Upload
pusat-informasi-virtual-air-minum-dan-penyehatan-lingkungan-piv-ampl
View
1.850
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
Modul konstruksi persampahan’06
1
TEKNIS KONSTRUKSI
SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Modul konstruksi persampahan’06
2
I. PENDAHULUAN.
Sampah didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri atas zat
organik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
Besarnya penduduk dan keragaman aktivitas di kota-kota metropolitan di
Indonesia seperti Jakarta mengakibatkan munculnya persoalan umum
dalam pelayanan prasarana perkotaan, seperti masalah persampahan saat
ini. Diperkirakan hanya sekitar 60 % sampah kota-kota besar di Indonesia
yang dapat terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang operasi
utamnya sebesar 80.235,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang
diangkut dan dibuang ke TPA adalah sebesar 4,2 % yang dibakar sebesar
37,6 % ,yang dibuang ke sungai 4,9 % dan tidak tertangani sebesar 53,3
%.
Sampai saat ini paradigma pengelolaan persampahan yang digunakan di
Indonesia adalah : KUMPUL – ANGKUT – BUANG, dan andalan utama
sebuah kota dalam menyelesaikan masalah sampahnya adalah
pemusnahan dengan landfill pada sebuah TPA. Pengelola kota cenderung
kurang memberikan perhatian serius pada konstruksi TPA, sehingga
muncul kasus TPA bantar Gebang di Bekasi, TPA Keputih di Surabaya dan
TPA Leuwi Gajah di Cimahi dan mungkin beberapa kasus TPA lainnya di
Indonesia yang tidak terekspos oleh media masa. Mengapa hal tersebut
dapat terjadi? , pertanyaan klise yang setiap saat terlontarkan akibat
implementasi perencanaan di lapangan tidak diikuti oleh pihak pengelola
atau pelaksana.
Pengelola kota tampaknya beranggapan bahwa TPA yang dipunyainya
dapat menyelesaikan persoalan sampah, tanpa harus memberikan
perhatian yang proporsional terhadap sarana tersebut.
Penyingkiran dan pemusnahan sampah atau limbah padat lainnya ke
dalam tanah merupakan cara yang selelu digunakan, karena alternative
pengolahan lain belum dapat menuntaskan permasalahan yang ada. Cara
ini mempunyai banyak resiko, terutama akibat kemungkinan pencemaran
air tanah.
Modul konstruksi persampahan’06
3
Sampah yang dibuang ke lingkungan akan menimbulkan masalah bagi
kehidupan dan kesehatan lingkungan, terutama kehidupan manusia.
Masalah tersebut dewasa ini menjadi isu yang hangat dan banyak disoroti
karena memerlukan penanganan serius. Beberapa permasalahan yang
berkaitan dengan keberadaan sampah diantaranya adalah sebagai berikut
Masalah estetika(keindahan) dan kenyamanan yang merupakan
gangguan bagi pendangan mata
Sampah yang terdiri atas berbagai bahan organic dan organik apabila
telah terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar, merupakan
sarang atau tempat berkumpulnya berbagai binatang yang dapat
menjadi vektor penyakit
Sampah yang berbentuk debu atau bahan membusuk dapat
mencemari udara.Bau yang timbul akibat adanya dekomposisi materi
organik dan debu yang beterbangan akan mengganggu saluran
pernafasan, serta penyakit lainnya.
Timbulan lindi(leachate) sebagai efek dekomposisi biologis dari
sampah memiliki potensi yang besar dalam mencemari badan air
sekelilingnya, terutama air tanah di bawahnya.
Sampah yang kering akan mudah beterbangan dan mudah terbakar
Sampah yang dibuang sembarangan dapat menyumbat saluran-
saluran air buangan dan drainase, kondisi seperti ini dapat
menimbulkan bahaya banjir alibat terhambatnya pengaliran air
buangan dan air hujan
Beberapa siifat dasar dari sampah, seperti kemampuan termampatan
yang terbatas, keanekaragaman komposisi, waktu untuk
terdekomposisi sempurna yang cukup lama dan sebagainya dapat
menimbulkan beberapa kesulitan dalam pengelolaannya.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, kurangnya
lkemauan dari Pemerintah Daerah, kurangnya kesadaran penghasil
sampah akan pentingnya penanganan sampah yang baik merupakan
masalah tersendiri dalam pengelolaan sampah, khususnya di kota-
kota besar.
Modul konstruksi persampahan’06
4
Peningkatan jumlah penduduk yang demikian pesat di daerah
perkotaan(urban) telah meningkatkan jumlah timbulan sampah. Dari studi
evaluasi yang telah dilaksanakan di kota-kota di Indonesia, dapat di
identifikasi masalah-masalah pokok dalam pengelolaan persampahan kota,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Bertambah kompleksnya masalah persampahan sebagai konsekuensi
logis dari pertambahan penduduk kota
Peningkatan kepadatan penduduk menuntut pula peningkatan
metode/pola pengelolaan sampah yang lebih baik
Keheterogenan tingkat sosial budaya penduduk kota menambah
kompleksnya permasalahan
Situasi dana serta prioritas penanganan relatif rendah dari pemerintah
daerah merupakan masalah umum skala nasioanl
Pergeseran teknik penanganan makanan, misalnya menuju ke pengemas
yang tidak dapat terurai seperti plastik
Keterbatasan sumber daya manusia yang sesuai yang tersedia di daerah
untuk menangani masalah sampah
Pengembangan peranganan peralatan persampahan yang bergerak
sangat lambat
Partisipasi masyarakat yang pada umumnya masih kurang terarah dan
terorganisasi secara baik
Konsep pengelolaan persampahan yang kadangkala tidak cocok untuk
diterapkan, serta kurang terbukanya kemungkinan modifikasi konsep
tersebut di lapangan
Permasalahan yang dihadapi dalam teknis operasional di lapangan dalam
pengelolaan persampahan kota di antaranya :
Kapasitas peralatan yang belum memadai
Pemeliharaan alat yang kurang
Sulitnya pembinaan tenaga pelaksana khususnya tenaga harian lepas
Sulit memilih metode operasional yang sesuai dengan kondisi daerah
Modul konstruksi persampahan’06
5
Siklus operasi persampahan tidak lengkap/terputus karena berbedanya
penanggungjawab
Tidak diterapkan perencanaan secara benar
Koordinasi sektoral antar birokrasi pemerintah seringkali lemah
Manajemen operasional lebih di titikberatkan pada aspek pelaksanaan,
sedangkan aspek pengendalian lemah
Perencanaan operasional seringkali hanya untuk jangka pendek
Kondisi pada perkotaan yang diuraikan tersebut diatas relatif berbeda dengan
kondisi di perdesaan yang umumnya tidak menghadapi permasalahan dalam
penanganan persampahan. Ketersediaan lahan di perdesaan masih cukup
luas mempermudah masyarakat desa mengelola sendiri persampahan yang
ditimbulkannya. Uraian ditas merupakan kondisi saat ini yang tidak bisa
dilepaskan dari perencanaan dan konstruksi yang benar, pelaksanaan dan
pengawasan penanganan sampah yang telah dilakukan oleh pemerintah pada
masa lalu.
II. ASPEK KEBIJAKAN.
2.1. Peraturan Perundangan .
Secara umum beberapa perundang-undangan dan peraturan yang terkait
dengan pelaksanaan pengelolaan persampahan nasional maupun regional
adalahj sebagai berikut :
Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Undang-Undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang No.25 Tahun 1999 Tentang Primbangan Keunagan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah
Peraturan Pemerintah No.16 tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air minum
Modul konstruksi persampahan’06
6
Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampah Lingkungan (AMDAL)
Peraturan Menteri PU No.69/PRT/1995 Tentang Pedoman Teknis
Mengenai Dampak Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum
Keputusan Menteri PU No.296/1996 Tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan UKL dan UPL Dep.PU
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
No.KEP-02/MENKLH/1998 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.377/1996 Tentang
Petunjuk tata Laksana UKL dan UPL Proyek Bidang PU
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
No.KEP-12/MENLH/3/1994 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.296/1996 Tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan UKL dan UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.KEP-3/MENLH/2000 Tentang
Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
Disamping perundang-undangan, peraturan dan kebijakan diatas maka
pengelolaan persampahan secara operasional harus mengacu pada
standarisasi yang sudah ada seperti :
SK-SNI 19-2454-1991 dan SK-SNI 19-3242-1994 tentang Cara
Pengelolaan Sampah Perkotaan
SNI S 19-3964-1995 dan SNI M 19-3964-1995 Tentang Metode
Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah
Perkotaan
SK SNI 91 dan SNI 19-3241-1994 tentang Cara Pemilihan Lokasi
Tempat Pembuangan Akhir Sampah.
2.2. Millenium Development Goals (MDGs)
Indonesia adalah salah satu negara yang menandatangani Deklarasi
Millenium dan karenanya sepakat untuk mengikatkan diri mencapai MDG di
Modul konstruksi persampahan’06
7
tahun 2015, secara prinsip, Indonesia telah mengakui nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam MDG, yaitu pemenuhan hak-hak dasar manusia, sejak
kemerdekaannya.Pembukaan UUD 1945, walaupun dengan redaksional yang
berbeda jelas memuat nilai-nilai tersebut dalam empat alineanya.Program-
program pembangunan yang telah dilaksanakan selama puluhan tahunpun
pada hakikatnya mengacu pada upaya pembangunan manusia
MDG merupakan seruan pengngat(wake up call) bagi semua negara,
khususnya negara-negara yang masih harus berjuang keras untuk mencapai
pembangunan manusia yang lebih baik, dengan 18 sasaran dan 48 indikator
yang jelas dan terukur, MDG menyederhanakan, mengeksplisitkan dan
mengkonkritkan bentuk-bentuk program pembangunan. Dengan demikian,
pembangunan dapat dan harus dilaksanakan dengan lebih terfokus.
Indonesia bertekad untuk memegang komitmen mencapai MDG, hal ini
dibuktikan dengan penetapan prioritas kerja Kabinet untuk mengurangi
kemiskinan.Konsekwensinya segala perhatian dan sumbernya harus
dikerahkan untuk penyediaan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin. Akses
pada pelayanan dasar, seperti sumber-sumber keuangan, fasilitas pendidikan,
kesehatan dan lingkungan permukiman yang baik, vital untuk mengangkat
derajat kemanusiaan, sehingga penyediaannya tidak dapat ditunda-tunda
lagi.
MDG mencakup 8 goals yang dijabarkan lebih lanjut dalam 18 target, setiap
target dilengkapi dengan indikator pencapaian yang secara keseluruhan
mencalup 48 indikator.
Kesepakatan dalam MDG dinyatakan dalam pernyataan ”BY THE YEAR 2015,
ALL 191 UNITED NATIONS MEMBERS STATES HAVE PLEDGED TO MEET
THESE GOALS”:
1. Eradicated extreme poverty and hunger
2. Achieve universal primary education
3. Promote gender equality and empower women
4. Reduce child mortality
5. Improve maternal health
6. Combat HIV/AIDS, malaria and other deseases
Modul konstruksi persampahan’06
8
7. Ensure environmental sustainability ( Menjamin Keberlanjutan
Lingkungan)
8. Develop a Global partnership for development
Dalam kaitannya dengan goal tersebut diatas, pengelolaan air minum dan
sanitasi merupakan bagian dari goal ke 7 yang didalamnya terdapat 3 target
yaitu :
1. Target 9 : Integrated the principles of sustainability development into
country policies and programs and reverse the loss of
environmental resources
2. Target 10 : Halve by 2015 the proportion of people without sustainable
acces to safe drinking water and basic sanitation
3. Target 11 : By the 2020, to have achieved a significant improvement in
the lives of slum dwellers.
Sektor persampahan dalam kenyataanya belum secara eksplisit dinyatakan
dalam kesepakatan MDG 2015, hanya sektor air minum , air limbah yang
secara tegas disebut baik sektor, target maupun indikator. Namun demikian,
telah disusun suatu Rencana Aksi Nasional (National Action Plan) yang telah
merumuskan indikator pengelolaan persampahan di Indonesia dan target
pencapaian MDG tahun 2015 .
Beberapa literatur mengenai advancing the MDG menguraikan tentang
konstribusi air minum dan sanitasi dalam pencapaian goal ke 7 , menyatakan
bahwa air minum dan sanitasi sangat berperan dalam memberi kontribusi
sebagai berikut :
Pengolahan pembuangan air limbah yang baik akan memberikan dampak
positif bagi tercapainya :
• Pelestarian ekosistem yang lebih baik
• Berkurangnya tekanan terhadap sumberdaya air
Pemanfaatn sumber air yang bertanggung jawab akan berdampak pada :
• Pencegahan kontaminasi air tanah
• Membantu meminimalkan biaya pengolahan air.
Penanganan sampah dalam hal ini memiliki kontribusi yang selaras dengan
pengelolaan air minum dan air limbah dalam kaitan dengan MDG, sehingga
Modul konstruksi persampahan’06
9
secara logis penanganan persampahan merupakan bagian yang setara
dengan air limbah.
III. PERSYARATAN.
3.1. Umum.
Persyaratan umum dalam pengelolaan persampahan dalam kaitannya
dengan yang telah diuraikan diatas meliputi :
Hukum;
Ketentuan perundang-undangan mengenai pengelolaan lingkungan
hidup, analisis mengenai dampak lingkungan, ketertiban umum,
kebersihan kota/lingkungan, pembentukan instituasi/organisasi/retribusi
dan perencanaan tata ruang kota serta peraturan-peraturan
pelaksanaannya.
Kelembagaan ;
Pengelola di permukiman harus berfokus pada peningkatan kinerja
institusi pengelola sampah dan perkuatan fungsi dan operator. Sasaran
yang harus dicapai adalah sistem dan institusi yang mampu
sepenuhnya mengelola dan melayani persampahan di lingkungan
dengan mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan
retribusi/iuran serta semaksimal mungkin melaksanakan konsep 3 R di
sumber
Teknik Operasional;
Menerapkan sistem penanganan sampah setempat dengan :
- Menerapkan pemilahan sampah setempat dan non organik
- Menerapkan teknik 3 R di sumber dan TPS
- Penanganan residu oleh pengelola sampah kota
Pembiayaan.
Memperhatikan peningkatan kapasitas pembiayaan untuk menjamin
pelayanan dengan pemulihan biaya secara bertahap supaya sistem dan
institusi, serta masyarakat dan dunia usaha punya kapasitas cukup
untuk memastikan keberlanjutan dan kualitas lingkungan untuk warga
Modul konstruksi persampahan’06
10
Aspek peran serta masyarakat :
- Melakukan pemilahan di sumber
- Melakukan pengolahan sampah dengan konsep 3 R skala rumah
tangga
- Berkewajiaban membayar iuran retribusi sampah
- Mematuhi aturan pembuangan sampah yang ditetapkan
- Turut menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya
- Berperan aktif dalam sosialisasi pengelolaan sampah lingkungan.
Aspek Peran Serta Developer/Swasta ;
- Penyediaan lahan untuk pembangunan pengolah sampah organik
berupa pengomposan rumah tangga dan daur ulang skala
lingkungan serta TPS
- Penyediaan peralatan pengumpulan sampah
- Pengelolaan sampah selama masa konstruksi sampai dengan
diserahkan ke pihak yang berwenang
- Bagi developer yang membangun minimum 80 rumah harus
menyediakan wadah komunal dan alat pengumpul
3.2. Teknis.
3.2.1. Data Perencanaan :
Peta penyebaran rumah
Luas daerah yang dikelola
Jumlah penduduk berdasarkan klasifikasi pendapatan tinggi,
menengah dan rendah
Jumlah rumah berdasarkan tipe
Besaran timbulan sampah per hari
Jumlah bangunan fasulitas umum
Kondisi jalan(panjang,lebar dan konsisi fisik)
Kondisi topografi dan lingkungan
Ketersediaan lahan untuk lokasi TPS dan daur ulang sampah skala
lingkungan dan pengomposan rumah tangga.
Modul konstruksi persampahan’06
11
3.2.2. Jumlah Sampah yang Akan Dikelola berdasarkan :
Jumlah penduduk
Sumber sampah yang ada di lingkungan permukiman (
Toko,pasar,sekolah,rumah sakit,taman dsb.)
Besaran timbulan sampah untuk masing-masing sumber sampah
3.2.3. Klasifikasi Pengelolaan, tipe bangunan dan TPS.
Klasifikasi pengelolaan :
- 1 RT dgn jumlah penduduk 150-250 jiwa (30-50 rumah)
- 1 RW : 2000 jiwa ( 400 rumah)
- 1 Kelurahan ; 30.000 jiwa ( 6000 rumah)
- 1 Kecamatan : 120.000 jiwa ( 24.000 rumah)
Klasifikasi tipe bangunan sebagai berikut :
- Tipe rumah (mewah,sedang dan sederhana)
- Sarana Umum/sosial
- Bangunan komersial
Klasifikasi TPS :
- TPS tipe I dengan luas lahan 10 – 50 m2 ( Ruang pemilahan,
gudang,tmpt pemindahan sampah dgn landasan kontainer)
- TPS tipe II dengan luas 60-200 m2
- TPS tipe III dengan luas lahan > 200 m2
3.2.4. Spesifikasi peralatan dan Bangunan.
Spesifikasi peralatan dan bangunan minimal yang dapat digunakan
untuk pengelolaan sampah dapat dilihat dibawah ini :
Wadah komunal / individual, vol: 0,5-1,0 m3, KK; 40-50, jiwa ;
200-250 org, terbuat dari : kantong plastik, fiberglass, kotak kayu
atau pasangan batu bata.
Komposter komunal/individual, vol; 0,5-1,0 m3, KK; 10-20, jiwa;
50-100 org, dapat berupa bin beroda yng digunakan harus baru dan
kulitas utama dengan stndar baja minimum 42 yang terbuat dari
Modul konstruksi persampahan’06
12
fiberglass atau PVC atau HDPE berwarna dilengkapi dengan tulisan
pada bagian depannya warna hitam
Gerobak sampah bersekat; vol;6 & 10 m3, KK ; 140, jiwa ;700 org,
UT;2-3 thn, terbuat dari gerobak kayu dengan roda sepeda,roda mobil
atau dapat juga terbuat dari rangka besi
Kontainer amrol truk; vol; 6 & 10 M3 ; KK; 825 & 1375, ; Jiwa;4125
& 6675 org, UT; 5 – 8 thn,
TPS tipe I, vol;100 m2, KK;500 , Jiwa; 2500 org, UT; 20 thn
TPS tipe II, vol;300 m3, KK; 6000, jiwa; 30.000 org, UT ;20 thn
TPS tipe III, vol; 1000 m3, KK ; 24000, Jiwa: 120000 org, UT ;20thn
Bangunan daur ulang skala lingkungan, vol; 150 m3, KK ; 600,
jiwa ; 3000 org, UT ;20 thn
IV. Sistim Konstruksi.
4.1. Konstrukasi Bin jalan 120 liter.
Sebelum melaksanakan pekerjaan, penyuplai harus menyerahkan gambar
kerja lengkap dengan detail potongan.
Plat dasar bak harus dibuat dengan memakai ring setiap unit sesuai
peraturan baut Indonesia. Potongan-potongan baja dikerjakan dengan
pengelasan listrik sesuai peraturan Indonesia.
Bin jalan 120 liter tersebut dipasang pada pipa baja diameter 2” yang
telah dilengkapi dengan plat penjepit untuk bin jalan tersebut agar dapat
dipasang dan dilepas yang terbuat dari baja.
Semua baja harus sama sekali bebas dari karat, sisik, minyak, gemuk dan
kotoran-kotoran lain sebelum cat digunakan.
Semua baja harus di cat dengan cat dasar sekali warna merah dewngan
sikat kuas. Lapisan selanjutnya dua kali pengecatan warna kuning di
kerjakan dengan semprot dengan kualitas cat yang utama. Semua teknis
pengerjaan cat harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik.Sebelum
pengecatan dimulai pembeli akan memeriksa bin jalan tersebut.
Modul konstruksi persampahan’06
13
Suatu daftar spesifikasi dari suku cadang untuk bin jalan 120 liter harus
dilengkapi dengan harga satuan, rincian barang-barang yang tersedia
dan beralokasi di Indonesia dimana barang-barang tersebut selalu ada
persediaannya. Jaminan suku cadang selama satu tahun pengoperasian.
Contoh-contoh tempat pewadahan yang dapat ditemui di Indonesia
diantaranya :
1. Kantong plastik 40 liter.
penempatan : Rumah tangga/Pasar/Kantor
Keuntungan :
Sehat, Mudah/praktis/cepat dalam operasi, dapat dipakai lebiih dari
sekali.
Kelemahan :
• Pada kota yang masih banyak’Pemulung Sampah’ nya sering
dibongkar kembali, juga oleh binatang.
• Mengganggu proses dekomposisi sampah pada pembungan akhir
• Menimbulkan dampak negatif dalam proses pengolahan
Bahan : Plastik.
Catatan : telah dipakai antara lain di kota Padang dan Bogor, pada
prakteknya banyak memanfaatkan kantong plastik bekas dan bisa
dipakai lebih dari sekali.
2. Bin Plastik Tertutup Vol.40-60 liter .
Penempatan : Pekarangan rumah tangga
Bahan/konstruksi : Plastik/Fiberglass
Keuntungan :
• Bahan tidak mudah berkarat
• Relatif ringan
• Bersih dan Sehat
• Estetika baik
• Mudah/praktis/cepat dalam operasi
Kelemahan :
• Tutup sering hilang
Modul konstruksi persampahan’06
14
• Tidak Tahan sinar matahari
Catatan : lebih praktis bila didalamnya dilapisi plastik
3. Bin Plastik tertutup dengan Roda vol.120/240 lt.
Penempatan : Pertokoan, jalan-jalan
Bahan/Konstruksi : Plasrtik/fiberglass
Keuntungan :
• Bahan tidak mudah berkarat
• Sehat
• Volume cukup besar
• Estetika Baik
• Praktis dan cepat dalam operasi
Kelemahan :
• Konstruksi roda seringcepat rusak
• Kurang praktis untuk sampah sampah besar
• Tutup cepat hilang
4. Bin Plastik Tertutup dengan Plat Besi/Fiberglass,Konstruksi
permanen Vol.70 liter.
Penempatan : Jalan/Tempat umum/daerah pertokoan
Bahan/konstruksi : Plastik/fiberglass/plat baja/beton
Keuntungan :
• Bahan tidak mudah berkarat
• Sehat
• Estetika baik
• Dapat dipakai baik pribadi maupun umum
Kelemahan :
• Kurang cepat dalam operasional
Catatan : Penempatan sering menghalangi pejalan kaki
5. Bin Plat Besi tertutup Vol.100 lt.
Penempatan : jalan/tempat umum/pertokoan
Modul konstruksi persampahan’06
15
Bahan/konstruksi: Plat besi,drum bekas
Keuntungan :
• Sehat
• Dapat dipakai umum/pribadi
• Memanfaatkan drum bekas (murah)
Kelemahan :
• Bahan mudah berkarat
• Relatif berat
• Tutup mudah hilang
• Estetika kurang
• Kurang praktis dalam operasional
Catatan : Penempatan sering mengganggu pejalan kaki
6. Bak sampah Permanen dari Pasangan batu bata ( Ukuran
bervariasi)
Penempatan : Pasar/lokasi-lokasi dengan jumlah sampah yang besar
Bahan/konstruksi : Pasangan Bata/beton
Keuntungan :
• Bahan kuat
• Daya tampung lebih banyak
• Dapat dipakai umum/pribadi
Kelemahan :
• Kurang sehat
• Estetika kurang
• Menyulitkan dalam operasi selanjutnya
Catatan : sulit dibersihkan.
7. TPS ( Tempat Pembuangan Sementara).
Pengadaan TPS akan digunakan untuk menanpung sampah dari
permukiman yang berpenghasilan rendah dan tidak teratur ( tempat
sampah komunal), kemudian diangkut dengan truk-truk sampah ke
Tempat Pembuangan Akhir.
Modul konstruksi persampahan’06
16
Kemampuan, ukuran, bahan dan keperluan-keperluan lainnya.
a. Pekerjaan Lantai.
• Sebelum dilakukan pekerjaan plesteran lantai, terlebih dahulu
dilakukan pekerjaan galian di bawah lantai sesuai dengan
keadaan tanah di lapangan, maka untuk pekerjaan pematangan
tanah diadakan penggalian dan pengurugan kembali. Semua
penggalian harus dilaksanakan menurut apa yang disyaratkan
mengenai panjangnya, dalamnya, serokan dan sebagainya yang
diperlukan untuk konstruksi.
• Tanah bekas galian, kecuali yang khusus dapat digunakan
kembali untuk menimbun setelah tanah galian tersebut terlebih
dahulu dibersihkan. Tanah yang berlebihan harus disingkairkan
keluar dari proyek
• Bekas lubang galian pondasi dan di bawah lantai diisi dengan
pasir timbunan yang dipadatkan dengan menyiramkan air serta
menumbuk dengan alat penumbuk samapai padat.
• Di bawah lantai harus diberi lapisan pasir urug setebal 10 cm dan
dipadatkan
• Pasir timbunan harus bersih dari kotoran-kotoran, akar-akaran
dan semacamnya.
• Pekerjaan beton untuk lantai dipergunakan beton cor 1:3:5( 1
semen:3 pasir:5 kerikil) yang tebalnya 15 cm dan diberi tulngan
kawat.
• Pasir pasang kali harus diayak terlebih dahulu, kerikil-kerikil dan
kotoran-kotoran yang terdapat didalmnya harus dibuang
• Bentuk pekerjaan beton berlaku Peraturan Beton Indonesia (PBI
1971) pada umumnya, jika tidak dinyatakan lain dalam rencana
kerja dan syarat syarat ini.
• Air yang digunakan untuk pekerjaan beton harus bersih dari
saluran kota yang bersih dari garam mineral dan bahan organik
lainnya
Modul konstruksi persampahan’06
17
• Air sumur hanya boleh dipergunakan setelah diselidiki dan
disahkan oleh laboratorium penyelidikan bahan-bahan
b. Bak TPS terbuat dari kayu kelas I yang baik dan semua ukuran-
ukuran kayu sesuai dengan gambar
c. Dimisalkan kapasitas TPS yang akan dibuat dengan ukuran yang
digunakan 0,75 M3 dapat digunakan yang mendekati sebagai
berikut :
• Lebar atas bak maksimal 80 cm
• Lebar bawah bak maksimal 100 cm
• Tinggi bak 65 cm
• Lebar landasan beton 150 cm dengan tebal 15 cm
• Konstruksi bak dari papan kayu 2x20 cm, kelas 1
• Rangka bak dari besi siku 40x40x4
d. Bak TPS harus dicat dan disiapkan plat nomor urut 3 angka yang
dipasang dikedua sisinya.
e. Konstruksi TPS, sebelum melaksanakan pekerjaan, penyuplai
harus menyerahkan gambar kerja lengkap dengan detail
potongan.Potongan-potongan plat baja harus dikerjakan dengan
pengelasan listrik sesuai peraturan Indonesia.
Pada setiap sisi sisi luar dari bak TPS dibuat pegangan untuk
mengangkat bak pada waktu pemungutan sampah dan pada
bagian dalam bak TPS dilapisi dengan seng aluminium.
f. Pengecatan, bak TPS TPS harus di cat dan disiapkan plat nomor
urut 3 angka yang dipasang di kedua sisinya, cat TPS harus
berwarna dengan tulisan pada bagian sisinya berwarna hitam.
Sebelum dilakukan pengecatan kayu-kayu tersebut harus rata,
bersih dari kotoran-kotoran, lemak serta lobang-lobang harus
ditutup dengan dempul hingga rata.
Semua baja harus bebas dari karat,sisik,lemak,gemuk dan kotoran
kotoran lain sebelum cat digunakan.
Semua baja harus di cat dengan cat dasar sekali warna merah
dengan sikat kas. Lapisan selanjutnya dua kali pengecatan
Modul konstruksi persampahan’06
18
dikerjakan dengan semprot dengan kualitas cat yang utama.
Semua teknis pengerjaan cat harus sesuai dengan petunjuk dari
pabrik. Sebelum pengecatan dimulai pembeli akan memeriksa TPS.
Contoh-contoh TPS yang dapat dilihat dalam gambar-gambar berikut ini :
1. Kontainer, Vol.1 M3 dan 0,5 M3 .
Penempatan : Stasiun Pemindahan
Bahan/konstruksi : Baja dengan roda
Keuntungan :
• Pengoperasian lebih mudah
• Volume relatif lebih besar
• Bahan tidak mudah berkarat
• Baik untuk sistem komunal
Kelemahan :
• Harga relatif mahal
• Hanya digunakan untuk sistem yang spesifik
Catatan : Perlu dimodifikasi agar lebih fleksibel
2. Kontainer Vol.6 M3 – 10 M 3.
Penempatan : Ditempatkan di pinggir jalan besar dengan radius
pelayanan tertentu
Bahan/konstruksi : Konstruksi besi/kayu
Keuntungan :
• Bersih, rapi, estetika baik
• Membutuhkan tanah tidak terlalu keras
• Operasi mudah dan cepat
• Menghambat proses pemulungan yang tak terkendali dengan baik
Kelemahan :
• Dari besi mudah berkarat
• Dari kayu berat sendirinya bertambah
• Biaya investasi dan pemeliharaan lebih mahal
Catatan : Proses pemindahan masih sulit
3. Transfer Station Tipe I (200 M2), tipe II (50 M2), tipe III ( 10
M2).
Modul konstruksi persampahan’06
19
Penempatan : Di Lingkungan permukiman yang masih mudah diperoleh
tanah untuk penempatannya
Bahan/konstruksi : Konstruksi bata/beton/kayu/pelataran
Keuntungan :
• Daerah pelayanan lebih luas
• Harga satuan operasi relatif murah
• Lebih efektif dan efisien
• Pengendalian mudah
Kelemahan :
• Membutuhkan tanah yang cukup luas (200 m2)
• Biaya cukup mahal
• Operasinya biasanya sesuai dengan maksud semula
Catatan : 1 unit untuk pelayanan 30.000 jiwa ( 1 Kelurahan )
8. Gerobak Sampah.
• Tujuan dan Ruang Lingkup.
Pengadaan gerobak sampah akan digunakan untuk mengambil sampah
dari tempat permukiman dan tempat komersial, kemudian diangkut ke
tempat pengumpulan (pemindahan) yang sudah disediakan di dalam
kota
• Kemampuan, ukuran, bahan dan keperluan-keperluan lainnya.
o Daya angkut kereta sorong minimal 500 kg beban kotor, ukuran
yang digunakan harus mendekati sebagai berikut :
Lebar maksimal tidak termasuk roda) 70 cm
Panjang bak kereta 125 cm, lebar bak 70 cm dan tinggi bak 70
cm
Jarak anatar bawah bak dan permukaan tanah maksimal 27,5
cm
Alas bak dari papan kayu 2x20 cm, kelas kuat I
Rangka bak dari besi siku 40x40x4
Tangki pendorong kereta dari bahan pipa baja diameter 1”
Modul konstruksi persampahan’06
20
Alas kereta sorong dari bahan pipa besi padat diameter 1” dan
kedua ujungnya dipasang roda bearing.
o Roda yang digunakan untuk kereta sorong ; roda angin stadar
sepeda motor dengan ban dalam, disediakan 2 buah
o Bagian belakang bak dengan pintu dapat dibuka ke samping
dengan engsel diameter 3”, Kawat harmonika dipasang di sekeliling
3 dinding bak keeta dengan diameter kawat harmonika 0,5 cm dan
papan kayu ukuran 2x20 cm, kuat kelas I
• Bahan pipa yang digunakan harus baru dan kualitas utama dengan
standar baja minimum 42, kecuali baja yang digunakan untuk as
kereta standar baja minimum 50 mm.
• Kereta sorong harus di cat dan disiapkan plat nomor urut 3 angka yang
dipasang di kedua sisinya
• Konstruksi gerobak sampah, sebelum melaksanakan pekerjaan,
penyuplai harus menyerahkan gambar kerja lengkap dengan detail
potongan
• Plat dasar bak harus dibuat dengan memakai ring setiap unti sesuai
peraturan baut Indonesia. Potongan-potongan baja harus dikerjakan
dengan pengelasan listrik sesuai peraturan Indonesia.
• Pengecatan Gerobak sampah, semua baja harus sama sekali bebas
karat, sisik, minyak, gemuk dan kotoran-kotoran lain sebelum cat
digunakan.
Semua baja harus di cat dengan cat dasar sekali warna merah dengan
sikat kuas. Lapisan selanjutnya dua kali pengecatan warna dikerjakan
dengan semprot dengan kualitas cat yang utama. Semua teknis
pengerjaan cat harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik.
• Suku cadang, suatu daftar spesifikasi dari suku cadang untuk gerobak
sampah harus dilengkapi dengan harga satuan, rincian barang-barang
yang tersedia dan berlokasi dalam kota dimana barang-barang
tersebut selalu ada persediaannya.
Jaminan suku cadang selama satu tahun pengoperasian gerobak
Contoh-contoh gerobak sampah yang dapat ditemui di Indonesia antara lain :
Modul konstruksi persampahan’06
21
a. Gerobak sampah biasa.
Penempatan : Lingkungan permukiman dengan lebar jalan 1 m3 dan
relative datar
Bahan/konstruksi : Konstruksi Baja/kayu
Keuntungan :
• Operasi lebih mudah/luwes/murah
• Jenis sampah berukuran besar bisa terangkut
• Pemanfaatan volume cukup besar
• Mudah dan murah pemeliharaannya
Kelemahan :
• Estetika kurang
• Kurang sehat.
Catatan :
• Sangat efektif dan efisien serta mudah untuk sistem pengumpulan
• Saat ini banyak dipakai
b. Gerobak Sampah dengan Bin.
Penempatan : Lingkungan permukiman dengan jalan-jalan yang relatif
datar dan lebar > 1 M.
Bahan/konstruksi : Konstruksi baja/fiber glass
Keuntungan :
• Gerobak tidak mudah aus/berkarat
• Lebih sehat terhadap lingkungan maupun pekerja
• Estetika baik/bersih
• Operasi lebih cepat
Kelemahan :
• Efisiensi ruang kurang
• Sampah berukuran besar tidak terangkut
• Diperlukan tenaga tambahan
• Biaya investasi lebih mahal
• Bin cepat rusak akibat pemadatan dengan paksa oleh petugas
Catatan :
• Telah dipakai antara lain di kota Bandung dan Denpasar
Modul konstruksi persampahan’06
22
• Perlu penyempurnaan lebih lanjut
c. Becak Sampah.
Penempatan : Lingkungan permukiman dengan jalan-jalan yang relatif
datar
Bahan/konstruksi : Konstruksi baja/kayu
Keuntungan :
• Pengoperasian lebih cepat
• Hemat tenaga
Kelemahan :
• Kurang sehat untuk pekerja dan lingkungan
• Perawatan mahal
Catatan :
• Dipakai di kota semarang, Padang dan lain-lain
9. DUMP Truck.
Dump Truck tersebut akan digunakan untuk mengumpulkan sampah dan
mengangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Bak penampung pada
truk-truk dengan ukuran volume 6 – 8 m3 sampah. Berat bersih dari truk-
truk tersebut tidak kurang dari 3,5 ton. Truk-truk tersebut terdiri dari
chasis cabin, body ditutup dengan anti karat, sistem hidrolik, registrasi.
• Kemampuan, ukuran, bahan dan keperluan lainnya.
Truk-truk tersebut berupa Dump Truk bertipe standar, setir roda
sebelah kanan dengan berat bersih minimum 3,5 ton.
Truk-truk akan dilengkapi dengan 6 roda dan minimal 10 lapis ban
dalam. Kedua fungsi roda belakang harus dapat berjalan dengan
mantap pada kondisi jalan yang dilalui.
• Lebar maksimal truk harus 2,10 M ( atau sesuai standar
LLAJR).
Truk tersebut harus bermuatan dengan kapasitas 6 – 8 m3 sampah
dengan body terbuat dari logam dengan perkiraan ukuran sebagai
berikut Panjang : 3,30 – 3,80 meter
Lebar : 1,80 – 2,10 meter
Modul konstruksi persampahan’06
23
Tinggi : 1,00 – 1,20 meter
Ukuran-ukuran tersebut boleh bervariasi, sesuai dengan volume yang
diminta serta memenuhi ketentuan di bawah ini :
Tinggi maksimal dari batas atas body bak tersebut hingga permukaan
tanah seharusnya tidak melebihi dari 2,10 M ( sesuai standar)
Bodu tersebut harus dilengkapi dengan pintu belakang yang digantung
pada bagian atasnya dan dipisahkan dengan bagian yang dapat
melimpahkan sisi-sisinya. Pintu belakang dan sisi pelimpahan tersebut
harus sesuai dan dilengkapi dengan pengunci yang mudah.
Body tersebut harus dilengkapi cantelan dan jaring penutup selama
pengangkutan dengan ukuran 10 % lebih besar.
Bak penampung tersebut harus dilengkapi dengan sebuah sistem
hidrolik dengan kapasitas angkat mininum 3,5 ton yang dioperasikan
dari dalam truk dengan sudut pada waktu pembuangan minimum 45
derajat.
Truk dan body tersebut di cat warna dan bertuliskan warna hitam pada
tiap pintunya.
Truk-truk tersebut harus diberi nomor pada tiap pintunya.
• Konstruksi dan Pengecatan Dump Truck.
Body tersebut harus terbuat dari bahan baja berkualitas baja menurut
standar ASTM A36 atau yang sejenis. Sesuai dengan standar yang
berlaku di Indonesia.
Plat baja yang digunakan pada bagian bawah harus mempunyai
ketebalan minimum 3,6 mm, dinding samping minimum 2,6 mm,
kemiringan plat bawah maksimum 1 % dari bagian depan.
Pengelasan body harus mengikuti peraturan las Indonesia dan
penggunaan elektroda-elektroda disesuaikan dengan ASTM A-233 E60
atau sejenisnya.
Lubang-lubang pada baut harus dilakukan dengan pemukulan atau
pemboran, pembakaran dalam hal ini tidak dibenarkan.
Modul konstruksi persampahan’06
24
Engsel-engsel dan penutup dari kedua pintu belakang dan sisi
pencurahan harus kokoh dalam perencanaannya dan mudah dalam
pengeoprasiannya.
Bagian-bagian dari body tersebut harus di cat dengan satu lapis cat
logam primer dan 2 lapis cat minyak yang berkualitas utama warna
sesuai dengan persyaratan dibawah ini.
Cat yang digunakan hanya cat yang berkualitas baik, tahan lama dan
tahan terhadap pengaruh cuaca dan tahan terhadap cairan
sampah(asam). Cat tersebut harus langsung digunakan dari kaleng cat
yang disupplai dari pabrik.
Pemberian lapisan dasar dan tinner harus diproduksi dari pabrik yang
sama dengan lapisan akhir. Melakukan pengecatan lapisan bawah,
seluruh sistem pengecatan akhir, cat red oxide berisi rd oxide sebagai
pigmen utama beserta tambahan lainnya dan memberikan pigment
penutup secukupnya pada perlindungan body yang diminta.
Hal-hal lain yang tidak diuraikan disini harus mengikuti metode dari :
brushing, rolling, for all coats, airless spraying hanya untuk lapisan
akhir.
• Suku Cadang.
Suatu daftar spesifikasi dari suku cadang untuk Dump Truck harus
dilengkapi dengan harga satuan, rincian barang-barang yang tersedia
dan berlokasi di Indonesia dimana barang-barang tersebut selalu ada
persediaannya., jaminan suku cadang selama satu tahun
pengoperasian.
Contoh-contoh Truk-truk pengangkut sampah yang ada sebagai berikut :
a. Truk Biasa Terbuka.Volume 6 M3,8 M3 dan 10 M3.
Bahan/konstruksi :
• Bak konstruksi kayu
• Bak konstruksi plat besi
Keuntungan :
• Harga relatif murah
• Perawatan relatif lebih mudah/murah
Modul konstruksi persampahan’06
25
Kelemahan :
• Kurang sehat
• Memerlukan waktu pengoperasian lebih lama
• Estetika kurang
Catatan :
• Banyak dipakai di Indonesia
• Diperlukan tenaga lebih banyak
b. Dump Truck/Tipper Truck, volume 6 M3,8 M3 dan 10 M3.
Bahan/konstruksi :
• Bak plat baja
• Dump Truck dengan peninggian bak pengangkutnya.
Keuntungan :
• Tidak diperlukan banyak tenaga pada saat pembongkaran
• Pengoperasian lebih efektif dan efisien
Kelemahan :
• Perawatan sulit.
• Realtif mudah berkarat
• Estetika kurang
• Sulit untuk pemuatan
Catatan :
• Perlu modifikasi bak
c. Arm Roll Truck dengan 2 kontainer. volume 6 M3,8 M3 dan 10 M3.
Bahan/konstruksi :
• Truk untuk mengangkut/membawa kontainer2 secara hidrolis
Keuntungan :
• Praktis dan cepat dalam pengoperasian
• Tidak diperlukan tenaga banyak
• Estetika baik
• Lebih bersih dan sehat
• Penempatan lebih fleksibel
Kelemahan :
• Hidrolis sering rusak
Modul konstruksi persampahan’06
26
• Harga relatif mahal
• Biaya perawatan lebih mahal
• Diperlukan lokasi untuk penempatan dan pengangkatan
Catatan :
• Cocok untuk lokasi2 dengan produksi sampah yang relatif banyak
d. Compactor Truck. volume 6 M3,8 M3 dan 10 M3.
Bahan/konstruksi :
• Truk dilengkapi dengan pemadat sampah
Keuntungan :
• Volume sampah ternagkut lebih banyak
• Tidak diperlukan tenaga banyak
• Estetika baik
• Lebih bersih dan sehat
• Praktis dalam pengoperasian
Kelemahan :
• Biaya investasi dan pemeliharaan lebih mahal
• Harga relatif mahal
• Biaya perawatan lebih mahal
• Waktu pengumpulan lama bila untuk sistem door to door
Catatan :
• Cocok untuk pengumpulan dan pengangkutan secara komunal.
e. Multi Loader, volume 8 M3.
Bahan/konstruksi :
• Trailer dengan dilengkapi kontainer
Keuntungan :
• Cocok untuk kondisi jalan yang kurang bagus
• Mudah dalam pengoperasian
Kelemahan :
• Memerlukan tempat yang luas unutk manuferl
• Kecepatannya kurang
• Kurang higienis
• Estetika kurang
Modul konstruksi persampahan’06
27
Catatan :
Pernah dipakai di Pontianak.
f. Truck with Crain, volume 10 M3.
Bahan/konstruksi :
• Truck dilengkapi dengan alat pengangkat sampah
Keuntungan :
• Tidak memerlukan banyak tenaga untuk menaikkan sampah ke truk
• Cocok untuk mengangkut sampah besar (bulky waste)
Kelemahan :
• Hidrolik sering rusak
• Sulit digunakan di daerah yang jalannya sempit dan tidak teratur
Catatan :
Telah dipergunakan di Jakarta.
g. Front Loading, volume 10 M3.
Bahan/konstruksi :
• Truck dilengkapi dengan alat pengangkat kontainer sampah dari depan
Keuntungan :
• Tidak memerlukan banyak tenaga untuk menaikkan sampah ke truk
• Harga satuan operasioanl relatif lebih murah
Kelemahan :
• Sulit digunakan di daerah yang jalannya sempit dan tidak teratur
h. Mobil Penyapu Jalan ( Street Sweeper)
Bahan/konstruksi :
• Truk yang dilengkapi dengan pengisap sampah
Keuntungan :
• Pengoperasian lebih cepat
• Sesuai untuk jalan-jalan protokol yang memerlukan pekerjaan cepat
• Estetis dan higienis
• Tidak banyak memerlukan tenaga
Kelemahan :
• Harga relatif lebih mahal
• Perawatan mahal
Modul konstruksi persampahan’06
28
Catatan :
Jakarta sudah menggunakan mobil penyapu jalan ini.
10.Tempat Pembuangan Akhir ( TPA )
Pemilihan lokasi TPA sampah harus mengikuti persyaratan hukurn, ketentuan perundang-undangan rnengenai pengelolaan lingkungan hidup, analisis mengenai dampak lingkungan, ketertiban umum, kebersihan kota/lingkungan, peraturan daerah tentang pengelolaan sampah dan perencanaan tata ruang kota serta peraturan-peraturan pelaksanaannya. Dalam tahap konstruksi TPA perlu diperhatikan antara lain : Pemilihan lokasi TPA sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai dan laut; 2. disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu:
• tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan;
• tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dan zona-zona kelayakan pada tahap regional;
• tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang berwenang;
3. dalam hal suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional, pemilihan lokasi TPA sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA sampah ini dapat dilihat pada lampiran kriteria yang berlaku pada tahap penyisih.
A. Kriteria Kriteria pemilihan lokasi TPA sampah dibagi menjadi tiga bagian:
a. kriteria regional, yai[ kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau zona tidak layak sebagai berikut:
kondisi geologi. • tidak berlokasi di zona holocene fault; • tidak boleh di zona bahaya geologi
kondisi hidrogeologi. tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dan 3
meter; tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dan 10-6cm/det; jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dan
100 meter di hilir aliran; dalarn hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-
kriteria tersebut diatas, maka harus diadakan masukan teknologi;
kemiringan zona harus kurang dan 20 %;
Modul konstruksi persampahan’06
29
jarak dan lapangan terbang harus lebih besar dan 3.000 meter untuk penerbangan turbo jet dan harus Iebih besar dan 1.500 meter untuk jenis lain;
tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25 tahun;
b. kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu terdiri dan kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut: iklim hujan : intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik; angin : arah angin dominan tidak menuju ke pemukiman
dinilai makin baik; c. utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai makin baik; d. lingkungan biologis:
habitat : kurang bervariasi, dinilai makin baik; daya dukung : kurang menunjang kehidupan flora dan
fauna, dinilai makin baik; e.kondisi tanah
produktifitas tanah : tidak produktif dinilai lebih tinggi; kapasitas dan umur : dapat menampung lahan lebih banyak
dan lebih lama dinilai lebih baik; ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang cukup, dinilai
lebih baik; status tanah : makin bervariasi dinilai tidak baik;
f. demografi : kepadatan penduduk lebih rendah, dinilai makin baik; g. batas administrasi : dalam batas administrasi dinilai semakin
baik; h. kebisingan : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin
baik; i. bau : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik; j. estetika : semakin tidak terlihat dan luar dinilai semakin baik; k. ekonomi : semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per
m3/ton) dinilai semakin baik; B. Konstruksi.
TPA harus berdasarkan perencanaan yang sudah dibuat, pihak pelaksana lapangan harus menyiapkan gambar perencanaan untuk diterapkan dilapangan, terutama dalam pemasangan pipa lindi yang diperlukan ketelitian dan perhitungan agar setelah ditimbun dengan sampah, tidak terjadi kebocoran. Perlu di perhatikan juga penempatan tiang-tiang leachate di setiap zonanya. Ketersediaan lahan penutup juga sangat penting, untuk menerapkan perencanaan yang sudah dibuat, terutama dengan sistem sanitary landfill. Penyediaan jalan masuk ke lokasi TPA hendaknya disesuaikan dengan jenis kendaraan yang akan masuk ke TPA, minimal lebar jalan masuk 3
Modul konstruksi persampahan’06
30
m dengan perkerasan aspal yang berkualitas baik, Juga ketersediaannya lahan parkir untuk penempatan turk-truk pengangkutan sampah dan tempat cuci truk-truk.
IV. PENUTUP
Dalam rangka melaksanakan sistem pengelolaan persampahan yang
memadai, maka tahap konstruksi yang didasarkan pada perencanaan yang
benar merupakan langkah penting yang selanjutnya harus selalu diterapkan
dalam pembangunan pengelolaan persampahan.. Hasil konstruksi
pengelolaan persampahan tergantung dari kedisiplinan pelaksana dalam
membaca perencanaan yang di inginkan dan situasi ,kondisi lingkungan yang
akan di bangun., sehingga pembangunan pelaksanaan pengelolaan
persampahan tidak akan menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat
dan menjadi bagian dari kebutuhan dan penyerapan sumber daya manusia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah
2. Peraturan Pemerintah No 16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
3. Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang Persampahan. Departemen
Pekerjaan Umum 4. Rancangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman
Pengelolaan Persampahan, tahun 2005 5. MDGs Report Indonesia, Bappenas 2004
6. Agenda 21 Indonesia
7. Thobanoglous, G, Theisen, Integrated Solid Waste Management. Mc. Graw-Hill International Edition, 1933
Modul konstruksi persampahan’06
31
Gambar – gambar :
Bin terbuat dari kayu
Gerobak Sampah bermesin
Tipper Truck
Modul konstruksi persampahan’06
32
Kontainer dengan landasan
Arm Roll Truck
Contoh jalan masuk TPA di Mataram
Modul konstruksi persampahan’06
33
Contoh TPA di Mataram dengan Sanitary Lanfill
TPA Benowo dengan Control Lanfill
TPA di Padang dengan Control Landfill
Modul konstruksi persampahan’06
34
Bin terbuat dari Fibre Glass di M’sia
Bin Fibre Glass Tertutup di Mexico
Bin Plastik di Italy
Modul konstruksi persampahan’06
35
Bin gantung
Compact Truck
Compact Truck
Modul konstruksi persampahan’06
36