Upload
ksatria-w-hutama
View
40
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB III
TINJAUAN DESAIN PROYEK
1.1 Tinjauan Umum
Tahap perancangan atau tahap desain proyek merupakan suatu tahapan untuk
mewujudkan suatu ide atau gagasan menjadi sebuah detail kontrak kerja yang
diperlukan, agar memungkinkan ide atau gagasan tersebut dapat dikerjaan dan
diwujudkan oleh pelaksana. Perancangan didasarkan data-data yang di peroleh dari
perencanaan. Data-data tersebut antara lain adalah sebagai berikut ini.
1.1.1 Keadaan Topografi
Data topografi dan kondisi di lapangan sangat berpengaruh dalam penentuan
posisi jembatan. Pengukuran topografi dilakukan di sekitar lokasi jembatan beserta
fasilitas yang dibutuhkan. Jenis pengukuran topografi ini meliputi pekerjaan
pengukuran titik kontrol horizontal dan vertikal, pengukuran situasi, pengukuran
penampang memanjang dan melintang. Tahapan pelaksanaan survei topografi adalah
sebagai berikut :
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam survei topografi meliputi persiapan dari segi
teknis maupun administrasi.
2. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan dimaksudkan untuk memberi kepastian tentang lingkup
dan volume daerah yang akan dipetakan serta kemungkinan tersedianya data-data
pendukung untuk keperluan survei.
3. Pemasangan Patok
Patok dipasangkan pada daerah yang aman dan stabil pada posisi yang
memudahkan untuk pengikatan pada pekerjaan selanjutnya.
4. Pengukuran Situasi Jalan
18
Pengukuran situasi jalan meliputi detail planimeter dan detail ketinggian jalan
yang akan digunakan.
5. Perhitungan dan Penggambaran Manuskrip Peta
Setelah tahap-tahap sebelumnya selesai dilakukan, dilakukan perhitungan dan
penggambaran manuskrip peta.
6. Pengecekan Kembali ke Lapangan
Pengecekan kembali ke lapangan dilakukan setelah manuskrip diperoleh
untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dalam pengambilan detail di lapangan
pada waktu pengukuran.
3.1.1. Data Tanah
Penyelidikan tanah harus dilakukan secara detail dan teliti sehingga diperoleh
data dan gambaran yang jelas mengenai keadaan, sifat, dan susunan lapisan tanahnya.
Penyelidikan tanah secara umum bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
kondisi dan karakteristik lapisan tanah, jenis tanah, parameter tanah, dan muka air
tanah pada lokasi rencana jembatan, sehingga diketahui susunan lapisan tanah yang
ada di lokasi. Hasil penyelidikan sondir ini akan dipakai untuk keperluan desain
pondasi jembatan di lokasi tersebut. Dari hasil uji lapangan di peroleh keterangan
antara lain sebagai berikut :
a. Kedalaman lapisan tanah keras untuk mengetahui daya dukung dari tanah
tersebut,
b. Ketebalan lapisan tanah yang lunak (compresible), dan
c. Penentuan parameter design.
3.1.2. Kondisi Geologi
Dengan melihat peta geologi dapat diketahui struktur dan jenis batuan dari
tanah dasar yang mendukung pondasi dan beban lain di atasnya. Pondasi jembatan
diletakkan pada tempat yang stabil dan bukan pada daerah patahan yang rentan
terhadap gempa.
19
3.2. Detail Struktur
Setelah diperoleh data-data dari hasil survei, dilakukan kompilasi data.
Kemudian dilakukan analisis data untuk mendapatkan hasil yang valid, sebelum
dilakukan tahap analisis yang lebih lanjut. Hasil yang telah diperoleh kemudian akan
digunakan sebagai pertimbangan atau acuan dalam kajian terhadap struktur jembatan.
Struktur bangunan harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditinjau
dari segi :
a. Kekuatan (strength),
b. Kekakuan (stiffness),
c. Kestabilan (stability), dan
d. Ekonomis (optimum design).
Tahap ini akan dilakukan dengan meninjau struktur jembatan, untuk struktur
jembatan, yaitu:
3.2.1. Pilar Jembatan
3.2.2. Balok Girder
3.2.3. Diafragma
Berikut ini adalah detail dari tinjauan desain struktur-struktur jembatan pada
proyek pembangunan Jembatan Cikujang, adalah sebagai berikut ini.
3.2.1. Pilar Jembatan
Pada proyek pembangunan Jembatan Cikujang ini, panjang bentang jembatan
50,15 m (disajikan pada Gambar 3.1.) dan lebar 9,6 m (disajikan pada Gambar 3.2.).
20
Gambar 3.1. Potongan Memanjang Jembatan
Gambar 3.2. Potongan Melintang Jembatan
21
Pada proyek pembangunan Jembatan Cikujang ini, menggunakan beton ready
mix dengan mutu K-350. Pilar ini juga menggunakan baja tulang D25 untuk tulangan
utama dan D19 untuk sengkang. Jarak antar tulangan utama adalah 10 cm, sedangkan
jarak sengkang adalah 20 cm. Berikut gambar rencana dari pilar jembatan.
Penulangan pilar (disajikan pada Gambar 3.3.), penulangan pier head bagian atas
(disajikan pada Gambar 3.4.), penulangan pier head bagian bawah (disajikan pada
Gambar 3.5), dan potongan melintang pier head (disajikan pada gambar 3.6).
Gambar 3.3. Penulangan Pilar
22
Gambar 3.4. Penulangan Pier Head Bagian Atas
Gambar 3.5. Penulangan Pier Head Bagian Bawah
Gambar 3.6. Potongan Melintang Pier Head
23
3.1.1. Balok Gelagar (Balok Grider)
Balok girder ini menggunakan beton prategang dengan sistem post tension,
dimana beton dicor terlebih dahulu terpisah menjadi beberapa segmen di lokasi lain,
didalam beton sudah diberi jalur kabel baja (strand) atau istilah lainnya disebut
selongsong kabel, untuk mutu betonnya menggunakan mutu K-450 , dan strand
menggunakan 1840 MPa. Dalam sistem post tension untuk penegangan strand
dilakukan setelah segmen beton prategang telah dirangkai.
Keuntungan penggunaan beton prategang untuk balok girder jembatan adalah
dibanding dengan beton bertulang biasa, dalam memikul beban-beban tarik atau
beban lentur, beton prategang memiliki kelebihan karena gaya tekan yang diberikan
pada beton akan memberi momen perlawanan atau gaya tarik perlawanan, sehingga
gaya tarik yang dipikul menjadi kecil (disajikan pada Gambar 3.7.).
Gambar 3.7. Diagram Tegangan pada Beton Prategang
Dengan adanya perlawanan tekan dan lentur seluruh penampang beton
menerima tegangan tekan, balok pratgegang memiliki perlawanan lentur lebih besar
dari pada balok beton bertulang, keuntungan ini menyebabkan struktur beton
prategang memerlukan penampang lebih kecil untuk memikul momen yang sama,
dengan demikian menghasilkan struktur yang lebih ringan. Pada jembatan akan
mengurangi ruang bebas, selain itu karena beton prategang direncanakan dengan
tegangan tarik kecil atau tidak ada tegangan tarik, maka retak rambut akibat tarik juga
tidak ada, dan ini akan melindungi baja dari korosif akibat pengaruh lingkungan.
24
GayaPrategang
BebanLuar
Resultan
Selain memiliki kelebihan, terdapat pula kekurangan pada penggunaan beton
prategang. Kekurangan dari penggunaan beton prategang adalah sebagai berikut:
a. Kekurangan beton prategang adalah daya perlawanan momen yang tidak dapat
berubah tanda atau arah sehingga tidak sesuai untuk bagian struktur yang gaya
dalam lentur selalu berubah seperti balok bentang kecil dengan beban hidup lebih
besar dari beban mati.
b. Beton prategang juga membutuhkan kecermatan yang tinggi dalam pelaksanaan
sehingga memerlukan tenaga kerja yang trampil dan terdidik.
Pada pembangunan proyek Jembatan Cikujang balok girder jembatan ada 5
balok prategang, yang dibagi menjadi 5 segmen tiap setengah bentang, dengan
panjang tiap segmen 5 m. Berikut gambar rencana dari balok girder tiap setengah
bentang jembatan, yang berada di tumpuan (disajikan pada Gambar 3.8.), pada
seperempat, tengah bentang, tiga perempat bentang (disajikan pada Gambar 3.9.),
penulangan balok girder arah memanjang (disajikan pada Gambar 3.10.), letak kabel
(disajikan pada Gambar 3.11.), potongan penampang penulangan balok girder pada
tumpuan (disajikan pada Gambar 3.12.), potongan penampang penulangan balok
girder pada sepermpat bentang, tengah bentang, dan tiga perempat bentang (disajikan
pada Gambar 3.13.).
25
Gambar 3.8. Penampang Balok Girder pada Tumpuan
Gambar 3.9. Penampang Balok Girder pada Seperempat Bentang
26
27
28
Ga
mb ar
3.1 0.
Pe
nul
ang
an
Bal ok
G
irde
r A
rah
M
em
anj
ang
29
Gambar 3.11. Letak Kabel (Strand)
Gambar 3.12. Potongan Penampang Penulangan Balok Girder pada Tumpuan
Gambar 3.13. Potongan Penampang Penulangan Balok Girder pada Tengah Bentang
30
3.2.2. Diafragma
Pada proyek ini diafragma (Gambar 3.14.) menggunakan beton prategang
dengan mutu beton K- 400 dan mutu baja 1840 Mpa, pada diafragma terdapat dua
tendon dengan masing-masing tendon terdapat 1 strand. Diafragma Diletakkan
diantara 2 buah balok girder, dengan jarak kurang lebih 6 m.
Gambar 3.14. Gambar Rencana Diafragma
31