Upload
rebecca-francis
View
312
Download
59
Embed Size (px)
DESCRIPTION
diakhdem
Citation preview
BAB II
PAGE TUGAS PEMBUATAN BESI BAJA 1UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON BANTEN
2007
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki sumber bahan baku bijih besi yang cukup banyak, misalnya di pulau Sebuku Kalimantan Selatan terdapat bijih besi laterit dan pasir besi di pantai selatan pulau Jawa. Namun pemanfaatan bijih besi tersebut sampai saat ini masih terbatas. Pada umumnya bijih besi ditemukan dalam bentuk batuan beku maupun pasir. Untuk mendapatkan bijih besi dalam bentuk lump ore maka bijih besi dalam bentuk batuan beku diproses terlebih dahulu melalui proses crushing, sizing, screening yang bertujuan untuk memperkecil ukuran sesuai dengan ukuran butiran/partikel yang diinginkan dan meningkatkan kadar bijih besi dengan cara liberasi. Distribusi ukuran butiran/partikel ini sangat perlu dalam proses reduksi, karena semakin kecil ukuran butiran/partikel tersebut semakin mudah untuk direduksi.
BAB II
TEKNOLOGI HYLSA2.1 Reduksi Bijih BesiReduksi bijih besi adalah tahap pertama yang dilakukan pada proses pembuatan dan pengolahan besi. Melalui proses ini diperoleh logam besi dengan cara melepaskan oksigen yang terikat pada bijih tersebut.Sebagai bahan baku yang digunakan adalah bijih besi berbentuk pelet atau berbentuk lump ore (bongkahan bijih) dan produk yang dihasilkan disebut pig iron (bila berupa besi wantah/cair dari proses reduksi tidak langsung) atau disebut dengan sponge iron (bila dihasilkan melalui proses reduksi langsung). Produk ini merupakan bahan baku untuk proses selanjutnya (steel making).
Salah satu syarat agar proses reduksi dapat berjalan ekonomis adalah kadar Fe dalam bijih besi harus cukup tinggi. Apabila kandungan Fe-nya rendah, pada umumnya perlu ditingkatkan terlebih dahulu melalui proses peningkatan kadar dan homogenisasi bijih, misalnya dengan proses konsentrat dengan cara crushing dan grinding.
Hasil pemurnian berbentuk halus (konsentrat) yang mengandung Fe rendah kemudian dapat diolah dalam tanur reduksi tetapi harus di agglomerasikan menjadi gumpalan dalam bentuk pellet, sinter atau briquet, baru kemudian dapat dimasukkan dalam proses reduksi.
Re
Gambar 2.1 Proses Reduksi Bijih Besi (1)2.2 Spesifikasi dan Bahan Baku Reduksi Langsung Bijih Besi
Sebagai bahan baku proses reduksi, maka bijih besi harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu. Agar mendapatkan operasi yang baik, bijih besi harus mempunyai karakteristik yang cocok. Untuk proses reduksi langsung spesifikasi kualitas yang diperlukan berdasarkan komposisi kimia, sifat fisik dan sifat metalurgi adalah sebagai berikut(1) :a. Komposisi kimia.
Bijih besi yang diperoleh di alam sebagai besi-oksida terutama sebagai hematite (Fe2O3) dan magnetite (Fe3O4) dengan kandungan utamanya Besi (Fe), oksigen (O2) dan gangue (pengotor).
b. Sifat Fisika.
Sifat fisika ini meliputi distribusi ukuran, porositas partikel, kekuatan mekanis dan penunjukkan abrasive dan tumbler.
c. Sifat metalurgi.
Sifat metalurgi menyatakan tingkat sifat material terhadap perlakuan selama proses reduksi berlangsung, yang umumnya berhubungan dengan pengaruh temperatur. Sifat metalurgi yang penting meliputi kemampuan bijih besi untuk direduksi, mengembang/membesar volumenya pada saat temperatur tinggi, menggumpal, kekuatan bijih besi (LTD = Low Temperature Disintegration).
Di dalam proses reduksi langsung (direct reduction), karakteristik dan harga bahan baku sangat penting karena pemilihan bahan baku dapat menentukan produktivitas, konsumsi energi dan biaya produksi.
Spesifikasi bahan baku saja menentukan biaya produksi di pembuatan bijih besi namun juga di pembuatan baja. Oleh karena itu penggunaan suatu jenis bahan baku di dalam proses reduksi langsung (DR) harus diamati kondisinya ke Steel making.
Bahan baku banyak digunakan pada proses reduksi langsung adalah bijih besi pelet yang memiliki sifat diantaranya (5):
1. Bentuknya teratur dan padat.
2. Tahan terhadap degradasi selama handling.
3. Mudah direduksi.
4. Tahan terhadap degradasi selama pemanasan dan reduksi.
5. Produk reduksi besi-nya tidak mudah teroksidasi.
Di samping pelet bahan baku lain yang sering digunakan adalah lump ore. Pemakaian lump ore biasanya dilakukan untuk menurunkan biaya-biaya bahan baku karena harganya lebih murah dibandingkan dengan bahan baku pelet, lump ore memiliki beberapa karakter yang berbeda dengan pelet, diantaranya (5):
1. Reducibility-nya lebih rendah.
2. Lebih mudah terdegradasi selama handling.
3. Lebih mudah terdegradasi selama reduksi.
4. Umumnya memiliki sifat kecenderungan menggumpal lebih rendah.
Sifat lump ore yang tidak mudah menggumpal menyebabkan lump ore sering digunakan sebagai material yang bersifat membaur di dalam reaktor untuk mencegah terjadinya gugus/jurai (clustering), walaupun saat ini penggumpalannya dapat diturunkan dengan sistem pelapisan. Degradasi reduksi biasanya di ukur dengan uji yang disebut LTD (Low temperature Disintegration) pada temperatur 500oC. 2.3 Proses Reduksi Langsung (Direct Reduction Processes)
Definisi dari proses reduksi langsung adalah suatu proses pengambilan oksigen dari oksida-oksida besi (bijih besi) pada temperatur operasi di bawah titik lebur logam maupun oksidanya. Sehingga dengan kondisi proses demikian maka dapat menghasilkan bentuk produk (besi spons, DRI = Direct Reduced Iron) yang relatif sama dengan bentuk umpan/feed-nya (bijih besi pelet atau lump ore).2.3.1Proses HYL
Proses HYL pertama kali dikembangkan oleh HYLSA secara komersil di Meksiko pada tahun 1957. Saat ini teknologi tersebut telah berkembang menjadi HYL-III.
Perbedaan mendasar antara HYL generasi pertama HYL-I dengan HYL-III adalah pada pergerakan material padatnya (fixed-bed atau moving-bed), pola aliran gas prosesnya (co-current atau counter current) serta ada tidaknya recycle gas prosesnya.
Bahan baku pereduksi/gas reduktor terutama terdiri dari campuran gas H2 dan CO yang diperoleh dari proses reformasi gas alam dengan metode termokatalis.2.3.2 Proses HYL III
Proses HYI-III terdiri dari reformasi gas alam dan reduksi. Proses reformasi sama seperti pada proses HYL-I, sedangkan proses reduksinya berbeda. Perbedaan tersebut antara lain pada pergerakan materialnya yang bersifat kontinyu (moving bed), adanya recycle gas proses sehingga dibutuhkan CO absorber unit, serta siklus reduksi dapat dilakukan dengan satu reaktor. Proses HYL-III terlihat pada Gambar 2.2.Secara umum pabrik HYL-III dapat dibagi menjadi dua bagian, pertama adalah pembangkit gas pereduksi, dan kedua adalah unit reduksi iron ore (bijih besi). Unit pembangkit gas pereduksi terdiri dari gas alam steam reformer dan alat-alat yang lainnya seperti heat recovery unit, steam generators dan reformer quench tower. Reaksi reformasi terjadi di Reformer yang berisi pipa katalis dengan katalis Nickel. Panas yang diperlukan untuk reaksi endotermis disuplai dari bahan bakar gas alam.
Gambar.2.2 Proses HYL-III (1,2,4)2.3.3Proses Reduksi pada Proses HYL-III
Di dalam proses reduksi langsung (direct reduction), reaksi utama yang terjadi adalah reaksi reduksi dengan menggunakan gas hydrogen (H2) dan karbon monoksida (CO) sehingga membentuk besi (iron). Di samping itu juga terjadi proses karburisasi pada saat proses pendinginan besi (iron).
Proses reduksi merupakan proses perubahan bijih besi menjadi besi spons. Reduksi berlangsung dengan adanya gas pereduksi hidrogen dan karbon monoksida. Gas pereduksi diperoleh dari reformasi gas alam. Reduksi bijih besi berlangsung di dalam reaktor HYL-III dengan mengalirkan gas pereduksi dari bawah secara counter current dengan aliran bijih besi yang bergerak ke bawah.Reaksi utama reduksi adalah sebagai berikut (1,2):
Fe2O3 (hematite) + 3H2 2Fe + 3H2O
H = + 123400 cal(2.1)
Fe2O3 (hematite) + 3CO 2Fe + 3CO2
H = - 6250 cal(2.2)
Termodinamika reduksi bijih besi berhubungan dengan kesetimbangan kimia antara bijih besi dengan gas pereduksi. Termodinamika ini membahas tentang apakah bersifat eksotermis atau endotermis. 2.3.3.1Reaksi Reduksi Langsung dengan Gas Karbon Monoksida (CO)
Kesetimbangan reaksi reduksi dengan gas karbon monoksida (CO) adalah seperti yang terlihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Kesetimbangan Reaksi Reduksi dengan Gas CO (2,4)
Berdasarkan Gambar 2.3, reaksi reduksi dengan karbon monoksida (CO) pada temperatur diatas 570oC adalah sebagai berikut (1,2):
3Fe2O3 + CO 2Fe3O4 + CO2
Ho = -12636 cal(2.3)
Fe3O4 + CO 3FeO + CO2
Ho = 8664 cal(2.4)
FeO + CO Fe + CO2
Ho = -4136 cal(2.5)Perubahan Fe2O3 menjadi Fe melalui tiga tahap, yaitu (1,2):
Fe2O3 (hematite) Fe3O4 (magnetite) FeO (wustite) Fe (iron)
Masih berdasarkan Gambar 2.3 reaksi reduksi dengan karbon monoksida (CO) pada temperatur di bawah 570oC adalah sebagai berikut (1,2):
3Fe2O3 + CO 2Fe3O4 + CO2
Ho = - 12636 cal(2.6)
Fe3O4 + CO + Fe + CO2
Ho = - 936 cal(2.7)
Perubahan Fe2O3 menjadi Fe melalui dua tahap tanpa melalui wustite, yaitu (1,2):
Fe2O3 (hematite) Fe3O4 (magnetite) Fe(iron)
Reaksi yang sering terjadi adalah reaksi (2.3), (2.4), dan (2.5) karena hampir semua proses reduksi dioperasikan di atas temperatur 600oC. Reaksi overall dari ketiganya adalah eksotermis.2.3.3.2Reaksi Reduksi dengan Hidrogen (H2)
Kesetimbangan reaksi reduksi dengan gas hidrogen (H2) yaitu terlihat pada Gambar 2.4. Berdasarkan Gambar 2.4 reaksi reduksi dengan gas H2 pada temperatur di atas 570oC adalah sebagai berikut (1,2):
3Fe2O3 + H2 2Fe3O4 + H2O
Ho = - 2800 cal
(2.8)
Fe3O4 + H2 3FeO + H2O
Ho = + 18500 cal
(2.9)
FeO + H2 Fe + H2O
Ho = + 5700 cal
(2.10)
Perubahan Fe2O3 menjadi Fe melalui tiga tahap, yaitu (1,2):
Fe2O3 (hematite) Fe3O4 (magnetite) FeO (wustite) Fe (iron)
Gambar 2.4 Kesetimbangan Reaksi Reduksi dengan Gas H2 (2,4)
Masih berdasarkan Gambar 2.4 reaksi reduksi dengan H2 pada temperatur di bawah 570oC adalah sebagai berikut (1,2):
3Fe2O3 + H2 2Fe3O4 + H2O
Ho = - 2800 cal
(2.11)
Fe3O4 + H2 Fe + H2O
Ho = + 8900 cal
(2.12)
Perubahan Fe2O3 menjadi Fe melalui dua tahap tanpa melalui FeO (wustite) (1,2):
Fe2O3 (hematite) Fe3O4 (magnetite) Fe (iron)
Reaksi yang terjadi yaitu reaksi (2.8), (2.9) dan (2.10) karena hampir semua proses reduksi dioperasikan pada temperatur di atas 600oC. Reaksi overall dari ketiganya (reaksi 1) adalah endotermis,
Gambar 2.3 dan 2.4 menunjukkan pengaruh komposisi gas pereduksi (ratio dan) dan temperatur terhadap pembentukan Fe (iron). Gambar tesebut menunjukkan apakah reaksi reduksi baik dengan menggunakan CO atau H2 dan dapat terjadi atau tidak pada temperatur dan komposisi gas tertentu.
2.3.4Proses Reformasi pada Proses HYL-III
Proses reformasi yang digunakan pada proses HYL-III di PT. Krakatau Steel dikenal dengan proses Steam Reforming, yang pada dasarnya merupakan paduan katalitik hidrokarbon dan steam menjadi hidrogen (H2) dan karbon monoksida (CO).
Hidrokarbon berasal dari gas alam yang sebagian besar terdiri dari methane (CH4) disertai sejumlah ethana, propana, buthana, pentana dan nitrogen. Reaksi utama yang terjadi dalam proses reformasi adalah sebagai berikut :
CH4 + H2O CO + 3H2
Ho = + 49300 cal
(2.13)
CO + H2O CO2 + H2
Ho = - 9800 cal
(2.14)
Reaksi reformasi terjadi pada temperatur tinggi (800 850oC) dan tekanan 6 8 kg/cm2 dengan bantuan katalisator nikel. Katalis umumnya berbentuk rashing rings yang diisikan ke dalam pipa katalis.
Beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi reformasi adalah efektivitas penyerapan panas ke dalam sistem karena reaksi reformasi adalah endotermis, kecepatan gas yang menentukan waktu di dalam katalis, karakteristik katalis seperti ukuran partikel, porositas, dan area.2.3.5Termodinamika Reduksi Langsung Bijih Besi
Termodinamika reduksi besi oksida (iron oxide) berhubungan dengan kesetimbangan kimia antara besi oksida (iron oxide) dengan gas pereduksi. Termodinamika ini akan membahas suatu reaksi dapat terjadi atau tidak.
Reduksi adalah peristiwa pengeluaran oksigen dari logam yang mengikatnya oleh suatu gas reduktor, sehingga akan menjadi logam ditambah oksida dari reduktor tersebut. Reaksinya adalah sebagai berikut :
MeO + R Me + RO
Tiap oksida mempunyai tekanan partial oksida sendiri-sendiri yang tergantung pada sistem dimana oksida itu berada.
POksida = f ( P, T)
Suatu reaksi akan berjalan bila afinitas unsur-unsur ini berbeda. Seperti reaksi di atas, proses reduksi akan berjalan bila afinitas R > afinitas Me.
Suatu saat pada sistem terjadi kesetimbangan. Kesetimbangan ini tercapai bila PO2 MeO = PO2 RO (tekanan partial oksida MeO = tekanan partial oksida RO) sehingga bila PO2 RO > PO MeO (reaksi akan bergerak ke arah kiri, oksidasi), sedangkan jika PO2 RO < PO MeO (reaksi akan bergerak ke arah kanan, reduksi).
Oleh karena itu pada proses reduksi, secara teknis agar reaksi bergerak ke kanan (agar proses reduksi dapat berlangsung terus) maka reduktor harus ditransport keluar dalam sistem tanur.2.3.6 Reaksi Karburisasi pada Proses HYL-IIIDi dalam proses reduksi langsung, di samping membentuk reduced iron juga penting untuk membentuk deposit karbon dalam jumlah tertentu yang dibutuhkan oleh iron making. Pembentukan karbon terjadi sebagai hasil dari reaksi karburisasi. Reaksi karburisasi dapat terjadi adanya gas CO dan CH4, seperti dibawah ini (1):
a. Karburisasi dengan CO.
Reaksi karburisasi dengan CO merupakan reaksi eksotermis, secara termodinamika efektif terjadi pada temperatur 500 700oC.
3Fe + 2CO Fe3C + CO2
Ho = - 26230 cal
(2.15)
CO C + CO2
Ho = - 41220 cal
(2.16)CO + H2 C + H2O
Ho = - 31380 cal
(2.17)
Produk reaksi (2.15) adalah senyawa karbon yang bergabung dengan iron yang dikenal sebagai iron cabide atau cementite (Fe3C). Sedangkan produk reaksi (2.16) dan (2.17) adalah free carbon (graphite) yang ter deposit pada direct reduced iron (DRI).
b. Karburisasi dengan CH4Termodinamika dan kinetika reaksi menunjukkan bahwa karburisasi dengan CH4 merupakan reaksi endotermis, sehingga reaksi yang terjadi membutuhkan temperatur tinggi (sekitar 900oC).
3Fe + CH4 Fe3C + 2H2
Ho = + 22880 cal (2.18)
CH4 C + 2H2
Ho = +17886 cal (2.19)2.4Kinetika Reduksi Langsung (Direct Reduction) Bijih Besi
Kinetika kimia reduksi bijih besi menjelaskan kecepatan reaksi reduksi antara bijih besi dengan gas reduktornya. Hal yang terpenting dari kinetika kimia proses reduksi adalah bahwa produktivitas mempunyai hubungan dengan kinetika, yang berarti bahwa proses dengan laju reduksi tinggi adalah proses dengan produktivitas tinggi juga dan begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan teori kinetika dan studi eksperimen, temperatur dan tekanan merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada kinetika reduksi bijih besi. Temperatur merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap kinetika reaksi, makin tinggi temperatur, kecepatan reaksi reduksi meningkat. Pada temperatur rendah, kecepatan reaksi reduksi menurun. Dengan demikian proses DR (Direct Reduction) akan produktif jika dioperasikan pada temperatur yang lebih tinggi.
2.5Mekanisme Reduksi Langsung Bijih Besi
Berbagai percobaan telah dilakukan untuk mengetahui mekanisme reduksi bijih besi. Suatu proses reduksi Fe oksida yang pada contoh ini memakai gas H2, dapat terjadi karena adanya sederetan proses transportasi dan reaksi dalam bijih besi itu sendiri, baik di luar maupun di dalam bijih besi.
Reaksi ini pada prinsipnya berjalan secara bertahap, yaitu dari Fe2O3 (hematite) ke Fe (iron), melalui Fe3O4 (magnetite) dan FeO (wustite). Baik lapisan Fe3O4 (magnetite) maupun Fe2O3 (wustite) adalah dalam keadaan padat, maka perpindahan (transportasi) hanya dapat berlangsung melalui difusi partikel.Reaksi secara keseluruhan FeO + H2 Fe + H2O mencakup difusi partikel padat dan difusi melalui pori-pori pada permukaan FeO (wustite) terjadi pengambilan oleh gas H, karena adanya pergerakan O ini maka pada tempat ini akan terjadi difusi partikel padat.
Dengan difusi partikel padat, maka ion-ion Fe2+ yang timbul bergeser ke tempat-tempat dengan konsentrasi Fe2+ yang lebih rendah, yaitu ke batas phase inti iron/wustite dan wustite/magnetite atau membentuk inti-inti besi baru. Proses ini sekaligus terjadi pada permukaan bijih. Bila dilihat dari lapisan wustite, maka setiap 4 ion O2- yang hilang menyebabkan pergeseran 3 ion Fe2+ ke inti besi, yang dapat melepaskan muatannya dan menetap, dan satu ion Fe2+ ke batas phase wustite/magnetite untuk membentuk 4FeO yang baru. Reaksi kimianya sebagai berikut:
Fe3O4 + 4H2 3Fe + 4H2O
(2.20)2.6Produk yang dihasilkan pada proses HYL-III
Yang merupakan produk utama dari proses reduksi langsung adalah berupa besi spons (DRI = Direct Reduced Iron). Bahan ini merupakan padatan berongga dengan kandungan Fe metal yang tinggi dan juga mengandung karbon dalam tingkat tertentu. Pemakaian utama DRI adalah sebagai bahan baku pengolahan baja di EAF (Electric Arc Furnace). Walaupun dapat dipakai dalam Blast Furnace dan Converter.Kualitas DRI ditunjukkan dengan tingkat metalisasi dan kandungan karbon total.% metalisasi = 100%
(2.21)
Parameter proses yang mempunyai kaitan langsung dengan tingkat metalisasi adalah derajat reduksi.
% reduksi =
100%(2.22)
Produk samping sebagian besar berupa air dan karbon dioksida yang terbentuk selama proses reduksi.
Selain persamaan diatas ada juga beberapa persamaan lain untuk menganalisa suatu hasil reduksi bijih besi yaitu sebagai berikut (3):
Reducible Oksigen :
Fe + O2 FeO
Basis 100 gram Fe2+ = X% Fe2+ = X gram
(2 x 16)
2Fe + O2 Fe2O3
(2.23)Basis 100 gram Fet = Y% Fet = Y gram Fe3+ = (Y X) gram
(2 x 16)
BM O Gram
(2.24)
O2 reduksi =
EMBED Equation.3 .BM O + .BM O
(2.25)
= Fetotal - Fe2+ + Fe2+
(2.26)
= Fetotal - Fe2+)
(2.27)Keterangan : Wo= berat atom oksigen, gram
WFe= berat atom Fe
Fet= %Fe total dalam sampel Fe2+= %bijih besi dalam sampelPersen reduksi sebagai fungsi waktu :R = x 100
(2.28) = [ 1 W/Wi] x
EMBED Equation.3
(2.29) = [1 W] x
(2.30)Keterangan : W = Berat sampel (fungsi waktu)
Wi= Berat sampel awal, gramKonstanta kecepatan reduksi dengan menghasilkan bentuk persamaan reaksi reduksi sebagai berikut (1,2):
Fe2O3+ CO Fe + CO2
(2.31)Fe2O3 + H2 Fe + H2O
(2.32)Menurut standar HYL di PT. Krakatau Steel yaitu dengan menggunakan persamaan sebagai berikut(3) :Ditinjau dari pengurangan oksigen dalam iron ore :
VO2 = k[O2]n
(2.34)-Asumsi Orde (n) = 1
Irreversible VO2 = k[O2]
(2.35)+ VO2.V =
(2.36)+ VO2 =
(2.37) k[O2] =
(2.38)- k.dt
-
(2.39)-k(t o)
(2.40)DefinisiR =
EMBED Equation.3
(2.41)R [O2]o = [O2]o [O2]t
(2.42)[O2]t = [O2]o - R [O2]o = [O2]o (1-R)
(2.43)-ln = k.t
(2.44)-ln k.t -ln = k.t ln = k.t(2.45)Keterangan :k = konstanta kecepatan reduksi/konstanta reducibility
R = reduksi, konstanta reducibility = k.100
t = waktu reduksi, menit
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Pelatihan Diktat Metalurgi Proses Pembuatan Baja PUSDIKLAT KS oleh Herri Suprapto Pusat Pendidikan dan Pelatihan Di Era Global, PT. Krakatau Steel, cilegon, agustus 2002, hal. 1-6 .2. Robert L. Stephenson, Editor Ralph M. Smailer, Deputy Editor, Editorial Commite : John F. Elliott, Jerome Feinman, Harold W. Lownie, Jr., Richard L. Reddy, Direct Reduced Iron Technology and Economics of Production and Use The Iron and Steel Society Warrendale, PA, USA, 1980, p. 19 - 25.3. Refreshing Alat-alat Laboratorium Riset dan Teknologi, oleh Herri Suparapto Ahli teknik pertama pengembangan proses dan bahan baku, cilegon, Januari 1997, p. 1 - 8.4. Jerome Feinman and Donald R. Mac Rae, Direct Reduced Iron Technology and Economics of Production and Use, The Iron and Steel Society Warrendale, PA, USA, 1980, p. 25 - 65.5. A.K. Biswas, Principles of Blast Furnace Iron Making Cootha Publishing House, Australia, 1981, p. 28.
Bijih Besi
Fe tinggi Fe rendah
> 6 mm Pemurnian (crushing,grinding)
Konsentrat
Agglomerasi
Reduksi
Reduksi tidak langsung/tanur tinggi Reduksi langsung
Besi mentah (wantah) atau Besi Spons
PAGE 20
_1169127197.unknown
_1169902667.unknown
_1169903150.unknown
_1170010872.unknown
_1259217242.unknown
_1169903405.unknown
_1169903619.unknown
_1169903787.unknown
_1169903523.unknown
_1169903188.unknown
_1169902797.unknown
_1169903011.unknown
_1169902721.unknown
_1169127840.unknown
_1169448682.unknown
_1169902511.unknown
_1169264307.unknown
_1169127702.unknown
_1169127767.unknown
_1169127469.unknown
_1169127623.unknown
_1169125904.unknown
_1169126624.unknown
_1169127111.unknown
_1169127162.unknown
_1169126900.unknown
_1169126441.unknown
_1169126549.unknown
_1169126267.unknown
_1169114881.unknown
_1169115457.unknown
_1169115752.unknown
_1169114949.unknown
_1169115422.unknown
_1169114095.unknown
_1169114763.unknown
_1169113814.unknown
_1169114039.unknown