9
PENGERTIAN MERGER Pengertian Merger dan Akuisisi, Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di- merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598). Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan Sudomo, 2001, p.640) Faktor Keberhasilan Merger dan Akuisisi Keberhasilan suatu merger dan akuisisi sangat bergantung pada ketepatan analisis dan penelitian yang menyeluruh terhadap faktor- faktor penyelaras atau kompatibilitas antara organisasi yang akan bergabung. Neil M. Kay (1997)[13], dalam bukunya Pattern in Corporate Evolution, mengungkapkan bahwa merger dan akuisisi akan berlangsung sukses apabila diantara perusahaan yang akan bergabung memiliki market link dan technological link. Sementara Robins (2000)[14], dalam Organizational Behavior, menambahkan bahwa kompatibilitas budaya organisasi yang akan bergabung dalam sebuah merger seringkali menjadi faktor non ekonomi yang krusial dalam mendukung keberhasilan sebuah proses merger. Sedangkan Pringle dan Harris (1987)[15], dalam bukunya Esentials of Managerial Finance memandang bahwa kinerja keuangan pada perusahaan hasil merger merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih akan bergabung. 1. Faktor Pasar dan Pemasaran

Tugas Komunikasi Bisnis Nengsih

Embed Size (px)

Citation preview

PENGERTIAN MERGERPengertian Merger dan Akuisisi, Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598). Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan Sudomo, 2001, p.640)

Faktor Keberhasilan Merger dan Akuisisi Keberhasilan suatu merger dan akuisisi sangat bergantung pada ketepatan analisis dan penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras atau kompatibilitas antara organisasi yang akan bergabung. Neil M. Kay (1997)[13], dalam bukunya Pattern in Corporate Evolution, mengungkapkan bahwa merger dan akuisisi akan berlangsung sukses apabila diantara perusahaan yang akan bergabung memiliki market link dan technological link. Sementara Robins (2000)[14], dalam Organizational Behavior, menambahkan bahwa kompatibilitas budaya organisasi yang akan bergabung dalam sebuah merger seringkali menjadi faktor non ekonomi yang krusial dalam mendukung keberhasilan sebuah proses merger. Sedangkan Pringle dan Harris (1987)[15], dalam bukunya Esentials of Managerial Finance memandang bahwa kinerja keuangan pada perusahaan hasil merger merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih akan bergabung.

1. Faktor Pasar dan Pemasaran

Menurut Neil Kay (1997), perusahaan dapat berhasil dalam melakukan merger dan akuisisi apabila terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal pasar yang ia sebut sebagai market linkages. Salah satu hasil yang diharapkan dari merger dan akuisisi adalah sinergi yang dihasilkan oleh meningkatnya akses perusahaan ke pasar baru yang selama ini tidak tersentuh.

Sumber-sumber potensial yang dalam hal ini menggabungkan kesempatan pasar dengan saling berbagi pasar yang ditekuni masing-masing selama ini (cross marketing). Dengan lini produk yang lebih luas, setiap perusahaan dapat menjual lebih banyak produk kepada pelanggannya dari yang selama ini telah dilakukannya. Cross-marketing ini memungkinkan secara cepat masing-masing perusahaan untuk meningkatkan pendapatannya dengan sangat cepat. Sehingga memungkinkan terjadinya cross selling yang akan meningkatkan pendapatan perusahaan hasil merger dan akuisisi. Sebagai contoh sarana cross-marketing adalah kekuatan merk salah satu produk akan memberikan efek kepada produk yang lain yang didapat dari hasil merger dan akuisisi.

Sustainability perusahaan sangat tergantung pada respon pasar yang positif terhadap apa yang mereka tawarkan. Meskipun memiliki kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa yang berkualitas namun bila pasar tidak memberikan respon yang positif maka perusahaan tidak akan memperoleh profit. Sementara profit merupakan dasar bagi keberlangsungan sebuah perusahaan.

2. Faktor Teknologi

Menurut Neil Kay (1997)[16], perusahaan dapat melakukan merger dan akuisisi apabila terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal sumber daya teknologi dan produksi yang ia sebut sebagai technological linkages. Technological linkages ini dapat meliputi penggabungan proses produksi karena proses yang sama seperti halnya yang terjadi pada horizontal merger.

Proses pengembangan produk juga dapat menjadi sarana terjadinya sinergi teknologi informasi dalam satu organisasi. Ketika teknologi yang digunakan sama maka potensi sinergi dapat diciptakan. Dengan melakukan proses merger dan akuisisi secara sehat dan suka rela, potensi sinergi akan menghasilkan skala dan ruang lingkup ekonomi (economy of scale and scope) yang bermanfaat. Teknologi dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan produksi dan inovasi yang dimiliki oleh perusahaan yang tercermin dari kualifikasi sumber daya manusia, skill dan keahlian yang mereka miliki, jenis produk yang mereka tawarkan serta peralatan barang modal yang mereka gunakan.

Disinilah para pengambil kebijakan juga mesti berhati-hati. Jangan sampai perusahaan hasil merger dan akuisisi malah menjadi tidak produktif dikarenakan adanya kesenjangan teknologi.

3. Faktor Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan salah satu aspek non ekonomis yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih melakukan merger dan akuisis. Dalam banyak kasus merger dan akuisisi diberbagai perusahaan, masalah budaya seringkali menjadi masalah yang sangat krusial. Latar belakang budaya yang sangat berbeda diantara karyawan dapat menyebabkan karyawan enggan untuk melakukan kerja sama, masing-masing berusaha melakukan sesuatu berdasarkan cara metode yang selama ini telah mereka lakukan diperusahaan lama mereka, untuk bisa beradaptasi seringkali membutuhkan waktu yang lama.

Budaya organisasi didefinisikan oleh Robins (2000)[17] sebagai suatu persepsi bersama yang dianut anggota-anggota organisasi tersebut. Schein (1997)[18], menyebutkan bahwa budaya organisasi mengacu kepada suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi lainnya. Sementara Kotter dan Heskett (1992)[19] menjelaskan bahwa dalam organisasi, budaya mempresentasikan value dan cara yang dimiliki bersama oleh orang-orang yang terlibat dalam organisasi. Value sendiri dipandang sebagai keyakinan dasar tentang apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan dan apa yang penting dan apa yang tidak penting untuk organisasi.

Perbedaan budaya ini dapat menyebabkan konflik. Akibatnya kerja sama tidak mudah terbangun, kohesivitas organisasi lemah, sinergi tidak tercipta, akhirnya produktivitas perusahaan hasil merger dan akuisisi juga menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Perbedaan budaya organisasi tentu dapat diselesaikan. Karena memang budaya sendiri adalah sesuatu yang dapat berubah. Namun hal tersebut membutuhkan waktu dan kemampuan mengelola perubahan yang baik. Karenanya sebelum merger dan akuisisi dilakukan kiranya perlu dipersiapkan model transisi budaya yang bisa diterima dan diikuti oleh segenap komponen dalam masing-masing perusahaan yang akan merger dan akuisisi

4. Faktor Keuangan

Salah satu alasan mengapa merger dan akuisisi dilakukan adalah harapan akan terjadinya sinergi melalui penggabungan sumber daya beberapa perusahaan.

Dari sisi finansial[20], sinergi ini bermakna kemampuan menghasilkan laba perusahaan hasil merger dan akuisisi yang lebih besar dari kemampuan laba masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Sinergi inilah yang menjadi syarat awal terjadinya sebuah merger. Sinergi ini kemudian memungkinkan perusahaan hasil merger dan akuisisi dapat membiayai proses merger dan akuisisi serta mampu memberikan deviden yang premium kepada pemilik modal perusahaan.

Efek sinergi dari sebuah merger dan akuisisi bersumber pada dua aktivitas yaitu sinergi dalam hal operasional dan sinergi dalam hal finansial. Sinergi operasional dapat terjadi berupa peningkatan pendapatan (revenue enhancement) dan pengurangan biaya (cost reduction).

Dalam prakteknya, usaha peningkatan pendapatan ini lebih sulit dibanding usaha mengurangi biaya produksi. Hal ini karena yang kedua lebih kasat mata dan terukur sehingga lebih mudah diidentifikasi. Sementara sinergi dalam hal finansial berhubungan dengan kemungkinan lebih rendahnya biaya memperoleh modal bagi perusahaan hasil merger dan akuisisi dibanding biaya bagi perusahaan sebelum merger dan akuisisi.

Para perencana merger dan akuisisi cenderung melihat pengurangan biaya sebagai sumber utama sinergi operasional. Pengurangan biaya ini lebih banyak bersumber dari skala ekonomi yaitu penurunan biaya per unit produk yang dihasilkan oleh peningkatan volume produksi atau skala operasional perusahaan. Biaya per unit produk yang tinggi muncul akibat biaya tetap operasional yang hanya menghasilkan output yang sedikit. Proses yang meningkatkan jumlah output yang kemudian berakibat penurunan biaya per unit ini biasa disebut spreading overhead. Sumber lain yang dapat mengurangi biaya adalah peningkatan spesialisasi tenaga kerja dan manajemen, serta penggunaan barang modal yang lebih efisien, yang tidak mungkin terjadi pada tingkat output yang rendah.

penyebab gagalnya merger Merger dan akusisi biasa terjadi dalam dunia bisnis termasuk yang terjadi pada Aqua-Danone. Namun banyak pula merger dan akuisisi yang gagal. Umumnya, sebelum melakukan merger dan akuisisi, kedua pihak hanya mendiskusikan masalah finansial dan strategi saja sehingga melupakan satu komponen yang sangat penting SDM.Menurut Clement dan Greenspan (Putri, 2007), partner merger tidak terlalu memperhitungkan komponen SDM, padahal hal itu merupakan variabel strategis dalam sebuah kesepakatan. Sebagian besar merger dan akuisisi didorong oleh kemungkinan sinergi yang tercipta dari efisiensi dan harga saham. Namun jika faktor pendorong adalah visi strategis ke depannya, maka profesional HR perlu untuk terlibat dari awal untuk mengukur implikasi pada SDM yang tidak tercantum pada neraca atau laporan keuangan. Berdasarkan studi Society for Human Resources Management Foundation dan Towers Perrin pada tahun 2000 (Rei, 2004) ada 7 penghalang utama dalam mencapai hasil dari merger atau akuisisi yang diharapkan, yaitu:- Ketidakmampuan mempertahankan kinerja keuangan- Menurunnya produktivitas-Perbedaan budaya antar-organisasi yang terlibat merger - Hilang/mundurnya para karyawan andalan - Persaingan atau pertentangan gaya/ego antar-anggota manajemen-Ketidakmampuan melakukan manajemen perubahan -Lemahnya komunikasi dan ketidakjelasan tujuan merger atau sinergi. Dari daftar di atas, sebagian besar menyangkut sumber daya manusia sehingga diketahui bahwa studi di atas memperlihatkan adanya keterlibatan manajemen SDM) dalam merger dan akuisisi yang berhasil dibanding yang tidak. Dalam merger dan akuisisi yang dianggap sukses, SDM terlibat aktif sejak pre-deal dan due diligence karena dalam proses awal inilah organisasi memiliki kesempatan untuk mempelajari seluruh informasi yang berhubungan dengan human capital dari calon pasangannya serta risiko finansial dan non finansial yang akan timbul dari merger dan akuisisi yang akan dilakukan. Peran SDM dalam proses integrasi dan implementasi lebih terlihat dibanding proses-proses sebelumnya karena proses-proses ini lebih erat berkaitan dengan fungsi SDM. Aktivitas SDM pada bagian ini umumnya berhubungan dengan seleksi karyawan, program retensi, komunikasi, dan lain-lain (Rei, 2004). Menurut Rei (2004) banyak studi yang memperlihatkan pentingnya peran SDM dalam proses merger dan akuisisi, namun penelitian justru memperlihatkan fungsi SDM dirasakan belum memiliki kemampuan untuk memainkan peran strategis dalam suatu proses merger dan akuisisi, terutama pada tahap pre-deal dan due diligence. Hal ini terjadi karena pada umumnya fokus dunia bisnis lebih condong pada kinerja finansial dibanding value added fungsi SDM dalam suatu organisasi. Dengan pandangan seperti itu, tentu saja SDM perlu meningkatkan kompetensinya dalam hal: Meningkatkan kemampuan dalam menciptakan value yang dihasilkan dalam organisasi-organisasi yang terlibat merger dan akuisisi. Meningkatkan kemampuan teknis dalam mengelola berbagai program SDM. Kemampuan teknis ini diperlukan ketika program-program SDM dari organisasi-organisasi yang berbeda digabungkan. Meningkatkan kemampuan dalam proses penilaian (finansial) perusahaan yang akan terlibat merger atau akuisisi, dan implikasi dari program-program SDM atas penilaian tersebut.

Tipe-tipe Mergermerger dapat dikategorikan ke dalam tiga tipe: 1. Merger Horizontal merger melibatkan dua perusahaan yang beroperasi dan berkompetisi di jenis aktivitas bisnis yang sama. Tipe merger ini harus diatur oleh regulasi pemerintah dikarenakan adanya kemungkinan efek negatif yang ditimbulkan dalam kompetisi industri, karena horizontal merger dapat mengurangi jumlah perusahaan yang bersaing dalam industri tertentu yang pada akhirnya dapat menimbulkan monopoli. 2. Merger Vertical merger terjadi antara dua perusahaan yang memiliki tahap produksi yang berbeda dalam operasional perusahaannya. Merger ini biasanya dilakukan oleh dua perusahaan yang masing-masing memiliki spesialisasi dalam tahap produksi yang berbeda, sehingga dengan terjadinya merger diharapkan akan memperbesar skala ekonomi perusahaan dan meningkatkan efisiensi biaya yang akan dikeluarkan di masa mendatang, jika dibandingkan dengan hanya melakukan kontrak kerjasama jangka panjang antar perusahaan. 3. Conglomerate merger; melibatkan dua perusahaan yang memiliki aktivitas yang benar-benar berbeda

Contoh Merger Sukses merger dari bank papan atas seperti Bank Mandiri, Bank Danamon dan Bank Permata telah merangsang bank-bank pada papan menengah seperti Bank Haga dan Bank Hagakita untuk bergabung dengan pihak bank asing Rabobank. Dan terakhir ini kita melihat adanya minat dari bank-bank kecil menengah (Bank Harta, Bank Mitraniaga, Bank Harmoni) untuk melakukan strategi serupa.Daftar Akuisisi dan Merger Bank di Indonesia antara lain:Nama Bank Akuisisi Saham %01. Konsorsium Wishart Bank Anglomas Intl 9002. Hana Bank + IFC Bank Bintang Manunggal 6103. Triputra Persada R Bank Purba Danarta 81,4904. Kharisma Putra K Bank Ina Perdana 5505. Dian Intan Pertiwi Bank Finconesia 5106. Bank Victoria Bank Swaguna 99,7907. Rabobank Bank Haga & Hagakita -08. BoTM-UFJ+Acom Bank Nusantara P 75,4109. Bank Commonwealth Bank Arta Niaga K 8010. BRI Bank Jasa Arta 10011. Bank of India Bank Swadesi 9012. ICBC Bank Halim 9013. Bank Index Selindo Bank Harmoni -14. Bank Multicor Bank Windu Kentjana -15. Bank Panin Bank Harfa 10016. Bank Mandiri Bank Sinar H (Bali) 8017. Mercy Corps Bank Sri Partha 68

Pada kasus industri perbankan, krisis perekonomian yang terjadi di wilayah ekonomi Asia Timur dan Asia Tenggara pada tahun 1997 telah membawa dampak terjadinya kemelut di industri perbankan di dalam negeri. Cukup banyak lembaga perbankan yang menghadapi permasalahan dan bahkan kemudian kolaps akibat krisis tersebut. Upaya penyelamatan dari bank-bank yang masih bertahan kemudian tertolong dengan dijalankannya kebijakan restrukturisasi finansialdan strategi merger dan akuisisi.