22
11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi Investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan datang. Penanaman modal yang dilakukan biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang sebagai kompensasi secara profesional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung. Keputusan investasi dapat dilakukan individu. Alasan seorang investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya nilai kekayaan yang dimiliki. Saham merupakan salah satu alternatif dalam aset finansial (Anissa, 2013). Investasi dalam ekonomi makro dapat diartikan sebagai pengeluaran masyarakat untuk memperoleh alat-alat kapital baru, oleh karena itu investasi total yang terjadi di suatu perekonomian sebagian berupa pembelian alat-alat baru untuk menggantikan alat-alat kapital yang tidak ekonomis untuk dipakai lagi dan sebagian lain berupa pembelian alat-alat kapital yang baru untuk memperbesar stok kapital. Disisi lain investasi diartikan sebagai pengeluaran dari sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang atau jasa untuk menambah stock barang dan perluasan perusahaan. Kebutuhan akan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan investasi dalam aset finansial di pasar modal sangat dibutuhkan oleh investor. Suatu pendekatan dalam menganalisis harga saham dipasar modal sangat dibutuhkan oleh investor dalam membuat keputusan investasi, investor menggunakan pendekatan fundamental dan teknikal.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi - sinta.unud.ac.id. BAB 2. TINJAUAN...TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi Investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan

Embed Size (px)

Citation preview

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Investasi

Investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan

tambahan dana pada masa yang akan datang. Penanaman modal yang dilakukan

biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa

yang akan datang sebagai kompensasi secara profesional atas penundaan

konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung. Keputusan investasi dapat

dilakukan individu. Alasan seorang investor melakukan investasi adalah untuk

mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang serta untuk

menghindari merosotnya nilai kekayaan yang dimiliki. Saham merupakan salah

satu alternatif dalam aset finansial (Anissa, 2013).

Investasi dalam ekonomi makro dapat diartikan sebagai pengeluaran

masyarakat untuk memperoleh alat-alat kapital baru, oleh karena itu investasi total

yang terjadi di suatu perekonomian sebagian berupa pembelian alat-alat baru

untuk menggantikan alat-alat kapital yang tidak ekonomis untuk dipakai lagi dan

sebagian lain berupa pembelian alat-alat kapital yang baru untuk memperbesar

stok kapital. Disisi lain investasi diartikan sebagai pengeluaran dari sektor

produsen (swasta) untuk pembelian barang atau jasa untuk menambah stock

barang dan perluasan perusahaan. Kebutuhan akan informasi yang relevan dalam

pengambilan keputusan investasi dalam aset finansial di pasar modal sangat

dibutuhkan oleh investor. Suatu pendekatan dalam menganalisis harga saham

dipasar modal sangat dibutuhkan oleh investor dalam membuat keputusan

investasi, investor menggunakan pendekatan fundamental dan teknikal.

12

Pendekatan secara fundamental mendasarkan analisa pada suatu anggapan

bahwa setiap saham mempunyai nilai intrinstik yang dihasilkan. Salah satu

indikator yang dapat digunakan yaitu apabila semakin rendah harga suatu saham

maka semakin bagus untuk melakukan investasi, hal tersebut dikarenakan harga

saham dapat terjangkau oleh kemampuan investor dan memiliki nilai resiko yang

kecil. Investasi ada dua macam yaitu investasi tetap (Outonomous Invesment) dan

investasi terpacu (Inoced Invesment). Investasi tetap umumnya digunakan

untuk memperoleh faktor - faktor produksi yang bersifat tetap seperti: mesin,

bangunan, tanah, atau investasi untuk mendirikan usaha. Investasi ini tidak

ditentukan dengan pendapatan, tetapi dapat meningkatkan pendapatan

nasional. Investasi terpacu adalah investasi yang besarnya tergantung

pendapatan nasional artinya jika pendapatan meningkat maka nilai investasi

akan meningkat pula (Anissa, 2013).

Perhitungan Investasi yang dilakukan harus konsisten dengan

perhitungan pendapatan nasional yang diperoleh. Karana yang dimasukkan

dalam perhitungan investasi adalah barang modal, bangunan/kontruksi,

maupun persediaan barang jadi yang masih baru. Investasi merupakan konsep

aliran (flow concept), karena dihitung selama satu internal periode tertentu

atau selama siklus produksi yang sudah dilakukan. Investasi akan

mempengaruhi jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu

periode tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran

investasi satu periode sebelumnya.

13

2.2 Kelayakan Investasi

Sofyan (2003) mengemukakan kelayakan investasi merupakan suatu

konsep yang dikembangkan dari konsep menajemen keuangan, terutama ditujukan

dalam rangka mencari atau menemukan inovasi baru dalam perusahan. Studi

kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan yang digunakan dalam

mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

usaha atau proyek yang telah direncanakan. Tujuan dilakukannya studi kelayakan

bisnis adalah untuk menghindari keberlanjutan penanaman modal yang terlalu

besar untuk kegiatan yang tidak terlalu menguntungkan, dengan kata lain

mencegah terbuangnya dana yang sia – sia (Afandi, 2015), dalam studi kelayakan

tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Ruang lingkup proyek yang dilakukan, untuk menentukan apakah proyek

akan beroprasi atau layak untuk dilaksanakan.

2. Cara kegiatan proyek dapat dilakukan, untuk menentukan apakah proyek

yang akan ditangani sendiri atau diserahkan kepada pihak lain.

3. Evaluasi terhadap aspek – aspek yang menentukan berhasilnya seluruh

proyek, untuk mengidentifikasi faktor – faktor keberhasilan usaha.

4. Sarana yang diperlukan oleh proyek, menyangkut kebutuhan proyek dan

fasilitas – fasilitas pendukung.

5. Hasil kegiatan proyek tersebut serta biaya – biaya yang harus ditanggung

untuk memperoleh hasil tersebut.

6. Memperhitungkan akibat – akibat yang ditimbulkan baik itu yang

berdampak positif maupun negatif dari dilaksakannya suatu proyek

tersebut (ekonomis dan sosial).

14

7. Memperhitungkan langkah – langkah yang diperlukan dalam

mendirikan/memulai suatu proyek.

Kelayakan finansial dapat diukur dari berbagai kriteria, yang dalam

hal ini menggunakan aspek non discounting yang terdiri dari break even point,

payback period dan aspek discounting yang terdiri dari net present value, net

benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return, dan analisis

sensitivitas. Untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan

keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan menggunakan

discount factor 12% dan discount factor 19%.

2.2.1 Non discounting

Non discounting merupakan analisis kelayakan investasi yang tidak

mempergunakan suku bunga compounding factor maupun discount factor.

Compounding factor (bunga majemeuk) digunakan untuk mencari nilai yang akan

datang (F) dari nilai uang saat ini (P) jika diketahui besarnya bunga (i) dan

lamanya periode investasi (n), sedangkan discount factor digunakan untuk

menghitung jumlah uang saat ini (Firdaus, 2007:120). Aspek – aspek yang

termasuk dalam kategori perhitungan non discounting yaitu:

1. Break even point

Merupakan suatu keadaan titik impas apabila telah disusun perhitungan

laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat

keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian, dengan kata lain break even

point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga

tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan

15

produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Break event point

biasanya digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di

dalam kegiatan perusahaan seperti, luas produksi atau tingkat produksi yang

dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima

perusahaan dari kegiatannya.

Keadaan pulang pokok merupakan keadaan dimana penerimaan

pendapatan (total revenue) yang disingkat TR adalah biaya yang ditanggungnya

(total cost) yang disingkat TC. Penentuan break even point didasarkan pada

persamaan penjualan dengan total biaya (Anwar dan Asmawarn, 2013). Adapun

rumus perhitungan break even point adalah sebagai berikut:

BEP Harga jual : VCFCR

BEP Kuantitas : VCFCR

Dimana:

FC = Biaya tetap

VC = Biaya variabel total

P = Harga jual

P* = Harga pada saat break even point

AFC = Rata-rata biaya tetap

AVC = Rata-rata biaya variabel

Q = Kuantitas penjualan

Q* = Kuantitas pada saat break even point

AVCAFCP

Q

VCFCP

VCFCPxQ

*

*

AVCP

FCQ

FCAVCPQ

FCAVCxQPxQ

AVCxQFCPxQ

VCFCPxQ

*

)(

16

Apabila:

a) P*< Ppasar maka usaha ternak babi dikatakan menguntungkan.

b) P*> Ppasar maka usaha ternak babi dikatakan mengalami kerugian.

c) P*= Ppasar maka usaha ternak babi tidak mengalami keuntungan maupun

Kerugian.

2. Payback period

Merupakan waktu yang dibutuhkan atas suatu investasi yang menghasilkan

cash flow yang dapat menutupi biaya investasi yang telah dikeluarkan. Teknik ini

digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha

itu akan kembali jika alternatif aliran kas (CF) yang didapat dari usaha yang

diusulkan itu akan kembali, maka alternatrif usulan usaha yang memberikan masa

yang terpendek adalah yang terbaik (Sofyan 2002: 19). Perhitungan didapat dari

perhitungan nilai kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas

bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan

(dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri) Rumus yang

digunakan dalam perhitungan payback period adalah sebagai berikut:

Keterangan:

t = Tahun ke-t dimana cash in flow belum menutupi investasi awal.

b = Nilai net cash flow kumulatif saat tahun ke-1

c = Nilai net cash flow saat tahun ke-(t+1)

2.2.2 Discounting

Discounting merupakan analisis kelayakan investasi yang mempergunakan

suku bunga compounding factor maupun discount factor. Compounding factor

(bunga majemeuk) digunakan untuk mencari nilai yang akan datang (F) dari

nilai uang saat ini (P) jika diketahui besarnya bunga (i) dan lamanya periode

17

investasi (n), sedangkan discount factor digunakan untuk menghitung jumlah

uang saat ini (Firdaus, 2007:120). Aspek – aspek yang termasuk dalam kategori

perhitungan discounting yaitu :

1. Net present value

Merupakan pengukuran berapa nilai yang dihasilkan saat ini seandainya

menanamkan sebuah investasi. NPV juga merupakan perbedaan di antara nilai

pasar investasi dan biaya yang dikeluarkan. Discounted cash flow valuation

adalah proses penilaian investasi melalui tingkat diskonto cash flow pada masa

datang, untuk mengintepretasikan kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari

hasil perhitungan NPV. Jika nilai NPV positif maka investasi layak dilakukan,

sebaliknya jika negatif maka investasi ditolak atau tidak layak. Menurut

Sofyan (2002: 180), NPV adalah nilai netto sekarang dari dana yang

diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan besarnya tingkat

pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh karena itu usulan proyek yang

layak diterima haruslah memiliki nilai NPV > 0, jika tidak maka proyek itu

akan mengalami kerugian. Rumus yang digunakan dalam perhitungan net

present value adalah sebagai berikut:

Koi

CBNPV

n

tt

tt

0 )1(

Dimana:

NPV = Nilai sekarang netto

Bt = Benefit

Ct = Cost

n = Umur ekonomis

t = Tahun, mulai tahun 1 (pertama)

Ko = Modal pada tahun ke 0

18

Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode

NPV adalah sebagai berikut:

a) Apabila NPV > 0, maka usaha ternak babi proyek diterima,

b) Apabila NPV < 0, maka usaha ternak babi ditolak, dan

c) Apabila NPV = 0, kemungkinan usaha ternak babi akan diterima atau

nilai perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak.

2. Net benefit/cost ratio

Merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap

total dari biaya bersih. Net benefit/cost ratio menunjukan manfaat bersih yang

diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Semua aliran biaya

dan manfaat selama umur ekonomis, diukur dengan nilai uang sekarang, artinya

dilakukan discount nilai dikemudian hari dengan suatu discount factor. Benefit

Cost Ratio atau B/C ratio disebut juga dengan istilah “profitability index”. Selama

B/C ratio ≥ 1 maka usulan proyek dapat diterima, tetapi apabila sebaliknya maka

usulan proyek tersebut harus ditolak (Cahyosatrio, 2014). Rumus yang digunakan

dalam perhitungan net benefit/cost ratio adalah sebagai berikut:

Untuk Bt – Ct > 0

Untuk Bt – Ct < 0

Dimana:

Net B/C : Rasio benefit cost

Net Bt-Ct : Dalam nilai mutlak

N : Umur ekonomis

T : 0 sampai n tahun

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan net benefit/cost ratio, yaitu:

a) Net B/C Ratio > 1, maka usaha ternak babi layak dilaksanakan.

b) Net B/C Ratio < 1, maka usaha ternak babi tidak layak atau tidak dapat

dilakukan.

19

c) Net B/C Ratio = 1, maka usaha ternak babi impas antara biaya dan

manfaat sehingga terserah kepada pengambil keputusan untuk

dilaksanakan atau tidak.

3. Gross benefit/cost ratio

Merupakan rasio perbandingan antara penerimaan (benefit) yang diperoleh

dari tahun ke tahun setelah didiskonto dengan biaya yang telah didiskonto,

yang dikorbankan selama umur ekonomis suatu proyek. Rasio ini menunjukan

kemampuan inputs (biaya) untuk menghasilkan penerimaan selama umur

ekonomis (Cahyosatrio, 2014). Rumus yang digunkan untuk menghitung gross

benefit/cost ratio dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Gross B/C

n

1tt

t

n

1tt

t

-

i)(1

C

i)(1

B

C

B

Dimana:

a) Gross B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan

b) Gross B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan

c) Gross B/C = 1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP.

4. Internal rate of return (IRR)

Merupakan tingkat diskonto yang menyebabkan NPV investasi sama

dengan nol. IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi

bersih dari suatu usaha, sepanjang setiap benefit bersih diperoleh secara otomatis

ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan

yang sama dan diberi bunga selama sisa umur usaha. Sebuah investasi layak jika

nilai IRR melebihi tingkat return yang dipersyaratkan. IRR dapat menggambarkan

besarnya suku bunga tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan.

Dalam kriteria investasi IRR harus lebih besar dari OCC atau opportunity cost of

20

capital agar rencana atau usulan investasi dapat layak dilaksanakan (Sofyan

2002: 178). Rumus yang digunakan untuk IRR adalah sebagai berikut:

IRR = ))(( 12

21

11 ii

NPVNPV

NPVi

Dimana:

NPV1 = Jumlah nilai NPV yang bertanda positif.

NPV2 = Jumlah nilai NPV yang betanda negatif.

i1 = Tingkat bunga pada NPV yang bertanda positif.

i2 = Tingkat bunga pada NPV yang bertanda negatif

5. Analisis sensitivitas

Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari

perubahan parameter - parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem

produksi dalam menghasilkan keuntungan, dengan melakukan analisis sentivitas

maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat

diketahui dan diantisifikasi sebelumnya (Departemen Agribisnis IPB, 2015).

Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk mengantisipasi

adanya perubahan-perubahan berikut:

a) Memperbaiki cara pelaksanan proyek yang sedang berlangsung, sehingga

dapat meningkatkan nilai net present value.

b) Mengurangi resiko kerugian dengan melakukan beberapa tindakan

pencegahan yang mesti diambil.

c) Melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis yang dilakukan.

d) Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi,

biaya bahan-baku, produksi, dan sebagainya.

e) Penurunan produktivitas siklus produksi.

f) Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek / siklus produksi.

21

Setelah melakukan analisis sensitivitas dapat diketahui seberapa jauh

dampak perubahan terhadap suatu siklus produksi yang dilakukan, sekaligus

untuk mengetahui pada tingkat mana proyek masih layak untuk dilaksanakan.

2.2.3 Batas maksimal proyek menghasilkan keuntungan

Perhitungan perbandingan dilakukan dengan menggunakan discount

factor 12% dan discount factor 19% untuk mengetahui batas maksimal

kemampuan proyek menghasilkan keuntungan.

Penelitian ini juga mempergunakan analisis non finansial untuk

mengetahui kelayakan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri yang meliputi

aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hukum,

dan aspek lingkungan.

2.2.4 Deskriptif kualitatif

Data kualitatif adalah data yang tidak dalam bentuk angka tetapi

merupakan uraian maupun penjelasan yang tidak dapat dihitung. Data kualitatif

ini sifatnya menunjang dan berhubungan dengan masalah yang diteliti.

1. Aspek teknis

Membahas tentang kesiagaan perusahaan dalam menjalankan usahanya.

Penilaian terhadap aspek ini sangat penting karena menyangkut hal-hal seperti

masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan

peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi. Suatu

ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek teknis dan teknologi jika

berdasarkan hasil analisis ide bisnis dapat dibangun dan dijalankan

22

(dioperasionalkan) dengan baik. Kelengkapan kajian aspek operasi sangat

tergantung dari jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha

memiliki prioritas tersendiri (Suliyanto, 2010).

2. Aspek pemasaran

Membahas tentang menganalisis jenis produk yang akan diproduksi,

banyaknya produk yang diminta oleh konsumen, serta menganalisis banyaknya

produk yang ditawarkan oleh pesaing dan menganalisis cara atau strategi agar

produk yang dihasilkan dapat sampai ke konsumen dengan lebih efesien

dibandingkan pesaing (Suliyanto, 2010).

3. Aspek manajemen

Membahas tentang pelaksanaan suatu pekerjaan melalui orang lain dan

mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama yang

melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah

tujuan - tujuan organisasional atau maksud – maksud yang nyata. Keberhasilan

suatu proyek/kegiatan yang telah dinyatakan layak (feasible) untuk

dikembangkan, sangat dipengaruhi oleh peranan manajemen dalam

pencapaian tujuan proyek/kegiatan. Orang yang melaksankan manajemen disebut

sebagai manajer. Aspek manajemen dalam studi kelayakan bisnis menyangkut

fungsi– fungsi manajemen secara umum/makro, yang meliputi fungsi

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan (Zaini, 2014).

4. Aspek legal/hukum

Membahas tentang ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum

menjalankan suatu usaha. Ketentuan hukum untuk setiap ijin usaha berbeda –

beda, tergantung pada kompleksitas bisnis tersebut. Adanya otonomi daerah

23

menyebabkan ketentuan hukum dan perizinan antara daerah satu dan lainya

berbeda – beda. Suatu ide bisnis dikatakan layak jika ide bisnis tersebut sesuai

dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perizinan

di wilayah tersebut (Suliyanto, 2010).

5. Aspek lingkungan

Membahas tentang dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi atau

proyek jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun positif. Sebelum usaha

dijalankan perlu dilakukan studi tentang dampak lingkungan untuk

mengetahui dampak yang akan timbul dan dicari jalan keluarnya untuk

mengatasinya, studi ini dinamakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL). Keberadaan bisnis/proyek dapat berpengaruh terhadap lingkungan,

baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan ekologi tempat

bisnis/proyek yang akan dijalankan (Suliyanto, 2010).

2.3 Peternakan Babi

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan

hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.

Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan

peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan

adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip - prinsip manajemen pada

faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di

bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar

seperti sapi, babi, kerbau, dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan

hewan kecil seperti ayam, kelinci, dan bebek.

24

Menurut Sihobing (1997) sejarah peternakan babi di indonesia tidak

diketahui secara pasti, karana catatan – catatan mengenai hal itu tidak ditemukan.

Namun yang pasti tujuan utama dari usaha peternakan babi adalah memperoleh

keuntungan yang memuaskan dari penjualan bibit babi, babi sapihan, babi

potong atau hasil daging dan pupuk dari pengolahan limbah babi.

Baberapa jenis babi yang diusahkan peternak indonesia seperti: landrace,

pietrain, duroc, saddle back dan babi lokal. Jenis babi landrace merupakan jenis

babi yang umum diternakan di indonesia, babi landrace merupakan hasil

persilangan antara pejantan large white dengan induk / betina lokal. Babi ini

berasal dari Denmark dan merupakan jenis babi pedaging (bacon) berkualitas

tinggi. Babi landrace memiliki ciri – ciri karkas sangat panjang, paha besar,

daging dibawah dagu gemuk dan kaki yang pendek, konversi pakannya baik dan

sangat besar, sehingga cocok untuk memperbaiki mutu genetik ternak babi di

daerah tropis seperti indonesia.

Untuk peternakan babi yang terdapat di negara indonesia paling banyak

dikembangkan masyarakat Bali selain karana sosial budaya masyarakat Bali,

juga disebabkan oleh Bali merupakan sebagai daerah tujuan wisata, dan

berkembangnya usaha kuliner menggunakan bahan baku daging babi, segi

ekonomis peternakan babi di Bali antara lain:

1. Babi memiliki konversi terhadap makanan yang cukup tinggi. Semua

bahan makanan bisa diubah menjadi daging, dan lemak dengan sangat

efesien, untuk proses pembentukan 1 Kg daging rata – rata diperlukan

3,5 Kg makanan.

25

2. Babi sangat peridi (prolific), satu kali beranak seokor indukan babi

dapat menghasilkan 6 – 12 ekor dan setiap induk mampu beranak 2 kali

dalam waktu setahun.

3. Kandungan fat atau lemak pada daging babi paling tinggi dibandingkan

daging hewan ternak lainnya.

4. Babi mudah beradaptasi terhadap sistem pemakaian peralatan kandang

seperti tempat makan dan minum yang otomatis, sehingga efesien biaya.

Peternak babi rakyat secara umum menjual ternaknya dalam bentuk ternak

hidup, bukan dalam bentuk daging olahannya. Ternak babi sudah bisa dijual pada

umur 6 – 8 bulan dengan berat hidup 100 kg –150 kg/ekor. Penjualan ternak babi

dilakuakan melalui Gabungan Usaha Perternak Babi Indonesia (GUPBI)/Rekan

Bisnis (Rumah Pemotongan Hewan), pedagang atau tengkulak yang membeli

langsung ke lokasi peternakan atau langsung ke pembeli. Penjualan yang melalui

kelompok, peternak cukup melapor ke seksi pemasaran dan mereka yang akan

mengkordinir untuk mencarikan pembeli.

Cara pembayaran dari gapoktan ke peternak secara tunai, sedangkan dari

pedagang atau tengkulak, ada yang secara tunai ada juga yang secara tempo

(hutang). Harga babi dan daging babi berfluktuasi tergantung berbagai faktor.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi harga jual daging babi yakni jumlah

persediaan babi yang akan dijual akan berpengaruh terhadap jaminan pasar yaitu

dalam hubungan produksi dan kebutuhan. Jika pasar mengalami kebanjiran

produksi, maka akan terjadi penurunan harga per satuan produksi, sebaliknya

apabila permintaan pasar meningkat, sedangkan jumlah produksi tidak

mengikutinya, maka akan terjadi kenaikan harga persatuan produksi.

26

Kestabilan harga relatif dicapai apabila jumlah produksi dan kebutuhan pasar

selalu dipertahankan. Persedian babi juga dipengaruhi oleh persedian pakan

yang berkualitas dan berkelanjutan.

Jika harga pakan naik, maka secara otomatis usaha produksi akan

menyesuaikan yaitu dengan cara mengurangi jumlah babi yang akan

dipelihara. Upaya ini dilakukan untuk mencegah kerugian yang lebih besar bagi

usahanya, selain itu harga dipasaran juga dipengaruhi oleh adanya

peningkatan permintaan pasar pada saat hari – hari besar (Hari Raya Galungan

dan Kuningan). Peningkatan permintaan daging babi juga dipengaruhi oleh

meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya konsumsi daging babi

untuk kebutuhan upacara keagamaan. Hal ini membuka peluang usaha

penggemukan dan peternakan babi di Bali.

2.4 Manajemen Limbah Peternakan Babi

Perencanaan lokasi usaha peternakan babi terutama usaha yang besar,

perlu disiapkan untuk jangka panjang, misalnya harus dipersiapkan untuk jangka

waktu 25 - 50 tahun masa yang akan datang, karena modal yang diinvestasikan

relatif tinggi. Penting pula diperhatikan dari faktor fisik, ekonomis, dan sosial,

terutama di Indonesia agar sesuai dengan makna yang terkandung dalam

peraturan yang berlaku. Undang-undang RI No. 4 tahun terutama Pasal 16: setiap

rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan

wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang

pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah. Beberapa hal yang perlu

dilakukan dalam mengatasi menejemen limbah peternakan babi:

27

1. Luas lahan peternakan babi, Lahan untuk peternakan harus cukup luas

dengan besar usaha peternakan, selain untuk peruntukan bagi

peternakan; sedapat mungkin ada lahan untuk memanfaatkan limbah

ternak untuk tanaman pangan ataupun pakan ternak. Akses jalan yang

layak agar memudahkan dalam proses pendistribusian hewan, yakni

mengangkut ternak, pakan ternak dan limbah peternakan.

2. Kotoran, limbah dari kotoran babi baik itu berupa kotoran cair atau padat

dapat di olah menjadi pupuk dengan menggunakan proses atau prosedur

tertentu selain mengurangi limbah dari peternakan juga sekaligus peluang

untuk meningkatkan pendapatan dari penjualan pupuk yang berbahan

baku kotoran dari peternakan babi.

3. Topografi lahan, lahan harus dipilih yang bertopografi yang

memungkinkan digunakan untuk peternakan babi. Sedapat mungkin dari

areal perkandangan dapat disalurkan limbah ternak ke tempat

penampungan limbah oleh grafitasi saja. Air permukaan diarahkan

menjauh dari kandang dan dari penampungan limbah sedapat mungkin

tinggal di lahan peternakan itu sendiri dan jangan mencemari lahan

milik orang lain agar tidak mencemari lingkungan.

4. Permukaan air dalam tanah, dengan semakin banyak masyarakat

menggunakan persediaan air tanah untuk dipakai sehari-hari, penting

untuk menghindari sumber ini dari pencemaran. Bila perlu diuji menggali

satu atau dua lubang untuk mengetahui ambang air tanah, sehingga

mempermudah memilih lokasi penampungan limbah ternak.

28

5. Jarak kandang dari pemukiman, ternak dapat mencemari lingkungan

dalam bentuk pencemaran air permukaan maupun air dalam tanah,

udara, maupun bising oleh suara ternak. Dari sebab itu jarak

peternakan, dalam hal ini kandang tempat mengurung ternak, harus

diperhatikan jarak minimalnya dari pemukiman. Bangunan kandang

harus cukup jauh jaraknya dari rumah-rumah pemukiman untuk

menghindari polusi kebisingan, udara dan air bagi penghuni rumah

tempat tinggal bangunan - bangunan atau pusat - pusat kegiatan lain.

2.5 Penelitian Sebelumnya

Pengkajian terhadap hasil – hasil peneitian yang telah dilakukan peneliti

sebelumnya sangat perlu dilakukan mengingat pentingnya bagi peneliti untuk

menelaah masalah yang dihadapi peneliti dalam penelitianya. Adapun penelitaian

yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu:

Kusuma (2014) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan

finansial pengembangan usaha produksi komoditas lokal: mie berbasis jagung

menggunakan metode analisis finansial dengan menghitung biaya investasi, biaya

produksi, struktur finansial, estimasi penjualan, estimasi biaya produksi, cash

flow, pemenuhan kriteria finansial yang meliputi: Analisa break even point (BEP),

net present value NPV), incrementalrate of return (IRR), net benefit cost ratio

(Rasio B/C), payback period (PBP), dan analisis sensitivitas. Penelitian ini

dilakukan di Laboraturium Pengolahan Pangan Balai Besar Pengembangan

Teknologi Tepat Guna-LIPI Subang. Analisa finansial yang dilakukan

memperoleh hasil Net Present Value bernilai positif sebesar Rp 32.668.709,00

29

Internal Rate of Return sebesar 59,19% menunjukkan bahwa tingkat

pengembalian lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan. Payback

Period selama 13 bulan apabila asumsi yang direncanakan terpenuhi, Profitability

Index sebesar 1,01 dan Rasio B/C sebesar 1,3 lebih besar dari > 1 sehingga dari

segi finansial rencana usaha mie jagung layak dijalankan. Analisa sensitivitas

menunjukkan bahwa penurunan pendapatan 5% dan kenaikan biaya operasional

5% sangat berpengaruh terhadap kelayakan proyek, dari pertimbangan kriteria

investasi di atas menunjukkan bahwa kegiatan usaha produksi mie jagung instan

layak untuk dijalankan selama proyek berjalan sesuai dengan asumsi dan

parameter teknis yang ditentukan.

Narendra (2011) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan

finansial rencana pembangunan gedung parkir bertingkat di pasar lokitasari

menggunakan metode net present value, benefit cost ratio, internal rate of return,

payback period, dan analisis sensitivitas. Hasil analisis menunjukkan untuk

alternatif satu biaya sebesar Rp. 2000 dengan tingkat suku bunga 18%, nilai NPV

< 1 yang artinya proyek tidak layak, nilai benefit cost ratio < 1 yang artinya

proyek tidak layak, dan nilai internal rate of return sebesar 9.59% lebih kecil dari

tingkat suku bunga. Pada alternatif dua biaya parkir sebesar Rp. 3.500, nilai

NPV > 1 yang artinya proyek layak untuk dilaksanakan, nilai benefit cost

ratio > 1 yang artinya proyek layak untuk dilaksanakan, nilai IRR sebesar 18,41%,

dan payback period pada tahun 2022. Pada penelitian ini pemerintah

direkomendasikan untuk memilih harga alternatif kedua agar proyek yang

akan dilaksanakan ini layak secara finansial.

30

Agus Suryadi dkk. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul analisis

kelayakan usaha ternak babi sancaya ditinjau dari metode net present value di Br.

Ponggang, Payangan, Gianyar. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada

Usaha Ternak Babi Sancaya di Br. Ponggang, Payangan menggunakan metode

deskriptif kuantitatif, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu (1) Usaha Ternak

Babi Sancaya di Banjar Ponggang, Payangan layak dikembangkan karena nilai

NPV yang dihasilkan lebih besar dari nol (0) yaitu sebesar Rp. 121.575.614,00.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama –

sama menganalisis aspek finansial dengan metode kelayak finansial yang meliputi

break event point, payback periode, net benefit/cost ratio, net present value,

internal rate of return dan analisis sensitivitas. Sedangkan perbedaan penelitian

terdahulu dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian, waktu penelitian dan

pada penelitian ini juga dibahas mengenai aspek non finansial yang meliputi

aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal /hukum, dan aspek

lingkungan, selain itu juga dilakukan wawancara dan obeservasi untuk

mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak

babi di UD. Sindi Mandiri.

2.6 Kerangka Pemikiran

Daging babi menjadi salah satu komonditas yang penting ditinjau dari

sosial budaya masyarakat Bali. Hal tersebut berdampak pada perkembangan

usaha peternakan babi di Desa Bongan, dalam menjalankan usaha ternaknya

peternak memegang peranan penting dalam mengelola dan pengambilan

keputusan dalam menjalankan usaha ternak babi agar sesuai rencana dan tujuan

31

yang sudah ditetapkan. Kendala yang sering dihadapi dalam mejalankan usaha

ternak babi, harga pakan ternak yang mengalami kenaikan namun tidak diikuti

meningkatnya harga jual ternak dipasaran yang membuat harga daging babi

berfluktuasi di pasaran. Serta adanya serangan virus dan penyakit terhadap hewan

ternak dan kurang luasnya pangsa pasar untuk menjual ternak babi juga

mempengaruhi berkembang atau tidaknya usaha ternak babi di Provinsi Bali.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan metode

deskriptif kualitatif, untuk mengetahui kelayakan usaha ternak babi UD Sindi

Mandiri di Desa Bongan yang ditinjau dari sektor produksi, pemasaran,

keuangan, titik impas, dan keuntungan, dengan menggunakan analisis

finansial dan analisis non finansial. Analisis finansial yang meliputi aspek

non discounting yang terdiri dari break event point dan payback period

sedangkan aspek discounting yang terdiri dari net present value, net

benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of returns, dan analisis

sensitivitas, untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan

keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan menggunakan

discount factor 12% dan discount factor 19%. Sedangkan analisis non

finansial meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek

legal/hukum, dan aspek lingkungan. Metode wawancara dan obeservasi

digunakan untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam

menjalankan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri. Alur kerangka pemikiran

penelitian ini ditunjukan pada gambar 2.1

32

Peternak

Usaha Ternak Babi UD.

Sindi Mandiri

Produksi

Teknis Peternakan

Analisis Finansial

Non Discounting

1. BEP

2. Payback Period

Discounting

1. NPV

2. Net B/C ratio

3. Gross B/C ratio

4. IRR

5. Analisis

Sensitivitas

Layak / Tidak

Saran Kebijakan

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian Prospek Pengembangan Usaha Ternak

Babi di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan

Analisis Non Finansial

1. Aspek Teknis

2. Aspek Pemasaran

3. Aspek Manajemen

4. Aspek

Legal/Hukum

5. Aspek Lingkungan

Kendala

1. Kenaikan Harga

pakan Ternak

Metode Analisis

Finansial Metode Analisis

Deskriptif