Teori Investasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas matakuliah pengantar ilmu ekonomi

Citation preview

Teori InvestasiInvestasi Dalam Konteks Ekonomi Makro/ntuk memudahkan dan memperdalam pemahaman, dalam teori ekonomi makro yang dibahas adalah investasi fisik, misalnya dalam bentuk barang modal (pabrik dan peralatan), bangunan dan persediaan barang (inventory). Dengan pembatasan tersebut, maka definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal (capital stock). Yang dimaksud dengan stok barang modal (barang modal tersedia) adalah jumlah barang modal dalam suatu perekonomian, pada satu saat tertentu. Untuk mempermudah penghitungan, umumnya stok barang modal dinilai dengan uang, yaitu jumlah barang modal dikalikan harga perolehan per unit barang modal. Dengan demikian barang modal merupakan konsep stok (stock concept), karena besarnya dihitung pada satu periode tertentu.Agar tidak terjadi kerancuan dengan kenyataan sehari-hari, perhitungan investasi harus konsisten dengan perhitungan pendapatan nasional. Yang dimasukkan dalam perhitungan investasi adalah barang modal, bangunan/ konstruksi, maupun persediaan barang jadi yang masih baru. Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena besarnya dihitung selama satu interval periode tertentu. Tetapi investasi akan memengaruhi jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu periode tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode sebelumnya.Investasi Dalam Bentuk Barang Modal dan BangunanYang tercakup dalam investasi barang modal (capital goods) dan bangunan (construction) adalah pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian pabrik- pabrik, mesin-mesin, peralatan-peralatan produksi dan bangunan-bangunan atau gedung-gedung yang baru. Karena daya tahan barang modal dan bangunan umumnya lebih dari setahun, seringkali investasi ini disebut sebagai investasi dalam bentuk harta tetap (fixedinvestment).Di Indonesia, istilah yang setara dengan fixed investment adalah pembentukan modal tetap domestik bmto (PMTDB). Besamya angka PMTDB dapat dilihat pada statistik PDB Indonesia berdasarkan pengeluaran. Data statistik selama sekitar 30 tahun terakhir ini menunjukkan pengeluaran investasi di Indonesia berkisar 30%-40% PDB, yang berarti pengeluaran kedua terbesar setelah konsumsi rumah tangga.Supaya lebih akurat, jumlah investasi yang perlu diperhatikan adalah investasi bersih, yaitu PMTDB dikurangi penyusutan (depresiasi). Penyusutan terhadap barang modal harus dilakiikan agar efisiensi ekonomis dari kegiatan produksi tetap terpelihara, bahkan ditingkatkan. Sebab, semakin tua usia mesin, produktivitasnya makin rendah. Investasi PersediaanBerdasarkan berbagai pertimbangan, perusahaan seringkali harus memproduksi lebih banyak daripada target penjualan. Misalnya, sebuah pabrik mobil menargetkan penjualan tahun 2008 adalah 50.000 unit. Tidaklah berarti produksinya harus 50.000 unit juga. Umumnya produksinya melebihi tingkat penjualan. Sebut saja 60.000 unit. Selisih 10.000 unit merupakan persediaan, untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Tentu saja investasi persediaan diharapkan meningkatkan penghasilan/keuntungan. Persediaan sebesar 10.000 unit tersebut dikatakan sebagai investasi yang direncanakan (plannedinvestment) atau investasi yang diinginkan (intendedinvestment). Sebab, memang sudah direncanakan sejak awal.Jika karena suatu hal (misalnya terjadi resesi ekonomi) jumlah mobil yang terjual hanya 40.000 unit, maka persediaan mobil menjadi 20.000 unit, lebih besar daripada yang direncanakan. jumlah mobil yang tidak terjual sesuai rencana (10.000 unit) bukanlah investasi yang direncanakan (unintended investment).Selain barang jadi, investasi dalam bentuk persediaan bisa juga dilakukan dalam bentuk persediaan bahan baku dan barang setengah jadi / sedang dalam proses penyelesaian. Tujuan kebijaksanaan persediaan ini juga tetap dalam konteks meningkatkan pendapatan atau keuntungan di masa mendatang.Nilai Waktu dari UangTnvestasi yang dilakukan saat ini tidak serta-merta menghasilkan peningkatan pendapatan hari ini juga. Dibutuhkan tenggang waktu. Makin tinggi jumlah dan kualitas investasi, biasanya tenggang waktunya makin panjang. Sebuah restoran yang ingin memperbesar usahanya dengan membeli gedung baru, meja makan dan peralatan peralatan yang baru, membutuhkan tempo kurang dari satu tahun untuk menghasilkan. Tetapi investasi dalam bentuk pendirian pabrik mobil, mungkin membutuhkan tenggang waktu sekitar lima tahun. Karena itu, pertimbangan pokok dari keputusan investasi adalah berapa nilai sekarang (present value) dari uang yang akan kita peroleh di masa mendatang atau berapa nilai uang masa mendatang (future value) dari jumlah yang kita investasikan saat ini.Nilai Sekarang (Present Value)Misalkan, Rudi ditawari sebuah rencana usaha dengan investasi awal sebesar RplOO juta. Berdasarkan proposal, lima tahun kemudian nilai nominal uang yang dia peroleh adalah Rpl61 juta. Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah nilai Rpl61 juta lima tahun mendatang itu lebih besar daripada RplOO juta saat ini? Jika ya, proposal usaha tersebut layak diterima. Sebaliknya, jika tidak.Bagaimana kita mengetahui nilai sekarang dari Rpl61 juta tersebut di atas? Hal ini sangat tergantung dari tingkat pengembalian investasi (investment return) yang Rudi harapkan. Seandainya, untuk menjalankan usahanya, Rudi harus meminjam dari bank dengan bunga pinjaman 15% per tahun. Rudi berharap tingkat pengembalian investasi setidak tidaknya sama dengan 15%. Karena itu nilai Rpl61 juta harus dideflasi sebesar 15% per tahun. Dalam perhitungan manajemen keuangan, angka 15% tersebut dikenal sebagai faktor diskonto (discountfactor).Jika nilai sekarang dari Rpl61 juta yang akan diterima lima tahun mendatang dinotasikan V, nilai Rpl61 juta adalah X, sedang waktu adalah t, dan faktor diskonto adalah r, maka berdasarkan manipulasi matematika sederhana, hubungan antara elemen-elemen tersebut adalah: (4.1)Dengan menggunakan data di atas, = 80,1Nilai sekarang dari Rpl61 juta yang akan diterima lima tahun mendatang adalah Rp80,l juta. Karena nilainya lebih kecil daripada investasi awal, yang sebesar RplOO juta, proposal usaha ditolak. Sebab usaha tersebut justru membuat nilai riil uang yang diinvestasikan makin kecil. Dapat juga dikatakan bahwa return dari investasi lebih kecil daripada tingkat bunga pinjaman. Ini bisa dibuktikan dengan menggunakan persamaan eksponensial sederhana di bawah ini.Jika nilai Rpl61 juta lima tahun mendatang dinotasikan sebagai Zt, sedangkan investasi awal dinotasikan sebagai Z0, maka :Zt = Z0 (1 + r)t (4.2)Karena nilai Zt, Z0, dan t sudah diketahui, maka r dapat diketahui. Dengan menggunakan data di atas,161=100 (1+r)5log 161=log 100 + 5 log (1+r)2,2068=2,000 + 5 log (1+r)5 log (1+r)=0,2068log (1+r)=0,0414anti log (1+r)=1,10; r = 0,1 atau 10%.Tingkat pengembalian investasi ternyata hanya 10% per tahun, lebih kecil daripada biaya bunga pinjaman yang 15% per tahun.Nilai Masa Mendatang (Future Value)Menghitung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung nilai sekarang dari output investasi yang direncanakan. Sekalipunmelihat dari sudut pandang yang bertolak belakang, keputusan yang dihasilkan tetap sama. Dalam kasus di atas, dilihat dari nilai uang masa mendatang, dasar pengambilan keputusan terhadap proposal yang ditawarkan adalah berapa nilai lima tahun mendatang dari uang yang diinvestasikan saat ini. Jika nilai Rpl61 juta lima tahun mendatang adalah lebih besar daripada nilai masa mendatang yang diharapkan, proposal usaha diterima. Sebaliknya, jika tidak (nilainya lebih kecil).Jika investasi awal dinotasikan sebagai A, nilai masa mendatang yang diharapkan adalah F, waktu adalah t, dan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan adalah > 15%, maka:F = A(l+r)t........................................................................................................(4.2)Persamaan (4.3) substansinya adalah sama dengan Persamaan (4.2). Dengan menggunakan data-data di atas, maka: F = 100(1+0,15)5 = 100(2,01)= 201Nilai mendatang (lima tahun mendatang) yang diharapkan Rudi dari investasi saat ini adalah minimal Rp201 juta. Sedangkan yang ditawarkan proposal usaha hanya Rpl61 juta, karena tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan hanyalah 10%. Proposal ditolak.Kriteria InvestasiD&ri penjelasan di Sub Bab 3 di atas disimpulkan bahwa keputusan investasi merupakan keputusan rasional, karena keputusan berdasarkan pertimbangan rasional. Dalam praktik, digunakan beberapa alat bantu atau kriteria-kriteria tertentu untuk memutuskan diterima atau ditolaknya rencana investasi. Kriteria-kriteria tersebut disebut kriteria investasi (investment criteria). Minimal ada empat kriteria investasi yang digunakan dalam praktik, yaitu:Payback PeriodBenefit/Cost RatioNet Present ValueInternal Rate of ReturnDalam buku pengantar ini, hanya tiga kriteria pertama yang akan dijelaskan dengan menggunakan contoh perhitungan.a. Payback PeriodPayback period (periode pulang pokok) adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik. Kendatipun demikian, kita harus berhati-hati menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada investasi yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (> 5 tahun). Misalnya, investasi perkebunan kelapa sawit baru mencapai titik impas sekitar 8-10 tahun. Dilihat dari sudut ini, investasi perkebunan kelapa sawit kurang baik dibanding investasi perkebunan singkong (ubi kayu), karena payback period investasi kebun singkong mungkin hanya dua tahunan. Namun dilihat dari sisi-sisi yang lain, investasi perkebunan kelapa sawit jauh lebih menguntungkan dibanding singkong.B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan sebagai C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan sebagai B (benefit). Jika nilai B/C sama dengan 1, maka B = C, output yang dihasilkan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Bila nilai B/C < 1 maka B < C yang artinya output yang dihasilkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan. Begitu juga sebaliknya. Keputusan menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti output yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.Net Present Value (NPV)Dua kriteria pertama dapat dihitung berdasarkan nilai nominal (non discounted method). Sayangnya, perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Bisa saja sebuah proposal proyek, berdasarkan nilai nominal menghasilkan B/C > 1, padahal nilai sekarangnya sangat kecil. Jika memperhirungkan nilai waktu dari uang, barangkali B/C < 1. Untuk membuat hasil lebih akurat, maka nilai sekarang didiskontokan (discounted method) seperti contoh-contoh sebelumnya. Keuntungan lain dengan menggunakan metode diskonto adalah kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan total bersih. Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya total.Internal Rate of Return (IRR)Internal rate of return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihirung pada saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat NPV = 0, nilai IRR = 12%, maka tingkat pengembalian investasi adalah 12%. Keputusan menerima atau menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil pembandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan (r). Jika r yang diinginkan adalah 15%, sementara IRR hanya 12%, proposal investasi ditolak. Begitu juga sebaliknya.Contoh KasusUntuk memperjelas pemahaman konsep-konsep di atas, ikutilah kasus sederhana di bawah ini. Kepada P.T. Tiara Sakti ditawarkan sebuah proposal investasi berupa proyek pembangunan pabrik pengolahan limbah tapioka di daerah Lampung. Usia proyek direncanakan tujuh tahun. Investasi awal yang dibutuhkan Rpl miliar (Rpl.000 juta). Persiapan pembangunan pabrik satu tahun. Selama proses persiapan tidak dikeluarkan biaya operasional. Pabrik mulai berproduksi pada tahun pertama dan langsung berproduksi dengan kapasitas penuh. Biaya-biaya maupun penerimaan hasil penjualan selama tujuh tahun mendatang dianggap tetap. Biaya operasional per tahun Rp200 juta. Penerimaan per tahun Rp400 juta. Pada saat proyek ditutup tujuh tahun kemudian, nilai sisa dari barang-barang modal (investasi awal) adalah sama dengan nol. jika dana untuk proyek berasal dari pinjaman dengan bunga 15% per tahun, hitunglah apakah proposal investasi tersebut dapat diterima.Sekarang kita hitung apakah proposal investasi diterima atau tidak? Biaya biaya yang dikeluarkan, termasuk investasi awal, dinotasikan sebagai C. Penerimaan dinotasikan sebagai B dan tingkat diskonto yang digUnakan adalah 15%. Dengan informasi-informasi di atas, kita dapat menyusun tabel arus kas keluar masuk (cashflow) seperti di bawah ini:TahunKas Keluar (C)Kas Masuk (B)Arus Kas Bersih (B)-(C)Akumulasi Arus Kas Bersih01.0000- 1.000- 1.0001200400200-8002200400200-6003200400200-400 4200400200-2005200400200062004002002007200400200400Total2.4002.800400Metode Nondiskonto (Non-Discounted Method)Dengan metode nondiskonto, kita hanya memperhitungkan nilai nominal arus kas keluar masuk.Dari angka-angka dalam tabel, kita dapat menghitung payback period dan BIC ratio.Payback Period:Payback period dilihat dari angka akumulasi kas bersih pada saat mencapai nilai nol. Pada saat itu proyek telah mencapai titik impas. Dari tabel terlihat kondisi itu tercapai di tahun kelima. Periode titik impas adalah lima tahun.Nilai B/C = 2.800/2.400 = 1,17. Karena B/C > 1, proposal investasi dapat diterima! Benarkah demikian? Mari bandingkan dengan hasil evaluasi yang memperhitungkan nilai waktu dari uang.Metode Diskonto (Discounted Method)Jika menggunakan metode diskonto, maka nilai-nilai B, C dan otomatis B-C didiskontokan sebesar 15% per tahun. Hasilnya adalah sebagai berikut.TahunFaktorDiskonto(15%)Kas Keluar (C)Kas Masuk (B)Arus Kas Bersih (B)-(C)Akumulasi Arus Kas Bersih01231,000,870,760,661.0001741521320348304264-1.000174152132-1.000-826- 674- 5424567Total0,570,500,430,3811410086761.8342282001721521.6681141008676-166-428-328-242-166Sebelum melakukan penghitungan lebih lanjut, harus dipastikan bahwa Anda dapat membaca tabel di atas. Yang pertama kali harus dipahami adalah nilai-nilai dalam kolom faktor diskonto. Angka-angka itu menunjukkan nilai sekarang dari setiap rupiah yang diterima atau dikeluarkan. Misalnya, angka 0,87 di tahun pertama bermakna bahwa nilai sekarang dari setiap rupiah pengeluaran atau penerimaan setahun mendatang adalah Rp0,87. Angka ini diperoleh dengan cara membagi nilai satu rupiah dengan (1+r) atau sama dengan 1/1,15. Angka 0,50 di tahun kelima diperoleh dengan cara membagi nilai satu rupiah dengan (1+0,15)5 atau sama dengan 1/2,01.Nilai sekarang dari kas keluar pada kolom kas keluar diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal kas keluar dengan faktor diskontonya. Misalnya, nilai sekarang dari investasi awal yang sebesar 1.000 adalah sama dengan 1.000, sebab faktor diskontonya sama dengan 1 [1/(1,15) = 1]. Sementara itu nilai sekarang dari pengeluaran tahun kelima adalah 200 x 0,5 = 100. Dengan cara yang sama, kita dapat menghitung angka-angka yang tertera dalam kolom arus kas masuk.Setelah dapat membaca tabel di atas, mari kita evaluasi proposal investasi yang diajukanPayback Period:Dengan menggunakan metode diskonto, temyata sampai tahun ketujuh proyek belum mencapai titik impas, dilihat dari angka akumulasi arus kas bersih yang masih -166. Hasil ini jauh berbeda dengan menggunakan metode nondiskonto yang menyatakan periode titik impas adalah 5 tahun.B/C Ratio:Rasio B/C = 1.668/1.834 = 0,91. Dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang, diperoleh rasio B/C yang lebih kecil daripada satu. Proposal proyek ditolak, kesimpulan yang sangat berbeda dibandingkan dengan menggunakan metode nondiskonto.Net Present Value:Angka NPV = 1.668 - 1.834 = -166. Karena angkanya lebih kecil daripada nol, proposal investasi ditolak, sebab nilai sekarang dari pengeluaran total lebih besar daripada nilai sekarang penerimaan total.Internal Rate of Return:Dengan menggunakan cara manual (tidak dijelaskan dalam buku ini), diperoleh angka IRR dari proyek adalah sekitar 8%. Angka ini jauh lebih rendah daripada tingkat bunga yang sebesar 15%. Proposal investasi ditolak.Dari kasus di atas berhasil dijelaskan bahwa dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang, dasar pengambilan kepurusan investasi menjadi lebih luas dan akurat.Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Investasiitebagai sebuah keputusan yang rasional, investasi sangat ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan dan biaya investasi.Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return)Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan.Kondisi Internal PerusahaanKondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi yang digunakan. Ketiga aspek tersebut berhubungan positif dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Artinya, makin tinggi tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi, maka tingkat pengembalian yang diharapkan makin tinggi.Selain ketiga aspek teknis tersebut di atas, tingkat pengembalian yang diharapkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor nonteknis, terutama di negara sedang berkembang. Misalnya, apakah perusahaan memiliki hak dan atau kekuatan monopoli, kedekatan dengan pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi.Kondisi Eksternal PerusahaanKondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi terutama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional. Jika perkiraan tentang masa depan ekonomi nasional maupun dunia bemada optimis, biasanya tingkat investasi meningkat, karena tingkat pengembalian investasi dapat dinaikkan.Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh pemerintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan menaikkan pajak, misalnya, diperkirakan akan menurunkan tingkat permintaan akan agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun. Faktor sosial politik juga menentukan gairah investasi. jika sosial-politik makin stabil, investasi umumnya juga meningkat. Demikian pula faktor keamanan (kondisi keamanan negara).Biaya InvestasiYang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga pinjaman; Makin tinggi tingkat bunganya, maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat berinvestasi makin menurun.Namun, tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih tinggi. Faktor yang memengaruhi terutama adalah masalah kelembagaan. Misalnya, prosedur izin investasi yang berbelit-belit dan lama (> 3 tahun), menyebabkan biaya ekonomi dengan memperhitungkan nilai waktu uang dari investasi makin mahal. Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi lembaga keuangan, tingkat kepastian hukum, stabilitas politik, dan keadaan keamanan.Marginal Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga, dan Marginal Efficiency of Investment (MEI)1) Marginal Efficiency of Capital (MEC), Investasi, dan Tingkat BungaYang dimaksud dengan Marginal Efficiency of Capital (MEC) atau Efisiensi Modal Marjinal (EMM) adalah tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dari setiap tambahan barang modal. Pada studi kasus sebelumnya, kita telah membahas hal ini dalam ruang lingkup satu proyek saja. Padahal dalam kehidupan sehari-hari sebuah perusahaan, terutama perusahaan multinasional (MNC) atau konglomerat lokal, sering merencanakan banyak kegiatan akan investasi sekaligus. Misalkan, P.T. Tiara Sakti sudah menjadi konglomerat dan ingin memperluas usaha di bidang industri, seperti tercantum berikut ini:RencanaInvestasiDana Yang dibutuhkan(miliar rupiah)Tingkat PengembalianYang Diharapkan (MEC)(dalam persen/tahun)Industri Kimia1.50030Industri Tekstil1.00025Industri Makanan 75020Industri Ringan 50018Industri Pertanian 250153030Jika rencana investasi di atas disusun dalam histogram berdasarkan ranking MEC tertinggi akan diperoleh bentuk seperti di bawah ini. Penyusunan berdasarkan ranking MEC dilakukan untuk mempermudah pengambilan keputusan akan investasi mana yang harus dilakukan, berkaitan dengan tingkat bunga pinjaman yang berlaku. Seandainya tingkat bunga pinjaman hanya 12,5% per tahun, seluruh rencana investasi layak dilaksanakan. Dengan demikian permintaan akan investasi P.T. Tiara Sakti adalah Rp4.000 miliar. Bila tingkat bunga pinjaman naik menjadi 16% per tahun, rencana investasi di industri pertanian terpaksa dibatalkan. Permintaan akan investasi P.T. Tiara Sakti berkurang menjadi Rp3.750 miliar. Tingkat bunga pinjaman terus naik sampai menjadi 28% per tahun. Rencana investasi yang layak, hanya tinggal di industri kimia, sehingga permintaan investasi tinggal Rpl.500 miliar. Jika tingkat bunga melebihi angka 30% per tahun, tidak ada rencana investasi yang layak lagi, permintaan investasi menjadi sama dengan nol.Makin tinggi tingkat bunga, tingkat investasi makin menurun. Hubungan tersebut, dalam konteks P.T. Tiara Sakti, dapat dinyatakan dalam tabel berikut ini:Tabel di atas dapat diterjemahkan dalam kurva permintaan investasi P.T. Tiara Sakti. Slope (kemiringan) kurva permintaan investasi yang negatif menunjukkan hubungan berlawanan arah antara tingkat bunga dengan investasi. Menurunkan kurva permintaan akan investasi nasional (pasar) adalah sama dengan menurunkan kurva permintaan pasar terhadap barang tertentu, yaitu dengan menjumlahkan secara horizontal total permintaan investasi dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam perekonomian.Diagram 15.2 Kurva MEC (Kasus P.T. Tiara Sakti). ) Marginal Efficiency of Capital (MEC) dan Marginal Efficiency of Investment (MEI)Sama halnya dengan kurva permintaan akan investasi, kurva MEC s?cara nasional dapat diturunkan dengan menjumlahkan secara horizontal kurva-kurva MEC dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam perekonomian. Misalnya seperti tertera di bawah ini.Diagram 15.3 MEC Individu dan MEC TotalTetapi ada beberapa ekonom yang tidak sependapat dengan cara penurunan kurva MEC di atas. Salah satu kelemahan cara penurunan di atas adalah harga barang modal (tingkat bunga) diasumsikan tetap. Padahal jika permintaan akan barang modal secara nasional meningkat, logikanya tingkat bunga akan naik. Akibatnya kenaikan permintaan akan investasi tidak sebesar yang digambar- kan kurva MEC. Kurva yang lebih relevan untuk menjelaskan hal di atas adalah kurva Marginal Efficiency of Investment (MEI) atau Efisiensi Investasi Maxjinal (EIM). Kurva ini menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dengan tingkat investasi dalam suatu perekonomian, dengan memperhitungkan perubahan harga barang modal.MEC akan sama besar dengan MEI pada tingkat bunga tertentu, di mana pembelian barang modal hanya untuk menggantikan barang modal yang sudah tidak dapat dipakai lagi. Dalam diagram, kondisi tersebut dimisalkan terjadi pada tingkat bunga 30% per tahun. Jika tingkat bunga pinjaman turun menjadi 20%, maka permintaan akan investasi total, dengan asumsi masing-masing perusahaan berpikir bahwa perusahaan yang lain tidak akan menambah barang modal, adalah Io- Tetapi karena semua perusahaan ingin meningkatkan stok barang modal, maka harga barang modal naik. Kenaikan harga barang modal menyebabkan ada rencana investasi yang harus dibatalkan karena tidak layak lagi. Akhimya tingkat investasi yang sebenamya hanya sejumlah Ii.Diagram 15.4 Kurva MEC dan MEIInvestasi dan Pertumbuhan EkonomiZ^tingkat perusahaan, syarat untuk memelihara keuntungan adalah dengan menjaga agar tingkat produksi tidak berkurang. Untuk itu stok barang modal tidak boleh berkurang. Dilihat dari sisi ini, investasi merupakan upaya memelihara stok barang modal (capital stock adjustment pixxess). Besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memelihara barang stok adalah senilai persentase penyusutan dikalikan stok barang modal yang diharapkan. Misalnya, nilai barang modal yang harus tersedia supaya perusahaan dapat mempertahankan tingkat produksi adalah RplO miliar, sedangkan penyusutan adalah 10% per tahun, maka investasi per tahun adalah 10% x RplO miliar = Rpl miliar. Jika perusahaan ingin meningkatkan keuntungan dengan cara meningkatkan kapasitas produksi, maka investasi yang dilakukan harus lebih besar daripada Rpl miliar, agar stok barang modal bisa menjadi lebih besar daripada RplO miliar.Keputusan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan stok barang modal dapat memberikan dampak positif terhadap total perekonomian, sebab peningkatan stok barang modal secara nasional akan dapat meningkatkan kegiatan produksi dan juga dapat memperluas kesempatan kerja.