50
LAPORAN KASUS TUMOR INTRA ABDOMEN Pembimbing: Dr. Benno Syahbana, Sp.B Penyusun : Azman Hakim Hassanuddin 030.08.270 KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

tumor intraabdomen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus dan tumor intra abdomen

Citation preview

Page 1: tumor intraabdomen

LAPORAN KASUS

TUMOR INTRA ABDOMEN

Pembimbing:

Dr. Benno Syahbana, Sp.B

Penyusun :

Azman Hakim Hassanuddin

030.08.270

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

PERIODE 21 JANUARI 2012 – 30 MARET 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Page 2: tumor intraabdomen

BAB I

STATUS BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

Nama Mahasiswa : Azman Hakim Hasaanuddin

NIM : 030.08.270

Dokter Pembimbing : Dr. Benno Syahbana, Sp. B

I. IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Tn. Samsuddin Jenis kelamin : Pria

Umur : 46 tahun Suku bangsa : Jawa

Status perkawinan : Menikah Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh Pendidikan : SD

Alamat : Jl.Tegalan, Pasar Buruh Matraman

II. ANAMNESIS

Diambil dari: Autoanamnesis, Tanggal 1 Maret 2012

Keluhan Utama:

Teraba massa yang mengganjal di bagian perut bawah sejak satu minggu sebelum

masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien, pria, 46tahun, datang ke UGD RSUD Budi Asih dengan keluhan terabanya

massa berbentuk lonjong di bagian perut bawah sejak 1 minggu yang lain. Massa tidak

membesar dan tidak keras, juga tidak nyeri pada penekanan. Pasien juga mengaku adanya

keluhan nyeri di perut bagian bawah sejak tiga minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri

dirasakan hilang timbul, dirasakan terutama pada bagian perut bawah dan bisa menyebar ke

seluruh perut, nyeri bersifat tumpul dan hilang timbul. Pasien mengaku frekuensi dirasakan

nyeri semakin sering sejak sebelum masuk rumah sakit. Pasien pernah berobat di klinik untuk

keluhan nyeri di perutnya namun keluhannya tidak membaik. Selain nyeri dan massa yang

mengganjal, pasien juga mengeluh perutnya sering kembung dan rasa tidak nyaman. Pasien

menyangkal adanya mual dan muntah.

Page 3: tumor intraabdomen

Adanya demam selama keluhan dirasakan disangkal, adanya mata dan kulit yang

menguning disangkal oleh pasien. BAK lancar, 4-5x sehari, warna kuning pekat, tidak nyeri

sebelum, selama dan setelah berkemih, tidak berpasir dan berdarah. BAB pasien mengaku

tidak lancar sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit, BAB frekuensi jarang 1x/hari dan

sulit untuk dikeluarkan, fesesnya cenderung keras, berwarna coklat dan berukuran kecil-kecil.

Riwayat BAB darah atau BAB warna hitam disangkal pasien.

Pasien mengaku keluhan nyeri dan rasa tidak nyaman di perutnya sudah terjadi sejak

1 tahun sebelum masuk rumah sakit namun keluhannya tidak memburuk dan sering hilang

tanpa pengobatan. Pasien juga menyatakan bahawa berat tubuhnya menurun sebanyak 10 kg

dalam waktu 6 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga sering berasa lemas-lemas dan

gampang capai dalam melakukan kerja seharian. Pasien juga mengeluh nafsu makannya

menurun.

Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan nyeri perut dan kembung sudah sering terjadi sejak 1 tahun sebelum masuk

rumah sakit, namun tidak memburuk dan hilang tanpa pengobatan. Hipertensi disangkal,

diabetes melitus disangkal, penyakit ginjal disangkal, serta maag disangkal, penyakit hepatitis

dan kuning-kuning di badan juga disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala yang sama seperti pasien. Tidak

ada riwayat keluarga pasien pernah menderita kanker ganas maupun jinak. Riwayat hipertensi

dan diabetes melitus disangkal.

RIWAYAT HIDUP

Riwayat Kelahiran:

Tempat lahir: ( ) Di rumah ( √ ) Rumah Bersalin ( ) RS Bersalin ( ) Puskesmas

Ditolong oleh: ( ) Dokter (√ ) Bidan ( ) Dukun ( ) Lain-lain

Riwayat Imunisasi:

( - ) Hepatitis ( - ) BCG ( - ) Campak ( - ) DPT

( - ) Polio ( - ) Tetanus

Os tidak ingat dengan pasti.

Page 4: tumor intraabdomen

Riwayat Kebiasaan

Pasien adalah seorang perokok. Tabiat makan pasien seimbang, pasien suka mengkonsumsi

sayur dalam diet seharian.

Riwayat Pendidikan

( √ ) SD ( +)SMP ( +) SMA ( - ) Akademi

(- ) Universitas ( - ) Kursus ( - ) Tidak sekolah

Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Lingkungan tempat tinggal cukup padat.

Riwayat Pengobatan

Sebelum masuk dan di rawat di rumah sakit, pasien mendapatkan obat dari dokter di

IGD yang merujuk, pasien tidak memiliki riwayat alergi obat. Pasien pernah mengkonsumsi

obat warong untuk keluhan nyeri di perutnya.

III. PEMERIKSAAN JASMANI

Pemeriksaan Umum

Tinggi badan : 165 cm

Berat badan : 70 kg

BMI : 25,25 kg/m2

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 72 × / menit

Suhu : 36,2°C

Pernapasan (frekuensi dan tipe) : 20 × / menit, Abdominotorakal.

Kesan gizi : Cukup

Kesadaran : Compos mentis

Sianosis : Tidak ada

Udema umum : Tidak ada

Cara berjalan : Tidak dinilai

Mobilitas (Aktif / Pasif) : Aktif

Umur menurut taksiran pemeriksa : Sesuai

Page 5: tumor intraabdomen

Aspek Kejiwaan

Tingkah laku : Wajar.

Alam perasaan : Biasa.

Proses pikir : Wajar.

Kulit

Warna : Sawo matang Effloresensi : Tidak ada

Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Tidak ada

Pertumbuhan rambut : Merata, hitam Pembuluh darah : Normal

Suhu raba : Hangat Lembab / kering : Lembab

Keringat : Umum Turgor : Normal

Ikterus : Tidak ada

Kelenjar Getah Bening

Submandibula : Tidak teraba membesar Leher : Tidak teraba membesar

Supraklavikula : Tidak teraba membesar Ketiak : Tidak dinilai

Kepala

Ekspresi wajah : Biasa

Simetri muka : Simetris

Rambut : Merata, warna hitam

Pembuluh darah temporal : Teraba pulsasi

Mata

Exophthalmus : Tidak ada Enopthalmus : Tidak ada

Kelopak : biasa Lensa : jernih

Konjungtiva : Anemis +/+ Visus : Tidak dilakukan

Sklera : Ikterik -/- Gerakan mata : Normal

Lapangan penglihatan : Luas Tekanan bola mata : Tidak dilakukan

Deviatio konjungae : Tidak ada Nystagmus : Tidak dilakukan

Page 6: tumor intraabdomen

Telinga

Tuli : -/- Selaput pendengaran : Utuh, intak (+)

Lubang : +/+ Penyumbatan : -/-

Serumen : +/+ Perdarahan : -/-

Mulut

Bibir : lembab Tonsil : T1-T1 tenang.

Langit-langit : Normal Bau pernapasan : Tidak dilakukan

Trismus : Tidak ada Selaput lendir : Normal

Leher

JVP : 5-2 cmH2O

Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar

Kelenjar Limfe : Tidak teraba membesar

Paru

- Inspeksi : pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis

- Palpasi : vokal fremitus teraba simetris

- Perkusi : sonor di kedua lapang paru

- Auskultasi : suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Jantung

- Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis

- Palpasi : 1-2 cm sebelah medial garis midclavicularis kiri di ICS 5

- Perkusi : Batas jantung kanan: garis sternalis dextra. Batas jantung kiri: ICS 5,

2cm sebelah medial linea midclaviculars sinistra

- Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Pembuluh darah

Arteri Temporalis : Teraba pulsasi. Arteri Karotis : Teraba pulsasi.

Arteri Brakhialis : Teraba pulsasi. Arteri Radialis : Teraba pulsasi.

Arteri Femoralis : Tidak diperiksa Arteri Poplitea : Tidak diperiksa

Arteri Tibialis Posterior : Tidak diperiksa Arteri Dorsalis Pedis : Tidak diperiksa

Page 7: tumor intraabdomen

Abdomen

- Inspeksi : kulit sawo matang, distensi di seluruh bagian perut,

spider nevi (-),smiling umbilicus (-)

- Auskultasi : bising usus (+) meningkat (5x/menit)

- Palpasi : supel, defence muscular (-), NT (-) di ulu hati dan

perut kanan atas, NL (-), hepar & lien: tidak teraba ada pembesaran

- Perkusi : hipertimpani

-

Ekstremitas

- Akral hangat, edema tungkai -/-, tidak ada deformitas

-

Status Lokalis

Regio Abdomen

- Inspeksi : kulit sawo matang, distensi di seluruh bagian perut,

spider nevi (-), smiling umbilicus (-)

- Auskultasi : bising usus (+) meningkat (5x/menit)

- Palpasi : supel, defence muscular (-), NT (+) di perut kanan atas, NL (-), hepar

& lien: tidak teraba ada pembesaran, Murphy Sign (-). Pada regio

paraumbilicus teraba massa berbentuk lonjong berukuran 10 cm x 6cm

x 2cm. Massa teraba lunak, tidak nyeri pada penekanan, tidak ada

perubahan warna kulit di daerah massa.

- Perkusi : hipertimpani

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (tanggal 22 Februari 2012)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Darah Lengkap (CBC):

Leukosit (WBC) 14,8 ribu/ul * 3.6 - 11

Hemoglobin (HGB) 3,3 g/dl * 11.7 - 15.5

Eritrosit (RBC) 2,2 juta/uL * 4,4 – 5,9

Hematokrit 13 % * 40 – 52

Page 8: tumor intraabdomen

Trombosit (PLT) 595 ribu/ul * 150 – 440

LED 90 mm/mcL * 0 – 15

Hitung Jenis

Basofil

Eosinofil

Netrofil batang

Netrofil segmen

Limfosit

Monosit

0 %

0 % *

0 % *

82 % *

13 % *

5 %

0 – 1

2 – 4

3 – 5

50 – 70

25 – 40

2 - 8

Faal Hemostasis

Waktu Perdarahan 2.00 menit 1 – 6

Waktu Pembekuan 14.00 menit 5 – 15

Kimia Klinik

Hati

AST/SGOT 6 Mu/dL < 33

ALT/SGPT 9 Mu/dL <50

Metabolisme karbohidrat

Glukosa darah sewaktu 103 mg/dl <110\

Ginjal

Ureum 16 mg/dl 13 – 43

Kreatinin 0.90 mg/dl <12

Pemeriksaan CT scan whole abdomen dari RSCM (tanggal 25 Februari 2013)

Teknik : MSCT Scan abdomen dengan ontras iopamidol 300 mg/ml sebanyak 80 ml.

Perbandingan : tidak ada.

Deskripsi:

Tampak massa intraperitoneal yang menyangat heterogen pasca pemberian kontras berukuran

6 x 7 x 10 cm yang berasal dari usus halus (kemungkinan dari jejunum), tidak tampak

pembesaran kelenjar getah bening regional maupun paraaorta. Tampak feeding arteri berasal

dari arteri emsenterica superior.

Page 9: tumor intraabdomen

Hepar bentuk dan ukuran baik. Densitas parenkim homogen. Tak tampak lesi fokal patologis.

Vena porta, vena hepatika dan sistem biliar tidak melebar. Tak tampak asites maupun efusi

pleura.

Kandung empedu bentuk dan ukuran baik, dinding tidak menebal. Tak tampak batu.

Pankreas bentuk dan ukuran baik, tak tampai lesi fokal. Duktus pankreatikus tidak melebar.

Tak tampak kalsifikasi.

Limpa bentuk dan ukuran baik, densitas homogen. Tak tampak lesi fokal. Vena lienalis tidak

melebar. Kedua ginjal bentuk dan ukuran baik, tak tampak batu, massa, maupun pelebaran

sistem pelviokalises. Kelenjar supra renal tidak membesar.

Aorta kaliber baik, tak tampak dilatasi.

Vesika urinaria bentuk dan ukuran baik, dinding tidak menebal, tak tampak massa/batu.

Kelenjar prostat tidak tamoak kelainan.

Tulang-tulang tak tampak kelainan.

Kesimpulan:

Tumor intraperitoneal berukuran 6 x 7 x 10 cm yang bersasal dari usus halus (kemungkinan

dari jejunum) feeing arteri berasal dari mesenterica superior, sugestif GIST.

Tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening regional maupun paraaorta.

Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen (tanggal 16 Februari 2013)

Deskripsi : Massa bulat hipoechoic dengan medial kalsifikasi berbatas tegas di intraintestinal

regio paraumbilikal kiri diameter 7 cm x 6 cm x 7cm, taksiran volume 136,79 ml.

Kesimpulan : Massa di inter intestinal regio umbilikal sugestif maligna.

IV. RESUME

Seorang laki-laki, 46 tahun, datang dengan keluhan teraba massa yang mengganjal di bagian

perut bawah sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit. Massa teraba lonjong,

konsistensi lunak, dan tidak nyeri pada penekanan. Pasien juga mengeluh nyeri perut hilang

timbul dan rasa tidak nyaman seperti kembung di bagian perut sejak tiga minggu sebelum

masuk rumah sakit. BAB nya sulit, frekuensi jarang dan feses keras dan berukuran kecil-

kecil, berwarna. BAK lancar, mual (-), muntah (-). Pasien juga mengaku cepat berasa capai

sejak satu tahun sebelum masuk rumah sakit dan beratnya menurun. Pada pemeriksaan fisik

Page 10: tumor intraabdomen

ditemukan konjungtiva anemis dandi abdomen ditemukan pada inspeksi terdapat distensi,

pada perkusi hipertimpani dan pada palpasi massa di abdomen bawah. Pemeriksaan lab

ditemukan pasien mempunyai anemia berat dengan 3,3 g/dl, leukositosis 14,8 ribu/ul,

hematokrit menurun 13%, dan trombositosis 595ribu/ul serta peningkatan LED 90. Waktu

pembekuan, faal hati dan ginjal hasilnya dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang CT

scan dan USG ditemukan massa intra abdominal berukuran 7 cm x 6 cm x 6cm.

V. DIAGNOSIS DAN DASAR DIAGNOSIS

Tumor intraabdominal suspek keganasan

Dasar

Massa yang mengganjal di abdomen bagian bawah, nyeri hilang timbul dan perut

kembung. Riwayat cepat capai dan penurunan berat badan yang signifikan dalam

waktu singkat, penurunan nafsu makan.

Pemeriksaan lab adanya anemia gravis dengan lekositosis, trombositosis,

hematokrit menurun dan LED meningkat tinggi.

Hasil CT scan menyatakan massa intraperitoneal yang berasal dari usus halus,

sugesti GIST. Hasil USG adalah massa di intraintestinal di para umbilikal sugesti

keganasan.

VI. PENATALAKSANAAN

Follow up

27 Februari 2013

S Benjolan di perut sejak 1 minggu SMRS

Mual (-), muntah (-), BAK lancar, BAB 1x/hari, sulit dikeluarkan dan ukuran

kecil-kecil, flatus (+)

Perut kembung dan kadang-kadang terasa nyeri.

Badan lemas-lemas.

O KU : TSR; Kesadaran : compos mentis

TD: 120/70 mmHg, N: 76x/m, S: 36,7 °C, RR: 24x/m

Kepala: normosefali, mata: CA +/+, SI -/-

Leher: KGB tidak teraba membesar

Thoraks: pulmo dan thorax dalam batas normal

Ekstremitas atas: akral hangat +/+, edema +/+

Ekstremitas bawah: akral hangat +/+, edema +/+

Page 11: tumor intraabdomen

Status lokalis: teraba massa lunak di perut bagian bawah di regio paraumbilikal dengan ukuran

6cm x 5cm x 6cm, tidak nyeri pada penekanan. Bising usus meningkat.

A Tumor intraabdominal susp maligna

P Infus NaCl:D5% 2:1

Kedacilin inj 2x1gr

Ranitidin inj 2x1

Ketopain 3 % inj 3x1

28 Februari 2013-03-06

S Mual (-), muntah (-), BAK lancar, BAB 1x/hari, sulit dikeluarkan dan ukuran

kecil-kecil, flatus (+)

Perut kembung dan kadang-kadang terasa nyeri.

Badan lemas-lemas.

Benjolan terasa nyeri.

O KU : TSR; Kesadaran : compos mentis

TD: 120/60 mmHg, N: 92x/m, S: 36,7 °C, RR: 24x/m

Kepala: normosefali, mata: CA +/+, SI -/-

Leher: KGB tidak teraba membesar

Thoraks: pulmo dan thorax dalam batas normal

Ekstremitas atas: akral hangat +/+, edema +/+

Ekstremitas bawah: akral hangat +/+, edema +/+

Status lokalis: teraba massa lunak di perut bagian bawah di regio paraumbilikal dengan ukuran

6cm x 5cm x 6cm, tidak nyeri pada penekanan. Bising usus meningkat.

A Tumor intraabdominal susp maligna

P Infus NaCl:D5% 2:1

Kedacilin inj 2x1gr

Ranitidin inj 2x1

Ketopain 3 % inj 3x1

Periksa H2TL

Transfusi darah 500cc

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Leukosit (WBC) 19,7 ribu/ul * 3.6 - 11

Page 12: tumor intraabdomen

Hemoglobin (HGB) 6,7 g/dl * 11.7 - 15.5

Hematokrit 22 % * 40 – 52

Trombosit (PLT) 548 ribu/ul * 150 – 440

1 Maret 2013

S Nyeri pada benjolan berkurang.

Mual (-), muntah (-), BAK lancar, BAB 1x/hari, sulit dikeluarkan dan ukuran

kecil-kecil, flatus (+), demam (-).

Post transfusi darah 2 labu.

O KU : TSR; Kesadaran : compos mentis

TD: 120/60 mmHg, N: 88x/m, S: 36,7 °C, RR: 24x/m

Kepala: normosefali, mata: CA +/+, SI -/-

Leher: KGB tidak teraba membesar

Thoraks: pulmo dan thorax dalam batas normal

Ekstremitas atas: akral hangat +/+, edema +/+

Ekstremitas bawah: akral hangat +/+, edema +/+

Status lokalis: teraba massa lunak di perut bagian bawah di regio paraumbilikal dengan ukuran

6cm x 5cm x 6cm, tidak nyeri pada penekanan. Bising usus meningkat.

A Tumor intraabdominal susp maligna

P Infus NaCl:D5% 2:1

Kedacilin inj 2x1gr

Ranitidin inj 2x1

Ketopain 3 % inj 3x1

Periksa H2TL

Transfusi darah 250 cc

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Leukosit (WBC) 14,0 ribu/ul * 3.6 - 11

Hemoglobin (HGB) 8,3 g/dl * 11.7 - 15.5

Hematokrit 27 % * 40 – 52

Trombosit (PLT) 541 ribu/ul * 150 – 440

2 Februari 2013

Page 13: tumor intraabdomen

S Nyeri di sekitar benjolan.

Mual (-), muntah (-), BAK lancar, BAB 1x/hari, sulit dikeluarkan dan ukuran

kecil-kecil, flatus (+), demam (-).

Post transfusi darah 1 labu.

O KU : TSR; Kesadaran : compos mentis

TD: 110/70 mmHg, N: 88x/m, S: 36,7 °C, RR: 20x/m

Kepala: normosefali, mata: CA +/+, SI -/-

Leher: KGB tidak teraba membesar

Thoraks: pulmo dan thorax dalam batas normal

Ekstremitas atas: akral hangat +/+, edema +/+

Ekstremitas bawah: akral hangat +/+, edema +/+

Status lokalis: teraba massa lunak di perut bagian bawah di regio paraumbilikal dengan ukuran

6cm x 5cm x 6cm, tidak nyeri pada penekanan. Bising usus meningkat.

A Tumor intraabdominal susp maligna

P Infus NaCl:D5% 2:1

Kedacilin inj 2x1gr

Ranitidin inj 2x1

Ketopain 3 % inj 3x1

Periksa H2TL

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Leukosit (WBC) 11,9 ribu/ul * 3.6 - 11

Hemoglobin (HGB) 10,0 g/dl * 11.7 - 15.5

Hematokrit 32 % * 40 – 52

Trombosit (PLT) 433 ribu/ul * 150 – 440

4 Februari 2013

S Nyeri di sekitar benjolan.

Mual (-), muntah (-), BAK lancar, BAB 1x/hari, sulit dikeluarkan dan ukuran

kecil-kecil, flatus (+), demam (-).

O KU : TSR; Kesadaran : compos mentis

TD: 110/70 mmHg, N: 80x/m, S: 36,7 °C, RR: 20x/m

Kepala: normosefali, mata: CA +/+, SI -/-

Page 14: tumor intraabdomen

Leher: KGB tidak teraba membesar

Thoraks: pulmo dan thorax dalam batas normal

Ekstremitas atas: akral hangat +/+, edema +/+

Ekstremitas bawah: akral hangat +/+, edema +/+

Status lokalis: teraba massa lunak di perut bagian bawah di regio paraumbilikal dengan ukuran

6cm x 5cm x 6cm, tidak nyeri pada penekanan. Bising usus meningkat.

A Tumor intraabdominal susp maligna

P Infus NaCl:D5% 2:1

Kedacilin inj 2x1gr

Ranitidin inj 2x1

Ketopain 3 % inj 3x1

Periksa H2TL

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Leukosit (WBC) 12,1 ribu/ul * 3.6 - 11

Hemoglobin (HGB) 9,7 g/dl * 11.7 - 15.5

Hematokrit 30 % * 40 – 52

Trombosit (PLT) 371 ribu/ul * 150 – 440

5 Februari 2013

S Nyeri di sekitar benjolan.

Mual (-), muntah (-), BAK lancar, BAB 1x/hari, sulit dikeluarkan dan ukuran

kecil-kecil, flatus (+), demam (-).

O KU : TSR; Kesadaran : compos mentis

TD: 120/60 mmHg, N: 80x/m, S: 36,7 °C, RR: 20x/m

Kepala: normosefali, mata: CA +/+, SI -/-

Leher: KGB tidak teraba membesar

Thoraks: pulmo dan thorax dalam batas normal

Ekstremitas atas: akral hangat +/+, edema +/+

Ekstremitas bawah: akral hangat +/+, edema +/+

Status lokalis: teraba massa lunak di perut bagian bawah di regio paraumbilikal dengan ukuran

6cm x 5cm x 6cm, tidak nyeri pada penekanan. Bising usus meningkat.

A Tumor intraabdominal susp maligna

Page 15: tumor intraabdomen

P Infus NaCl:D5% 2:1

Cefixime 2x100 mg tab

Ranitidin tab 2x1

Periksa H2TL

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Leukosit (WBC) 11,8 ribu/ul * 3.6 - 11

Hemoglobin (HGB) 9,3 g/dl * 11.7 - 15.5

Hematokrit 29 % * 40 – 52

Trombosit (PLT) 401 ribu/ul * 150 – 440

6 Februari 2013

S Nyeri di sekitar benjolan berkurang.

Mual (-), muntah (-), BAK lancar, BAB 1x/hari, sulit dikeluarkan dan ukuran

kecil-kecil, flatus (+), demam (-).

O KU : TSR; Kesadaran : compos mentis

TD: 120/60 mmHg, N: 80x/m, S: 36,7 °C, RR: 20x/m

Kepala: normosefali, mata: CA +/+, SI -/-

Leher: KGB tidak teraba membesar

Thoraks: pulmo dan thorax dalam batas normal

Ekstremitas atas: akral hangat +/+, edema +/+

Ekstremitas bawah: akral hangat +/+, edema +/+

Status lokalis: teraba massa lunak di perut bagian bawah di regio paraumbilikal dengan ukuran

6cm x 5cm x 6cm, tidak nyeri pada penekanan. Bising usus meningkat.

A Tumor intraabdominal susp maligna

P Infus NaCl:D5% 2:1

Cefixime 2x100 mg tab

Ranitidin tab 2x1

Rencana rujuk ke RSCM

VII. PROGNOSIS

Ad Vitam : Dubia Ad Malam

Ad Fungsionam : Dubia Ad Malam

Page 16: tumor intraabdomen

Ad Sanationam : Dubia Ad Malam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

TUMOR INTRA ABDOMEN

A. DEFINISI

Tumor abdomen adalah suatu massa yang padat dengan ketebalan yang

berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami transformasi dan

tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel

tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Kelainan ini dapat

meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior.

Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang dibungkusnya

tetapi tidak menginvasinya.

Yang termasuk tumor intra abdomen antara lain, Tumor hepar, Tumor limpa /

lien, Tumor lambung / usus halus, Tumor colon, Tumor ginjal (hipernefroma), Tumor

pankreas. Pada anak-anak dapat terjadi Tumor wilms (ginjal). Yang akan dibahaskan

di sini adalah yang terutama tumor di saluran cerna intestinal.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGIS

Bagian abdomen (perut) sering dibagi menjadi 9 area berdasarkan posisi dari 2

garis horizontal dan 2 garis vertikal yang membagi-bagi abdomen.

Pembagian berdasarkan region:

1. Regio hipokondriak kanan

2. Regio epigastrika

3. Regio hipokondriak kiri

4. Regio lumbal kanan

5. Regio umbilicus

Page 17: tumor intraabdomen

6. Regio lumbal kiri

7. Regio iliak kanan

8. Regio hipogastrika

9. Regio iliak kiri

Bagian abdomen juga dapat dibagi menjadi 4 bagian berdasarkan posisi dari satu

garis horizontal dan 1 garis vertikal yang membagi daerah abdomen.

1. Kuadran kanan atas

2. Kuadran kiri atas

3. Kuadran kanan bawah

4. Kuadran kiri bawah

Page 18: tumor intraabdomen
Page 19: tumor intraabdomen

C. ETIOLOGI

Penyebab neoplasi umumnya bersifat multifaktorial. Beberapa faktor yang

dianggap sebagai penyebab neoplasi antara lain meliputi bahan kimiawi, fisik, virus,

parasit, inflamasi kronik, genetik, hormon, gaya hidup, serta penurunan imunitaws.

Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.

Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan

fungsi autonominya dalam pertumbuhan, kemampuannya mengadakan infiltrasi dan

menyebabkan metastasis.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:

1. Karsinogen

a. Kimiawi

Bahan kimia dapat berpengrauh langsung (karsinogen) atau memerlukan

aktivasi terlebih dahulu (ko-karsinogen) untuk menimbulkan neoplasi.

Bahan kimia ini dapat merupakan bahan alami atau bahan

sintetik/semisintetik. Benzopire suatu pencemar lingkungan yang terdapat

di mana saja, berasal dari pembakaran tak sempurna pada mesin mobil dan

atau mesin lain (jelaga dan ter) dan terkenal sebagai suatu karsinogen bagi

hewan maupun manusia. Berbagai karsinogen lain antara lain nikel arsen,

aflatoksin, vinilklorida. Salah satu jenis benzo (a) piren, yakni,

hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), yang banyak ditemukan di dalam

makanana yang dibakar menggunakan arang menimbulkan kerusakan

DNA sehingga menyebabkan neoplasia usus, payudara atau prostat.

b. Fisik

Radiasi gelombang radioaktif seirng menyebabkan keganasan. Sumber

radiasi lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan bertambah besar

dengan hilangnya lapisan ozon pada muka bumi bagian selatan. Iritasi

kronis pada mukosa yang disebabkan oleh bahan korosif atau penyakit

tertentu juga bisa menyebabkan terjadinya neoplasia.

c. Viral

Dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jenis asam ribonukleatnya; virus

DNA serta RNA. Virus DNA yang sering dihubungkan dengan kanker

antara human papiloma virus (HPV), Epstein-Barr virus (EPV), hepatiti B

virus (HBV), dan hepatitis C virus (HCV). Virus RNA yang karsonogenik

adalah human T-cell leukemia virus I (HTLV-I) .

Page 20: tumor intraabdomen

2. Hormon

Hormon dapat merupakan promoter kegananasan.

3. Faktor gaya hidup

Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan- makanan yang kurang

berserat. Asupan kalori berlebihan, terutama yang berasal dari lemak binatang,

dan kebiasaan makan makanan kurang serat meningkatkan risiko berbagai

keganasan, seperti karsinoma payudara dan karsinoma kolon.

4. Parasit

Parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma planoseluler.

5. Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat.

D. KLASIFIKASI

Dewasa :

- Tumor hepar

- Tumor limpa / lien

- Tumor lambung / usus halus

- Tumor colon

- Tumor ginjal (hipernefroma)

- Tumor pankreas

Anak-anak :

- Tumor wilms (ginjal)

E. GEJALA KLINIS

Kanker dini sering kali tidak memberikan keluhan spesifik atau menunjukan

tanda selama beberapa tahun. Umumnya penderita merasa sehat, tidak nyeri dan tidak

terganggu dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Pemeriksaan darah atau

pemeriksaan penunjang umumnya juga tidak menunjukkan kelainan.

Oleh karena itu, American Cancer Society telah mengeluarkan peringatan

tentang tanda dan gejala yang mungkin disebabkan kanker. Tanda ini disebut “7-

danfer warning signals CAUTION”. Yayasan Kanker Indonesia menggunakan

akronim WASPADA sebagai tanda bahaya keganasan yang perlu dicuraigai.

C = Change in bowel or bladder habitA = a sore that does not healU = unusual bleding or dischargeT = thickening in breast or elsewhereI = indigestion or difficult O = obvious change in wart or moleN = nagging cough or hoarseness

Page 21: tumor intraabdomen

Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk

dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai

mendesak jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat rongga tumor

abdomen yang longgar dan sangat fleksibel. Tumor abdomen bila telah terdeteksi

harus mendapat penanganan khusus. Bahkan, bila perlu dilakukan pemantauan

disertai dukungan pemeriksaan secara intensif. Bila demikian, pengangkatan dapat

dilakukan sedini mungkin.

Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut tampak

membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan pemeriksaan fisik dengan hati-

hati dan lembut untuk menghindari trauma berlebihan yang dapat mempermudah

terjadinya tumor pecah ataupun metastasis. Dengan demikian mudah ditentukan pula

apakah letak tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal. Tumor yang terlalu besar

sulit menentukan letak tumor secara pasti. Demikian pula bila tumor yang berasal dari

rongga pelvis yang telah mendesak ke rongga abdomen.

Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan, seperti pemeriksaan

darah tepi, laju endap darah untuk menentukan tumor ganas atau tidak. Kemudian

mengecek apakah tumor telah mengganggu sistem hematopoiesis, seperti pendarahan

intra tumor atau metastasis ke sumsum tulang dan melakukan pemeriksaan USG atau

pemeriksaan lainnya.

Tanda dan Gejala :

- Hiperplasia.

- Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.

- Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila tumor

berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat elastis kenyal atau

lunak.

- Kadang tampak Hipervaskulari di sekitar tumor.

- Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.

- Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.

Page 22: tumor intraabdomen

- Konstipasi.

- Nyeri.

- Anoreksia, mual, lesu.

- Penurunan berat badan.

- Pendarahan.

.

F. PEMERIKSAAN KLINIS

Pemeriksaan klinik di sini adalah pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan

dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik, yaitu:

- Inspeksi

- Palpasi

- Perkusi

- Auskultasi

Pemeriksaan ini sangat penting, karena dari hasil pemeriksaan klinik yang

dilakukan secara teliti, menyeluruh, dan sebaik-baiknya dapat ditegakkan diagnosis

klinik yang baik pula. Pemeriksaan klinik yang dilakukan harus secara holistik,

meliputi bio-psiko-sosio-kulturo-spiritual.

Anamnesis seorang pasien, dapat bermacam-macam mulai dari tidak ada

keluhan sampai banyak sekali keluhan, bisa ringan sampai dengan berat. Semakin

lanjut stadium tumor, maka akan semakin banyak timbul keluhan gejala akibat tumor

ganas itu sendiri atau akibat penyulit yang ditimbulkannya.

Apabila ditemukan tumor ganas di dalam atau di permukaan tubuh yang

jumlahnya banyak (multiple), maka perlu ditanyakan tumor mana yang timbul lebih

dahulu. Tujuannya adalah untuk memperkirakan asal dari tumor tersebut.

Pemeriksaan fisik ini sangat penting sebagai data dasar keadaan umum pasien dan

keadaan awal tumor ganas tersebut saat didiagnosa. Selain pemeriksaan umum,

pemeriksaan khusus terhadap tumor ganas tersebut perlu dideskripsikan secara teliti

dan rinci. Untuk tumor ganas yang letaknya berada di atau dekat dengan permukaan

tubuh, jika perlu dapat digambar topografinya pada organ tubuh supaya mudah

mendeskripsikannya. Selain itu juga perlu dicatat :

Page 23: tumor intraabdomen

1. Ukuran tumor ganas, dalam 2 atau 3 dimensi,

2. Konsistensinya

3. Ada perlekatan atau tidak dengan organ di bawahnya atau kulit di atasnya.

G. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Endoskopi (sebuah penelitian dimana sebuah pipa elastis digunakan untuk

melihat bagian dalam pada saluran pencernaan) adalah prosedur diagnosa terbaik. Hal

yang memudahkan seorang dokter untuk melihat langsung dalam perut, untuk

memeriksa helicobacter pylori, dan untuk mengambil contoh jaringan untuk diteliti di

bawah sebuah mikroskop (biopsi). Sinar X barium jarang digunakan karena hal

tersebut jarang mengungkapkan kanker tahap awal dan tidak dianjurkan untuk biopsi.

Jika kanker ditemukan, orang biasanya menggunakan computer tomography (CT)

scan pada dada dan perut untuk memastikan penyebarannya yang mana tumor tersebut

telah menyebar ke organ-organ lainnya. Jika CT scan tidak bisa menunjukkan

penyebaran tumor. Dokter biasanya melakukan endoskopi ultrasonic (yang

memperlihatkan lapisan saluran pencernaan lebih jelas karena pemeriksaan diletakkan

pada ujung endoskopi) untuk memastikan kedalaman tumor tersebut dan pengaruh

pada sekitar getah bening.

Pemeriksaan imaging yang diperlukan untuk membantu menegakkan

diagnosis tumor ganas (radiodiagnosis) banyak jenisnya mulai dari yang konvensional

sampai dengan yang canggih, dan untuk efisiensi harus dipilih sesuai dengan kasus

yang dihadapi. Pada tumor ganas yang letaknya profunda dari bagian tubuh atau

organ, pemeriksaan imaging diperlukan untuk tuntunan (guiding) pengambilan

sample patologi anatomi, baik itu dengan cara fine needle aspiration biopsi (FNAB)

atau biopsy lainnya. Selain untuk membantu menegakkan diagnosis, pemeriksaan

imaging juga berperan dalam menentukan staging dari tumor ganas. Beberapa

pemeriksaan imaging tersebut antara lain:

- Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras, contoh: X-foto tengkorak, leher,

toraks, abdomen, tulang, mammografi, dll.

- Radiografi dengan kontras, contoh: Foto Upper Gr, bronkografi, Colon in loop,

kistografi, dll.

- USG (Ultrasonografi), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara.

Contoh: USG abdomen, USG urologi, mammosografi, dll.

Page 24: tumor intraabdomen

- CT-scan (Computerized Tomography Scanning), contoh: Scan kepala, thoraks,

abdomen, whole body scan, dll.

- MRI (Magnetic Resonance Imaging). Merupakan alat scanning yang masih

tergolong baru dan pada umumnya hanya berada di rumah sakit besar. Hasilnya

dikatakan lebih baik dari CT.

- Scinfigrafi atau sidikan Radioisotop. Alat ini merupakan salah satu alat scanning

dengan menggunakan isotop radioaktif, seperti: Iodium, Technetium, dll. Contoh:

scinfigrafitiroid, tulang, otak, dll.

- RIA (Radio Immuno Assay), untuk mengetahui petanda tumor (tumor marker).

H. GAMBARAN RADIOLOGI

1. Tumor H epar

Ada 2 macam gambaran hepatoma yaitu bentuk nodular yang gambaran

nodul tumor jelas misalnya tumor yang tidak berbatas rata, atau bentuk difuse.

Hepatoma bentuk difuse ditandai dengan edchopattern yang sangat kasat dan

mengelompok dengan batas tidak teratur dan bagian sentralnya  lebih

ecvhogenik. Pembuluh darah disekitarnya sering distorted. Seringkali  para

ultrasonografer yang tidak berpengalaman membuat diagnosa sirosis padahal

diagnosa yang betul adalah sirosis dan hepatoma diffuse. Gambaran hepatoma

diffuse harus dibedakan dari gambaran focal fatty liver dimana ada gambaran

echopattern yang kasar tetapi fokal.

Gambar 2.1 - Hepatoma Difuse dan Hepatoma Noduler

Hepatoma yang berukuran 3 cm atau kurang disebut : Hepatoma dini

(early). Bila ukuran lebih dari 3 cm disebut : Hepatoma lanjut (advanced).

Page 25: tumor intraabdomen

Hepatoma dini sering kali bersifat hypoechoic sedang hepatoma lanjut

biasanya hyperechoic atau multiple echo yang menunjukkan nekrosis atau

fibrosis dalam tumor. Kadang – kadang hepatoma dini berbentuk seperti mata

sapi (bull’s eye).

Gambar 2.2 - Gambaran USG Hepatoma Lanjut berupa hyperechoic

2. Tumor L impa

Pada tumor primer pada limpa ditemukan gambaran bulging atau

penggelembungan

tepi limpa dengan struktur eko

parenkim yang tidak

homogen.

Page 26: tumor intraabdomen

Gambar 2.3 - Spiral CT scan dipotong 7 mm, dengan limpa sangat membesar (di

sebelah kanan pemirsa), menunjukkan massa tumor kurang radiodense dengan

limpa agak padat normal berdekatan.

3. Tumor L ambung atau U sus halus

Bila ada tumor lambung, maka dengan sendirinya kontras tidak dapat

mengisinya, sehingga pada pengisian lambung, tempat tersebut merupakan

tempat yang luput dari pengisian kontras (luput isi atau filling defect).

Stadium Awal Kanker Lambung

Lesi-lesi yang Nampak di mukosa dan submukosa diklasifikasikan menjadi 3

tipe:

a. Lesi tipe I yaitu adanya elevasi dan penonjolan keluar lumen lebih dari 5

mm.

b. Lesi tipe II yaitu adanya lesi superficial yang adanya elevasi (IIa), datar

(IIb), atau tertekan (IIc).

c. Lesi tipe III stadium kanker awal adalah gambaran dangkal, ulkus ireguler

dikelilingi nodul-nodul, kumpulan lipatan-lipatan mukosa.

Kanker Lambung Stadium Lanjut

Kanker lambung kadang-kadang Nampak dalam foto polos abdomen sebagai

gambaran abnormalitas pada kontur gaster atau adanya gambaran massa soft

tissue yang masuk ke dalam kontur gaster. Jarang ditemukan musin yang

diproduksi kanker yang akan memberikan gambaran area kalsifikasi. Pada studi

barium, karsinoma gaster tampak gambaran polypoid, ulcerative atau lesi

infiltrate.

Page 27: tumor intraabdomen

Gambar 2.4 - Polypoid Carcinoma lambung. Radiografi dengan kontras

Foto Upper GI menunjukkan kelainan yang mengisi lobulated (panah) di antrum

lambung.

Gambar 2.5 - Tumor jinak stroma gastrointestinal dalam Duodenum

4. Tumor K olon

- Adanya penonjolan ke dalam lumen berupa polip bertangkai

(pedunculated) atau tak bertangkai (sesile).

- Terjadi kerancuan dinding kolon bersifat simetris (napskin ring) atau

asimetris (apple core).

- Kekakuan dinding colon bersifat segmental (lumen colon dapat atau tidak

menyempit)

Gambar 2.6 – Pedunculated polip pada kolon descenden

Page 28: tumor intraabdomen

Gambar 2.7 - Gambaran “apple core” pada colon sigmoid

Gambar 2.8 – Kanker caecum. Massa polipoid mendesak lipatan iliocaecal

sehingga menyebabkan obstruksi.

Gambar 2.9 - Polypoid carcinoma. Massa berlobus besar di rectosigmoid

junction.

Page 29: tumor intraabdomen

5. Tumor G injal

- pemeriksaan dengan IVP terlihat gambaran sistem kalixes yang tidak

teratur (tumor willms).

- bayangan masa dapat tidak homogen, tidak ada kalsifikasi, mengandung

banyak jaringan lunak (hipernefroma).

- massa di daerah ginjal, batas tidak jelas, menutupi bayangan musculus

psoas bagian atas (sarcoma ginjal).

Gambar 2.10 - CT scan bayi dengan massa ginjal yang besar (panah). Jaringan

ginjal normal adalah ditunjukkan di sebelah kanan tumor Wilms (panah kepala,

struktur berwarna putih).

6. Tumor U reter

Terdapat gambaran filling defect pada daerah yang terdapat polip dengan

atau tanpa dilatasi proksimalnya.

Gambar 2.11 Gambaran filling defect (panah) di ureter adalah karakteristik dari

polip fibroepithelial.

Page 30: tumor intraabdomen

7. Tumor B uli-buli

Penampakan carsinoma vesika urinaria dapat berupa defek pengisian

pada vesika urinaria yang terisi kontras atau pola mukosa yang tidak teratur

pada film kandung kemih pascamiksi. Jika urogram intravena menunjukkan

adanya obstruksi ureter, hal tersebut lebih menekankan pada keterlibatan otot –

otot di dekat orifisium ureter dibandingkan obstruksi akibat massa neoplasma

yang menekan ureter. CT atau MRI bermanfaat dalam penilaian praoperatif

terhadap penyebab intramural dan ekstramural, invasi lokal, pembesaran

kelenjar limfe, dan deposit sekunder pada hati atau paru.

Gambar 2.12 - Transisi Cell Carcinoma. Radiografi dari urogram ekskretoris

menunjukkan massa lobulated (panah) yang menyebabkan kelainan di dasar

kandung kemih

.

8. Tumor P ankreas

CT Scan dari multisection aksial pada pasien dengan kanker pankreas

menunjukkan penipisan massa rendah di kepala pankreas, berdekatan dengan

vena mesenterika superior.

Gambar 2.13 – CT Scan Tumor Pankreas (kiri)

Page 31: tumor intraabdomen

Gambar 2.14 - Endoskopi Tumor pancreas (kanan)

NEOPLASMA DI USUS HALUS

Neoplasma usus kecil primer sangat jarang. Kolon terkena 40 kali lebih besar dari

usus kecil. Gejala sering kali tidak jelas; nyeri epigastrik, mual, muntah, kolik, diare,

perdarahan (biasanya samar). Alasan yang paling sering untuk operasi adalah obstruksi,

perdarahan dan nyeri. Tumor jinaj menyebabkan intususepsi pada orang dewasa; tumor ganas

secara langsung mengobstruksi atau membengkokkan usus. Diagnosis sulit untuk ditentukan,

endoskopi bermanfaat untuk deodenum, sisa usus membutuhkan enteroklisis (intubasi usus

kecil dengan radigraf barium).

Neoplasma usus kecil sangat jarang meskipun panjang usus kecil adalah 80% dari

panjang saluran gastrointestinal. Hanya 5% dari neoplasma dan 1% dari keganasan di saluran

gastrointestinal terkena usus kecil.

Neoplasma jinak

Berasal dari epitel atau jaringan penyambung. Paling sering adenoma, leiomioma atau

lipoma. Sering tidak menimbulkan gejala, kecuali menyebabkan obstruksi melalu intususepsi,

Page 32: tumor intraabdomen

juga dapat berdarah (sepertiga perdarahan samar). Pembedahan diindikasikan jika diagnosis

dibuat atau diduga. Yang paling sering digunakan adalah reseksi segmental sederhana.

Adenoma

Adenoma mengisi kira-kira 15% dari semua tumor jinak usus halus dan mempunya tiga tipe

yang utama; Adenoma sejati, adenoma villosa atau adenoma kelenjar brunner (proliferasi

glandular deodenum hiperplastik tanpa potensi keganasan); 20% dalam deodenum mayoritas

asimptomati. Adenoma billosa mempunya potensial keganasan 35%-55%. Lesi-lesi ini sering

asimptomatik dan ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan autopsi. Manifestasi

klinis yang paling sering ditemukan adalah perdarahan dan obstruksi. Terapi yang dianjurkan

adalah reseksi segmental.

Leiomioma

Jinak, tunggal, lesi otot polos. Merupakan neoplasma jinak yang simptomatik. Akhir-akhir ini

ahli patologis menggunakan istilah tumor stroma bagi menggantikan istilah leiomioma.

Insiden terjadinya tumor adalah sama pada pria dan wanita, paling sering didiagnosa pada

dekade kelima kehidupan. Tumor dapat tumbuh secara intramural dan menyebabkan

obstruksi. Namun tidak jarang juga tumor ini secara intramural dan ekstramural, kadang-

kadang mencapai ukuran yang cukup besar dan akhirnya tumbuh melampaui suplai darah

pada tumor dan mengakibatkan perdarahan, yang merupakan indikasi yang paling umum

untuk operasi pada pasien dengan tumor stroma jinak. Reseksi usus dilakukan bagi

mengurangkan dan menghentikan perdarahan, namun resiko untuk terjadinya rekurensi masih

ada.

Sindroma Peutz-Jeghers

Pigmentasi melanotik mukokutan (sirkumoral, bukal, telapak tangan, telapak kaki, perianal)

dan polip gastrointestinal. Diturunkan secara dominan sederhana. Polipnya multiple pada

jejunum, iluem dan rektum, dan merupakan hamartoma. Dapat menyebabkan nyeri kolik dari

intususepsi intermitten. Reseksi kuratif biasanya tidak dimungkinkan. Pembedahan

diindikasikan utnuk obstruksi atau perdarahan.

Neoplasma Persentase

Leiomioma 17

Lipoma 16

Page 33: tumor intraabdomen

Adenoma 14

Polip

-Poliposis, Peutz-Jeghenz

14

3

Hemangioma 10

Fibroma 10

Tumor neurogenik 5

Fibromioma 5

Miksoma 2

Limfangioma 2

Fibroadenoma 1

Jenis dan frekuensi relatif dari neoplasma jinak usus halus

Neoplasma ganas

Adenokarsinoma (paling umum), karsinoid, sarkoma, limfoma. Pasien mengalami diare

dengan mukus/tenesmu, obstruksi dan perdarahan kronis. Biasanya timbul secara

tersembunyi. Terapi adalah reseksi luas, mencakup nodus. Lesi deodenum membutuhkan

pankretikoduodenektomi. Reseksi paliatif untuk mengurangi gejala.obstruksi. Kelangsungan

hidup keseluruhan buruk (rata-rata kelangsungan hidup 5 tahun adalah 20%). Karsinoma

periampular mungkin mempunyai kelangsungan hidup 5 tahun sampai 40%.

Adenokarsinoma

Sekitar 50% dari keganasan usus kecil. Kebanyakan dalam deodenum dan jejunum

proksimal; 50% karsinoma deodenum melibatkan mapula dan berkaitan dengan ikterus

intermitten. Lesi jejunum berkaitan dengan obstruksi.

Sarkoma

Merupakan 20% dari keganasan usus kecil; leiomiosarkoma paling umum. Dapat berdarah

atau mengobstruksi.

Page 34: tumor intraabdomen

Limfoma

Merupakan 10-15% dari keganasan usus kecil. Paling umum dalam ileum. Mungkin

merupakan penyakit usus kecil primer atau bagian dari penyakit sistemik.

Page 35: tumor intraabdomen

Karsinoid

Timbul dari sel enterokromafin (Kulchitdky). Terjadi sama seringnya dengan

adenokarsinoma usus kecil. Potensial keganasan bervariasi. Mensekresi serotonin dan

substansi P. Sindrom karsinoid (warna merah pada wajah, bronkospasme, diare, kolaps

vasomotor, hepatomegali, penyakit katup jantung kanan) terjadi dalam < 50%. Beberapa

orang percaya bahawa metastasis hepatik harus ada sebelum terjadinya sindrom. Paling

sering, karsinoid timbuk dalm apendik (46%), ileum (24%) dan rektum (17%). Tumor

apendiks 3% bermetastasis bila dibandingkan dengan karsinoid ileum (angka metastatik

35%). Dari tumor yang berdiameter <1 cm (75% dari karsinoid gastrointestinal), hanya 2%

yang bermetastasi. Penampilan mayou adalah kuning atau coklat, bulat, nodul keras yang

ditutupi oleh mukosa normal. Gejalanya adalah sindrom karsinoid (jarang) atau nyeri

abdomen, obstruksi, diare dan turunnya berat badan.

Diagnosis serial usus kecil, arteriogram mesenterik, CT scan bermanfaat. Urin untuk 5-HIAA

dengan/tanpa perangsangan pentagastrin digunakan untuk diagnosis sindrom.

Sindroma karsinoid ganas jarang terjadi, hanya dalam 6-9% pasien karsinoid. Paling sering

dengan penyakit usus kecil dan metastatik hepatk. Mengalami hepatomegali, diare, warna

merah pada wajah, penyakit kanutng jantung kanan dan asma. Gejala diakibatkan oleh

serotonin, substansi P, kemungkina bradikinin dan prostaglandin E dan F.

Terapi karsinoid primer <1 cm diterapi dengan reseksi usus kecil segmental. Lesi yang lebih

besar atau lesi dengan keterlibatan dari nodus, membutuhkan eksisi luas usus dengan inklusi

dan mesenterium. Karsinoid apendiseal <2 cm membutuhkan hanya apendiktomi sederhana;

>/= 2cm harus menjalani hemikolektomi. Sindrom karsinoid dapat diterapi dengan reseksi

kuratif atau paliatif, atau dengan somastatin kerja lama.

Prognosis keseluruhan 54%, 75% untuk penyakit lokal, 59% untuk penyebaran regional, dan

19% untuk penyebaran distal. Karena sifatnya yang indulen, membesar, maka digunakan

reseksi paliatif.

Page 36: tumor intraabdomen

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Doherty GM. Small Intestines. In : Current Diagnosis & Treatment Surgery 13 th

edition. 2010. US : McGraw-Hill Companies,p544-55.

2. Hunter JG. Neoplasms in Small Intestine. In : Schwart’s Principles of Surgery 8th

edition. 2007. US : McGraw-Hill Companies.

3. http://www.artikelkeperawatan.info/materi-kuliah-batu-empedu-171.html

4. Heuman DM. Abdominal Neoplasms. 2011. Diunduh dari :

http://emedicine.medscape. com/article/175667-overview.

5. Silbernagl S, Lang F. Intra Abdominal Masses. 2000. In : Color Atlas of

Pathophysiology. New York : Thieme,p:164-7.

6. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Kelainan di Usus Halus. Dalam : Buku Ajar Ilmu

Bedah. Edisi 1. 1997. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 767-73.

7. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Gastrointestinal Tumours. In

: Sabiston Textbook of Surgery 17th edition. 2004. Pennsylvania : Elsevier.

8. Klingensmith ME, Chen LE, Glasgow SC, Goers TA, Spencer J. Small Intestine

Surgery. In : Washington Manual of Surgery 5th edition. 2008. Washington :

Lippincott Williams & Wilkins.