Upload
tryna
View
78
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
TUGAS KELOMPOK: MASALAH MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA KONTEMPORER. TRISAKTI HANDAYANI (0490371010) I WAYAN WINDIA (0490371011). PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2004. 1. EKSPANSI REZIM MEDIS, MEDIKALISASI KEHIDUPAN DAN PEMBERDAYAAN MASARAKAT. - PowerPoint PPT Presentation
Citation preview
1
1
PEMIKIRAN KRITIS SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)
PEMIKIRAN KRITIS SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)
Mengapa?...................LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KARENA PERAN SENTRAL YANG DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG “SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA MEDIS.
Mengapa?...................LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KARENA PERAN SENTRAL YANG DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG “SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA MEDIS.
Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS YANG CENDERUNG MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG TIDAK SEIMBANG (ANTARA PASIEN DAN DOKTER), OTORITAS YANG BERLEBIHAN SHG BERSIFAT DOMINATIF DAN MUNCULNYA KETIDAK BERDAYAAN (DEPOWERING) PASIEN BILA BERHADAPAN DENGAN LEMBAGA INI
Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS YANG CENDERUNG MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG TIDAK SEIMBANG (ANTARA PASIEN DAN DOKTER), OTORITAS YANG BERLEBIHAN SHG BERSIFAT DOMINATIF DAN MUNCULNYA KETIDAK BERDAYAAN (DEPOWERING) PASIEN BILA BERHADAPAN DENGAN LEMBAGA INI
34
MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIALMEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
Teori-teori yang dihasilkan
Teori-teori yang dihasilkan
PENDEKATAN YANG TERAKHIR BELUM BGT POPULER DI INDONESIA , NAMUN AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI ANALISIS DALAM UPAYA MEMAHAMI EKSISTENSI LEMBAGA MEDIS
PENDEKATAN YANG TERAKHIR BELUM BGT POPULER DI INDONESIA , NAMUN AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI ANALISIS DALAM UPAYA MEMAHAMI EKSISTENSI LEMBAGA MEDIS
1. FUNGIONASLIME SIMBOLIK
2. FENOMENALISME
3. KRITIS (CRITICAL SOCIOLOGIY)
3
DALAM DUNIA MEDIS
DALAM DUNIA MEDIS UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG BERSIFAT EKSPLOITATIF THD SEKELOMPOK ORANG TERTENTU DG CARA MENINGKATKAN KESADARAN KRITIS SHG MEMILIKI POSISI TAWAR (BARGAINING POSITION) ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA MEDIS.
SALAH SATU MANIFESTASI KONKRIT DARI SIKAP KRITIS ADALAH MEMPERTANYAKAN KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI DIMENSI
UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP HIDDEN SRUCTURE YANG BERSIFAT EKSPLOITATIF THD SEKELOMPOK ORANG TERTENTU DG CARA MENINGKATKAN KESADARAN KRITIS SHG MEMILIKI POSISI TAWAR (BARGAINING POSITION) ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA MEDIS.
SALAH SATU MANIFESTASI KONKRIT DARI SIKAP KRITIS ADALAH MEMPERTANYAKAN KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI DIMENSI
POSITIVISME MRPKN BAG DARI ILMU KEDOKTERAN BARAT , AKIBATNYA SCR TDK DISADARI LEMBAGA INI BERSIFAT TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH: “PERCAYAKAN SAJA PADA AHLINYA TANPA BANYAK BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN LEMBAGA INI CENDERUNG DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG DISTORTIF.
POSITIVISME MRPKN BAG DARI ILMU KEDOKTERAN BARAT , AKIBATNYA SCR TDK DISADARI LEMBAGA INI BERSIFAT TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH: “PERCAYAKAN SAJA PADA AHLINYA TANPA BANYAK BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN LEMBAGA INI CENDERUNG DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG DISTORTIF.
34
DALAM PERSPEKTIF MEDISDALAM PERSPEKTIF MEDIS LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL ORANG SAKIT, TETAPI JUGA ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN IDEOLOGY MEDICALIZATION OF LIFE, UNTUK SEHAT ORANG HARUS MENGIKUTI GARIS PERINTAH MEDIS.
IMPLIKASINYA ADALAH KEHIDUPAN SOSIAL DIDOMINASI OLEH LEMBAGA MEDIS DAN MENEMPATKAN REZIM MEDIS SEBAGAI PENGUASA TERTINGGI BAHKAN KEKUASAANNYA KADANG MELEBIHI PENGUASA POLITIK.
LEMBAGA MEDIS TDK HANYA MENGONTROL ORANG SAKIT, TETAPI JUGA ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN IDEOLOGY MEDICALIZATION OF LIFE, UNTUK SEHAT ORANG HARUS MENGIKUTI GARIS PERINTAH MEDIS.
IMPLIKASINYA ADALAH KEHIDUPAN SOSIAL DIDOMINASI OLEH LEMBAGA MEDIS DAN MENEMPATKAN REZIM MEDIS SEBAGAI PENGUASA TERTINGGI BAHKAN KEKUASAANNYA KADANG MELEBIHI PENGUASA POLITIK.
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA MEDICAL NEXUS)SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA, YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT FISIK.LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI MEDIKALISASI MENYEBABKAN MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD PENYAKIT.KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI KETERGANTUNGAN
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA MEDICAL NEXUS)SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA, YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT FISIK.LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI MEDIKALISASI MENYEBABKAN MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD PENYAKIT.KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI KETERGANTUNGAN
Pada tahap Perkembangan
selanjutnya
34
DICIPTAKANNYA OPINI MEDICALIZATION OF LIFE :
DICIPTAKANNYA OPINI MEDICALIZATION OF LIFE :
SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT SEHAT SECARA BIOLOGIS.DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM MASYARAKAT KAPITALIS.MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM MEDIS.AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS, YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR, TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT SEHAT SECARA BIOLOGIS.DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM MASYARAKAT KAPITALIS.MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM MEDIS.AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS, YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR, TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34
MENUJU DEMEDIKALISASI MASYARAKAT
MENUJU DEMEDIKALISASI MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS, TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU KONSUMEN (PASIEN)
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS, TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU KONSUMEN (PASIEN)
34
TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL IATROGENIC : yaitu penyakit biologis
yang harus dibuktikan scr klinis dalam hal ini dokter mempunyai peran
untuk menyembuhkan
SOCIAL IATROGENIC : yaitu kondisi masyarakat
yang kecanduan perlakuan medis
dalam rangka memecahkan
problema kesehatannya.
STRUCTURAL IATROGENIC : yaitu meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim medis, atau
meningkatnya kontrol dokter terhadap pasien
yg disertai dengan menurunnya otonomi
pasien thd dokter.
KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan “HEALTH” daripada “WEALTH
Mengutamakan “WEALTH” daripada “HEALTH
Masyarakat KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF Akan EKSIS
Masyarakat KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF Akan EKSIS
Masyarakat EGALITARIAN, dampaknya Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami DISTORSI
Masyarakat EGALITARIAN, dampaknya Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami DISTORSI
KESEPAKATAN ALMA ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON BIOLOGIS), yaitu dengan mewujudkan :
1. Kesamaan otonomi2. Adanya Pemberdayaan
Masyarakat3. Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat terhadap Lembaga Medis
4. Sehat dalam Pengertian Lingkungan
4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Kesadaran Kritis (Critical Consciousness)
Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan , melalui PENDIDIKAN
2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial
3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah , dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.
4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah sehingga Hubungan antara Lembaga Medis dan Pasiennya tidak dominatif.
LATAR BELAKANG
KONSEP Untuk meningkatakan peran dan kemandirian O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada aspek : capacity building, cultural change, structural adjusment dan pola hubungan gender.
“Longwe” adalah Konsep Pemberdayaan feminisme yang meliputi: akses, kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi dan kuasa.
KONSEP Untuk meningkatakan peran dan kemandirian O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada aspek : capacity building, cultural change, structural adjusment dan pola hubungan gender.
“Longwe” adalah Konsep Pemberdayaan feminisme yang meliputi: akses, kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi dan kuasa.
FAKTATidak semua organisasi perempuan dapat mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian secara optimal
Perkembangan organisasi perempuan masih : 1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada nilai-nilai patriarkhi.2. tidak dpt berjalan scr optimal3. terlihat bias gender
FAKTATidak semua organisasi perempuan dapat mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian secara optimal
Perkembangan organisasi perempuan masih : 1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada nilai-nilai patriarkhi.2. tidak dpt berjalan scr optimal3. terlihat bias gender
?RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building, cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ? 2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran dan kemandirian ?
RUMUSAN MASALAH1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building, cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ? 2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran dan kemandirian ?
Pemberdayaan
2
sasi perempuan yang tergabung dalam (GOW)
sasi perempuan yang tergabung dalam (GOW)
MODEL YG DIKEMBANGKAN“Konsep Longwe”, yaitu :-Kesejahteraan-Akses-Penyadaran diri-Partisipasi-Kontrol
MODEL YG DIKEMBANGKAN“Konsep Longwe”, yaitu :-Kesejahteraan-Akses-Penyadaran diri-Partisipasi-Kontrol
ASPEK YANG DITELTI :
bangunan organisasi (capacity building),
perubahan kultural
( cultural change), kesesuaian struktural (struktural adjustment).
Pola hubungan gender oragnisasi
3
DALAM DUNIA MEDISDALAM DUNIA MEDIS UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP HIDDEN SRUCTURE YG BERSIFAT EKSPLOITATIF THD SEKELOMPOK ORANG TERTENTU DG CARA MENINGKATKAN KESADARAN KRITIS SHG MEMILIKI POSISI TAWAR (BARGAINING POSITION) ANTARA PASIEN DAN KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI KONKRIT DARI SIKAP KRITIS ADALAH MEMPERTANYAKAN KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI DIMENSI
UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP HIDDEN SRUCTURE YG BERSIFAT EKSPLOITATIF THD SEKELOMPOK ORANG TERTENTU DG CARA MENINGKATKAN KESADARAN KRITIS SHG MEMILIKI POSISI TAWAR (BARGAINING POSITION) ANTARA PASIEN DAN KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI KONKRIT DARI SIKAP KRITIS ADALAH MEMPERTANYAKAN KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI DIMENSI
POSITIVISME MRPKN BAG DARI ILMU KEDOKTERAN BARAT , AKIBATNYA SCR TDK DISADARI LEMBAGA INI BERSIFAT TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH: “PERCAYAKAN SAJA PADA AHLINYA TANPA BANYAK BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN LEMBAGA INI CENDERUNG DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG DISTORTIF.
POSITIVISME MRPKN BAG DARI ILMU KEDOKTERAN BARAT , AKIBATNYA SCR TDK DISADARI LEMBAGA INI BERSIFAT TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH: “PERCAYAKAN SAJA PADA AHLINYA TANPA BANYAK BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN LEMBAGA INI CENDERUNG DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG DISTORTIF.
34
LOKASI PENELITIAN :
LOKASI PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Prinsip-prinsip dasar model
pemberdayaan yang diperlukan dalam rangka meningkatkan potensi agar mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi perempuan dalam mengembangkan organisasi.
2. Potret tingkat keberdayaan organisasi yang merupakan prinsip-prinsip atau dasar-dasar dalam merancang model pemberdayaan organisasi perempuan.
HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Prinsip-prinsip dasar model
pemberdayaan yang diperlukan dalam rangka meningkatkan potensi agar mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi perempuan dalam mengembangkan organisasi.
2. Potret tingkat keberdayaan organisasi yang merupakan prinsip-prinsip atau dasar-dasar dalam merancang model pemberdayaan organisasi perempuan.
ORGANISASI PEREMPUAN YANG ADA DIKOTA MALANG
ORGANISASI PEREMPUAN YANG ADA DIKOTA MALANG
34
MANFAAT PENELITIAN :1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW), sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder), yang kompeten dalam menyusun program dan mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan banyaknya organisasi perempuan, yang kurang dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam mengembangkan model pemberdayaan dimasa mendatang dalam rangka meningkatkan potensi, sehingga mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi perempuan dalam mengembangkan organisasi.
MANFAAT PENELITIAN :1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW), sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder), yang kompeten dalam menyusun program dan mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan banyaknya organisasi perempuan, yang kurang dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam mengembangkan model pemberdayaan dimasa mendatang dalam rangka meningkatkan potensi, sehingga mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi perempuan dalam mengembangkan organisasi.
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan peran dan kemandirian.
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan peran dan kemandirian.
5
Tingkat Pemberdaya
an
Uraian Langkah Pemberdayaan
Permasalahan
Kuasa
Tingkat tertinggi dari keadilan danpemberdayaanGender
Perwakilan setara, peran aktif dalam pembangunan, diakuinya sumbangan masing-masing, memelihara dan mengembangkan tujuan
Bagaimana kegiatan yang ada dapat dipertahankan dan mengembangkannya ke tingkat yang lebih tinggi
Partisipasi
Perempuan dan laki-laki telah mencapai tk. dimana mereka dapat mengambil keputusan bersama se-bagai dua pihak setara
Pengorganisasian, bekerja dalam kelompok, suara dan kepen-tingannya semakin didengar dan diperhatikan
Cara apa yang harus digunakan ?
Penyadaran
Kesadaran bahwa perma salahan yang dihadapi bersifat struktural & ber asal dari adanya diskrimi nasi yang melembaga
Kesadaran bahwa perubahan tidak akan terjadi bukan mrk sendiri yg mengubah & bahwa peran mereka sangat penting agar perubahan terjadi
Apa yang harus dilakukan ?
Akses Menyangkut kesetaraan dalam akses terhadap sumber daya dan manfaat yang dihasilkan oleh adanya sumber daya
Kesadaran bahwa tidak adanya akses merupakan penghalang terja dinya peningkatan kesejahteraan
Mengapa kita mempunyai permasalahan ?
Kesejahteraan
Menangani hanya kebutuhan dasar tanpa mencoba memecah kan penyebab struktural yang menjadi akar masalah
Pemberdayaan mencakup kehendak untuk memahami kehendak & permasalahan yang
dihadapi
Apakah permasalahan itu ?
6
KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi Perempuan cenderung bias gender
Pengembangan Organisasi Perempuan cenderung bias gender
Perempuan optimal disektor domestik
Perempuan optimal disektor domestik
Organisasi Perempuan Pilar Pembangunan
Organisasi Perempuan Pilar Pembangunan
Perempuan belum optimal disektor Publik
Perempuan belum optimal disektor Publik
Pemberdayaan Organisasi Perempuan
Pemberdayaan Organisasi Perempuan Capacity Building
Cultural ChangeStructural Adjusment
Capacity BuildingCultural ChangeStructural Adjusment
KonsepPemberdayaan melalui konsep “Longwe”
KonsepPemberdayaan melalui konsep “Longwe” 5 dimensi konsep “Longwe” :
Akses; Partisipasi; Penyadaran; Kontrol; Kesejahteraan
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses; Partisipasi; Penyadaran; Kontrol; Kesejahteraan
Mampu mengatasi permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi Perempuan
Mampu mengatasi permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi Perempuan
Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi
Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi
optimalisasi
7
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUANPEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN
BASE LINE STUDY (POTRET TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE, STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)
EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN PENYEBARLUASAN MODEL)
BASE LINE STUDY (POTRET TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE, STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)
EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN PENYEBARLUASAN MODEL)
KAJIAN PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
KAJIAN PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA ORGANISASI
PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA ORGANISASI
Konsep LONGWE :AksesPartisipasiPenyadaranKontrolKesejahteraan
Konsep LONGWE :AksesPartisipasiPenyadaranKontrolKesejahteraan
INPUT PROSES OUTPUT
KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
8
POPULASI & SAMPEL ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)
POPULASI & SAMPEL ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)
VARIABEL : capacity building, cultural
change , struktual adjusment & pola Hubungan gender
VARIABEL : capacity building, cultural
change , struktual adjusment & pola Hubungan gender
DOKUMENTASI:Lembaga Terkait
DOKUMENTASI:Lembaga Terkait
DATA PRIMER. DATA PRIMER.
CARA PENGUMPULAN DATA : OBSERVASI PARTISIPATIF, QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD
CARA PENGUMPULAN DATA : OBSERVASI PARTISIPATIF, QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD
TEKNIK ANALISIS DATA :1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF2ANALISIS LONGWE 3ANALISIS POHON MASALAH3ANALISIS POHON TUJUAN
TEKNIK ANALISIS DATA :1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF2ANALISIS LONGWE 3ANALISIS POHON MASALAH3ANALISIS POHON TUJUAN
DATA SEKUNDER. DATA SEKUNDER.
9
Periode I Base Line Study
Potret tingkat keberdayaan
organisasi Perempuan
Potret tingkat keberdayaan
organisasi Perempuan
Periode IIMerumuskan model,Uji coba Model, dan Monitoring
Periode IIMerumuskan model,Uji coba Model, dan Monitoring
Rumusan dan Aplikasi Model
Organisasi perempuan
Rumusan dan Aplikasi Model
Organisasi perempuan
Periode IIIEvaluasi Hasil
Revisi ModelPengembangan Model
Periode IIIEvaluasi Hasil
Revisi ModelPengembangan Model
Operasionalisasidan
Penyebarluasan model
Operasionalisasidan
Penyebarluasan model
REVISIREVISI
Monetoring Evaluasi, dan penyebarluasan
Monetoring Evaluasi, dan penyebarluasan
10
GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA MALANG
GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA MALANG
GOWinstitusional
profesimandiri
GOW
-TP PKK-Dharma Wanita Persatuan-Persit Kartika Chandra Kirana-Bhayangkari-Pia Ardhya Garini-Yalasenastri -DWP Pengadilan Negeri -PIVERI -PIISEI -Himpunan Wanita Karya -Wanita Kosgoro -Muslimat NU-Al-Hidayah -A’isyiyah -WKRI -PWKI
-TP PKK-Dharma Wanita Persatuan-Persit Kartika Chandra Kirana-Bhayangkari-Pia Ardhya Garini-Yalasenastri -DWP Pengadilan Negeri -PIVERI -PIISEI -Himpunan Wanita Karya -Wanita Kosgoro -Muslimat NU-Al-Hidayah -A’isyiyah -WKRI -PWKI
-Harpi Melati-Paki Tiara Kusuma-IBI-GUPPI-Wanita Taman Siswa-KOWAVERI-IDIM-IWABA-Wanita Pejuang ‘45
-Harpi Melati-Paki Tiara Kusuma-IBI-GUPPI-Wanita Taman Siswa-KOWAVERI-IDIM-IWABA-Wanita Pejuang ‘45
-PERTAMA-PWKM-PERWARI
-PERTAMA-PWKM-PERWARI
11
HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN
HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN
BENTUK ORGANISASI
KEMANDIRIAN PEMBERDAYAAN
Institusional Terintegrasi dengan sistem korps organisasi induk
Internal sebagai bagian dari organisatoris dan dilaksanakan secara koordinatif
Profesi Progresif, mandiri sebagai upaya self empowerment dan independensi
Dasar kewirausahaan dan berkembang atas kemampuan dan potensi diri perempuan
Mandiri Progresif, mandiri sebagai upaya self empowerment
Organisasi diberdayakan sebagai organizational survival dan identity sebagai bagian pemberdayaan perempuan
11
12
ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN BENTUK ORGANISASI
ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:Semua organisasi perempuan didirikan dengan idealisme kesejahteraan anggota. Perbedaan terletak pada budaya organisasi seperti ada yang berangkat dari institusi, profesi dan unsur perempuan mandiri
Latent Pattern Maintenance:Semua organisasi perempuan didirikan dengan idealisme kesejahteraan anggota. Perbedaan terletak pada budaya organisasi seperti ada yang berangkat dari institusi, profesi dan unsur perempuan mandiri
IntegrationSub sistem sosial mendasari setiap organisasi perempuan di kota Malang sebagaiaman dikembangkan dalam setiap program internal dan keterkaitannya dengan kerjasama eksternal. Setiap organisasi telah terintegrasi secara sosial
IntegrationSub sistem sosial mendasari setiap organisasi perempuan di kota Malang sebagaiaman dikembangkan dalam setiap program internal dan keterkaitannya dengan kerjasama eksternal. Setiap organisasi telah terintegrasi secara sosial
Goal AttaintmentKepribadian sebagai perempuan mendiri selalu menjadi bagian dari organisasi. Perbedaan antar organisasi adalah kepribadian perempuan sebagai pendukung karier suami (institusional) dan kepribadian mandiri kemandirian perempuan sebagai bagian anggota masyarakat yang mandiri
Goal AttaintmentKepribadian sebagai perempuan mendiri selalu menjadi bagian dari organisasi. Perbedaan antar organisasi adalah kepribadian perempuan sebagai pendukung karier suami (institusional) dan kepribadian mandiri kemandirian perempuan sebagai bagian anggota masyarakat yang mandiri
AdaptionMasing-masng organisasi telah memberdayakan diri sebagai pribadi (perempuan) yang merupakan subsistem pelaku-pelaku organisasi
AdaptionMasing-masng organisasi telah memberdayakan diri sebagai pribadi (perempuan) yang merupakan subsistem pelaku-pelaku organisasi
13
ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)
Orientasi tujuan
Habituasi (pembiasaan)
Penerjemahan dlm program
Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi telah melibatkan anggota dalam mengembangkan organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun di satu sisi masih ada konsep dominasi secara organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang menekankan peran besar terhadap pengurus dalam manajemen organisasi, sedangkan organisasi mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi adalah mengimplementasikan program kerja organisasi dlm personal growth cycly secara habituasi
Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi telah melibatkan anggota dalam mengembangkan organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun di satu sisi masih ada konsep dominasi secara organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang menekankan peran besar terhadap pengurus dalam manajemen organisasi, sedangkan organisasi mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi adalah mengimplementasikan program kerja organisasi dlm personal growth cycly secara habituasi
14
ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)
ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)
Tk Keberdayaan dalam perubahan kultural
Struktur sosial
Hubungan sosial
Organisasi perempuan
Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan budaya, meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahan-perubahan budaya yang belum memihak pada perempuan. Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik program organisasi maupun program yang bersifat titipan.
Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos kerja yang dikembangkan secara lebih profesional disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman. Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan budaya, meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahan-perubahan budaya yang belum memihak pada perempuan. Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik program organisasi maupun program yang bersifat titipan.
Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos kerja yang dikembangkan secara lebih profesional disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman. Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15
Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil) Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)
ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)
ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)
Perulangan aturan dan Sumberdaya
Praktek Sosial
Perkembangan organisasi perempuan baik yang berbentuk institusional, profesi maupun mandiri masih diwarnai konsep strukturasi sendimentasi masa pemerintahan orde baru yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat dilihat dari bentuk organisasi seperti Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat, dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi keterulangan seb uah struktur
Perkembangan organisasi perempuan baik yang berbentuk institusional, profesi maupun mandiri masih diwarnai konsep strukturasi sendimentasi masa pemerintahan orde baru yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat dilihat dari bentuk organisasi seperti Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat, dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi keterulangan seb uah struktur
Apa yang dilakukan secara fungsionalisme masih sebatas pada penegakan aturan (rules) dan sumberdaya (resources) yang terbentuk dari perulangan praktik sosial.
Structural adjustment dalam pemberdayaan organisasi perempuan masih bersifat konvenan dan belum memihak pada perempuan, karena masih berciri pengulangan-pengulangan secara struktur dan belum pada tataran kemandirian dan pemberdayaan
16
ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN MENURUT KONSEP LONGWE
ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN MENURUT KONSEP LONGWE
POLA HUBUNGAN
GENDER BELUM
SEIMBANG/ SETARA
POLA HUBUNGAN
GENDER BELUM
SEIMBANG/ SETARA
Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi
5. Kuasa
Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi
5. Kuasa
Bentuk-bentukOrganisasi Perempuan (institusional, profesi &
Mandiri)
1. Semua memerlukan pengembangan
2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan sikap kritis
4. Belum menjangkau semua lapisan masyarakat.
5. Kemandirian kurang (organisasi Institusi)
1. Semua memerlukan pengembangan
2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan sikap kritis
4. Belum menjangkau semua lapisan masyarakat.
5. Kemandirian kurang (organisasi Institusi)Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi pendamping, 2). belum mandiri, 3). tergantung pada budaya organisasi induk yang sifatnya patriarkhis
Organisasi Perempuan : 1). sebagai organisasi pendamping, 2). belum mandiri, 3). tergantung pada budaya organisasi induk yang sifatnya patriarkhis
MODEL PEMBERDAYAAN ORGS PEREMP YG SENSITIF GENDER
MODEL PEMBERDAYAAN ORGS PEREMP YG SENSITIF GENDER
17
Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.
Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi (capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk organisasi
Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.
Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural (structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi perempuan.
Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang, karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.
Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi (capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk organisasi
Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.
Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural (structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi perempuan.
Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang, karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18
Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi perempuan.
Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance bagi organisasi perempuan
Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan organisasi.
Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke depan diperlukan model pemberdayaan organisasi perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara optimal
Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi perempuan.
Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance bagi organisasi perempuan
Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan organisasi.
Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke depan diperlukan model pemberdayaan organisasi perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara optimal
19
Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan Keberdayaan
G O W
institusional
Profesinal
Mandiri
Panduan “ Pembinaan Organisasi Perempuan”Capacity BuildingCultural ChangeStructural adjusment
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi, Penyadaran, kontrol, kesejahteraan
Model OP instistusional
Model OP Profesi
Model OP Mandiri
Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan Keberdayaan
Organisasi Perempuan yang memiliki Keberdayaan & Kemandirian