7
Uji Alkaloid Sejumlah sampel dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2 N kemudian diuji dengan tiga peraksi alkaloid yaitu pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, dan perekasi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif jika adanya endapan putih kekuningan untuk pereaksi Meyer, endapan coklat untuk Wagner dan endapan merah jingga untuk pereaksi Dragendorff. Uji Steroid/triterpenoid Sejumlah sampel dilarutkan dalam 2 ml kloroform dalam tabung rekasi yang kering. Lalu 10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat ditambahkan ke dalamnya. Larutan berwarna merah yang terbentuk untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukan reaksi positif. Uji Flavonoid Sejumlah sampel ditambahkan dengan serbuk magnesium sebanyak 0,1 mg dan 0,40 ml amil alkohol dan 4 ml alkohol (campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume yang sama ). Warna merah, kuning, atau jingga yang terbentuk menunjukkan adanya flavonoid. Uji Saponin (Uji busa) Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil selama 30 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes HCL 2 N menunjukkan adanya saponin. Uji Fenol hidrokuinon (Pereaksi FeCl 3 ) Sebanyak 1 gram sampel diekstrak dengan 20 ml etanol 70%. Larutan yang dihasilkan diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl 3 5%. Warna hijau atau hijau biru yang terbentuk menunjukkan adanya senyawa fenol dalam bahan. Uji Molisch Sebanyak 1 ml larutan sampel diberi 2 tetes peraksi Molish dan 1 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Uji positif

Uji Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder

Embed Size (px)

DESCRIPTION

?

Citation preview

Uji Alkaloid

Sejumlah sampel dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2 N kemudian diuji dengan

tiga peraksi alkaloid yaitu pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, dan perekasi Wagner. Hasil uji

dinyatakan positif jika adanya endapan putih kekuningan untuk pereaksi Meyer, endapan coklat

untuk Wagner dan endapan merah jingga untuk pereaksi Dragendorff.

Uji Steroid/triterpenoid

Sejumlah sampel dilarutkan dalam 2 ml kloroform dalam tabung rekasi yang kering. Lalu

10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat ditambahkan ke dalamnya. Larutan berwarna

merah yang terbentuk untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukan

reaksi positif.

Uji Flavonoid

Sejumlah sampel ditambahkan dengan serbuk magnesium sebanyak 0,1 mg dan 0,40 ml

amil alkohol dan 4 ml alkohol (campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume

yang sama ). Warna merah, kuning, atau jingga yang terbentuk menunjukkan adanya flavonoid.

Uji Saponin (Uji busa)

Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil selama 30

menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes HCL 2 N menunjukkan adanya saponin.

Uji Fenol hidrokuinon (Pereaksi FeCl3)

Sebanyak 1 gram sampel diekstrak dengan 20 ml etanol 70%. Larutan yang dihasilkan

diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5%. Warna hijau atau hijau

biru yang terbentuk menunjukkan adanya senyawa fenol dalam bahan.

Uji Molisch

Sebanyak 1 ml larutan sampel diberi 2 tetes peraksi Molish dan 1 ml asam sulfat pekat

melalui dinding tabung. Uji positif yang menunjukkan adanya karbohidrat ditandai terbentuknya

kompleks berwarna ungu diantara 2 lapisan cairan.

Uji Benedict

Larutan sampel sebanyak 8 tetes dimasukkan ke dalam 5 ml pereaksi Benedict.

Campuran dikocok dan dididihkan selama 5 menit. Warna hijau, kuning, atau endapan merah

bata yang terbentuk menunjukkan adanya gula pereduksi.

Uji Biuret

Sebanyak 1 ml larutan sampel ditambahkan 4 ml pereaksi biuret. Campuran dikocok

dengan seksama. Larutan berwarna ungu yang terbentuk menunjukkan hasil uji positif adanya

peptida.

Uji Ninhidrin

Sebanyak 2 ml sampel ditambahkan dengan larutan ninhidrin 0,1%, kemudian

dipanaskan selama 10 menit. Larutan yang berwarna biru menunjukkan hasil positif asam amino.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran

homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agent. Prinsip ekstraksi yang

umum digunakan adalah prinsip atau metode maserasi yang lebih praktis dan tidak terlalu

banyak menggunakan alat. Metode ini menggunakan tiga macam pelarut berdasarkan tingkat

kepolarannya, yaitu kloroform (non polar), etil asetat (semi polar) dan metanol (polar) (Nurjanah

et.al 2012). Metode ekstraksi yang digunakan tergantung dari beberapa faktor, antara lain tujuan

ekstraksi, skala ekstraksi, sifat komponen-komponen dan sifat pelarut. Pelarut yang digunakan

harus dapat melarutkan zat yang diinginkan, mempunyai titik didih yang rendah, murah dan

mudah didapat, tidak toksik dan tidak mudah terbakar (Ketaren 1986).

Hasil metode ekstraksi yang diperoleh saat praktikum adalah rendemen ekstraksi bobot

awal sampel kering sebanyak 20 gram. Pelarut metanol pada botol kosong sebanyak 37,4706

gram, pelarut metanol botol kosong dengan sampel 38,8494 gram. Pelarut etil asetat pada botol

kosong sebanyak 37,3645 gram, pelarut etil asetat botol kosong dengan sampel sebanyak

37,7967 gram. Pelarut kloroform pada botol kosong sebanyak 36,4437 gram, pelarut botol

kosong dengan sampel sebanyak 36,7338 gram. Pelaut polar menghasilkan jumlah ekstraksi

yang lebih banyak. Hasil praktikum disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik rendemen hasil ekstraksi dengan tiga pelarut yang berbeda Uji Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui komponen bioaktif yang terdapat pada suatu

bahan (Tohir 2010). Uji fitokimia itu sendiri terdiri dari uji alkaloid, steroid, flavonoid, saponin,

fenol hidrukuinon, molisch, benedict, ninhidrin dan biuret. Uji fitokimia dilakukan pada

tumbuhan genjer disajikan pada tabel 1 lampiran.

Hasil praktikum yang diperoleh dari uji fitokimia menunjukkan bahwa hasil positif

terdapat pada uji alkaloid dengan pereaksi Wagner, steroid, flavonoid, fenol hidrokuinon kecuali

kloroform, molish dan benedict. Hasil uji negatif atau yang tidak terdeteksi terdapat pada uji

alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, Meyer, saponin, dan fenol hidrokuinon pada kloroform.

Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari

segi jumlahnya maupun sebarannya. Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan

sebagai senyawa senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuan

dan hewan. Harborne dan Turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid

yang memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang bersifat

basa, yan mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Hasil uji alkaloid menunjukkan bahwa

tanaman genjer mengandung senyawa alkaloid dengan menggunakan pereaksi Wagner yang

menghasilkan endapan coklat.

Steroid/Triterpenoid

Adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar

siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa senyawa ini

mempunyai efek fisiologis tertentu. Senyawa ini memiliki beberapa kegunaan bagi tumbuhan

yaitu sebagai pengatur pertumbuhan (seskuitertenoid abisin dan giberelin), karotenoid sebagai

pewarna dan memiliki peran dalam membentu proses fotosintesis. Kegunaannya dalam bidang

farmasi yaitu biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat (Tohir 2010). Hasil

praktikum menunjukkan bahwa tanaman genjer positif mengandung steroid karena terjadi proses

perubahan warna pada uji ini dari warna merah menjadi warna hijau kebiruan. Hasil yang

didapat tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rusydi (2010). Menurut Ruysdi (2010)

genjer tidak mengandung steroid/triterpenoid. Adanya perbedaan hasil yang didapat disebabkan

oleh habitat, umur tanaman dan makanan yang didapat oleh tumbuhan .

Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan

di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru. Dan sebagai zat

warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar flavonoid yang terdapat

pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang

sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri

dari flavonoid yang berbeda kelas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna

merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yan tak berwarna. Flavonoid dapat

digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam macam bioakitfitas seperti antiinflamasi,

membantu memaksimalkan fungsi vitamin C, mencegah keropos tulang, sebagai antibiotic,

antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant dan diuretic. Hasil praktikum

menunjukkan bahwa tanaman genjer mengandung senyawa flavonoid ditandai dengan adanya

lapisan amil alkohol pada saat pengujian, namun pada penelitian terhadap tanaman genjer

dengan metode ekstraksi bertingkat senyawa flavonoid hanya di temukan pada ekstraksi pelarut

non polar.

Saponin

Merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula

dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula

(glikon) dan non-gula (aglikon) serta busa. Saponin ini terdiri dari dua kelompok :

Saponintriterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia,

salah satunya terdapat dalam perak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan

sebagai shampoo.Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi. (Tohir

2010). Hasil praktikum menunjukkan bahwa genjer tidak mengandung saponin maka tidak ada

busa yang dihasilkan. Hal ini mengindikasikan bahwa genjer aman untuk dikonsumsi.

Fenol hidrokuinon

Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai ciri sama

yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Kuinon adalah senyawa

berwarna dan mempunyai kromofor kasar. Identifikasi hasil positif senyawa ini yaitu adanya

perubahan warna larutan menjadi merah, violet, atau merah-ungu (Harbourne 1987). Hasil

praktikum menunjukkan bahwa ekstrak tanaman genjer dengan pelarut etil asetat dan metanol

menghasilkan warna hijau kebiruan, hal ini mengindikasikan bahwa tanaman genjer

mengandung senyawa fenol. Ekstrak tanaman genjer dengan pelarut kloroform menghasilkan

hasil yang negatif. Artinya pada bahan ini tidak mengandung senyawa fenol. Hasil percobaan

seharusnya menunjukkan positif mengandung fenol , hal ini disebabkan kesalahan yang terjadi

pada saat praktikum karena bahan yang digunakan terlalu sedikit sehingga hasil yang dicapai pun

tidak terlalu akurat.

Molisch dan Benedict

Uji Molisch dan Benedict dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya gula pereduksi.

Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan

maltosa. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid

dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton (Lehniger 1982). Hasil uji Molish menunjukkan

bahwa tanaman genjer mengandung karbohidrat karena ditandai dengan terbentuknya kompleks

berwarna ungu diantara dua lapisan cairan.

Biuret dan Ninhidrin

Uji biuret dan ninhidrin dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya protein dalam

bahan. Ninhidrin beraksi dengan asam amino bebas da protein menghasilkan warna biru. Reaksi

ini termasuk yang paling umum dilakukan untuk analisis kualitatif protein dan produk hasil

hidrolisisnya. Reaksi ninhidrin dapat pula dilakukan terhadap urin untuk mengetahui adanya

asam amino atau untuk mengetahui adanya pelepasan protein oleh cairan tubuh (Santoso 2008).

Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul

urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau

ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau

violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam

amino bebas atau dipeptida. . Hasil uji biuret dan ninhidrin menunjukkan bahwa tanaman genjer

positif mengandung protein dengan ditandai terbentuknya warna ungu pada uji biuret dan warna

biru pada uji ninhidrin.