7
JAWABAN SOAL STASE ANAK Tatalaksana kasus DBD TATALAKSANA KASUS DSS ATAU DBD DERAJAT III DAN IV 1. Oksigenasi (berikan O2 2-4 lt/menit) 2. Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis) Ringer laktat/ Ringer asetat/ Nacl 0,9% 20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 30 menit) Evaluasi 30 menit, apakah syok teratasi? Pantau tanda vital tiap 10 menit Catat balans cairan selam pemberian cairan intravena Syok teratasi Syok tidak teratasi Keadaaan membaik Keadaan memburuk Nadi teraba kuat Nadi lembut/tidak teraba Tekanan nadi >20 mmHg Tekanan nadi <20 mmHg Tidak sesak nafas/sianosis Distres pernafasan/sianosis Ekstremitas hangat Kulit dingin dan lembab Diuresis cukup 2 ml/kgBB/jam Ekstremitas dingin Cairan dan tetesan disesuaikan 1. Lanjutkan cairan kristaloid 20 ml/kgBB/jam 10 ml/kgBB/jam 2. Tambahan koloid/plasma dekstran/FPP Evaluasi ketat 10-20 (max 30) ml/kgBB/jam Tanda vital DBD Derajat IV DBD Derajat III

Tatalaksana Kasus DBD

Embed Size (px)

DESCRIPTION

DBD, tatalaksana

Citation preview

Page 1: Tatalaksana Kasus DBD

JAWABAN SOAL STASE ANAKTatalaksana kasus DBD

TATALAKSANA KASUS DSS ATAU DBDDERAJAT III DAN IV

1. Oksigenasi (berikan O2 2-4 lt/menit) 2. Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis)

Ringer laktat/ Ringer asetat/ Nacl 0,9%20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 30 menit)

Evaluasi 30 menit, apakah syok teratasi?

Pantau tanda vital tiap 10 menitCatat balans cairan selam pemberian cairan intravena

Syok teratasi Syok tidak teratasi

Keadaaan membaik Keadaan memburukNadi teraba kuat Nadi lembut/tidak teraba Tekanan nadi >20 mmHg Tekanan nadi <20 mmHgTidak sesak nafas/sianosis Distres pernafasan/sianosis Ekstremitas hangat Kulit dingin dan lembabDiuresis cukup 2 ml/kgBB/jam Ekstremitas dingin

Cairan dan tetesan disesuaikan 1. Lanjutkan cairan kristaloid 20 ml/kgBB/jam

10 ml/kgBB/jam2. Tambahan koloid/plasma dekstran/FPP

Evaluasi ketat 10-20 (max 30) ml/kgBB/jam

Tanda vital Tanda perdarahan 3. Koreksi asidosisDiuresisPantau Hb, Ht, Trombosit Evaluasi 1 jam

Stabil dalam 24 jam

Tetesan 5 ml/kgBB/jam Syok belum teratasi

Tetesan 3 ml/kgBB/jam Syok teratasi Ht turun Ht tetap tinggi/naik

Infus stop tidak melebihi 48 jam Transfusi darah koloid 20 ml/kgBBSetelah syok teratasi segar 10 ml/kgBB

DBD Derajat IVDBD Derajat III

Page 2: Tatalaksana Kasus DBD

Diulang sesuai kebutuhanTatalaksana SJS Pada Anak

TERAPI Dirawat di PICU Hentikan faktor penyebab Topikal

Kulit Kompres NaCL 0,9 % larutan burowi

Mulut Gliserin Kumur-kumur dengan klorheksasidin Anestesia topikal : difenhidramin, diklonin, lidokain Kortikosteroid Pada keadaan sopor/koma atau tak dapat menelan Triamsinolon asetonid 1 mg/kgBB/hari i.m atau Deksametason 5 mg/kali i.v, sehari 4 – 6 kaliBila keadaan membaik (dapat menelan) Prednison 1,5 – 2 mg/kgBB/hari p.o , dalam 4 dosisPenyembuhan klinis tercapai kortikosteroid ↓ bertahap Infus/transfusiBila terdapat vesikel dan bula yang luas infus Darrow glukosa, bergantian dengan

Dekstrosa 5%Bila terdapat purpura bila perlu transfusi darah Antibiotik sistemikIndikasi: infeksi traktus urinarius dan kulit, suspek bakteriemi :Gentamisin 5 mg/kgBB/hari i.v, dalam 2 dosisBila resisten terhadap gentamisin: Netilmisin sulfat 6 mg/kgBB/hari i.v, dalam 2 Dosis. DietRendah garam dan tinggi protein, karena pada pemberian kortikosteroid terjadi retensi Na

dan kehilangan protein

Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi pada anak

Pengobatan1. Memberikan makanan yang banyak mengandung Heme Fe seperti daging dan hati2. Mencari faktor penyebab dan mengobati sesuai standar profesi misalnya terhadap

ankilostomiasis. 3. Sulfas ferosus 3 x 10 mg /kgBB/hari atau Glukonas ferosus 10 mg/kgBB/hari.4. Tranfusi. Diberikan packed red cell, apabila terdapat tanda-tanda gangguan oksigenasi

atau kadar Hb < 6 g%. Jumlah yang diberikan = 3 x BB (kg) x kenaikan Hb yang diinginkan, dengan catatan makin rendah Hb anak maka dosis tiap kali transfusi per hari menjadi semakin kecil (berkisar antara 5-10 cc/kgBB/hari)

Pencegahan

Page 3: Tatalaksana Kasus DBD

Menganjurkan pemberian ASI jangka panjang untuk bayi dan pemberian preparat besi pada bayi prematur sampai usia 1 tahun atau pemberian makanan tambahan yang mengandung suplemen besi pada usia 4 - 6 bulan.

Penatalaksanaan a. Sindroma nefrotik primer

AktivitasBila ada edema anasarka, dispneu, hipertensi → tirah baring.Dietetik Protein normal sesuai RDA yaitu 2 g/kg/hr Rendah garam (1-2 g/hr) selama edema/ mendapat terapi steroid.

DiuretikaRetriksi cairan (30 ml /kgBB/hari) selama ada edema berat dan oliguri. Loop diuretic (furosemid 1–2 mg/kgbb/hr), bila kadar kalium rendah < 3,5 mEq/L dapat dikombinasi dengan spironolakton (1–2 mg/kgbb/hr) diberikan pada edema berat /anasarka. Diuretika lebih dari 1 minggu periksa ulang natrium dan kalium plasma. Bila SN disertai hipovolemia (hipoalbuminemia berat → kadar albumin ≤ 1,5 gr/dl) berikan infus albumin rendah garam 20-25 % 1 g/ kg BB atau plasma sebanyak 15–20 ml /kg BB dalam 1-2 jam, 15-30 menit setelah infus albumin/plasma selesai diberikan furosemid 1–2 mg/kg BB IV.

Antibiotika/antiviral Antibiotika diberikan bila:

Edema anasarka + laserasi kulit → amoksisilin, eritromisin, atau sefaleksin Infeksi → antibiotika yang diberikan disesuaikan dengan derajat berat infeksi Bila terjadi infeksi varicella → asiklovir 80 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis → 7-10

hari sedang pengobatan kortikosteroid stop sementara.

Imunisasi Vaksin virus hidup baru diberikan setelah 6 minggu pengobatan steroid selesai. Kontak dengan penderita varicella → Imunoglobulin varicella-zoster dalam waktu <

72 jam

Tuberkulostatikao Test Mantoux (+) → INH profilaksiso TBC aktif → OAT

Pengobatan KortikosteroidPengobatan steroid untuk sementara tidak boleh diberikan bila dijumpai hal-hal sebagai berikut: hipertensi, infeksi berat (viral/ bakteri), azotemia

Pengobatan inisial Dosis inisial prednison atau prednisolon 60 mg/m2/hari atau 2 mg/kgbb/hari (BB

ideal) maksimal 80 mg/hari selama 4 minggu Remisi (+) pada 4 minggu pertama, dosis alternating 40 mg/m2/hr (2/3 dosis

initial) selang sehari pada pagi hari sudah makan selama 4 minggu lalu stop. Bila

Page 4: Tatalaksana Kasus DBD

remisi terjadi antara minggu ke 5 sampai dengan akhir minggu ke 8, steroid alternating dilanjutkan 4 minggu lagi.

Remisi (-) sampai akhir minggu ke 8 steroid resistenPemeriksaan Laboratorium pada diare anak.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), 2007:

a. Pemeriksaan tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis

2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga

terdapat intoleransi gula.

3) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.14

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH

dan cadangan alkali atau pemeriksaan analisa gas darah menurut Satrup (bila

memungkinkan).

c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum

(terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

e. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara

kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

Pemeriksaan Laboratorium DM tipe 1:

Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl dan 2 jam setelah makan > 200 mg/dl.

Ketonemia, ketonuria.

Glukosuria

Bila hasil meragukan atau asimtomatis, perlu dilakukan uji toleransi glukosa oral

(oral glucosa tolerance test).

Kadar C-peptide.

Marker imunologis : ICA (Islet Cell auto-antibody), IAA (Insulin auto-antibody),

Anti GAD (Glutamic decarboxylase auto-antibody).

Page 5: Tatalaksana Kasus DBD