Upload
linda-novitayani
View
97
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
A. Teori Gangguan Bebas Waktu
1. Kasus Tak Terdegenerasi
Tinjau Hamiltonian dari sebuah system dengan bentuk
H¿
=H 0
¿
+g H1
¿
, |g H¿
−1|<<|H¿
0|, (1.1)
dengan H0
¿
merupakan Hamiltonian tanpa gangguan dan g H1
¿
merupakan
Hamiltonian gangguan. Akibat gangguan tersebut, nilai dan fungsi eigen energy akan
mengalami koreksi kecil,
En=En(0)+ΔEn (1.2)
ϕn=ϕn(0)+Δϕn (1.3)
Selanjutnya, nilai dan fungsi eigen energy tersebut dapat dituliskan dalam bentuk
sebuah deret konvergen,
En=En(0)+gEn
(1)+g2 En(2 )+. .. (1.4)
ϕn=ϕn(0)+gϕn
(1)+g2ϕn(2)+ .. . (1.5)
Jelas bahwa pada g→0 berlaku ϕn=ϕn(0)
dan En=En(0)
Persamaan eigen energy untuk kasus gangguan ini adalah
H¿
ϕn=(H¿
0+g H¿
1) ϕn=En ϕn (1.6)
Dengan H¿
0 ϕn(0 )=En
(0)ϕn(0 )
diketahui solusinya secara eksak. Substitusi (1.2) dan
(1.3) ke (1.4) menghasilkan
{H0
¿ϕn(0)−En
(0)ϕn(0 )}+g {H0
¿ϕn(1 )+H1
¿ϕn(0 )−En
(0 )ϕn(1)−En
(1 )ϕn(0)}
+g2 {H 0
¿
ϕn(2)+H1
¿
ϕn(1)−En
(0)ϕn(2 )−En
(1)ϕn(1 )−En
(2)ϕn(0 )}
+g3 {H 0
¿
ϕn(3 )+H1
¿
ϕn(2 )−En
(0)ϕn(3)−En
(1)ϕn(2)−En
(2 )ϕn(1)−En
(3 )ϕn(0 )}+.. . .=0
(1.7)
atau dapat ditulis dalam bentuk
g0 F (0 )+g1 F(1)+g2F (2 )+g3 F(3)+.. . .=0 (1.8)
yang berlaku jika dan hanya jika
F(0)=F(1)=F(2)=F (3 )=. . ..=0 (1.9)
Dari persamaan tersebut diperoleh
H¿
0 ϕn(0)=En
(0)ϕn(0 )
(1.10)
(H¿ 0−En(0) )ϕn
(1)=(En(1)−H1
¿ )ϕn(0 )
(1.11)
(H¿ 0−En(0) )ϕn
(2)=(En(1)−H1
¿ )ϕn(1 )+En
(2)ϕn(0 )
(1.12)
(dan seterusnya)
Perhatikan bahwa ϕn(1 )+aϕn
(0 )juga merupakan solusi untuk persamaan (1.11).
Sehingga solusi persamaan tersebut adalah ϕn(1 )
dan En(1)
serta ϕn(1 )+aϕn
(0 )dan En
(1).
Dengan demikian diperlukan kendala (constraint) untuk membuat solusinya unik.
Kendala ini diambil sebagai berikut : semua koreksi dari ϕn(0 )
pada persamaan (1.3)
dianggap normal terhadap ϕn(0 )
, yaitu
⟨ϕn( s )|ϕn
(0 )⟩=0 untuk s > 0 dan semua n (1.13)
Dalam ruang Hilbert H , hubungan normalisasi di atas menunjukkan bahwa Δϕn
(dan juga ϕn=ϕn(0)+ Δϕn ) adalah normal (orthogonal) terhadap ϕn
(0 ).Hubungan ini
akan digunakan membangun ϕn( s)
.
Koreksi Orde 1
Dari persamaan (1.11) di atas, terlihat bahwa H¿
0 ϕn(1)
mengusulkan bahwa solusi ϕn(1 )
merupakan
kombinasi linear dari ϕn(0 )
, yaitu |ϕn(1 )⟩=∑i
Cni(1)|ϕi
(0)⟩. Jadi persamaan tersebut dapat dituliskan
dalam bentuk
(H¿ 0−En(0) )∑
i
Cni(1 )|ϕi
(0) ⟩=(En(1)−H1
¿ )ϕn(0 )
(1.14)
Perkalian persamaan di atas dengan |ϕ j(0)⟩ dari arah kanan menghasilkan
(E j(0 )−En
(0 ))Cnj(1)=En
(1 )δ jn−(H1
¿ ) jn (1.15)
Dengan ⟨H1
¿
⟩ jn=⟨ϕ j(0 )|H1
¿
|ϕn(0 )⟩
Pada j≠n , diperoleh
Cnj(1)=
⟨H1
¿
⟩ jn
(En(0)−E j
(0 )) (1.16)
Dan
ϕn(1 )=∑
j≠n
⟨H 1
¿
⟩ jn
(En(0)−E j
(0))ϕ j(0)+Cnn ϕn
(0)
(1.17)
Selanjutnya, nilai Cnndiperoleh dari kendala normalisasi ⟨ϕn( s )|ϕn
(0 )⟩=0 pada s = 1,
∑j≠n
⟨H1
¿
⟩ jn
(En(0)−E j
(0 ))δ jn+Cnn δnn=0⇒Cnn=0
(1.18)
0 1
Sehingga,
ϕn(1 )=∑
j≠n
⟨H 1
¿
⟩ jn
(En(0)−E j
(0))ϕ j(0)
(1.19)
Pada j = n , berlaku
En(1)=⟨H1
¿
⟩nn (1.20)
Jadi, fungsi gelombang dan nilai eigen partikel pada koreksi orde 1 akibat Hamiltonian gangguan
adalah
ϕn=ϕn(0)+∑
j≠n
⟨H1
¿
⟩ jn
(En(0)−E j
(0))ϕ j(0)
(1.21)
En=En(0)=⟨H1
¿
⟩nn (1.22)
Agar ekspansinya konvergen, maka haruslah berlaku
|⟨H1
¿
⟩ jn
(En(0 )−E j
(0))|<<1
, atau
⟨H1
¿
⟩ jn <<|En(0)−E j
(0)|dan
⟨H1
¿
⟩nn<<|En(0)|
(1.23)
Koreksi Orde 2
Sebagaimana pada koreksi orde 1, fungsi gelombang untuk koreksi orde 2 diambil sebagai
kombinasi linear fungsi gelombang tak terganggu,
|ϕn(2 )⟩=∑
i
Cni(2)|ϕi
(0)⟩(1.24)
Sehingga persamaan (1.12) dapat dituliskan menjadi
(H0−En(0 )
¿ )∑i
Cni(2)|ϕi
(0)⟩=(En(1)−H
¿
1)|ϕi(1)⟩+En
(2)|ϕi(0 )⟩
(1.25)
Perkalian persamaan terakhir dengan ⟨ ϕ j(0)|dari arah kiri menghasilkan
(E j(0 )−En
(0 ))∑i
Cni(2) δ ji=En
(1)⟨ϕ j(0 )|ϕn
(1)⟩−⟨ϕ j(0 )|H
¿
1|ϕn(1)⟩+En
(2 )δ jn(1.26)
Pada n = j diperoleh
En(2)=⟨ϕn
(0)|H1
¿
|ϕn(1)⟩
¿∑i≠n
⟨ϕn(0 )|
H1
¿
⟨H1
¿
⟩inEn(0 )−E i
(0 )|ϕi(0 )⟩
¿∑i≠n
⟨H1
¿
⟩ni ⟨H1
¿
⟩inEn(0)−Ei
(0)
¿∑i≠n
|⟨H1
¿
⟩in|2
En(0)−Ei
(0)(1.27)
Pada n≠ j ,persamaan (1.26) ditulis menjadi
(E j(0 )−En
(0 ))Cnj(2)=⟨H1
¿
⟩nn⟨ϕ j(0 )|∑
k≠n
⟨H 1
¿
⟩kn
(En(0)−Ek
(0))|ϕk(0)⟩−⟨ϕ j
(0)|H¿
1∑k≠n
⟨H1
¿
⟩kn
(En(0)−Ek
(0 ))|ϕk(0 )⟩
(1.28)
Sehingga,
Cnj(2)=
1
(En(0)−E j
(0 )) (∑k≠n
⟨H1
¿
⟩ jk ⟨H1
¿
⟩kn
(En(0)−Ek
(0)) )−⟨H1
¿
⟩nn ⟨H1
¿
⟩ jn
(En(0 )−E j
(0) )2(1.29)
Dengan menerapkan syarat normalisasi ⟨ϕn( s )|ϕn
(0 )⟩=0 ,didapat
∑j
Cnj(2 )⟨ϕ j
(0)|ϕn(0 )⟩=0⇒∑
j
Cnj(2 )δ jn=Cnn
(2)=0(1.30)
Sehingga fungsi gelombang dan energi total partikel setelah koreksi orde 2 dapat dituliskan
sebagai,
ϕn=ϕn(0)+∑
j≠n [ ⟨H1
¿
⟩ jn
(En(0)−E j
(0))−⟨H1
¿
⟩nn ⟨H 1
¿
⟩ jn
(En(0)−E j
(0 ))2+∑
k≠n
⟨H1
¿
⟩ jk ⟨H 1
¿
⟩kn
(En(0 )−E j
(0 )) (En(0 )−Ek
(0) ) ]ϕ j(0 )
(1.31)
En=En(0)+⟨H1
¿
⟩ jn+∑i≠n
|⟨H 1
¿
⟩in|2
En(0)−Ei
(0)(1.32)
2. Kasus Degenerasi
Perhatikan bahwa
|ϕn(1 )⟩=∑
i
Cni(1)|ϕi
(0 )⟩
(1.33)
dengan Cni(1)=
⟨H¿
1⟩inEn(0)−Ei
(0)
.
Pada kasus lipat-q (q-fold degeneracy), i = 1, 2, …q, bera
berarti E1(0)=E2
(0)=.. .. .=Eq(0)
walaupun ϕ1(0 )≠ϕ2
(0)≠. .. ..=ϕq(0 )
.Sehingga
Cni(0)→∝ untuk i≤q .
Jadi solusinya adalah membangun fungsi basis baru dari himpunan {ϕn(0 )}yang
mendiagonalisasi (H¿ 1 )in dengan (n ,i≤q )
, yang berarti membangun elemen off-
diagonalnya bernilai nol, sehingga Cni(0)→ 0
0 . Anggap ϕ−
n terdiri atas q buah fungsi
yang mendiagonalisasi (H¿ 1 )in dengan (n ,i≤q )
|ϕn ⟩=∑i=1
q
ani|ϕi(0) ⟩ (1 .34 )
Sehingga,
⟨ϕn|H1
¿
|ϕ p
−⟩=(H¿ 1)np δnp (n , p≤q )
(1.35)
Selanjutnya, bentuk tersebut dapat dinyatakan sebagai matriks diagonal berukuran q x q.
Mengingat bahwa basis ruang Hilbert untuk ϕn dan ϕ p
− adalah
H= {ϕ1 , ϕ2 , . .. ϕq , ϕq(0)+1 , ϕq
(0 )+2 , .. .. , ϕ2 q(0 )}
,maka matris untuk ⟨ϕn|H1
¿
|ϕ p⟩ dituliskan sebagai
Koreksi Orde 1
Mirip seperti pada kasus tak terdegenerasi, koreksi energi orde 1 untuk kasus terdegenerasi
dapat dituliskan sebagai.
En(1)=⟨ϕn|H
¿
1|ϕn ⟩≡⟨H¿
1 ⟩nn , n≤q(1.37)
Perhatikan Persamaan Schrodinger H¿
1 ϕn=(H¿
0+H¿
1)ϕn=En ϕn . Dengan mengambil
ϕn=ϕn dan En=En(0)+En
(1) dengan n≤q ,maka persamaan Schrodinger dituliskan menjadi
(H¿ 0+H¿
1)ϕn=(En(0 )+En
(1))ϕn⇒H¿
1 ϕn=En(1)ϕn (n≤q )
(1.38)
(akibat di atas disebabkan karena
|ϕn ⟩=∑i=1
q
ani|ϕi(0) ⟩ . Ini berarti En
(1)=⟨ϕn|H¿
1|ϕn ⟩≡(H¿
1)nn dengan (n≤q )
(1.36)
. Sehingga elemen diagonal submatriks ⟨H¿
1⟩nn dengan (n≤q ) merupakan koreksi orde 1 dari Hamiltonian H¿
H¿
1 ϕn=En(1)ϕn⇒H
¿
1∑i=1
q
ani|ϕi(0) ⟩ .=En
(1)∑i=1
q
ani|ϕi(0 )⟩ (1.39 )
Perkalian persamaan terakhir dengan ⟨ϕ p(0)| menghasilkan
∑i=1
q
ani ⟨H¿
1⟩ .pi=En(1)∑
i=1
q
ani δ pi= En(1 )anp (n , p≤q ) (1 . 40 )
Persamaan di atas dapat dituliskan dalam bentuk matriks. Misal, untuk n = 1, diperoleh
persamaan untuk E1(1) dan a1i sebagai berikut
(⟨H¿ 1⟩11−E1(1) ⟨H
¿
1 ⟩12 … ⟨H¿
1⟩1q¿ )(⟨H¿ 1⟩21 ⟨H
¿
1 ⟩22−E1(1) ⋯ ⟨H
¿
1 ⟩2 q¿) ( ⋮ ⋮ ⋱ ⋮¿ ) ¿
¿¿¿
(1.42)
Basis untuk matriks di atas adalah {ϕn(0 ) , n≤q }.
Untuk n = 2, maka didapat q buah persamaan untuk E2(0)dan {a2i}. Demikian seterusnya. Lalu,
karena n ≤ q, maka akan terdapat q buah persamaan matriks seperti di atas. Untuk tiap n = 1,
2, . . . , q, supaya solusinya ada, maka
det|⟨H¿
1⟩ pi−En(1)|=0
1.43
Tiap En(1 ) dengan n=1,2 ,. .. , q memberikan solusi pada {a1i , . .. , aqi } dan koefisien ini akan
memberikan basis baru pada ϕn=∑ ani . Dalam basis ini degenerasi disingkirkan dan menjadi tak terdegenerasi
Jadi, pada akhirnya diperoleh fungsi dan nilai eigen sebagai berikut:
ϕn=ϕn+gϕn(1)+g2ϕn
(2)+ .. . n≤q (1.44 )
ϕn=ϕn+gϕn(1)+g2 ϕn
(2)+. .. n>q (1. 45)
En=En+gEn(1)+g2 En
(2)+ .. . n≤q (E1(0 )=E2
(0)=. .. .=Eq(0) (1.46 )
En=En(0)+gEn
(1)+g2 En(2 )+. .. n>q (1.47 )
En(1)=⟨ϕn|H
¿
1|ϕn ⟩ n≤q (1 .48)
En(1)=⟨ϕn|H
¿
1|ϕn ⟩ n>q (1.49 )
B. Teori Gangguan BergantungWaktu
Misal terdapat Hamiltonian berbentuk
H¿
=H¿
0+g H¿
1 ( r⃗ , t ) (1.50)
dengan solusi dari H¿
0 ( r⃗ , t )ψn ( r⃗ ,t )=En(0)ψn ( r⃗ , t ) berbentuk ψn ( r⃗ , t )=ϕn ( r⃗ )e
−iωn t
(yang merupakan
solusi stasioner dan diperoleh melalui separasi variabel) diketahui secara eksak. Anggap
Hamiltonian gangguan g H¿
1 ( r⃗ , t )diterapkan pada t≥0 . Setelah gangguan diterapkan, solusi
persamaan Schrodinger menjadi bersifat tak stasioner. Solusi tak stasioner dapat diperoleh dari
kombinasi linear dari solusi-solusi stasioner,
Ψ n ( r⃗ ,t )=∑n
Cn ( t )ψ n ( r⃗ ,t )=∑n
Cn ( t )ϕn ( r⃗ ) e−iωn t
(1.51)
dengan Cn(t) merupakan koefisien kombinasi linear yang (hanya) bergantung waktu.
Arti fisis dari Cn(t) diperoleh dengan menerapkan Ψ n ( r⃗ ,t )
pada hubungan kelengkapan,
1=∫Ψ n¿ ( r⃗ , t )Ψ m ( r⃗ ,t )d2 r⃗
¿∑n∑
m
Cn¿ (t )Cm( t )e
i(ωn−ωm ) t∫ϕn¿ ( r⃗ )ϕn ( r⃗ )d
3 r⃗
=∑n
|Cn( t )|2
Jadi, ∑
n
|Cn ( t )|2
dapat diartikan sebagai kemungkinan untuk menemukan partikel/sistem berada pada keadaan n saat waktu t.
Substitusi (1.51) ke persamaan Schrodinger,
i ℏ∂∂ t
Ψ n ( r⃗ , t ) =(H¿ 0+g H¿
1)Ψ n ( r⃗ , t )
⇔i ℏ∂∂ t [∑n Cn( t )ψn ( r⃗ , t ) ] =(H
¿
0+g H¿
1)∑n
Cn( t )ψn ( r⃗ ,t )
⇔i ℏ∂∂ t [dCn
dtψn ( r⃗ , t )+Cn
∂ψ n ( r⃗ ,t )∂ t ] =∑
n
Cn (H¿
0+g H¿
1 )∑n
Cn ( t )ψn ( r⃗ ,t )
⇔∑n[ iℏ dCn( t )
dt−gCn H
¿
1 ]ψn ( r⃗ ,t ) =∑n
Cn(H¿ 0−i ℏ∂ψ ( r⃗ , t )∂ t )
⇔i ℏ∑n
dCn ( t )dt
ψ n ( r⃗ ,t ) =g∑n
Cn H 1
¿
Kalikan persamaan terakhir dengan ψm¿ ( r⃗ ,t )
lalu integralkan pada seluruh ruang,
i ℏ∑n
dCn
dt∫ψm
¿ ( r⃗ , t )ψn ( r⃗ , t )d3 r⃗=g∑n
Cn∫ψ m¿ ( r⃗ , t ) H
¿
1ψn ( r⃗ , t )d3 r⃗
i ℏdCm
dt =g∑
n
Cn ⟨H¿
1 ⟩mn (1 .54 )
Terlihat bahwa pada g→0 (tak ada gangguan), nilai Cm konstan (tak bergantung waktu).
Selanjutnya dapat dituliskan
Cm( t )=g0 Cm(0 )+gCm
(1)( t )+g2 Cm(2 )( t )+.. . (1 .55 )
Substitusi deret tersebut ke persamaan (1.54),
δnm
i ℏ ddt [ g
0 Cm(0 )+gCm
(1)( t )+g2 Cm(2)( t )+ .. . ]=g∑
n[ g0 Cn
(0)+gCn(1)( t )+g2 Cn
(2)( t )+ .. . ] ⟨H¿
1 ⟩mn (1 .56 ) (1 .55 )
Dengan mengumpulkan tiap suku menurut pangkat dari g, diperoleh
i ℏddt
Cm(0 )=0 (1 .57 )
i ℏddt
Cm(1 )=∑
n
Cn(0 )⟨H
¿
1 ⟩mn (1 .58 )
i ℏddt
Cm(2 )=∑
n
Cn(1 )⟨H
¿
1 ⟩mn (1.59 )
⋮ (1 .60 )
i ℏddt
Cm(p )=∑
n
Cn( p−1 )⟨H
¿
1 ⟩mn (1.61 )
Misal gangguan diterapkan saat t = 0, sehingga sebelum gangguan (ambil t→−∞ dan keadaan
sistem sebelum gangguan dinyatakan sebagai ψ l ( r⃗ , t )=ϕ1 ( r⃗ ) e−ωl t
berlaku
Ψ n ( r⃗ ,t )≈Ψ l ( r⃗ ,t )=∑n
δnl ψn ( r⃗ , t ) (1 . 62)
Dengan demikian, berlaku Cn(0)( t→−∞)=δnl ,dan ini tentu berlaku untuk semua t (karena Cn
(0)
konstan),
Cn(0)=δnl (1.63)
Substitusi hasil ini ke (1.58) memberikan
i ℏddt
Cm(1 )( t )=∑
n
δnl ⟨H¿
1 ⟩mn
Cm(1)( t )=−i
ℏ ∫−∞t⟨H¿
1 ⟩ml dτ (1.64 )
Substitusi hasil ini ke persamaan-persamaan berikutnya akan memberikan hasil
Cm(2)( t )=(1i ℏ )
2
∫−∞t 1 ∫−∞
t2 ⟨H¿
1 (r⃗ , τ1 )⟩ml⟨H¿
1 (r⃗ , τ2 )⟩mldτ1 dτ2 (1. 65 )
⋮
Cm( p )( t )=(1i ℏ )
p
∫−∞t1 ⋯∫−∞
t p ⟨H¿
1 ( r⃗ , τ1)⟩ml⋯⟨H
¿
1 (r⃗ , τ p ) ⟩mldτ1⋯dτ p (1. 66 )
dengan −∞<t1<t−2<. . .< t p<∞ (chronological time). Pada mekanika kuantum, persamaan-persamaan untuk Cm tersebut digambarkan melalui diagram Feynman.
Contoh 1.1.
Sebuah sistem osilator harmonik satu dimensi dikenai gaya gangguan bergantung waktu,
F⃗ ( t )=F⃗0e−t /τ (1 .67)
saat t = 0. Sebelumnya, sistem berada pada keadaan dasar.
1. Tuliskanlah Hamiltonian awal sistem sebelum dan setelah tergangu.2. Tentukan probabilitas transisi sistem berpindah ke keadaan eksitasi pertama (n = 1). Gunakan
teori gangguan orde pertama.3. Mungkinkah terjadi transisi ke keadaan eksitasi lebih tinggi (n > 1)?
Solusi.
Petunjuk mengerjakan soal:
1. Lihat dan gunakan definisi serta sifat-sifat operator kreasi (a¿⋄ )
dan anihilasi (a¿ )
pada osilator
harmonik, lalu nyatakan Hamiltonian awal sebagai H¿
0=(a¿⋄+12 )ℏω
.Potensial gangguan
diperoleh dengan mengingat definisi gaya, F⃗=−∂V
∂ x
2. Hitung nilai Cm(1)( t )menggunakan persamaan (1.64), dengan keadaan awal l = 0 dan akhir m
= 1. Nilai ⟨H¿
1⟩ml dihitung dengan terlebih dahulu menyatakan H¿
1 dalam bentuk a¿⋄
dan a¿
.Probabilitas transisi didefinisikan sebagai |Cm(1)|2 .
3. Hitung nilai |Cm(1)|2
untuk tiap m > 1. Jika didapat nilai bukan nol, berarti terjadi transisi.
Contoh 1.2.
Sebuah sistem dengan keadaan dan energi eigen yang diskrit, {ϕn}dan {En} , dikenai sebuah Hamiltonian gangguan berbentuk
H¿
'=H¿( x ) e
−t2 /τ 2
τ √π
Gangguan tersebut mulai dikenakan pada t = −∞ saat sistem tak terganggu berada dalam
keadaan dasar. Hitunglah probabilitas sistem mengalami transisi ke keadaan k saat t → ∞.