Upload
munar-salehmiko
View
614
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Syukur atas kehadirat Allah SWT senantiasa selalu memberikan taufiq dan hidayahnya
kepada kita semua seru sekalian alam baik kesehatan maupun kesempatan dalam memberikan
dorongan dan motivasi sehingga terselesainya tugas ini.
Selanjutnya kami selaku mahasiswa yang mengikuti Program Sarjana pada jurusan
Ekonomi bidang khusus Akuntansi diberikan tugas khusus untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah ”Akuntansi Syariah”, sebagai salah satu persyaratan untuk melengkapi tugas yang
dimaksudkan, maka kami menulis sebuah judul “Isu Kontemporer”.
Materi ini ditulis berdasarkan informasi yang didapatkan dari hasil perkuliahan serta
informasi dari referensi bacaan lainnya yang mendukung. Pada struktur pembahasan tulisan
ini berkemungkinan jauh dari sasaran dan kesempurnaan yang diharapkan , maka kami selaku
penulis mengharapkan respon yang positif agar tulisan ini akan lebih spesifik dan terstruktur.
Kiranya atas sumbangsih fikiran baik dari dosen pembimbing, maupun rekan-rekan
seprofesi diucapkan terima kasih.
Banda Aceh, 02 Juni 2012
Hormat Kami,
Penyusun
1
Daftar Isi
Kata pengantar………………………………………………………………………. 1
Daftar isi…………………………………………………………………………….. 2
A. Pengertian Pasar Modal……………………………………………………. 3
B. Pasar Modal Syariah di Indonesia…………………………………………. 4
C. Sumber Hukum Syariah……………………………………………………. 5
D. Kriteria Efek Syariah (Dsn Mui-Bapepam)………………………………. 7
E. Jenis Efek Syariah………………………………………………………….. 10
F. Saham Syariah……………………………………………………………... 11
G. Obligasi Syariah……………………………………………………………. 14
H. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/Sukuk Negara)……………………. 18
I. Pengertian Reksa Dana Syariah…………………………………………….. 19
J. Sertifikat Bank Indonesia Syariah…………………………………………… 20
K. Pasar Uang Bank Antar-Bank Syariah………………………………………. 21
L. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar-Bank (SIMA)………………………. 21
M. Perlakuan Akuntansi…………………………………………………………. 22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
2
ISU KONTEMPORER
A. PENGERTIAN PASAR MODAL
Pasar modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham),
instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya.
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga
perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam
arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna
memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya
dengan memakai jasa para perantara pedagang efek (Sunariyah, 2000 : 4).
Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
a. Pasar Perdana ( Primary Market )
Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para
pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum saham
tersebut belum diperdagangkan di pasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu
sekurang-kurangnya 6 hari kerja. Harga saham di pasar perdana ditetukan oleh penjamin
emisi dan perusahaan yang go public berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang
bersangkutan.
Dalam pasar perdana, perusahaan akan memperoleh dana yang diperlukan.
Perusahaan dapat menggunakan dana hasil emisi untuk mengembangkan dan memperluas
barang modal untuk memproduksi barang dan jasa. Selain itu dapat juga digunakan untuk
melunasi hutang dan memperbaiki struktur pemodalan usaha. Harga saham pasar perdana
tetap, pihak yang berwenang adalah penjamin emisi dan pialang, tidak dikenakan komisi
dengan pemesanan yang dilakukan melalui agen penjualan.
3
b. Pasar Sekunder ( Secondary Market )
Pasar sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual-beli saham diantara investor
setelah melewati masa penawaran saham di pasar perdana, dalam waktu selambat-
lambatnya 90 hari setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut harus dicatatkan di
bursa.
Dengan adanya pasar sekunder para investor dapat membeli dan menjual efek setiap
saat. Sedangkan manfaat bagi perusahaan, pasar sekunder berguna sebagai tempat untuk
menghimpun investor lembaga dan perseorangan.
c. Bursa Paralel
Bursa paralel merupakan bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang menerbitkan
efek dan akan menjual efeknya melalui bursa dapat dilakukan melalui bursa paralel. Bursa
paralel merupakan alternatif bagi perusahaan yang go public untuk memperjualbelikan
efeknya jika dapat memenuhi syarat yang ditentukan pada bursa efek.
B. PASAR MODAL SYARIAH DI INDONESIA
Pasar modal syariah merupakan pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip
syariah dalam kegiatan transaksinya dan terbebas dari hal-hal yang dilarang, seperti riba,
perjudian, spekulasi, dan lain sebagainya. Penerapan prinsip-prinsip syariah melekat pada
instrumen atau surat berharga atau efek yang diperjualbelikan (efek syariah) dan cara
bertransaksinya sebagaimana diatur oleh fatwa DSN MUI, sehingga tidak memerlukan
bursa efek yang terpisah.
Dalam perjalanannya, perkembangan pasar modal syariah di Indonesia telah
mengalami kemajuan, sebagai gambaran setidaknya terdapat beberapa perkembangan dan
kemajuan pasar modal syariah yang patut dicatat diantaranya adalah telah diterbitkan 6
(enam) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang
berkaitan dengan industri pasar modal. Adapun ke enam fatwa dimaksud adalah :
4
1. No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham;2. No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana
Syariah;3. No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah;4. No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah;5. No.40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip syariah di Bidang Pasar Modal; dan6. No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
C. SUMBER HUKUM SYARIAH
1. Al Qur’an
...dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba... (QS.2: 275)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan
rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
(QS. 2: 278-279)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. (QS. 4 : 29)
Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah (QS. 62: 10)
Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu...(QS. 5: 1)
5
“...dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung
jawabnya” (QS 17:34
2. As Sunnah
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang
lain.” (HR Ibnu Majah dari ‘Ubadah bin Shamit)
“Janganlah kamu menjual sesuatu yang tidak ada padamu” (HR. Al Khomsah dari
Hukaim bin Hizam)
“Rasulullah s.a.w melarang jual beli yang mengandung gharar” (HR. Muslim dari Abu
Hurairah)
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram.” (HR Al-Tirmidzi dari Amr bin Auf)
“Allah swt berfiman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama
salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah
berkhianat, aku keluar dari mereka.’ (HR. Abu Daud, dari Abu Hurairah).
Dari Ma’mar bin Abdullah, Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah melakukan ikhtikar
(penimbunan) kecuali orang yang bersalah” (HR. Muslim)
“Tidak halal (memberikan) pinjaman dan penjualan, tidak halal (menetapkan) dua syarat
dalam satu jual beli, tidak halal keuntungan sesuatu yang tidak ditanggung resikonya, dan
tidak halal (melakukan) penjualan sesuatu yang tidak ada padamu” (HR. Al Khomsah
dari Amr bin Syuaib).
“Rasulullah s.a.w melarang (untuk) melakukan penawaran palsu” (Muttafaq ‘alaih).
“Nabi SAW melarang pembelian ganda pada satu transaksi pembelian” (HR. Abu
Dawud).
6
D. KRITERIA EFEK SYARIAH (DSN MUI-BAPEPAM)
Pada intinya, produk atau instrumen keuangan yang digunakan harus memenuhi
syarat, antara lain:
1. Jenis usaha, produk barang dan jasa yang diberikan serta cara pengelolaan perusahaan
emiten tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Jenis kegiatan yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, antara lain:
a. Usaha perjudian atau permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
b. Lembaga Keuangan Konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi
konvensional.
c. Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman haram.
d. Produsen, distributor, dan/atau penyedia barang/jasa yang merusak moral dan
bersifat mudarat.
e. Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat
(nisbah) utang perusahaan pada lembaga keuangan ribawi lebih dominan daripada
modalnya.
2. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak
diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya mengandung
unsure dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezaliman, seperti:
a. Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu.
b. Ba’i Al Ma’doum, merupakan bentuk jual-beli yang diperdebatkan kebolehannya
oleh para ulama fiqih. Sebagian ada yang berpendapat bahwa ba'i al ma'dum
merupakan bentuk jual-beli yang haram dengan alasan adanya dalil yang melarang
jual-beli gharar atau jual-beli yang mengandung unsur penipuan. Ba'i al ma'dum
masuk dalam kategori jual-beli gharar, karena ketiadaan barang yang dijual akan
menimbulkan perselisihan terhadap barang tersebut, jika didapatkan
ketidakpuasan dari pembeli.
7
c. Insider Trading, yaitu menggunakan informasi “orang dalam” dari perusahaan
emiten untuk memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilakukan.
d. Menimbulkan informasi yang menyesatkan.
e. Margin Trading, melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas pinjaman
berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syariah tersebut.
f. Corner, adalah sejenis manipulasi pasar dalam bentuk menguasai pasokan saham
yang beredar di pasar sehingga pelakunya dapat menentukan harga saham di
bursa.
g. Window Dressing, merupakan praktik tertentu dalam laporan keuangan yang
didesain untuk menyajikan kondisi keuangan yang lebih baik daripada keadaan
yang sebenarnya.
Ada dua kriteria yang harus dipenuhi agar efek tersebut dikatakan sesuai dengan
syariah:
1. Jenis Usaha dari Emiten sesuai syariah.
Jenis Usaha sesuai syariah apabila:
a. Produk dan jasa yang dihasilkannya adalah sesuatu yang halal, bukan diharamkan
oleh syariah atau besar kemudharatannya disbanding manfaat.
b. Pendapatan yang dihasilkannya berasal dari usaha halal dan dilakukan dengan
cara yang halal termasuk adanya saling ridha serta tidak berbuat zalim.
c. Keterbukaan, emiten harus menjalankan kegiatan usaha dengan cara yang baik
serta memenuhi prinsip keterbukaan.
d. Manajemen Usaha, emiten harus mempunyai manajemen yang berperilaku Islami
seperti: menghormati hak asasi manusia, menjaga lingkungan hidup,
melaksanakan good corporate governance, serta memegang teguh prinsip kehati-
hatian dalam mengambil resiko termasuk pendanaan yang mempengaruhi modal
dan rasio piutang.
e. Melakukan transparansi dan keadilan dalam berhubungan dengan investor.
8
2. Kondisi/Rasio Keuangan:
a. Emiten memiliki fundamental usaha yang kuat di mana struktur keuangan baik
dan tidak bergantung pada utang ribawi.
b. Emiten memiliki fundamental keuangan yang kuat di mana emiten memiliki
struktur nisbah utang dan modal lebih kecil dari 82%.
c. Emiten memiliki citra yang baik bagi publik, misalnya: manajemen emiten
diketahui tidak melakukan tindakan yang melanggar prinsip islam.
Dua tahap screening yang dilakukan Reksa dana syariah adalah sebagai berikut:
Proses screening (Penyaringan) dalam Penentuan Daftar Efek Syariah
Screening Pertama
(Core Business)
Screening Kedua
(Rasio Keuangan)
Kegiatan usaha tidak bertentangan
dengan prinsip syariah seperti :
1. perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang
2. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi, jual beli risiko yang mengandung gharar dan atau maisir;
3. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, atau menyediakan barang dan atau jasa yang haram. baik karena zatnya (haram lidzatihi) atau bukan karena zatnya (haram lighairihi) barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
Rasio Keuangan
1. Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82%
2. Utang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%
3. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan tidak lebih dari 10%.
9
E. JENIS EFEK SYARIAH
Objek jual beli atau perdagangan dalam pasar modal dan pasar modal syariah adalah
efek atau surat berharga. Dalam pasar modal syariah, efek yang dapat diperdagangkan
harus merupakan efek syariah, yaitu surat berharga yang dikeluarkan oleh emiten di mana
pengelolaan perusahaannya, dan cara penerbitan (emisi) efeknya memenuhi prinsip-
prinsip syariah.
Ada lima jenis efek syariah yang dapat diperdagangkan dalam Pasar Modal Syariah
yaitu :
1. Saham Syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi
kriteria berdasarkan fatwa DSN-MUI, dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-
hak istimewa;
2. Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang di keluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi
hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo;
3. Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Reksa Dana Syariah adalah satuan
ukuran yang menunjukkan bagian kepentingan setiap pihak dalam portofolio investasi
suatu KIK Reksa Dana Syariah;
4. Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak
investasi kolektif EBA Syariah yang portofolionya terdiri atas aset keuangan berupa
tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul di kemudian
hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat investasi yang
dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/arus kas serta aset keuangan
setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah;
5. Surat Berharga Komersial Syariah adalah surat pengakuan atas suatu pembiayaan
dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
6. Surat berharga syariah lainnya.
Bab ini hanya akan membahas mengenai 3 jenis efek utama, yaitu: saham syariah,
obligasi syariah dan reksa dana syariah.
10
F. SAHAM SYARIAH
Dalam melakukan transaksi di pasar modal yang harus diperhatikan adalah niat
bertransaksi (untuk investasi bukan untuk spekulasi/judi), sahamnya sesuai syariah
(lihat penjelasan di atas) kemudian transaksi dilakukan sesuai dengan syariah (lihat
penjelasan di atas). Untuk indetifikasi saham sesuai syariah dan “sehat” dapat
menggunakan saham yang dilisting dalam Jakarta Islamic Index.
Pengertian Saham Syariah
Sesuai fatwa DSN-MUI, pengertian saham adalah bukti kepemilikan atas suatu
perusahaan dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa. Berdasarkan
definisi tersebut dapat dikatakan bahwa saham merupakan bukti kepemilikan
seseorang atau pemegang saham atas aset perusahaan sehingga penilaian atas saham
seharusnya berdasarkan atas nilai aset (yang berfungsi sebagai underlying asset-nya).
Sebagai bukti kepemilikan, maka saham yang diperbolehkan secara syariah untuk
dibeli adalah saham untuk perusahaan-perusahaan yang kegiatan usaha, jenis produk
atau jasa serta cara pengelolaannya sejalan dengan prinsip syariah.
Penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah
maupun nonsyariah, melainkan pada saham yang memenuhi kriteria syariah. BEJ
bekerja sama dengan Dewan Pengawas Syariah PT. Dana Rekas Investment
Manajemen telah mengembangkan Jakarta Islamic Index (JII) yang menggambarkan
index saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah.
Proses penetapan saham emiten yang dapat dikelompokkan dalam JII adalah;
1. Saham-saham yang termasuk dalam index syariah adalah saham-saham dengan
emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah sebagaimana
persyaratan pada fatwa DSN-MUI.
2. Setelah itu dinilai berdasarkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu:
a. Memilih saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10
kapitalisasi besar).
11
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aset maksimal sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan reguler satu tahun terakhir.
JII akan dikaji setiap 6 bulan dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan
Januari dan Juli setiap tahunnya, sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan
dimonitoring secara terus-menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia. Indeks
harga saham setiap hari dihitung menggunakan harga saham terakhir yang terjadi di
bursa.
Berikut ini, kami sajikan contoh daftar saham yang masuk JII untuk periode Juli-
Desember 2007, di mana daftar saham tersebut dikeluarkan setelah melalui proses
seperti yang digambarkan di atas.
Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk
melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi
pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII
juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis
syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin
berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang
ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi.
Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham
yang halal.
Penetapan Jakarta Islamic Index (JII)
Selain filter syariah, saham yang masuk ke dalam JII harus melalui beberapa proses
penyaringan (filter) terhadap saham yang listing, yaitu:
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk dalam 10
kapitalisasi besar.
12
Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir
yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%.
Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir.
Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan
komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan
perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus menerus
berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang mengubah lini bisnisnya
menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah akan dikeluarkan dari indeks.
Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham emiten lain.
Hal yang Harus Diperhatikan dalam Transaksi Saham
Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan Dewan Pengawas
Syariah PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII harus melalui filter syariah
terlebih dahulu. Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT DIM, ada 4 syarat yang
harus dipenuhi agar saham-saham tersebut dapat masuk ke JII:
1. emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
2. bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba, termasuk
perbankan dan asuransi konvensional.
3. usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan memperdagangkan
makanan/minuman yang haram.
4. tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan menyediakan
barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
13
G. Obligasi Syariah
Menurut fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI). Yaitu, fatwa No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi syariah.
Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan obligasi syariah adalah
suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten
kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
pada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil serta membayar kembali dana obligasi
pada saat jatuh tempo.
Jenis-Jenis Obligasi Syariah
1. Obligasi Syariah Mudharabah
Obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang mengunakan akad
mudharabah. Akad mudharabah adalah akad kerjasama antara pemilik modal (shahibul
maal/ investor) dengan pengelola (mudharib/emiten). Ikatan atau akad mudharabah pada
hakikatnya adalah ikatan penggabungan atau percampuran berupa hubungan kerjasama
antara pemilik usaha dengan pemilik harta, dimana pemilik harta (shahibul maal) hanya
menyediakan dana secara penuh (100%) dalam suatu kegiatan usaha dan tidak boleh secara
aktif dalam pengelolaan usaha. Sedangkan pemilik usaha (mudharib / emiten) memberikan
jasa, yaitu mengelola harta secara penuh dan mandiri (directionery) dalam bentuk aset
pada kegiatan usaha tersebut. Dalam Fatwa No. 33 / DSN-MUI / X / 2002 tentang obligasi
syariah mudharabah, dinyatakan antara lain bahwa: Obligasi syariah adalah suatu surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah merupakan bagi hasil, margin atau fee serta membayar dana
obligasi pada saat obligasi jatuh tempo. Obligasi syariah mudharabah adalah obligasi
syariah yang berdasarkan akad mudharabah dengan memperhatikan substansi fatwa DSN-
MUI No. 7 / DSN-MUI / IV / 2000 tentang Pembiayaan Mudharabah. Obligasi
mudharabah emiten bertindak sebagai mudharib (pengelola modal), sedangkan pemegang
obligasi mudharabah bertindak sebagai shahibul maal (pemodal). Jenis usaha emiten tidak
boleh bertentangan dengan prinsip syariah. Nisbah keuntungan dinyatakan dalam akad.
Apabila emiten lalai atau melanggar perjanjian, emiten wajib menjamin pengambilan dana
14
dan pemodal dapat meminta emiten membuat surat pengakuan utang. Kepemilikan obligasi
syariah dapat dipindahtangankan selama disepakati dalam akad.
Skema Obligasi Syariah Mudharabah
2. Obligasi Syariah Ijarah
Obligasi Syariah Ijarah adalah obligasi syariah berdasarkan akad ijarah. Akad ijarah
adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Artinya, pemilik
harta memberikan hak untuk memanfaatkan objek yang ditransaksikan melalui penguasaan
sementara atau peminjaman objek dengan manfaat tertentu dengan membayar imbalan kepada
pemilik objek. Ijarah mirip dengan leasing, tetapi tidak sepenuhnya sama. Dalam akad ijarah
disertai dengan adanya perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi perpindahan kepemilikan.
Ketentuan akad ijarah sebagai berikut :
Objeknya dapat berupa barang (harta fisik yang bergerak, tak bergerak, harta
perdagangan) maupun berupa jasa.
15
Manfaat dari objek dan nilai manfaat tersebut diketahui dan disepakati oleh kedua
belah pihak.
Ruang lingkup dan jangka waktu pemakaiannya harus dinyatakan secara spesifik.
Penyewa harus membagi hasil manfaat yang diperolehnya dalam bentuk imbalan atau
sewa / upah.
Pemakai manfaat (penyewa) harus menjaga objek agar manfaat yang diberikan oleh
objek tetap terjaga.
Pembeli sewa haruslah pemilik mutlak.
Secara teknis, obligasi ijarah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Investor dapat
bertindak sebagai penyewa (musta’ jir). Sedangkan emiten dapat bertindak sebagai wakil
investor. Dan investor, dapat bertindak sebagai orang yang menyewakan (mu’ jir).
Dengan demikian, ada dua kali transaksi dalam hal ini: transaksi pertama terjadi antara
investor dengan emiten, dimana investor mewakilkan dirinya kepada emiten dengan akad
wakalah, untuk melakukan transaksi sewa-menyewa dengan properti owner dengan akad
ijarah. Selanjutnya, transaksi terjadi antara emiten(sebagai wakil investor) dengan
properti owner (sebagai orang yang menyewakan) untuk melakukan transaksi sewa
menyewa (ijarah). Setelah investor memperoleh hak sewa, maka investor menyewakan
kembali objek sewa tersebut kepada emiten. Atas dasar transaksi sewa menyewa tersebut,
maka diterbitkanlah surat berharga jangka panjang (obligasi syariah ijarah), dimana atas
penerbitan obligasi tersebut, emiten waib membayar pendapatan kepada investor berupa
fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Sebagai contoh transaksi obligasi ijarah adalah pemegang obligasi memberi dana
kepada suatu perusahaan untuk menyewa sebuah ruangan guna keperluan ekspansi. Yang
mempunyai hak manfaat atas sewa ruangan adalah pemegang obligasi, tetapi ia
menyewakan / mengijarahkan kembali kepada perusahaan itu. Jadi perusahaan harus
membayar kepada pemegang obligasi sejumlah dana obligasi yang dikeluarkan ditambah
return sewa yang telah disepakati. Obligasi ijarah lebih diminati oleh investor, karena
pendapatannya bersifat tetap. Terutama investor yang paradigmanya masih konvensional
konservatif dan lebih menyukai fixed income.
16
3. Obligasi Syariah Musyarakah
Obligasi Syariah Musyarakah merupakan obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akad musyarakah di mana dua pihak atau lebih bekerja sama
menggabungkan modal untuk pembangunan proyek baru, mengembangkan proyek baru,
mengembangkan proyek yang telah ada atau membiayai kgiatan usaha.
4. Obligasi Syariah Istishna’
Obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna’ di mana
para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang.
Ketentuan Umum obligasi syariah:
1. Pelaksanaan obligasi syariah mulai dari awal sampai akhir harus terhindar dari format
dan substansi akad yang berkaitan dengan riba (pembungaan uang) dan gharar.
2. Transaksi obligasi syariah harus berdasarkan konsep muamalah yang sejalan syariah
seperti akad kemitraan (musyarakah dan mudharabah), jual beli barang (murabahah,
salam, dan istishna).
3. Bagi hasil pada akad kemitraan, fee pada akad ijarah, dan harga (modal dan margin)
pada akad jual beli harus ditentukan secara jelas pada awal transaksi (prospectus atau
sertifikat).
4. Usaha yang dilakukan emiten (originator) berhubungan dengan dana sukuk yang
dikelola harus terhindar dari semua unsur-unsur non halal.
5. Pemberian pendapat dapat dilakuakan secara periodik (sesuai karakteristik masing-
masing akad).
6. Tidak semua sertifikat sukuk dapat diperjualkan dan tidak semua pendapat dapat
bersifat mengambang (floating) atau indikatif.
7. Pengawasan terhadap pelaksanaa dilaksanakan oleh Dewan Pengawas Syariah dari
aspek syariah, dan oleh wali amanat atau SPV dari segi operasional lapangan
khususnya terhadap usaha emiten.
8. Apabila emiten melakukan kelalaian atau melanggar syarat perjanjian, dilakukan
pengembalian dana investor dan dibuat surat pengakuan utang.
17
9. Jasa asuransi syariah dapat digunakan untuk sebagai alat perlindungan resiko aset
sukuk.
H. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/Sukuk Negara)
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dapat juga disebut Sukuk Negara adalah
merupakan surat berharga (obligasi) yang diterbitkan oleh pemerintah Republik
Indonesia berdasarkan prinsip syariah. Perusahaan yang akan menerbitkan SBSN ini
adalah merupakan perusahaan yang secara khusus dibentuk guna kepentingan
penerbitan SBSN ini (special purpose vehicle - SPV).
SBSN atau sukuk negara ini adalah merupakan suatu instrumen utang piutang
tanpa riba sebagaimana dalam obligasi, di mana sukuk ini diterbitkan berdasarkan
suatu aset acuan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Jenis Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
1. SBSN ijarah, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah (akad sewa
menyewa atas suatu aset).
2. SBSN mudharabah, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad mudharabah (akad
kerjasama dimana salah satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak
lainnya menyediakan tenaga dan keahlian ( mudharib) dimana kelak keuntungannya
akan dibagi berdasarkan persentase yang disepakati sebelumnya, apabila terjadi
kerugian maka kerugian tersebut adalah menjadi beban dan tanggung jawab pemilik
modal).
3. SBSN musyarakah,yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad musyarakah (akad
kerjasama dalam bentuk penggabungan modal).
4. SBSN istisna’, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad istisna’ (akad jual beli
untuk pembiayaan suatu proyek dimana cara ,jangka waktu penyerahan barang dan
harga barang ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak.
5. SBSN berdasarkan akad lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
6. SBSN yang diterbitkan berdasarkan kombinasi dari dua atau lebih jenis akad.
\
18
I. Pengertian Reksa Dana Syariah
Reksadana Syariah pada dasarnya adalah Islamisasi reksadana konvensional.
Reksadana Syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal sebagai pemilik dana (shabul mal) untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi sebagai wakil
shahibul mal menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam. Sebenarnya panduan
bagi masyarkat muslim untuk berinvestasi pada produk ini sudah diberikan
melalui fatwa DSN-MUI No.20 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. Sayangnya produk investasi syariah yang
lebih menguntungkan dari produk tabungan atau deposito perbankan syariah ini
kurang tersosialisasi. Pemilik dana (investor) yang menginginkan investasi halal
akan mengamanahkan dananya dengan akad wakalah kepada Manajer Investasi.
Reksadana Syariah akan bertindak dalam aqad mudharabah sebagai
Mudharib yang mengelola dana milik bersama dari para investor. Sebagai bukti
penyertaan investor akan mendapat Unit Penyertaan dari Reksadana Syariah.
Dana kumpulan Reksadana Syariah akan ditempatkan kembali ke dalam kegiatan
Emiten (perusahaan lain) melalui pembelian Efek Syariah. Dalam hal ini
Reksadana Syariah berperan sebagai Mudharib dan Emiten berperan sebagai
Mudharib. Oleh karena itu hubungan seperti ini bias disebut sebagai ikatan
Mudharabah Bertingkat. Pembeda reksadana syariah dan reksadana konvensional
adalah reksadana syariah memiliki kebijaksanaan investasi yang berbasis
instrumen investasi pada portfolio yang dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika
perusahaan yang menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha
yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Tidak melakukan riba atau
membungakan uang. Saham, obligasi dan sekuritas lainnya yang dikeluarkan
bukan perusahaan yang usahanya berhubungan dengan produksi atau penjualan
minuman keras, produk mengandung babi, bisnis hiburan berbau maksiat,
perjudian, pornografi, dan sebagainya.
Disamping itu, dalam pengelolaan dana reksadana ini tidak mengizinkan
penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil
keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan diantara para investor dan manajer
investasi sesuai dengan proporsi modal yang dimiliki. Produk investasi ini bisa
menjadi alternatif yang baik untuk menggantikan produk perbankan yang pada
19
saat ini dirasakan memberikan hasil yang relatif kecil. Reksadana syariah
memang sangat sesuai untuk investasi jangka panjang seperti persiapan
menunaikan ibadah haji atau biaya sekolah anak di masa depan. Saat ini
pilihannya pun semakin banyak. Saat ini secara kumulatif terdapat 11 reksadana
syariah telah ditawarkan kepada masyarakat. Jumlah itu meningkat sebesar
233,33 persen jika dibandingkan dengan tahun 2003 yang hanya terdapat tiga
reksadana syariah.
Mekanisme Operasionalnya
Mekanisme operasional dalam Reksa Dana Syari’ah terdiri atas:
Antara pemodal dengan Manajer Investasi dilakukan dengan sistem wakalah; dan
Antara Manajer Investasi dan pengguna investasi dilakukan dengan sistem
mudharabah.
Karakteristik sistem mudharabah adalah:
o Pembagian keuntungan antara pemodal (sahib al-mal) yang diwakili oleh Manajer
Investasi dan pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang telah disepakati kedua
belah pihak melalui Manajer Investasi sebagai wakil dan tidak ada jaminan atas hasil
investasi tertentu kepada pemodal.
o Pemodal hanya menanggung resiko sebesar dana yang telah diberikan.
o Manajer Investasi sebagai wakil tidak menanggung resiko kerugian atas investasi yang
dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya (gross negligence/tafrith
J. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
SBI adalah sejenis surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
selaku Bank Sentral dan ditujukan untuk dibeli oleh Bank Umum dengan nilai
nominal yang sangat besar. Tujuan penerbitan SBI bagi Bank Indonesia adalah
mengatur peredaran uang di dalam masyarakat, sedangkan bagi Bank Syariah/Unit
Usaha Syariah sebagai salah satu cara untuk mengatur likuiditas.
20
Mekanisme SBIS tidak menggunakan mekanisme dari SBI seperti pada bank
konvensional tetapi dengan menggunakan mekanisme Sertifikat Bank Indonesia
Syariah sesuai PBI No 10/11/PBI/2008. Mekanisme yang digunakan adalah Akad
Ju’alah (imbalan) sehingga dipastikan tidak ada riba’ meskipun return yang diberikan
BI terbilang cukup tinggi. SBIS diterbitkan sebagai pengganti Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia.
SBIS ini diterbitkan dalam nilai pecahan Rp. 1.000.000, tanpa warkat, dengan
jangka waktu maksimal 12 bulan, dapat digunakan pada Bank Indonesia ketika
memperoleh Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek, dan tidak dapat diperdagangkan di
pasar sekunder.
K. Pasar Uang Bank Antar-Bank Syariah
Pasar Uang Antar Bank adalah transaksi untuk menyerahkan sejumlah
kelebihan dana dari suatu Bank kepada Bank yang lain, di mana Bank yang menerima
dana sedang kalah kliring. Kalah kliring artinya sebuah Bank yang kekurangan dana
untuk membayar kepada nasabahnya. PUAS diterbitkan dengan PBI No.
9/5/PBI/2007 Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syari’ah. Sedangkan akad
yang dapat digunakan untuk transaksi PUAS adalah : akad mudharabah, akad
musyarakah, akad wadi’ah, akad qard, akad sharf, sesuai dengan fatwa DSN MUI
NO: 37/DSN-MUI/X/2002.
L. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar-Bank (SIMA)
SIMA didefinisikan sebagai sertifikat yang diterbitkan oleh Bank Syariah atau Unit
Usaha Syariah (UUS) yang digunakan sebagai sarana investasi jangka pendek di
PUAS dengan akad mudharabah.
Karakteristik Sertifikat IMA, yaitu:
a. Diterbitkan dengan akad mudharabah.
b. Dapat diterbitkan baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing.
21
c. Dapat diterbitkan dengan atau tanpa warkat.
d. Mencantumkan informasi sedikitnya: nilai nominal investasi, nisbah bagi hasil,
jangka waktu investasi, indikasi tingkat imbalan Sertifikat IMA sebelum
didistribusikan pada bulan terakhir.
e. Berjangka waktu 1 hari sampai dengan 365 hari.
f. Dapat diperdagangkan sebelum jatuh tempo.
Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi Bank Syariah (FPJPS)
FPJPS merupakan instrumen terakhir untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bagi
Bank Syariah atau UUS setelah terjadinya saldo giro negatif dan tidak berhasilnya
akses pasar uang syariah untuk menutup kewajiban jangka pendek.
M. PERLAKUAN AKUNTANSI
Belum ada PSAK yang mengatur.
Manajemen boleh menggunakan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan akuntansi
yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan, antara lain dengan memperhatikan
PSAK yang mirip dengan masalah terkait (PSAK no. 101 par 22).
Laporan keuangan yang dikeluarkan juga harus mengikuti ketentuan pelaporan
menurut PSAK syari’ah, kecuali untuk perusahaan penerbit reksadana diizinkan untuk
melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap penyajian laporan keuangannya (PSAK
No. 101 par. 07).
22
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi 2 Revisi. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/pasar-modal-definisi-pelaku-jenis-dan.html.
Darmadji dan Fakhrudin. 2006. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
23