20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan terdepan dituntut untuk terus mengembangkan pengetahuan, kemampuan serta keterampilannya. Oleh karena itu disaran kepada semua yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan khususnya guru dapat membaca dan memahami Teori-teori pembelajaran. sebagai seorang calon guru maka sangat penting juga untuk memahami teori –teori belajar. Untuk itu Makalah ini akan membahas mengenai salah satu teori belajar yaitu teori belajar behavior. 1.2 Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui Pengertian Teori Belajar Tingkah Laku. 2. Mengetahui Tokoh-tokoh pendiri dan penganut teori belajar prilaku 3. Mengetahui Prinsip-prinsip teori belajar prilaku 4. Mengetahui Kekurangan teori belajar tingkah laku 1

teori belajar prilaku

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teori belajar prilaku

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTeori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan terdepan dituntut untuk terus mengembangkan pengetahuan, kemampuan serta keterampilannya. Oleh karena itu disaran kepada semua yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan khususnya guru dapat membaca dan memahami Teori-teori pembelajaran. sebagai seorang calon guru maka sangat penting juga untuk memahami teori teori belajar. Untuk itu Makalah ini akan membahas mengenai salah satu teori belajar yaitu teori belajar behavior.1.2 TujuanAdapun tujuan penulisan makalah ini adalah:1. Mengetahui Pengertian Teori Belajar Tingkah Laku.2. Mengetahui Tokoh-tokoh pendiri dan penganut teori belajar prilaku3. Mengetahui Prinsip-prinsip teori belajar prilaku4. Mengetahui Kekurangan teori belajar tingkah laku1.3 Rumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam makalah ini adalah:1. Apa pengertian Teori Belajar Tingkah Laku?2. Sebutkan dan Jelaskan Tokoh-tokoh pendiri dan penganut teori belajar prilaku?3. Bagaiman prinsip-prinsip teori belajar prilaku?4. Jelaskan kekurangan dari teori belajar tingkah laku?1.4 Pembatasan MasalahAdapun pembatasan masalah dari penulisan makalah ini adalah:Teori belajar yang hanya meliputi Teori Belajar tingkah laku.BAB 2PEMBAHASAN2.1 Pengertian teori belajar tingkah lakuSecara biologis tingkah laku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Secara oprasional tingkah laku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Sedangkan menurut Ensiklopedi Amerika, tingkah laku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungan. Tingkah laku timbul apabila ada sesuatu yang dapat menimbulkan reaksi, yakni disebut dengan rangsangan.Tingkah laku individu pada dasarnya dikontrol oleh stimulus dan respon yang di berikan individu.penguatan hubungan stimulus dengan respon merupakan proses belajar yang menyebabkan perubahan tingkah laku. Tingkah laku mempunyai beberapa dimensi, yaitu: 1. Fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitasnya. 2. Ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana perilaku itu terjadi. 3. Waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan datang Jadi,Teori Belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.Stimulus adalah segala hal yang diberikan oleh guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon. Oleh karena itu sesuatu yang diberikan oleh guru (stimulus) dan sesuatu yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat perubahan tingkah laku tersebut terjadi atau tidak.Proses Stimulus-Respon terdiri dari empat unsur:1. Dorongan (drive) yaitu siswa merasakan adanya kebutuhan terhadap sesuatu yang kemudian terdorong untuk berupaya memenuhi kebutuhan tersebut.2. Rangsangan (stimulus) yaitu sesuatu yang diberikan atau diperhadapkan kepada siswa.3. Respon yaitu suatu reaksi yang muncul pada diri siswa sebagai akibat adanya (diberikannya) stimulus.4. Penguatan (reinforcement) yaitu tindakan yang perlu diberikan kepada siswa agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respon lagi.Aspek penting dari pendekatan ini adalah melatih siswa dan memperkuat respon siswa yang paling tepat terhadapstimulus.Pandangan behavioristik menganggap manusia itu pasif dan di kuasai oleh stimulus di lingkungannya sehingga tingkah lakunya dapat di manipulasi.teori behaviorisstik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:a. mementingkan pengaruh lingkunganb. mementingkan bagian-bagianc. mementingkan peranan reaksid. mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajare. mementingkan sebab-sebab pada waktu yang laluf. mementingkan pembentukan kebiasaan,dang. dalampemecahan problem,ciri khasnya adalah trial and error

2.2 Tokoh-tokoh dan Pendiri dan Penganut teori belajar perilaku1. Ivan P. Pavlov : Classical ConditioningTeori conditioning dikembangkan oleh Pavlov pada tahun 1927 dengan melakukan sebuah percobaan terhadap seekor anjing dengan memperhatikan perubahan dalam waktu dan kecepatan pengeluaran air liur. Dalam percobaan ini Pavlov menunjukkan bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka refleksif dan tidak dapat dikendalikan seperti pengeluaran air liur.Mula-mula, seekor anjing diberi makanan yang disertai lampu, seketika anjing itu mengeluarkan air liur sebagai bentuk respon. Demikian pula ketika anjing diberi makanan yang disertai dengan bel, air liur anjing juga keluar. Perlakuan ini dilakukan secara terus-menerus, maka pasa saat anjing tersebut hanya diberi lampu atau bel tanpa ada makanan, ternyata anjing tersebut juga mengeluarkan air liur. Makanan yang diberikan oleh Pavlov disebut perangsang tak bersyarat (unconditioned stimulus), sementara lampu atau bel yang menyertainya disebut perangsang bersyarat (conditioned stimulus). Ketika perangsang tak bersyarat (makanan) yang disertai dengan perangsang bersyarat (lampu/bel) diberikan, anjing memberi respon berupa keluarnya air liur (unconditioned response). Kemudian ketika anjing hanya diberi perangsang bersyarat yaitu lampu dan bel, ternyata anjing juga memberi respon yang sama yaitu keluarnya air liur. Oleh sebab itu, teori Pavlov dikenal dengan responded-conditioning. Dan menurut Pavlov, pengkondisian seperti yang dilakukan pada percobaannya tersebut, dapat juga berlaku pada manusia. Misalnya, banyak kelakuan yang diperolah manusia melalui conditioning seperti masuk kelas bila lonceng berbunyi, berhenti di jalan saat lampu merah dan sebagainya.Teori conditioning Pavlov dapat digambarkan sebagai berikut:Makanan (US) + lampu/ bel (CS)Air liur (UR), dilakukan secara berulang ulangSehingga,Lampu/belAir liur (CR)

2. E.L. Thorndike: Hukum PengaruhHasil studi Pavlov , merangsang peneliti di Amerika Serikat, seperti E.L Thordike. Thorndike mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah suatu rangsangan dari lingkungan eksternal beraksi sedangkan respon adalah tingkah laku yang dimunculkan karena adanya ransangan.Teori conectionism yakni hubungan antara stimulus dan respon. Hubungan ini bertambah kuat bila sering diulangi dan mendapat respon yang tepat.Keduanya ini dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan. Sehingga wujud tingkah laku ini bisa diamati atau tidak bisa diamati. Dalam sejumlah eksperimennya, Thorndike meletakkan kucing-kucing dalam kotak-kotak. Dari kotak, kotak ini, kucing-kucing itu harus keluar untuk memperoleh makanan. Ia mengamati bahwa selama selang waktu tertentu, kucing-kucing itu belajar bagaimana untuk dapat keluar dari kotak-kotak itu lebih cepat dengan mengulangi perilaku yang paling efektif untuk keluar dari kotak karena secara kebetulan kucing tersebut menekan palang yang membuka pintu itu. Keberhasilan kucing itu keluar diberi hadiah berupa makanan yang memberi motivasi bagi kucing yang lapar untuk keluar dari kotak. Thorndike berpendapat bahwa belajar dapat dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error). Karakteristik belajar trial and error adalah sebagai berikut:a. Adanya motif pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu.b. Seseorang berusaha melakukan berbagai macam respon dalam rangka memenuhi motif-motifnya.c. Respon-respon yang dirasakan tidak bersesuaian dengan motifnya dihilangkan d. Akhirnya seseorang mendapatkan jenis respon yang paling tepatMencoba-coba dilakukan bila seseorang tidak tahu bagaimana harus memberikan respon atas sesuatu, dengan coba-coba kemungkinan akan ditemukan respon yang tepat berkaitan dengan masalah yang dihadapinya.Seperti eksperimen thorndike pada kucing:A. Kucing memiliki motif yaitu ingin keluar untuk mencari makan karena laparB. Kucing tersebut merespon dengan usahanya untuk keluar dari kotak.C. Responnya yang tidak membuat pintu kotak terbuka, maka tidak diulangi lagiD. Hingga akhirnya kucing tersebut secara kebetulan menekan palang yang membuka pintu itu lagi.Dari eksperimen ini, Thorndike mengemukakan beberapa hukum tentang belajar sebagai berikut:a. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)Apabila seseorang siap melakukan sesuatu dan ketika ia melakukannya maka ia akan puas. Tetapi ketika ia tidak jadi melakukannya, amak ia tidak akan puas.b. Hukum Latihan (Law of Exercise)Apabila respon terhadap stimulus dilakukan secara berulang-ulang, maka hal ini akan memperkuat hubungan antara respon dengan stimulus. Sebaliknya apabila respon tidak digunakan hubungan dengan stimulus semakin lemah.c. Hukum Akibat (Law of Effect)Apabila hubungan antara respon dan stimulus menimbulkan kepuasan, kemungkinan tindakan itu diulangi dalam situasi yang mirip akan meningkat. Akan tetapi, bila hubungan respon dan stimulus menimbulkan ketidakpuasan, kemungkinan perilaku itu diulang akan menurun.3. B.F. Skinner: Operant Conditioning Studi Skinner terpusat pada hubungan antara perilaku dan konsekuensi-konsekuensinya. Misalnya, bila perilaku seseorang segera diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan, orang itu akan lebih sering terlibat dalam perilaku itu. Penggunaan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan dan tak menyenangkan untuk mengubah perilaku disebut operant conditioning. Operant conditioning menekankan pembentukan perilaku sebagai dampak dari efek yang ditimbulkannya. Jika efek tersebut berdampak pada penguatan hubungan stimulus dan responya, maka perilaku tersebut akan cenderung diulang. Contoh, jika makan dapat meredakan rasa lapar dan menuju kepada kenyamanan rasa kenyang, maka makan akan menjadi pilihan perilaku ketika perut merasakan lapar.Dalam eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan Skinner Box. Peti sangkar ini terdiri atas dua komponen yaitu: manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi,terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit.Dalam eksperimen ini, mula-mula tikus mengeksplorasi peti sangkar dengan berlari-lari atau mencakari dinding sangkar. Sampai pada suatu ketika secara kebetulan gerakan tikus yang berlari-lari dapat menekan pengungkit yang menyebabkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya sehingga tikus dapat mendapatkan makanan.Penekanan pengungkit inilah yang disebut tingakah laku operant yang akan terus meningkat apabial diiringi dengan reinforcement, yakni penguatan berupa butir-butir makanan yang muncul.Menurut Skinner, tingkah laku bukanlah sekedar respon terhadap stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant. Operant ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya. Jadi operant conditioning itu melibatkan pengendalian konsekuensi. Ada dua hal yang perlu disinggung sehubungan dengan pengendalian konsekuensi, yaitu:1. Penguatan (reinforcement)Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku dengan memberikan atau menghilangkan rangsangan. Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Positive Reinforcement (Penguatan Positif)Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu rangsangan untuk memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang pada dasarnya memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk menceritakan sebuah gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri. Setelah anak tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak tersebut dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut berlangsung berulang-ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih berani untuk maju ke depan kelas, bahkan kemungkinan sifat pemalunya akan hilang.

Negative Reinforcement (Penguatan Negatif)Negative Reinforcement adalah peningkatan suatu perilaku positif karena hilangnya rangsangan yang merugikan (tidak menyenangkan). Sebagai contoh, seorang ibu yang memarahi anaknya setiap pagi karena tidak membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin membersihkan tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekwensi sikap kemarahan dari ibunya.Perbedaan mutlak penguatan negatif dengan penguatan positif terletak pada penghilangan dan penambahan stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu perilaku yangbaik.

* Penguatan Positif + Stimulus => Perilaku baik* Penguatan Negatif Stimulus => Perilaku baik

2. Hukuman (Punishment)Hukuman (punishment) adalah sebuah konsekuensi untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkian sebuah perilaku akan muncul. Ukum terbagi dua, yaitu: Hukuman positif Hukuman positif (positive punishment) dimana sebuah perilaku berkurang ketika diikuti dengan rangsangan yang tidak menyenangkan, misalnya ketika seseorang anak mendapat nilai buruk di sekolah maka orangtuanya akan memarahinya hasilnya anak tersebut akan belajar lebih giat untuk menghindari omelan orangtuanya (akan kecil kemungkinannya anak tersebut akan mendapatkan nilai jelek). Hukuman negatifHukuman negatif (negative punishment), sebuah perilaku akan berkurang ketika menghilangkan sesuatu yang menyenangkan atau diinginkan. Sebagai contoh, seorang anak mendapat nilai jelek akibat terlalu sering bermain-main dengan temannya dan malas belajar, kemudian anak tersebut dihukum oleh orangtuanya untuk tidak boleh bermain dengan teman-temannya selama sebulan, akhirnya anak tersebut tidak akan terlalu sering bermain-main dengan temannya atau lebih mengutamakan pelajarannya

4. Edwin GuthrieTeori conditioning Pavlov kemudian dikembangkan oleh Guthrie (1935-1942). Guthrie berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dapat diubah, tingkah laku buruk dapat diubah menjadi baik. Hal ini terjadi karena teori Guthrie berdasarkan atas model penggantian stimulus satu ke stimulus yang lain. Respon terhadap suatu stimulus cenderung diulang bilamana individu mengahadapi situasi yang sama. Ia mengemukakan tiga metode pengubahan tingkah laku sebagai berikut:a) Metode respon bertentangan, yaitu dengan caramenghubungkan stimulus dengan reaksi yang berlawanan dengan reaksi yang hendak dihilangkan. Misalnya, seorang murid yang merasa ketakutan saat disuruh gurunya maju untuk mengerjakan soal di papan tulis, untuk menghilangkan perasaan takut siswa tersebut, guru bisa menyuruh siswa maju terus menerus tiap ada soal yang hendak dikerjakan di papan tulis. Akan tetapi hal ini harus dilakukan berulang-ulang.b) Metode membosankan, yaitu dengan cara menghubungan antara stimulus dan reaksi yang buruk itu dibiarkan saja sampai pelakunya merasa bosan. Misalnya, seorang siswa yang suka mengobrol dengan temannya ketika pelajaran berlangsung, guru dapat memberi efek jera pada siswa tersebut dengan menyuruh siswa tersebut berbicara selama 1 jam pelajaran sehingga siswa tersebut akan bosan dan berhenti dengan sendirinya.c) Metode mengubah lingkungan, yaitu dengan cara memisahkan hubungan antara Stimulus dan Reaksi yang buruk yang akan dihilangkan, yakni dengan mengubah stimulusnya. Misalnya, jika anak bosan belajar maka dapat dilakukan pengubahan lingkungan dengan suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan sehingga anak menjadi betah belajar.

5. WatsonBerdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, Watson menyimpulkan bahwa pengubahan tingkah laku dapat dilakukan melalui latihan atau membiasakan reaksi terhadap stimulus-stimulus yang diterima. Menurut Watson, stimulus dan respon tersebut harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observable). Ia mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tak perlu diketahui. Ia mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tak perlu diketahui. Sebab menurut Watson, faktor-faktor yang tidak teramati tersebut tidak dapat menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum. Dengan hal dapat diamati, maka akan dapat meramalkan perubahan apa yang akan terjadi pada siswa.

6. Clark HullHull sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin, dimana semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup. Stimulus Hull selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, meskipun respon akan bermacam-macam bentuknya. Misalnya, guru harus merencanakan kegiatan belajar berdasarkan pengamatan yang dlakukan terhadap motivasi belajar siswa. Dengan adanya motivasi, maka belajar merupakan penguatan. Makin banyak belajar, makin besar motivasi untuk memberikan respon yang menuju keberhasilan belajar.

2.2 Prinsip-prinsip belajar teori perilaku Konsekuensi-KonsekuensiPrinsip yang paling penting pada teori-teori prilaku adalah perilaku berubah menurut konsekuensi langsung.konsekuensi dibagi 2: menyenangkan memperkuat/reinforserReinforse yang sering di gunakan di sekolah berupa pujian angka dan bintang. tidak menyenangkan melemahkan/hukumanAda yang berpendapat bahwa efek hukuman itu hanya bersifat temporer,yaitu hukuman menimbulkan sifat menentang atau agresif.untuk itu hendaknya hukuman itu diberikan dalam bentuk selunak mungkin,serta hukuman hendaknya selalu digunakan bagian dari suatu perencanaan yang teliti,tidak dilakukan karena frustasi. kesegaran(immediacy)konsekuensiSalah satu prinsip dalam teori belajar perilaku adalah konsekuensi yang segera mengikuti perilaku akan lebih mempengeruhi daripada konsekuensi yang lambat datangnya.

Prinsip kesegaran konsekuensi ini penting artinya dalam kelas.khususnya bagi murid-murid sekolah dasar,pujian yang di berikan segera setelah anak itu melakukan suatu pekerjaan dengan baik,dapat menjadi suatu reinforser yang lebih kuat daripada angka yang di berikan kemudian. pembentukkan(shaping)Prinsip ini merupakan teori belajar prilaku saat mengejarkan keterampilan baru atau prilaku dengen memberikan reinforcement pada para siswa dalam mendekati prilaku akhir yang diinginkan.Langkah-langkah pembentukan perilaku baru: Pilhlah tujuan ,buat tujuan itu sekhusus mungkin Tentukan sampai dimana siswa-siswa itu sekarang.apakah kemampuan mereka? Kembangkan setu seri langkah-langkah yang dapat merupakan jenjang untuk membawa mereka dari keadaan mereka sekarang ke tujuan yang telah di tetapkan. Berilah umpan balik selama pelajaran berlangsung.

2.3 Kekurangan Belajar Teori Perilaku1. Tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang komplek,sebab banyak hal di dunia pendidikan yang tidak dapat di ubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.Contoh:tidak selalu stimulus mampu mempertahankan motivasi belajar seseorang.2. Teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir linear,konvergen,tidak kreatif,termasuk maslah shaping (pembentukan)yang cenderung membatasi keleluasaan untuk berpikir dan berimajinasi.Contoh:Seorang siswa mau belajar giat setelah diberi stimulus tertentu,tetapi karena satu dan lain hal ,ia tidak mau belajar lagi padahal kepadanya sudah di berikan lagi stimulus yang sama atau lebih baik dari itu.BAB 3PENUTUP3.1 KesimpulanBehaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Untuk mengaitkan teori behaviorisme dengan praktik pembelajaran,perlu dipahami terlebih dulu,mengenai prinsip belajar menerut behaviorisme.3.2 SaranDalam penyusunan makalah ini kami mohon dengan sangat masukan dan kritikan dari Bapak dosen agar kami menjadi lebih baik, karena dalam penyusunan makalah ini kami mungkin banyak kata atau penulisan kata yang salah.

DAFTAR PUSTAKA

Dahar,Ratna Wilis.2011.Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Erlangga.Gagne R.M., The Conditions of Learning, New York: 1977

Nasution M.A.1982.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Pembelajaran.Bandung:Bumi AksaraRusyan,tabrani dkk.1989.pendekatan dalam proses belajar mengajar.Bandung:Remadja Karya.Sudjana,Nana.1987.Dasar-dasar proses belajar mengajar.Bandung:sinar baru AlgesindoSiregar,Eveline dan Hartini Nara.2007.Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:UNJ.http://amandavira.blogspot.com/2013/04/makalah-classical-conditioning-dan.html diunduh pukul 14.00

13