Author
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, GANGGUAN EKSTERN DAN
GANGGUAN ORGANISASI TERHADAP INDEPENDENSI AUDITOR
PADA BPK RI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar
Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Program Studi Akuntansi
Diajukan Oleh
BQ. YULIA MARIANI
NPM: 13.1035.SA
JENJANG PENDIDIKAN PROGRAM SARJANA (S1) JURUSAN
AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM
2017
ii
PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, GANGGUAN EKSTERN DAN
GANGGUAN ORGANISASI TERHADAP INDEPENDENSI AUDITOR
PADA BPK RI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar
Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Program Studi Akuntansi
Diajukan Oleh
BQ. YULIA MARIANI
NPM: 13.1035.SA
JENJANG PENDIDIKAN PROGRAM SARJANA (S1) JURUSAN
AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM
2017
iii
PERSETUJUAN SKRIPSI
PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, GANGGUAN EKSTERN DAN
GANGGUAN ORGANISASI TERHADAP INDEPENDENSI AUDITOR
PADA BPK RI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Diajukan oleh
BQ. YULIA MARIANI
NPM: 13.1035.SA
Mataram, 23 Agustus 2017 Mataram, 21 Agustus 2017
Pembimbing I Pembimbing II
Rusli Amrul, SE., M.Ak. Agus Khazin Fauzi, SE., M.Ak.
NIDN : 0830057304 NIDN : 0803088902
iv
PENGESAHAN PENGUJIAN SKRIPSI
PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, GANGGUAN EKSTERN DAN
GANGGUAN ORGANISASI TERHADAP INDEPENDENSI AUDITOR
PADA BPK RI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Disusun Oleh:
Nama : Bq. Yulia Mariani
NPM : 13.1035.SA
Telah Dipertahankan
Di depan Dewan Penguji
Pada tanggal.......bulan.........2015
Ketua Penguji
Dra. Baiq Kisnawati, M.Ak.
NIDN : 0817066301
Anggota Anggota
Rusli Amrul, SE., M.Ak. Agus Khazin Fauzi, SE., M.Ak.
NIDN : 0830057304 NIDN : 0803088902
Mengetahui:
Ketua STIE AMM
Dr. H. Umar Said, SH., MM.
NIK : 61005472
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Bq. Yulia Mariani
NPM : 13.1035.SA
Jurusan : Akuntansi
Program Studi : S1 Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Pengaruh Gangguan
Pribadi, Gangguan Ekstern Dan Gangguan Organisasi Terhadap Independensi
Auditor Pada (BPK) RI Provinsi Nusa Tenggara Barat” adalah hasil karya saya
sendiri dan dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau
pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya
sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin,
tiru atau yang saya ambil dari tulisan oang lain tanpa memberikan pengakuan
pada penulis asli.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil
tulisan saya sendiri. Bila kemudian terbukti saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
maka saya siap menerima pembatalan gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh
STIE AMM Mataram.
Mataram, 28 Agustus 2017
Yang memberi pernyataan,
( Bq. Yulia Mariani )
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
dengan judul “Pengaruh Gangguan Pribadi, Gangguan Ekstern dan Gangguan
Organisasi Terahadap Independensi Auditor Pada BPK RI Provinsi Nusa
Tenggara Barat”. Dalam menyelesaikan Skripsi ini, upaya maksimal penulis
lakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik agar kelak dapat bermanfaat bagi
pihak yang memerlukan.
Skripsi ini tersusun dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang turut memberikan sumbangan pikiran guna
penyelesaian skripsi ini, dan turut membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung, kepada :
1. Ketua STIE AMM Mataram, Dr. H. Umar Said, SH., MM., atas
kesempatan, waktu, ijin, yang diberikan untuk menempuh studi pada STIE
AMM Mataram.
2. Pembantu ketua I STIE AMM Mataram, I Made Suardana, SE., MM., atas
kesempatan yang diberikan untuk menempuh studi pada STIE AMM
Mataram.
3. Bapak Rusli Amrul, SE., M.Ak., selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan
pengarahan, mencurahkan perhatian dalam membimbing penulisan skripsi
vii
ini. Terima kasih atas ilmu dan saran yang telah Bapak berikan selama
proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
4. Bapak Agus Khazin Fauzi, SE., M.Ak., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing
dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas ilmu dan
semua saran yang telah Bapak berikan selama proses penulisan skripsi
sampai terlaksananya sidang skripsi.
5. Terima kasih Orang Tua tercinta dan tersayang Ayahanda Umar Ali dan
Ibunda Bq. Ilham Nuryani yang dengan sangat ikhlas, sabar dan penuh
kasih sayang selalu mencurahkan perhatian, memberikan waktu, cinta dan
sayang, bimbingan, nasihat, dukungan, motivasi yang membangun serta
doa tiada henti kepada penulis.
6. Terima kasih Bude Hj. Bq. Isna Subandiah dan Paman H. Aerlangga yang
telah memberikan dukungan, perhatian, nasihat, kasih dan sayang, serta
doa tiada henti kepada penulis.
7. Terima kasih juga kepada seluruh keluarga yang tidak bisa disebutkan satu
persatu yang telah memberikan dukungan, perhatian, nasihat, kasih dan
sayang, serta doa tiada henti kepada penulis.
8. Yang tersayang dan tercinta Abang Herman Susanto kekasih terbaik
hingga sampai saat ini, sangat berarti bagi penulis, segala perhatian,
pengorbanan, dukungan dan doa, serta motivasi yang membangun hingga
penulis sangat membutuhkan dampingannya.
viii
9. Bapak dan Ibu dosen beserta staf akademik STIE AMM Mataram yang
telah berjasa membagikan ilmu dan informasinya kepada penulis.
10. Terima kasih untuk sahabat SMA Bq. Rina Alfiana yang selalu setia dan
terbaik yang selalu menemani dari mulai masuk SMA sampai detik ini
yang telah memberikan semangat, dukungan, kepedulian, saran, sayang
dan memberikan doa kepada penulis.
11. Terima kasih untuk sahabat-sahabat tersayang dan terbaik Decy Wulan
Singgih, Fitri Fullaili, Bq. Irma Indahsari, Dewi Andriani, Makhirda
Wirandana, Sri Ayu Dewi Utari yang banyak memotivasi, mendukung,
membantu, menemani selama 4 tahun, memberikan doa dan sarannya
kepada penulis.
12. Terima kasih untuk sahabat kos Ana Mariana dan Siti Nurul Fatihatun,
ST., yang selalu jadi sahabat sekaligus seperti kakak kandung terima kasih
atas dukungan, semangat, bantuan, dan doa kepada penulis.
13. Terima kasih untuk sahabat kampus kelas Akuntansi B angkatan 2013
yang banyak memotivasi dan mendukung penulis dalam menyelesaikan
skripsi, terima kasih atas kebersamaanya selama 4 tahun di kampus STIE
AMM Mataram.
14. Tanpa mengurangi rasa hormat semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan, perhatian
dan dorongan kepada penulis.
ix
Penulis meyadari sepenuhnya bahwa apa yang penulis tuangkan dalam
karya tulis ini masih jauh dari sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan-
keterbatasan pada diri penulis baik itu wawasan, pengetahuan, waktu dan dana.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat peulis harapkan
sebagai perbaikan penulis kedepannya. Harapan penulis adalah semoga karya tulis
ini berguna bagi diri penulis sendiri maupun pembaca secara umumnya.
Akhirnya kata penulis mendoakan semoga semua pihak yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini mendapat rahmat, keberkahan, nikmat dan
perlindungan dari Allah SWT. Aamiin yaa Robbal Aalaamiin.
Mataram, 28 Agustus 2017
Bq. Yulia Mariani
x
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh
gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi terhadap
independensi auditor. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang
ada pada BPK RI Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berjumlah 60 auditor, yang
keseluruhannya dijadikan sampel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel gangguan
pribadi tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor. Hal ini
bermakna bahwa seorang auditor yang dalam nenjalankan pemeriksaan selalu
berpegang pada Kode Etik Profesi, menerapkan Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara, memiliki sistem pengendalian intern yang baik, integrasi, dan objektif
maka tidak akan mempengaruhi independensinya. Selanjutnya variabel gangguan
ekstern berpengaruh positif dan signifikan terhadap independensi auditor. Hal ini
bermakna bahwa adanya pengaruh pihak ekstern dalam membatasi atau mengubah
lingkup pemeriksaan, adanya keterlibatan pihak ekstern terhadap pemilihan
pemeriksaan dan pengaruh promosi auditor ataupun penggantian petugas auditor
akan mempengaruhi independensi seorang auditor. Untuk variabel gangguan
organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor. Hal ini
bermakna bahwa seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan tidak
terpengaruh dengan adanya tekanan politik dari organisasi, kompensasi dari
entitas yang diperiksa, ataupun promosi jabatan dan kedudukan.
Kata kunci: Gangguan Pribadi, Gangguan Ekstern, Gangguan Organisasi dan
Independensi Auditor.
xi
ABSTRACT
This study aims to improve and analyze personal disorders, external
disorders and organizational disorders to the independence of auditors. The
population in this study is all the auditors that exist in BPK RI West Nusa
Tenggara Province required 60 auditors, the overall sample. The method used in
this study using multiple regression analysis.
The results of this study indicate that the partial personal disorders
variables have no significant effect on the independence of auditors. This means
that an auditor who is in the running of the examination always adheres to the
Code of Professional Ethics, implements the State Audit Standards, has a good
internal control system, integration, and objective will not affect its independence.
Furthermore, external disorders variables have a positive and significant impact
on auditor independence. This means that the influence of external parties in
limiting or changing the scope of the examination, the involvement of external
parties to the selection of audits and the influence of the promotion of auditors or
replacement of auditors will affect the independence of an auditor. For
organizational disorders variables have no significant effect on auditor
independence. This means that an auditor in the examination is not affected by
political pressure from the organization, compensation from the examined entity,
or promotion of occupation and positions.
Keywords: Personal Disorder, External Disorder, Organizational Disorder and
Auditor Independence.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan ........................................................................................................ i
Sampul Dalam ....................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan Pembimbing ..................................................................... iii
Lembar Pengesahan Penguji ............................................................................... iv
Pernyataan Keaslian Skripsi ............................................................................... v
Kata Pengantar .................................................................................................... vi
Abstrak .................................................................................................................. x
Abstract ................................................................................................................. xi
Daftar Isi ............................................................................................................. xii
Daftar Tabel ........................................................................................................ xiv
Daftar Gambar .................................................................................................. xv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
1.4.1. Manfaat Akademis .................................................................... 7
1.4.2. Manfaat Teoritis ......................................................................... 7
1.4.3. Manfaat Praktis ......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8
2.1. Landasan Teori ...................................................................................... 8
2.1.1. Pengertian Audit ........................................................................ 8
2.1.2. Jenis-jenis Audit ........................................................................ 9
2.1.3. Standar Pemeriksaan Keuanga Negara ................................... 11
2.1.4. Pengertian Independensi ......................................................... 13
2.1.5. Pengertian Gangguan Pribadi .................................................. 15
2.1.6. Pengertian Gangguan Ekstern ................................................... 17
2.1.7. Pengertian Gangguan Organisasi .............................................. 19
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu .................................................................. 21
2.3. Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis ......................... 27
2.3.1. Rerangka Konseptual .............................................................. 27
2.3.2. Pengembangan Hipotesis ........................................................ 29
xiii
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 33
3.1. Jenis Penelitian .................................................................................... 33
3.2. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 33
3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................... 34
3.3.1. Populasi .................................................................................... 34
3.3.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............................... 34
3.4. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 35
3.4.1. Jenis Data ................................................................................ 35
3.4.2. Sumber Data ........................................................................... 35
3.5. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel .................................. 35
3.5.1. Identifikasi Variabel ................................................................ 35
3.5.2. Definisi Operasional Variabel ................................................ 36
3.6. Teknik Analisis Data ........................................................................... 38
3.6.1. Tabulasi Data Kuesioner .......................................................... 38
3.6.2. Uji Kualitas Data ..................................................................... 39
3.6.3. Uji Statistik Dekriptif .............................................................. 40
3.6.4. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 41
3.6.6. Analisis Regresi Linier Berganda ........................................... 43
3.6.7. Analisis Koefisien Determinasi .............................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 46
4.1. Hasil Penelitian ................................................................................... 46
4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 46
4.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ........................................ 48
4.1.3. Deskripsi Data Variabel Penelitian ......................................... 52
4.1.4. Analisis Data .......................................................................... 58
4.2. Pembahasan ......................................................................................... 68
4.2.1. Pengaruh Gangguan Pribadi Terhadap Independensi .............. 68
4.2.2. Pengaruh Gangguan Ekstern Terhadap Independensi ............ 70
4.2.3. Pengaruh Gangguan Organisasi Terhadap Independensi ........ 71
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 73
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 73
5.2. Saran ................................................................................................... 74
Daftar Pustaka .................................................................................................... 76
Lampiran ............................................................................................................. 78
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu................................ 25
Tabel 3.1. Kategori Nilai Masing-masing Interval Variabel Penelitian .............. 41
Tabel 4.1. Ikhtisar Distribusi dan Pengembalian Kuesioner .............................. 49
Tabel 4.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 49
Tabel 4.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur .......................................... 50
Tabel 4.4. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan .................... 51
Tabel 4.5. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ...................... 51
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Uji Statistik Deskriptif .............................................. 52
Tabel 4.7. Jawaban Responden terkait Indikator Variabel Gangguan Pribadi .... 53
Tabel 4.8. Jawaban Responden terkait Indikator Variabel Gangguan Ekstern .. 55
Tabel 4.9. Jawaban Responden terkait Indikator Gangguan Organisasi ............ 56
Tabel 4.10. Jawaban Responden terkait Indikator Variabel Independensi ......... 57
Tabel 4.11. Hasil Pengujian Validitas ................................................................. 59
Tabel 4.12. Hasil Pengujian Reliabilitas .............................................................. 61
Tabel 4.13. Hasil Pengujian Multikolinieritas ...................................................... 63
Tabel 4.14. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ............................................ 65
Tabel 4.15. Hasil Pengujian Uji t (Parsial) Signifikan 5% ................................... 67
Tabel 4.16. Hasil Koefisien Determinasi ............................................................. 68
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1. Rerangka Konseptual Penelitian ..................................................... 28
Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas ....................................................................... 62
Gambar 4.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 64
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1. Kuesioner ........................................................................................... 78
2. Data Kuesioner Responden pada BPK RI Provinsi Nusa
Tenggara Barat ................................................................................... 85
3. Uji Validitas, Uji Reliabilitas, dan Uji Statistik Deskriptif ................ 93
4. Uji Asumsi Klasik dan Regresi Linier Berganda .............................. 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga negara yang bertugas
untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana
termaksud dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
atas Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, maka BPK harus bebas dan
mandiri. Pemeriksaan BPK meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,
dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT).
BPK dalam melaksanakan pemeriksaan keuangan menggunakan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) sebagaimana dalam Peraturan Badan
Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017. SPKN
merupakan patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara. SPKN ini berlaku bagi BPK, Akuntan Publik atau pihak
lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara, untuk dan atas nama BPK, Aparat Pengawas Internal
Pemerintah, satuan pengawasan intern maupun pihak lainnya dapat menggunakan
SPKN sebagai acuan dalam menyusun standar pengawasan sesuai dengan
kedudukan, tugas, dan fungsinya. Peraturan pelaksanaan dari SPKN ditetapkan
dengan Keputusan BPK.
2
Standar pemeriksaan merupakan patokan untuk melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum,
standar pelaksanaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK
dan/atau Pemeriksa. Adapun Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang
tugas-tugas BPK antara lain sebagai pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan yang dilakukan oleh BPK terbatas pada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, Lembaga Negara lainnya, BUMN, Badan
Layanan Umum, BUMD, dan semua lembaga lainnya yang mengelola keuangan
negara, Pelaksanaan Pemeriksaan BPK tersebut dilakukan atas dasar Undang-
Undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
BPK Republik Indonesia (RI) sebagai lembaga negara yang bertugas
melakukan pemeriksaan keuangan negara sering mengalami benturan-benturan
yang dapat mempengaruhi independensi pemeriksa dimana entitas atau program
yang diperiksa sebagai pengelola dan mempertanggung jawabkan keuangan
negara berusaha untuk mengkondisikan agar laporan keuangan yang dibuat
mempunyai opini yang baik, sedangkan di sisi lain pemeriksa harus dapat
menjalankan tugasnya secara profesional yaitu pemeriksa harus dapat
mempertahankan sikap independensinya (Ferel, 2014).
Bagi organisasi pemeriksa dan para pemeriksa internal pemerintah,
bertanggungjawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian
rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil
pemeriksaan yang dilaksanakan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun.
Pemeriksa juga dituntut untuk bersikap objektif, profesional dan independen
3
dalam memberikan opini, sehingga laporan yang dihasilkan oleh pemeriksa/
auditor mengenai keuangan daerah/kota bisa Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
(Munawarah, 2015).
Pemeriksa perlu mempertimbangkan tiga macam gangguan terhadap
independensi, yaitu gangguan pribadi, gangguan ekstern dan organisasi. Apabila
satu atau lebih dari gangguan independensi tersebut mempengaruhi kemampuan
pemeriksa secara individu dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya, maka
pemeriksa tersebut harus menolak penugasan pemeriksaan. Sebagaimana dalam
buku Standar Profesional Akuntan Publik (2001) Seksi 220 PSA Nomor 4 Alinea
2 menyebutkan “auditor harus bersikap independen, artinya tidak mudah
dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaanya untuk kepentingan umum
(dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern)”. Dengan demikian,
auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, guna untuk
mempertahankan dan menjaga etika profesioanal auditnya (Siregar, 2009).
Dalam terungkapnya kasus korupsi e-KTP yang melibatkan salah seorang
auditor BPK RI yang telah terbukti menerima suap dari entitas atau program yang
diperiksa. Menimbulkan persepsi dari masyarakat bahwa pemeriksa acapkali
tergoda untuk menerima suap dalam hal melakukan pemeriksaan, sehingga hasil
pemeriksaan terhadap laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa tidak
dapat dipercaya. Pemeriksa yang melakukan tugas dan atas nama BPK RI serta
tempat masyarakat menggantungkan kepercayaan sepatutnya bersikap netral dan
tidak memihak sehingga terjaminnya sikap independensi (Bangkapos.com).
4
Berdasarkan kasus di atas, pemeriksa perlu mempertahankan dan menjaga
etika profesioanal auditnya guna mewujudkan pemeriksa yang independen,
berintegritas, dan profesional demi kepentingan negara. Setiap anggota BPK dan
pemeriksa keuangan negara harus mematuhi kode etik. Kode etik adalah norma-
norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota BPK dan pemeriksa keuangan
negara selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra,
dan kredibilitas BPK. Kode etik ditetapkan oleh BPK mencakup independensi,
integritas, dan profesionalisme di mana nilai-nilai tersebut harus dijunjung tinggi
oleh anggota BPK dan pemeriksa keuangan negara guna tetap mempertahankan
kepercayaan dari masyarakat, dan bebas dari kepentingan klien dan tidak
mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya supaya terhindar dari gangguan
pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi.
Gangguan yang bersifat pribadi merupakan suatu keadaan di mana
pemeriksa secara individual tidak dapat untuk tidak memihak, atau dianggap tidak
mungkin tidak memihak. Gangguan yang bersifat pribadi ini dapat berlaku bagi
pemeriksa secara individual dan juga dapat berlaku bagi organisasi. Gangguan
yang bersifat pribadi dapat mempengaruhi independensi pemeriksa sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh Mide (2011), Munawarah (2015) dan Parawansa
(2014) menemukan bahwa gangguan yang bersifat pribadi berpengaruh terhadap
independensi pemeriksa. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Vitalokasari dan Djailani (2015) menemukan bahwa gangguan pribadi tidak
berpengaruh terhadap independensi pemeriksa.
5
Independensi auditor dipengaruhi juga oleh gangguan yang bersifat
ekstern. Gangguan yang bersifat ekstern merupakan suatu keadaan di mana
pemeriksa dapat dipengaruhi oleh organisasi/lembaga audit, yang dapat
membatasi pelaksanaan audit atau mempengaruhi kemampuan auditor dalam
menyatakan pendapat dan kesimpulan auditnya secara independen dan objektif.
Gangguan yang bersifat ekstern dapat mempengaruhi independensi pemeriksa
sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Mide (2011), Parawansa (2014) serta
Vitalokasari dan Djailani (2015), menemukan bahwa gangguan yang bersifat
ekstern berpengaruh terhadap independensi auditor. Berbeda dengan penelitian
yang diakukan oleh Munawarah (2015) menemukan bahwa gangguan ekstern
tidak berpengaruh terhadap independensi auditor.
Tidak hanya gangguan pribadi dan gangguan ekstern yang dapat
mempengaruhi independensi auditor, tetapi gangguan organisasi juga dapat
mempengaruhi independensi auditor. Gangguan yang bersifat organisasi
merupakan suatu keadaan di mana pemeriksa dapat dipengaruhi oleh kedudukan,
fungsi, dan struktur organisasinya. Dalam hal melakukan pemeriksaan, organisasi
pemeriksa harus bebas dari hambatan independensi dengan memanfaatkan
berbagai sumber daya. Gangguan yang bersifat organisasi dapat mempengaruhi
independensi pemeriksa sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Siregar
(2009) dan Sriyanto (2010) menemukan bahwa gangguan organisasi berpengaruh
terhadapat independensi pemeriksa. Berbeda dengan penelitian yang diakukan
oleh Munawarah (2015) serta Vitalokasari dan Djailani (2015) menemukan bahwa
gangguan organisasi tidak berpengaruh terhadap independensi auditor.
6
Mengacu pada fenomena dan penelitian terdahulu yang hasilnya tidak
konsisten, peneliti tertarik untuk menguji kembali penelitian mengenai
“Pengaruh Gangguan Pribadi, Gangguan Ekstern dan Gangguan Organisasi
Terhadap Independensi Auditor Pada (BPK) RI Provinsi Nusa Tenggara
Barat”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1) Apakah gangguan pribadi berpengaruh terhadap independensi auditor pada
BPK RI Provinsi Nusa Tenggara Barat?
2) Apakah gangguan ekstern berpengaruh terhadap independensi auditor pada
BPK RI Provinsi Nusa Tenggara Barat?
3) Apakah gangguan organisasi berpengaruh terhadap independensi auditor
pada BPK RI Provinsi Nusa Tenggara Barat?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :
1) Menguji dan menganalisis pengaruh dari gangguan pribadi terhadap
independensi auditor pada BPK RI Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2) Menguji dan menganalisis pengaruh dari gangguan ekstern terhadap
independensi auditor pada BPK RI Provinsi Nusa Tenggara Barat.
7
3) Menguji dan menganalisis pengaruh dari gangguan organisasi terhadap
independensi auditor pada BPK RI Provinsi Nusa Tenggara Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademis
Secara akademis sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana (S1) pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mataram (STIE) AMM
Mataram.
1.4.2. Manfaat Teoritis
Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan mendukung teori terkait
independensi, gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi.
1.4.3. Manfaat Praktis
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan serta informasi bagi pihak BPK
RI Provinsi Nusa Tenggara Barat mengenai pentingnya independensi auditor
dalam menjalankan pemeriksaan audit yang dilakukan. Di samping itu juga
seorang auditor perlu mematuhi kode etik yang sudah diterapkan dalam
menjalankan pemeriksaan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Audit
Menurut Agoes (2014:4), audit merupakan suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Messier, Glover dan Prawitt (2012:8) menyatakan, auditing merupakan
proses yang sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan
kejadian ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penugasan dan
kriteria yang telah ditetapkan, hasil dari penugasan tersebut dikomunikasikan
kepada pihak pengguna yang berkepentingan.
Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang
kegiatan dan keterjadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan (Mulyadi, 2013:9).
Agoes (2014:5) menambahkan, penting untuk dilakukan audit atas laporan
keuangan, sebab :
9
1) Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut
mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
2) Jika laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini Wajar
Tanpa Pengecualian (unqualified) dari KAP, berarti pengguna laporan
keuangan bisa yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji
dan disajikan sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa audit
merupakan suatu proses pemeriksaan yang dilakukan seseorang yang independen
dan kompeten terhadap laporan keuangan, pengawasan intern, dan catatan
akuntansi suatu perusahaan yang bertujuan mengevaluasi dan menilai secara
objektif berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh atas kinerja manajemen, dan
menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
2.1.2. Jenis-jenis Audit
Menurut Agoes (2014:10), jenis-jenis audit ditinjau dari luasnya
pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas :
1) Pemeriksaan Umum (General Audit), adalah suatu pemeriksaan umum
atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan
tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan.
2) Pemeriksaan Khusus (Special Audit), adalah suatu pemeriksaan terbatas
(sesuai dengan permintaan audit) yang dilakukan oleh KAP yang
independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu
10
memberikan pendapat tehadap kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan.
Ditinjau dari jenis pemeriksaannya, Agoes (2014:11) menjabarkan bahwa
audit bisa dibedakan atas :
1) Management Audit (Operational Audit), adalah suatu pemeriksaan
terhadap kegiatan operasional suatu perusahaan, termasuk kebijakan
akuntansi dan kebijakan operasional yang teah ditentukan oleh
manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan tersebut sudah dilakukan
efektif, efisien dan ekonomis.
2) Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit), adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-
peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan
oleh pihak internal perusahaan maupun eksternal.
3) Pemeriksaan Intern (Internal Audit), adalah pemeriksaan yang dilakukan
oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan
catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan
manajemen yang telah ditentukan. Laporan internal auditor berisi temuan
pemeriksaan mengenai penyimpangan dari kecurangan yang ditemukan,
kelemahan pengendalian internal, beserta saran-saran perbaikannya.
4) Computer Audit, merupakan pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan
yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data
Processing (EDP) System. Ada 2 metode yang bisa dilakukan auditor :
11
a) Audit Around The Computer, hanya memeriksa input dan output dari
EDP system tanpa melakukan tes terhadap proses EDP system tersebut.
b) Audit Through The Computer, selain memeriksa input dan output,
auditor juga melakukan tes proses EDP-nya, dengan menggunakan
Generalized Audit Software dan memasukan dummy data (data palsu)
untuk mengetahui apakah data tersebut diproses sesuai dengan sistem
yang seharusnya.
2.1.3. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
Menurut Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017 Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Keuangan negara adalah
semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pengelolaan
keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara
sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Pemeriksa adalah orang yang
melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara untuk dan atas nama BPK. Pemeriksaan adalah proses identifikasi
masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan
profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
12
SPKN dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Pemeriksaan yang
selanjutnya disebut PSP (Pasal 2 Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017). PSP
adalah standar pemeriksaan yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif.
Peraturan ini terdiri atas Pernyataan Standar Pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 3 ayat (1) huruf b Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017 terdiri dari :
1) PSP Nomor 100 tentang Standar Umum;
2) PSP Nomor 200 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan; dan
3) PSP Nomor 300 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan.
SPKN ini berlaku bagi BPK, akuntan publik atau pihak lainnya yang
melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara,
untuk dan atas nama BPK, akuntan publik yang melakukan pemeriksaan
keuangan negara berdasarkan ketentuan undang-undang, dan Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah yang melakukan audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu
(Pasal 5 Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017). Peraturan pelaksanaan dari
SPKN ditetapkan dengan Keputusan BPK. Selanjutnya dalam Pasal 6 ayat (1)
Pasal 5 Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017 menyatakan BPK membentuk
suatu Komite yang bertugas mengevaluasi penerapan dan mengembangkan
SPKN, sedangkan ayat (2) menyatakan penetapannya dilakukan berdasarkan
dengan Keputusan BPK. Dengan berlakunya peraturan ini maka Standar Audit
Pemerintahan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun
2007, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
13
2.1.4. Pengertian Independensi
Tulang punggung akuntan publik profesional adalah independensi auditor.
Ini dibuktikan oleh fakta bahwa indepedensi itu dengan jelas dimuat dalam kode
etik dan di dalam norma pemeriksa akuntan. Independensi harus ditafsirkan
sebagai bebas dari bujukan, pengaruh, atau pengendalian klien atau dari siapapun
juga yang mempunyai kepentingan dengan audit. Jika auditor mengikuti kemauan
klien yang berlawanan dengan pertimbangannya sendiri, maka pendapat yang
dikemukakan auditor tidak ada artinya (Holmes dan Burns, 1993:78).
Mulyadi (2013) mendefinisikan independensi sebagai keadaan bebas dari
pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain dan
akuntan publik yang independen haruslah akuntan publik yang tidak terpengaruh
dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri akuntan
dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan.
Agoes (2014:45) menyatakan independensi dalam menjalankan tugasnya
anggota kantor akuntan publik harus selalu mempertahankan sikap mental
independen, tidak memihak kepada siapapun di dalam memberikan jasa
profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Sikap mental independen
tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam
penampilan (in appearance).
Berdasarkan Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017, Independensi
adalah suatu sikap dan tindakan dalam melaksanakan Pemeriksaan untuk tidak
memihak kepada siapapun dan tidak dipengaruhi oleh siapapun. Pemeriksa harus
14
objektif dan bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dalam
melaksanakan tanggung jawab profesionalnya. Pemeriksa juga harus bertanggung
jawab untuk terus-menerus mempertahankan independensi dalam pemikiran
(independence of mind) dan independensi dalam penampilan (independence in
appearance).
Agoes (2014:45) menambahkan, independensi bagi akuntan publik
(external auditor) ada tiga jenis yaitu :
1) Independent In Fact, artinya auditor harus independensi dalam kenyataan/
dalam menjalankan tugasnya. In-Fact, akuntan publik seharusnya
independen, sepanjang dalam menjalankan tugasnya memberikan jasa
profesional, bisa menjaga integritas dan mentaati kode etik profesi akuntan
publik dan standar profesional akuntan publik.
2) Independent In Appearance, artinya independensi dilihat dari penampilan
di struktur organisasi perusahaan. In appearance, akuntan publik adalah
independen karena merupakan pihak di luar perusahaan.
3) Independent In Mind, artinya independensi dalam pemikiran, misalnya
seorang auditor mendapatkan temuan audit yang memiliki indikasi
pelanggaran atau korupsi atau yang memerlukan audit adjustment yang
material.
Independensi merupakan konsep yang fundamental, esensial dan karakter
yang sangat penting bagi auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaan/audit,
sehingga auditor harus bersikap independen untuk memenuhi pertanggung
jawaban profesionalnya. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari
15
pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain.
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif, tidak memihak
dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Dengan kata
lain, pemeriksaan yang dilakukan secara independen mengandung pengertian
bahwa pelaksanaan kegiatannya tidak dipengaruhi oleh pihak manapun.
2.1.5. Pengertian Gangguan Pribadi
Ilmu psikologi memiliki banyak teori, dari berbagai teori yang dimiliki ada
sebuah teori yang relevan dengan gangguan kepribadian. Teori tersebut adalah
teori neurosis yang dicetuskan oleh Karen Horney. Horney menawarkan cara
pandang yang berbeda dalam melihat masalah neurosis. Ia berpendapat bahwa
sebenarnya neurosis adalah cara yang digunakan manusia dalam menjalani
hubungan dengan manusia lainnya. Akan tetapi, hanya ada sebagian yang
melakukannya dengan baik. Orang yang menderita neurotik justru cenderung
membiarkan dirinya hidup dalam dunianya sendiri (Khadra, 2012).
Gangguan kepribadian adalah pola prilaku atau cara berhubungan dengan
orang lain yang benar-benar kaku. Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk
menyesuaikan diri terhadap tuntutan eksternal, sehingga pola tersebut pada
akhirnya bersifat self-defeating (Nevid, Spencer dan Beverly, 2003:273).
Menurut Siegel dan Marconi dalam Suartana (2010) seharusnya auditor
terlepas dari faktor-faktor personalitas dalam melakukan audit. Personalitas akan
bisa menyebabkan kegagalan audit sekaligus membawa risiko yang tinggi bagi
auditor. Untuk itu, risiko inheren dalam audit harus diperhitungkan dengan baik.
16
Ada dua tipe keperilakuan yang dihadapi oleh auditor : (1) auditor dipengaruhi
oleh persepsi mereka terhadap lingkungan audit; (2) auditor harus menyelaraskan
dan sinergi dalam pekerjaan mereka, karena audit hakikatnya adalah pekerjaan
kelompok, sehingga perlu ada proses reviu di dalamnya. Interaksi ini akan banyak
menimbulkan proses keperilakuan dan sosial.
Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017 menyebutkan bahwa BPK perlu
memperhatikan gangguan pribadi terhadap independensi pemeriksanya.
Gangguan pribadi yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi
mungkin mengakibatkan Pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan
pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya. Pemeriksa
bertanggung jawab untuk memberitahukan kepada pejabat yang berwenang di
BPK apabila memiliki gangguan pribadi terhadap independensi. Gangguan
pribadi dari pemeriksa secara individu antara lain :
1) Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda
sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau
program yang diperiksa;
2) Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak
langsung pada entitas atau program yang diperiksa;
3) Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang
diperiksa dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;
4) Mempunyai hubungan kerja sama dengan entitas atau program yang
diperiksa; dan
17
5) Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan
objek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi,
pengembangan sistem, menyusun dan/atau mereviu laporan keuangan
entitas atau program yang diperiksa.
Dengan demikian berdasarkan beberapa pendapat tentang gangguan yang
bersifat pribadi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana auditor secara
individual tidak dapat untuk tidak memihak, atau dianggap tidak mungkin tidak
memihak. Gangguan yang bersifat pribadi ini dapat berlaku bagi auditor secara
individual dan juga dapat berlaku bagi organisasi/lembaga audit.
2.1.6. Pengertian Gangguan Ekstern
Gangguan yang bersifat ekstern bagi organisasi/lembaga audit dapat
membatasi pelaksanaan audit atau mempengaruhi kemampuan auditor dalam
menyatakan pendapat dan kesimpulan auditnya secara independen dan obyektif.
Menurut Boynton, Raymond dan Kell (2003), kepentingan klien harus dipenuhi
dengan kompetensi dan perhatian profesional. Serta kepada anggota profesi
lainnya, auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk meningkatkan suatu
reputasi profesi dan kemampuannya untuk melayani masyarakat. Oleh karena itu,
keputusan untuk menerima klien audit baru atau melanjutkan hubungan dengan
klien yang telah ada tidak boleh dianggap remeh.
Pope (2007) mengemukakan bahwa agar bisa efektif, auditor harus bebas
dari tekanan klien atau lembaga yang sedang diaudit. Klien auditor negara adalah
legislatif atau parlemen, dan pejabat publik yang bertanggung jawab atas anggaran
publik. Seorang auditor negara yang tidak dilindungi oleh undang-undang dasar
18
dapat dipecat dengan sewenang-wenang oleh pemerintah yang merasa dirugikan
olehnya. Sebab sebagian besar pemerintah yang mendapat kritik tajam karena
pengelolaan keuangan yang buruk cenderung menembak pembawa pesan daripada
mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Menurut Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017 tentang SPKN
menyebutkan, independensi dan objektifitas pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat
dipengaruhi oleh gangguan ekstern. Gangguan ekstern merupakan suatu keadaan
dimana pemeriksa dapat dipengaruhi oleh organisasi/lembaga audit yang dapat
membatasi pelaksanaan audit atau mempengaruhi kemampuan auditor dalam
menyatakan pendapat dan kesimpulan auditnya secara independen dan objektif.
Independensi dan objektifitas pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi
apabila terdapat :
1) Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau
mengubah lingkup pemeriksaan secara tidak semestinya.
2) Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur
pemeriksaan atau pemilihan sampel pemeriksaan.
3) Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu
pemeriksaan.
4) Campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan
promosi auditor.
5) Pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi
auditor, yang dapat berdampak negatif terhadap kemampuan organisasi
auditor tersebut dalam melaksanakan pemeriksaan.
19
6) Wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan auditor
terhadap isi suatu laporan hasil pemeriksaan.
7) Ancaman penggantian petugas auditor atas ketidaksetujuan dengan isi
laporan hasil pemeriksaan, simpulan auditor, atau penerapan suatu prinsip
akuntansi.
8) Pengaruh yang membahayakan kelangsungan auditor sebagai pegawai,
selain sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan auditor atau
kebutuhan pemeriksaan.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat
didefinisikan gangguan ekstern bagi organisasi pemeriksa merupakan suatu hal
yang dapat membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan
pemeriksa dalam menyatakan pendapat atau simpulan hasil pemeriksaan secara
independen dan obyektif.
2.1.7. Pengertian Gangguan Organisasi
Dalam Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017 tentang SPKN disebutkan
bahwa, independensi auditor dapat dipengaruhi oleh gangguan organisasi yaitu
kedudukan, fungsi, dan struktur organisasinya. Jadi gangguan yang bersifat
organisasi merupakan suatu keadaan dimana pemeriksa dapat dipengaruhi oleh
kedudukan, fungsi, dan struktur organisasinya. Pemeriksa yang ditugasi oleh
organisasi pemeriksa dapat dipandang bebas dari gangguan terhadap independensi
secara organisasi, apabila melakukan pemeriksaan di luar entitas tempat ia
bekerja.
20
Agar dapat menghindari gangguan organisasi tersebut, yaitu dengan
menempatkan organisasi pemeriksa sebagai lembaga tinggi negara (BPK), atau
organisasi independen (KAP), atau struktur yang terpisah sebagai Aparat
Pengawas/Pemeriksa Fungsional yang bertanggung jawab kepada manajemen
puncak suatu entitas pemerintahan (BPKP, Inspektorat, SPI).
Menurut Amirsyah (2007) dalam Siregar (2009), agar tercipta
independensi secara organisasi, maka organisasi/lembaga audit wajib :
1) Melaksanakan akuntabilitas serta melaporkan hasil audit mereka kepada
pejabat tertinggi dalam lembaga atau entitas pemerintah yang
bersangkutan.
2) Ditempatkan di luar fungsi manajemen garis dan staf entitas yang diaudit
tersebut.
3) Menyampaikan hasil audit secara teratur kepada instansi atau lembaga
pemerintah yang berwenang dan BPK.
4) Dijauhkan dari tekanan politik, agar mereka dapat melakukan audit secara
obyektif dan dapat melaporkan temuan audit, pendapat dan kesimpulan
mereka secara obyektif, tanpa rasa takut akibat tekanan politik tersebut.
5) Diadakan pembinaan dalam suatu sistem kepegawaian yang mengatur
kompensasi, pelatihan, promosi jabatan dan pengembangannya yang
didasarkan pada prestasi kerja yang dihasilkan.
Apabila kondisi sebagaimana yang disebutkan di atas dapat dipenuhi, dan
tidak ada gangguan organisasi dalam independensi, staf audit secara organisasi
21
harus dipandang independen untuk melakukan audit intern, dan bebas melaporkan
secara objektif kepada pimpinan tertinggi entitas pemerintah yang diaudit.
Guna menghindarkan pemeriksa dari gangguan organisasi standar
pemeriksaan harus mengatur secara lebih jelas dan mendalam mengenai hal
tersebut agar tidak terdapat perbedaan persepsi yang dikhawatirkan akan
menganggu pemeriksa dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Bagi pemeriksa,
dengan adanya standar yang lebih jelas yang mengatur independensi organisasi
dapat memudahkan untuk bertindak dan keleluasaan mengambil keputusan dalam
pemeriksaan mulai dari perencanaan hingga pembuatan laporan hasil
pemeriksaan.
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu
Ferel (2014) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Gangguan Pribadi,
Ekstern, dan Organisasi terhadap Independensi Pemeriksa pada Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia di Batam”. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan memberikan daftar pertanyaan (kuesioner). Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Dari hasil
pengujian hipotesis secara uji t diketahui bahwa gangguan pribadi, ekstern, dan
organisasi berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor. Besarnya
persentase sumbangan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi terhadap
independesi pemeriksa adalah sebesar 14,2 persen, sedangkan sisanya sebesar
85,8 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian.
22
Mide (2011) melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Gangguan Pribadi
dan Gangguan Ekstern terhadap Independensi Auditor pada BPK dan KAP di
Makassar”. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa gangguan
pribadi dan gangguan ekstern secara simultan berpengaruh terhadap independensi
auditor. Secara parsial gangguan pribadi dan gangguan ekstern berpengaruh
siginifikan terhadap independensi auditor. Hasil penelitian ini juga membuktikan
bahwa 55,1 persen variabel dependen (independensi auditor) mampu dijelaskan
oleh variabel independen (gangguan pribadi dan gangguan ekstern), dan sisanya
sebesar 44,9 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.
Munawarah (2015) melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Gangguan
Pribadi, Gangguan Ekstern dan Gangguan Organisasi terhadap Independensi
Auditor pada BPK RI Provinsi Nusa Tenggara Barat”. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara parsial gangguan pribadi berpengaruh
terhadap independensi auditor dengan nilai signifikan sebesar 0,010 lebih kecil
dari 0,05, sedangkan gangguan ekstern tidak berpengaruh signifikan terhadap
independensi auditor dengan nilai signifikan sebesar 0,773 lebih besar dari 0,05
dan gangguan organisasi juga tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi
auditor dengan nilai signifikan sebesar 0,826 lebih besar dari 0,05. Jadi
kesimpulannya secara parsial gangguan pribadi berpengaruh positif terhdap
independensi auditor, sedangkan gangguan ekstern dan gangguan organisasi tidak
berpengaruh terhadap independensi auditor BPK RI Povinsi Nusa Tenggara Barat.
23
Secara simultan variabel gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan
organisasi berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor.
Parawansa (2014) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Gangguan
Pribadi, Gangguan Ekstern dan Gangguan Organisasi terhadap Independensi
Pemeriksa (Studi Empiris pada Inspektorat Kota Makassar)”. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Temuan
penelitian menunjukkan bahwa gangguan pribadi, gangguan ekstern dan
gangguan organisasi secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap
independensi pemeriksa. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa 60,1
persen variabel dependen yaitu independensi pemeriksa pada model dapat
diterangkan oleh variabel independen yaitu variabel gangguan pribadi, gangguan
ekstern dan gangguan organisasi, sedangkan sisanya 39,9 persen dipengaruhi oleh
variabel lain di luar model.
Siregar (2009) melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Gangguan
Pribadi, Eksternal, dan Organisasi terhadap Independensi Auditor (Studi Empiris
pada Inspektorat Kabupaten Deli Serdang)”. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitinan ini menggunakan alalisis regresi berganda. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa secara simultan gangguan pribadi, ekstern dan organisasi
berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor dengan nilai Adjusted R
Square sebesar 0,78 yang menunjukkan bahwa 78 persen variabel (independensi)
dapat dijelaskan oleh variabel independen gangguan pribadi, ekstern, dan
organisasi. Secara parsial gangguan pribadi, ekstern dan organisasi masing-
masing berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor, sedangkan variabel
24
yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi auditor adalah variabel
gangguan organisasi.
Sriyanto (2010) melakkukan peneitian tentang “Pengaruh Gangguan
Pribadi, Ekstern, Organisasi dan Kecakapan Profesional terhadap Independensi
Pemeriksa (Studi Empiris pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera
Utara)”. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus, sehingga
seluruh populasi dijadikan sebagai sampel. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi berganda, di mana pengujian penelitian dilakukan
dengan uji F dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan
gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional berpengaruh
signifikan terhadap independensi pemeriksa. Secara parsial variabel gangguan
pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional masing-masing
berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa, sedangkan variabel
yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi pemeriksa adalah
gangguan organisasi.
Vitalokasari dan Djailani (2015) melakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Gangguan Pribadi, Gangguan Ekstern dan Gangguan Organisasi
terhadap Independensi Pemeriksa (Studi Empiris pada BPK RI Perwakilan
Provinsi Maluku Utara)”. Alat analisis yang digunakan dalam peneitian ini
menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa dari
ketiga variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini hanya variabel
gangguan ekstern yang berpengaruh terhadap independensi pemeriksa, sedangkan
25
variabel gangguan pribadi dan gangguan organisasi tidak berpengaruh terhadap
independensi pemeriksa.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di atas,
persamaan dan perbedaan penelitian dapat dijabarkan pada Tabel 2.1 di bawah
berikut ini :
Tabel 2.1. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu
No Nama dan Judul Variabel
Peneitian
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
1. Ferel (2014).
Pengaruh Gangguan
Pribadi, Ekstern, dan
Organisasi terhadap
Independensi
Pemeriksa pada Badan
Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia di
Batam.
Dependen :
Independensi
Pemeriksa.
Independen :
a) Gangguan
Pribadi.
b) Gangguan
Ekstern.
c) Gangguan
Organisasi.
Variabel dependen dan
variabel independen.
Objek penelitian
terdahulu pada BPK
RI di Batam,
sedangkan penelitian
sekarang pada BPK
RI Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Alat analisis pada
penelitian terdahulu
menggunakan uji
determinan dan uji
regresi sederhana,
sedangkan penelitian
sekarang dengan
regresi berganda.
2. Mide (2011).
Pengaruh Gangguan
Pribadi dan Gangguan
Ekstern terhadap
Independensi Auditor
pada BPK dan KAP di
Makassar.
Dependen :
Independensi
Pemeriksa.
Independen :
a) Gangguan
Pribadi.
b) Gangguan
Ekstern.
Variabel dependen dan
variabel independen,
serta alat analisis
regresi linier berganda.
Objek penelitian
terdahulu pada BPK
dan KAP di
Makassar, sedangkan
penelitian sekarang
pada BPK RI
Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Penelitian terdahulu
hanya menggunakan
gangguan pribadi dan
ekstern sebagai
variabel prediktor,
sedangkan pada
penelitian sekarang
menambahkan
variabel gangguan
organisasi.
26
3. Munawarah (2015).
Pengaruh Gangguan
Pribadi, Gangguan
Ekstern dan Gangguan
Organisasi terhadap
Independensi Auditor
pada BPK RI Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
Dependen :
Independensi
Pemeriksa.
Independen :
a) Gangguan
Pribadi.
b) Gangguan
Ekstern.
c) Gangguan
Organisasi.
Variabel dependen dan
variabel independen,
serta alat analisis
regresi linier berganda.
Selain itu objek tempat
penelitian dilakukan
juga sama, pada BPK
RI Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Teknik pengambilan
sampel yang
digunakan, penelitian
terdahulu dengan
purposive sampling,
sedangkan penelitian
sekarang dengan
sampling jenuh.
4. Parawansa (2014).
Pengaruh Gangguan
Pribadi, Gangguan
Ekstern dan Gangguan
Organisasi terhadap
Independensi
Pemeriksa (Studi
Empiris pada
Inspektorat Kota
Makassar).
Dependen :
Independensi
Pemeriksa.
Independen :
a) Gangguan
Pribadi.
b) Gangguan
Ekstern.
c) Gangguan
Organisasi.
Variabel dependen dan
variabel independen,
serta alat analisis
regresi linier berganda.
Objek penelitian
terdahulu pada
Inspektorat Kota
Makassar, sedangkan
penelitian sekarang
pada BPK RI
Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
5. Siregar (2009).
Pengaruh Gangguan
Pribadi, Gangguan
Eksternal dan
Gangguan Organisasi
terhadap Independensi
Auditor (Studi Empiris
pada Inspektorat
Kabupaten Deli
Serdang).
Dependen :
Independensi
Pemeriksa.
Independen :
a) Gangguan
Pribadi.
b) Gangguan
Ekstern.
c) Gangguan
Organisasi.
Variabel dependen dan
variabel independen,
serta alat analisis
regresi linier berganda.
Objek penelitian
terdahulu dilakukan
pada Inspektorat
Kabupaten Deli
Serdang, sedangkan
penelitian sekarang
pada BPK RI
Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
6. Sriyanto (2010).
Pengaruh Gangguan
Pribadi, Ekstern,
Organisasi dan
Kecakapan Profesional
terhadap Independensi
Pemeriksa (Studi
Empiris pada Auditor
BPK RI Perwakilan
Provinsi Sumatera
Utara).
Dependen :
Independensi
Pemeriksa.
Independen :
a) Gangguan
Pribadi.
b) Gangguan
Ekstern.
c) Gangguan
Organisasi.
d) Kecakapan
Profesional.
Variabel dependen dan
variabel independen,
serta alat analisis
regresi linier berganda.
Objek penelitian
terdahaulu pada
Auditor BPK RI
Perwakilan Provinsi
Sumatera Utara,
sedangkan penelitian
yang sekarang pada
BPK RI Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
Penelitian terdahulu
menggunakan
kecakapan
profesional sebagai
variabel prediktor,
sedangkan pada
penelitian sekarang
tidak diikutsertakan.
27
7. Vitalokasari dan
Djailani (2015).
Pengaruh Gangguan
Pribadi, Gangguan
Ekstern dan Gangguan
Organisasi terhadap
Independensi
Pemeriksa (Studi
Empiris pada BPK RI
Perwakilan Provinsi
Maluku Utara).
Dependen :
Independensi
Pemeriksa.
Independen :
a) Gangguan
Pribadi.
b) Gangguan
Ekstern.
c) Gangguan
Organisasi.
Variabel dependen dan
variabel independen,
serta alat analisis
regresi linier berganda.
Objek penelitian
terdahulu pada BPK
RI Provinsi Maluku
Utara, sedangkan
yang sekarang pada
BPK RI Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
Sumber : Berbagai literatur penelitian terdahulu.
2.3. Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis
2.3.1. Rerangka Konseptual
Independensi merupakan hal yang tidak mudah untuk dipengaruhi, karena
pemeriksa melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Independensi
auditor dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik dari internal maupun
eksternal. Landasan teori di atas mengatakan bahwa independensi auditor dapat
dipengaruhi oleh gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi.
Gangguan pribadi mempengaruhi independensi auditor karena bisa membatasi
ruang lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuannya,
seperti penelitian yang dilakukan oleh Munawarah (2015) dan Parawansa (2014)
yang menemukan bahwa gangguan pribadi berpengaruh terhadap independensi
auditor.
Selain itu juga, gangguan ekstern bisa mempengaruhi independensi auditor
karena bisa saja adanya campur tangan atau pengaruh pihak ekstern atau campur
tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukkan dan promosi auditor,
seperti penelitian yang dilakukan oleh Mide (2011), Parawansa (2014),
28
Vitalokasari dan Djailani (2015), yang menemukan bahwa gangguan ekstern
berpengaruh terhadap independensi auditor. Selanjutnya gangguan organisasi juga
dapat mempengaruhi independensi auditor karena bisa mengakibatkan adanya
tekanan politik atau melaporkan hasil audit yang akuntabilitas. Seperti hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Siregar (2009) dan Sriyanto (2010) yang
menemukan bahwa gangguan organisasi berpengaruh terhadap independensi
auditor.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan suatu rerangka
konseptual yang menggambarkan hubungan antara variabel gangguan pribadi,
gangguan ekstern dan gangguan organisasi terhadap independensi auditor.
Rerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
= Parsial
Gambar 2.1
Rerangka Konseptual Penelitian
Gangguan Pribadi
(X1)
Independensi Auditor
(Y) Gangguan Ekstern
(X2)
Gangguan Organisasi
(X3)
29
2.3.2. Pengembangan Hipotesis
2.3.2.1. Pengaruh Gangguan Pribadi Terhadap Independensi Auditor
Gangguan pribadi merupakan suatu keadaan dimana auditor secara
individual tidak dapat untuk tidak memihak, atau dianggap tidak mungkin tidak
memihak, dapat berlaku bagi individual dan juga dapat berlaku bagi organisasi/
lembaga audit. Menurut Amirsyah (2007) dalam Annisa, Yusralaini dan Rahmiati
(2016), gangguan independensi yang bersifat pribadi dapat juga disebabkan oleh
hubungan dinas, profesi, pribadi, atau keuangan yang mungkin dapat
menyebabkan seorang auditor membatasi pengungkapan temuan audit,
memperlemah, atau membuat temuan auditnya menjadi berat sebelah dengan cara
apapun. Adanya kecenderungan memihak karena keyakinan politik atau sosial
sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetiaan kelompok, organisasi, atau
tingkat pemerintahan tertentu.
Gangguan pribadi berpengaruh terhadap independensi auditor yang
disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi yang mengakibatkan
pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan
temuan dalam segala bentuknya, sehingga dapat mengurangi motivasinya dalam
melaksanakan tugas pemeriksaan (Mide, 2011). Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ferel (2014), Mide (2011), Munawarah (2015), dan Parawansa
(2014) menemukan bahwa gangguan pribadi berpengaruh terhadap independensi
auditor. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor personalitas dalam melakukan
audit, adanya persepsi auditor terhadap lingkungan audit, adanya anggapan
pekerjaan audit adalah pekerjaan kelompok, hubungan keluarga, memiliki
30
kepentingan keuangan dengan entitas yang diperiksa, adanya kerjasama dengan
yang diperiksa, memiliki hubungan langsung atau tidak dengan objek yang
diperiksa, dan adanya prasangka pemeriksa terhadap individu, kelompok ataupun
organisasi. Selain itu, hal yang dapat mempengaruhi independensi auditor dalam
melakukan pemeriksaan yaitu lemahnya kemampuan dalam memeriksa, kurang
profesionalnya pemeriksa, tidak adanya kemandirian, integritas pemeriksa, tidak
menerapkan Kode Etik independensi auditor dan tidak menerapkan Standar
Pemeriksaan Akuntan Publik, sehingga gangguan pribadi berpengaruh terhadap
independensi auditor.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
H1 : Gangguan pribadi berpengaruh terhadap independensi auditor pada BPK RI
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2.3.2.2. Pengaruh Gangguan Ekstern Terhadap Independensi Auditor
Gangguan ekstern merupakan suatu keadaan di mana pemeriksa dapat
dipengaruhi oleh organisasi/lembaga audit, yang dapat membatasi pelaksanaan
audit atau mempengaruhi kemampuan auditor dalam menyatakan pendapat dan
kesimpulan auditnya secara independen dan objektif. Menurut Boynton et al.,
(2008), kepentingan klien harus dipenuhi dengan kompetensi dan perhatian
profesional. Kepada anggota profesi lainnya, auditor memiliki suatu tanggung
jawab untuk meningkatkan suatu reputasi profesi dan kemampuannya untuk
melayani masyarakat. Oleh karena itu, keputusan untuk menerima klien audit baru
atau melanjutkan hubungan dengan klien yang telah ada tidak boleh dianggap
31
remeh. Pope (2003) mengemukakan bahwa agar bisa efektif, auditor harus bebas
dari tekanan klien atau lembaga yang sedang diaudit. Adanya kondisi yang
kompleks dan perubahan lingkungan operasional dalam lingkungan operasional
auditor internal, termasuk kompleksitas, perubahan peraturan dan teknologi
menjadikan independensi auditor menjadi terganggu.
Gangguan ekstern berpengaruh terhadap independensi auditor yang
disebabkan oleh adanya campur tangan atau pengaruh pihak ekstern atau campur
tangan pihak ekstern mengenai penugasan atau penunjukkan (Mide, 2011).
Senada dengan temuan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ferel (2014), Mide
(2011), Siregar (2009), Vitalokasari dan Djailani (2015) yang menemukan bahwa
gangguan ekstern berpengaruh terhadap independensi pemeriksa. Hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh lingkungan, ancaman penggantian petugas
pemeriksa, pemilihan penerapan prosedur pemeriksaan atau sampel pemeriksaan,
pembatasan waktu yang tidak wajar dari pihak ekstern, terbatasnya sumber daya
yang disediakan bagi organisasi auditor, adanya wewenang untuk menolak atau
mempengaruhi pertimbangan auditor terhadap isi laporan hasil pemeriksaan,
adanya pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa, pengaruh atas
promosi auditor, penerapan suatu prinsip akuntansi atau simpulan auditor, dan
adanya kebutuhan pemeriksaan atau kecakapan auditor dengan entitas yang
diperiksa juga dapat mempengaruhi gangguan ekstern, sehingga gangguan ekstern
berpengaruh terhadap independensi auditor.
Berdasarkan penelitian sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
32
H2 : Gangguan ekstern berpengaruh terhadap independensi auditor pada BPK RI
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2.3.2.3. Pengaruh Gangguan Organisasi Terhadap Independensi Auditor
Gangguan yang bersifat organisasi merupakan suatu keadaan di mana
pemeriksa dapat dipengaruhi oleh kedudukan, fungsi, dan struktur organisasinya.
Seperti, adanya tekanan politik atau pengaruh audit yang dilaksanakannya
(Siregar, 2009). Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017 tentang SPKN
meneyebutkan independensi organisasi pemeriksa dapat dipengaruhi oleh
kedudukan, fungsi dan struktur organisasinya. Agar dapat menghindari gangguan
organisasi tersebut, yaitu dengan menempatkan organisasi pemeriksa sebagai
lembaga tinggi negara atau organisasi independen.
Penelitian yang dilakukan oleh Ferel (2014), Parawansa (2014), Siregar
(2009), dan Sriyanto (2010) menyatakan bahwa gangguan organisasi berpengaruh
terhadap independensi auditor yang disebabkan oleh struktur organisasi,
kedudukan, fungsi dan struktur organisasinya, dan adanya tekanan politik. Faktor
lain yang dapat mempengaruhi gangguan organisasi yaitu adanya kompensasi dari
entitas tempat pemeriksa bekerja, adanya pengembangan dan pembinaan prestasi
kerja, promosi jabatan dan penyampaian hasil yang diaudit, sehingga gangguan
organisasi berpengaruh terhadap independensi auditor.
Berdasarkan penelitian sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
H3 : Gangguan organisasi berpengaruh terhadap independensi auditor pada BPK
RI Provinsi Nusa Tenggara Barat.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
asosiatif. Penelitan asosiatif merupakan suatu penelitian yang mencari hubungan
antar satu variabel dengan variabel yang lain. Hubungan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hubungan kausal yang bersifat sebab akibat, jadi di sini ada
variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen
(dipengaruhi) (Sugiyono, 2014:36).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel Gangguan
Pribadi, Gangguan Ekstern, dan Gangguan Organisasi. Selanjutnya variabel
dependen atau variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah variabel
Independensi Pemeriksa.
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
Kuesioner. Menurut Sugiyono (2014:142), kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
34
Kuesioner diberikan kepada responden yang terdapat pada Kantor BPK RI
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jumlah pertanyaan yang terdapat pada kuesioner
tersebut sebanyak 60 (enam puluh) pertanyaan yang dibagi menjadi 4 bagian : (a)
Gangguan Pribadi = 12 pertanyaan; (b) Gangguan Ekstern = 8 pertanyaan; (c)
Gangguan Organisasi = 5 pertanyaan; dan (d) Independensi = 6 pertanyaan.
3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.3.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2014:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor
BPK RI Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berjumlah 60 orang.
3.3.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2014:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel
menggunakan Sampling Jenuh. Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Berdasarkan metode
tersebut maka kriteria penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
35
3.4. Jenis dan Sumber Data
3.4.1. Jenis Data
Menurut Sugiyono (2014:92), jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan, dimana data kualitatif berupa
bentuk kalimat atau kata yang ditanyakan melalui kuesioner itu sendiri dan data
kuantitatif yaitu berupa nilai atau skor atas jawaban yang diberikan oleh
responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner dan
nantinya diukur berdasarkan dengan skala Likert.
3.4.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu
data yang diperoleh atau didapat dari individu atau perseorangan. Di mana data
primer diperoleh dari lapangan atau langsung dari responden/objek yang diteliti
untuk kepentigan studi yang bersangkutan, dalam hal ini data diperoleh dari
penyebaran kuesioner (Misbahuddin dan Hasan, 2013:21).
3.5. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
3.5.1. Identifikasi Variabel
Variabel penelitian ini terdiri dari empat variabel, yaitu tiga variabel bebas
(independen variabel) dan satu variabel terikat (dependen variabel). Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah gangguan pribadi (X1), gangguan ekstern (X2)
dan gangguan organisasi (X3), sedangkan variabel terikat ialah independensi
auditor (Y).
36
3.5.2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini
akan diuraikan sebagai berikut :
1) Gangguan yang bersifat pribadi (X1)
Merupakan suatu keadaan di mana auditor secara individual tidak
dapat untuk tidak memihak, atau dianggap tidak mungkin tidak memihak.
Indikator yang digunakan oleh gangguan bersifat pribadi yang
berpengaruh terhadap independensi auditor adalah (Munawarah, 2015) :
a) Hubungan keluarga.
b) Kepentingan keuangan.
c) Rekan kerja.
d) Keterlibatan auditor.
e) Prasangka.
f) Tanggung jawab.
g) Profesional.
2) Gangguan yang bersifat ekstern (X2)
Bagi organisasi/lembaga audit dapat membatasi pelaksanaan audit,
mempengaruhi kemampuan auditor dalam menyatakan pendapat dan
kesimpulan auditnya secara independen dan objektif. Indikator yang
digunakan oleh gangguan bersifat ekstern yang berpengaruh terhadap
independensi auditor adalah (Munawarah, 2015) :
a) Pengaruh pihak ekstern.
b) Pembatasan waktu.
37
c) Promosi auditor
d) Organisasi auditor.
e) Pertimbangan auditor.
f) Ancaman pergantian petugas.
g) Kelangsungan auditor sebagai pegawai.
3) Gangguan bersifat organisasi (X3)
Organisasi ialah gangguan yang dipengaruhi oleh kedudukan,
fungsi dan struktur organisasinya. Indikator yang digunakan oleh
gangguan yang bersifat organisasi yang berpengaruh terhadap
independensi auditor adalah (Munawarah, 2015) :
a) Melakukan akuntabilitas hasil audit.
b) Fungsi manajemen garis dan staf.
c) Tekanan politik.
d) Menyampaikan hasil audit.
e) Pembinaan sistem kepegawaian.
4) Independensi (Y)
Independensi artinya tidak mudah dipengaruhi, karena pemeriksa
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum, dengan demikian
pemeriksa tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab
bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian
teknis yang pemeriksa miliki, pemeriksa akan kehilangan sikap tidak
memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan
pendapatnya. Adapun indikator independensi adalah (Munawarah, 2015) :
38
a) Hubungan kerja sama.
b) Tidak ada pembatasan waktu.
c) Auditor mengetahui sistem informasi keuangan dan administrasi.
d) Pengalaman auditor.
e) Organisasi auditor.
f) Campur tangan pihak ekstern.
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1. Tabulasi Data Kuesioner
Peneliti melakukan penelitian mendalam dengan menyebarkan Kuesioner
kepada seluruh auditor yang menjadi sampel pada BPK RI Provinsi Nusa
Tenggara Barat, kemudian melakukan tabulasi perhitungan skala Likert. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Untuk setiap alternatif jawaban yang
dipilih responden, diberikan bobot sebagai berikut :
1) Untuk jawaban Sangat Setuju, diberikan skor = 5.
2) Untuk jawaban Setuju, diberikan skor = 4.
3) Untuk jawaban Netral, diberikan skor = 3.
4) Untuk jawaban Tidak Setuju, diberikan skor = 2.
5) Untuk jawaban Sangat Tidak Setuju, diberikan skor = 1.
Sedangkan skor untuk jawaban variabel dependen yaitu independensi
auditor diberikan bobot sebagai berikut :
1) Untuk jawaban Sering Sekali, diberikan skor = 5.
39
2) Untuk jawaban Pernah, diberikan skor = 4.
3) Untuk jawaban Kadang-kadang, diberikan skor = 3.
4) Untuk jawaban Tidak Pernah, diberikan skor = 2.
5) Untuk jawaban Sangat Tidak Pernah, diberikan skor = 1.
3.6.2. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas
dan uji reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian
ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) Versi
22. Adapun penjelasan uji validitas dan uji reabilitas sebagai berikut :
1) Uji Validitas
Menurut Misbahuddin dan Hasan (2013:303), validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen.
Instrumen sahih atau valid, berarti memiliki validitas tinggi, demikian pula
sebaliknya. Sebuah instrumen dikatakan sahih atau valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan atau mengungkap data variabel yang
diteliti secara tepat.
2) Uji Reliabilitas
Menurut Misbahuddin dan Hasan (2013:298), reliabilitas adalah
tingkat ketepatan, ketelititan atau keakuratan sebuah instrumen. Jadi,
reliabilitas menunjukkan apakah instrumen tersebut secara konsisten
memberikan hasil ukuran yang sama tentang suatu yang diukur pada
waktu yang berlainan. Menurut Sekaran dalam Priyatno (2014:64), untuk
menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak maka bisa menggunakan
40
batas nilai Alfa 0,6. Reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik,
sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik.
3.6.3. Statistik Deskriptif
Menurut Sugiyono (2014:147) statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah dikumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk menarik kesimpulan yang berlaku
secara generalisasi. Dalam statistik deskriptif, hasil jawaban responden akan
dideskripsikan menurut masing-masing variabel peneltian. Sebelum
dideskripsikan terlebih dahulu variabel dalam penelitian diukur dengan
menggunakan teknik skoring Likert lima ketuk, berikut pedoman penilaiannya :
1) Sangat Tidak Setuju dengan skor 1.
2) Tidak Setuju dengan skor 2.
3) Netral dengan skor 3.
4) Setuju dengan skor 4.
5) Sangat Setuju dengan skor 5.
Selanjutnya menganalisis hasil pengkategorian penilaian responden
dengan menentukan nilai kategori interval kelas dengan rumus sebagai berikut :
Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
Interval Kelas = (Suharyadi & Purwanto, 2009)
Jumlah Kelas
5 – 1
= = 0,8
5
Dari interval tersebut akan diperoleh nilai batasan untuk masing-masing
variabel yang dimasukkan ke dalam kelas-kelas tersebut untuk mengetahui hasil
penelitian, dan berikut ini merupakan nilai interval dari masing-masing kelas.
41
Tabel 3.1. Kategori Nilai Masing-masing Interval Variabel Penelitian
Interval
Kategori Variabel Penelitian
Gangguan
Pribadi
Gangguan
Ekstern
Gangguan
Organisasi Independensi
4,21 s/d < 5 Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Independen
3,41 s/d < 4,2 Tinggi Tinggi Tinggi Independen
2,61 s/d < 3,4 Sedang Sedang Sedang Cukup
Independen
1,81 s/d < 2,6 Rendah Rendah Rendah Kurang
Independen
1 s/d < 1,8 Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Tidak
Independen
Sumber : Data Primer (2015).
3.6.4. Uji Asumsi Klasik
Menurut Priyatno (2014:89), model regresi linier dapat disebut sebagai
model yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa asumsi yang kemudian
disebut dengan asumsi klasik. Asumsi yang harus terpenuhi dalam model regresi
linier yaitu residual terdistribusi normal, tidak adanya multikolinieritas, dan tidak
adanya heteroskedastisitas pada model regresi.
1) Uji Normalitas
Menurut Misbahuddin dan Hasan (2013:278), uji normalitas adalah
uji persyaratan tentang kelayakan data untuk dianalisis dengan
menggunakan statistik parametrik atau statistik non-parametrik. Melalui
42
uji ini, sebuah data hasil penelitian dapat diketahui bentuk distribusi data
tersebut, yaitu berdistribusi normal atau tidak normal.
Mengetahui normalitas yaitu dengan mellihat penyebaran data
pada sumber diagonal pada grafik normal P-P of regresion standardizied
residual. Jika titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal maka nilai
residual tersebut telah normal (Priyatno, 2014:91).
2) Uji Multikolinieritas
Menurut Priyatno (2014:91), multikolinieritas adalah antara
variabel independen terdapat dalam model regresi memiliki hubungan
linier yang sempurna atau mendekati sempurna. Pada model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna atau mendekati
sempurna di antara variabel bebas (korelasinya 1 atau mendekati 1).
Multikolinieritas dapat dideteksi dengan menganalisis matrik
kolerasi variabel-variabel independen atau dengan menggunakan
perhitungan nilai tolerance lebih dari 0,1 atau nilai VIF (Variance
Inflation Factor) kurang dari 10, maka hal ini menunjukkan bahwa tidak
terjadi masalah multikolinieritas pada model regresi (Ghozali dalam
Priyatno, 2014:103).
3) Uji Heteroskedastisitas
Menurut Priyatno (2014:108), heteroskedastisitas adalah varian
residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
43
Metode yang digunakan adalah uji glesjer. Uji glesjer dilakukan
dengan cara meregresikan antara variabel indepeden dengan nilai absolut
residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
3.6.5. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
atau hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen dengan satu
variabel dependen. Perbedaan dengan regresi linier sederhana adalah bahwa
regresi linier sederhana hanya menggunakan satu variabel independen dalam satu
model regresi, sedanngkan regresi linier berganda menggunankan dua atau lebih
variabel independen dalam satu model regresi (Priyatno, 2014:148).
Hasil regresi bisa diinterprestasikan dengan benar dan akan menghasilkan
estimasi yang efisien dan tidak bias (BLUE = Best Linier Unbiased Estimation)
jika memenuhi syarat asumsi klasik. Oleh karena itu, sebelum dilakukan regresi
maka dilakukan uji asumsi klasik. Regresi linier berganda digunakan untuk
mengetahui arah dan besarnya pengaruh variabel gangguan pribadi, gangguan
ekstern dan gangguan organisasi terhadap independensi auditor pada BPK RI
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Y = α0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Keterangan :
Y : Independensi Auditor
X1 : Gangguan Pribadi
44
X2 : Gangguan Ekstern
X3 : Gangguan Organisasi
α0 : Konstanta
β : Koefisien Regresi
e : Error
Selanjutnya dilakukan uji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
dengan menggunakan uji t (pengujian secara parsial). Uji t digunakan untuk
mengetahui apakah secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan
atau tidak terhadap variabel dependen (Priyatno, 2014:161). Langkah-langkah
pengujian sebagai berikut :
1) Merumuskan hipotesis.
2) Menentukan t hitung dan nilai signifikan.
3) Menentukan t tabel.
Nilai t tabel dapat dilihat dalam tabel statistik pada signifikan
0,05/2 = 0,025 dan menentukan derajat kebebasan df = n-k-1 atau 60-3-1 =
56. Hal ini berarti nilai t tabel dapat dilihat pada kolom tingkat
kepercayaan 2,5% dan df pada baris 56.
4) Kriteria pengujian.
Berdasarkan t tabel :
a) Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima.
b) Jika –t hitung < –t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak.
Berdasarkan signifikan :
a) Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.
45
b) Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak.
5) Membuat kesimpulan.
3.6.6. Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah angka atau indeks yang digunakan untuk
mengetahui besarnya sumbangan sebuah variabel atau lebih (variabel bebas, X)
terhadap variasi (naik/turunnya) variabel yang lain (variabel terikat, Y)
(Misbahuddin dan Hasan, 2013:49). Nilai koefisien determinasi berada antara 0
sampai dengan 1.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
BPK merupakan satu-satunya lembaga yang bertugas memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia,
BUMN, Badan Layanan Umum (BLU), BUMD, dan lembaga atau badan lain
yang mengelola keuangan negara.
Untuk memperlancar tugas dan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan
maka sesuai amandemen ketiga Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 23G yang
menyatakan bahwa “BPK-RI berkedudukan di ibukota negara dan memiliki
perwakilan di setiap provinsi” dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 serta
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK Pasal 3 ayat (2) yang
menyatakan bahwa “BPK memiliki perwakilan di setiap provinsi”, dibentuklah
kantor perwakilan BPK RI yang berdiri disetiap wilayah provinsi di Indonesia.
Perwakilan di Mataram, Nusa Tenggara Barat merupakan perwakilan BPK
yang ke-26 dan diresmikan pada tanggal 23 November 2007 oleh Wakil Ketua
BPK (Alm. Bapak H. Abdullah Zainie, SH) yang selanjutnya bernama BPK RI
Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). BPK RI Perwakilan Provinsi
NTB berawal dari Perwakilan IV BPK RI di Denpasar yang membawahi wilayah
47
pemeriksaan Provinsi Bali, Provinsi NTB, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT),
Provinsi Maluku, dan Provinsi Papua.
Sejak dibuka dan diresmikan hingga sekarang, Perwakilan BPK RI
Provinsi NTB berkantor di gedung eks Kantor Kehutanan milik Pemerintah
Provinsi NTB dengan status izin pinjam pakai yang beralamatkan di Jalan
Pejanggik Nomor 5 Mataram dengan nomor telepon (0370) 634112 dan (0370)
634113. Kantor perwakilan terdiri dari dua gedung. Gedung pertama digunakan
untuk Ruang Kepala Perwakilan, Ruang Kepala Sekretariat Perwakilan, Ruang
Sub Bagian Sekretariat Perwakilan, Ruang Kepala Sub Auditoriat, Ruang Seksi
Auditorat, Ruang Rapat, Ruang Sub Bagian Keuangan dan Ruang Sub Bagian
SDM. Kemudian gedung kedua digunakan untuk Ruang Poliklinik, Ruang Sub
Bagian Hukum dan Humas, Ruang Sub Bagian Umum dan Mushola. Pada saat
penyusunan buku Profil Perwakilan BPK RI Provinsi NTB, pembangunan gedung
kantor Perwakilan BPK RI Perwakilan Provinsi NTB yang berdiri di Jalan Gili
Trawangan, Kelurahan Karang Baru, Kecamatan Mataram sedang dalam proses
pengerjaan yang selanjutnya akan menjadi kantor tetap BPK RI Perwakilan NTB.
BPK RI Perwakilan Provinsi NTB ini adalah salah satu unsur Pelaksana
Badan Pemeriksa Keuangan yang berada di bawah Auditor Utama Keuangan
Negara VI (AKN VI) dan bertanggung jawab kepada Anggota VI BPK RI. Untuk
wilayah kerjanya, Kantor Perwakilan ini membagi 2 wilayah kerja yaitu Sub
Auditorat NTB I dan Sub Auditorat NTB II. Sub Auditorat NTB I wilayah
kerjanya terdiri dari Pemerintah Provinsi NTB, Kabupaten Lombok Barat,
Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, dan Kabupaten
48
Sumbawa Barat, sedangkan Sub Auditorat NTB II wilayah kerjanya terdiri dari
Kabupaten Dompu, Kota Bima, Kabupaten Bima, Kabupaten Sumbawa, dan Kota
Mataram.
Selanjutnya terdapat Visi dan Misi BPK RI sebagaimana dikemukakan
berikut ini. Visi BPK RI : “Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang
kredibel dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam
mendorong terwujudnya tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan
transparan”.
Selanjutnya Misi BPK RI yaitu :
1) Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
2) Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
3) Berperan aktif dalam menemukan dan mencegah segala bentuk
penyalahgunaan dan penyelewengan keuangan negara.
4.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
kepada responden yaitu auditor pada BPK RI Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kuesioner didistribusikan ke BPK RI Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan cara
disampaikan langsung. Jumlah kuesioner yang disebarkan 60 kuesioner, baik
kepada auditor senior maupun auditor junior. Berikut ini jumlah distribusi
kuesioner yang disebarkan ke BPK RI Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagaimana
tersaji dalam Tabel 4.1 berikut ini :
49
Tabel 4.1. Ikhtisar Distribusi dan Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah
(unit)
Persentase Tingkat
Pengembalian
Kuesioner (%)
Kuesioner yang disebar 60 100
Kuesioner yang tidak kembali 0 0
Kuesioner yang kembali 60 100
Sumber : Data Primer Diolah.
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diperoleh total jumlah kuesioner yang bisa
digunakan dan diolah sebanyak 60 kuesioner. Selanjutnya akan dideskripsikan
karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, umur, jenjang pendidikan,
dan pengalaman kerja.
4.1.2.1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dalam penelitian ini dideskripsikan untuk mengetahui
seberapa banyak auditor pria dan auditor wanita yang menjadi responden. Jenis
kelamin responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu pria dan wanita. Rincian
identifikasi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2 di
bawah ini:
Tabel 4.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Keterangan Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Laki 37 62
2. Perempuan 23 38
Total 60 100
Sumber : Data Primer Diolah.
50
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden yang menjadi
auditor atau berprofesi sebagai pemeriksa lebih banyak dari kelompok pria yaitu
sebesar 62 persen dibandingkan dengan wanita yang hanya sebesar 38 persen.
4.1.2.2. Umur
Umur responden dibagi menjadi 2 bagian yaitu : 25 – 30 tahun dan 31 – 40
tahun. Rincian identifikasi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel
4.3 di bawah berikut:
Tabel 4.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur
No Keterangan Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. 25 – 30 tahun 31 52
2. 31 – 40 tahun 29 48
Total 60 100
Sumber : Data Primer Diolah.
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
kuesioner lebih banyak yang berumur 25 – 30 tahun yaitu sebesar 52 persen
dibandingkan dengan responden yang berumur 31 – 40 tahun sebesar 48 persen.
4.1.2.3. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan para auditor yang menjadi responden dalam penelitian
ini dibagi menjadi 5 kelompok yaitu : SLTA, Diploma III (D III), Sarjana Strata
Satu (S1), Sarjana Strata Dua (S2), dan Sarjana Strata Tiga (S3). Rincian
identifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.4
berikut ini :
51
Tabel 4.4. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
No Keterangan Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. SLTA 0 0
2. D III 11 18
3. S1 37 62
4. S2 12 20
5. S3 0 0
Total 60 100
Sumber : Data Primer Diolah.
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa responden yang
menjawab kuesioner lebih banyak pada tingkat pendidikan S1 yaitu sebesar 62
persen dibandingkan dengan responden dengan tingkat pendidikan DIII dan S2.
4.1.2.4. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja responden dibagi menjadi 4 kelompok, rincian
identifikasi responden berdasarkan pengalaman kerja dibawah berikut ini:
Tabel 4.5. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
No. Keterangan Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. 1 – 5 tahun 9 15
2. 6 – 10 tahun 15 25
3. 11 – 15 tahun 25 42
4. > 15 tahun 11 18
Total 60 100
Sumber : Data Primer Diolah.
52
Berdasarkan dari Tabel 4.5 dapat dilihat dari segi lamanya bekerja,
responden yang menjawab kuesioner lebih banyak memiliki pengalaman 11 – 15
tahun yaitu sebesar 42 persen dibandingkan dengan responden dengan
pengalaman kerja kurang dari 11 tahun dan lebih dari 15 tahun.
4.1.3. Deskripsi Data Variabel Penelitian
4.1.3.1. Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran umum
mengenai demografi responden. Uji statistik deskriptif digunakan dalam
penelitian ini untuk memberikan gambaran atau deskripsi mengenai variabel
dependen yaitu independensi auditor, dan variabel independen yaitu gangguan
pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi. Adapun hasil pengujian uji
statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
G.Pribadi 60 3,00 5,00 4,1167 0,46035
G.Ekstern 60 3,00 5,00 4,0983 0,48625
G.Organisasi 60 3,00 5,00 4,1200 0,47614
Indepedensi 60 3,00 5,00 4,1267 0,48218
Valid N (listwise) 60
Sumber : Lampiran 3.
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel
gangguan pribadi memiliki nilai maksimum 5, nilai minimum 3, nilai rata-rata
4,1167 dan standar deviasi 0,46035. Selanjutnya variabel gangguan ekstern
memiliki nilai maksimum 5, nilai minimum 3, nilai rata-rata 4,0983 dan standar
53
deviasi 0,48625. Untuk variabel gangguan organisasi memiliki nilai maksimum 5,
nilai minimum 3, nilai rata-rata 4,1200 dan standar deviasi 0,47614. Sedangkan
variabel dependen independensi auditor memiliki nilai maksimum 5, nilai
minimum 3, nilai rata-rata 4,1267 dan standar deviasi 0,48218.
4.1.3.2. Deskripsi Variabel Gangguan Pribadi
Pengukuran gangguan pribadi dalam penelitian ini menggunakan 7
indikator yaitu hubungan keluarga, kepentingan keuangan, rekan kerja,
keterlibatan auditor, prasangka, tanggung jawab dan profesional. Total item
pernyataan yang diajukan dalam kuesioner sebanyak 12 item. Jawaban responden
terhadap variabel gangguan pribadi dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah berikut :
Tabel 4.7. Jawaban Responden terkait Indikator Variabel Gangguan Pribadi
No Butir Kuesioner Kategori Jawaban
Jumlah STS TS N S SS
1 X1.1 0 0 7 38 15 60
2 X1.2 0 0 7 42 11 60
3 X1.3 0 0 21 28 11 60
4 X1.4 0 0 8 33 19 60
5 X1.5 0 0 6 32 22 60
6 X1.6 0 0 12 30 18 60
7 X1.7 0 0 13 27 20 60
8 X1.8 0 0 9 39 12 60
9 X1.9 0 1 6 36 17 60
10 X1.10 0 0 10 31 19 60
11 X1.11 0 0 6 33 21 60
12 X1.12 0 0 12 30 18 60
Sumber : Lampiran 2.
54
Gangguan pribadi (X1) adalah gangguan yang disebabkan oleh suatu
hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan auditor membatasi
lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala
bentuknya. Instrumen untuk mengukur variabel ini menggunakan 12 item
pernyataan untuk mengukur persepsi para responden mengenai pengaruh
gangguan pribadi dengan lima poin skala Likert dengan meminta responden
menunjukkan pilihan antara sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju dari
pernyataan yang diajukan.
Hasil statistik deskriptif dari jawaban responden atas variabel gangguan
pribadi pada Tabel 4.6 menunjukkan rata-rata sebesar 4,1167 dengan standar
deviasi 0,46035. Rata-rata responden menjawab pada skala 4 atas pernyataan yang
diajukan. Nilai tersebut menyatakan gangguan pribadi yang terjadi pada
independensi auditor tergolong tinggi, karena berada pada rentang kriteria 3,41
sampai dengan 4,2. Dengan demikian mayoritas jawaban responden menunjukkan
bahwa gangguan pribadi berpengaruh terhadap independensi auditor pada BPK RI
Perwakilan Provinsi NTB.
4.1.3.3. Deskripsi Variabel Gangguan Ekstern
Pengukuran gangguan ekstern dalam penelitian ini menggunakan 7
indikator yaitu pengaruh pihak ekstern, pembatasan waktu, promosi auditor,
organisasi auditor, pertimbangan auditor, ancaman penggantian petugas, dan
kelangsungan auditor sebagai pegawai. Total item pernyataan yang diajukan
dalam kuesioner sebanyak 8 item. Jawaban responden terhadap variabel gangguan
ekstern dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini :
55
Tabel 4.8. Jawaban Responden terkait Indikator Variabel Gangguan Ekstern
No Butir Kuesioner Kategori Jawaban
Jumlah STS TS N S SS
1 X2.1 0 0 7 41 12 60
2 X2.2 0 0 15 32 13 60
3 X2.3 0 1 8 32 19 60
4 X2.4 0 0 14 27 19 60
5 X2.5 0 0 8 40 12 60
6 X2.6 0 1 6 38 15 60
7 X2.7 0 1 7 36 16 60
8 X2.8 0 1 12 30 17 60
Sumber : Lampiran 2.
Gangguan ekstern (X2) dalam penelitian ini adalah gangguan ekstern bagi
organisasi auditor yang dapat membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau
mempengaruhi kemampuan auditor dalam menyatakan pendapat atau simpulan
hasil pemeriksaannya secara independen dan objektif. Instrumen untuk mengukur
variabel ini menggunakan 8 item pernyataan untuk mengukur persepsi para
responden mengenai pengaruh gangguan ekstern dengan lima poin skala Likert
dengan meminta responden menunjukkan pilihan antara sangat tidak setuju
sampai dengan sangat setuju dari pernyataan yang diajukan.
Hasil statistik deskriptif dari jawaban responden atas variabel gangguan
ekstern pada Tabel 4.6 menunjukkan rata-rata sebesar 4,0983 dengan standar
deviasi 0,48625. Rata-rata responden menjawab pada skala 4 atas pernyataan yang
diajukan. Nilai tersebut menyatakan gangguan ekstern yang terjadi pada
independensi auditor tergolong tinggi, karena berada pada rentang kriteria 3,41
sampai dengan 4,2. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui mayoritas jawaban
56
responden menunjukkan bahwa gangguan ekstern berpengaruh terhadap
independensi auditor pada BPK RI Perwakilan Provinsi NTB.
4.1.3.4. Deskripsi Variabel Gangguan Organisasi
Pen1gukuran gangguan organisasi dalam penelitian ini menggunakan 5
indikator yaitu melakukan akuntabilitas hasil audit, fungsi manajemen garis dan
staf, tekanan politik, menyampaikan hasil audit, dan pembinaan sistem
kepegawaian. Total item pernyataan yang diajukan dalam kuesioner sebanyak 5
item. Jawaban responden terhadap variabel gangguan organisasi dapat dilihat pada
Tabel 4.9 di bawah berikut :
Tabel 4.9. Jawaban Responden terkait Indikator Variabel Gangguan
Organisasi
No Butir Kuesioner Kategori Jawaban
Jumlah STS TS N S SS
1 X3.1 0 0 9 37 14 60
2 X3.2 0 0 7 36 17 60
3 X3.3 0 0 12 35 13 60
4 X3.4 0 1 6 36 17 60
5 X3.5 0 0 10 31 19 60
Sumber : Lampiran 2.
Gangguan organisasi (X3) adalah gangguan yang disebabkan oleh suatu
keadaan di mana pemeriksa dapat dipengaruhi oleh kedudukan, fungsi, dan
struktur organisasinya. Instrumen untuk mengukur variabel ini menggunakan 5
item pernyataan untuk mengukur persepsi para responden mengenai pengaruh
gangguan organisasi dengan lima poin skala Likert dengan meminta responden
menunjukkan pilihan antara sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju dari
pernyataan yang diajukan.
57
Hasil statistik deskriptif dari jawaban responden atas variabel gangguan
organisasi pada Tabel 4.6 menunjukkan rata-rata sebesar 4,1200 dengan standar
deviasi 0,47614. Rata-rata responden menjawab pada skala 4 atas pernyataan yang
diajukan. Nilai tersebut menyatakan gangguan organisasi yang terjadi pada
independensi auditor tergolong tinggi, karena berada pada rentang kriteria 3,41
sampai dengan 4,2. Dengan demikian mayoritas jawaban responden menunjukkan
gangguan organisasi dapat mempengaruhi independensi auditor pada BPK RI
Perwakilan Provinsi NTB.
4.1.3.5. Deskripsi Variabel Independensi
Pengukuran independensi dalam penelitian ini menggunakan 6 indikator
yaitu hubungan kerja sama, tidak ada pembatasan waktu, auditor mengetahui
sistem informasi keuangan dan administrasi, pengalaman auditor, organisasi
auditor, dan campur tangan pihak ekstern. Total item pernyataan yang diajukan
dalam kuesioner sebanyak 6 item. Jawaban responden terhadap independensi
dapat dilihat pada Tabel 4.10 di bawah berikut ini :
Tabel 4.10. Jawaban Responden terkait Indikator Variabel Independensi
No Butir Kuesioner Kategori Jawaban
Jumlah STP TP KK P SS
1 Y.1 0 0 9 39 12 60
2 Y.2 0 1 6 36 17 60
3 Y.3 0 0 8 33 19 60
4 Y.4 0 1 7 36 16 60
5 Y.5 0 1 12 30 17 60
6 Y.6 0 0 7 35 18 60
Sumber : Lampiran 2.
58
Independensi auditor (Y) dalam penelitian ini adalah organisasi auditor
dan auditor harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan
pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan organisasi yang dapat mempengaruhi
independensinya. Instrumen untuk mengukur variabel ini menggunakan 6 item
pernyataan untuk mengukur persepsi para responden mengenai independensi
auditor dengan lima poin skala Likert dengan meminta responden menunjukkan
pilihan antara sangat tidak pernah sampai dengan sering sekali dari pernyataan
yang diajukan.
Hasil statistik deskriptif dari jawaban responden atas variabel
independensi auditor pada Tabel 4.6 menunjukkan rata-rata sebesar 4,1267
dengan standar deviasi 0,48218. Rata-rata responden menjawab pada skala 4 atas
pernyataan yang diajukan. Nilai tersebut menyatakan independensi auditor
tergolong independen, karena berada pada rentang kriteria 3,41 sampai dengan
4,2. Mayoritas jawaban tersebut mencerminkan independensi yang tinggi dari
auditor pada BPK RI Perwakilan Provinsi NTB.
4.1.4. Analisis Data
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data
dimulai dengan mengolah data, selanjutnya dilakukan pengujian kualitas data,
pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda. Pengujian
kualitas data, pengujian asumsi klasik dan regresi berganda digunakan dengan
menggunakan software SPSS Versi 22. Prosedur dimulai dengan memasukkan
variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-
59
output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Adapun hasil analisis
data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
4.1.4.1. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas
dan uji reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian
ini menggunakan program SPSS versi 22. Adapun penjelasan uji validitas dan uji
reliabilitas sebagai berikut :
1) Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data
yang tertampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang akan
diukur. Adapun hasil pengujian validitas dapat dilihat pada Tabel 4.11 di
bawah berikut ini :
Tabel 4.11. Hasil Pengujian Validitas
No Butir
Kuesioner
Koefisien
Korelasi
Standar
Koefisien
Korelasi
Keterangan
1 X1.1 0,679 0,254 Valid
2 X1.2 0,721 0,254 Valid
3 X1.3 0,597 0,254 Valid
4 X1.4 0,780 0,254 Valid
5 X1.5 0,777 0,254 Valid
6 X1.6 0,671 0,254 Valid
7 X1.7 0,695 0,254 Valid
8 X1.8 0,729 0,254 Valid
9 X1.9 0,588 0,254 Valid
10 X1.10 0,778 0,254 Valid
11 X1.11 0,777 0,254 Valid
12 X1.12 0,671 0,254 Valid
13 X2.1 0,668 0,254 Valid
14 X2.2 0,777 0,254 Valid
15 X2.3 0,654 0,254 Valid
60
No Butir
Kuesioner
Koefisien
Korelasi
Standar
Koefisien
Korelasi
Keterangan
16 X2.4 0,765 0,254 Valid
17 X2.5 0,778 0,254 Valid
18 X2.6 0,638 0,254 Valid
19 X2.7 0,718 0,254 Valid
20 X2.8 0,758 0,254 Valid
21 X3.1 0,751 0,254 Valid
22 X3.2 0,787 0,254 Valid
23 X3.3 0,639 0,254 Valid
24 X3.4 0,752 0,254 Valid
25 X3.5 0,740 0,254 Valid
26 Y.1 0,805 0,254 Valid
27 Y.2 0,645 0,254 Valid
28 Y.3 0,729 0,254 Valid
29 Y.4 0,722 0,254 Valid
30 Y.5 0,738 0,254 Valid
31 Y.6 0,780 0,254 Valid
Sumber : Lampiran 3.
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa semua butir
pernyataan yang terdapat pada kuesioner pada penelitian ini mempunyai
nilai koefisien korelasi hitung yang lebih besar dari nilai standar korelasi
yaitu 0,254. Hal ini menujukkan bahwa instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini secara keseluruhan adalah valid.
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah suatu pengukur yang menunjukkan
konsistensi dari suatu instrumen. Pada penelitian ini instrumen dikatakan
andal (reliabel) bila memiliki nilai alfa sebesar 0,6 atau lebih, bila lebih
kecil dari 0,6 maka dinyatakan tidak reliabel. Adapun hasil pengujian
reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.12 di bawah berikut ini :
61
Tabel 4.12. Hasil Pengujian Reliabilitas
No Variabel Nilai
Alfa
Standar
Alfa Keterangan
1 G.Pribadi 0,906 0,6 Reliabel
2 G.Ekstern 0,866 0,6 Reliabel
3 G.Organisasi 0,784 0,6 Reliabel
4 Independensi 0,829 0,6 Reliabel
Sumber : Lampiran 3.
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa semua variabel
mempunyai nilai alfa lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa
instrumen yang digunakan pada penelitian ini sudah reliabel.
4.1.4.2. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang akan
digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak. Pada
penelitian ini untuk menguji suatu data terdistribusi normal atau tidak,
dapat diketahui dengan menggunakan grafik normal P-P plot. Apabila
data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Adapun hasil uji
normalitas dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah berikut ini :
62
Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa terlihat titik-
titik mengikuti dan mendekati garis diagonalnya. Hal ini menunjukkan
bahwa data pada penelitian ini sudah terdistribusi secara normal. Jadi
dapat disimpulkan model regresi ini sudah memenuhi asumsi normalitas.
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Pada penelitian ini untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi
adalah dengan melihat angka tolerance di atas (>) 0,1 dan melihat nilai
VIF di bawah (<) 10. Adapun hasil pengujian multikolinieritas dapat
dilihat pada Tabel 4.13 di bawah berikut ini :
63
Tabel 4.13. Hasil Pengujian Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
G.Pribadi 0,163 6,147
G.Ekstern 0,225 4,441
G.Organisasi 0,135 7,430
Sumber : Lampiran 4.
Berdasarkan Tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat
adanya korelasi antar variabel independen. Hal ini dapat dilihat dari angka
tolerance setiap masing-masing variabel adalah di atas 0,1 dan angka VIF
di bawah 10. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pada model regresi ini
tidak terjadi masalah multikolinieritas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Pada penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya
masalah heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot. Jika
tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Adapun
hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah
berikut ini :
64
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan Gambar 4.2 di atas dapat dilihat bahwa titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak
membentuk pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa data pada penelitian
ini tidak memiliki masalah heteroskedastisitas. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pada model regresi terbebas dari heteroskedastisitas.
4.1.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana
perubahan variabel independen yang lebih dari satu terhadap variabel terikat.
Adapun hasil pengujian regresi linier berganda pada Tabel 4.14 sebagaimana
tersaji dalam tabel berikut ini :
65
Tabel 4.14. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
1
(Constant) 0,049 0,167
G.Pribadi 0,141 0,098 0,135
G.Ekstern 0,691 0,079 0,697
G.Organisasi 0,161 0,104 0,159
Sumber : Lampiran 4.
Hasil pengolahan SPSS dapat ditunjukkan melalui persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut :
Y = 0,491 + 0,141X1 + 0,691X2 + 0,161X3
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pada Tabel 4.14 di atas
dapat dilihat bahwa nilai konstanta (a) adalah 0,049. Hal ini bermakna bahwa jika
seorang auditor mengalami gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan
organisasi maka akan mempengaruhi independensi auditor sebesar 0,049.
Besarnya koefisien regresi variabel gangguan pribadi (b1) adalah 0,141
dan tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor dengan arah yang
positif. Hal ini berarti setiap peningkatan variabel gangguan pribadi akan
meningkatkan variabel independensi sebesar 0,141 dengan asumsi variabel bebas
lainnya adalah tetap.
Besarnya koefisien regresi variabel gangguan ekstern (b2) adalah 0,691
dan memiliki pengaruh yang positif terhadap independensi auditor. Hal ini berarti
66
setiap peningkatan variabel gangguan ekstern akan meningkatkan variabel
independensi sebesar 0,691 dengan asumsi variabel bebas lainnya adalah tetap.
Besarnya koefisien regresi variabel gangguan organisasi (b3) adalah 0,161
dan tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor dengan arah yang
positif. Hal ini berarti setiap peningkatan variabel gangguan organisasi akan
meningkatkan variabel independensi sebesar 0,161 dengan asumsi variabel bebas
lainnya adalah tetap.
4.1.4.4. Uji t (Uji Parsial)
Untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga maka dilakukan uji t
yaitu untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara parsial
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini
kriteria dalam melakukan uji t adalah jika t hitung > t tabel, maka artinya ada
pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Jika t hitung < t tabel, maka artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Untuk menentukan t tabel adalah yang pertama dengan menentukan
tingkat kepercayaan (α) dibagi dua karena pada uji t melakukan pengujian dua
arah. Kedua yaitu menentukan derajat bebas (df) dengan cara jumlah responden
(n) dikurangi dengan jumlah variabel (independen dan dependen). Adapun hasil
pengujian t hitung dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut ini :
67
Tabel 4.15. Hasil Pengujian Uji t (Parsial) Signifikan 5%
Model t Hitung Signifikansi
G.Pribadi 1,438 0,156
G.Ekstern 8,757 0,000
G.Organisasi 1,543 0,128
Sumber : Lampiran 4.
Berdasarkan Tabel Distribusi t di dalam lampiran dapat dilihat bahwa nilai
t tabel adalah sebesar 2,003 pada setiap variabel. Nilai t tabel tersebut didapat
dengan menentukan tingkat kepercayaan yaitu 0,05 : 2 = 0,025 dan menentukan
derajat bebas yaitu 60-3-1= 56. Hal ini berarti nilai t tabel dapat dilihat pada
kolom tingkat kepercayaan 2,5 persen dan df pada baris 56.
Variabel gangguan pribadi memliki nilai t hitung lebih kecil dari t tabel
yaitu 1,438<2,003. Hal ini menujukkan bahwa hipotesis pertama (H1) gangguan
pribadi berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor tidak dapat
diterima.
Variabel gangguan ekstern memliki nilai t hitung lebih besar dari t tabel
yaitu 8,757>2,003. Hal ini menujukkan bahwa hipotesis kedua (H2) gangguan
ekstern berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor dapat diterima.
Variabel gangguan organisasi memliki nilai t hitung lebih kecil dari t tabel
yaitu 1,543<2,003. Hal ini menujukkan bahwa hipotesis ketiga (H3) gangguan
organisasi berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor tidak dapat
diterima.
68
4.1.4.5. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya jumlah
kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Jika R2 semakin
mendekati 1 yang berarti mendekati 100 persen, artinya variabel independen
berpengaruh kuat terhadap variabel dependen. Adapun hasil pengujian koefisien
determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.16 di bawah berikut ini :
Tabel 4.16. Hasil Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 0,959 0,920 0,916 0,13993
Sumber : Lampiran 4.
Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis
menujukkan nilai koefisen determinasi (Adjusted R Square) sebesar 91,6 persen.
Hal ini berarti kemampuan variabel independen yang terdiri dari gangguan
pribadi, ekstern dan organisasi dalam menjelaskan variasi variabel dependen
sudah tinggi. Selanjutnya sisa dari nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 8,4
persen adalah merupakan pengaruh dari variabel lain yaitu keberagaman
(religiusitas), reward system, variabel penerimaan imbalan, pengendalian
Emotional Quotient, dan lain-lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Gangguan Pribadi Terhadap Independensi Auditor
Setiap auditor pemerintah juga diharapkan memegang teguh sikap
profesional dengan menjauhkan diri dari kemugkinan gangguan pribadi selama
69
pemeriksaan, agar auditor dapat meningkatkan motivasinya dalam melaksanakan
tugas. Jika auditor memiliki unsur gangguan pribadi selama melakukan audit
maka hasil dari audit tersebut tidak akan cenderung berat sebelah dan membatasi
temuan auditnya. Dengan mematuhi Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017
tentang SPKN menunjukkan bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan
pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dari
gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mengganggu
independensinya. Sehingga dengan berpegang pada peraturan tersebut, diharapkan
auditor dapat mempertahankan independesinya dengan sebaik-baiknya selama
pemeriksaan. Hal ini menunjukan bahwa gangguan pribadi sangat diharapkan
tidak dimiliki oleh setiap auditor dalam melakukan pemeriksaan. Semakin tinggi
gangguan pribadi maka semakin tinggi gangguan yang diberikan terhadap
independensi auditor.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
variabel gangguan pribadi tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi
auditor. Hal ini bermakna bahwa seorang auditor yang menjalankan pemeriksaan
memiliki sistem pengendalian mutu intern yang baik, menerapkan Kode Etik
Profesi, menerapkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, berintegrasi,
objektif dan mandiri sebagai seorang auditor. Dengan adanya sikap seperti itu
auditor dapat terhindar dari gangguan pribadi. Oleh karena itu, auditor walaupun
ada hubungan dan pandangan pribadi, kepentingan keuangan, ataupun hubungan
kerjasama dengan entitas yang diperiksa tidak dapat mempengaruhi sikap
independensi auditor. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
70
dilakukan oleh Vitalokasari dan Djailani (2015) yang menemukan bahwa
gangguan pribadi tidak berpengaruh terhadap independensi auditor. Berbeda
halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Mide (2011), Munawarah (2015),
dan Parawansa (2014) yang menemukan bahwa gangguan pribadi berpengaruh
terhadap independensi auditor.
4.2.2. Pengaruh Gangguan Ekstern Terhadap Independensi Auditor
Auditor yang memiliki gangguan ekstern di dalam melaksanakan tugasnya
dapat membatasi pelaksanaan audit atau mempengaruhi kemampuan auditor
dalam menyatakan pendapat dan kesipumpulan auditnya secara independen dan
objektif. Sehingga auditor tidak dapat melakukan pemeriksaan dengan baik, di
mana hasil pemeriksaan tersebut menjadi tolok ukur auditor dalam menentukan
opini audit. Gangguan ekstern berpengaruh terhadap ketepatan opini auditor. Hal
ini menunjukan bahwa gangguan ekstern merupakan variabel penting yang harus
diperhatikan setiap auditor dalam melaksanakan tugasnya disetiap sebagai auditor.
Dengan kata lain gangguan ekstern yang baik/tinggi akan berpengaruh terhadap
gangguan independensi auditor yang baik/tinggi, demikian sebaliknya bila
gangguan ekstern rendah/buruk maka gangguan independensi pemeriksa akan
rendah/buruk.
Gangguan ekstern berpengaruh positif dan signifikan terhadap
independensi auditor. Hal ini bermakna bahwa adanya pengaruh pihak ekstern
dalam membatasi atau mengubah lingkup pemeriksaan, adanya keterlibatan pihak
ekstern terhadap pemilihan pemeriksaan, penerapan prosedur pemeriksaan,
pengaruh promosi auditor ataupun penggantian petugas auditor, dan adanya
71
pengaruh ancaman kelangsungan auditor sebagai pegawai kepada entitas atau
program yang diperiksa dapat mempengaruhi inependensi auditor. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mide (2011),
Parawansa (2014), dan Vitalokasari dan Djailani (2015) yang menemukan bahwa
gangguan ekstern berpengaruh terhadap independensi auditor. Hasil ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Munawarah (2015) yang menemukan
bahwa gangguan ekstern tidak berpengaruh terhadap independensi auditor.
4.2.3. Pengaruh Gangguan Organisasi Terhadap Independensi Auditor
Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017 tentang SPKN menyebutkan
independensi organisasi pemeriksa dapat dipengaruhi oleh kedudukan, fungsi dan
struktur organisasinya. Agar dapat menghindari gangguan organisasi tersebut,
yaitu dengan menempatkan organisasi pemeriksa sebagai lembaga tinggi negara
(BPK), atau organisasi independen (KAP), atau struktur yang terpisah sebagai
Aparat Pengawas/Pemeriksa Fungsional yang bertanggung jawab kepada
manajemen puncak suatu entitas pemerintahan (BPKP, Inspektorat, SPI). Hal ini
menyatakan gangguan organisasi berpengaruh terhadap independensi auditor,
yang berarti bahwa gangguan organisasi mempunyai peranan yang penting dalam
meningkatkan gangguan independensi pemeriksa. Semakin tinggi gangguan
organisasi yang diterima auditor, semakin tinggi pula gangguan independensi
yang dialami auditor, begitu pula sebaliknya.
Variabel gangguan organisasi dalam penelitian ini tidak berpengaruh
signifikan terhadap independensi auditor. Hasil ini bermakna bahwa seorang
auditor dalam melakukan pemeriksaan tidak terpengaruh dengan adanya tekanan
72
politik dari organisasi, kompensasi dari entitas yang diperiksa, ataupun promosi
jabatan dan kedudukan yang dijanjikan yang dapat mempengaruhi sikap
independensinya sebagai seorang auditor. Dengan adanya sikap tersebut seorang
auditor terbebas dari gangguan organisasi. Dengan demikian auditor tetap
menjalankan pemeriksaan dengan jujur, andal, objektif, mandiri dan profesional.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Munawarah (2015) serta
Vitalokasari dan Djailani (2015) yang menemukan bahwa gangguan organisasi
tidak berpengaruh terhadap independensi auditor. Hasil ini berbeda dengan
temuan dalam penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009) dan Sriyanto (2010)
yang menyatakan bahwa gangguan organisasi berpengaruh terhadap independensi
auditor.
73
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dianalisis dapat disampaikan
kesimpulan sebagai berikut :
1) Berdasarkan hasil analisis, secara parsial gangguan pribadi tidak
berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor. Hal ini bermakna
bahwa seorang auditor yang menjalankan pemeriksaan memiliki sistem
pengendalian mutu intern yang baik, menerapkan Kode Etik Profesi,
menerapkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, berintegrasi, objektif
dan mandiri sebagai seorang auditor tidak akan mempengaruhi
independensinya sebagai seorang auditor.
2) Secara parsial gangguan ekstern diketahui berpengaruh positif dan
signifikan terhadap independensi auditor. Hal ini bermakna bahwa adanya
pengaruh pihak ekstern dalam membatasi atau mengubah lingkup
pemeriksaan, adanya keterlibatan pihak ekstern terhadap pemilihan
pemeriksaan, penerapan prosedur pemeriksaan, pengaruh promosi auditor
ataupun penggantian petugas auditor, dan adanya pengaruh ancaman
kelangsungan auditor sebagai pegawai kepada entitas atau program yang
diperiksa dapat mempengaruhi independensi auditor.
3) Berdasarkan hasil uji parsial, gangguan organisasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap independensi auditor. Hasil ini bermakna bahwa
74
seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan tidak terpengaruh dengan
adanya tekanan politik dari organisasi, kompensasi dari entitas yang
diperiksa, ataupun promosi jabatan dan kedudukan yang dijanjikan yang
dapat mempengaruhi sikap independensinya sebagai seorang auditor.
Dengan adanya sikap tersebut seorang auditor terbebas dari gangguan
organisasi. Dengan demikian auditor tetap menjalankan pemeriksaan
dengan jujur, andal, objektif, mandiri dan profesional.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut :
1) Diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan masukkan serta informasi
bagi pihak BPK RI Povinsi Nusa Tenggara Barat mengenai pentingnya
independensi auditor dalam menjalankan pemeriksaan audit yang
dilakukan. Di samping itu juga seorang auditor perlu mematuhi kode etik
supaya terhindar dari gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan
organisasi, sehingga kedepannya independensi auditor bisa terjaga dalam
menjalankan pemeriksaan selanjutnya.
2) Untuk penelitian selanjutnya tidak terbatas pada auditor BPK RI Provinsi
Nusa Tenggara Barat saja, sebaiknya memperluas obyek penelitian. Selain
itu dapat menambahkan variabel lain yang mempengaruhi independensi
auditor, seperti variabel keberagamaan (religiusitas), reward system,
penerimaan imbalan, dan pengendalian Emotional Quotient. Penelitian
75
selanjutnya juga sebaiknya menggunakan observasi atau pengamatan
langsung kepada subyek, dan/atau menggunakan metode eksperimen
sebagai pengganti metode kuesioner sehingga hasil yang diperoleh andal
dan tidak bias guna menghindari kelemahan-kelemahan yang timbul
karena responden yang tidak jujur maupun pertanyaan yang kurang
dipahami atau mengerti oleh responden.
76
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Sukrisno. 2014. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh
Kantor Akuntan Publik, Jilid 1 Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Annisa Agelina, Yusralaini, dan Rahmiati Idrus. 2016. Pengaruh Gangguan
Pribadi, Gangguan Ekstern dan Gangguan Organisasi Terhadap
Independensi Auditor pada Inspektorat Provinsi Riau. https://jom.unri.ac.
id/index.php/JOMFEKON/article/. Akses 20 April 2017, jam 23:10 Wita.
Boynton, W.C., Raymond, J., dan Kell, W.G. 2002. Modern Auditing, Seventh
Edition (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Ferel. 2014. Pengaruh Gangguan Pribadi, Ekstern, dan Organisasi terhadap
Independensi Pemeriksa pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia di Batam. https://jurnal.umrah.ac.id/wp/2014/JURNAL_
SKRIPSI_ FEREL. Akses 25 Maret 2017, jam 22:30 Wita.
Holmes, W.A., dan Burns, D.C. 1993. Auditing Norma dan Prosedur, Jilid 1 Edisi
Kesembilan. Jakarta: Erlangga.
Khadra, H.A. 2012. Karen Horney. http://khadranotes.blogspot.com. Akses 20
April 2017, jam 23:15 Wita.
Messier Jr., W.F., Glover, S.M., dan Prawitt, D.F. 2012. Auditing and Assurance
Services: A Systematic Approach (8th Edition). USA: McGraw-Hill.
Mide Nuraisyah Zain. 2011. Pengaruh Gangguan Pribadi dan Gangguan Ekstern
terhadap Independensi Auditor pada BPK dan KAP di Makassar.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/. Akses 25 Maret 2017, jam
23:17 Wita.
Misbahuddin dan Hasan Iqbal. 2013. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyadi. 2013. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta:
Salemba Empat.
Munawarah Israfil. 2015. Pengaruh Gangguan Pribadi, Gangguan Ekstern dan
Gagguan Organisasi Terhadap Independensi Auditor Pada (BPK) RI
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Skripsi STIE AMM Mataram, tidak
dipublikasikan.
Nevid, J.S., Spencer, A.R., dan Beverly, G. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta:
Erlangga.
77
Parawansa Maulida Widya Utari. 2014. Pengaruh Gangguan Pribadi, Gangguan
Ekstern dan Gagguan Organisasi terhadap Independensi Pemeriksa (Studi
Empiria pada Inspektorat Kota Makassar). http://repository.unhas.ac.id/
handle/. Akses 25 Maret 2017, jam 23:15 Wita.
Peraturan Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2017. http://www.bpk.go.id/assets/files/storage/2017/. Akses 20 April
2017, jam 23:00 Wita.
Pope, J. 2007. Confronting Corruption: The Elements of National Integrity System
(Terjemahan). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Priyatno Duwi. 2014. SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis. Yogyakarta: Andi
Offset.
Siregar Iwan Pantas. 2009. Pengaruh Gangguan Pribadi, Eksternal dan
Organisasi terhadap Independensi Pemeriksa (Studi Empiris pada
Inspektorat Kabupaten Deli Serdang). http://repository.usu.ac.id/
bitstream/3966/. Akses 25 Maret 2017, jam 23:21 Wita.
Sriyanto Darmawan. 2010. Pengaruh Gangguan Pribadi, Ekstern, Organisasi dan
Kecakapan Profesional terhadap Independensi Pemeriksa (Studi Empiris
pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatra Utara). http://text-
id.123dok.com/document/. Akses 25 Maret 2017, jam 23:30 Wita.
Standar Profesional Akuntan Publik (2001) Seksi 220 PSA Nomor 4.
https://natawidnyana.files.wordpress.com/psa-no-04-sa-seksi-220/. Akses
29 Maret 2017, jam 09:15 Wita.
Suartana, W. 2010. Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi Offset.
Sugiyono. 2014. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Edisi 20.
Bandung: Alfabeta.
Suharyadi dan Purwanto S.K. 2009. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern. Jakarta: Salemba Empat.
Vitalokasari Arvianti Silvia dan Djailani Yustiana. 2015. Pengaruh Gangguan
Pribadi, Gangguan Ekstern dan Gangguan Organisasi Terhadap
Independensi Pemeriksa. (Studi Empiris Pada BPK RI Perwakian Provinsi
Maluku Utara). http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/el-muhasaba/
article/. Akses 25 Maret 2017, jam 23:14 Wita.
http://bangka.tribunnews.com/2017/03/24/auditor-bpk-disebut-terima-suap-dalam
-kasus-korupsi-e-ktp. Akses 5 Mei 2017, jam 08:49 Wita.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Badan_Pemeriksaan_Keuangan_Republik_Indones
ia. Akses 29 Maret 2017, jam 09:02 Wita.
78
LAMPIRAN 1
KUESIONER
Kepada :
Yth. Bapak/Ibu Auditor
Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Barat
di-
Tempat
Dengan Hormat,
Saya adalah mahasiswa Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi AMM Mataram yang sedang melakukan penelitian guna menyelesaikan
tugas akhir (skripsi) dengan judul ”Pengaruh Gangguan Pribadi, Gangguan
Ekstern dan Gangguan Organisasi Terhadap Independensi Auditor Pada
BPK RI Provinsi Nusa Tenggara Barat”. Sehubungan dengan maksud tersebut,
saya mohon kepada Bapak/Ibu untuk dapat berpartisipasi dalam penelitian ini.
Dalam penelitian yang dilaksanakan, pengambilan responden dengan kriteria
orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan sebagai auditor yang bekerja
pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Partisipasi Bapak/Ibu akan sangat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan berarti dalam menentukan keberhasilan penelitian ini.
Kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu akan dijaga dan hanya untuk keperluan
penelitian. Atas kesediaan dan partisipasinya Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk
mengisi kuesioner ini, diucapkan terima kasih.
Hormat Saya
BQ. YULIA MARIANI
13.1035.SA
79
Petunjuk pengisian :
Bapak/Ibu dimohon memerikan jawaban atas pertanyaan umum berikut ini
dan cukup memberi tanda centang (√) untuk pilihan jawaban.
1. Nama Responden :
(boleh tidak diisi)
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Jenis Kelamin (L/P) :
5. Lama Bekerja :
6. Jabatan :
Daftar Pernyataan
Bersama ini Bapak/Ibu diminta untuk memberikan tanggapan yang sesuai
atas pernyataan-pernyataan berikut dengan memilih skor yang tersedia dengan
cara dicentang (√). Jika menurut Bapak/Ibu tidak ada jawaban yang tepat, maka
jawaban dapat diberikan pada pilihan yang paling mendekati. Skor jawaban untuk
variabel independen adalah sebagai berikut :
Skor 1 untuk Sangat Tidak Setuju (STS)
Skor 2 untuk Tidak Setuju (TS)
Skor 3 untuk Netral (N)
Skor 4 untuk Setuju (S)
Skor 5 untuk Sangat Setuju (SS)
Sedangkan skor untuk jawaban variabel dependen adalah sebagai berikut :
Skor 1 untuk Sangat Tidak Pernah (STP)
Skor 2 untuk Tidak Pernah (TP)
Skor 3 untuk Kadang-Kadang (KK)
Skor 4 untuk Pernah (P)
Skor 5 untuk Sering Sekali (SS)
80
GANGGUAN PRIBADI
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
1
Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke
bawah, atau semenda sampai dengan derajat
kedua dengan jajaran manajemen entitas atau
program yang diperiksa merupakan gangguan
pribadi terhadap independensi auditor pada saat
melakukan pemeriksaan.
2
Memiliki kepentingan keuangan baik secara
langsung maupun tidak langsung pada entitas
atau program yang diperiksa dapat mengganggu
independensi auditor.
3
Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada
entitas atau program yang diperiksa dalam kurun
waktu dua tahun terakhir adalah gangguan yang
dirasakan auditor terhadap independensinya.
4
Auditor juga merasa ada gangguan terhadap
independensinya pada saat melakukan
pemeriksaan, jika mempunyai hubungan
kerjasama dengan entitas atau program yang
diperiksa.
5
Terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam kegiatan obyek pemeriksaan,
seperti memberikan jasa konsultasi,
pengembangan sistem, menyusun dan/atau
mereviu laporan keuangan entitas yang diperiksa
adalah salah satu gangguan yang dialami auditor
terhadap independensinya.
6
Adanya prasangka terhadap perorangan,
kelompok, organisasi atau tujuan suatu program,
yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan
menjadi berat sebelah merupakan hal-hal yang
dapat menganggu independensi auditor.
7
Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung
jawab dalam pengambilan keputusan yang
berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau
program entitas yang sedang berjalan atau
sedang diperiksa. Hal tersebut merupakan
gangguan yang dialami auditor dalam
mempertahankan independensi.
81
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
8
Memiliki tanggung jawab untuk mengatur suatu
entitas atau kapasitas yang dapat mempengaruhi
keputusan entitas atau program yang diperiksa,
misalnya sebagai seorang direktur, pejabat atau
posisi senior lainnya dari entitas, dll. Hal
tersebut juga merupakan gangguan terhadap
independensi auditor.
9
Gangguan terhadap independensi auditor dapat
dirasakan apabila adanya kecenderungan untuk
memihak, karena keyakinan politik atau sosial,
sebagai akibat hubungan antar pegawai,
kesetiaan kelompok, organisasi atau tingkat
pemerintahan tertentu.
10
Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang auditor,
yang sebelumnya pernah menjabat sebagai
pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji,
klaim, dan pembayaran yang diusulkan oleh
suatu entitas atau program yang diperiksa, dapat
menganggu independensi auditor dalam
melakukan pemeriksaan.
11
Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang auditor,
yang sebelumnya pernah menyelenggarakan
catatan akuntansi resmi atas entitas/unit kerja
atau program yang diperiksa, merupakan
gangguan yang dialami auditor terhadap
independensinya dalam melakukan pemeriksaan.
12
Mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa
selama pelaksanaan pemeriksaan, dapat menjadi
gangguan auditor dalam mempertahankan
independensinya.
Sumber : Munawarah (2015)
82
GANGGUAN EKSTERN
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
1
Adanya campur tangan atau pengaruh pihak
ekstern yang membatasi atau mengubah lingkup
pemeriksaan secara tidak semestinya dapat
mempengaruhi independensi auditor.
2
Terdapat campur tangan pihak ekstern terhadap
pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan
atau pemilihan sampel pemeriksaan dapat
mempengaruhi independensi auditor.
3
Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk
penyelesaian suatu pemeriksaan dapat
mempengaruhi independensi auditor.
4
Adanya campur tangan pihak ekstern mengenai
penugasan, penuanjukan, dan promosi auditor
dapat mempengaruhi independensi auditor.
5
Pembatasan terhadap sumber daya yang
disediakan bagi organisasi auditor, yang dapat
berdampak negatif terhadap kemampuan
organisasi auditor tersebut dalam melaksanakan
pemeriksaan dapat mempengaruhi independensi
auditor.
6
Adanya wewenang untuk menolak atau
mempengaruhi pertimbangan auditor terhadap isi
suatu laporan hasil pemeriksaan dapat
mempengaruhi independensi auditor.
7
Adanya ancaman penggantian petugas auditor
atas ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil
pemeriksaan, simpulan auditor, atau penerapan
suatu prinsip akuntansi atau kriteria lainnya
dapat mempengaruhi independensi auditor.
8
Pengaruh yang membahayakan kelangsungan
auditor sebagai pegawai, selain sebab-sebab
yang berkaitan dengan kecakapan auditor atau
kebutuhan pemeriksaan dikatakan gangguan
ekstern.
Sumber : Munawarah (2015)
83
GANGGUAN ORGANISASI
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
1
Melaksanakan akuntabilitas serta melaporkan
hasil audit mereka kepada pejabat tertinggi
dalam lembaga atau entitas pemerintah yang
bersangkutan merupakan gangguan organisasi.
2
Ditempatkan diluar fungsi manajemen garis dan
staf entitas yang diaudit tersebut, dikatakan
gangguan organisasi
3
Menyampaikan hasil audit secara teratur kepada
instansi atau lembaga pemerintah yang
berwenang dan BPK, dikatakan gangguan
organisasi.
4
Dijauhkan dari tekanan politik, agar mereka
dapat melakukan audit secara obyektif dan dapat
melaporkan temuan audit, pendapat dan
kesimpulan mereka secara obyektif, tampa rasa
takut akibat tekanan politik tersebut, dikatakan
gangguan organisasi.
5
Diadakan pembinaan dalam suatu sistem
kepegawean yang mengatur kompensasi,
pelatihan, promosi jabatan dan
pengembangannya yang didasarkan pada
prestasi kerja yang dihasilkan, merupakan
gangguan organisasi.
Sumber : Munawarah (2015)
84
INDEPENDENSI AUDITOR
NO PERNYATAAN STP TP KK P SS
1
Pernakah auditor memiliki hubungan kerjasama
dan hubungan keluarga dengan entitas atau
program yang diperiksa.
2
Pernakah dalam melakukan pemeriksaan, tidak
ada pembatasan waktu yang tidak wajar untuk
penyelesaian suatu pemeriksaan.
3
Pernakah auditor mengetahui sistem informasi
keuangan dan administrasi entitas, jika pernah
maka auditor dapat melaksanakan pemeriksaan
lebih baik.
4
Pernah auditor melaksanakan pemeriksaan lebih
dari 3 tahun, jika pernah maka tidak semua
kesalahan entitas auditor laporkan.
5 Pernahkah organisasi auditor bebas dari
hambatan indepedensi.
6
Pernahkah ada campur tangan pihak ekstern
mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi
auditor.
Sumber : Munawarah (2015)
85
LAMPIRAN 2
DATA KUESIONER RESPONDEN PADA BPK RI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
VARIABEL GANGGUAN PRIBADI NO BUTIR1 BUTIR2 BUTIR3 BUTIR4 BUTIR5 BUTIR6 BUTIR7 BUTIR8 BUTIR9 BUTIR10 BUTIR11 BUTIR12
1 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5
2 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5
3 3 4 3 4 5 4 3 3 4 4 5 4
4 4 4 3 4 5 5 4 4 4 5 4 5
5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5
6 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4
7 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4
8 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
9 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
13 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5
14 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5
15 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5
16 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5
17 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
19 4 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5
20 4 4 5 3 4 4 3 5 4 3 4 4
21 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3
22 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4
23 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
25 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4
26 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4
27 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3
86
28 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
29 4 4 3 4 4 4 5 5 3 4 4 4
30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
31 4 4 3 5 4 4 5 4 4 5 4 4
32 5 3 3 5 5 4 5 4 5 5 5 4
33 4 3 4 4 4 3 5 4 4 4 4 3
34 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
35 3 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 3
36 4 4 3 3 5 5 4 3 5 3 5 5
37 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4
38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
39 4 4 3 4 4 3 3 4 5 4 4 3
40 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
41 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3
42 5 3 3 3 5 3 3 3 5 3 5 3
43 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4
44 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4
45 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
46 3 4 4 5 4 3 5 4 5 5 4 3
47 4 3 3 4 4 5 3 4 5 4 4 5
48 3 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4
49 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4
50 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4
51 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
53 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5
54 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5
55 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4
56 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
57 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3
58 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4
59 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
60 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5
87
VARIABEL GANGGUAN EKSTERN NO BUTIR 1 BUTIR 2 BUTIR 3 BUTIR 4 BUTIR 5 BUTIR 6 BUTIR 7 BUTIR 8
1 5 4 4 4 4 4 4 5
2 4 4 3 3 4 3 4 4
3 3 3 4 4 4 4 4 5
4 4 4 4 4 4 4 5 4
5 4 4 4 4 4 4 5 4
6 4 4 4 4 4 4 5 5
7 5 4 4 4 5 4 5 4
8 4 4 5 4 4 4 4 4
9 4 4 5 5 4 4 4 5
10 4 4 4 4 4 4 4 4
11 5 5 5 5 5 5 5 5
12 4 4 4 4 4 4 4 4
13 4 4 4 4 4 4 3 3
14 4 4 4 4 4 4 2 2
15 4 4 5 4 4 4 5 4
16 3 4 3 4 4 4 4 4
17 4 3 4 4 3 4 4 4
18 4 4 4 4 4 4 4 4
19 5 5 5 5 5 5 5 5
20 4 5 4 3 5 4 5 4
21 4 4 5 4 4 4 5 4
22 5 5 5 5 5 5 4 5
23 4 5 4 5 5 4 4 4
24 4 4 4 4 4 4 4 4
25 5 5 5 5 5 5 5 5
26 4 4 3 4 4 2 3 4
27 4 3 5 3 3 3 4 3
28 4 4 5 4 5 4 4 4
29 4 4 4 5 5 3 4 4
30 5 5 5 5 5 5 5 5
88
31 4 5 4 5 4 4 4 5
32 4 5 5 5 4 5 5 4
33 3 4 5 5 4 4 4 5
34 3 3 3 3 3 3 3 3
35 4 5 2 4 4 4 4 4
36 4 3 5 4 3 5 4 4
37 4 3 4 3 4 4 4 3
38 4 4 4 4 4 4 4 4
39 4 3 4 3 4 5 4 3
40 3 3 3 3 3 3 3 3
41 4 4 4 3 4 4 4 3
42 5 3 3 3 3 5 3 3
43 4 4 5 3 4 4 4 3
44 4 3 4 4 3 4 3 4
45 5 5 5 5 5 5 5 5
46 4 4 4 5 4 5 4 5
47 3 3 4 3 4 5 4 3
48 4 3 3 5 4 4 4 5
49 5 4 4 5 4 4 4 5
50 4 5 4 4 4 5 5 4
51 4 4 4 4 4 4 4 4
52 4 4 4 4 4 4 4 4
53 4 4 4 5 4 4 4 4
54 5 4 5 5 5 4 5 4
55 4 3 4 3 4 4 4 3
56 3 3 3 3 3 3 3 3
57 4 5 5 5 5 5 4 5
58 4 4 4 3 4 4 4 4
59 5 5 4 4 5 5 4 5
60 4 4 5 5 4 4 5 4
89
VARIABEL GANGGUAN ORGANISASI NO BUTIR 1 BUTIR 2 BUTIR 3 BUTIR 4 BUTIR 5
1 4 4 4 3 4
2 4 5 5 4 4
3 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4
5 4 4 4 4 4
6 4 4 4 4 4
7 4 4 4 5 5
8 4 4 4 4 4
9 5 4 5 4 4
10 4 4 4 4 4
11 5 5 5 5 5
12 4 4 4 4 4
13 5 5 4 4 4
14 4 4 4 4 4
15 5 4 4 5 5
16 5 5 4 4 4
17 3 4 4 4 3
18 4 4 4 4 4
19 5 5 5 5 5
20 3 4 4 5 5
21 4 4 3 4 5
22 5 5 4 5 5
23 4 4 4 5 5
24 4 4 4 4 4
25 5 5 4 5 5
26 4 4 4 3 3
27 4 3 3 2 4
28 4 4 4 5 5
29 4 4 4 5 4
30 5 5 5 5 5
90
31 4 4 4 5 5
32 5 5 5 4 4
33 4 4 3 5 5
34 3 3 3 3 3
35 4 4 3 4 4
36 3 5 5 4 4
37 4 4 4 4 3
38 4 4 4 4 4
39 4 4 3 3 4
40 3 3 3 3 3
41 4 4 3 4 3
42 3 5 3 5 3
43 4 3 4 4 3
44 3 3 4 4 4
45 5 5 5 5 5
46 5 4 3 4 5
47 4 4 5 4 5
48 4 4 4 4 5
49 4 5 4 4 5
50 4 5 4 4 5
51 4 4 4 4 4
52 4 4 4 4 4
53 4 4 5 4 4
54 5 4 5 5 4
55 3 3 4 4 4
56 3 3 3 3 3
57 5 5 3 5 5
58 4 4 4 4 3
59 5 5 5 4 4
60 4 5 5 4 4
91
INDEPENDENSI NO BUTIR 1 BUTIR 2 BUTIR 3 BUTIR 4 BUTIR 5 BUTIR 6
1 4 4 4 4 5 5
2 4 3 4 4 4 5
3 3 4 4 4 5 4
4 4 4 4 5 4 5
5 4 4 5 5 4 5
6 4 4 5 5 5 4
7 4 4 5 5 4 4
8 4 5 4 4 4 4
9 4 5 4 4 5 4
10 4 4 4 4 4 4
11 5 5 5 5 5 5
12 4 4 4 4 4 4
13 4 4 5 3 3 4
14 4 4 5 2 2 4
15 4 4 5 5 4 4
16 4 4 5 4 4 4
17 3 4 3 4 4 3
18 4 4 4 4 4 4
19 5 5 5 5 5 5
20 5 4 3 5 4 5
21 4 4 4 5 4 4
22 5 5 5 4 5 5
23 5 4 4 4 4 5
24 4 4 4 4 4 4
25 5 5 5 5 5 5
26 4 2 4 3 4 4
27 3 3 4 4 3 3
28 5 4 4 4 4 5
29 5 3 4 4 4 5
30 5 5 5 5 5 5
92
31 4 4 5 4 5 4
32 4 5 5 5 4 5
33 4 4 4 4 5 4
34 3 3 3 3 3 3
35 4 4 4 4 4 4
36 3 5 3 4 4 3
37 4 4 4 4 3 4
38 4 4 4 4 4 4
39 4 5 4 4 3 4
40 3 3 3 3 3 3
41 4 4 4 4 3 4
42 3 5 3 3 3 5
43 4 4 4 4 3 3
44 3 4 4 3 4 4
45 5 5 5 5 5 5
46 4 5 5 4 5 4
47 4 5 4 4 3 4
48 4 4 4 4 5 4
49 4 4 4 4 5 4
50 4 5 4 5 4 4
51 4 4 4 4 4 4
52 4 4 4 4 4 4
53 4 4 4 4 4 4
54 5 4 5 5 4 5
55 4 4 3 4 3 4
56 3 3 3 3 3 3
57 5 5 5 4 5 5
58 4 4 4 4 4 4
59 5 5 5 4 5 5
60 4 4 4 5 4 4
93
LAMPIRAN 3
UJI VALIDITAS GANGGUAN PRIBADI Correlations
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 TOTAL
X1.1
Pearson
Correlation 1 .412** .370** .461** .532** .331** .424** .538** .423** .449** .544** .331** .679**
Sig. (2-
tailed)
.001 .004 .000 .000 .010 .001 .000 .001 .000 .000 .010 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X1.2
Pearson
Correlation .412** 1 .471** .519** .484** .478** .449** .556** .326* .512** .489** .478** .721**
Sig. (2-
tailed) .001
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .011 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X1.3
Pearson
Correlation .370** .471** 1 .394** .323* .201 .408** .610** .341** .359** .358** .201 .597**
Sig. (2-
tailed) .004 .000
.002 .012 .124 .001 .000 .008 .005 .005 .124 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X1.4
Pearson
Correlation .461** .519** .394** 1 .454** .402** .585** .569** .369** .981** .467** .402** .780**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .002
.000 .001 .000 .000 .004 .000 .000 .001 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X1.5
Pearson
Correlation .532** .484** .323* .454** 1 .469** .440** .393** .592** .479** .979** .469** .777**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .012 .000
.000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000
94
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X1.6
Pearson
Correlation .331** .478** .201 .402** .469** 1 .332** .340** .186 .430** .440** 1.000** .671**
Sig. (2-
tailed) .010 .000 .124 .001 .000
.010 .008 .155 .001 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X1.7
Pearson
Correlation .424** .449** .408** .585** .440** .332** 1 .542** .277* .575** .449** .332** .695**
Sig. (2-
tailed) .001 .000 .001 .000 .000 .010
.000 .032 .000 .000 .010 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X1.8
Pearson
Correlation .538** .556** .610** .569** .393** .340** .542** 1 .356** .560** .400** .340** .729**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .000 .000 .002 .008 .000
.005 .000 .002 .008 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X1.9
Pearson
Correlation .423** .326* .341** .369** .592** .186 .277* .356** 1 .359** .604** .186 .588**
Sig. (2-
tailed) .001 .011 .008 .004 .000 .155 .032 .005
.005 .000 .155 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X1.10
Pearson
Correlation .449** .512** .359** .981** .479** .430** .575** .560** .359** 1 .451** .430** .778**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .005 .000 .000 .001 .000 .000 .005
.000 .001 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X1.11
Pearson
Correlation .544** .489** .358** .467** .979** .440** .449** .400** .604** .451** 1 .440** .777**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .005 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000
.000 .000
95
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X1.12
Pearson
Correlation .331** .478** .201 .402** .469** 1.000** .332** .340** .186 .430** .440** 1 .671**
Sig. (2-
tailed) .010 .000 .124 .001 .000 .000 .010 .008 .155 .001 .000
.000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TOTA
L
Pearson
Correlation .679** .721** .597** .780** .777** .671** .695** .729** .588** .778** .777** .671** 1
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
96
UJI VALIDITAS GANGGUAN EKSTERN Correlations
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 TOTAL
X2.1
Pearson
Correlation 1 .482** .351** .389** .527** .444** .382** .395** .668**
Sig. (2-
tailed)
.000 .006 .002 .000 .000 .003 .002 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X2.2
Pearson
Correlation .482** 1 .312* .563** .735** .384** .480** .528** .777**
Sig. (2-
tailed) .000
.015 .000 .000 .002 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X2.3
Pearson
Correlation .351** .312* 1 .426** .401** .446** .501** .306* .654**
Sig. (2-
tailed) .006 .015
.001 .001 .000 .000 .017 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X2.4
Pearson
Correlation .389** .563** .426** 1 .511** .335** .357** .726** .765**
Sig. (2-
tailed) .002 .000 .001
.000 .009 .005 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X2.5
Pearson
Correlation .527** .735** .401** .511** 1 .365** .520** .479** .778**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .001 .000
.004 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X2.6
Pearson
Correlation .444** .384** .446** .335** .365** 1 .405** .342** .638**
Sig. (2-
tailed) .000 .002 .000 .009 .004
.001 .007 .000
97
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X2.7
Pearson
Correlation .382** .480** .501** .357** .520** .405** 1 .500** .718**
Sig. (2-
tailed) .003 .000 .000 .005 .000 .001
.000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
X2.8
Pearson
Correlation .395** .528** .306* .726** .479** .342** .500** 1 .758**
Sig. (2-
tailed) .002 .000 .017 .000 .000 .007 .000
.000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TOTA
L
Pearson
Correlation .668** .777** .654** .765** .778** .638** .718** .758** 1
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
98
UJI VALIDITAS GANGGUAN ORGANISASI
Correlations
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 TOTAL
X3.1
Pearson Correlation 1 .569** .368** .371** .466** .751**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .003 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
X3.2
Pearson Correlation .569** 1 .459** .480** .411** .787**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000
N 60 60 60 60 60 60
X3.3
Pearson Correlation .368** .459** 1 .310* .219 .639**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .016 .092 .000
N 60 60 60 60 60 60
X3.4
Pearson Correlation .371** .480** .310* 1 .575** .752**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .016 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
X3.5
Pearson Correlation .466** .411** .219 .575** 1 .740**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .092 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
TOTAL
Pearson Correlation .751** .787** .639** .752** .740** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
99
UJI VALIDITAS INDENPEDENSI
Correlations
Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 TOTAL
Y.1
Pearson Correlation 1 .356** .569** .483** .442** .759** .805**
Sig. (2-tailed) .005 .000 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60
Y.2
Pearson Correlation .356** 1 .369** .384** .363** .374** .645**
Sig. (2-tailed) .005 .004 .002 .004 .003 .000
N 60 60 60 60 60 60 60
Y.3
Pearson Correlation .569** .369** 1 .380** .435** .486** .729**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .003 .001 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60
Y.4
Pearson Correlation .483** .384** .380** 1 .500** .426** .722**
Sig. (2-tailed) .000 .002 .003 .000 .001 .000
N 60 60 60 60 60 60 60
Y.5
Pearson Correlation .442** .363** .435** .500** 1 .445** .738**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .001 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60
Y.6
Pearson Correlation .759** .374** .486** .426** .445** 1 .780**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .000 .001 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60
TOTAL
Pearson Correlation .805** .645** .729** .722** .738** .780** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
100
UJI REALIABILITAS
GANGGUAN PRIBADI
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,906 12
GANGGUAN EKSTERN
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,866 8
GANGGUAN ORGANISASI
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,784 5
INDEPENDENSI
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,829 6
UJI STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
G.Pribadi 60 3,00 5,00 4,1167 ,46035
G.Ekstern 60 3,00 5,00 4,0983 ,48625
G.Organisasi 60 3,00 5,00 4,1200 ,47614
Independensi 60 3,00 5,00 4,1267 ,48218
Valid N
(listwise) 60
101
LAMPIRAN 4
UJI ASUMSI KLASIK DAN REGRESI LINIER BERGANDA
UJI NORMALITAS
UJI HETEROSKEDASTISITAS
102
UJI REGRESI LINIER BERGANDA Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std.
Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) ,049 ,167 ,294 ,770
G.Pribadi ,141 ,098 ,135 1,438 ,156 ,163 6,147
G.Ektern ,691 ,079 ,697 8,757 ,000 ,225 4,441
G.Organisasi ,161 ,104 ,159 1,543 ,128 ,135 7,430
a. Dependent Variable: Indepedensi
UJI t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std.
Error Beta
1
(Constant) ,049 ,167 ,294 ,770
G.Pribadi ,141 ,098 ,135 1,438 ,156
G.Ektern ,691 ,079 ,697 8,757 ,000
G.Organisasi ,161 ,104 ,159 1,543 ,128
a. Dependent Variable: Indepedensi
KOEFISIEN DETERMINASI Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,959a ,920 ,916 ,13993
a. Predictors: (Constant), G.Organisasi, G.Ektern, G.Pribadi