Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
TUGAS AKHIR
ANALISIS PERCEPATAN PELAKSANAAN PADA PROYEK
KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
ANALYSIS OF TIME ACCELERATION ON BUILDING
CONSTRUCTION PROJECTS
Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Teknik Sipil
Riva’i Fibriyanto
11511183
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2017
ii
TUGAS AKHIR
ANALISIS PERCEPATAN PELAKSANAAN PADA PROYEK
KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
ANALYSIS OF ACCELERATION CONSTRUCTION ON THE
BUILDING CONSTRUCTION PROJECT
Disusun oleh
RIVA’I FIBRIYANTO
11511183
Telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh derajat Sarjana Teknik Sipil
Di uji pada tanggal
oleh Dewan Penguji
Pembimbing Penguji I Penguji II
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Teknik Sipil
Miftahul Fauziah, S.T., M.T., Ph.D.
(DR.Ir. Tuti Sumarningsih, M.T) (Albani Musyafa’, ST, MT, Ph.D) (Fitri Nugraheni, ST, MT, Ph.D)
Ph.D)
iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Tugas Akhir yang
saya susun sebagai syarat untuk penyelesaian program Sarjana di Program Studi
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia
merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam
penulisan laporan Tugas Akhir yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah
dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau
sebagian laporan Tugas Akhir ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya
plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi, termasuk
pencabutan gelar akademik yang saya sandang sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, Januari 2017
Yang membuat pernyataan,
Riva’i Fibriyanto
(11511183)
iv
ABSTRAK
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi sering terjadi ketidaksesuaian antara jadwal rencana
dan realisasi di lapangan, sehingga menyebabkan keterlambatan. Banyak faktor yang
menyebabkan keterlambatan, salah satu cara untuk mengantisipasinya dengan melakukan
percepatan. Dalam melakukan percepatan, faktor biaya dan mutu harus diperhatikan, sehingga
diperoleh biaya optimum dan mutu sesuai standar yang diinginkan. Proyek Pembangunan Java
Village Resort dipilih untuk studi penelitian karena mengalami keterlambatan dalam
pelaksanaannya.
Alternatif percepatan yang digunakan yaitu penambahan jam kerja, penambahan tenaga
kerja serta kombinasi keduanya. Perhitungan dimulai dengan mencari lintasan kritis menggunakan
Microsoft Project kemudian dilakukan crashing untuk mendapatkan cost slope kegiatan yang
berada pada lintasan kritis, selanjutnya dilakukan analisis dengan metode Time Cost Trade Off
Analysis.
Dari hasil analisis, dengan ketentuan percepatan dirasi proyek 11 hari, diperlukan biaya
sebesar Rp 22.470.000 untuk penambahan tenaga kerja, - Rp 57.074.857 untuk penambahan jam
kerja dan Rp 12.426.429 untuk kombinasi antara penambahan tenaga kerja dan jam kerja. Sehinga
biaya biaya total untuk penambahan tenaga kerja Rp 318.450.000, penambahan jam kerja RP
238.907.143 dan kombinasi penambahan tenaga kerja dan jam kerja Rp 283.553.571. Dengan
demikian dipilih alternative penambahan jam kerja karena menghemat biaya total proyek sebesar
11%.
Kata kunci : konstruksi, terlambat, kritis, crashing, time cost trade off.
v
ABSTRACT
In construction project implementation, mismatch often occur between plan schedule and
realization in the field that make it delays. Accelerating is one of way to anticipate it. In doing
acceleration, the cost and quality are should be noted to reach optimum costs and quality with
standards desirable. Java village resort development project was selected for review in study
research, because has been delayed in implementation.
Alternative acceleration used addition of working hours, additional labor and a
combination of both. Calculation began with found the critical path with Microsoft Project that
performed crashing to obtain cost slope activities on the critical path, then analysed method with
Time Cost Trade Off Analysis.
From the analysis results, optimum cost obtained in additional labor with addition cost
was Rp 22.470.000 with time reduction by 11 days, while additional hours of work with the
reduction of cost and time each by Rp30.972.857 in 11 days and a combination of both reducing
costs and time each by Rp12.426.429. It means that the acceleration with optimum cost obtained
on the addition of working hours.
Keyword : construction, delay, critis, crashing, time cost trade off.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu tercurahkan pada kehadirat Allah SWT atas pemberian
rahmat dan hidayahnya karena penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang
berjudul “ANALISIS PERCEPATAN PELAKSANAAN PADA PROYEK
KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG”. Tugas Akhir ini merupakan salah
satu syarat akademik dalam menyelesaikan studi tingkat strata satu di Prodi
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
Selama melaksanakan dan menyusun Tugas Akhir ini, tak lepas dari
berbagai pihak lain yang telah membantu baik dari segi bimbingan, arahan serta
saran dan kritik yang sifatnya membangun. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. Tuti Sumarningsih, MT selaku Dosen Pembimbing.
2. Albani Musyafa’, ST, MT, PhD selaku dosen Penguji 1 tugas akhir
3. Fitri Nugraheni, ST, MT, PhD selaku dosen Penguji 2 tugas akhir
4. Zaenal Arifin, ST., MT yang membantu dalam menyelesaikan tugas akhir.
5. Bapak Joko dan Ibu Wiwik selaku karyawan Bagian Umum.
6. Kedua orang tua yang selalu meberikan dukungan serta doanya.
7. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah terlibat
banyak membantu sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karenanya penulis masih memerlukan masukan dan saran yang sifatnya
membangun.
Yogyakarta, Januari 2017
Penulis,
Rivaí Fibriyanto
11511183
vii
DAFTAR ISI
TUGAS AKHIR i
TUGAS AKHIR ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 3
1.3 TUJUAN PENELITIAN 3
1.4 BATASAN PENELITIAN 3
1.5 MANFAAT PENELITIAN 4
BAB II STUDI PUSTAKA 5
2.1 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.2 PENELITIAN TERDAHULU 6
2.2.1 Pertukaran Waktu Dan Biaya pada Proyek Pembangunan Gedung 6
2.2.2 Penerapan Metode Crashing Pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit
7
2.2.3 Optimasi Biaya Dan Waktu Proyek Perumahan Dengan cara Crash
Program Dengan Menggunakan Metode Time Cost Trade Off 8
2.3 PERBEDAAN PENELITIAN 9
2.4 KEASLIAN PENELITIAN YANG DILAKUKAN 12
BAB III LANDASAN TEORI 14
3.1 UMUM 14
3.2 PENJADWALAN DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN KERJA
(NETWORK PLANNING) 14
viii
3.2.1 Penjadwalan 14
3.3 METODE DALAM PENJADWALAN 15
3.3.1 Precedence Diagram Method (PDM) 15
3.4 MEMPERCEPAT WAKTU PENYELESAIAN PROYEK (AKSELERASI /
CRASHING ) 23
3.4.1 Optimalisasi Penjadwalan dengan Time Cost Trade Off (Crashing ) 23
3.4.2 Tahapan Metode Creshing 25
3.5 HUBUNGAN BIAYA TERHADAP WAKTU 27
3.6 PRODUKTIVITAS 29
3.6.1 Produktivitas Kerja Lembur 30
3.7 RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) 31
3.7.1 Fungsi Rencana Anggaran Biaya (RAB) 32
3.7.2 Tahapan Perhitungan RAB 33
3.8 PERKIRAAN BIAYA 33
BAB IV METODE PENELITIAN 35
4.1 METODE YANG DIGUNAKAN 35
4.2 OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN 35
4.3 METODE PENGAMBILAN DATA 36
4.4 METODE ANALISIS 36
4.6 DIAGRAM ALIR PENYUSUNAN LAPORAN TUGAS AKHIR 39
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41
5.1 HASIL PENELITIAN 41
5.2 ANALISIS DATA 41
5.2.1 Deskripsi Pekerjaan 42
5.2.2 Durasi Proyek 42
5.2.3 Hubungan Antar Pekerjaan 42
5.2.4 Tingkat Progress Pekerjaan 46
5.3 PENJADWALAN ULANG PROYEK DI MS. PROJECT 47
5.4 PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 50
5.5 PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS HARIAN NORMAL 51
5.6 MENENTUKAN NORMAL COST 52
5.7 LINTAS KRITIS 54
5.8 ALTERNATIF PERCEPATAN 56
ix
5.8.1 Alternatif Penambahan Tenaga Kerja 57
5.8.2 Alternatif Penambahan Jam Kerja 59
5.9 PERHITUNGAN TENAGA KERJA 61
5.9.1 Alternatif Penambahan Tenaga Kerja 61
5.9.2 Perhitungan Crash dengan Penambahan Tenaga Kerja 62
5.9.3 Perhitungan Crash dengan Penambahan Jam Lembur 63
5.9.4 Perhitungan Crash dengan Penambahan Tenaga Kerja dan Jam
Lembur 63
5.10 PERHITUNGAN COST SLOPE 64
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 66
6.1 SIMPULAN 66
6.2 SARAN 66
DAFTAR PUSTAKA 68
LAMPIRAN 1 1
LAMPIRAN 2 3
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Perbandingan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu 9
Tabel 5. 1Hubungan Antar Pekerjaan 43
Tabel 5.2 Rekapitulasi Penambahan Tenaga Kerja 58
Tabel 5. 3 Rekapitulasi Penambahan Jam Lembur 59
Tabel 5. 4 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Crashing 64
Tabel 5. 5 Rekapitulasi Perhitungan Cost Slope 65
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Node dan Identitas 16
Gambar 3.2 Hubungan Start to Start 17
Gambar 3.3 Hubungan Start to Finish 18
Gambar 3.4 Hubungan Finish to Start 18
Gambar 3.5 Hubungan Finish to Finish 18
Gambar 3. 6 Jadwal Proyek dalam Bentuk AOA. 19
Gambar 3.7 Jadwal Proyek dengan Tumpang Tindih dalam Bentuk Bagan Balok.
19
Gambar 3. 8 Jadwal Proyek Disajikan Dalam Bentuk PDM. 20
Gambar 3. 9 Konstrain Kegiatan (i) dan (j) 20
Gambar 3. 10 Rumus menentukan ES (j) 21
Gambar 3. 11 Rumus menentukan LF (i). 22
Gambar 3. 12 Konstrain kegiatan (i) dan (j). 22
Gambar 3. 13 Hubungan Waktu – Biaya pada keadaan normal dan dipersingkat
untuk satu kegiatan. 27
Gambar 3. 14 Hubungan antara Waktu dan Biaya Langsung 28
Gambar 3. 15 Hubungan antara Waktu dan Biaya Tak Langsung 28
Gambar 3. 16 Hubungan Biaya Total, Biaya Langusng dan Biaya Optimal. 29
Gambar 3. 17 Hubungan Jam Lembur dengan Indeks Produktivitas 30
Gambar 3. 18 Indeks Produktivitas (Soeharto, 1997) 31
Gambar 3. 19 Tahapan Analisis Perhitungan RAB 33
Gambar 4. 1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir 39
Gambar 5.1 Daftar Pekerjaan 48
Gambar 5.2 Memasukan Durasi ke Tiap Pekerjaan 48
Gambar 5.3 Membuat Hubungan Antar Pekerjaan 49
Gambar 5.4 Membuat Daftar Resource Proyek 49
Gambar 5.5 Memasukan Resource pada Tiap Pekerjaan 50
Gambar 5. 6 Memasukan Resource pada Tiap Pekerjaan 51
Gambar 5.7 Lintasan Kritis Proyek 55
Gambar 5. 8 Lintasan Kritis Proyek 55
Gambar 5. 9 Lintasan Kritis Proyek 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Parameter penting dalam penyelenggaraan proyek konstruksi, yang sering
dijadikan sebagai sasaran proyek adalah anggaran, jadwal, dan mutu.
Keberhasilan dalam menjalankan proyek tepat waktu, biaya, serta mutu yang telah
direncanakan adalah salah satu tujuan terpenting bagi pemilik dan kontraktor.
Pelaksanaan proyek yang tidak sesuai dengan rencana, dapat mengakibatkan
keterlambatan proyek. Pada pelaksanaan proyek konstruksi, keterlambatan proyek
seringkali terjadi, yang dapat menyebabkan berbagai bentuk kerugian bagi
penyedia jasa dan pengguna jasa. Bagi kontraktor, keterlambatan selain dapat
menyebabkan pembekakan biaya proyek akibat bertambahnya waktu pelaksanaan
proyek, dapat pula mengakibatkan menurunnya kredibilitas kontraktor untuk
waktu yang akan datang. Sedangkan bagi pemilik, keterlambatan penyelesaian
konstruksi berdampak pada keterlambatan penggunaan atau pengoperasian hasil
proyek konstruksi dan seringkali berpotensi menyebabkan timbulnya perselisihan
dan klaim antara pemilik dan kontraktor. Adapun jenis – jenis keterlambatan yaitu
keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (non excusable delays), keterlambatan
yang dapat dimaafkan (excusable delays) dan keterlambatan yang layak dapat
ganti rugi (compensable delays).
Proyek konstruksi merupakan proyek yang komple ks dengan melibatkan
banyak pihak, sehingga setiap proyek memiliki keunikan. Oleh karena itu, faktor
– faktor yang menyebabkan keterlambatan pada proyek sangat banyak dan
bervariasi, diantaranya yaitu keterlambatan pengiriman material ke lokasi,
keterbatasan jumlah tenaga kerja, keterlambatan pelaksanaan pekerjaan utama,
ketidaktersediaan material di lokasi proyek, keterlambatan pengiriman material di
lokasi, ketidaktersediaan peralatan konstruksi di lokasi proyek dan lain – lain.
1
2
Keterlambatan proyek akan menimbulkan kerugian pada pihak kontraktor,
konsultan dan owner, yaitu adalah sebagai berikut ini.
1. Pihak kontraktor
Keterlambatan penyelesaian proyek berakibat naiknya overhead, karena
bertambah panjangnya waktu pelaksanaan. Biaya overhead meliputi biaya
untuk perusahaan secara keseluruhan, terlepas ada tidaknya kontrak yang
sedang ditangani.
2. Pihak Konsultan
Konsultan akan mengalami kerugian waktu, serta akan terlambat dalam
mengerjakan proyek lainya, jika pelaksanaan proyek mengalami keterlambatan
penyelesaian.
3. Pihak Owner
Keterlambatan proyek pada pihak pemilik (owner), berarti kehilangan
penghasilan dari bangunan yang seharusnya sudah dapat digunakan.
Pada penelitian ini akan dianalisis dengan metode crashing project yang
merupakan suatu motode untuk mempersingkat lamanya waktu proyek dengan
mungurangi waktu dari satu atau lebih aktivitas proyek pada jalur kritis menjadi
kurang dari waktu normal aktivitas. Crashing project memiliki tujuan untuk
mengoptimalisasikan waktu kerja dengan biaya terendah. Dalam melakukan
crashing project digunakan software Microsoft Project.
Studi kasus dilakukan pada proyek pengembangan Java Village Resort.
Permasalahan pada proyek ini dipilih karena mengalami keterlambatan pada
pelaksanaanya, dilihat dari laporan mingguan rencana untuk minggu ke 13 (6 - 12
desember 2015) bobot rencana yang seharusnya mencapai 27,915% hanya
tercapai 16,199%. Sehingga proyek mengalami keterlambatan selama 35 hari
Adapun keterlambatan ini disebabkan oleh faktor cuaca hujan, kurangnya tenaga
kerja, komplain kerusakan rumah warga akibat pemancangan dan keterlambatan
alat berat. Untuk itu penulis akan melakukan analisis percepatan penyelesaian
proyek dengan beberapa alternatif yaitu dengan penambahan waktu kerja,
penambahan tenaga kerja dan kombinasi dari keduanya untuk membandingan
3
alternatif mana yang terbaik dengan biaya yang terkecil dan durasi selesai proyek
sama. Metode analisis yang akan digunakan yaitu Time Cost Trade Off yang
bertujuan mempercepat waktu pelaksanaan proyek dan menganalisis sejauh mana
waktu dapat dipersingkat dengan penambahan biaya minimum terhadap kegiatan
kritis proyek. Untuk itu perlu dilakukan penjadwalan ulang proyek atau
reschedule untuk mencapai hasil yang diinginkan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang ingin diangkat dari penelitian adalah sebagai
berikut ini.
1. Berapa durasi penyelesaian proyek Java Village Resort dapat dijadwal ulang
atau reschedule?
2. Berapa perubahan biaya proyek setelah dijadwal ulang atau reschedule
terhadap biaya awal proyek?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut ini.
1. Mengetahui durasi penyelesaian proyek Java Village Resort setelah dijadwal
ulang atau reschedule.
2. Mengetahui besar presentase perubahan biaya dari pelaksanaan percepatan
proyek.
1.4 BATASAN PENELITIAN
Untuk lebih mengarahkan tujuan atau sasaran penelitian ini, maka dibuat
batasan – batasan penelitian sebagai berikut ini.
1. Percepatan proyek dilakukan dengan penambahan waktu kerja (lembur) dan
penambahan tenaga kerja.
2. Perhitungan biaya langsung setiap aktivitas proyek dengan menggunakan
daftar satuan harga sesuai data yang diperoleh.
3. Analisis harga satuan menggunakan RAB yang diperoleh dari proyek.
4
4. Aktivitas proyek yang ditinjau hanya pada kegiatan struktur.
5. Jumlah kegiatan yang dilakukan Crashing maksimal 3 kegiatan apabila
ditemukan lebih dari 3 kegiatan kritis.
6. Perhitungan durasi percepatan pada aktivitas kritis sama pada tiap alternatif.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Dalam penyusunan tugas akhir ini manfaat yang bisa diambil dari
penelitian yaitu sebagai berikut.
1. Dapat mengejar target prestasi atau target waktu dengan biaya yang hemat
yang tentunya sangat menguntungkan semua pihak yang terkait.
2. Dapat memberikan solusi penyelesaian terhadap permasalahan keterlambatan
yang dihadapi oleh perusahaan.
3. Mengetahui cara melakukan Crashing Project.
1.6 LOKASI PENELITIAN
Berikut merupakan foto udara untuk letak lokasi penelitian
Gambar 1.1 Letak Java Village Resort
(Sumber : https://www.google.co.id/maps/place/JavaVillageResort)
5
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
Dalam proyek konstruksi, tentu diperlukan penjadwalan pekerjaan yang
baik agar pekerjaan dapat berjalan teratur dan tepat waktu. Dengan adanya
penjadwalan juga akan membantu kontraktor untuk mengontrol pekerjaan dan
mengetahui berapa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap pekerjaan.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelola waktu dan sumber
daya proyek. Pertimbangan penggunaan metode – metode tersebut berdasarkan
atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja penjadwalan.
Jika suatu proyek terlambat dari jadwal yang ditentukan agar proyek bisa
selesai sesuai jadwal salah satu caranya adalah dengan mempercepat durasi
proyek yang dikenal dengan istilah crashing. Crashing adalah suatu proses yang
disengaja, sistematis dan analitik dengan cara melakukan pengujian dari semua
kegiatan proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis. Pada
prosesnya dilakukan dengan perkiraan dari variable cost untuk menentukan
pengurangan durasi yang maksimal dan paling ekonomis dari suatu kegiatan yang
masih mungkin untuk direduksi. Crashing project dilakukan apabila suatu
kegiatan proyek terdapat berbagai pekerjaan dimana item kegiatan yang dilakukan
mencapai puluhan ataupun ratusan kegiatan. Kegiatan suatu proyek dapat
dipercepat dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut.
1. Mengadakan shift pekerjaan.
2. Memperpanjang waktu kerja (lembur).
3. Menggunakan alat bantu yang lebih produktif.
4. Menambah jumlah pekerja.
5. Menggunakan material yang dapat lebih cepat pemasanganya.
6. Menggunakan metode konstruksi lain yang lebih cepat.
5
6
2.2 PENELITIAN TERDAHULU
Dalam hal ini penelitian yang dilakukan mengenai mempercepat waktu
proyek (crashing project) dalam suatu proyek. Dalam penelitian yang dilakukan,
peneliti lebih memfokuskan perhitungan dari segi biaya yang dibutuhkan untuk
melakukan percepatan proyek atau crashing project. Penelitian ini berlandaskan
kepada penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, antara lain sebagai
berikut ini.
2.2.1 Pertukaran Waktu Dan Biaya pada Proyek Pembangunan Gedung
Penelitian Andrianto (2014) dengan studi kasus Gedung Seni dan Budaya
Kota Surabaya ini bertujuan untuk mengetahui apakah target percepatan durasi
proyek dapat tercapai dan mengetahui biaya yang dibutuhkan untuk melakukan
percepatan.
Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat mengurangi
biaya total yang dikeluarkan, dapat memberikan profit atau keuntungan baik dari
segi waktu atau biaya. Tetapi bila sampai terlambat dapat dipastikan akan
menambah total cost dan juga mendapatkan denda dengan besaran seperti yang
tertera pada kontrak yaitu 1% atau 1/1000 perhari serta dimasukan kedalam daftar
hitam perusahaan. Selain itu percepatan pembangunan ini berarti dapat
mempercepat pengoperasian gedung ini agar segera dapat memberikan
keuntungan yang diharapkan juga sebagai tolak ukur keberhasilan proyek
pemerintah yang didanai APBD.
Kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian Andrianto (2014) adalah
sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil analisa, proyek dapat diselesaikan tepat waktu dengan
percepatan selama 32 hari.
2. Biaya – biaya yang dibutuhkan untuk melakukan percepatan proyek adalah
sebagai berikut.
a. Untuk penyelesaian tepat waktu dibutuhkan biaya Rp. 6.367.791.004
b. Untuk memperoleh percepatan optimum dibutuhkan biaya Rp.
6.295.374.780.
7
c. Untuk memperoleh percepatan maximum dibutuhkan biaya Rp.
6.367.791.004. Percepatan maksimum adalah 23 hari yang berarti proyek
selesai lebih cepat 9 hari dari yang dijadwalkan.
2.2.2 Penerapan Metode Crashing Pada Proyek Pembangunan Rumah
Sakit
Penelitian Putra dkk (2014) pada Pembangunan Elizabeth Building RS.
Santo Borromeus Paket 1 Bandung ini bertujuan untuk membandingkan durasi
waktu pelaksanaan proyek konstruksi yang tercantum dalam dokumen kontrak
perjanjian dengan durasi pelaksanaan proyek konstruksi yang direncanakan
menggunakan metode crashing , membandingkan besarnya Rencana Anggaran
Biaya (RAB) yang ada di dokumen proyek dengan Rencana Anggaran Biaya
dengan menggunakan metode crashing dan membandingkan jumlah tenaga kerja
pada durasi normal proyek dengan jumlah tenaga kerja pada saat durasi optimum
proyek.
Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah memberikan ilmu
pengetahuan dalam merencanakan jadwal proyek agar proyek dapat selesai tepat
waktu dengan biaya yang murah dengan memperhitungkan kualitas bangunan itu
sendiri.
Kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian Putra dkk (2014) adalah
sebagai berikut.
1. Pada awalnya pelaksanaan proyek konstruksi dalam durasi normal yaitu
selama 364 hari. Setelah dilaksanakan metode crashing maka ditentukan
durasi optimum proyek yaitu selama 259 hari.
2. Berdasarkan Tabel Analisa Perhitungan Metode Crashing Skenario B pada
Proyek Pembangunan Elizabeth Building Rumah Sakit Santo Borromeous
paket 1 Bandung, dapat disimpulkan untuk Proyek Pembangunan Elizabeth
Building Rumah Sakit Santo Borromeous paket 1 Bandung, didapat durasi
yang paling optimal dengan biaya total proyek yang paling minimal adalah
durasi proyek 259 hari. Crashing 10 terjadi pada pekerjaan lantai 1 dengan
nilai cost slope yaitu sebesar Rp 1.861.065,00 per hari. Pemendekan durasi
8
pada Pekerjaan Struktur Lantai 1 sebesar 7 hari, dari durasi normal Pekerjaan
Struktur Lantai 1 sebesar 77 hari menjadi 70 hari. Hal ini menyebabkan
adanya perubahan biaya langsung (direct cost) durasi normal dari Rp
46.892.151.077,89 bertambah sebesar Rp117.521.520,00menjadi
Rp47.009.672.594,89, perubahan biaya tidak langsung (indirect cost)durasi
normal dari Rp 1.484.832.000,00 berkurang sebesar Rp 428.316.923,00
menjadi Rp 1.056.515.077,00 serta perubahan biaya total cost durasi normal
dari Rp48.376.983.077,89 berkurang sebesar Rp310.795.400,00 menjadi
Rp48.066.187.671,89. Perubahan biaya proyek terhadap biaya total proyek
yaitu sebesar ± 0,64 %.
3. Setelah dilakukan analisa terhadap jumlah tenaga kerja pada saat pelaksanaan
proyek durasi normal dan pelaksanaan proyek durasi optimum maka dapat
dibuat kurva tenaga kerja. Pada kurva tenaga kerja durasi normal didapat
jumlah maksimal tenaga kerja terjadi pada minggu ke 35 dan ke 36 yaitu
mencapai 684 orang tenaga kerja per harinya. Sedangkan pada kurva tenaga
kerja durasi optimum proyek didapat jumlah maksimal tenaga kerja pada
minggu ke 26 dan ke 27 yaitu mencapai 979 orang tenaga kerja per harinya.
Diharapkan jumlah tenaga kerja yang melonjak tersebut dapat ditampung oleh
site proyek dan tidak menurunkan produktifitas tenaga kerja. Karena semakin
padatnya site proyek oleh tenaga kerja maka para ruang kerja bagi masing –
masing tenaga kerja pun akan semakin sedikit.
2.2.3 Optimasi Biaya Dan Waktu Proyek Perumahan Dengan cara Crash
Program Dengan Menggunakan Metode Time Cost Trade Off
Penelitian Rohman (2012) pada Pembangunan Perumahan Mutiara Graha
Agung di Gresik ini bertujuan untuk menganalisis penambahan jumlah jam kerja
pada proyek pembangunan perumahan Mutiara Graha Agung. Penelitian ini hanya
terfokuskan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dikeluarkan pada proses
crashing . Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah menambah ilmu tentang
metode crashing yang diterapkan pada proyek pembangunan perumahan.
9
Dari penelitian maka didapat hasil dari kesimpulan penelitian adalah untuk
pembangunan rumah type 50 sebanyak 50 unit dengan penambahan jumlah jam
kerja didapatkan durasi optimum yang dicapai adalah 240 hari, atau lebih cepat 47
hari dari waktu normal selama 287 hari serta menurunkan jumlah total biaya yang
harus dikeluarkan dari Rp 1.952.749.999 menjadi Rp 1.942.502.236 turun sebesar
0,61% dari total nilai proyek.
2.3 PERBEDAAN PENELITIAN
Dari tinjauan pustaka diatas, maka diperoleh rincian yang dapat dilihat
pada Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu.
Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu
Peneliti Andrianto Putra dkk Rohman
Tahun 2014 2014 2014
Tujuan
Penelitian
untuk mengetahui
apakah target
percepatan durasi
proyek dapat
tercapai dan
mengetahui biaya
yang dibutuhkan
untuk melakukan
percepatan.
untuk
membandingkan
durasi waktu
pelaksanaan proyek
konstruksi yang
tercantum dalam
dokumen kontrak
perjanjian dengan
durasi pelaksanaan
proyek konstruksi
yang direncanakan
menggunakan metode
crashing .
untuk menganalisis
penambahan jumlah
jam kerja pada
proyek pembangunan
perumahan Mutiara
Graha Agung.
10
Lanjutan Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Sekarang dengan Penelitian
Terdahulu
Peneliti Andrianto Putra dkk Rohman
Batasan
Masalah
1.Harga satuan tidak
berubah selama
pelaksanaan proyek.
2. Perhitungan crash
duration
menggunakan
alternatif-alternatif
seperti penambahan
jam kerja,
penambahan grup
kerja, menambah
kapasitas alat,
menambah jumlah
alat pada aktifitas-
aktifitas tertentu.
3. Biaya yang
timbul akibat
percepatan antara
lain : pertambahan
biaya untuk
pengawas,
1. Optimalisasi
dilakukan dengan
metode crashing
project
2. Hanya
membandingan
jumlah tenaga kerja
dari durasi normal
dan setelah
optimalisasi.
1. Penelitian
dilakukan pada
pekerjaan
Pembanguna Gedung
Perpustakaan dan
Arsip Kabupaten
Batang.
2. Penelitian
dilakukan dengan
menganalisa
pekerjaan dari waktu
normal dibandingkan
dengan waktu nornal
yang ditambahkan
jam lembur.
3. Waktu normal
pekerjaan sesuai yang
tercantum dalam
Kurva S.
4. Penelitian ini
dilakukan dengan
menganalisa waktu
rencana kerja dan
waktu pelaksanaan
proyek.
11
Lanjutan Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Sekarang dengan Penelitian
Terdahulu
Peneliti Andrianto Putra dkk Rohman
Manfaat
dapat mengurangi
biaya total yang
dikeluarkan, dapat
memberikan profit
atau keuntungan
baik dari segi waktu
atau biaya.
memberikan ilmu
pengetahuan dalam
merencanakan jadwal
proyek agar proyek
dapat selesai tepat
waktu dengan biaya
yang murah dengan
memperhitungkan
kualitas bangunan itu
sendiri.
menambah ilmu
tentang metode
crashing yang
diterapkan pada
proyek pembangunan
perumahan.
Objek
Penelitian
Pertukaran waktu
dan biaya pada
proyek
pembangunan
gedung seni dan
budaya kota
Surabaya
Penerapan crashing
project pada
pembangunan
Elizabeth Building
RS. Santo Borromeus
Paket 1 Bandung
Optimasi biaya dan
waktu proyek
pembangunan
perumahan Mutiara
Graha Agung
Hasil
Penelitian
1. Berdasarkan hasil
analisa, proyek
dapat diselesaikan
tepat waktu
dengan
percepatan selama
32 hari.
1. Setelah dilakukan
crashing project
proyek lebih cepat
dari durasi normal
364 hari menjadi
259 hari.
2. Biaya total proyek
berkurang sebesar
± 0,64 %.
Pelat beton bertulang
sifatnya sangat kaku
dan arahnya
horizontal, sehingga
pada bangunan
gedung pelat ini
berfungsi sebagai
diafragma atau unsur
pengaku horizontal
12
Lanjutan Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Sekarang dengan Penelitian
Terdahulu
Peneliti Andrianto Putra dkk Rohman
Hasil
Penelitian
2. Biaya - biaya
yang dibutuhkan
untuk melakukan
percepatan proyek
yaitu seperti
berikut.
a. Untuk
penyelesaian
tepat waktu
dibutuhkan
biaya Rp.
6.367.791.004
b. Untuk
memperoleh
percepatan
optimum
dibutuhkan
biaya Rp.
6.295.374.780.
3. Setelah dilakukan
analisis jumlah
tenaga kerja
terjadi jumlah
maksimum tenaga
kerja pada minggu
26 dan 27
mencapai 979
orang.
yang sangat
bermanfaat untuk
mendukung
ketegaran balok
portal dengan
memperthitungkan
beban yang bekerja
pada pelat terhadap
beban gravitasi.
2.4 KEASLIAN PENELITIAN YANG DILAKUKAN
Permasalahan pada penelitian yang dilakukan sebelumnya dapat diambil
beberapa kategori yang dapat membedakan penelitian sekarang dengan penelitian
terdahulu. Pertama tujuan dari penelitian yang saya lakukan yaitu Mengevaluasi
Kinerja Proyek apa sudah sesuai dengan jadwal atau proyek terlambat dan apakah
perlu dilakukan percepatan proyek guna agar proyek selesai sesuai jadwal serta
menghitung rencana anggaran biaya yang harus dikeluarkan jika proyek
13
melakukan percepatan atau crashing . Kedua, penelitian yang saya lakukan hanya
terfokus pada perhitungan biaya anggaran yang dibutuhkan untuk percepatan atau
crashing. Ketiga, manfaat penelitian yang saya lakukan yaitu memberikan
evaluasi kinerja proyek dari awal pekerjaan sampai pekerjaan yang dilakukan
sehingga dapat diketahui kemajuan proyek tersebut.
14
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 UMUM
Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan
kualitas perencanaan waktu dan jadwal untuk menghadapi jumlah kegiatan dan
kompleksitas proyek yang cenderung bertambah. Usaha tersebut membuahkan
hasil dengan ditemukannya bagan balok (Bar Chart) dan analisis jaringan
(Network Analysis), yaitu penyajian perencanaan dan pengendalian, khususnya
jadwal kegiatan proyek secara sistematis dan analitis.
3.2 PENJADWALAN DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN KERJA
(NETWORK PLANNING)
Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara
bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan dalam diagram network, sehingga
diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan dan pekerjaan
yang harus menunggu selesainya pekerjaan yang lain (Badri, 1997).
3.2.1 Penjadwalan
Penjadwalan adalah perencanaan pembagian waktu dan hubungan antara
pekerjaan-pekejaan yang ada dalam suatu proyek. Karena kompleksnya
pemasalahan dalam suatu proyek, maka pengelola proyek selalu ingin
meningkatkan kualitas perencanaan proyek. Perencanaan waktu (time scheduling)
proyek didasarkan pada durasi (waktu) normal setiap kegiatan atau pekerjaan.
Teknik penjadwalan dibuat untuk mencapai efektifitas dan efisiensi yang tinggi
dari sumber daya yang akan digunakan selama masa pelaksanaan proyek
konstruksi. Instrumen yang digunakan untuk perencanaan produktivitas dan biaya
antara lain; tenaga kerja, material dan peralatan. Sumber daya tersebut harus
direncanakan seefisien mungkin, agar diperoleh biaya pelaksanan yang minimum
14
15
tetapi kulitas tetap terjaga. Manfaat dari perencanaan antara lain; mengorganisir
kegiatan-kegiatan yang terkait dalam proyek, menentukan pembagian tugas,
waktu dan pelaksanaan tugas, memperkirakan jumlah sumber daya yang
dibutuhkan, mengalokasikan tanggung jawab pelaksanaan proyek, mempermudah
dalam pengendalian kemajuan proyek, dan mengantisipasi kondisi yang tidak
diharapkan dalam perubahan rencana yang mungkin terjadi selama proyek
berlangsung. Penjadwalan memiliki dua fungsi yaitu fungsi pengorganisaian dan
fungsi pengendalian. Dalam melaksanakan proyek konstruksi, ada tiga faktor
yang akan menjadi tolok ukur keberhasilan proyek konstruksi tersebut, yaitu
mutu, biaya dan waktu. Selama ini pengalaman menunjukkan bahwa pemborosan
biaya saat pelaksanaan lebih disebabkan oleh ketidaktepatan dalam pengambilan
keputusan pada tahap penjadwalan. Oleh karena itu merencanakan waktu/jadwal
pelaksanaan sangat penting dalam suatu proyek konstruksi (Soeharto,1997).
3.3 METODE DALAM PENJADWALAN
Ada beberapa jenis penjadwalan diantaranya : Diagram batang & kurva S
(Bart chart & S Curve). Analisis jaringan (Network Diagram Analysis) terdiri
atas; CPM (Critical Part Method), PDM (Precedence Diagaram Method), PERT
(Program Evaluation and Review Technique), LSM (Linear Scheduling Method).
Pada penelitian tugas akhir ini hanya digunakan PDM pada saat untuk
menganalisis data.
3.3.1 Precedence Diagram Method (PDM)
Precedence Diagram Method (PDM) dalah jaringan kerja dengan aktivitas
pada node AON (activity on node). Disini aktivitas ditulis dalam node yang
umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai petunjuk
hubungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian Dummy
yang dalam CPM dan PERT merupakan tanda yang penting untuk menunjukkan
hubungan ketergantungan, didalam PDM tidak diperlukan. Aturan dasar CPM dan
AOA mengatakan bahwa suatu kegiatan dapat dimulai setelah pekerjaan terdahulu
(Predecessor) selesai. Maka untuk proyek dengan rangkaian kegiatan yang
tumpang tindih dan berulang-ulang akan memerlukan garis dummy yang bayak
16
sekali, sehingga tidak praktis dan kompleks. Kegiatan dan peristiwa pada PDM
dalam node yang berbentuk segi empat. Kotak tersebut menandai suatu kegiatan,
dengan demikian harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya.
Sedangkan peristiwa (event) merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node
mempunyai dua peristiwa yaitu peristiwa awal dan akhir. Ruangan dalam node
dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang berisi keterangan spesifik dari kegiatan
dan peristiwa yang bersangkutan yang dinamakan atribut. Beberapa atribut yang
sering dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan (durasi), identitas
kegiatan (nomor dan nama), mulai dan selesainya kegiatan (ES,LS,EF,LF), dan
lain-lain.
Menurut Ervianto (2005) kelebihan Precedence Diagram Method (PDM)
dibandingkan dengan CPM adalah PDM tidak memerlukan kegiatan fiktif/dummy
sehingga pembuatan jaringan menjadi lebih sederhana. Hal ini dikarenakan
hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah jumlah
kegiatan.
Gambar 3.1 Node dan Identitas
Keterangan Notasi :
ES = Earliest Start LS = Lastest Start
EF = Earliest Finish LF = Lastest Finish
17
Berikut merupakan pengertian konstrain dan hubungan antar kegiatan pada
proyek adalah sebagai berikut ini.
1. Konstrain, LEAD dan LAG
Konstrain menunjukkan hubungan antar kegiatan dengan satu garis dari satu
node ke node berikutnya. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu awal atau
mulai (Start) dan ujung akhir atau selesai (Finish), maka ada 4 macam konstrain
yaitu awal ke awal (Start to Start), awal ke akhir (Start to Finish), akhir ke awal
(Finish to Start), dan akhir ke akhir (Finish to Finish), pada garis konstrain
dibutuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului (Lead) dan waktu terlambat
atau tertunda (Lag).
2. Konstrain Awal ke Awal (Start To Start)
Konstrain awal ke awal memberi penjelasan hubungan antara mulainya suatu
kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Konstrain seperti ini digunakan bila
sebelum kegiatan (i) selesai 100%, maka kegiatan (j) boleh dimulai. Atau kegiatan
(j) boleh dimulai setelah bagian tertentu dari kegiatan (i) selesai. Hubungan dapat
digambarkan seperti berikut.
Gambar 3.2 Hubungan Start to Start
3. Konstrain Awal ke Akhir (Start To Finish (SF))
Konstrain awal ke akhir menjelaskan hubungan antara selesainya suatu
kegiatan tergantung dari mulainya kegiatan sebelumnya. Yang berarti kegiatan (j)
selesai setelah beberapa hari kegiatan (i) dimulai. Hubungan dapat digambarkan
seperti berikut.
18
Gambar 3.3 Hubungan Start to Finish
4. Konstrain Akhir ke Awal (Finish To Start (FS))
Konstrain ini menjelaskan hubungan mulainya suatu kegiatan dengan
selesainya kegiatan terdahulu. Artinya kegiatan (j) dapat dilaksanakan setelah
kegiatan (i) selesai dikerjakan. Hubungan dapat digambarkan seperti berikut.
Gambar 3.4 Hubungan Finish to Start
5. Konstrain Akhir ke Akhir (Finish to Finish (FF))
Konstrain akhir ke akhir menjelaskan hubungan antara selesainya suatu
kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Yang artinya kegiatan (j) tidak
dapat diselesaikan sebelum kegiatan (i) selesai. Hubungan dapat digambarkan
seperti berikut.
Gambar 3.5 Hubungan Finish to Finish
19
6. Menyusun Jaringan PDM
Dalam menyusun jaringan kerja khusunya menentukan urutan ketergantungan
antar setiap pekerjaan dan dengan adanya bermacam pilihan konstrain, maka lebih
banyak faktor harus diperhatikan. gambar 3.9 dibawah ini adalah contoh PDM
suatu proyek terdiri dari tiga kegiatan lengkap dengan atribut dan parameter yang
bersangkutan, yang semula disajikan dalam bentuk AOA. Kegiatan dikerjakan
secara berurutan, dengan penyeselesaian proyek total selama 22 hari.
Gambar 3. 6 Jadwal Proyek dalam Bentuk AOA.
Sedangkan potensi penghematan waktu dijelaskan dengan metode bagan
balok berskala waktu yaitu pada gambar 3.7 dibawah ini.
Gambar 3.7 Jadwal Proyek dengan Tumpang Tindih dalam Bentuk Bagan Balok.
Bila kegiatan diatas dikerjakan tumpang tindih, hasilnya akan mempersingkat
waktu. Misalnya, seperti gambar diatas yang disajikan dengan bagan balok,
terlihat bahwa penyelesaian proyek total berkurang menjadi 17 hari. Hal ini
20
disebabkan adanya tumpang tindih antara kegiatan Mt dengan Mp dan Mp dengan
Mk, yaitu setelah Mt berjalan selama 4 hari maka kegiatan Mp mulai
Demikian halnya dengan Mk terhadap Mp, yaitu setelah Mp berjalan 6 hari,
mulailah kegiatan Mk. Jadi mulainya kegiatan yang satu tidak menunggu kegiatan
yang lain selesai 100%. Bila gambar diatas disajikan dengan PDM akan terlihat
seperti gambar 3.8 dibawah ini.
Gambar 3. 8 Jadwal Proyek Disajikan Dalam Bentuk PDM.
7. Identifikasi Jalur Kritis
Dengan adanya parameter yang bertambah banyak, perhitungan untuk
mengidentifikasi kegiatan dan jalur kritis akan menjadi kompleks karena semakin
banyak factor yang perlu diperhatikan.
Untuk hal tersebut, dikerjakan analisis serupa dengan metode CPM, dengan
memperhatikan konstrain yang terkait, seperti terlihat pada gambar 3.9 dibawah
ini.
Gambar 3. 9 Konstrain Kegiatan (i) dan (j)
21
Berikut ini merupakan cara mencari mengidentifikasi jalur kritis pada suatu
pekerjaan.
a. Hitung Maju
Berlaku dan ditunjukan untuk hal – hal sebagai berikut ini.
1) Menghasilkan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek.
2) Diambil angka ES terbesar bila lebih satu kegiatan bergabung.
3) Notasi (i) bagi kegiatan terdahulu (predecessor) dan (j) kegiatan yang
sedang ditinjau.
4) Waktu awal dianggap nol.
Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES(j), adalah
sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan terdahulu ES(i) atau
EF(i) ditambah konstrain yang bersangkutan. Karena terdapat empat
konstrain, maka bila ditulis dengan rumus menjadi pada gambar 3.10 dibawah
ini.
Gambar 3. 10 Rumus menentukan ES (j)
Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau EF(j),
adalah sama dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan tersebut ES(j),
ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan D(j) atau ditulis dengan
rumus, menjadi EF (j) = ES (j) + D (j)
b. Hitung Mundur
Berlaku dan ditujukan untuk hal – hal sebagai berikut :
22
1) Menentukan LS, LF dan kurun waktu float.
2) Bila lebih dari satu kegiatan bergabung diambil angka LS terkecil.
3) Notasi (i) bagi kegiatan yang sedang ditinjau sedangkan (j) adalah
kegiatan berikutnya.
Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang ditinjau,
yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF plus
konstrain yang bersangkutan.
Gambar 3. 11 Rumus menentukan LF (i).
Waktu mulai paling paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS(i),
adalah sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF(i),
dikurangi kurun waktu yang bersangkutan LS (i) = LF (i) – D (i).
Gambar 3. 12 Konstrain kegiatan (i) dan (j).
23
3.4 MEMPERCEPAT WAKTU PENYELESAIAN PROYEK
(AKSELERASI / CRASHING )
Mempercepat waktu penyelesaian proyek adalah suatu usaha
menyelesaikan proyek lebih awal dari waktu penyelesaian dalam keadaan normal.
Percepatan proyek hanya dilakukan pada kegiatan – kegiatan yang kritis yang
berpengaruh pada lama penyelesaian proyek. Dengan diadakannya percepatan
proyek ini akan terjadi pengurangan durasi kegiatan pada setiap kegiatan yang
akan diadakan crash program.
Durasi crashing maksimum suatu aktivitas adalah durasi yang tersingkat
untuk menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih mungkin dengan
asumsi sumber daya bukan merupakan hambatan (Soeharto, 1997). Durasi
percepatan maksimum dibatasi oleh luas proyek atau luas kerja, namun ada empat
faktor yang dapat dioptimumkan untuk melaksanakan percepatan pada suatu
aktivitas yaitu meliputi penambahan tenaga kerja, penjadwalan kerja lembur,
penggunaan alat berat dan pengubahan metode konstruksi di lapangan.
3.4.1 Optimalisasi Penjadwalan dengan Time Cost Trade Off (Crashing )
Proses percepatan proyek biasanya disebut dengan Trade Off (Crashing ).
Istilah Crashing berhubungan dengan usaha mengurangi kegiatan-kegiatan
mereduksi durasi proyek. Proses Crashing harus mempertimbangkan systematic
analytical process termasuk pengujian dari seluruh kegiatan, khususnya kegiatan
yang berada pada lintasan kritis. Pada Crashing project, biaya sebagai variabel,
sedangkan besarnya durasi sesuai dengan durasi yang dihitung untuk mereduksi
durasi proyek. (Karzner, 1989) dan (Muslih, 2004) menguraikan tentang Trade off
pada pelaksanaan konstruksi. Sebagian dari uraian tersebut menjelaskan bahwa
manejemen proyek selalu berupaya mengontrol sumber daya perusahaan di dalam
batas-batas waktu, biaya dan mutu yang telah ditetapkan. Sumber daya yang
dimaksud adalah semua komoditas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan seperti tenaga kerja, material, peralatan dan modal. Hampir semua
proyek selalu menemui situasi kritis ketika kinerja tidak mungkin dicapai dalam
batas-batas waktu dan biaya yang telah direncanakan, jika proyek berjalan sesuai
24
dengan rencana, Trade Off merupakan sebuah usaha terus menerus sepanjang
siklus hidup proyek yang berkesinambungan dipengaruhi oleh faktor lingkungan
internal dan eksternal.
Pelaksana proyek dalam hal ini kontraktor dapat memutuskan melakukan
percepatan waktu apabila memiliki alasan-alasan khusus,antara lain;
1. Pelaksanaan proyek sudah tidak sesuai dengan jadwal perencanaan semula
sehingga dilakukan percepatan waktu untuk menghindari denda.
2. Permintaan dari pemilik proyek untuk menyelesaikan proyek tersebut sebelum
perencanaan semula agar investasi untuk proyek tersebut dapat segera kembali.
Langkah yang diambil dalam mempersingkat pelaksanaan proyek adalah
dengan menyempurnakan logika ketergantungan dari kegiatan-kegiatan pada
jaringan kerja. Apabila usaha ini sudah dilakukan namun belum dapat
mencapai target waktu yang diharapkan, maka dilakukan pengurangan durasi
dari kegiatankegiatan yang bersifat kritis. Pengurangan durasi kegiatan ini
dapat dilaksanakan dengan cara penambahan tenaga kerja, jam kerja (lembur),
penambahan atau penggantian peralatan yang lebih produktif, dan penggantian
material yang dapat membuat pekerjaan lebih cepat tanpa mengurangi mutu
serta penyempurnaan metode pelaksanaan konstruksi.
Crashing adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses
percepatan suatu kegiatan atau banyaknya kegiatan untuk memperpendek durasi
keseluruhan proyek. Ada berbagai asumsi yang digunakan dalam menganalisis
proses tersebut, diantaranya:
1. Jumlah sumber daya yang tersedia bukan merupakan kendala, ini berarti dalam
menganalisis crashing program, alternatif yang akan dipilih tidak dibatasi oleh
tersedianya sumber daya.
2. Bila diinginkan waktu penyelesaian lebih cepat dengan lingkup yang sama,
maka keperluan sumber daya akan bertambah. Sumber daya ini dapat berupa
tenaga kerja, material, atau peralatan yang dapat dinyatakan dalam sejumlah
dana.
25
3.4.2 Tahapan Metode Creshing
Untuk menganalisis percepatan durasi proyek menurut Ahuja (1994)
terdapat langkah-langkah yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
1. Menentukan durasi normal dengan menggunakan jaringan kerja dan biaya
proyek normal.
2. Menentukan lintasan kritis durasi proyek normal
3. Mentabelkan durasi normal dan durasi yang dipercepat serta semua biaya
untuk semua kegiatan.
4. Menghitung dan mentabelkan cost slope dari setiap kegiatan.
5. Mengurangi durasi kegiatan-kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan kritis yang
mempunyai kombinasi nilai cost slope terkecil. Setiap kegiatan kritis tersebut
dipercepat sampai waktu percepatan yang dikehendaki tercapai atau terbentuk
lintasan kritis yang baru.
6. Setelah terbentuk litasan kritis yang baru waktu kegiatan kritis tersebut
dipersingkat sehingga mempunyai nilai cost slope terkecil. Apa bila terdapat
beberapa lintasan kritis, maka perlu dipersingkat kegiatan-kegiatan pada
lintasan kritis secara bersamaan, jika hal tersebut dapat mengurangi durasi
proyek secara keseluruhan.
7. Pada setiap langkah, diperiksa apakah terdapat waktu tenggang atau float
dalam setiap kegiatan, jika ada maka kegiatan tersebut dapat diperlambat
untuk mengurangi biaya proyek.
8. Pada setiap siklus percepatan waktu, dihitung biaya proyek dari durasi proyek
yang baru, maentabelkan dan plot titik-titik tersebut ke grafik biaya-waktu
proyek.
9. Dilanjutkan sampai tidak ada lagi kemungkinan percepatan yang dapat
dilakukan hal ini disebut dengan titik percepatan.
10. Biaya tidak langsung proyek diplot kedalam grafik biaya dan waktu yang
sama.
11. Biaya langsung dan biaya tidak langsung untuk dijumlahkan biaya total
proyek pada setiap durasi waktu.
26
12. Kurva biaya total proyek tersebut digunakan untuk menentukan waktu
optimum untuk (penyelesaian dengan biaya terendah), atau biaya proyek
sesuai jadwal yang dikehendaki.
Hampir semua proyek selalu menemui situasi kritis ketika kinerja proyek
tidak mungkin dicapai dalam batas-batas waktu dan biaya yang telah
direncanakan, jika proyek berjalan lancar sesuai dengan rencana, trade-off
mungkin tidak diperlukan. Trade-off merupakan sebuah usaha terus-menerus
sepanjang siklus hidup proyek yang berkesimambungan dipengaruhi oleh
lingkungan internal dan eksternal, reputasi perusahaan, kondisi pasar serta
keuntungan yang diharapkan merupakan pertimbangan perlunya dilakukan trade-
off sebelum pihak I manajemen mengambil keputusan untuk mengatasi kondisi
kritis dilapangan.
Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara waktu dan biaya suatu
kegiatan, dipakai beberapa defenisi sebagai berikut :
1. Kurun Waktu Normal Kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan sampai selesai, dengan cara yang efisien tetapi diluar pertimbangan
adanya kerja lembur dan usaha-usaha khusus lainnya, seperti menyewa
peralatan yang lebih canggih.
2. Biaya Normal Biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan
dengan kurun waktu normal.
3. Kurun waktu dipersingkat (crash time) Waktu tersingkat untuk
menyelesaikan pekerjaan yang secara teknis masih mungkin untuk dilakukan.
Disini dianggap sumber daya bukan merupakan hambatan.
4. Biaya untuk waktu dipersingkat (Crash Cost) Jumlah biaya langsung untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu tersingkat
27
Berikut ini gambar 3.13 hubungan waktu dan biaya pada keadaan normal
dan dipersingkat suatu kegiatan dalam proyek.
Gambar 3. 13 Hubungan Waktu – Biaya pada keadaan normal dan dipersingkat
untuk satu kegiatan.
3.5 HUBUNGAN BIAYA TERHADAP WAKTU
Biaya langsung (Direct Cost) adalah biaya yang langsung berhubungan
dengan pekerjaan konstruksi dilapangan. Biaya langsung dapat diperoleh dengan
mengalikan volume suatu pekerjaan dengan harga satuan (Unit Price) pekerjaan
tersebut.
Biaya tak langsung (Indirect Cost) yaitu biaya yang tidak secara langsung
berhubungan dengan konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat lepas dari
proyek tersebut. Yang termasuk biaya tak langsung adalah biaya overhead, biaya
tak terduga dan profit.
Biaya total proyek adalah penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tak
langsung. Besarnya biaya ini sangat tergantung oleh lamanya waktu (durasi)
penyelesaian proyek. Keduanya berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan
proyek. Walaupun tidak dapat dihitung denagn rumus tertentu, akan tetapi
umumnya makin lama proyek berjalan makin tinggi kumulatif biaya tak langsung
yang dipergunakan (Soeharto, 1997)
Dalam suatu proyek konstruksi, total biaya proyek terdiri dari dua jenis
biaya yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan proyek, yaitu biaya langsung
dan biaya tak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang akan menjadi
28
komponen permanen hasil akhir proyek, dan berkaitan langsung dengan volume
pekerjaan yang dilaksanakan, antara lain terdiri dari biaya material dan upah
tenaga kerja. Sedangkan biaya tidak langsung adalah pengeluaran untuk
manajemen, supervisi, dan pembayaran material serta jasa dalam pengadaan
bagian proyek yang tidak akan menjadi instalasi atau produk permanen, tetapi di
perlukan dalam menjalankan proyek (Soeharto 1997).
Ketika suatu kegitan dipercepat, maka biaya langsung untuk kegiatan
tersebut akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh percepatan kerja pada tingkat
yang lebih cepat dari biasanya. Tetapi kenaikan biaya langsung tersebut mungkin
lebih rendah dari biaya tak langsung. Hubungan antara biaya langsung, biaya tak
langsung dengan durasi/waktu ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 3. 14 Hubungan antara Waktu dan Biaya Langsung
Gambar 3. 15 Hubungan antara Waktu dan Biaya Tak Langsung
29
Hubungan antara Biaya langsung, Biaya tak langsung dan Waktu
ditunjukkan pada Gambar 3.12
Gambar 3. 16 Hubungan Biaya Total, Biaya Langusung dan Biaya Optimal.
(Soeharto,1997)
Pada grafik diatas terdapat titik optimum yang menunjukkan biaya proyek
minimum dan waktu pelaksanaan proyek yang optimum. Titik optimum inilah
yang berusaha dicapai oleh kontraktor dalam melaksanakan sutu proyek.
Waktu pelaksanaan sangat mempengaruhi jumlah biaya suatu proyek. Jika
waktu suatu proyek bertambah, maka biaya juga akan meningkat, demikian pula
dengan waktu yang dipercepat.sehubungan dengan itu perlu direncanakan waktu
yang tepat sehingga dihasilkan biaya yang optimum.
3.6 PRODUKTIVITAS
Produktivitas tenaga kerja akan sangat besar pengaruhnya terhadap total
biaya proyek, semakin tinggi produktivitas, maka biya proyek akan lebih murah
dan sebaliknya, semakin rendah produktivitas, maka biaya proyek akan semakin
mahal.
30
3.6.1 Produktivitas Kerja Lembur
Seringkali pekerjaaan tidak dapat dihindari, misalnya untuk mengejar
sasaran jadwal. Kerja lembur dapat menurunkan efisiensi kerja/produktivitas
seperti terlihat pada grafik dibawah ini (Soeharto,1997).
Gambar 3. 17 Hubungan Jam Lembur dengan Indeks Produktivitas
(Soeharto, 1997)
Dari uraian gambar grafik di atas dapat disimpulkan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
Produktivitas harian = (3.1)
Produktivitas tiap jam = (3.2)
Produktivitas harian akibat kerja lembur = (a x b x priod.tiap jam) (3.3)
Keterangan : a = jumlah jam kerja lembur;
b = koefisien penurunan produktivitas kerjalembur
3.6.2 Produktivitas Penambahan Tenaga Kerja
Percepatan jadwal memerlukan penambahan tenaga kerja namun hal ini
akan menimbulkan penurunan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena
dalam lokasi proyek sejumlah buruh bekerja, selalu ada kesibukan manusia
pergerakan alat serta kebisingan yang menyertai. Semakin tinggi jumlah pekerja,
31
semakin sedikit luas area pekerja, maka semakin sibuk kegiatan per area kerja.
Pada akhirnya akan mencapai titik kelancaran pekerjaan terganggu dan
mengakibatkan penurunan produktivitas. Titik ini disebut titik jenuh, dalam
pelaksanaan pekerjaan titik ini perlu diperhatikan agar jangan sampai terjadi,
khususnya apabila mengejar jadwal penyelesaian pekerjaan, seperti pada Gambar
3.14 dibawah ini ( Soeharto,1997).
Gambar 3. 18 Indeks Produktivitas (Soeharto, 1997)
3.7 RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan salah satu proses utama
dalam suatu proyek karena merupakan dasar untuk membuat kerangka budget
yang akan dikeluarkan. Rencana Anggaran Biaya diperlukan untuk
memperhitungkan suatu bangunan atau proyek dengan banyaknya biaya yang
diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya - biaya lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan bangunan atau proyek. Untuk itu diperlukan perhitungan-
perhitungan yang teliti. Baik dari jumlah biaya pembuatannya, volume pekerjaan,
jenis pekerjaan, dan harga bahan. Semua itu bertujuan untuk mengetahui biaya
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek konstruksi sehingga lebih
efisien dan terukur sesuai dengan keinginan.
32
3.7.1 Fungsi Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Secara umum ada 4 fungsi utama dari Rancanga Anggaran Biaya adalah
sebagai berikut.
1. Menetapkan jumlah total biaya pekerjaan yang menguraikan masing masing
item pekerjaan yang akan dibangun. RAB harus menguraikan jumlah semua
biaya upah kerja, material dan peralatan termasuk biaya lainnya yang
diperlukan misalanya perizinan, kantor atau gudang sementara, fasilitas
pendukung misalnya air dan listrik sementara.
2. Menetapkan Daftar dan Jumlah Material yang dibutuhkan. Dalam RAB harus
dipastikan jumlah masing masing material disetiap komponen pekerjaan.
Jumlah material didasarkan dari volume pekerjaan, sehingga kesalahan
perhitungan volume setiap komponen pekerjaan akan mempengaruhi jumlah
material yang dibutuhkan. Daftar dan Jenis material yang tertuang dalam
RAB menjadi dasar pembelian material ke Supplier.
3. Menjadi dasar untuk penunjukan/ pemilihan kontraktor pelaksana.
Berdasarkan RAB yang ada , maka akan diketahui jenis dan besarnya
pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dari RAB tersebut akan kelihatan pekerja
dan kecakapan apa saja yang dibutuhkan. Berdasarkan RAB tersebut akan
diketahui apakah cukup diperlukan satu kontraktor pelaksana saja atau apakah
diperlukan untuk memberikan suatu pekerjaan kepada subkontraktor untuk
menangani pekerjaan yang dianggap perlu dengan spesialis khusus.
4. Peralatan peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan akan
diuraikan dalam estiamsi biaya yang ada. Seorang estimator harus
memikirkan bagaimana pekerjaan dapat berjalan secara mulus dengan
menentukan peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut.
Dari RAB juga dapat diputuskan peralatan yang dibutuhkan apakah perlu
dibeli langsung atau hanya perlu dengan sistim sewa. Kebutuhan peralatan
dispesifikasikan berdasarkan jenis, jumlah dan lama pemakaian sehingga
dapat diketahui berapa biaya yang diperlukan.
33
3.7.2 Tahapan Perhitungan RAB
Dalam Penyusunan RAB diperlukan jumlah volume per satuan pekerjaan
dan analisa harga satuan pekerjaan berdasarkan gambar tahap pekerjaan serta
syarat-syarat analisa pembangunan kontruksi yang berlaku. Adapun tahap analisis
perhitungan RAB dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.15 dibawah ini.
Gambar 3. 19 Tahapan Analisis Perhitungan RAB
3.8 PERKIRAAN BIAYA
Perkiraan biaya merupakan unsur penting dalam pengelolaan proyek
keseluruhan. Pda taraf pertama, tahap koseptual dipergunakan untuk mengetahui
berapa besar biaya yang diperlukan untuk membangun proyek. Selanjutnya,
perkiraan biaya memiliki fungsi dengan spectrum yang amat luas, yaitu
Gambar Rencana
Daftar Jenis-Jenis Pekerjaan Daftar Volume Pekerjaan
Daftar UpahKoefisien
UpahDaftar Bahan
Koefisien
BahanDaftar Alat
Koefisien
Alat
Harga Bahan Harga Upah Harga Alat
Harga Tiap Jenis
Pekerjaan
Rencana Anggaran
Biaya per Kelompok
Rencana Anggaran
Biaya Total
34
merencanakan dan mengendalkan semberdaya, seperti material, tenaga kerja
pelayanan maupun waktu. Meskipun kegunaanya sama, namun penekananya
berbeda – beda untuk masing – masing organisasi proytek.
Perkiraan biaya erat hubungannya dengan analisis biaya, yaitu pekerjaan
yang menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan
dipakai sebagai bahan untuk untuk menyusun perkiraan biaya. Dengan kata lain,
menyusun perkiraan biaya berarti melihat masa depan, memperhitungkan dan
mengadakan prakiraan atas hal-hal yang akan dan mungkin terjadi. Sedangkan
analisis biaya menitik beratkan pada pengkajian dan pembahasan biaya kegiatan
masa lalu yang akan dipakai sebagai masukan.
Estimasi analisis merupakan metode yang secara tradisional dipakai oleh
estimator untuk menentukan setiap tarif komponen pekerjaan. Setiap komponen
pekerjaan dianalisa kedalam komponen-komponen utama tenaga kerja, material,
peralatan, dan lain-lain. Penekanan utamanya diberikan faktor-faktor proyek
seperti jenis, ukuran, lokasi, bentuk dan tinggi yang merupakan faktor penting
yang mempengaruhi biaya.
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 METODE YANG DIGUNAKAN
Penelitian ini dilakukan pada proyek pembangungan Java Village Resort.
Hal tersebut dikarenakan pada proyek ini mengalami keterlambatan pada
pelaksanaanya, dapat dilihat laporan mingguanya renca untuk minggu ke 13 (6 –
12 desember 2015) bobot rencana seharusnya mencapai 27,915% hanya tercapai
16,199%. Adapun keterlambatan itu disebabkan oleh faktor cuaca hujan,
kurangnya tenaga kerja, komplain kerusakan rumah warga akibat pemancangan
sehingga menyita waktu kerja untuk memperbaiki rumah warga dan
keterlambatan alat berat. Untuk itu peneliti perlu melakukan percepatan proyek
guna agar proyek dapat selesai tepat waktu dan dapat segera beroperasi selain
untuk mengetahui sejauh mana proyek tersebut dapat dipercepat dan menghitung
presentase kenaikan biayanya. Anaslisis percepatan proyek menggunakan metode
analisis Time Cost Trade Off dengan program MS Project. MS Project adalah
software administrasi proyek yang digunakan untuk melakukan perencanaan,
pengelolaan, pengawasan dan pelaporan data dari suatu proyek.
4.2 OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah untuk merencanakan jadwal baru setelah
dilakukan percepatan proyek dengan berbagai alternatif yaitu penambahan tenaga
kerja, melakukan lembur dan kombinasi keduanya. Sehingga nantinya mengetahui
alternatif mana yang terbaik untuk percepatan proyek pada Java Village Resort.
Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah jadwal proyek terlambat Java
Village Resort.
35
36
4.3 METODE PENGAMBILAN DATA
Dalam melakukan teknik pengumpulan data adalah dokumentasi proses
pengerjaan project, informasi tambahan atau spesifikasi rancangan pada setiap
kegiatan pada proyek konstruksi untuk melakukan analisa biaya dan efektifitas
waktu tiap pekerjaan maupun efisiensi yang lainnya. Untuk mendukung penulisan
dan sebagai keperluan analisa data, maka diperlukan sejumlah data pendukung
yang berasal dari dalam maupun dari luar proyek Pembangunan Hotel Java
Village Resort di Yogyakarta. Dalam penulisan ini hanya digunakan data
sekunder untuk pengumpulan data.
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga penulis
tinggal dicari dan dikumpulkan. Data sekunder dapat diperoleh dengan lebih
mudah dan cepat karena sudah tersedia. Dalam penulisan ini data deperoleh dari
PT. Cipta Rekayasa Bumi. Adapun variabel – variabel yang sangat
mempengaruhi dalam analisis percepatan durasi dan biaya pelaksanaan proyek
ini adalah variabel waktu dan variabel biaya.
1. Variabel Waktu
Data yang mempengaruhi variabel waktu dapat diperoleh dari PT. Cipta
Rekayasa Bumi. Data yang dibutukan untuk variabel waktu adalah data
comulative progress (Kurva S), meliputi jenis kegiatan, prosentase kegiatan dan
durasi kegiatan.
2. Variabel Biaya
Semua data – data yang mempengaruhi variabel biaya didapat dari PT. Cipta
Rekaya Bumi. Data – data yang dibutuhkan dalam variabel biaya adalah data
rencana anggaran biaya (jumlah biaya normal, durasi normal), data harga satuan
material, data penggunaan alat.
4.4 METODE ANALISIS
Keadaan yang dihadapi pada proyek Java Village Resort adanya perbedaan
umur pelaksanaan proyek dengan umur rencana proyek yang telah ditetapkan.
Umur rencana proyek harusnya lebih pendek daripada umur pelaksanaan proyek.
Optimalisasi waktu dan biaya yang akan dilakukan adalah mempercepat durasi
37
proyek dengan penambahan biaya seminimal mungkin. Salah satu cara untuk
mempercepat durasi proyek dalam istilah asingnya adalah crashing . Menurut
Kusumah dan Wardhani (2008), terminologi proses crashing adalah mereduksi
durasi suatu pekerjaan yang akan berpengaruh terhadap waktu penyeselsaian
proyek. Proses crashing hanya dipusatkan pada lintasan kritis.
Percepatan durasi dapat dilakukan pada kegiatan kritis yang berpengaruh
pada durasi selesainya proyek. Ada beberapa cara untuk mempercepat suatu
kegiatan, sehingga didapat alternatif terbaik sesuai dengan kondisi kontraktor
pelaksana. Dalam penelitian ini alternatif yang digunakan yaitu :
1. Menambah sumber daya manusia
2. Melaksanakan kerja lembur
3. Kombinasi menambah sumber daya manusia dan melaksanakan kerja lembur
Dalam penelitian ini percepatan proyek dianalisis dengan menggunakan
aplikasi program MS. Project. Untuk perencanaan percepatan proyek digunakan
alternatif penambahan tenaga kerja, melaksanakan kerja lembur dan kombinasi
dari keduanya yang nantinya alternatif – alternatif tersebut akan dilihat berapa
biaya yang dibutuhkan lalu akan dibandingkan untuk mencari alternative yang
terbaik.
4.5 TATA URUTAN DAN LANGKAH KERJA
Dalam proses mempercepat penyelesaian proyek dengan melakukan
penekanan waktu aktivitas, diusahakan agar biaya yang ditimbulkan seminimal
mungkin. Disamping itu harus diperhatikan pula bahwa penekananya hanya
dilakukan pada aktivitas – aktivitas yang kritis.
Apabila penekanan dilakukan pada aktivitas – aktivitas yang tidak kritis
maka waktu penyelesaian keseluruhan tidak akan berkurang. Penekanan dilakukan
lebih dahulu pada aktivitas – aktivitas yang mempunyai cost slope terendah pada
lintasan kritis.
Tata urutan dan langkah kerja dalam penyusunan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut.
1. Mencari dan mempelajari literatur yang berhubungan dengan topik penelitian
38
yaitu percepatan proyek.
2. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan percepatan proyek
Java Village Resort.
3. Menyusun jaringan kerja proyek, mencari lintasan kritis dan kegiatan kritis,
identifikasi aktivitas sisa pekerjaan, perhitungan produktivitas dan hubungan
antar aktivitas.
4. Membuat schedule dan update proyek di MS. Project
5. Menentukan kegiatan yang akan dipercepat.
6. Menentukan normal cost dan normal duration.
7. Menghitung kebutuhan tenaga kerja pada percepatan dengan penambahan
tenaga kerja.
8. Menghitung produktivitas harian setelah percepatan dilakukan pecepatan
dengan penambahan kerja.
9. Perhitungan analisa waktu dan biaya percepatan dengan penambahan kerja.
10. Menhitung lama durasi lembur yang dibutuhkan untuk percepatan dengan
penambahan jam lembur.
11. Menghitung produktivitas harian setelah percepatan dilakukan melakukan
kerja lembur.
12. Perhitungan analisa waktu dan biaya percepatan dengan melakukan kerja
lembur.
13. Menghitung kebutuhan penambahan tenaga kerja dan durasi lembur yang
dibutuhkan untuk percepatan dengan kombinasi penambahan tenaga kerja
dengan melakukan kerja lembur.
14. Menghitung produktivitas harian setelah percepatan dengan kombinasi
penambahan tenaga kerja dengan melakukan kerja lembur.
15. Perhitungan analisa waktu dan biaya percepatan dengan kombinasi
penambahan tenaga kerja dengan melakukan kerja lembur.
16. Membandingkan hasil dari tiap alternatif (penambahan teanaga kerja,
melakukan kerja lembur dan kombinasi keduanya) percepatan proyek.
39
Ya
4.6 DIAGRAM ALIR PENYUSUNAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Dibawah ini merupakan gambar bagan alir yang menjelaskan tahap-tahap
penelitian.
Gambar 4. 1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir
Mulai
Rumusan Masalah
Identifikasi dan Pengumpulan Data
Pengolahan Data dan Analisis
Penambahan Tenaga Kerja
Lintasan Kritis
Selesai
Kesimpulan
Perbandingan Biaya Tiap Alternatif Percepatan
Penambahan Jam Kerja
Penambahan Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Crashing
Pembahasan
Tidak
40
Dalam pengerjaan percepatan proyek Java Village Resort ini
membutuhkan diagram alir ( flow chart ) dimaksudkan agar mempermudah dalam
perencanaan maupun perhitunganya. Flow chart ini dimulai dari menentukan
kendala yang dialami pada proyek ini, setelah itu mengidentifikasi dan
mengumpulkan data yang berkaitan untuk percepatan proyek. Setelah itu
menentukan lintasan kritis proyek.
Dalam penelitian selanjutnya membuat rencana anggaran biaya baik
menggunakan alternatif penambahan tenaga kerja, melakukan kerja lembur
maupun kombinasi dari keduanya, kemudian selanjutnya melakukan penilaian
untuk mengetahui seberapa besar perbandingan anggaran biaya tiap alternatif
percepatan proyek. Kesimpulan akan memberikan penjelasan tentang manfaat dan
keuntungan atas analisa yang dihasilkan.
41
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 HASIL PENELITIAN
Hotel merupakan sarana akomodasi tempat menginap sementara bagi tamu
yang datang dari berbagai tempat. Namun seiring berkembangnya zaman fungsi
hotel tidak hanya sebagai tempat menginap saja, akan tetapi sekarang ini fungsi
hotel juga sebagai tempat melakukan pertemuan bisnis, seminar, tempat
berlangsungnya pesta pernikahan, lokakarya dan kegiatan lainya. Hotel yang
nyaman sangat dipengaruhi perencanaan baik oleh perencananya dan disesuaikan
dengan tujuan hotel tersebut, sehingga dengan adanya hotel yang nyaman
diharapkan konsumen puas dan mau menggunakan jasa hotel kembali dilain
waktu.
Pembangunan Hotel Java Village Resort memiliki peranan yang amat
penting untuk menunjang industri pariwisata di Jogja. Hotel Java Village Resort
dikerjakan oleh PT. Cipta Rekayasa Bumi dengan waktu pelaksanaan proyek
sesuai dengan dokumen kontrak yaitu 23 minggu 1 hari (162 hari kalender),
terhitung mulai tanggal 14 September 2015 sampai dengan tanggal 24 Februari
2016. Anggaran biaya pelaksanaan proyek ini adalah sebesar Rp 11.000.226.292
(Sebelas Milyar Dua Ratus Dua Puluh Enam Ribu Dua Ratus Sembilan Puluh
Dua Rupiah).
5.2 ANALISIS DATA
Dalam membuat penjadwalan ulang menggunakan metode PDM pada
proyek Hotel Java Village Resort, dianalisa berdasarkan data-data penjadwalan
yang didapat dari proyek tersebut. Dimana data-data tersebut berupa data
sekunder, data tersebut diperoleh dari PT. Cipta Rekayasa Bumi. Data sekunder
didapatkan dari dokumen-dokumen proyek sebagai berikut.
41
42
1. Rencana anggaran biaya proyek Hotel Java Village Resort.
2. Kurva S meliputi jenis kegiatan, persentase kegiatan dan durasi kegiatan.
3. Schedule Proyek digunakan untuk mendapatkan deskripsi pekerjaan, durasi
pekerjaan.
4. Laporan mingguan proyek digunakan untuk mendapatkan tingkat progress
aktual dari pekerjaan.
5.2.1 Deskripsi Pekerjaan
Pekerjaan dalam proyek Hotel Java Village Resort ini terdiri dari 11
kelompok pekerjaan induk (summary task) yang memiliki sub-sub pekerjaan
(subordinate task) seperti yang dijelaskan dengan kurva S yang menyediakan
suatu kerangka yang umum untuk merencanakan dan mengendalikan pekerjaan
untuk dilaksanakan, secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan
beberapa diantara pekerjaan adalah pekerjaan persiapan struktur, pekerjaan tanah,
pekerjaan lantai 1, pekerjaan lantai 2, pekerjaan lantai 3, pekerjaan lantai atap,
pekerjaan beton gwt, pekerjaan beton rumah genset dan pekerjaan struktur atap.
5.2.2 Durasi Proyek
Durasi proyek adalah 162 hari kalender yang berada dalam rentang waktu
tanggal 14 September 2015 s/d 24 Februari 2016 untuk menyelesaikan seluruh
lingkup pekerjaan pada proyek Hotel Java Village Resort. Durasi dan waktu mulai
serta selesai untuk masing-masing pekerjaan dapat dilihat pada lampiran. Dimana
perhitungan durasi pekerjaan yang akan dikembangkan dengan metode PDM
berdasarkan pada data existing kegiatan proyek Hotel Java Village Resort.
5.2.3 Hubungan Antar Pekerjaan
Pada penjadwalan proyek Hotel Java Village Resort hubungan
ketergantungan / keterkaitan antara pekerjaan dapat dilihat pada diagram batang
(bar chart) pada program penjadwalan microsoft project yang berprinsip pada
perhitungan PDM dan dengan tampilan bar chart yang dapat menunjukan
hubungan keterkaitan tiap pekerjaan pada tabel dibawah ini.
43
Tabel 5. 1 Hubungan Antar Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Predecessors
1 PEKERJAAN PERSIAPAN STRUKTUR
Pengukuran koordinat pondasi pilecap
PEKERJAAN STRUKTUR
2 PEKERJAAN TANAH
Pek. Galian tanah pilecap
Pek. Galian tanah pondasi batu belah 5FF
Pek. Urugan tanah kembali galian pondasi + pemadatan 5FS+18 days
Pek. Urugan tanah peninggian lantai dari 6FS+6 days
Pek. Urugan tanah peninggian lantai dari tanah +
aanstamping 7FS-6 days
3 PEKERJAAN BETON
4 LANTAI SATU, Elev. +0,00 M
Pek. pondasi pancang 250x250 2FS+18 days
Pek. Pilecap 160x160x70 cm P3, P4 12SS+6 days
Pek. Pilecap 290x273x30 cm P6 12
Pek. Pilecap 290x511x30 cm P10 12SS+12 days
Pek. Pondasi batu belah 1:5 13FS-6 days
Pek. Sloof beton 30/40 13SS+12 days
Pek. Kolom beton 30/80 K1 13SS+12 days
Pek. Kolom beton 30/50 K2 13SS+12 days
Pek. Kolom beton 50/50 K4 13SS+12 days
Pek. Kolom Beton 15/15 KP 13SS+18 days
Pek. Tangga beton 21FF
5 LANTAI DUA, Elev. +4,00 M
Pek. Balok beton 30/45 B1 19SS+12 days
Pek. Balok beton 20/45 B2,B3,B4 18SS+12 days
Pek. Balok beton 35/55 B5 21SS+12 days
Pek. Balok beton 25/55 B6 21FS+6 days
44
Lanjutan Tabel 5. 1 Hubungan Antar Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Predecessors
Pek. Balok beton 15/25 BA1 19SS+12 days
Pek. Balok beton 15/35 BA2 18SS+12 days
Pek. Balok beton 20/35 BA3 21FS+12 days
Pek. Plat lantai beton 18SS+12 days
Pek. beton rumah lift 32SS+6 days
Pek. Kolom beton 30/80 K1 21FS-6 days
Pek. Kolom beton 30/50 K2 19FS-12 days
Pek. Kolom beton 35/35 K3 32FF
Pek. Kolom beton 50/50 K4a 21FS-6 days
Pek. Kolom Beton 15/15 KP 22
Pek. Tangga beton 38FF
6 LANTAI TIGA, Elev. +8,00 M
Pek.Balok beton 30/45 B1 38FS-6 days
Pek. Balok beton 20/45 B2,B3,B4 38FS-6 days
Pek. Balok beton 35/55 B5 37FS-6 days
Pek. Balok beton 25/55 B6 41FF
Pek. Balok beton 15/25 BA1 38FS-6 days
Pek. Balok beton 15/35 BA2 38FS-6 days
Pek. Balok beton 20/35 BA3 41FF
Pek. Plat lantai beton 38FS-6 days
Pek. beton rumah lift 38
Pek. Kolom beton 30/80 K1 38FS-6 days
Pek. Kolom beton 30/50 K2 35;42SS+3days
Pek. Kolom beton 35/35 K3 43SS+6 days
Pek. Kolom beton 50/50 K4a 43SS+6 days
Pek. Kolom Beton 15/15 KP 43SS+6 days
Pek. Tangga beton 51FF
45
Lanjutan Tabel 5. 1 Hubungan Antar Pekerjaan
7 LANTAI ATAP, Elev. +12,00 M
Pek. Balok beton 30/45 B1 53SS+12 days
Pek. Balok beton 20/45 B2,B3,B4 54SS+12 days
Pek. Balok beton 35/55 B5 54SS+12 days
Pek. Balok beton 25/55 B6 58FF
Pek. Balok beton 15/25 BA1 54SS+12 days
Pek. Balok beton 15/35 BA2 54SS+12 days
Pek. Balok beton 20/35 BA3 58FF
Pek. Plat Atap beton tbl. 10 cm 57SS+6 days
Waterproofing membrance 64SS
Screeding 64SS
Pas. Roofdrain besi 64SS
Talang tegak PVC dia. 3" lkp. Assesories 64SS
Assesories pemipaan 64SS+6 days
8 Pek. Beton GWT
Sloof S1 200x300 6FS-6 days
Balok B1 200x300 71
Kolom K1 250x250 71SS
Dinding Beton 71SS
Plat lantai GWT 71SS
Plat Tutup GWT 74FS-12 days
9 Pek. Beton Rumah Genset
Sloof S1 200x300 86
Balok B1 200x500 80SS
Kolom K1 250x250 83SS+6 days
Plat lantai R. Genset 83SS+6 days
Plat Atap R. Genset 79FF
Pek. Pondasi footplate 6FS+36 days
Pek. Pondasi trapesium 83SS
46
Lanjutan Tabel 5. 1 Hubungan Antar Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Predecessors
Pek. Pondasi batu belah 1:5 83SS
Pek. Aanstamping pondasi batu belah 83SS
10 PEK. STRUKTUR ATAP
Pek. Rangka atap baja ringan Zinc alume, bentang 16 m 64FS-6 days
Pas. Aluminium foil single side 64FS-6 days
Pek. Penutup atap genteng keramik M-class 64FS-6 days
Pek. Genteng bubung/nok 88FF
Pas. Talang miring 64FS-6 days
Pas. Listplank woodplank 20 cm, t. 8 mm + dudukan 64FS-6 days
5.2.4 Tingkat Progress Pekerjaan
Tingkat progress untuk masing-masing aktivitas dihitung berdasarkan
persentase perbandingan biaya masing-masing aktifitas dengan biaya total proyek
Rp 11.000.226.292. Persentase tersebut kemudian dialokasikan secara merata
pada durasi pelaksanaan masing-masing aktifitas. Dimana untuk mengukur
tingkat progress pekerjaan digambarkan dalam bentuk kurva S (lampiran ), yaitu
dengan cara membandingkan kurva S perencanaan pekerjaan dan realisasi
pekerjaan aktual. Jika kedua kurva tersebut digabungkan maka akan terlihat jelas
progress pekerjaan, apakah proyek mengalami keterlambatan atau tidak dan
seberapa besar kemiringan kurva tersebut. Selain itu juga digunakan program
microsoft project untuk melihat pekerjaan mana saja yang mengalami waktu kritis
dan yang dapat menyebabkan keterlambatan.
Dari evaluasi hasil laporan mingguan rata-rata kemajuan pekerjaan proyek
antara rencana awal dengan realisasi menunjukan nilai positif (+) yang
menunjukan pekerjaan tersebut terlambat dari pada waktu yang telah
direncanakan, hal ini perlu dilakukan crashing programme dari master schedule
sehingga waktu pelaksanaan tidak terlambat dari pada master schedule. Namun
hal ini dapat menyebabkan kebutuhan sumber daya yang meningkat dan
47
multitasking sehingga menyulitkan dalam menjadwalkan sumber daya proyek
apabila sumber daya yang tersedia dibatasi.
5.3 PENJADWALAN ULANG PROYEK DI MS. PROJECT
Untuk membentuk suatu diagram jaringan kerja dengan metode PDM
maka dibutuhkan hubungan ketergantungan antar pekerjaan yang satu dengan
pekerjaan lainnya dimana hubungan pekerjaan tersebut merupakan kendala
(constraints) yang dapat mempengaruhi kemampuan sumber daya untuk
melaksanakan proyek.
Hubungan antar pekerjaan memiliki ketergantungan yang disebabkan
sumber daya dan ketergantungan yang disebabkan oleh sifat kegiatan itu sendiri.
Pada proyek Hotel Java Village Resort sebagian besar pekerjaan memiliki
hubungan ketergantungan disebabkan oleh sifat kegiatan itu sendiri. Sebagai
contoh untuk memulai perkerjaan lantai 1, pekerjaan tanah sebagian sudah selesai,
demikian pula dengan pekerjaan sub struktur, pekerjaan pondasi dan galian harus
selesai sebagian.
Dalam mengembangkan jadwal dengan metode PDM hubungan
ketergantungan antar pekerjaan dilakukan dengan hubungan Finish to Start, Start
to Start, Finish to Start dan Start to Start dan langkah pertama yang perlu
dilakukan adalah memasukan daftar pekerjaan proyek Hotel Java Village Resort
ke dalam program ms. project selanjutnya mengisi informasi disetiap pekerjaan
(durasi, resource, hubungan antar pekerjaan).
Hal pertama yang dilakukan setelah mengatur project options yaitu
memasukan semua jenis pekerjaan yang ada dalam proyek ke dalam MS. Project
yang ditunjukan pada Gambar 5.1 dibawah ini.
48
Gambar 5.1 Daftar Pekerjaan
Setelah memasukan daftar pekerjaan proyek selesai maka hal selanjutnya
adalah memasukan durasi pekerjaan ke tiap masing – masing pekerjaan sesuai
data yang didapatkan yang ditunjukan pada Gambar 5.2 dibawah ini
Gambar 5.2 Memasukan Durasi ke Tiap Pekerjaan
Setelah memasukan semua durasi pekerjaan maka selanjutnya adalah
membuat hubungan antar pekerjaan yang menunjukan ketergantungan antar
pekerjaan yang ditunjukan pada Gambar 5.3 dibawah ini.
49
Gambar 5.3 Membuat Hubungan Antar Pekerjaan
Setelah selesai membuat hubungan antar pekerjaan maka langkah
selanjutnya adalah membuat daftar resource yang dibutuhkan material tenaga
kerja yang ditunjukan pada Gambar 5.4 seperti berikut.
Gambar 5.4 Membuat Daftar Resource Proyek
Setelah selesai membuat daftar resource proyek selanjutnya
adalah mengisi resource yang dibutuhkan pada tiap pekerjaan yang
ditunjukan pada Gambar 5.5 dibawah ini.
50
Gambar 5.5 Memasukan Resource pada Tiap Pekerjaan
5.4 PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
Setelah membentuk suatu diagram kerja dengan metode PDM maka
langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap hasil laporan proyek
(laporan mingguan) yang dapat digunakan untuk pengukuran kinerja proyek
(updating). Pengukuran kinerja dilakukan berdasarkan tingkat progress pekerjaan
yaitu dengan menghitung berapa persentase volume pekerjan yang sudah
diselesaikan dari volume keseluruhan pada tiap-tiap item pekerjaan dan berapa
hari waktu yang telah dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
% Prestasi = x 100% (5.1)
Setelah mendapatkan data laporan mingguan diagram kerja awal proyek
dapat diupdate sesuai laporan di lapangan. Berdasarkan progress pekerjaan
minggu ke 13 (6-12 desember) bobot rencana seharusnya mencapai 27,915%
hanya tercapai 16,199%, sehingga dapat diketahui deviasi -11,176%. Untuk itu,
dari semua aktivitas sisa tersebut perlu dilakukan analisa agar waktu penyelesaian
proyek dapat kembali sesuai jadwal rencana atau paling tidak keterlambatan
waktu proyek dapat dikurangi sehingga biaya yang dikeluarkan akibat
keterlambatan tersebut dapat ditekan seminimum mungkin. Adapun tahapan
update pekerjaan seperti pada Gambar 5.6 dibawah ini.
51
Gambar 5. 6 Memasukan Resource pada Tiap Pekerjaan
Setelah dilakukan update pekerjaan pada ms.project sesuai dengan laporan
mingguan. Dapat dilihat proyek mengalami keterlambatan sehingga dapat
dipastikan waktu selesai proyek mengalami kemunduran dari jadwal. Yang
seharusnya proyek selesai pada tanggal 24 februari 2016 menjadi 4 april 2016 dan
menyisakan durasi selama 141 hari.
5.5 PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS HARIAN NORMAL
Produktivitas didapat dari data alokasi sumber daya yang berupa jumlah
sumber daya pada tiap-tiap aktivitas dilapangan.
Produktivitas dihitung dengan cara sebagai berikut.
Produktivitas = (5.2)
Volume didapatkan dari Rencana Anggaran Biaya Proyek pada lampiran Contoh
perhitungan produktifitas pada Pekerjaan galian tanah batu belah :
Volume : 82,28 m3
Durasi : 12 hari
Maka produktivitas : = 6,86 m3/hr
52
5.6 MENENTUKAN NORMAL COST
Biaya proyek dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : normal cost dan crash
cost. Normal cost merupakan biaya total dari aktivitas sisa. Perhitungan normal
cost dalam tugas akhir ini dibedakan menjadi normal cost upah dan normal cost
alat peralatan dan bahan. Sebelum normal cost didapatkan, terlebih dahulu harga
satuan upah, peralatan dan bahan ditentukan. Kemudian ditentukan jumlah harga
satuan total dari masing – masing item pekerjaan dengan cara menjumlahkan
harga satuan upah, peralatan dan bahan.
1. Jumlah harga satuan upah
Jumlah harga satuan upah diperoleh dari perkalikan antara harga satuan upah
dengan koefisien tenaga kerja. Jumlah harga upah didapat dari analisa harga
yang diperoleh dari data proyek.
Contoh perhitungan harga satuan upah satu paket pekerjaan.
Misal Pekerjaan urugan tanah kembali :
Koefisien tenaga kerja adalah sebagai berikut.
Pekerja = 0,75
Mandor = 0,025
Harga satuan upah = (5.3)
a. Pekerja = = Rp 8.571,42 /jam
b. Mandor = = Rp 12142,85 /jam
∑ harga satuan upah = koefisien tenaga kerja x harga satuan upah (5.4)
= ( 0,75 x 8.571,42 ) + ( 0,025 x 12142,85 )
= Rp 6.732,14
2. Jumlah harga satuan per volume ( bahan + alat )
Contoh perhitungan harga satuan upah satu paket pekerjaan.
Misal Pekerjaan urugan tanah kembali :
Harga pekerjaan galian = Rp 18.000/m3
53
Koefisien bahan = 1,2
∑ harga satuan bahan = koefisien bahan x harga satuan bahan (5.5)
= 1,2 x Rp 18.000
= Rp 21.600
3. Harga satuan peralatan
Harga satuan peralatan juga didapatkan dari data proyek. Khusus untuk harga
satuan pekerjaan, tiap item pekerjaan mempunyai perkiraan koefisien dan
harga satuan yang berbeda-beda. Contoh perhitungan harga satuan pekerjaan
satu paket kegiatan. Misal Aktivitas urugan tanah kembali Koefisien alat :
a. Wheel Loader 10-15 HP = 0,0268
b. Dump Truck 8-10 m3 = 0,1877
c. Motor Grader > 100 HP = 0,0007
d. Vibrator Roller 4-6 ton = 0,0017
e. Water Tank Truck 3-5k Ltr = 0,0301
f. Alat Bantu = 1,0000
Harga Satuan
a. Wheel Loader 10-15 HP = Rp 175.860/jam
b. Dump Truck 8-10 m3 = Rp 70.343/jam
c. Motor Grader > 100 HP = Rp 175.130/jam
d. Vibrator Roller 4-6 ton = Rp 122.750/jam
e. Water Tank Truck 3-5k Ltr = Rp 19.563/jam
f. Alat Bantu = Rp 100/Ls
∑ harga satuan peralatan :
Koefisien alat x Harga Satuan (5.6)
= (0,0268 x 175.860) + (0,1877 x 70.343) + (0,0007 x 175.130) +
(0,0017 x 122.750) + (0,0301 x 19.563) + (1,000 x 100)
= Rp 18.935,15
54
Sehinggan jumlah harga satuan total untuk aktivitas pekerjaan urugan tanah
kembali adalah :
∑ satuan total = 6.732,14 + 21.600 + 18.935,15
= Rp 47.267,29
Untuk perhitungan harga satuan pekerjaan total :
∑ Satuan total + Keuntungan 10% dari ∑ Harga Sat total (5.7)
= 47.267,29+ (10% x 47.267,29)
= Rp 51.994,02
Biaya normal dihitung dengan cara :
Volume Pekerjaan x Harga Satuan Pekerjaan Total (5.8)
= 186,98 x 51.994,02
= Rp 9.721.841,86
5.7 LINTAS KRITIS
Dari hasil network planning, dapat diketahui durasi sisa pekerjaan yaitu
141 hari, dapat dilihat pada lampiran Schedule MS Project. Penjadwalan ulang
dengan total durasi aktivitas sisa 141 hari dan detail lintasan kritis dapat dilihat
pada gambar schedule MS Project. Bar berwarna merah menunjukan bahwa
pekerjaan tersebut dalam lintasan kritis.
55
Gambar 5.7 Lintasan Kritis Proyek
Gambar 5. 8 Lintasan Kritis Proyek
56
Gambar 5. 9 Lintasan Kritis Proyek
Dari gambar diatas dipilih lintasan kritis mana yang dilakukan percepatan
dengan mempertimbangkan pengaruh yang paling signifikan terhadap durasi
selesainya proyek. Sehingga ditentukan 3 pekerjaan yang dilakuakan percepatan
yaitu pekerjaan kolom beton 50/50 K4 elevasi 0, pekerjaan kolom beton 50/50
K4a elevasi +4 m dan pekerjaan plat atap beton tebal 10 cm elevasi +12m.
Dalam perhitungan durasi proyek, dipakai sebagai berikut ini.
1. Jam kerja normal yang dipakai 7 jam/hari
2. Dalam satu minggu dipakai 6 hari kerja
3. Durasi yang dipakai yaitu durasi hasil schedule ulang dengan aktivitas sisa
yaitu 141 hari kerja, dan dengan alternative percepatan nantinya akan bisa
mengejar keterlambatan atau paling tidak biaya dapat ditekan seminimum
mungkin akibat keterlambatan.
5.8 ALTERNATIF PERCEPATAN
Untuk menghitung crash cost dan crash duration, maka perlu terlebih
dahulu dilakukan alternatif percepatan untuk masing-masing aktivitas. Pada
prinsipnya percepatan dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, sehingga
durasi dapat dipercepat. Skenario crashing dilakukan berdasarkan kebutuhan
57
sumber daya pada pada tiap-tiap pekerjaan agar durasinya dapat dipercepat. Tetapi
dapat juga berdasarkan lama durasi dan besarnya volume perkerjaan. Pada analisis
ini percepatan dilakukan dengan mengikat lama durasi percepatan pekerjaan sama
setiap alternatif dan membandingkan biaya yang dikeluarkan tiap alternatif.
Dalam hal ini menggunakan 3 alternatif yaitu sebagai berikut.
1. Penambahan Tenaga Kerja
Asumsi yang digunakan pada alternative percepatan dengan penambahan
tenaga kerja adalah tidak ada kesulitan dalam mendatangkan tenaga kerja. Namun
konsekuensinya adalah perlu adanya penambahan biaya akibat mendatangkan
tenaga kerja.
2. Penambahan Jam Kerja
Asumsi yang digunakan untuk penambahan jam kerja adalah sebagai berikut.
a. Dalam 1 hari, aktivitas normal 7 jam dan 1 jam istirahat ( 08.00 – 16.00
WIB), sedangkan kerja lembur dilakukan setelah waktu kerja normal ( 17.00
– 21.00).
b. Upah kerja lembur adalah 1,5x upah normal untuk satu jam pertama dan 2x
upah normal untuk jam selanjutnya, sesuai KEPMEN No.102 tahun 2004.
c. Jumlah regu yang digunakan adalah tetap, yaitu sama dengan jumlah regu
pada saat kerja normal.
d. Produktivitas untuk kerja lembur diperhitungkan berkurang 10% tiap satu
jam lembur. Penurunan ini disebabkan oleh kelelahan dan keterbatasan
pandangan pekerja pada malam hari.
3. Penambahan tenaga kerja dan jam kerja
Alternatif ini menggunakan kombinasi antara penambahan tenaga kerja dan
penambahan jam kerja. Dengan tetap mengikuti aturan sesuai alternative
keduanya.
5.8.1 Alternatif Penambahan Tenaga Kerja
Contoh perhitungan porduktivitas dengan penambahan tenaga kerja: Misal
Aktivitas Pek. Plat atap beton Penulangan (Baja Tulangan D16) dengan asumsi
percepatan menjadi 12 hari.
58
1. Volume = 33.217,08 kg
2. Normal Duration = 18 hari
3. Produktivitas harian = (5.2)
= 1845 kg/hari
4. Produktivitas setelah penambahan 6 pekerja, 6 tukang besi durasi 12
hari
Produktivitas = (5.2)
= 2768 kg/hari
5. Durasi setelah crash = (5.9)
= = 12 hari
Mencari kebutuhan penambahan tenaga kerja :
Penambahan pekerja = (5.10)
= = 18 orang
Sehingga terjadi penambahan pekerja sebanyak 6 orang dari rencana
awal.
Untuk rekapitulasi perhitungan produktivitas dengan panambahan tenaga
kerja dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2 Rekapitulasi Penambahan Tenaga Kerja
Pekerjaan
Durasi
normal
(hari)
Durasi
setelah
crash
(hari)
Jumlah Penambahan Tenaga
Kerja
Kolom beton
50/50 K4 26 21
Pekerja 6 orang
Tukang besi 1 orang
Tukang kayu 4 orang
Kolom beton
50/50 K4a 30 24
Pekerja 10 orang
Tukang besi 1 orang
Tukang kayu 5 orang
Plat atap beton
10cm 24 18
Pekerja 26 orang
Tukang besi 6 orang
Tukang Kayu 10 orang
59
5.8.2 Alternatif Penambahan Jam Kerja
Contoh perhitungan porduktivitas dengan penambahan jam kerja, misal :
Aktivitas Pek. Plat atap beton (Baja Tulangan D16) dengan asumsi percepatan
menjadi 12 hari.
1. Volume = 33.217,08 kg
2. Normal Duration = 18 hari
3. Produktivitas harian =
= 1845 kg/hari
4. Produktifitas per jam =
= 264 kg/jam
5. Produktivitas setelah penambahan jam lembur selama 4 jam
= 264 x 7 jam + (0,6 x 4 x 264)
= 2504 kg/hari
6. Durasi setelah crash =
=
= 13 hari
Untuk rekapitulasi perhitungan produktivitas dengan panambahan jam lembur
dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini.
Tabel 5. 3 Rekapitulasi Penambahan Jam Lembur
Pekerjaan
Durasi
Normal
(hari)
Durasi
Setelah
Crash
(hari)
Penambahan Jam
Lembur
Kolom beton 50/50 K4 26 21 2 jam
Kolom beton 50/50 K4a 30 24 3 jam
Plat atap beton 10 cm 24 18 3 jam
60
5.8.3 Alternatif Penambahan Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Contoh perhitungan porduktivitas dengan penambahan jam kerja: Misal
Aktivitas Pek. Plat atap beton (Baja Tulangan D16) dengan asumsi percepatan
menjadi 12 hari.
1. Volume = 33.217,08 kg
2. Normal Duration = 18 hari
3. Produktivitas harian = = 1845 kg/hari
4. Produktivitas setelah penambahan 4 pekerja, 4 tukang besi durasi 14 hari
= = 2372,64 kg/hari
5. Produktifitas perjam = = 338 kg/jam
6. Produktivitas setelah penambahan jam lembur selama 1 jam
= (338 x 7) + (0,9 x 1 x 338) = 2678 kg/hari
7. Produktivitas setelah penambahan jam lembur selama 1 jam = 2678 kg/hari
8. Durasi setelah crash = = 12 hari
Mencari kebutuhan penambahan tenaga kerja =
Pekerja = = 16 orang
Sehingga terjadi penambahan pekerja sebanyak 4 orang dari rencana awal.
Untuk rekapitulasi perhitungan produktivitas dengan panambahan tenaga
kerja dan jam lembur dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini.
61
Tabel 5.4 Rekapitulasi penambahan tenaga kerja dan jam lembur
Pekerjaan Durasi
normal
Durasi
stlh crash
Jumlah penambahan
tenaga kerja
Penamhan jam
lembur
Kolom beton
50/50 K4
26 21 Pekerja 2 orang
Tukang besi 1 orang
Tukang kayu 2 orang
1 jam
Kolom beton
50/50 K4a
30 24 Pekerja 6 orang
Tukang besi 1 orang
Tukang kayu 3 orang
1 jam
Plat atap
beton 10cm
24 18 Pekerja 15 orang
Tukang besi 4 orang
Tukang Kayu 6 orang
1 jam
5.9 PERHITUNGAN TENAGA KERJA
5.9.1 Alternatif Penambahan Tenaga Kerja
Berikut merupakan contoh perhitungan normal cost pekerjaan Plat atap
beton tebal 10 cm :
1. Durasi normal = 24 hari
2. Harga satuan upah = pekerja = Rp 60.000
= Tukang besi = Rp 70.000
= Tukang kayu = Rp 70.000
= Kepala tukang = Rp 75.000
= Mandor = Rp 85.000
62
3. Harga satuan upah lembur jam pertama
= pekerja = Rp 12.857
= Tukang besi = Rp 15.000
= Tukang kayu = Rp 15.000
= Kepala tukang = Rp 16.071
= Mandor = Rp 18.214
4. Harga satuan upah lembur jam kedua dan selanjutnya
= pekerja = Rp 17.143
= Tukang besi = Rp 20.000
= Tukang kayu = Rp 20.000
= Kepala tukang = Rp 21.429
= Mandor = Rp 24.286
5. Biaya normal
= 52 Pekerja = Rp 60.000 x 52 x 24 = Rp 74.880.000
= 12 Tukang besi = Rp 70.000 x 12 x 24 = Rp 20.160.000
= 19 Tukang kayu = Rp 70.000 x 19 x 24 = Rp 31.920.000
= 1 Kepala tukang = Rp 75.000 x 1 x 24 = Rp 2.040.000
= 1 Mandor = Rp 85.000 x1 x 24 = Rp 1.800.000
5.9.2 Perhitungan Crash dengan Penambahan Tenaga Kerja
1. Durasi crash = 18 hari
2. Biaya crash dengan penambahan tenaga kerja
= 78 Pekerja = Rp 60.000 x 78 x 18 = Rp 84.240.000
= 18 Tukang besi = Rp 70.000 x 18 x 18 = Rp 22.680.000
= 29 Tukang kayu = Rp 70.000 x 29 x 18 = Rp 36.540.000
= 1 Kepala tukang = Rp 75.000 x 1 x 18 = Rp 1.5300.000
= 1 Mandor = Rp 85.000 x1 x 18 = Rp 1.350.000
63
5.9.3 Perhitungan Crash dengan Penambahan Jam Lembur
1. Durasi crash = 18 hari
2. Biaya crash dengan lembur (3 jam)
= 52 Pekerja = (Rp 60.000x52x18)+ (1 x Rp 12.857 x 18)
+ (2 x Rp 17.143 x 18)
= Rp 58.611.429
= 12 Tukang besi = (Rp 70.000x 12 x18)+ (1 x Rp 15.000x 18)
+ (2x Rp 20.000 x 18)
= Rp 15.780.000
= 19 Tukang kayu = (Rp 70.000x 19x 18)+ (1 x Rp 15.000x 18)
+ (2xRp 20.000 x 18)
= Rp 24.985.000
= 1 Kepala tukang = (Rp 75.000 x 1 x 18) +(1xRp 16.071x18)
+ (2xRp 21.429x18)
= Rp 1.408.929
= 1 Mandor = (Rp 85.000 x1 x 18) +(1xRp 18.214x18)
+(2xRp 24.286x18)
` = Rp 1.596.786
5.9.4 Perhitungan Crash dengan Penambahan Tenaga Kerja dan Jam
Lembur
1. Durasi crash = 18 hari
2. Biaya crash dengan kombinasi (Penambahan tenaga kerja dan lembur 1 jam)
= 67 Pekerja = (Rp 60.000x67x18)+(1 x Rp 12.857 x 18)
= Rp 73.221.429
= 16 Tukang besi = (Rp 70.000 x 16 x18)+(1x Rp 15.000 x 18)
= Rp 20.400.000
= 25 Tukang kayu = (Rp 70.000 x 25 x 18)+(1xRp 15.000 x 18)
= Rp 31.875.000
64
= 1 Kepala tukang = (Rp 75.000 x 1 x 18) + (1xRp 16.071x18)
= Rp 1.366.071
= 1 Mandor = (Rp 85.000 x1 x 18) +(1xRp 18.214x18)
= Rp 1.548.214
Untuk rekapitulasi perhitungan biaya crashing tiap pekerjaan dapat dilihat pada
Tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5. 5 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Crashing
Pekerjaan Biaya normal Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Kolom beton
50/50 K4 Rp 74.880.000
Rp 75.390.000
Rp 61.920.000
Rp 63.855.000
Kolom beton
50/50 K4a Rp 90.300.000
Rp 96.720.000
Rp 74.605.000
Rp 91.287.857
Plat atap beton
10cm Rp 130.800.000
Rp 146.340.000
Rp 102.382.143
Rp 128.410.714
Total Rp 295.980.000 Rp 318.450.000 Rp 238.907.143 Rp 283.553.571
Perhitungan tingkat efisiensi biaya alternatif terhadap biaya normal
1. Penambahan tenaga kerja = = 7,59%
2. Penambahan jam kerja = = -19,28%
3. Penambahan tenaga dan jam kerja = = -4,19%
Dari hasil perhitungkan dapat disimpulkan bahwa alternatif dengan penambahan
jam kerja lebih hemat 19,28% dari biaya normal. Tanda minus (-) pada hasil
perhitungan menandakan biaya lebih hemat dari biaya normal.
5.10 PERHITUNGAN COST SLOPE
Dengan adanya percepatan durasi pelaksanaan pada aktivitas tertentu,
maka akan terjadi pertambahan biaya akibat percepatan durasi tersebut.
Pertambahan biaya percepatan tersebut tergantung besarnya durasi percepatan
yang direncanakan serta total biaya setelah percepatan (crash cost). Semakin besar
65
crash costnya, maka akan semakin besar nilai cost slopenya. Contoh perhitungan
Cost Slope Penambahan tenaga kerja, misal : Aktivitas Plat atap beton 10cm.
Cost Slope =
Cost Slope = = Rp 2.590.000
Untuk rekapitulasi perhitungan cost slope tiap pekerjaan dapat dilihat pada
Tabel 5.6 berikut ini.
Tabel 5. 6 Rekapitulasi Perhitungan Cost Slope
Pekerjaan Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Kolom beton
50/50 K4
Rp 102.000
-Rp 2.592.000
-Rp 2.205.000
Kolom beton
50/50 K4a
Rp 1.070.000
-Rp 2.615.833
Rp 164.643
Plat atap beton
10cm
Rp 2.590.000
-Rp 4.736.310
-Rp 398.214
Total Rp 3.762.000 -Rp 9.944.143 -Rp 2.438.571
Hasil ini telah divalidasi oleh Ir. Faisol A M, M.S. sebagai pakar manajemen
proyek yang sangat berpengalaman dalam bidangnya menyatakan bahwa
percepatan proyek ini sangat memungkinkan untuk diterapkan untuk proyek
swakelola maupun kontraktor.
66
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakuakan pada analisis dan
pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Waktu optimum percepatan durasi proyek adalah 130 hari dari sisa durasi
proyek yakni selama 141 hari akibat adanya keterlambatan, namum proyek
masih mengalami keterlambatan selama 24 hari dari jadwal rencana proyek,
hal tersebut dikarenakan percepatan proyek dibatasi hanya 3 pekerjaan.
2. Perhitungan biaya percepatan proyek Hotel Java Villager Resort diperoleh
tingkat efisiensi dengan menggunakan alternatif penambahan jam lembur
sebesar 19,28%. Dimana hasil dari alternatif penambahan jam lembur
sebesar Rp 238.907.143 sedangkan biaya normal sebesar Rp 269.880.000.
Hasil ini menunjukan bahwa perepatan proyek menggunakan alternatif
menambahkan jam lembur selain mempersingkat waktu penyelesaian
proyek yaitu menjadi 130 hari dari 141 hari durasi proyek, juga menghemat
biaya proyek sebesar 11%.
6.2 SARAN
Berikut merupakan saran yang dapat disampaikan oleh penulis yang
mungkin akan berguna.
1. Monitoring dan evaluasi berkala sangat diperlukan untuk menjaga kinerja
proyek agar sesuai dengan jadwal rencana dan dapat mengantisipasi
keterlambatan kerja yang mungkin terjadi selama pengerjaan proyek. Serta
perlu penanganan secara cepat jika proyek mengalami keterlambatan
sehingga penyimpangan biaya dan waktu yang terjadi pada proyek tidak
berkembang menjadi lebih besar.
66
67
2. Dalam menggunakan program Ms Project tidak hanya cukup terampil
dalam mengoperasikan program saja, namun perlu dibekali dengan
pemahaman dalam proses pengolahan data manajeman konstruksi.
3. Dari hasil yang telah didapat, sebaiknya pihak pelaksana harus melakukan
langkah percepatan dan mengevaluasi penyebab keterlambatan agar
perkiraan keterlambatan proyek dapat segera diatasi. Selalu melakukan
pengawasan secara intensif terhadap faktor-faktor yang sering menjadi
penyebab penyimpangan-penyimpangan kinerja biaya dan waktu
pelaksanaan seperti jumlah pekerja, waktu kerja, jumlah material yang
tersedia di lokasi proyek, hingga supply material agar kinerja proyek dapat
berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Sehingga diharapkan tidak
ada lagi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam suatu pelaksanaan
proyek yang dapat mengakibatkan borosnya biaya pengeluaran dan
keterlambatan waktu pelaksanaan..
68
DAFTAR PUSTAKA
AHS - SNI., 2013, Analisa Harga Satuan Pekerjaan, Jakarta.
Andrianto., 2014, Pertukaran Waktu dan Biaya pada Proyek Pembangunan
Gedung Seni dan Budaya, Surabaya.
Badri., 1991, Dasar-dasar Network Planning, Yogyakarta.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Nomor
Kep.102/Men/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja
Lembur.
Putra, dkk., 2014, Penerapan metode Crashing Pada Proyek Pembangunan
Elizabeth Building RS, Santo Borromeus, Bandung.
Rohman., 2012, Optimasi Biaya Dan Waktu Proyek Perumahan Dengan Cara
Crash Program Menggunakan Meode Time Cost Trade Off pada
Pembangunan Perumahan Mutiara Graha Agung, Gresik.
Siswanto., 2007,Operations Research Jilid 2, Jakarta.
Soeharto., 1997, Manjeman Proyek, Dari Konseptual Sampai Operasional,
Jakarta.
Widiasanti, I dan Lenggogeni., 2013, Manajemen Konstruks Dalam, Bandung.
Yana., 2008, Pengaruh Jam Kerja Lembur Terhadap Biaya Percepatan Proyek
dengan Time Cost Trade of Analysis, Jurnal Teknik Sipil, Bali.
LAMPIRAN 1
TIME SCHEDULE JAVA VILLAGE
RESORT
LAMPIRAN 2 TIME SCHEDULE DALAM PDM
LAMPIRAN 3 TIME SCHEDULE YANG
TERLAMBAT
LAMPIRAN 4 RESCHEDULE JAVA VILLAGE
RESORT
LAMPIRAN 5 GAMBAR PROYEK
LAMPIRAN 6 GAMBAR LINGKUNGAN PROYEK
DENAH SITUASI LOKASI PROYEK