23
TUGAS MAKALAH MATA KULIAH STUDI ISLAM III “ TRANSPLANTASI ORGAN DALAM PANDANGAN ISLAM” DISUSUN OLEH: NABIAL CHIEKAL GIBRAN (1108010115) FUJI MARSELA ERLITA (1108010117) NAELARIZQI (1108010121) DINAR KUSETIAWATI AMALIA AGAMASI IRMA PRASTIKA FAKULTAS FARMASI i

Tugas Makalah Mata Kuliah Si

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH

STUDI ISLAM III

“ TRANSPLANTASI ORGAN DALAM PANDANGAN ISLAM”

DISUSUN OLEH:

NABIAL CHIEKAL GIBRAN (1108010115)

FUJI MARSELA ERLITA (1108010117)

NAELARIZQI (1108010121)

DINAR KUSETIAWATI

AMALIA AGAMASI

IRMA PRASTIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2013

i

Page 2: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhannahuwata’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga

kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah Studi Islam III ini dengan judul Transplantasi

organ dalam pandangan Islam.

Makalah ini disusun dan dikembangkan dengan tujuan untuk memenuhi target pembelajaran

mata kuliah Studi Islam III mengenai bagaimana Islam memandang transplantasi organ. Mengingat

bahwa dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, Islam mempunyai standar aturan bagi

masyarakatnya. Allah Swt berfirman:

Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan dari saudaranya, hendaklah (yang

mema`afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma`af) membayar (diat)

kepada yang memberi ma`af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu

keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu,

maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS al-Baqarah [2]: 178)

Makalah ini membahas tentang definisi transplantasi, cara-cara transplantasi, tujuan

transplantasi dan bagaimana islam memandang transplantasi tersebut. Untuk itu kami berharap

dengan makalah ini dapat membantu kelompok kami dan mahasiswa yang lain dalam mengkaji dan

memahami lebih baik lagi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam terutama tentang

konsep bagaimana Islam dalam memandang transplantasi organ tersebut.

Akhir kata, saran dan kritik sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah

Studi Islam III selanjutnya.

Purwokerto, Oktober 2013

TIM PENYUSUN

ii

Page 3: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1. PENGERTIAN TRANSPLANTASI ORGAN…………………......1

2. SEJARAH TRANSPLANTASI ORGAN……………….................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................7

1. TRANSPLANTASI ORGAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM............7

2. ASPEK HUKUM TRANSPLANTASI DALAM UUD…………….. 8

3. ASPEK ETIK TRANSPLANTASI……….....................…………..10

BAB III PENUTUP................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

iii

Page 4: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

BAB I

PENDAHULUAN

TRANSPLANTASI ORGAN DALAM PANDANGAN ISLAM

A. PENGERTIAN TRANSPLANTASI ORGAN

Transplantasi adalah perpindahan sebagian atau seluruh jaringan atau organ dari satu

individu pada individu itu sendiri atau pada individu lainnya baik yang sama maupun berbeda

spesies. Saat ini yang lazim di kerjakan di Indonesia saat ini adalah pemindahan suatu

jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga menimbulkan

pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu

tubuh ke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama.

Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada

penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari pendonor.

Berikut terdapat empat jenis transplantasi

1. Transplantasi Autograft : yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain

dalam tubuh itu sendiri,yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi.

2. Transplantasi Alogenik : yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang

sama spesiesnya,baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan

keluarga.

3. Transplantasi Isograf : yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang

identik,misalnya pada gambar identik.

4. Transplantasi Xenograft :yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang

tidak sama spesiesnya.

Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor

yang hidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri

didefinisikan kematian batang otak. Organ-organ yang diambil dari donor hidup

seperti : kulit ginjal sumsum tulang dan darah (transfusi darah). Organ-organ yang

diambil dari jenazah adalah jantung,hati,ginjal,kornea,pancreas,paru-paru dan sel

otak. Semua upaya dalam bidang transplantasi tubuh tentu memerlukan peninjauan

dari sudut hokum dan etik kedokteran.

Menurut Cholil Uman (1994), Pencangkokan adalah pemindahan organ tubuh

yang mempunyai daya hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak

sehat dan tidak berfungsi dengan baik, yang apabila apabila diobati dengan prosedur

medis biasa. Harapan klien untuk bertahan hidupnya tidak ada lagi.

1

Page 5: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

Ada 3 tipe donor organ tubuh ;

1. Donor dalam keadaan hidup sehat : tipe ini memrlukan seleksi yang cermat

dan pemeriksaan kesahatan yang lengkap, baik terhadap donor maupun

resipien untuk menghindari kegagalan karena penolakan tubuh oleh resipien

dan untk mencegah resiko bagi donor.

2. Donor dalam keadaan koma atau diduga akan meninggal dengan sege. Untuk

tipe ini pengambilan organ donor memrlukan alat control kehidupan misalnya

alat bantu pernafasan khusus . Alat Bantu akan dicabut setelah pengambilan

organ selesai. itu.

3. Donor dalam keadaan mati. Tipe ini merupakan tipe yang ideal , sebab secara

medis tinggal menunggu penentuan kapan donor dianggap meninggal secara

medis dan yuridis.

Tipe Donor 1

Donor dalam keadaan sehat. Yang dimaksud disini adalah donor anggota

tubuh bagi siapa saja yang memerlukan pada saat si donor masih hidup. Donor

semacam ini hukumnya boleh. Karena Allah Swt memperbolehkan memberikan

pengampunan terhadap qisash maupun diyat.

Allah Swt berfirman:

ـه� ا�لـيـ� ا�د�اء و� و�ف� ـع�ر� ب�الم� اع ـاتـ�بـ� ف� يئ ش�� ـي�ه� ا�خ� م�ن� ل�ه� ي� ع�ـف� م�ن� ف�

ة م� ح� و�ر� بــ�ك�م� ر� م�ن� يف ـف� تـخ� ذل�ك� ـان+ ــس� بــإ�ح�

Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan dari saudaranya,

hendaklah (yang mema`afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah

(yang diberi ma`af) membayar (diat) kepada yang memberi ma`af dengan cara yang

baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu

rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang

sangat pedih. (TQS al-Baqarah [2]: 178)

Namun, donor seperti ini dibolehkan dengan syarat. Yaitu, donor tersebut

tidak mengakibatkan kematian si pendonor. Misalnya, dia mendonorkan jantung,

limpha atau paru-parunya. Hal ini akan mengakibatkan kematian pada diri si

2

Page 6: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

pendonor. Padahal manusia tidak boleh membunuh dirinya, atau membiarkan orang

lain membunuh dirinya; meski dengan kerelaannya.

Allah Swt berfirman:

ــك�م� س� ا�نـــف� ا تــقــتل�و� و�ال�

Dan janganlah kamu membunuh dirimu. (TQS an-Nisa [4]: 29).

Selanjutnya Allah Swt berfirman:

ـــق� بــال�ح� ا�ال9 الله م� حــر9 الـ9ت�ى النـ=ف�س� ا تــقــتل�و� و�ال�

Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang

nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh

jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab)

yang benar. (QS al-An’am [6]: 151)

Sebagaimana tidak bolehnya manusia mendonorkan anggota tubuhnya yang

dapat mengakibatkan terjadinya pencampur-adukan nasab atau keturunan. Misalnya,

donor testis bagi pria atau donor indung telur bagi perempuan. Sungguh Islam telah

melarang untuk menisbahkan dirinya pada selain bapak maupun ibunya.

Allah Swt berfirman:

Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. (TQS

al-Mujadilah [58]: 2)

Selanjutnya Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa yang menasabkan dirinya pada selain bapaknya, atau

mengurus sesuatu yang bukan urusannya maka atas orang tersebut adalah laknat

Allah, Malaikat dan seluruh manusia”.

Sebagaiman sabda Nabi saw:

“Barang siapa yang dipanggil dengan (nama) selain bapaknya maka surga

haram atasnya”

Begitu pula dinyatakan oleh beliau saw:

3

Page 7: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

“Wanita manapun yang telah mamasukkan nasabnya pada suatu kaum

padahal bukan bagian dari kaum tersebut maka dia terputus dari Allah, dia tidak

akan masuk surga; dan laki-laki manapun yang menolak anaknya padahal dia

mengetahui (bahwa anak tersebut anaknya) maka Allah menghijab Diri-Nya dari

laki-laki tersebut, dan Allah akan menelanjangi (aibnya) dihadapan orang-orang

yang terdahulu maupun yang kemudian”.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Ra, dia berkata:

: ـول� س� يـار� نـا ـقــلـ� ف� ، ن�ســاء لــنـا ـس� لـيـ� النـ9ـبي� ع� م� و�ا غ�ــز� نـ� نـا كـ�

ذ�ل�ك ع�ن� هـانــا فــنـ� ؟ ـت�خ�ص�ي ن�س� ال�أ� .الله

“ Kami dulu pernah berperang bersama Rasulullah sementara pada kami tidak

ada isteri–isteri. Kami berkat :”Wahai Rasulullah bolehkah kami melakukan

pengebirian ?” Maka beliau melarang kami untuk melakukannya,”

Adapun donor kedua testis maupun kedua indung telur, hal tersebut akan

mengakibatkan kemandulan; tentu hal ini bertentangan dengan perintah Islam untuk

memelihara keturunan.

Tipe donor 2

hukum Islam pun tidak membolehkan karena salah satu hadist mengatakan

bahwa ”Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membayakan diri

orang lain.” (HR. Ibnu Majah). Yakni penjelasannya bahwa kita tidak boleh

membahayakan orang lain untuk keuntungan diri sendiri. Perbuatan tersebut

diharamkan dengan alasan apapun sekalipun untuk tujuan yang mulia.

Tipe Donor 3

Menurut hukum Islam ada yang membolehkan dan ada yang mengharamkan.

Yang membolehkan menggantungkan pada  syarat sebagai berikut:

1. Resipien (penerima organ) berada dalam keadaan darurat yang mengancam

dirinya setelah menmpuh berbagai upaya pengobatan yang lama

2. Pencangkokan tidak akan menimbulkan akibat atau komplikasi yang lebih

gawat

3. Telah disetujui oleh wali atau keluarga korban dengan niat untuk menolong

bukan untuk memperjual-belikan

yang tidak membolehkan alasannya :

4

Page 8: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

Seseorang yang sudah mati  tidak dibolehkan menyumbangkan organ

tubuhnya atau mewasiatkan untuk menyumbangkannya. Karena seorang dokter tidak

berhak memanfaatkan salah satu organ tubuh seseorang yang telah meninggal dunia 

untuk ditransplantasikan kepada orang yang membutuhkan. Adapun hukum

kehormatan mayat dan penganiayaan terhadapnya, maka Allah SWT telah

menetapkan bahwa mayat mempunyai kehormatan yang wajib dipelihara

sebagaimana orang hidup. Dan Allah telah mengharamkan pelanggaran terhadap

pelanggaran kehormatan mayat sebagaimana pelanggaran kehormatan orang

hidup.Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa Rasulullah SAW

bersabda:

ا Mــيـ ح� ر�ه� ـس� ك�كـ� ـت� ـيـ� الم� ـم� ع�ظـ� ــر� س� كـ�

“Memecahkan tulang mayat itu sama saja dengan memecahkan tulang orang

hidup” (HR. Ahmad, Abu dawud, dan Ibnu Hibban)

Tindakan mencongkel mata mayat atau membedah perutnya untuk diambil

jantungnya  atau ginjalnya atau hatinya untuk ditransplantasikan kepada orang lain

yang membutuhkan dapat dianggap sebagai mencincang mayat. Padahal Islam telah

melarang perbuatan ini. Imam Bukhari telah meriwayatkan dari Abdullah bin Zaid

Al-Anshasi RA, dia berkata :

ـة� لـ9 ـثـ� و�الم� ـب�ي الـنRه� ع�ن� الله ــو�ل� س� ر� نـه�ى

“ Rasulullah SAW telah melarang ( mengambil ) harta hasil rampasan dan

mencincang (mayat musuh ).”(H.R. Bukhari)

B. SEJARAH TRANSPLANTASI ORGAN

Transplantasi jaringan mulai dipikirkan oleh dunia sejak 4000 tahun silam menurut

manuscrip yang ditemukan di Mesir yang memuat uraian mengenai eksperimen transplantasi

jaringan yang pertama kali dilakukan di Mesir sekitar 2000 tahun sebelum diutusnya Nabi Isa

as. Sedang di India beberapa puluh tahun sebelum lahirnya Nabi Isa as.seorang ahli bedah

bangsa Hindu telah berhasil rnemperbaiki hidung seorang tahanan yang cacat akibat siksaan,

dengan cara mentransplantasikan sebagian kulit dan jaringan iemak yang diambil dari.

lengannya. Pengalaman inilah yang merangsang Gaspare Tagliacosi, seorang ahli bedah Itali,

pada tahun 1S97M untuk raencoba rnemperbaiki cacat hidung seseorang dengan

menggunakan kulit milik kawannya.

Pada ujung abad ke-19 M para ahli bedah, baru berhasil mentransplantasikan jaringan,

namun sejak penemuan John Murphy pada tahun 1897 yang berhasil menyambung pembuluh

darah pada binatang percobaan, baruiah terbuka pintu percobaan mentransplantasikan organ

dari manusia ke manusia lain. Percobaan yang telah dilakukan terhadap binatang akhirnya

5

Page 9: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

berhasil, meskipun ia menghabiskan WaktU ClilQip lama yaitu SatU setengah abad. Pada

tahun 1954. M Dr. J.E. Murray berhasil mentransplantasikan ginja! kcpada seorang anak

yang. berasal dari saudara kembarnya yang membawa perkembangan pesat dan ltbib muju

dalam bidang transplautasi.

Tatkala Islam muncul pada abad ke-7 Maselu, liinu bedah sudah. dikenal di berbagai

negara dunia, khususnya negara-negara maju saat itu, seperti dua negara adi daya Romawi

dan Persi.Naroun pencangkokan jaringan belum mengalami perkembangan yang berarti,

meskipun sudah ditempuh bcrbagai upaya untuk mengembangkannya.Selama ribuan tahun

setelah melewati bantak eksperirnen baruiah berhasil pada akhir abad ke-19 M, untuk

pencangkokan jaringan, dan pada pertengahan abad ke-20 M untuk pencangkokan organ

manusia. Di masa Nabi saw. negara Islam telah memperhatikan rnasalah kesehatan rakyat,

bahkan senantiasa berupaya menjamin kesehatan dan pengobatan bagi seluruh rakyatnya

secara cuma-cuma. Ada beberapa dokter ahli bedah di masa Nabi yang cukup terkenal seperti

Al-Harth bin Kildah dan Abu Ramtah Rafa’ah, juga Rafidah al Aslamiyah dari kaum wanita.

Meskipun pencangkokan organ tubuh belum dikenal oleh dunia saat itu, namun operasi

plastik yang menggunakan organ buatan atau palsu sudah dikenal di masa Nabi saw,,

sebagaimana yang diriwayatkan Imam Abu Daud dan Tirmidzi dari Abdurrahman bin

Tharfah (Sunan Abu Dawud, hadits. no.4232) “bahwa kakeknya ‘Arfajah bin As’ad pernah

terpotong hidungnya pada perang Kulab, lalu ia memasang hidung (palsu) dari logam perak,

namun hidung tersebut mulai membau (membusuk), raaka Nabi saw. menyoruhnya untuk

memasang hidung (palsu) dari logam etnas”. Imam Ibnu Sa’ad dalam Thabaqatnya Qll/58)

juga telah meriwayatkan dari Waqid bin Abi Yaser bahwa ‘Utsman (bin ‘Affan) pernah

memasang mahkota gigi dari emas, supaya giginya lebih kuat (tahan lama).

Pada periode Islam selanjutnya berkat doktrin Islam tentang urgensi kedokteran mulai

bertebaran karya-karya monumental kedokteran yang banyak memuat berbagai praktek

kedokteran: termasuk transplantasi dan sekaligus mencuatkan banyak nama besar dari

ilmuwan muslim dalam bidang kesehatan dan ilmu kedokteran, diantaranya adalah; Al-Rozy

(Thi251-311 H.) yang telah raenemukan dan membedakan pembuluh vena dan arteri

disamping banyak membahas masalah kedokteran yang lain seperti, bedah tulang dan gips

dalam bukunya Al-Athibba, Lebih jauh dari itu, mereka bahkan telah merintis proses

spesialisasi berbagai: kajian dari suatu bidang dan disiplin. Az-Zahrawi ahli kedokteran

muslim yang meninggal di Andalusia sesudah tahun 400-an Hijriyah telah berhasil dan

menjadi orang pertama yang memisahkan ilmu bedah dan memadikannya subjek tersendiri

dari bidang Ilmu Kedokteran. Beliau telah menulis sebuah buku besar yang monumental

dalam bidang kedokteran khususnya ilmu bedah dan diberi judul “At-tashrif. Buku ini telah

menjadi referensi utama dii Eropa dalam bidang kedokteran selama kurang-lebih lima abad

dan sempat diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia termasuk bahasa latin pada tabun

1497 M. Dan pada tahun 1778 M. dicetak dan diterbitkan di London dalam versi arab dan

latin sekaligus. Dan masih banyak lagi nama-nama populer lainnya seperti Ibnu Sina.

6

Page 10: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

BAB II

PEMBAHASAN

PANDANGAN ISLAM TERHADAP TRANSPLANTASI ORGAN

A. TRANSPLANTASI ORGAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Sampai saat ini, transplantasi organ tubuh yang banyak dibicarakan di kalangan

ilmuan dan agamawan adalab mengenai tiga macam organ tubuh yaitu mata, ginjal, dan

jantung, Hal ini dapat di makluni karena organ tubuh tersebut sangatlah vital bagi kehidupan

manusia. Namun, sebagai akibat ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih,

maka di masa yang akan datang, transplantasi mungkin juga berhasil dilakukan untuk organ-

organ tubuh lainnya, mularai dari kaki dan telapaknya sampai kepalanya, termasuk organ

tubuh bagian dalam, seperti rahim wanita. Namun apa yang bisa dicapai oleh teknologi,

belum tentu diterima begitu saja oleh agama dan hukum yang ada dimasyarakat. Mengingat

bahwa transplantasi adalah masalah ijtihadi yang dalil-dalilnya tidak disebut secara eksplisit

di dalam al-qur’an dan hadis.

Untuk menentukan hukum boleh tidaknya transplantasi organ tubuh, perlu dilihat

kapan pelakasanaannya. Sebagaimana dijelaskan ada tiga keadaan transplantasi dilakukan,

yaitu jika pada saat donor masih hidup sehat dan donor ketika sakit (koma) dan didiuga kuat

akan meninggal dan donor dalam keadaan sudah meninggal, Berikut hukum transplantasi

sesuai keadaannya masing-masing. Pertama, apabila pencangkokan tersebut dilakukan, di

mana donor dalam keadaan sehat wal afiat, maka hukumnya menurut Prof Drs. Masyfuk

Zuhdi, dilarang (haram) berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut, Allahberfirmandalam

surat Al-Baqaroah 195 yang artinya“ Danjanganlahkamumenjatuhktm dirimu ke dalam

kebinasaah” Dalam kasus ini, orang yang menyumbangkan sebuah mata atau ginjalnya

kepada orang lain yang buta atau tidak mempunyai ginjal kemungkin ia akan menghadapi

resiko sewaktu-waktu merigalami tidak normalnya atau tidak berfungsinya mata atau

ginjalnya yang tinggal sebuah itu.

Kedua, apabila transplantasi dilakukan terhadap donor yang dalam keadaan sakit

(koma) atau hampir meninggal, maka hukum Islam pun tidak membolenkan berdasarkan

alasan-alasan sebagaimana hadits RasuluUah mengatakan yang Artinyai’TttM boleh

membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membayakan diri orang lain” (HR. Ibnu Majah),

Dalain kasus ini adalah membuat madaharat pada diri orang lain, yakni pendonor

yang dalam keadaan sakit (koma). Orang tidak boleh menyebabkan matinya orang lain.

Dalam kasus ini orang yang sedang sakit (koma) akan meninggal dengan diambil organ

tubuhnya tersebut. Sekalipun tujuan dari pencangkokan tersebut adalah mulia, yakni untuk

menyembuhkan sakitnya orang lain (resipien).

7

Page 11: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

Ketiga, apabila pencangkokan dilakukan ketika pendonor telah meninggal, baik

secara medis maupun yuridis, maka menurut hukum Islam ada yang membolenkan dan ada

yang mengharamkan. Yang membolebkan menggantungkan pada dua syarat sebagai berikut;

pertama Resipien dalam keadaan darurat, yang dapat mengancam jiwanya dan ia sudah

menempuh pengobatan secara medis dan non medis, tapi tidak berhasil. kedua Pencangkokan

tidak menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih berat bagi repisien dibandingkan dengan

keadaan sebelum pencangkokan.

Adapun alasan racmbolehkannya adalah sebagaimana yang disenyalir dalam Al

Qur’an Surat AI Baqarah 195 yang berbunyi: “Dan belanjakanlah (harla bendamu) dijalan

Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat

baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orangyang berbuat baik”. Ayat tersebut

secara analogis dapat difahami, bahwa Islam tidak membenarkan pula orang membiarkan

dirinya dalam keadaan bahaya atau tidak berrungsi organ tubuhnya yang sangat vital, tanpa

ausaha-usaha penyembuhan termasuk pencangkokan di dalamnya. Dalam Surat Al-Maidah:

32 juga disinggung yang artinya adalah “Dan barang siapa yang memelihara kehtdupan

seorang manusia, maka seolah-oiah ia memelihara kehidupan manusia seluruhnya.” Ayat ini

sangat menghargai tindakan kemanusiaan yang dapat menyeleraatkan jiwa manusia. Dalam

kasus ini seseorang yang dengan ikhlas menyumbangkan organ tubuhnya setelah meninggal,

maka Islam membolehkan, Bahkan memandangnya sebagai amal perbuatan kemanusiaan

yang tinggi nilainya, lantaran menolong jiwa sesaraa manusia atau membantu berfungsinya

kerabali organ tubuh sesamanya yang tidak berrungsi.

Nabi sendiri dalam Haditsnya bersabda: “Berobatlah wahai hamba Allah, karen

sesungguhnya Allah tidak meletakkan penyakit kecuali Dia meletakkan jua obatnya, kecuali

satu penyakit yang tidak ada obatnya, yaitu penyakit tua.” Dalam kasus ini, pengobatannya

adalah dengan cara transplantasi organ tubuh. Dalam; Kaidah hukum Islam juga

dissbutkan:”Kemadharatan harus dihilangkan” tentunta dalam kasus ini bahaya (penyakit)

harus dihilangkan dengan cara transplantasi.

B. ASPEK HUKUM TRANSPLANTASI DALAM UUD

Dari segi hukum, transplantasi organ dan jaringan sel tubuh dipandang sebagai

suatu usaha mulia dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakan manusia,

walaupun ini adalah suatu perbuatan yang melawan hokum pidana yaitu tindak

pidana penganiayaan. Tetapi karena adanya pengecualian maka perbuatan tersebut

tidak lagi diancam pidana dan dapat dibenarkan.

Transplantasi dengan donor hidup menimbulkan dilema etik, dimana

transplantasi pada satu sisi dapat membahayakan donor namun di satu sisi dapat

menyelamatkan hidup pasien (resipien). Di beberapa negara yang telah memiliki

Undang-Undang Transplantasi, terdapat pembalasan dalam pelaksanaan transplantasi,

misalnya adanya larangan untuk transplantasi embrio, testis, dan ovarium baik untuk

8

Page 12: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

tujuan pengobatan maupun tujuan eksperimental. Namun ada pula negara yang

mengizinkan dilakukannya transplantasi organ-organ tersebut di atas untuk

kepentingan penelitian saja.

Diindonesia sudah ada undang undang yang membahasnya yaitu UU No.36 Tahun

2009 mengenai transplantasi :

Pasal 64

(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui

transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan,

bedah plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.

(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.

(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.

Pasal 65

(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di

fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

(2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus

memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat persetujuan

pendonor dan/atau ahli waris atau keluarganya.

(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi organ

dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 66

Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan, hanya dapat

dilakukan apabila telah terbukti keamanan dan kemanfaatannya.

Pasal 67

9

Page 13: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

(1) Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh hanya dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta

dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan dan pengiriman spesimen

atau bagian organ tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Pasal 68

(1) Pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya

dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan

serta dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan pemasangan implan

obat dan/atau alat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah.

C. ASPEK ETIK TRANSPLANTASI

Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan

kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya.dari segi etik kedokteran tindakan ini

wajib dilakukan jika ada indikasi,berlandaskan dalam KODEKI,yaitu:

Pasal 2.

Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.

Pasal 10.

Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidup insani.

Pasal 11.

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan

keterampilannya untuk kepentingan penderita.

Pasal-pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981,pada hakekatnya telah

mencakup aspek etik,mengenai larangan memperjual belikan alat atu jaringan tubuh

untuk tujuan transplantasi atau meminta kompensasi material.Yang perl u

diperhatikan dalam tindakan transplantasi adalah penentuan saat mati seseorang akan

10

Page 14: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

diambil organnya,yang dilakukan oleh (2) orang dokter yang tidak ada sangkut paut

medik dengan dokter yang melakukan transplantasi,ini erat kaitannya dengan

keberhasilan transplantasi,karena bertambah segar organ tersebut bertambah baik

hasilnya.tetapi jangan sampai terjadi penyimpangan karena pasien yang akan diambil

organnya harus benar-benar meninggal dan penentuan saat meninggal dilakukan

dengan pemeriksaan elektroensefalografi dan dinyatakan meninggal jika terdapat

kematian batang otak dan sudah pasti tidak terjadi pernafasan dan denyut jantung

secara spontan.pemeriksaan dilakukan oleh para dokter lain bukan dokter

transplantasi agar hasilnya lebih objektif.

11

Page 15: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor hidup sehat

maka hukumnya haram.

2. Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor sakit

(koma), hukumnya haram.

3. Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor telah

meninggal, ada yang berpendapat boleh dan ada yang berpendapat

haram.

4. Undang – undang yang mengatur tentang transplantasi organ terdapat

dalam UU No. 39 Tahun 2009 pasal 64 – 70

Transplantasi merupakan hal yang sangat rumit dalam pengambilan tindakan

yang tepat, karena banyak pendapat yang menentang dan mendukung tentang

pelaksanaan transplantasi dengan berbagai alasan yang berbeda-beda. dari uraian

pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hukum pelaksanaan transplantasi

organ itu bergantung pada alasana mengapa harus melakukan hal tersebut. jika

alasannya tidak mendukung maka kegiatan transplantasi tesebut sangat dilarang dan

hukumnya haram serta ilegal.

12

Page 16: Tugas Makalah Mata Kuliah Si

DAFTAR PUSTAKA

Ahkamul Fuqaha’, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Mu’tamar,

Munas dan Kombes Nahdlatul Ulama’ 1926-2004, (M, khalista, Surabaya, 2007)

cet.III, hal.459

http://pabondowoso.com/berita-1 54-pandangan~hukumrislam-terhadap-

transplantasi-organ-tubuh-dan-tranfusi-darah.html

http://buyung30,wordprcss.com/2009/02/27/ sejarah-transplantasi-dan-hukum-donor-

jaringan-tubuh-menurut-islam/

Kutbuddin Aibak, Kajianfiqih Kontemporer, (yokyakarta, sukses offset, 2009) cet.I,

hal.121

Al-Baghdadi, Atthib Minal kitab wa al-sunnah, hal.187

Ebrahim, Abul Fadl Mohsin. Fikih kesehatan. Penerbit Serambi. Jakarta. 2007

Hanafiah,Jusuf.1999.Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta:EGC

13