12
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 22, NOMOR 1, APRIL 2020 25 TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN FASILITAS DI LIBRARY AND KNOWLEDGE CENTER, BINUS UNIVERSITY Erika dan Vilianty Rizki Utami Library & Knowledge Center, Binus University [email protected] [email protected] Abstrak Penelitian ini memiliki tujuan untuk meneliti desain dan fasilitas Library and Knowledge Center (LKC) di lingkungan BINUS University mnenggunakan konsep information common. Metode penelitian adalah kuantitatif dengan menyebar kuesioner kepada pengguna LKC di BINUS University. Hasil kuesioner digunakan sebagai pendukung hasil analisis desain dan fasilitas berdasarkan kriteria information common. Responden penelitian terdiri dari mahasiswa, dosen, dan karyawan BINUS University. Jumlah kuesioner valid adalah 122 buah yang diolah. Hasil yang diperoleh adalah tentang desain dan fasilitas berdasarkan tren pengguna LKC BINUS University. Hasil penelitian menunjukkan tidak semua LKC BINUS University telah menerapkan kriteria information common terhadap desain dan fasilitasnya. Data survey menunjukkan mayoritas responden berpendapat bahwa layanan ruang baca perlu ditingkatkan untuk kebutuhan belajar dan penelitian. Kata kunci: information common, desain perpustakaan, kepuasan pengguna, tingkah laku pengguna, tata ruang perpustakaan Abstract This research aims to examine the design and facilities of the Library and Knowledge Center (LKC) BINUS University Library using information common concept. The method of this research is quantitative by spread the questionnaire to library users at BINUS University. The respondent consists of students, lecturers, and employees at BINUS University. There are 122 valid questionnaires that have been processed. The result that has been obtained is about the design and facilities based on the trend of LKC BINUS University users. The result shows that not all LKC in BINUS University has implemented information common criteria in their design and facilities. The survey data shows most of the respondents argue that study area needs to be increased to support the need for study and research. Keywords: information common, library design, customer satisfaction, consumer behavior, library layout I. PENDAHULUAN Seiring perkembangan zaman perpustakaan tidak hanya terdiri atas koleksi di dalam sebuah bangunan. Layanannya pun tak hanya terbatas pada peminjaman atau pengembalian koleksi. Tuntutan kebutuhan pengguna saat ini beragam. Perpustakaan perlu melengkapi layanannya sesuai dengan kebutuhan tersebut. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Whitchurch dan Lippincott dalan Eun-Young Yoo-Lee (2013): “Libraries need to understand the learning style of new generations and provide spaces like information commons or learning commons to reinforce the social aspects of learning by combining technology, service, and atmosphere Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan. Volume 22 Nomor 1, April 2020. Halaman 25-26. " Tinjauan Information Common pada Desain dan Fasilitas di Library and Knowledge Center, Binus University / Erika; Vilianti Rizki Utami" ISSN 1411- 0253 / E-ISSN 2502-7409. Tersedia online pada http://jipk.ui.ac.id

TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN …

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 22, NOMOR 1, APRIL 2020

25

TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN FASILITAS DI LIBRARY AND KNOWLEDGE CENTER,

BINUS UNIVERSITY

Erika dan Vilianty Rizki Utami

Library & Knowledge Center, Binus University

[email protected] [email protected]

Abstrak

Penelitian ini memiliki tujuan untuk meneliti desain dan fasilitas Library and Knowledge Center (LKC) di lingkungan BINUS University mnenggunakan konsep information common. Metode penelitian adalah kuantitatif dengan menyebar kuesioner kepada pengguna LKC di BINUS University. Hasil kuesioner digunakan sebagai pendukung hasil analisis desain dan fasilitas berdasarkan kriteria information common. Responden penelitian terdiri dari mahasiswa, dosen, dan karyawan BINUS University. Jumlah kuesioner valid adalah 122 buah yang diolah. Hasil yang diperoleh adalah tentang desain dan fasilitas berdasarkan tren pengguna LKC BINUS University. Hasil penelitian menunjukkan tidak semua LKC BINUS University telah menerapkan kriteria information common terhadap desain dan fasilitasnya. Data survey menunjukkan mayoritas responden berpendapat bahwa layanan ruang baca perlu ditingkatkan untuk kebutuhan belajar dan penelitian. Kata kunci: information common, desain perpustakaan, kepuasan pengguna, tingkah laku pengguna, tata ruang perpustakaan

Abstract

This research aims to examine the design and facilities of the Library and Knowledge Center (LKC) BINUS University Library using information common concept. The method of this research is quantitative by spread the questionnaire to library users at BINUS University. The respondent consists of students, lecturers, and employees at BINUS University. There are 122 valid questionnaires that have been processed. The result that has been obtained is about the design and facilities based on the trend of LKC BINUS University users. The result shows that not all LKC in BINUS University has implemented information common criteria in their design and facilities. The survey data shows most of the respondents argue that study area needs to be increased to support the need for study and research. Keywords: information common, library design, customer satisfaction, consumer behavior, library layout

I. PENDAHULUAN Seiring perkembangan zaman perpustakaan tidak

hanya terdiri atas koleksi di dalam sebuah bangunan. Layanannya pun tak hanya terbatas pada peminjaman atau pengembalian koleksi. Tuntutan kebutuhan pengguna saat ini beragam. Perpustakaan perlu melengkapi layanannya sesuai dengan

kebutuhan tersebut. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Whitchurch dan Lippincott dalan Eun-Young Yoo-Lee (2013):

“Libraries need to understand the learning style of new generations and provide spaces like information commons or learning commons to reinforce the social aspects of learning by combining technology, service, and atmosphere

Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan. Volume 22 Nomor 1, April 2020. Halaman 25-26. " Tinjauan Information Common pada Desain dan Fasilitas di Library and Knowledge Center, Binus University / Erika; Vilianti Rizki Utami" ISSN 1411-0253 / E-ISSN 2502-7409. Tersedia online pada http://jipk.ui.ac.id

Page 2: TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN …

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 22, NOMOR 1, APRIL 2020

26

to create a dynamic, comfortable, and collaborative environment”. Library and Knowledge Center BINUS University

(LKC BINUS) tersebar di berbagai lokasi. Lokasi tersebut antara lain Bekasi, Alam Sutera, fX, JWC, dan Kemanggisan yang meliputi Anggrek dan Kijang. LKC BINUS memiliki pengguna yang beragam dengan jumlah ± 24.000 Binusian1. Para Binusian yang menjadi pengguna LKC berasal dari jurusan dan unit kerja yang berbeda. Mayoritas dari mereka adalah generasi Y (milenial) dan Z (internet generation), yaitu pengguna perpustakaan generasi masa kini yang aktif menggunakan teknologi dan mengakses konten digital. Secara umum mereka adalah pengguna aktif sosial media dan cenderung multitasking. Selain itu, para pengguna LKC BINUS University juga memiliki kebiasaan mengerjakan tugas akademis bersama. Akan tetapi hasil observasi menunjukkan bahwa para pengunjung yang menggunakan area belajar mandiri tetap masih banyak. Tak hanya mahasiswa, area belajar mandiri LKC juga banyak digunakan oleh dosen yang membutuhkan suasana tenang dengan sumber informasi beragam.

Hasil observasi ke LKC BINUS University memperlihatkan mereka juga memiliki fasilitas dan layanan untuk kelompok disabilitas. Fasilitas tersebut seperti area landai untuk untuk pengguna kursi roda dan pengaturan jarak perabotan yang luas. Tersedianya fasilitas ini karena mempertimbangkan adanya Binusian yang masuk ke dalam kelompok disabilitas.

Ragam pengguna dan fasilitas LKC BINUS University yang dipaparkan di atas telah mempengaruhi desain dan tata ruangnya. Akan tetapi, hasil observasi menunjukkan bahwa tidak semua LKC BINUS University memiliki jenis fasilitas dan layanan yang sama. Dengan adanya perbedaan desain dan fasilitas itu, penulis merumuskan beberapa pertanyaan penelitian: 1. Apakah yang menyebabkan perbedaan desain dan

fasilitas di LKC BINUS University? 2. Apakah desain dan fasilitas LKC BINUS sudah

ada dapat memenuhi harapan penggunanya?

1 Sebutan untuk sivitas akademika BINUS University

II. TINJAUAN LITERATUR

Tren Pengguna Perpustakaan Universitas Saat ini pengguna perpustakaan universitas dapat

digolongkan sebagai generasi milenial atau Gen Y dan Gen Z. Ada juga yang menyebutnya sebagai generasi digital. Dalam Eun-Young Yoo-Lee (2013), Taylor & Keeter (2010); Lippincott (2010), menyebutkan bahwa perilaku umum dari generasi ini yang dapat dikatakan relevan dengan perpustakaan adalah memiliki perbedaan etnis dan ras yang lebih beragam dari generasi sebelumnya, internet savvy, selalu ‘terhubung’ dengan sosal media, dan cenderung multitasking. Selain itu, milenial juga memiliki kebiasaan untuk mengerjakan tugas akademisnya bersama teman-temannya, banyak menggunakan teknologi dan konten digital (Lippincott dan Gayton dalam Eun-Young Yoo-Lee, 2013). Hal ini senada dengan yang disebutkan oleh Gayton (2008), yaitu:

“The study concluded that the space was highly popular, especially with undergraduate students who engaged in simultaneous activities. The observed students showed that they were able to study and socialize simultaneously. They also demonstrated the ability to work independently in social spaces.” Gayton (2008) menyebutkan bahwa saat ini

mahasiswa strata sarjana cenderung memiliki banyak kegiatan. Observasi yang dilakukan pada para mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa mereka bisa belajar dan bersosialisasi secara bersamaan. Mereka juga menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara independen ruang publik. Menurut Freeman dalam Eun-Young Yoo-Lee (2013) menyebutkan bahwa kebanyakan mahasiswa masih menganggap ruangan membaca tenang di perpustakaan sebagai area favorit mereka di perpustakaan meskipun banyak melakukan kegiatan di ruang diskusi atau publik.

Information Common Menurut Kumar & Cheddie (2014) perpustakaan

perguruan tinggi perlu melakukan revisi dan adaptasi peran tradisional, layanan, sumber informasi, dan area fisiknya dalam rangka meningkatkan layanan, memenuhi perubahan kebutuhan pemustaka, dan ekspektasi perkembangan teknologi yang terjadi. Menurut mereka information common merupakan

Page 3: TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN …

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 22, NOMOR 1, APRIL 2020

27

konsep yang cocok untuk mendukung perubahan yang disebutkan tadi. Mehtonen (2015) berpendapat information common adalah sebuah strategi dan konsep spasial yang menggabungkan bersama kegunaan fasilitas perpustakaan, layanan, dan peralatan di perpustakaan, khususnya penggunaan teknologi informasi. Information common adalah desain khusus yang menjamin akses layanan fasilitas terbuka tanpa henti dan kolaborasi lingkungan belajar (Mei, 2009). Beagle (1999) berpendapat bahwa information common merupakan tipe baru dari fasilitas fisik perpustakaan, khususnya desain untuk mengatur area kerja dan layanan yang tak terpisahkan dengan lingkungan digital dan teknologi yang mendukungnya. Beagle dalam Kumar & Cheddie (2014) menjelaskan apabila information commons dikarakteristikan memiliki 3 level atau domain, yaitu fisik, virtual, dan budaya.

GAMBAR 1. DIAGRAM TIGA DOMAIN INFORMATION COMMON

Sumber: Kumar & Cheddie dari Beagle (2014) 1) Domain Fisik Domain fisik mencakup tempat untuk belajar dan

perlengkapannya, teknologi, layanan, dan staf yang diperlukan untuk mendukung lingkungan belajar virtual. Area information common di perpustakaan dimaksudkan untuk mendukung berbagai aktivitas pembelajaran, mulai dari aktivitas informal, perorangan, pembelajaran kolaboratif hingga aktivitas formal, pembelajaran dalam kelompok besar atau kecil, aktivitas perorangan, workshop, dan pengajaran tambahan. (Kumar & Cheddie, 2014). Menurut Sinclair dalam Kumar & Cheddie (2014), lingkungan information common menyediakan area santai yang meningkatkan kreativitas dan mendukung peer-learning, dan sosialisasi. Didalamnya termasuk kluster ruang kerja yang modular dan fleksibel, akses ke komputer, dan perangkat teknologi, akses ke laptop dan perangkat sejenis lainnya, akses ke

ruangan latihan presentasi dan ruang kelas, dan tempat untuk membeli dan mengkonsumsi makanan dan minuman. Hal tersebut akan membuat perpustakaan menggabungkan 2 hal besar; 1.) keterbukaan dengan ruang kerja yang berisik untuk kerja kelompok kolaboratif, dan 2.) area tenang dan tertutup untuk kerja individual. Sehingga information common dapat dirujuk sebagai tempat pembelajaan informal utama di kampus. (Kumar & Cheddie, 2014).

Menurut Elva (2018) sumber-sumber fisik perpustakaan yang meliputi kelengkapan fasilitas dan cabang-cabangnya, serta ketersediaan koleksi yang memadai. Fasilitas perpustakaan berkaitan erat dengan desain perpustakaan. Fasilitas yang tidak memperhatikan kaidah desain yang sesuai kebutuhan, tidak bisa membuat pengguna merasa nyaman di perpustakaan. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Brown (2002) untuk desain interior perpustakaan, prinsip desain yang perlu diciptakan di ruangan perpustakaan adalah yang dapat menciptakan kepuasan secara fungsi dan estetika bagi penggunanya. Tata letak perabot perpustakaan menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan karena dapat menunjukkan bahwa perpustakaan dapat difungsikan dengan baik.

Menurut Brown (2002) pengguna perpustakaan yang dilayani tidak terbatas pada usia dan kemampuan, para disabilitas pun perlu diberikan fasilitas memadai. Gayton (2008) bahwa perpustakaan universitas perlu memfasilitasi kebutuhan pemustakanya yang semakin beragam dengan memberikan ruang publik atau ruang sosialisasi.

Selain ruangan dan perabot perpustakaan, ada beberapa faktor yang mendukung kualitas layanan perpustakaan. Menurut Gayton (2008) dan Brown (2002), faktor pendukung tersebut adalah tampilan perpustakaan, kualitas dari pencahayaan di perpustakaan, serta kulitas dari ruang kerja pengguna. Aspek warna ruangan menjadi penting karena akan berpengaruh pada efek yang ditimbulkan pada ruangan tersebut. Pewarnaan ruangan juga mempengaruhi tingkat pencahayaan sebuah ruangan, baik ketika menggunakan pencahaaan alami maupun pencahayaan buatan (lampu). Selain itu, efek psikologi dari warna juga termasuk faktor yang menentukan dalam pemilihannya. Menurut Brown (2002) secara umum biru, hijau, dan ungu dianggap warna-warna yang menenangkan. Sementara warna

Page 4: TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN …

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 22, NOMOR 1, APRIL 2020

28

merah kuning dan oranye dianggap warna-warna yang hangat, aktif, dan merupakan warna penyemangat.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam desain interior perpustakaan adalah keberadaan penunjuk arah. Penunjuk tersebut harus mudah dilihat, berada di lokasi yang tepat. Tujuan disediakannya penunjuk arah adalah demi memudahkan pengguna untuk membantu diri mereka menemukan tempat atau koleksi yang dibutuhkan.

2) Domain Virtual Domain virtual adalah sebuah perpanjangan

lingkungan online untuk mengakses berbagai sumber elektronik dan layanan perpustakaan, baik di dalam maupun di luar kampus. Domain virtual dirancang agar pengguna perpustakaan memiliki akses ke jajaran sumber daya perpustakaan dan digital 24 jam dalam 7 hari.

3) Domain Budaya Beagle, Bailey and Tierney dalam Kumar &

Cheddie (2014), mendeskripsikan domain budaya sebagai keseluruhan arena sosial dan kultural untuk kebebasan pendapat, berbagi pengetahun, dan ekspresi kreatif di era digital. Ruang ini bertujuan untuk merangkul berbagai interaksi sosial, belajar, relaksasi, dan untuk berbagai acara sosial dan budaya.

Mei (2009) mengungkapkan empat karakteristik information common, antara lain: 1. Ubiquity, yaitu tersedianya komputer dengan

antarmuka dan perangkat lunak yang sama serta berisi sumber-sumber eletronik.

2. Utility, yaitu sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan

3. Flexibility, yaitu beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan pengembangan teknis.

4. Community, yaitu menyediakan tempat yang nyaman untuk bekerja bersama.

Beberapa pendapat mengemukakan perpustakaan perguruan yang ingin mendesain ruangan perlu merujuk karakteristik di atas. Banyak ahli dan pakar perpustakaan mengemukakan bahwa desain dan fasilitas perpustakaan mengacu kepada layanan yang diberikan oleh perpustakaan. Penyediaan fasilitas yang mencakup akses, gedung, dan ruang baca merupakan bagian dari layanan yang tak bisa dikesampingkan atau dianggap remeh. Menurut Brown (2002) hal itu menjadi faktor penting bagi

kenyamanan pengguna perpustakaan dan faktor penunjang kinerja pustakawan. Penyebabnya karena perpustakaan merupakan organisasi yang berfokus pada layanan. Brown (2012) menambahkan bahwa desain perpustakaan yang baik harus menghasilkan ruang yang menarik dan nyaman. Hal ini menegaskan jika desain dan fasilitas perpustakaan merupakan faktor penunjang layanan yang penting untuk meningkatkan kualitas perpustakaan di mata pemustaka.

III. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan dalam

tulisan ini adalah kuantitatif, karena tujuannya untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna terhadap desain dan fasilitas LKC BINUS. Hal ini senada dengan tujuan penelitian menurut Daymon & Holloway dalam Silalahi (2010) yaitu untuk mencari penjelasan kausal atas suatu fenomena, menguji hipotesis, memprediksi dan mengendalikannya. Penjelasan kausal atau causal explanations ini berusaha menjelaskan tentang apa penyebab dari beberapa peristiwa atau fenomena.

Pada penelitian kuantitatif ini, metode yang digunakan adalah survei dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen pengumpulan data. Objek penelitian ini adalah kepuasan pengguna LKC BINUS terhadap desain dan fasilitas perpustakaan dalam menunjang layanan perpustakaan. Sementara, subjek penelitiannya adalah Binusian yang pernah datang dan menggunakan fasilitas yang ada di empat lokasi LKC BINUS yaitu JWC, FX, Anggrek, dan Alam Sutera.

Dipilihnya empat dari enam LKC yang dimiliki oleh BINUS University dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, antara lain: 1. LKC JWC dan FX saat ini menjadi fokus untuk

didesain ulang oleh manajemen untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang mulai berubah. Desain dua LKC ini dinilai belum memenuhi kriteria dalam information common, seperti tersedianya ruang publik.

2. LKC Anggrek dan Alam Sutera diambil sebagai obyek penelitian karena berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa keduanya telah memenuhi kriteria dalam information common.

Berdasarkan faktor di atas, penulis akan mengukur desain dan fasilitas empat LKC tersebut menggunakan kriteria information common. Hasil

Page 5: TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN …

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 22, NOMOR 1, APRIL 2020

29

ukur tersebut akan dibandingkan dengan survei yang diambil oleh peneliti dari para Binusian.

Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Binusian

yang terdiri atas mahasiswa, dosen, dan karyawan yang pernah datang dan menggunakan fasilitas yang ada di LKC BINUS. Sementara itu sampelnya berjumlah 122 orang dengan tingkat rumus kritis sebesar 10% (0,1).

Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan antara

lain: 1) Studi dokumen dan literatur

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dokumen pendukung yang terkait dengan layanan, desain, dan fasilitas di empat LKC BINUS. Data tersebut berupa data pengunjung, inventaris, serta desain tata ruang LKC BINUS di JWC, FX, Anggrek, dan Alam Sutera. Sementara itu dalam studi literatur, penulis menggunakan konsep information common dalam menentukan kriteria desain dan fasilitas perpustakaan yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna.

2) Kuisioner Pada penelitian ini peneliti menyebarkan form kuisioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai desain dan fasilitas LKC BINUS yang dikunjungi. Peneliti menggunakan 2 format pertanyaan dan jawaban pada kuisioner ini:

a) Format pertanyaan dan jawaban semi terbuka dan tertutup

Format ini digunakan pada pertanyaan mengenai aktivitas dan fasilitas yang digunakan oleh pengguna perpustakaan. Sehingga apabila terdapat kegiatan atau fasilitas lain yang digunakan tidak terdapat dalam daftar, responden bisa mengisinya sendiri pada pilihan terbuka “lain-lain”.

b) Format pertanyaan tertutup Format ini digunakan pada pertanyaan mengenai kepuasan pengguna LKC BINUS terhadap desain dan fasilitas LKC BINUS saat ini. Dalam mengukur kepuasan pengguna perpustakaa, peneliti menggunakan Skala Likert. Skala Likert

yang digunakan untuk mengukur kepuasan pengguna LKC BINUS terhadap fasilitas dan desain perpustakaan untuk menunjang layanan perpustakaan terdiri atas; 1 = Very dissatisfied, 2 = Dissatisfied, 3 = Quite satisfied, 4 = Sattisfied, dan 5 = Very Sattisfied.

3) Wawancara Kegiatan wawancara dilakukan kepada pihak manajemen untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi desain, fasilitas, dan tata ruang LKC BINUS University.

4) Observasi Peneliti juga melakukan observasi langsung terhadap desain dan fasilitas di empat LKC BINUS. Selain itu, peneliti melihat kegiatan yang dilakukan oleh pengguna saat menggunakan fasilitas yang disediakan oleh LKC BINUS.

Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan adalah

deskripsi statistik. Deskripsi statistik adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2016). Data penelitian yang telah dikumpulkan dari responden dan ditabulasi akan dianalisis secara statistis dengan menggunakan alat uji analisis SPSS. Hasil dari uji analisis tersebut dibandingkan dengan hasil observasi terhadap desain dan fasilitas LKC BINUS yang sesuai dengan kriteria information common. Sementara itu, untuk melihat tingkat kepuasan pengguna data statistik akan akan diinterpretasikan secara naratif dan disajikan melalui tabel, grafik, maupun diagram, agar lebih mudah dipahami dan disajikan.

IV. PEMBAHASAN

Informasi Dasar Responden Semua responden dalam penelitian ini adalah

Binusian yang pernah berkunjung ke LKC. Dari data yang diperoleh, dapat dijabarkan informasi dasar responden adalah sebagai berikut:

1) Jenis Kelamin Dari kuesioner yang disebar, diperoleh data bahwa mayoritas yang mengisi berjenis kelamin

Page 6: TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN …

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 22, NOMOR 1, APRIL 2020

30

pria dengan jumlah 66 orang dengan persentase 54%. Sementara itu responden berjenis kelamin wanita berjumlah 56 orang dengan persentase 46%.

2) Status Binusian Status Binusian terbagi 3, yaitu dosen, karyawan, dan mahasiswa. Dari 122 sampel, ada 8 dosen (6%), 8 karyawan (7%), dan 106 mahasiswa (87%) yang ambil bagian dalam survei ini.

3) Tahun Masuk BINUS University Kegiatan Responden di LKC BINUS University 1) Frekuensi Kedatangan Responden ke LKC Mayoritas responden yang ikut serta dalam survei

ini melakukan kunjungan ke LKC adalah mereka yang datang beberapa kali dalam sebulan, persentasenya yaitu 42,6%. Kemudian diikuti oleh responden yang datang beberapa kali dalam seminggu, yaitu 27%. Sementara itu responden yang datang setiap hari cenderung sedikit, yaitu 8,2%.

2) Layanan LKC BINUS University yang Sering Digunakan

LKC di lingkungan Binus University menyediakan berbagai macam layanan selain sirkulasi. Layanan-layanan tersebut antara lain layanan ruang baca, loker, pendidikan pemakai, literasi informasi, referensi, serta layanan baca terbitan berkala, skripsi, tesis, & disertasi. Responden memilih beberapa layanan yang sering digunakan saat mengunjungi LKC. Layanan ruang baca menjadi yang paling banyak digunakan, yaitu 64% dari 122 responden. Layanan referensi berada di urutan kedua yang paling banyak digunakan, yaitu 51%. Sementara itu layanan loker berada di urutan ketiga dengan jumlah pemilih sebanyak 48,3%.

Para Binusian yang menjadi sampel ini berasal dari tahun masuk yang berbeda. Mayoritas responden adalah mereka yang masuk ke BINUS University antara tahun 2015-2018, terutama dari status mahasiswa dengan jumlah 101 orang. Rentang usia para responden mayoritas ini adalah 19-22 tahun.

GAMBAR 2. LAYANAN LKC BINUS UNIVERSITY YANG SERING

DIGUNAKAN 3) Kegiatan yang Sering Dilakukan di LKC

BINUS University yang Sering Dikunjungi Berbagai macam kegiatan dilakukan oleh

responden saat memanfaatkan layanan yang dimiliki oleh LKC BINUS University. Para responden lebih banyak melakukan kegiatan membaca, belajar mandiri, dan diskusi kelompok. Hal ini sejalan dengan temuan sebelumnya tentang layanan yang paling sering digunakan, yaitu layanan ruang baca. Tabel di bawah memaparkan jumlah orang yang melakukan kegiatan di LKC yang sering dikunjungi.

TABEL 1. KEGIATAN YANG SERING DILAKUKAN

Kegiatan Anggrek JWC FX Alam Sutera

Meminjam dan mengembalikan

buku 25% 20% 11% 20%

Membaca 37% 28% 11% 35% Belajar mandiri 47% 28% 4% 34% Menonton film/ televisi/ bermain

game 16% 11% 2% 0%

Menggunakan komputer/ internet/

wifi 34% 23% 10% 25%

Istirahat atau menunggu kelas

selanjutnya 32% 16% 2% 25%

Meminjam loker 30% 30% 7% 9% Diskusi kelompok atau mengerjakan tugas kelompok

46% 18% 0% 36%

Bimbingan skripsi/ tesis/ disertasi dengan dosen

10% 11% 2% 17%

Kegiatan organisasi mahasiswa 9% 0% 1% 0%

Tempat bertemu 25% 9% 0% 18%

64%51% 48,30% 43%

26,20%

11,50%11,50%11,50%

0%10%20%30%40%50%60%70%

Layanan Ruang Baca

Layanan Refere

nsi

Layanan Lo

ker

Layanan Sirk

ulasi

Layanan Skrip

si/ Tesis

/ …

Layanan Terb

itan …

Layanan Pendidikan …

Layanan Li

terasi …

Page 7: TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN …

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 22, NOMOR 1, APRIL 2020

31

Ngobrol 14% 0% 2% 9% Kegiatan referensi

(menggunakan Turn It In/ mencari jurnal/

lainnya

11% 21% 2% 0%

Mengadakan kegiatan 11% 1% 1% 1%

4) Fasilitas yang Sering Digunakan di LKC BINUS University yang Sering Dikunjungi

Saat mengunjungi dan memanfaatkan layanan yang disediakan LKC BINUS University, responden menggunakan fasilitas yang disediakan untuk menunjang kegiatannya. Walaupun kegiatan dan layanan yang sering dimanfaatkan terkait dengan kegiatan belajar dan penelitian, tidak serta-merta fasilitas area untuk belajar di semua LKC berada di urutan pertama. Berdasarkan hasil statistik, pemanfaatan area untuk belajar yang tinggi adalah di LKC Alam Sutera. Fasilitas area untuk belajar ini adalah cubicle (meja belajar mandiri), area baca, area diskusi terbuka, dan ruang diskusi tertutup. Sementara itu fasilitas yang sering digunakan di LKC Anggrek dan JWC adalah loker. Penggunaan area untuk belajar di dua LKC tadi berada di urutan setelah loker. Berbeda sedikit dengan tiga LKC lainnya, fasilitas di LKC FX yang sering digunakan adalah cubicle (meja belajar mandiri) dan komputer/ internet/ wifi.

TABEL 2. FASILITAS YANG SERING DIGUNAKAN

Fasilitas Anggrek JWC FX Alam Sutera

Cubicle (meja belajar mandiri) 22% 16% 11% 18%

Area koleksi perpustakaan 32% 11% 2% 19%

Area baca 35% 25% 4% 33%

Loker 43% 39% 1% 18% Komputer/

internet/ wifi 35% 25% 11% 1%

Ruang rekreasi 26% 0% 1% 0% Area diskusi

terbuka 29% 2% 1% 34%

Ruang diskusi tertutup 18% 0% 2% 25%

Area menonton televisi atau

film 4% 0% 2% 0%

Domain Fisik di LKC BINUS University Pendirian LKC di tiap-tiap kampus cabang

BINUS University disesuaikan dengan ukuran kampusnya. Ukuran kampus cabang BINUS Univerity tergantung dari jumlah mahasiswa yang kuliah di tempat tersebut. Sehingga ukuran ruangan, fasilitas, dan layanan LKC akan mengikuti rasio jumlah mahasiswanya. Perbedaan ukuran ruangan ini juga menimbulkan ketidakseragaman fasilitas di tiap-tiap LKC. Meskipun begitu, pembangunan LKC di BINUS University tetap mengikuti kaidah desain, fasilitas, dan tata ruang perpustakaan.

Menurut Kumar & Cheddie (2014) domain fisik perpustakaan yang mengacu kepada information common adalah yang mendukung kegiatan belajar perorangan dan kelompok. Ruang fisik yang tersedia di LKC BINUS University juga meliputi area belajar individu maupun kelompok. Semua LKC di BINUS University menyediakan fasilitas area belajar individu, namun tidak semua LKC memiliki ruang diskusi. Baik itu ruang diskusi terbuka maupun tertutup. Fasilitas area belajar dan interaksi sosial yang ada di LKC BINUS University dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 3. FASILITAS AREA BELAJAR & INTERAKSI SOSIAL Area

LKC

Cubicle Ruang diskusi terbuka

Ruang diskusi tertutup

Corner Area

menonton/ teater

Area komputer Lounge

Anggrek √ √ √ √ √ √

JWC √ √ √ √ √

fX √ √

Alam Sutera √ √ √ √ √ √

Ruang fisik yang terdapat di LKC BINUS University didukung pula oleh fasilitas lain yang ada di dalamnya. Perabotan, warna ruangan, temperatur, papan petunjuk, hingga fasilitas untuk penyandang disabilitas juga diperhatikan oleh LKC BINUS University. Semua fasilitas tersebut ditata sesuai dengan desain yang sudah ditetapkan oleh BINUS University melalui suatu departemen khusus, yaitu IDO. Menurut informan, penataan tersebut juga melihat kaidah desain dan tata ruang perpustakaan agar dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.

Para pengguna memiliki tingkat kepuasan berbeda terhadap konfigurasi area belajar yang terdapat di LKC BINUS University. Selain penataan ruangan,

Page 8: TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN …

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 22, NOMOR 1, APRIL 2020

32

pengguna juga memberikan penilaian terhadap tingkat ketenangan area belajar ini. Tingkat ketenangan menjadi salah satu indikator yang dimasukkan penulis dengan tujuan untuk mengetahui apakah tata ruang fisik LKC BINUS University memenuhi kebutuhan pengguna untuk belajar mandiri.

GAMBAR 3. TINGKAT KEPUASAN KONFIGURASI AREA BELAJAR Penulis juga memberikan beberapa pertanyaan

kepada pengguna terkait ruang fisik LKC BINUS University. Beberapa indikator ditetapkan untuk mengetahui tingkat kepuasan responden terhadap ruang fisik ini. Indikator tingkat kepuasan dilihat dari desain dan fasilitas di empat LKC BINUS University yang diteliti. Tabel di bawah ini memaparkan tingkat kepuasan para responden terhadap LKC BINUS University yang dinilainya. Tingkat kepuasan yang ditampilkan adalah ‘sangat puas’ dan ‘puas’. Tujuannya untuk mengetahui apakah desain, tata ruang, dan fasilitas LKC BINUS University yang diteliti sudah sesuai kaidah information common dan memenuhi kepuasan pengguna.

TABEL 4. TINGKAT KEPUASAN RUANG FISIK

Indikator

Anggrek JWC fX Alam Sutera

SP P SP P SP P SP P

Cahaya alami

42%

40%

22%

57%

25%

13% 0% 100

%

Cahaya lampu

44%

43%

30%

52%

25%

50%

40% 20%

Temperatur 40%

38%

30%

61%

25%

50%

40% 60%

Desain dan kenyamanan furnitur

34%

36%

26%

35%

13%

63%

40% 40%

Desain rak 31%

36%

17%

30%

13%

63%

20% 40%

Loker 27%

42% 0% 65

% 13%

38% 0% 100

%

Susunan koleksi di

rak

24%

45%

30%

26%

38%

38% 0% 40%

Pewarnaan ruangan

23%

45%

22%

30%

25%

50%

80% 0%

Aroma ruangan

31%

43%

30%

43%

25%

35%

60% 20%

Ketersediaan papan petunjuk

24%

42%

22%

43%

13%

38%

20% 0%

Fasilitas untuk

penyandang

disabilitas

28%

35%

22%

22% 0% 63

% 0% 40%

Keterangan: SP = Sangat Puas P = Puas

Dari hasil temuan pada tabel di atas, setiap indikator memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Terdapat dua indikator dengan status ‘sangat puas’ berada di atas angka 50%, yaitu pewarnaan ruangan dan aroma ruangan di LKC Alam Sutera. Ada beberapa indikator dengan status ‘puas’ berada di atas angka 50% di beberapa LKC. Indikator tersebut antara lain cahaya alami (JWC dan Alam Sutera), cahaya lampu (JWC dan fX), temperatur (JWC, fX, dan Alam Sutera), desain dan kenyamanan furnitur (fX), desain rak (fX), loker (JWC dan Alam Sutera), dan fasilitas untuk penyandang disabilitas (JWC).

Para responden memiliki tingkat kepuasan yang berbeda antara satu LKC dengan LKC lainnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan desain dan fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing LKC. Meskipun BINUS University menyediakan layanan dan fasilitas kepada sivitas akademikanya, namun tidak semua LKC memilikinya secara komplit.

LKC JWC menyediakan area belajar mandiri dan juga kelompok. Mereka memiliki area diskusi terbuka, akan tetapi tidak dapat sepenuhnya digunakan untuk berdiskusi. Penyebabnya adalah karena area tersebut menjadi bagian dengan area belajar mandiri, yaitu cubicle. Kegiatan diskusi selalu mengganggu pengguna yang melakukan belajar mandiri. Para pengguna area diskusi terbuka menjadi tidak bebas untuk melakukan kegiatan tersebut. Sementara itu sampai saat ini LKC JWC belum memiliki ruang diskusi tertutup. Selain karena luas area LKC ini tidak besar, BINUS University cabang JWC telah menyediakan ruang diskusi tertutup di luar area LKC di lantai 2, 3, dan 4. Ruang diskusi ini pun tersedia monitor yang dapat dihubungkan ke laptop.

26% 40

%

13%

39%

25%

50%

20%

80%

21%

41%

43%

30% 38

%

38%

0%

80%

S P P S P P S P P S P P

A N G G R E K J W C F X A L A M S U T E R A

Konfigurasi area belajar Tingkat ketenangan

Page 9: TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN …

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 22, NOMOR 1, APRIL 2020

33

Sehingga para Binusian dapat melakukan persentasi selain belajar kelompok. Mereka pun menyediakan area diskusi terbuka di setiap lantai kampus dengan fasilitas berupa meja diskusi atau sofa. Oleh karena itu para pengguna beralih menggunakan ruang diskusi tersebut untuk kegiatan belajar kelompok karena tidak ada fasilitasnya di LKC.

GAMBAR 4. AREA DISKUSI LKC JWC

Hal yang serupa dengan LKC JWC juga terjadi di LKC fX. LKC fX memiliki ukuran lebih kecil dengan fasilitas yang hanya dapat mencukupi luas area tersebut. LKC fX berada di satu area yang terdiri dari fasilitas area koleksi, area komputer, cubicle, dan ruang kerja staf. Oleh karena itu LKC fX tidak memiliki ruang diskusi terbuka dan tertutup. Fasilitas ruang diskusi terbuka dan tertutup tersedia di luar LKC fX. Beberapa titik tertentu disediakan area diskusi terbuka, sementara itu ruang diskusi tertutup berada di area khusus. Oleh karena itu, para Binusian yang ingin belajar kelompok lebih sering melakukan kegiatan di ruang diskusi tersebut daripada di LKC fX.

GAMBAR 5. LKC FX

Tersedianya ruang diskusi terbuka dan tertutup di luar LKC JWC dan fX membuat urgensi pembangunan area sosial itu di dalam LKC tidak terlalu tinggi. Sehingga ketika pengguna ingin belajar kelompok, mereka dapat beralih ke ruang diskusi yang tersedia di luar LKC. Beberapa pengguna yang diwawancara mengatakan, bahwa mereka lebih memilih belajar kelompok di dalam LKC karena membutuhkan koleksi sebagai penunjang. Disebabkan tidak tersedianya fasilitas tersebut, mereka mengatakan akhirnya dipilihlah opsi meminjam buku agar dapat dibawa ke ruang diskusi meskipun buku hanya dipakai sebentar saja.

LKC Anggrek dan Alam Sutera juga menyediakan fasilitas penunjang belajar seperti yang diungkapkan oleh Kumar & Cheddie (2014). Fasilitas tersebut berupa area belajar mandiri dan kelompok. LKC Anggrek memiliki area yang luas dan membaginya menjadi beberapa bagian, antara lain area kerja staf, area belajar bagi pengguna, dan area koleksi. Area belajar bagi pengguna dibagi menjadi tempat untuk belajar mandiri, area diskusi terbuka, ruang diskusi tertutup, dan ruang rekreasi.

LKC Alam Sutera terdiri atas dua lantai dan satu ruangan 24 jam. Lantai 1 terdiri dari ruang diskusi tertutup, area diskusi terbuka, ruang kerja staf, dan ruang koleksi. Ruang koleksi di LKC ini dibuat terpisah dengan area lainnya. Setiap pengguna yang ingin masuk ke ruang koleksi dilarang membawa tas. Pengguna diperbolehkan membawa tas selain di ruang koleksi. Di ruang koleksi ini tersedia area belajar mandiri yang suasananya tenang. Lantai 2 LKC Alam Sutera hanya dikhususkan untuk area belajar. Fasilitas yang tersedia antara lain cubicle dan meja diskusi terbuka.

GAMBAR 6. RUANG KOLEKSI LKC ALAM SUTERA

Page 10: TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN …

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 22, NOMOR 1, APRIL 2020

34

Ruangan 24 jam LKC Alam Sutera lokasinya berdekatan dengan lantai 1 yang dipisahkan dengan lorong. Terpisahnya area ini karena setelah jam operasional LKC berakhir, tidak ada staf yang berjaga. Penjagaan dilakukan oleh tim pengaman LKC Alam Sutera yang secara berkala berkeliling ke seluruh area. Oleh karena itu pihak manajemen LKC tidak khawatir dengan adanya kehilangan koleksi sebab fasilitas yang tersedia hanya kursi dan meja. Ruangan 24 jam ini juga cenderung tenang. Mayoritas pengguna di ruangan ini adalah yang melakukan belajar mandiri.

GAMBAR 7. RUANG 24 JAM LKC ALAM SUTERA

Area yang luas membuat LKC Anggrek dan Alam Sutera dapat membagi ruangan tak hanya untuk kebutuhan dasar pengguna. Mereka juga dapat membuat ruangan multifungsi, seperti ruang rekreasi di LKC Anggrek. Bahkan di LKC Alam Sutera bisa membuat ruang 24 jam disamping area sosial khusus di lantai 2. Oleh karena itu pengguna dapat melakukan interaksi sosial tanpa mengganggu pengguna lain yang sedang belajar

Domain Virtual di LKC BINUS University Sebagai salah satu perguruan tinggi yang

mengedepankan teknologi informasi, BINUS University menyediakan fasilitas untuk mendukung kegiatan sivitas akademika yang kini lebih banyak menggunakan teknologi. Fasilitas teknologi ini juga ditempatkan di semua LKC yang dimiliki BINUS University, seperti colokan listrik dan jaringan internet (wifi). Tingkat kepuasan para responden dapat dilihat dari grafik di bawah ini:

GAMBAR 8. TINGKAT KEPUASAN DOMAIN VIRTUAL Berdasarkan hasil observasi di empat LKC yang

diteliti, mereka juga menyediakan komputer untuk digunakan oleh para pengguna. LKC JWC memiliki ruangan khusus yang terdiri dari 10 komputer. Komputer di LKC JWC juga terinstal aplikasi pendukung penelitian, seperti SPSS, AMOS, dan pangkalan data keuangan perusahaan. Sementara itu LKC Anggrek, Alam Sutera, dan fX memiliki area khusus komputer yang terpisah namun berdekatan dengan area baca. Komputer-komputer di semua LKC BINUS University telah dihubungkan dengan kabel LAN yang dapat juga digunakan oleh para pengguna untuk mencari informasi di internet.

Selain menyediakan fasilitas berbentuk perangkat keras dan lunak, LKC BINUS University juga melanggan pangkalan data jurnal dan majalah. Langganan tersebut terhubung melalui situs perpustakaan. Akses langganan dapat dibuka di dalam dan luar kampus. LKC BINUS University memberikan username dan password agar langganan tersebut dapat diakses di luar kampus. Username dan password hanya dapat dilihat oleh para Binusian yang masih aktif dengan login ke situs perpustakaan.

GAMBAR 9. HALAMAN SITUS LKC BINUS UNIVERSITY

Situs perpustakaan juga dapat digunakan oleh pengguna untuk mencari informasi dan data milik LKC BINUS University. Data-data tersebut antara lain repositori institusi (skripsi dan tesis), e-book

21%

47%

35%

35%

25%

25%

0%

60%

16% 34

%

26% 35

%

13%

50%

0%

40%

S P P S P P S P P S P P

A N G G R E K J W C F X A L A M S U T E R A

Ketersediaan colokan listrik

Jaringan internet dan kecepatan wifi

Page 11: TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN …

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 22, NOMOR 1, APRIL 2020

35

yang dibeli oleh LKC BINUS University, hingga kliping. Situs LKC juga terhubung dengan situs akademik dan situs lainnya milik BINUS University. Oleh karena itu, para pengguna dapat dengan mudah melihat profil kampus.

Domain Budaya di LKC BINUS University Area sosial tidak tersedia di semua LKC BINUS

University. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan luas ruangan tiap LKC tidak sama. Sehingga tata ruang disesuaikan oleh BINUS University dengan melihat prioritas ruangan yang lebih diperlukan. Ruang sosial yang ada di LKC BINUS University terbagi menjadi dua seperti pendapat yang dikemukakan oleh Mehtonen (2015), yaitu ruang sosial khusus dan gabungan. Ruang sosial khusus adalah area publik yang memang difungsikan untuk interaksi sosial tanpa bergabung dengan area lain. Sementara itu ruang sosial gabungan menjadi salah satu bagian dari area lainnya. Tabel di bawah ini menjelaskan area sosial yang tersedia di empat LKC BINUS University:

TABEL 5. AREA SOSIAL LKC BINUS UNIVERSITY Area

LKC

Ruang sosial khusus

Ruang sosial gabungan

Anggrek √ √ JWC - √ fX - - Alam Sutera √ √

Ruang sosial khusus hanya dimiliki oleh LKC Anggrek dan Alam Sutera. Ruang sosial khusus di LKC Anggrek disebut sebagai ruang rekreasi. Ruang ini terpisah dengan area lainnya yang ada di LKC Anggrek. Di ruang rekreasi LKC Anggrek pengguna dapat melakukan kegiatan belajar, diskusi kelompok, atau interaksi sosial lainnya. Fasilitas yang terdapat di ruang rekreasi ini dibuat sedemikian rupa untuk mendukung interaksi sosial para pengguna, seperti sofa, meja panjang, area duduk lesehan, hingga corner. Sementara itu, ruang sosial khusus di LKC Alam Sutera berada di lantai 2 yang tidak bergabung dengan ruang lainnya. Area sosial ini juga terdapat fasilitas penunjang interaksi sosial untuk pengguna, seperti meja panjang, sofa, hingga meja belajar mandiri bagi pengguna yang tidak terlalu memerlukan tingkat ketenangan tinggi.

GAMBAR 10. RUANG REKREASI LKC ANGGREK

Ruang sosial gabungan berada di LKC Anggrek, Alam Sutera, dan JWC. Area ini tergabung dengan tempat lain, seperti ruang koleksi, cubicle, hingga area kerja staf. Ruang sosial gabungan di LKC Anggrek menyatu dengan area koleksi dan layanan referensi. Di LKC Alam Sutera, area ini berada di lantai 1 yang tergabung dengan ruang koleksi, ruang diskusi tertutup, lounge, dan sirkulasi. Sementara itu, LKC JWC terdiri atas satu lantai dan memiliki luas yang lebih kecil daripada LKC Anggrek dan Alam Sutera. Oleh karena itu, tata ruang di LKC JWC hanya berada di satu area saja, terdiri dari area koleksi, cubicle, ruang kerja, dan area sosial. Sedangkan area untuk komputer dibuat ruangan tersendiri di dalam LKC JWC.

Berbeda dengan tiga LKC lainnya, LKC fX tidak memiliki kedua jenis area sosial tersebut di atas karena luasnya yang sangat kecil. Di LKC ini ruang koleksi, area kerja staf, area komputer, dan cubicle berada di satu wilayah. Sehingga pengguna yang memerlukan area untuk berinteraksi sosial menggunakan meja-meja diskusi yang tersebar di beberapa titik di BINUS University @fX Campus. Semua meja diskusi tersebut berada di luar LKC fX.

Kebutuhan Fasilitas di LKC BINUS University pada Masa Mendatang Berdasarkan hasil tingkat kepuasan responden

diperoleh beberapa kebutuhan akan fasilitas di LKC di BINUS University untuk masa mendatang. Meskipun semua LKC memiliki sebagian atau semua fasilitas yang ditanyakan di kuesioner, para responden tetap memberikan penilaian. Dari hasil survei menunjukkan setiap LKC memiliki tingkat kebutuhan fasilitas yang berbeda. Hasil survei dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Page 12: TINJAUAN INFORMATION COMMON PADA DESAIN DAN …

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 22, NOMOR 1, APRIL 2020

36

GAMBAR 11. KEBUTUHAN FASILITAS

Grafik di atas memperlihatkan bahwa persentase kebutuhan fasilitas di LKC Alam Sutera lebih kecil daripada di LKC lainnya. Mayoritas indikator berada di angka 10% ke bawah. LKC Alam Sutera telah memiliki semua fasilitas yang terdapat pada grafik. LKC Anggrek juga telah memiliki semua fasilitas yang tergambar di dalam grafik. Akan tetapi berdasarkan hasil survei, kebutuhan fasilitas tersebut semuanya berada di atas angka 20%. Kebutuhan fasilitas di LKC JWC memiliki persentase di bawah angka 50%. Meskipun begitu persentase area menonton menunjukkan angka yang tinggi, yaitu 83%. Dari semua indikator yang tertera di grafik, LKC JWC tidak memiliki ruang diskusi tertutup.

Hasil yang berbeda ditunjukkan dari hasil di LKC fX. LKC fX tidak memiliki semua fasilitas yang tertera di grafik, antara lain area menonton, ruang diskusi terbuka, ruang diskusi tertutup, dan ruang rekreasi. Walaupun LKC ini lebih kecil dan tidak memiliki semua fasilitas, persentase kebutuhannya berada di bawah angka 25%. Kebutuhan yang tinggi antara lain area baca sebesar 21% dan ruang diskusi tertutup 20%.

V. KESIMPULAN Setiap LKC BINUS University memiliki

karakteristik desain, fasilitas, dan tata ruang yang berbeda. Perbedaan tersebut LKC disesuaikan dengan kondisi masing-masing kampus. Meskipun begitu peremajaan terhadap fasilitas yang sudah ada perlu dilakukan. Penyebabnya karena demografi mahasiswa yang masuk ke BINUS University terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Kepuasan para pengguna juga akan berbeda dari satu waktu ke waktu lainnya karena ada perubahan tingkah laku mereka. Apabila tingkat kepuasan pengguna tinggi, hal ini dapat meningkatkan daya tarik sivitas akademika untuk memanfaatkan LKC di semua kampus cabang BINUS University secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA Eun-Young Yoo-Lee. (2013). Planning library spaces and

services for Millennials: An evidence-based Approach. Library Management Journal. Vol. 34. No.6/7. Hlm. 498-511.

Kumar, M. & Cheddie, C. (2014). Converting a library space into an information common: A case study. Caribbean Library Journal Vol. 2. No.1. Hlm. 1-26.

Lippincott, Joan K. (2010). Information Commons: Meeting Millennials’ Needs. Journal of Library Administration. Vol. 50. No. 6-7. Hlm. 27-37.

Mehtonen, P. (2016). The library as a multidimensional space in the digital age. Information Research. Vol. 21. No. 1.

Taylor, P and Keetr, S. (2010, February 24). Millenials: Confident. Connected. Open to Change. Pew Research Center. Retrieved from: https://www.pewsocialtrends.org/2010/02/24/millenials-confident-connected-open-to-change/

T. Gayton, J. (2008). Academic Libraries: “Social” or “Communal?” The Nature and Future of Academic Libraries. The Journal of Academic Librarianship. Vol. 34. Hlm. 60-66.