52
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu Ada empat tinjauan tentang penelitian terdahulu yang digunakan oleh penulis sebagai bahan pembelajaran, diantaranya : 1. Tinjauan tentang penelitian terdahulu yang peneliti gunakan sebagai bahan pembelajaran ialah skripsi yang berjudul Pengaruh Kredibilitas Penutur Asli (Native Speaker) Sebagai Tenaga Pengajar Dalam Sistem Belajar Bahasa Perancis Terhadap Motivasi Belajar Siswa, yang ditulis oleh Winda Aprilian Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unila 2011. Penelitian ini mengenai Pengaruh Kredibilitas Penutur Asli (Native Speaker) sebagai Tenaga Pengajar Dalam Sistem Belajar Bahasa Perancis Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Penelitian dilakukan pada siswa peserta kursus Bahasa Perancis di Balai Bahasa Universitas Lampung. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian penulis yakni, penelitian terdahulu mengkaji Pengaruh Kredibilitas Penutur Asli (Native Speaker) sebagai Tenaga Pengajar Dalam Sistem Belajar Bahasa Perancis Terhadap Motivasi Belajar Siswa, sedangkan penulis melakukan penelitian tentang

TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/12584/3/BAB II.pdfAda empat tinjauan tentang penelitian terdahulu yang digunakan oleh penulis sebagai bahan pembelajaran,

  • Upload
    hathu

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu

Ada empat tinjauan tentang penelitian terdahulu yang digunakan oleh penulis

sebagai bahan pembelajaran, diantaranya :

1. Tinjauan tentang penelitian terdahulu yang peneliti gunakan sebagai bahan

pembelajaran ialah skripsi yang berjudul Pengaruh Kredibilitas Penutur

Asli (Native Speaker) Sebagai Tenaga Pengajar Dalam Sistem Belajar

Bahasa Perancis Terhadap Motivasi Belajar Siswa, yang ditulis oleh

Winda Aprilian Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unila 2011. Penelitian ini

mengenai Pengaruh Kredibilitas Penutur Asli (Native Speaker) sebagai

Tenaga Pengajar Dalam Sistem Belajar Bahasa Perancis Terhadap

Motivasi Belajar Siswa. Penelitian dilakukan pada siswa peserta kursus

Bahasa Perancis di Balai Bahasa Universitas Lampung. Perbedaan

penelitian terdahulu dengan penelitian penulis yakni, penelitian terdahulu

mengkaji Pengaruh Kredibilitas Penutur Asli (Native Speaker) sebagai

Tenaga Pengajar Dalam Sistem Belajar Bahasa Perancis Terhadap

Motivasi Belajar Siswa, sedangkan penulis melakukan penelitian tentang

9

Pengaruh Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dengan Anak Terhadap

Motivasi Belajar Anak Dalam Menghadapi Ujian Akhir Nasional.

2. Tinjauan tentang penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti sebagai

bahan pembelajaran ialah skripsi berjudul Hubungan Komunikasi Antar

Pribadi Antara Kakak Asuh Dan Adik Asuh Dengan Motivasi Belajar Adik

Asuh (Studi pada anggota Pasukan Inti Siswa), yang ditulis oleh Yesi

Rizki Amelia Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unila 2010. Penelitian ini

mengenai Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Kakak Asuh Dan

Adik Asuh Dengan Motivasi Belajar Adik Asuh Pada Anggota Pasukan

Inti Siswa (PASIS). Penelitian ini dilakukan pada Siswa SMA Negeri 2

Bandar Lampung dengan hasil terdapat hubungan komunikasi antar

pribadi yang terjadi antara kakak asuh dan adik asuh pada organisasi

PASIS. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian penulis yakni,

penelitian terdahulu mengkaji Hubungan Komunikasi Antar Pribadi

Antara Kakak Asuh Dan Adik Asuh Dengan Motivasi Belajar Adik Asuh,

sedangkan penulis melakukan penelitian tentang Pengaruh Komunikasi

Interpersonal Orang Tua Dengan Anak Terhadap Motivasi Belajar Anak

Dalam Menghadapi Ujian Akhir Nasional.

3. Tinjauan tentang penelitian terdahulu yang peneliti gunakan sebagai bahan

pembelajaran ialah yang berjudul Hubungan Komunikasi Antara Orang

Tua Dan Anak Dengan Sikap Didiplin Sekolah Pada Anak (Studi pada

siswa kelas VI SD Negeri 7 Metro pusat), yang ditulis oleh Gitta Vranita

Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unila 2009. Penelitian ini mengenai

10

disiplin sekolah pada anak dengan penerapan pola yang digunakan oleh

orang tua kepada anaknya. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VI SD

Negeri 7 Metro Pusat. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

penulis yakni, penelitian terdahulu mengkaji Hubungan Komunikasi

Antara Orang Tua Dan Anak Dengan Sikap Didiplin Sekolah Pada Anak,

sedangkan penulis melakukan penelitian tentang Pengaruh Komunikasi

Interpersonal Orang Tua Dengan Anak Terhadap Motivasi Belajar Anak

Dalam Menghadapi Ujian Akhir Nasional.

4. Tinjauan tentang penelitian terdahulu yang peneliti gunakan sebagai bahan

pembelajaran ialah skripsi yang berjudul Pengaruh Tingkat Kedisiplinan

Siswa Di Sekolah Terhadap Tingkat Prestasi Belajar, yang ditulis oleh

Resvina Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unila 2010. Penelitian ini

mengenai Pengaruh Tingkat Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Terhadap

Tingkat Prestasi Belajar. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

penulis yakni, penelitian terdahulu mengkaji Pengaruh Tingkat

Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Terhadap Tingkat Prestasi Belajar,

sedangkan penulis melakukan penelitian tentang Pengaruh Komunikasi

Interpersonal Orang Tua Dengan Anak Terhadap Motivasi Belajar Anak

Dalam Menghadapi Ujian Akhir Nasional.

Dalam rangka mengadakan penelitian, perlu kiranya dikemukakan

pandangan-pandangan teori pendukung yang merupakan landasan penelitian.

Hal ini dimaksud agar peneliti tidak menyimpang dari masalah yang akan

11

diteliti dan menjadi dasar yang sangat kuat. Berbagai pustaka yang

menyangkut variabel penelitian penulis kemukakan sebagai berikut :

B. Tinjauan Tentang Komunikasi Dan Komunikasi Interpersonal

1. Pengertian Komunikasi

Menurut Wilbur dalam Widjaja (2000 : 26), apabila kita mengadakan

komunikasi maka kita harus mewujudkan persamaan antara kita dengan

orang lain. Kita mengetahui bahwa pada dasarnya komunikasi itu adalah

proses. Suatu proses komunikasi bersifat dinamis, tidak statis. Menurut

Hovland dalam Effendy (2001:13), komunikasi adalah suatu proses

melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya

dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk

perilaku orang lain (komunikan), dengan perubahan itu akan diperoleh

persamaan persepsi dan tujuan. Komunikasi dalam hal ini merupakan

proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang pada orang lain

dengan menggunakan lambang yang bermakna sama bagi kedua belah

pihak.

Menurut Widjaja (2001 : 17), komunikasi adalah seni penyampaian

informasi (pesan) dari komunikator untuk merubah serta membentuk

perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan pemahamannya) ke pola

pemahaman yang dikehendaki oleh komunikator. Dengan kata lain yang

dimaksud dengan komunikasi adalah pengoperan lambang dan bertujuan

partisipasi ataupun motivasi, untuk mempengaruhi komunikan kearah

12

pemikiran yang diinginkan oleh komunikator. Jadi, komunikasi diartikan

sebagai suatu proses yang berlansung dua arah yang timbal balik untuk

mempengaruhi dan bereaksi. Secara etimologis atau menurut asal katanya,

istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication, dan perkataan

ini bersumber pada communis. Arti communis disini adalah sama, dalam

arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal (Joseph

Devito, 1997 : 215), jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-

orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang

dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang

dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan

lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif

sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan

lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif.

Menurut Effendy (2001 : 321) secara terminologis komunikasi berarti

proses pemyampaian suatu peryataan oleh seseorang kepada orang lain.

Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang,

dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang

terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi

yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa

asing human communication, yang sering kali pula disebut komunikasi

sosial atau komunikasi antar manusia. Secara pengertian paradigmatis,

komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan,

secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat

13

kabar, radio, televisi, atau film, maupun media non massa, misalnya surat,

telepon, papan pengumuman, poster, spanduk dan sebagainya.

Mengenai pengertian komunikasi secara paradigmatis bersifat intensional,

mengandung tujuan, karena itu harus dilakukan dengan perencanaan

sejauh mana kadar perencanaan itu, tergantung kepada pesan yang akan

dikomunikasikan dan pada komunikan yang akan dijadikan sasaran.

Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang

kepada orang lain untuk memberi tahu untuk mengubah sikap, pendapat,

atau perilaku, baik secara lisan, maupun tak langsung melalui media.

Komunikasi merupakan faktor penting dalam menentukan berhasil

tidaknya fungsi-fungsi didalam kerja. Agar pekerjaan rutin dalam kerja

berjalan dengan lancar, dibutuhkan adanya beberapa keahlian yang

dimiliki oleh personel dalam kerja. Agar pelaksanaan personel kerja

tersebut dapat berhasil dengan baik, maka salah satu faktornya adalah

memperhatikan hubungan dari setiap unit kerja maupun orang-orangnya,

agar dapat ditumbuhkan kerja sama dalam kerja. Kebutuhan akan

komunikasi memang merupakan masalah yang fundamental bagi setiap

manusia. Oleh karena itu komunikasi sebagai alat ekspresi dari tiap

keinginan manusia, baik secara kelompok maupun individu. Pengertian

komunikasi yang diungkapkan oleh Dahn Suganda komunikasi adalah

sebagai proses transfer dari pikiran atau ide seseorang sebelumnya yang

diterjemahkan dalam bentuk kata-kata atau isyarat-isyarat, yang nantinya

oleh penerimanya kata-kata atau isyarat-isyarat tersebut lalu diterjemahkan

14

lagi melalui proses dalam pikiran kemudian jawaban sebagai feed back

terhadap pesan yang disampaikan tadi (Dahn Suganda, 1981:91).

2. Unsur – Unsur Komunikasi

Komunikasi memiliki unsur – unsur yaitu :

a. Sumber

Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan

digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat

berupa orang, lembaga, buku dan dokumen, dan lainya.

b. Komunikator

Dalam komunikasi, setiap orang ataupun kelompok dapat

menyampaikan pesan – pesan komunikasi itu sebagai suatu proses,

dimana komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya

komunikan dapat menjadi komunikator.

c. Pesan

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.

Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah

didalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.

Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti

pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir

komunikasi itu.Pesan dapat disampaikan secara lisan atau langsung,

tatap muka, dan dapat pula menggunakan media atau saluran.

d. Channel atau Saluran

Channel adalah saluran penyampain pesan, biasa juga disebut dengan

media. Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat

15

diterima melalui pancaindra atau menggunakan media. Pesan biasanya

dapat berlangsung melalui dua saluran, yaitu saluran formal atau

bersifat resmi dan saluran informal atau tidak resmi.

e. Komunikan

Komunikan dalah penerima pesan. Penerima pesan dapat digolongkan

dalam tiga jenis, yakni persona, kelompok dan massa.

f. Efek

Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah

laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Apabila

sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka itu berarti

komunikasi berhasil, demikian juga sebaliknya. Widjaja (2000 : 30-38).

3. Tujuan Komunikasi

Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan :

a. Mengubah sikap ( to change the attitude )

b. Mengubah opini ( to change the opinion )

c. Mengubah perilaku ( to change the behavior )

d. Mengubah masyarakat ( to change the society). Effendy (2003: 55).

4. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam

bukunya “The Interpersonal Communication Book” ( Devito, 1989 : 4 ),

sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan – pesan antara dua

orang, atau diantara sekelompok kecil orang – orang, dengan beberapa

efek dan beberapa umpan balik seketika.

16

Menurut Effendy (2000 : 17), komunikasi interpersonal adalah salah satu

bentuk komunikasi yang dilakukan oleh penyampai pesan (komunikator)

dan penerima pesan (komunikan) secara langsung dalam konteks tatap

muka (face to face communication). Pesan yang disampaikan dalam

komunikasi interpersonal ini bersifat dua arah dan efektif dalam merubah

pandangan, sikap, dan perilaku komunikan dibandingkan dengan

komunikasi kelompok atau komunikasi bermedia.

Menurut John R. Schemerhon komunikasi dapat diartikan sebagai proses

antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti

bagi kepentingan mereka (Widjaja, 2000 : 14). Berdasarkan definisi

tersebut maka komunikasi antar pribadi atau interpersonal dapat dikatakan

sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan dari komunikator kepada

komunikan simbol, simbol disini adalah dapat dimengerti oleh kedua belah

pihak baik komunikator maupun komunikan.

Menurut Widjaja (2000 : 125), Komunikasi Interpersonal sebagai suatu

proses merupakan rangkaian tindakan, kejadian dan kegiatan yang terjadi

secara terus menerus. Dengan kata lain komunikasi interpersonal bukanlah

suatu hal yang statis tetapi suatu hal yang dinamis. Sedangkan menurut

Bochner (dalam Mulyana, 1999 : 16), komunikasi interpersonal

merupakan komunikasi yang mencakup hubungan antar manusia yang

paling erat. Hubungan interpersonal berkenaan dengan proses

pembentukan hubungan perorangan, suatu ikatan yang mendekatkan,

mendalam dan pribadi. Manfaat komunikasi interpersonal ini benar-benar

17

jelas bahkan amat nyata, dalam arti dapat diidentifikasikan atau diketahui

oleh kedua belah pihak baik oleh komunikator maupun oleh komunikan

yang bersangkutan.

Menurut Widjaja (2001 : 121), untuk mendapatkan pemahaman mengenai

Komunikasi Interpersonal maka dapat dilihat dari tiga Prespektif :

a. Komponensial yaitu melihat Komunikasi Interpersonal dari komponen–

komponennya, artinya komunikasi antar pribadi diartikan sebagai

proses terjadinya pertukaran pesan dari seseorang kepada orang lain

yang dilakukan secara langsung dan tatap muka, untuk memdapatkan

tujuan komunikasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Pengembangan, yaitu melihat Komunikasi Interpersonal dari proses

pengembangannya, artinya proses komunikasi interpersonal terus

berlangsung antara dua orang yang melakukannya, dengan

memperhatikan adanya perkembangan pada diri seseorang yang

menerima pesan, perubahan inilah yang disebut dengan

pengembangannya.

c. Relasional, yaitu melihat Komunikasi Interpersonal dari hubungannya,

artinya hubungan orang yang akan melakukan proses komunikasi

interpersonal adalah hubungan personal yang dekat, dimana dengan

adanya kedekatan ini akan mempermudah bagi pelaku komunikasi

tersebut untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan pada diri

penerima pesan.

18

5. Teori-Teori Hubungan Interpersonal

Menurut Coleman dan Hammen (1974:224-231) terdapat empat model

dalam teori-teori hubungan interpersonal, yaitu :

a. Model Pertukaran Sosial

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi

dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan

sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelly, merupakan

pemuka utama dari model ini, menyimpulkan model pertukaran social

sebagai berikut, “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami

adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal

dalam hubungan social hanya selama hubungan tersebut cukup

memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.”

Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh

seseorang dari suatu hubungan.Biaya adalah akibat yang dinilai

negative yang terjadi dalam suatu hubungan. Hasil atau laba adalah

ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa dalam suatu

hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali,

ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba.

b. Model Peranan

Model peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Disini setiap

orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang telah

dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap

individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan (role expectation)

19

dan tuntutan peranan (role demands), memiliki keterampilan peranan

(role skills), dan terhindari dari konflik peranan dan kerancuan peranan.

Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang

berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok.

c. Model Permainan

Model ini berasal dari psikiater Eric Berne (1964, 1972) yang terdapat

dalam buku Games People Play. Analisisnya kemudian dikenal sebagai

analisis transaksional. Dalam model ini, orang-orang berhubungan

dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini adalah

tiga bagian kepribadian manusia yaitu (orang tua, orang dewasa, dan

anak).

Orang tua adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan

perilaku yang kita terima dari orang tua kita atau orang yang kita

anggap orang tua kita. Orang dewasa adalah bagian kepribadian yang

mengolah informasi secara rasional, sesuai dengan situasi, dan biasanya

berkenaan dengan masalah-masalah penting yang memerlukan

pengambilan keputusan secara sadar. Anak adalah unsur kepribadian

yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak dan

mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan kesenangan.

d. Model Interaksional

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem.

Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural, integratif, dan medan.

Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung

20

dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Untuk memahami

sistem, kita harus melihat struktur. Selanjutnya, semua sistem

mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan

kesatuan.

Bila ekuilibrium sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya.

Dalam mempertahankan ekuilibrium, sistem dan subsistem harus

melakukan transaksi yamg tepat dengan lingkungannya. Dengan

singkat, model ineraksional mencoba mengabungkan model pertukaran,

peranan dan permainan.

6. Faktor-Faktor Yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal DalamKomunikasi Interpersonal

a. Percaya

Secara ilmiah “Percaya”didefinisikan sebagai”mengandalkan perilaku

orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya

tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko” (Giffin, 1967:224-234).

Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya :

b. Ada situasi yang menimbulkan risiko.

c. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari

bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain.

d. Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik

baginya.

e. Sikap Suportif

Sikap Suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam

komunikasi. Orang yang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak

21

jujur, dan tidak empatis. Telah jelas dengan sikap defensif komunikasi

interpersonal akan gagal, karena orang defensif akan lebih banyak

melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi

komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Komunikasi

defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan,

kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dan

sebagainya) atau faktor-faktor situasional.

f. Sikap Terbuka

Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan

komunikasi interpersonal yang efektif.

7. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Secara umum tujuan komunikasi interpersonal adalah mempengaruhi atau

merubah pandangan, sikap dan perilaku komunikan sesuai dengan harapan

komunikator, tujuan tersebut diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Efek Kognitif

Adalah berkaitan dengan fikiran, nalar atau rasio, misalnya komunikan

yang semula tidak tahu, tidak mengerti menjadi mengerti atau tidak

sadar menjadi sadar.

b. Efek Afektif

Adalah efek yang berkaitan dengan perasaan, misalnya komunikan

yang merasa tidak senang menjadi senang, sedih menjadi gembira.

c. Efek Konatif

Adalah efek yang berkaiatan dengan timbulnya keyakinan dalam diri

komunikan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

22

dikehendaki oleh komunikator berdasarkan pesan yang ditransmisikan,

sikap dan perilaku komunikasi pasca proses komunikasi juga

tercermin dalam efek konatif (Effendy, 2003 : 22-23).

Ketiga jenis efek tersebut adalah hasil – hasil proses psikologis yang

berkaitan satu sama lain secara terpadu, dan tidak mungkin dipilah-pilah,

misalnya komunikator mengharapkan komunikan berperilaku sesuai

dengan keinginan dengan harapannya. Harapan itu tidak akan muncul jika

komunikator sendiri tidak memberikan informasi atau menciptakan

suasana perasaan senang bagi komunikan untuk berperilaku sesuai dengan

harapannya.

Menurut Effendy (2003 :61-62), dalam mencapai tujuan tersebut seorang

komunikator harus memahami diri dan berempati. Memahami diri

maksudnya adalah memahami nilai pribadi yang baik, yang seharusnya

ada dan dimiliki komunikator. Nilai pribadi merupakan perpaduan antara

kemampuan, kejujuran, itikad baik, dan seorang komunikator akan

memperoleh kepercayaan. Kepercayaan yang besar akan mempengaruhi

perubahan sikap, sedangkan kepercayaan yang kecil akan mengurangi

perubahan yang menyenangkan. Dengan empati dari komunikator,

komunikan akan merasa tertarik karena komunikan merasa bahwa

komunikator ikut serta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini

secara memuaskan.

Komunikator juga dapat dianggap memiliki persamaan dengan

komunikan, maka komunikan bersedia menerima pesan yang

23

dikomunikasikan komunikator. Faktor perasaan yang sama antara

komunikator dengan komunikan akan menyebabkan komunikasi akan

berhasil, karena sikap komunikator berusaha menyamakan diri dengan

komunikan, yakni memahami kepentingan, kebutuhan, pengalaman,

kemampuan, kesulitan dan sebagainya akan menimbulkan simpati

komunikan pada komunikator.

Selain itu komunikator harus benar-benar memahami kondisi dan keadaan

komunikan secara menyeluruh. Dengan pengertian yang demikian maka

faktor psikologis dan kedekatan akan memberikan peluang lebih besar

bagi masuknya muatan-muatan pesan yang ingin disampaikan sehingga

efek yang ingin dicapai akan lebih terlihat secara jelas. Pemahaman

sebagaimana disebutkan diatas menjadi penentu keberhasilan tujuan

komunikasi interpersonal yang dilakukan.

Komunikasi Interpersonal dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan, ada

6 tujuan Komunikasi Interpersonal yang dianggap penting untuk dipelajari

menurut Widjaja (2000 : 12).

a. Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain

Komunikasi Interpersonal memberikan kesempatan bagi kita untuk

memperbincangkan diri kita sendiri. Dengan membicarakan mengenai

diri kita sendiri kepada orang lain, kita akan mendapat prespektif baru

tentang diri kita sendiri akan dan akan memahami lebih mendalam

tentang sikap perilaku kita. Pada kenyataannya, persepsi – persepsi diri

kita sebagian besar merupakan hasil dari apa yang kita pelajari tentang

24

diri kita sendiri dari orang lain melalui komunikasi interpersonal.

Melalui komunikasi Interpersonal kita juga belajar tentang bagaimana

dan sejauh mana kita harus membuka diri pada orang lain. Dalam arti

bahwa kita tidak harus dengan serta merta menceritakan latar belakang

kehidupan kita pada setiap orang. Selain itu, melalui komunikasi

antarpribadi kita juga akan mengetahui nilai, sikap, dan perilaku orang

lain. Kita dapat menanggapi dan memprediksi tindakan orang lain.

b. Mengetahui Dunia Luar

Komunikasi Interpersonal juga memungkinkan kita untuk memahami

lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian dan orang

lain. Banyak informasi yang kita miliki sekarang berasal dari interaksi

interpersonal.

c. Menciptakan dan Memelihara Hubungan Menjadi Bermakna

Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial.

Sehingga dalam kehidupan sehari – hari, orang ingin menciptakan dan

memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Tentunya kita tidak

ingin hidup sendiri dan terisolasi dari masyarakat. Tetapi, kita ingin

merasakan dicintai dan disukai, kita tidak ingin membenci dan dibenci

orang lain. Karenanya, banyak waktu yang kita gunakan dalam

komunikasi interpersonal bertujuan untuk menciptakan dan memelihara

hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan demikian membantu

mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih

positif tentang diri kita sendiri.

25

d. Mengubah Sikap dan Perilaku

Dalam komunikasi interpersonal sering kita berupaya menggunakan

sikap dan perilaku orang lain. Kita ingin seseorang memilih suatu cara

tertentu, mencoba makanan baru, memberi suatu barang, mendengarkan

musik tertentu, membaca buku, menonton bioskop, berfikir dalam cara

tertentu, percaya bahwa sesuatu benar atau salah, dan sebagainya.

Singkatnya kita banyak mempergunakan waktu untuk mempersuasi

orang lain melalui komunikasi interpersonal.

e. Bermain dan Mencari Hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan,

bercerita dengan teman tentang kegiatan diakhir pekan, membicarakan

olah raga, menceritakan kejadian – kejadian lucu dan pembicaraan lain

yang hampir sama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

memperoleh hiburan

f. Membantu Orang Lain

Psikiater, psikolog, dan ahli terapi adalah contoh – contoh profesi yang

mempunyai fungsi menolong orang lain. Tugas – tugas tersebut

sebagian besar dilakukan melalui komunikasi interpersonal

8. Efektifitas Komunikasi Interpersonal

Menurut Kumar (dalam Wiryanto 2006 : 36) efektivitas komunikasi

interpersonal mempunyai lima ciri, sebagai berikut :

26

a. Keterbukaan

Sifat keterbukaan paling tidak ada dua aspek tentang komunikasi

interpersonal. Aspek pertama dan mungkin yang paling jelas, yaitu

bahwa kita harus terbuka pada orang – orang yang berinteraksi dengan

kita. Hal ini tidak berarti bahwa kita harus menceritakan semua latar

belakang kehidupan kita. Namun yang penting ada kemauan untuk

membuka diri pada masalah – masalah umum. Dari sini orang lain akan

mengetahui pendapat, pikiran dan gagasan kita. Sehingga komunikasi

akan mudah dilakukan. Aspek kedua dari keterbukaan menunjuk pada

kemauan kita untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan

jujur dan terus terang tentang segala sesuatu yang dikatakannya.

Demikian pula sebaliknya, kita ingin memberi tanggapan secara

spontan dan tanpa dalih terhadap komunikasi dan umpan balik orang

lain. Tentunya, hal ini tidak dapat dengan mudah dilakukan dan dapat

menimbulkan kesalahpahaman orang lain, seperti marah atau

tersinggung.

b. Empati

Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada

peranan atau posisi orang lain. Dalam arti, bahwa seseorang secara

emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan

dan dialami orang lain. Dengan empati seseorang berusaha melihat dan

merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain.

27

c. Perilaku Suportif

Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam diri seseorang ada

perilaku suportif. Artinya, seseorang dalam menghadapi suatu masalah

tidak bersikap bertahan atau defensif.

d. Rasa Positif

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong

orang lain lebih berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi

kondusif untuk interaksi yang efektif. Apabila dari seorang

komunikator memiliki rasa positif yang tinggi akan dirinya sendiri

maka tentu akan berpengaruh terhadap komunikan, sehingga rasa

positif tersebut akan berpengaruh terhadap komunikan tersebut dan

hasilnya tercipta komunikasi yang baik.

e. Kesetaraan

Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai,

berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Adanya rasa saling menghargai dalam bentuk komunikasi interpersonal

merupakan hal yang penting. Kesetaraan yang ada antar komunikator

dan komunikan menjadi salah satu syarat berlangsungnya komunikasi

interpersonal.

9. Jenis – Jenis Komunikasi Interpersonal

a. Komunikasi Diadik

Komunikasi Diadik adalah komunikasi interpersonal yang berlangsung

antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang

28

menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima

pesan. Oleh karena perilaku komunikasinya dua orang, maka dialog

yang terjadi berlangsung secara intens komunikator memusatkan

perhatiannya hanya kepada diri komunikan seorang itu. Situasi seperti

ini akan nampak dalam komunikasi triadik atau komunikasi kelompok,

baik kelompok dalam bentuk keluarga maupaun dalam bentuk kelas

atau seminar. Dalam suatu kelompok terdapat kecenderungan terjadinya

pemilihan interaksi seseorang dengan seseorang yang mengacu kepada

apa yang disebut primasi diadik (Devito, 1979 : 14 ) yang dimaksud

dengan primasi diadik ini ialah setiap dua orang dari sekian banyak

dalam kelompok itu yang terlihat dalam komunikasi berdasarkan

kepentingannya masing – masing.

b. Komunikasi Triadik

Komunikasi Triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya

terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang

komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka

komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan

perhatiannya kepada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai

frame of reference komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yang

berlangsung, kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif

tidaknya proses komunikasi.Effendy (2003 : 62).

29

10. Bentuk Komunikasi Interpersonal

Bentuk-bentuk komunikasi interpersonal menurut Agus M. Hardjana

(2003 : 98), meliputi percakapan, dialog, sharing pengalaman, wawancara

dan konseling.

Adapun pembahasannya sebagai berikut :

1. Percakapan

Percakapan merupakan kegiatan yang terjadi dimana-mana dan

dilakukan oleh manusia segala umur. Percakapan adalah pembicaraan

secara lisan antara dua orang atau lebih dimana mereka saling

mengungkapakan dan menanggapi perasaan, pikiran serta gagasan.

Percakapan merupakan dua tindakan dari dua pihak yang saling

melengkapi. Pihak yang satu menyampaikan dan pihak yang lain

menerima isi pembicaraan, dan kegiatan ini silih berganti dari awal

ketika percakapan dimulai sampai akhir ketika percakapan diakhiri.

Melalui percakapan, orang-orang yang terlibat saling menunjukkan

minat, memberi salam, bertukar kabar, memberi simpati, meyakinkan,

berbicara tentang bisnis, atau sekedar bergembira omong kosong dan

bergosip ria. Percakapan merupakan bentuk komunikasi interpersonal

yang paling dasar.

2. Dialog

Dialog berasal dari kata Yunani dia yang berarti antara, bersama, dan

legein yang berarti berbicara, bercakap-cakap bertukar pikiran dan

gagasan. Maka, secara harfiah dialogos atau dialog adalah berbicara,

bercakap-cakap, bertukar pikiran dan gagasan bersama. Dialog

30

bukanlah transaksi tawar-menawar tentang sesuatu untuk mencapai

kesepakatan. Dialog juga bukan konfrontasi dimana pihak yang satu

mempersoalkan sesuatu dan pihak yang lain memberi

pertanggungjawaban. Dialog juga bukan suatu adu pendapat lain.

Dialog adalah percakapan dengan maksud untuk saling mengerti,

memahami, menerima, hidup damai dan bekerja sama untuk mencapai

kesejahteraan bersama. Dalam dialog, pihak-pihak yang terlibat saling

menyampaikan informasi, data, fakta, pemikiran, gagasan, pendapat dan

saling berusaha mempertimbangkan, memahami dan menerima dan

dalam dialog tidak ada monopoli pembicaraan dan kebenaran, yang ada

adalah berbagi dan bertukar informasi dan gagasan. Dari dialog

diharapkan terbentuk saling pengertian dan pemahaman bersama yang

lebih luas dan mendalam tentang hal yang menjadi bahan dialog.

3. Sharing Pengalaman Hidup

Komunikasi interpersonal dengan dua orang lain dapat dilakukan

dengan sharing pengalamn hidup. Dalam komunikasi interpersonal,

orang tidak hanya dapat saling bertukar informasi dan pikiran,

membahas masalah, memecahkan masalah dan mengambil keputusan

atasnya, tetapi juga berbagi pengalaman. Berbagi pengalaman, sharing

experience, dan berbagi pengalaman hidup adalah pembicaraan antar

dua orang atau lebih, dimana para pesertanya saling menyampaikan apa

yang telah mereka alami dalam hal yang menjadi bahan pembicaraan.

Tujuannya adalah untuk masing-masing guna memperkaya hidup

pribadi.

31

4. Wawancara

Wawancara merupakan istilah terjemahan dari Inggris, interview, kata

itu sendiri berawal dari bahasa Perancis entrevoi. Entre berarti antar

atau diantara, saling, bersama-sama. Voir berarti melihat, mengetahui,

mengerti. Maka secara harfiah wawancara atau interview berarti saling

bersama, atau bertemu untuk melihat bersama-sama. Dalam

komunikasi, wawancara merupakan sesuatu bentuk komunikasi untuk

mencapai tujuan tertentu. Dalam wawancara pihak-pihak yang

diwawancarai dan yang mewawancarai terlibat proses kontak dan

pertukaran informasi. Selama wawancara pihak yang diwawancarai dan

mewawancarai terlibat dalam percakapan dengan saling berbicara,

mendengar dan menjawab. Kontak antara orang diwawancarai dapat

langsung berhadapan muka atau jarak jauh seperti dalam wawancara

jarak jauh melalui televisi. Pembicaraan dalam wawancara mempunyai

tujuan yang lebih jauh daripada percakapan biasa karena mempunyai

makna yang melebihi maksud percakapan biasa. Pembicaraan itu bolak-

balik antara orang yang mewawancarai dan yang diwawancarai,

pertanyaaan diajukan dan dijawab secara bergantian dengan maksud

menggali topik yang disepakati untuk dibahas guna mencapai tujuan

yang direncanakan untuk wawancara itu.

5. Konseling

Bentuk komunikasi interpersonal lain yang banyak digunakan adalah

konseling. Bentuk komunikasi interpersonal ini banyak dipergunakan

didunia pendidikan, perusahaan atau masyarakat, misalnya konseling

32

perkawinan. Komunikasi interpersonal dapat digunakan untuk

konseling, pada pokoknya konseling merupakan usaha dari pihak

konselor, yaitu orang yang membantu untuk menjernihkan masalah

orang lain yang menemukan cara-cara yang tepat dan dalam

menemukan cara yang paling tepat untuk melaksanakan keputusan itu.

11. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal

Menurut Everett M. Rogers (dalam Wiryanto 2006 : 35-36) mengartikan

bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi dari mulut ke

mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.

Ciri-ciri komunikasi interpersonal menurut Roger adalah sebagai berikut:

a. Arus pesan cenderung dua arah, maksudnya disini pesan yang

disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dapat langsung

ditanggapi oleh komunikan karena komunikasi ini biasa terjadi pada

situasi tatap muka.

b. Konteks komunikasinya dua arah, maksudnya disini komunikator

sebagai penyampai pesan bisa juga bertindak sebagai komunikan begitu

juga komunikan sebagai penerima pesan.

c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi, maksudnya adalah karena

komunikasi ini terjadi secara langsung dan tatap muka maka umpan

balik langsung dapat disampaikan oleh komunikan. Atau dapat disebut

dengan direct feedback.

d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama keterpaan tinggi.

33

e. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat,

karena sifatnya yang lebih personal maka untuk menjangkau khalayk

besar cukup sulit. Komunikasi interpersonal ini biasanya bersifat antar

dua orang bahkan menurut para pakar komunikasi jumalah individu

maksimal hanya mencapai tiga orang.

f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap, karena langsung

kepada individunya maka efek yang dihasilkan dari komunikasi

interpersonal ini tertuju pada sikap.

C. Tinjauan Tentang Orang Tua Dan Anak

1. Pengertian Orang Tua Dan Bentuk-Bentuk Peranan

Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya maka ia menjalankan suatu peran. Keduanya tidak dapat

dipisahkan karena tidak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan

tanpa peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peran yang

berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa

peranan menentukan apa yang diperbuat bagi masyarakat kepadanya.

Menurut Levinson (dalam Soerjono Soekanto, 1991:269), peranan

mencakup tiga hal yaitu :

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan kemasyarakatan.

34

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting

bagi struktur sosial masyarakat.

Menurut Levy (dalam Soerjono Soekanto, 1991:272), macam-macam

peranan yang melekat pada individu-individu dalam masyarakat penting

bagi hal-hal sebagai berikut :

a. Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur

masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.

b. Peranan tersebut seyogyanya mampu dilekatkan pada individu-individu

yang tidak mampu melaksanakan perannya sebagaimana diharapkan

oleh masyarakat, karena pelaksanaannya memerlukan pengorbanan arti

kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu banyak.

c. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peran, belum

tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang

seimbang. Bahkan seringkali terluhat betapa masyarakat terpaksa

membatasi peluang-peluang tersebut.

Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa pentingnya peranan adalah

karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang

pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang

lain. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan

hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan

diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Peranan lebih

menunjuk pada fungsi, penyusuaian diri dan sebagai suatu proses.

35

2. Pengertian Komunikasi Orang Tua dan Anak

Menurut Sobur (1991 : 8), tujuan dari komunikasi dengan anak yang baik

ialah menciptakan iklim persahabatan yang hangat sehingga anak-anak

merasa aman bersama orang tuanya. Menurut Rakhmat (1996 : 12),

komunikasi dikatakan efektif bila kedua belah pihak saling dekat, saling

menyukai dan komunikasi diantara keduanya merupakan hal yang

menyenangkan dan adanya keterbukaan sehingga tumbuh sikap percaya.

Komunikasi yang efektif dilandasi adanya kepercayaan, keterbukaan dan

dukungan yang positif pada anak agar anak dapat menerima dengan baik

apa yang disampaikan oleh orang tua.

Sobur (1991 : 7), menambahkan bahwa meluangkan waktu bersama

merupakan syarat utama untuk menciptakan komunikasi orang tua dan

anak. Sebab dengan adanya waktu bersama, barulah keintiman dan

keakraban dapat diciptakan diantara anggota keluarga.

3. Peranan Orang Tua

Besarnya peranan orang tua dalam keluarga khusunya dalam bidang

pendidikan dapat dilihat pada fungsi edukatifnya, dimana orang tua di

tuntut untuk memperhatikan pendidikan bagi anaknya.

Menurut Idris (1992:84), menyatakan bahwa peranan orang tua terhadap

pendidikan anak yaitu :

a. Menurunkan sifat biologis atau susunan anatomi melalui hereditas

(besar badan atau bentuk tubuh, warna kulit dan warna

36

mata),menurunkan susunan urat syaraf, kapasitas intelegensi, motorik

dan sensory equipment (alat-alat rasa dan gerak).

b. Memberikan dasar-dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar

seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun,kasih sayang,rasa

aman, dasar-dasar untuk memahami peraturan-peraturan dan

menanamkan kebiasaan-kebiasaan.

Munurut Bapak pendidikan KI. Hajar Dewantara (dalam Karsidi,

2005:39), sekolah merupakan pengembangan dari lembaga pendidikan

dimana lembaga pendidikan tersebut adalah keluarga (informal), sekolah

(fomal), dan masyarakat (non formal) yang dikenal dengan tri pusat

pendidikan (3 pusat pendidikan).

Tanggung jawab orang tua termasuk dalam tanggung jawab keluarga

sebagai pelaksanaan dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap

anaknya meliputi :

a. Dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan

anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tingkah laku yang benar.

b. Dorongan/motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan

orang tua terhadap keturunannya. Tanggung jawab moral ini meliputi

nilai-nilai relegius.

c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari kelurga, masyarakat dan

negara. Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dalam segala

bidang terutama dalam bidang pendidikan orang tua mengarahkan dan

37

membimbing agar langkah yang diambil anak tepat dan sesuai dengan

harapan orang tua dan anak itu sendiri.

Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa peranan orang tua adalah

suatu tugas orang tua untuk memenuhi kewajiban dan memberikan dasar-

dasar pendidikan, sikap dan keterampilan dalam membina hubungan anak

untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam lingkungan keluargalah

seseorang anak mula-mula memperoleh bimbingan dan pendidikan dari

orang tuanya. Tugas utama ornag tua adalah sebagai pendidikan utama dan

pertama dalam menumbuh kembangkan potensi, yang ada dalam diri anak.

Dalam tata hubungan peranan antara orang tua dengan anak adalah orang

tua memberikan perawatan dan anak menerima perawatan, terutama dalam

bentuk-bentuk pemeliharaan, perlindungan dan pendidikan. Jadi upaya

orang tua adalah segala daya upaya, usaha atau langkah-langkah kegiatan

yang dilakukan oleh ibu dan ayah dalam membimbing dan mengarahkan

pendidikan bagi anak-anaknya dalam keluarga.

Orang tua adalah awal terbentuknya kepribadian anak, sehingga tingkah

laku atau perbuatan anak itu adalah dapat positif atau negatif dari

pendidikan orang tua kepada anaknya. Atmasasmita ( 1983 : 53)

menyatakan bahwa keluarga adalah salah satu kelompok sosial pertama

dalam kehidupan manusia, merupakan tempat pertama dimana anak

belajar dan menyatakan dirinya sebagai insan sosial didalam hubungannya

dengan kelompok keluarga.

38

Sedangkan Murdock dalam Pudjwati ( 1985 : 73) menyatakan bahwa

keluarga merujuk pada keluarga inti atau keluarga batih yaitu terdiri dari

ayah, ibu beserta anak-anaknya yang masih tanggung jawab orang tuanya.

Soekanto (1989 : 256) menyatakan bahwa suatu keluarga batih (keluarga

inti) pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Unit terkecil dalam masyarakat yang mengatur hubungan seksual yang

sewajarnya.

b. Wadah tempat berlangsungnya sosialisasi, memahami, mentaati, dan

menghargai kaidah-kaidah serta nilai-nilai yang berlaku.

c. Unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi kebutuhan ekonomis.

d. Unit terkecil dalam masyarakat, tempat anggota-anggotanya mendapat

perlindungan bagi ketentraman dan perkembangan jiwanya.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa orang tua adalah orang yang sudah dewasa yang melakukan suatu

ikatan untuk membentuk suatu rumah tangga yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak yang kemudian disebut suatu keluarga dan didalam keluarga

tersebut terjadi suatu kontak sosial yang akhirnya orang tua selaku

penanggung jawab keluarga mendidik serta membesarkan dan

mengajarkan anak tentang cara berbicara dan beragam bentuk tingkah laku

sebelum anak pada akhirnya dapat melakukan interaksi sendiri dengan

orang lain di luar keluarga tersebut.

39

4. Fungsi Orang Tua ( Keluarga )

Vebrianto ( 1980 : 60 ), mengemukakan bahwa fungsi orang tua adalah

untuk bertanggungjawab terhadap usaha – usaha persiapan didalam

memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya

agar mereka mampu mengendalikan dirinya serta memiliki jiwa sosial.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi orang

tua selain memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya, juga

memberikan dan menanamkan dalam diri anak sikap pengendalian dan

pengekangan diri yang baik terhadap lingkungan sosialnya dan

mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri anak agar dapat

berkembang sewajarnya. Selain itu keluarga juga merupakan wadah dan

lembaga yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pemeliharaan

pendidikan dan perilaku anak, agar anak – anak terutama yang memasuki

Sekolah, Remaja, Pelajar, dan Mahasiswa tidak salah arah serta

berperilaku sesuai dengan tuntutan etika moral dan agama yang dianutnya.

5. Pengertian Anak

Menurut Sujanto (1996 : 12), anak adalah mereka yang menginjak masa

yang lebih luas. Pada masa kanak-kanak dimana terjadi perkembangan

dunia kecerdasan yang lebih luas, tanda utamanya adalah pengenalan dan

penyelidikan yang lebih luas. Gejala utama lahiriahnya adalah

keingintahuan yang tampak dalam kesukaan membaca dan kegiatan lain

yang mengarah pada pemuasan keingintahuan dunia yang lebih luas. Masa

anak-anak ditandai dengan kehidupan intelektualisme, dalam arti

pengenalan dunia yang lebih luas, sedikit abstrak dan dunia khayal.

40

6. Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Anak

Pertumubuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil

sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan

kuantitatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada

menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, dari

sempit menjadi luas, dan sebagainya. Hal ini tidak berarti, bahwa

pertumbuhan itu hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif,

karena tidak selamanya materiil itu kuantitatif. Materiil dapat terdiri dari

bahan-bahan kuantitatif seperti atom, sel, kromosom, rambut, molekul dan

lainya. Dapat pula materiil terdiri dari bahan-bahan kualitatif seperti kesan,

keinginan, gagasan, ide, pengetahuan, nilai dan lainnya. Jadi, materiil itu

dapat terdiri dari kualitas ataupun kuantitas.

Perkembangan merupakan suatu perubahan, perubahan kearah yanng lebih

maju, lebih dewasa. Secara teknis, perubahan tersebut biasanya disebut

proses. Jadi pada garis besarnya perkembangan adalah suatu proses.

Menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778), perkembangan fungsi dan

kapsitas kejiwaan anak belangsung dalam lima (5) tahap, sebagai berikut :

a. Tahap perkembangan masa bayi (sejak lahir-2 tahun). Dalam hal ini,

perkembangan pribadi didominasi oleh perasaan. Perasaan-perasaan

senang ataupun tidak senang menguasai diri anak bayi, sehingga setiap

perkembangan fungsi pribadi dan tingkah laku bayi sangat dipengaruhi

oleh perasaannya. Perasaan ini sendiri tidak tumbuh dengan sendirinya,

melainkan berkembang sebagai akibat dari adanya reaksi-reaksi bayi

terhadap stimulus lingkungannya.

41

b. Tahap perkembangan masa kanak-kanak (2-12 tahun).

Dalam tahap ini, perkembangan pribadi anak dimulai dengan

berkembangnya fungsi-fungsi indra anak untuk mengadakan

pengamatan. Perkembangan fungsi ini memperkuat perkembangan

fungsi pengamatan pada anak. Bahkan dapat dikatakan, bahwa

perkembangan setiap aspek kejiwaan anak pada masa ini sangat

didominasioleh pengamatannya.

c. Tahap perkembangan pada masa preadolesen (12-15).

Dalam tahap ini, perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak

sangat dominan. Dengan adanya pertumbuhan sistem syaraf serta fungsi

pikirannya, anak mulai kritis dalam menanggapi sesuatu ide atau

pengetahuan dari orang lain. Kekuatan intelektual kuat, energi fisik

kuat, sedangkan kemauan kurang keras. Dengan pikirannya yang

berkembang anak mulai belajar menemukan tujuan-tujuan serta

keinginan-keinginan yang dianggap sesuai baginya untuk memproleh

kebahagiaan.

d. Perkembangan pada masa adolesen (15-20).

Dalam tahap perkembangan ini, kualitas kehidupan manusia diwarnai

oleh dorongan seksual yang kuat. Keadaan ini membuat orang mulai

tertarik kepada oarang lain yang berlainan jenis kelamin. Di samping

itu, orang mulai mengembangkan pengertian tentang kenyataan hidup

serta mulai memikirkan pola tingkah laku yang bernilai moral. Ia juga

mulai belajar memikirkan kepentingan sosial serta kepentingan

42

pribadinya. Berhubung dengan berkembangnya keinginan dan emosi

yang dominan dalam pribadi orang dalam masa ini, maka orang dalam

masa ini sering mengalami kegoncangan serta ketegangan dalam

jiwanya.

e. Masa pematangan diri (setelah umur 20 tahun)

Dalam tahap ini, perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Orang

mulai dapat membedakan adanya tiga macam tujuan hidup pribadi,

yaitu pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok dan

pemuasan keinginan masyarakat. Semua ini akan direalisir oleh

individu dengan belajar mengandalkan daya kehendaknya. Dengan

kemauannya, orang melatih diri untuk memilih keinginan-keinginan

yang akan direalisir dalam tindakan-tindakannya.

D. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar Siswa

1. Pengertian Motivasi

Mc. Donald mengatakan dalam Bahri Syaiful (2008 : 148) motivasi adalah

suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan

timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan, sedangkan

Motivasi menurut Oemar Halik (1992 : 173) adalah perubahan energi

dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktifitas nyata berupa kegiatan

fisik. Motivasi menurut Gery A. Steiner dalam Bedjo Siswanto (1987 :

243) adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang

memberikan energi mendorong kegiatan dan mengarah atau menyalurkan

43

perilaku kearah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan. Sedangkan

Wasty Soemanto (1989 : 71) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu

kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang dalam memenuhi

kebutuhannya serta memecahkan permasalah dalam hidupnya. Usman

Effendi (1984 : 71) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan yang

melatar belakangi perilaku seseorang atau merupakan faktor pendorong

aktifitas seseorang dalam melakukan suatu kegiatan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2001 : 756 ) motivasi adalah

dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar

untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha yang

dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak

untuk melakukan sesuatu karena keinginan mencapai tujuan yang

dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

motivasi adalah dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang secara

sadar untuk melakukan aktivitas atau melakukan sesuatu kegiatan. Dari

definisi tersebut diatas, maka terlihat bahwa motivasi memiliki 3 hal yang

penting dan sangat mendasar yaitu :

a. Motivasi memiliki pengaruh langsung terhadap usaha pencapaian

tujuan dari berbagai sasaran organisasi

b. Motivasi merupakan proses keterkaitan antar usaha dan pemuasan

kebutuhan tertentu atau dengan perkataan lain motivasi merupakan

kesediaan untuk menggerakkan usaha untuk mencapai tujuan organisasi

44

atau perusahaan. Apabila seseorang termotivasi, maka ia akan berusaha

untuk melakukan sesuatu.

c. Motivasi merupakan kebutuhan akibat adanya berbagai hubungan,

selain itu motivasi juga sebagai pendorong yang dapat menggerakkan

keseluruhan potensi baik tenaga kerja maupun sumber daya lainnya.

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

a. Kompetisi atau persaingan adalah suatu yang menuju kearah kemajuan

dan perkembangan dan juga dalam setiap persaingan harus selalu

berfikir positif, kritis dan menuntut pula suatu tindakan yang tepat dan

nantinya hasilnya dapat ditingkatkan.

b. Minat adalah pendorong individu untuk melakukan kegiatan. Suatu

kegiatan akan berhasil dengan baik bila didukung dengan minat, sebab

minat ini yang mendorong seseorang berbuat tekun, ulet dan tidak

mudah menyerah serta berusaha untuk mencapai prestasi puncak.

c. Mendekatkan tujuan adalah suatu upaya atau usaha yang lebih pendek

guna mencapai tujuan jangka panjang. Sehingga akan terjadi semangat

untuk mewujudkan tujuan seperti :

1) Mendorong manusia untuk berbuat,jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi.

2) Menentukan arah perbuatan,yakni kearah tujuan yang hendak

dicapai.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

45

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.

4) Sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.

(Sardiman, : 2007 : 83)

3. Aspek-Aspek Sikap

Menurut W.A. Gerungan (2003 : 157), sikap memiliki tiga macam aspek :

a. Aspek kognitif, yaitu yang berhubungan dengan gejala menegenai

pikiran. Ini berarti perwujudan pengolahan, pengalaman dan keyakinan

serta harapan-harapan individu tentang objek tertentu.

b. Aspek afektif, yaitu berwujud proses tendensi atau kecenderungan

untuk berbuat suatu objek, misalnya kecenderungan memberi

pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya.

c. Aspek konatif bertautan dengan proses berpikir dengan tekanan khusus

pada rasionalitas dan logika sedangkan afeksi yakni komponen perilaku

sikap berhubungan dengan kecenderungan untuk bertindak menghadapi

sesuatu dengan cara tertentu.

Sementara itu menurut Abu Ahmadi (2000 : 45), sikap memiliki tiga

macam aspek :

a. Aspek kognitif, yaitu aspek yang berhubungan dengan gejala pikiran

dan berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman terhadap sesuatu

objek.

b. Aspek afektif, yaitu aspek yang berkaitan proses yang menyangkut

perasaan-perasaan tertentu dan berkaitan dengan penilaian terhadap

sesuatu.

46

c. Aspek konatif, yaitu aspek yang berkaitan dengan kecenderungan untuk

bertindak terhadap sesuatu objek dan berkaitan dengan kesediaan untuk

melaksanakan dengan objeknya.

4. Teori-Teori Motivasi

a. Content Theory

Teori ini menekankan pada faktor yang ada didalam diri individu yang

menyebabkan mereka bertingkah laku tertentu. Setiap individu

mempunyai kebutuhan – kebutuhan yang menyebabkan mereka

didorong, ditekan atau dimotivasi untuk memenuhinya. Kebutuhan

yang mereka rasakan akan menentukan tindakan yang akan mereka

lakukan.

b. Process Theory

Teori ini menekankan pada bagaimana dan dengan tujuan apa setiap

individu dimotivasi. Dasar dari teori ini adalah adanya penghargaan

yaitu keyakinan para individu akan apa yang mereka peroleh dari

tingkah laku mereka serta adanya kekuatan dari presentasi individu

terhadap hasil yang diharapkan.

c. Reinforcement Theory

Teori ini menjelaskan bahwa konsekuensi perilaku dimasa yang lalu

mempengaruhi tindakan dimasa yang akan datang. Berdasarkan teori

ini, individu bertingkah laku tertentu yang akan menghasilkan akibat

yang menyenangkan dan mereka umumnya akan mengulangi perilaku

yang membawa akibat yang menyenangkan tersebut.

47

5. Pengertian Belajar

Belajar adalah salah satu proses pendidikan yang sangat penting. Dari

belajar diharapkan menghasilkan sesuatu yang bersifat efektif,

psikomotorik dan kognitif bagi anak. Jadi belajar merupakan kegiatan bagi

anak yang sangat kompleks. Cambach dalam Usman Effendi dan Yahya S.

Praja (1984 : 102 ) mengatakan bahwa belajar ditunjukkan oleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman.

Sedangkan Morgan dalam Ngalim Purwanto ( 1984 : 80 ) mengemukakan

bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku

yang terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Berdasarkan

pendapat tersebut diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

belajar merupakan suatu proses yang dinilai anak didik sehingga terjadi

perubahan tingkah laku baik jasmani maupun rohani kearah yang lebih

maju sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Jadi inti belajar yaitu

adanya perubahan tingkah laku. Berdasarkan pengertian tersebut diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa, belajar membawa perubahan.Perubahan

terjadi karena adanya usaha yang dilakukan dengan sengaja.Dari

perubahan itu diperoleh suatu kecakapan baru seperti perubahan dalam

pengetahuan dan keterampilan.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor

yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar tersebut yang berasal dari

dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya.

48

a. Faktor Internal ( yang berasal dari dalam diri )

1) Kesehatan

Kesehatan Jasmani dan Rohani sangat besar pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi

setiap orang baik fisik maupun mental, agar kondisi badan tetap

kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan

kegiatan belajar.

2) Intelegensi dan Bakat

Seseorang yang memiliki intelegensi baik ( IQ-nya ) umumnya

mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Sebaliknya orang yang

intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam

belajar, lambat berfikir sehingga prestasi belajarnyapun rendah. Bila

seseorang mempunyai intelegensi tinggi dan bakatnya ada dalam

bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan

sukses bila dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat saja

tetapi intelilegensinya rendah.Demikian pula, jika dibandingkan

dengan orang yang inteligensinya tinggi tetapi bakatnya tidak ada

dalam bidang tersebut, orang berbakat lagi pintar (inteligensi tinggi)

biasanya orang yang sukses dalam kariernya.

3) Minat dan Motivasi

Sebagaimana dengan halnya dengan bakat inteligensi dan bakat

maka minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar

pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dapat

timbul karena karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati

49

sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang

besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan

yang diminati tersebut. Timbulnya minat belajar disebabkan

berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk

menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta

ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung

mengasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang

akan mengahasilkan prestasi yang rendah.

4) Cara Belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil

belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik, faktor psiologis dan

ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

Selain itu, teknik – teknik belajar perlu diperhatikan bagaimana

caranya membaca, mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan

atau kesimpulan, apa yang harus dicatat dan sebagainya. Selain dari

itu teknik – teknik tersebut perlu juga diperhatikan waktu belajar,

tempat, fasilitas, penggunaaan media pengajaran dan penyesuaian

bahan pelajaran.

b. Faktor Eksternal ( Yang Berasal dari Luar Diri )

1) Keluarga

Keluarga adalah ayah, ibu dan anak – anak serta keluarga yang

menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya

terhadap keberhasilan anak dalam belajar, tinggi rendahnya

pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang

50

perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang

tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak – anak,

tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut

mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. Disamping itu faktor

keadaan rumah juga turut mempengaruhi keberhasilan belajar.

2) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat

keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian

kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau

perlengkapan disekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas,

pelaksanaan tata tertib disekolah dan sebagainya, semua ini turut

mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

3) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila disekitar

tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang – orang

yang berpendidikan, terutama anak – anaknya rata – rata bersekolah

tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat

belajar. Tetapi sebaliknya apabila tinggal dilingkungan banyak

anak–anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini

akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak

menunjang sehingga motivasi belajarnya kurang.

4) Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam

mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan

51

rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya.

Semua hal tersebut mempengaruhi hasil belajar dan prestasi belajar

dari murid yang bersangkutan. Dalyono. M ( 1997 : 60 ).

7. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Dalyono. M (1997 : 51 ), prinsip – prinsip belajar meliputi :

a. Kematangan Jasmani dan Rohani

Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan

Jasmani dan Rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya.

Kematangan Jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta

kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar.

Kematangan Rohani artinya telah memiliki kemampuan secara

psikologis untuk melakukan kegiatan belajar, seperti kemampuan

berfikir, ingatan, fantasi dan sebagainya.

b. Memiliki Kesiapan

Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki

kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental

maupun perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga

cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki

minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar.

Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlengkapan akan banyak

mengalami kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil belajar yang

baik atau maksimal.

52

c. Memahami Tujuan

Setiap orang yang belajar harus memahami apa tujuannya, kemana arah

tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting

dimiliki oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat cepat

selesai dan berhasil. Belajar tanpa memahami tujuan dapat

menimbulkan kebingungan pada orangnya, hilang gairah, tidak

sistematis, atau asal ada saja.

d. Memiliki kesungguhan

Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk

melaksanakanya. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil

yang kurang memuaskan. Selain itu akan banyak waktu dan tenaga

terbuang dengan percuma. Sebaliknya, belajar dengan sungguh –

sungguh serta tekun akan memperoleh hasil yang maksimal dan

penggunaan waktu yang lebih efektif. Prinsip kesungguhan sangat

penting artinya, biarpun seseorang itu sudah memiliki kematangan,

kesiapan serta mempunyai tujuan yang konkret dalam melakukan

kegiatan belajarnya, tetapi apabila tidak bersungguh – sungguh, belajar

asal dan ada saja, bermala – malas, akibatnya tidak memperoleh hasil

yang memuaskan.

e. Ulangan dan latihan

Prinsip yang tak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu

yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga

dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Sebaliknya belajar tanpa

diulang hasilnya akan kurang memuaskan. Bagaimanapun pintarnya

53

seseorang harus mengulang pelajarannya atau berlatih sendiri dirumah

agar bahan – bahan yang dipelajari tambah meresap dalam otak,

sehingga tahan lama dalam ingatan. Mengulang pelajaran adalah salah

satu cara untuk membantu berfungsinya ingatan.

Adapun prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (1987 : 27-28) meliputi :

a. Berdasarkan pernyataan yang diperlukan untuk belajar

1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan memiliki partisipasi

aktif meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

Intruksional.

2) Belajar harus menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat

pada diri siswa untuk mencapai tujuan Intruksional.

3) Belajar perlu dilingkungan menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuan bereksplorasi dan belajar dengan

efektif.

b. Sesuai Hakikat Belajar

1) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya.

2) Belajar adalah proses kontinyuitas sehingga mendapatkan pengertian

yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan responding

yang diharapkan.

c. Sesuai Materi Atau Bahan Yang Harus dipelajari

1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu memiliki struktur

penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah menangkap

pengertiannya

54

2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai

dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya

d. Syarat Keberhasilan Belajar

1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar

dengan tenang

2) Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali – kali agar

pengertian, keterampilan,dan sikap dapat mendalam pada siswa.

Prinsip – prinsip belajar merupakan suatu landasan utama yang harus ada

dalam kegiatan belajar agar siswa dapat menangkap arti dan memahami

pelajaran. Untuk itu setiap guru dan siswa harus memiliki dengan

menguasai prinsip – prisip belajar tersebut.

E. Tinjauan Tentang Ujian Akhir Nasional

1. Pengertian Ujian Akhir Nasional (UAN)

Ujian Akhir Nasioanal menurut keputusan peraturan Menteri Pendidikan

Nasional nomor 20 tahun 2009/2010 pasal 1 adalah kegiatan pengukuran

dan penelitian kompetensi peserta didik secara nasional untuk jenjang

pendidikan dasar dan menengah.

2. Tujuan Ujian Akhir Nasional

Adalah untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada

mata pelajaran yang di tentukan dari kelompok mata pelajaran ilmu

55

pengetahuan dan teknologi, dalam rangka pencapaian standar nasional

pendidikan.

3. Fungsi Ujian Akhir Nasioanal

a. Penentuan kelulusan peserta didik dari suatu satuan pendidikan

b. Pertimbangan dalam penerimaan peserta didik baru pada jenjang

pendidikan selanjutnya

c. Pertimbangan dalam pemetaan mutu pendidikan secara nasional

d. Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam

upaya meningkatkan mutu pendidikan.

e. Pertimbangan dalam akreditasi satuan pendidikan

F. Teori Yang Digunakan Dalam Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori hubungan interpersonal yang

salah satunya ialah model peranan. Model peranan melihatnya sebagai

panggung sandiwara, dalam hal ini setiap orang harus memainkan peranannya

sesuai dengan naskah yang telah di buat oleh masyarakat. Hubungan

interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan

ekspedisi peranan dan tuntutan peranan, memiliki keterampilan peranan dan

terhindari dari konflik peranan dan kerancuan peranan.

Ekspedisi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan hal yang berkaitan

dengan posisi tertentu dalam kelompok. Tuntutan peranan adalah desakan

sosial yang yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang telah

56

dibebankan kepadanya. Desakan social dapat berwujud sebagai sanksi social

dan dikenakan bila indiviidu menyimpang dari peranannya, dalam hubungan

interpersonal desakan halus atau kasar dikenakan pada orang lain agar ia

melaksanakan peranannya. Keterampilan peranan adalah kemampuan

memainkan peranan tertentu, dalam pengertian lain disebut juga kompetensi

sosial. Dalam hal ini dibedakan antara keterampilan kognitif dan

keterampilan tindakan. Keterampilan kognitif menunjukkan kemampuan

individu untuk memperssepsi apa yang diharapkan orang lain dari dirinya.

Keterampilan tindakan menunjukkan kemampuan melaksanakan peranan

sesuai dengan harapan, dalam kerangka kompetensi social, keterampilan

peranan juga tampak pada kemmampuan umpan balik dari orang lain

sehingga dapat menyesuaikan pelaksanaan peranan sesuai dengan harapan

orang lain. Konflik peranan terjadi bila individu tidak sanggup

mempertemukan berbagai tuntutan peranan kontra diktif.

Model peranan yang terdapat dalam penelitian ini ialah orang tua yang

diharapkan dapat melakukan komunikasi interpersonal dengan anak terhadap

peningkatan motivasi belajar anak dalam menghadapi Ujian Akhir Nasional

dan orang tua dapat berperan sebagai pendidik yang bermoral serta menjadi

contoh yang baik bagi anak-anaknya.

Peranan sebagai orang tua yang tepat kepada anak-anaknya maka akan

menimbulkan umpan balik yang baik bagi diri anak, dan tentunya apabila

peran sebagai orang tua dalam menyampaikan pesan yang dimaksud atau di

inginkan secara benar maka anak dapat bertindak sesuai dengan apa yang

57

diharapkan oleh orang tua. Tentunya tercapainya peningkatan motivasi

belajar anak dalam menghadapi Ujian Akhir Nasional.

G. KERANGKA PIKIR

Komunikasi merupakan proses dimana dua orang atau lebih saling

berinteraksi dan berbagi pesan sebagai pengirim dan penerima serta

melakukan tanggung jawab bersama dan menciptakan makna. Dari penjelasan

tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal ini dapat

memberikan pengaruh dalam berkomunikasi antar satu individu yang

melakukan kegiatan komunikasi dan interaksi dengan individu lain.

Komunikasi Interpersonal adalah salah satu bentuk komunikasi yang

dilakukan oleh penyampai pesan (komunikator) dan penerima pesan

(komunikan) secara langsung dalam konteks tatap muka (face to face

communication). Pesan yang disampaikan dalam komunikasi interpersonal ini

bersifat dua arah dan efektif dalam merubah pandangan, sikap dan perilaku

komunikan dibandingkan dengan komunikasi kelompok atau komunikasi

bermedia.

Salah satu contoh komunikasi interpersonal yakni dalam hal komunikasi

interpersonal antara orang tua dengan anak terhadap peningkatan motivasi

belajar anak dalam menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN). Sebagai orang

tua tentunya harus mengerti, memahami dengan baik bagaimana peran orang

tua dengan anak terhadap peningkatan motivasi belajar anak dalam

menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN).

58

Orang tua ialah awal terbentuknya kepribadian anak, sehingga tingkah laku

atau perbuatan anak dapat positif atau negatif dari pendidikan orang tua

kepada anaknya. Orang tua harus mengetahui berbagai hal yang dialami anak

dalam menghadapi Ujian Akhir Nasional diantaranya anak–anak merasa sulit

pada saat mengerjakan soal–soal Ujian Akhir Nasional (UAN), anak–anak

merasa tidak mampu untuk melaksanakan Ujian Akhir Nasional karena

standarisasi nila–nilai kelulusan yang ditetapkan terlalu tinggi, anak–anak

sulit untuk belajar dengan baik, lingkungan sekitar yang tidak mendukung,

yang kemudian dari semua masalah tersebut dapat mengakibatkan

menurunnya motivasi belajar anak untuk menghadapi Ujian Akhir Nasional

(UAN).

Dalam hal inilah komunikasi interpersonal orang tua dengan anak terhadap

peningkatan motivasi belajar anak dalam menghadapi Ujian Akhir Nasional

(UAN) dapat diukur dengan indikator motivasi kompetisi atau persaingan,

minat dan mendekatkan tujuan. Berdasarkan pemikiran diatas, maka kerangka

pemikiran ini dapat pada gambar sebagai berikut :

59

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN

ANAK TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR ANAK

DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR NASIONAL

H. HIPOTESIS

Menurut Hadi ( 1999 : 42), hipotesis berasal dari Bahasa Latin yang terdiri

dari dua suku kata yaitu hipoo dan Tesis. Hipoo berarti dugaan dan tesis

berarti dalil. Jadi hipotesis adalah dugaan yang bersifat sementara, yang

mungkin benar atau mungkin salah dan belum dibuktikan kebenarannya

secara empiris.

Berdasarkan definisi diatas, hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada pengaruh komunikasi interpersonal orang tua dengan anak

terhadap peningkatan motivasi belajar anak dalam menghadapi Ujian

Akhir Nasional.

Hi : Ada pengaruh komunikasi interpersonal orang tua dengan anak terhadap

peningkatan motivasi belajar anak dalam menghadapi Ujian Akhir

Nasional.

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUADENGAN ANAK :

1. Efektifitas Komunikasi Interpersonal2. Bentuk-Bentuk Komunikasi Interpersonal3. Tujuan Komunikasi Interpersonal

MOTIVASI BELAJAR ANAK

1. Kompetisi atau Persaingan2. Minat3. Mendekatkan Tujuan