Upload
dophuc
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR TAHUN
PENYEDIAAN DAN PERCEPATAN PENYEBARAN VUB MELALUI UPBS DI
PROVINSI BENGKULU
WAHYU WIBAWA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2013
No. Kode : 26/1801.025/011/Lapkir/2013
LAPORAN AKHIR TAHUN
PENYEDIAAN DAN PERCEPATAN PENYEBARAN VUB MELALUI UPBS DI
PROVINSI BENGKULU
WAHYU WIBAWA ANDI ISHAK YESMAWATI
YANHAR AHYADI JAKFAR
HENDRI SUYANTO
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
sehingga Laporan Akhir Tahun 2013 Kegiatan penyediaan dan percepatan
penyebaran VUB melalui UPBS BPTP Bengkulu dapat diselesaikan. Laporan ini
dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap hasil pelaksanaan
kegiatan UPBS mulai tahun 2013. Tujuan kegiatan UPBS pada tahun 2013
meliputi : 1) Menginventarisir kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi
varietas padi, jagung dan kedelai (mapping) di Provinsi Bengkulu,
2) Menyediakan benih sumber VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan
kedelai) spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan,
preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat Bengkulu,
3) Mempercepat penyebarluasan dan adopsi VUB tanaman pangan strategis
(padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang
Pertanian, 4) Menginventarisir aktivitas, peran dan dukungan kelembagaan
perbenihan dalam penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Kepala BPTP Bengkulu
atas kepercayaan dan arahan-arahannya dalam pelaksanaan kegiatan UPBS.
Kami uga menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan dan stake holders
yang telah memberikan sumbangan tenaga dan pemikiran sehingga kegiatan ini
dapat terlaksana dengan baik. Harapan kami semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Bengkulu, Desember 2013
Penanggung Jawab, Dr. Wahyu Wibawa, MP NIP. 196904271998031001
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Penyediaan dan Percepatan Penyebaran
VUB Melalui UPBS di Provinsi Bengkulu. 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119
4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2013
5. Status Kegiatan (L/B) : L (lanjutan)
6. Penanggung Jawab
a. Nama : Dr. Wahyu Wibawa, MP
b. Pangkat/Golongan : Penata /IIId
c. Jabatan Fungsional : Peneliti Muda
7. Lokasi : Provinsi Bengkulu
8. Agroekosistem : Lahan sawah, lahan rawa dan lahan
kering
9. Tahun Mulai : 2011
10. Tahun Selesai : 2014
11. Output Tahunan : 1. Data base kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi, jagung dan kedelai (mapping) di Provinsi Bengkulu.
2. VUB tanaman pangan strategis spesifik lokasi yang dihasilkan oleh UPBS BPTP Bengkulu, khususnya untuk padi, dapat tersebar dan diadopsi di seluruh Kabupaten/Kota melalui kegiatan diseminasi, promosi, dan komersialisasi, sedangkan untuk komoditas jagung dan kedelai dapat terdistribusi dan diadopsi pada sentra-sentra produksi.
3. UPBS BPTP Bengkulu mampu menyediakan sebagian besar kebutuhan benih sumber untuk komoditas padi di Provinsi Bengkulu dan pada sentra-sentra produksi jagung dan kedelai sesuai dengan kebutuhan, permintaan, preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat Bengkulu.
iii
4. Data base dan alternatif rekomendasi dalam optimalisasi peran dan dukungan kelembagaan perbenihan dalam penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.
12. Output Akhir : 1. Benih sumber beberapa VUB padi
hasil inovasi Badan Litbang Pertanian yang spesifik lokasi tersedia di Bengkulu.
2. Peta penyebaran dan kebutuhan VUB 3. Peningkatan adopsi VUB padi.
13. Biaya : Rp. 279.420.000- (Dua Ratus Tujuh
Puluh Sembilan Juta Empat Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah).
Koordinator Program, Dr. Wahyu Wibawa, MP NIP. 196904271998031001
Penanggung Jawab RDHP,
Dr. Wahyu Wibawa, MP NIP. 196904271998031001
Mengetahui, Kepala BBP2TP, Dr. Agung Hendriadi, M.Eng. NIP. 19610802 198903 1 001
Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 195902061986031002
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................ ...... i KATA PENGANTAR............................................................................ 1 LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... 2 DAFTAR ISI ...................................................................................... 4 DAFTAR TABEL ................................................................................. 5 DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... 6 RINGKASAN .................................................................................... 7 SUMMARY ......................................................................................... 10
I PENDAHULUAN .......................................................................... 12 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 12 1.2 Dasar Pertimbangan ............................................................... 13
1.3 Tujuan .................................................................................. 14 1.4 Keluaran yang Diharapkan ...................................................... 15 1.5 Perkiraan Manfaat dan Dampak .............................................. 16
II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 17
III PROSEDUR KERJA ..................................................................... 20 3.1 Lokasi Kegiatan dan Waktu ..................................................... 20 3.2 Ruang Lingkup Kegiatan ......................................................... 20 3.3 Bahan dan Alat ...................................................................... 21
3.4 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ............................................... 22
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 27 4.1 Koordinasi Internal dan Antar Institusi ...................................... 27 4.2 Menghimpun Data Kebutuhan Benih, Varietas dan Sebaran
Varietas ................................................................................. 28 4.3 Produksi Benih ....................................................................... 31 4.4 Distribusi Benih ...................................................................... 49 4.5 Promosi dan Diseminasi UPBS .................................................. 53 4.6 Survey Aktivitas, Sapras, Permasalahan Peran dan Dukungan
Lembaga Perbenihan ............................................................... 53
V KESIMPULAN ............................................................................. 56 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ . 57 ANALISIS RESIKO ............................................................................ 59 JADWAL KERJA ................................................................................ 61 PEMBIAYAAN ................................................................................... 62 PERSONALIA .................................................................................... 64 LAMPIRAN ..................................................................................... 65
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Varietas dan jumlah benih padi untuk kegiatan Produksi Benih/UPBS Tahun 2013 ................................................................ 28
2. Varietas dan jumlah benih jagung dan kedelai kegiatan Produksi Benih/UPBS Tahun 2013 ................................................................ 28
3. Sasaran luas tanam dan kebutuhan benih padi di Provinsi Bengkulu Tahun 2013 ................................................................................... 29
4. Dominansi varietas di Provinsi Bengkulu tahun 2011 ........................ 29
5. Dominansi varietas di Provinsi Bengkulu tahun 2011/2012 ................ 30
6. Petani kooperator, lokasi dan sistem kerjasama kegiatan produksi benih padi UPBS BPTP Bengkulu tahun 2013 ................................... 32
7. Petani kooperator, lokasi dan sistem kerjasama kegiatan produksi benih jagung dan kedelai UPBS BPTP Bengkulu tahun 2013 .............. 33
8. Lokasi dan waktu tanam penangkaran padi UPBS BPTP Bengkulu ...... 34
9. Varietas, Tanggal Panen, Hasil dan bagi Hasil Padi ........................... 37
10. Berat Benih Bersih dan susut Selama Pengolahan Benih Padi ............ 39
11. Lokasi, varietas dan waktu tanam produksi benih jagung .................. 41
12. Tanggal Panen dan Kadar Air Benih Jagung Saat Panen.................... 42
13. Berat Benih Bersih dan susut Selama Pengolahan Benih Jagung ........ 44
14. Lokasi dan waktu tanam penangkaran kedelai di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2013....................................................................... 46
15. Tanggal Panen dam Kadar Air Benih Kedelai Saat Panen ................... 47
16. Berat Benih Bersih dan Susut Selama Pengolahan Benih Kedelai ........ 49
17. Distribusi Benih Padi Hasil Produksi UPBS Tahun 2013 ...................... 51
18. Keragaan lembaga perbenihan padi di Provinsi Bengkulu .................. 54
19. Daftar resiko pelaksanaan kegiatan Penyediaan dan Percepatan Penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu ......................... 59
20. Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan kegiatan Penyediaan Dan Percepatan Penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu . 60
21. Jadwal pelaksanaan kegiatan UPBS/Perbenihan Tahun 2013 ............. 61
22. Rencana anggaran belanja kegiatan UBPS/Perbenihan Tahun 2013 .... 62
23. Realisasi anggaran kegiatan UBPS/Perbenihan per Juni Tahun 2013 .. 63
24. Tenaga pelaksana kegiatan UBPS/Perbenihan per Juni Tahun 2013 ... 64
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data luas baku sawah dan sebaran varietas padi di Provinsi Bengkulu Tahun 2013 .................................................................................. 66
2. Peta luas baku sawah dan sebaran varietas padi di Provinsi Bengkulu Tahun 2013 ................................................................................. 72
3. Realisasi luas penangkaran padi per varietas di Provinsi Bengkulu sampai dengan bulan Mei 2013 ........................................ 73
4. Realisasi produksi padi per varietas di Provinsi Bengkulu sampai dengan bulan Mei 2013 .................................................................. 75
5. Distribusi benih padi, kedelai dan jagung untuk kegiatan Produksi Benih/UPBS Tahun 2013 ................................................................ 77
6. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Seluma ..................... 79
7. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Rejang Lebong .......... 80
8. Foto kegiatan penangkaran kedelai di Kabupaten Rejang Lebong ...... 81
9. Foto kegiatan penangkaran jagung di Kabupaten Rejang Lebong ...... 82
vii
RINGKASAN
1 Judul : Penyediaan dan Percepatan Penyebaran VUB Melalui UPBS di Provinsi Bengkulu
2 Unit kerja : BPTP Bengkulu
3 Lokasi : Provinsi Bengkulu
4 Agroekosistem : Lahan Sawah, Lahan Rawa dan Lahan Kering
5 Status (L/B) : Lanjutan
6 Tujuan : 1. Menginventarisir kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi, jagung dan kedelai (mapping) di Provinsi Bengkulu.
2. Menyediakan benih sumber VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan, preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat Bengkulu.
3. Mempercepat penyebarluasan dan adopsi VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian.
4. Menginventarisir aktivitas, peran dan dukungan kelembagaan perbenihan dalam penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.
7 Keluaran : 1. Data base kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi, jagung dan kedelai (mapping) di Provinsi Bengkulu.
2. VUB tanaman pangan strategis spesifik lokasi yang dihasilkan oleh UPBS BPTP Bengkulu, khususnya untuk padi, dapat tersebar dan diadopsi di seluruh Kabupaten/Kota melalui kegiatan diseminasi, promosi, dan komersialisasi, sedangkan untuk komoditas jagung dan kedelai dapat terdistribusi dan diadopsi pada sentra-sentra produksi.
3. UPBS BPTP Bengkulu mampu menyediakan sebagian besar kebutuhan benih sumber untuk komoditas padi di Provinsi Bengkulu dan pada sentra-sentra produksi jagung dan kedelai sesuai dengan kebutuhan, permintaan, preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat Bengkulu.
4. Data base dan alternatif rekomendasi dalam optimalisasi peran dan dukungan kelembagaan perbenihan dalam penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.
viii
8 Hasil/pencapaian : 1. Penangkaran VUB padi (Inpari 1, 13, 14, 15, 20; Inpara 1, 3; Inpago 6), seluas + 30 ha.
2. Penyebarluasan VUB padi + 15 ton melalui UPBS.
3. Meningkatkan kerjasama dengan PSO BLBU padi Provinsi Bengkulu yaitu PT. Hidayah Nur Wahana untuk penyediaan benih sebar padi.
4. Mendorong percepatan adopsi VUB padi hasil inovasi Badan Litbang Pertanian oleh petani.
5. Peta penyebaran VUB hasil penangkaran.
9 Prakiraan Manfaat : Mempercepat diseminasi dan penggunaan VUB tanaman pangan yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian di Bengkulu. Meningkatnya penggunaan VUB tanaman pangan akan mendorong peningkatan produksi, produktivitas lahan, dan pendapatan petani. Melalui kegiatan penangkaran di lahan petani, akan meningkatkan kemampuan teknis dalam kegiatan produksi benih.
10 Prakiraan Dampak : Penggunaan VUB tanaman pangan secara luas
akan berdampak pada peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan di Bengkulu. Peningkatan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pendapatan petani.
11 Metodologi : Kegiatan Penyediaan dan percepatan penyebaran
VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu dilaksanakan di Provinsi Bengkulu melalui penangkaran benih di lahan petani penangkar dengan pengawalan teknologi sesuai dengan kondisi spesifik lokasi. Kegiatan Penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu meliputi persiapan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Persiapan kegiatan meliputi penyusunan dan perbaikan rencana kegiatan (RODHP dan juklak). Dan pelaksanaan kegiatan meliputi: (a) koordinasi internal dan antar institusi (dinas/instansi terkait di pusat dan daerah), (b) produksi benih/pelaksanaan penangkaran di lahan petani penangkar, (c) pengawalan penangkaran, (d) pelaporan kegiatan. Sedangkan evaluasi kegiatan dilakukan untuk mengetahui penyebaran varietas unggul kepada pengguna.
ix
12 Jangka Waktu : 4 (empat) tahun (2011 -2014).
13 Biaya : Rp. 279.420.000-(Dua Ratus Tujuh Puluh Sembilan
Juta Empat Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah).
x
SUMMARY
1 Title : Seed Production / UPBS 2 Unit of work : Assessment Institute Agriculture Teknology of
Bengkulu (AIAT) 3 Location : Bengkulu Province 4 Agroecosystems : Wetland, Wetlands and Dryland Land 5 Status (C / N) : Continued 6 Objectives : 1. Provide new superior variety of seed sources
(VUB) food crops (rice, corn, and soybeans) in Bengkulu.
2. VUB disseminate crops for farmers and breeders.
7 Output : 1. Determines the need for seeds, varieties,
distribution / distribution of improved varieties of rice, maize and soybean (mapping) in the province of Bengkulu.
2. Provide seed sources VUB strategic crops (rice, corn and soybeans) that are tailored to specific needs, demands, preferences, characteristics of agro-ecosystems and socio-cultural Bengkulu.
3. Accelerate the dissemination and adoption of VUB strategic food crops (rice, maize and soybean) were generated by site-specific AARD.
4. Evaluating the role and institutional support in the provision and dissemination of seed VUB in the Province of Bengkulu.
8 Achievements : 1. Data base of seed, varieties, distribution / distribution of improved varieties of rice, corn and soybeans (mapping) in the province of Bengkulu.
2. VUB specific strategic crop generated by BPTP UPBS Bengkulu, especially for rice, can spread and be adopted throughout the County / City through the dissemination, promotion, and commercialization, while for corn and soybeans can be distributed and adopted in production centers.
3. UPBS BPTP of Bengkulu able to provide most of the needs of seed sources for rice in the provinces of Bengkulu and the centers of corn and soybean production in accordance with the
xi
needs, demands, preferences, characteristics of agro-ecosystems and socio-cultural Bengkulu.
4. Data base and alternative recommendations for optimizing the role and institutional support in the provision and dissemination of seed VUB in the Province of Bengkulu.
9 Expected Benefits : Accelerating the dissemination and use of VUB crops
that have been produced by the Agency for Agricultural Research in Bengkulu. The increasing use of food crops VUB will encourage increased production, productivity and income of farmers. Through breeding activities in farmers' fields, will improve the technical ability of seed production activities.
10 Impact : The use of food crops widely VUB will have an
impact on increasing the production and productivity of crops in Bengkulu. Such improvements will lead to increasing farmers' income.
11 Methodology : Seed Production Activities / UPBS implemented in
Bengkulu province through seed in farmers' fields with escorts breeder technology in accordance with specific conditions. Seed Production activity / UPBS includes preparation, implementation and evaluation of activities. Preparation activities include the development and improvement of action plans (RODHP and guidelines). And activities include: (a) internal and inter-institutional coordination (agency / agencies at central and local), (b) seed production / implementation breeders breeding in farmers' fields, (c) escorts captivity, (d) reporting activities. While the evaluation of the activities carried out to determine the spread of improved varieties to the user.
12 Period : 4 (four) years (2011 -2014). 13 Cost : Rp. 331.370.000 (Two Hundred Seventy Nine Million
Four Hundred Twenty Thousand).
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi utama dalam
peningkatan produktivitas, produksi dan pendapatan usahatani (Badan Litbang
Pertanian, 2009). Varietas unggul adalah galur hasil pemuliaan yang mempunyai
satu atau lebih keunggulan khusus seperti potensi hasil tinggi, toleran terhadap
hama dan penyakit, toleran terhadap cekaman lingkungan, mutu produk, dan
atau sifat-sifat lainnya, serta telah dilepas oleh pemerintah.
Penggunaan varietas yang adaptif dan spesifik lokasi sangat diperlukan
dalam mendukung peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan di
Provinsi Bengkulu. Untuk dapat menunjukkan potensi hasilnya, varietas
memerlukan kondisi lingkungan atau agroekosistem tertentu (Rubiyo dkk., 2005).
Tidak semua varietas mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai
agroekosistem. Dengan kata lain, tiap varietas akan memberikan hasil yang
optimal jika ditanam pada lahan yang sesuai (Kustiyanto, 2001).
Benih bermutu merupakan salah satu komponen teknologi utama dalam
pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (Puslitbangtan,
2009; Sembiring dkk., 2008). Permasalahan yang dihadapi dalam percepatan
adopsi VUB diantaranya adalah: (1) Sistem informasi, promosi dan diseminasi
perbenihan yang belum mantap (2) Kegiatan pengkajian dan diseminasi masih
belum terintegrasi (3) Prinsip 6 tepat perbenihan (jumlah, varietas, mutu, waktu,
lokasi dan harga) belum terpenuhi.
Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) merupakan salah satu kelembagaan
internal di BPTP yang dibentuk dalam rangka mengakomodasikan perubahan
lingkungan strategis perbenihan dan mengantisipasi kebutuhan benih sumber
dari varietas unggul baru (VUB) yang merupakan komoditas strategis (padi,
jagung dan kedelai) yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian (Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan teknologi Pertanian, 2013).
Benih sumber terdiri atas 3 (tiga) kelas, yaitu (1) benih penjenis (BS)
dengan label kuning, (2) benih dasar (FS) dengan label putih dan (3) benih
pokok (SS) dengan label ungu. Berdasarkan kelas benih sumber yang diproduksi,
maka UPBS di BPTP memiliki mandat menghasilkan benih sumber kelas FS dan
SS, sedangkan kuantitas dan varietas yang diproduksi disesuaikan dengan
2
kebutuhan, permintaan, preferensi serta karakteristik agroekosistem dan sosial
budaya setempat. Karena dinamika lingkungan strategis di daerah yang
membutuhkan benih ES VUB tertentu maka UPBS dapat memproduksi benih
kelas ES (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2013).
Pelaksanaan produksi benih sumber didasarkan pada Pedoman Umum
UPBS Badan Litbang Pertanian Tahun 2011 melalui SK Kepala Badan Litbang
Pertanian Nomor: 142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tanggal 18 Mei 2011 dan Petunjuk
Pelaksanaan UPBS Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(BBP2TP). Aturan tersebut di atas dimaksudkan untuk menjamin pemenuhan
prinsip 6 (enam) tepat perbenihan yaitu : tepat jumlah, tepat varietas, tepat
mutu, tepat waktu, tepat lokasi, dan tepat harga.
1.2 Dasar Pertimbangan
Pengaruh negatif penggunaan varietas yang sama secara terus menerus
sudah mulai dirasakan dengan tingginya serangan hama dan penyakit tertentu
seperti wereng, penggerek batang, tikus, tungro, kresek (BLB) dan blast.
Serangan hama dan penyakit ini mengakibatkan penurunan produktivitas padi
secara signifikan.
Banyak varietas unggul yang telah dilepas untuk memenuhi tuntutan
dan kebutuhan petani. Tiap varietas mempunyai spesifikasi tersendiri untuk
dapat menampilkan potensi hasilnya, baik dari segi kesesuaian lahannya maupun
ketahananya terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT). Ratusan varietas
dapat dipilih untuk antisipasi terhadap kondisi lahan yang tersedia (sawah,
ladang maupun rawa).
Secara empiris, pertumbuhan dan hasil tanaman dapat dinyatakan
sebagai fungsi dari genotipe x lingkungan = f (faktor pertumbuhan internal x
faktor pertumbuhan eksternal). Faktor internal sering digambarkan sebagai sifat
bawaan (genetik) yang diantaranya adalah ketahanan terhadap tekanan iklim,
tanah, dan biologis, laju fotosintesis dan kapasitas untuk menyimpan makanan.
Faktor eksternal terdiri atas iklim (cahaya, temperatur, curah hujan, angin,
panjang hari, dan kelembaban udara), tanah (tekstur, struktur, bahan organik,
pH, dan ketersediaan unsur hara), dan biologis/OPT (hama, penyakit dan
gulma).
3
Hasil survey menunjukkan bahwa produktivitas tinggi (61,18%),
berumur genjah (11,76%), toleran terhadap serangan hama/penyakit (8,24%),
dan rasa nasi (5,58%) merupakan alasan utama petani dalam pemilihan varietas
(Wibawa dkk., 2011). Hasil ini dapat menjadi rujukan dalam penyediaan/logistik
benih yang dilakukan oleh UPBS BPTP Bengkulu. Dengan mengetahui kebutuhan
dan preferensi masyarakat tani akan dapat mempercepat proses adopsi varietas
unggul tanaman pangan. Benih yang dihasilkan oleh UPBS merupakan varietas-
varietas yang telah resmi dilepas, namun masih belum banyak dikenal
masyarakat, seperti Inpara 2, Banyuasin, Inpari 6, 10, 13, 20 dan Inpago 8 untuk
padi; Argomulyo, Anjasmoro, Burangrang dan Tanggamus (kedelai) dan
Sukmaraga (jagung komposit).
Dalam sistem produksi tanaman pangan, diperlukan adanya
ketersediaan benih dari varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan mutu baik.
Dalam pertanian modern, benih berperan sebagai delivery mechanism yang
menyalurkan keunggulan teknologi kepada clients (Adnyane, 2006). Dengan
demikian kontribusi benih sangat penting dalam mendorong peningkatan
kuantitas dan kualitas produk tanaman pangan (Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, 2013a).
1.3 Tujuan
Tujuan kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui
UPBS di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 adalah:
1. Menginventarisir kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi,
jagung dan kedelai (mapping) di Provinsi Bengkulu.
2. Menyediakan benih sumber VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung
dan kedelai) spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan,
preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat
Bengkulu.
3. Mempercepat penyebarluasan dan adopsi VUB tanaman pangan strategis
(padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang
Pertanian.
4. Menginventarisir aktivitas, peran dan dukungan kelembagaan perbenihan
dalam penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.
4
1.4 Keluaran yang Diharapkan
1.4.1 Keluaran tahunan
Keluaran pada tahun 2013:
1. Data base kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi,
jagung dan kedelai (mapping) di Provinsi Bengkulu.
2. VUB tanaman pangan strategis spesifik lokasi yang dihasilkan oleh UPBS
BPTP Bengkulu, khususnya untuk padi, dapat tersebar dan diadopsi di
seluruh Kabupaten/Kota melalui kegiatan diseminasi, promosi, dan
komersialisasi, sedangkan untuk komoditas jagung dan kedelai dapat
terdistribusi dan diadopsi pada sentra-sentra produksi.
3. UPBS BPTP Bengkulu mampu menyediakan sebagian besar kebutuhan benih
sumber untuk komoditas padi di Provinsi Bengkulu dan pada sentra-sentra
produksi jagung dan kedelai sesuai dengan kebutuhan, permintaan,
preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat
Bengkulu.
4. Data base dan alternatif rekomendasi dalam optimalisasi peran dan
dukungan kelembagaan perbenihan dalam penyediaan dan penyebarluasan
VUB di Provinsi Bengkulu.
1.4.2 Keluaran jangka panjang
1. VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi
yang dihasilkan oleh UPBS BPTP Bengkulu dapat tersebar dan diadopsi di
seluruh Kabupaten/Kota sebagai akibat dari meningkatnya pemahaman dan
kesadaran petani dalam penggunaan benih bermutu dan berlabel dalam
upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman.
2. UPBS BPTP Bengkulu mampu menyediakan kebutuhan benih sumber yang
memenuhi kriteria 6 tepat untuk komoditas tanaman pangan strategis di
Provinsi Bengkulu dengan mengacu pada data base kebutuhan benih,
varietas, sebaran/distribusi varietas padi, jagung dan kedelai (mapping) di
Provinsi Bengkulu yang selalu di update setiap tahun.
3. Networking/jaringan kerjasama yang kuat antara UPBS BPTP Bengkulu
dengan kelembagaan perbenihan (BPSB, BBI, BBU, UPTD perbenihan,
produsen benih, dan penangkar) di Provinsi Bengkulu.
5
1.5 Perkiraan Manfaat dan Dampak
1.5.1 Manfaat
Mempercepat diseminasi dan penggunaan VUB tanaman pangan yang
telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian di Bengkulu. Mendorong
peningkatan produksi, produktivitas lahan, dan pendapatan petani. Melalui
kegiatan penangkaran di lahan petani, akan meningkatkan kemampuan teknis
dalam kegiatan produksi benih.
1.5.2 Dampak
Penggunaan VUB secara luas berdampak pada peningkatan produksi
dan produktivitas tanaman pangan di Bengkulu. Peningkatan tersebut akan
menyebabkan meningkatnya pendapatan petani. Perbenihan menjadi salah satu
aspek agribisnis yang menguntungkan.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, responsif
terhadap pemupukan dan tahan hama penyakit utama disertai dengan perbaikan
irigasi dan teknik budidaya telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas,
efisiensi produksi, dan kecukupan pangan. Menurut Nugraha dkk (2007),
swasembada beras pada tahun 1984 di Indonesia tidak terlepas dari introduksi
varietas unggul, perbaikan jaringan irigasi, teknik budidaya, dan rekayasa
kelembagaan. Sistem perbenihan yang tangguh (produktif, efisien, berdaya
saing, dan berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya
peningkatan penyediaan benih padi dan peningkatan produksi beras nasional.
Penggunaan benih unggul menunjukkan kontribusi terbesar terhadap
produksi dibandingkan dengan penerapan teknologi lainnya (Saryoko, 2009).
Disisi lain, nilai biaya benih hanya sekitar 5% dari total biaya input produksi padi
(Kementerian Pertanian, 2010). Bila dikaji lebih lanjut, penggunaan benih unggul
merupakan komponen intensifikasi pertanian yang paling mudah dilakukan untuk
mendukung peningkatan produksi tanaman pangan.
Kesadaran petani dalam penggunaan benih unggul relatif masih
terbatas. Menurut Daradjat dkk (2008), benih padi yang digunakan oleh
masyarakat lebih dari 60 persen berasal dari sektor informal yaitu berupa gabah
yang disisihkan dari sebagian hasil panen musim sebelumnya yang dilakukan
berulang-ulang.
Rendahnya minat petani menggunakan varietas unggul berlabel diduga
menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas padi di Provinsi Bengkulu.
Menurut Angka Ramalan III tahun 2011, produktivitas rata-rata padi di Bengkulu
hanya mencapai 3,79 ton GKG/ha, termasuk dalam kategori rendah dibandingkan
dengan produktivitas nasional yang sudah mencapai 4,94 ton GKG/ha (Badan
Pusat Statistik, 2011).
Wahyuni (2011) menjelaskan bahwa sampai dengan tahun 2010 telah
dihasilkan lebih dari 200 varietas unggul padi oleh berbagai Lembaga Penelitian
di Indonesia yang dapat digunakan sebagai benih sumber, 85% diantaranya
adalah hasil inovasi Badan Litbang Kementerian Pertanian. Varietas yang paling
luas ditanam adalah Ciherang, IR64 dan Cigeulis. Ketiga varietas di atas
merupakan varietas-varietas yang sudah lama dilepas. IR64 misalnya telah
7
dilepas sejak tahun 1986, Ciherang tahun 2000, dan Cigeulis tahun 2002
(Suprihatno dkk, 2010). Varietas Unggul Baru (VUB) seperti Inpari, Inpara, dan
Inpago yang dilepas sejak tahun 2008 masih belum banyak ditanam petani. Dari
survei yang dilaksanakan di Bengkulu pada tahun 2011, petani yang telah
menanam VUB baru (release 2008) baru mencapai sekitar 27% (Ishak dkk,
2011). Lambatnya adopsi VUB padi dikarenakan informasi keberadaan benih
sumber masih sangat lemah disamping ketersediaannya yang relatif masih
terbatas (Wahyuni, 2011). Oleh karena itu diperlukan percepatan penyebaran
informasi tentang varietas unggul baru padi, karena keunggulan suatu varietas,
baru dapat dirasakan manfaatnya dalam peningkatan produksi dan mutu beras
apabila tersedia benih dalam jumlah cukup untuk ditanam oleh petani (Daradjat
dkk, 2008).
Secara umum, petani di Bengkulu belum membeli varietas unggul
berlabel. Penanaman varietas unggul dalam skala luas dimungkinkan oleh adanya
bantuan benih dari pemerintah melalui berbagai program, seperti subsidi benih,
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU), dan bantuan benih unggul pada lahan
display dan demfarm SL-PTT. Peranan Pemerintah ini diharapkan dapat
meningkatkan penggunaan benih unggul di tingkat petani, karena kebijakan yang
diambil oleh pemerintah akan sangat mempengaruhi seluruh jalannya sistem
kehidupan masyarakat dan lingkungannya (Manuwoto, 1992).
Menurut data BPS Provinsi Bengkulu (2013), luas panen padi sawah di
Bengkulu adalah 128.131 ha. Jika setiap hektar lahan sawah membutuhkan 25
kg benih, maka kebutuhan benih mencapai 3.203.275 kg. Bantuan benih melalui
BLBU dan SL-PTT di Bengkulu mencapai 519.305 kg, atau 16,21% dari
kebutuhan benih total (Wibawa dkk, 2012).
Untuk mendorong percepatan penggunaan benih bermutu, maka
diperlukan upaya penangkaran dan sertifikasi benih. Hal ini telah diatur oleh
Pemerintah dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang
Perbenihan Tanaman, Permentan Nomor 39/Permentan/05.140/8/2006 tentang
Produksi Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, dan Peraturan Direktur Jenderal
Tanaman Pangan Nomor 01/KPTS/HK.310/C/I/2009 tentang Persyaratan dan
Tatacara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan (Hanizar dan Barianto, 2011).
8
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat benih melalui pemeriksaan,
pengujian laboratorium dan pengawasan pemasangan label. Benih padi
dibedakan atas beberapa kelas yaitu benih penjenis (label kuning), benih dasar
(label putih), benih pokok (label ungu), dan benih sebar (label biru). Dari 10 kg
benih penjenis dapat dihasilkan 12.000 ton benih sebar untuk kebutuhan benih
padi seluas 480.000 ha (Irawan, 2011). Ditambahkan lebih lanjut bahwa
prosedur sertifikasi benih terdiri atas 5 tahapan yaitu permohonan sertifikasi,
pemeriksaan lapangan, pengambilan contoh benih, pengujian benih, dan
pelabelan.
Sebagai suatu teknologi, penggunaan benih unggul tentu saja mendapat
respons petani yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sesuai dengan kondisi
spesifik lokasi. Harini (2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
perubahan usahatani padi diantaranya adalah tingkat pendidikan, luas
kepemilikan lahan dan umur. Selain itu faktor-faktor yang terkait dengan
keragaan agronomis yang ditampilkan oleh varietas unggul tertentu juga sangat
mempengaruhi respons petani terhadap penggunaan benih unggul tersebut.
Ruskandar (2012) berpendapat bahwa petani tidak mudah mengganti
suatu varietas ke varietas yang lain sebelum mereka yakin akan keunggulannya.
Oleh karena itu perlu digiatkan penyuluhan, demonstrasi varietas, ataupun
bentuk diseminasi/promosi lain agar informasi varietas cepat sampai di lahan
petani baik melalui media cetak maupun elektronik. VUB yang cocok dan diminati
oleh petani seharusnya tersedia tepat waktu. Keberadaan UPBS menjadi sangat
penting dalam menunjang kegiatan peningkatan prosuktivitas dan produksi
tanaman pangan.
9
III. PROSEDUR
3.1 Lokasi kegiatan dan waktu
Kegiatan UPBS pada tahun 2013 dilaksanakan di 10 kabupaten/kota.
Kegiatan penangkaran dilaksanakan di Kabupaten Seluma, Rejang Lebong, Kota
Bengkulu, dan Bengkulu Tengah. Kegiatan identifikasi kebutuhan benih, sebaran
varietas, promosi dan diseminasi dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota.
kegiatan survey inventarisasi aktivitas, sapras, dan permasalahan lembaga
perbenihan dilaksanakan di Kabupaten Mukomuko, Lebong, Rejang Lebong,
Kepahiang, Kaur, Bengkulu Selatan dan Kota Bengkulu. Kegiatan dilaksanakan
pada bulan Januari – Desember 2013.
3.2 Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan Produksi Benih/UPBS merupakan kegiatan berkesinambungan
yang telah dimulai sejak tahun 2011. Pelaksanaan produksi benih sumber
didasarkan pada Pedoman Umum Unit Pengelola Benih Sumber Tanaman (UPBS)
Badan Litbang Pertanian Tahun 2011 melalui SK Kepala Badan Litbang Pertanian
Nomor: 142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tanggal 18 Mei 2011.
UPBS di BPTP memiliki mandat menghasilkan benih sumber kelas FS dan
SS, sedangkan kuantitas dan varietas yang diproduksi disesuaikan dengan
kebutuhan, permintaan, preferensi serta karakteristik agroekosistem dan sosial
budaya setempat. UPBS dapat memproduksi benih kelas ES karena munculnya
dinamika lingkungan strategis di daerah yang membutuhkan benih ES.
Pada tahap awal UPBS masih memprioritaskan produksi benih sumber
untuk padi. Pada tahun 2013 UPBS BPTP Bengkulu memproduksi dan mengelola
benih sumber tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) secara berkelanjutan,
yang dilakukan melalui penangkaran, sertifikasi dan penyebaran VUB. Pada tahun
ini, UPBS mentargetkan untuk memproduksi 30 ton produksi benih dari
komoditas padi, jagung dan kedelai. Varietas yang diproduksi adalah varietas
yang sudah pernah dikaji, memiliki adaptasi baik dan diminati oleh petani.
Kegiatan Produksi Benih/UPBS pada tahun 2013 meliputi: (a) koordinasi
internal dan antar institusi, (b) menghimpun data kebutuhan benih, varietas dan
pemetaan sebaran varietas padi, jagung dan kedelai (mapping) (c) produksi
benih sumber (d) diseminasi, promosi dan sosialisasi produk, (e) survey aktivitas,
10
sapras, peran dukungan analisis peran dan dukungan kelembagaan perbenihan
(BPSB, BBI, BBU, UPTD perbenihan, penangkar dll).
3.3 Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu
antara lain :
1. Benih Varietas Unggul Baru (VUB) padi (Inpari 6, 10, 13, 20, Inpara 2,
Banyu asin, Inpago 8), jagung (Sukmaraga), kedelai (Tanggamus,
Burangrang, Argomulyo, Anjasmoro).
2. Saprodi pupuk (pupuk ponska, urea), pestisida (herbisida, insektisida,
fungisida).
3. Karung untuk pengumpulan hasil panen dilahan petani penangkar
4. Terpal untuk pengumpulan dan penjemuran dilahan petani penangkar
5. Karung kemasan benih untuk kapasitas 20 kg
6. Plastik kemasan benih untuk kapasitas 5 kg
7. Tali untuk alat bantu tanam, dan pengikat
8. Timbangan kapasitas 5 kg, 100 kg, & 500 kg
9. Penjahit karung
10. Seed cleaner
11. Niru
12. Ember
13. Polibag/karung
14. Media tanam
15. Hand spayer
16. Timbangan digital
17. Pengambil sampel tanah
18. Corn sealer
11
3.4 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
3.4.1 Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi penyusunan Rencana Operasional
Diseminasi Hasil Penelitian (RODHP) dan petunjuk pelaksananaan (Juklak).
RODHP dan juklak disusun bersama antara penanggung jawab dan anggota tim
kegiatan.
Penyusunan RODHP
RODHP disusun untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan di lapangan
sebagai penjabaran dari proposal/RDHP. RODHP lebih rinci memuat aspek
administrasi/keuangan dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Penyusunan Juklak
Kegiatan teknis di lapangan akan dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan
(juklak) kegiatan diseminasi yang berisi tahapan teknis kegiatan secara rinci di
lapangan.
3.4.2 Pelaksanaan kegiatan
Target produksi benih yang dilakukan oleh UPBS BPTP Bengkulu untuk
komoditas padi adalah 25 ton untuk benih berlabel putih dan ungu. Untuk
komoditas jagung target produksinya 4 ton benih yang berlabel putih dan ungu
dan komoditas kedelai ditargetkan sebanyak 1 ton benih yang berlabel putih dan
ungu. VUB yang ditangkarkan sebagai benih sumbernya, diantaranya Inpara 2,
Banyuasin, Inpari 6, 10, 13, 20, dan Inpago 8, selain itu ditangkarkan juga benih
sumber untuk jagung dengan varietas Sukmaraga dan kedelai varietas
Argomulyo, Anjasmoro, Burangrang dan Tanggamus.
Untuk mencapai output tersebut dilakukan tahapan kegiatan sebagai
berikut:
1. Koordinasi internal dan antar institusi
Koordinasi internal dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan
ataupun seminar di BPTP Bengkulu. Pertemuan direncanakan dilaksanakan setiap
bulan. Dalam pertemuan ini akan dievaluasi kemajuan kegiatan, hambatan dan
kendala, tingkat serapan dana, pencapaian dan rencana tindak lanjut kegiatan
UPBS.
12
Kegiatan UPBS dalam logistik benih di daerah bertujuan untuk
mendukung pemenuhan kebutuhan benih sumber di daerah. Dengan demikian
UPBS perlu berkoordinasi dengan Dinas, Badan maupun kelembagaan
perbenihan setempat antara lain BPSB, BBI, BBU, Instalasi Kebun Benih, Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perbenihan, penangkar dan produsen benih.
Kegiatan koordinasi dilakukan pada tahap persiapan untuk perencanaan produksi
benih sumber sampai dengan tahap distribusi. Hal ini untuk menjamin bahwa
benih yang dihasilkan diketahui oleh lembaga perbenihan setempat dan sesuai
dengan kebutuhan maupun menampung aspirasi dari stakeholders. Oleh karena
itu, produk-produk UPBS BPTP Bengkulu diinformasikan dan disebar luaskan ke
stakeholders dan masyarakat pengguna benih di Provinsi Bengkulu.
Koordinasi antar institusi baik di tingkat regional (stakeholders di provinsi
dan Kabupaten) maupun nasional. Koordinasi di tingkat regional, khususnya
ditingkat kabupaten dilakukan dalam bentuk kunjungan dan pemaparan kegiatan
kegiatan kepada stakeholders (Dinas Pertanian Kabupaten, Badan Pelaksana
Penyuluhan maupun BPSB Koordinator Wilayah Kabupaten). Koordinasi di tingkat
provinsi dilakukan ke Dinas Pertanian Provinsi, Bakorluh dan BPSB Provinsi).
Koordinasi di tingkat nasional dilakukan pada Balai Besar/Balit lingkup Badan
Litbang Pertanian yang merupakan sumber inovasi teknologi dan informasi (BB
Pengkajian, BB Padi, Balitkabi dan Balitserealia).
Koordinasi dengan instituasi ditingkat Provinsi dan Kabupaten, khususnya
dengan pihak BPSB Provinsi maupun BPSB koordinator wilayah dilakukan selain
untuk mendapatkan informasi maupun data mengenai kondisi BBI dan BBU
(alamat, kapasitas produksi dan sarana) yang ada di Provinsi Bengkulu, juga
dilakukan untuk terlaksananya kegiatan sertifikasi benih padi, jagung maupun
kedelai.
2. Menghimpun data kebutuhan benih, varietas dan sebaran varietas (mapping).
UPBS bertujuan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan benih sumber
di daerah. Data yang berkaitan dengan kebutuhan benih, varietas, dan
sebarannya sangat diperlukan agar benih yang diproduksi dapat dimanfaatkan
secara optimal. Data ini perlu dikumpulkan baik secara desk studi maupun
kunjungan ke lapangan. Di samping itu juga perlu dipetakan kebutuhan benih
dan varietas spesifik lokasi untuk mempermudah dalam perencanaan maupun
dalam penyusunan kebijakan (policy). Data-data pendukung ini dapat diperoleh
13
dari berbagai sumber diantaranya BPS, Dinas Pertanian, BPSB, Badan
Penyuluhan, BPP, PT Pertani, PT. SHS, penangkar dll. Data ini ditabulasikan,
dianalisis dan dipetakan.
3. Produksi dan distribusi benih sumber Penentuan lokasi dan petani kooperator
Penentuan lokasi dan petani penangkar sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan kegiatan. Petani yang dipilih adalah petani yang kooperatif dan
bersedia untuk mengikuti semua petunjuk teknis yang telah ditentukan.
UPBS perannya tidak hanya memproduksi benih tetapi sekaligus sebagai
media diseminasi. Pemilihan lokasi untuk perbanyakan benih harus
memperhatikan teknis dan diseminasi. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan lokasi diantaranya adalah: kemudahan akses ke lokasi produksi
(kondisi jalan) dan kondisi fisik lahan. Lahan untuk produksi benih adalah lahan
lahan subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik dan bebas dari
sisa-sisa tanaman/varietas lain. Isolasi jarak minimal antara 2 varietas yang
berbeda adalah 3 meter. Apabila tidak memungkinkan, untuk memperoleh waktu
pembungaan yang berbeda bagi pertanaman produksi benih dari varietas yang
umurnya relatif sama perlu dilakukan isolasi waktu tanam sekitar 4 minggu.
BPTP Bengkulu tidak mempunyai kebun percobaan (KP), maka untuk
produksi benih sumber dilakukan kerjasama dengan petani penangkar. Ada dua
cara kerjasama dengan petani kooperator yaitu dengan cara bagi hasil dan sewa
lahan.
Produksi benih melalui mekanisme kerjasama bagi hasil dengan
petani/penangkar dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
(1) Melakukan identifikasi calon petani/penangkar dan identifikasi lahan calon
lokasi produksi yang bersedia bekerjasama (bermitra), pada tahapan ini ada
beberapa hal yang perlu dicermati, diantaranya adalah calon
petani/penangkar bersifat inovatif, kreatif, bersedia menerima dan
menerapkan informasi teknologi.
(2) Menyusun perjanjian atau kontrak, yang mengatur lingkup kegiatan, lokasi,
kontribusi masing-masing pihak dan sistem bagi hasil.
Sistem sewa lahan untuk produksi benih dapat dilakukan dengan
petani/penangkar. Dalam operasionalnya tidak berbeda jauh dengan sistem
14
kerjasama bagi hasil. Sistem sewa lahan harus didasarkan kepada suatu
perjanjian diantara kedua belah pihak yang jelas tertuang di dalam surat
perjanjian. Dengan demikian pemilihan lahan produksi yang disewa menjadi hal
yang penting. Dalam perjanjian atau kontrak mencantumkan beberapa hal,
diantaranya:
(1). Waktu sewa, luas lahan yang disewa, dan lingkup kegiatan yang akan
dilakukan.
(2). Nilai uang sewa, jangka waktu pembayaran sewa. Adapun besarnya nilai
sewa akan tergantung pada kondisi masing-masing daerah (spesifik
wilayah/lokasi).
Budidaya , panen , prosesing dan sertifikasi benih
Pelaksanaan penangkaran difokuskan pada produksi benih sumber padi,
jagung dan kedelai. Untuk kegiatan produksi benih dimulai dengan budidaya
yang meliputi kegiatan persemaian, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan,
pengairan, penyiangan dan pengendendalian OPT, roughing, panen,
pengeringan. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pengolahan benih,
sertifikasi, dan penyimpanan serta pengemasan.
4. Diseminasi dan distribusi benih
Diseminasi dan distribusi benih dilakukan melalui beberapa kegiatan yang
diantaranya adalah temu usaha, temu lapang, sosialisasi dan promosi, serta
penerbitan bahan informasi. Promosi bertujuan untuk menyebarluaskan informasi
tentang ketersediaan benih yang diproduksi oleh. UPBS BPTP Bengkulu kepada
dinas/instansi lingkup pertanian tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, BUMN,
penangkar dan petani padi. Sosialisasi dilakukan melalui berbagai kegiatan
pertemuan (temu lapang, temu usaha, sinkronisasi/koordinasi kegiatan dengan
stakeholder), penyebarluasan informasi dalam bentuk tercetak (leaflet, brosur,
baliho, neon box) serta website. Melalui berbagai kegiatan sosialisasi diharapkan
timbulnya sinergi kegiatan antar pelaku agribisnis (petani, badan usaha, dan
pemerintah) dalam mempercepat penyebarluasan penggunaan VUB tanaman
pangan di lahan petani.
Supaya benih yang telah dihasilkan dapat terdistribusi dengan baik
kepada pengguna, maka dapat dilakukan dengan promosi dan diseminasi.
15
5. Survey aktivitas, kondisi sapras, permasalahn peran dan dukungan lembaga perbenihan
Survey ini ini dilakukan untuk mengetahui peran dan aktivitas dari
lembaga perbenihan (BPSB, BBI, BBU, penangkar dll). Data dari kelembagaan
perbenihan yang dikumpulkan diantaranya adalah kapasitas produksi, jenis benih
yang diproduksi, infrastruktur/sarana dan prasarana (jalan, bangunan, alat, dan
mesin).
6. Evaluasi sebaran varietas dan pelaporan
Setiap UPBS harus melakukan penyusunan laporan pelaksanaan UPBS
terdiri dari laporan bulanan, semester dan laporan akhir. Isi laporan meliputi : (1)
data target produksi, (2) perencanaan penanaman, (3) pelaksanaan kegiatan :
lokasi, varietas benih dan mekanisme produksi (4) realisasi produksi dan
distribusi, (5) peran UPBS dalam memenuhi kebutuhan benih di daerah , (5)
permasalahan dan tindak lanjut.
3.4.3 Indikator pencapaian
Produksi benih tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai).
Jumlah benih yang diproduksi dan disalurkan oleh UPBS BPTP Bengkulu.
Kemampuan UPBS dalam memenuhi kebutuhan benih sumber di Provinsi
Bengkulu
Jumlah penangkar yang dibina.
Peta penyebaran VUB padi, jagung dan kedelai.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Koordinasi internal dan antar institusi
Koordinasi internal telah dilaksanakan secara rutin dalam bentuk
pertemuan tim dalam rencana pelaksanaan kegiatan UPBS BPTP Bengkulu tahun
2013. Pertemuan dilaksanakan setiap bulan. Dalam pertemuan ini dievaluasi
kemajuan kegiatan, hambatan dan kendala, tingkat serapan dana, pencapaian
dan rencana tindak lanjut kegiatan UPBS.
Koordinasi antar institusi di tingkat regional (stakeholders di provinsi dan
Kabupaten), khususnya ditingkat kabupaten dilaksanakan dalam bentuk
kunjungan dan pemaparan kegiatan kepada stakeholders (Dinas Pertanian dan
Badan Pelaksana Penyuluhan maupun BPSB Koordinator Wilayah Penyuluhan
Kabupaten Rejang Lebong, Seluma, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah dan Kota
Bengkulu).
Koordinasi dengan institusi di tingkat provinsi dan kabupaten, khususnya
dengan pihak BPSB provinsi maupun BPSB koordinator wilayah dilakukan untuk
terlaksananya kegiatan pengawalan dan sertifikasi benih padi, jagung maupun
kedelai.
Koordinasi di tingkat nasional telah dilakukan melalui pertemuan regional
peneliti penyuluh dan pustakawan Badan Litbang Pertanian di Bandung pada
tanggal 28 Februari sampai dengan 4 Maret 2013 di Hotel Ibis Jln. Gatot Subroto
Bandung Jawa Barat, selain itu juga dilakukan koordinasi pada Balai Besar
pengkajian dalam rangka perbaikan proposal, RDHP dan RODHP. Koordinasi
tingkat nasional dilakukan juga pada Balai Besar Padi dalam rangka
mendapatkan informasi ketersediaan benih padi baik itu varietas beserta
deskripsinya, volume benih, maupun kelas benih yang dibutuhkan dalam
kegiatan produksi benih di UPBS BPTP Bengkulu tahun 2013 (Tabel 1).
Koordinasi juga dilakukan ke Balitkabi dan Balitserealia dalam rangka
mendapatkan informasi ketersedian dan memperoleh benih kedelai dan jagung
untuk kegiatan produksi benih di UPBS BPTP Bengkulu. Hal ini untuk menjamin
jumlah dan varietas padi, jagung dan kedelai yang diintroduksi dari BB Padi,
Balitkabi dan Balitserelia pada tahun 2013 disajikan pada Tabel 1 dan 2.
17
Tabel 1. Varietas dan jumlah benih padi untuk kegiatan Produksi Benih/UPBS Tahun 2013.
No Varietas Jumlah (kg) Kelas benih
1 Inpari 6 25 Breeder Seed (BS)
2 Inpari 10 50 Breeder Seed (BS)
3 Inpari 13 25 Breeder Seed (BS)
4 Inpari 20 50 Fondation Seed (FS)
5 Inpago 8 50 Breeder Seed (BS)
Tabel 2. Varietas, jumlah benih jagung dan kedelai untuk kegiatan Produksi Benih/UPBS Tahun 2013
No Komoditas/Varietas Jumlah (kg) Kelas benih
Jagung
1 Sukmaraga 40 Breeder Seed (BS)
Kedelai
1 Anjasmoro 10 Breeder Seed (BS)
2 Burangrang 10 Breeder Seed (BS)
3 Tanggamus 10 Breeder Seed (BS)
4 Argomulyo 10 Breeder Seed (BS)
4.2. Menghimpun Data kebutuhan benih, varietas dan sebaran varietas
UPBS bertujuan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan benih sumber
di daerah. Data yang berkaitan dengan kebutuhan benih, varietas, dan
sebarannya sangat diperlukan agar benih yang diproduksi dapat dimanfaatkan
secara optimal. Data primer dan data sekunder digunakan dalam
menyampaiakan data kebutuhan benih, varietas dan sebaran varietas.
Koordinasi, komunikasi dan kunjungan ke stakeholders dilakukan untuk
mendapatkan data yang lengkap dan akurat. Luas tanam padi di Provinsi
Bengkulu tahun 2013 adalah seluas 137.727 Ha dengan kebutuhan benih padi
sebanyak 3.443,18 ton (Tabel 3). Selain itu juga di ketahui bahwa pertanaman
padi pada tahun 2011/2012 di Provinsi Bengkulu didominansi oleh varietas
Mekongga dan Cigeulis (Tabel 4). Sedangkan untuk komoditas jagung dan
kedelai di Provinsi Bengkulu didominansi oleh varietas Nusantara 1 dan
Anjasmoro (Tabel 4). Data luas baku sawah dan sebaran varietas tahun
18
2012/2013 yang diperoleh dibuat dalam bentuk peta, seperti yang disajikan pada
Lampiran 1 dan 2.
Dari BPSB-TPH Provinsi Bengkulu diperoleh data luas penangkaran dan
produksi padi per varietas di Provinsi Bengkulu sampai dengan bulan Mei tahun
2013, seperti yang disajikan pada Lampiran 3 dan 4.
Tabel 3. Sasaran luas tanam dan kebutuhan benih varietas padi di Provinsi Bengkulu tahun 2013.
No Kabupaten/Kota Sasaran Luas Tanam
(Ha) Kebutuhan Benih
(ton)
1 Bengkulu Utara 19.698 492.45
2 Bengkulu Selatan 16.076 401.90
3 Rejang Lebong 17.650 441.25
4 Kota Bengkulu 4.636 115.90
5 Muko-Muko 14.413 360.33
6 Seluma 23.685 592.13
7 Kaur 11.860 296.25
8 Kepahiang 6.280 157.00
9 Lebong 12.164 304.10
10 Bengkulu Tengah 11.265 281.63
Jumlah 137.727 3.443.18
30
Tabel 4. Dominansi varietas di Provinsi Bengkulu tahun 2011/2012.
No Kabupaten Varietas Varietas Varietas Varietas
Padi Non Hibrida Padi Lahan Kering Jagung Hibrida Kedelai
1 Bengkulu Tengah Bestari, Mekongga, Ciugelis Situbagendit, infago Anjosmoro
2 Kepahiang Mekongga, Ciugelis, Inpari 13 Bisi 16, Nusantara 1
3 Rejang Lebong Ciugelis, Infari 13, Mekongga Nusantara 1 Anjosmoro
4 Seluma Ciugelis, Ciherang, Bestari Inpago Nusantara 1 Anjosmoro
5 Kaur Mekongga, Ciugelis, Inpari 13, Bestari
6 Mukomuko Mekongga, Ciugelis, mikongga, cibogo
7 Bengkulu Utara Mekongga, Ciugelis, Inpari 13, Ciherang Inpago, Situbangendit
8 Bengkulu Selatan Mekongga
9 Lebong Mekongga, Infari 13, Mirah 1, Ciugelis
10 Kota Bengkulu Mekongga
31
4.3. Produksi benih sumber 4.3.1. Penentuan Lokasi dan Petani Kooperator
BPTP Bengkulu tidak mempunyai kebun percobaan (KP), maka untuk
produksi benih sumber dilakukan dilahan petani dengan sistem investasi dan
sewa lahan. Sistem investasi adalah sistem kerjasama dengan perjanjian bahwa
petani akan memberikan hasil panen padi dalam bentuk gabah atau calon benih
kepada pihak UPBS BPTP Bengkulu sebesar biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi benih dilahan petani kooperator/penangkar dengan harga sesuai
dengan harga benih pada waktu panen. Untuk produksi benih padi dilakukan
dengan menggunakan sistem kerja sama investasi, sistem kerjasama bagi hasil
tidak dapat dilakukan karena belum ada ketentuan atau kepastian untuk sistem
bagi hasil dalam usaha produksi benih padi. Sedagkan kerjasama dengan system
sewa lahan petani menginginkan sewa lahan yang cukup tinggi untuk per hektar
luas lahan sawah yaitu Rp. 17.000.000,- bahkan mencapai Rp. 25.000.000,-.
Lokasi dan petani dipilih berdasarkan kriteria : (1) Lokasi strategis,
(2) Kondisi lahan subur dan irigasi/drainase cukup, (3) Petani kooperatif dan
pernah menjadi penangkar benih. Berdasarkan kriteria di atas telah ditentukan
lokasi dan petani penangkar untuk komoditas padi, jagung dan kedelai (Tabel 6
dan 7).
32
Tabel 6. Petani kooperator, lokasi, dan sistem kerjasama kegiatan produksi benih padi UPBS BPTP Bengkulu tahun 2013.
No Komoditas Varietas Kelas Benih Luas (ha)
Petani Kooperator
Lokasi Sistem kerjasama
1 Padi
Inpara 2 Breeder Seed (BS)/Kuning
0,5 Yuniarti Ds. Rimbo Kedui Kec. Seluma Selatan Kab. Seluma
Investasi
Banyu Asin Breeder Seed (BS)/Kuning
0,5 Akral Ds. Rimbo Kedui Kec. Seluma Selatan Kab. Seluma
Inpari 13 Breeder Seed (BS)/Kuning
0,5 Balai Benih Padi
(Herman)
Balai Benih Padi Durian Mas Kec. Kota Padang Kab. Rejang Lebong
Inpari 13 Breeder Seed (BS)/Kuning
0,5 Winoto Kel. Rawa Makmur Kec. Muara Bangkahulu Kota Bengkulu
Inpari 20 FS/Putih 1,0 M. Nazori Kel. Kesambe Baru Kec. Curup Timur Kab. Rejang Lebong
Inpari 20 FS/Putih 1,0 M. Sazili Kel. Kesambe Baru Kec. Curup Timur Kab. Rejang Lebong
Inpari 20 FS/Putih 1,0 Yatiman Kel. Rimbo Recap Kec. Curup Selatan Kab. Rejang Lebong
Inpari 10 Breeder Seed (BS)/Kuning
1,0 Sofian Ds. Taba Penanjung Kec. Taba Penanjung kab. Bengkulu Tengah
Inpari 10 Breeder Seed
(BS)/Kuning
0,5 Ujang
Amrullah
Ds. Lubuk Ubar Kec. Curup Selatan Kab. Rejang Lebong
Inpari 10 Breeder Seed (BS)/Kuning
1,0 Balai Benih Padi
(Herman)
Balai Benih Padi Durian Mas Kec. Kota Padang Kab. Rejang Lebong
Inpago 8 Breeder Seed (BS)/Kuning
0,5 Ujang Amrullah
Ds. Lubuk Ubar Kec. Curup Selatan Kab. Rejang Lebong
Inpago 8 Breeder Seed (BS)/Kuning
0,5 Syamsul Anwar
Ds. Lubuk Ubar Kec. Curup Selatan Kab. Rejang Lebong
Inpago 8 Breeder Seed (BS)/Kuning
1,0 Ratna Nengsih
Ds. Lubuk Ubar Kec. Curup Selatan Kab. Rejang Lebong
Inpago 8 Breeder Seed (BS)/Kuning
1,0 Albasri Ds. Lubuk Ubar Kec. Curup Selatan Kab. Rejang Lebong
Total 10,5
33
Tabel 7. Petani kooperator, lokasi, dan sistem kerjasama kegiatan produksi benih jagung dan kedelai UPBS BPTP Bengkulu tahun 2013.
1 Jagung
Sukmaraga Breeder Seed (BS)/Kuning
0,5 Kartiman Ds. Teladan Kec. Curup Selatan Kab. Rejang Lebong
Sewa lahan Sukmaraga Breeder Seed
(BS)/Kuning 0,5 Ujang Ds. Teladan Kec. Curup Selatan Kab. Rejang Lebong
Total 1,0
2 Kedelai
Anjasmoro Breeder Seed (BS)/Kuning
0,25
Arfan Boy Kel Tempel Rejo Kec. Curup Selatan Kab. Rejang Lebong Sewa lahan
Argomulyo Breeder Seed (BS)/Kuning
0,25
Tanggamus Breeder Seed (BS)/Kuning
0,25
Burangrang Breeder Seed (BS)/Kuning
0,25
Total 1,00
34
4.3.2. Budidaya , panen , prosesing dan sertifikasi benih 4.3.2.1. Padi Budidaya
Varietas padi yang telah ditanam adalah Inpara 2, Banyuasin, Inpari 13,
Inpari 6, Inpari 10 dan Inpari 20 (Tabel 7). Teknik budidaya penangkaran adalah
sebagai berikut : 1) Sistem tanam legowo, 2) Tanam bibit muda, 2-3
bibit/rumpun 3) Pupuk dengan dosis 300 kg Ponska dan 200 kg Urea per hektar
4) Pengendalian OPT (gulma, hama, penyakit).
Varietas, lokasi pennagkaran, petani penangkar, dan waktu tanam
disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Lokasi dan waktu tanam penangkaran padi UPBS BPTP Bengkulu
No Varietas Petani Kooperator
Lokasi Waktu tanam
1 Inpara 2 Yuniarti Ds. Rimbo Kedui Kec.
Seluma Selatan Kab.
Seluma
11 April 2013
2 Banyu Asin Akral Ds. Rimbo Kedui Kec.
Seluma Selatan Kab.
Seluma
11 April 2013
3 Inpari 20 M. Nazori Kel. Kesambe Baru
Kec. Curup Timur Kab.
Rejang Lebong
11 Juni 2013
4 Inpari 20 M. Sazili Kel. Kesambe Baru
Kec. Curup Timur Kab.
Rejang Lebong
11 Juni 2013
5 Inpari 20 Yatiman Kel. Rimbo Recap Kec.
Curup Selatan Kab.
Rejang Lebong
18 Juni 2013
6 Inpari 10 BBI Durian Mas
(Herman)
Ds. Durian Mas Kec.
Kota Padang Kab.
Rejang Lebong
20 Juni 2013
7 Inpari 13 BBI Durian Mas
(Herman)
Ds. Durian Mas Kec.
Kota Padang Kab.
Rejang Lebong
20 Juni 2013
8 Inpari 13 Winoto Kel. Rawa Makmur
Kec. Muara
Bangkahulu Kota
Bengkulu
22 Juni 2013
9 Inpari 10 Sofian Ds. Taba Penanjung
Kec. Taba Penanjung
22 Juni 2013
10 Inpari 10 Ujang Amrullah Ds. Lubuk Ubar Kec. 29 Agustus 2013
35
Curup Selatan Kab.
Rejang Lebong
11 Inpago 8 Ujang Amrullah Ds. Lubuk Ubar Kec.
Curup Selatan Kab.
Rejang Lebong
29 Agustus 2013
12 Inpago 8 Syamsul Anwar Ds. Lubuk Ubar Kec.
Curup Selatan Kab.
Rejang Lebong
29 Agustus 2013
13 Inpago 8 Albasri Ds. Lubuk Ubar Kec.
Curup Selatan Kab.
Rejang Lebong
11 Oktober 2013
14 Inpago 8 Ratna Nengsih Ds. Lubuk Ubar Kec.
Curup Selatan Kab.
Rejang Lebong
22 Oktober 2013
15 Inpari 6 Juhandi Ds. Rimbo Recap Kec.
Curup Selatan Kab.
Rejang Lebong
15 November
2013
Roughing
Untuk produksi benih perlu dilakukan roughing. Roughing adalah
membuang tanaman tipe simpang (off type), campuran varietas lain (CVL) yang
memiliki ciri-ciri menyimpang dari varietas yang diperbanyak. Salah satu syarat
dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi.
Roughing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai dari fase vegetatif sampai
siap panen. Tujuan dari pelaksanaan roughing adalah agar produksi benih
memiliki kemurnian genetik yang tinggi sesuai dengan deskripsinya. Roughing
dilakukan dengan petugas pengawas benih tanaman (PBT) bersama dengan
penangkar dan tim UPBS BPTP Bengkulu.
Roughing pada fase vegetatif awal ( 35 – 45 HST) dan fase akhir vegetatif (50-60 HST)
Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan.
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang dari sebagian
besar rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dari sebagian
besar rumpun-rumpun lain.
Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).
36
Panen dan Pasca Panen
Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis,
atau apabila 90-95% malai telah menguning. Sebelum panen harus dipenuhi
kondisi, persyaratan dan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Pertanaman untuk
produksi benih dapat dipanen apabila sudah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan
oleh BPSB, 2) Sebelum dipanen, semua malai dari kegiatan rouging harus
dikeluarkan dari areal yang akan dipanen untuk menghindari tercampurnya calon
benih dengan malai sisa rouging, 3) disiapkan peralatan yang akan digunakan
untuk panen (sabit, karung, terpal, alat perontok atau thresher, karung, dan
tempat/alat pengering), 4) Alat-alat yang digunakan dibersihkan sebelum panen
dilakukan, 5) Dua baris tanaman yang paling pinggir dipanen terpisah dan gabah
dari tanaman tersebut tidak digunakan sebagai calon benih, 6) Panen dilakukan
dengan cara memotong batang tanaman di bagian tengah, kemudian bagian
tanaman yang dipanen dirontok dengan thresher, atau memotong batang
tanaman di bagian bawah dan bagian tanaman yang dipanen digebot,
7) Pengukuran kadar air biji atau benih pada saat tanaman dipanen
menggunakan moisture meter, 8) Calon benih kemudian dimasukkan ke dalam
karung dan diberi label: nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman, dan
berat calon benih, lalu diangkut dan segera dikeringkan.
Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih yang paling
mendapatperhatian petani adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan
sebagai kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak, dan berkembang
menjadi tanaman normal dalam kondisi lapang dengan kisaran yang lebih luas.
Untuk itu cara panen yang baik, perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan
gabah akan menentukan mutu benih.
Varietas yang telah dipanen diantaranya adalah : Inpara 2 dan Banyu
asin, Inpari 10, Inpari 13 dan Inpari 20. Kadar air merupakan faktor yang sangat
penting dalam pasca panen untuk benih. Kadar air benih pada saat panen
berkisar antara 14 % sampai dengan 21, 23 %. Kadar air yang rendah yaitu
11.03 %. Calon benih yang diangkut ke gudang UPBS BPTP Bengkulu berjumlah
3.250 kg yang merupakan bagi hasil dengan sistem investasi (Tabel 9). Calon
benih yang ada dipetani sudah disarankan untuk diproses menjadi benih.
37
Sebagian besar petani belum mampu memprosess benih dengan alasan
minimnya sarana, kebutuhan mendesak dan cukup rumit, pemasaran sulit.
Tabel 9. Vareitas, tanggal panen, hasil dan bagi hasil
No Varietas Tanggal Panen
Penangkaran/lokasi Hasil (Kg/ha))
Bagi Hasil (kg)
1 Banyu asin 10 Juli 2013
Akral/Rimbo Kedui, Seluma
3.000 385
2 Inpara 2 18 Juli 2013
Yuniarti/Rimbo Kedui, Seluma
2.500 615
3 Inpari 10 17 Agust 2013
Sofian/Taba Penanjung, Bengkulu Tengah
7.000 1.010
4 Inpari 13 Winoto/Rawa Makmur, Kota Bengkulu
200 40
5 Inpari 20 8 Okt 2013
Zazili 1.975 600
6 Inpari 20 12 Otk 2013
Yatiman/Rimbo Recap, Rejang
2.950 600
Jumlah 17.625 3.250
Prosesing dan Sertifikasi
Kadar air benih perlu segera diturunkan dengan cara menjemur atau
menggunakan alat pengering karena calon benih umum nya masih mempunyai
kadar air yang tinggi sekitar 21,23 %. Sebelum dikeringkan terlebih dahulu calon
benih dianginkan. Penjemuran juga dilakukan dengan menggunakan
hamparan/alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu
tinggi di bagian bawah hamparan. Kemudian dilakukan pembalikan benih secara
berkala dan hati-hati, pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan
kadar air benih dilakukan setiap 2-3 jam sekali. Pengeringan dilakukan hingga
kadar air telah mencapai atau telah memenuhi standar mutu benih bersertifikat
(13% atau lebih rendah).
Permasalahan dalam penjemuran dengan cara alami dengan
mengandalkan cahaya matahari adalah sangat tergantung cuaca. Di Bengkulu
cuaca tidak menentu, sering terjadi mendung dan hujan sehingga proses
pengeringan lambat dan memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang banyak.
Apabila penjemuran dilakukan di petani resiko benih tercampur tinggi.
38
Pengolahan meliputi pembersihan benih dan pemilahan (grading). Tujuan
pembersihan selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, dan daun
padi yang terikut) juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih
dalam skala kecil dapat dilakukan secara manual menggunakan nyiru (ditampi).
Untuk skala produksi yang lebih besar, penggunaan mesin pembersih benih (air
screen cleaner) untuk meningkatkan efisiensi pengolahan. Beberapa hal yang
perlu dilakukan dalam pengolahan benih mulai dari pengeringan sampai
pemilahan, terutama untuk menghindari benih tercampur dengan varietas lain, di
antaranya adalah:
Sebelum proses pengolahan dimulal perlu disiapkan, dicek peralatan, dan
dibersihkan alat-alat yang digunakan, serta dipastikan peralatan berfungsi
dengan baik dan benar-benar bersih dari kotoran maupun sisa-sisa benih
lainnya.
Untuk menghindarkan terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari
satu varietas diolah sampai selesai, kemudian baru dilakukan pengolahan
untuk varietas lainnya.
Menempatkan benih hasil pengolahan dalam karung yang baru dan diberi
label yang jelas di dalam dan diluar karung.
Mesin/alat pengolahan dibersihkan ulang dari sisa-sisa benih sebelumnya,
untuk pengolahan varietas yang lain. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghindari terjadinya campuran dengan varietas lain.
Pada Tahun 2013 UPBS BPTP Bengkulu telah menghasilkan calon benih
padi 3.250 kg untuk diproses menjadi benih bersertifikat. Calon benih yang
berasal dari lapangan ataupun yang sudah dijemur oleh petani kooperator masih
mempunyai kadar air yang cukup tinggi (14-21 %) dan kotoran yang cukup
banyak, sehingga masih perlu penjemuran ulang agar memenuhi persyaratan
untuk uji lab/sertifikasi benih. Setelah dilakukan pengeringan dan serangkaian
prosesing calon benih mengalami penyusutan sekitar 16,12 % atau setara
dengan 524 kg (Tabel 10).
Setelah calon benih bersih dan kering (kadar air 9-10 %) dilaporkan ke
BPSB untuk dilakukan pengembilan sampel dan pengujian laboratorium. Jika
proses uji laboratorium sudah selesai pihak BPSB memberikan infromasi ke UPBS
tentang hasil uji laboratorium yang dinyatakan dengan surat lulus atau tidak lulus
uji sertifikasinya. Jika lulus selanjutnya dicetakkan label.
39
Tabel 10. Berat benih bersih dan susut selama pengolahan benih padi
No Varietas Banih Masuk (Kg)
Berat Benih Bersih (Kg)
Susut
Keterangan (Kg) (%)
1 Inpari 10 1.010 975 35 3,47 Lulus sertifikasi
2 Inpari 13 40 32 8 20,00 Lulus sertifikasi
3 Inpari 20 600 500 100 16,67 Lulus sertifikasi
4 Inpari 20 600 500 100 16,67 Lulus sertifikasi
5 Banyu asin 385 289 96 29,94 Tidak lulus
6 Inpara 2 615 430 185 30,08 Lulus sertifikasi
Jumlah 3.250 2.726 524 16,12
Dari 2.726 kg benih yang diujikan ke BPSB, dinyatakan 2.437 kg calon
benih lulus sertifikasi dan memenuhi persyaratan untuk benih dengan kelas benih
FS dan SS. Salah satu varietas padi yang tidak lulus adalah varietas Banyu asin,
varietas ini mempunyai campuran benih lain (CBL) yang tinggi (3,3%). Hal ini
sebagai akibat dari minimnya sarana yang dimiliki oleh petani kooperator
sehingga tercampur pada saat penjemuran dengan varietas lainnya.
Pengemasan
Pengemasan selain mempermudah penyaluran/transportasi, juga
bertujuan untuk melindungi benih selama penyimpanan, terutama dalam
mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan hama dan penyakit.
Oleh karena itu, efektif tidaknya kemasan sangat ditentukan oleh
kemampuannya dalam mempertahankan kadar air benih, viabilitas benih, dan
serangan hama penyakit.
Sementara pengolahan benih berlangsung atau setelah selesai
pengolahan sambil menunggu hasil uji laboratorium dan label selesai dicetak,
benih dikemas dalam karung plastik yang dilapisi dengan kantong plastik di
bagian dalamnya. Untuk tujuan komersial, benih dikemas dalam kantong plastik.
Pengemasan dilakukan setelah contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB melalui
uji laboratorium. Label benih dimasukkan ke dalam kemasan sebelum di-sealed.
Pengemasan dan pemasangan label benih tersebut dilakukan untuk menghindari
pemalsuan.
40
Penyimpanan
Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi yang mampu
mempertahankan mutu benih selama periode simpan, bahkan lebih lama. Daya
simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih, mutu benih awal simpan, dan
kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang
layak disimpan. Kondisi ruang simpan yang nyata mempengaruhi daya simpan
benih adalah suhu dan kelembaban ruang penyimpanan.
Kondisi ruang simpan yang baik untuk benih-benih yang bersifat
ortodoks, termasuk padi, adalah pada kondisi kering dan dingin. Beberapa kaidah
yang berkaitan dengan penyimpanan benih adalah: (1) untuk setiap penurunan
1% kadar air atau 5,5°C suhu ruang simpan melipatgandakan daya simpan
benih. (2) ruang penyimpanan yang baik adalah apabila kelembaban relatif
(% RH) ditambah dengan suhu ruang simpan (°F) sama dengan 100. Untuk
memenuhi kondisi demikian, ruang simpan benih idealnya dilengkapi dengan AC
(air conditioner).
Setiap benih disimpan secara teratur dan setiap varietas terpisah dari
varietas lainnya. Penataan benih di gudang diatur serapi mungkin agar mudah
dikontrol, tidak mudah roboh, dan benih atau barang yang keluar masuk gudang
tidak terganggu dan mengganggu. Dibagian bawah tumpukan diberi balok kayu
agar benih tidak bersentuhan langsung dengan lantai ruang simpan.
4.3.2.2. Jagung
Budidaya
Varietas jagung yang telah ditanam adalah sukmaraga (Tabel 11).
Teknik budidaya penangkaran adalah sebagai berikut : 1) Jarak tanam 40x75cm,
2) Tanam 1-2 biji per lubang, 3) Pupuk dengan dosis 300 kg Ponska dan 200 kg
Urea per hektar 4) Pengendalian OPT (gulma, hama, penyakit). Varietas, lokasi
pennagkaran, petani penangkar, dan waktu tanam disajikan pada Tabel 11.
41
Tabel 11. Lokasi, varietas dan waktu tanam produksi benih jagung
No Varietas Petani
Kooperator
Lokasi Waktu Tanam
1 Sukmaraga Kartiman Ds. Teladan Kec. Curup
Selatan Kab. Rejang
Lebong
9 April 2013
2 Sukmaraga Ujang Ds. Teladan Kec. Curup
Selatan Kab. Rejang
Lebong
29 April 2013
Roughing
Roughing dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang
menyimpang dari kondisi genotipe yang semestinya. Panduan yang digunakan
dalam roughing tanaman adalah warna batang, warna daun, tinggi tongkol,
tinggi batang, umur berbunga, warna rambut, warna malai yang menyimpang
dan tanaman yang terinfeksi penyakit segera dibuang.
Untuk produksi benih perlu dilakukan roughing. Roughing adalah
membuang tanaman tipe simpang (off type), campuran varietas lain (CVL) yang
memiliki ciri-ciri menyimpang dari varietas yang diperbanyak. Salah satu syarat
dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi.
Roughing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai dari fase vegetatif sampai
siap panen. Tujuan dari pelaksanaan roughing adalah agar produksi benih
memiliki kemurnian genetik yang tinggi sesuai dengan deskripsinya. Roughing
dilakukan dengan petugas pengawas benih tanaman (PBT) bersama dengan
penangkar dan tim UPBS BPTP Bengkulu.
Panen dan Pasca Panen
Sebelum panen, tanaman yang sudah tua dipangkas pucuknya, tepat di
atas tongkol, dan selanjutnya dibiarkan di lapangan sekitar 10 hari. Hal ini
dilakukan agar kadar air tongkol panen dapat turun di bawah 30% sehingga
tidak memerlukan waktu yang terlalu lama untuk menurunkan kadar air tongkol
layak giling yang dianjurkan berkisar antara 16-17% (Tabel 12).
a. Pengupasan
Jagung dikupas pada saat masih menempel di batang atau setelah di
petik. Pengupasan dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol
42
dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan
kerusakan atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat
memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan.
b. Pengeringan
Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan.
Secara tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar air
9–11%. Penjemuran memakan waktu ± 7-8 hari. Penjemuran dapat
dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat
dan digantung.
Pengeringan buatan pada musim hujan dilakukan dengan mesin
pengering, Suhu pengeringan 38-430 C, sehingga kadar air turun menjadi
12-13%. Penundaan waktu pengeringan selama 2 hari dapat meningkatkan
kontaminasi Aspergilus flavus yang dapat meningkatkan alfa toxin yang
dapat meracuni manusia dan hewan. Dari 14 pbb menjadi 94 pbb (ambang
batas Aspergilus flavus menurut FAO 30 (pbb).
c. Pemipilan
Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil menggunakan tangan
atau alat pemipil bila jumlah produksi cukup besar. Untuk memudahkan
pekerjaan pemipilan dilakukan pada tongkol kering dan kadar air bji 18%-
20%.
Tabel 12. Tanggal panen dan kadar air benih jagung saat panen
No Varietas Tanggal Panen Penangkar/Lokasi Hasil (Kg/ha)
Kadar Air Benih Saat Panen (%)
1 Sukmaraga 20 Agust 2013 Kartiman/ Teladan, Rejang Lebong
1.300 23,08
2 Sukmaraga 21 Sept 2013 Ujang/Teladan, Rejang Lebong
650 24,24
Jumlah 1.950
Prosesing dan Sertifikasi
Kadar air benih perlu segera diturunkan dengan cara menjemur atau
menggunakan alat pengering karena calon benih umum nya masih mempunyai
kadar air yang tinggi sekitar 21,23 %. Sebelum dikeringkan terlebih dahulu calon
benih dianginkan. Penjemuran juga dilakukan dengan menggunakan
hamparan/alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu
43
tinggi di bagian bawah hamparan. Kemudian dilakukan pembalikan benih secara
berkala dan hati-hati, pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan
kadar air benih dilakukan setiap 2-3 jam sekali. Pengeringan dilakukan hingga
kadar air telah mencapai atau telah memenuhi standar mutu benih bersertifikat
(13% atau lebih rendah).
Permasalahan dalam penjemuran dengan cara alami dengan
mengandalkan cahaya matahari adalah sangat tergantung cuaca. Di Bengkulu
cuaca tidak menentu, sering terjadi mendung dan hujan sehingga proses
pengeringan lambat dan memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang banyak.
Apabila penjemuran dilakukan di petani resiko benih tercampur tinggi.
Pengolahan meliputi pembersihan benih dan pemilahan (grading). Tujuan
pembersihan selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, dan daun
padi yang terikut) juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih
dalam skala kecil dapat dilakukan secara manual menggunakan nyiru (ditampi).
Untuk skala produksi yang lebih besar, penggunaan mesin pembersih benih (air
screen cleaner) untuk meningkatkan efisiensi pengolahan. Beberapa hal yang
perlu dilakukan dalam pengolahan benih mulai dari pengeringan sampai
pemilahan, terutama untuk menghindari benih tercampur dengan varietas lain, di
antaranya adalah:
Sebelum proses pengolahan dimulal perlu disiapkan, dicek peralatan, dan
dibersihkan alat-alat yang digunakan, serta dipastikan peralatan berfungsi
dengan baik dan benar-benar bersih dari kotoran maupun sisa-sisa benih
lainnya.
Untuk menghindarkan terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari
satu varietas diolah sampai selesai, kemudian baru dilakukan pengolahan
untuk varietas lainnya.
Menempatkan benih hasil pengolahan dalam karung yang baru dan diberi
label yang jelas di dalam dan diluar karung.
Mesin/alat pengolahan dibersihkan ulang dari sisa-sisa benih sebelumnya,
untuk pengolahan varietas yang lain. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghindari terjadinya campuran dengan varietas lain.
Pada Tahun 2013 UPBS BPTP Bengkulu telah menghasilkan calon benih
jagung 1.030 kg setelah dipipil untuk diproses menjadi benih bersertifikat. Calon
benih yang berasal dari lapangan ataupun yang sudah dijemur oleh petani
44
kooperator masih mempunyai kadar air yang cukup tinggi (23-24 %), sehingga
masih perlu penjemuran ulang agar memenuhi persyaratan untuk uji
lab/sertifikasi benih. Setelah dilakukan pengeringan dan serangkaian prosesing
calon benih mengalami penyusutan sekitar 58,25 % atau setara dengan 430 kg
(Tabel 13).
Setelah calon benih bersih dan kering (kadar air 10-12 %) dilaporkan ke
BPSB untuk dilakukan pengembilan sampel dan pengujian laboratorium. Jika
proses uji laboratorium sudah selesai pihak BPSB memberikan infromasi ke UPBS
tentang hasil uji laboratorium yang dinyatakan dengan surat lulus atau tidak lulus
uji sertifikasinya. Jika lulus selanjutnya dicetakkan label.
Tabel 13. Berat benih bersih dan susut selama pengolahan benih jagung
No Varietas
Benih Masuk dengan Tongkol
(Kg)
Benih Masuk setelah dipipil (Kg)
Berat Benih Bersih (Kg)
Susut
Keterangan (Kg) (%)
1 Sukmaraga 1.950 1.030 430 600 58,25 Lulus
sertifikasi
Jumlah 1.950 1.030 430 600 58,25
Pengemasan
Pengemasan selain mempermudah penyaluran/transportasi, juga
bertujuan untuk melindungi benih selama penyimpanan, terutama dalam
mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan hama dan penyakit.
Oleh karena itu, efektif tidaknya kemasan sangat ditentukan oleh
kemampuannya dalam mempertahankan kadar air benih, viabilitas benih, dan
serangan hama penyakit.
Sementara pengolahan benih berlangsung atau setelah selesai
pengolahan sambil menunggu hasil uji laboratorium dan label selesai dicetak,
benih dikemas dalam karung plastik yang dilapisi dengan kantong plastik di
bagian dalamnya. Untuk tujuan komersial, benih dikemas dalam kantong plastik.
Pengemasan dilakukan setelah contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB melalui
uji laboratorium. Label benih dimasukkan ke dalam kemasan sebelum di-sealed.
Pengemasan dan pemasangan label benih tersebut dilakukan untuk menghindari
pemalsuan.
45
Penyimpanan
Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi yang mampu
mempertahankan mutu benih selama periode simpan, bahkan lebih lama. Daya
simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih, mutu benih awal simpan, dan
kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang
layak disimpan. Kondisi ruang simpan yang nyata mempengaruhi daya simpan
benih adalah suhu dan kelembaban ruang penyimpanan.
Kondisi ruang simpan yang baik untuk benih-benih yang bersifat
ortodoks, termasuk padi, adalah pada kondisi kering dan dingin. Beberapa kaidah
yang berkaitan dengan penyimpanan benih adalah: (1) untuk setiap penurunan
1% kadar air atau 5,5°C suhu ruang simpan melipatgandakan daya simpan
benih. (2) ruang penyimpanan yang baik adalah apabila kelembaban relatif
(% RH) ditambah dengan suhu ruang simpan (°F) sama dengan 100. Untuk
memenuhi kondisi demikian, ruang simpan benih idealnya dilengkapi dengan AC
(air conditioner).
Setiap benih disimpan secara teratur dan setiap varietas terpisah dari
varietas lainnya. Penataan benih di gudang diatur serapi mungkin agar mudah
dikontrol, tidak mudah roboh, dan benih atau barang yang keluar masuk gudang
tidak terganggu dan mengganggu. Dibagian bawah tumpukan diberi balok kayu
agar benih tidak bersentuhan langsung dengan lantai ruang simpan.
4.3.2.3. Kedelai
Budidaya
Ada empat varietas kedelai yang ditanam yaitu Anjasmoro, Argomulyo,
Tanggamus dan Burangrang (Tabel 14). Dengan teknik budidaya diantaranya :
1) Perlakuan benih dengan seed treatment antara lain dengan 250 kg Ryzhobium
per hektar, 2) Untuk mencegah hama lalat kacang, benih ditugal pada
kedalaman 2 – 3 cm, dan diberikan Furadan terlebih dahulu, 3) Jarak tanam
40x10 cm, 4) Jumlah benih 2-3 biji/lubang, 5) Pemupukan dengan dosis urea
100 kg, pupuk KCL 75 kg, SP-36 100 kg dan KCL 75 kg.
46
Tabel 14. Lokasi dan waktu tanam penangkaran kedelai di Kabupaten Rejang Lebong tahun 2013.
Komoditas Varietas Kelas Benih Luas
(ha)
Petani
Kooperator
Lokasi Waktu
Tanam
Kedelai
Anjasmoro Breeder Seed
(BS)/Kuning
0,25
Arfan Boy
Kel Tempel
Rejo Kec.
Curup
Selatan Kab.
Rejang
Lebong
4 Mei
2013
Argomulyo Breeder Seed
(BS)/Kuning
0,25 5 Mei
2013
Tanggamus Breeder
Seed
(BS)/Kuning
0,25 5 Mei
2013
Burangrang Breeder
Seed
(BS)/Kuning
0,25 6 Mei
2013
Rouging
Rouging bertujuan untuk menjaga kemurnian benih. Rouging
dilaksanakan sebanyak 3 kali, yaitu : 1) Pada saat tanaman berumur 2 minggu,
2) Pada saat tanaman awal berbunga, 3) Pada saat tanaman menjelang panen.
Untuk produksi benih perlu dilakukan roughing. Roughing adalah
membuang tanaman tipe simpang (off type), campuran varietas lain (CVL) yang
memiliki ciri-ciri menyimpang dari varietas yang diperbanyak. Salah satu syarat
dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi.
Roughing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai dari fase vegetatif sampai
siap panen.
Tujuan dari pelaksanaan roughing adalah agar produksi benih memiliki
kemurnian genetik yang tinggi sesuai dengan deskripsinya. Roughing dilakukan
dengan petugas pengawas benih tanaman (PBT) bersama dengan penangkar
dan tim UPBS BPTP Bengkulu.
Panen dan Pasca Panen
Saat panen harus tepat (cukup tua) umur kedelai berkisar antara 72-90
hari tergantung varietasnya, secara visual saat panen ditandai dengan daun
berwarna kuning coklat kehitaman dan rontok, batang telah kering serta polong
berwarna coklat dan pecah, pada kondisi normal kadar air berkisar 20-24%
(Tabel 15). Waktu panen yang dianjurkan adalah dipagi hari dengan cara
memotong pangkal batang menggunakan sabit. Tanaman diupayakan tidak
47
tercabut agar bintil akar Rhizobium tetap dalam tanah sebagai pupuk. Hasil
pemotongan dikumpulkan secara teratur dan dipisahkan bila tingkat
kematangannya berbeda, pengumpulan dilakukan dengan baik sehingga tidak
ada yang tercecer. Selanjutnya dilakukan :
a. Pengeringan
Pengeringan brangkasan untuk memudahkan perontokan/pembijian
dilakukan dengan sinar matahari atau pengeringan buatan jika musim hujan.
Pengeringan dilakukan sampai kadar air 17%. Setelah pembijian dilakukan
lagi pengeringan sampai kadar air 14%. Pada musim hujan pengeringan
harus dibantu dengan peralatan dryer.
b. Pembijian
Pembijian dialkuka degan alat perontok/thresher sampai biji terpisah dari
polongnya. Pada saat pembijian kadar air biji 14-17 % dengan kecepatan
silinder mesin 350-400 RPM.
c. Pembersihan biji
Biji kedelai ditampi, digrider diseleksi atas ukuran biji, warna kulit, keutuhan
biji, besar biji, kemudian dijemur dilantai jemur sampai kadar 8-14 %.
Pengeringan harus dilakukan secepatnya untuk mempertahankan daya
tumbuh. Cara menjemur calon benih di atas lantai beralas terpal atau karung
plastik, dengan ketebalan tumpukan biji calon benih 3-5 cm.
Tabel 15. Tanggal panen dan kadar air benih kedelai saat panen
No
Varietas Kelas Benih
Tanggal Panen Penangkar/ Lokasi
Bobot Calon Benih (Kg)
Kadar Air Benih Saat
Panen (%)
1 Anjasmoro FS/Putih 23 Agust 2013 Arfan Boy/Tempel Rejo, Rejang Lebong
100 14,00
2 Argomulyo FS/Putih 23 Agust 2013 Arfan Boy/Tempel Rejo, Rejang Lebong
100 14,50
3 Tanggamus FS/Putih 24 Agust 2013 Arfan Boy/Tempel Rejo, Rejang Lebong
100 14,10
4 Burangrang FS/Putih 24 Agust 2013 Arfan Boy/Tempel
Rejo, Rejang Lebong
100 14,65
Jumlah 400
48
Prosesing dan Sertifikasi
Kadar air benih perlu segera diturunkan dengan cara menjemur atau
menggunakan alat pengering karena calon benih umum nya masih mempunyai
kadar air yang tinggi sekitar 14,65 %. Sebelum dikeringkan terlebih dahulu calon
benih dianginkan. Penjemuran juga dilakukan dengan menggunakan
hamparan/alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu
tinggi di bagian bawah hamparan. Kemudian dilakukan pembalikan benih secara
berkala dan hati-hati, pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan
kadar air benih dilakukan setiap 2-3 jam sekali. Pengeringan dilakukan hingga
kadar air telah mencapai atau telah memenuhi standar mutu benih bersertifikat
(13% atau lebih rendah).
Permasalahan dalam penjemuran dengan cara alami dengan
mengandalkan cahaya matahari adalah sangat tergantung cuaca. Di Bengkulu
cuaca tidak menentu, sering terjadi mendung dan hujan sehingga proses
pengeringan lambat dan memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang banyak.
Apabila penjemuran dilakukan di petani resiko benih tercampur tinggi.
Pengolahan meliputi pembersihan benih dan pemilahan (grading). Tujuan
pembersihan selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, dan daun
padi yang terikut) juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih
dalam skala kecil dapat dilakukan secara manual menggunakan nyiru (ditampi).
Untuk skala produksi yang lebih besar, penggunaan mesin pembersih benih (air
screen cleaner) untuk meningkatkan efisiensi pengolahan. Beberapa hal yang
perlu dilakukan dalam pengolahan benih mulai dari pengeringan sampai
pemilahan, terutama untuk menghindari benih tercampur dengan varietas lain, di
antaranya adalah:
Sebelum proses pengolahan dimulal perlu disiapkan, dicek peralatan, dan
dibersihkan alat-alat yang digunakan, serta dipastikan peralatan berfungsi
dengan baik dan benar-benar bersih dari kotoran maupun sisa-sisa benih
lainnya.
Untuk menghindarkan terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari
satu varietas diolah sampai selesai, kemudian baru dilakukan pengolahan
untuk varietas lainnya.
Menempatkan benih hasil pengolahan dalam karung yang baru dan diberi
label yang jelas di dalam dan diluar karung.
49
Mesin/alat pengolahan dibersihkan ulang dari sisa-sisa benih sebelumnya,
untuk pengolahan varietas yang lain. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghindari terjadinya campuran dengan varietas lain.
Pada Tahun 2013 UPBS BPTP Bengkulu telah menghasilkan calon benih
kedelai 400 kg untuk diproses menjadi benih bersertifikat. Calon benih yang
berasal dari lapangan ataupun yang sudah dijemur oleh petani kooperator masih
mempunyai kadar air yang cukup tinggi (14-21 %) dan kotoran yang cukup
banyak, sehingga masih perlu penjemuran ulang agar memenuhi persyaratan
untuk uji lab/sertifikasi benih. Setelah dilakukan pengeringan dan serangkaian
prosesing calon benih mengalami penyusutan sekitar 55,25 % atau setara
dengan 221 kg (Tabel 16).
Setelah calon benih bersih dan kering (kadar air 9-10 %) dilaporkan ke
BPSB untuk dilakukan pengembilan sampel dan pengujian laboratorium. Jika
proses uji laboratorium sudah selesai pihak BPSB memberikan infromasi ke UPBS
tentang hasil uji laboratorium yang dinyatakan dengan surat lulus atau tidak lulus
uji sertifikasinya. Jika lulus selanjutnya dicetakkan label.
Tabel 16. Berat benih bersih dan susut selama pengolahan benih kedelai
No Varietas
Benih
Masuk (Kg)
Berat Benih
Bersih
(Kg)
Susut
Keterangan (Kg) (%)
1 Anjasmoro 100 70 30 30 Dalam proses sertfikasi
2 Argomulyo 100 50 50 50 Dalam proses sertfikasi
3 Tanggamus 100 60 40 40 Lulus sertifikasi
4 Burangrang 100 41 59 59 Dalam proses sertfikasi
Jumlah 400 221 179
4.4. Distribusi benih
Benih padi yang telah lulus sertifikasi dan telah berlabel sebanyak 2.437
kg (per 29 November 2013) telah terdistribusi secara komersial sebanyak 909 kg,
yang terdiri dari varietas Inpari 10 sebanyak 46 kg, Inpari 20 sebanyak 660 kg,
dan Inpara 2 sebanyak 203 kg (Tabel 17) .
Distiribusi benih padi pada umumnya ke petani penangkar dan instansi
pertanian. Distibusi benih secara komersial dilakukan sesuai dengan peraturan
pemerintah Nomor 48 Tahun 2012. Untuk kelas benih FS didistribusikan dengan
harga Rp. 9000/kg, kelas benih SS dengan harga Rp. 7000/kg. Pendistribusian
benih padi UPBS BPTP Bengkulu secara rinci disajikan pada Tabel 17.
51
Tabel 17. Distribusi benih padi hasil produksi UPBS tahun 2013
1. Padi
No Varietas Kelas Benih
Banyaknya (Kg)
Harga (Rp/Kg)
Tanggal dikeluarkan
Penerima/Penangkar Alamat No. Telp/HP
1 Inpara 2 FS 100 9000 8 Nov 2013 Dinas Pertanian Kab. Mukomuko (Kabid Pertanian)
Kab. Mukomuko 081377842488
2 Inpari 20 SS 30 7000 9 Nov 2013 Aan Air Duku Kab. Rejang Lebong
082177666344
3 Inpara 2 FS 5 9000 11 Nov 2013 Hatta Lubuk Durian, Kab. Bengkulu Utara
085219300864
4 Inpari 20 SS 440 7000 12 Nov 2013 Mawazin, SPKP Seluma Timur Kab. Seluma
085368625465
5 Inpari 20 SS 100 7000 12 Nov 2013 Yanti Sawah Lebar Kota Bengkulu
081367019655
6 Inpari 10 FS 15 9000 14 Nov 2013 Rijuwan Pematang Gubernur Kota Bengkulu
085267265120
7 Inpara 2 FS 48 9000 15 Nov 2013 Eko Darminto Aspol Kembangseri Kab. Bengkulu Tengah (sawah di Kota Bengkulu)
085381708654
8 Inpari 20 SS 20 7000 18 Nov 2013 Johan Syafri Tj. Agung Kota Bengkulu
081539328371
9 Inpari 10 FS 11 9000 19 Nov 2013 Isma Fuji/Ali Basri Tj. Dalam Ulu Kupai Kab. Bengkulu Utara
082179998455
52
10 Inpari 20 SS 25 7000 18 Nov 2013 Heni Taba Penanjung Kab. Bengkulu Tengah
085273410949
11 Inpari 20 SS 30 7000 25 Nov 2013 Azumri Semarang Kota Bengkulu
081539374702 (Yanhar)
12 Inpari 10 FS 20 9000 25 Nov 2013 Azhari Tj. Jaya Kota Bengkulu
082371103576 (Roby)
13 Inpara 2 FS 30 9000 25 Nov 2013 Burhan Jl. Samsul Bahrun Kota Bengkulu
081373565674 (Hendri)
14 Inpari 20 SS 15 7000 26 Nov 2013 Suardi Pekik Nyaring, Kab. Bengkulu Tengah
0811738673
15 Inpara 2 FS 10 9000 27 Nov 2013 Madin Jl. Samsul Bahrun Kota Bengkulu
081373565674 (Hendri)
16 Inpara 2 FS 10 9000 28 Nov 2013 Suratno Jayakarta Dsn III, Kab. Bengkulu Tengah
082175671769
Jumlah 909
53
Untuk benih jagung per 29 November belum terdistribusi baik itu secara
promosi maupun komersial karena belum ada peminat. Sedangkan untuk kedelai
belum terdistribusi karena masih dalam proses sertifikasi/uji laboratorium dan
pelabelan.
4.5. Promosi dan Diseminasi UPBS
Untuk lebih memasyarakatkan VUB yang dihasilkan oleh UPBS maka
dilakukan serangkaian kegiatan promosi dan diseminasi melalui kegiatan temu
lapang, temu usaha, sosialisasi dan promosi (pertemuan dan media cetak).
Media cetak (leaflet, brosur dan buku) yang disebarluaskan adalah profil UPBS
BPTP Bengkulu, produk UPBS, deskripsi varietas, baliho, maupun neon box.
4.6. Survey aktivitas, sapras, permasalahan peran dan dukungan lembaga perbenihan
Survey ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas, sapras, dan
permasalahan peran dari lembaga perbenihan (BPSB, BBI, BBU, penangkar dll).
Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa di Provinsi Bengkulu ada 6
Kabupaten/kota yang memiliki Balai Benih Padi, keragaaan lembaga perbenihan
di Provinsi Bengkulu disajikan pada Tabel 18.
Empat kabupaten yang tidak memiliki lembaga perbenihan adalah
Kabupaten Seluma, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah dan Kepahiang. Bengkulu
Utara dan Seluma merupakan sentra produksi padi di Provinsi Bengkulu tetapi
tidak memiliki lembaga perbenihan. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengelolaan
perbenihan belum fokus, walaupun telah disadari bahwa benih merupakan salah
satu komponen teknologi yang mampu mengungkit produktivitas dan produksi
beras. Kondisi ini mungkin juga berkaitan dengan kebijakan ataupun regulasi
pemerintah pusat, terutama dalam pengadaan benih unggul berbantuan seperti
BLBU maupun benih bersubsidi. Regulasi penyaluran BLBU dan benih bersubsidi
membuat penangkar maupun lembaga perbenihan di daerah tidak bergairah,
dikaitkan dengan harga dan sasaran pasar yang kurang menguntungkan.
Sebagai gambaran, pada tahun 2013, sekitar 60-70% dari luas areal tanam
sudah mendapatkan program SL-PTT, dengan benih bersubsidi.
54
Tabel 18. Keragaan lembaga perbenihan padi di Provinsi Bengkulu
BBI/BBU KABUPATEN DAN ORDINAT SAWAH (HA)
PRODUKSI /TAHUN (TON)
SDM KELEMBAGAAN PERMASALAHAN
Balai Benih Induk (Dinas Pertanian Provinsi)
Kepahiang S.03.37.284 E.102.33.395 Elevasi 574 m
2,00 4,00 13 Eselon III - Bangunan banyak yang sudah rusak - Peralatan prosesing terbatas - Saluran air irigasi rusak sehingga pemanfaatan lahan
tidak optimal
Balai Benih Induk Mukomuko 2,00 4,00 1 Masih di bawah Kabid. Pertanian
- SDM sangat terbatas - Peralatan prosesing dan laboratorium minim - Sistem pengganggaran belum jelas - Kelembagaan masih di bawah Kabid. Produksi
Balai Benih Padi dan Palawija Lebong S. 03.08.280 E. 102.14.578 Elevation 360 m
5,54 5,00 7 Eselon IV - SDM sangat terbatas - Perlu peningkatan kompetensi SDM, pelatihan sangat
terbatas - Peralatan prosesing dan laboratorium minim - Anggaran terbatas
Balai Benih Padi dan Palawija Rejang Lebong S.03.27.112 E.102.29.803 Elevation 628 m
3,00 3,00 6 & 1 Eselon IV - Peralatan prosesing terbatas - Saluran air irigasi rusak sehingga pemanfaatan lahan
tidak optimal - Anggaran dan SDM terbatas
Balai Benih Pembantu Kota Bengkulu S.03.27.111 E.102.29.804 Elevation 42 m
8,00 0,00 9 Masih di bawah Kabid. Pertanian
- Peralatan prosesing dan laboratorium minim - Sistem pengganggaran belum jelas - Kelembagaan masih di bawah Kabid. Produksi - Anggaran tidak tersedia
Balai Benih Pembantu Bengkulu Selatan S.03.09.593 E.102.10.131 Elevation 36 m
5,00 5,00 3 Eselon IV - Peralatan prosesing terbatas - Perlu peningkatan kompetensi SDM, pelatihan sangat
terbatas - Saluran air irigasi rusak sehingga pemanfaatan lahan
tidak optimal - Anggaran dan SDM terbatas - SDM Terb
Balai Benih Utama Padi Kaur S.04. 26.734 E 102.54.305 Elevation 14 m
1,5 1,50 3 Masih di bawah Kabid. Pertanian
- Peralatan prosesing terbatas - Saluran air irigasi rusak sehingga pemanfaatan lahan
tidak optimal - Anggaran dan SDM terbatas
55
Tabel 18 menunjukkan bahwa lembaga perbenihan di Provinsi Bengkulu
masih belum tangguh dan sehat. Hal ini dikaitkan dengan produktifitas, efisiensi,
daya saing, dan berkelanjutan produksi belum tergambar secara jelas. Kondisi ini
juga memberikan gambaran bahwa lembaga perbenihan belum mendapatkan
perhatian yang cukup serius.
Jika dicermati dari segi agroekosistemnya, terutama ketinggian tempat
dari lokasi lembaga perbenihan posisinya berada pada kategori dataran rendah
hingga dataran menengah (14-628 m di atas permukaan laut, dpl). Varietas
spesifik lokasi yang adaptif juga perlu diketahui oleh pengelola lembaga
perbenihan agar dapat memilih varietas yang adaptif, tepat dan sesuai dengan
preferensi petaninya. Hal ini dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik
dan toleran terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik sehingga dapat
mengurangi resiko kegagalan dan produktivitasnya tinggi. Ke depan lembaga
perbenihan daerah hendaknya tidak hanya berperan sebagai penyedia benih,
tetapi juga bersinergi dengan para penyuluh berupaya untuk mendiseminasikan
varietas-varietas yang dihasilkan agar ada akselerasi adopsi dan difusi antar
petani.
Dilihat dari aspek kelembagaannya, penamaan lembaga perbenihan di
tiap kabupaten berbeda-beda. Masing-masing lembaga perbenihan di Kabupaten
dan provinsi belum terjalin networking yang baik. Hal ini ditunjukkan dari asal
benih sumber dan promosinya yang juga belum berjalan dengan baik. Tiap
lembaga terkesan melaksanakan tupoksinya masing-masing tanpa atau dengan
kadar koordinasi dan integrasi yang minim.
Dilihat dari aspek luas lahan sawah yang dimiliki oleh lembaga perbenihan
juga vareatif mulai dari 1 sampai dengan 8 ha, padahal ada ketentuan luas
minimal yang dipersyaratkan untuk dapat mencapai output dan kinerja lembaga
perbenihan. Dengan luas lahan yang hanya 1 ha, mungkin tidak efisien jika
dibandingkan dengan jumlah ataupun investasi infrastruktur, bangunan dan
SDM. Sementara lembaga perbenihan dengan lahan yang cukup luas, 8 ha
misalnya, tidak mempunyai anggaran yang memadai untuk operasional.
Peran lembaga perbenihan sebagai penyediaan benih padi dan
pengungkit peningkatan produksi beras secara regional maupun nasional perlu
dibangun dengan komitmen yang baik dari berbagai pihak.
56
V. KESIMPULAN
1. Kebutuhan benih padi di Provinsi Bengkulu mencapai 3.443 ton dan masih
didominasi oleh varietas Mekongga dan Cigeulis, kebutuhan benih jagung
didominasi oleh varietas Hibrida, sedangkan kedelai didominasi oleh
Anjasmoro.
2. UPBS mampu mendukung penyediaan benih sumber VUB baru dalam jumlah
cukup untuk mewujudkan 6 tepat (waktu, varietas, jumlah, mutu, lokasi dan
harga) perbenihan.
3. UPBS telah berperan dalam mempercepat adopsi VUB yang direalisasi
Badan Litbang melalui produksi benih, distribusi benih, promosi, pembinaan
penangkar dan berbagai pertemuan.
4. Kinerja lembaga perbenihan belum optimal, memiliki permasalahan yang
komplik dan perlu kebijakan dan pendanaan khusus.
57
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2011. Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian
Nomor 142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tentang Unit Pengelola Benih Sumber. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2013a. Petunjuk
Teknis UPBS. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2013b. Petunjuk
Teknis Produksi Benih. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.
BPS. 2011. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Padi Seluruh
Provinsi. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?eng=0. BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Bengkulu Nomor
43/11/17/Th. V, 1 November 2011. BPS Provinsi Bengkulu. Daradjat, A.A., Agus S., A.K. Makarim, A. Hasanuddin. 2008. Padi – Inovasi
Teknologi Produksi. Buku 2. LIPI Press. Jakarta. Hanizar, M. dan Barianto. 2011. Persyaratan dan Tatacara Sertifikasi Benih Bina
Tanaman Pangan. Makalah disampaikan dalam Temu Lapang Penangkaran Padi di Kota Bengkulu tanggal 12 Desember 2011. BPSB-TPH Provinsi Bengkulu.
Harini, R. 2003. Tingkat Efisiensi Perubahan Usahatani Padi di Kecamatan
Seyegan. Majalah Geografi Indonesia 17(2): 81-94. Irawan, B. 2011. Prosedur Penangkaran Benih Padi. Makalah disampaikan dalam
Sosialisasi Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Kegiatan Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) di Kabupaten Bengkulu Utara tanggal 13 Desember 2011. BPSB-TPH Provinsi Bengkulu.
Wibawa, W., Yahumri, Yesmawati, Y. Oktavia, S. Rosmanah, Nurmegawati,
J. Firison, T. Rahman, T. Wahyuni, B. Honorita, dan T. Hidayat. 2012. Laporan Akhir Tahun Kegiatan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu: Kementerian Pertanian..
Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun
2010-2014. Jakarta: Kementerian Pertanian. Kustiyanto. 2001. Kriteria seleksi untuk sifat toleran cekaman lingkungan biotik
dan abiotik. Makalah Penelitian dan Koordinasi pemuliaan Partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multilokasi. Sukamandi.
Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama
Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p.
58
Manuwoto. 1992. Sinkronisasi Kebijakan dalam Perencanaan dan
Pelaksanaan Pembangunan, Suatu Upaya Pencegahan Alih Fungsi Lahan. Dalam: Utomo, M., E. Rivai, dan A. Thahar (Ed.). Pembangunan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Bandar Lampung: Universitas Lampung. p. 45-57.
Nugraha, U.S, Sri Wahyuni, M.Y. Samaullah, dan A. Ruskandar. 2007. Perbenihan
di Indonesia. Prosiding Hasil Penelitian Padi Tahun 2007. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang – Jawa Barat.
Rubiyo, Suprapto, dan Aan Drajat. 2005. Evluasi beberapa galur harapan padi
sawah di Bali. Buletin Plasma Nutfah. Vol 11. No 1:6-10. Ruskandar, A. 2006. Varietas Unggul Baru Padi yang Banyak Ditunggu Petani.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/st260706-1.pdf Saryoko, A. 2009. Kajian Pendekatan Penanda Padi (Rice Check) di Provinsi
Banten. Widyariset 12(2):43-52. Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, Baehaki SE, Suprihanto, A. Setyono, S.D.
Indrasari, IP Wardana, dan H. Sembiring. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang – Jawa Barat.
Wahyuni, S. 2011. Teknik Produksi Benih Sumber Padi. Makalah disampaikan
dalam Workshop Evaluasi Kegiatan Pendampingan SL-PTT 2001 dan Koordinasi UPBS 2012 tanggal 28-29 November 2011. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
59
ANALISIS RESIKO
Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang
mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan.
Dengan mengenal resiko, penyebab, dan dampaknya maka dapat disusun
strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun
responsif (Tabel 19 dan 20).
Tabel 19. Daftar resiko pelaksanaan kegiatan Produksi Benih/UPBS tahun 2013.
No Resiko Penyebab Dampak
1 Kegagalan usaha penangkaran (gagal panen)
Ketidakpastian iklim dapat menyebabkan lanina (kekeringan) maupun El-nino (banjir/terendam)
Stok benih VUB berkurang
2 Penurunan produktivitas yang signifikan
Serangan hama dan penyakit utama untuk tanaman padi, jagung dan kedelai (blast, tikus, BLB, burung, penggerek polong, penggerek batang, karat daun, bulai)
Target produksi benih sumber (output) padi, jagung dan kedelai tidak tercapai
3 Kerusakan fisik dan fisiologis benih yang berakibat terhadap rendahnya daya kecambah dan vigor
Kurang siapnya sarana dan prasarana pasca panen dan pengeringan serta cuaca yang ekstrem (frekuensi curah hujan yang tinggi)
Calon benih tidak lulus sertifikasi
4 Benih tidak terdistribusi ke penangkar/ stakeholders
distribusi benih lambat akibat musim tanam yang tidak tepat
Penumpukan benih sumber (benih expired).
60
Tabel 20. Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan kegiatan Produksi Benih/UPBS tahun 2013.
No. Resiko Penyebab Penanganan 1 Kegagalan usaha
penangkaran (gagal panen)
Ketidakpastian iklim dapat menyebabkan lanina (kekeringan) maupun El-nino (banjir/terendam)
Pemilihan varietas toleran spesifik lokasi terhadap cekaman lingkungan abiotik
2 Penurunan produktivitas yang signifikan
Serangan hama dan penyakit utama untuk tanaman padi, jagung dan kedelai (blast, tikus, BLB, burung, penggerek polong, penggerek batang, karat daun, bulai)
Pemilihan varietas padi, jagung dan kedelai spesifik lokasi yang toleran cekaman lingkungan biotik
3 Kerusakan fisik dan fisiologis benih yang berakibat terhadap rendahnya daya kecambah dan vigor
Kurang siapnya sarana dan prasarana pasca panen dan pengeringan serta cuaca yang ekstrem (frekuensi curah hujan yang tinggi)
Perbaikan sarana dan prasarana pasca panen dan prosesing benih yang high profil.
4 Benih tidak terdistribusi ke penangkar/ stakeholders
distribusi benih lambat akibat musim tanam yang tidak tepat
Melakukan promosi dan diseminasi secara intensif dan kontinyu kepada stakeholders dan penangkar.
61
JADWAL KERJA
Kegiatan Penyediaan dan Percepatan Penyebaran VUB Melalui UPBS di
Provinsi Bengkulu dilaksanakan selama 12 bulan dengan jadwal kerja seperti
yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 21. Jadwal pelaksanaan kegiatan UPBS/Perbenihan Tahun 2013.
No. Uraian Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan, penyusunan (RODHP, Juklak)
xx
2 Penentuan lokasi, petani kooperator
x x
3 Produksi benih di lapangan x x x x x X x x
4 Prosesing benih x x x x
5 Sosialisasi/Open House x x x
6 Pelaporan x x
7 Evaluasi penyebaran benih x x
8 Penyampaian hasil x x x x
62
PEMBIAYAAN
A. Rencana Anggaran Belanja
Tabel 22. Rencana anggaran belanja kegiatan UPBS/Perbenihan per November Tahun 2013.
No
Jenis Pengeluaran Volume HargaSatuan
(Rp.000) Jumlah
(Rp.000)
1 Belanja Bahan
Benih, saprodi, dan bahan pendukung kegiatan
1 keg 50.020 50.020
ATK, komputer suply dan pelaporan 1 paket 12.155 12.155
Pencetakan bahan informasi 1 keg 5.000 5.000
Konsumsi dalam rangka pertemuan, dll 270 OH 50 13.500
Jumlah 89.675
2 Honor yang terkait dengan Output Kegiatan
UHL Petani 758 OH 35 26.530
Honor prosesing benih 221 OH 35 7.735
Jumlah 34.265
3 Belanja Barang Non Operasional Lainnya
Akomodasi dalam rangka Rapat
koordinasi dengan stakeholder, open house
4 kali 4.875 19.500
Pengiriman benih, porto 1 paket 5.500 5.500
Analisa tanah 1 keg 13.000 13.000
Biaya sertifikasi benih 1 keg 4.930 4.930
Jumlah 31.230
4 Belanja Sewa
Sewa kendaraan 8 hari 500 4.000
Sewa lahan 1 keg 12.000 12.000
Jumlah 16.000
5 Belanja Jasa Profesi
Nara sumber, pengarah, dll 8 OJ 500 4.000
Jumlah 4.000
6 Belanja Perjalanan Lainnya
Akomodasi dlm rangka rapat koordinasi dengan stakeholder, open house, temu lapang dan temu usaha
1 paket 7.500 7.500
Perjalanan ke pusat 4 OP 5.000 20.000
Perjalanan ke kabupaten dan kota 210 OP 365 76.650
Perjalanan pendek 1 OP 100 100
Jumlah 104.250
Jumlah 279.420
63
B. Realisasi Anggaran
Tabel 23. Realisasi anggaran kegiatan UPBS/Perbenihan per November Tahun 2013.
No
Jenis Pengeluaran Realisasi Anggaran
(Rp)
Persentase Keuangan
(%)
Persentase Fisik (%)
1 Belanja Bahan
Benih, saprodi, dan bahan pendukung kegiatan
58.099.750 98,15 65,0
ATK, komputer suply dan pelaporan 14.847.800 122,15 100,0
Pencetakan bahan informasi 2.825.000 56,50 100,0
Konsumsi dalam rangka pertemuan, dll
5.968.000 44,21 0
Jumlah 81.740.550 91,15 88,3
2 Honor yang terkait dengan Output Kegiatan
UHL Petani 26.265.000 100,00 75,0
Honor prosesing benih 7.735.000 100,00 0
Jumlah 34.265.000 100,00 75,0
3 Belanja Barang Non Operasional Lainnya
Akomodasi dalam rangka Rapat koordinasi dengan stakeholder, open house
10.392.000 53,29 0
Pengiriman benih, porto 5.500.000 100,00 100,0
Analisa tanah 1.300.000 100,00 0
Biaya sertifikasi benih 3.280.000 66,53 100,0
Jumlah 20.472.000 65,55 100,0
4 Belanja Sewa
Sewa kendaraan 4.000.000 100,00 0
Sewa lahan 6.000.000 50,00 100,0
Jumlah 10.000.000 62,50 100,0
5 Belanja Jasa Profesi
Nara sumber, pengarah, dll 2.700.000 67,50 0
Jumlah 2.700.000 67,50 0
6 Belanja Perjalanan Lainnya
Akomodasi dalam rangka Rapat koordinasi dengan stakeholder, open house
6.000.000 80,00
Perjalanan ke pusat 16.106.700 80,53 100,0
Perjalanan ke kabupaten dan kota 73.365.000 95,75 75,0
Perjalanan pendek 100.000 100,00 100,0
Jumlah 95.571.700 91,68 91,7
Jumlah 244.749.250 87,59 91,0
64
PERSONALIA
Tenaga yang terlibat dalam kegiatan penyediaan dan percepatan
penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu terdiri dari peneliti, teknisi
dan tenaga administrasi, dengan latar belakang pendidikan yang beragam antara
lain bidang agronomi, sosek, pasca panendan administrasi.
Tabel 24. Tenaga pelaksana kegiatan UPBS/Perbenihan Tahun 2013. No
Nama/NIP Jabatan Fungsional/
Bidang keahlian
Jabatan dalam
Kegiatan
Uraian Tugas Alokasi Waktu (Jam/
minggu)
1 Dr. Wahyu Wibawa, MP 19690427 199803 1 001
Peneliti Muda/Agronomi
Penanggung jawab
1. Mengkoordinir anggota tim dalam pelaksanaan kegiatan
2. Membuat perencanaan dan mengevaluasi kegiatan
3. Melaporkan hasil kegiatan kepada Kepala Balai secara periodik
15
2 Andi Ishak, A.Pi, M.Si 19731121 199903 1 003
Peneliti Muda/ Sosek
Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis di lapangan
2. Membantu pengolahan data sosial ekonomi
10
3 Yesmawati, SP 19760912 200912 2 001
Peneliti Pertama/Sosek
Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis di lapangan
2. Membantu pengolahan data sosial ekonomi
10
4 Ahyadi Jakfar 19630921 199309 1 001
Administrasi Anggota tim 1. Membantu penyelesaian administrasi kegiatan
2. Mencatat distribusi mutasi stok benih di gudang UPBS
10
5 Yanhar 19630119 198903 1 001
Teknisi Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis di lapangan
2. Membantu dalam kegiatan prosesing benih
10
6 Hendri Suyanto 19740401 200701 1 001
Teknisi Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis di lapangan
2. Membantu dalam kegiatan prosesing benih
10
65
LAMPIRAN
66
Lampiran 1. Data Luas Baku Sawah dan Sebaran Varietas Padi Provinsi
Bengkulu 2013
No Kabupaten Kecamatan Luas Baku Sawah
(ha) Sebaran Varietas
1 BENGKULU SELATAN MANNA 500 Mekongga
94 Cigeulis
2 KOTA MANNA 285 Mikongga
3 KEDURANG 1.000 Mekongga
396 Cigeulis
4 BUNGA MAS 600 Ciherang
63 Mekongga
5 PASAR MANNA 139 Mikongga
6 KEDURANG ILIR 500 Cigeulis
300 Mekongga
30 Silugonggo
7 SEGINIM 2.000 Cigeulis
396 Mekongga
8 AIR NIPIS 1.000 Mikongga
910 Cigeulis
9 PINO 540 Cigeulis
500 Mekongga
10 PINORAYA 500 Mekongga
478 Ciherang
456 Cigeulis
11 ULU MANNA 350 Mikongga
264 Cigeulis
Jumlah 11.037
1 REJANG LEBONG KOTA PADANG 640 Cigeulis
2 SINDANG BELIT ILIR 528 Cigeulis
3 PADANG ULAK TANDING 297 Cigeulis
297 IR-64
4 SINDANG KELINGI 421 Cigeulis
5 BINDURIANG 64 Cigeulis
6 SINDANG BELITI ULU 175 Ciherang
175 Cigeulis
7 SINDANG DATARAN 6 Inpari 1
5 Inpari 3
8 CURUP 250 Cigeulis
9 BERMANI ULU 2.290 Cigeulis
10 SELUPU REJANG 345 Ciherang
345 Cigeulis
11 CURUP SELATAN 1.038 Cigeulis
67
12 CURUP TENGAH 235 Cigeulis
13 BERMANI ULU RAYA 1.009 Cigeulis
14 CURUP UTARA 1.119 Ciherang
15 CURUP TIMUR 465 Cigeulis
Jumlah 9.704
1 BENGKULU UTARA ENGGANO 1.604 IR-64
2 KERKAP 947 Cigeulis
3 AIR NAPAL 1.163 Ciherang
4 AIR BESI 833 IR-64
5 HULU PALIK 1.503 Ciherang
500 Cigeulis
6 ARGA MAKMUR 2.492 Ciherang
50 Inpari 13
7 LAIS 1.118 Situbagendit
8 BATIK NAU 682 Ciherang
9 GIRI MULIA 147 Situbagendit
10 AIR PADANG 938 Ciherang
11 PADANG JAYA 997 Ciliwung
12 KETAHUN 778 Ciherang
13 NAPAL PUTIH 618 Ciherang
14 PUTRI HIJAU 2.021 Ciliwung
Jumlah 16.391
1 KAUR NASAL 300 Ciherang
300 Cigeulis
72 Cimelati
2 MAJE 500 Ciherang
131 Mekongga
3 KAUR SELATAN 400 Mikongga
66 Inpari 13
4 TETAP 300 Mikongga
121 Cigeulis
5 KAUR TENGAH 96 Mekongga
83 Cigeulis
78 Inpari 13
6 LUAS 385 Mikongga
146 Ciherang
146 Cigeulis
7 MUARA SAHUNG 199 Mekongga
180 Cigeulis
100 Inpari 13
8 KINAL 600 Ciherang
150 Cigeulis
68
100 Mekongga
9 SEMIDANG GUMAY 186 Cigeulis
178 Mekongga
177 Ciherang
10 TANJUNG KEMUNING 672 Cigeulis
11 KELAM TENGAH 250 Ciherang
195 Cigeulis
12 KAUR UTARA 86 Mikongga
70 Cigeulis
13 PADANG GUCI ILIR 98 Ciherang
98 Cigeulis
14 LUNGKANG KULE 119 Ciherang
15 PADANG GUCI ULU 541 Cigeulis
Jumlah 7.123
1 SELUMA SEMIDANG ALAS MARAS 3.002 Inpara 1
287 Ciherang
2 SEMIDANG ALAS 1.600 Ciherang
3 TALO 910 Ciherang
4 ILIR TALO 1.000 Inpara 1
5 TALO KECIL 536 Ciherang
6 ULU TALO 1.171 Ciherang
7 SELUMA 987 IR-64
8 SELUMA SELATAN 3.185 Ciherang
9 SELUMA BARAT 1.400 Ciherang
10 SELUMA TIMUR 1.068 Ciherang
11 SELUMA UTARA 1.400 Ciherang
12 SUKARAJA 757 Ciherang
13 AIR PERIUKAN 933 Ciherang
14 LUBUK SANDI 800 Ciherang
Jumlah 19.036
1 MUKOMUKO IPUH 500 Ciliwung
2 AIR RAMI - -
3 MALIN DEMAN 15 Situbagendit
4 PONDOK SUGUH - -
5 SUNGAI RUMBAI - -
6 TERAMANG JAYA 75 Situbagendit
7 TERAS TERUNJAM 650 Ciherang
8 PENARIK 42 Situbagendit
9 SELAGAN RAYA 325 Ciliwung
10 KOTA MUKO-MUKO 98,5 Situbagendit
11 AIR DIKIT 400 Situbagendit
12 XIV KOTO 25 Ciherang
69
6 Situbagendit
250 Mekongga
51 Ciliwung
13 LUBUK PINANG 450 Situbagendit
25 Ciliwung
14 AIR MANJUNTO 300 Ciliwung
15 V KOTO - -
Jumlah 3.213
1 LEBONG RIMBO PENGADANG 200 Cigelis
112 IR-64
2 TAPOS 259 Cigelis
200 IR-64
3 LEBONG SELATAN 750 Cigelis
750 IR-64
4 BINGIN KUNING 900 Cigelis
415 IR-64
5 LEBONG TENGAH 700 Cigelis
245 IR-64
6 LEBONG SAKTI 747 Cigelis
400 IR-64
7 LEBONG ATAS 200 Cigelis
180 IR-64
8 PADANG BANO 0,5 Cigelis
0,5 IR-64
9 PELABAI 403 Cigelis
200 IR-64
10 LEBONG UTARA 200 Cigelis
181 IR-64
11 AMEN 518 Cigelis
400 IR-64
12 URAM JAYA 373 Cigelis
300 IR-64
13 PINANG BELAPIS 678 Cigelis
208 IR-64
110 Mira
Jumlah 9.630
1 KEPAHIANG MUARA KEMUMU 136 Mikongga
2 BERMANI ILIR 691 Cigeulis
3 SEBERANG MUSI 319 Ciherang
4 TEBAT KARAI 654 Cigeulis
500 Ciherang
5 KEPAHIANG 830 Inpari
70
6 KABA WETAN 247 Tumbaran
7 UJAN MAS 999 Cigeulis
278 Harum
8 MERIGI 623 Cigeulis
Jumlah 5.277
1 BENGKULU TENGAH TALANG EMPAT 460 Cigeulis
2 KARANG TINGGI 855 Cigeulis
3 TABA PENANJUNG 1.170 Cigeulis
4 MERGI KELINDANG 437 VUN
5 PAGAR JATI 352 Cigeulis
6 MERGI SAKTI 248 Inprari 3
7 PONDOK KELAPA 900 Cigeulis
680 Inpara
292 Situbagendit
8 PONDOK KUBANG 1.002 Cigeulis
9 PEMATANG TIGA 702 Cigeulis
10 BANG HAJI 549 Cigeulis
Jumlah 7.647
1 KOTA BENGKULU SELEBAR 510 Cigeulis
2 KAMPUNG MELAYU 547 Cigeulis
3 GADING CEMPAKA 25 Cigeulis
4 RATU AGUNG 55 Cigeulis
5 RATU SAMBAN - -
6 SINGARAN PATI 209 Cigeulis
101 Mekongga
7 TELUK SEGARA - -
8 SUNGAI SERUT 336 Cigeulis
9 MUARA BANGKA HULU 1.026 Cigeulis
Jumlah 2.809
72
Lampiran 2. Peta Sebaran Varietas Padi di Provinsi Bengkulu Tahun 2013
73
Lampiran 3. Realisasi luas penangkaran padi per varietas di Provinsi Bengkulu sampai dengan bulan Mei 2013
NO VARIETAS KELAS BENIH
PRODUSEN
LUAS PENANGKARAN (Ha)
KABUPATEN
BU BS KPH BTG RL KAUR KOTA MM LBG SLM JUMLAH
1 Mekongga BR PT.PERTANI 75 75
Swasta 15 12 27
BP Swasta 1,6 1,6
BBIPP Kelobak 2 2
BBP Kota 2,25 2,25
BBIP MM 5 5
BD BBIPP Kelobak 1 1
2 Inpara 2 BP Swasta 0,9 0,9
BD Swasta 0,5 0,5
3 Inpari 15 BP Swasta 1 1
4 Inpari 14 Pakuan BP Swasta 31,9 31 1 63,9
BBIPP Kelobak 2 2
BR Swasta 6 6
5 Inpari 10 Laeya BD Swasta 1 1
BP Swasta 0,75 0,75
6 Situbagendit BR PT.PERTANI 103,5 103,5
74
7 Ciherang BR PT.PERTANI 128,75 128,75
8 Cigeulis BD BBIPP Kelobak 5 1 6
BP BBP Kota Medan 5 5
BBIPP Kelobak 0,5 0,5
BBP Kota 2,2 2,2
Swasta 10 10
BR BBIPP Kelobak 17,5 17,5
Swasta 50 29,8 53 59 191,8
9 Bestari BD BBIPP Kelobak 0,5 0,5
BR BBP Kota 2,5 2,5
10 PB 42 BR Swasta 7,5 7,5
11 Inpari 20 BP Swasta 6 6
12 Banyuasin BD Swasta 0,5 0,5
JUMLAH 343,4 25 24,5 24,5 0 62 36,75 89 6 61 672,15
75
Lampiran 4. Realisasi produksi padi per varietas di Provinsi Bengkulu sampai dengan bulan Mei 2013
NO VARIETAS KELAS
BENIH PRODUSEN
PRODUKSI (Ton)
KABUPATEN
BU BS KPH BTG RL KAUR KOTA MM LBG SLM JUMLAH
1 Mekongga BR PT.PERTANI 30,23 30,225
Swasta 13 13
BBUP Kaur 2,01
BP Swasta 0
BBIPP Kelobak 0
BBP Kota 1,56 1,56
BBIP MM 3,5 3,5
BD BBIPP Kelobak 0
2 Inpara 2 BP Swasta 0
BD Swasta 0
3 Inpari 15 BP Swasta 0
BR Swasta 1,25
4 Inpari 14 Pakuan BD BBIPP Kelobak 3,75 3,75
BP Swasta
BBIPP Kelobak 0
BR Swasta 1,65 1,65
76
5 Inpari 10 Laeya BD Swasta 0
BP Swasta 0
BR PT.PERTANI 26,03
6 Situbagendit BR PT.PERTANI 0
7 Ciherang BR PT.PERTANI 0
8 Cigeulis BD BBIPP Kelobak 3,5 3,5
BP BBP Kota Medan 3,5 3,5
BBIPP Kelobak 6,49 6,49
BBP Kota 5,975 5,975
Swasta 4,365 9 13,365
BR BBIPP Kelobak 0
Swasta 0
9 Bestari BD BBIPP Kelobak 0,9 0,9
BR BBP Kota 4,265 4,265
10 PB 42 BR Swasta 0
11 Inpari 20 BP Swasta 0
BR Swasta 2,15 2,15
12 Banyuasin BD Swasta 0
13 Inpara 3 BR Swasta 1,75 1,75
14 Inpara 1 BR Swasta 0,4 0,4
15 Mira 1 BR Swasta 9 9
JUMLAH 63,45 20,00 15,51 9,00 0,00 2,01 11,80 3,50 9,00 0,00 93,83
77
Lampiran 5. Distribusi benih padi, kedelai dan jagung untuk kegiatan Produksi Benih/UPBS Tahun 2013 Padi
No Varietas Jumlah (kg)
Kelas benih
Jumlah terdistribusi
(kg)
Jumlah blm terdistibusi
(kg)
Luas lahan
(Ha)
Petani Kooperator
Lokasi Keterangan
1 Inpari 6 25 Breeder Seed (BS)
25 1 Rencana produksi di Kab. Kepahiang
2 Inpari 10 50 Breeder Seed (BS)
15 25 1 Sofian Kab. Bengkulu Tengah
10 0,5 Balai benih
Durian Mas
Kab. Rejang Lebong Rencana tanam akhir
Agustus 2013
3 Inpari 13 25 Breeder
Seed (BS)
15 0 0,5 Winoto Kota Bengkulu
10 0,5 Balai benih
Durian Mas
Kab. Rejang Lebong Rencana tanam akhir
Agustus 2013
4 Inpari 20 50 FondationSeed (FS)
12,5 0,5 M. Nazori Kab. Rejang Lebong
12,5 0,5 M. Sazili Kab. Rejang Lebong
25 1 Yatiman Kab. Rejang Lebong
5 Inpago 8 50 Breeder Seed (BS)
50 2 Rencana produksi di Kab. Kepahiang
78
Jagung
No Varietas Jumlah (kg)
Kelas benih
Jumlah terdistribusi
(kg)
Jumlah blm terdistibusi
(kg)
Luas lahan
(Ha)
Petani Kooperator
Lokasi Keterangan
1 Sukmaraga 20 Breeder Seed (BS)
10 0 0,5 Kartiman Kab. Rejang Lebong
10 0 0,5 Ujang Kab. Rejang Lebong
Kedelai
No Varietas Jumlah (kg)
Kelas benih
Jumlah terdistribusi
(kg)
Jumlah blm terdistibusi
(kg)
Luas lahan
(Ha)
Petani Kooperator
Lokasi Keterangan
1 Anjasmoro 10 Breeder Seed (BS)
10 0
1
Arfan Boy Kab. Rejang Lebong
2 Argomulyo 10 Breeder
Seed (BS)
10 0
3 Tanggamus 10 Breeder Seed (BS)
10 0
4 Burangrang 10 Breeder Seed (BS)
10 0
79
Lampiran 6. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Seluma
Gambar 1. Kegiatan pencabutan bibit dan siap ditanam
Gambar 2. Varietas inpara 2 dan Banyuasin
Gambar 3. Pengamatan lapangan oleh Tim UPBS
80
Lampiran 7. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Rejang Lebong
Gambar 1. Penyerahan benih padi pada poktan di Kab. Rejang Lebong
Gambar
Gambar 2. Persemaian dan pertanaman padi di Kab. Rejang Lebong
81
Lampiran 8. Foto kegiatan penangkaran kedelai di Kab. Rejang Lebong
Gambar 1. Kegiatan tanam kedelai dengan sistem tugal
Gambar 2. Tanaman kedelai setelah pemupukan pertama
Gambar 3. Varietas anjasmoro, argomulyo, tanggamus dan burangrang
82
Lampiran 9. Foto kegiatan pengkaran jagung di Kabupaten Rejang Lebong
Gambar 1. Tanaman jagung setelah pemupukan pertama
Gambar 2. Tanaman jagung saat rouging