Upload
buikhue
View
262
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5. Uang . . .
No.14/ 29 /DPU Jakarta, 16 Oktober 2012
SURAT EDARAN
Perihal : Tata Cara Penitipan Sementara Surat yang Berharga
dan Barang Berharga pada Bank Indonesia
Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia
Nomor 14/ 13 /PBI/2012 tentang Penitipan Sementara Surat yang
Berharga dan Barang Berharga pada Bank Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 191, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5350), perlu mengatur Surat Edaran
Bank Indonesia mengenai tata cara penitipan sementara surat yang
berharga dan barang berharga pada Bank Indonesia sebagai berikut:
I. KETENTUAN UMUM
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:
1. Titipan adalah barang milik pihak lain yang dititipkan
sementara dan ditatausahakan pada Bank Indonesia.
2. Penitip adalah pihak tertentu yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yang dapat melakukan penitipan sementara pada
Bank Indonesia.
3. Surat yang Berharga adalah dokumen yang mempunyai nilai
bagi Penitip yang tidak dapat diperdagangkan di pasar uang
dan/atau pasar modal.
4. Sekuritas adalah surat berharga dalam bentuk fisik (warkat)
yang mempunyai nilai uang baik yang diperdagangkan
maupun yang tidak dapat diperdagangkan di pasar uang dan
pasar modal.
2
4. Titipan . . .
5. Uang Rupiah Palsu adalah suatu benda yang bahan, ukuran,
warna, gambar, dan/atau desainnya menyerupai Rupiah yang
dibuat, dibentuk, dicetak, digandakan, diedarkan, atau
digunakan sebagai alat pembayaran secara melawan hukum.
6. Uang Rupiah Tiruan adalah suatu benda yang bahan, ukuran,
warna, gambar, dan/atau desainnya menyerupai Rupiah yang
dibuat, dibentuk, dicetak, digandakan, atau diedarkan, tidak
digunakan sebagai alat pembayaran dengan merendahkan
kehormatan Rupiah sebagai simbol negara.
7. Bukti Titipan Sementara yang selanjutnya disingkat BTS
adalah bukti penerimaan Titipan pada Bank Indonesia.
8. Bukti Titipan Sementara Pengganti yang selanjutnya disingkat
BTS Pengganti adalah bukti untuk menggantikan BTS yang
hilang atau rusak.
9. Bukti Penyerahan Titipan yang selanjutnya disingkat BPT
adalah bukti penyerahan Titipan oleh Bank Indonesia.
II. PRINSIP UMUM
1. Bank Indonesia dapat menerima Titipan dari Penitip yang
merupakan Titipan tertutup.
2. Titipan sebagaimana dimaksud pada angka 1 terdiri atas:
a. Surat Yang Berharga, antara lain sertifikat tanah dan
dokumen perjanjian;
b. Sekuritas, antara lain saham dan obligasi; dan
c. barang berharga, antara lain uang baik dalam Rupiah
maupun valuta asing, logam mulia, platina dan batu
mulia.
3. Bank Indonesia dapat menerima Titipan dari Penitip berupa
Uang Rupiah Palsu dan Uang Rupiah Tiruan.
3
b. permohonan . . .
4. Titipan sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 3
harus memiliki kriteria sebagai berikut:
a. dalam rangka membantu pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan; dan/atau
b. dalam rangka penyitaan oleh penyidik dan/atau
penetapan sita oleh pengadilan tingkat pertama dalam
perkara pidana, perdata atau tata usaha negara dalam
rangka penanganan kasus yang berdampak luas.
5. Titipan sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 3
bukan merupakan Titipan yang dianggap berbahaya atau
dilarang oleh Pemerintah atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
6. Penitip sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 3
terdiri atas:
a. kementerian negara/lembaga pemerintah non
kementerian negara/lembaga negara;
b. pengadilan tingkat pertama atau lembaga yang
mempunyai kewenangan penyidikan berdasarkan Undang-
Undang;
c. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota; dan
d. pihak internal Bank Indonesia.
7. Penitipan di Bank Indonesia memiliki jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal penitipan, dan dapat
diperpanjang paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
jatuh waktu penitipan untuk setiap perpanjangan.
8. Bank Indonesia tidak mengenakan biaya atas Titipan yang
ditatausahakan pada Bank Indonesia.
9. Bank Indonesia mengkategorikan Titipan menjadi Titipan
kedaluwarsa apabila:
a. Titipan telah jatuh waktu dan tidak diambil oleh Penitip;
4
3. Surat . . .
b. permohonan perpanjangan secara tertulis dari Penitip
diterima setelah lewat jatuh waktu Titipan; atau
c. Bank Indonesia telah memutuskan hubungan penitipan,
dan tidak diambil oleh Penitip.
10. Penitip harus mengambil Titipan yang telah jatuh waktu atau
Titipan kedaluwarsa di Bank Indonesia.
11. Bank Indonesia dibebaskan dari tanggung jawab apabila
terjadi kehilangan, kerusakan, penyusutan, kedaluwarsa
dan/atau hal-hal lain yang mungkin timbul atas Titipan yang
mengakibatkan berkurangnya nilai, kualitas dan/atau fisik
Titipan.
III. PENERIMAAN TITIPAN
Tata cara penerimaan Titipan diatur sebagai berikut:
1. Calon Penitip yang bermaksud melakukan penitipan barang
sebagaimana dimaksud dalam butir II.1 dan butir II.2 pada
Bank Indonesia, terlebih dahulu menyampaikan surat
permohonan yang ditandatangani oleh pemimpin instansi
Penitip kepada:
a. Departemen Pengedaran Uang, Bank Indonesia, JI. M.H.
Thamrin No.2, Jakarta 10350, bagi calon Penitip yang
berdomisili di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.
b. Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia
(KPw DN), bagi calon Penitip yang berdomisili di wilayah
kerja KPw DN setempat.
2. Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1
disampaikan kepada Departemen Pengedaran Uang atau
KPw DN sesuai dengan pembagian wilayah kerja sebagaimana
pada Lampiran-I yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.
5
dengan . . .
3. Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1
memuat:
a. jenis, dimensi dan volume barang yang akan dititipkan;
b. jangka waktu penitipan; dan
c. pernyataan bahwa barang yang akan dititipkan bukan
merupakan barang yang berbahaya atau dilarang oleh
Pemerintah atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebagaimana dimaksud dalam butir II.5.
4. Bank Indonesia memastikan kesesuaian jenis barang yang
akan dititipkan dalam surat permohonan sebagaimana
dimaksud pada angka 3 dengan persyaratan dan kriteria
penitipan.
5. Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kepada calon
Penitip perihal persetujuan awal atau penolakan permohonan
penitipan di Bank Indonesia paling lama 14 (empat belas) hari
kerja sejak surat permohonan diterima oleh Bank Indonesia.
6. Dalam hal permohonan disetujui, pemimpin instansi dari
calon Penitip harus datang ke kantor Bank Indonesia dengan
membawa dan menyerahkan asli surat persetujuan Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud pada angka 5, fotokopi
identitas pemimpin instansi tersebut dan barang yang akan
dititipkan, untuk melakukan penitipan di Bank Indonesia.
Yang dimaksud dengan pemimpin instansi dari calon Penitip,
misalnya Kepala Kejaksaan Negeri untuk Kejaksaan Negeri,
Direktur Jenderal untuk Direktorat Jenderal, Direktur untuk
Direktorat, Kepala Kantor Wilayah untuk Kantor Wilayah,
Kepala Kepolisian Resor untuk Kepolisian Resor.
7. Dalam hal pemimpin instansi dari calon Penitip tidak dapat
datang ke kantor Bank Indonesia maka yang bersangkutan
menugaskan pejabat/pegawai instansi calon Penitip disertai
6
d. menandatangani . . .
dengan surat kuasa khusus, untuk melakukan penitipan di
Bank Indonesia yang ditandatangani oleh pemimpin dari
instansi yang bersangkutan.
8. Pejabat/pegawai instansi calon Penitip sebagaimana
dimaksud pada angka 7, membawa dan menyerahkan:
a. asli surat persetujuan Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud pada angka 5;
b. asli surat kuasa khusus; dan
c. fotokopi identitas pemberi dan penerima kuasa yang
masih berlaku yang tercantum dalam surat kuasa khusus
sebagaimana dimaksud pada huruf b.
9. Calon Penitip memperlihatkan barang yang akan dititipkan
kepada petugas Bank Indonesia, untuk mengetahui
kesesuaian jenis barang yang akan dititipkan dengan
informasi yang tercantum dalam surat permohonan
sebagaimana dimaksud pada angka 3.
10. Apabila barang yang diperlihatkan untuk dititipkan tidak
sesuai dengan informasi yang tercantum dalam surat
permohonan, Bank Indonesia menolak penitipan dengan
menyampaikan surat pemberitahuan penolakan kepada calon
Penitip.
11. Apabila barang yang diperlihatkan untuk dititipkan telah
sesuai dengan surat permohonan maka Penitip dihadapan
petugas Bank Indonesia melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. melakukan pengemasan terhadap Titipan yang
ditempatkan dalam suatu wadah;
b. menyegel kemasan;
c. membubuhkan tanda tangan pada kemasan yang telah
disegel; dan
7
25 September 2012 . . .
d. menandatangani BTS sebagai bukti sah penitipan,
sebagaimana terlampir pada Lampiran-II yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank
Indonesia ini.
12. Dalam hal angka 11 telah dilakukan maka Bank Indonesia
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. mengisi formulir BTS berdasarkan informasi dari Penitip;
b. menandatangani BTS sebagai bukti sah penerimaan
Titipan bersama-sama dengan Penitip; dan
c. menyerahkan lembar pertama BTS kepada Penitip.
IV. PENGAMBILAN TITIPAN
Tata cara pengambilan Titipan baik pada tanggal jatuh waktu
maupun sebelum tanggal jatuh waktu diatur sebagai berikut:
1. Penitip dapat mengambil Titipan pada tanggal jatuh waktu
atau sebelum tanggal jatuh waktu, dengan menyampaikan
permohonan secara tertulis sebelumnya kepada Bank
Indonesia yang menerbitkan BTS paling lambat diterima oleh
Bank Indonesia 14 (empat belas) hari kerja sebelum tanggal
pengambilan Titipan. Penyampaian surat permohonan
pengambilan Titipan disertai fotokopi lembar pertama BTS.
Contoh:
a. pengambilan Titipan pada tanggal jatuh waktu
Jatuh waktu Titipan pada tanggal 28 September 2012
maka permohonan tertulis dari Penitip paling lambat
diterima oleh Bank Indonesia pada tanggal 10 September
2012.
b. pengambilan Titipan sebelum tanggal jatuh waktu
Jatuh waktu Titipan pada tanggal 28 September 2012,
dan Penitip akan mengambil Titipan pada tanggal
8
menugaskan . . .
25 September 2012 maka permohonan tertulis dari
Penitip paling lambat diterima oleh Bank Indonesia pada
tanggal 5 September 2012.
2. Dalam hal Penitip menyampaikan permohonan pengambilan
Titipan kurang dari batas waktu sebagaimana dimaksud pada
angka 1 maka Bank Indonesia menyerahkan Titipan paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah tanggal diterimanya
surat permohonan oleh Bank Indonesia.
Contoh:
a. pengambilan Titipan pada tanggal jatuh waktu
Jatuh waktu Titipan pada tanggal 28 September 2012,
tetapi permohonan tertulis dari Penitip baru diterima oleh
Bank Indonesia pada tanggal 14 September 2012 maka
Bank Indonesia menyerahkan Titipan kepada Penitip
paling lambat pada tanggal 4 Oktober 2012.
b. pengambilan Titipan sebelum tanggal jatuh waktu
Jatuh waktu Titipan pada tanggal 28 September 2012,
dan Penitip akan mengambil Titipan pada tanggal
25 September 2012, tetapi permohonan tertulis dari
Penitip baru diterima oleh Bank Indonesia pada tanggal
10 September 2012 maka Bank Indonesia menyerahkan
Titipan kepada Penitip paling lambat pada tanggal
28 September 2012.
3. Untuk melakukan pengambilan Titipan di Bank Indonesia,
pemimpin instansi dari Penitip harus datang ke kantor Bank
Indonesia dengan membawa dan menyerahkan asli lembar
pertama BTS sebagaimana dimaksud pada dalam butir III.12.c
dan fotokopi identitas pemimpin instansi tersebut.
4. Dalam hal pemimpin instansi dari Penitip tidak dapat datang
ke kantor Bank Indonesia maka yang bersangkutan
9
maka . . .
menugaskan pejabat/pegawai instansi Penitip disertai dengan
surat kuasa khusus, untuk melakukan pengambilan Titipan
di Bank Indonesia yang ditandatangani oleh pemimpin dari
instansi yang bersangkutan.
5. Pejabat/pegawai instansi Penitip yang diberi kuasa tersebut
membawa dan menyerahkan:
a. asli surat kuasa khusus;
b. asli lembar pertama BTS; dan
c. fotokopi identitas diri pemberi dan penerima kuasa yang
masih berlaku yang tercantum dalam surat kuasa khusus
sebagaimana dimaksud pada huruf a.
6. Dalam hal pemimpin instansi dari Penitip yang datang untuk
melakukan pengambilan Titipan di Bank Indonesia, Bank
Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap keaslian lembar
pertama BTS untuk dicocokkan dengan lembar kedua BTS
yang ditatausahakan di Bank Indonesia, dan pemeriksaan
terhadap identitas pemimpin instansi tersebut.
7. Dalam hal pejabat/pegawai instansi Penitip yang diberi kuasa
yang datang untuk melakukan pengambilan Titipan di Bank
Indonesia, Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap:
a. keabsahan surat kuasa khusus;
b. keaslian lembar pertama BTS untuk dicocokkan dengan
lembar kedua BTS yang ditatausahakan di Bank
Indonesia; dan
c. identitas pemberi dan penerima kuasa yang masih berlaku
yang tercantum dalam surat kuasa khusus sebagaimana
dimaksud pada butir 5.a.
8. Dalam hal hasil pemeriksaan atas dokumen sebagaimana
dimaksud pada angka 6 atau angka 7, telah sesuai
10
lampirannya . . .
maka Bank Indonesia menyerahkan kemasan yang berisi
Titipan dalam kondisi masih tersegel kepada Penitip.
9. Bank Indonesia menerbitkan BPT sebagaimana pada
Lampiran-III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Surat Edaran Bank Indonesia ini, dan ditandatangani
oleh Penitip dan Bank Indonesia.
10. Lembar pertama BPT sebagaimana dimaksud pada angka 9,
ditatausahakan oleh Bank Indonesia sebagai bukti sah bahwa
Titipan telah diserahkan kepada Penitip.
11. Lembar kedua BPT sebagaimana dimaksud pada angka 9,
diserahkan oleh Bank Indonesia kepada Penitip sebagai bukti
sah pengambilan Titipan.
12. Penitip harus mengambil seluruh Titipan secara sekaligus dari
Bank Indonesia, sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam
BTS.
V. PENGGANTIAN BUKTI TITIPAN SEMENTARA
Tata cara penggantian BTS yang hilang atau rusak diatur sebagai
berikut:
1. Penggantian BTS yang hilang
a. Pemimpin dari instansi Penitip menyampaikan surat
permohonan penggantian BTS yang hilang kepada kantor
Bank Indonesia yang menerbitkan BTS dengan
melampirkan fotokopi surat keterangan kehilangan BTS
yang diterbitkan oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia setempat yang mencantumkan antara lain
informasi jenis barang yang dititipkan di Bank Indonesia.
b. Bank Indonesia melakukan verifikasi terhadap dokumen
sebagaimana dimaksud pada huruf a, dengan cara
melakukan pencocokan surat permohonan beserta
11
Indonesia . . .
lampirannya dengan lembar kedua BTS yang
ditatausahakan di Bank Indonesia.
c. Dalam hal hasil verifikasi dokumen sebagaimana
dimaksud pada huruf b telah sesuai maka Bank Indonesia
menyampaikan surat pemberitahuan persetujuan
penggantian BTS yang hilang kepada Penitip paling lambat
14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal diterimanya surat
permohonan penggantian BTS yang hilang sebagaimana
dimaksud pada huruf a oleh Bank Indonesia.
d. Dalam hal hasil verifikasi dokumen sebagaimana
dimaksud pada huruf b tidak sesuai maka Bank Indonesia
menyampaikan surat pemberitahuan penolakan
penggantian BTS yang hilang dan informasi permintaan
kepada Penitip untuk melengkapi dokumen, paling lambat
14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal diterimanya surat
permohonan penggantian BTS yang hilang sebagaimana
dimaksud pada huruf a oleh Bank Indonesia.
e. Sesuai surat pemberitahuan persetujuan penggantian BTS
yang hilang sebagaimana dimaksud pada huruf c,
pemimpin dari instansi Penitip harus datang ke kantor
Bank Indonesia yang menerbitkan BTS dengan membawa
asli surat keterangan kehilangan BTS yang diterbitkan
oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat dan
fotokopi identitas pemimpin instansi tersebut.
f. Dalam hal pemimpin dari instansi Penitip tidak dapat
datang ke kantor Bank Indonesia maka yang
bersangkutan menugaskan pejabat/pegawai dari instansi
Penitip disertai dengan surat kuasa khusus, untuk
mengurus penggantian BTS yang hilang di kantor Bank
12
k. BTS . . .
Indonesia yang ditandatangani oleh pemimpin dari
instansi yang bersangkutan.
g. Pejabat/pegawai instansi Penitip yang diberikan kuasa
tersebut membawa dan menyerahkan:
1) asli surat keterangan kehilangan BTS yang diterbitkan
oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat;
2) asli surat kuasa khusus; dan
3) fotokopi identitas pemberi dan penerima kuasa yang
masih berlaku yang tercantum dalam surat kuasa
khusus sebagaimana dimaksud pada angka 2).
h. Dalam hal pemimpin instansi dari Penitip yang datang
untuk mengurus penggantian BTS yang hilang di Bank
Indonesia, Bank Indonesia melakukan pemeriksaan
terhadap surat keterangan kehilangan BTS yang
diterbitkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia
setempat dan identitas pemimpin instansi tersebut.
i. Dalam hal pejabat/pegawai instansi Penitip yang
diberikan kuasa yang datang untuk mengurus
penggantian BTS yang hilang di Bank Indonesia, Bank
Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap:
1) surat keterangan kehilangan BTS yang diterbitkan
oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat;
2) keabsahan surat kuasa khusus; dan
3) identitas pemberi dan penerima kuasa yang masih
berlaku yang tercantum dalam surat kuasa khusus
sebagaimana dimaksud pada angka 2).
j. Dalam hal hasil pemeriksaan atas dokumen sebagaimana
dimaksud pada huruf h atau huruf i, telah sesuai maka
Bank Indonesia menerbitkan BTS Pengganti.
13
lambat . . .
k. BTS Pengganti ditandatangani oleh Bank Indonesia dan
pemimpin dari instansi Penitip sebagaimana dimaksud
pada huruf h atau pejabat/pegawai dari instansi Penitip
sebagaimana dimaksud pada huruf i, di kantor Bank
Indonesia yang menerbitkan BTS Pengganti.
l. Bank Indonesia menyerahkan lembar pertama BTS
Pengganti kepada Penitip sebagaimana dimaksud pada
huruf k.
2. Penggantian BTS yang rusak
a. Pemimpin dari instansi Penitip menyampaikan surat
permohonan penggantian BTS yang rusak dengan
melampirkan fotokopi BTS yang rusak kepada Bank
Indonesia.
b. Dalam hal BTS yang rusak tidak lagi terlihat nomor dan
informasi dalam BTS yang rusak tersebut maka dalam
surat permohonan penggantian BTS yang rusak
sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilampirkan surat
pernyataan dari pemimpin dari instansi Penitip bahwa
lembar pertama BTS yang rusak tersebut adalah milik
instansi yang bersangkutan dan penyebab kerusakan
lembar pertama BTS.
c. Bank Indonesia melakukan verifikasi terhadap dokumen
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan/atau huruf b,
dengan cara melakukan pencocokan surat permohonan
beserta lampirannya dengan lembar kedua BTS yang
ditatausahakan di Bank Indonesia.
d. Dalam hal hasil verifikasi dokumen sebagaimana
dimaksud pada huruf c telah sesuai maka Bank Indonesia
menyampaikan surat pemberitahuan persetujuan
penggantian BTS yang rusak kepada Penitip paling
14
3) fotokopi . . .
lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal
diterimanya surat permohonan penggantian BTS yang
rusak sebagaimana dimaksud pada huruf a oleh Bank
Indonesia.
e. Dalam hal hasil verifikasi dokumen sebagaimana
dimaksud pada huruf c tidak sesuai maka Bank Indonesia
menyampaikan surat pemberitahuan penolakan
penggantian BTS yang rusak dan informasi permintaan
kepada Penitip untuk melengkapi dokumen, paling lambat
14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal diterimanya surat
permohonan penggantian BTS yang rusak sebagaimana
dimaksud pada huruf a oleh Bank Indonesia.
f. Sesuai surat pemberitahuan persetujuan penggantian BTS
yang rusak sebagaimana dimaksud pada huruf d,
pemimpin dari instansi Penitip harus datang ke kantor
Bank Indonesia yang menerbitkan BTS dengan membawa
asli BTS yang rusak dan fotokopi identitas pemimpin
instansi tersebut.
g. Dalam hal pemimpin dari instansi Penitip tidak dapat
datang ke kantor Bank Indonesia maka yang
bersangkutan menugaskan pejabat/pegawai dari instansi
Penitip disertai dengan surat kuasa khusus, untuk
mengurus penggantian BTS yang rusak di Bank Indonesia
yang ditandatangani oleh pemimpin dari instansi yang
bersangkutan.
h. Pejabat/pegawai instansi Penitip yang diberikan kuasa
tersebut membawa dan menyerahkan:
1) asli BTS yang rusak;
2) asli surat kuasa khusus; dan
15
VI. PERPANJANGAN . . .
3) fotokopi identitas pemberi dan penerima kuasa yang
masih berlaku yang tercantum dalam surat kuasa
khusus sebagaimana dimaksud pada angka 2).
i. Dalam hal pemimpin instansi dari Penitip yang datang
untuk melakukan penggantian BTS yang rusak di Bank
Indonesia, Bank Indonesia melakukan pemeriksaan
terhadap BTS yang rusak dan identitas pemimpin instansi
tersebut.
j. Dalam hal pejabat/pegawai instansi Penitip yang
diberikan kuasa yang datang untuk mengurus
penggantian BTS yang rusak di Bank Indonesia, Bank
Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap:
1) keaslian BTS yang rusak;
2) keabsahan surat kuasa khusus; dan
3) fotokopi identitas pemberi dan penerima kuasa yang
masih berlaku yang tercantum dalam surat kuasa
khusus sebagaimana dimaksud pada angka 2).
k. Dalam hal hasil pemeriksaan atas dokumen sebagaimana
dimaksud pada huruf i atau huruf j, telah sesuai maka
Bank Indonesia menerbitkan BTS Pengganti.
l. BTS Pengganti ditandatangani oleh Bank Indonesia dan
pemimpin dari instansi Penitip sebagaimana dimaksud
pada huruf i atau pejabat/pegawai dari instansi Penitip
sebagaimana dimaksud pada huruf j, di kantor Bank
Indonesia yang menerbitkan BTS Pengganti.
m. Bank Indonesia menyerahkan lembar pertama BTS
Pengganti kepada Penitip sebagaimana dimaksud pada
huruf l.
16
6. Pejabat . . .
VI. PERPANJANGAN JANGKA WAKTU TITIPAN
Tata cara perpanjangan jangka waktu Titipan diatur sebagai
berikut:
1. Pemimpin dari instansi Penitip menyampaikan surat
permohonan perpanjangan jangka waktu Titipan kepada Bank
Indonesia yang menerbitkan BTS dengan melampirkan
fotokopi lembar pertama BTS.
2. Surat permohonan perpanjangan jangka waktu Titipan
sebagaimana dimaksud pada angka 1, harus sudah diterima
oleh Bank Indonesia paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
sebelum tanggal jatuh waktu Titipan.
3. Berdasarkan permohonan perpanjangan jangka waktu Titipan
sebagaimana dimaksud pada angka 1, Bank Indonesia
memberitahukan secara tertulis perihal persetujuan atau
penolakan perpanjangan jangka waktu Titipan kepada Penitip
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
surat permohonan perpanjangan beserta lampirannya.
4. Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu Titipan
disetujui, pemimpin dari instansi Penitip harus datang ke
kantor Bank Indonesia dengan membawa dan menyerahkan:
a. asli surat persetujuan perpanjangan dari Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada angka 3;
b. asli lembar pertama BTS; dan
c. fotokopi identitas pemimpin dari instansi tersebut.
5. Dalam hal pemimpin dari instansi Penitip tidak dapat datang
ke kantor Bank Indonesia maka yang bersangkutan
menugaskan pejabat/pegawai dari instansi Penitip disertai
dengan surat kuasa khusus, untuk mengurus perpanjangan
jangka waktu Titipan di Bank Indonesia yang ditandatangani
oleh pemimpin dari instansi yang bersangkutan.
17
d. identitas . . .
6. Pejabat/pegawai instansi Penitip yang diberikan kuasa
tersebut membawa dan menyerahkan:
a. asli surat persetujuan perpanjangan dari Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada angka 3;
b. asli lembar pertama BTS;
c. asli surat kuasa khusus; dan
d. fotokopi identitas pemberi dan penerima kuasa yang
masih berlaku yang tercantum dalam surat kuasa khusus
sebagaimana dimaksud pada huruf c.
7. Dalam hal pemimpin instansi dari Penitip yang datang untuk
mengurus perpanjangan jangka waktu Titipan di Bank
Indonesia, Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap:
a. surat persetujuan perpanjangan dari Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada angka 3;
b. keaslian lembar pertama BTS yang dicocokkan dengan
lembar kedua BTS yang ditatausahakan di Bank
Indonesia; dan
c. identitas pemimpin dari instansi tersebut.
8. Dalam hal pejabat/pegawai instansi Penitip yang diberikan
kuasa yang datang untuk mengurus perpanjangan jangka
waktu Titipan di Bank Indonesia, Bank Indonesia melakukan
pemeriksaan terhadap:
a. surat persetujuan perpanjangan dari Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada angka 3;
b. keaslian lembar pertama BTS yang dicocokkan dengan
lembar kedua BTS yang ditatausahakan di Bank
Indonesia;
c. keabsahan surat kuasa khusus; dan
18
b. perpanjangan . . .
d. identitas pemberi dan penerima kuasa yang masih
berlaku yang tercantum dalam surat kuasa khusus
sebagaimana dimaksud pada huruf c.
9. Dalam hal hasil pemeriksaan atas dokumen sebagaimana
dimaksud pada angka 7 atau angka 8, telah sesuai maka
Bank Indonesia menerbitkan BTS Perpanjangan.
10. BTS Perpanjangan ditandatangani oleh Bank Indonesia dan
pemimpin dari instansi Penitip sebagaimana dimaksud pada
angka 7 atau pejabat/pegawai dari instansi Penitip
sebagaimana dimaksud pada angka 8 di kantor Bank
Indonesia yang menerbitkan BTS Perpanjangan.
11. Bank Indonesia menyerahkan lembar pertama BTS
Perpanjangan kepada Penitip sebagaimana dimaksud pada
angka 10.
VII. WAKTU PELAKSANAAN PENERIMAAN, PENYERAHAN TITIPAN,
PENGGANTIAN BUKTI TITIPAN SEMENTARA DAN
PERPANJANGAN JANGKA WAKTU TITIPAN
1. Waktu pelaksanaan:
a. penerimaan Titipan;
b. penyerahan Titipan;
c. penggantian BTS yang hilang atau rusak; atau
d. perpanjangan jangka waktu Titipan,
dilakukan pada hari kerja kecuali pada hari Jum’at, pada
pukul 08.00 waktu setempat sampai dengan pukul 14.00
waktu setempat.
2. Dalam hal tanggal jatuh waktu Titipan bukan pada hari kerja
sebagaimana dimaksud pada angka 1 maka waktu
pelaksanaan:
a. penyerahan Titipan; atau
19
huruf . . .
b. perpanjangan jangka waktu Titipan,
dilakukan pada hari kerja sebelumnya.
VIII. PENYELESAIAN TITIPAN KEDALUWARSA
Tata cara penyelesaian Titipan kedaluwarsa diatur sebagai berikut:
1. Dalam hal Titipan dikategorikan sebagai Titipan kedaluwarsa,
Bank Indonesia menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
kepada Penitip mengenai penyelesaian Titipan kedaluwarsa
dan keharusan Penitip mengambil Titipan kedaluwarsa.
2. Penyampaian surat pemberitahuan kepada Penitip
sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan sebanyak
3 (tiga) kali, dengan rentang waktu 14 (empat belas) hari kerja
untuk masing-masing pemberitahuan.
3. Untuk surat pemberitahuan ketiga sebagaimana dimaksud
pada angka 2, Penitip diharuskan mengambil Titipan
kedaluwarsa paling lambat akhir bulan yang bersangkutan
sejak tanggal surat pemberitahuan ketiga.
Contoh:
a. surat pemberitahuan pertama keharusan mengambil
Titipan kedaluwarsa disampaikan pada tanggal
3 September 2012;
b. dalam hal Penitip tidak melakukan pengambilan Titipan
kedaluwarsa dalam rentang waktu dalam surat
pemberitahuan pertama sebagaimana dimaksud pada
huruf a maka disampaikan surat pemberitahuan kedua
keharusan mengambil Titipan kedaluwarsa pada tanggal
20 September 2012; atau
c. dalam hal Penitip tidak melakukan pengambilan Titipan
kedaluwarsa dalam rentang waktu dalam surat
pemberitahuan kedua sebagaimana dimaksud pada
20
Bank . . .
huruf b maka disampaikan surat pemberitahuan ketiga
keharusan mengambil Titipan kedaluwarsa pada tanggal
9 Oktober 2012. Penitip diharuskan mengambil Titipan
kedaluwarsa di Bank Indonesia paling lambat pada
tanggal 31 Oktober 2012.
4. Penitip yang akan mengambil Titipan kedaluwarsa
berdasarkan surat pemberitahuan pertama, surat
pemberitahuan kedua atau surat pemberitahuan ketiga dari
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada angka 2,
menyampaikan surat permohonan pengambilan Titipan
kedaluwarsa kepada Bank Indonesia yang menerbitkan BTS
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum pengambilan
Titipan kedaluwarsa, dengan melampirkan:
a. fotokopi surat pemberitahuan dari Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada angka 2; dan
b. fotokopi lembar pertama BTS.
Contoh:
Pengambilan Titipan kedaluwarsa pada tanggal 28 September
2012 maka surat permohonan dari Penitip paling lambat
diterima oleh Bank Indonesia pada tanggal 19 September
2012.
5. Dalam hal Penitip menyampaikan surat permohonan
pengambilan Titipan kedaluwarsa kurang dari batas waktu
sebagaimana dimaksud pada angka 4 maka Bank Indonesia
menyerahkan Titipan kedaluwarsa paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja setelah tanggal diterimanya surat permohonan
pengambilan.
Contoh:
Pengambilan Titipan kedaluwarsa pada tanggal 28 September
2012, tetapi surat permohonan dari Penitip baru diterima oleh
21
a. surat . . .
Bank Indonesia pada tanggal 21 September 2012 maka Bank
Indonesia akan menyerahkan Titipan kedaluwarsa paling
lambat pada tanggal 2 Oktober 2012.
6. Pemimpin dari instansi Penitip sesuai dengan surat
pemberitahuan dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
pada angka 2, harus datang ke kantor Bank Indonesia untuk
mengambil Titipan kedaluwarsa dengan membawa dan
menyerahkan:
a. asli surat pemberitahuan dari Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada angka 2;
b. asli lembar pertama BTS; dan
c. fotokopi identitas pemimpin dari instansi tersebut.
7. Dalam hal pemimpin instansi dari Penitip tidak dapat datang
ke kantor Bank Indonesia maka yang bersangkutan
menugaskan pejabat/pegawai instansi Penitip disertai dengan
surat kuasa khusus, untuk melakukan pengambilan Titipan
kedaluwarsa di Bank Indonesia yang ditandatangani oleh
pemimpin dari instansi yang bersangkutan.
8. Pejabat/pegawai instansi Penitip yang diberi kuasa tersebut
membawa dan menyerahkan:
a. asli surat pemberitahuan dari Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada angka 2;
b. asli lembar pertama BTS;
c. asli surat kuasa khusus; dan
d. fotokopi identitas pemberi dan penerima kuasa yang
masih berlaku yang tercantum dalam surat kuasa khusus
sebagaimana dimaksud pada huruf c.
9. Dalam hal pemimpin instansi dari Penitip yang datang untuk
mengambil Titipan kedaluwarsa di Bank Indonesia, Bank
Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap:
22
13. Lembar . . .
a. surat pemberitahuan dari Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud pada angka 2;
b. keaslian lembar pertama BTS untuk dicocokkan dengan
lembar kedua BTS yang ditatausahakan di Bank
Indonesia; dan
c. identitas pemimpin dari instansi tersebut.
10. Dalam hal pejabat/pegawai instansi Penitip yang diberikan
kuasa yang datang untuk mengambil Titipan kedaluwarsa di
Bank Indonesia, Bank Indonesia melakukan pemeriksaan
terhadap:
a. surat pemberitahuan dari Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud pada angka 2;
b. keaslian lembar pertama BTS untuk dicocokkan dengan
lembar kedua BTS yang ditatausahakan di Bank
Indonesia;
c. keabsahan surat kuasa khusus; dan
d. identitas pemberi dan penerima kuasa yang masih
berlaku yang tercantum dalam surat kuasa khusus
sebagaimana dimaksud pada huruf c.
11. Dalam hal hasil pemeriksaan atas dokumen sebagaimana
dimaksud pada angka 9 atau angka 10, telah sesuai maka
Bank Indonesia menyerahkan kemasan yang berisi Titipan
kedaluwarsa dalam kondisi masih tersegel kepada Penitip.
12. Bank Indonesia menerbitkan BPT dan ditandatangani oleh
Bank Indonesia dan pemimpin dari instansi Penitip
sebagaimana dimaksud pada angka 9 atau pejabat/pegawai
dari instansi Penitip sebagaimana dimaksud pada angka 10
di kantor Bank Indonesia yang menerbitkan BPT.
23
dan . . .
13. Lembar pertama BPT sebagaimana dimaksud pada angka 12,
ditatausahakan oleh Bank Indonesia sebagai bukti sah bahwa
Titipan kedaluwarsa telah diserahkan kepada Penitip.
14. Lembar kedua BPT sebagaimana dimaksud pada angka 12,
diserahkan oleh Bank Indonesia kepada Penitip sebagai bukti
sah pengambilan Titipan kedaluwarsa.
15. Penitip harus mengambil seluruh Titipan kedaluwarsa secara
sekaligus dari Bank Indonesia, sesuai dengan jumlah yang
tercantum dalam BTS.
16. Dalam hal Penitip melakukan pengambilan Titipan
kedaluwarsa, dan Titipan kedaluwarsa belum dialihkan
kepada pihak yang berwenang sebagaimana dimaksud pada
butir 17.b di bawah, diberlakukan tata cara pengambilan
Titipan kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada angka 6
sampai dengan angka 15.
17. Dalam hal Penitip tidak memberikan tanggapan atas surat
pemberitahuan Titipan kedaluwarsa dari Bank Indonesia dan
tidak melakukan pengambilan Titipan kedaluwarsa sampai
dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 2
dan angka 3 maka Bank Indonesia:
a. mengembalikan Titipan kedaluwarsa secara langsung
kepada Penitip; atau
b. mengalihkan Titipan kedaluwarsa sebagaimana dimaksud
dalam butir II.2 kepada pihak yang berwenang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam hal Penitip tidak diketahui keberadaannya.
18. Dalam hal Penitip tidak memberikan tanggapan atas surat
pemberitahuan Titipan kedaluwarsa dari Bank Indonesia dan
tidak melakukan pengambilan Titipan kedaluwarsa sampai
dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 2
24
X. PENUTUP . . .
dan angka 3 maka Bank Indonesia mengembalikan Titipan
kedaluwarsa sebagaimana dimaksud dalam butir II.3 secara
langsung kepada Penitip.
IX. PEMUTUSAN HUBUNGAN PENITIPAN OLEH BANK INDONESIA
1. Bank Indonesia dapat melakukan pemutusan hubungan
penitipan dengan pertimbangan antara lain keterbatasan
kapasitas ruangan penyimpanan.
2. Tata cara pemutusan hubungan penitipan oleh Bank
Indonesia diatur sebagai berikut:
a. Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kepada
Penitip perihal pemutusan hubungan penitipan disertai
alasannya paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
sebelum tanggal pemutusan hubungan penitipan.
b. Penitip harus mengambil Titipan paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja sejak tanggal surat pemberitahuan
pemutusan hubungan penitipan sebagaimana dimaksud
pada huruf a.
c. Terhadap pengambilan Titipan yang telah dilakukan
pemutusan hubungan penitipan oleh Bank Indonesia,
diberlakukan tata cara pengambilan Titipan sebagaimana
dimaksud dalam angka IV.
d. Dalam hal Penitip tidak mengambil Titipan sebagaimana
dimaksud pada huruf b, diberlakukan tata cara
penyelesaian terhadap Titipan kedaluwarsa sebagaimana
dimaksud dalam angka VIII.
25
X. PENUTUP
Pada saat Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku,
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/21/DPM tanggal 1 Juli
2005 perihal Tata Cara Penyimpanan Sekuritas, Surat yang
Berharga dan Barang Berharga pada Bank Indonesia sebagaimana
telah diubah dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
11/20/DPM tanggal 4 Agustus 2009, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada
tanggal 16 Oktober 2012.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengumuman Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Demikian agar Saudara maklum.
BANK INDONESIA,
GATOT SUGIONO S.
KEPALA DEPARTEMEN PENGEDARAN UANG