28
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan “Analisis Kebutuhan Air Irigasi” tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester IV matakuliah “Irigasi dan Drainasi”. Laporan ini mencakup syarat tumbuh tanaman, fungsi air dalam pertumbuhannya, analisis kondisi meteorologi daerah sample, kondisi tanah dan lain sebagainya yang dijadikan input pada aplikasi Cropwat 8.0 untuk menganalisis kebutuhan air tanaman, kebutuhan air irigasi, pemilihan metode irigasi dan rencana desain irigasi di lapang sekaligus evaluasinya. Pepatah mengatakan bahwa “Tada Gading yang Tak Retak”. Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa laporan ini masih ada kekurangan, baik dari penulisannya maupun dari isinya. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan agar penulisan laporan selanjutnya dapat lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Malang, 12 April 2012 Page 1 of 28

 · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-

Nya penulis dapat menyelesaikan laporan “Analisis Kebutuhan Air Irigasi” tepat pada

waktunya. Laporan ini dibuat untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester IV matakuliah

“Irigasi dan Drainasi”. Laporan ini mencakup syarat tumbuh tanaman, fungsi air dalam

pertumbuhannya, analisis kondisi meteorologi daerah sample, kondisi tanah dan lain

sebagainya yang dijadikan input pada aplikasi Cropwat 8.0 untuk menganalisis kebutuhan air

tanaman, kebutuhan air irigasi, pemilihan metode irigasi dan rencana desain irigasi di lapang

sekaligus evaluasinya.

Pepatah mengatakan bahwa “Tada Gading yang Tak Retak”. Oleh karena itu, penulis

menyadari bahwa laporan ini masih ada kekurangan, baik dari penulisannya maupun dari

isinya. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan agar penulisan laporan

selanjutnya dapat lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 12 April 2012

Ika Dyah Saraswati

Page 1 of 20

Page 2:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan bercocok tanam tentu tidak dapat dipungkiri bahwa tanah dan air

menjadi salah satu faktor penting di dalamnya. Tanah dan air saling berhubungan yang

akhirnya membentuk suatu sistem pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman. Sifat-sifat yang

dimiliki oleh tanah menjadi indikator bagi kemampuannya untuk menyediakan dan

menyimpan air, sehingga apabila kita melihat pada sifat tanah memiliki korelasi dengan air

yang dapat diberikan kepada tanaman. Oleh sebab itu pemahaman mengenai tanah sangat

dibutuhkan bagi petani untuk mengetahui cara atau metode untuk mencukupi kebutuhan air

tanamannya.

Pada beberapa daerah terdapat tanah yang tidak dapat menahan air dengan baik karena

terlalu banyak pori makro, sehingga setiap air yang mengalami infiltrasi akan sangat mudah

untuk terdrainasi ke bawah akibat gaya grafitasi. Sementara itu, di daerah lain yang memiliki

tanah dengan sifat sangat kuat menahan air menyebabkan tanah berada dalam keadaan

tergenang. Tanah yang memiliki banyak sekali pori mikro memiliki kemampuan yang sangat

kuat untuk menyimpan air sekaligus sulit bagi air untuk masuk atau infiltrasi sulit.

Gambaran diatas adalah fenomena yang wajar dan sering kita jumpai dalam kehidupan

sehari-hari. Hal tersebut seharusnya dapat ditangani dengan memahami kebutuhan air

tanaman, sehingga metode pemberian air dapat diterapkan sesuai dengan jenih tanaman dan

tanah. Faktor iklim juga tak dapat ditinggalkan, karena pemenuhan kebutuhan air juga

memperhatikan kondisi curah hujan wilayah setempat. Sehingga perlu bagi setiap orang yang

memiliki kepentingan dalam bercocok tanam dan kegiatan pemenuhan air tanaman untuk

mengetahui sifat tanah lahan, kondisi meteorologi wilayah, dan kebutuhan tanaman tiap stadia

pertumbuhannya. Dengan mengetahui ketiganya, maka analisis untuk menentukan metode

irigasi yang tepat dapat dilakukan.

1.2. Tujuan

untuk mengetahui korelasi antara faktor tanah, iklim dan stadia pertumbuhan tanaman

dalam pemenuhan kebutuhan air tanaman

untuk menganalisis kesesuaian metode irigasi yang tepat dengan melihat faktorfaktor

yang ada

Page 2 of 20

Page 3:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Tebu

a. Kesesuaian Iklim

Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang (daerah tropik dan

subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35o LS dan 39o LU.

Unsur – unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan, sinar

matahari, angin, suhu, dan kelembaban udara.

b. Curah Hujan

Tanaman tebu banyak membutuhkan air selama masa pertumbuhan vegetatifnya,

namun menghendaki keadaan kering menjelang berakhirnya masa petumbuhan vegetatif agar

proses pemasakan (pembentukan gula) dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan

kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, maka secara ideal curah hujan yang

diperlukan adalah 200 mm per bulan selama 5 – 6 bulan berturutan, 2 bulan transisi dengan

curah hujan 125 mm per bulan, dan 4 – 5 bulan berturutan dengan curah hujan kurang dari 75

mm tiap bulannya. Daerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm

dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan

daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman tebu.

c. Sinar Matahari

Radiasi sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk pertumbuhan dan

terutama untuk proses fotosintesis yang menghasilkan gula. Jumlah curah hujan dan

penyebarannya di suatu daerah akan menentukan besarnya intensitas radiasi sinar matahari.

Cuaca berawan pada siang maupun malam hari bisa menghambat pembentukan gula. Pada

siang hari, cuaca berawan menghambat proses fotosintesis, sedangkan pada malam hari

menyebabkan naiknya suhu yang bisa mengurangi akumulasi gula karena meningkatnya

proses pernafasan.

d. Angin

Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam adalah baik bagi pertumbuhan tebu

karena dapat menurunkan suhu dan kadar CO2 di sekitar tajuk tebu sehingga fotosintesis tetap

Page 3 of 20

Page 4:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

berlangsung dengan baik. Kecepatan angin yang lebih dari 10 km/jam disertai hujan lebat,

bisa menyebabkan robohnya tanaman tebu yang sudah tinggi.

e. Suhu

Suhu sangat menentukan kecepatan pertumbuhan tanaman tebu, sebab suhu terutama

mempengaruhi pertumbuhan menebal dan memanjang tanaman ini. Suhu siang hari yang

hangat atau panas dan suhu malam hari yang rendah diperlukan untuk proses penimbunan

sukrosa pada batang tebu. Suhu optimal untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 24 – 30 oC,

beda suhu musiman tidak lebih dari 6o, dan beda suhu siang dan malam hari tidak lebih dari

10o.

e. Kelembaban Udara

Kelembaban udara tidak banyak berpengaruh pada pertumbuhan tebu asalkan kadar

air cukup tersedia di dalam tanah, optimumnya < 80%.

f. Kesesuaian Lahan

Tanah merupakan faktor fisik yang terpenting bagi pertumbuhan tebu. Tanaman tebu

dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah, namun tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu

adalah tanah yang dapat menjamin kecukupan air yang optimal. Tanah yang baik untuk tebu

adalah tanah dengan solum dalam (>60 cm), lempung, baik yang berpasir dan lempung liat.

Derajat keasaman (pH) tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 5,5 –

7,0. Tanah dengan pH di bawah 5,5 kurang baik bagi tanaman tebu karena dengan keadaan

lingkungan tersebut sistem perakaran tidak dapat menyerap air maupun unsur hara dengan

baik, sedangkan tanah dengan pH tinggi (di atas 7,0) sering mengalami kekurangan unsur P

karena mengendap sebagai kapur fosfat, dan tanaman tebu akan mengalami “chlorosis”

daunnya karena unsur Fe yang diperlukan untuk pembentukan daun tidak cukup tersedia.

Tanaman tebu sangat tidak menghendaki tanah dengan kandungan Cl tinggi.

g. Kelas Kesesuaian Lahan dan Faktor Pembatas

Berpedoman pada syarat tumbuh tanaman tebu, maka faktor pembatas utama untuk

tanaman tebu adalah kesuburan tanah, solum tanah, kemiringan lereng dan tekstur tanah.

Pengusahaan tanaman tebu harus dilakukan pada tanah dengan kemiringan <8%. Tanah

Page 4 of 20

Page 5:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

dengan kelas S1, S2 dan S3 tanpa faktor pembatas yang berat merupakan klas lahan yang

sesuai untuk tanaman tebu. Sebaran lahan tebu di Indonesia disajikan pada tabel.

Dari persyaratan tumbuh untuk tanaman tebu dapat diringkaskan sebagai berikut :

Ringkasan Persyaratan Tumbuh Tebu

Komponen Syarat TumbuhKorelasi *)

(dgn rendemen)

Letak lintang 35o LS dan 39o LU

Iklim

Curah hujan 1.500 – 3.000 mm per tahun dengan 4-5 bulan

kering nyata

-0,70

Penyinaran

matahari

Matahari penuh tanpa awan -0,37

Suhu optimum 24-30o

Suhu maksimum 32o -0.66

Angin < 10 km/jam

Kelembaban udara < 80%

Tanah

Topografi 0 – 5%,

Sifat fisik Drainase baik, tidak ada batuan di permukaan

(< 40 cm), solum dalam (> 60cm)

Sifat kimia pH 5,5 – 7,0, ketersediaan hara seimbang,

tidak terdapat Cl dalam jumlah banyak

Kelas kesesuaian S1, S2, S3 tanpa faktor penghambat yang

berat

Keterangan : *) = Windiharto dan Chujaemi (2000)

(Anonymous b, 2011)

2.2. Fungsi Air Dalam Pertumbuhan Tanaman

Dalam bidang pertanian, air memegang peran yang sangat vital. Air dapat menjadi

faktor pembatas pada pertumbuhan tanaman serta mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil.

Pemberian air secara optimal menurut fase pertumbuhan tanaman akan meningkatkan hasil,

sebaliknya, pemberian air yang kurang atau berlebihan akan berpengaruh buruk terhadap

pertumbuhan tanaman, serta menurunkan kuantitas dan kualitas hasil (Cahyono, B., 2003). Page 5 of 20

Page 6:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

Secara umum, tanaman membutuhkan air untuk melakukan fungsi sebagai berikut:

1. Menentukan laju fotosintesis. Seperti yang kita ketahui bahwa air adalah salah

satu materi untuk melakukan fotosintesis, sehingga air yang diberikan akan

berbanding lurus dengan tingkat fotosintesis yang akan terjadi.

2. Sebagai pelarut universal dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pelarut dalam hal ini adalah melarutkan unsur hara agar lebih mudah untuk

diserap akar tanaman, selain itu juga dapat melarutkan zat berbahaya bagi

tanaman agar tidak diserap oleh akar tanaman

3. Menentukan proses transportasi unsur hara yang ada di dalam tanah

4. Mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan sehingga

pertumbuhan tanaman dapat terjadi secara merata pada tubuh tanaman

(Susilowarno, G., et.al. 2001).

Dalam sumber lain juga dijelaskan sebagai berikut ini:

1. Bahagian dari protoplasma. Biasanya air membentuk 85-90% dari berat

keseluruhan bahagian hijau tumbuhan (jaringan yang sedang tumbuh)

2. Reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam proses-proses

hidrolitik seperti perubahan pati menjadi gula

3. Pelarut dari garam-garam, gas-gas dan material yang bergerak ke dalam tumbuhan,

melalui dinding sel dan jaringan xylem serta menjamin kesinambungannya

4. Sesuatu yang essensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertambahan sel,

stabilitas bentuk daun, proses membuka atau menutupnya stomata, kelangsungan

gerak struktur tumbuhan (Ismail, 2001).

2.3. Software Cropwat 8

CROPWAT 8,0 untuk Windows adalah program komputer untuk perhitungan

kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan data tanah, iklim dan tanaman.

Selain itu, program ini memungkinkan pengembangan jadwal irigasi untuk kondisi

manajemen yang berbeda dan perhitungan pasokan skema air untuk berbagai pola tanaman.

CROPWAT 8,0 juga dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek-praktek irigasi petani dan

untuk menilai kinerja tanaman di bawah kedua kondisi tadah hujan dan irigasi (Anonymous a,

2012).

Berisi data meteorologi berisi temperatur minimum, maksimum,

Page 6 of 20

Page 7:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

radiasi matahari, kecepatan angin, kelembaban, lama penyinaran

Berisi besarnyacurah hujan yang turun dan hujan effektif

Berisi koefisien tanaman tiap fase pertumbuhan, kedelaman akar,

respon terhadap lahan

Jenis tanah, kedalaman efektif yang dapat ditembus akar,

kelembaban, kekuatan infiltrasi

Menujukkan berapa banyak air yang dibutuhkan tanaman selama

hidupnya

Penjadwalan irigasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor

iklim, tanaman, dan tanah dari data diatasnya

Data tanaman yang digunakan sebagai tanaman tumpangsari dari

tanaman utama, atau tanaman rotasi dari tanaman utama

Hasil dari perencanaan irigasi apabila menggunakan tanaman

tumpangsari pada tanaman utama atau penggunaan sistem rotasi

2.4. Macam Metode Irigasi

Irigasi permukaan : Penggenangan, border, alur

Irigasi permukaan, yaitu dengan sistem basin atau furrow yang berfungsi sebagai

sistem draiansi pada musim hujan (Sobir, 2000). Hal yang harus dipertimbankan

apabila akan memilih sistem irigasi permukaan adalah sebagai berikut :

- Topografi Lahan kemiringan lahan berhubungan dengan kemana air akan

mengalir

- Jenis tekstur tanah tekstur tanah mempengaruhi pada infiltrasi air tanah yang

kemudian akan menunjukkan pola pergerakan air tanah terhadap akar tanaman

sebagai sasaran pembasahan,

- laju infiltrasi

- Jenis Tanaman keadaan kanopi tanaman, berhubungan dengan pembasahan,

keefektivan pemberian air, dan kemampuan tanaman untuk menyerap air tanah

- Bentuk Lahan bentuk lahan berhubungan dengan kemiringan lahan

- guludan/petakan menunjukkan aliran air yang dapat dilakukan pada daerah

petakan atau guludan

Pemberian air tanaman dapat dilakukab dengan tiga cara yaitu :

Page 7 of 20

Page 8:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

a. Basin atau sistem penggenangan seperti di tanah sawah.

Hal yang harus mendapat perhatian dalam sistem basin adalah perbedaan tekstur

tanah dalam satu petak penggenangan, sebab terkadang tekstur dapat berbeda.

Kemudian penjadwalan irigasi, dan penggenangan dapat menebabkan pengolahan

menjadi buruk

b. Furrow Area irigasi atau irigasi dengan alur :

Hal yang harus dipertimbangkana adalah :

- area yang akan diirigasi (ha) harus diperhatikan untuk menentukan debit air yang

akan diberikan

- Tebal irigasi : tebal air yang harus masuk/ infiltrasi mengisi reservoir tanah,

apabila air yang masuk terlalu banyak akan menyebabkan tanah berada dalam

keadaan jenuh dan ini tidak baik bagi tanaman,

- Lama irigasi : waktu dalam jam yg diperlukan untuk memenuhi tebal irigasi (mm)

tergantung besarnya aliran (stream size).

c. Irigasi border yaitu dengan melakukan penggenangan di sebelah kanan dan kiri barus

tanaman dengan harapan air akan merembes ke akar tanaman

Irigasi curah atau sprinkler

- Kelebihan

o Sesuai untuk daerah dengan topografi kurang teratur dan solum tanah yang

reletif dangkal

o Tidak memerlukan jaringan saluran terbuka, sehingga secara tidak

langsung akan menembah luas lahan produktif dan terhindar dari masalah

gulma air

o Cocok untuk lahan pertanian dengan jenis tanah bertekstur pasir tanpa

menimbulkan masalah kehilangan air yang berlebihan

o Sesuai untuk lahan berkelerengan tanpa menimbulkan masalah erosi yang

dapatmengurangi tingkat kesuburan tanah

- Kekurangan

o Biaya investasi dan biaya operasional reletif tinggi, antara lain untuk

operasi pompa air dan tenaga pelaksana yang lain untuk operasi pompa air

dan tenaga pelaksana yang terampil

o Memerlukan rencana dan tata letak yang cukup teliti untuk memperoleh

tingkat efisiensi yang tinggi

o Dapat meningkatkan penyakit bercak daun

Page 8 of 20

Page 9:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

o Biaya untuk menangani gulma tinggi

o Mengganggu kegiatan lain jika kegiatan irigasi sedang beerlangsung

(Sobir. 2000).

Irigasi tetes atau drip

Irigasi drip adalah cara pemberian air pada tanaman secara langsung, baik di

permukaan tanah maupun di dalam tanah melalui tetesan secara kontinyu dan

perlahan. Irigasi ini menggunakan emiter dan pipa berlubang atau selang plastik.

Keuntungan menggunakan irigasi tetes yaitu :

1. Tanaman dapat memperoleh air sesuai kebutuhan

2. Daun tidak basah sehingga mengurangi cendawan

3. Biaya operasi dan pemeliharaan relatif rendah karena otomatisasi penuh

4. Pengolahan lahan atau tanaman dapat terus berlangsung selama irigasi karena

hanya sekitar tanaman yang memperoleh pembasmian

5. Distribusi pupuk hanya disekitar perakaran saja sehingga penggunaannya lebih

efisien (Lingga,Pinus.2000).

Page 9 of 20

Page 10:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

III. METODE ANALISIS

3.1. Analisis Kebutuhan Air Tanaman

Jika kita melihat pada tabel crop water requirenment diatas maka kita akan

mendapatkan bahwa kebutuhan air tanaman yang titunjukkan dengan evapotranspiration crop

(Etc) maka kita akan mendapatkan bahwa dari masa awal penanaman hingga akhir akan

panen menunjukkan jumlah air 1687 mm.

Kebutuhan air tanaman setiap ekade berbeda, tergantung pada stadia tanaman yang

ditunjukkan oleh Kc (koefisien crop). Pada masa awal tanam dan akhir masa tanam Kc lebih

rendah hal ini berpengaruh pada CWR yang lebih rendah, sedangkan pada masa awal Page 10 of 20

CWR : : IWR

Page 11:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

menjelang pertengahan, masa petengahan atau Mid dan menjelang awal masa akhir tanam Kc

lebih tinggi sehingga berpengaruh pada CWR yang menjadi lebih tinggi.

3.2. Analisis Kebutuhan Air Irigasi

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa

hujan banyak terjadi pada bulan-bulan awal april

dan terus menurun intensitasnya sampai pada

pertengahan agustus. Sehingga pada rentang awal

april hingga pertengahan agustus memerlukan

lebih banyak air irigasi sebagai supply tambahan

bagi CWR atau evapotranspirasi tanaman.

Dari bulan agustus akhir hingga menjelang

awal april hujan kembali terjadi dengan intensitas

yang cenderung meningkat sehingga air bagi

tanaman CWR dapat terpenuhi, hal ini berpengaruh pada kebutuhan air irigassi IWR, dengan

adanya hujan maka IWR turun.

Akumulasi effisiensi hujan adalah 1228,4 mm, sedangkan kebutuhan air irigasi (IWR)

dari awal tanam hingga akhir tanam menjelang panen adalah 704,6 mm. Effisiensi hujan

adalah 5,1%, seperti yang ditunjukkan dalam tabel bahwa total hujan adalah 2208,0 mm,

sedangkan air hujan yang dimanfaatkan tumbuhan hanya 1228,4 mm. Sedangkan effisiensi

lahan 70% menunjukkan bahwa air irigasi yang dapat dimanfaatkan maksimal oleh tanaman

adalah 70% dari 704,6 mm adalah 556,5 mm.

3.3. Analisis Pemilihan Metode Irigasi

Dari gambaran diatas kita dapat menentukan sistem irigasi yang baik,

Sprinkler : Apabila kita memutuskan untuk menggunakan metode sprinkler maka akan

sulit karena melihat morfologi tanaman tebu yang selain tinggi juga berdaun (canopy)

rimbun, sehingga air tidak akan effisien bagi tanaman, karena air yang dikeluarkan

hanya akan mengenai daun dan kemungkinan kecil akan sampai ke tanah.

Irigasi permukaan : Apabila kita menggunakan irigasi permukaan, yang menjadi

pertimbangan adalah effisiensi air yang diberikan dan yang dimanfaatkan oleh

tanaman secara maksimal. Sebab air yang diberikan tidak sepenuhnya akan digunakan

Page 11 of 20

Page 12:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

Arah air Akhir aliran air

oleh tanaman, sebagian ada yang menguap dan sebagian lagi akan turun ke bawah

tanah karena gravitasi.

irigasi tetes atau drip : menurut saya, irigasi ini paling baik diantara metode irigasi

yang lain. Dengan menggunakan irigasi drip pemberian air bagi tanaman tebu akan

lebih effisien dan hemat air. Air yang diberikan berasal dari pipa-pipa yang masing-

masing mengalirkan air kepada tanaman tebu secara langsung. Air akan dikeluarkan

melalui lubang pada pipa, sehingga debitnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan,

sehingga tidak akan berlebihan atau kekurangan. Selain itu air tidak akan mengenai

daun, sehingga kekhawatiran tentang penyakit yang menyerang daun dapat diatasi.

3.4. Perancangan Design Irigasi di Lapangan

Dengan menggunakan metode irigasi drip diharapkan effisiensi pemberian air dapat

dilaksanakan. Sistem drip dengan menggunakan sumber dari tandon air yang airnya berasal

dari pompa. Kemudian dari tandon air tersebut dialirkan ke seluruh tanaman tebu dengan

menggunakan pipa-pipa yang mengalir di setiap baris-baris tanaman (juring). Setiap titik

tempat tanaman tebu berada kemudian diberi lubang agar air dapat keluar.

Pengaliran dapat disesuaikan dengan jadwal irigasi, sehingga perlu adanya kran

(pembuka dan penutup aliran air) pada saluran tersebut. Sedangkan pada akhir atau ujung

areal pertanaman dimana tidak ada tanaman tebu yang harus dialiri air lagi diberikan penutup

alur, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan ikatan di ujung sehingga aliran air akan

terhenti.

Gb. 3.1 Desain irigasi drip di lahan

Page 12 of 20

Page 13:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Lokasi Studi

Daerah studi iklim Malang di stasiun iklim karang kates. Karang kates adalah hulu

sungai brantas yang merupakan daerah tangkapan dan resepan air hujan yang sangat penting

bagi daerah-daerah di bawahnya. Wilayah ini mempunyai rataan curah hujan tahunan sebesar

1700-2700 mm, sekitar 75 % terjadi pada musim hujan dan 25 % pada musim kemarau.

Daerah ini merupakan salah satu pusat produksi tanaman hor-tikultura, terutama

kentang, kubis, wortel, bawang merah, bawang putih, kacang merah, apel, dan tanaman

perkebunan seperti tebu lahan kering. Kondisi agroekologi di wilayah ini sangat mendukung

bagi pola usahatani tanaman tersebut secara intensif.

Namun demikian sebagian besar wilayah ini mempunyai indeks bahaya erosi yang

sangat tinggi. Keadaan seperti ini telah memaksa dilakukannya berbagai upaya untuk

melestarikan sumberdaya lahan, baik secara teknis, biologis, dan sosial ekonomis.

Kepanjen terletak di ketinggian rata rata 350 m dpl dan diapit oeh 3 gunung yaitu

Kawi, Semeru dan pegunungan selatan, terletak pada titik koordinat 112º17’10,9” –

112º57’00” Bujur Timur dan  55,11” – 8º26’34,45” Lintang Selatan.

Kecamatan Kepanjen terletak di wilayah Kabupaten Malang Selatan dengan luas

wilayah sebesar 4.624 hektar yang terdiri atas lahan sawah dan lahan kering. Lahan sawah

memiliki luas 2.431 hektar sedangkan lahan kering memiliki luas 2.193 hektar Lahan sawah

secara keseluruhan terbagi atas lahan sawah berpengairan diusahakan, lahan sawah tidak

berpengairan diusahakan, lahan sawah sementara tidak diusahakan dan lahan tidur/tidak

diusahakan, sedangkan lahan kering terdiri atas permukiman, tegal/kebun, perkebunan dan

padang rumput/rawa.

Potensi pertanian yang terkandung di wilayah Kecamatan Kepanjen cukup potensial

dan strategis sehingga tidak heran apabila daerah ini menjadi salah satu daerah penyangga

bagi produksi pangan (dalam hal ini tanaman padi) Kabupaten Malang, misalnya saja pada

tahun 2006 produksi pangan tanaman padi mencapai 364.439 ton, meningkat dibandingkan

tahun sebelumnya (Hanif M.F., 2008).

Page 13 of 20

Page 14:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

4.2. Kebutuhan Air Tanaman

4.2.1. Kondisi Meteorologi Lokasi Studi

Dari data klimatologi diatas kita dapat mengetahui bahwa pada wilayah karangkater

rata-rata untuk temperatur udara minimum adalah 20,50 C, sementara untuk temperatur

maksimum rata-rata adalah 31,80 C. Kelembaban relatifnya cenderung tinggi yaitu 79% hal ini

dikarenakan lama penyinaran oleh matahari termasuk rendah yaitu hanya 7,8 jam dan kurang

dari 12 jam sedangkan kecepatan angin juga termasuk rendah kurang dari 175 km/jam yaitu

hanya 167 km/jam dengan radiasi 20,6.

4.2.2. Kebutuhan Air Tanaman

Rata-rata ETo adalah 4,52 sehingga dengan mempertimbangkan Kc tanaman tebu

didapatkan 1687 dari awal sampai akhir. Kebutuhan air tanahaman setiap dekade ditunjukkan

dengan tabel pada poin 3.1 yang menunjukkan berapa air yang dibutuhkan tanaman pada satu

dekadenya. Kemudian dengan mempertimbangkan hujan dan effisiensi air hujan yang

dimanfaatkan oleh tanaman maka didapatkan kebutuhan air irigase seperti pada tabel 4.2.1

diatas. Maka dengan mempertimbangkan data tersebut kegiatan irigasi dapat dilakukan sesuai

dengan debit yang sesuai agar irigasi efisien.

Page 14 of 20

Page 15:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

4.3. Kebutuhan Air Irigasi Sesuai Skenario

Decade IRW (mm/dec) Decade IRW (mm/dec)

April 1

April 2

April 3

Mey 1

Mey 2

Mey 3

Juni 1

Juni 2

Juni 3

Juli 1

Juli 2

Juli 3

Agustus 1

Agustus 2

Agustus 3

September 1

September 2

September 3

Oktober 1

0,0

0,0

0,0

0,0

4,7

14,9

16,8

24

35,3

46,7

52,1

61,5

59,6

63,5

67,8

60,7

60,3

48,7

34,9

Oktober 2

Oktober 3

November 1

November 2

November 3

Desember 1

Desember 2

Desember 3

Januari 1

Januari 2

Januari 3

Februari 1

Februari 2

Februari 3

Maret 1

Maret 2

Maret 3

April 1

End

23,7

21,7

7,8

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

-

Dari tabel kebutuhan air irigasi diatas dapat kita rencanakan pemberian air irigasi

setiap minggunya dengan mengatur debit pengeluaran pada selang drip pada masing-masing

tanaman tebu sesuai dengan data perkiraan kebutuhan air irigasi mingguan yang telah

disesuaikan dengan data perkiraan hujan dan cuaca lainnya.

4.4. Metode Irigasi Yang Dipilih

4.4.1. Rancangan Design Irigasi di Lapangan

Dari gambar desain sistem irigasi di atas dengan menggunakan metode irigasi drip

atau tetes. Sumber air berasal dari tandon air yang airnya dapat diperoleh melalui

pemompaan. Air kemudian dialirkan dengan menggunakan sistem kran sehingga debit juga

dapat diatur sesuai dengan penjadwalan irigasi yang telah dibuat. Air yang mengalir melalui

Page 15 of 20

Page 16:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

selang atau pipa kemudian sampai kepada tanaman dalam bentuk tetesan. Pada ujung pipa

diberikan end cap untuk menghentikan aliran air ataupun dapat diikat supaya air dapat

berhenti.

(Anonymous c, 2012)

(Tim Pengajar Irigasi dan Drainasi, 2012)

4.4.2. Evaluasi Design

Dengan menggunakan sistem irigasi drip maka kita harus mempertimbangakan

tentnang proses pembumbunan yang dilakukan umumnya tiga kali selama proses

pertanaman tebu,

Page 16 of 20

Page 17:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

hal yang perlu diperhatikan adalah tentang tekanan aliran air, tekanan aliran air dalam

pipa harus diperhatikan sehingga aliran air dapat sampai pada tanaman paling ujung,

debit dan laju aliran harus diperhatikan sesuai dengan penjadwalan, sehingga air yang

diterima sesuai dengan kebutuhan dan langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman

air yang digunakan harus air yang bersih, sebab apabila air tercampur dengan kotoran

misalkan, partikel tanah dan sebagainya dikhawatirkan akan menyebabkan

penyumbatan pada selang filternya.

Pertimbangan daerah yang dapat terbasahi dengan menggunakan desain irigasi drip

diatas dan juga termasuk effisiensi penyebaran air dalam pori tanah, hasu

mempertimbangkan pula tekstur tanah yang bersangkutan

Keseragaman antar emiter harus sama, karena hal ini berhubungan dengan banyaknya

air yang didapatkan tanaman pada titik pembasahan yang berbeda, maka diusahakan

agar tekanan pada setiap emiter sama, sehingga air yang dikeluarkanpun akan sama.

4.4.3. Rencana Operasional Irigasi

Dengan menggunakan sistem tetes atau drip, irigasi dilakukan dengan mengalirkan air

yang ada di dalam tandon. Air dalam tandon diperoleh dengan cara mengambil air dari dalam

tanah atau pompa air dari dalam tanah.

Melalui pipa-pipa yang telah dipasang di sepanjang baris tanaman tebu, air dialirkan

dengan cara membuka keran. Teanan aliran air harus diperhatikan sehingga air dapat sampai

pada tanaman tebu yang berada paling ujung pada baris tanaman.

Page 17 of 20

Page 18:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

V. KESIMPULAN DAN RENCANA LANJUTAN

5.1. Kesimpulan

irigasi yang dapat direkomendasikan adalah irigasi drip atau tetes

dengan menggunakan irigasi drip atau tetes effiseiensi ari irigasi dapat ditingkatkan

dan kemungkinan pembasahan pada daun menyebabkan infeksi penyakit dapat diatasi

apabila kita menggunakan irigasi drip maka harus mempertimbangkan tekanan air

agar air dapat mencapai tanaman tebu paling ujung pada tiap barisnya

5.2. Rencana Lanjutan

mengatasi masalah tentang pengaturan debit pemberian air agar lebih effisien

menganalisis keefektivan cara irigasi dengan metode irigasi drip ini

mempertimbangkan untuk penggunaan pettern yaitu penambahan tanaman lain pada

tanaman tebu dengan cara tumpangsari atau tanaman pagar.

Mempertimbangkan untuk aplikasi pupuk yang dilarutkan bersama air apakah efektif

atau tidak?

Page 18 of 20

Page 19:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous a, 2012. Cropwat 8.0. http://waterwiki.net/index.php/CropWat. Diakses 5 April

2012

Anonymous b. 2012. Syarat Tumbuh Tanaman Tebu.

http://binaukm.com/2010/06/persyaratan-tumbuh-dalam-usaha-budidaya-tebu/.

Diakses 5 April 2012

Anonymous c, 2012. catetankuliah.blogspot.com. diakses 9 april 2012

Cahyono, Bambang. 2003. Cabai Rawit. Kanisius. Jogjakarta

Hanif, M.F., 2008. Alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian dan dampaknya terhadap

pembudidayaan tanaman padi dalam kerangka ketahanan pangan (studi kecamatan

kepanjen, kabupaten malang). Fakultas hukum UB. Malang

Ismail, 2001. Pertumbuhan Tanaman. Andi. Jakarta

Lingga,Pinus.2000. Hidroponik : Bercocok tanam tanpa tanah. Agromedia. Jakarta

Sobir. 2000. Buku pintar budidaya tanaman buah unggul indonesia. Redaksi Agromedia.

Jakarta

Soemarno . 2006. Penggunaan Lahan: Dinamika Dan Permasalahannya. _________. ___________________.

Susilowarno, G., et.al. 2001. Biologi. Grafindo. Jakarta

Tim Pengajar Irigasi dan Drainasi, 2012. Materi 7 irigasi tetes. FPUB. Malang

Page 19 of 20

Page 20:  · Web viewDaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai

Page 20 of 20