Upload
riuhardana
View
81
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bahan seminar
Citation preview
PENERAPAN MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
PELAYANAN KESEHATAN ST. CAROLUS
Oleh: Sr. Therese Maura Hardjanti, CB MSNP.K. St. Carolus – J A K A R T A
PENDAHULUAN
Keperawatan sangat dinamis dari abad ke abad, secara terus menerus berkembang,
berubah, dan mengadaptasikan dengan respon berbagai wawasan tanda jaman dan
masyarakat yang luas. Pada era globalisasi rumah sakit menghadapi tantangan mutu
pelayanan dan tuntutan yang semakin meningkat pada akontabilitas keperawatan
yang professional. Untuk memantapkan pemberian pelayanan terbaik dengan
meningkatkan mutu asuhan keperawatan merupakan salah satu bentuk upaya yang
ditekankan, sebagai salah satu kewajiban utama dalam pelayanan keperawatan secara
menyeluruh. Oleh karena itu Model Praktek Keperawatan Professional diterapkan
sebagai suatu system yang memungkinkan petugas professional dapat meningkatkan
pelayanan di Rumah Sakit St. Carolus pada umumnya, dan penataan pemberian
asuhan keperawatan pada khususnya.
Dalam meningkatkan praktek keperawatan yang bermutu tinggi dan memuaskan
pasien / klien / pelanggan, kualitas perawat yang berperan aktif dalam praktek sangat
menentukan, termasuk perilaku penuh “caring” dalam tugas dan tanggung jawabnya.
Setiap anggota profesi harus memiliki ketrampilan / kompetensi yang memadai;
kematangan dan integritas pribadi yang tinggi, kemampuan berpikir kritis secara
menyeluruh / kompleks, serta kemampuan teknikal dan interpersonal yang diperlukan
dalam penyelesaian masalah dan pembuatan suatu pengambilan keputusan klinik
dalam pemberian asuhan (Eddy, Elfrik. Weis, & Schank, 1994). Hal tersebut
merupakan keutamaan dalam keperawatan professional sebagai tanggung jawab
moral terhadap pasien / keluarga /masyarakat.
PERKEMBANGAN PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI PKSC
Pelayanan Kesehatan St. Carolus (PKSC) sejak November 1993 telah menerapkan
sistem “Primary Nursing”/”Keperawatan Primer” yang bertujuan dapat memantapkan
praktek keperawatan professional, khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
Penerapan sistem dimulai di tiga unit keperawatan medical-bedah, hingga pada tahun
1996 berkembang ke tiga belas (13) unit perawatan yang lain, yaitu medical-bedah,
anak, dan jiwa. Selama kurang lebih delapan (8) tahun pekerjaan ini sangat
menantang perawat untuk bertanggung jawab dengan dasar nilai-nilai professional
dan keutamaan organisasi secara optimal. Perawat profesional selama dua puluh
empat (24) jam bertanggung jawab dan tanggung gugat dalam pemberian asuhan dan
pengelolaan keperawatan yang sangat berfaedah / bermanfaat (Manthey, 1980).
Model Praktek Profesi ini diterapkan sebagai peningkatan system praktek
keperawatan sebelumnya, yakni pemberian asuhan melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif atau Metode Tim.
Adanya ketenagaan yang sangat bervariasi, kompetensi kurang memadai dalam
pendekatan managemen maupun dalam pengelolaan pemberian asuhan keperawatan
sejak pasien masuk sampai pulang, mengakibatkan kolaborasi dan tanggung jawab
dan tanggung gugat atas asuhan menjadi kurang optimal. Oleh karena itu
penyempurnaan penerapan sistem yang lebih berkesinambungan diupayakan dengan
meningkatkan unsur-unsur yang meliputi: informasi maupun pemberian asuhan,
komunikasi/pengarahan antar “primary nurse” dan “associates”, interaksi perawat-
pasien, dan kolaborasi dengan dokter. Pada tahun 2002 PKSC mengimplementasikan
sistem “Keperawatan Tim Primer” sebagai modifikasi sistem keperawatan primer.
Secara nyata keutamaan professional yang merupakan “core” pelayanan keperawatan
profesional dapat terwujud dalam mekanismenya. Sistem keperawatan tim-primer
adalah sistem pemberian asuhan keperawatan dimana sekelompok perawat
professional dan non-professional bertanggung jawab dalam memberikan asuhan
secara individual, komprehensif dan berkesinambungan kepada sekelompok pasien,
sejak pasien dirawat sampai pulang dari rumah sakit atau pindah ke institusi lain
dengan dukungan koordinasi dan kepemimpinan yang efektif.
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
2
Sistem keperawatan tim primer merupakan hasil adopsi dan adaptasi dari kedua
Metode, Keperawatan Primer dan Tim. Uji terap model Modifikasi Keperawatan
Primer / Keperawatan Tim Primer sebagai unit percontohan dimulai dari dua (2) unit
medical surgical selama 3 bulan sejak 18 September sampai dengan 19 Desember
2002. Konsep penerapan dan sarana penunjang disosialisasikan keseluruh satuan
unit keperawatan sebelum uji terap dilaksanakan. Dalam waktu yang cukup singkat,
penerapan diikuti oleh unit-unit yang secara bertahap siap mengupayakan unsur-unsur
penting dalam keperawatan professional sebagaimana telah disepakati. Dalam
perjalanan penerapan, follow-up dan evaluasi didapat perolehan bahwa Keperawatan
Tim Primer memberikan manfaat yang sangat berarti dalam pelayanan keperawatan
professional; adalah sebagai berikut:
Pemberian asuhan keperawatan dan informasi yang berkesinambungan dapat
lebih terpelihara, demikian juga dukungan koordinasi dan supervisi dari perawat
dengan pasien, sehingga meningkatkan tanggung jawab dan tanggung gugat.
Berdasarkan kompetensinya, perawat mengaktualisasikan otonomi dalam
pengambilan keputusan asuhan pasien. Tanggung jawab dalam tugas ini
menantang perawat untuk peningkatan kualitas dan lebih holistik kepada individu.
Dengan demikian partisipasi perawat dalam pemberian asuhan meningkatkan
kepuasan pasien.
Tanggung jawab pemberian asuhan keperawatan yang ditugaskan dengan jelas
sebagai peran otonomi perawat yang meningkatkan cara berpikir secara kritis
sehingga menunjukkan akuntabilitasnya.
Waktu beraktifitas dan berinteraksi langsung dengan pasien menjadi lebih banyak,
dengan demikian tanggung jawab perawat pada pasien lebih terfokus secara
individual secara menyeluruh.
Kolaborasi dan kemitraan antara perawat dan dokter lebih berbobot. Perawat
menguasai asuhan yang diberikan kepada pasien termasuk kondisi / klinisnya,
demikian juga pada waktu perawat primer tidak disamping pasien / tidak dinas.
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
3
Kerjasama dan mekanisme komunikasi dalam tim lebih terjamin, baik melalui
perencanaan, implementasi hingga konferensi tentang asuhan keperawatan.
Kritik / umpan balik di antara perawat sebagai anggota tim dapat meningkatkan
peran kepemimpinan perawat / setiap anggota profesi dan pendekatan fungsi
managemen dalam pelayanan keperawatan.
IMPLEMENTASI MPKP : “KEPERAWATAN TIM PRIMER” PKSC
Implementasi Keperawatan Tim Primer di Pelayanan Kesehatan St. Carolus dimulai
dengan perubahan struktur dan proses yang ditekankan pada nilai-nilai professional
serta unsur-unsur pokok organisasi sebagai peningkatan ethic-moral profesional.
Bermula dari pengalaman dalam perwujudan komitmen yang merupakan kesepakatan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Kita menyadari bahwa semakin lama
semakin banyak hambatan yang dihadapi dan menuntut segera untuk diselesaikan.
Berdasarkan fakta tersebut serta masukan-masukan dari profesi lain yang
berkolaborasi menyarankan dan mendukung adanya model lain yang dikembangkan
sebagai perubahan dalam peningkatan pelayanan secara nyata.
Dasar Pemikiran
Pemberian asuhan keperawatan langsung pada pasien belum menyeluruh
dilaksanakan oleh perawat primer. Tersedianya pembimbing klinik dengan jumlah
yang minimal mengakibatkan supervisi yang dibutuhkan bagi perawat yunior
kurang terpenuhi. Ditambahkan bahwa staf perawat / asosiet tidak bertanggung
jawab ataupun akan mengganti kerugian saat diluar jam kerja perawat primer,
serta kurang menyadari akan tanggung jawab dan pentingnya informasi tentang
asuhan keperawatan pasien (Sullivan & Decker, 2001).
Kesinambungan pemberian asuhan keperawatan kurang optimal, karena
pemahaman metode keperawatan primer dan mekanismenya tidak tertangkap
secara menyeluruh oleh ketenagaan perawat yang ada. Nilai-nilai profesi kurang /
belum terintegrasi dalam pelaksanaan praktek pemberian asuhan keperawatan.
Akibatnya peningkatan mutu keperawatan kurang sesuai dengan harapan.
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
4
Jumlah tenaga perawat April 2002 sebanyak 385 orang untuk 13 unit perawatan
medical, bedah, dan anak. Mereka terdiri dari 3 (0.8%) Penjenang Kesehatan, 89
(23.1%) PK/PR, 274 (71.2%) D3 Keperawatan, dan 19 (4.9%) SKp/SKM. Jumlah
tersebut kurang memenuhi syarat sebagai perawat primer, jika menangani + 400
orang pasien di unit-unit perawatan tersebut.
Komposisi ketenagaan perawat PKSC memerlukan sistem yang dapat
mengakomodasi karakteristik tenaga yang bervariasi dengan menyediakan
supervisi, pembelajaran, pengarahan, dan koordinasi. Ketrampilan keperawatan
dan tenaga yang bervariasi sangat bertendensi pada model praktek keperawatan
modular, melaksanakan tugas sebagai kebersatuan, dan mempunyai perspektif
yang menyeluruh pada kebutuhan setiap pasien ( Magargal, 1987).
Unsur-Unsur dalam Sistem Keperawatan Tim Primer
Model Praktek Keperawatan Professional di Pelayanan Kesehatan St. Carolus merupakan penataan system pemberian asuhan keperawatan yang meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Ketenagaan
Jenis tenaga perawat setiap unit terdiri dari: Kepala Unit (Ka.U), Supervisor
Klinik (SK), Ketua Tim (Ka.T), Perawat Primer (PP), Perawat Asosiet (PA) dan
Perawat Asisten (PAs). Hingga saat ini sistem Keperawatan Tim Primer di PKSC
diterapkan / dilaksanakan di lima belas (15) unit perawatan.
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
5
b. Tanggungjawab Asuhan Perawatan
Tim bertanggungjawab seluruh asuhan perawatan pada sekelompok pasien. Tim
dipimpin oleh Ketua Tim (Ka.Tim) yakni seorang perawat profesional yang
menerima delegasi otoritas untuk menugaskan asuhan langsung terhadap 4
sampai 6 pasien kepada setiap Perawat Primer (PP). Ka.Tim bertanggung jawab
atas keputusan dan praktek profesional pada pasien; mengarahkan dan
mengkoordinir pelaksanaan asuhan, termasuk asuhan medik; mendampingi PP
maupun perawat Asisten (PAs) yunior dalam intervensi keperawatan beresiko;
mengevaluasi, dan menindak-lanjuti penanganan masalah yang tidak dapat
diselesaikan PP, serta mengontrol dokumentasi asuhan.
PP bertanggungjawab merencanakan dan memastikan implementasi asuhan sejak
menerima pasien baru / sepanjang tujuh (7) hari seminggu, meliputi: mengkaji,
merencanakan asuhan, dan melakukan intervensi langsung. Selain itu PP
mengkoordinasikan rencana asuhan secara interdisipliner, memberikan obat-
obatan, menyiapkan rencana pulang, memberikan penyuluhan, dan mengevaluasi
efektifitas intervensi asuhan pasien yang ditugaskan. Dalam keadaan kompleks /
mendesak, PP mendelegasikan sebagian aktifitas asuhan kepada perawat Asosiet
(PA) sepengetahuan Ka.Tim atau Supervisor Klinik (SK). Diluar jam dinas,
pelaksanaan asuhan pasien didelegasikan kepada PA yang ditunjuk Ka.Tim
dalam periode 7-7-10 jam (PP tetap siap dihubungi jika terjadi masalah serius
pada pasiennya). PP bertanggungjawab & bertanggung gugat atas hasil
pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. PA
mengarahkan PAs dalam tugas / bekerja, dan PAs bertanggung jawab
melaksanakan asuhan pasien sesuai rencana asuhan yang telah ditentukan.
c. Pelaporan Asuhan dan Ronde
Pelaporan asuhan dilaksanakan sebelum memulai tugas guna memastikan bahwa
asuhan yang diberikan kepada pasien berjalan baik dan aman. Perawat
memberikan informasi dengan mengawali dan menyebutkan dari pasien yang
berkondisi kompleks ke ringan. Hal ini meliputi nama pasien, nomor kamar,
dokter, diagnosa medik, termasuk rencana dan pelaksanaan tindakan medik,
tindakan keperawatan serta evaluasi (SOAP) dan hal khusus lainnya. Pelaporan
dilakukan dengan menggunakan sarana: status pasien, daftar obat, rencana
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
6
kegiatan harian dan buku informasi tim. Dalam pelaporan anggota tim
melaporkan kepada Ka.Tim sesuai dengan penugasan. Ka.Tim memberikan
laporan kepada Ka.U minimal satu kali setiap shift dan kepada anggota tim pada
shift berikutnya.
Penanggung Jawab shift malam yang berperan sebagai Ka.Tim melaporkan
pasien yang mempunyai keadaan istimewa kepada Ka.U dan semua perawat shift
pagi, diteruskan pengarahan singkat dari Ka.U yang diawali dengan doa bersama.
Selanjutnya Ka.Tim dan anggota menerima laporan asuhan pasien dalam timnya.
Laporan dari shift pagi ke sore dan dari shift sore ke malam, dimulai dari tim
masing-masing dilanjutkan dengan penyampaian hal-hal yang memerlukan
perhatian semua perawat.
d. Pendokumentasian
Setiap perawat melaksanakan pendokumentasian asuhan sesuai dengan perannya
dengan menggunakan format yang telah siap pakai dan disediakan, meliputi:
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ka.Tim / PP membuat
evaluasi pada shift pagi dan sore, sedangkan shift malam dibuat oleh PAs yang
akan diperiksa dan disyahkan / ditandatangani oleh Ka.Tim.
e. Komunikasi
Komunikasi yang terbuka dan baik akan mendukung terjadinya kesinambungan
asuhan keperawatan kepada pasien, yang meliputi laporan, pengarahan,
koordinasi, penugasan, dan konferensi. Ini merupakan salah satu kunci
pendelegasian dalam keperawatan tim primer, adalah sebagai berikut:
Perawat dengan pasien / keluarga
Perawat yang terlibat dalam pemberian asuhan pasien, memperkenalkan diri
dan perannya. Sehingga pasien mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas
asuhan keperawatan terhadap dirinya, penyampaian ide, perasaan, maupun
masalahnya. Demikian juga bahwa dengan mengenal pasien, PP dapat
memberi respon dengan cepat terhadap setiap kebutuhan termasuk informasi
keperawatan.
Perawat – dokter / tenaga kesehatan lain
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
7
PP bertanggung jawab menciptakan komunikasi langsung dengan dokter /
tenaga kesehatan lain dengan bimbingan Ka.Tim dan SK. Mereka menyiapkan
dan menyediakan informasi klinik yang dibutuhkan meliputi keadaan pasien
atau yang berhubungan, dan membantu pasien menyampaikan kebutuhan
informasi medik yang diterima dari dokter.
Ka.U dan Ka.Tim
Ka.U merupakan pusat informasi tentang pengelolaan unit dan rumah sakit.
Ka.Tim menjadi sumber informasi dalam timnya. Dengan berkomunikasi
mereka melaksanakan penugasan, pengarahan, dan laporan lisan atau tertulis
yang berhubungan secara langsung kepada anggota stafnya.
Ka.Tim dengan Anggota dan Antar Anggota
Ka.Tim memperoleh data informasi melalui laporan dan hasil observasi
langsung, serta memberi masukan penting kepada anggota secara
informal/formal. PP anggota menyediakan dan memberi informasi klinik
kepada PA atau PAs yang terlibat dalam asuhan yang dibutuhkan setiap saat.
Tim dengan Tim lain di unit dan satuan kerja lain
Laporan pergantian shift dalam tim adalah penting, karena merupakan sentral
komunikasi bagi seluruh perawat, dan memindahkan informasi dari perawat
shift sebelumnya secara berkesinambungan. Ka.Tim memberikan laporan dan
menyampaikan atau menerima informasi dari atau ke satuan kerja lain.
Mekanisme Penerapan Keperawatan Tim Primer
Berawal dari uji terap yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran implementasi
sistem tim primer yang akan menjadi percontohan di unit keperawatan. Keseluruhan
proses uji terap dan implementasi keperawatan tim primer melibatkan Direktur
Keperawatan, Staf Direktur Keperawatan, Komite Keperawatan, Kepala Unit, dan
seluruh perawat di unit perawatan.
Direktur Keperawatan
Menjamin dan bertanggung jawab terselenggaranya uji terap, serta penerapan
keperawatan tim primer di lima belas (15) unit keperawatan.
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
8
Memberikan penugaskan kepada komite keperawatan untuk melaksanakan
koordinasi proses uji terap dan implementasi keperawatan tim primer sampai
dengan evaluasi, setelah disetujui konsepnya dan pengkajian unit keperawatan
untuk kepentingan tersebut.
Mendelegasikan kepada komite keperawatan untuk mengkoordinir pelatihan-
pelatihan termasuk kepemimpinan / managemen asuhan dalam tim primer,
dan sosialisasi sehubungan uji terap dan implementasi keperawatan tim
primer.
Secara bertahap mengatur ulang komposisi perawat di setiap unit. Komposisi
perawat di salah satu unit uji terap yang berkapasitas 35 tempat tidur, BOR:
80% sebagai berikut: 1 orang Ka.Unit, 1 orang SK, 5 orang PP-III, 5 orang
PP-II, 13 orang PP-I, 6 orang PAs sehingga jumlah keseluruhan adalah 31
orang perawat.
Menyediakan supervisor klinik secara bertahap di setiap unit, khususnya di
unit uji terap. Bagi SK syarat dasarnya sarjana keperawatan dan mempunyai
kemampuan melakukan supervisi. Sedangkan sarjana keperawatan / DIII
berkemampuan setara, mempunyai keterampilan tinggi sebagai praktisi,
mampu memimpin maupun mengkoordinir dan supervisi anggota tim adalah
merupakan syarat Ka.Tim.
Komite Keperawatan (bersama Staf Direktur Keperawatan)
Mengkoordinir penyusunan konsep uji terap dan persiapan sarana penunjang
meliputi: rencana keperawatan, revisi format evaluasi, angket kepuasan
pasien, angket evaluasi Supervisor Klinik, Ka.Tim, dan Anggota Tim.
Mengkoordinir presentasi rencana uji terap kepada Direktur Keperawatan dan
jajaran keperawatan.
Mensosialisasikan konsep uji terap sebanyak empat (4) kali bagi 120 perawat,
masing-masing delapan (8) jam. Sosialisasi meliputi; sistem keperawatan tim
primer, uraian tugas PP, PA, PAs, dan SK, penggunaan format-format,
memimpin konferensi rencana asuhan bersama dan pedoman pelaporan.
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
9
Menyelenggarakan pelatihan “Asuhan keperawatan berwawasan “caring”
sebanyak 3 kali bagi 71 perawat, masing-masing empat (6) jam.
Mereview dan melatih ketrampilan pemeriksaan fisik sebanyak 2 kali
Mengkoordinir pelaksanaan dan evaluasi di dua (2) unit uji terap
Mengkoordinir presentasi rencana implementasi dan evaluasi di tiga belas unit
lainnya.
Pelatihan ketua tim tentang pengelolaan asuhan dalam tim.
Pelatihan peran kepemimpinan dan fungsi managemen dalam pelayanan
kesehatan termasuk nilai-nilai inti PKSC.
Memantau penerapan Sistem Tim Primer di lima belas (15) unit perawatan.
Mengkoordinir presentasi hasil penerapan system tersebut kepada Direktur
Keperawatan.
Kepala Unit Keperawatan
Kepala Unit menata / mengatur tenaga menjadi dua (2) tim dan mencatat dalam daftar
dinas, penugasan harian, dan papan alokasi pasien. Setiap tim terdiri dari Ketua Tim
(Ka.tim), Perawat Primer (PP) anggota, dan Perawat Asisten (Pas) anggota yang
menetap kurang lebih 2 bulan dalam tim yang sama. Contoh; Dalam Tim I ada 14
perawat yang merawat 14 pasien dan Tim II ada 15 perawat yang merawat 21
pasien.
Tim I terdiri dari 3 PP-III, 2 PP-II, 6 PP-I dan 3 PAs, seorang diantara PP-III
adalah ketua tim. Tim II terdiri dari 15 perawat adalah sbb.: 2 PP-III, 3 PP-II,
7 PP-I dan 3 PAs, seorang diantara PP-III adalah ketua tim. Mereka merawat
21 pasien.
Membuat juadwal dinas pagi, sore, maupun dinas malam, dan mengatur ulang
jika ada hal-hal yang memerlukan perubahan karena kesibukan ataupun
bantuan yang diperlukan.
Menyiapkan format kegiatan harian untuk digunakan di masing-masing tim.
Mensosialisasikan ulang konsep system keperawatan tim-primer di unit
masing-masing kepada setiap orang yang terlibat dalam perubahan.
Memimpin langsung uji coba dan implementasi selanjutnya di unit masing-
masing.
Melakukan evaluasi implementasi di unit masing-masing
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
10
Mempresentasikan hasil evaluasi kepada Direktur Keperawatan dan Staf
Direktur Keperawatan, Komite Keperawatan dan panitia kerja.
Melakukan tindak lanjut evaluasi dari hasil angket tentang asuhan
keperawatan yang menjadi tolok ukur kepuasan pelanggan.
Supervisor Klinik
Bertanggung jawab melakukan supervisi asuhan, merencanakan dan melaksanakan
supervisi bagi Ka.Tim, PP, atau PA yang membutuhkan.
Ketua Tim
Bertanggung jawab mengkoordinir pelaksanaan asuhan sekelompok pasien dan
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam timnya. Sebagai Ka.Tim mendapat
penugasan asuhan langsung satu atau dua pasien.
Perawat Primer (PP)
Bertanggung jawab merawat empat (4) sampai enam (6) pasien sejak pasien masuk
hingga pasien keluar atau pindah rumah sakit.
Perawat Asosiet (PA)
Bertanggung jawab melaksanakan asuhan pasien satu shift saat PP tidak dinas sesuai
rencana yang disusun PP.
Perawat Asisten (PAs)
Membantu perawat primer yang mempunyai kebutuhan asuhan pasien yang sangat
kompleks, meliputi asuhan pasien, menjawab bel dan menyampaikan pesan
kebutuhan pasien kepada perawat primer.
EVALUASI
Sejak awal April 2003 hingga sekarang secara bertahap Model Praktek Keperawatan
Profesional diterapkan di lima belas (15) unit perawatan. Hasil evaluasi hingga saat
ini adalah sebagai berikut:
Tanggung jawab PP terhadap asuhan pasien mulai meningkat / berkembang
sampai pasien pulang, tidak seperti pada awal yang terbatas satu shift saja.
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
11
Penugasan perawat terhadap asuhan dan kondisi pasien lebih baik karena
penugasan asuhan yang menetap, terfokus pada individu dan maksimal. Ada
peningkatan pelaksanaan rencana pasien pulang yang didukung dengan
adanya pendokumentasian lebih lengkap.
Kesinambungan laporan / informasi tentang asuhan atau yang berhubungan
dari satu shift ke shift lebih lancar dan terjamin. PA melaksanakan tindakan
asuhan sesuai rencana terutama pada saat PP diluar dinas.
Gambaran lengkap kondisi dan situasi unit dan pasien diperoleh lebih cepat.
Peran supervisi meningkat terutama dalam “memantau perkembangan dan
kejadian pasien” sementara mengoptimalkan pembimbingan perawat secara
langsung.
Peran Ka.Tim yang paling dominan adalah mengkoordinir dan
mengalokasikan anggota tim, maka Ka.Tim lebih bertanggung jawab dan
mandiri. Koordinasi Ka.Tim mempunyai dampak positif yakni adanya
kompetisi yang meningkatkan upaya perbaikan kinerja tim.
Perawat merasa lebih mantap dan nyaman dengan menerima bimbingan dan
koordinasi langsung, angka penyimpangan dalam standar menjadi berkurang.
Angket Kepuasan Pelanggan: Rata-rata harapan pasien terhadap sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan perawat lebih tinggi dibandingkan kenyataan.
Pada dasarnya hasil angket tersebut sangat bervariasi dan tidak mutlak
menjadi tolok ukur.
Pasien lebih mudah beradaptasi karena asuhan dari perawat tidak sering
berganti.
Aspek yang perlu diperhatikan dan perbaikan
Dalam implementasi sistem keperawatan tim primer, ketua tim mengambil tanggung
jawab lebih besar. Pemberian penugasan pasien dari ketua tim kepada PP masih
sering diingatkan, dan masih ada PP yang mengelola asuhan hanya untuk satu shift.
Penulisan SOAP oleh PAs pada shift malam kurang terpantau dan dibubuhi tanda
tangan karena kesibukan. Hal ini disebabkan karena sebagian aspek mendasar
tentang konsep dari sistem keperawatan tim primer belum dapat dipahami secara
menyeluruh dan mendalam oleh beberapa perawat terutama yang baru..
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
12
Ka.Unit harus memproses pemberdayaan perawat. Pelaksanaan pemberdayaan dalam
sistem ini menjadi tidak mudah, terutama saat perpindahan tim yang tidak dapat
dilakukan serempak. Sementara Ka.U harus tetap menjaga keseimbangan dan
komposisi tenaga. Demikian juga pergantian jadwal dinas tidak dapat dilakukan
dengan mudah karena ada keterikatan dalam tim. Untuk mengantisipasi beban kerja
setiap tim perlu cepat dan secara intensif melaksanakan job evaluasi untuk
menghindari hal-hal tidak kita inginkan.
Pada dasarnya adalah penting bahwa optimisme dalam mewujudkan Model Praktek
Keperawatan Profesional harus tetap diberdayakan dan ditingkatkan sejalan dengan
komitmen individual perawat dalam mengembangkan praktek profesionalnya yang
berlandaskan unsur pokok organisasi pelayanan kesehatan.
Hambatan dalam Penerapan Praktek Keperawatan Profesional
Jumlah PP Ka.Tim / PP-III sangat terbatas jumlahnya; sehingga perlu
penambahan sebagai persyaratan pelaksanaan praktek profesional.
Supervisor klinik belum sepenuhnya melaksanakan perannya; maka terus
dioptimalkan untuk beradaptasi dengan peran pembimbingan, dan lingkungan
maupun uraian tugasnya.
Formulir sebagai alat pemeriksa antara kesesuaian asuhan dengan standar
yang ada masih terus perlu disempurnakan.
Optimalisasi managemen waktu belum sepenuhnya berjalan, khususnya
konferensi dalam tim dalam mencapai koordinasi yang lebih baik.
Faktor yang mendukung implementasi
Ka.U merangkap anggota panitia implementasi, maka pemahaman konsep dan
strategi implementasi sangat memadai, dengan demikian sangat mendukung
dalam peningkatan komitmen dan penerapannya.
Pengadaan pedoman kerja yang diberlakukan sangat memadai, sehingga
pemantauan Staf Direktur Keperawatan yang dilakukan secara terus menerus,
meningkatkan perbaikan lintas departemen .
Peralatan, buku, komunikasi, lembar acara tim dan format asuhan yang sangat
memadai.
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
13
Pelatihan-pelatihan pemahaman dan aktualisasi unsur nilai organisasi yang
dilaksanakan secara bertahap sangat membantu keterlibatan seluruh anggota
dalam keperawatan.
KESIMPULAN
Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional di PKSC merupakan pokok
perhatian yang terus menerus menjadi landasan peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan. Perwujudan nyata terealisasi dalam Sistem Keperawatan Tim Primer
yang dialami lebih sesuai dan sangat diterima di kelimabelas (15) unit keperawatan.
Itu semua merupakan anugerah berubahan yang terwujud dari komunitas perawat dan
berbagai pihak lain yang terkait. Secara resmi Sistem Keperawatan Tim Primer di
PKSC telah diberlakukan di lima belas unit keperawatan. Proses restrukturisasi peran
kepemimpinan, pendekatan fungsi managemen, dan peningkatan nilai-nilai
profesional terjadi dari Ka.U hingga para anggota perawat. Setiap kepala unit
berkontribusi dalam penyusunan rencana strategi penerapannya. Oleh sebab itu
mereka mempunyai harapan akan adanya peningkatan kualitas dan komitmen untuk
keberhasilan dalam penerapan model praktek keperawatan profesional tersebut.
Sistem ini mendesentralisasikan otoritas penugasan dan tanggungjawab asuhan pasien
kepada ketua tim, otonomi pengambilan keputusan asuhan individu dan tanggung
jawab pelaksanaannya kepada perawat primer. Penerapan model sistem ini perlu terus
menerus dipelihara, dipantau, dan dievaluasi, agar harapan pasien akan asuhan
perawatan yang diberikan benar-benar prima dan mengemukakan kepentingan klien /
keluarga dan masyarakat yang dilayani.
Aspek penting yang perlu diperhatikan dan hambatan yang dihadapi dapat
diidentifikasi termasuk didalamnya variabilitas latar belakang kompetensi / kualitas
pemberian asuhan, jumlah tenaga, kurangnya penguasaan konsep sistem keperawatan
primer, terlebih dalam pengambilan keputusan, situasi ini mencerminkan perlunya
pemberdayaan dan pengembangan kualitas kepemimpinan perawat yang komit
terhadap profesi yang berethic-moral. Oleh karena itu, demi kelancaran penerapan
Model Praktek Keperawatan Profesional yang lebih sempurna, disamping kualitas
sangat perlu penambahan lulusan S1 keperawatan.
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
14
-oo0oo-
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
15
Daftar Kepustakaan
Eddy, D.M., Elfrink, V., Weis, D., & Schank, M.J. (1994). Importance of
professional values. A national study of baccalaureate programs. Journal of Nursing
Education. Vol 33/6
Gillies, D. (1989). Nursing management a system approach (2nd ed.). Philadelphia:
W.B. Saunders.
Gillies, D. (1994). Nursing management a system approach (3rd ed.). Philadelphia:
W.B. Saunders.
Magargal, P. (1987). Modular nursing: Nursing rediscovers nursing, Nursing
management, 18 (11), 98 – 104.
Manthey, M. (1980). The practice of primary nursing. St. Louis: Mosby.
Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2003). Leadership roles and management functions in
nursing: Theory & application (4th ed.). Philadephia: Lippincot.
Marrelli, T.M. (1997). The nurse manager’s survival guide: Practical answers to
everyday problems (2nd ed.). St. Louis: Mosby.
Mayer, G.G. (1990). Patient Care Delivery Models. An Aspen Publication, Inc.
McGuffin, J. (1999). The nurse’s guide to successful management. St. Louise:
Mosby.
Sullivan, Eleanor J., & Decker, Phillip J. (2001). Effective leadership and
management in nursing (5th ed.). New Jersey: Prentice Hall, Inc.
http:www/vcsun.org
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
16
PERSI-SEMNAS VII/Th.MH,CB/PK St.Carolus 2005
17