85
i TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG ANTARA PT. AQUA TIRTA INVESTAMA KLATEN DENGAN CV. BINTANG JAYA Skripsi Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: ILIK SUSENO NIM: E 1102026 FAKULTAS HUKUM UNIVESITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

  • Upload
    dothu

  • View
    257

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

i

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN

PENGANGKUTAN BARANG ANTARA PT. AQUA TIRTA

INVESTAMA KLATEN DENGAN

CV. BINTANG JAYA

Skripsi

Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

ILIK SUSENO NIM: E 1102026

FAKULTAS HUKUM

UNIVESITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi) ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan

Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Dosen Pembimbing Skripsi

Munawar Kholil, S.H, M.Hum

NIP. 196810171994031003

Page 3: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi) ini telah diterima dan disahkan oleh

Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 14 April 2010

TIM PENGUJI

(1) : Hernawan Hadi, SH., M.H.

Ketua NIP. 19600520 198601 1001

(2) : Diana Tantri C., SH., M.H.

Sekretaris NIP. 19721217 200501 2001

(3) : Munawar Kholil, S.H., M.Hum.

Anggota NIP. 19681017 199403 1003

Mengetahui,

Dekan

(Moh. Jamin, S.H., M.Hum.) NIP. 19610930 198601 1001

Page 4: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

iv

MOTTO

“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Maka

apabila kamu selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”

(Q.S. Al-Insyirah : 6-7)

PERSEMBAHAN

Page 5: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

v

Dengan seluruh rasa cinta dan terima kasih Penulis persembahkan hasil penulisan

ini kepada :

Ø Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkan dan mendidikku dengan

penuh kasih sayang dan kesabaran.

Ø Kakak-kakakku tersayang yang telah memberikan semangat dan motivasi

selama ini

Ø Adikku tercinta yang telah memberikan semangat, motivasi, kasih sayang dan

pengertian dalam menjalani hidup ini sehingga menjadikan hidupku lebih

berarti.

KATA PENGANTAR

Page 6: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

vi

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian

persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya

kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya,

disampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk

menyusun skripsi ini.

2. Ibu Sri Wiyarti, S.H., M.H selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing, memberi nasehat dan masukan selama Penulis belajar di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Bapak Munawar Kholil, S.H., M.Hum selaku Pembimbing penulisan hukum

ini yang telah menyediakan waktu dan pikiran beliau untuk membimbing dan

mengarahkan Penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Bapak Hernawan Hadi, S.H., M.H., selaku Ketua tim penguji yang telah

berkenan menyediakan waktu untuk menguji skripsi ini.

5. Ibu Diana Tantri Cahyaningsih, S.H., M.H., selaku Sekretaris tim penguji

yang telah berkenan menyediakan waktu untuk menguji skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen Fakultas Hukum UNS yang telah membagi ilmunya

kepada Penulis selama studi di Fakultas Hukum UNS.

7. Bapak dan ibu dosen Pengelola Penulisan Hukum (PPH) yang telah

memberikan izin atas judul skripsi ini sehingga Penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Hukum UNS yang telah membantu

Penulis selama studi di Fakultas Hukum UNS.

9. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu proses penyusunan skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan yang lebih

baik di sisi Allah SWT.

Page 7: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

vii

Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam penelitian ini. Akhirnya,

semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam ilmu hukum.

Surakarta, 26 April 2010

ILIK SUSENO

E 1102026

DAFTAR ISI

halaman

Page 8: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

viii

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

KATA PENGANTAR................................................................................. vi

DAFTAR ISI................................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

ABSTRAK .................................................................................................. xi

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6

E. Metode Penelitian .................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan Hukum ................................................. 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 12

A. Kerangka Teori ....................................................................... 12

1. Tinjauan Umum tentang Perjanjian .................................. 12

2. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Baku.......................... 30

3. Tinjauan Umum tentang Pengangkutan............................. 36

B. Kerangka Pemikiran................................................................. 45

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 46

A. Deskripsi Umum tentang CV. Bintang Jaya dengan PT.

Aqua Tirta Investama............................................................... 46

1. Deskripsi tentang CV. Bintang Jaya .................................. 46

2. Deskripsi tentang PT. Aqua Tirta Investama Klaten ......... 50

B. Proses Pengikatan Perjanjian Pengangkutan Barang

antara PT. Aqua Tirta Investama Klaten dengan CV.

Bintang Jaya............................................................................. 55

Page 9: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

ix

C. Tanggung Jawab Hukum Masing-Masing Pihak dalam

Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan Barang ........................ 61

D. Hambatan dan Penyelesaian dalam Pelaksanaan

Perjanjian Pengangkutan Barang antara PT. Aqua Tirta

Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya ........................... 64

BAB IV. PENUTUP .................................................................................... 69

A. Simpulan ................................................................................... 69

B. Saran.......................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 73

Page 10: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

x

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

1. Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ............................................ 72

2. Addendum I dari Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan................ 106

3. Addendum II dari Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan .............. 118

4. Addendum III dari Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ............. 129

5. Addendum I dari Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan................ 137

6. Surat Keterangan.................................................................................. 138

7. Collection / Return Order Aqua ........................................................... 139

8. Delivery Note / Surat Jalan .................................................................. 140

9. Bukti Terima Barang dari Suplier........................................................ 141

Page 11: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xi

ABSTRAK

ILIK SUSENO, E 1102026, TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG ANTARA PT. AQUA TIRTA INVESTAMA KLATEN DENGAN CV. BINTANG JAYA. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan Hukum (Skripsi). 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu proses pengikatan perjanjian pengangkutan barang, tanggung jawab hukum masing-masing pihak dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang serta hambatan dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang antara PT. Aqua Tirta Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan menggunakan metode pendekatan empiris. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis data primer melalui penelitian lapangan, dan jenis data sekunder yang diperoleh dari studi pustaka dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pengikatan perjanjian pengangkutan barang antara PT. Aqua Tirta Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya diawali dengan adanya penawaran dari pihak pengangkut. Perjanjian disahkan dengan adanya penandatanganan kontrak perjanjian pengangkutan antara kedua pihak. Pelaksanaan perjanjian kerjasama jasa pengangkutan barang berjalan relatif lancar meskipun terdapat beberapa permasalahan namun tidak mengancam pengakhiran perjanjian tersebut oleh pihak pertama. Para pihak mempunyai tanggung jawab masing-masing dalam perjanjian kerjasaman. CV. Bintang Jaya selaku pihak pengangkut bertanggung jawab membayar ganti kerugian kepada PT. Aqua Tirta Investama apabila terjada kesalahan atau kelalaian selama proses pengangkutan. Segala kemungkinan resiko yang mungkin akan terjadi karena human error selama proses pengangkutan dan proses bongkar muat produk oleh pihak kedua akan menjadi resiko dan tanggungan yang akan dibebankan oleh pihak pertama kepada pihak kedua. PT. Aqua Tirta Investama selaku pihak pengangkut berkewajiban melakukan pembayaran atas jasa pengangkutan secara tepat waktu sesuai dengan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama jasa angkut antara PT. Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya dapat berasal dari kepentingan para pihak maupun dari faktor alam.

Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah perlunya suatu perjanjian untuk mengikat para pihak yang masing-masing terikat oleh hak dan kewajiban atas suatu prestasi. Sedangkan implikasi praktisnya adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh para pihak yang terkait.

Page 12: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakekat dari suatu pembangunan mengandung aspek dinamika, artinya

bahwa pembangunan merupakan kegiatan terus-menerus yang tidak terbatas

waktu tertentu, namun seiring dengan perkembangan jaman dan peradaban

manusia. Seperti halnya bangsa Indonesia, dengan gejolak yang sedemikian rupa

Indonesia akan tetap selalu berusaha dan selalu tumbuh guna mengikuti peradaban

dari waktu ke waktu, hal ini tidak lain adalah untuk mewujudkan tujuan nasional

sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV

dengan melalui program pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dan

berkesinambungan.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, harus dicapai kenaikan produksi

dan jasa di berbagai sektor pembangunan ekonomi yang meliputi : Pertanian,

Pertambangan Energi, Perhubungan, Perdagangan dan lain-lain yang tetap

berorientasi pada perluasan kerja, sehingga dapat mewujudkan struktur ekonomi

yang seimbang dari segi nilai tambah maupun dari segi penyerapan tenaga kerja.

Dalam sektor pertambangan misalnya, sumber-sumber alam Indonesia harus

dipergunakan secara rasional. Penggalian kekayaan alam harus diusahakan agar

tidak merusak tata lingkungan hidup manusia dilaksanakan dengan kebijakan

yang menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan generasi

yang akan datang. Penggunaan sumber alam dan lingkungan hidup harus

diarahkan supaya dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

kesejahteraan rakyat dan tetap memperhatikan keseimbangan, keselarasan dan

kelestariannya.

Page 13: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xiii

Pembangunan pertambangan perlu ditingkatkan dan dilanjutkan,

inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam berupa

sumber mineral dan energi dengan memanfaatkan teknologi yang tepat guna

sehingga produksi dan ekspor pertambangan serta penerimaan negara akan

semakin meningkat. Untuk itu perlu ditingkatkan usaha-usaha untuk mengolah

bahan air mineral tersebut. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sektor

pertambangan air mineral menunjukkan peranan penting dalam perekonomian

negara, yaitu memegang peranan penting sebagai sumber pendapatan daerah,

sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung utama pemakaian potensi

kekayaan alam berupa air mineral untuk konsumen.

Mengingat semakin pentingnya bahan galian air mineral bagi

kesejahteraan rakyat maka sudah saatnya produksi air mineral dikembangkan

berdasarkan jiwa dan isi Pasal 33 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Dasar 1945, yang

berbunyi:

Ayat 2: “ Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai

hajat hidup orang banyak dikuasai negara.”

Ayat 3: “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran

rakyat.”

Pemenuhan air mineral terutama dalam pendistribusiannya,

transportasi/angkutan jalan sangatlah diperlukan sebab merupakan salah satu

aspek penting dalam bidang ekonomi dan industri, terutama dalam dunia

perdagangan adalah aspek transportasi. Angkutan jalan mempunyai peranan untuk

memperlancar mobilitas orang maupun barang, hal ini juga nampak dalam

kehidupan kita sehari-hari, begitu banyak kebutuhan kita yang berhubungan

dengan jasa angkutan jalan. Mengenai arti pentingnya angkutan jalan, dalam

penjelasan Undang-undang Republik Indonesia No. 22 tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, pada bagian umum, alinea II dijelaskan bahwa:

Page 14: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xiv

“Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung

pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan

kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

Dibidang perdagangan dan industri, pengangkutan tidak dianggap secara

tidak langsung menambah nilai suatu barang. Karena suatu barang hasil produksi

yang ditinggalkan begitu saja tidak akan ada gunanya. Suatu barang berguna bila

dapat dinikmati oleh konsumen. Jadi dalam hal ini, pengangkutan memiliki fungsi

sebagai sarana agar hasil produksi dapat sampai dipasaran atau ditempat yang

dikehendaki dan akhirnya dapat dinikmati oleh konsumen (Frank H Howard, 1991

: 1)

Istilah “distribusi” telah disinggung dalam uraian diatas. Kata ini sangat

dikenal dalam bidang industri, yang diterjemahkan sebagai berikut:

1. Membagi diantara beberapa tempat

2. Membagi-bagikan

3. Mengedarkan ke suatu tempat

4. Menyebarkan

Kata-kata tersebut semuanya seolah menunjuk dalam arti: “angkut”. Kata

angkut dalam dunia industri diterima sebagai “penyelenggaraan segala

kegiatan usaha niaga yang tercakup dalam pengangkutan barang dari tempat

pengolahan atau pembikinan sampai ke tempat penjualan kepada pelanggan”

(Frank H Howard, 1991 : 1).

Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan memberikan definisi yang agak berbeda dengan apa yang lazim diterima

Page 15: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xv

dalam bidang industri mengenai angkutan. Pada bagian umum Pasal 1 dinyatakan

bahwa yang dimaksud dengan angkutan adalah: “perpindahan orang dan/atau

barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang

lalu lintas jalan.”

Salah satu pihak yang memegang peranan penting dalam pendistribusian

produk Air Minum Dalam Kemasan adalah pengusaha transportir / kontraktor

angkutan Air Minum Dalam Kemasan. Sedangkan CV. Bintang Jaya adalah salah

satu transportir Air Minum Dalam Kemasan dari sekian transportir yang

ada.Untuk adanya hubungan kerja antara PT. Aqua Tirta Investama Klaten dengan

para transportir maka dituangkan dalam suatu perjanjian. Pelaksanaan Perjanjian

Pengangkutan Air Minum Dalam Kemasan antara transportir Air Minum Dalam

Kemasan CV. Bintang Jaya dengan PT. Aqua Tirta Investama Klaten ini diadakan

di kantor pusat Aqua Jl. Pulo Lentut No. 3 Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta

13920. Perjanjian tersebut berisi antara lain hak dan kewajiban dari para pihak

yang harus mereka penuhi, hubungan-hubungan apa yang terjadi diantara mereka

dan menentukan sejauh mana hukum yang mengatur antara pihak yang

menandatangani perjanjian kerjasama tersebut. Perjanjian tersebut belum diatur

dalam KUH Perdata khususnya dalam Hukum Perjanjian, akan tetapi perjanjian

tersebut adalah sah, karena Hukum Perjanjian menganut sistem terbuka. Sistem

terbuka disini artinya adalah memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada

masyarakat untuk membuat perjanjian yang berisi apa saja asalkan tidak

melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Pasal-pasal hukum perjanjian

dinamakan pelengkap berarti pasal-pasal yang membuat perjanjian (Subekti, 1985

: 13).

Syarat syahnya perjanjian ada empat :

1. Sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya

2. Cakap untuk membuat perjanjian

3. Mengenai suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal

Page 16: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xvi

Demikian menurut Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

(Subekti, 1985 : 17).

Mengingat begitu pentingnya peranan Air Mineral dalam mencukupi

bangsa Indonesia, disamping hal tersebut melihat peranan PT. Aqua Tirta

Investama Klaten dalam memasarkan dan mendistribusikan Air Minum Dalam

Kemasan kepada para konsumen didalam negeri, yang dalam hal ini dibantu oleh

pihak swasta yaitu yang salah satunya adalah para transportir, selain itu juga

bahwa dengan melihat kenyataan yang ada dilapangan ternyata masih banyak

perusahaan angkutan/transportir Air Minum Dalam Kemasan yang nakal atau

melakukan penyimpangan dari ketentuan perjanjian yang ada, hal ini dapat kita

lihat pada kenyataan misalnya dalam pengiriman Air Minum Dalam Kemasan

dipandang dari segi kualitas terdapat perusahaan angkutan/transportir Air Minum

Dalam Kemasan yang dengan sengaja mencampur air mineral dengan air sumur

lain yang kualitasnya lebih rendah ataupun dengan bahan yang lain. Selain hal

tersebut dilihat dari segi kuantitas bahwa adanya pencurian air mineral akan

mengurangi tonase air mineral yang diangkut, dan masih banyak lagi kejadian-

kejadian yang menyimpang dari ketentuan dimana dengan adanya kejadian

tersebut akan sangat merugikan konsumen.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana proses pengikatan perjanjian pengangkutan barang antara PT.

Aqua Tirta Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya?

2. Bagaimana tanggung jawab hukum masing-masing pihak dalam pelaksanaan

perjanjian pengangkutan barang?

3. Hambatan apa sajakah dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang

antara PT. Aqua Tirta Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya dan

bagaimana penyelesaiannya?

Page 17: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xvii

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Objektif

a. untuk mengetahui proses pengikatan perjanjian pengangkutan barang

antara PT. Aqua Tirta Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya.

b. untuk mengetahui tanggung jawab hukum masing-masing pihak dalam

pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang.

c. untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan perjanjian

pengangkutan barang antara PT. Aqua Tirta Investama Klaten dengan CV.

Bintang Jaya dan penyelesaiannya

2. Tujuan Subjektif

a. untuk memeperoleh data-data yang diperlukan dalam penulisan hukum

sebagai syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. untuk menambah dan memperluas pengetahuan penulis dalam ilmu

hukum, khususnya mengenai hukum perjanjian.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum,

khususnya hukum perdata.

b. memberikan gambaran mengenai perjanjian pengangkutan, khususnya

mengenai pelaksanaan perjanjian pengangkutan air minum dalam

kemasan.

c. menambah informasi dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai

perjanjian pengangkutan air minum dalam kemasan.

Page 18: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xviii

2. Manfaat Praktis

a. hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan dan wawasan bagi

penulis mengenai hukum perdata.

b. hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang terkait.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode, sistematika,dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. (Soerjono

Soekanto, 2005 : 43).

Metode berarti penyelidikan yang berlangsung menurut suatu rencana

tertentu. Menempuh suatu jalan tertentu untuk mencapai tujuan, artinya peneliti

tidak bekerja secara acak-acakan. Langkah-langkah yang diambil harus jelas serta

ada perbatasan-perbatasan tertentu untuk menghindari jalan yang menyesatkan

dan tidak terkendalikan (Johny Ibrahim, 2005 : 294).

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah

penelitian hukum empiris, yaitu penelitian dengan pendekatan empiris.

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis bersifat deskriptif, yakni

penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin

tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah

terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di

Page 19: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xix

dalam memperkuat teri-teori lama, atau di dalam kerangka menyusun teori-

teori baru (Soerjono Soekanto, 1984 : 10).

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan Empiris adalah sebagai suatu usaha mendekati masalah

yang akan diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyatan

yang hidup dalam masyarakat (Hilman Hadikusumo, 1995:61-61).

4. Jenis Data dan Sumber Data

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama data ini

berdasarkan “field research” (penelitian lapangan). Dalam hal ini penulis

mempelajari berkas-berkas maupun melalui para pihak yang terkait langsung

dengan permasalahan yang diteliti yang bertindak sebagai responden. Para

pihak tersebut adalah Direktur CV. Bintang Jaya maupun petugas-petugas

yang telah ditunjuk oleh PT. Aqua Tirta Investama Klaten.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung memberikan

keterangan tambahan atau keterangan pendukung data primer. Sumber data

termasuk dalam data ini adalah data yang diperoleh dalam bahan pustaka,

dokumen-dokumen, pendapat para ahli, tulisan-tulisan dalam buku ilmiah dan

literatur-literatur pendukung.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data-data dalam penelitian ini diperoleh denganis mempergunakan

beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Teknik pengumpulan data primer

Page 20: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xx

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung yang akan

mendapatkan data yang dipercaya keasliannya. Adapun tehnik yang

digunakan dalam pengumpulan data primer adalah :

1) Observasi atau pengamatan

Observasi diartikan sebagai : “Suatu proses untuk mengadakan

penjajagan tentang perilaku manusia atau kelompok manusia

sebagaimana terjadi dalam kenyataan, kemudian membuat deskripsi

langsung tentang kehidupan sosialnya secara lengkap.” (Soenaryo dan

MG. Sriwiyati, 1992 : 25).

Penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan

diteliti yaitu Transportir CV. Bintang Jaya dan PT. Aqua Tirta

Investama Klaten.

2) Wawancara atau interview

Pengumpulan instrumen ini dilakukan dengan cara mengadakan

wawancara secara bebas terpimpin atau komunikasi langsung dengan

responden, dalam hal ini dilakukan terhadap para informan terpilih

yaitu dengan direktur CV. Bintang Jaya maupun dengan petugas-

petugas yang telah ditunjuk oleh PT. Aqua Tirta Investama Klaten.

b. Teknik pengumpulan data sekunder

Pengumpulkan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini,

dilakukan dengan cara :

1) Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis

literatur yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu berupa buku-buku

peraturan perundang-undangan, surat kabar, hasil penelitian, dokumen-

dokumen serta artikel-artikel yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti.

Page 21: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxi

2) Metode dokumentasi

Pengumpulan data melalui metode dokumentasi dilakukan dengan cara

menyelidiki dengan penguraian dan penjelasan yang telah lalu melalui

sumber-sumber dokumen. Uraian tersebut dipilih data yang ada

hubungannya dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. Data

tersebut diperoleh dari transportir CV. Bintang Jaya dan PT. Aqua

Tirta Investama Klaten.

6. Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, langkah selanjutnya yang

akan ditempuh adalah melakukan analisa data. Pada tahap ini data dikerjakan

dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-

kebenaran yang dapat dipakai menjawab persoalan-persoalan yang diajukan

dalam penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat deskriptif

sehingga setelah semua data terkumpul, analisa yang dilakukan adalah analisa

kualitatif, sedangkan yang dimaksud analisa kualitatif adalah: “Suatu tata cara

penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis yaitu apa yang

dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dalam perilaku yang

nyata, yang diteliti atau dipelajari sebagai sesuatu yang utuh” (Soerjono

Soekanto, 1984 : 50).

Adapun analisis data dilakukan dengan jalan mengumpulkan data-

data yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti baik yang bersifat

primer maupun sekunder. Data yang terkumpul tersebut selanjutnya diteliti

dan juga memberikan penafsiran terhadap data-data itu, baru kemudian

menarik suatu kesimpulan. Atau disebut sebagai model Analisis Interaktif.

Page 22: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxii

F. Sistematika Skripsi

Berikut sistematika penulisan hukum untuk mempermudah dalam

mempelajari dan memahami gambaran tentang garis besar penulisan hukum ini,:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini penulis akan menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini penulis menguraikan kerangka teori dan kerangka pemikiran.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai proses pengikatan perjanjian pengangkutan barang,

tanggung jawab hukum masing-masing pihak dalam pelaksanaan perjanjian

pengangkutan barang, serta hambatan dan penyelesaian masalah dalam

pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang antara PT. Aqua Tirta Investama

Klaten dengan CV. Bintang Jaya.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

Page 23: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxiii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang Perjanjian

a. Pengertian Perjanjian

Pada hakekatnya perjanjian itu adalah salah satu sumber perikatan.

Oleh karena itu sebelum penyusun membahas masalah perjanjian penulis

akan meninjau dahulu hubungan antara perjanjian dengan perikatan.

Pengertian perikatan, undang-undang tidak memberikan

definisinya, sehingga hal ini diserahkan sepenuhnya pada perkembangan

ilmu pengetahuan.

Mengenai istilah tersebut yaitu perjanjian maupun perikatan, dalam

menterjemahkan masih belum adanya keseragaman antara penulis yang

satu dengan penulis yang lain, sehingga masih ada kekacauan dalam

penterjemahan tersebut. Hal ini dapat kita lihat seperti apa yang telah

diungkapkan dalam bukunya R. Setiawan, S.H., yang mengutip pendapat

dari beberapa penulis antara lain:

1) Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Subekti dan Tjitro

Sudibyo menggunakan istilah perikatan untuk “verbintenis” dan

perutangan untuk “overenkoms”.

Page 24: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxiv

2) Utrecht dalam bukunya: Pengantar Dalam Hukum Indonesia memakai

istilah perutangan untuk “verbintenis” dan perjanjian untuk

“overenkoms” (R. Setiawan, 1987 : 1).

Adanya pendapat-pendapat tersebut diatas, selanjutnya R. Setiawan

mengemukakan pendapat sebagai berikut:

“Dari beberapa istilah yang disebutkan dimuka, kami mengikuti istilah “Perikatan”, sebab kami menyetujui pendapat yang mengatakan bahwa istilah perikatan tersebut adalah mendekati pengertian “Verbintenis”, dimana para pihak dalam suatu perikatan masing-masing terikat oleh hak dan kewajiban atas suatu prestasi.”

Sedangkan mengenai perjanjian menurut Subekti mendefinisikan:

“Suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal” (Subekti, 1985 : 1). Peristiwa diatas menyebabkan timbulnya suatu hubungan antara dua orang

tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu

perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya,

perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-

janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Sehingga dapat kita

lihat bahwa perikatan itu bentuknya abstrak sedang perjanjian bentuknya

konkret. Abstrak disini maksudnya bahwa kita tidak dapat melihat dengan

mata kepala kita apa itu perikatan, tetapi kita dapat melihat atau membaca

suatu perjanjian ataupun mendengarkan perkataan-perkataannya.

Hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian

itu menerbitkan perikatan. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang

melahirkan perikatan. Perikatan paling banyak diterbitkan oleh perjanjian,

meski ada juga sumber-sumber lain yang melahirkan perikatan yaitu

undang-undang. Perjanjian pada umumnya diatur dalam Bab II Buku III

KUH Perdata, sedangkan ketentuan khususnya diatur dalam Bab V sampai

Bab XVIII ditambah Bab VIIA yang merupakan perjanjian khusus.

Page 25: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxv

Pengertian perjanjian diatur dalam Bab II Buku III Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, Pasal 1313 KUH Perdata:

“Suatu perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.”

Ketentuan dalam Pasal 1313 KUH Perdata menurut Abdulkadir

Muhammad, mempunyai kelemahan:

1) Hanya menyangkut sepihak saja

Hal ini diketahui dari perumusan satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang atau lebih, kata kerja ‘mengikat’ sifatnya

hanya datang dari satu pihak, tidak dari kedua pihak, seharusnya

perumusan itu “saling mengikatkan diri”. Jadi ada konsensus diantara

pihak-pihak.

2) Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus.

Pengertian “perbuatan” termasuk juga tindakan melaksanakan tugas

tanpa kuasa (onrechmatige daad) yang tidak mengandung suatu

konsensus, seharusnya dipakai kata “persetujuan”.

3) Pengertian perjanjian luas, karena mencakup juga masalah

pelangsungan perkawinan, janji kawin yang diatur dalam lapangan

hukum keluarga, padahal yang dimaksudkan adalah hubungan antara

debitur dan kreditur dalam lapangan harta kekayaan saja.

4) Tanpa menyebut tujuan

Perumusan Pasal ini tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian

sehingga pihak-pihak mengikatkan diri itu juga tidak jelas untuk apa.

(Abdulkadir Muhammad, 1990 : 77).

Page 26: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxvi

Abdulkadir Muhammad memberikan definisi mengenai perjanjian sebagai

berikut:

“Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih

saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan

harta kekayaan” (Abdulkadir Muhammad, 1990 : 78).

Beberapa definisi tersebut maka mengenai perjanjian yang

dikemukakan oleh para sarjana tersebut dapat disimpulkan bahwa

perjanjian merupakan suatu perbuatan atau tindakan hukum dimana satu

orang atau lebih saling mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih

lainnya.

b. Syarat Syahnya Perjanjian

Suatu perjanjian menjadi sah apabila memenuhi syarat yang telah

ditentukan undang-undang, sehingga perjanjian itu diakui oleh hukum.

Suatu perjanjian sah, bila memenuhi empat syarat yang telah ditentukan

dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu:

1) Sepakat mengikatkan diri.

Syarat kesepakatan ini penting karena bagi sebagian besar

perjanjian syarat ini menentukan lahirnya atau ada tidaknya perjanjian

suatu perjanjian.

Sepakat berarti kedua pihak yang mengadakan perjanjian harus

setuju, seia sekata mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang

diadakan tersebut. Apa yang mereka kehendaki sama secara timbal

balik (R. Subekti, 1985 : 17).

Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa persetujuan

disini sifatnya sudah mantap tidak lagi dalam perundingan. Memang

Page 27: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxvii

sebelum ada persetujuan, biasanya pihak-pihak mengadakan

perundingan (negotiation).

“....perundingan (negotiation), yaitu pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain tentang obyek perjanjian dan syarat-syaratnya. Sebaliknya pihak yang lain itu menyatakan pula kehendaknya itu, sehingga tercapailah persetujuan yang mantap. Kadang-kadang itu dapat dinyatakan secara tegas dan kadang diam-diam, tetapi maksudnya menyetujui apa yang dikehendaki pihak lain itu” (Abdulkadir Muhammad, 1990 : 89 - 90).

Sehubungan dengan adanya syarat kesepakatan untuk

mengikatkan diri dalam membuat suatu perjanjian, maka didalam

KUH Perdata ditentukan pula tentang beberapa hal yang dapat

menimbulkan cacat pada kesepakatan, maka harus berpedoman pada

ketentuan Pasal 1321 KUH Perdata yang menyatakan bahwa:

“Tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu dibikin karena kekhilafan

atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan”.

Ketentuan hal tersebut dimaksudkan bahwa perkataan apa yang

dikehendaki oleh pihak yang satu adalah juga dikehendaki oleh pihak

yang lain tanpa adanya paksaan, kekhilafan atau penipuan, sebab jika

demikian perjanjian tersebut dianggap tidak sah sehingga dapat

dimintakan pembatalan, dan pihak yang dapat membatalkan adalah

pihak yang merasa dipaksa atau merasa tertipu dengan timbulnya suatu

perjanjian. Atau dengan kata lain bahwa kedua belah pihak atau yang

mengadakan perjanjian harus mempunyai kebebasan berkehendak

tanpa tekanan yang dapat menimbulkan cacat.

2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.

Hakekatnya setiap orang yang sudah dewasa dan sehat

pikirannya adalah sehat menurut hukum. Hal tersebut merupakan

syarat yang penting karena orang yang membuat suatu perjanjian akan

terikat oleh perjanjian yang dibuatnya dan ia harus mampu mengetahui

Page 28: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxviii

secara benar tanggung jawab yang timbul. Orang yang tidak sehat

pikirannya tidak mampu menginsyafi tanggung jawab tersebut, dan

orang yang berada di bawah pengampunan tidak dapat berbuat bebas

dengan harta kekayaannya dan mempunyai kedudukan sama dengan

anak yang belum dewasa. Menurut Pasal 1329 KUH Perdata

dinyatakan bahwa setiap orang adalah cakap untuk membuat

perikatan-perikatan bila ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tidak

cakap. Kemudian dalam Pasal 1330 diatur bahwa yang tidak cakap

untuk membuat perjanjian-perjanjian adalah:

a) Orang-orang yang belum dewasa

Menurut Pasal 1330 KUH Perdata, ditentukan bahwa

“Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap

dua puluh satu dan sebelumnya belum menikah”. Jadi dewasa

menurut Pasal 1330 KUHP Perdata adalah mereka yang telah

berusia 21 tahun atau sebelumnya sudah kawin.

Sedangkan menurut Pasal 47 UU No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dapat disimpulkan bahwa orang dewasa adalah mereka

yang telah berusia 18 tahun atau sebelumnya sudah kawin.

b) Mereka yang ditaruh dibawah pengampunan

Pasal 433 KUH Perdata, ditentukan bahwa orang-orang

yang diletakkan dibawah pengampunan adalah setiap orang dewasa

yang selalu dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap dan

boros. Oleh pembuat undang-undang, mereka dipandang tidak

mampu menyadari tanggung jawabnya dan karena itu dianggap

tidak cakap bertindak untuk mengadakan perjanjian.

c) Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh

undang-undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa

Page 29: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxix

undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian

tertentu.

Pasal 108 KUH Perdata dapat disimpulkan bahwa seorang

perempuan yang telah bersuami tidak cakap untuk mengadakan

perjanjian. Dengan dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah

Agung No. 3 tahun 1963 tanggal 4 Agustus 1963 yang mencabut

Pasal 108 dan Pasal 110 KUH Perdata tentang wewenang seorang

istri untuk melakukan perbuatan hukum dan untuk menghadap di

depan pengadilan dengan izin atau bantuan suaminya, maka

kedudukan wanita yang telah bersuami berada dalam derajat yang

sama dengan pria. Jadi seorang wanita yang telah bersuami dapat

mengadakan perbuatan hukum dan menghadap di pengadilan tanpa

bantuan suaminya. Bahkan dalam Pasal 31 Undang-undang No. 1

tahun 1974 dinyatakan bahwa hak kewajiban suami istri adalah

seimbang. Jadi istri berhak melakukan suatu perbuatan hukum

termasuk mengadakan perjanjian.

Pembuatan perjanjian, pihak yang membuat bisa berupa badan

hukum. Kemudian badan yang sah adalah badan, baik badan usaha

maupun sosial karena memenuhi unsur pokok suatu subyek hukum

yaitu dapat melakukan perbuatan hukum atau dapat menjadi pribadi /

subyek dari suatu hubungan hukum. Suatu badan hukum dalam

melakukan perbuatan hukum bertindak dengan perantaraan pengurus

atau direksi dan pengurus ini harus ditentukan dalam peraturan atau

akta pendiriannya.

3) Suatu hal tertentu.

Syarat ini berarti mengenai apa yang diperjanjikan hak-hak dan

kewajiban kedua belah pihak jika nantinya timbul suatu perselisihan.

Suatu perjanjian harus mempunyai pokok atau obyek suatu barang,

barang minimal dapat ditentukan jumlahnya. Pokok atau obyek

Page 30: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxx

perjanjian tidak hanya dapat berupa benda tapi juga dapat berupa jasa

misalnya perjanjian kerja. Bila perjanjian tidak dapat sama sekali

ditentukan pokok obyek perjanjian itu maka perjanjian itu menjadi

batal (tidak sah).

4) Suatu sebab yang halal.

Sebab yang dimaksud adalah isi perjanjian itu sendiri dan

bukan sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat perjanjian.

Suatu perjanjian tanpa sebab atau telah dibuat karena suatu sebab yang

palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan dengan kata lain

perjanjian itu tidak sah/batal (Pasal 1320 dan Pasal 1335 KUH

Perdata). Menurut Hardijan Rusli, suatu sebab dikatakan ada bila

terdapat kontra prestasi yang disetujui dari suatu prestasi. Prestasi dan

kontra prestasi yang salah satunya adalah kewajiban dan yang lainnya

adalah syarat yang terdapat dalam perjanjian unilateral.

Menurut Pasal 1337 KUH Perdata, suatu sebab halal bila tidak

bertentangan dengan Undang-undang, ketertiban umum dan

kesusilaan. Perjanjian yang berisi sebab yang tidak halal ini tidak

diperbolehkan.

Keempat syarat tersebut merupakan syarat pokok adanya

perjanjian. Keempat syarat tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua

kelompok, dua syarat pertama adalah sebagai syarat subyektif, karena

mengenai orang-orang atau subyek yang mengadakan perjanjian, sedang

syarat yang lainnya dinamakan syarat obyektif, atau obyek dari perbuatan

hukum yang dilakukan.

Pembedaan syarat-syarat sahnya perjanjian dalam dua kelompok

tersebut oleh banyak ahli hukum digunakan untuk mengetahui apakah

perjanjian itu batal demi hukum (void ab initio) ataukah perjanjian yang

Page 31: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxxi

dapat dimintakan pembatalannya (voidable). Perjanjian yang batal demi

hukum adalah perjanjian yang dari semula sudah batal, hal ini berarti tidak

pernah ada suatu perjanjian. Sedangkan perjanjian yang dapat dimintakan

pembatalan adalah perjanjian yang mulanya berlaku tapi kemudian

dimintakan suatu pembatalan. Jadi selama perjanjian tidak dibatalkan (oleh

Hakim) atas permintaan pihak yang berhak membatalkan, maka perjanjian

tersebut sah (Hardijan Rusli, 1993 : 44-45).

Dalam hal syarat obyektif, kalau syarat tersebut tidak terpenuhi,

perjanjian itu batal demi hukum. Artinya: dari semula tidak pernah

dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan, dan

mengenai syarat subyektif, jika syarat tersebut tidak dipenuhi,

perjanjiannya tidak batal demi hukum, tetapi salah satu pihak mempunyai

hak untuk meminta supaya perjanjian itu dapat dibatalkan.

c. Asas-Asas dalam Hukum Perjanjian

Terdapat beberapa asas penting dalam Hukum Perjanjian yang

perlu diketahui. Asas ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Asas Konsensualisme

Konsensualisme berasal dari kata “konsensus” yang artinya

kesepakatan. Dengan kata lain, bahwa perjanjian sudah sah bila sudah

sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan hal ini tidak memerlukan

formalitas. Meski ada kalanya perjanjian itu dilaksanakan secara

tertulis, sehingga dengan demikian perjanjian itu dirasa lebih

mempunyai kekuatan hukum, dan hal ini pula dapat dijadikan suatu

bukti bilamana salah satu pihak wanprestasi. Keberadaan asas ini

terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Asas ini sangat erat

hubungannya dengan asas kebebasan mengadakan perjanjian.

2) Asas Kebebasan Berkontrak

Page 32: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxxii

Hukum perjanjian memberikan kebebasan kepada masyarakat

untuk membuat perjanjian apa saja dan dapat menentukan isi diluar

yang telah ditentukan oleh undang-undang, asal tidak bertentangan

dengan undang-undang kesusilaan, dan ketertiban umum. Mereka

berhak menentukan kepentingan mereka sendiri dan dengan siapa

mereka akan mengadakan perjanjian.

Asas kebebasan berkontrak terdapat dalam Pasal 1338 (1) KUH

Perdata. Ketentuan ini berbunyi: “semua perjanjian yang dibuat secara

sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

3) Asas Kepercayaan

Seorang yang mengadakan perjanjian kepada orang lain

menumbuhkan kepercayaan diantara kedua belah pihak itu bahwa satu

sama lain akan memegang janjinya atau memenuhi prestasi yang

disanggupinya dikemudian hari. Tanpa kepercayaan itu maka

perjanjian tidak mungkin akan diadakan oleh para pihak. Dengan

kepercayaan ini kedua belah pihak akan mengikatkan dirinya dan

untuk keduanya perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat sebagai

undang-undang.

4) Asas Pacta Sunct Servanda (asas kekuatan mengikat)

Asas Pacta Sunct Servanda merupakan asas mengikatnya

perjanjian. Asas ini dalam KUH Perdata dapat disimpulkan dari Pasal

1338 ayat 1 yang menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dari

kata-kata “berlaku sebagai undang-undang” mempunyai arti bahwa

mengikatnya suatu perjanjian adalah dari segi isinya, bagi para pihak

adalah mengikatnya seperti mengikatnya undang-undang. Sehingga

tidak ada seorang lagi yang dapat mencampuri atau menghalangi

Page 33: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxxiii

berlakunya perjanjian tersebut, selama perjanjian tersebut tidak

bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, kesusilaan.

5) Asas Itikad Baik (goede trouw)

Asas ini berhubungan dengan dilaksanakannya suatu

perjanjian, yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata yang

menyebutkan bahwa:

“Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Berdasarkan ketentuan dalam pasal ini maka dalam melaksanakan

suatu perjanjian, bila dalam masalah yang dihadapi belum ada

aturannya maupun sudah tidak memenuhi rasa keadilan dan

berdasarkan perkembangan zaman, maka para pihak diharuskan

menyelesaikan dengan itikad baik”.

d. Para Pihak dalam Perjanjian

Pihak dalam perjanjian menurut Subekti adalah tentang siapa-siapa

yang tersangkut dalam perjanjian. Pihak dalam perjanjian ini disebut

subyek perjanjian. Subyek perjanjian ini harus mampu dan berwenang

melakukan perbuatan hukum.

Pasal 1315 KUH Perdata, pada umumnya tiada seorangpun dapat

mengakibatkan dirinya atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya

suatu janji, melainkan untuk dirinya sendiri. Asas tersebut dinamakan asas

kepribadian suatu perjanjian. Arti mengikatkan diri ditujukan pada

memikul kewajiban-kewajiban atau menyanggupi melakukan sesuatu,

sedangkan minta ditetapkan suatu janji, ditujukan untuk memperoleh hak-

hak atas sesuatu atau dapat menuntut sesuatu. Sehingga perikatan hukum

yang dilakukan oleh suatu perjanjian hanya mengikat orang-orang yang

mengadakan suatu perjanjian itu sendiri dan tidak mengikat orang-orang

lain. Suatu perjanjian hanya meletakkan hak-hak dan kewajiban antara

Page 34: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxxiv

para pihak yang membuatnya. Orang-orang lain adalah pihak ketiga yang

tidak mempunyai sangkut paut dengan perjanjian tersebut.

Suatu perikatan hukum yang dilahirkan oleh suatu perjanjian,

mempunyai dua sudut yaitu sudut kewajiban-kewajiban (obligation) yang

dipikul oleh suatu pihak dan sudut hak-hak atau manfaat, yang diperoleh

oleh lain pihak yaitu hak-hak untuk menuntut dilaksanakannya sesuatu

yang disanggupi dalam perjanjian itu. Perkataan mengikatkan diri

ditujukan pada sudut kewajiban (hal-hal yang tidak enak). Lazimnya suatu

perjanjian adalah timbal balik atau bilateral, suatu pihak yang memperoleh

hak-hak dari perjanjian itu, juga menerima kewajiban-kewajiban yang

merupakan kebalikannya dari hak-hak yang diperolehnya dan sebaliknya

suatu pihak yang memikul kewajiban-kewajiban juga memperoleh hak-hak

yang dianggap sebagai kebalikan kewajiban-kewajiban yang

dibebankannya itu.

e. Risiko

Subekti memberikan definisi sebagai berikut:

“Risiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu

kejadian diluar kesalahan salah satu pihak.”

Jadi risiko berpangkal pada terjadinya suatu peristiwa diluar kesalahan

salah satu pihak yang mengadakan perjanjian, dalam hukum perjanjian

dinamakan sebagai keadaan memaksa.

Sedangkan dalam KUH Perdata pada bagian umum buku III

terdapat salah satu Pasal yang sebenarnya menyatakan tentang risiko, yaitu

Pasal 1237 yang berbunyi sebagai berikut:

“Dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu barang tertentu,

maka barang itu semenjak perikatan dilahirkan adalah tanggungan si

berpiutang”.

Page 35: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxxv

Perkataan tanggungan dalam pasal ini sama dengan “risiko”. Tetapi dalam

Pasal ini risiko yang dimaksud hanya pada perjanjian sepihak, seperti

halnya perjanjian penghibahan dan perjanjian pinjam pakai.

Pasal lain pada KUH Perdata yang mengatur mengenai risiko

untuk perjanjian timbal balik terdapat dalam bagian khusus jaul beli, tukar

menukar dan sebagainya.

Pasal yang mengatur soal risiko jual beli yaitu Pasal 1460 KUH

Perdata yang berbunyi sebagai berikut:

“Jika kebendaan yang dijual itu berupa suatu barang yang sudah

ditentukan, maka barang ini sejak saat pembelian adalah tanggungan si

pembeli meskipun penyerahannya belum dilakukan dan penjual berhak

menuntut harganya”.

Pasal 1460 KUH Perdata meletakkan risiko pada pembeli yang

merupakan kreditur terhadap barang yang dibelinya, karena berhak

menuntut penyerahannya. Seorang pembeli yang baru menyetujui Pasal

1460 KUH Perdata, ia sudah dibebani risiko barang itu, sedangkan

menurut sistem KUH Perdata dalam segala macam jual beli hak milik baru

berpindah kalau barangnya diserahkan.

Untuk mengurangi keganjilan tersebut maka Pasal 1460 KUH

Perdata perlu ditafsirkan secara sempit yaitu ditujukan pada perkataan

barang tertentu, dalam pasal tersebut adalah suatu barang yang dipilih dan

ditunjuk oleh si pembeli dan tidak lagi dapat diganti dengan barang lain,

dan hanya dipakai jika terjadi suatu keadaan memaksa yang mutlak dalam

arti barang yang telah dibeli itu musnah sebelum dilever.

Page 36: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxxvi

f. Wanprestasi

Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa belanda “Wanprestatie”

yang berarti tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam

perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan

yang timbul karena undang-undang.

Untuk mengetahui sejak kapan debitur dalam keadaan wanprestasi

perlu diperhatikan apakah dalam perikatan itu ditentukan tenggang waktu

pelakanaan pemenuhan prestasi atau tidak. Dalam hal tenggang waktu

pelaksanaan pemenuhan prestasi ditentukan maka menurut Pasal 1238

KUH Perdata debitur yang dianggap lalai dengan lewatnya waktu

ditentukan.

Cara memperingatkan debitur supaya ia memenuhi prestasinya

apabila tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan

dalam perjanjian, maka debitur hendaknya diperingatkan secara tertulis

yaitu dengan surat peringatan (akta), biasanya surat yang disampaikan oleh

kreditur kepada debitur tersebut dianggap ingebreke stelling. Peringatan

terhadap debitur baik dengan sommatie maupun dengan ingebreke stelling

tidak akan menimbulkan problem jika debitur menyadari kewajibannya

dan memenuhi kewajibannya tersebut. Tetapi problema akan timbul

apabila debitur tetap tidak memenuhi prestasinya, dan berakibat timbulnya

gugatan dimuka pengadilan. Dalam gugatan ini sommatie atau ingebreke

stelling menjadi alat bukti bahwa debitur betul-betul telah melakukan

wanprestasi.

Untuk menentukan apakah debitur itu bersalah melakukan

wanprestasi, maka perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana debitur

dikatakan sengaja atau lalai tidak memenuhi prestasi, menurut Subekti ada

empat macam, yaitu:

Page 37: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxxvii

1) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

2) Melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.

3) Melaksanakan apa yang diperjanjikannya, tetapi tidak seperti

bagaimana yang telah diperjanjikan.

4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Akibat hukum bagi debitur yang melakukan wanprestasi adalah

hukuman atau sanksi sebagai berikut:

1) Debitur diharuskan membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh

kreditur (Pasal 1243 KUH Perdata).

2) Perjanjian timbal balik (bilateral) wanprestasi dari satu pihak

memberikan hak kepada pihak yang lainnya untuk membatalkan atau

memutuskan perjanjian lewat hakim (Pasal 1266 KUH Perdata).

3) Risiko beralih kepada debitur sejak saat terjadinya wanprestasi (Pasal

1237 KUH Perdata). Ketentuan ini hanya berlaku bagi perikatan untuk

memberikan sesuatu.

4) Membayar biaya perkara apabila diperkarakan dimuka hakim (Pasal

181 ayat 1 HIR). Debitur yang terbukti melakukan wanprestasi tentu

dikalahkan dalam perkara. Ketentuan ini berlaku untuk semua

perikatan.

5) Memenuhi perjanjian bila masih dapat dilakukan, atau pembatalan

perjanjian disertai dengan pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267

KUH Perdata). Ini berlaku untuk semua perikatan.

g. Perbuatan Melawan Hukum

Perbuatan melawan hukum adalah sebagai perbuatan melawan

hukum dalam bidang keperdataan. Sebab, untuk tindakan perbuatan

melawan hukum secara pidana (delik) atau yang disebut dengan istilah "

perbuatan pidana " mempunyai arti, konotasi dan pengaturan hukum yang

Page 38: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxxviii

berbeda sama sekali dengan perbuatan melawan hukum secara hukum

perdata.

Demikian juga dengan perbuatan melawan hukum oleh penguasa

negara atau yang disebut dengan onrechmatige overheidsdaad oleh

penguasa, juga memiliki arti, konotasi serta pengaturan hukum yang

berbeda pula. ( Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum , Pendekatan

Kontemporer ).

Tujuan dibentuknya suatu sistem hukum yang kemudian dikenal

dengan perbuatan melawan hukum adalah untuk dapat mencapai seperti

apa yang dikatakan dalam pribahasa bahasa Latin, yaitu juris praecepta

sunt luxec, honestevivere, alterum non laedere, suum cuique tribuere

(semboyan hukum adalah hidup secara jujur, tidak merugikan orang lain,

dan memberikan orang lain haknya).

Menurut Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Indonesia, maka yang dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum

adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang,

yang karena kesalahannya itu telah menimbulkan kerugian bagi orang lain.

Dalam ilmu hukum dikenal 3 (tiga) kategori perbuatan melawan

hukum, yaitu sebagai berikut:

1) Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan

2) Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan

maupun kelalaian).

3) Perbuatan melawan hukum karena kelalaian.

Bila dilihat dari model pengaturan dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata tentang perbuatan melawan hukum lainnya, maka model

tanggung jawab hukum di Indonesia adalah sebagai berikut :

Page 39: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xxxix

1) Tanggung jawab dengan unsur kesalahan (kesengajaan dan

kelalaian), seperti terdapat dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata Indonesia.

2) Tanggung jawab dengan unsur kesalahan, khususnya unsur kelalaian

seperti terdapat dalam Pasal 1366 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata Indonesia.

3) Tanggung jawab mutlak (tanpa kesalahan) dalam arti yang sangat

terbatas seperti dalam Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata Indonesia.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata Indonesia, suatu perbuatan melawan hukum harus

mengandung unsur-unsur sebagai Berikut:

1) Ada Suatu Perbuatan

2) Perbuatan itu Melawan Hukum

3) Ada Kesalahan dari Pelaku

4) Ada Kerugian Korban

5) Ada Hubungan Kausal antara Perbuatan dan Kerugian.

(S. Imron, 2007 : 1)

h. Akibat Hukum Perjanjian yang Sah

Menurut ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata perjanjian yang dibuat

secara sah akan berakibat:

1) Berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Para pihak mentaati perjanjian sebagaimana undang-undang.

Perjanjian tersebut mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa.

Dalam perjanjian, hakim dapat memberikan sanksi berdasarkan

undang-undang atas permintaan pihak yang dirugikan.

Page 40: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xl

2) Tidak dapat ditarik kembali tanpa persetujuan kedua belah pihak atau

karena alasan-alasan yang cukup menurut undang-undang.

Bila terjadi pembatalan suatu perjanjian yang dibuat secara sah

maka harus dengan persetujuan pihak yang lainnya. Jadi harus

diperjanjikan lagi. Kecuali adanya alasan-alasan yang cukup menurut

undang-undang, maka pembatalan dapat dilakukan secara sepihak.

3) Harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Ketentuan ini terdapat dalam Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata.

Ketentuan ini ditujukan untuk menjamin agar apa yang diharapkan

oleh para pihak benar-benar terlaksana.

Pasal 1339 KUH Perdata ditentukan bahwa persetujuan tidak

hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan

didalamnya tapi juga segala sesuatu yang menurut sifat persetujuan,

diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, atau undang-undang.

Hakim memiliki kewenangan yang diberikan undang-undang

untuk menilai serta mengawasi pelaksanaan perjanjian, apakah ada

pelanggaran norma kepatutan atau kesusilaan. Jadi hakim mempunyai

wewenang untuk menyimpang dari isi perjanjian bila isi perjanjian

bertentangan dengan itikad baik, yaitu kepatutan dan kesusilaan.

i. Berakhirnya Persetujuan atau Perjanjian

Menurut R. Setiawan (1987 : 69), persetujuan atau perjanjian dapat

hapus, karena:

1) Ditentukan dalam persetujuan oleh para pihak dalam persetujuan,

misalnya: suatu perjanjian akan berlaku untuk waktu tertentu. Bila

sampai waktu yang disepakati berakhir maka persetujuan berakhir.

Page 41: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xli

2) Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian.

Misalnya dalam Pasal 1066 ayat 3 KUHPerdata ditentukan bahwa ahli

waris bisa mengadakan perjanjian selama waktu tertentu untuk tidak

mengadakan pemecahan harta warisan. Tapi waktu perjanjian dibatasi

berlakunya lima tahun dalam ayat 4.

3) Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan

terjadinya peristiwa tertentu maka persetujuan akan hapus, misalnya

salah satu pihak meninggal dalam perjanjian kerja (Pasal 1603

KUHPerdata).

4) Pernyataan menghentikan perjanjian atau Opzegging. Hal ini dapat

dilakukan oleh kedua belah pihak atau salah satu pihak. Dan hanya ada

pada perjanjian yang bersifat sementara misalnya perjanjian kerja,

sewa menyewa.

5) Tujuan persetujuan telah tercapai.

6) Persetujuan hapus karena adanya putusan hakim.

7) Dengan persetujuan para pihak (herroeping).

Persetujuan seperti sewa menyewa, perjanjian kerja, pemberian

kuasa, persetujuan dapat diakhiri secara sepihak. Mengingat asasnya para

pihak diberi kemungkinan agar dapat saling membebaskan diri dari

hubungan seperti itu. Mereka dapat mencegah kemungkinan tersebut

dengan menbuat persetujuan untuk jangka waktu tertentu, dan selama

jangka waktu tersebut persetujuan dapat diakhiri dengan kata sepakat oleh

masing-masing pihak.

2. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Baku

a. Usaha Pembakuan

Suatu perjanjian antara sesama pengusaha, umumnya mereka

menyetujui syarat-syarat yang mereka buat bersama untuk mencapai

tujuan ekonomi yang mereka harapkan. Kemudian muncul suatu model

Page 42: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xlii

untuk merumuskan syarat-syarat secara rapi hingga dapat berlaku untuk

semua orang yang membuat perjanjian dengan pihak yang membuat

syarat-syarat tersebut. Selanjutnya pelaksanaan syarat-syarat tersebut dapat

menjadi tidak normal, tidak sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan

karena adanya perbedaan kondisi tingkat pengetahuan, kemampuan

ekonomi, ragam kebutuhan yang diinginkan, antara pihak konsumen

dengan pengusaha yang membuat perjanjian tersebut. Maka apa yang

dikehendaki menjadi menyimpang.

Penyimpangan tersebut perlu dicegah karena nantinya akan

merugikan pengusaha, maka pengusaha berusaha memasukkan syarat-

syarat tertentu dalam perjanjian untuk menghindari keadaan yang tidak

diduga yang dapat menghalangi pelaksanaan perjanjian. Saat ini

pembakuan syarat-syarat perjanjian telah menjadi mode. Bagi pengusaha

hal ini merupakan cara yang efisien, praktis, cepat dan tidak bertele-tele

dalam mencapai tujuan ekonomi. Namun bagi konsumen keadaan ini tidak

jarang merupakan pilihan yang tidak menguntungkan karena hanya

mempunyai dua pilihan yaitu menerima atau tidak.

Pembuatan perjanjian, pihak pengusaha selalu dalam posisi kuat

dan berhadapan dengan konsumen yang pada umumnya mempunyai posisi

lemah. Konsumen dalam hal ini dihadapkan dengan dua pilihan, yaitu:

1) Bila konsumen membutuhkan produksi atau jasa yang ditawarkan

kepadanya, jika ia setuju maka konsekuensinya ia harus menerima

syarat-syarat baku yang diberikan kepadanya.

2) Bila konsumen tidak setuju dengan syarat-syarat yang diajukan maka

jangan mengadakan perjanjian dengan pengusaha yang bersangkutan.

Dalam masyarakat kapitalis, merupakan hal yang wajar jika

pengusaha besar mengendalikan perekonomian masyarakat dengan

menjual produk atau jasa dengan menggunakan model-model perjanjian

Page 43: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xliii

disertai syarat-syarat baku yang menguntungkan dirinya. Syarat-syarat

baku yang disodorkan tidak jarang menunjukkan ketidakadilan karena

konsumen tidak berhak menawar syarat yang telah ditentukan.

Negara berkembang, sebagai dasar penerapa prinsip ekonomi

tentunya syarat baku mampu digunakan sebagai salah satu cara penerapan

prinsip ekonomi tersebut yaitu dengan usaha minimal, dengan waktu yang

singkat, biaya ringan, dan dengan cara yang sepraktis mungkin dapat

mencapai tujuan semaksimal mungkin.

Keberadaan perjanjian baku ini terkadang dirasa memberatkan oleh

salah satu pihak, seperti halnya isi dari perjanjian itu sendiri seakan-akan

hanya menguntungkan pihak yang membuatnya meski pihak yang lain pun

sudah mendapat keuntungan.

Masalah perjanjian baku sering timbul dalam hubungan hukum

antara pengusaha dan konsumen biasa. Hal ini jarang terjadi pada

hubungan antar pengusaha karena mereka sama-sama berpegang pada

prinsip ekonomi yang sama dengan persaingan sehat dalam melayani

konsumen. Permasalahan tersebut disebabkan konsumen menerima segala

akibat yang timbul dari perjanjian tersebut meskipun akibat tersebut

merugikan konsumen tanpa kesalahannya karena konsumen telah

menyetujui syarat-syarat yang telah ditetapkan secara baku dan sepihak

oleh penguasa. Adanya perjanjian baku dengan model yang seperti ini atau

dapat dikatakan perjanjian yang isinya cenderung arogan, kebanyakan

diberikan oleh perusahaan-perusahaan besar yang telah punya nama atau

perusahaan yang sifatnya monopoli. Bagi perusahaan yang besar hal ini

mungkin dimaksudkan hanya untuk menjaga citra perusahaan serta

menjaga kualitas produk tetapi bagi perusahaan monopoli kemungkinan

pemikiran mereka bahwa tidak ada pesaing lain selain dirinya sehingga

Page 44: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xliv

mereka berpendirian untuk mengadakan perjanjian hanya jika mau

melaksanakan apa yang telah ditentukannya.

Perjanjian baku di negara berkembang, diusahakan tidak hanya

menguntungkan pemgusaha namun juga pihak konsumen. Bila terjadi

perselisihan mengenai akibat yang timbul dari pelaksanaan syarat-syarat

baku, maka para pihak masih akan berunding menyelesaikan masalah

secara adil menurut mereka sendiri tanpa mengubah redaksional syarat

perjanjian yang telah dibakukan. Selain itu negara juga ikut melindungi

warganya baik pengusaha maupun konsumen melalui perundang-

undangan dan lembaga peradilan. Hal ini juga diikuti di Indonesia.

b. Ciri–ciri Perjanjian Baku

Istilah bahasa Inggris perjanjian baku sering disebut sebagai

standar contract, atau standar agreement. Perjanjian baku memiliki ciri-

ciri mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan

masyarakat. Ciri-ciri tersebut mencerminkan prinsip ekonomi dan

kepastian hukum yang berlaku di negara-negara yang bersangkutan dan

sebagai tolok ukurnya dilihat dari kepentingan pengusaha bukan dari

kepentingan konsumennya.

Mariam Darus berpendapat bahwa yang dimaksud dengan

perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan

dalam bentuk formulir, dengan ciri-ciri:

1) Mempunyai bentuk tertentu dan biasanya tertulis. Jumlah lembaran

tidak mempengaruhi, walaupun hanya satu lembar perjanjian tersebut

sudah mengikat

2) Isi ditetapkan oleh salah satu pihak, biasanya pihak yang posisinya

lebih kuat, misalnya dalam perjanjian kredit formulir disediakan oleh

pihak kreditur/bank sebagai pihak yang kuat.

Page 45: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xlv

3) Debitur tidak ikut menentukan isi dari perjanjian, pihak debitur hanya

mempunyai pilihan menerima atau menolak dan mengisi formulir yang

telah disediakan oleh kreditur.

4) Terdorong oleh kebutuhan, maka debitur terpaksa menerima perjanjian

tersebut.

5) Dipersiapakan terlebih dahulu secara masal, dalam arti bahwa formulir

untuk perjanjian tersebut dipersiapkan lebih dari 1 lembar.

(Sukasno, 1993 : 5)

Adanya perjanjian baku ini maka seorang pengusaha dapat

menggunakan formulir berkali-kali. Alasannya bahwa bila membuat suatu

perjanjian baru, maka membutuhkan lebih banyak waktu, biaya dan

tenaga. Karena bagaimanapun juga seorang pengusaha akan berusaha

seefisien dan seefektif mungkin.

c. Penerapan Syarat-syarat Baku

Empat cara pengikutsertaan syarat-syarat baku yang paling banyak

digunakan yaitu melalui:

1) Penandatanganan

Metode ini merupakan metode yang paling aman. Dalam

metode ini syarat-syarat dimasukkan dalam satu dokumen kontrak dan

meminta pada pihak peserta kontrak untuk menandatangani.

Berdasarkan peraturan umum dalam hukum perikatan yang memuat

pengikatan berarti terikat pada isi yang ditandatangani. Dokumen-

dokumen yang dimaksud dapat berupa kontrak atau formulir kontrak,

juga satu formulir permintaan untuk satu asuransi.

Penandatanganan tidak terikat pada syarat-syarat yang tercetak

di bawah tanda tangannya atau di sebelah belakang formulir, kecuali di

bagian muka ditunjuk kepada syarat-syarat tersebut.

Page 46: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xlvi

2) Pemberitahuan diatas dokumen-dokumen kontrak atau kertas surat.

Ada kebiasaan untuk mencetak syarat-syarat baku diatas

dokumen-dokumen kontrak yang tidak ditandatangani, seperti kertas

surat, katalog, rencana-rencana pekerjaan, surat angkutan dan

sebagainya. Dalam hal ini tidak dipentingkan apakah pihak peserta lain

telah mengadakan perjanjian atas dasar jabatan atau tidak. Yang

penting, apakah dokumen telah diserahkan atau dikirim kepada peserta

pihak lain sebelum atau pada saat pengadaan kontrak atau sesudahnya.

Dalam hal terakhir ini dapat ditetapkan bahwa tidak dapat lagi

diadakan perubahan dalam perjanjian yang telah diadakan

tersebut.Menurut Peradilan yang tetap, bila orang yang tidak dalam

waktu singkat mengajukan keberatan terhadap isi surat pengukuhan,

maka dianggap telah menyetujui isinya.

3) Penunjukan dalam dokumen-dokumen kontrak.

Suatu transaksi mengenai perdagangan, satu tanda dari

organisasi sudah cukup untuk mencapai penerapan dari syarat-syarat

baku yang ditetapkan organisasi tersebut.

4) Pemberitahuan atau penunjukan di atas papan pengumuman.

Syarat-syarat baku dapat dijadikan bagian dari isi kontrak

dengan jalan pengumuman atau penunjukan diatas papan.

Contohnya: Papan-papan dengan pembatasan tanggung jawab atau

penghapusan tanggung jawab, misalnya pada tukang parkir. Peradilan

menetapkan bahwa untuk metode tersebut, maka pengumuman harus

ditempatkan di tempat yang jelas, klausul-klausul dicetak dengan huruf

yang mudah dibaca, dan dapat dilihat sebelum diadakan perjanjian.

(Suradji, 1994 : 7)

Perjanjian standart, pihak lawan (wedepartij) yang umumnya

mempunyai kedudukan ekonomi yang lemah baik karena posisinya

Page 47: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xlvii

maupun ketidaktahuannya, maka hanya menerima apa yang dihadapkan

padanya. Perjanjian standart biasanya digunakan dalam perjanjian seperti

perjanjian kredit bank, dokumen angkatan laut, udara polis asuransi, dan

lain-lain.

3. Tinjauan Umum tentang Pengangkutan

a. Pengertian Pengangkutan

Membahas mengenai perjanjian pengangkutan, sebelumnya kami

bahas mengenai pengertian pengangkutan terlebih dahulu. Pengangkutan

menurut pengertian penyusun adalah merupakan proses mengangkut suatu

barang, benda, orang ataupun pemuatan yang lain yang dipindahkan dari

suatu tempat ke tempat yang lain. Sedang pengangkutan menurut definisi

Abdulkadir Muhammad adalah:

“proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke dalam alat pengangkutan, membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan, dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan”.

Perjanjian pengangkutan pada umumnya, tidak harus dibuat

secara tertulis, melainkan cukup adanya kata sepakat dari para pihak.

Dalam hal ini yang penting adalah persetujuannya. Karena mengenai hak

dan kewajiban masing-masing pihak telah dirumuskan dalam undnag-

undang lalu lintas dan angkutan jalan serta peraturan pemerintah.

Mengenai perjanjian pengangkutan ada beberapa pendapat:

Menurut Subekti bahwa:

“Perjanjian Pengangkutan ialah suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu ke lain tempat, sedangkan pihak yang lainnya menyanggupi akan membayar ongkosnya.” (Subekti, 1995 : 69).

Kemudian menurut Purwosutjipto, bahwa:

“Perjanjian Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri

Page 48: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xlviii

untuk menyelenggarakan pengangkutan barang, dan / atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.”

(Purwosutjipto, 1991 : 2).

Menurut Abdulkadir Muhammad, beliau mengatakan bahwa

definisi yang dikemukakan oleh Purwosutjipto tersebut hanya mengenai

perjanjian antara pengangkut dan penumpang. Jadi hanya meliputi

perjanjian pengangkutan barang, maka beliau menambah menjadi:

“Perjanjian Pengangkutan adalah persetujuan dengan mana pengangkut mengikatkan diri untu menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, dan pengirim atau penumpang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan.”

(Abdulkadir Muhammad, 1991 : 20)

b. Dasar Perjanjian Pengangkutan

Undang-undang tidak mensyaratkan cara terjadinya perjanjian

pengangkutan, hanya dalam praktek dapat diketahui bagaimana cara

terjadinya. Biasanya melalui adanya penawaran dari pihak pengangkut.

Penawaran ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung

yaitu dengan menggunakan perantara, misalnya ekspeditur atau biro

perjalanan. Dalam penawaran langsung maka dalam pelaksanaannya pihak

pengangkut menghubungi langsung pada pihak pengirim atau penumpang,

atau dengan jasa media massa, radio, brosur dan mungkin pada masa

sekarang dengan melaui internet sehingga bila ada pihak yang

berkepentingan terhadap pengangkutan tersebut dapat langsung

menghubungi. Penawaran dapat juga dilakukan dari pihak pengirim atau

penumpang menghubungi pengangkut kemudian menyerahkan barang dan

kemudian menyetujui persyaratannya.

Sebagaimana perjanjian-perjanjian yang lainnya, kedua belah pihak

diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk mengatur sendiri segala hal

mengenai pengangkutan yang diselenggarakan itu. Apabila terjadi

Page 49: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

xlix

kelalaian pada salah satu pihak, maka akibat-akibatnya ditetapkan

sebagaiman berlaku untu perjanjian-perjanjian pada umumnya dalam buku

III KUH Perdata.

c. Asas-Asas didalam Perjanjian Pengangkutan

Ada beberapa asas pokok yang mendasari dalam perjanjian

pengangkutan:

1) Asas konsensualisme

Asas ini menyatakan bahwa bentuk perjanjian pengangkutan

tidak mensyaratkan harus dibuat secara tertulis. Persetujuan kehendak

para pihak secara lesan antara para pihak sudah cukup bahwa telah ada

perjanjian pengangkutan. Bila dalam pengangkutan terdapat dokumen-

dokumen, tetapi dokumen tersebut bukan merupakan perjanjian tertulis

melainkan hanya merupakan bukti bahwa persetujuan ada diantara

pihak. Dalam rumusan Pasal 90 KUHD ditulis bahwa surat muatan

merupakan perjanjian antara si pengirim atau ekspeditur pada pihak

pertama, dengan pengangkut pada pihak kedua, dan surat tersebut

memuat selain apa yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, seperti

mengenal waktu dalam mana pengangkutan harus telah selesai

dilakukan dan mengenai penggantian kerugian dalam hal kelambatan.

Menurut Pasal 90 KUHD, isi surat muatan adalah:

a) Nama dan berat atau ukuran barang-barang yang diangkut, merk

serta jumlahnya.

b) Nama alamat dan penerima

c) Nama dan alamat pengangkut

d) Jumlah biaya atau tarif pengangkutan

e) Tanggal

f) Tanda tangan pengangkut atau ekspeditur

Page 50: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

l

Menurut Purwosutjipto dari rumusan tersebut menunjukkan

baha tanpa surat muatan berarti tidak ada perjanjian. Kemudian dalam

Pasal 90 ayat (1) No. 6 dapat disimpulkan bahwa surat muatan cukup

ditanda tangani oleh pengirim atau ekspeditur saja. Keadaan ini tidak

sesuai dengan terjadinya perjanjian yang salah satunya menyebut

kesepakatan. Kata sepakat ini menunjukkan adanya minimal dua pihak

dalam satu perjanjian, sedangkan dalam surat muatan hanya ditanda

tangani satu pihak saja. Jadi surat muatan bukan merupakan bukti

adanya perjanjian tapi merupakan surat pengantar, atau tanda bukti

adanya persetujuan bukan perjanjiannya.

2) Asas koordinasi

Asas ini pada dasarnya mensyaratkan adanya kedudukan sejajar

antara pihak dalam perjanjian pengangkutan. Dalam asas ini tidak

berlaku hubungan buruh dengan majikan pada perjanjian perburuhan.

Menurut Purwosutjipto sifat perjanjian pengangkutan adalah

koordinasi karena hubungan kerja antara pengirim dan pengangkut

hanya kadangkala yaitu bila pengirim membutuhkan pengangkutan

untuk mengirim barang hubungannya adalah pelayanan berkala.

3) Asas campuran

Asas ini menyatakan bahwa perjanjian pengangkutan

merupakan campuran dari tiga jenis perjanjian:

a). Pemberian kuasa dari pengirim kepada pengangkut

b). Penyimpanan barang dari pengirim kepada pengangkut

c). Melakukan pekerjaan pengangkutan yang diberikan pengirim

kepada pengangkut

4) Asas tidak ada hak retensi

Pengertian asas ini bahwa pengangkut tidak berhak menahan

barang-barang yang diangkut, bila penerima menolak membayar biaya

Page 51: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

li

pengangkutan maka pengangkut dapat melakukan upaya hukum

melalui hakim pengadilan. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 94 KUHD.

Menurut Abdulkadir Muhammad penggunaan hak retensi dalam

pengangkutan bertentangan fungsi dan tujuan pengangkutan, yaitu

terpenuhinya hak dan kewajiban pihak-pihak dalam pengangkutan.

d. Subyek Dalam Perjanjian Pengangkutan

Subyek pengangkutan adalah pendukung hak dan kewajiban dalam

hubungan hukum pengangkutan.

Sifat perjanjian pengangkutan adalah timbal balik yaitu meletakkan

kewajiban pada masing-masing pihak. Dalam perjanjiannya ada pihak

yang langsung terikat dengan perjanjian pengangkutan dan ada yang tidak

langsung terikat dalam perjanjian. Pihak yang berkedudukan sebagai pihak

dalam perjanjian pengangkutan antara lain:

1) Pengangkut

Pengangkut mempunyai dua arti, yaitu:

a) Penyelenggaraan pengangkutan yaitu pihak yang mengikatkan diri

untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau

penumpang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan

selamat.

b) Alat yang digunakan untuk menyelenggarakan pengangkutan.

Dalam hal pelaksanaan perjanjian pengangkutan pada umumnya

pihak pengangkut bebas memilih sendiri alat pengangkutan yang

hendaknya dipakai.

2) Pengirim

Pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar

biaya pengangkutan sebagai pemilik barang, penjual (ekspeditur), atau

Page 52: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lii

majikan penumpang dalam perjanjian pengangkutan serombongan

penumpang seperti tenaga kerja, rombongan kontingen olahraga.

Sebagai pemilik barang adalah:

a) Manusia pribadi

b) Perusahaan perorangan

c) Perusahaan persekutuan

d) Badan hukum

e) Bukan badan hokum

3) Penumpang

Penumpang adalah pihak dalam perjanjian pengangkutan

penumpang yang mempunyai dua kedudukan:

a) Sebagai subyek karena merupakan pihak dalam perjanjian,

b) Sebagai obyek karena merupakan muatan yang diangkut.

Pihak yang tidak berkedudukan langsung sebagai pihak dalam

perjanjian tetapi bertindak atas nama atau untuk kepentingan pihak lain.

1) Ekspeditur:

Ekspeditur yaitu orang yang pekerjaannya mencarikan pengangkut

barang di darat atau di perairan bagi pengirim. Ketentuan ini terdapat

dalam Pasal 86 ayat I KUHD. Jadi ekspeditur berfungsi sebagai

perantara.

2) Biro perjalanan (travel agent)

Biro perjalanan yaitu pihak yang mencarikan pengangkut untuk

penumpang yang bertindak atas nama penumpang untuk memperoleh

tiket.

3) Pengatur muatan

Pengatur muatan adalah orang yang menjalannkan usaha di bidang

muatan barang ke kapal dan pembongkaran barang dari kapal.

Page 53: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

liii

Pengatur muatan adalah orang yang ahli menempatkan barang dalam

ruangan kapal sesuai dengan sifat barang dan keadaan, juga ventilasi

yang dibutuhkan.

4) Pengusaha pergudangan (warehousing)

Pengusaha pergudangan adalah perusahaan yang bergerak di bidang

usaha penyimpanan barang-barang dalam gudang pelabuhan selama

barang yang bersangkutan menunggu pemuatan ke atas kapal atau

menunggu pengeluarannya dari gudangyang berada di bawah

pengawasan Dinas Bea dan Cukai.

5) Penerima (consigne)

Penerima ini dapat dilakukan oleh pihak pengirim sendiri atau dapat

pihak ketiga yang berkepentingan. Bila pihak penerima adalah adalah

pengirim sendiri maka penerima adalah pihak yang terlibat dalam

perjanjian pengangkutan.

e. Obyek Pengangkutan

Obyek hukum pengangkutan adalah segala sesuatu yang digunakan

untuk mencapai tujuan hukum pengangkutan, yaitu:

1) Muatan barang

Muatan barang yang dimaksud disini adalah barang-barang yang

termasuk juga muatan hewan. Barang tersebut diangkut dari satu

tempat ke tempat tujuan dengan menggunakan alat pengangkutan.

2) Muatan penumpang

Muatan penumpang sama halnya dengan barang, tetapi perihal

pelakunya tidak bisa disamakan dengan barang. Mengenai definisinya,

Page 54: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

liv

undang-undang tidak memberikannya. Tetpai dilihat dari perjanjian

pengangkutan selaku obyek perjanjian, penumpang adalah setiap orang

yang berada dalam alat pengangkutan yang mempunyai tiket

penumpang yang diangkut dari satu tempat ke tempat tujuan.

3) Alat Pengangkutan

Seorang pengusaha dalam usaha pengangkutan memiliki alat

pengangkut sendiri.

Alat angkut ini dapat berupa:

a) kendaraan bermotor

b) kapal laut niaga

c) pesawat udara

khususnya dalam pengangkutan dengan kendaraan bermotor harus

memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah dicantumkan dalam

undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu harus

memenuhi:

a) persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor

b) pengujian kendaraan bermotor

c) pandaftaran kendaraan bermotor

4) Biaya pengangkutan

Biaya pengangkutan tidak diatur secara umum dakam rumusan

KUHD. Tetapi dilihat dari perjanjian pengangkutan, biaya

pengangkutan adalah kontra prestasi terhadap penyelenggaraan

pengangkutan yang dibayar pengirim atau penerima atau penumpang

kepada pengangkut.

Biaya pengangkutan yang ada terdiri dari dua unsur, yaitu

pertama kontra prestasi atas penyelenggaraan pengangkutan, kedua

biaya pemeliharaan terhadap apa yang diangkut.

Page 55: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lv

Abdulkadir Muhammad (1991 : 68 – 69) menyatakan bahwa

perhitungan biaya pengangkutan ditentukan juga oleh beberapa hal

berikut:

a) Jenis pengangkutan, yaitu pengangkutan darat, laut, dan udara.

Tiap jenis pengangkutan mempunyai biaya yang tidak sama.

b) Jenis alat angkutan, yaitu bus, kereta api, kapal laut, pesawat udara.

c) Jarak pengangkutan, yaitu jarak yang jauh maupun dekat.

d) Waktu pengangkutan, yaitu pengangkutan yang cepat maupun

lambat.

e) Sifat muatan, yaitu berbahayakah,mudah rusak, pecah, busuk

sehingga dapat diperkirakan berapa kerugianjika terjadi hal-hal

tersebut.

Adanya patokan-patokan tersebut di atas maka dapat diperkirakan

berapa besar biaya yang harus dikeluarkan atas adanya pengangkutan.

f. Berakhirnya Perjanjian Pengangkutan

Perjanjian pengangkutan berakhir bila terdapat dua keadaan:

1) “Dalam keadaan tidak terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian,

maka perbuatan yang dijadikan ukuran ialah penyerahan dan

pembayaran biaya pengangkutan di tempat tujuan yang disepakati,

2) Dalam keadaan terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka

perbuatan yang dijadikan ukuran adalah pemberesan membayar ganti

kerugian”.

Apabila terdapat peraturan tertulis, maka perjanjian pengangkutan

berakhir sesuai dengan syarat-syarat dalam pasal perjanjian yang

menentukan perjanjian berakhir.

Page 56: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lvi

Pada umumnya perusahaan pengangkutan untuk adanya jaminan

barang yang diangkut, serta untuk menarik konsumen, dalam perjanjian

pengangkutan disertai asuransi atas apa yang diangkut.

B. Kerangka Pemikiran

Pengirim Pengangkut Perjanjian Pengangkutan

Hukum Pengangkutan

Pelaksanaan Perjanjian

Page 57: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lvii

BAB III

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum tentang CV. Bintang Jaya dan PT. Aqua Tirta Investama

Klaten

1. Deskripsi tentang CV. Bintang Jaya

a. Sejarah Singkat CV. Bintang Jaya

CV. Bintang Jaya berdiri pada tahun 1982 dengan Akte Pendirian

No. 61/29 Januari 1982 dengan H. Madi Hartono sebagai Direktur dan H.

M. Sidik Pramono sebagai Komanditer. Kemudian ada perubahan

kepemimpinan dengan Akte Perubahan No. 8/4 Mei 1987.

CV. Bintang Jaya merupakan salah satu transportir / pengangkut

yang bergerak di bidang angkutan air minum dalam kemasan. Perusahaan

ini didirikan oleh Bapak H.M. Sidik Pramono pada tahun 1982. Pada

mulanya alat angkutan yang digunakan hanyalah menggunakan mobil Colt

Diesel keluaran tahun 1982. Karena semakin bertambahnya kebutuhan air

minum dalam kemasan yang harus diangkut maka ditambah pengadaan

armada. Dengan semakin bertambahnya kebutuhan akan air minum dalam

kemasan maka mau tidak mau harus diusahakan untuk adanya

penambahan mobil lagi. Dan kebetulan pada saat itu ada penawaran dari

singapura truk buitl up.

b. Struktur Organisasi

Pemilikan perusahaan merupakan hak daripada seseorang untuk

mendapatkan hak milik yang sah dengan menggunakan kekayaan, orang,

Page 58: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lviii

menguasai dan menikmati suatu keuntungan daripada pemilikan. Bentuk-

bentuk pemilikan ditentukan oleh keputusan manajemen, bentuk pemilikan

ini mementukan berhasil tidaknya perusahaan. Salah satu bentuk

pemilikan perusahaan adalah CV. Untuk memperlancar kinerja perusahan

guna mencapai suatu tujuan, diperlukan suatu pengelompokkan dengan

pembagian tugas berdasarkan atas spesialisasi. Dalam suatu organisasi ada

struktur yang secara skematis mengatur hubungan kerja sama dari masing-

masing bagian yang ada dalam mencapai suatu tujuan.

Struktur organisasi CV. Bintang Jaya dapat dikatakan sebagai

struktur organisasi yang sederhana. Adapun struktur organisasinya adalah

sebagai berikut:

DIREKTUR UTAMA KOMISARIS

DIREKTUR

KOMISARIS

BAG. ADMINISTRASI

TOP SUPERVISOR

PEMBANTU UMUM

PRESIDEN KOMISARIS

SUPERVISOR SUPERVISOR

T.KERJA T.KERJA T.KERJA T.KERJA T.KERJA T.KERJA

Page 59: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lix

Keterangan Gambar:

1) Direktur utama bertugas mengkoordinir semua kegiatan perusahaan,

baik urusan intern maupun ekstern.

a) Tugas intern ini meliputi:

Ø Merencanakan kegiatan perusahaan.

Ø Mengkoordinir kegiatan perusahaan

Ø Memilih pegawai

Ø Memberikan perintah sehubungan dengan kegiatan perusahaan

mengawasi bawahan.

b) Tugas ekstern adalah mewakili perusahaan dalam hubungannya

dengan pihak luar perusahaan.

2) Direktur bertugas membantu tugas daripada Direktur utama dalam

hubungannya dengan pelaksanaan pengkoordinasian secara langsung

dengan para bawahan dan dalam melaksanakan tugasnya diberikan

kekuasaan penuh serta mewakili dan menggantikan Direktur utama

apabila berhalangan.

3) Bagian Administrasi bertugas:

a) melaksanakan pembukuan

b) melakukan segala kegiatan yang berkaitan dengan keuangan.

4) Pembantu umum bertugas melakukan penagihan piutang atas jasa

pengiriman air minum dalam kemasan terhadap para konsumen.

5) Top Supervisor bertugas:

a) Melakukan koordinasi dengan supervisor

b) Melakukan pembagian tugas untuk pemberangkatan tenaga kerja

bawahan (sopir/kernet)

Page 60: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lx

6) Supervisor bertugas:

a) Menyampaikan kepada Top Supervisor mengenai DO yang keluar.

b) Membagikan DO kepada Tenaga Kerja (sopir/kernet) untuk

mengirimkan air minum dalam kemasan kepada konsumen.

Supervisor disini harus mampu mengambil keputusan maupun dapat

berinisiatif untuk kelancaran perusahaan.

7) Tenaga kerja disini adalah sopir dan kernet yang mempunyai tugas

mengirimkan air minum dalam kemasan yang telah dibagikan kepada

konsumen yang bersangkutan.

c. Alat Pengangkut dan Barang yang diangkut

Pengangkutan air minum dalam kemasan dari PT. Aqua Tirta

Investama sampai kepada konsumen, CV. Bintang Jaya menyediakan

beberapa jenis kendaraan bermotor sesuai dengan spesifikasi air minum

dalam kemasan yang diangkut.

Kendaraan angkutan tersebut adalah:

1) Truk Tronton ber-JBI (Jumlah Berat yang diIjinkan) = 20.000kg –

27.000kg berjumlah 55 buah

2) Truk Engkel ber-JBI (Jumlah Berat yang diIjinkan) = 7.000kg –

17.000kg berjumlah 35 buah.

3) Truk Colt diesel (Tamiya) ber-JBI (Jumlah Berat yang diIjinkan) =

1.000kg – 5.000kg berjumlah 10 buah.

Sedangkan mengenai barang yang diangkut adalah:

1) Aqua galon lokal

2) Aqua Karton, yaitu:

a) Kemasan 1500 ml

Page 61: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxi

b) Kemasan 600 ml

c) Kemasan 330 ml

d) Kemasan 240 ml

3) Mizone 500 ml

d. Daerah yang Menjadi Ruang Lingkup Pengisian dan Pengiriman CV.

Bintang Jaya

1) Solo

2) Jogjakarta

3) Wonogiri

4) Surabaya

5) Jakarta

6) Bali

2. Deskripsi tentang PT. Aqua Tirta Investama Klaten

a. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Aqua Tirta Investama Klaten

Betapa besar peranan yang telah dimainkan oleh perusahaan air

mineral sebagai penyedia air minim sumber mineral maupun sumber dana

bagi pembangunan. Bahan kandungan mineral yang ditemukan berawal di

Sukabumi, daerah daerah lain dan kemudian di Klaten di desa Wangen

pada Tahun 2004, sejak beberapa tahun yang lalu memiliki arti penting

bila ditinjau dari segi pembanguna ekonomi.

Sudah sepatutnya di bidang Tambang air mineral ini di konsumsi

oleh masyarakat luas, lebih – lebih dalam menunjang pembangunan

nasional. Mengenai keberadaan kandungan air mineral di Indonesia tidak

lepas dari adanya perusahaan perusahaan air mineral di Indonesia salah

satunya yaitu Tirta Investama yang dibawah pengawasan PT. Aqua

Golden Missisipi anak perusahaan Danone di Prancis.

Page 62: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxii

PT. Tirta Investama sebagai pengelola Air mineral memiliki visi

menjadi Perusahaan Air mineral yang efisien, unggul, maju dan mandiri.

PT. Tirta Investama juga memiliki misi sebagai perusahaan yang memiliki

kegiatan eksplorasi, produksi, pengolahan, pemasaran niaga di Indonesia ,

dan secara selektif di dunia internasional dengan tujuan untuk menjadi

perusahaan yang :

1) Kuat dan Sehat

2) Memenuhi kepentingan konsumen dan menghasilkan keuntungan bagi

perusahaan.

3) Berprestasi setaraf dengan perusahaan terbaik dibidang Air Mineral

Dalam Kemasan.

Pelaksanaan usaha selalu berdasarkan pada tata nilai unggulan

yang :

1) Berstandar Internasional

2) Berwawasan lingkungan

3) Menumbuhkan kebanggaan dan mengembangkan profesionlisme

karyawan

4) Mendukung program Pemerintah.

b. Struktur organisasi

Struktur Organisasi PT. Tirta Investama dipimpin oleh Direktur

Utama dan dibantu 6 direktur yang membawahi dibidangnya masing-

masing sebagai berikut:

1) Direktur Bagian Eksplorasi dan produksi

2) Direktur Bagian Pengolahan

3) Direktur Bagian Pembekalan dan pemasaran

4) Direktur Bagian Transportasi dan komunikasi

5) Direktur Bagian Keuangan

6) Direktur Bagian Umum

Page 63: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxiii

Direktur bagian pembekalan dan pemasaran mempunyai 10 Depo yaitu:

- Depo Kawasan Pulogadung

- Depo Meruya

- Depo Rawadomba

- Depo Cibinong

- Depo Ciputat

- Depo Pulokambing

- Depo bandung

- Depo Solo

- Depo Yogyakarta

- Depo Surabaya

Keseluruhan Depo yang ada dipimpin oleh Kepala Depo masing masing

daerah.

Pimpinan Depo dalam melaksanakan tugasnya membawahi 7 pegurus

bagian, yaitu:

1) Bagian Penjualan

Bagian inilah yang menjembatani antara PT. Tirta Investama dengan

pihak konsumen serta bertugas memberikan pelayanan dalam hal

penjualan Air Minum Dalam Kemasan yang dibutuhkan.

2) Bagian Pengadaan

Bagian ini bertugas untuk menyediakan dan medistribusikan segala

sesuatu yang berhubungan dengan masalah pengadaan.

3) Bagian Tehnik

Bertugas untuk menangani dan mengurusi masalah tehnik perencanaan

dan administrasi, tehnik pemeliharaan lapangan, tehnik inspeksi, dan

perlindungan lingkungan serta tehnik pengamanan.

4) Bagian Transportasi dan Komunikasi

Page 64: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxiv

Bertugas menagani dan mengurus hal-hal yang berhubungan dengan

masalah transportasi dan komunikasi.

5) Bagian Keuangan

Bertugas untuk mengurus dan menangani segala hal yang

berhubungan dengan keuangan baik berupa penerimaan yang

merupakan hasil penjualan maupun pengeluaran– pengeluaran yang

berkaitan dengan biaya operasional.

6) Bagian Personalia dan Organisasi

Bertugas untuk menangani dan mengurus segala hal yang berkaitan

dengan koordinasi keorganisasian maupun mengenai masalah

karyawan, misalnya: penerimaan karyawan, pembinaan karyawan,

masalah gaji, dll.

7) Bagian Kesehatan

Menangani dan mengurus segala hal yang menyangkut pengadaan

fasilitas penunjang kesehatan, baik bagi karyawan perusahaan maupun

bagi keluarganya.

c. Sistem Pendistribusian Air Minum dalam Kemasan

Pola suplai dan distribusi Air Minum Dalam Kemasan ini

dimulai dari Pabrik Klaten, Pabrik Sukabumi, Pabrik Mekarsari – Jawa

Barat, Pabrik Wonosobo, Pabrik Pandaan dan Pabrik Kebon Candi

Pasuruan.

1) Pabrik Tirta Investama Klaten

Pabrik Tirta Investama Klaten membuat Air Minum dalam Kemasan

yang berupa:

Ø Aqua galon lokal

Page 65: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxv

Ø Aqua Karton, yaitu: kemasan 1500 ml, kemasan 600 ml, kemasan

330 ml, kemasan 240 ml

Ø Mizone 500 ml

Disalurkan kepada konsumen yang berada di daerah: Jawa Tengah,

Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan Jabodetabek.

2) Pabrik Sukabumi

Pabrik Sukabumi membuat Air Minum dalam Kemasan yang berupa:

Ø Aqua galon lokal

Ø Aqua Karton, yaitu: kemasan 1500 ml, kemasan 600 ml, kemasan

240 ml

Disalurkan kepada konsumen yang berada di daerah Jawa Barat dan

Jabodetabek.

3) Pabrik Mekarsari – Jawa Barat

Pabrik Mekarsari – Jawa Barat membuat Air Minum dalam Kemasan

yang berupa:

Ø Aqua galon lokal

Ø Aqua Karton, yaitu: kemasan 600 ml, kemasan 240 ml

Disalurkan kepada konsumen yang berada di daerah Jawa Barat,

Jabodetabek, Pekalongan, Tegal, dan Pemalang.

4) Pabrik Wonosobo

Pabrik Wonosobo membuat Air Minum dalam Kemasan yang berupa:

Ø Aqua galon lokal

Ø Aqua Karton kemasan 240 ml

Disalurkan kepada konsumen yang berada di daerah Jogjakarta, Jawa

Tengah, Pekalongan, Tegal, dan Pemalang.

5) Pabrik Pandaan

Pabrik Pandaan membuat Air Minum dalam Kemasan yang berupa:

Page 66: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxvi

Ø Aqua galon lokal

Ø Aqua Karton, yaitu: kemasan 1500 ml, kemasan 600 ml, kemasan

240 ml

Ø Mizone 500 ml

Disalurkan kepada konsumen yang berada di daerah Surabaya.

6) Pabrik Kebon Candi Pasuruan

Pabrik Kebon Candi Pasuruan membuat Air Minum Dalam Kemasan

yang berupa:

Ø Aqua galon lokal

Ø Aqua Karton kemasan 240 ml

Disalurkan kepada konsumen yang berada di daerah: Pasuruan dan

Surabaya.

B. Proses Pengikatan Perjanjian Pengangkutan Barang Antara PT. Aqua Tirta

Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya

Pertumbuhan perekonomian selalu meningkat seiring dengan

berkembangnya kebutuhan masyarakat. Dalam kaitannya dengan pemenuhan

kebutuhan agar dapat mempunyai kekuatan mengikat dan kekuatan hukum yang

jelas, diperlukan suatu perjanjian. Perjanjian beraneka ragam baik yang telah

diatur maupun yang belum diatur dalam buku III KUH Perdata. Hal tersebut dapat

terjadi karena memang perjanjian menganut sistem terbuka.

Penulisan ini yang menjadi obyek penelitian adalah: perjanjian

kerjasama jasa pengangkutan Air Minum dalam Kemasan antara PT. Aqua Tirta

Investama dengan CV. Bintang Jaya. Perjanjian yang disepakati tersebut

merupakan perjanjian standar atau perjanjian baku. Perjanjian baku ini isinya telah

ditentukan dalam bentuk formulir. Baku disini berarti sudah merupakan patokan,

ukuran, acuan dimana yang menentukan keberadaan format baku tersebut adalah

Page 67: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxvii

salah satu pihak yang nantinya akan ditandatangani oleh pihak yang lainnya

bilamana pihak yang lain tersebut mau menerima apa yang telah ditentukan dalam

perjanjian tersebut.

Proses pengikatan perjanjian pengangkutan antara PT. Aqua Tirta

Investama dengan CV. Bintang Jaya melalui 3 tahap, yaitu :

1. Tahap Penawaran

Pengangkutan yang dilaksanakan CV. Bintang Jaya kepada

konsumen PT. Tirta Investama dimulai dengan adanya penawaran. Dalam

kebiasaan yang hidup dalam praktek pengangkutan, terdapat perbuatan yang

tidak ada pengaturannya dalam undang-undang yaitu perbuatan tentang

penawaran yang dilakukan kepada konsumen yang membutuhkan jasa

pengangkutan. Demikian pula CV. Bintang Jaya, sebagai pihak pengangkut

juga melakukan penawaran jasa. Penawaran tersebut diberikan kepada instansi

maupun perusahaan-perusahaan yang membutuhkan jasa pengangkutan air

minum dalam kemasan. Kemudian PT. Aqua Tirta Investama sebagai pihak

yang membutuhkan jasa pengangkutan menyodorkan dokumen perjanjian

kerjasama jasa pengangkutan.

2. Tahap Kesepakatan Perjanjian

Perjanjian pengangkutan Air Minum Dalam Kemasan antara PT. Aqua

Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya yang membuat format perjanjian

adalah pihak PT. Aqua Tirta Investama. Perjanjian tersebut disodorkan kepada

pihak transportir yang merupakan rekanan PT. Aqua Tirta Investama.

Perjanjian yang disodorkan tersebut berisi mengenai:

1. Judul

2. Penunjukkan

3. Lingkup Perjanjian

Page 68: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxviii

4. Produk

5. Jenis Angkutan dan Kelengkapan Dokumen

6. Waktu Kerja dan Rute Pengangkutan

7. Tata Cara Pengangkutan Produk

8. Biaya Pengangkutan

9. Pembayaran

10. Tata Tertib di Lokasi Bongkar Muat

11. Jangka Waktu Perjanjian

12. Kerusakan pada Armada Pengangkutan

13. Berakhirnya Perjanjian

14. Sanksi

15. Keadaan Terpaksa

16. Penyelesaian Perselisihan

17. Pemberitahuan

18. Adendum

19. Bahasa

20. Penutup

Penandatanganan perjanjian tersebut, terdapat syarat yang ditentukan

oleh Undang-Undang yaitu berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata yang

menentukan mengenai orang-orang yang dianggap cakap untuk melakukan

perjanjian. Misalnya: kedewasaan, tidak dibawah pengampunan, sehat ingatan

dan sebagainya. Disamping keberadaan orang yang dianggap cakap oleh

hukum tersebut diperlukan juga unsur-unsur lain yaitu dalam pasal 1321 KUH

Perdata yang berisi bahwa dalam perjanjian tidak ada unsur kekhilafan,

paksaan dan penipuan.

3. Tahap Pelaksanaan Perjanjian

Pelaksanaan perjanjian antara PT. Aqua Tirta Investama dengan CV.

Bintang Jaya terdapat permasalahan-permasalahan maupun keadaan yang

Page 69: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxix

tidak diinginkan oleh para pihak, dan kejadian tersebut dapat terjadi baik

diketahui maupun tanpa sepengetahuan pengusaha angkutan maupun pihak

PT. Aqua Tirta Investama. Beberapa permasalahan yang timbul antara lain

produk yang cacat, rusak atau tidak seperti semula kadang sudah terjadi

terlebih dahulu sebelum produk diterima CV. Bintang Jaya untuk diangkut

kepada konsumen PT. Aqua Tirta Investama, hal seperti itu bisa merupakan

suatu resiko yang kadang dapat terjadi saat proses pemindahan produk ke truk

pengangkut CV. Bintang Jaya karena faktor human error. Hal-hal seperti itu

sebetulnya dapat diminimalisir dengan cara memastikan setiap box yang telah

diterima CV. Bintang Jaya dari PT. Tirta Investama dalam kondisi yang masih

baik dan sesuai dengan jumlah produk yang tertera dalam SJ/CO sebelum

diangkut keluar atau sebelum meninggalkan pabrik PT. Tirta Investama.

Permasalahan maupun kejadian-kejadian yang tidak diinginkan para

pihak seperti berupa berkurangnya jumlah barang yang telah diangkutkan oleh

PT. Tirta Investama kepada CV. Bintang Jaya untuk dikirimkan kepada

konsumen. Dalam keadaan demikian, bagaimanapun juga yang dituntut adalah

pihak pengirim yaitu dalam hal ini adalah transportir untuk mengganti

kekurangan atau kerugian pihak pertama.

Selama 1 tahun periode berlakunya Perjanjian Kerjasama Angkutan

antara PT. Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya berjalan relatif lancar,

hal tersebut ditegaskan dengan ditandatanganinya Addendum I per tanggal 30

maret 2007 yang berisi kesepakatan para pihak untuk memperpanjang kerja

sama pengangkutan antara kedua belah pihak dengan mengubah pasal 11.1

mengenai jangka waktu perjanjian yang berisi:

”Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal 01 April 2007 dan akan berakhir sampai dengan tanggal 31 Maret 2008.”

Page 70: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxx

Tarif angkutan yang akan dibayarkan kepada CV. Bintang Jaya

sesuai dengan Pasal 8.1 dari Perjanjian Kerjasama Angkutan antara PT. Tirta

Investama dengan CV. Bintang Jaya yang berisi:

“Biaya pengangkutan adalah sebagaimana diuraikan dalam lampiran 2 perjanjian ini, bermaterai cukup, ditandatangani oleh para pihak dan merupakan satu kesatuan serta bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini”.

PT. Tirta Investama dan CV. Bintang Jaya menandatangani

Addendum II tertanggal 24 April 2007 yang mengacu pada syarat dan

ketentuan sebagai berikut:

”Mengubah Lampiran 2 dari Perjanjian (mengenai Biaya Pengangkutan) sehingga untuk selanjutnya terhitung sejak tanggal 24 April 2007 Lampiran 2 dari Perjanjian seluruhnya akan tertulis dan dibaca sebagaimana terlampir dalam Addendum ini, bermaterai cukup dan ditandangai oleh para pihak serta merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Addendum ini dan dengan diberlakunya Lampiran 2 sebagaimana tersebut di atas maka Lampiran 2 yang ada sebelum Addendum ini dibuat dinyatakan batal dan tidak berlaku lagi.”

Addendum II diatas menjelaskan bahwa para pihak sepakat untuk

merubah tarif ongkos angkut untuk produk Mizone (6.7 Kg) dengan ekspedisi

Klaten – Jawa Timur yang terdiri dari 20 lokasi tujuan yang mengalami

penurunan tarif ongkos angkut sebesar 5 % / box dari harga sebelumnya, serta

penurunan tarif ongkos angkut ekspedisi Klaten – Jawa Barat yang terdiri dari

14 lokasi tujuan yang mengalami penurunan tarif ongkos angkut sebesar 5 % /

box dari harga sebelumnya (sebagaimana dalam Lampiran Addendum II hal. 7

dan 8).

Munculnya isu-isu terhadap pentingnya pemenuhan hak-hak para

pekerja yang harus terpenuhi sesuai undang-undang ketenagakerjaan yang

berlaku di Indonesia untuk memberikan, menjamin, melindungi serta

memperjelas hal-hal yang menjadi hak-hak para pekerja makin mendorong

para pihak untuk membuat dan menandatangani Addendum III tentang

Page 71: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxi

prinsip-prinsip dasar sosial yang juga menyepakati perpanjangan berlakunya

periode kerja sama angkutan para pihak pada tanggal 07 April 2008. Dalam

Addendum III disebutkan bahwa para pihak sepakat untuk membuat suatu

Addendum dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang antara lain

mengubah pasal 11.1 dari perjanjian yang menyatakan:

”Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal 01 April 2008 dan akan berakhir sampai dengan tanggal 31 Maret 2009.”

Addendum III tersebut juga diberlakukannya pasal baru ke dalam

perjanjian yang selanjutnya disebut sebagai pasal 20 mengenai prinsip-prinsip

sosial dasar yang mengacu kepada Undang-undang ketenagakerjaan yang

berlaku di Indonesia dan konvensi-konvensi Organisasi Buruh Internasional

yang menyangkut hal-hal sebagai berikut:

1. Larangan buruh anak-anak

2. Larangan kerja paksa

3. Larangan atas segala bentuk diskriminasi

4. Hak atas kebebasan berserikat dan melakukan perundingan secara kolektif

5. Perlindungan atas kesehatan dan keselamatan kerja karyawan

6. Penerapan hukum nasional atas jam kerja

7. Penerapan hukum nasional atas upah minimum

Seiring meningkatnya biaya operasional dan tarif ongkos angkut

yang dirasakan oleh pengusaha jasa pengangkutan memaksa setiap usaha

untuk dapat berkembang dan menjadi lebih kompetitif dalam mempertahankan

dan menjalankan usahanya agar roda usahanya dapat terus bergerak, maka

tidak jarang pengusaha berupaya untuk mempertahankan usahanya, salah

satunya dengan cara menaikan tarif ongkos angkut usahanya. Berdasarkan

alasan yang sama pula PT. Tirta Investama dan CV. Bintang Jaya

menandatangani Addendum IV tertanggal 09 Juli 2008 yang mengacu pada

syarat dan ketentuan yang antara lain mengubah pasal 8.3 dari perjanjian

mengenai biaya pengangkutan yang berisi:

Page 72: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxii

”Perubahan biaya pengangkutan harus disetujui oleh para pihak secara tertulis dan berlaku untuk pengangkutan dengan Purchase Order (PO) berikutnya dan tidak berlaku untuk PO yang sudah ditandatangani sebelumnya dan/atau sedang dijalankan kecuali ditentukan lain secara tertulis oleh para pihak.”

Addendum IV tersebut menjelaskan bahwa perubahan biaya

pengangkutan terhitung mulai tanggal 24 Mei 2008 biaya pengangkutan

sebagaimana terdapat pada Lampiran 2 dari perjanjian mengalami perubahan

sesuai dengan biaya pengangkutan sebagaimana terdapat dalam Lampiran dari

Addendum IV serta biaya pengangkutan yang ada sebelum Addendum IV

dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 24 Mei 2008. Perubahan biaya

pengangkutan tersebut meliputi biaya pengangkutan untuk produk Aqua

seluruh ukuran kemasan (per Box) dengan kenaikan sebesar 17 % untuk

ekspedisi Klaten – Jawa Timur dan Klaten – Jawa Barat, dan kenaikan sebesar

15 % untuk ekspedisi Klaten – Jawa Tengah, serta perubahan biaya

pengangkutan untuk produk Mizone ukuran 6.7 Kg (per Box) dengan

kenaikan sebesar 19 % untuk tujuan Klaten – Jawa Timur dan Klaten – Jawa

Tengah, dan kenaikan sebesar 17 % untuk tujuan Klaten – Jawa Tengah.

C. Tanggung Jawab Hukum Masing-Masing Pihak dalam Pelaksanaan

Perjanjian Pengangkutan Barang

Para pihak berkewajiban untuk melaksanakan perjanjian selama jangka

waktu yang ditetapkan dalam perjanjian tersebut, yaitu selama 1 tahun. PT. Aqua

Tirta Investama sebagai pihak pemakai jasa / pengirim, sedangkan CV. Bintang

Jaya sebagai pihak pengangkut atau transportir. Berikut ini tanggung jawab

masing-masing pihak dalam pelaksanaan perjanjian :

1. Tanggung Jawab Hukum CV. Bintang Jaya selaku pihak pengangkut

Page 73: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxiii

Setidak-tidaknya ada tiga prinsip tanggung jawab pengangkut dalam

hukum pengangkutan yaitu pertama prinsip tanggung jawab berdasarkan

kesalahan (fault liability), kedua prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga

(presumption of liability), ketiga prinsip tanggung jawab mutlak (absolute

liability).

i. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Kesalahan

Menurut prinsip ini setiap pengangkut yang melakukan kesalahan

dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung jawab

membayar ganti kerugian atas segala kerugian yang timbul dari

kesalahannya itu. Pihak yang menderita kerugian harus membuktikan

kesalahan pengangkut itu. Beban pembuktian ada pada pihak yang

dirugikan, bukan pada pengangkut. Prinsip ini adalah yang umum

berlaku seperti yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata tentang

Perbuatan Melawan Hukum

ii. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Praduga

Menurut prinsip ini pengangkut dianggap selalu bertanggung

jawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang

diselenggarakannya, tetapi jika pengangkut dapat membuktikan bahwa ia

tidak bersalah, maka ia dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi.

Yang dimaksud dengan tidak bersalah adalah tidak melakukan kelalaian,

telah mengambil tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian, atau

peristiwa yang menimbulkan kerugian itu tidak mungkin dihindari.

Beban pembuktian ada pada pihak pengangkut, bukan pada pihak yang

dirugikan. Pihak yang dirugikan cukup menunjukkan adanya kerugian

yang diderita dalam pengangkutan yang diselenggarakan oleh

pengangkut.

Page 74: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxiv

iii. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak

Menurut prinsip ini pengangkut harus bertanggung jawab

membayar ganti kerugian terhadap setiap kerugian yang timbul dari

pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa keharusan pembuktian ada

tidaknya kesalahan pengangkut. Pengangkut tidak dimungkinkan

membebaskan diri dari tanggung jawab dengan alasan apapun yang

menimbulkan kerugian itu. Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian

tentang kesalahan. Unsur kesalahan tidak relevan. Apabila prinsip-

prinsip ini dihubungkan dengan undang-undang yang mengatur

pengangkutan darat, laut dan udara di Indonesia, ternyata undang-

undang pengangkutan yang mengatur ketiga jenis pengangkutan tersebut

menganut prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga. Hal ini terbukti

dari antara lain ketentuan salah satu pasal berikut ini

Dalam perjanjian pengangkutan antara PT. Aqua Tirta Investama

dengan CV. Bintang Jaya , kewajiban pokok CV. Bintang Jaya sebagai pihak

pengangkut adalah sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan pengangkutan barang dari pabrik sampai tujuan dengan

selamat.

b. Merawat, memelihara, menjaga barang yang diangkut dengan sebaik-

baiknya.

c. Menyerahkan barang yang diangkut kepada penerima dengan sebaik-

baiknya dalam keadaan lengkap, utuh, tidak rusak atau tidak

Menurut ketentuan Pasal 1236 KUHPerdata, pengangkut wajib

membayar ganti kerugian atas biaya, kerugian yang diderita dan bunga yang

layak diterima, bila ia tidak dapat menyerahkan atau tidak merawat sepatutnya

untuk menyelamatkan barang muatan. Pasal 1246 KUHPerdata menentukan

bahwa biaya, kerugian dan bunga itu pada umumnya terdiri dari kerugian yang

telah diderita dan laba yang sedianya akan diterima.

Page 75: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxv

2. Tanggung Jawab Hukum PT. Aqua Tirta Investama selaku pihak pengirim

Tanggung jawab PT. Aqua Tirta Investama selaku pihak pengirim

adalah membayar biaya pengangkutan sesuai dengan perjanjian yang telah

disepakati. Pembayaran dilakukan dalam tempo 30 hari setelah menerima

invoice dari CV. Bintang Jaya. Pembayaran ini dilakukan melalui transfer ke

rekening Bank sesuai dengan kesepakatan.

D. Hambatan dalam Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan Barang antara PT.

Aqua Tirta Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya dan Penyelesaiannya

Perjanjian Kerjasama Angkutan antara PT. Tirta Investama dengan CV.

Bintang Jaya tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

Kemungkinan dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh pihak-pihak dalam

perjanjian. Hambatan-hambatan yang terjadi disebabkan adanya :

1. Kepentingan Para Pihak

Perjanjian yang dibuat, pihak pertama selalu dalam posisi kuat dan

berhadapan dengan pihak kedua yang pada umumnya mempunyai posisi

lemah. Dalam perjanjian kerjasama angkut PT. Aqua Tirta Investama sebagai

pihak pertama, sedang CV. Bintang Jaya sebagai pihak kedua. Hambatan-

hambatan yang disebabkan oleh kepentingan para pihak antara lain :

i. Berakhirnya perjanjian kerjasama angkut antara PT. Aqua Tirta

Investama dengan CV. Bintang Jaya.

Perjanjian kerjasama angkutan yang telah disepakati antara PT.

Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya mempunyai jangka waktu

berlaku. Jangka waktu perjanjian diatur dalam pasal 11.1. Perjanjian

telah ditentukan selama 1 (satu) tahun berlakunya.

Page 76: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxvi

Pasal 11.2 disebutkan jangka waktu dapat diperpanjang kembali

selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum perjanjian berakhir dengan

ketentuan yang akan dibicarakan dan disetujui secara tertulis oleh para

pihak.

Berdasarkan Pasal 13 Surat Perjanjian Kerjasama Angkutan antara

PT. Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya telah ditentukan mengenai

berakhirnya perjanjian. Dalam pasal ini dinyatakan bahwa :

a) Pihak pertama berhak untuk mengakhiri perjanjian secara sepihak

sebelum berakhirnya jangka waktu Perjanjian ini dengan cara

membuat pemberitahuan secara tertulis, apabila terjadi salah satu

peristiwa sebagai berikut :

a) Pihak kedua tidak atau lalai melakukan kewajibannya, melanggar

atau menyalahi baik sebagian maupun seluruh kewajiban-

kewajibannya.

b) Pihak kedua tidak sanggup memperbaiki kesalahan-kesalahannya

(bukan force majeure) dalam waktu singkat.

c) Pihak kedua jatuh pailit atau ditaruh di bawah pengampunan

(curatele).

d) Usaha pihak kedua bubaratau dibubarkan karena sebab apapun

juga.

e) Harta kekayaan pihak kedua baik sebagian maupun seluruhnya

disita, baik dengan sita jaminan maupun eksekusi.

f) Ijin usaha pihak kedua dicabut untuk sementara maupun untuk

seterusnya.

g) Adanya perubahan kepemilikan dan/atau perubahan manajemen

dari pihak kedua yang dapat mempengaruhi kepentingan hukum,

finansial dan/atau bisnis pihak pertama.

Page 77: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxvii

b) Pada saat berakhirnya perjanjian :

a) Pihak kedua tetap harus menyelesaikan semua kewajiban-

kewajibannya yang masih terhutangi berdasarkan perjanjian.

b) Pihak kedua tidak diperbolehkan menggunakan informasi rahasia

milik pihak pertama baik dalam hal dan/atau bentuk apapun juga.

c) Pihak kedua harus mengembalikan semua produk yang belum

dan/atau tidak diangkut kepada pihak pertama.

d) Pihak pertama harus menyelesaikan sisa pembayaran biaya

pengangkutan kepada pihak kedua untuk semua produk yang

telah diangkut.

c) Para pihak melepaskan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam

Pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata Indonesia sepanjang mengenai

perlunya putusan pengadilan untuk pengakhiran perjanjian.

d) Semua biaya yang timbul sehubungan dengan pengakhiran

berdasarkan Pasal 13.1 menjadi beban pihak kedua.

ii. Seringnya PT. Tirta Investama selaku pihak pertama membuat aturan-

aturan baru tanpa dikomunikasikan terlebih dahulu dengan CV. Bintang

Jaya selaku pihak kedua sebagai pihak pengangkut.

Peraturan-peraturan yang dibuat oleh PT. Tirta Investama

selaku pihak pertama ditujukan untuk menciptakan keamanan dan

kedisplinan kerja. Namun dalam pembuatan peraturan dilakukan secara

sepihak dan rentang waktu antara dikeluarkannya peraturan dengan

pelaksanaan peraturan sangat singkat. Sehingga memberatkan pihak

kedua yang dikenai peraturan. Peraturan – peraturan tersebut antara lain:

1. Kewajiban memakai rompi pengaman dan sepatu kulit untuk setiap

orang (khususnya sopir dan kenek) yang memasuki area pabrik.

Page 78: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxviii

2. Kelengkapan truk yang harus dimiliki oleh semua armada truk yang

memasuki area pabrik. Kelengkapan tersebut antara lain :

terpasangnya sabuk pengaman sopir, sirine belakang truk harus

berfungsi, adanya pengganjal truk.

PT. Tirta Investama selaku pihak pertama dalam membuat

aturan-aturan baru tersebut semestinya melibatkan CV. Bintang Jaya

selaku pihak kedua sehingga aturan-aturan yang dibuat dapat

disosialisasikan terlebih dahulu sehingga tidak dirasa memberatkan.

iii. Adanya kecelakaan yang mengakibatkan rusaknya produk (rusak, pecah,

cacat atau bau karena terkontaminasi oleh benda/zat lain), rusaknya

kendaraan angkutan, berkurangnya jumlah barang, cederanya pengemudi

maupun kernet, ataupun cederanya pihak ketiga.

Hukum pengangkutan mengandung prinsip bahwa pengangkut

dianggap selalu bertanggungjawab atas kerugian yang timbul dalam

penyelenggaraan pengangkutan, yaitu dalam pasal 14. Dalam perjanjian

kerjasama angkut antara PT. Aqua Tirta Investama dengan CV. Bintang

Jaya, semua resiko diatas ditanggung oleh CV. Bintang Jaya selaku

pengangkut.

Page 79: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxix

2. Faktor Alam

Hambatan dalam perjanjian selain dari faktor-faktor tersebut diatas,

dapat dikarenakan force majeure. Ketentuan dalam Pasal 15.1 Perjanjian

Kerjasama Angkutan antara PT. Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya,

klausula dalam pasal ini merupakan penegasan dalam hal kegagalan atau

keterlambatan dalam pelaksanaan pengangkutan disebabkan oleh peristiwa

seperti kebakaran, banjir, gempa bumi, embargo, peraturan pemerintah,

perang, pemberontakan, huru hara, kerusuhan sipil, bencana alam, atau sebab

lainnya di luar kekuasaan masing-masing pihak (disebut suatu keadaan

terpaksa).

Atas kejadian-kejadian yang telah dijelaskan tersebut di atas maka

masing-masing pihak dibebaskan dari tanggung jawab satu sama lain. Tetapi

pihak yang terlambat dan terhambat dalam melaksanakan kewajiban sebagai

akibat kejadian terpaksa wajib memberitahukan secara tertulis kepada pihak

lainnya selambat-lambatnya 3 hari setelah kejadian keadaan terpaksa terjadi.

Page 80: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxx

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat diambil kesimpulan mengenai penelitian dari skripsi yang berjudul:

”Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan Barang Antara PT. Aqua

Tirta Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya”. Adapun beberapa kesimpulan

yang dapat diambil mengenai penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Proses pengikatan perjanjian pengangkutan barang antara PT. Aqua Tirta

Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya.

Proses pengikatan perjanjian pengangkutan barang antara PT. Aqua

Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya melalui 3 tahap, yaitu : tahap

penawaran, tahap kesepakatan perjanjian, dan tahap pelaksanaan perjanjian.

Penawaran dilakukan oleh CV. Bintang Jaya selaku pengangkut kepada PT.

Aqua Tirta Investama selaku yang membutuhkan jasa angkutan. Kedua pihak

sepakat mengadakan perjanjian dengan adanya penandatangan kontrak

perjanjian kerjasama. Pelaksanaan perjanjian antara PT. Aqua Tirta Investama

dengan CV. Bintang Jaya, selama 1 tahun periode berlakunya perjanjian

berjalan relatif lancar meskipun terdapat beberapa permasalahan namun tidak

mengancam pengakhiran perjanjian tersebut oleh pihak pertama. Hal itu

terbukti dengan disetujuinya Addendum 1 yang menyatakan bahwa para pihak

sepakat untuk memperpanjang jangka waktu perjanjian selama 1 tahun ke

depan.

Page 81: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxxi

Untuk mempererat kerjasama antara para pihak maka keduanya

sepakat untuk mengubah tarif ongkos pengangkutan sesuai dengan syarat dan

ketentuan dalam Addendum II pada 24 April 2007 mengenai biaya

pengangkutan.

Addendum III pada 07 April 2008 ditandatangani para pihak dengan

maksud untuk memperpanjang jangka waktu perjanjian serta menambah pasal

baru dalam perjanjian tersebut yaitu pasal 20 mengenai prinsip-prinsip sosial

dasar yang harus diperhatikan, diterapkan dan dilaksanakan oleh pihak kedua.

Pada tahun 2008 para pihak sepakat untuk mengubah tarif biaya

pengangkutan yang dibuktikan dengan ditandatanganinya Addendum IV pada

09 Juli 2008 sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 8.3 tentang perubahan

biaya pengangkutan.

2. Tanggung Jawab Hukum masing-masing pihak dalam pelaksanaan perjanjian

pengangkutan barang.

CV. Bintang Jaya selaku pihak pengangkut berkewajiban

menyelenggarakan pengangkutan barang dari pabrik sampai tujuan dengan

selamat, merawat, memelihara, menjaga barang yang diangkut dengan sebaik-

baiknya, serta menyerahkan barang yang diangkut kepada penerima dalam

keadaan lengkap dan tidak rusak.

CV. Bintang Jaya bertanggung jawab membayar ganti kerugian kepada

PT. Aqua Tirta Investama dengan terjadinya keterlambatan dalam pengiriman

barang, kehilangan atau kerusakan akibat kesalahan atau kelalaiannya yang

terjadi selama proses pengangkutan.

Page 82: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxxii

PT. Aqua Tirta Investama selaku pihak pengirim bertanggung jawab

membayar semua biaya pengangkutan tepat sesuai dengan perjanjian yang

telah disepakati.

3. Hambatan dan penyelesaian dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan

barang antara PT. Aqua Tirta Investama Klaten dengan CV. Bintang Jaya.

Hambatan-hambatan dalam perjanjian kerjasama pengangkutan barang dapat

berasal dari kepentingan para pihak dan faktor alam. Kepentingan para pihak

antara lain berupa berakhirnya perjanjian, pembuatan aturan-aturan baru oleh

salah satu pihak tanpa melibatkan pihak lainnya, serta kecelakaan yang

mengakibatkan rusak dan cacatnya produk. Sedangkan hambatan yang berasal

dari faktor alam yaitu adanya peristiwa – peristiwa alam seperti kebakaran,

banjir, gempa bumi, embargo, peraturan pemerintah, perang yang

mengakibatkan terhambatnya pengangkutan barang.

B. Saran

Dari hasil kesimpulan diatas maka penyusun dapat memberikan sedikit

saran yang mungkin dapat menjadi bahan pertimbangan dan manfaat untuk dapat

lebih mengoptimalkan pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan Barang Antara PT.

Aqua Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya:

1. PT. Aqua Tirta Investama untuk menjaga hubungan dengan pihak pengangkut

hendaknya sedikit diberikan penjelasan-penjelasan berkaitan dengan

pengiriman maupun kondisi air minum dalam kemasan yang diminta sehingga

tidak akan terjadi komplain yang berlebihan.

2. PT. Aqua Tirta Investama dengan CV. Bintang Jaya untuk meningkatkan

hubungan kerja sama yang baik sebaiknya setiap komplain, kritik, ataupun

saran yang diberikan oleh tiap-tiap pihak ke pihak yang lain dalam perjanjian

Page 83: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxxiii

tersebut dapat diterima ataupun dipertimbangkan lebih lanjut, sehingga para

pihak akan merasa sama-sama memiliki kedudukan yang sejajar atau tidak

merasa diberlakukan layaknya hubungan buruh dan majikan, dimana hal

tersebut sesuai dengan asas koordinasi di dalam perjanjian pengangkutan.

3. Pengangkut dalam hal ini CV. Bintang Jaya dalam satu masa perjanjian

sebaiknya diberikan evaluasi atau suatu laporan pertanggungjawaban

berdasarkan seluruh hasil pelaksanaan perjanjian tersebut sehingga dapat

menjadikan koreksi untuk dapat meminimalisir terjadinya hambatan-hambatan

yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan perjanjian. Pemutusan

perjanjian yang dilakukan oleh salah satu pihak dimana dalam hal ini adalah

PT. Aqua Tirta Investama yang diakibatkan karena adanya permasalahan yang

timbul sebaiknya diberikan surat teguran atau somasi dalam beberapa tahap

sehingga ada kesempatan bagi pihak pengangkut untuk dapat memperbaiki

kesalahannya..

Page 84: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxxiv

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perikatan, Bandung: PT. Citra Adhitya Bakti.

Bambang Sunggono, 1997, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali. Haridjan Rusli, 1993, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, cetakan I,

Jakarta: Pusat Harapan. http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/uu_lalu_lintas.htm

http://legalitas.org/Asas-Asas Dalam Berkontrak: Suatu Tinjauan Historis Yuridis Pada Hukum Perjanjian/S. Imran

Kansil C.S.T., 1995, Hukum Perusahaan Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta: PT.

Pradnya Paramita. Lexi J. Maleong, 1991, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda

Karya. Mariam Darus Badrulzaman, 1983, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dan

Penjelasannya, Bandung: Alumni. Purwosutjipto H.M.N., 1991, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Bag.

Hukum Pengangkutan, Jambatan. Satrio J., 1992, Hukum Perjanjian (Persetujuan Pada Umumnya), Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti. Soenaryo dan MG. Sriwiyati, 1992, Metode Penelitian, BPK Fak. Hukum,

Surakarta : UNS Press Subekti,Prof.,S.H,&Tjitrosudibio,R., 2001, Kitab Undang - Undang Hukum

Perdata, Jakarta : Pradnya Paramita. Sumarni, Murti & Salamah Wahyuni, Metodologi Penelitian Bisnis, Yogyakarta :

Andi. Sukasno, 1993, Hukum Perjanjian Bagian Perjanjian yang Berkembang di Dalam

Masyarakat, Solo : UNS Press. Suradji, 1994, Hukum Perjanjian Baku, Solo : UNS Press.

Page 85: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN …/Tinjauan... · Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan ... Delivery Note / Surat Jalan ... sumber penerimaan negara serta sebagai pendukung

lxxxv