59
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki batas-batas tertentu, begitu juga halnya mahasiswa sebagai manusia memiliki kemampuan yang terbatas untuk menerima pembelajaran. Selain itu banyak faktor yang mempengaruhi mahasiswa untuk menerima pembelajaran dalam proses perkuliahan. Diantara lain faktor- faktor yang mempengaruhi keefektifan dalam menerima proses pembelajaran mahasiswa adalah situasi, waktu dan kondisi. Waktu yang tidak tepat dalam menerima materi perkuliahan akan menghambat tercapainya tujuan dari materi perkuliahan yang disajikan oleh dosen kepada mahasiswanya, sehingga proses perkuliahan menjadi kurang efektif. Berdasarkan permasalahan di atas peneliti akan mencoba untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu faktor yang mempengaruhi kefektifan mahasiswa dalam menerima proses pembelajaran khususnya mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS). Dalam proses pembelajarannya STIS membagi waktu perkuliahan dalam 4 sesi, yaitu Sesi 1 07.30-10.00 WIB Sesi 2 10.15-12.45 WIB Sesi 3 13.00-15.30 WIB Sesi 4 15.45-18.15 WIB Dalam setiap sesi tersebut setiap mahasiswa memiliki respon yang berbeda-beda dalam menerima pembelajaran baik mahasiswa ataupun mahasiswi STIS. Peneliti sering kali melihat respon mahasiswa STIS dalam mengikuti setiap sesi 1

TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia memiliki batas-batas tertentu, begitu juga halnya mahasiswa sebagai

manusia memiliki kemampuan yang terbatas untuk menerima pembelajaran. Selain itu

banyak faktor yang mempengaruhi mahasiswa untuk menerima pembelajaran dalam

proses perkuliahan. Diantara lain faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan dalam

menerima proses pembelajaran mahasiswa adalah situasi, waktu dan kondisi. Waktu yang

tidak tepat dalam menerima materi perkuliahan akan menghambat tercapainya tujuan dari

materi perkuliahan yang disajikan oleh dosen kepada mahasiswanya, sehingga proses

perkuliahan menjadi kurang efektif.

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti akan mencoba untuk mengkaji lebih dalam

mengenai salah satu faktor yang mempengaruhi kefektifan mahasiswa dalam menerima

proses pembelajaran khususnya mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS). Dalam

proses pembelajarannya STIS membagi waktu perkuliahan dalam 4 sesi, yaitu

Sesi 1 07.30-10.00 WIB

Sesi 2 10.15-12.45 WIB

Sesi 3 13.00-15.30 WIB

Sesi 4 15.45-18.15 WIB

Dalam setiap sesi tersebut setiap mahasiswa memiliki respon yang berbeda-beda

dalam menerima pembelajaran baik mahasiswa ataupun mahasiswi STIS. Peneliti sering

kali melihat respon mahasiswa STIS dalam mengikuti setiap sesi perkulihan tidak

seantusias mahasiswi. Hal ini dapat dilihat dari sering terlambatnya mahasiswa

dibandingkan mahasiswi, sering tertidurnya mahasiswa dibandingkan mahasiswi dalam

proses perkuliahan, mahasiswi sering kali mangacuhkan dosen saat menyampaikan materi

perkuliahan .

Oleh karena itu peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan respon antara

mahasiswa dan mahasiswi terhadap proses perkuliahan yang berlangsung berdasarkan

pembagian sesi yang ditetapkan oleh STIS. Peneliti ingin melihat sesi yang paling tepat

bagi mahasiswa maupun mahasiswi STIS dalam proses perkuliahan sehingga materi

perkuliahan dapat diserap oleh mahasiawa maupun mahasiswi STIS dengan maksimal

dan proses perkuliahan dapat berjalan seefektif mungkin.

1

Page 2: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sesi perkuliahan yang paling tepat

bagi mahasiswa maupun mahasiswi STIS dalam menerima materi perkuliahan sehingga

proses perkuliahan dapat berjalan dengan efektif. Peneliti mengukur tingkat keefektifan

proses perkuliahan mahasiswa STIS melalui pembagian sesi pada dua kelompok gender.

1.3 Perumusan Masalah

1. Apakah tingkat keefektifan perkuliahan bagi mahasiawi STIS lebih besar

dibandingkan Mahasiswa STIS pada sesi satu?

2. Apakah tingkat keefektifan perkuliahan bagi mahasiswi STIS tidak sama dengan

mahasiswa STIS pada sesi dua?

3. Apakah tingkat keefektifan Perkuliahan bagi mahasiswi STIS tidak sama dengan

mahasiswa STIS pada sesi tiga?

4. Apakah tingkat keefektifan perkuliahan bagi mahasiswi STIS lebih besar

dibandingkan mahasiswa STIS pada sesi empat?

2

Page 3: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Gender

Kekaburan makna atas istilah gender ini telah mengakibatkan perjuangan gender

menghadapi banyak perlawanan yang tidak saja datang dari kaum laki-laki yang merasa

terancam “hegemoni kekuasaannya” tapi juga datang dari kaum perempuan sendiri yang

tidak paham akan apa yang sesungguhnya dipermasalahkan oleh perjuangan gender itu.

Berikut ini beberapa pengertian gender yang didapat dari berbagai sumber.

Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan permepuan apabila

dilihat dari nilai dan tingkah laku

Gender adalah suatu konsep cultural, berusaha membuat perbedaan dalam hal

peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan

perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

Menurur Hilary M. Lips. Gender merupakan harapan-harapan budaya terhadapa

laki-laki dan perempuan. Misalnya : perempuan dikenal dengan lemah lembut,

cantik, emosional, dan keibuan. Sementaara laki-laki dianggap kuat, rasional,

jantan, dan perkasa. Ciri-ciri dari sifat itu merupakan sifat yang dapat

dipertukarkan, misalnya ada laki-laki yang lemah lembut, ada perempuan yang

kuat, rasional dan perkasa. Perubahan cirri dari sifat-sifat terbeut dapat terjadi

dari waktu kewaktu dan dari tempat ketempat yang lain.

Oleh karena gender merupakan suatu istilah yang dikonstruksi secara sosial dan

kultural untuk jangka waktu yang lama, yang disosialisasikan secara turun-temurun

maka pengertian yang baku tentang konsep gender ini pun belum ada sampai saat ini,

sebab pembedaan laki-laki dan perempuan berlandaskan hubungan gender dimaknai

secara berbeda dari satu tempat ke tempat lain, dari satu budaya ke budaya lain dan dari

waktu ke waktu. Meskipun demikian upaya untuk mendefinisikan konsep gender tetap

dilakukan dan salah satu definisi gender telah dikemukakan oleh Joan Scoot, seorang

sejarahwan, sebagai “a constitutive element of social relationships based on perceived

differences between the sexes, and…a primary way of signifying relationships of

power.” (1986:1067)

3

Page 4: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

2.1.2 Pengertian Belajar

Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-

hari. Karena telah sangat dikenal sekali mengenai belajar, seakan-akan orang telah

mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan belajar. Namun jika

ditanyakan kepada diri kita sendiri, maka akan muncul sebuah pertanyaan apakah yang

dimaksud dengan belajar itu?

Banyak muncul berbagai definisi mengenai belajar.

Berikut ini pendapat para ahli psikologi dalam memandang Belajar:

1. Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process progressive

behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar

itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti

bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari keadaan

sebelumnya. Disamping itu belajar juga memebutuhkan proses yang berarti

belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil.

2. McGeoch (1956) memberikan definisi belajar “learning is a change in

performance as a result of practice. Ini berarti bahwa belajar membawa

perubahan dalam performance, yang disebabkan oleh proses latihan.

3. Kimble memberikan definisi belajar “Learning is a relative permanent change in

behavioral potentiality occur as a result of reinforced practice. Dalam definisi

tersebut terlihat adanya sesuatu hal baru yaitu perubahan yang bersifat

permanen, yang disebabkan oleh reinforcement practice.

4. Horgen (1984) memberikan definisi mengenai belajar “learning can be defined

as any relatively, permanent change in behavior which occurs as a result of

practice or experience” suatu hal yang muncul dalam definisi ini adalah bahwa

perilaku sebagai akibat belajar itu disebabkan karena latihan atau pengalaman.

Bertitik tolak dari hal tersebut diatas dapat dikemukakan beberapa hal mengenai

belajar

sebagai berikut:

• Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku

(change in behavior or performance). Setelah belajar individu akan mengalami

perubahan dalam perilakunya. Perilaku dalam arti luas dapat overt behavior atau covert

4

Page 5: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

behavior. Karena itu perubahan itu daoat dalam segi kognitif, afektif, dan dalam segi

psikomotor.

• Perubahan perilaku itu dapat actual, yaitu yang menampak, tetapi juga dapat

bersifat potensial, yang tidak menampak pada saat itu, tetapi akan nampak di lain

kesempatan.

• Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relative permanen, yang

berarti perubahan itu akan bertahan dalam waktu yang relative lama, tetapi di pihak lain

perubahan tersebut tidak akan menetap terus menerus, hingga suatu waktu hal tersebut

dapat berubah lagi sebagai akibat belajar.

• Perubahan perilaku baik yang bersifat aktual maupun potensial

2.1.3 Pengaruh waktu terhadap proses perkuliahan

Otak manusia dapat bekerja dengan maksimal menurut jadwal waktu tertentu.

Pembelajaran seharusnya diakukan pada saat energy seseorang berada pada level yang

tinggi. Ada saat-saat level energi tinggi dan rendah selama waktu perkuliahan.

Misalnya, kebanyakan mahasiswa energinya rendah saat pagi hari dan lebih tinggi

setelah makan siang. Dosen harusnya mengambil kesempatan saat level energi sedang

tinggi untuk mengajar materi yang lebih penting di saat tersebut.

Pada umumnya mahasiswa sedikit bermasalah dengan jadwal perkuliahan di pagi

hari. Lain halnya dengan para mahasiswi, justru mereka lebih merasa refresh untuk

mulai aktivitas perkuliahan di pagi hari. Apabila jadwal perkuliahan itu pagi hari, ada

beberapa mahasiswa yang terkadang tertidur di kelas. Sebenarnya hal itu juga tidak

hanya terjadi pada saat jadwal perkuliahan pagi hari, terkadang pada saat perkuliahan

siang hari juga masih ada mahasiswa yang mengantuk di kelas.

Ada beberapa penyebab mahasiswa maupun mahasiswi merasa mengantuk atau

tertidur di kelas saat perkuliahan berlangsung, diantaranya:

1. Duduk Diam dalam Waktu yang Lama

Duduk diam di bangku kuliah mengakibatkan peredaran darah melambat, apalagi

kalau kuliahnya 2 atau 3 sesi memang sangat potensial menyebabkan kantuk. Kantuk

jenis ini timbul karena peredaran darah ke otak lambat sehingga supply oksigen sedikit.

Olah raga adalah solusi jangka panjang dan terbaik penyebab ini. Semakin rajin berolah

raga peredaran darahnya semakin lancar dan sebaliknya.

2. Kecapekan

5

Page 6: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Bergadang mengerjakan tugas yang menumpuk mengakibatkan kurang tidur malam,

apalagi antara pukul 22.00 sampai 02.00 mengakibatkan tubuh gagal membentuk sel

darah merah dan vitamin C dengan cukup. Oleh karena itu, kita bantu dengan suplemen

agar kebutuhan tubuh tetap tercukupi.

3. Begadang dan kurang tidur

Orang dewasa butuh 7-8 jam untuk tidur cukup. Bila seseorang kurang tidur dan

begadang maka akan mengakibatkan tubuh cepat lelah dan gampang tertidur. Terkadang

seseorang begadang karena susah tidur. Kebiasaan minum-minuman kafein, tidur di

depan TV, tidur dengan cahaya terang juga memicu seseorang semakin susah tidur

malam.

2.1.4 Perbedaan Otak Laki-Laki dan Otak Perempuan

Membuat perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan menurut struktur dan

fungsi otaknya bukan berarti mengklasifikasikan mereka dari sudut jender semata.

Tetapi, menyadarkan tentang perbedaan alami keduanya untuk memudahkan mencari

formula yang tepat memberikan pelajaran dan pengajaran pada laki-laki dan perempuan.

"Itu karena aliran darah ke dalam otak anak laki-laki bukan saja lebih sedikit, tetapi

juga didesain tersegmentasi"

-- Michael Gurian

Berdasarkan pengamatannya terhadap beberapa rahasia di balik otak anak

perempuan, Michael Gurian menyimpulkan, bahwa sangat bisa dimengerti jika anak

perempuan lebih cakap dalam urusan membaca dan menulis. Differently!: A Guide for

Teachers and Parents, menuturkan bahwa perbedaan struktur otak antara anak laki-laki

dan perempuan sangat berperan besar memengaruhi pola belajar dan kerja otak mereka

masing-masing. Namun begitu, sebetulnya perbedaan itu tidak berlaku secata mutlak

pada semua kasus dan tidak ada yang buruk dari semua perbedaan itu.

Seperti halnya otak anak perempuan, otak anak laki-laki pun punya misteri karena

area korteksnya lebih banyak dimanfaatkan sebagai fungsi spesial mekanis, anak laki-

laki akan lebih suka menggerakkan obyek, mulai dari bola, mainan, atau bahkan tangan

dan kakinya sendiri. Otak pada anak laki-laki tidak hanya memiliki lebih sedikit

serotonin, melainkan juga oxytocin atau zat pengikat Zat inilah yang menyebabkan anak

laki-laki bersikap lebih impulsif, yang jelas-jelas berlawanan dengan sikap perempuan,

yang bisa duduk tenang curhat pada sahabatnya. (Michael Gurian)

6

Page 7: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Seorang anak perempuan tampil lebih baik dalam tugas ganda atau multitasking

dan yang bersifat bertransisi. Sebaliknya, anak laki-laki tidak, karena otak mereka

dibentuk untuk melakukan pembaharuan dan reorientasi setelah sebelumnya harus

melewati tahap istirahat (rest). "Inilah perbedaan nyata yang mudah sekali terlihat. Hal

itu karena aliran darah ke dalam otak anak laki-laki bukan saja lebih sedikit, tetapi juga

didesain tersegmentasi," (Gurian). Tidak heran anak laki-laki mudah sekali mengantuk.

Pada anak perempuan, tahap pembaharuan tidak perlu harus melewati istirahat,

sehingga mereka jarang sekali mengantuk.

Otak anak laki-laki cenderung lebih cocok mengenali simbol, bentuk-bentuk

abstraksi, diagram, gambar dan obyek bergerak ketimbang kata-kata yang monoton.

Bagi seorang anak laki-laki, metode ceramah akan diartikannya sebagai waktu istirahat.

Misteri-misteri yang ada di balik rahasia otak anak laki-laki tersebut akan menyebabkan

mereka:

1. lebih unggul dalam Matematika dan Fisika, terutama ketika subyek itu diajarkan

secara abstrak di depan kelas

2. lebih tertarik pada permainan-permainan (games) ketimbang perempuan

3. mudah terlibat masalah karena sifatnya yang impulsif

4. mudah atau cepat bosan

5. tidak mampu menjadi pendengar yang baik

6. tidak telaten memenuhi tugas

7. kurang cocok belajar secara verbal yang selama ini kerap terjadi di kelas-kelas

(sekolah) konvensional yang lebih mengedepankan pola belajar satu arah

Michael Guriaan dalam bukunya What Could He Be Thinking? How a Man’s Mind

Really Works menjelaskan, perbedaan antara otak laki-laki dan perempuan terletak pada

ukuran bagian-bagian otak, bagaimana bagian itu berhubungan serta cara kerjanya.

Perbedaan mendasar antarkedua jenis kelamin itu adalah:

1. Perbedaan spasial

Pada laki-laki otak cenderung berkembang dan memiliki spasial yang lebih kompleks

seperti kemampuan perancangan mekanis, pengukuran penentuan arah abstraksi, dan

manipulasi benda-benda fisik. Tak heran jika laki-laki suka sekali mengutak-atik

kendaraan.

7

Page 8: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

2. Perbedaan verbal

Daerah korteks otak pria lebih banyak tersedot untuk melakukan fungsi-fungsi

spasial dan cenderung memberi porsi sedikit pada daerah korteksnya untuk memproduksi

dan menggunakan kata-kata. Kumpulan saraf yang menghubungkan otak kiri-kanan atau

corpus collosum otak laki-laki lebih kecil seperempat ketimbang otak perempuan. Bila

otak pria hanya menggunakan belahan otak kanan, otak perempuan bisa memaksimalkan

keduanya. Itulah mengapa perempuan lebih banyak bicara ketimbang pria. Dalam sebuah

penelitian disebutkan, perempuan menggunakan sekitar 20.000 kata per hari, sementara

pria hanya 7.000 kata!

3. Perbedaan bahan kimia

Otak perempuan lebih banyak mengandung serotonin yang membuatnya bersikap

tenang. Tak aneh jika wanita lebih kalem ketika menanggapi ancaman yang melibatkan

fisik, sedangkan laki-laki lebih cepat naik pitam. Selain itu, otak perempuan juga

memiliki oksitosin, yaitu zat yang mengikat manusia dengan manusia lain atau dengan

benda lebih banyak. Dua hal inimempengaruhi kecenderungan biologis otak pria untuk

tidak bertindak lebih dahulu ketimbang bicara. Ini berbeda dengan perempuan.

4. Memori lebih kecil

Pusat memori (hippocampus) pada otak perempuan lebih besar ketimbang pada otak

pria. Ini bisa menjawab pertanyaan kenapa bila laki-laki mudah lupa, sementara wanita

bisa mengingat segala detail.

2.1.5 Memaksimalkan Kerja Otak

Kecerdasan otak merupakan harapan, keinginan dan kebutuhan semua orang. Otak

yang cerdas pada dasarnya sangat ditunjang oleh kemampuan seseorang dalam

memaksimalkan kerja otak itu sendiri, sehingga otak mampu menyerap berbagai

informasi yang diterima untuk disimpan di memori otak. Dengan memaksimalkan kerja

otak, berarti kita memaksimalkan kapasitas otak kita. Kapasitas dan kinerja otak kita

sebenarnya lebih dahsyat dari tata surya. Berdasarkan penelitian, seumur hidup manusia

hanya sekitar 20% kapasitas otak yang digunakan, 80% lainnya belum diketahui. Ini

menguatkan indikasi keterkaitan antara kepikunan dengan optimalisasi otak kita. Melihat

kemampuan dan kapasitas otak yang luar biasa, wajar saja kalau ada pernyataan bahwa

tidak ada manusia yang bodoh. Kebodohan merupakan hal yang terimplikasi oleh

8

Page 9: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

kemalasan. Artinya, orang yang merasa tidak cerdas, sebenarnya bukan bodoh, melainkan

kurang memaksimalkan kinerja dan kemampuan otaknya.

Bila kita telaah, optimasi otak berkaitan dengan kerusakan sel-sel otak dan

penurunan fungsi otak yang disebabkan oleh pola hidup kita sendiri. Misalnya kita

jarang atau bahkan mengabaikan hal-hal yang sebenarnya akan memperkuat daya ingat

kita seperti belajar, menghafal sesuatu, atau meningkatkan frekuensi membaca dan

menulis, serta kegiatan yang bersifat mensinergikan gerak tubuh dengan fungsi otak

seperti menari, memainkan alat musik atau kegiatan hobi yang sebenarnya

menyenangkan otak kita, sehingga kondisi senang ini dapat memaksimalkan kerja otak

kita.

Kemampuan otak manusia akan optimal jika fungsi kerja saraf-saraf otak terhubung

dengan baik. Bergerak, bersuara, berpikir dan beristirahat merupakan bentuk aktivitas

yang dapat memaksimalkan kerja otak, sekaligus akan menormalkan fungsi kerja otak.

Artinya, pola hidup seimbang dan teratur merupakan perilaku yang dapat menjaga otak

kita. Sinergi antara gerak tubuh dengan otak, memperbaiki gaya hidup, serta mengelola

emosi merupakan cara memperlakukan otak dengan baik. Hal ini dapat menjaga optimasi

otak dan memperbaiki kerusakan sel-sel otak yang menyebabkan kepikunan. Banyak

kebiasaan-kebiasaan buruk kita yang ternyata memperlemah kerja otak. Kita sering kali

memaksa otak untuk bekerja secara optimal tanpa memperhatikan bahwa otak akan

mampu bekerja dengan maksimal apabila ada kerja sama yang baik antara otak dengan

system tubuh lainnya.

Olahraga penting untuk menjaga kebugaran tubuh dan mengaktifkan fungsi-fungsi

organ tubuh. Jika koordinasi antarorgan tubuh terjalin dengan baik, maka asupan nutrisi

juga lancar, sehingga tidak hanya tubuh yang fit, tetapi juga otak yang “cling”. Saat ini

dikembangkan kegiatan olahraga yang berfungsi mengaktifkan fungsi kerja otak agar

tergindar dari kepikunan. Istilahnya GLO (Gerak Latih Otak) atau biasa disebut senam

otak. Inti dari senam otak ini ialah meredakan ketegangan, peregangan saraf dan otot,

pengaturan nafas, serta pemusatan konsentrai. Kita juga dapat melakukan olahraga ringan

seperti jogging, dan catur. Sebagaimana diungkapkan Ahli Geriatri dari Montefiore

Medical Center, Dr Gary Kennedy bahwa mengerjakan teka-teki silang, bermain catur

atau belajar bahasa bisa bermanfaat untuk meningkatkan fungsi kerja otak, sehingga

terhindar dari demensia dan Alzheimer.

9

Page 10: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Banyak hal yang dilupakan seorang mahasiswa dalam menyerap materi perkuliahan.

Sering kali kita memaksa otak kita untuk bekerja tanpa memberikan energy kepada tubuh

kita terlebih dahulu. Sarapan merupakan energi untuk aktivitas kita. Dengan sarapan,

berarti kita memiliki cadangan energi agar tetap fit dalam beraktivitas. Kenyatannya,

banyak orang menyepelekan sarapan. Padahal, tidak mengkonsumsi makanan di pagi hari

menyebabkan turunnya kadar gula dalam darah. Hal ini berakibat pada kurangnya

masukan nutrisi pada otak yang akhirnya berakhir pada kemunduran otak. Karena itu

pula, di bulan puasa kita dianjurkan untuk bersantap sahur. Tujuannya, agar ada cadangan

energi untuk melakukan aktivitas selama seharian berpuasa. Nutrisi otak tidak hanya

belajar dan menghapal, tapi juga makanan yang akan mentimulasi saraf-saraf kerja otak

agar bekerja secara maksimal. Selain sarapan, mengkonsumsi makanan penambah daya

ingat seperti minum teh juga sangat membantu asupan nutrisi otak.

Tidak jarang dijumpai mahasiswa tertidur dikelas saat jam kuliah sedang

berlangsung. Perkuliahan menjadi tidak optimal, saat tertidur dikelas mahasiswa tentu

saja tidak memperhatikan materiperkuliahan yang disampaikan oleh dosen mereka.

Akibatanya, tujuan yang ingin dicapai dosen dalam perkuliahan tidak tercapai dengan

optimal. Sehingga banyak mahasiswa yang gagal dalam mata kuliah tersebut. Hal ini

disebabkan karena otak yang sudah kelelahan sehingga tidak mampu lagi untuk

menampung materi-materi perkuliahan yang disampaikan oleh dosen. Perlu istirahat yang

cukup agar otak dapat bekerja kembali dengan maksimal. Tidur dan istirahat yang cukup

sangat diperlukan untuk mengembalikan kinerja otak. Tidur tidak sekedar

mengistirahatkan tubuh, tetapi juga mengistirahatkan otak, khususnya serebral korteks.

Serebral korteks ini adalah bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi, yang

digunakan untuk mengingat, memvisualisasikan dan membayangkan, serta menilai dan

memberikan alasan sesuatu. Bila kita sering melalaikan tidur akan membuat sel-sel otak

banyak yang mati kelelahan. Memaksakan otak bekerja keras tanpa istirahat sama dengan

membunuh banyak sel-sel otak kita. Menurut penelitian, 24 jam saja kita tidak tidur,

maka akan muncul gejala gangguan mental serius, seperti cepat marah, kehilangan

memori, berhalusinasi dan berilusi. Ini merupakan reaksi dari kelelahan otak yang

disebabkan pula lelahnya otot atau fisik kita karena tidak tidur. Jika sudah begini,

jangankan memaksimalkan kerja otak, mengontrol emosi pun akan lebih sulit.

Turunnya kreatifitas generasi-generasi muda sekarang ini disebabkan karena

mahasiswa sebagai generasi muda disuguhkan dengan hal-hal yang dapat mempermudah

10

Page 11: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

segala kegiatannya sehingga mahasiswa cenderung malas berfikir. Tanpa disadari

berpikir mampu meningkatkan kerja otak. Berpikir adalah cara terbaik untuk melatih

kerja otak. Kurang berpikir justru membuat otak menyusut dan akhirnya tidak berfungsi

maksimal. Kontinyuitas berpikir yang baik terjadi ketika kita tetap belajar.

Berbicara didalam kelas saat jam kuliah berlangsung sering kali dilakukan oleh

mahasiswa saat materi perkuliahan yang disampaikan dinilai membosankan. Hal ni tentu

mengakibatkan mahasiswa tersebut tidak mengerti apa yang disampaikan oleh dosen

mereka. Namun bila dinilai dari segi positif berbicara juga mampu meningkatkan kerja

otak. Ngobrol, bercerita, curhat atau melakukan percakapan ternyata memiliki efek

positif pada otak. Percakapan intelektual biasanya membawa efek bagus pada kerja otak

yang dipicu oleh proses berpikir yang baik. Sharing masalah dengan orang yang tepat

juga bisa menstimulasi otak kita untuk berpikir solutif dan terkontrol karena masukan

yang tepat akan membuat wawasan berpikir kita semakin kaya. Dengan banyak

menerima informasi yang berbeda, memori otak juga semakin terlatih, menyimpan dan

menyalurkan informasi tersebut dengan terarah. Otak juga bisa jenuh kalau hanya

terkurung dalam kebisuan dan menerima informasi yang monoton. Memanfaatkan

kemampuan bicara kita untuk menerima dan menyampaikan hal yang bermanfaat baik

untuk otak dan hubungan sosial kita. Mengikuti kegiatan sosial juga dapat menjadi sarana

untuk melakukan pembicaraan dan kegiatan yang bermanfaat, sehingga keuntungan

sosialisasi didapat, otak pun tidak cepat rusak.

2.2 Kerangka Pikir

Penulis melakukan penelitian mengenai tingkat keefektifan mahasiswa STIS dalam

proses perkuliahan. Penulis menggunakan beberapa variabel, seperti tingkat keefektifan

perkuliahan berdasarkan sesi dan alasan keefektifan sesi pada saat perkuliahan. Adapun

kerangka berpikir dalam penelitian sebagai berikut.

11

Page 12: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Penulis menganggap bahwa peranan gender mempengaruhi tingkat keefektifan

mahasiswa STIS dalam proses perkuliahan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

kecenderungan respons dari mahasiswa yang lebih rendah dari mahasiswi berdasarkan

pada pembagian sesi perkuliahan.

12

Sesi Perkuliahan

Tingkat keefektifan

Alasan efektivitas

Gender

Page 13: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

BAB 3

METODOLOGI

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1.1 Sumber Data

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik dengan menggunakan

metode survey. Metode survey adalah metode penelitian yang mengambil sampel dari

suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui

observasi terhadap responden melalui kuesioner. Data primer merupakan hasil dari

kuesionair atau angket yang diisi secara langsung oleh responden (self enumeration).

Kuesioner/angket pada dasarnya merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi

oleh orang yang diukur ( responden ), sehingga dapat diketahui tentang keadaan/data diri,

pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapat, dan lain-lain. Diharapkan dari observasi

tersebut dapat tercakup semua informasi tentang responden yang ingin diketahui dalam

penelitian. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 16-18 Juni 2010 terhadap

mahasiswa dan mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Statistik yang menjadi sampel dari

penelitian yang dilaksanakan.

3.1.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis namun dapat dibedakan satu

sama lain dimana perbedaan yang ada disebabkan oleh adanya nilai karakteristik yang

berlainan. Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa dan mahasiswi STIS

tingkat 2. Peneliti mengambil populasinya hanya tingkat 2 STIS dikarenakan oleh

beberapa pertimbangan. Pertimbangan- pertimbangan tersebut misalnya penyesuaian

terhadap tujuan penelitian. Dengan tujuan ingin meneliti tingkat keefektifan perkuliahan

sesuai sesi di kampus STIS berdasarkan jenis kelamin. Oleh karena itu, peneliti hanya

memasukkan mahasiswa STIS tingkat 2 agar memudahkan peneliti dengan pertimbangan

bahwa tingkat 1dan tingkat 3 sedang menghadapi ujian akhir semester (UAS) dan tingkat

4 sedang disibukkan dengan kegiatan skripsi.

Dalam penelitian ini, peneliti membagi mahasiswa STIS tingkat 1 dan 2 menjadi 2

populasi independen berdasarkan jenis kelamin. Hal ini disesuaikan dengan tujuan

diadakannya penelitian ini yakni ingin mengetahui tingkat keefektifan perkuliahan sesuai

13

Page 14: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

sesi yang ditetapkan di kampus STIS yang digolongkan berdasarkan jenis kelamin.

Peneliti menentukan populasi 1 adalah populasi mahasiswa STIS tingkat 2, sedangkan

populasi 2 adalah populasi mahasiswi STIS tingkat 2.

Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan

keberadaannya diharapkan dapat mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan

populasi yang sebenarnya. Pencacahan dilaksanakan dengan pendekatan kelas, dimana

kelas merupakan sampling unit dan respondennya adalah mahasiswa atau mahasiswi

STIS tingkat 2 yang terpilih sebagai sampel.

3.2 Metode Penarikan Sampel

Metode penarikan sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode

probability sampling yaitu stratified random sampling. Statified random sampling adalah

suatu metode dimana populasi yang berukuran N dibagi menjadi subpopulasi-subpopulasi

yang masing-masing terdiri atas N1, N2,..., NL elemen dan subpopulasi-subpopulasi

tersebut tidak boleh tumpang tindih sehingga N1+N2+...+NL=N. Sehingga dalam survey

ini terdapat 2 strata yaitu mahasiswa dan mahasiswi STIS. Peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data stratified random sampling dengan alasan agar sampel yang

dipergunakan dapat mewakili (representative) terhadap populasinya.

Pada populasi seluruh mahasiswa tingkat 2 dibagi-bagi menjadi subpopulasi-

subpopulasi yang masing masing terdiri atas N1 dan N2 unit sampling. Di dalam

penelitian ini hanya menggunakan 2 strata yaitu mahasiswa tingkat 2 sebagai strata 1 dan

mahasiswi tingkat 2 sebagai strata 2. Di antara dua subpopulasi tidak boleh ada yang

tumpang tindih, sehingga N1+ N2=N. Setiap N1 dan N2 dipilih sampel sebanyak n1 dan n2

dengan menggunakan metode systematic random sampling. Penarikan sampel secara

sistematik akan mempermudah penarikan sampel dengan hanya menggunakan satu angka

random sedangkan angka random berikutnya akan mengikuti dengan menghitung

intervalnya. Interval sampel didapat dengan rumus berikut:

I=

Dimana:

Nh : Jumlah kelas di strata ke-h

nh : Jumlah kelas yang terpilih sampel di strata ke-h

14

Page 15: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Penarikan sampel dilakukan dengan cara sistematik linear. Langkah- langkah

penarikan sampel secara sistematik linear adalah sebagai berikut:

Hitung interval sesuai dengan rumus diatas. Tentukan satu angka random( dalam tabel

angka random) pertama R1 yang lebih kecil atau sama dengan interval(R1 I). Angka

random selanjutnya adalah:

R2 = R1 + I

R3 = R1 + 2I

Rk = R1 + (k-1)I

Rn = R1 + (n-1)I

Setelah terpilih sebanyak nh kelas yang terpilih sebagai sampel pada penarikan

sampel. Pada penarikan tahap ini peneliti menetapkan banyaknya sampel pada penarikan

sampel ini sebanyak 80 sampel dengan 40 sampel untuk mahasiswa dan 40 sampel untuk

mahasiswi STIS tingkat 2.

3.3 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan pada dasarnya terdiri atas dua bagian, yaitu analisis

deskriptif dan analisis inferensia.

Pada tahap awal dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif

adalah teknik analisis yang digunakan untuk menggambarkan keadaan suatu hal secara

umum dan bertujuan untuk mempermudah penafsiran atau penjelasan, di antaranya

melalui analisis tabel (tabulasi silang). Tabulasi silang adalah metode analisis yang

sederhana tetapi memiliki daya menerangkan yang cukup kuat untuk menjelaskan

hubungan antar peubah. Analisis deskriptif memberikan gambaran frekuensi tingkat

keefektifan sesi perkuliahan yang berlangsung di kampus STIS berdasarkan jenis

kelamin.

Analisis inferensia merupakan analisis yang menggunakan statistik inferensia yang

berkaitan dengan pengambilan keputusan dari data yang telah dicatat dan diringkas. Pada

dasarnya, kegiatan inferensia adalah kegiatan yang menggambarkan ciri sebuah populasi

berdasarkan data sampel, sehingga apa yang telah disimpulkan pada data sampel akan

dianggap berlaku pada populasi secara keseluruhan. Analisis inferensia yang digunakan

pada penelitian ini adalah uji wilcoxon.

15

Page 16: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan bantuan program aplikasi statistik

Social Package for Social Science (SPSS).

3.4 Metode Nonparametrik

Uji Wilcoxon

Uji wilcoxon bertujuan untuk menguji apakah dua sampel yang berpasangan memiliki

median (nilai tengah) yang sama atau tidak. Uji ini juga dapat digunakan untuk menguji

apakah nilai tengah dua sampel tersebut sama dengan nilai median tertentu.

Uji wilcoxon dikemukakan oleh Frank Wilcoxon (1892-1965) dalam sebuah

papernya. Kemudian uji wilcoxon lebih dipopulerkan lagi oleh Siegel tahun 1956. Uji

wilcoxon ini merupakan penyempurnaan dari uji tanda (sign test) dengan memperlihatkan

arah perbedaan serta memperlihatkan pula besar relatif dari perbedaan tersebut.

Tahapan analisis Uji Wilcoxon adalah :

Tentukan selisih nilai pasangan yaitu D = X1 – X2.

Untuk nilai yang sama (D=0) maka data dihilangkan.

Selisih D dirangking tanpa memperhatikan tanda positif atau negatifnya. Untuk nilai

D yang sama maka rangkingnya adalah rata-ratanya.

Berikan tanda negatif/positif pada nilai D sesuai tanda selisih di awal.

Jumlahkan rangking dari selisih negatif/positif.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan statistik T.

n adalah jumlah selisih yang tidak nol.

Sampel Kecil (n ≤ 25)

Gunakan tabel nilai kritis T uji Rangking Bertanda Wilcoxon.

Statistik T dihitung dengan menjumlahkan rangking bertanda positif atau negatif yang

menghasilkan jumlah paling sedikit.

Kaidah uji ini : Tolak H0 jika T ≤ Tα

Sampel Besar (n >25)

16

Page 17: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Dapat didekati dengan distribusi Z, dimana :

Statistik uji Z :

BAB 4

17

Page 18: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif

Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa perkuliahan pada sesi 4 bagi mahasiswi

memiliki keefektifan yang lebih besar daripada mahasiswa di kampus STIS ini, sedangkan

perkuliahan pada sesi 1, 2 dan 3 memiliki keefektifan yaang sama besar bagi mahasiswa

maupun mahasiswi di kampus STIS ini. Setelah dilakukan penelitian mulai dari pengumpulan

data melalui kuesioner, pengolahan data, serta analisis, maka dapat disajikan hasil analisis

sebagai berikut.

Distribusi data sampel dari tingkat keefektifan perkuliahan sesi 1 mahasiswa STIS

berdasarkan jenis kelamin dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Sumber : Data observasi

Berdasarkan data sampel diatas terlihat bahwa mahasiswi dan mahasiswa dominan

untuk memilih sesi 1 sebagai jadwal perkuliahan yang efektif, yakni sebanyak 35 orang.

Namun, jumlah yang dominan untuk keefektifan sesi 1 tersebut terdapat pada mahasiswi

daripada mahasiswa, yakni sebanyak 21 orang. Untuk mahasiswa yang memilih tingkat tidak

efektif bagi perkuliahan sesi 1 hanya satu orang, sedangkan mahasiswi tidak ada yang

memilih tingkat tersebut. Oleh karena itu terlihat bahwa jadwal perkuliahan sesi 1 itu lebih

efektif bagi para mahasiswi dibandingkan mahasiswa STIS.

Grafik tingkat keefektifan perkuliahan sesi 1 mahasiswa STIS berdasarkan jenis

kelamin dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

18

Tabel 1. Tingkat Keefektifan Perkuliahan Sesi 1 Mahasiswa STIS Tingkat 2 Berdasarkan Jenis Kelamin

Keefektifan PerkuliahanJenis Kelamin

TotalPerempuan Laki-laki

Sangat efektif 11 15 26Efektif 21 14 35Kurang efektif 8 10 18Tidak efektif 0 1 1Total 40 40 80

Page 19: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

0

5

10

15

20

25

sangat efektif efektif kurang efektif tidak efektif

Grafik 1. Tingkat Keefektifan Perkuliahan Sesi 1 Mahasiswa STIS Berdasarkan Jenis Kelamin

perempuan

laki-laki

Sumber : Data Observasi

Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa jumlah yang paling dominan untuk

perkuliahan sesi 1 terletak pada tingkat efektif dimana jumlah mahasiswi yang lebih besar

daripada mahasiswa. Pada grafik tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa data

distribusi dari tingkat keefektifan perkuliahan pada sesi 1 bagi mahasiswa/mahasiswi STIS

tingkat 2 tidak berdistribusi normal. Sehingga untuk analisis lebih lanjut (analisis inferensia)

peneliti menggunakan metode nonparametrik.

Analisis deskriptif lebih lanjut dapat dilihat pada output SPSS berikut ini.

Output SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation VariancePerempuan 40 2 4 3.08 .694 .481Laki_laki 40 1 4 3.08 .859 .738Valid N (listwise) 40

Dari output tersebut dapat terlihat bahwa nilai minimum mahasiswi yang memilih

tingkat keefektifan perkuliahan sesi 1 terletak pada kode 2, dimana kode tersebut

menandakan perkuliahan yang kurang efektif, sedangkan nilai maksimum terletak pada kode

4, dimana kode tersebut menandakan perkuliahan yang efektif. Sedangkan nilai minimum

mahasiswa yang memilih tingkat keefektifan perkuliahan sesi 1 terletak pada kode 1, dimana

19

Page 20: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

kode tersebut menandakan perkuliahan yang tidak efektif, sedangkan nilai maksimum

terletak pada kode 4, dimana kode tersebut menandakan perkuliahan yang efektif. Rata-rata

tingkat keefektifan perkuliahan yang dipilih oleh mahasiswa maupun mahasiswi, yakni

sebesar 3,08 atau terletak pada kode 3, dimana kode tersebut menandakan bahwa perkuliahan

yang berlangsung pada sesi 1 adalah efektif.

Distribusi data sampel dari tingkat keefektifan perkuliahan sesi 2 mahasiswa STIS

berdasarkan jenis kelamin dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Tingkat Keefektifan Perkuliahan Sesi 2 Mahasiswa STIS Tingkat 2 Berdasarkan Jenis Kelamin

Keefektifan PerkuliahanJenis Kelamin

TotalPerempuan Laki-laki

Sangat efektif 15 7 22Efektif 22 31 53Kurang efektif 2 2 4Tidak efektif 1 0 1Total 40 40 80

Sumber : Data Observasi

Berdasarkan data sampel diatas terlihat bahwa mahasiswi dan mahasiswa dominan

untuk memilih sesi 2 sebagai jadwal perkuliahan yang efektif, yakni sebanyak 53 orang.

Namun, jumlah yang dominan untuk keefektifan sesi 2 tersebut terdapat pada mahasiswa

daripada mahasiswi, yakni sebanyak 31 orang. Untuk mahasiswi yang memilih tingkat tidak

efektif bagi perkuliahan sesi 2 hanya satu orang, sedangkan bagi mahasiswa tidak ada yang

memilih tingkat tersebut. Oleh karena itu terlihat bahwa jadwal perkuliahan sesi 2 itu sama

efektifnya bagi mahasiswa maupun mahasiswi STIS.

Grafik tingkat keefektifan perkuliahan sesi 2 mahasiswa STIS berdasarkan jenis

kelamin dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

20

Page 21: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

0

5

10

15

20

25

30

35

sangat efektif efektif kurang efektif tidak efektif

Grafik 2. Tingkat Keefektifan Perkuliahan Sesi 2 Mahasiswa STIS Berdasarkan Jenis Kelamin

perempuan

laki-laki

S

u

m

b

er

:

Data Observasi

Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa jumlah yang paling dominan untuk perkuliahan

sesi 2 terletak pada tingkat efektif dimana jumlah mahasiswa yang lebih besar daripada

mahasiswi. Pada grafik tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa data distribusi dari

tingkat keefektifan perkuliahan pada sesi 2 bagi mahasiswa/mahasiswi STIS tingkat 2 tidak

berdistribusi normal. Sehingga untuk analisis lebih lanjut (analisis inferensia) peneliti

menggunakan metode nonparametrik.

Analisis deskriptif lebih lanjut dapat dilihat pada output SPSS berikut ini.

Output SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation VariancePerempuan 40 1 4 3.28 .679 .461Laki_Laki 40 2 4 3.13 .463 .215Valid N (listwise) 40

Dari output tersebut dapat terlihat bahwa nilai minimum mahasiswi yang memilih

tingkat keefektifan perkuliahan sesi 2 terletak pada kode 1, dimana kode tersebut

menandakan perkuliahan yang tidak efektif, sedangkan nilai maksimum terletak pada kode 4,

dimana kode tersebut menandakan perkuliahan yang efektif. Sedangkan nilai minimum

mahasiswa yang memilih tingkat keefektifan perkuliahan sesi 2 terletak pada kode 2, dimana

kode tersebut menandakan perkuliahan yang kurang efektif, sedangkan nilai maksimum

terletak pada kode 4, dimana kode tersebut menandakan perkuliahan yang efektif. Rata-rata

21

Page 22: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

tingkat keefektifan perkuliahan yang dipilih oleh mahasiswa dan mahasiswi, yakni sebesar

3,13 dan 3,28 atau terletak pada kode 3, dimana kode tersebut menandakan bahwa

perkuliahan yang berlangsung pada sesi 2 adalah efektif.

Distribusi data sampel dari tingkat keefektifan perkuliahan sesi 3 mahasiswa STIS

berdasarkan jenis kelamin dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Tingkat Keefektifan Perkuliahan Sesi 3 Mahasiswa STIS Tingkat 2 Berdasarkan Jenis Kelamin

Keefektifan PerkuliahanJenis Kelamin

TotalPerempuan Laki-laki

Sangat efektif 1 2 3Efektif 11 10 21Kurang efektif 23 24 47Tidak efektif 5 4 9Total 40 40 80 Sumber : Data Observasi

Berdasarkan data sampel diatas terlihat bahwa mahasiswi dan mahasiswa dominan

untuk memilih sesi 3 sebagai jadwal perkuliahan yang kurang efektif, yakni sebanyak 47

orang. Namun, jumlah yang dominan untuk perkuliahan sesi 3 yang kurang efektif tersebut

terdapat pada mahasiswa daripada mahasiswi, yakni sebanyak 24 orang. Untuk mahasiswi

yang memilih tingkat tidak efektif bagi perkuliahan sesi 3 ada lima orang, sedangkan bagi

mahasiswa ada empat orang yang memilih tingkat tersebut. Oleh karena itu terlihat bahwa

jadwal perkuliahan sesi 3 itu kurang efektif baik bagi mahasiswa maupun mahasiswi STIS.

22

Page 23: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

0

5

10

15

20

25

sangat efektif efektif kurang efektif tidak efektif

Grafik 3. Tingkat Keefektifan Perkuliahan Sesi 3 Mahasiswa STIS Berdasarkan Jenis Kelamin

perempuan

laki-laki

Grafik tingkat keefektifan perkuliahan sesi 3 mahasiswa STIS berdasarkan jenis

kelamin dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Sumber : Data observasi

Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa jumlah yang paling dominan untuk perkuliahan

sesi 3 terletak pada tingkat kurang efektif dimana jumlah mahasiswa maupun mahasiswi

hampir sama besar. Pada grafik tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa data distribusi

dari tingkat keefektifan perkuliahan pada sesi 3 bagi mahasiswa/mahasiswi STIS tingkat 2

tidak berdistribusi normal. Sehingga untuk analisis lebih lanjut (analisis inferensia) peneliti

menggunakan metode nonparametrik.

Analisis deskriptif lebih lanjut dapat dilihat pada output SPSS berikut ini.

Output SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation VariancePerempuan 40 1 4 2.20 .687 .472Laki_Laki 40 1 4 2.25 .707 .500Valid N (listwise) 40

Dari output tersebut dapat terlihat bahwa nilai minimum mahasiswi dan juga

mahasiswa yang memilih tingkat keefektifan perkuliahan sesi 3 terletak pada kode 1, dimana

kode tersebut menandakan perkuliahan yang tidak efektif, sedangkan nilai maksimum

terletak pada kode 4, dimana kode tersebut menandakan perkuliahan yang efektif. Rata-rata

tingkat keefektifan perkuliahan yang dipilih oleh mahasiswa dan mahasiswi, yakni sebesar

23

Page 24: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

0

2

46

810

12

1416

1820

sangat efektif efektif kurang efektif tidak efektif

Grafik 4. Tingkat Keefektifan Perkuliahan Sesi 4 Mahasiswa STIS Berdasarkan Jenis Kelamin

perempuan

laki-laki

2,25 dan 2,20 atau terletak pada kode 2, dimana kode tersebut menandakan bahwa

perkuliahan yang berlangsung pada sesi 3 adalah kurang efektif.

Distribusi data sampel dari tingkat keefektifan perkuliahan sesi 4 mahasiswa STIS

berdasarkan jenis kelamin dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Tingkat Keefektifan Perkuliahan Sesi 4 Mahasiswa STIS Tingkat 2 Berdasarkan Jenis Kelamin

Keefektifan PerkuliahanJenis Kelamin

TotalPerempuan Laki-laki

Sangat efektif 1 2 3Efektif 4 9 13Kurang efektif 16 14 30Tidak efektif 19 15 34Total 40 40 80Sumber : Data observasi

Berdasarkan data sampel diatas terlihat bahwa mahasiswi dan mahasiswa dominan

untuk memilih sesi 4 sebagai jadwal perkuliahan yang tidak efektif, yakni sebanyak 34 orang.

Namun, jumlah yang dominan untuk perkuliahan sesi 4 yang tidak efektif tersebut terdapat

pada mahasiswi daripada mahasiswa, yakni sebanyak 19 orang. Untuk mahasiswi yang

memilih tingkat efektif bagi perkuliahan sesi 4 ada empat orang, sedangkan bagi mahasiswa

ada 9 orang yang memilih tingkat tersebut. Oleh karena itu terlihat bahwa jadwal perkuliahan

sesi 4 itu tidak efektif baik bagi mahasiswa maupun mahasiswi STIS.

Grafik tingkat keefektifan perkuliahan sesi 4 mahasiswa STIS berdasarkan jenis

kelamin dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

24

Page 25: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Sumber : Data observasi

Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa jumlah yang paling dominan untuk perkuliahan

sesi 4 terletak pada tingkat tidak efektif dimana jumlah mahasiswi lebih besar daripada

mahasiswa. Pada grafik tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa data distribusi dari

tingkat keefektifan perkuliahan pada sesi 4 bagi mahasiswa/mahasiswi STIS tingkat 2 tidak

berdistribusi normal. Sehingga untuk analisis lebih lanjut (analisis inferensia) peneliti

menggunakan metode nonparametrik.

Analisis deskriptif lebih lanjut dapat dilihat pada output SPSS berikut ini.

Output SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation VariancePerempuan 40 1 4 1.68 .764 .584Laki_Laki 40 1 4 1.95 .904 .818Valid N (listwise) 40

Dari output tersebut dapat terlihat bahwa nilai minimum mahasiswi dan juga

mahasiswa yang memilih tingkat keefektifan perkuliahan sesi 3 terletak pada kode 1, dimana

kode tersebut menandakan perkuliahan yang tidak efektif, sedangkan nilai maksimum

terletak pada kode 4, dimana kode tersebut menandakan perkuliahan yang efektif. Rata-rata

tingkat keefektifan perkuliahan yang dipilih oleh mahasiswa dan mahasiswi, yakni sebesar

1,68 dan 1,95 atau terletak pada kode 1 dan 2, dimana kode tersebut menandakan bahwa

perkuliahan yang berlangsung pada sesi 4 adalah kurang efektif dan tidak efektif.

4.2 Analisis Inferensia

Uji Wilcoxon

A. Pengujian Keefektifan Perkuliahan Pada Sesi 1

Hipotesa

H0 : Tingkat keefektifan perkuliahan mahasiswi STIS sama dengan mahasiswa STIS

pada sesi 1

H1 : Tingkat keefektifan perkuliahan mahasiswi STIS lebih tinggi dibandingkan

mahasiswa STIS pada sesi 1

( Untuk Sampel Besar n > 25 )

Tingkat signifikansi=10% (α=10%)

25

Page 26: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Statistik Uji :

Wilayah kritik : Tolak H0 jika nilai atau p-value ≤ dengan

Perhitungan :

Tabel 1. Hasil Penelitian Berdasarkan Sesi 1

No urut Perempuan Laki-laki Selisih Rank

1 3 3 0 -

2 3 4 -1 -12

3 2 2 0 -

4 4 3 1 12

5 3 3 0 -

6 3 3 0 -

7 3 4 -1 -12

8 3 4 -1 -12

9 3 2 1 12

10 4 4 0 -

11 3 4 -1 -12

12 4 1 3 27

13 3 2 1 12

14 3 4 -1 -12

15 2 3 -1 -12

16 3 4 -1 -12

17 3 4 -1 -12

18 4 3 1 12

19 3 4 -1 -12

20 2 3 -1 -12

21 3 3 0 -

22 2 2 0 -

23 3 4 -1 -12

24 3 4 -1 -12

25 3 3 0 -

26

Page 27: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

26 2 3 -1 -12

27 3 3 0 -

28 4 2 2 25

29 4 4 0 -

30 2 3 -1 -12

31 4 4 0 -

32 3 2 1 12

33 4 2 2 25

34 2 3 -1 -12

35 4 2 2 25

36 2 2 0 -

37 4 3 1 12

38 3 4 -1 -12

39 3 2 1 12

40 4 4 0 -

n= 27

T(+)= 186

T(-)= 192

= 1,28

Keputusan : Terima H0 karena dengan yakni -0,0721 < 1,28

27

Page 28: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 90% diperoleh bahwa tingkat keefektifan

perkuliahan mahasiswi STIS sama dengan mahasiswa STIS pada sesi 1.

Hasil perhitungan dengan SPSS sebagai berikut.

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Laki_laki - Perempuan Negative Ranks 11a 16.91 186.00

Positive Ranks 16b 12.00 192.00

Ties 13c

Total 40

a. Laki_laki < Perempuan

b. Laki_laki > Perempuan

c. Laki_laki = Perempuan

Test Statisticsb,c

Laki_laki -

Perempuan

Z -.078a

Asymp. Sig. (2-tailed) .938

Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. 1.000

90% Confidence Interval Lower Bound 1.000

Upper Bound 1.000

Monte Carlo Sig. (1-tailed) 90% Confidence Interval Lower Bound .492

Upper Bound .508

Sig. .500

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

c. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.

Dari hasil output SPSS terlihat bahwa nilai asympthotic signifikansi untuk uji satu

arah diperoleh sebesar 0,469 yang diperoleh dengan membagi dua pada asympthotic

28

Page 29: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

signifikansi dua arah. Nilai asympthotic satu arah tersebut lebih dari nilai alpha yakni sebesar

0,1 (p-value > 0,1), sehingga diperoleh kesimpulan yang sama dengan perhitungan manual

yakni terima H0.

B. Pengujian Keefektifan Perkuliahan Pada Sesi 2

Hipotesa

H0 : Tingkat keefektifan perkuliahan mahasiswi STIS sama dengan mahasiswa STIS

pada sesi 2

H1 : Tingkat keefektifan perkuliahan mahasiswi STIS tidak sama dengan mahasiswa

STIS pada sesi 2

( Untuk Sampel Kecil n ≤ 25 )

Tingkat signifikansi=10% (α=10%)

Statistik Uji : Gunakan table G( pada Sidney Siegel)

Wilayah Kritik: Tobs ≤ Tabel G

Perhitungan:

Tabel.2 Hasil Penelitian Berdasarkan Sesi 2

No urut Perempuan Laki-laki Selisih Rank

1 4 3 1 9.5

2 3 3 0 -

3 3 3 0 -

4 3 3 0 -

5 3 3 0 -

6 4 3 1 9.5

7 3 3 0 -

8 4 3 1 9.5

9 4 3 1 9.5

10 4 3 1 9.5

11 3 3 0 -

12 4 3 1 9.5

13 4 3 1 9.5

14 4 3 1 9.5

29

Page 30: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

15 1 3 -2 -20

16 4 3 1 9.5

17 4 4 0 -

18 4 3 1 9.5

19 4 4 0 -

20 3 3 0 -

21 3 3 0 -

22 3 3 0 -

23 4 3 1 9.5

24 3 3 0 -

25 4 3 1 9.5

26 3 3 0 -

27 3 3 0 -

28 3 4 -1 -9.5

29 3 3 0 -

30 3 4 -1 -9.5

31 3 3 0 -

32 4 2 2 20

33 3 3 0 -

34 3 3 0 -

35 2 3 -1 -9,5

36 3 4 -1 -9,5

37 3 2 1 9.5

38 3 3 0 -

39 2 4 -2 -20

40 3 4 -1 -9.5

n=21

T(+)= 143,5

T(-)= 87,5

Ttabel=59

30

Page 31: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Keputusan: Tidak tolak H0 karena Tobs > Ttabel

Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 90% diperoleh bahwa tingkat keefektifan

perkuliahan mahasiswi STIS sama dengan mahasiswa STIS pada sesi 2.

Hasil perhitungan dengan SPSS sebagai berikut.

Wilcoxon S

igned Rank

s Test

Test Statisticsb,c

Laki_Laki -

Perempuan

Z -1.054a

Asymp. Sig. (2-tailed) .292

Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .372

90% Confidence Interval Lower Bound .364

Upper Bound .380

Monte Carlo Sig. (1-tailed) 90% Confidence Interval Lower Bound .178

Upper Bound .191

Sig. .184

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

c. Based on 10000 sampled tables with starting seed 299883525.

31

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Laki_Laki - Perempuan Negative Ranks 14a 10.25 143.50

Positive Ranks 7b 12.50 87.50

Ties 19c

Total 40

a. Laki_Laki < Perempuan

b. Laki_Laki > Perempuan

c. Laki_Laki = Perempuan

Page 32: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Dari hasil output SPSS terlihat bahwa nilai asympthotic signifikansi untuk uji dua

arah diperoleh sebesar 0,292. Nilai asympthotic signifikansi tersebut lebih dari alpha 0,1 (p-

value > 0,1), sehingga diperoleh kesimpulan yang sama dengan perhitungan manual yakni

terima H0.

C. Pengujian Keefektifan Perkuliahan Pada Sesi 3

Hipotesa

H0 : Tingkat keefektifan perkuliahan mahasiswi STIS sama dengan mahasiswa STIS

pada sesi 3

H1 : Tingkat keefektifan perkuliahan mahasiswi STIS tidak sama dengan mahasiswa

STIS pada sesi 3

( Untuk Sampel Kecil n ≤ 25 )

Tingkat signifiknsi=10% (α=10%)

Statistik Uji : Gunakan tabel G( pada Sidney Siegel)

Wilayah Kritik: Tobs ≤ Tabel G

Perhitungan:

Tabel 3. Hasil Penelitian Berdasarkan Sesi 3

No urut Perempuan Laki-laki Selisih Rank

1 2 2 0 -

2 1 2 -1 -9.5

3 2 2 0 -

4 2 3 -1 -9.5

5 1 1 0 -

6 2 2 0 -

7 2 2 0 -

8 3 2 1 9.5

9 2 2 0 -

10 3 2 1 9.5

11 2 1 1 9.5

32

Page 33: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

12 3 3 0 -

13 2 3 -1 -9.5

14 2 2 0 -

15 4 3 1 9.5

16 2 2 0 -

17 2 3 -1 -9.5

18 1 2 -1 -9.5

19 3 3 0 -

20 2 2 0 -

21 2 2 0 -

22 1 2 -1 -9.5

23 2 2 0 -

24 2 2 0 -

25 3 1 2 19.5

26 3 2 1 9.5

27 2 2 0 -

28 2 2 0 -

29 2 2 0 -

30 2 3 -1 -9.5

31 2 1 1 9.5

32 3 2 1 9.5

33 2 2 0 -

34 3 2 1 9,5

35 3 3 0 -

36 3 4 -1 -9,5

37 2 4 -2 -19,5

38 2 3 -1 -9,5

39 3 3 0 -

40 1 2 -1 -9,5

n=20

T(-)= 114,5

33

Page 34: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

T(+)=95,5

Ttabel=52

Keputusan: Tidak tolak H0 karena Tobs > Ttabel

Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 90% diperoleh bahwa tingkat keefektifan

perkuliahan mahasiswi STIS sama dengan mahasiswa STIS pada sesi 3.

Hasil perhitungan dengan SPSS sebagai berikut.

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Laki_Laki - Perempuan Negative Ranks 9a 10.61 95.50

Positive Ranks 11b 10.41 114.50

Ties 20c

Total 40

a. Laki_Laki < Perempuan

b. Laki_Laki > Perempuan

c. Laki_Laki = Perempuan

34

Page 35: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Test Statisticsb,c

Laki_Laki -

Perempuan

Z -.389a

Asymp. Sig. (2-tailed) .697

Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .818

90% Confidence Interval Lower Bound .811

Upper Bound .824

Monte Carlo Sig. (1-tailed) 90% Confidence Interval Lower Bound .389

Upper Bound .405

Sig. .397

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

c. Based on 10000 sampled tables with starting seed 926214481.

Dari hasil output SPSS terlihat bahwa nilai asympthotic signifikansi untuk uji dua

arah diperoleh sebesar 0,697. Nilai asympthotic signifikansi tersebut lebih dari alpha 0,1 (p-

value > 0,1), sehingga diperoleh kesimpulan yang sama dengan perhitungan manual yakni

terima H0.

D. Pengujian Keefektifan Perkuliahan Pada Sesi 4

Hipotesa

H0 : Tingkat keefektifan perkuliahan mahasiswi STIS sama dengan mahasiswa STIS

pada sesi 4

H1 : Tingkat keefektifan perkuliahan mahasiswi STIS lebih tinggi dibandingkan

mahasiswa STIS pada sesi 4

( Untuk Sampel Besar n > 25 )

Tingkat signifiknsi=10% (α=10%)

Statistik Uji :

Wilayah kritik : Tolak H0 jika nilai dengan

35

Page 36: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Perhitungan :

Tabel 4. Hasil Penelitian Berdasarkan Sesi 4

No urut Perempuan Laki-laki Selisih Rank

1 3 2 1 10.5

2 1 2 -1 -10.5

3 1 3 -2 -23.5

4 1 3 -2 -23.5

5 1 1 0 -

6 3 3 0 -

7 1 1 0 -

8 2 1 1 10.5

9 2 1 1 10.5

10 2 3 -1 -10.5

11 2 2 0 -

12 2 1 1 10.5

13 1 1 0 -

14 1 1 0 -

15 3 2 1 10.5

16 1 1 0 -

17 1 4 -3 -27

18 1 2 -1 -10.5

19 2 1 1 10.5

20 1 1 0 -

21 1 2 -1 -10.5

22 1 2 -1 -10.5

23 2 2 0 -

24 1 3 -2 -23.5

25 2 1 1 10.5

26 1 2 -1 -10.5

27 3 3 0 -

28 2 3 -1 -10.5

29 2 1 1 10.5

36

Page 37: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

30 4 2 2 23.5

31 2 1 1 10.5

32 2 2 0 -

33 1 3 -2 -23.5

34 2 4 -2 -23.5

35 1 2 -1 -10.5

36 2 2 0 -

37 1 1 0 -

38 2 3 -1 -10.5

39 1 2 -1 -10.5

40 2 1 1 10.5

n= 27

T(+)= 128,5

T(-)= 249,5

Keputusan : Tolak H0 karena dengan yakni, 2,522 > 1,28

Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 90% diperoleh bahwa tingkat keefektifan

perkuliahan mahasiswi STIS lebih tinggi daripada mahasiswa STIS pada sesi 4.

37

Page 38: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

Hasil perhitungan dengan SPSS sebagai berikut.

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Laki_Laki – Perempuan Negative Ranks 11a 11.68 128.50

Positive Ranks 16b 15.59 249.50

Ties 13c

Total 40

a. Laki_Laki < Perempuan

b. Laki_Laki > Perempuan

c. Laki_Laki = Perempuan

Test Statisticsb,c

Laki_Laki -

Perempuan

Z -1.531a

Asymp. Sig. (2-tailed) .126

Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .133

90% Confidence Interval Lower Bound .127

Upper Bound .138

Monte Carlo Sig. (1-tailed) 90% Confidence Interval Lower Bound .062

Upper Bound .070

Sig. .066

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

c. Based on 10000 sampled tables with starting seed 1314643744.

Dari hasil output SPSS terlihat bahwa nilai asympthotic signifikansi untuk uji satu

arah diperoleh sebesar 0,063 diperoleh dengan membagi dua nilai asympthotic signifikansi

pada output SPSS diatas. Nilai asympthotic signifikansi tersebut kurang dari alpha 0,1 (p-

value < 0,1), sehingga diperoleh kesimpulan yang sama dengan perhitungan manual yakni

tolak H0.

38

Page 39: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 40 sampel mahasiswa dan 40

sampel mahasiswi yang dianggap telah mewakili populasi untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan tingkat keefektifan perkuliahan pada setiap sesi dengan berdasarkan jenis kelamin

terhadap mahasiswa STIS tingkat 2, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Banyaknya jumlah yang dominan untuk perkuliahan sesi 1 terletak pada tingkat efektif

dengan jumlah mahasiswi yang lebih besar daripada mahasiswa. Hasil tersebut

dikarenakan beberapa alasan, yakni sebagian mahasiswa masih merasa mengantuk dan

belum siap untuk menerima perkuliahan secara efektif.

2. Pada perkuliahan sesi 2 diperoleh hasil bahwa perkuliahan pada sesi tersebut termasuk

dalam kategori efektif baik bagi mahasiswa maupun mahasiswi STIS tingkat 2. Hasil

tersebut dikarenakan mahasiswa merasa sudah siap untuk melakukan aktifitas

perkuliahan dan menerima pembelajaran, dan sama halnya dengan mahasiswi yang

masih merasa mampu dalam mengikuti perkuliahan pada sesi tersebut. Selain itu,

sebelum sesi 2 dimulai baik mahasiswa maupun mahasiswi sudah makan pagi sehingga

membuat kerja otak menjadi optimal.

3. Pada perkuliahan sesi 3 diperoleh hasil bahwa perkuliahan pada sesi tersebut termasuk

dalam kategori kurang efektif baik bagi mahasiswa maupun mahasiswi STIS tingkat 2.

Hasil tersebut dikarenakan mahasiswa merasa sudah letih untuk melakukan aktifitas

perkuliahan dan menerima pembelajaran, dan sama halnya dengan mahasiswi yang

sudah merasa dalam mengikuti perkuliahan pada sesi tersebut.

4. Pada perkuliahan sesi 4 diperoleh hasil bahwa perkuliahan pada sesi tersebut termasuk

dalam kategori tidak efektif baik bagi mahasiswa maupun mahasiswi STIS tingkat 2.

Hasil tersebut dikarenakan fungsi kerja otak pada jam-jam seperti itu sudah mengalami

tingkat kejenuhan dari segala aktivitas yang dilakukan, baik bagi mahasiswa maupun

mahasiswi STIS.

39

Page 40: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

5.2 Saran

Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan bahwa jadwal perkuliahan pada sesi 4

di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik ini berada pada tingkat yang tidak efektif dalam proses

pembelajaran, sehingga diharapkan agar perkuliahan pada sesi ini bias ditinjau ulang

dengan memberikan mata kuliah yang memiliki bobot ringan atau dengan jumlah SKS

yang sedikit. Hal ini bertujuan agar proses pembelajaran masih dapat di terima dengan

baik oleh para mahasiswa/mahasiswi STIS meskipun fungsi kerja otak sudah mulai

menurun.

40

Page 41: TUGAS PENELITIAN NONPAR new

DAFTAR PUSTAKA

Siegel, Sidney. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,1985.

Prastisto, Arif. Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17. Jakarta:Elex Media Komputindo, 2010.

IR, Wijaya. Statistika Nonparametrik (Aplikasi Program SPSS). Bandung:Alfabeta, 2000.

http://muhammadwinafgani.wordpress.comhttp://www.msani.net/archives/35

http://www.balinter.net/news_16_Info_Kesehatan__Kebiasaan_Yang_Dapat_Merusak_Kerja_Otakhtml

http://niahidayati.net/memaksimalkan-kerja-otak.html

http://wineto.site90.net/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=21

http://strategimanajemen.net/2009/05/11/4-rahasia-kunci-tentang-cara-otak-kita-bekerja/

http://edukasi.kompas.com/read/2010/02/04/14433517/Inilah..Rahasia.di.Balik.Otak.Anak.Laki.laki

http://www.kikil.org/forum/showthread.php?tid=20782

http://anakranto.wordpress.com/2010/02/05/perbedaan-otak-anak-laki-laki-dan-perempuan-apa-pengaruhnya/

http://ikikatta.blogspot.com/2010/05/fakta-ilmiah-alasan-laki-laki-diam.html

http://www.indomp3z.us/archive/index.php?t-44688.html

http://www.dakdem.com/kesehatan/7-tips-hidup-sehat/77-inilah-kerja-otak-saat-orgasme

http://www.lifestyle.dnaberita.com/22%20November%202009%20LIFESTYLE%20Ngantuk.php

http://www.adipedia.com/beberapa-penyebab-remaja-sulit-bangun-pagi/

http://www.uprian.com/2010/04/marketer-tips-belajar-mempertajam.html

http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2010/02/28/2219/2/Otak-Makin-Cerdas-Berkat-Tidur-Siang

41