen melibatkan studi efek yang diakibatkan dua
atau lebih parameter (faktor). Desain faktorial sangat cocok untuk tipe eksperimen
seperti ini. Dengan desain faktorial, setiap kemungkinan kombinasi level (variasi)
yang diteliti dapat diinvestigasi. Sebagai contoh, terdapat a variasi dari faktor A,
dan b variasi dari faktor B, setiap replikasi akan mengandung kombinasi
perlakuan ab. Efek suatu faktor diartikan menurut perubahan yang dihasilkan oleh
responsaat faktor divariasikan. Hal ini dikenal sebagai efek utama (main effect)
karena mengacu kepada faktor utama yang diamati dalam eksperimen.
Pengaturan faktorial dimana setiap faktor memiliki 3 level disebut sebagai
desain faktorial 3k. desain paling sederhana untuk desain faktorial ini adalah 3
2,
dimana terdapat 2 faktor yang masing-masing memiliki 3 level. Maka a = 3, dan b
= 3. Bila dilakukan dua kali observasi untuk tiap variasi, maka k akan bernilai 2,
dan nilai observasi ke-k pada level i dari faktor A dan level j dari faktor B disebut
sebagai nilai yijk. Berikut ini adalah tabulasi untuk desain faktorial tersebut:
Tabel 2. 4. Tabulasi observasi desain faktorial 32
j =1 j = 2 j = 3 yi…
i =1 y111 y121 y131 ∑ i=1
y112 y122 y132
i =2 y211 y221 y231 ∑ i=2
y212 y222 y232
i = 3 y311 y321 y331 ∑ i=3
y312 y322 y332
yj… ∑ j=1 ∑ j=2 ∑ j=3 y…. = ∑ yi
atau ∑ yi
y112+
y111
yij
=
y21
y12
y31
y22
y32
y13
y23
y33
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
25
Universitas Indonesia
Model statistik linearnya dapat dijelaskan sebagai:
(2.3)
Dimana:
i = 1, 2,……., a
j = 1, 2, ……, b
k = 1,2,…….., n
a = jumlah variasi dari faktor A = 3
b = jumlah variasi dari faktor B = 3
n = jumlah replikasi untuk setiap kombinasi
N = jumlah total obervasi
= nilai observasi ke-k pada level I dari faktor A dan level j dari faktor B
= efek keseluruhan (overall mean effect)
= efek dari level ke-i pada faktor A
= efek dari level ke-j pada faktor B
= efek dari interaksi antara
= komponen error
Dengan efek variasi total dalam observasi yakni
SST = SSA + SSB + SSAB + SSE (2.4)
(2.5)
(2.6)
(2.7)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
26
Universitas Indonesia
(2.8)
SSE = SST – (SSA + SSB + SSAB) (2.9)
Dimana:
SST = Sum of square total (jumlah kuadrat total), variasi total dengan derajat
kebebasan N-1
SSA = Sum of square A (jumlah kuadrat dalam faktor A), variasi faktor A dengan
derajat kebebasan a-1
SSB = Sum of square B (jumlah kuadrat dalam faktor B), variasi faktor B dengan
derajat kebebasan b-1
SSAB = Sum of square AB (jumlah kuadrat dalam interaksi faktor A dan B),
variasi terkait interaksi antara faktor A dan B dengan derajat kebebasan
(a-1)(b-1)
SSE = variasi error dengan derajat kebebasan ab(n-1)
2.6.2.2. ANOVA
Kinerja suatu penelitian tentunya dipengaruhi oleh banyak variabel, yang
memiliki tingkat pengaruh yang berbeda pada penelitian (signifikansi). Untuk
meneliti satu persatu variabel tentunya membutuhkan waktuyang lama,
penggunaan material atau bahan yang banyak, sumber daya manusia yang banyak,
peralatan yang mahal, serta produk hasil penelitian yang mungkin tidak dapat
dihasilkan secara maksimal dan menjadi terbuang, dengan DOE hal-hal tersebut
dapat dihindari. metode statistik yang baik digunakan untuk menganalisis
signifikansi dari lebih dari 3 variabel adalah metode ANOVA.
Analisis varians (analysis of variance, ANOVA) adalah suatu metode
analisis statistika yang termasuk ke dalam cabang statistika inferensia. Analisis
varians (ANOVA) adalah sebuah koleksi model-model statistik, dan prosedur
yang terkait, di mana varians yang diamati ini dibagi menjadi komponen-
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
27
Universitas Indonesia
komponen yang berbeda karena variabel penjelas. ANOVA adalah teknik
perhitungan yang memungkinkan secara kuantitatif mengestimasikan kontribusi
dari setiap parameter pada semua pengukuran respon. ANOVA yang digunakan
bergunauntuk membantu mengidentifikasikan kontribusi parameter.
Dalam literatur Indonesia metode ini dikenal dengan berbagai nama lain,
seperti analisis ragam, sidik ragam, dan analisis variansi. Ia merupakan
pengembangan dari masalah Behrens-Fisher, sehingga uji-F juga dipakai dalam
pengambilan keputusan. Analisis varians pertama kali diperkenalkan oleh
SirRonald Fisher, bapak statistika modern. Dalam praktek, analisis varians dapat
merupakan uji hipotesis (lebih sering dipakai) maupun pendugaan (estimation,
khususnya di bidang genetika terapan).
Secara umum, analisis varians menguji dua varians (atau ragam)
berdasarkan hipotesis nol bahwa kedua varians itu sama. Varians pertama adalah
varians antarcontoh (among samples) dan varians kedua adalah varians di dalam
masing-masing contoh (within samples). Dengan ide semacam ini, analisis varians
dengan dua contoh akan memberikan hasil yang sama dengan uji-t untuk dua
rerata (mean).
Agar hasil valid (dalam penafsiran hasilnya), analisis varians memiliki 4
syarat yang harus dipenuhi dalam perancangan percobaan:
1. Data terdistribusi normal, karena pengujiannya menggunakan uji F
2. Varians atau ragamnya homogen, dikenal sebagai homoskedastisitas,
karena hanya digunakan satu penduga (estimate) untuk varians dalam
contoh
3. Masing-masing contoh saling asing (independen), yang harus dapat diatur
dengan perancangan percobaan yang tepat
4. Komponen-komponen dalam modelnya bersifat aditif.
ANOVA relatif mudah dimodifikasi dan dapat dikembangkan untuk
berbagai bentuk percobaan yang lebih rumit. Selain itu, analisis ini juga masih
memiliki keterkaitan dengan analisis regresi. Akibatnya, penggunaannya sangat
luas di berbagai bidang, mulai dari eksperimen laboratorium hingga eksperimen
periklanan, psikologi, dan kemasyarakatan.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
28
Universitas Indonesia
Dasar pengujian ANOVA ialah dengan menggunakan uji t dan uji F. Uji t
digunakan untuk menguji kebebasan parameter secara individual. Sedangkan uji F
digunakan untuk membandingkan antara komponen-komponen dari total deviasi.
Dengan prinsip inilah signifikansi statistik diuji. Yakni dengan membandingkan
uji F statistik parameter-parameter yang ada. Berikut ini merupakan penjelasan
dasar dari kedua pengujian tersebut:
a. Uji t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel
bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik t yang dihitung dengan
cara sebagai berikut:
t = b/Sb (2.10)
di mana b adalah nilai parameter dan Sb adalah standar error dari b.
Standar error dari masing-masing paramater dihitung dari akar varians masing-
masing. Untuk mengetahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria bila thitunglebih
besar dari ttabel maka hipotesis awal (H0) ditolak dan hipotesis alternative (H1)
diterima, artinya ada pengaruh antara variabel bebas ter hadap variabel terikat
dengan level signifikansi (α) yang menyatakan error yang diizinkan digunakan
sebesar 1 %, 5%, atau 10%. Begitu pula sebaliknya bila thitunglebih kecil dari
ttabelmaka menerima H0dan menolak H1 artinya tidak ada pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikat.
b. Uji F
Untuk menguji kebenaran hipotesis alternatif, yaitu bahwa model pilihan
peneliti sudah tepat, untuk sistem 32 faktorial, maka dilakukan uji F dengan
prosedur berikut (Montgomery, 2005) :
Uji F untuk efek faktor A :
(2.11)
Uji F untuk efek faktor B :
(2.12)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
29
Universitas Indonesia
Uji F untuk efek interaksi antara faktor A dan B :
(2.13)
Dimana :
= mean square A (rata-rata kuadrat faktor A), yakni SSA/ (a-1)
= mean square B (rata-rata kuadrat faktor B), yakni SSB/ (b-1)
= mean square AB (rata-rata kuadrat interaksi faktor A dan B), yakni SSAB/
(a-1)(b-1)
= mean square error (rata-rata kuadrat error), yakni SSE/ ab(n-1)
Jika hasil Fhitung di atas sudah lebih besar Ftabel pada tingkat keyakinan yang
dipilih, maka H0 ditolak, dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan diantara
faktor, yang berarti terdapat salah satu faktor yang lebih dominan dibandingkan
faktor lainnya.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
30
Universitas Indonesia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh parameter
terhadap kinerja proses oksidasi lanjut ozonasi/kavitasi (hidrodinamika dan
ultrasonik) dalam menyisihkan fenol. Secara umum, penelitian ini dibagi menjadi
empat bagian, yaitu :
1. Menganalisis pengaruh parameter konsentrasi polutan dalam limbah
terhadap penyisihan fenol melalui proses ozonasi/kavitasi hidrodinamika
(O/K).
2. Menganalisis pengaruh parameter konsentrasi polutan dalam limbah
terhadap penyisihan fenol melalui proses ozonasi/kavitasi ultrasonik (O/S).
3. Menganalisis pengaruh parameter laju alir gas, konsentrasi polutan dalam
limbah, dan intensitas ultrasonik terhadap penyisihan fenol melalui proses
ozonasi/kavitasi hidrodinamika dan ultrasonik (O/K/S).
4. Menentukan kombinasi proses yang paling sensitif terhadap perubahan
parameter konsentrasi awal.
3.2. Prosedur Penelitian
Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian cukup sederhana. Penelitian
ini dibagi menjadi empat tahap besar. Tahapan tersebut antara lain desain
eksperimen, pengumpulan dan pengambilan data, pengujian secara stastistik, dan
analisis hasil. Diagram alirnya ialah sebagai berikut:
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
31
Universitas Indonesia
Gambar 3. 1. Diagram alir penelitian
Berikut ini adalah penjelasan dan ulasan lengkap mengenai diagram alir
tersebut:
1. Desain Eksperimen
Tahap awal penelitian ini adalah mendesain eksperimen (penelitian) yang
akan dilakukan. Tahap ini terbagi menjadi beberapa langkah, yaitu:
Desain Eksperimen
Pengumpulan dan
Pengambilan data
Aplikasi statistik
deskriptif dan Uji
statistik ANOVA
Analisis hasil dan
Penulisan Laporan
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
32
Universitas Indonesia
Gambar 3. 2. Langkah-langkah desain eksperimen
Studi literatur
Pada studi literatur, dilakukan studi berkaitan dengan materi-materi yang
diperlukan dan berkenaan dengan penelitian ini.Literatur mengenai proses
pengolahan limbah cair, khususnya pengolahan limbah fenoldikumpulkan.
Kemudian, semua literatur yang berhubungan dengan penelitian dengan
menggunakan proses gabungan ozonasi dan kavitasi (hidrodinamikaa dan
Studi Literatur
Pemilihan variabel
terikat
Pemilihan variabel
bebas (parameter)
Penentuan jumlah
variasi (level)
Perumusan jumlah
observasi
Penentuan orde
eksperimen
Penentuan hipotesis
yang diujikan
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
33
Universitas Indonesia
ultrasonik) dikelompokkan dan dirangkum. Sumber literatur utama adalah jurnal,
khususnya jurnal internasional untuk teknologi separasi dan pemurnian.Dari studi
literatur ini diharapkan diperoleh dasar yang dapat digunakan untuk memilih
variabel terikat dan bebas yang digunakan dalam penelitian.
Pemilihan variabel terikat
Untuk mengetahui keefektifan proses gabungan ozonasi dan kavitasi
(hidrodinamika dan ultrasonik), dipilih variabel terikat yang akan diteliti
responnya terhadap variasi variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel terikat
yang dipilih ialah persentase penyisihan polutan fenol.
Pemilihan variabel bebas
Pemilihan variabel bebas yang akan divariasikan didasarkan pada teori dasar
yang didapatkan dari studi literatur, yakni berupa parameter yang berpengaruh
terhadap proses gabungan ozonasi dan kavitasi (hidrodinamika dan ultrasonik).
Parameter tersebut antara lain laju alir gas dan limbah cair, konsentrasi ozon
dalam gas masukan, konsentrasi awal polutan dalam limbah cair, pH air, intensitas
dan temperatur lingkungan.
Konsentrasi ozon dalam gas sangat bergantung pada laju alir gas, sehingga
untuk mengetahui pengaruh dosis ozon pada suatu laju alir limbah cair yang sama,
hanya diperlukan variasi laju alir gas.
Proses ozonasi sangat dipengaruhi oleh pH lingkungan. Pada kondisi asam,
maka reaksi langsung dengan ozon akan lebih dominan. Sedangkan pada kondisi
basa, reaksi tak langsung dengan radikal OH akan lebih dominan. Untuk melihat
seberapa besar radikal OH yang dihasilkan oleh kavitasi, maka penelitian ini
dilakukan pada kondisi asam, dimana dekomposisi normal ozon menjadi radikal
OH dapat ditekan.
Temperatur lingkungan yang terus meningkat karena ultrasonik dapat
mnenurunkan kinerja proses, sehingga temperatur harus terus dijaga tetap.
Parameter yang dipilih untuk penelitian ini adalah laju alir gas, konsentrasi
polutan dalam limbah cair, dan intensitas ultrasonik.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
34
Universitas Indonesia
Penentuan jumlah variasi (level)
Jumlah variasi minimum yang akan digunakan untuk tiap parameter agar dapat
mengetahui pengaruhnya dalam proses ialah 3 variasi. Dengan level eksperimen
3, dan jumlah parameter 2 (intensitas ultrasonik dan konsentrasi awal fenol), maka
desain faktorial ini disebut sebagai desain faktorial 32.
Perumusan jumlah observasi
Jumlah observasi yang diambil mewakili jumlah data minimum yang harus
dianalisis. Untuk desain faktorial jumlah data minimum yang dibutuhkan adalah 9
data untuk tiap analisis yang harus ditambahkan dengan minimum 1 kali replikasi
untuk meningkatkan keakuratan data dalam penelitian. Dalam penelitian ini akan
digunakan 18 data.
2. Pengumpulan dan Pengambilan Data
Tahap kedua adalah pengumpulan data. Dalam penelitian ini, data yang
digunakan seluruhnya merupakan data hasil penelitian penyisihan fenol dengan
proses gabungan ozonasi-kavitasi ultrasonik, ozonasi-kavitasi, dan ozonasi-
kavitasi ultrasonik-kavitasi milik tim peneliti pengolahan limbah cair fenolik di
Laboratorium Intensifikasi Proses DTK FTUI.
Data-data ini nantinya akan diolah dengan uji signifikansi menggunakan
metode statistik ANOVA untuk kemudian akan didapatkan hasil analisis dari
penelitian.
3. Aplikasi Statistik Deskriptif dan Uji Statistik ANOVA
Tahap ketiga adalah mengaplikasikan statistik deskriptif dengan menyajikan
data dalam bentuk diagram dan grafik untuk skema yang tidak memenuhi jumlah
data minimum untuk diuji signifikansinya.
Dikarenakan jumlah replikasi yang dilakukan hanya satu kali, maka terdapat
2 data untuk tiap variasi kombinasi, sehingga data dapat diasumsikan homogen,
dan terdistribusi secara normal, dan layak untuk dianalisis dengan ANOVA.
Langkah penentuan hipotesis merupakan langkah awal dalam analisis ANOVA.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
35
Universitas Indonesia
Hipotesis ber upa hipotesis awal (H0) dan hipotesis alternatif (H1) yang akan
dibuktikan yakni:
H0 : 1 = 2 (tidak ada perbedaan mean, signifikansi setiap parameter
adalah sama)
H1 : 1 ≠ 2 (terdapat perbedaan mean, terdapat perbedaan signifikansi
parameter)
Uji signifikansi parameter terhadap persentase penyisihan polutan yang
dilakukan dengan metode statistik ANOVA (Analysis of Variance) yang
perhitungannya dibantu dengan teknik komputasi menggunakan perangkat lunak
(software) statistika SPSS versi 17.0. Uji statistik ANOVA memanfaatkan uji F
yang merupakan dasar pengujian pada analisis ANOVA program SPSS.
4. Analisis Hasil dan Penulisan Laporan
Tahap akhir adalah penyusunan laporan. Tahap ini terdiri dari analisis dan
pembahasan hasil penelitian yang kemudian disimpulkan keberhasilan penelitian
ditinjau dari tujuan yang diinginkan.
Dari tahap pengujian dengan metode statistik ANOVA menggunakan bantuan
software statistik SPSS, akan didapatkan hasil berupa signifikansi tiap parameter
terhadap persentase penyisihan polutan.Dari analisis ini akan diketahui apakah
tujuan penelitian tercapai atau tidak.
3.3. Alat dan Bahan
Berikut ini adalah alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian:
Alat yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji signifikansi
parameter adalah:
Software statistik SPSS 17.0, dengan metode ANOVA.
Bahan yang akan digunakan sebagai input parameter adalah:
Data persentase penyisihan fenol untuk tiap variasi.
Berikut ini adalah skema alat yang digunakan dalam sistem O/K/S, O/K, dan O/S
yang terdapat di Laboratorium Intensifikasi Proses DTK FTUI:
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
36
Universitas Indonesia
Gambar 3. 3. Skema alat pada sistem ozonasi-kavitasi hidrodinamika (O/K)
Gambar 3. 4. Skema alat pada sistem ozonasi-kavitasi ultrasonik (O/S)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
37
Universitas Indonesia
Gambar 3. 5. Skema alat pada sistem ozonasi-kavitasi hidrodinamika dan ultrasonik (O/K/S)
3.4. Pengolahan Data dengan SPSS
Untuk memperjelas aplikasi statistik deskriptif dan uji ANOVA dalam SPSS,
berikut ini akan ditampilkan contoh pembuatan profil konsentrasi fenol dan
pengerjaan uji signifikansi menggunakan metode ANOVA dengan bantuan SPSS
17.0 :
3.4.1. Aplikasi statistik deskriptif
Langkah pertama adalah meng-input variabel yang akan diamati pada tab
„variabel view’, misalnya waktu (t), konsentrasi awal fenol (C0), dan perubahan
konsentrasi sepanjang waktu (C_per_C0).
Gambar 3. 6. Membuat variabel pada SPSS 17.0
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
38
Universitas Indonesia
Selanjutnya, masukkan data perubahan konsentrasi fenol selama 20 menit untuk
membuat profil konsentrasi fenol terhadap waktu pada tab ‘data view’.
Gambar 3. 7. Memasukkan data pada SPSS 17.0
Untuk membuat grafik, klik Graph/ Legacy Dialogs/ Error Bar
Gambar 3. 8. Fasilitas Error Bar sebagai pengolah data
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
39
Universitas Indonesia
Akan keluar kotak dialog seperti dibawah ini.
Gambar 3. 9. Kotak dialog Error Bar
Dengan fasilitas ‘Error Bar’, SPSS 17.0 dapat mengolah data yang dimasukkan,
dengan membuat grafik nilai rata-rata data dalam range standar deviasi.
Masukkan variabel yang akan dibuat grafik, yakni perubahan konsentrasi fenol
sepanjang waktu, dimana ‘variabel’ akan menjadi sumbu Y, dan ‘category axis’
akan menjadi sumbu X. Ubah ‘multiplier’ sesuai dengan duplikasi yang
dilakukan. Karena pada penelitian ini dilakukan 1 kali duplikasi, maka‘multiplier’
diisi dengan nilai 1.
Gambar 3. 10. Kotak dialog pendefinisian grafik
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
40
Universitas Indonesia
Untuk membuat grafik yang sama dengan variasi konsentrasi awal (C0),
masukkan variabel C0 pada table sebelah kiri ke dalam ‘panel by: rows’.
Hasil grafik akan muncul pada jendela baru ’Output: SPSS statistik viewer‟.
3.4.2. Uji signifikansi ANOVA
Dengan langkah yang sama, masukkan seperangkat dataset (18 data
minimum) yang akan diuji signifikansinya. Data-data tersebut mewakili parameter
intensitas ultrasonik (Intensitas)dan konsentrasi awal fenol (C0_fenol) pada skema
proses ozonasi-kavitasi hidrodinamika (O/K), dan skema proses ozonasi-kavitasi
hidrodinamika dan ultrasonik (O/K/S) yang menghasilkan persentase penyisihan
(Persen_penyisihan). Data-data tersebut dapat terlihat pada tampilan dibawah ini:
Gambar 3. 11. Dataset uji signifikansi
Langkah selanjutnya adalah menguji signifikansinya dengan ANOVA. Yakni
dengan prosedur GLM (General Linear Model) yang dapat membentuk analisis
variansi untuk desain-desain faktorial. Sebuah desain faktorial dapat digunakan
untuk menguji apakah gabungan dua atau lebih parameter mempengaruhi variabel
terikatnya. Berikut ini adalah cara untuk memunculkan GLM:
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
41
Universitas Indonesia
Gambar 3. 12. Uji signifikansi dengan ANOVA
Maka akan terbuka kotak dialog ‘Univariate’. Pada kotak ‘dependent variabel’
(variabel terikat) masukkan persentase penyisihan fenol (Persen_penyisihan), dan
masukkan parameter yang akan diuji signifikansinya terhadap variabel terikat,
yakni intensitas ultrasonik (Intensitas) dan konsentrasi awal fenol (C0_fenol).
Gambar 3. 13. Kotak dialog Univariate ANOVA
Kemudian akan muncul hasil dari perhitungan ANOVA pada jendela baru
’Output: SPSS statistik viewer‟.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
42
Universitas Indonesia
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses penyisihan fenol
dengan proses oksidasi lanjut ozonasi-kavitasi (hidrodinamik dan ultrasonik) serta
pengaruh parameter-parameter dalam proses. Kinerja proses dapat terlihat dari
persentase penyisihan fenol, yakni dengan membandingkan konsentrasi fenol
yang tersisis selama 20 menit dengan konsentrasi awal fenol. Sistem proses yang
akan diteliti meliputi proses ozonasi-kavitasi hidrodinamik (O/K), proses
ozonasi/kavitasi ultrasonik (O/S), dan proses ozonasi-kavitasi hidrodinamik dan
ultrasonik (O/K/S). Parameter yang akan divariasikan antara lain laju alir gas (QG)
sebesar 150 L/jam, 200 L/jam, dan 250 L/jam, konsentrasi awal fenol (Cp0)
sebesar 100 ppm, 50 ppm, dan 10 ppm, serta intensitas ultrasonik (I) sebesar 0%,
30%, dan 60%.
Pada penelitian ini, pH diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh kondisi
asam (pH ±3). Pada kondisi asam, reaksi langsung oleh ozon lebih dominan
dibandingkan radikal -OH, sehingga ozon akan mengoksidasi langsung senyawa
fenol. Pada kondisi asam, dekomposisi ozon menjadi lebih lambat, sehingga
radikal OH yang timbul dapat seluruhnya dianggap sebagai efek dari kavitasi.
Laju alir air (QL) yang digunakan adalah sebesar 2 L/menit yang dipilih
berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Laju alir ini memberikan hasil
perpindahan massa paling optimal (Tjahjadi, 2010). Pada laju alir air yang lebih
kecil dikhawatirkan perpindahan massa tidak berlangsung dengan baik, sedang
pada laju alir air yang lebih besar waktu tinggal air dalam reaktor akan menjadi
lebih singkat sehingga perpindahan massa juga tidak berlangsung secara optimal.
4.1. Proses Ozonasi/Kavitasi Hidrodinamik (O/K)
Pada sistem proses ozonasi-kavitasi hidrodinamik (O/K), akan diamati
pengaruh perubahan konsentrasi awal (Cp0) yakni sebesar 100 ppm, 50 ppm, dan
10 ppm, pada laju alir gas 200 L/jam tanpa diberikan ultrasonik (intensitas 0%).
Laju alir gas 200 L/jam dipilih berdasarkan hasil penelitian karena membuat profil
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
43
Universitas Indonesia
air pada reaktor cenderung stabil, dan dapat mengakomodasi perpindahan massa
ozon paling optimal saat dikontakkan dengan air.
Berikut ini adalah profil perubahan konsentrasi fenol dengan variasi
konsentrasi awal (Cp0) yang telah diolah secara statistik:
(Sumber: Permadi, 2010)
Gambar 4. 1. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K dengan variasi
konsentrasi dengan deviasi standar
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
44
Universitas Indonesia
Gambar 4. 2. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K dengan variasi konsentrasi
(Sumber: Permadi, 2010)
Gambar 4. 3. Persentase penyisihan fenol pada skema O/K dengan variasi konsentrasi
(Sumber: Permadi, 2010)
Seluruh data (termasuk replikasi) diolah secara statistik untuk
mendapatkan nilai rata-rata (mean) dan mengetahui deviasi yang terdapat pada
data. Dalam Gambar 4.1, mean diwakili oleh bulatan di tengah garis, dan deviasi
digambarkan sebagai garis atas dan bawah garis. Deviasi merupakan besarnya
penyimpangan nilai data terhadap mean dari data tersebut, seperti yang terlihat
pada Gambar 4.1. Profil tersebut memberikan gambaran bahwa mayoritas data
memiliki suatu deviasi standar dari nilai rata-rata (mean)-nya yang tidak dapat
0.7
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95
1
0 5 10 15 20 25
C/C0
t (menit)
10 ppm
50 ppm
100 ppm
0
5
10
15
20
25
Persentase Penyisihan (%)
Konsentrasi Awal Fenol (ppm)
100 ppm
50 ppm
10 ppm
21, 27
18,38
14, 24
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
45
Universitas Indonesia
diabaikan untuk menunjukan validitas data. Suatu data terbukti valid (secara
statistik) saat data tersebut berada dalam suatu rentang (range) yang
memperhitungkan deviasi standar dari rata-rata data tersebut (Harinaldi, 2005).
Pada Gambar 4.1, terlihat bahwa terjadi deviasi (rata-rata) yang lebih besar pada
konsentrasi awal fenol 50 ppm. Standar deviasi yang besar dapat terjadi karena
beberapa hal, antara lain karena perbedaan waktu pengambilan sampel dan waktu
analisis sampel yang cukup lama. Untuk keseluruhan data, semakin kecil nilai
standar deviasinya, berarti data tersebut semakin akurat, karena berada pada
rentang yang sempit.
Dari profil pada Gambar 4.1 dan 4.2, terlihat bahwa skema ozonasi-
kavitasi hidrodinamika, dengan laju alir gas tetap sebesar 200 L/jam, semakin
meningkat dengan penurunan konsentrasi awal. Hal tersebut ditandai oleh profil
penyisihan yang paling curam (paling banyak menyisihkan fenol). Hal ini
mengindikasikan bahwa terjadi perbedaan laju penyisihan pada variasi
konsentrasi, karena dengan jumlah ozon yang masuk ke dalam reaktor sama pada
setiap konsentrasi awal fenol membuat fenol dengan konsentrasi yang lebih
rendah lebih banyak terpapar ozon atau radikal OH.
Persentase penyisihan fenol paling besar terjadi pada konsentrasi 10 ppm
yakni sebesar 21,27 ± 5×10-5
%. Sedangkan persentase penyisihan fenol yang
terjadi pada konsentrasi awal 50 ppm sebesar 18,38 ± 2,87×10-3
%, dan
persentase penyisihan fenol terkecil adalah pada konsentrasi awal 100 ppm yakni
14,24 ± 1,7×10-4
%.
4.2. Proses Ozonasi/Kavitasi Ultrasonik (O/S)
Pada sistem proses ozonasi/kavitasi ultrasonik (O/S), akan diamati
pengaruh perubahan konsentrasi awal (Cp0) yakni sebesar 100 ppm, 50 ppm, dan
10 ppm, pada laju alir gas 200 L/jam dengan intensitas ultrasonik 60%. Laju alir
gas 200 L/jam dipilih berdasarkan hasil penelitian karena membuat profil air pada
reaktor cenderung stabil, dan dapat mengakomodasi perpindahan massa ozon
paling optimal saat dikontakkan dengan air.
Berikut ini adalah profil perubahan konsentrasi fenol dengan variasi
konsentrasi awal (Cp0) yang telah diolah secara statistik:
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
46
Universitas Indonesia
Gambar 4. 4. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/S dengan variasi konsentrasi
dengan deviasi standar
(Sumber: Permadi, 2010)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
47
Universitas Indonesia
Gambar 4. 5. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/S dengan variasi konsentrasi
(Sumber: Permadi, 2010)
Gambar 4. 6. Persentase penyisihan fenol pada skema O/S dengan variasi konsentrasi
(Sumber: Permadi, 2010)
Pada Gambar 4.4, terlihat bahwa terjadi deviasi (rata-rata) yang lebih besar
pada konsentrasi awal fenol 100 ppm. Besarnya deviasi tersebut juga dapat terjadi
karena hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya.
Dari profil pada Gambar 4.4 dan 4.5, terlihat bahwa skema ozonasi-
kavitasi ultrasonik, dengan laju alir gas tetap sebesar 200 L/jam, menunjukkan
0.6
0.65
0.7
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95
1
0 5 10 15 20 25
C/C0
t
10 ppm
50 ppm
100 ppm
0
5
10
15
20
25
30
35
Persen penyisihan (%)
Konsentrasi awal fenol (ppm)
100 ppm
50 ppm
10 ppm
22, 25 25, 30
34, 12
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
48
Universitas Indonesia
hasil yang sama dengan skema O/K pada penjelasan sebelumnya.Semakin kecil
konsentrasi awal fenol, akan meningkatkan penyisihan yang terjadi karena laju
reaksi penyisihan semakin cepat, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. karena
dengan jumlah ozon yang masuk ke dalam reactor sama pada setiap konsentrasi
awal fenol membuat fenol dengan konsentrasi yang lebih rendah lebih banyak
terpapar ozon atau radikal OH
Pada Gambar 4.6, terlihat bahwa persentase penyisihan fenol paling besar
terjadi pada konsentrasi 10 ppm yakni sebesar 34,12 ± 8,9×10-4
%. Sedangkan
persentase penyisihan fenol yang terjadi pada konsentrasi awal 50 ppm sebesar
25,30 ± 1,4×10-4
%, dan persentase penyisihan fenol terkecil adalah pada
konsentrasi awal 100 ppm yakni 22,25 ± 1,05×10-3
%.
4.3. Proses Ozonasi/Kavitasi Hidrodinamik dan Ultrasonik (O/K/S)
Pada sistem proses ozonasi/kavitasi hidrodinamik dan ultrasonik (O/K/S),
akan diamati pengaruh perubahan konsentrasi awal (Cp0), intensitas ultrasonik,
dan laju alir, sebagai berikut:
4.3.1. Variasi konsentrasi awal (Cp0)
Konsentrasi awal (Cp0) yang akan divariasikan antara lain 100 ppm, 50
ppm, dan 10 ppm, pada laju alir gas 200 L/jam dengan intensitas ultrasonik 60%.
Laju alir gas 200 L/jam dipilih berdasarkan hasil penelitian karena membuat profil
air pada reaktor cenderung stabil, dan dapat mengakomodasi perpindahan massa
ozon paling optimal saat dikontakkan dengan air.
Berikut ini adalah data variasi konsentrasi awal (Cp0) yang telah diolah
secara statistik:
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
49
Universitas Indonesia
Gambar 4. 7. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K/S pada variasi konsentrasi
dengan deviasi standar
(Sumber: Permadi, 2010)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
50
Universitas Indonesia
Gambar 4. 8. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K/S pada variasi konsentrasi
(Sumber: Permadi, 2010)
Gambar 4. 9. Persentase penyisihan fenol pada skema O/K/S dengan variasi konsentrasi
(Sumber: Permadi, 2010)
Pada Gambar 4.7, terlihat bahwa terjadi deviasi (rata-rata) yang lebih besar
pada konsentrasi awal fenol 10 ppm. Besarnya deviasi tersebut juga dapat terjadi
karena hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya. Dari profil pada Gambar 4.8,
terlihat bahwa besarnya penyisihan pada skema ozonasi-kavitasi ultrasonik,
dengan laju alir gas tetap sebesar 200 L/jam, akan semakin besar seiring dengan
menurunnya konsentrasi awal fenol. Karena dengan jumlah ozon yang masuk ke
0.6
0.65
0.7
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95
1
0 5 10 15 20 25
C/C0
t
10 ppm
50 ppm
100 ppm
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Persen penyisihan (%)
Konsentrasi awal fenol (Cp0)
100 ppm
50 ppm
10 ppm
37, 28
25, 32 25, 13
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
51
Universitas Indonesia
dalam reaktor sama pada setiap konsentrasi awal fenol membuat fenol dengan
konsentrasi yang lebih rendah lebih banyak terpapar ozon atau radikal OH, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini terlihat dari gradien profil penyisihan
fenol, dimana pada konsentrasi awal 10 ppm, kurva masih menurun secara tajam.
Penurunan tersebut berarti, bila waktu penyisihan ditambah, masih akan ada
penyisihan fenol yang signifikan dibandingkan kurva konsentrasi 100 ppm dan 50
ppm yang cenderung landai (tidak ada penambahan penyisihan fenol yang
signifikan bila waktu penyisihan ditambah).
Gambar 4.9 menunjukkan hasil persentase penyisihan fenol paling besar
terjadi pada konsentrasi 10 ppm yakni sebesar 37,28 ± 9,51×10-3
%. Sedangkan
persentase penyisihan fenol yang terjadi pada konsentrasi awal 50 ppm
sebesar25,32 ± 2×10-4
%, dan persentase penyisihan fenol terkecil adalah pada
konsentrasi awal 100 ppm yakni 25,13 ± 8×10-5
%.
Hasil tersebut dapat dibandingkan dengan kedua skema sebelumnya,
sebagai berikut:
Konsentrasi awal (Cp0) 100 ppm
Gambar 4. 10. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada konsentrasi awal 100 ppm dengan
variasi skema
(Sumber: Permadi, 2010)
0.6
0.65
0.7
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95
1
0 5 10 15 20 25
C/C0
t
O/K
O/S
O/K/S
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
52
Universitas Indonesia
Konsentrasi awal (Cp0) 50 ppm
Gambar 4. 11. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada konsentrasi awal 50 ppm dengan
variasi skema
(Sumber: Permadi, 2010)
Konsentrasi awal (Cp0) 10 ppm
Gambar 4. 12. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada konsentrasi awal 10 ppm dengan
variasi skema
(Sumber: Permadi, 2010)
0.6
0.65
0.7
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95
1
0 5 10 15 20 25
C/C0
t
O/K
O/S
O/K/S
0.6
0.65
0.7
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95
1
0 5 10 15 20 25
C/C0
t
O/K
O/S
O/K/S
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
53
Universitas Indonesia
Gambar 4. 13. Persentase penyisihan fenol pada variasi skema dengan variasi konsentrasi
(Sumber: Permadi, 2010)
Tabel 4. 1. Persentase penyisihan fenol pada variasi skema dengan variasi konsentrasi
Skema
Cp0
O/K O/S O/K/S
10 ppm 21,27 ± 5,00×10-5
% 34,12 ± 8,90×10-4
% 37,28 ± 9,51×10-3
%
50 ppm 18,38 ± 2,87×10-3
% 25,30 ± 1,40×10-4
% 25,32 ± 2,00×10-4
%
100 ppm 14,24 ± 1,70×10-4
% 22,25 ± 1,05×10-3
% 25,13 ± 8,00×10-5
%
Dari Tabel 4.1 tersebut, terlihat bahwa sistem/skema yang paling optimal
menyisihkan fenol pada berbagai konsentrasi awal yakni, 100 ppm, 50 ppm, dan
10 ppm dengan laju alir gas tetap sebesar 200 L/jam dan intensitas tetap sebesar
60%, adalah skema O/K/S, dan penyisihan terkecil dihasilkan oleh skema O/K.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja penyisihan yang paling
efektif berturut-turut adalah O/K/S > O/S > O/K.
Proses gabungan ozonasi-kavitasi ultrasonik merupakan sistem oksidasi
yang lebih efektif dibandingkan ozonasi-kavitasi hidrodinamika karena dari tiap
molekul ozon yang dipakai dapat membentuk dua molekul radikal OH. Ringkasan
proses-proses tersebut, dapat terlihat pada gambar di bawah ini:
O/K
O/S
O/K/S
0
5
10
15
20
25
30
35
40
100 ppm50 ppm
10 ppm
Persen penyisihan (%)
Konsentrasi awal fenol (Cp0)
O/K
O/S
O/K/S
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
54
Universitas Indonesia
Gambar 4. 14. Proses yang terjadi saat gelembung ozon diberikan efek kavitasi
(Sumber: Weavers, 2001)
Selain itu, persentase penyisihan lebih besar dihasilkan oleh gabungan
proses ozonasi-kavitasi ultrasonik dikarenakan waktu yang dibutuhkan tekanan
untuk dapat menghasilkan getaran dalam kavitasi hidrodinamik lebih lama bila
dibandingkan dengan kavitasi ultrasonik (Ince, 2000). Akibatnya, proses
pertumbuhan dan hancurnya gelembung mikro yang terjadi membutuhkan waktu
yang lebih lama. Sehingga radikal OH yang terbentuk untuk menyisihkan fenol
lebih sedikit dibandingkan dengan proses ozonasi-kavitasi ultrasonik.
Penambahan kavitasi hidrodinamika sebelum diberikan kavitasi ultrasonik
akan mengurangi efek degassing. Degassing merupakan fenomena berkurangnya
kandungan senyawa terlarut pada proses kavitasi karena senyawa tersebut menjadi
inti dari gelembung mikro. Untuk membentuk gelembung mikro diperlukan inti
yang berasal dari larutan. Pembentukan inti tersebut merupakan tahap pertama
dari pembentukan gelembung dalam kavitasi. Umumnya gelembung mikro yang
terbentuk memiliki inti dari ozon maupun molekul air.
Adanya penambahan kavitasi hidrodinamika dan kavitasi ultrasonik
membuat efek mekanis/fisika dan kimia yang ditimbulkan akan lebih dahsyat.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
55
Universitas Indonesia
Efek kimia timbul karena kondisi ekstrem (hotspot) yang dihasilkan
kavitasi (hidrodinamik dan ultrasonik). Keberadaan hotspot ini akan
memperbanyak jumlah radikal OH yang dihasilkan (Ince & Tezcanli-Guyer,
2004) yang akan meningkatkan presentase penyisihan fenol.
Efek mekanis diakomodasi oleh vibrasi (getaran) yang diakibatkan oleh
gelombang ultrasonik yang diradiasikan, dan dapat mengurangi ketebalan lapisan
cairan, dan mengurangi penggabungan gelembung (bubble coalesence) dari
ozonator, dan membentuk gelembung mikro yang dapat memperbesar luas
permukaan kontak sehingga meningkatkan perpindahan massa ozon ke dalam
larutan. Gelembung mikro yang terbentuk memiliki diameter berukuran mikron,
sehingga memberikan waktu tinggal lebih lama di dalam reaktor dan
menyebabkan paparan ozon ke dalam larutan lebih optimal. Mikro gelembung
juga meningkatkan intensitas dekomposisi ozon menjadi radikal OH karena
cepatnya waktu pecah gelembung. Efek microstreaming juga dapat meningkatkan
kelarutan radikal OH dan ozon ke dalam larutan.
Penyisihan fenol melalui proses ozonasi-kavitasi hidrodinamik dan
ultrasonik sebagaian besar terjadi pada fasa ruah larutan (bulk solution), hal ini
dikarenakan sifat fenol yang hidrofilik (suka akan air). Fenol adalah senyawa
yang mudah larut dalam air dan memiliki tekanan uap yang rendah (Chowdhury,
2008) sehingga fenol sukar untuk berdifusi ke dalam gelembung kavitasi dan
proses penyisihan fenol akan lebih dominan terjadi pada fasa ruah larutan.Maka,
Semakin banyaknya radikal OH yang berada pada fasa ruah larutan akan
meningkatkan penyisihan fenol.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyisihan senyawa
fenol dengan proses gabungan ozonasi-kavitasi hidrodinamik dan
ultrasonikberlangsung melalui dua cara, yaitu :
• Reaksi langsung oleh ozon (pada fasa ruah larutan), dan
• Reaksi tak langsung radikal hidroksil pada fasa ruah larutan.
Sehingga dengan meningkatnya efek fisika dan kimia yang ditimbulkan kavitasi
hidrodinamika dan ultrasonikmembuat persentase penyisihan akan lebih besar,
dibandingkan kavitasi ultrasonik saja ataupun kavitasi hidrodinamika saja.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
56
Universitas Indonesia
4.3.2. Variasi intensitas ultrasonik
Variasi intensitas yang akan diamati ialah pada intensitasintensitas rendah
(30%) dengan rentangfrekuensi 30 – 100 kHz dan intensitas tinggi (60%), dengan rentang
frekuensi 300– 500 kHz.Kondisi laju alir gas 200 L/jam dan konsentrasi awal fenol
(Cp0) 100 ppm tetap. Laju alir gas 200 L/jam dipilih berdasarkan hasil penelitian
karena membuat profil air pada reaktor cenderung stabil, dan dapat
mengakomodasi perpindahan massa ozon paling optimal saat dikontakkan dengan
air.
Berikut ini adalah data variasi intensitas yang telah diolah secara statistik:
Gambar 4. 15. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K/S pada variasi intensitas
dengan deviasi standar
(Sumber: Permadi, 2010)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
57
Universitas Indonesia
Gambar 4. 16. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K/S pada variasi intensitas
(Sumber: Permadi, 2010)
Gambar 4. 17. Persentase penyisihan fenol pada skema O/K/S dengan variasi intensitas
(Sumber: Permadi, 2010)
Gambar 4.15 menunjukkan bahwa terjadi deviasi yang besar pada
intensitas ultrasonik 60% yakni pada waktu penyisihan 3 menit dan 9 menit.
Deviasi ini dapat terjadi karena perbedaan relatif pengambilan sampel yang tidak
tepat sama pada menit ke-3 dan ke-9 dari dua kali observasi. Skema ozonasi-
kavitasi ultrasonik, dengan laju alir gas tetap sebesar 200 L/jam dan konsentrasi
awal fenol yang sama sebesar 100 ppm, yang terdapat pada Gambar 4.17,
0.6
0.65
0.7
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95
1
0 5 10 15 20 25
C/C0
t
30%
60%
0
5
10
15
20
25
30
Persen penyisihan (%)
Intensitas ultrasonik
30%
60%
25.13
18, 5
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
58
Universitas Indonesia
menunjukkan bahwa persentase penyisihan yang lebih besar didapatkan pada
intensitas 60% yakni sebesar 25,13 ± 8×10-5
%, sedangkan pada intensitas
ultrasonik 30%, persentase penyisihan fenol yang terjadi hanya sebesar 18,5 ±
8×10-6
%.
Seperti yang telah dijabarkan pada bagian 2.3.2.1, pada intensitas tinggi
terjadi transient cavitation, siklus ekspansi dan kompresi dari gelembung mikro
akan lebih singkat sehingga waktu hidup gelembung mikro pun lebih singkat, dan
kenaikan temperatur karena pecahnya gelembung mikro akan lebih dahsyat. Hal
tersebut meningkatkan pembentukan radikal OH dari dekomposisi ozon. Selain
itu, peningkatan intensitas juga berdampak pada peningkatkan laju perpindahan
massa ozon dan radikal OH ke dalam larutan, dikarenakan gelembung yang
dihasilkan memiliki ukuran lebih kecil (efek microstreaming) (Hoffmann, M. R.,
Hoechemer, R. A. , Hua, I, 1996). Efek microstreaming akan mendorong ozon
dalam fasa gas untuk berpindah ke dalam fasa cair (larutan).
4.3.3. Variasi laju alir
Laju alir (QG) yang akan divariasikan yakni sebesar 150 L/jam, 200 L/jam,
dan 250 L/jam, dengankonsentrasi awal fenol (Cp0) 50 ppm pada intensitas
ultrasonik 60%.
Berikut ini adalah data variasi laju alir (QG) yang telah diolah secara
statistik:
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
59
Universitas Indonesia
Gambar 4. 18. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K/S pada variasi laju alir
dengan deviasi standar
(Sumber: Permadi, 2010)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
60
Universitas Indonesia
Gambar 4. 19. Profil penyisihan fenol terhadap waktu pada skema O/K/S pada variasi laju alir
(Sumber: Permadi, 2010)
Gambar 4. 20. Persentase penyisihan fenol pada skema O/K/S dengan variasi laju alir
(Sumber: Permadi, 2010)
Deviasi (lihat Gambar 4.18) yang besar ditemukan pada laju alir 200
L/jam pada menit ke-9 yang dapat terjadi karena perbedaan relatif waktu
pengambilan sampel diantara dua kali observasi.
Dari profil pada gambar 4.20, terlihat bahwa skema ozonasi-kavitasi
hidrodinamika dan ultrasonik, dengan konsentrasi tetap tetap sebesar 50 ppm dan
intensitas tetap sebesar 60%, bekerja paling baik pada laju alir 250 L/jam dengan
persentase penyisihan fenol paling besar yakni sebesar 27,19 ± 1,7×10-4
%.
Sedangkan persentase penyisihan fenol yang terjadi pada laju alir 200 L/jam 25,32
0.6
0.65
0.7
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95
1
0 5 10 15 20 25
C/C0
t
150 L/jam
200 L/jam
250 L/jam
0
5
10
15
20
25
30
Persen penyisihan
(%)
Laju alir gas (L/jam)
150 L/jam
200 L/jam
250 L/jam
27, 19 25, 32
14, 22
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
61
Universitas Indonesia
± 2×10-4
%, dan persentase penyisihan fenol terkecil adalah pada konsentrasi awal
100 ppm yakni 14,22 ± 5×10-5
%.
Walaupun nilai penyisihan paling besar didapatkan pada laju alir 250
L/jam, namun profil penyisihan (lihat Gambar 4.19) laju alir 200 L/jam masih
cenderung turun, dan laju alir 200 L/jam sudah terlihat melandai. Hal ini
membuktikan bahwa laju alir 200 L/jam memberikan hasil yang optimal. Karena
bila waktu penyisihan ditambahkan, laju alir 200 L/jam masih dapat memberikan
hasil penyisihan yang signifikan dibandingkan laju alir 250 L/jam.
Fenomena ini dapat dijelaskan dengan teori perpindahan massa, dimana
pada laju alir gas yang semakin besar, energi kinetik gas juga akan menjadi
semakin besar. Bertambah besarnya energi kinetik ini mengakibatkan kemampuan
gas untuk masuk/larut ke dalam fasa cair meningkat, yang ditandai dengan
peningkatan koefisien perpindahan massa ozon (kLa)(Weavers & Hoffman,
1998).Hal ini mendorong semakin banyaknya ozon yang larut ke dalam air yang
akan mengoksidasi senyawa fenol. Namun, pada laju alir 250 L/jam, waktu
tinggal ozon akan lebih cepat, dan membuat perpindahan massa kurang optimal.
4.4. Uji Signifikansi
Parameter intensitas ultrasonik dan konsentrasi awal fenol akan diuji
signifikansinya secara serentak. Data yang digunakan berupa persentase
penyisihan fenol dengan laju alir gas tetap sebesar 200 L/jam (skema O/K dan
O/K/S), pada intensitas ultrasonik 0% (O/K) dan intensitas ultrasonik 30% dan
60% (O/K/S) untuk tiap variasi konsentrasi awal fenol (Cp0) sebesar 100 ppm, 50
ppm, dan 10 ppm. Persentase penyisihan fenol dapat dilihat dari kandungan fenol
setelah mengalami proses oksidasi selama 20 menit terhadap kandungan fenol
awal. Berikut adalah hasil uji signifikansi ANOVA dengan SPSS 17.0:
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
62
Universitas Indonesia
Tabel 4. 2. Hasil ANOVA SPSS 17.0
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variabel:Persen_penyisihan
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 678.882a 8 84.860 18.927 .000
Intercept 9483.812 1 9483.812 2115.218 .000
Intensitas 398.678 2 199.339 44.460 .000
C0_fenol 218.398 2 109.199 24.355 .000
Intensitas * C0_fenol 61.805 4 15.451 3.446 .057
Error 40.352 9 4.484
Total 10203.046 18
Corrected Total 719.234 17
a. R Squared = .944 (Adjusted R Squared = .894)
Nilai Alpha (tingkat signifikansi) merupakan 1-confidence level (CL).
Sehingga bila menggunakan CL 95 % atau 0,95 otomatis tingkat signifikansinya
0,05. Tingkat signifikansi yang dipilih menentukan error yang diizinkan untuk
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
63
Universitas Indonesia
perhitungan. Pada Tabel 4.2, nilai Sum of Square (jumlah kuadrat) menunjukkan
besar efek variasi parameter terhadap output, yakni persen penyisihan fenol.
Sedangkan nilai Mean Square (rata-rata kuadrat) menunjukkan pengaruh rata-rata
variasi dari tiap parameter terhadap output, yakni dengan membagi jumlah
kuadrat dengan derajat kebebasan tiap parameter. Sehingga dengan derajat
kebebasan (df) yang sama, Sum of Square yang lebih tinggi akan memberikan
nilai Mean Square yang lebih besar.
Nilai F didapatkan dari nilai Mean Square tiap parameter dibagi dengan
Mean Square Error. Nilai Mean Square yang lebih besar terhadap rata-rata error
(MSE) yang sama akan memberikan nilai F yang lebih besar. Besarnya nilai F
menunjukkan faktor lebih dominan (berpengaruh). Nilai sig. menunjukkan
perbedaan mean yang signifikan antara hasil variasi parameter. Suatu parameter
dikatakan berpengaruh terhadap output, apabila nilainya lebih kecil dibandingkan
tingkat signifikansi yang dipilih (Hartman, 2000). Semakin nilai sig. menjauhi
tingkat signifikansi, maka parameter tersebut memiliki perbedaan mean yang
lebih signifikan, dan lebih berpengaruh terhadap output.
Dari tampilan Tests of Between Subjects Effects (lihat Tabel 4.2) dengan
Fhitung untuk intensitas ultrasonik dan konsentrasi awal fenol lebih besar dari Ftabel
(5,318) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, berarti terdapat perbedaan pengaruh
antara parameter. Dari kolom sig. terlihat bahwa intensitas ultrasonik dan
konsentrasi awal fenol berpengaruh secara signifikan (nilai signifikan < tingkat
signifikansi). Karena nilai F intensitas ultrasonik (44,46) lebih besar dibandingkan
F konsentrasi awal fenol (24,355), maka intensitas ultrasonik lebih dominan
(berpengaruh) terhadap output (persen penyisihan) dibandingkan dengan
konsentrasi awal fenol. Dari hasil tersebut (lihat Tabel 4.2), terlihat bahwa dalam
laju alir tetap sebesar 200 L/jam, parameter yang paling signifikan dalam
mempengaruhi penyisihan fenol adalah intensitas ultrasonik. Hal ini terlihat dari
nilai Fhitung-nya yang lebih besar dibandingkan nilai Fhitung konsentrasi awal fenol.
Dengan ANOVA, telah diketahui bahwa intensitas dan konsentrasi
berpengaruh secara signifikan terhadap persentase penyisihan fenol, namun tidak
diketahui pada variasi parameter yang manakah yang memiliki perbedaan mean
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
64
Universitas Indonesia
lebih signifikan. Untuk mengetahui nilai intensitas dan konsentrasi yang
signifikan terhadap proses, dilakukan post-hoc test sebagai berikut:
Intensitas Ultrasonik
Tabel 4. 3. Tes Post-Hoc parameter intensitas ultrasonik
Multiple Comparisons
Dependent Variabel:Persen_penyisihan
(I) Intensitas
(J) Intensitas
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound LSD .00 30.00 -3.7633* 1.22251 .013 -6.5288 -.9978
60.00 -11.3182* 1.22251 .000 -14.0837 -8.5527 30.00 .00 3.7633* 1.22251 .013 .9978 6.5288
60.00 -7.5548* 1.22251 .000 -10.3203 -4.7893 60.00 .00 11.3182* 1.22251 .000 8.5527 14.0837
30.00 7.5548* 1.22251 .000 4.7893 10.3203 Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 4.484. *. The mean difference is significant at the .05 level.
Konsentrasi Awal Fenol
Tabel 4. 4. Tes Post-Hoc parameter konsentrasi awal
Multiple Comparisons Dependent Variabel:Persen_penyisihan
(I) C0_fenol
(J) C0_fenol
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound LSD 10.00 50.00 5.6250* 1.22251 .001 2.8595 8.3905
100.00 8.3685* 1.22251 .000 5.6030 11.1340 50.00 10.00 -5.6250* 1.22251 .001 -8.3905 -2.8595
100.00 2.7435 1.22251 .051 -.0220 5.5090 100.00 10.00 -8.3685* 1.22251 .000 -11.1340 -5.6030
50.00 -2.7435 1.22251 .051 -5.5090 .0220 Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 4.484. *. The mean difference is significant at the .05 level.
Tes post-hoc membandingkan dua kondisi pada suatu parameter, sehingga
didapatkan kondisi yang lebih signifikan. Tes post-hoc menunjukkan nilai
intensitas ultrasonik (Tabel 4.3) dan nilai konsentrasi awal fenol (Tabel 4.4) yang
menghasilkan penyisihan fenol yang signifikan. Kondisi yang menghasilkan hasil
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
65
Universitas Indonesia
signifikan dapat terlihat dari kolom Mean Difference (beda mean) dan kolom sig.
Semakin besar perbedaan mean-nya maka kondisi tersebut mempengaruhi output
dengan lebih besar. Hal ini juga tercermin dari kolom sig. dimana nilainya akan
menjadi lebih kecil. Karena metode tes post-hoc yang digunakan adalah Least
Significant Difference (LSD) sehingga kondisi yang berpengaruh dapat langsung
dilihat dari kondisi yang menghasilkan nilai sig. paling kecil.
Kolom Confidence Interval merupakan nilai mean difference ± interval
(upper dan lower bound). Interval yang digunakan oleh SPSS 17.0 pada tingkat
keyakinan (CL) 95%, dan ukuran sampel kecil pada tes ini adalah 2,7655.
Dari Tabel 4.3, didapatkan nilai intensitas ultrasonik yang lebih
berpengaruh (signifikan) adalah pada intensitas 60% yang memiliki signifikansi
lebih kecil (berarti pengaruh lebih besar). Hal ini sesuai dengan teori bahwa
intensitas yang lebih tinggi akan meningkatkan persentase penyisihan karena
membentuk lebih banyak radikal OH dan efek microstreaming seperti yang telah
dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.
Dengan cara yang sama, berdasarkan Tabel 4.4, nilai konsentrasi yang
lebih berpengaruh (signifikan) adalah pada konsentrasi awal 10 ppm yang terlihat
dari nilai signifikansi < tingkat signifikansi yaitu 0,05. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa konsentrasi awal yang lebih rendah akan meningkatkan persen penyisihan
karena meningkatnya laju penyisihan.
Secara statistik, dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara persen penyisihan untuk intensitas ultrasonik 60% dengan
intensitas lain yang diujikan dan untuk konsentrasi awal fenol 10 ppm dengan
konsentrasi awal fenol lain yang diujikan, F (5,318) = 18,93, pada tingkat
signifikansi 0,05.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
66
Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan, kesimpulan yang bisa diambil adalah:
1. Berdasarkan ANOVA:
a. Parameter yang dapat mempengaruhi proses lebih signifikan adalah
intensitas ultrasonik, dengan nilai F = 44,46 dibandingkan dengan
konsentrasi awal fenol (F = 24,355) pada tingkat signifikansi 0.05.
b. Berdasarkan tes post-hoc, intensitas ultrasonik yang berpengaruh
secara signifikan adalah intensitas 60%.
c. Berdasarkan tes post-hoc, konsentrasi awal fenol yang berpengaruh
secara signifikan adalah 10 ppm.
d. Variasi terhadap kombinasi parameter yang dapat mengoptimalkan
proses adalah dengan laju alir 200 L/jam, konsentrasi awal fenol 10
ppm, dan intensitas ultrasonik 60%.
2. Berdasarkan statistik dekriptif:
a. Konsentrasi awal fenol berpengaruh terhadap persentase penyisihan.
Persentase penyisihan fenol terbesar diperoleh pada konsentrasi awal
fenol 10 ppm, sebesar 21,27 ± 5×10-5
% (O/K), 34,12 ± 8,9×10-4
%
(O/S), dan 37,28 ± 9,51×10-3
% (O/K/S).
b. Intensitas ultrasonik berpengaruh terhadap persentase penyisihan.
Intensitas ultrasonik tinggi (60%) memberikan persentase penyisihan
fenol terbaik,yaitu sebesar 25,13 ± 8×10-5
%. Sedangkan pada
intensitas rendah (30%) persentase penyisihan fenol hanya sebesar
18,5 ± 8×10-6
%.
c. Laju alir gas berpengaruh terhadap kinerja proses. Nilai penyisihan
fenol yang paling optimal diperoleh pada laju alir gas 200 L/jam,yaitu
sebesar 25,32 ± 2×10-4
%, dan tidak berubah signifikan pada 250
L/jam (27,19 ± 1,7×10-4
%).
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
67
Universitas Indonesia
d. Proses gabungan ozonasi-kavitasi hidrodinamika dan ultrasonik
merupakan gabungan proses terbaik dengan persentase penyisihan
fenol 37,28 ± 9,51×10-3
%, dibandingkan dengan proses gabungan
ozonasi-kavitasi hidrodinamika (21,27 ± 5×10-5
%) dan ozonasi-
kavitasi ultrasonik (34,12 ± 8,9×10-4
%).
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan observasi untuk tiap variasi kombinasi proses, agar
analisis eksperimen lebih akurat dalam menentukan parameter yang lebih
signifikan.
2. Untuk tiap observasi, sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali replikasi
agar data yang didapatkan memiliki standard deviasi yang lebih kecil.
3. Perlu dilakukan analisis dengan GC-MS untuk mengetahui kandungan
sampel.
4. Perlu diterapkan perlakuan analisis yang sama untuk tiap observasi agar
data yang didapatkan lebih akurat.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
68
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Adewuyi, Y. G. 2001. Sonochemistry: Environmental Science and Engineering
Application. Industrial and Engineering Chemistry Research, 40 (22), 4681-
4715.
_____. 2005. Sonochemistry in Environmental Remediation: Combinative and
Hybrid Sonophotochemical Oxidation Processes for the Treatment of
Pollutants in Water. Enviromental Science and Technology 39, 3409-3420.
ASTeX Sorbios GmbH. 1996. Semozon 90.2 HP, Ozone generator operation
manual, Ver. 1.5 e., ASTeX SORBIOS GmbH Berlin Germany.
Bühler, R.E., Staehelin, J., & Hoigné, J. 1984. Ozone decomposition in water
studied by pulse radiolysis HO2/O2- and HO3/O3
- as intermediates. Journal
of Physic Chemistry, 88, 2560–2564.
Chowdhury, Pankaj and T. Viararaghavan. 2009. Sonochemical degradation of
chlorinated organik compounds, phenolic compounds and organik dyes –
A review. Science of The Total Environment, 2474-2492.
Dodd, M. C., Kohler, H. P. E., & Gutten, U. V. 2009. Oxidation of Antibacterial
Compounds by Ozone and hydroxil Radical: Elimination of Biological
Activity during Aqueous Ozonation Process. Environmental Sience and
Technology, 43, 2498-2504.
Gottschalk, C., Libra, J. A., & Saupe, A. 2000. Ozonation of Water and Waste
Water. Weinheim: Wiley-Vch.
Harinaldi. 2005. Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta:
Erlangga.
Hartman, Julia. 2000. Faktorial Analysis of Variance: An Interactive Tutorial for
SPSS.(diunduh 28 Desember 2010).
http://www.stats.gla.ac.uk/steps/facanova.html
Hoffmann, M. R., Hoechemer, R. A. , Hua, I. 1996. Application of Ultrasonik
Irradiation for the Degradation of Chemical Contaminants in
Water.Ultrasoniks Sonochemistry 3 , S163-S172.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
69
Universitas Indonesia
Ince N. H. , et al., 2000. Ultrasound as a catalyzer of aqueous reaction systems:
the state of the art and environmental application. Environmental. 29;167-
176.
Ince, N. H., & Tezcanli-Guyer, G. 2004. Individual and Combined Effects of
Ultrasound, Ozone, and UV Radiation. Ultrasoniks Sonochemistry, 42,
603-609.
Lazic, Z. R. 2004. Design of Experiment in Chemical Engineering: A Practical
Guide. Weinheim: Wiley –Vch.
Lesko, Timothy Michael. Chemical Effects of Acoustic Cavitation. Institute of
Technology Pasadena, California. 2004.
Mason, Timothy et al. Advances in Sonochemistry. USA: Jan Press Inc;2001
Montgomery, Douglas C. 2005. Design an Analysis of Experiment. New York:
Wiley Inc.
Mukesh, G., Hongqiang, H., Mujumdar, A. S., & Ray, M. B. 2004. Sonochemical
Decomposition of Volatile and Non-Volatile Organic Compounds—A
Comparative Study. Water Research, 38, 4247–4261.
Permadi, Sonny Citra. 2010. Penyisihan Fenol dengan Proses Oksidasi Lanjut
Berbasis Ozon: Pengaruh Kavitasi dan Konsentrasi Awal Fenol. Depok:
Departemen Teknik Kimia UI.
Pétrier, C., Micolle, M., Merlin, G., Luche, J.L., Reverdyk, G., 1992.
Characteristics of pentachlorophenate degradation in aqueous solution by
means of ultrasound. Envion. Sci.Technol., Vol. 26:1639-1642.
Rafiudin, R., & Saepudin, A. 2009. Praktek Langsung SPSS 17. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Staehelin J, Hoigne J.1983.Reaktionsmechanismus und Kinetik des Ozonzerfalls
in Wasser in Gegenwart organischer Stoffe. Vom Wasser 61: 337-348.
Slamet, dkk. 2007. Modifikasi zeolit alam dan Karbon Aktif dengan TiO2 serta
Aplikasinya sebagai BAhan Adsorben dan Fotokatalisis untuk Degradasi
Polutan Organik. Depok: UI Press
Swamy, K. M., & Narayana, K. L. 2001. Ultrasonikally Assisted Leaching.
Advance in Sonochemistry, 6, 141-179.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
70
Universitas Indonesia
Thompson, L. H., & Doraiswamy, L. K. 1999. Sonochemistry: Science and
Engineering. Industrial and Engineering Chemistry Research, 38(4), 1215-
1249.
Tiehm, a. 2001. Combination of Ultasonic and Biological Pollutant Degradation.
Advance in Sonochemistry, 6, 25-58.
Tjahjadi, Linda. 2010. Penyisihan Fenol Menggunakan Proses Oksidasi Lanjut
Ozonasi-Kavitasi Hidrodinamika dan Ultrasonik. Depok: Departemen
Teknik Kimia UI.
Tomiyasu H, Fukutomi H, Gordon G. 1985.Kinetics and Mechanisms of Ozone
Decomposition in Basic Aqueous Solutions. Inorganic Chemistry 24: 2962-
2985.
Treybal R E. 1968. Mass Transfer Operations, 2"" Ed. New York:McGraw-Hill.
Weavers, L. K., & Hoffman, M. R. 1998. Sonolytic Decomposition of Ozone in
Aqueous Solution: Mass transfer Effect. Environtment and Science
Technology , 32 (24), 3941-3947.
Weavers, Linda K. 2001. Sonolytic Ozonation for the Remediation of Hazardous
Pollutant. Advanced in Sonochemistry, 6, 111-140.
Zhao, L., Ma, J., & Zhai, X. 2010. Enhanced Mechanism of Catalytic Ozonation
by Ultrasound with Orthogonal Dual Frequencies for the Degradation of
Nitrobenzene in Aqueous Solution.Ultrasoniks Sonochemistry, 17, 84-91.
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
71
Universitas Indonesia
LAMPIRAN A
DATA PENELITIAN
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
72
Universitas Indonesia
Data Penelitian pada Proses Penyisihan Fenol dengan Proses Oksidasi Lanjut
Ozonasi/Kavitasi Hidrodinamik/Ultrasonik (Permadi, 2010)
A.1. Proses Oksidasi Lanjut Ozonasi - Kavitasi Hidrodinamik (O/K)
A.1.1. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 100 ppm; Intensitas Ultrasonik = 0%
(tanpa sonikasi); Jenis Asam = HCl;
Tabel A.1. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Hidrodinamik (O/K) (1)
t (menit)
DO3
(ppm) DO (ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.7 3.07 - 26.00 99.22 1.00 0.00
3 3.41 5.6 3.09 2.4 30.00 88.46 0.96 10.84
6 3.96 5.5 3.08 1.6 31.00 87.73 0.89 11.59
9 4.14 5.4 3.04 1.5 32.00 87.68 0.88 11.64
12 4.57 5.3 3.00 1.4 33.00 87.29 0.88 12.03
15 4.55 5.2 2.99 1.6 34.00 86.32 0.87 12.89
20 5.55 5.2 2.98 3.5 35.00 85.74 0.86 13.48
Tabel A.2. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Hidrodinamik (O/K) (2)
t (menit)
DO3
(ppm) DO (ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.6 3.08 - 26.00 106.69 1.00 0.00
3 3.5 5.5 3.06 2.6 29.00 98.16 0.92 8.53
6 3.9 5.5 3.07 1.8 30.00 94.53 0.88 12.16
9 4.21 5.4 3.05 1.6 31.00 92.83 0.87 13.86
12 4.45 5.3 3.01 1.5 32.00 92.5 0.86 14.19
15 4.62 5.2 2.99 1.6 33.00 91.75 0.86 14.94
20 5.51 5.1 2.98 3.3 34.00 90.94 0.85 14.76
A.1.2. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 50 ppm; Intensitas Ultrasonik = 0%
(Intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl;
Tabel A.3. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Hidrodinamik (O/K) (1)
t
(menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.7 3.05 - 26.0 40.97 1.00 0.00
3 4.29 5.6 3.11 4.10 30.0 40.79 0.99 0.45
6 5.11 5.6 3.07 4.00 31.0 40.28 0.98 1.69
9 5.51 5.5 3.08 3.60 31.5 39.94 0.97 2.52
12 5.13 5.4 3.07 3.00 32.0 39.59 0.97 3.37
15 5.16 5.3 3.05 2.80 33.0 37.47 0.91 8.53
20 4.75 5.3 3.04 5.15 34.0 32.93 0.80 19.62
Lampiran A. Data penelitian
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
73
Universitas Indonesia
Tabel A.4. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Hidrodinamik (O/K) (2)
t
(menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.60 3.15 - 31.00 48.8 1.00 0.00
3 4.3 5.60 3.16 4.20 32.00 44.41 0.91 8.99
6 5.1 5.50 3.14 4.00 33.00 43.43 0.89 11.00
9 5.4 5.40 3.15 3.80 34.00 42.94 0.88 12.01
12 5.2 5.30 3.12 3.50 34.50 41.97 0.86 13.4
15 5.1 5.30 3.11 2.80 35.00 41.82 0.86 14.34
20 4.6 5.20 3.11 5.15 35.50 40.51 0.83 17.15
A.1.3. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 10 ppm; Intensitas Ultrasonik = 0%
(Intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl;
Tabel A.5. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-KavitasiHidrodinamik (O/K) (1)
t (menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.70 3.12 - 30.00 8.54 1.00 0.00
3 4.99 5.60 3.18 1.50 32.00 7.75 0.90 9.91
6 4.93 5.50 3.14 1.30 33.00 7.67 0.90 10.19
9 5.20 5.40 3.15 1.15 33.50 7.60 0.89 11.00
12 5.23 5.30 3.13 1.10 34.50 7.16 0.84 16.16
15 5.05 5.30 3.09 1.25 35.00 7.08 0.83 17.09
20 5.41 5.20 3.10 2.10 35.50 6.65 0.78 22.12
Tabel A.6. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-KavitasiHidrodinamik (O/K) (2)
t
(menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.6 3.18 - 26.0 9.25 1.00 0.00
3 4.8 5.5 3.20 1.40 28.0 8.46 0.91 6.6
6 4.7 5.4 3.16 1.30 31.0 8.39 0.90 9.29
9 5.1 5.3 3.17 1.15 33.0 8.31 0.89 10.27
12 5.2 5.3 3.15 1.10 33.5 7.87 0.85 14.92
15 5.05 5.2 3.10 1.25 35.0 7.79 0.84 15.68
20 5.4 5.1 3.09 2.00 35.5 7.36 0.79 20.43
(Lanjutan)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
74
Universitas Indonesia
A.2. Proses Oksidasi Lanjut Ozonasi - Kavitasi Ultrasonik (O/S)
A.2.1. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 100 ppm; Intensitas Ultrasonik =
60% (Intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl;
Tabel A.7. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik (O/S) (1)
t
(menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.8 3.05 - 26.0 93.86 1.00 0.00
3 2.25 5.6 3.06 2.1 29.5 81.79 0.87 12.85
6 2.53 5.5 3.03 1.6 30.5 80.72 0.86 13.99
9 3.00 5.5 2.99 1.5 37.5 80.08 0.85 14.44
12 3.32 5.4 3.01 1.4 33.0 78.34 0.83 15.25
15 3.65 5.3 2.98 1.5 33.0 78.30 0.83 16.35
20 2.25 5.2 2.98 2.7 34.0 73.85 0.78 21.31
Tabel A.8. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik (O/S) (2)
t (menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.7 3.03 - 26.00 96.64 1.00 0.00
3 3.68 5.7 3.08 4.10 29.00 79.25 0.83 17.99
6 4.25 5.6 3.09 3.30 30.00 78.28 0.81 18.99
9 4.45 5.5 3.06 2.70 31.00 76.35 0.79 20.99
12 4.74 5.5 3.05 2.55 32.00 75.38 0.78 22.00
15 5.03 5.4 3.06 2.40 33.00 74.80 0.77 22.60
20 5.02 5.3 3.05 4.10 34.00 74.22 0.76 23.20
A.2.2. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 50 ppm; Intensitas Ultrasonik = 60%
(Intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl;
Tabel A.9. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik (O/S) (1)
t
(menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.7 3.06 - 26.0 41.13 1.00 0.00
3 3.96 5.4 3.03 2.40 32.0 39.43 0.96 4.14
6 3.86 5.4 2.99 2.20 33.0 39.11 0.95 4.91
9 4.03 5.3 2.98 2.30 34.0 39.04 0.95 5.07
12 4.32 5.2 2.93 2.25 35.0 37.92 0.92 7.80
15 4.19 5.1 2.93 1.85 35.5 35.41 0.86 13.91
20 4.28 5.1 2.96 2.90 36.0 31.01 0.75 24.61
(Lanjutan)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
75
Universitas Indonesia
Tabel A.10. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik (O/S) (2)
t
(menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.7 3.11 - 28 51.80 1.00 0.00
3 4.31 5.6 3.09 2.60 30 49.73 0.96 4.14
6 5.10 5.5 3.03 2.40 32 48.69 0.94 4.91
9 5.42 5.4 2.99 2.50 33 47.65 0.92 5.07
12 5.21 5.3 2.95 2.45 35 46.60 0.90 7.80
15 5.14 5.2 2.93 1.95 35 45.58 0.88 13.91
20 4.60 5.1 2.95 2.95 36 38.33 0.74 26.00
A.2.3. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 10 ppm; Intensitas Ultrasonik = 60%
(Intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl;
Tabel A.11. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik (O/S) (1)
t (menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH vol. Titran T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.8 3.06 - 25.0 12.94 1.00 0.00
3 3.11 5.7 3.02 3.80 29.5 12.61 0.96 2.57
6 3.85 5.6 2.99 3.00 30.0 12.31 0.94 4.86
9 3.70 5.5 3.00 2.95 31.5 11.94 0.90 7.75
12 4.40 5.5 2.97 2.40 32.0 11.73 0.81 9.32
15 4.40 5.4 2.96 2.80 33.0 10.29 0.75 20.49
20 4.60 5.3 2.95 5.00 35.0 8.64 0.65 33.24
Tabel A.12. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik (O/S) (2)
t (menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.7 3.08 - 26.00 9.84 1 0.00
3 3.10 5.6 3.04 3.9 30.00 9.44 0.96 4.07
6 3.60 5.5 2.98 3.1 31.00 9.25 0.94 5.99
9 3.70 5.4 3.00 3.0 32.00 8.86 0.9 9.96
12 4.40 5.3 2.96 2.5 33.00 7.97 0.81 19.61
15 4.40 5.3 2.96 2.8 34.00 7.38 0.75 25.00
20 4.60 5.1 2.95 5.0 35.00 6.39 0.65 35.00
(Lanjutan)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
76
Universitas Indonesia
A.3. Proses Oksidasi Lanjut Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S)
A.3.1. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 100 ppm; Intensitas Ultrasonik =
30% (intensitas rendah); Jenis Asam = HCl;
Tabel A.13. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (1)
t (menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.8 3.05 - 26.00 93.86 1.00 0.00
3 2.25 5.6 3.06 2.1 29.50 85.17 0.90 9.26
6 2.53 5.5 3.03 1.6 30.50 80.72 0.85 13.99
9 3.00 5.5 2.99 1.5 30.50 80.09 0.85 14.67
12 3.32 5.4 3.01 1.4 33.00 79.78 0.84 15.01
15 3.65 5.3 2.98 1.5 33.00 77.90 0.83 17.00
20 2.25 5.2 2.98 2.7 34.00 75.10 0.82 18.00
Tabel A.14. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (2)
t (menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.8 3.10 - 25.50 98.20 1 0.00
3 2.50 5.7 3.08 2.5 29.00 88.38 0.90 10.00
6 2.65 5.6 3.03 1.7 30.00 84.45 0.86 14.00
9 3.00 5.5 3.00 1.6 30.50 83.47 0.85 14.96
12 3.42 5.4 3.01 1.4 32.00 82.48 0.84 15.52
15 3.65 5.4 2.99 1.5 33.00 81.50 0.83 16.57
20 2.55 5.3 2.98 2.6 34.00 79.54 0.81 19.00
A.3.2. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 100 ppm; Intensitas Ultrasonik =
60% (intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl;
Tabel A.15. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (1)
t (menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.7 3.07 - 26.00 99.22 1.00 0.00
3 3.41 5.6 3.09 2.4 30.00 80.34 0.81 19.01
6 3.96 5.5 3.08 1.6 31.00 77.38 0.78 21.99
9 4.14 5.4 3.04 1.5 32.00 76.88 0.77 22.50
12 4.57 5.3 3.00 1.4 33.00 76.39 0.77 23.00
15 4.55 5.2 2.99 1.6 34.00 76.19 0.76 23.19
20 5.55 5.2 2.98 3.5 35.00 75.39 0.76 24.00
(Lanjutan)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
77
Universitas Indonesia
Tabel A.16. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan
Hidrodinamik (O/K/S) (2)
t (menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.7 3.07 - 26.00 104.16 1.00 0.00
3 3.41 5.6 3.09 2.4 28.00 83.75 0.80 19.59
6 3.96 5.5 3.08 1.6 30.00 81.87 0.79 21.40
9 4.14 5.4 3.04 1.5 31.00 81.55 0.78 21.71
12 4.57 5.3 3 1.4 32.00 79.06 0.76 24.09
15 4.55 5.2 2.99 1.6 33.00 77.91 0.75 25.28
20 5.55 5.2 2.98 3.5 35.00 76.80 0.74 26.26
A.3.3. Pada QL =2 Lpm;Qg = 200 Lpj; Cp0 = 50 ppm; Intensitas Ultrasonik = 30%
(Intensitas rendah); Jenis Asam = HCl
Tabel A.17. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (1)
t (menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.9 3.07 - 25.00 46.36 1.00 0.00
3 5.04 5.9 3.15 3.85 29.00 40.10 0.86 13.43
6 5.71 5.7 3.11 3.45 30.00 39.20 0.86 13.85
9 5.78 5.6 3.09 3.4 31.00 39.08 0.84 15.68
12 5.81 5.5 3.08 3.20 32.00 38.58 0.83 16.77
15 6.72 5.5 3.06 3.10 33.00 37.56 0.81 18.97
20 5.91 5.4 3.04 5.30 34.00 35.97 0.77 22.54
Tabel A.18. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (2)
t
(menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.7 3.20 - 26.00 44.52 1.00 0.00
3 4.3 5.6 3.13 3.95 30.00 37.35 0.83 17.06
6 5.1 5.6 3.11 3.65 31.00 37.01 0.83 17.24
9 5.4 5.5 3.07 3.50 32.00 36.95 0.83 17.35
12 5.2 5.5 3.06 3.30 33.00 36.06 0.81 19.00
15 5.1 5.4 3.05 3.25 34.00 35.18 0.79 20.98
20 4.6 5.4 3.00 5.30 35.00 35.12 0.78 22.00
(Lanjutan)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
78
Universitas Indonesia
A.3.4. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 50 ppm; Intensitas Ultrasonik =
60% (Intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl
Tabel A.19. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (1)
t
(menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.9 3.07 - 25.00 47.36 1.00 0.00
3 5.04 5.9 3.15 3.85 29.00 39.28 0.83 17.06
6 5.71 5.7 3.11 3.45 30.00 39.20 0.83 17.24
9 5.78 5.6 3.09 3.40 31.00 39.14 0.83 17.35
12 5.81 5.5 3.08 3.20 32.00 36.99 0.78 21.90
15 6.72 5.5 3.06 3.10 33.00 36.31 0.77 23.32
20 5.91 5.4 3.04 5.30 34.00 35.12 0.74 25.85
Tabel A.20. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (2)
t
(menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.8 3.09 - 26.00 38.24 1 0.00
3 5.00 5.7 3.16 3.9 28.00 32.27 0.84 15.64
6 5.61 5.6 3.21 3.5 30.00 30.73 0.80 19.65
9 5.73 5.5 3.08 3.4 30.50 29.99 0.78 21.60
12 5.80 5.5 3.06 3.2 31.00 29.39 0.76 23.15
15 6.70 5.4 3.04 3.1 32.00 29.23 0.76 23.56
20 5.83 5.3 3.04 5.2 33.00 28.76 0.75 24.79
A.3.5. PadaQL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 10 ppm; Intensitas Ultrasonik = 30%
(Intensitas rendah); Jenis Asam = HCl
Tabel A.21. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (1)
t
(menit)
DO3
(ppm) DO (ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.8 3.03 - 25 17.86 1 0.00
3 4.29 5.7 3.1 2.1 29 15.29 0.85 14.39
6 4.65 5.6 3.09 3.6 31 14.78 0.82 17.27
9 5.5 5.6 3.09 3.3 32 14.38 0.80 19.49
12 6.3 5.5 3.06 3.2 33 13.97 0.78 21.81
15 5.25 5.4 3.05 2 34 13.82 0.77 22.65
20 5.65 5.3 3.03 5 35 13.56 0.75 24.10
(Lanjutan)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
79
Universitas Indonesia
Tabel A.22. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (2)
t
(menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.8 3.03 - 27.0 9.89 1 0.00
3 4.29 5.7 3.10 2.1 28.0 8.47 0.85 14.37
6 4.65 5.6 3.09 3.6 31.0 8.18 0.82 17.27
9 5.50 5.6 3.09 3.3 32.0 7.96 0.80 19.48
12 6.30 5.5 3.06 3.2 33.0 7.73 0.78 21.80
15 5.25 5.4 3.05 2.0 33.5 7.61 0.77 22.66
20 5.65 5.3 3.03 5.0 34.0 7.46 0.75 24.50
A.3.6. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 10 ppm; Intensitas Ultrasonik = 60%
(Intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl
Tabel A.23. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (1)
t
(menit)
DO3
(ppm) DO (ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.8 3.03 - 25.00 12.19 1.00 0.00
3 4.29 5.7 3.10 2.1 29.00 12.16 1.00 0.26
6 4.65 5.6 3.09 3.6 31.00 11.74 0.96 3.70
9 5.50 5.6 3.09 3.3 32.00 10.30 0.84 15.56
12 6.30 5.5 3.06 3.2 33.00 9.06 0.74 25.71
15 5.25 5.4 3.05 2.0 34.00 8.16 0.67 33.11
20 5.65 5.3 3.03 5.0 35.00 7.17 0.59 41.23
Tabel A.24. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (2)
t
(menit) DO3 (ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0
%
penyisihan
0 - 5.50 3.17 - 29.00 15.11 1.00 0.00
3 5.13 5.50 3.22 2.55 33.00 12.12 0.80 19.79
6 4.50 5.40 3.19 1.80 35.00 10.86 0.72 28.13
9 5.28 5.30 3.19 2.15 34.00 10.35 0.68 31.50
12 4.86 5.30 3.19 1.60 35.00 10.31 0.68 31.77
15 4.96 5.20 3.15 1.70 36.00 10.23 0.68 32.29
20 5.78 5.10 3.15 2.50 36.00 10.08 0.67 33.33
(Lanjutan)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
80
Universitas Indonesia
A.3.7 Pada QL =2 Lpm; Qg = 150 Lpj; Cp0 = 50 ppm; Intensitas Ultrasonik = 60%
(Intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl
Tabel A.25. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (1)
t
(menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0 % penyisihan
0 - 5.9 3.07 - 25.00 56.69 1.00 0.00
3 5.04 5.9 3.15 3.85 29.00 51.25 0.90 9.58
6 5.71 5.7 3.11 3.45 30.00 51.10 0.90 9.86
9 5.78 5.6 3.09 3.40 31.00 50.39 0.89 11.12
12 5.81 5.5 3.08 3.20 32.00 50.00 0.88 11.80
15 6.72 5.5 3.06 3.10 33.00 49.44 0.87 12.78
20 5.91 5.4 3.04 5.30 34.00 48.50 0.85 14.44
Tabel A.26. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (2)
t
(menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0 % penyisihan
0 - 5.8 3.11 - 26.00 48.89 1.00 0.00
3 4.9 5.7 3.09 4.20 28.00 44.98 0.92 8.00
6 5.3 5.6 3.11 3.65 30.00 44.73 0.91 8.50
9 5.6 5.5 3.09 3.50 31.00 44.01 0.90 10.00
12 5.8 5.4 3.00 3.30 31.50 43.51 0.89 11.00
15 6.2 5.4 2.99 3.10 32.00 43.02 0.88 12.00
20 5.8 5.3 2.98 5.30 33.00 42.01 0.86 14.00
A.3.8. Pada QL =2 Lpm;Qg = 250 Lpj; Cp0 = 50 ppm; Intensitas Ultrasonik = 60%
(Intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl
Tabel A.27. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (1)
t
(menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0 % penyisihan
0 - 5.9 3.08 - 26.00 58.85 1.00 0.00
3 5.05 5.8 3.15 3.9 27.00 46.88 0.79 20.34
6 5.70 5.7 3.11 3.5 30.00 45.15 0.76 23.28
9 5.80 5.6 3.09 3.4 31.50 44.25 0.75 24.82
12 5.80 5.5 3.08 3.2 32.50 43.97 0.74 25.29
15 6.72 5.4 3.06 3.1 33.00 43.66 0.74 25.82
20 5.90 5.3 3.04 5.3 34.00 43.62 0.74 25.88
(Lanjutan)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
81
Universitas Indonesia
Tabel A.28. Data pada penyisihan fenol proses Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S) (1)
t
(menit)
DO3
(ppm)
DO
(ppm) pH
vol. Titran
(fp=200/25) T (oC) Cfenol C/C0 % penyisihan
0 - 5.6 3.03 - 25.00 54.55 1.00 0.00
3 4.8 5.9 3.11 3.7 29.00 43.60 0.80 19.98
6 5.1 5.7 3.09 3.5 30.00 40.92 0.75 25.00
9 5.2 5.6 3.06 3.3 31.00 39.82 0.73 26.88
12 5.5 5.5 3.05 3.2 32.00 39.55 0.72 27.50
15 6.2 5.5 3.04 3.1 33.00 39.28 0.72 28.10
20 5.6 5.4 3.04 5.3 34.00 39.00 0.71 28.50
(Lanjutan)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
82
Universitas Indonesia
LAMPIRAN B
PENGOLAHAN DATA
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
83
Universitas Indonesia
Pengolahan Data Proses Penyisihan Fenol dengan Proses Oksidasi Lanjut
Ozonasi/Kavitasi Hidrodinamik/Ultrasonik
B.1. Proses Oksidasi Lanjut Ozonasi - Kavitasi Hidrodinamik (O/K)
B.1.1. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 100 ppm; Intensitas Ultrasonik = 0%
(tanpa sonikasi); Jenis Asam = HCl;
B.1.2. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 50 ppm; Intensitas Ultrasonik = 0%
(tanpa sonikasi); Jenis Asam = HCl;
t
C/C0
Mean deviasi 1 2
0 1.000 1.000 1.000 0.00000
3 0.911 0.995 0.953 0.00354
6 0.885 0.983 0.934 0.00479
9 0.875 0.974 0.925 0.00498
12 0.864 0.966 0.915 0.00515
15 0.863 0.914 0.889 0.00132
20 0.828 0.803 0.816 0.00030
Persentase Penyisihan rata-rata 18.380
Deviasi rata-rata
0.00287
t
C/C0 (y) Mean
deviasi
1 2
0 1.000 1.000 1.000 0.00000
3 0.960 0.920 0.940 0.00080
6 0.891 0.886 0.889 0.00001
9 0.886 0.870 0.878 0.00013
12 0.880 0.867 0.874 0.00008
15 0.870 0.860 0.865 0.00005
20 0.865 0.850 0.857 0.00011
Persentase Penyisihan rata-rata 14.241
Deviasi rata-rata 0.00017
Lampiran B. Pengolahan Data
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
84
Universitas Indonesia
B.1.3. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 10 ppm; Intensitas Ultrasonik = 0%
(tanpa sonikasi); Jenis Asam = HCl;
t
C/C0 Mean
deviasi
1 2
0 1.000 1.000 1.000 0.00000
3 0.914894 0.907851 0.911 0.00002
6 0.906383 0.898637 0.902 0.00003
9 0.897872 0.889422 0.893 0.00004
12 0.851064 0.83874 0.845 0.00007
15 0.842553 0.829525 0.836 0.00008
20 0.795745 0.778843 0.787 0.00014
Persentase Penyisihan rata-rata 21.270
Deviasi rata-rata
0.00005
B.2. Proses Oksidasi Lanjut Ozonasi - Kavitasi Ultrasonik (O/S)
B.2.1. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 100 ppm; Intensitas Ultrasonik =
60% (Intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl;
t
C/C0 Mean
deviasi
1 2
0 1.000 1.000 1.000 0.00000
3 0.826 0.871 0.848 0.00103
6 0.813 0.860 0.836 0.00110
9 0.793 0.853 0.823 0.00177
12 0.781 0.834 0.807 0.00145
15 0.774 0.834 0.804 0.00179
20 0.768 0.786 0.777 0.00018
Persentase Penyisihan rata-rata 22.250
Deviasi rata-rata
0.00105
(Lanjutan)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
85
Universitas Indonesia
B.2.2. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 50 ppm; Intensitas Ultrasonik = 60%
(Intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl;
t
C/C0 Mean
deviasi
1 2
0 1.000 1.000 1.000 0.00000
3 0.958 0.960 0.959 0.00000
6 0.951 0.940 0.945 0.00005
9 0.949 0.920 0.934 0.00043
12 0.922 0.900 0.911 0.00024
15 0.860 0.880 0.870 0.00018
20 0.754 0.740 0.746 0.00009
Persentase Penyisihan rata-rata 25.300
Deviasi rata-rata
0.00014
B.2.3. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 10 ppm; Intensitas Ultrasonik = 60%
(Intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl;
t
C/C0 Mean
deviasi
1 2
0 1.000 1.000 1.000 0.00000
3 0.960 0.974 0.967 0.00010
6 0.940 0.951 0.945 0.00006
9 0.900 0.922 0.911 0.00025
12 0.810 0.906 0.858 0.00468
15 0.750 0.795 0.772 0.00101
20 0.650 0.667 0.658 0.00016
Persentase Penyisihan rata-rata 34.120
Deviasi rata-rata
0.00089
(Lanjutan)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
86
Universitas Indonesia
B.3. Proses Oksidasi Lanjut Ozonasi-Kavitasi Ultrasonik dan Hidrodinamik
(O/K/S)
B.3.1. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 100 ppm; Intensitas Ultrasonik =
30% (intensitas rendah); Jenis Asam = HCl;
t
C/C0 Mean
deviasi
1 2
0 1.000 1.000 1.000 0.00000
3 0.907 0.907 0.907 5E-09
6 0.859 0.860 0.859 6.05E-07
9 0.851 0.850 0.850 5E-07
12 0.843 0.840 0.841 3.38E-06
15 0.833 0.830 0.831 4.5E-06
20 0.820 0.810 0.815 5E-05
Persentase Penyisihan rata-rata 18.500
Deviasi rata-rata
8.427E-06
B.3.2. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 100 ppm; Intensitas Ultrasonik =
60% (intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl;
t
C/C0 Mean
deviasi
1 2
0 1.000 1.000 1.000 0.00000
3 0.810 0.803 0.806 0.00002
6 0.780 0.786 0.783 0.00002
9 0.775 0.783 0.779 0.00003
12 0.770 0.759 0.764 0.00005
15 0.768 0.748 0.758 0.00019
20 0.760 0.737 0.748 0.00025
Persentase Penyisihan rata-rata 25.130
Deviasi rata-rata
0.00008
(Lanjutan)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
87
Universitas Indonesia
B.3.2. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 50 ppm; Intensitas Ultrasonik = 60%
(intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl;
t
C/C0 mean deviasi
1 2
0 1.000 1.000 1.000 0.00000
3 0.829 0.843 0.836 0.00010
6 0.827 0.803 0.815 0.00029
9 0.826 0.783 0.805 0.00090
12 0.781 0.768 0.774 0.00007
15 0.766 0.764 0.765 0.00000
20 0.741 0.752 0.746 0.00005
Persentase Penyisihan rata-rata 25.32
Deviasi rata-rata
0.00020
B.3.3. Pada QL =2 Lpm; Qg = 200 Lpj; Cp0 = 10 ppm; Intensitas Ultrasonik
= 60% (intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl;
t
C/C0 Mean
deviasi
1 2
0 1.000 1.000 1.000 0.00000
3 0.997 0.802 0.899 0.01906
6 0.963 0.718 0.840 0.02982
9 0.844 0.684 0.764 0.01271
12 0.743 0.682 0.712 0.00183
15 0.668 0.677 0.672 0.00003
20 0.587 0.666 0.627 0.00311
Persentase Penyisihan rata-rata 37.280
Deviasi rata-rata
0.00951
(Lanjutan)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011
88
Universitas Indonesia
B.3.4. Pada QL =2 Lpm; Qg = 150 Lpj; Cp0 = 50 ppm; Intensitas Ultrasonik = 60%
(intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl;
t
C/C0 Mean
deviasi
1 2
0 1.000 1.000 1.000 0.00000
3 0.904 0.920 0.912 0.00012
6 0.901 0.915 0.908 0.00009
9 0.888 0.900 0.894 0.00006
12 0.881 0.890 0.885 0.00003
15 0.872 0.880 0.876 0.00003
20 0.855 0.860 0.857 0.00000
Persentase Penyisihan rata-rata 14.222
Deviasi rata-rata
0.00005
B.3.5. Pada QL =2 Lpm; Qg = 250 Lpj; Cp0 = 50 ppm; Intensitas Ultrasonik = 60%
(intensitas tinggi); Jenis Asam = HCl;
t
C/C0 Mean
deviasi
1 2
0 1.000 1.000 1.000 0.00000
3 0.796 0.800 0.798 0.00000
6 0.767 0.750 0.758 0.00014
9 0.751 0.730 0.740 0.00023
12 0.747 0.725 0.736 0.00024
15 0.741 0.720 0.730 0.00023
20 0.741 0.715 0.728 0.00034
Persentase Penyisihan rata-rata 27.193
Deviasi rata-rata
0.00017
(Lanjutan)
Aplikasi statistik..., Annalisia Rudatin, FT UI, 2011