17
BAB III TINJAUAN DESAIN PROYEK 3.1 Tinjauan Umum Tahap perancangan atau tahap desain proyek merupakan suatu tahapan untuk mewujudkan suatu ide atau gagasan menjadi sebuah detail kontrak kerja yang diperlukan, agar memungkinkan ide atau gagasan tersebut dapat dikerjaan dan diwujudkan oleh pelaksana. Perancangan didasarkan data-data yang di peroleh dari perencanaan. Data-data tersebut antara lain adalah sebagai berikut ini. 3.1.1 Keadaan Topografi Data topografi dan kondisi di lapangan sangat berpengaruh dalam penentuan posisi jembatan. Pengukuran topografi dilakukan di sekitar lokasi jembatan beserta fasilitas yang dibutuhkan. Jenis pengukuran topografi ini meliputi pekerjaan pengukuran titik kontrol horizontal dan vertikal, pengukuran situasi, pengukuran penampang memanjang dan melintang. Tahapan pelaksanaan survei topografi adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Persiapan yang dilakukan dalam survei topografi meliputi persiapan dari segi teknis maupun administrasi. 2. Survei Pendahuluan 18

BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

BAB III

TINJAUAN DESAIN PROYEK

1.1 Tinjauan Umum

Tahap perancangan atau tahap desain proyek merupakan suatu tahapan untuk

mewujudkan suatu ide atau gagasan menjadi sebuah detail kontrak kerja yang

diperlukan, agar memungkinkan ide atau gagasan tersebut dapat dikerjaan dan

diwujudkan oleh pelaksana. Perancangan didasarkan data-data yang di peroleh dari

perencanaan. Data-data tersebut antara lain adalah sebagai berikut ini.

1.1.1 Keadaan Topografi

Data topografi dan kondisi di lapangan sangat berpengaruh dalam penentuan

posisi jembatan. Pengukuran topografi dilakukan di sekitar lokasi jembatan beserta

fasilitas yang dibutuhkan. Jenis pengukuran topografi ini meliputi pekerjaan

pengukuran titik kontrol horizontal dan vertikal, pengukuran situasi, pengukuran

penampang memanjang dan melintang. Tahapan pelaksanaan survei topografi adalah

sebagai berikut :

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan dalam survei topografi meliputi persiapan dari segi

teknis maupun administrasi.

2. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dimaksudkan untuk memberi kepastian tentang lingkup

dan volume daerah yang akan dipetakan serta kemungkinan tersedianya data-data

pendukung untuk keperluan survei.

3. Pemasangan Patok

Patok dipasangkan pada daerah yang aman dan stabil pada posisi yang

memudahkan untuk pengikatan pada pekerjaan selanjutnya.

4. Pengukuran Situasi Jalan

18

Page 2: BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

Pengukuran situasi jalan meliputi detail planimeter dan detail ketinggian jalan

yang akan digunakan.

5. Perhitungan dan Penggambaran Manuskrip Peta

Setelah tahap-tahap sebelumnya selesai dilakukan, dilakukan perhitungan dan

penggambaran manuskrip peta.

6. Pengecekan Kembali ke Lapangan

Pengecekan kembali ke lapangan dilakukan setelah manuskrip diperoleh

untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dalam pengambilan detail di lapangan

pada waktu pengukuran.

3.1.1. Data Tanah

Penyelidikan tanah harus dilakukan secara detail dan teliti sehingga diperoleh

data dan gambaran yang jelas mengenai keadaan, sifat, dan susunan lapisan tanahnya.

Penyelidikan tanah secara umum bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

kondisi dan karakteristik lapisan tanah, jenis tanah, parameter tanah, dan muka air

tanah pada lokasi rencana jembatan, sehingga diketahui susunan lapisan tanah yang

ada di lokasi. Hasil penyelidikan sondir ini akan dipakai untuk keperluan desain

pondasi jembatan di lokasi tersebut. Dari hasil uji lapangan di peroleh keterangan

antara lain sebagai berikut :

a. Kedalaman lapisan tanah keras untuk mengetahui daya dukung dari tanah

tersebut,

b. Ketebalan lapisan tanah yang lunak (compresible), dan

c. Penentuan parameter design.

3.1.2. Kondisi Geologi

Dengan melihat peta geologi dapat diketahui struktur dan jenis batuan dari

tanah dasar yang mendukung pondasi dan beban lain di atasnya. Pondasi jembatan

diletakkan pada tempat yang stabil dan bukan pada daerah patahan yang rentan

terhadap gempa.

19

Page 3: BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

3.2. Detail Struktur

Setelah diperoleh data-data dari hasil survei, dilakukan kompilasi data.

Kemudian dilakukan analisis data untuk mendapatkan hasil yang valid, sebelum

dilakukan tahap analisis yang lebih lanjut. Hasil yang telah diperoleh kemudian akan

digunakan sebagai pertimbangan atau acuan dalam kajian terhadap struktur jembatan.

Struktur bangunan harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditinjau

dari segi :

a. Kekuatan (strength),

b. Kekakuan (stiffness),

c. Kestabilan (stability), dan

d. Ekonomis (optimum design).

Tahap ini akan dilakukan dengan meninjau struktur jembatan, untuk struktur

jembatan, yaitu:

3.2.1. Pilar Jembatan

3.2.2. Balok Girder

3.2.3. Diafragma

Berikut ini adalah detail dari tinjauan desain struktur-struktur jembatan pada

proyek pembangunan Jembatan Cikujang, adalah sebagai berikut ini.

3.2.1. Pilar Jembatan

Pada proyek pembangunan Jembatan Cikujang ini, panjang bentang jembatan

50,15 m (disajikan pada Gambar 3.1.) dan lebar 9,6 m (disajikan pada Gambar 3.2.).

20

Page 4: BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

Gambar 3.1. Potongan Memanjang Jembatan

Gambar 3.2. Potongan Melintang Jembatan

21

Page 5: BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

Pada proyek pembangunan Jembatan Cikujang ini, menggunakan beton ready

mix dengan mutu K-350. Pilar ini juga menggunakan baja tulang D25 untuk tulangan

utama dan D19 untuk sengkang. Jarak antar tulangan utama adalah 10 cm, sedangkan

jarak sengkang adalah 20 cm. Berikut gambar rencana dari pilar jembatan.

Penulangan pilar (disajikan pada Gambar 3.3.), penulangan pier head bagian atas

(disajikan pada Gambar 3.4.), penulangan pier head bagian bawah (disajikan pada

Gambar 3.5), dan potongan melintang pier head (disajikan pada gambar 3.6).

Gambar 3.3. Penulangan Pilar

22

Page 6: BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

Gambar 3.4. Penulangan Pier Head Bagian Atas

Gambar 3.5. Penulangan Pier Head Bagian Bawah

Gambar 3.6. Potongan Melintang Pier Head

23

Page 7: BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

3.1.1. Balok Gelagar (Balok Grider)

Balok girder ini menggunakan beton prategang dengan sistem post tension,

dimana beton dicor terlebih dahulu terpisah menjadi beberapa segmen di lokasi lain,

didalam beton sudah diberi jalur kabel baja (strand) atau istilah lainnya disebut

selongsong kabel, untuk mutu betonnya menggunakan mutu K-450 , dan strand

menggunakan 1840 MPa. Dalam sistem post tension untuk penegangan strand

dilakukan setelah segmen beton prategang telah dirangkai.

Keuntungan penggunaan beton prategang untuk balok girder jembatan adalah

dibanding dengan beton bertulang biasa, dalam memikul beban-beban tarik atau

beban lentur, beton prategang memiliki kelebihan karena gaya tekan yang diberikan

pada beton akan memberi momen perlawanan atau gaya tarik perlawanan, sehingga

gaya tarik yang dipikul menjadi kecil (disajikan pada Gambar 3.7.).

Gambar 3.7. Diagram Tegangan pada Beton Prategang

Dengan adanya perlawanan tekan dan lentur seluruh penampang beton

menerima tegangan tekan, balok pratgegang memiliki perlawanan lentur lebih besar

dari pada balok beton bertulang, keuntungan ini menyebabkan struktur beton

prategang memerlukan penampang lebih kecil untuk memikul momen yang sama,

dengan demikian menghasilkan struktur yang lebih ringan. Pada jembatan akan

mengurangi ruang bebas, selain itu karena beton prategang direncanakan dengan

tegangan tarik kecil atau tidak ada tegangan tarik, maka retak rambut akibat tarik juga

tidak ada, dan ini akan melindungi baja dari korosif akibat pengaruh lingkungan.

24

GayaPrategang

BebanLuar

Resultan

Page 8: BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

Selain memiliki kelebihan, terdapat pula kekurangan pada penggunaan beton

prategang. Kekurangan dari penggunaan beton prategang adalah sebagai berikut:

a. Kekurangan beton prategang adalah daya perlawanan momen yang tidak dapat

berubah tanda atau arah sehingga tidak sesuai untuk bagian struktur yang gaya

dalam lentur selalu berubah seperti balok bentang kecil dengan beban hidup lebih

besar dari beban mati.

b. Beton prategang juga membutuhkan kecermatan yang tinggi dalam pelaksanaan

sehingga memerlukan tenaga kerja yang trampil dan terdidik.

Pada pembangunan proyek Jembatan Cikujang balok girder jembatan ada 5

balok prategang, yang dibagi menjadi 5 segmen tiap setengah bentang, dengan

panjang tiap segmen 5 m. Berikut gambar rencana dari balok girder tiap setengah

bentang jembatan, yang berada di tumpuan (disajikan pada Gambar 3.8.), pada

seperempat, tengah bentang, tiga perempat bentang (disajikan pada Gambar 3.9.),

penulangan balok girder arah memanjang (disajikan pada Gambar 3.10.), letak kabel

(disajikan pada Gambar 3.11.), potongan penampang penulangan balok girder pada

tumpuan (disajikan pada Gambar 3.12.), potongan penampang penulangan balok

girder pada sepermpat bentang, tengah bentang, dan tiga perempat bentang (disajikan

pada Gambar 3.13.).

25

Page 9: BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

Gambar 3.8. Penampang Balok Girder pada Tumpuan

Gambar 3.9. Penampang Balok Girder pada Seperempat Bentang

26

Page 10: BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

27

Page 11: BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

28

Ga

mb ar

3.1 0.

Pe

nul

ang

an

Bal ok

G

irde

r A

rah

M

em

anj

ang

Page 12: BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

29

Gambar 3.11. Letak Kabel (Strand)

Page 13: BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

Gambar 3.12. Potongan Penampang Penulangan Balok Girder pada Tumpuan

Gambar 3.13. Potongan Penampang Penulangan Balok Girder pada Tengah Bentang

30

Page 14: BAB III Tinjauan Desain Proyek_Ksatria W. Hutama

3.2.2. Diafragma

Pada proyek ini diafragma (Gambar 3.14.) menggunakan beton prategang

dengan mutu beton K- 400 dan mutu baja 1840 Mpa, pada diafragma terdapat dua

tendon dengan masing-masing tendon terdapat 1 strand. Diafragma Diletakkan

diantara 2 buah balok girder, dengan jarak kurang lebih 6 m.

Gambar 3.14. Gambar Rencana Diafragma

31