Upload
supak-silawani
View
128
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbesar, bahkan
sepertiga dari kematian di seluruh dunia. Kematian akibat penyakit jantung dan
pembuluh di Indonesia sebesar 26,3 % . Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan rasio penderita gagal jantung di dunia satu sampai lima orang
setiap 1.000 penduduk.
Prevalensi gagal jantung di Amerika Serikat mencapai 4,8 juta orang dengan
500.000 kasus baru per tahunnya. Penyakit ini merupakan penyebab utama perawatan
di rumah sakit pada pasien diatas usia 65 tahun. Angka kematian pasien gagal jantung
diastolik berkisar 5-8% sedangkan angka kematian gagal jantung sistolik berkisar 10-
15%.2 Di Indonesia belum ada angka pasti tentang prevalensi penyakit gagal jantung,
di RS Jantung Harapan Kita, setiap hari ada sekitar 400-500 pasien berobat jalan dan
sekitar 65% adalah pasien gagal jantung (Fahri, 2010).
Penyakit jantung dapat diketahui melalui pemeriksaan oleh dokter. Selain
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat, salah satu pemeriksaan yang
sering digunakan adalah menggunakan teknik pencitraan atau radiologi karena
dapat menyajikan gambaran yang baik dan membantu dalam menegakkan
diagnosis. Pemeriksaan radiologi jantung sendiri dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai alat seperti Chest X-Ray, Echocardiography, Nuclear
medicine, Computed Tomography (CT), Magnetic Resonance Imaging (MRI),
dan Cardiac arteriography. Oleh karena itu, pemeriksaan radiologi sangat
diperlukan untuk mendukung diagnosis pada penyakit-penyakit jantung.
B. Tujuan
Tujuan dari referat yang berjudul “Manfaat Ekokardiografi pada Bidang
Kardiologi” adalah :
1. Mengetahui pengertian ekokardiografi
2. Mengetahui prinsip kerja ekokardiografi
3. Mengetahui jenis-jenis ekokardiografi
4. Mengetahui manfaat ekokardiografi dalam bidang kardiologi
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah pemeriksaan jantung dengan menggunakan
ultrasound (gelombang suara) frekuensi 1-20 MHz yang memvisualisasikan
gambaran struktur dan fungsi jantung di layar monitor. Ekokardiografi dapat
menghasilkan gambar atau frame dengan inherensi (jumlah potongan) yang
tinggi, maka echocardiography dapat digunakan untuk melihat pergerakan
struktur pada jantung (Garby. 2009).
B. Prinsip Kerja Ekokardiografi
Ekokardiografi menggunakan ultrasound (gelombang suara) frekuensi
1-20 MHz. Gelombang ultrasound yang merambat atau berinteraksi dengan
jaringan tubuh akan direfleksi, disebarkan, dibiaskan, dan diserap (Garby.
2009).
Gambar 1. Gelombang ultrasound yang direfleksikan, disebarkan, dan
dibiaskan saat merambat pada jaringan tubuh.
Ekokardiografi dilakukan dengan penggunaan suatu tongkat plastik
yang lembut (echo-transducer) untuk memancarkan gelombang suara ke dada
2
atau abdomen. Gelombang suara merambat ke tubuh dan gema yang
dihasilkan akan ditampilkan oleh suatu sistem yang terkomputerisasi.
Transdurser adalah sebagai pemancar dan penerima gelombang
ultrasound untuk membentuk gambaran ekokradiograf berdasarkan prinsip
piezoelektrik. Prinsip piezoelektrik yaitu mengkonversi elektrik menjadi
gelombang ultrasound, dan mengkonversikan gelombang ultrasound menjadi
elektrik (Garby. 2009).
Sinyal ekokardiografi dapat ditampilkan dalam tiga mode yang
berbeda, yaitu A-mode (Amplitude), B-mode (Brightness), dan M-mode
(Motion). Sinyal A-mode menunjukkan kedalaman dan energi yang
dipantulkan. Sinyal B-mode menunjukkan energi atau amplitudo dalam
berbagai bentuk kecerahan (dalam hal ini energi yang lebih tinggi akan
ditampilkan lebih gelap) dari titik tersebut. Sinyal M-mode menampilkan
kedalaman dalam bentuk plot waktu, dan gerakan disajikan dalam bentuk
kurva (Stoylen. 2010).
Gambar 2. Bentuk-bentuk mode sinyal pada ekokardiografi
Ekokardiografi menampilkan gambar dua atau tiga dimensi dari
sistem kardiovaskular, selain itu juga dapat menghasilkan penilaian yang
akurat dari kecepatan darah dan jaringan jantung menggunakan
Ekokardiografi Doppler. Ekokardiografi Doppler adalah bagian khusus dari
pemeriksaan USG yang menilai aliran darah (arah dan kecepatan) (Kisslo dan
Adams. 2009). Sebaliknya, M-mode dan 2-D Echo mengevaluasi ukuran,
ketebalan dan pergerakan struktur jantung (bilik, katup, dll) (Stoylen. 2010).
3
C. Jenis ekokardiografi :
Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dideteksi
dengan Ekokardiografi yaitu :
a. Trans Thoracal Echocardiography (TTE)
Trans Thoracal Echocardiography (TTE) adalah standar
Ekokardiografi. Pemeriksaan TTE adalah pemeriksaan yang non-invasif.
Alat TTE yaitu tranduser diletakkan pada dada dengan menggunakan
pelumas atau gel. Tranduser tersebut mengirim gelombang suara melalui
dinding dada dan jantung pasien. Gelombang suara tersebut memantul
dari struktur jantung dan kemudian ditangkap oleh penangkap gelombang
pada mesin ekokardiografi. Gelombang tersebut kemudian dikonversi
oleh mesin ekokardiografi menjadi gambar pada layar (Andini, dkk ,
2010)
Gambar 3. Pemeriksaan jantung secara Trans Thoracal
Echocardiography (TTE)
Gambar 4. Jantung normal pada pemeriksaan TTE
4
b. Trans Esophageal Echocardiography (TEE)
Trans Esophageal Echocardiography (TEE) adalah cara pendekatan
pencitraan jantung dengan menggunakan sebuah transducer khusus yang
diletakkan pada esofagus dengan cara dimasukkan melalui mulut pasien.
Transduser khusus tadi menggunakan frekuensi berkisar 5-7 MHz.
Pendekatan ini menghasilkan pencitraan interior dari struktur jantung yang
lebih sempurna oleh karena hantaran suara ultra dari dan ke transduser
TEE terhindar dari bayangan dinding dada atau jaringaan paru . (Dinarti
L.K. dan Soesanto A.M. , 2010)
Indikasi pemeriksaan TEE adalah untuk evaluasi penyakit katup,
massa kardiak, penyakit jantung kongenital, dan hemodinamik tak stabil.
Selain itu, pemeriksaan TEE juga mendukung prosedur intervensi non
bedah ( misal pemasangan ASO, AMVO), atau evaaluasi penggantian
katup atau repair di kamar operasi. Kontra indikasi TEE yaitu tumor,
striktura, divertikulum, varices esofagus, takikardi supraventrikuler,
laringospasme (Dinarti L.K. dan Soesanto A.M. , 2010)
Gambar 5. Tabung fleksibel yang digunakan saat pemeriksaan Trans
Esophageal Echocardiography (TEE)
Gambar 6. Proses pemeriksaan secara Trans Esophageal
Echocardiography (TEE)
5
c. Stress Echocardiography
Pemeriksaan stress echocardiography bertujuan untuk melihat
gerakan otot-otot jantung lebih akurat dengan menggunakan
alat treadmill atau memasukkan obat untuk menstimulasi gerakan otot-otot
jantung. Pemeriksaan ini dilakukan sebagai bagian dari tes stress. Selama
tes stress, pasien disuruh berolahraga atau minum obat (yang diberikan
oleh dokter) untuk membuat jantung pasien bekerja keras dan beat jantung
menjadi lebih cepat (Gibbons, et al. 2002).
Obat-obatan yang digunakan untuk merangsang stres kardial pada
tes ini tergantung dari penyakit yang diderita pasien. Obat-obatan seperti
adenosin, lexiscan (regadenoson), atau dipyridamole adalah obat yang
digunakan untuk pasien yang tidak mampu melakukan olah raga pada alat
tredmill, hipertensi tak terkontrol, atau left bundle branch block. Lexiscan
(regadenoson) atau dobutamin sering digunakan pada pasien dengan asma
atau penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Adenosin dan dipyridamole
dapat menyebabkan eksaserbasi akut pada penderita asma dan PPOK
(Gibbons, et al. 2002).
Tes stres ini membandingkan antara sirkulasi koroner saat pasien
istirahat dengan sirkulasi selama melakukan kegiatan fisik maksimum.
Hasilnya dapat diintepretasikan sebagai refleksi kondisi umum pasien. Tes
ini dapat mendiagnosis penyakit jantung iskemik dan menilai prognosis
setelah serangan jantung (infark miokardial).
kontraindikasi tes stres diantaranya adalah sebagai berikut :
1. riwayat infark miokardial akut 48 jam yang lalu
2. angina yang tidak stabil dengan terapi medis
3. aritmia yang tidak terkontrol
4. riwayat stenosis aorta, perikarditis, dan emboli paru
Efek samping dari tes stres kardiak ini diantaranya :
1. palpitasi, nyeri dada, infark miokardial, pusing, mual, dan lemah
2. adenosine dan diplyridamole dapat menyebabkan hipotensi ringan
6
Gambar 7. Proses pemeriksaan secara stress echocardiography
d. Ekokardiografi Fetal
Ekokardiografi fetal adalah tes untuk mendeteksi kelainan atau
defek jantung fetus. Diagnosis dini sejak masa fetus penting karena
perencanaan terapi dapat dipersiapkan terutama manajemen ketika bayi
lahir. Indikasi pemeriksaan ini adalah kondisi maternal : 1. diabetes, 2.
konsumsi antikonvulsan, 3. riwayat kehamilan penyakit jantung kongestif,
4. infeksi : Rubella, Coxsackie dan kondisi fetus : 1.ductus venosus
abnormal, 3. skrening jantung fetus yang abnormal, 3. disaritmia fetus, 5.
kariotipe fetus abnormal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan selama
kehamilan sekitar 18 - 22 minggu. Untuk pemeriksaan ini, tranduser
diletakkan diatas perut ibu hamil yang mana hasilnya akan muncul di layar
(Rychik J., et al. 2004).
Ruang jantung adalah bagian pertama yang diidentifikasi. Atrium
sinistra diidentifikasi dari vena pulmonalis. Selanjutnya, struktur yang
diidentifikasi adalah valvula atrioventrikular, yaitu valvula tricuspidalis
dan valvula bicuspidalis. lalu, ukuran jantung dibandingkan dengan
ukuran normal sesuai umur kehamilan dan bagian luar jantung juga
dievaluasi. Teknik Doppler digunakan untuk memvisualisasikan aliran
darahjantung, pembuluh darah besar, dan vena umbilicalis (Rychik J., et
al. 2004).
7
Gambar 8. Proses pemeriksaan secara fetal echocardiography
Gambar 9. Hasil pemeriksaan secara Fetal Echocardiography
D. Fungsi Ekokardiografi
Indikasi penggunaan ekokardiografi adalah untuk melihat fungsi
ventrikel, kelainan jantung kongenital, penyakit jantung katup, kardiomiopati,
efusi perikardial, dan adanya massa (tumor).
Ekokardiografi memiliki fungsi diantaranya adalah :
1. Memberikan gambaran struktural anatomi jantung dan pembuluh besar.
2. Berperan dalam diagnosis kelainan jantung bawaan (congenital).
3. Mendeteksi kelainan struktur anatomi katup jantung misalnya adanya
kekakuan, gangguan pembukaan-penutupan katup, tebal dan geraknya,
serta apakah ada perlekatan.
4. Membantu dokter dalam menilai kemampuan gerak otot -otot dinding
jantung akibat penyempitan pembuluh koroner, pembengkakan otot
jantung (dilated cardiomypathy), dan penebalan otot jantung
(hiperthrophy cardiomypathy) yang disebabkan hipertensi dan kelainan
otot jantung bawaan.
8
5. Melihat massa tumor atau cairan perikardial.
Ekokardiografi bermanfaat dalam kardiologi untuk membantu
menegakkan diagnosis penyakit-penyakit jantung, yaitu :
1. Stenosis Katup Mitral
Stenosis mitral merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan aliran
darah pada tingkat katup mitral oleh karena adanya perubahan pada struktur
mitral leaflets, yang menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul
gangguan pengisian ventrikel kiri saat diastol (Manjoer, 2001).
Pasien dengan mitral stenosis secara khas memiliki daun katup mitral
yang menebal, kommisura yang menyatu, dan korda tendineae yang menebal
dan memendek. Diameter transversal jantung biasanya dalam batas normal,
tetapi kalsifikasi dari katup mitral dan pembesaran sedang dari atrium kiri
dapat terlihat. Penyempitan katup mitral menyebabkan katup tidak terbuka
dengan tepat dan menghambat aliran darah antara ruang-ruang jantung kiri.
Ketika katup mitral menyempit (stenosis), darah tidak dapat dengan efisien
melewati jantung. Kondisi ini menyebabkan seseorang menjadi lemah dan
nafas menjadi pendek serta gejala lainnya (Manjoer, 2001).
Otot atrium kiri mengalami hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan
memompa darah. Makin lama peranan kontraksi atrium makin penting sebagai
faktor pembantu pengisian ventrikel. Dilatasi atrium kiri terjadi oleh karena
volume atrium kiri meningkat karena ketidakmampuan atrium untuk
mengosongkan diri secara normal (Manjoer, 2001).
Ekokardiografi adalah metode noninvasif yang paling sensitif dan
spesifik untuk mendiagnosa mitral stenosis. Daun katup menebal dan nampak
paralel, dengan densitas echo agak nampak sebagai garis tipis yang bergerak
dengan cepat. Fusi komisura nampak sebagai gerakan anterior paralel dari daun
katup posterior. Dengan menggunakan teknik dua dimensi, seluruh bagian
katup mitral dan orifisiumnya dapat divisualisasikan. Teknik color Doppler
dapat mengevaluasi gradien transvalvuler, tekanan arteri pulmonalis, dan ada
tidaknya regurgitasi mitral yang menyertai (Baumgartner et al. 2009).
Ekokardiografi sangat bermanfaat dalam evaluasi stenosis katup mitral:
9
1) Pada pasien yang sakit berat, gambaran ekokardiografi gerakan mitral
yang normal menyingkirkan stenosis mitral sebagai penyebab untuk
distress pasien.
2) Sewaktu stenosis mitral ada, maka ekokardiogram dapat memperlihatkan
pembesaran atrium kiri, gerakan bersamaan daun mitral anterior dan
posterior, pengurangan gerakan katup mitral yang mengurangi lereng EF
daun mitral anterior dan kalsifikasi katup; perkiraan kasar keparahan
obstruksi dapat dibuat dengan 2D Echo.
3) Ekokardiografi Doppler dapat mendeteksi keparahan stenosis mitral
dengan pengukuran tekanan setengah hari, yang merupakan waktu yang
diperlukan agar tekanan diastolic seketika turun mencapai setengah nilai
puncaknya; lebih parah obstruksi, lebih memanjang tekanan setengah
hari.
Gambar 10. Stenosis katup mitral berat dengan tekanan gradien 6-8 mmHg
2. Regurgitas Katup Mitral
Regurgitasi Katup Mitral adalah kebocoran aliran balik melalui katup
mitral setiap kali ventrikel kiri berkontraksi. Secara bertahap, ventrikel kiri
akan membesar untuk meningkatkan kekuatan denyut jantung, karena ventrikel
kiri harus memompa darah lebih banyak untuk mengimbangi kebocoran balik
ke atrium kiri. Atrium kiri juga cenderung membesar untuk menampung darah
tambahan yang mengalir kembali dari ventrikel kiri. Ekokardiografi digunakan
untuk mengevaluasi gerakan katup, ketebalan, serta adanya perkapuran pada
mitral.
10
Gambar 11. Regurgitasi katup mitral pada ekokardiografi 2D
3. Stenosis Katup Trikuspidalis
Stenosis katup trikuspid adalah penyakit jantung katup yang
menghasilkan penyempitan lubang dari katup trikuspid dari jantung. Darah dari
atrium kanan sedikit tertahan karena penyempitan katup trikuspid. Atrium
kanan akan menekan lebih kuat atrium kanan mengalami dilatasi dan
hipertropi. Curah jantung juga akan berkurang akibat adanya hambatan
sirkulasi pada tingkat katup tricuspidalis (Baumgartner et al. 2009)..
Gambar 12. Stenosis katup trikuspidalis dengan hipertrofi atrium kanan
4. Regurgitas Katup Trikuspidalis
Regurgitas katup trikuspidalis biasanya muncul akibat pembesaran
ventrikel kanan dan bukan karena penyakit katup primer. Umumnya,
regurgitasi katup trikuspidalis bersifat fungsional dan sekunder terhadap
11
dilatasi dari annulus trikuspidalis. Regurgitasi trikuspidalis yang bersifat
fungsional dapat menyebabkan pembesaran ventrikel kanan. Manifestasi
ekokardiografi pertama yang terlihat pada regurgitas katup trikuspidalis adalah
kelebihan volume ventrikel kanan. Ventrikel kanan membesar dan terdapat
hiperdinamik ventrikel kanan, sedangkan ventrikel kiri normal. Selain itu,
katup trikuspidalis mengalami prolaps, scarring, atau abnormalitas letak katup.
Gambar 13. Regurgitas katup trikuspidalis
5.Regurgitas Katup Aorta
Regurgitasi aorta terjadi setiap fase sistolik, sehingga jumlah darah yang
harus dipompa ventrikel kiri menjadi bertambah karena ventrikel kiri juga
menanggung beban darah yang regurgitas. Akibat beban volume ini, jantung
melakukan penyesuaian dengan mengadakan pelebaran dinding ventrikel kiri.
Kompensasi yang terjadi berupa hipertrofi ventrikel kiri, terutama pada
regurgitas katup aorta kronis.
Pemeriksaan ekokardiografi dapat mendeteksi penyebab regurgitas aorta,
seperti dilatasi annulus aortikus dan diseksi aorta. Selain itu, dapat dideteksi
adanya penebalan dari katup aorta. Pemeriksaan ekokardiografi Doppler dapat
menilai volume regurgitasi, dan melihat arah kembali darah aorta yang
mengalami regurgitasi pada fase diastolik.
12
Gambar 14. Regurgitas katup aorta
6. Stenosis Katup aorta
Stenosis dapat disebabkan kelainan kongenital seperti pada aorta dengan
lubang kecil dan katup aorta. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan
perbedaan tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan
tekanan ventrikel kiri menghasilkan beban tekanan yang berlebihan pada
ventrikel kiri, yang coba diatasi dengan meningkatkan ketebalan dinding
ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel). Pelebaran ruang ventrikel kiri terjadi
sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri.
Hal ini akan mengakibatkan pembesaran atrium kiri (Baumgartner et al. 2009).
Daerah katup aorta dapat dihitung menggunakan ekorkardiografi dengan
menilai kecepatan aliran. Kemudian, denfgan mengetahui kecepatan darah
melalui katup, gradien tekanan di sepanjang dapat dihitung dengan modifikasi
persamaan Bernoulli :
Gradient = 4 (kecepatan) ² mmHg
Katup aorta normal memiliki gradien hanya beberapa mmHg. Penurunan
area katup menyebabkan peningkatan gradien tekanan, dan hal ini digunakan
sebagai parameter untuk mengklasifikasikan stenosis aorta baik ringan, sedang
atau berat. Echocardiogram juga dapat menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri,
penebalan katup aorta, dan imobilitas katup aorta (Baumgartner et al. 2009).
13
Tabel 1. Derajat stenosis aorta
Beratnya stenosis katup aorta
Derajat stenosis katup aorta Gradien (mmHg) Daerah katup aorta
(cm2)
Stenosis katup aorta ringan < 25 > 1,5
Stenosis katup aorta sedang 25-40 1 - 1,5
Stenosis katup aorta berat 41-70 0,6 – 1
Krisis stenosis katup aorta > 70 < 0,6
Gambar 15. Stenosis katup aorta berat pada pemeriksaan ekokardiografi Doppler
Gambar 16. Stenosis katup aorta ekokardiografi 2D dengan ruang katup 0,5-1 cm
7. Regurgitas Katup Pulmonalis
Regurgitas katup pulmonalis dapat terjadi atas dua sebab: 1). Fungsional
disebabkan dilatasi ventrikel kanan yang menyebabkan dilatsi tricuspid yang
14
akhirnya menyebabkan insufisiensi tricuspid. Timbul sebagai akibat adanya
decompensasio cordis kanan 2). Organik, disebabkan RHD dan atau kelainan
congenital. Insufisiensi trikuspid memungkinkan adanya darah yang kembali
ke atrium kanan pada saat ventrikel sistolik dan pada saat ventrikel diastolik
volume darah yang sampai atrium kanan dan ventrikel kanan mengalami
dilatasi dan hipertropi
8. Stenosis Katup Pulmonalis
Stenosis pulmonal adalah penyakit jantung katup yang keluar darah dari
ventrikel kanan jantung terhambat pada tingkat katup pulmonal. Hal ini
menyebabkan penurunan aliran darah ke paru-paru. Penyebab paling umum
dari stenosis katup paru adalah penyakit jantung bawaan, juga mungkin karena
penyakit jantung rematik atau tumor ganas karsinoid (Baumgartner et al. 2009).
Pemeriksaan stenosis katup pulmonal terlihat hipertrofi ventrikel kanan.
Selain itu, ekokardiografi juga dapat mengevaluasi derajat stenosis katup
pulmonal. Stenosis pulmonal ringan jika daerah katup lebih besar dari 1,0 cm2
per meter persegi dan gradien trans-valvular adalah 50-80 mmHg. Stenosis
moderat jika daerah katup 0,5-1,0 cm2 per meter persegi, trans-katup gradien
adalah 50-80 mmHg, Stenosis katup pulmonal beratjika area katup kurang dari
0,5 cm2, dan gradien lebih dari 80 mmHg (Baumgartner et al. 2009).
Gambar 17. Stenosis katup pulmonalis
9. Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah kelainan otot jantung yang tidak diketahui
penyebabnya. Kardiomiopati terdiri atas kardiomiopati kongestif,
kardiomiopati hipertrofi, dan kardiomiopati restriktif (Price dan Wilson, 2006).
Kardiomiopati kongestif/dilatasi adalah penyakit miokardium yang
ditandai dengan dilatasi ruangan-ruangan jantung dan gagal jantung kongestif
15
akibat berkurangnya fungsi pompa sistolik secara progresif serta peningkatan
volume akhir diastolik dan sistolik. Pada pemeriksaan ekokardiografi terlihat
pembesaran dan disfungsi ventrikel kiri, kelainan pergerakan katup mitral saat
distolik (Price dan Wilson, 2006).
Gambar 18. Kardiomiopati kongestif pada pemeriksaan ekokardiografi 2D
Kardiomiopati hipertrofi adalah suatu penyakit ditandai dengan hipertrofi
otot jantung yang tidak disertai dilatasi miokardium bermakna (Price dan
Wilson, 2006).
Gambar 19. Kardiomiopati hipertrofi
Kardiomiopati restriktif merupakan suatu penyakit dimana terjadi
kelainan komposisi miokardium sehingga menjadi lebih kaku sehingga
pengisian ventrikel kiri terganggu, mengurangi curah jantung, dan
meningkatkan tekanan pengisian ventrikel kiri. ekokardiografi menunjukkan
penebalan ventrikel kanan dan kiri. Ruangan ventrikel normal sedangkan
atrium bertambah ukurannya (Price dan Wilson, 2006).
16
10. Tumor kardiak/jantung
Tumor adalah setiap jenis pertumbuhan yang tidak normal, baik bersifat
kanker (malignant) atau bukan kanker (benign). Tumor yang dimulai di
jantung disebut tumor primer. yang bisa terbentuk di setiap jaringan jantung
dan bisa bersifat kanker atau bukan kanker. Pada orang dewasa, sekitar
setengah dari tumor jantung primer tidak bersifat kanker adalah myxomas.
Myxomas biasanya terbentuk di ruang sebelah kiri atas jantung (atrium). Bisa
terbentuk dari sel embrio terletak pada lapisan dalam (lining) dari dinding
jantung.
Pada bayi dan anak-anak, jenis yang paling sering terjadi dari tumor
jantung primer yang bersifat bukan kanker adalah rhabdomyoma.
Rhaddomyoma, yang ciri khasnya terjadi dalam kelompok, biasanya
bertumbuh dalam dinding jantung dan langsung terbentuk dari sel otot
jantung. Rhabdomyomas biasanya terbentuk selama bayi atau masa kanak-
kanak, seringkali sebagai bagian dari penyakit langka yang disebut tuberous
sclerosis. Kedua paling umum tumor primer yang bersifat bukan kanker pada
bayi dan anak-anak adalah fibromas. Fibromas, yang ciri khasnya terjadi
sebagai tumor tunggal, biasanya tumbuh pada klep jantung dan terbentuk dari
sel jaringan serat jantung.
Tumor yang berasal di beberapa bagian lain dari tubuh-biasanya paru-
paru, payudara, darah, atau kulit- dan kemudian menyebar (metastasize) ke
jantung disebut tumor sekunder. Tumor ini selalu bersifat kanker. Tumor
jantung sekunder pada jantung adalah 30 sampai 40 kali lebih sering terjadi
dibandingkan tumor jantung primer namun tetap tidak sering terjadi.
Gambar 20. Efusi perikardial pada tumor jantung
17
11. Efusi Perikarditis
Efusi perikardial adalah akumulasi abnormal cairan di rongga perikardial
.Akumulasi cairan di rongga perikardial akan meningkatkan tekanan
intraperikardial dan mengganggu fungsi jantung. Jika efusi perikardial
dengan tekanan yang cukup besar sehingga mempengaruhi fungsi jantung,
maka hal inilah yang disebut sebagai tamponade jantung . Efusi perikardial
biasanya hasil dari keseimbangan terganggu antara produksi dan penyerapan
cairan perikardial , atau dari kelainan struktural yang memungkinkan cairan
masuk rongga perikardial. Tingkat normal cairan perikardial adalah 15-50
mL.
Gambar 21. Efusi perikardial pada pemeriksaan ekokardiografi
18
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan referat yang berjudul “Manfaat Ekokardiografi pada Bidang
Kardiologi” adalah :
1. Ekokardiografi adalah pemeriksaan jantung dengan menggunakan ultrasound
(gelombang suara) frekuensi 1-20 MHz yang memvisualisasikan gambaran
struktur dan fungsi jantung di layar monitor.
2. Prinsip kreja
3. Jenis-jenis ekokardiografi : TTE, TTE, stress echocardiography, dan
ekokardiografi fetal
4. Ekokardiografi bermanfaat dalam bidang kardiologi terutama untuk melihat
fungsi ventrikel, kelainan jantung kongenital, penyakit jantung katup,
kardiomiopati, efusi perikardial, dan adanya massa (tumor).
19
DAFTAR PUSTAKA
Andini, dkk. 2010. Echocardiography . Teknik Biomedik : Universitas Airlangga
Baumgartner et al. 2009. Echocardiographic Assessment of Valve Stenosis:
EAE/ASE Recommendations for Clinical Practice. American Society of
echocardiography
Dinarti L.K. dan Soesanto A.M. . 2010. Jurnal Kardiologi Indonesia Vol. 31 No.
3: Pemeriksaan Trans Esophageal Echocardiografi (TEE). Departemen
Kardiologi dan Kedokteran Vaskular : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Fahri. 2010. Evaluasi Ekokardiografi pada Gagal Jantung Diastolik. Departemen
Kardiologi dan Kedokteran Vaskular: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Garby. 2009. The General Principles of Echocardiography.
http://escecho.oxfordmedicine.com diakses tanggal 22 Oktober 2011
Gibbons, et al. 2002. ACC/AHA 2002 guideline update for exercise testing:
summary articleA report of the American college of
cardiology/American heart association task force on practice guidelines
". Journal of the American College of Cardiology
Kisslo dan Adams. 2009. Principles of doppler echocardiography And the
doppler examination.
Price dan Wilson. 2006. Gangguan Sistem Kardiovaskular. Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Rychik J., et al. 2004. American Society of Echocardiography Guidelines and
Standards for Performance of the Fetal Echocardiogram : Pediatric
Council of the American Society of Echocardiography. Journal of the
American Society of Echocardiography
20
Stoylen. 2010. Basic USG, echocardiography and Doppler for Clinicians :
Departement for Circulation and Imaging, Faculty of Medicine
Norwegian University Science and Technology
21