Upload
edwinda-desy-ratu
View
93
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah sistem urinaria
Citation preview
Gangguan Reabsorbsi Ginjal
Edwinda Desy Ratu
102010229
Kelompok C1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no.
2011
PENDAHULUAN
Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan
konsentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal. Kelangsungan hidup
sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat sisa metabolism toksik dan
dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi demi kelangsungan hidupnya. Ginjal
berperan penting dalam mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak
konstituen plasma, terutama elektrolit dan air, dan dengan mengeliminasi semua zat sisa
metabolism (kecuali CO2, yang dikeluarkan oleh paru). Sewaktu difiltrasi secara berulang-ulang
oleh ginjal, plasma mempertahankan konstituen-konstituen yang bermanfaat bagi tubuh dan
mengeliminasi bahan-bahan yang tidak diperlukan atau berlebihan di urin.[1]
Beberapa kandungan pada filtrat yang masih dibutuhkan oleh tubuh direabsorbsi
kembali masuk ke dalam tubuh. Sisanya yang tidak dibutuhkan akan dikeluarkan dari tubuh
menjadi urin. Pada proses inilah kerap terjadi kesalahan proses reabsorbsi, sehingga pada urin
1
ditemukan adanya bahan yang seharusnya tidak ada pada urin. Hal ini kadang menjadi
pendeteksi dini adanya gangguan pada ginjal.
STRUKTUR MAKROSKOPIS GINJAL
Ginjal
Kedua ren berfungsi mensekresikan sebagian besar produk sisa metabolisme. Ren
mempunyai peran penting mengatur keseimbangan air dan elektrolit di dalam tubuh dan
mempertahankan keseimbangan asam basa darah. Produk sisa meninggalkan ren sebagai urine
yang mengalir ke bawah di dalam ureter menuju ke vesica urinaria (kandung kemih) yang
terletak di dalam pelvis. Urine keluar dari tubuh melalui urethra. [2]
Gambar 1. Ginjal [3]
Lokasi dan Deskripsi
Ren merupakan organ retroperitoneal. Organ seperti ginjal terletak di antara peritoneum
parietal dan dinding posterior abdominal dan peritoneum parietal hanya menyelimuti
permukaan anterior dan sering dilingkupi banyak jaringan lemak. Ren berwarna coklat
kemerahan dan terletak di belakang peritoneum, pada bagian belakang rongga abdomen, tinggi
pada dinding posterior abdomen di samping kanan dan kiri columna vertebralis, mulai dari
vertebra thoracalis kedua belas (T12) sampai vertebra lumbalis ketiga (L3), dan sebagian besar
2
tertutup oleh arcus costalis. Ren dextra terletak sedikit lebih rendah daripada ren sinistra
karena adanya lobus hepatis dextra yang besar. Bila diaphragm berkontraksi pada waktu
respirasi, kedua ren turun ke arah vertikal sampai sejauh 1 inchi (2,5 cm) (Gambar 2). Pada
kedua margo medialis ren yang cekung terdapat celah vertikal yang dibatasi oleh pinggir-pinggir
substansi ren yang tebal dan disebut hilum renale. Hilum renale meluas ke suatu ruangan yang
besar disebut sinus renalis. Hilum renale dilalui dari epan dan belakang oleh vena renalis, dua
cabang arteri renalis, ureter, dan cabang ketiga arteri renalis. Pembuluh-pembuluh limfatik dan
serabut-serabut simpatis juga melalui hilum ini. [2,4]
Gambar 2. Gerakan ren saat inspirasi [3]
Selubung Ren [5]
Urutan dari luar hingga dalam (rongga tubuh hingga bagian korteks): Korpus adiposum
pararenale Fascia renalis Kapsula adiposa Capsula fibrosa/renalis
1) Capsula fibrosa; meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ren)
2) Capsula adipose; meliputi capsula fibrosa.
3) Fascia renalis; merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak di luar capsula adiposa
serta meliputi ren dan glandula suprarenalis. Di lateral fascia ini melanjutkan diri sebagai
fascia transversalis.
4) Corpus adiposum pararenale; terletak di luar fascia renalis dan sering didapatkan dalam
jumlah besar. Corpus adiposum pararenal membentuk sebagian lemak retroperitoneal.
Capsula adipose, fascia renalis, dan corpus adiposus pararenale menyokong dan
memfiksasi ren pada posisinya di dinding posterior abdomen.
3
Struktur Ren [5]
1) Korteks renalis, bagian paling luar pada ginjal. Bagian korteks yang menekan masuk
kedalam bagian medula disebut kolumna renalis.
2) Medula renalis, bagian dalam ginjal. Terdiri atas piramida renalis bagian dasarnya (basis)
menghadap korteks dan bagian puncaknya (apex) menghadap hilus. Garis-garis yang
memanjang pada piramida renalis disebut radii renalis.
3) Hilus renalis, yaitu tempat masuknya (dari depan belakang) “VAUA”:
V. Renalis
R. Anterior A. Renalis
Ureter
R. Posterior A. Renalis
4) Pelvis Renalis, yaitu pelebaran dari ureter yang memasuki ginjal melalui hilus.
Percabangannya adalah sebagai berikut:
Pelvis Renalis Kaliks Mayor Kaliks Minor Papila Renalis yang bersambungan pada
apex piramida renalis.
Tabel Hubungan Ren dengan Organ Lain (Gambar 3 A+B) [6]
Posisi Ren Dextra Ren Sinistra
Ant.
Glandula Suprarenalis Glandula Suprarenalis
Hepar Lien
Pars Desendens Duodenum Gaster
Fleksura coli dextra Pankreas
Fleksura coli Sinistra
Lengkung-lengkung jejunum
Post. Diafragma Diafragma
Recessus
Costodiaphragmaticus
Recessus
Costodiaphragmaticus
Costa XII Costa XI dan XII
M. Psoas Major M. Psoas Major
4
M. Quadratus Lumborum M. Quadratus Lumborum
M. Transversus Abdominis M. Transversus Abdominis
Penyi-
langan
(Post.)
AVN. Subcostalis (NVTXII)
N. Iliohipogastricus (NVTLI)
N. Ilioinguinalis (NVTLI)
5
Gambar 3. Posisi Organ-organ yang Bersinggungan dengan
Ginjal. A. Bagian Anterior. B. Bagian Posterior [7]
Vaskularisasi
Urutan vaskularisasi:
Arteri renalis A. segmentalis A. lobares A. Interlobares A. arcuatae A.
interlobularis Arteriole aferen Glomerulus.[5] (Gambar 4)
Gambar 4. Vaskularisasi ren [3]
6
Sumber utama adalah A. Renalis dextra et sinistra yang memperdarahi masing-masing
satu ren dextra dan ren sinistra. A. Renalis akan bercabang menjadi lima arteriae segmentalis,
dengan pembagian empat di bagian anterior dan satu di posterior. Arteriae segmentalis ini
memperdarahi bagian-bagian ren yang berbeda, dibagi menjadi lima bagian, yaitu apikal,
superior, medial, inferior, dan posterior. [1]
Selain dari A. segmentalis, ada juga cabang A. renalis yang tidak masuk ke hilum dan
bermuara ke bagian superior ginjal dan glandula suprarenalis, yang masing-masing adalah a.
kapsularis superior dan a. suprarenalis inferior. A. inguinalis juga memiliki cabang yang
bermuara ke bagian inferior ginjal, yaitu a. kapsularis inferior. Vena keluar dari hilum didepan a.
renalis ke vena kava inferior. Untuk limfa Nodi aortici laterales berada di sekitar pangkal a.
renalis.[1]
Persarafan
Berasal dari serabut pleksus renalis. Serabut-serabut aferen dari plexus renalis masuk ke
medulla spinalis melalui NVTX, XI, dan XII.[1]
Ureter
Lokasi dan Deskripsi
Ureter merupakan saluran muscular yang membentang dari ginjal sampai ke facies
posterior vesica urinaria. Ureter memasuki cavitas pelvis dengan menyilang bifurcation ateri
iliaca communis di depan articulation sacroiliaca. Selanjutnya masing-masing ureter berjalan ke
bawah pada dinding lateral pelvis di depan arteria iliaca interna ke regio spina ischiadica dan
berbelok ke depan untuk masuk sudut lateral vesica urinaria. Dekat bagian terminal, ureter
disilang oleh ductus deferens. Ureter berjalan miring menembus dinding vesica urinaria sekitar
¾ inchi (1.9 cm) sebelum bermuara ke dalam vesica urinaria.[1]
Dibagi menjadi tiga: pars abdominalis, pars pelvik, dan pars intravesikalis. Panjang
sekitar 25-30 cm dan berjalan dari hilus menuju vesika urinaria. Dilapisi lapisan muskularis
7
sehingga memiliki gerakan peristaltik, yang membuatnya dapat dikenali saat pembedahan
karena berdenyut. Sel mukosanya terbentuk dari epitel transisional.[1,7]
Perjalanan Ureter [1,7]
1) Lurus sepanjang medial m. psoas mayor di posterior dan menempel di peritoneum pada
bagian anterior menuju kebawah
2) Menyilang bifurkasio iliaka komunis ke arah spina ischiadica disepanjang dinding lateral
pelvis
3) Menyilang kedepan-medial pada spina ischiadica memasuki kandung kemih
4) Khusus : Untuk pria, ureter menyilang superfisial didekat ujungnya di atas vas deferens;
untuk wanita, ureter lewat di atas forniks lateral vagina namun di bawah ligamentum
kardinale dan pembuluh darah uterina.
Penyempitan
Ureter mempunyai tiga penyempitan yaitu:[1]
1) Di tempat pelvis renalis bergabung dengan ureter di dalam abdomen
2) Di tempat ureter menekuk pada waktu menyilang aperture pelvis superior untuk masuk ke
dalam pelvis
3) Di tempat ureter menembus dinding vesica urinaria.
Tabel hubungan dengan organ lain [1]
Posisi Ureter dexter Ureter Sinistra
Ant. Duodenum Kolon sigmoid
Pars terminalis ileum Mesokolon sigmoideum
AV Colica dextra AV colica sinistra
AV iliocolica
AV testicularis atau
ovarica
dextra
AV testicularis atau
8
ovarica dextra
Radix mesenterii
intestinum
tenue
Post. M. Psoas mayor dextra M. Psoas mayor sinistra
Catatan: M. Psoas mayor memisahkan kedua ureter dari processus transversus vertebra
lumbalis dan bifurcatio arteria iliaka komunis.
Vaskularisasi [1,7]
1) Ureter Atas : Cabang langsung dari aorta, A. renalis, dan A. gonadal
2) Ureter Bawah : Cabang a. iliaka interna dan a. vesikalis inferior
3) Aliran limf : Nodi aortici laterales dan nodi iliaci
Gambar 5. Vaskularisasi ureter 8
Persarafan
Plexus renalis, testicularis, dan plexus hypogastricus (di dalam pelvis). Serabut-serabut
aferen dan simpatis memasuki medulla spinalis setinggi NVLI-II.[1]
9
Vesika Urinaria
Lokasi dan Deskripsi
Terletak tepat di belakang pubis di dalam cavitas pelvis. Kapasitas maksimumnya untuk
menyimpan urin kurang lebih 500ml. vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat.
Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin yang ada di dalamnya.
Vesica urinaria yang kosong pada orang dewasa seluruhnya terletak di dalam pelvis, bila vesica
urinaria terisi dinding atasnya terangkat sampai masuk region hypogastricum.[1]
Vesica urinaria yang kosong berbentuk pyramid, mempunyai apex, basis dan sebuah facies
superior serta dua buah facies interolateralis juga mempunyai collum.
1) Apex vesicae mengarah ke depan dan terletak di belakang pinggir atas symphysis pubica.
Apex vesicae dihubungkan dengan umbilicus oleh ligamentum umbilicale medianum (sisa
urachus).
2) Basis atau facies posterior vesicae menghada ke posterior dan berbentuk segitiga. Sudut
superolateralis merupakan muara ureter dan sudut inferior merupakan tempat asal urethra.
Kedua ductus deferens terletak berdampingan di facies posterior vesicae dan memisahkan
vesicula seminalis atau dengan yang lain.
3) Collum vesicae berada di inferior dan terletak pada facies superior prostatae. Collum
vesicae dipertahankan pada tempatnya oleh ligamentum puboprostaticum pada laki-laki
dan ligamentum pubovesicale pada perempuan. Kedua ligamentum ini merupakan
penebalan fascia pelvis.
4) Bila vesica urinaria terisi, posisi facies posterior dan collum vesicae relatif tetap, tetapi facies
superior vesicae naik ke atas masuk ke dalam cavitas abdominalis.
Tunica mucosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica urinaria yang kosong dan lipatan
tersebut akan menghilang bila vesica urinaria terisi penuh. Area tunica mucosa yang meliputi
permukaan dalam basis vesica urinaria dinamakan trigonum vesicae Liutaudi. Sudut superior
trigonum ini merupakan tempat muara ureter dan sudut inferiornya merupakan ostium
urethrae internum. Ureter menembus dinding vesica urinaria secara miring dan keadaan ini
10
yang membuat fungsinya seperti katup yang mencegah aliran balik urin ke ginjal pada waktu
vesica urinaria terisi. [1]
Tunica muskularis vesica urinaria terdiri atas otot polos yang tersusun dalam tiga lapisan
yang saling berhubungan yang disebut musculus detrusor vesicae. Pada collum vesicae
komponen sirkular dari lapisan otot ini menebal membentuk musculus sphincter vesicae.[1]
A
B
Gambar 6. Vesika Urinaria. A. Posisinya pada daerah pelvis. B. Gambaran vesika urinaria, aspek
anterior. [8]
11
Gambar 10. Vesika Urinaria dan uretra pada pria. A. Penampangan lengkap. B. Potongan vesika
urinaria untuk memperlihatkan daerah trigonum. [8]
Perbatasan
Bagian atas facies posterior vesicae diliputi oleh peritoneum, yang membentuk dinding
anterior excavation rectovesicalis. Bagian bawah facies posterior dipisahkan dari rectum oleh
ductus deferens, vesicular seminalis, dan fascia rectovesicalis.
Facies superior diliputi peritoneum dan berbatsan dengan lengkung ileum atau colon
sigmoideum. Sepanjang pinggir lateral permukaan ini peritoneum melipat ke dinding lateral
pelvis.
Facies lnterolateralis di bagian depan berbatasan dengan bantalan lemak retropubica dan
pubis. Lebih ke posterior, facies tersebut berbatasan di atas dengan musculus obturatorius
internus dan di bawah dengan musculus levator ani. [1]
12
Vaskularisasi [7]
1) A. iliaka externa: Aa. Vesikalis superior et inferior
2) V. iliaka interior: V. vesikalis membentuk pleksus
Persarafan [7]
1) Parasimpatis eferen (NVS 2-4) : Membawa serabut inhibitor ke sfingter interna untuk
mengatur miksi
2) Simpatis eferen : Menghambat detrusor dan stimulasi sfingter.
Uretra
Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing menyambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.10
Ureter mempunyai membran mukosa yang dilapisi dengan epitel kuboid dan dinding
otot yang tebal. Urin disemprotkan ke bawah ureter oleh gelombang peristaltik, yang terjadi
sekitar 1-4 kali per menit dan urin memasuki kandung kemih dalam bentuk pancaran.[2]
Uretra pada pria (urethra maculina) [1]
Urethra masculina panjangnya sekitar 8 inchi (20 cm) dan terbentang dari collum vesicae
urinaria sampai osteum urethra externum pada glans penis. Urethra masculine dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu:3
1) Urethra pars prostatica
Panjangnya 1 ¼ inchi (3 cm) dan berjalan melalui prostat dari basis sampai apexnya.
Bagian ini merupakan bagian yang paling lebar dan yang paling dapat dilebarkan dari
urethra.
13
2) Urethra pars membranacea.
Panjangnya sekitar ½ inchi (1,25 cm). terletak di dalam diaphragma urogenitale, dan
dikelilingi oleh musculus sphincter urethrae. Bagian ini merupakan bagian urethra yang
paling tidak bisa dilebarkan.
3) Urethra pars spongiosa
Panjangnya sekitar 6 inchi (15,75 cm) dan dibungkus di dalam bulbus dan corpus
spongiosum penis. Ostium urethrae externum merupakan bagian yang tersempit dari
seluruh urethra. Bagian urethra yang terletak di dalam glans penis melebar membentuk
fossa naviculares (fossa terminalis). Glandula bulbourethralis bermuara ke dalam urethra
pars spongiosa distal dari diaphragm urogenitale.
Uretra pada wanita (urethra feminimia)
Panjang urethra feminimia kurang lebih 1 ½ inchi (3,8 cm). urethra terbentang dari
column vesicae urinaria samapi ostium urethrae externum yang bermuara ke dalam vestibulum
sekitar 1 inchi (2,5 cm) distal dari clitoris. Urethra menembus musculus sphincter urethrae dan
terletak tepat di depan vagina. Di samping ostium urethrae externum terdapat muara kecil ari
ductus glandula paraurethralis. Urethra dapat dilebarkan dengan mudah.
STRUKTUR MIKROSOPIS GINJAL DAN VESIKA URINARIA[9]
Ginjal tebungkus dalam kapsula jaringan lemak dann kapsula jaringa ikat kolagen. Organ
ini terdiri atas bagian korteks dan medulla yang satu sama lain tidak dibatasi oleh jaringan
pembatas khusus, namun kedua bagian itu mudah dikenali meskipun bagian medulla ada yang
menjorok masuk ke korteks dan bagian korteks ada yang diapit olek bagia medulla. Yang khas,
bagian korteks mempunyai korpus malphigi sdangkan bagian medulla hanya terdiri atas saluran
saja.
14
Ginjal (Ren)
Glomerolus ginjal (korteks malphigi), bangunan ini bentuknya khas, bulat dengan warna
lebih gelap dari pada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat. Permukaan luarnya
diliputi epitel selapis gepeng yang disebut kapsula bowman pars parietalis. Kadang ditemukan
tautan antara kapsula bowman pars parietalis dengan tubulus kontortus proksima yang
membentuk polus tobularis. Di bawah kapsula bowman pars parietalis terdapat ruang kosong
yang dalam keadaan hidup terisi cairan ultrafiltrat (urin primer). Pada sisi yang berlawanan
dengan polus tobularis terdapat polus vaskularis, tempat masuk dan keluarnya arteriol pada
glomerolus. Arteriol yang masuk disebut vasa aferen, yang kemudian bercabang-cabang ,enjadi
sejumlah kapiler yang bergelung-gelung membentuk glomerolus. Pembuluh kapiler tadi
sebenanrnya diliputi oleh podosit yang merupakan kapsula bowman pars viseralis. Dengan
mikroskop cahaya biasanya sulit membedakan sel endotel kapiler dari podosit. Semua
pembuluh kapiler tadi kemudian menjadi satu lagi membentuk arteriol yang selanjutnya keluar
dari glomerolus dan disebut vasa eferen yang berupa suatu arteriol.
Pada beberapa glomerolus dapat dibedakan vasa aferen dari vasa eferen karena
kebetulan terpotong pada apparatus juxta glomerularis. Bangunan ini terdiri atas macula densa
dan sel juxta glomerularis. Vasa aferen ikut membentuk bangunan ini karena sel juxta
glomerularis sebenarnya merupakan sel otot polos dinding vasa aferen di dekat glomerolus
yang berubah sifatnya menjadi sel epiteloid. Sel-sel tersebut tampak jernih dan kadang-kadang
di dalam sitoplasmanya terdapat granula. Di tempat ini arteriol tidak mempunyai tunika elastika
interna.
Tubulus Kontortus Proximal
Saluran ini selalu terpotong dalam berbagai bidang karena jalannya berkelok-kelok.
Dindingnya terdiri atas selapis sel kuboid dengan batas-batas sel yang sukar dilihat. Initnya
bulat, biru dan biasanya terletak agak berjauhan dengan inti sel di sebelahnya. Sitoplasma
berwarna asidofil. Dinding lateral sel tidak jelas. Permukaan sel yang mengahadap lumen
mempunyai brusuh border.
15
Tubulus Kontortus Distal
Seperti yang proksimal , saluran ini selalu terpotong dalam berbagai bidang potong.
Dindingnya terdiri atas selapis sel kuboid yang batas antar selnya agak lebih jelas dibanding
yang proksimal. Inti sel bulat, berwarna biru, tetapi bila diperhatikan, jarak antara inti sel
disebelahnya agak berdekatan satu sama lain. Sitoplasmanya berwarna basofil dan permukaan
sel yang menghadap lumen tidak mempunyai brush border.
Arteri dan Vena Interlobularis
Pembuluh ini disebut juga a/v intralobularis atau a/v kortikalis radiata. Kedua pembuluh
ini sering terlihat berjalan berdampingan dan tergolong arteriol dan venula. Bergantung pada
arah potongannya, kedua pembuluh ini dapat tergolong melintang atau memanjang, tetapi
selalu berada di dalam jaringan korteks ginjal.
Pada daerah yang berbatasan dengan jaringan medulla (pyramid) pada beberapa sajian
dapat ditemukan a/v arkuata yang tergolong arteriol dan venula yang lebih besar dari pada a/v
interlobularis.
Medulla Ginjal
Jaringan medulla ginjal hanya terdiri atas saluran-saluran yang kurang lebih berjalan
lurus. Jaringan medulla ada juga yang menjorok masuk ke dalam korteks. Di dalam korteks
ginjal jaringan medulla ini membentuk berkas-berkas yang disebut processus ferreini. Di dalam
berkas ini terdapat sekelompok saluran yang gambarnya berbeda dari saluran yang ada di
dalam jaringan korteks. Jika berkas itu terpotong melintang biasanya tampak sejumlah saluran
lumennya lebih kecil dan dindingnya pun lebih tipis.
Di dalam jaringan medulla ginjal, yang terdapat pada processus ferreini maupun pada
pyramid dapat dipelajari saluran-saluran urine sebagai berikut:
- Ansa henle segmen tebal naik (pars asenden). Gambarannya mirip tubulus kontortus
distal, tetapi garis tengahnya lebih kecil.
16
- Ansa henle segmen tipis. Gambarannya mirip pembuluh kapiler darah, tetapi epitelnya
meskipun hanya terdiri atas selapis sel gepeng, sedikit lebih tebal sehingga
sitoplasmanya lebih jelas terlihat, selain itu lumennya tampak kosong.
- Ansa henle segmen tebal turun (pars desensen). Gambarannya mirip tubulus kontortus
proksimal, tetapi diameternya lebih kecil.
- Duktus koligens. Gambarnya mitip tubulus kontortus distal tetapi dinding sel epitelnya
jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat.
Jaringan medulla yang terdapat di dalam pyramid gambarannya sama dengan yang terdapat
dalam processus ferreini. Tetapi makin dekat ke papilla renis, saluran-saluran yang ada di
dalamnya tampak berdiameter lebih besar, dindingnya dilapisi epitel kubis tinggi selapis
sampai torak dan disebut duktus papilaris bellini. Saluran yang terakihir ini bermuara ke
dalam kaliks minor.
Ureter
Mukosa ureter dilapisi oleh peitel transisional dengan jaringan ikat jarang yang
membentuk lamina propria di bawahnya. Tunika muskularisnya terdiri atas tiga lapisan
jaringan otot polos yaitu:
- Lapis otot longitudinal (dalam)
- Lapis otot sirkular (tengah)
- Lapis otot longitudinal (luar)
Tunika adventisia merupakan jaringan ikat jarang
Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Mukosa vesika urinaria dilapisi epitel transisional dengan jaringan ikat jarang yang
membentuk lamina propria di bawahnya.
Tunika muskularis terdiri atas berkas-berkas otot polos yang tersusun berlapis-lapis yang
arahnya tidak membentuk aturan tertentu, sehingga dalam sajian terlihat berkas otot polos
17
yang terpotong dalam berbagai arah. Di antar berkas-berkas ini terdapat jaringan ikat
jarang.
Tunika advetisia terdiri atas jaringan ikat jarang yang sebagian diliputi oleh peritoneum
dan disebut tunika serosa.
MEKANISME KERJA GINJAL
Filtrasi
Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan melalui kapiler
glomerulus ke dalam kapsula Bowman. Seperti kebanyakan kapiler, kapiler glomerulus juga
relative impermeable terhadap protein, sehingga cairan hasil filtrasi (disebut filtrate
glomerulus) pada dasarnya bersifat bebas protein dan tidak mengandung elemen seluler
termasuk sel darah.[10]
Cairan yang difiltrasi ke dalam glomerulus ke dalam kapsul Bowman harus melewati tiga
lapisan yang membentuk membrane glomerulus: (1) dinding kapiler glomerulus, (2) lapisan
gelatinosa aseluler yang dikenal sebagai membrane basal (basement membrane), dan (3)
lapisan dalam kapsul Bowman. Secara kolektif, ketiga lapisan ini berfungsi sebagai saringan
molekul halus yang menahan sel darah merah dan protein plasma, tetapi melewatkan H2O dan
zat terlarut lain yang ukuran molekulernya cukup kecil.
Dinding kapiler glomerulus yang terdiri dari selapis sel endotel gepeng, memiliki lubang-
lubang dengan banyak pori-pori besar, atau fenestra, yang membuat seratus kali lebih
permeable terhadap H2O dan zat terlarut dibandingkan kapiler di tempat lain. Membrane basal
terdiri dari glikoprotein dan kolagen, glikoprotein bermuatan sangat negative dan yang akan
menolak albumin dan protein plasma lain, karena yang terakhir juga bermuatan negative.
Dengan demikian, protein plasma hampir seluruhnya tidak dapat difiltrasi, dan kurang dari 1%
molekul albumin yang berhasil lolos untuk masuk ke kapsul Bowman.[11,12]
Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat suatu gaya yang mendorong
sebagian plasma dalam glomerulus menembus lubang-lubang membrane glomerulus. Dalam
18
perpindahan cairan dari plasma menembus membrane glomerulus menuju kapsul Bowman
tidak terdapat mekanisme transport aktif atau pemakaian energy local. Filtrasi glomerulus
disebabkan oleh adanya gaya-gaya fisik pasif yang serupa dengan gaya-gaya yang terdapat di
kapiler bagian tubuh lainnya. Karena glomerulus merupakan suatu kapiler, prinsip-prinsip
dinamika cairan yang mendasari ultrafiltrasi melintasi kapiler lain juga berlaku, kecuali dua
perbedaan penting: (1) kapiler glomerulus jauh lebih permeable dibandingkan dengan kapiler di
tempat lain, sehingga untuk tekanan filtrasi yang sama lebih banyak cairan yang difiltrasi, dan
(2) keseimbangan gaya-gaya di kedua sisi membrane glomerulus adalah sedemikian rupa,
sehingga filtrasi berlangsung dikeseluruhan panjang kapiler. Sebaliknya, keseimbangan gaya-
gaya di kapiler lain bergeser, sehingga filtrasi berlangsung di bagian awal pembuluh tetapi
menjelang akhir terjadi reabsorpsi.[13]
Terdapat tiga gaya fisik yang terlibat dalam filtrasi glomerulus: (1) tekanan darah kapiler
glomerulus, (2) tekanan osmotic koloid plasma, dan (3) tekanan hidrostatik kapsul Bowman.
Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di
dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini bergantung pada kontraksi jantung (sumber energy yang
menghasilkan filtrasi glomerulus) dan resistensi arteriol aferen dan eferen terhadap aliran
darah. Tekanan di kapiler glomerulus lebih tinggi daripada tekanan di jaringan kapiler lainnya
karena adanya arteriol aferen yang merupakan cabang yang pendek dan lurus dari arteri
interlobularis. Selain itu, pembuluh darah setelah glomerulus, yaitu arteriol eferen, memiliki
tahanan yang relative tinggi. Tekanan hidrostatik kapiler dilawan oleh tekanan hidrostatik
kapsul Bowman. Selain itu, tekanan hidrostatik kapiler juga dilawa oleh perbedaan tekanan
osmotic di dalam dan di luar kapiler glomerulus (πGC-πT). Pada keadaan normal, пT dapat
diabaikan sehingga perbedaan tekanan osmotic ini pada dasarnya sama dengan tekanan
onkotik protein plasma.
Tekanan osmotic koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi protein-protein plasma yang
tidak seimbang di kedua sisi membrane glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi, protein-
protein plasma terdapat di kapiler glomerulus tetapi tidak ditemukan di kapsul Bowman.
Dengan demikian, konsentrasi H2O di kapsul Bowman lebih tinggi daripada konsentrasinya di
kapiler glomerulus. Akibatnya adalah kecenderungan H2O untuk berpindah secara osmotik
19
mengikuti penurunan gradient konsentrasinya dari kapsul Bowman ke kapiler glomerulus
melawan filtrasi glomerulus.
Cairan di dalam kapsul Bowman menimbulkan tekanan hidrostatik (cairan). Tekanan ini,
yang cenderung mendorong cairan keluar dari kapsul Bowman, melawan filtrasi cairan dari
glomerulus ke dalam kapsul Bowman.
Daya yang mendorong filtrasi (mmHg)
Tekanan hidrostatik glomerulus 60
Tekanan osmotic koloid di kapsul Bowman 0
Daya yang melawan filtrasi (mmHg)
Tekanan hidrostatik di kapsul Bowman 18
Tekanan osmotic koloid di kapiler glomerulus 32
Tekanan filtrasi akhir = 60-18-32 = 10 mmHg
Perbedaan netto yang mendorong filtrasi (tekanan 10 mmHg) disebut sebagai tekanan
filtrasi netto. Tekanan ringan ini merupakan penyebab berpindahnya sejumlah besar cairan dari
darah menembus membrane glomerulus yang sangat permeable.
Laju filtrasi sebenarnya, yaitu laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate,
GFR).GFR dapat diukur pada manusia dan hewan percobaan hidup dengan cara mengukur
eksresi dan kadar plasma suatu zat yang difiltrasi bebas oleh glomerulus serta tidak diseksresi
atau direabsorpsi oleh tubulus. Kadar zat tersebut di urin dalam satuan waktu tertentu
dihasilkan oleh filtrasi sejumlah plasma (millimeter) yang mengandung zat dengan kadar yang
sama. Jadi, apabila zat tersebut disebut zat X, GFR setara dengan kadar zat X dalam urin (U x)
dikalikan urin per satuan waktu (V) dibagi oleh kadar zat X dalam plasma darah arteri (P x), atau
UxV/Px. Nilai ini disebut bersihan (clearance) zat X (Cx).
GFR bergantung tidak saja pada tekanan filtrasi netto, tetapi juga pada seberapa luas
permukaan glomerulus yang tersedia untuk penetrasi dan seberapa permeabelnya membrane
glomerulus (yaitu seberapa tingkat “kebocoran”-nya). Sifat-sifat membrane glomerulus ini
secara kolektif disebut sebagai koefisien filtrasi (Kf). Dengan demikian:
20
GFR = Kf х tekanan filtrasi netto
Dalam keadaan normal, sekitar 20% plasma yang masuk ke glomerulus difiltrasi dengan
tekanan filtrasi netto 10 mmHg, menghasilkan secara kolektif melalui semua glomerulus 180
liter filtrate glomerulus setiap hari untuk GFR rata-rata 125 ml/menit pada pria dan 160 liter
filtrate per hari untuk GFR 115 ml/menit pada wanita.
Reabsorpsi
Sewaktu filtrate glomerulus memasuki tubulus ginjal filtrate ini mengalir bagian-bagian
tubulus secara berurutan –tubulus proksimalis, ansa Henle, tubulus distal, tubulus koligentes,
dan akhirnya duktus koligentes- sebelum diekskresikan sebagai urin.[10]
Beberapa zat seperti glukosa dan asam amino, direabsorbsi hampir disemua tubulus.
Sehingga kecepatan ekskresi urin zat tersebut nol. Banyak ion dalam plasma seperti natrium,
klorida, dan bikarbonat, juga sangat direabsorbsi, tetapi kecepatan reabsorbsi dan ekskresi
urinnya bergantung dengan keadaan tubuh. Sebaliknya produk buangan seperti ureum dan
kreatinin sulit direabsorbsi di tubulus sehingga diekskresi dalam jumlah yang besar.
Bila suatu zat yang akan direabsorbsi, (1) melintasi membrane epitel tubulus ke dalam
cairan interstisial ginjal dan kemudian (2) melalui membrane kapiler peritubulus kembali ke
pembuluh darah. Sehingga reabsorsi air dan zat terlarut melipti serangkaian langkah transport
(Gambar 12). Reabsorbsi melalui epitel tubulus ke dalam cairan interstisial meliputi transport
aktif atau pasif dengan mekanisme dasar. Sebagai contoh, air dan zat terlarut dapat ditranspor
melalui membrane sel nya sendiri (jalur trans-seluler) atau melalui ruang sambungan antara sel
(jalur paraseluler). Kemudian air dan zat terlarut ditranspor melalui dinding kapiler ke dalam
darah melalui ultrafiltrasi yang diperantarai oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic
koloid.12
Reabsorsi di sepanjang nefron
1) Tubulus proksimal
21
Pada pertengahan pertama tubulus proksima, natrium direabsorbsi dengan cara ko-
transpor bersama-sama dengan glukosa, asam amino, dan zat terlarut lainnya.tetapi pada
bagian pertengan kedua dari tubulus proksimal, hanya sedikit glukosa dan asam amino yang
direabsorbsi. Pada saat ini yang terutama direabsorbsi adalah natrium dan klorida.
Sejumlah besar molekul organik yang mengandung nutrisi, misalnya glukosa dan asam
amino difiltrasi setiap harinya. Karena zat-zat ini secara normal direabsorpsi secara total
kembali ke darah oleh mekanisme yang bergantung-energi dam Na+ yang terletak di tubulus
proksimal, mereka biasanya tidak diekskresikan dalam urin. Reabsorpsi yag cepat dan tuntas
di awal tubulus ini mencegah hilangnya nutrient-nutrien organik yang penting ini.
Walaupun glukosa dan asam amino secara aktif bergerak mealwan gradient
konsentrasi mereka dari lumen tubulus ke dalam darah sampai konsentrasi mereka di cairan
tubulus sebenarnya nol, tidak ada energy yang secara langsung dipakai untuk menjalankan
pembawa glukosa dan asam amino. Glukosa dan asam amino diangkut melalui proses
transportasi aktif sekunder, suatu pembawa kotransportasi khusus yang secara stimultan
memindahkan Na+ dan molekul organic tertentu dari lumen ke dalam sel. Gradien
konsentrasi Na+ lumen-ke-sel yang diciptakan oleh pompa Na+ -K+ ATPase sistem
kotransportasi ini dan menarik molekul-molekul organic melawan gradient konsentrasi
mereka tanpa secara langsung menggunakan energi. Karena proses keseluruhan reabsorpsi
glukosa dan asam amino bergantung pada pemakaian energi, molekul-molekul organik ini
dianggap direabsorpsi secara aktif, walaupun tidak ada energy yang secara langsung
digunakan untuk mengangkut mereka menembus membran. Pada dasarnya, glukosa dan
asam amino mendapat “tumpangan gratis” dari proses reabsorpsi Na+ yang menggunakan
energy. Transportasi aktif sekunder memerlukan keberadaan Na+ di lumen; tanpa adanya
Na+ pembawa kotranspor tidak dapat beroperasi. Setelah diangkut ke dalam sel tubulus,
glukosa dan asam amino secara pasif berdifusi mengikuti penurunan gradient konsentrasi
mereka menembus membran basolateral ke dalam plasma, difasilitasi oleh pembawa yang
tidak memerlukan energi.
22
Ambang ginjal untuk glukosa ialah kadarnya di plasma yang pertama kali
menyebabkan glukosa ditemukan di urin dalam jumlah yang melebihi jumlah kecil yang
biasanya di ekskresi. Ambang ginjal sebenarnya kira-kira 200 mg/dL kadar plasmanya di
arteri, yang sebanding dengan 180 mg/dL kadar plasmanya di vena. [1]
2) Ansa henle
Bagian desendens tipis sangat permeable dengan air dan sedikit permeable terhadap zat
terlarut, termasuk ureum dan natrium. Sehingga sekitar 20% air yang difiltrasi diserap disini.
Lengkung asendens, termasuk tebal dan tipis tidak permeable terhadap air, dan
mamapu melakukan transport aktif natrium, klorida, dan kalium.
3) Tubulus distal
Memiliki cirri yang samam dengan bagian asendens lengkung henle, kerana alasan
inilah disebut pula segmen pengencer.
4) Tubulus distal bagian akhir dan tubulus koligentes kortikalis
Memiliki sel sel prinsipalis dan sel interkalatus. Sel prinsipalis mereabsorbsi natrium
dan air dari lumen dan menyekresikan ion kalium ke lumen. Sel interkalatus mereabsorbsi
kalium dan menyekresikan ion hydrogen ke dalam lumen tubulus.
5) Duktus koligentes medulla
Hanya menyerap 10% air yang difiltrasi namun merupakan bagian akhir sehingga
penting.
Ciri tubulus ini adalah:
a) Permeabilitas duktus koligentes bagian medulla terhadap air dikontrol oleh kadar ADH.
b) Bersifat permeable terhadap ureum, membentuk urin yang pekat.
c) Menyekresikan ion hydrogen, peran dalam control asam basa.
Sekresi
Sekresi tubulus mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler
peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk ke
dalam tubulus ginjal.
23
Sekresi tubulus, dapat juga di pandang sebagai mekanisme tambahan yang
meningkatkan eliminasi zat-zat tertentu dari tubuh. Semua zat yang masuk ke cairan tubulus,
baik melalui filtrasi glomerulus maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorpsi, akan dieliminasi
dalam urin.[12]
Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan saat
reabsorpsi tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi
tubulus dapat aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah
ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya
adalah senyawa-senyawa yang asing bagi tubuh.
1) Sekresi Ion Hidrogen
Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam basa
tubuh. Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di
tubulus proksimal, distal, dan pengumpul (duktus koligentes). Tingkat sekresi H+
bergantung pada keasaman cairan tubuh. Sebaliknya, sekresi H+ akan berkurang apabila
konsentrasi H+ di dalam cairan tubuh terlalu rendah.
2) Sekresi Ion Kalium
Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah
berlawanan di berbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus
proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul. Reabsorpsi ion
kalium di awal tubulus bersifat konstan dan tidak diatur, sedangkan sekresi K+ di bagian
akhir tubulus bervariasi dan berada dibawah kontrol. Dalam keadaan normal, jumlah K+
yang diekskresikan dalam urin adalah 10% sampai 15% dari jumlahnya yang difiltrasi.
Namun, K+ yang difiltrasi hampir seluruhnya direabsorpsi , sehingga sebagian besar K+
yang muncul di urin berasal dari sekresi K+ yang dikontrol dan bukan difiltrasi.
Sekresi ion kalium di tubulus distal dan pengumpul digabungkan dengan reabsorpsi
Na+ melalui pompa Na+-K+ basolateral yang bergantung pada energi. Pompa ini tidak saja
memindahkan Na+ ke luar ke ruang lateral, tetapi juga memindahkan K+ ke dalam sel
24
tubulus. Konsentrasi K+ intrasel yang meningkat mendorong difusi K+ dari sel ke dalam
lumen tubulus. Dengan menjaga konsentrasi K+ di cairan interstisium rendah, yaitu
dengan memindahkan K+ ke dalam sel tubulus dari cairan interstisium di sekitarnya,
pompa basolateral mendorong difusi pasif K+ keluar dari plasma kapiler peritubulus ke
dalam cairan interstisium. [13]
Beberapa faktor mampu mengubah kecepatan sekresi K+, yang paling penting adalah
hormon aldosteron, yang merangsang sekresi K+ oleh sel-sel tubulus di bagian akhir
nefron secara simultan untuk meningkatkan reabsorpsi Na+ oleh sel-sel tersebut.
Peningkatan konsentrasi K+ plasma secara langsung merangsang korteks adrenal untuk
meningkatkan keluaran aldosteronnya, yang kemudian mendorong sekresi dan ekskresi
kelebihan K+. Sebaliknya, penurunan konsentrasi K+ plasma menyebabkan reduksi
sekresi aldosteron, sehingga sekresi K+ oleh ginjal yang dirangsang oleh aldosteron juga
berkurang.
Peningkatan dan penurunan konsentrasi K+ di plasma (CES) dapat mengubah gradien
konsentrasi K+ intrasel ke ekstrasel, yang pada gilirannya dapat mengubah potensial
membran istirahat. Peningkatan konsentrasi K+ CES menyebabkan penurunan potensial
istirahat dan diikuti dengan peningkatan eksitabilitas, terutama otot jantung.
3) Sekresi Anion dan Kation Organik
Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekrotik yang terpisah, satu
untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik.
Sistem-sistem ini memiliki beberapa fungsi penting :
a) Dengan menambahkan lebih banyak ion organik tertentu ke cairan tubulus yang
sudah mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi , jalur sekrotik
organik ini mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut. Yang termasuk dalam
ion-ion organik tersebut adalah zat-zat perantara kimiawi yang terdapat dalam
darah, misalnya golongan prostaglandin, yang setelah menjalankan tugasnya, perlu
segera dibersihkan dari darah, sehingga aktivitas biologisnya tidak berkepanjangan.
25
b) Pada beberapa keadaan yang penting, ion organik secara ekstensif tetapi tidak
ireversibel terikat ke protein plasma. Karena melekat ke protein plasma, ion-ion
organik tersebut tidak dapat difiltrasi melalui glomerulus. Sekresi tubulus
mempermudah eliminasi ion-ion organik yang dapat difiltrasi melalui urin.
c) Yang paling terpenting adalah kemampuan sistem sekresi ion organik mengeliminasi
banyak senyawa asing dari tubuh. Sistem ion organik dapat mensekresikan sejumlah
besar ion organik yang berbeda-beda, baik yang diproduksi secara endogen (di
dalam tubuh) maupun ion organik asing yang masuk ke dalam tubuh. Mekanisme
nonselektif ini memungkinkan sistem sekresi ion organik tersebut meningkatkan
pengeluaran banyak zat kimia organik asing, termasuk zat-zat tambahan pada
makanan, polutan lingkungan (misalnya pestisida), obat, dan bahan organik non-
nutritif lain yang masuk ke dalam tubuh. [13]
KESIMPULAN
Sistem urinaria terdiri dari organ-organ yang memproduksi urin dan mengeluarkannya
dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankan
homeostasis. Ginjal dengan proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi, menghasilkan urin yang
dialirkan melalui ureter, menuju vesika urinaria, dan melalui uretra keluar dari tubuh.
Gangguan proses reabsorbsi khususnya glukosa merupakan gangguan yang dapat
merepresentasikan suatu penyakit tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2001. h. 461-3
2. Moore KL, Agur AMR, Dalley AF. Essential clinical anatomy. 4th Edition . Canada: Lippincott
Williams & Wilkins, 2011. H.235-7
3. www.classes.midlandstech.edu
26
4. O’Callaghan CA. 2006. At a glance sistem ginjal. Edisi 2. Jakarta: Erlangga, 2007.h.97-105
5. Saunders WB. Kamus saku kedokteran Dorlan. Edisi 29. Jakarta: EGC, 2006
6. Snell SR. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2006.h.135-8
7. Faiz O, Moffat D. At glance anatomi. Jakarta: Erlangga Medical Series, 2002.
8. Standring S. Gray’s anatomy. 39th ed. Philadelphia: Elsevier. 2008
9. Gunawijaya FA. Penuntun praktikum: kumpulan foto mikroskopik histologi. Jakarta:
Penerbit Universitas Trisakti, 2007.
10. Yusri. Fungsi ginjal-organ eksresi. Edisi 6 Mei 2011. Diunduh dari: www.anneahira.com, 24
September 2011.
11. Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA Davis Company; 2007.h.236-
98.
12. Rasidin, D. Mekanisme keraja ginjal berdasarkan filtrsi, reabsorpsi, dan sekresi. Edisi 23
Januari 2006. Diunduh dari: www.healthycare.com, 23 September 2011.
13. Tanod, AD. Mekanisme proses dasar ginjal. Edisi 12 Maret 2009. Diunduh dari:
www.medicalarticles.co.id, 23 September 2011
27