16
Karya Tulis TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH OLEH : DWI ENDAH WIDYASTUTI NIP 19750314 200003 2 004 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Universitas Sumatera Utara

TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

Karya Tulis

TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

OLEH :

DWI ENDAH WIDYASTUTI

NIP 19750314 200003 2 004

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2010

Universitas Sumatera Utara

Page 2: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

Oleh : Dwi Endah Widyastuti, S.Hut, M.Si

Staf Pengajar Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian-USU

DEFINISI

Hutan hujan dataran rendah merujuk pada hutan yang berada pada lokasi dengan

ketinggian 0-1200 m di lahan kering (Whitmore, 1998), atau 0-1000 m (Indriyanto, 2006)

dari permukaan laut. Hutan basah dataran rendah selalu hijau adalah yang paling subur

dan kaya akan semua komunitas tumbuhan, tumbuh di semua “kondisi pertumbuhan

terbaik di lahan kering yang ada di mana pun di dunia”. Kondisi ini meliputi iklim yang

selalu basah di mana presipitasi melebihi evaporasi (Monk, Fretes, Lilley, 2000). Hutan

hujan tropis dataran rendah terdapat di iklim dataran rendah basah dimana cekaman air

terjadi sesekali atau tidak ada (Whitmore, 1998). Ini berarti curah hujan total tahunan

minimum adalah 2.000 mm. Meskipun ada perbedaan pendapat tentang distribusi curah

hujan ini, jumlah bulan kering kurang dari dua bulan per tahun dapat diterima. Alternatif

lain adalah paling sedikit harus terjadi dua puluh hari hujan pada empat bulan terkering

dalam setahun, dengan tidak ada bulan yang menerima hujan kurang dari 60 mm. Pada

kondisi seperti ini, kebanyakan tipe tanah, berpengaruh kecil terhadap hutan, karena air di

dalam tanah lebih dari cukup untuk menggantikan kualitas tanah yang buruk. Kekayaan

hutan-hutan basah tropis tidak selalu menunjukkan bahwa tanahnya subur (Monk, Fretes,

Lilley, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

ZONA HUTAN HUJAN

Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah meliputi pulau Sumatera,

Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Irian, Sulawesi dan beberapa pulau di Maluku

misalnya di pulau Taliabu, Mangole, Mandioli, Sanan dan Obi (Indriyanto, 2006). Hutan

hujan dataran rendah selalu hijau dapat dibagi ke dalam beberapa tipe. Di Nusa Tenggara

dan Maluku, tipe hutan ini mungkin menyimpang dari norma umum kebanyakan

kelompok hutan basah karena keterbatasan berbagai kondisi fisik dan biogeografi yang

ada pada pulau-pulau kecil. Keragaman jenis kehidupan mungkin lebih rendah, dengan

beberapa suku dan marga tertentu sangat dominan. Beberapa tipe mungkin tidak penting;

hutan pinggir sungai jarang terlihat di Nusa Tenggara dan Maluku, karena kelangkaan

sungai-sungai permanen. Di daerah-daerah lebih kering yang mendukung hutan monsun

dan savana, petak-petak hutan basah-hutan galeri-berkembang di jurang-jurang dan di

sepanjang dasar sungai di mana kelembaban tanah setempat menggantikan curah hujan

sebagai faktor penentu pertumbuhan hutan. Sampai sekarang masih belum jelas, apakah

hutan-hutan ini merupakan bekas hutan asli atau merupakan tipe hutan khusus yang

terdapat di lembah-lembah, yang berbeda dari hutan di daerah resapan air. Hutan-hutan

galeri mungkin sebenarnya merupakan tipe hutan yang tidak sesuai lagi dengan kondisi

iklim kering tetapi masih bertahan hidup sebagai hutan karena kondisi lembah yang

lembab.

Hutan basah tropis semi-selalu hijau adalah peralihan antara formasi hutan basah

dataran rendah selalu hijau dengan hutan-hutan monsun yang sebenarnya, yang

mengalami kekurangan air dalam beberapa minggu. Seperti namanya, komposisi jenis di

dalam hutan ini juga mencakup hutan luruh daun. Seperti hutan lainnya, identifikasi

Universitas Sumatera Utara

Page 4: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

formasi vegetasi secara pasti sulit dilakukan karena merupakan hasil berbagai interaksi

antara iklim, tipe tanah dan topografi (Monk, Fretes, Lilley, 2000).

KARAKTERISTIK

Vegetasi

Hutan dataran rendah ditandai dengan jumlah biomassa yang sangat besar dan

jumlah ini dapat diukur dalam jumlah karbon yang ada. Hutan tropik (termasuk hutan

pegunungan, rawa dan hutan kering meliputi 1.838 juta ha atau 11,5% dari permukaan

bumi, tetapi mengandung 46% dari karbon dalam jaringan di Sumatera akan pasti

mempunyai persentase karbon yang lebih tinggi dibandingkan dengan luas arealnya.

Dari sejumlah biomassa hutan dataran rendah hanya 1-2% terdapat dalam serasah

tumbuhan, kira-kira 40% dalam tanah, tetapi kira-kira 60% dalam tumbuhan. Sebaliknya

di daerah beriklim sedang angka-angka untuk masing-masing bagian hutan adalah 10-

20%, 35% dan hanya 50%.

Hutan dataran rendah ditandai dengan adanya secara nyata, tumbuhan-tumbuhan

pemanjat pohon yang banyak dan lebat, pohon-pohon berbanir besar, dan banyak pohon-

pohon dengan batang yang tinggi bulat dan mempunyai kulit yang halus. Walaupun

beberapa pohon tinggi dari suku Caesalpiniaceae berdaun kecil dan majemuk (seperti

tualang Koompasia excelsa dan kempas Koompasia malaccencis), kebanyakan pohon

besar mempunyai daun-daun dengan ukuran mesofil yang sederhana, dengan panjang

antara 8-24 cm. Daun pohon pada lapisan pohon terendah sering mempunyai ukuran

yang lebih besar, seperti individu-individu muda dan pohon-pohon besar.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

Daun-daun dengan pinggiran licin dan ujung daun runcing umum dijumpai pada

hutan dataran rendah. Persamaan bentuk daun di antara tumbuhan satu suku serta

keanekaragaman yang tinggi dari jenis, seringkali menyebabkan pengenalan tumbuhan

pada hutan dataran rendah agak sulit. Namun sifat pohon yang lain, seperti getah, bentuk

kulit batang, ukuran banir, susunan urat-urat daun dan susunan letak daun pada cabang-

cabang, memungkinkan pengenalan dari sebagian besar contoh-contoh mandul (contoh

tumbuh-tumbuhan tanpa bunga-bunga).

Bentuk ujung daun yang runcing adalah bentuk yang paling umum pada pohon-

pohon muda yang terdapat di bawah lapisan tajuk pohon terbawah. Suatu teori

mengatakan bahwa fungsi ujung daun yang runcing adalah untuk mempermudah

mengalirnya air dari permukaan daun, dengan demikian mencegah atau menghalangi

tumbuhnya epifil. Oleh karena itu maka beralasan bahwa tumbuhan dengan ujung daun

yang runcing umumnya terdapat di tempat-tempat yang kelembaban relatifnya tertinggi

(laju penguapannya terendah) (Anwar J, et.al., 1984)

Di hutan hujan dataran rendah banyak terdapat jenis pohon anggota famili

Dipterocarpaceae terutama anggota genus Shorea, Dipterocarpus, Hopea, Vatica,

Dryobalanops dan Cotylelobium. Dengan demikian, hutan hujan dataran rendah disebut

juga hutan Dipterocarps. Bukti pertama adanya Dipterocarpaceae di Borneo ialah

ditemukannya fosil serbuk sari di Sarawak, yang berumur lebih dari 3 juta tahun

(MacKinnon, 2000). Selain itu terdapat jenis pohon dari anggota famili Lauraceae,

Myrtaceae, Myristicaceae dan Ebenaceae, serta pohon-pohon anggota genus Agathis,

Koompasia dan Dyera. Pada ekosistem hutan hujan dataran rendah di Jawa dan Nusa T

enggara terdapat jenis pohon anggota genus Altingia, Bischofia, Castanopsis, Ficus dan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

Gossampinus, serta jenis-jenis pohon dari famili Legumonosae. Adapun ekosistem hutan

hujan dataran rendah di Sulawesi, Maluku dan Irian, merupakan hutan campuran yang

didominasi oleh jenis pohon Palaquium spp., Pometia pinnata, Intsia spp., Diospyros

spp., Koordersiodendron pinnatum, dan Canarium spp. Jenis-jenis tumbuhan merambat

yang banyak dijumpai di hutan hujan dataran rendah adalah anggota famili Apocynaceae,

Araceae dan berbagai jenis rotan (Calamus spp.) (Indriyanto, 2006).

Struktur

Pepohonan mendominasi hutan basah tropis selalu hijau. Pepohonan tumbuh

subur karena kondisinya optimal untuk pertumbuhan tanaman dan pertumbuhan pucuk-

pucuk baru tidak perlu perlindungan dan kekeringan atau kedinginan. Sebagian besar

pepohonan bersifat hidrofila dengan ciri: mencapai tinggi 30 m atau lebih, dan kaya akan

liana berbatang tebal, epifit berkayu dan perdu..

Ciri indikator hutan basah biasanya memiliki lapisan paku-pakuan epifit (Hyme.),

resam Gleichenia linearis (Glei.), dan kantong semar Nepenthes (Nepe.). Sementara

lumut tidak umum dikenal, liana dan tumbuhan pemanjat cukup banyak, walaupun peran

ekologinya masih kurang dipahami. Rotan, palem pemanjat dapat mencakup dua pertiga

dari seluruh palem di hutan basah dan merupakan tumbuhan terpanjang di dunia; satu

batang rotan dapat mencapai 130 m.

Hutan basah tropis selalu hijau memiliki tiga lapisan tajuk klasik: tajuk jenis

pohon yang menjulang tinggi; lapisan utama bertajuk rapat untuk pohon-pohon yang

tingginya 30-40 m dan tajuk pohon-pohon kecil yang menyukai naungan, dan tumbuhan

penutup tanah di bawahnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

Gambar 1. Lapisan Tajuk Hutan Hujan Dataran Rendah Sumber : http://www.ac-nancy-metz.fr/enseign/anglais/Henry/trees.htm

Beberapa tipe hutan mungkin hanya memiliki dua lapis tajuk. Jenis- jenis pohon

dominan sering sulit diidentifikasi karena keragaman jenis perhektar di dalam hutan

sangat tinggi, akses untuk mencapainya sulit, dan kenyataan bahwa periode tidak

berbunga berlangsung selama lima tahun atau lebih. Ciri khas pohon-pohon di hutan

tropis adalah adanya akar banir yang sangat besar, berbatang lurus, dan memiliki bentuk-

bentuk kauliflori (buah tumbuh pada batang), dan ramiflori (buah tumbuh pada cabang-

cabang pohon). Ketika buah-buah ini pertama kali dilihat oleh pakar botani, mereka

menduganya sebagai hasil serangan jamur. Nangka Artocarpus heterophyllus (Mora) dan

durian Durio zibethinus (Bomb.) adalah contoh dari jenis bersifat kauliflori.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

Gambar 2. Nangka Artocarpus heterophyllus Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Cauliflory

Hutan basah tropis semi-selalu hijau juga merupakan hutan yang basah yang rapat

dan tinggi. Berbeda dengan hutan basah dataran rendah selalu hijau, hutan ini memiliki

dua lapisan tajuk, pohon-pohonnya kecil, berupa tegakan murni (satu jenis) sehingga

keragaman jenisnya jauh lebih rendah.. Pepohonan yang luruh daunnya dapat mencapai

dua pertiga jenis pohon-pohon yang tinggi. Akar banir masih kurang terlihat, tetapi kulit

kayu mulai menebal dan kauliflori dan ramifori berkurang. Liana juga melimpah, dan

epifit, khususnya paku-pakuan dan anggrek (Monk, Fretes, Lilley, 2000).

Keanekaragaman Tumbuhan

Keanekaragaman jenis pohon di hutan dataran rendah Sumatera sangat tinggi.

Misalnya, di suatu lembah dekat sungai Ranun di Sumatera Utara, angka indeks

keanekaragaman Simpson untuk pohon-pohon dengan diameter 15 cm atau lebih pada

ketinggian dada, adalah 0,96 dan di bukit-bukit sekitarnya adalah 0,93. Di suatu hutan di

bukit-bukit Bangka, yang telah diteliti oleh Tim PUSLIT SDL-USU, indeks

Universitas Sumatera Utara

Page 9: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

keanekaragamannya adalah 0,94. Kedua penelitian tersebut menggunakan nama daerah,

yang sering menimbulkan perkiraan yang lebih rendah dalam jumlah jenis yang

sebenarnya. Sebagai perbandingan indeks keanekaragaman hutan di Eropa biasanya

adalah 0,4-0,6 (Anwar J, et.a .,1984). Sementara di dalam satu hektar hutan dataran

rendah di Kalimantan, mungkin tumbuh sebanyak 240 jenis pohon yang berbeda, dan

satu hektar lagi di dekatnya mungkin dapat menambah setengah jumlah jenis tersebut

(MacKinnon, 2000). .

Masalah mengapa keanekaragaman tumbuhan di hutan-hutan tropik sangat tinggi

terutama di hutan dataran rendah, telah menuntut banyak pemikiran. Sebelum penelitian

yang terperinci dari fosil serbuk sari dimulai, dianggap bahwa hutan-hutan tropik telah

mengalami iklim yang stabil selama jutaan tahun, dan ini memberi waktu bagi banyak

jenis untuk melaksanakan evolusi. Telah dibuktikan bahwa pendapat itu salah, karena

seperti diketahui bahwa vegetasi daerah tropik telah mengalami cukup banyak perubahan.

Penulis-penulis lain menduga bahwa pembentukan daerah-daerah hutan yang terpencil,

selama puncak zaman es yang iklimnya lebih dingin dan lebih kering, telah berakibat

tehadap jenis pohon tiap daerah. Bila keadaan iklim membaik dan daerah-daerah hutan

bersatu kembali, beberapa dari jenis yang memiliki hubungan erat, akan berbeda dalam

hal perkembangbiakkan sehingga muncul keanekaragaman yang lebih besar daripada

sebelum hutan terpisah. Hal ini dikenal secara umum sebagai Teori Pemisahan dan

berguna dalam menjelaskan keanekaragaman famili-famili tumbuhan dan hewan tertentu,

seperti yang telah digunakan di Amazon dan Afrika. Namun teori ini kurang memuaskan

untuk Asia Tenggara, dimana pada zaman purba seluruh Semenanjung Malaya,

Sumatera, Kalimantan dan Jawa Barat diduga merupakan satu pemisahan, dan Irian

Universitas Sumatera Utara

Page 10: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

merupakan pemisahan kedua. Teori pemisahan tidak menjelaskan setiap penyebaran

mahluk dan jelas dibutuhkan survai yang lebih terperinci mengenai penyebaran jenis.

Akibat yang pasti dari ekosistem yang memiliki keanekaragaman yang tinggi, adalah

jumlah jenis langka yang menjadi lebih besar. Dengan demikian pertanyaan “mengapa

hutan dataran rendah sangat beranekaragam”, dapat diganti dengan pertanyaan “mengapa

sangat banyak dijumpai jenis-jenis langka”.

Gambar 3 . Rafflesia arnoldi, Jenis langka tumbuh di dataran rendah

Sumber : http://www.dephut.go.id/informasi/tamnas/tn2seb.htm

Strategi perkembangbiakan yang dilaksanakan oleh organisme hidup dapat

dijelaskan sebagai ‘seleksi-r’, yaitu menghasilkan keturunan sebanyak mungkin, atau

‘seleksi-k’ yaitu menghasilkan sangat sedikit keturunan, tetapi dengan melakukan

perawatan, perhatian dan materi yang besar, yang menjamin keberhasilan dan ketahanan

hidup bagi keturunannya. Gajah, mawas, lembu dan kelelawar termasuk dalam seleksi-k,

sedangkan tikus, babi, kera, kebanyakan ikan dan serangga termasuk seleksi-r. Bila

Universitas Sumatera Utara

Page 11: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

organisme menganut strategi-k, maka hampir pasti bahwa jumlah individu (tumbuh-

tumbuhan dan hewan) relatif sedikit terdapat dalam hutan dataran rendah. Maka sangat

penting diketahui bagaimana keadaan tersebut dapat menguntungan? Pada umumnya

adalah benar, bahwa herbivora yang terdapat di hutan dataran rendah hanya terbatas pada

beberapa jenis tumbuhan. Jenis herbivora ini telah berkembang sejalan dengan

perkembangan dari jenis tumbuhan tersebutdan mampu mengatasi cara-cara yang

bagaimanapun dari perlindungan fisik dan kimia yang dimiliki oleh tumbuhan. Maka

kemungkinan hama untuk mencapai jenis pohon tertentu adalah kecil, bila jarak antar

pohon besar. Oleh karena itu dampak yang diakibatkan herbivora pada jenis pohon yang

berlimpah atau menguasai suatu daerah mengurangi daya bersaing jenis itu, sehingga

jenis yang kurang dipengaruhi herbivora dapat tumbuh terus.

Sifat jarak yang besar juga menguntungkan, bila pohon-pohon induk

menghasilkan cairan beracun dari akar-akarnya untuk menghambat persaingan terhadap

sumber-sumber terbatas. Cairan tersebut juga dapat meracuni benihnya sendiri, demikian

juga terhadap jenis yang lain. Pada tempat-tempat dimana pohon tersebut banyak

dijumpai maka sedikit ruang untuk benih-benih bagi perkembangan dirinya, akan tetapi

pada tempat dimana pohon-pohon tersebut jarang, akan lebih banyak kesempatan benih-

benih untuk mendapat tempat-tempat yang tidak diracuni pohon-pohon induk.

Mekanisme ini mungkin tidak umum terjadi.

Tekanan herbivora dan cairan yang beracun, dkenal baik di daerah beriklim

sedang maupun di daerah tropik, sehingga tidak beralasan mengapa flora dan fauna

daerah tropik lebih banyak mempunyai jenis yang berjarak besar dibandingkan dengan

daerah beriklim sedang. Namun di daerah beriklim sedang kehidupan benih dikendalikan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

terutama oleh pengaruh iklim yang terlalu panas atau terlalu dingin, atau kandungan air

tanah yang terlalu besar atau terlalu kecil. Pengaruh-pengaruh ini bukan merupakan

keadaan yang menguntungkan ataupun merugikan bagi jenis yang jarang.

Hipotesa Ricklefs menyatakan bahwa keanekaragaman lokal dalam sifat-sifat

tanah dari iklim mikro mungkin merupkan dasar terjadinya kenaikan keanekaragaman

jenis dari daerah beriklim sedang ke daerah tropik. Dia mengatakan bahwa naik turunnya

intensitas dan sudut penyinaran cahaya matahari, curah hujan, suhu dan pembagian hara

antara tanah dan vegetasi adalah lebih besar pada daerah terbuka di hutan tropik daripada

daerah terbuka di daerah beriklim sedang, sebab :

- Biomassa yang besar di daerah tropik mengubah faktor-faktor, seperti banyaknya

sinar, kelembaban, suhu dan keadaan lingkungan yang tetap, menjadi jumlah yang

lebih besar daripada hutan beriklim sedang yang memiliki biomassa yang lebih

kecil.

- Perbandingan unsur hara pada vegetasi dengan unsur hara dalam tanah lebih besar

pada hutan tropik. Maka masuknya zat hara, yang berasal dari pembusukan

vegetasi dari bagian-bagian pohon yang tumbang atau tumbuhan yang terimpit, ke

dalam tanah yang lebih besar di daerah tropik.

- Penguraian yang lebih cepat daun-daun yang gugur dan sisa-sisa bahan organik

lainnya di hutan-hutan tropik akan mempercepat pelepasan hara mineral dan sisa-

sisa organik pohon-pohon yang tumbang dan menaikkan pemasukan zat hara ke

dalam tanah.

- Kandungan humus pada tanah-tanah hutan tropik lebih rendah daripada hutan

beriklim sedang walupun kandungan haranya serupa. Kandungan humus

Universitas Sumatera Utara

Page 13: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

mempengaruhi daya untuk mempertahnkan kelembabab tanah, serta stabilitas

sifat tanah yang lain, bila terjadi gangguan fisik yang lebih intensif di petak

terbuka di hutan.

- Curah hujan yang lebih besar di daerah tropik menaikkan pencucian hara-hara

tertentu dari tanah yang terbuka, dan makin ke tengah hutan, pencucian hara

tersebut makin tinggi.

- Di daerah tropik, matahari lebih lama berada di atas kepala, dan siang harinya

lebih panjang dibandingkan daerah beriklim sedang sehingga cahaya matahari

menerpa tanah daerah terbuka hutan tropik lebih langsung daripada di hutan

beriklim sedang.

Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan keanekaragaman keadaan lingkungan

yang lebih besar dari keadaan lingkungan untuk perkembangan benih di daerah tropik.

Keanekaragaman ini mengakibatkan terjadinya pembagian sumber-sumber yang ada, dan

timbulnya persaingan antar jenis. Perhitungan kejarangan jenis tumbuhan dipersulit

karena dua hal, yaitu beberapa jenis tumbuhan berumah dua (tidak seperti kebanyakan

tumbuhan yang mempunyai kedua kelamin pada satu batang), dan tumbuhan yang

bersifat endemik terbatas penyebarannya. Maka untuk melestarikan jenis tersebut perlu

dicadangkan areal yang cukup luas. Hal pertama tersebut dipersulit lagi karena

perbandingan kelamin tidak selalu merata sehingga hutan cadangan yang melindungi

hanya satu kelamin dari jenis tertentu tidak begitu berguna bagi jenisnya dalam jangka

waktu yang panjang.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

Keanekaragaman Hewan

Hutan dataran rendah Sumatera memiliki keanekaragaman hayati yang terkaya di

dunia. Berbagai jenis burung dan mamalia besar hidup di hutan dataran rendah Sumatera.

Untuk jenis burung saja pada hutan dataran rendah Sumatera terdapat 425 dari 626 jenis

burung yang hidup di hutan hujan Sumatera. Jenis-jenis burung tersebut antara lain

adalah rangkong papan (Buceros bucornis),sempidan Sumatera (Lophura inornata),

srigunting Sumatera (Dicrurus sumatranus), dan Bondol tunggir-putih (Lonchura

striata). Selain itu Sumatera juga merupakan habitat bagi jenis-jenis mamalia besar yang

tidak dijumpai di wilayah lain seperti harimau Sumatra (Panthera tigris), gajah (Elephas

maximus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), beruang madu (Helarctos

malayanus) dan Tapir (Tapirus indicus). Keanekaragaman hayati yang tinggi yang

dimiliki oleh hutan dataran rendah Sumatera, menempatkan hutan Sumatera menjadi

salah satu ekosistem terpenting di dunia. (Widuri, 2008). Sementara Borneo memiliki

lebih dari 200 mamalia darat, lebih dari 500 jenis burung, 166 jenis reptilia, 183 jenis

amfibi dan invertebrata yang tidak terhitung jumlahnya, termasuk puluhan ribu jenis

kumbang (MacKinnon, et.al., 2000).

Jumlah jenis hewan yang besar di hutan dataran rendah, umumnya berkaitan erat

dengan perbedaan struktur dan keanekaragaman habitatnya. Hasil perhitungan pada satu

hektar hutan dataran rendah yang biasa di Panama mendukung lebih dari 41.000 jenis

serangga, dan seperempat dari jumlah ini mungkin terbatas hidupnya pada hanya satu

jenis tumbuhan. Jumlah hewan yang terdapat di Sumatera dan bagian lain di kawasan

Sunda, sesungguhnya adalah besar, akan tetapi tidak sebesar yang terdapat di daerah

tropik yang lain (Anwar J, et.al.,1984). .

Universitas Sumatera Utara

Page 15: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

Daur Pertumbuhan Hutan

Hutan hujan tropik yang berbeda-beda,dan juga hutan-hutan di seluruh dunia,

mempunyai banyak persamaan dasar, karena memiliki proses suksesi dunia dan sifat-sifat

ekologik jenis pohon yang sama. Proses hutan tersebut dikenal sebagai daur

pertumbuhan hutan. Daur pertumbuhan ini menggambarkan kejadian-kejadian

bagaimana tumbangnya pohon-pohon tua mempengaruhi pohon yang berdekatan,

sehingga hutan menjadi terbuka yang disebut rumpang. Pada bagian hutan yang terbuka

tersebut, akan tumbuh dengan subur jenis yang toleran terhadap sinar matahari (tidak

toleran terhadap naungan), yang selanjutnya akan menciptakan keadaan yang sesuai

untuk perkecambahan biji-biji jenis pohon lain yang toleran terhadap naungan (bukan

harus berarti tidak toleran terhadap cahaya). Pertumbuhan semai itu selanjutnya akan

mengambil alih tumbuhan pengisi hutan terbuka yang terdahulu. Proses yang

menjadikan hutan dewasa disebut sebagai ‘suksesi sekunder’

Universitas Sumatera Utara

Page 16: TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

15

DAFTAR PUSTAKA

Anwar J, et.al 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta. MacKinnon K, et.al. 2000. Ekologi Kalimantan. Prenhallindo. Jakarta. Monk KA, Fretes YD, Lilley GR. 2000. Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku.

Prenhallindo. Jakarta. Whitmore, TC. 1998. An Introduction to Tropical Rain Forests. Oxford University Press

Inc. New York.

Widuri RT. 2008. Hutan Hujan Dataran Rendah Sumatera: Kini dan Masa Datang. www.burung.org/akses 24 maret 2010

Universitas Sumatera Utara