16
Tema: Pengelolaan Sumber Daya Alam Solusi Atas Kerusakan Alam Gunung Sumbing Oleh : Rani Wijaya (Mahasiswa Pendidikan Fisika UNS Surakarta) Tanggal : Jumat, 14 Mei 2010 MENURUT UU No 32 tahun 2009 mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi timbal balik antara manusia dan lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik merupakan satu kesatuan yang menopang kehidupan manusia. Lingkungan yang rusak tentunya akan kehilangan fungsi utamanya dan tidak akan dapat menopang kehidupan manusia. Akan tetapi manusia seirngkali lupa dan menomorduakan masalah lingkungan hidup ini dengan dali demi kesejahteraan hidup dan perekonomian. Gunung Sumbing merupakan salah satu gunung bertipe strato (kerucut) yang terletak di Pulau Jawa. Gunung ini telah mengalami kerusakan alam yang cukup parah sehingga sering terjadi longsor akibat eksploitasi dan perubahan fungsinya yakni sebagai ladang tembakau dan sayur. Sebagaimana telah diketahui secara luas, bahwa kabupaten Temanggung merupakan salah satu penghasil tembakau dan masyarakat lereng Sumbing sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani tembakau. Permasalahan: Bagaimana kondisi dan kerusakan alam di gunung Sumbing? Bagaimana solusi mengenai permasalahan lingkungan hidup di gunung Sumbing?

SUMBING

  • Upload
    maiyunk

  • View
    245

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SUMBING

Tema: Pengelolaan Sumber Daya Alam

Solusi Atas Kerusakan Alam Gunung SumbingOleh : Rani Wijaya (Mahasiswa Pendidikan Fisika UNS Surakarta)

Tanggal : Jumat, 14 Mei 2010

MENURUT UU No 32 tahun 2009 mengenai

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu

sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. 

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi timbal balik antara manusia dan

lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik merupakan satu kesatuan

yang menopang kehidupan manusia. 

Lingkungan yang rusak tentunya akan kehilangan fungsi utamanya dan tidak akan dapat menopang kehidupan

manusia. Akan tetapi manusia seirngkali lupa dan menomorduakan masalah lingkungan hidup ini dengan dali

demi kesejahteraan hidup dan perekonomian. 

Gunung Sumbing merupakan salah satu gunung bertipe strato (kerucut) yang terletak di Pulau Jawa.

Gunung ini telah mengalami kerusakan alam yang cukup parah sehingga sering terjadi longsor akibat

eksploitasi dan perubahan fungsinya yakni sebagai ladang tembakau dan sayur. Sebagaimana telah

diketahui secara luas, bahwa kabupaten Temanggung merupakan salah satu penghasil tembakau dan

masyarakat lereng Sumbing sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani tembakau. 

Permasalahan: 

Bagaimana kondisi dan kerusakan alam di gunung Sumbing? 

Bagaimana solusi mengenai permasalahan lingkungan hidup di gunung Sumbing? 

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut: 

Mengetahui mengenai kondisi dan kerusakan alam di gunung Sumbing 

Memberikan informasi mengenai solusi mengenai permasalahan lingkungan hidup di gunung Sumbing. 

Menginformasikan kepada masyarakat mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup terutama di

kawasan sekitar gunung Sumbing. 

Page 2: SUMBING

Kondisi alam Gunung Sumbing 

Menurut website resmi dari kabupaten Temanggung, berikut ini profil mengenai gunung Sumbing: 

Nama gunung : Gunung SumbingNama kawah : kawah SumbingLokasi : Desa Pager Gunung, Kecamatan Tjepit,

Kabupaten TemanggungKetinggian : 3340 dplWilayah : Kabupaten Temanggung, Magelang,

Wonosobo dan Purworejo.Kota terdekat : Temanggung(timur laut),Parakan (Utara),

Wonosobo (Barat), dan Magelang (Tenggara)

Tipe gunung : Gunung Api strato tipe BPos Pengamatan : Desa Genting Sari-Parakan

Temanggung,pada ketinggian 950 dpl

Panji Anom dalam Blog nya menuliskan :Gunung Sumbing memiliki ketinggian antara 900-3371 meter dari

permukaan laut. Osborne(2000) mendefinisikan ekosistem tersebut tergolong dalam ekosistem tipe

pegunungan rendah (lower montane zone), pegunungan (montane zone) dan pegunungan tinggi (sub alpine

zone). Dominasi tanaman paku-pakuan menjadi penciri di kawasan Gunung Sumbing, selain beberapa

tanaman buah dataran tinggi seperti Kesemek (local: Thledung).  Gunung Sumbing merupakan habitat alami

dari beberapa satwa yang hampir punah seperti elang jawa, elang hitam, landak, trenggiling dan lutung. 

Kerusakan alam di Gunung Sumbing 

Gunung merupakan ekosistem yang mempunyai banyak fungsi,antara lain menjaga siklus air dan tempat hidup

flora dan fauna, bahkan yang merupakan endemic ataupun yang hampir punah. Seperti kebanyakan gunung di

Indonesia, kerusakan alam pegunungan disebabkan oleh ulah manusia sendiri. Berkut ini kerusakan alam di

gunung Sumbing: 

1.Hasil survey Pride Campaign (2006), menunjukkan adanya beberapa masalah dengan tingkat ancaman yang

berbeda-beda. Masalah utama yang mempunyai ancaman tinggi adalah adanya penebangan liar dan

tidak adanya kegiatan reboisasi sebagai upaya perbaikan. Perubahan hutan alamiah menjadi hutan

produksi dan alih fungsi lahan dari ekosistem tanaman tegakan (pohon) menjadi lahan budidaya

tanaman musiman, merupakan masalah yang sulit dicari solusinya. Selain itu ada masalah lain, seperti

kebakaran hutan, perburuan satwa, dan wisata yang kurang ramah lingkungan, serta rendahnya kesadaran

hukum. 

2.Hasil penelitian YBL Masta (2008) dengan wawancara kepada masyarakat menunjukkan bahwa 100%

masyarakat desa Sukomakmur,salah satu desa di bawah Gunung Sumbing bagian selatan, memakai kayu

bakar yang berasal dari hutan dan ladang untuk dipakai sebagai sumber panas rumah tangga. Kayu bakar

Page 3: SUMBING

yang digunakan ditujukan untuk beberapa kegunaan, yaitu; memasak, mengeringkan hasil pertanian serta

menghangatkan tubuh. Perbandingan pemakaian kayu yang berasal dari hutan dengan hasil dari ladang

kurang lebih 85% : 15%. 

3.Hutan lindung di kawasan Gunung Sumbing bagian selatan mengalami kerusakan sangat parah. Dari 350

hektar wilayah hutan, hanya seluas kurang lebih 15 hektar yang masih memiliki vegetasi alami (hutan primer). 

4.Alih fungsi hutan sebagai ladang tembakau. Ini bisa diketahui dari pemandangan di lembah-lembah di

gunung Sumbing yang merupakan dominasi tanaman tembakau. Hasil survey kampanye Pride (2006)

menunjukkan sebanyak kurang lebih 80% masyarakat tergantung dari hasil pertanian. 

Solusi Penanganan Kerusakan Alam di Gunung Sumbing 

Berikut ini solusi yang penulis tawarkan untuk mengurangi kerusakan alam di gunung Sumbing: 

1. Program pengalihan bahan bakar dari kayu yang diambil di hutan menjadi biogas. Bahan baku dari

biogas ini adalah kotoran sapi, yang tentu saja mudah didapat dan pengolahannya pun tidak

membutuhkan biaya yang mahal.

2. Program penanaman kembali lahan yang gundul,tebang tanam dan tebang pilih. Alangkah baiknya

jika program ini dilaksanakan dengan cara dilombakan sehingga desa terbaik yang menang adalah

yang berhasil menghijaukan hutan dengan signifikan.

3. Program penanaman pohon ulang tahun.Ide ini cocok diterapkan pada anak-anak. Setiap anak yang

berulang tahun berkewajiban menanam satu pohon untuk perbaikan lingkungan hidup.

4. Memberikan pendidikan lingkungan hidup kepada seluruh lapisan masyarakat, agar mereka sadar

mengenai manfaat dari program pelestarian lingkungan hidup. Program ini dapat dilakukan melalui

bekerja sama dengan aktifis lingkungan hidup, mahasiswa dan pemerintah setempat.Program ini

dapat memnfaatkan media pembelajaran yang interaktif seperti animasi dan video.

5. Pemerintah hendaknya aktif mencari sumber daya selain kawasan hutan untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat, misalnya lebih mengaktifkan lagi potensi pariwisata dan home industri yang

memanfaatkan barang bekas dan limbah.

6. Menindak tegas oknum-oknum yang dengan sengaja merusak hutan untuk kepentingan pribadi. 

Penutup 

Gunung Sumbing merupakan salah satu ekosistem yang sangat penting keberadaannya. Gunung merupakan

daerah resapan yang menjaga siklus air dan tempat hidup flora serta fauna endemik. Gunung Sumbing telah

mengalami kerusakan lingkungan yang sangat parah. Kerusakan tersebut antara lain disebabkan oleh alih

fungsi hutan sebagai lahan pertanian dan pengambilan kayu bakar oleh masyarakat. Hal-hal yang dapat

dilakukan untuk menanggulangi kerusakan ini antara lain: 

1. Program pengalihan bahan bakar dari kayu yang diambil di hutan menjadi biogas

2. Program penanaman kembali lahan yang gundul,tebang tanam dan tebang pilih.

3. Memberikan pendidikan lingkungan hidup kepada seluruh lapisan masyarakat

4. Menindak tegas oknum-oknum yang dengan sengaja merusak hutan untuk kepentingan pribadi.(*) 

5. TEMPO Interaktif, Jakarta -

6. DPRD Minta Budidaya Tembakau di Temanggung Dievaluasi

Page 4: SUMBING

SEMARANG - Fraksi Partai Gerindra Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah mendesak pemerintah

Provinsi Jawa Tengah segera mengatur pengelolaan budi daya tembakau di wilayah Temanggung. 

Sebab, dari hasil kunjungan anggota Dewan ke Temangggung, budidaya tembakau di lereng Gunung

Sumbing, Sindoro, dan Prau di Kabupaten Temanggung mengakibatkan kawasan tersebut rusak.

Indikasinya bisa dilihat dari tingkat kesuburan tanah menurun, debit sumber air menurun, suhu

meningkat, dan erosi tinggi.

7.  

8. Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Propinsi Jawa Tengah Ketua Zaenal Abidin menyatakan, akibat eksploitasi

tanah untuk bidadaya tembakau, tingkat erosi di kawasan Gunung Sindoro, Sumbing dan Prau terus meningkat.

"Setiap tahun tingkat erosinya terus meluas, ujar Zaenal, saat membacakan hasil resesnya  dalam sidang

paripurna DPRD Jawa Tengah, Kamis (21/10). 

Erosi di Temanggung itu dinilai telah melampaui ambang batas dan membahayakan lingkungan. “Bila hal ini

(erosi) dibiarkan dan tidak ada upaya apapun untuk konservasi lahan, kawasan Sindoro, Sumbing dan Prau akan

tandus seperti pegunungan di Gunung Kidul,” katanya..

Erosi Gunung Sumbing mornprihatu kanRabu 03 Desembor 2008Erosi Gunung Sumbing memprihatinkanMUNGKID - Pada musim hujan, erosi di daerah tangkapan air Sub DASTangsi selatan Gunung Sumbing, yakni Kecamatan Tempuran danBorobudur, Kabupaten Magelang, sangat memprihatinkan.Sebab tingkat erosinya, terus berubah dari waktu ke waktu dengankecenderungan ke arah meningkatnya lahan terbuka . Kondisi ini, penyebabutama menurunnya sumber air setiap tahun , terutama pada musim kemarau."Perubahan hutan alamiah menjadi hutan sekunder atau produksi , menjadipenyebab utama terjadinya erosi tanah yang tidak terkendalikan . Bahkanberdampak terhadap penurunan sumber air ," kata M Sigit Widodo dariWatershed Management Specialist Enviromental Services Program (ESP)Jateng/DIY, di Magelang , kemarin.Menurutnya , areal pertanian terbuka, membuat kerusakan lingkungan sulitdikendalikan , sehingga Sungai Progo yang menjadi tangkapan air, mengalamipenyusutan dibet air dengan signifikan . Kondisi berbeda dengan kawasanlereng Gunung Merapi dan Merbabu , karena terdapat hutan negara yang kinimenjadi Taman nasional.Sumber air"Program konservasi tanaman , lebih mudah dilakukan di kawasan lerengGunung Merapi dan Merbabu , karena di sana terdapat tanaman nasional

Page 5: SUMBING

untuk mengendalian sumber air," katanya.Sedangkan lereng Gunung Sumbing , merupakan hutan sekunder yangdijadikan areal pertanian warga, dengan populasi homogen yang sudahterjadi sekitar tahun 1960-an. Maka tak dapat dlpungkiri, bila daerahtangkapan air yang berbentuk seperti cawan oval ini, tidak lagi menjadi"kawah" yang mampu menyimpan debit air.Berdasarkan tata guna lahan , kondisi wilayah Sub DAS Tangsi, arealpersawahan 5.413 hektar (27 persen), tegalan dan padang rumput 3.175hektar ( 19 persen), hutan , kebun dan semakbelukar 6.046 hektar (37persen), pemukiman 2.603 hektar (16 persen) dan daerah pengairan 102hektar (0,6 persen).Komposisi lahan terbuka, kata Sigit, masih seimbang, namun tidak semuanyaberimbang. Artinya, daerah hulu merupakan lahan yang sangat terbukadengan tingkat erosi sangat tinggi , sehingga rencana induk pengelolaanlingkungan hidup, klasifikasi kekritisan Sub DAS Tangsi sudah sangat kritisdan memprihatinkan . Ali/ad

Sungai Progo, Milik Jogja atau Bukan ?OPINI | 10 May 2010 | 00:03 267 0 Nihil

Air adalah sumber kehidupan, semua mahluk hidup sangat tergantung pada keberadaan air di muka bumi ini. Dari protozoa sampai jerapah, semuanya memerlukan air untuk hidup bahkan sebagian besar tubuh manusia juga didominasi oleh air (zat cair). Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini sangat mengancam ketersediaan air di lingkungan kita. Ketika manusia hanya bisa merusak alam maka sama saja dia membunuh dirinya sendiri. Karena alam disekitar kita memberi banyak sekali materi yang kita butuhkan seperti air. Bayangkan jika sumber air rusak dan air tidak dapat lagi mengalir, apa yang akan terjadi dalam kehidupan ini ?

Di Indonesia daerah perairan lebih luas daripada daratannya, akan tetapi belum dapat dikelola dengan baik karena terbukti masih banyak daerah yang kekurangan air. Bahkan di kota besar seperti Jakarta kadang sering terjadi krisis air bersih yang tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Disana para penghuni perumahan elit pun terpaksa mengambil air dari kolam renang untuk mendapatkan air bersih tersebut. Air yang tidak bersih berbahaya bagi kesehatan, sehingga mereka harus memebeli air bersih untuk memenuhi kebutuhannya.

Di tempat lain masalah yang dihadapi adalah masyarakat benar-benar tidak dapat memperoleh air. Padahal ketika musim hujan tiba ketersediaan air di daerah tersebut melimpah. Di daerah Gunungkidul, D.I. Yogyakarta misalnya, para petani disana hanya dapat bercocok tanam ketika musim hujan tiba saja setelah itu mereka merantau ke tempat lain untuk mencari nafkah. Itu

Page 6: SUMBING

menunjukan bahwa masyarakat disana belum mampu memanfaatkan air yang melimpah di musim hujan untuk kegiatan di musim kemarau.

Dari segelintir masalah yang ada, masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat terkait keberadaan sumberdaya air adalah kerusakan lingkungan. Biasanya lokasi mata air atau sumber air adalah di wilayah pegunungan. Di daerah tersebut cocok dengan tanaman-tanaman komoditas internasional yang menggiurkan. Hal tersebut menjadi daya tarik bagi para pengusaha untuk menjadikannya sebagai lahan bisnis. Keuntungan yang didapatkan semakin lama semakin banyak, maka ada keinginan para pengusaha tersebut untuk memperluas lahannya sehingga banyak alih fungsi lahan hutan lindung menjadi areal pertanian. Akhirnya terjadilah overeksploitasi yang mengganggu keseimbangan ekologis di lingkungan tersebut.

Keberadaan kawasan lindung yang ditetapkan pemerintah untuk menjaga mata air tersebut menjadi terganggu. Akibatnya air dalam mata air tersebut berkurang, tidak jarang pula terkontaminasi oleh zat kimia dari pupuk dan pestisida kimiawi yang digunakan dalam kegiatan pertanian. Mata air tersebut kemudian mengalir di sungai sampai ke hilir yang semuanya dimanfaatkan oleh masyarakat (manusia) dan mahluk hidup lainnya. Maka dampaknya sudah jelas, yakni kegiatan masyarakat terganggu dan keseimbangan ekosistem goyah. Karena sekali lagi air adalah sumber kehidupan.

Hal inilah yang sedang dikhawatirkan akan dialami oleh beberapa kelompok masyarakat di sekitar Sungai Progo. Sungai Progo atau warga sekitar menyebutnya Kali Progo adalah sungai terpanjang di Jawa Tengah, daerah yang dilaluinya adalah Kabupaten Temanggung, Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah), Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Bantul (D.I.Yogyakarta). Sungai Progo memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan masyarakat di Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Karena sliran airnya menghidupi masyarakat disana yang sebagian besar bekerja dari bercocok tanam yang memerlukan ketersediaan air yang sesuai.

Sungai ini bersumber dari lereng Gunung Sumbing yang melintas ke arah tenggara. Di daerah Ngluwar, Kabupaten Magelang, Kali Progo dibendung untuk sarana irigasi bagi masyarakat Yogyakarta oleh Belanda. Bendungan ini dikenal sebagai “Ancol Bligo” yang sekarang menjadi tempat rekreasi warga. Aliran irigasi ini mengalir dari Ngluwar menuju ke arah Timur membelah Kabupaten Sleman dan menuju ke Kabupaten Klaten dan dikenal sebagai Selokan Mataram (atau “Selokan Van Der Wijck”). Kali Progo bermuara di Pantai Congot, di pesisir selatan Jawa (wikipedia.org).

Namun sebenarnya ada dua mata air yang mengalirkan air di Sungai Progo. Yakni mata air dari Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing (seperti yang disebutkan diatas). Kedua gunung tersebut nampak seperti gunung kembar yang letaknya relatif berdekatan. Gunung Sindoro terletak di sebelah utara Gunung Sumbing yakni di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Mata air sungai progo dari gunung Sumbing tepatnya terletak di Dusun Jumprit, Desa Tegalrejo, Kabupaten Temanggung Sedangkan Gunung Sumbing di sebelah selatan Gunung Sindoro, di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Page 7: SUMBING

Secara geografis hulu Sungai Progo berada di Gunung Sindoro, meskipun di Gunung Sumbing juga terdapat mata air Sungai Progo. Karena mata air di Gunung Sindoro terletak di paling ujung dari Sungai Progo. Masyarakat sekitar menyebut mata air tersebut dengan sebutan Sirah Progo. Sirah dalam Bahasa Indonesia bermakna kepala, maka Sirah Progo berarti kepalanya Sungai Progo atau mata air Sungai Progo.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar Sungai Progo dimanfaatkan oleh masyarakat di Yogyakarta. Dapat dikatakan tidak hanya di tiga kabupaten di Yogyakarta saja (Sleman, kulon Progo, Bantul) yang memanfaatkan aliran Sungai Progo. Adanya Selokan Mataram (atau “Selokan Van Der Wijck”) yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda waktu itu berjutujuan agar aliranya dapat mengalir di seluruh Yogyakarta. Pemerintah kolonial Belanda menyadari bahwa aliran Sungai Progo tidak pernah kering meskipun di musim kemarau karena mendapat suplai dua mata air sekaligus.

Sungai Progo yang mengalir dari utara ke selatan dan terletak di bagian barat Yogyakarta di alirkan kearah timur sampai Kabupaten Klaten, Jawa Tengah melalui Selokan Mataram. Kabupaten Klaten adalah daerah perbatasan antara D.I. Yogyakarta dengan Jawa Tengah dimana Candi Prambanan berada. Sampai saat ini pengelolaan air warisan Belanda tersebut masih dimanfaatkan oleh masyarakat. Tanpa banyak yang menyadari ternyata Belanda yang sering kita sebut sebagai penjajah berperan dalam kehidupan masyarakat di Yogyakarta. Bayangkan jika tidak ada Selokan Mataram mungkin air dari Sungai Progo tidak terdistribusi secara merata di sana.

Selain banyak berpengaruh bagi kehidupan masyarakat di Yogyakarta, Sungai Progo banyak dimanfaatkan sebagai untuk kepentingan lain. Di daerah sekitar muara, banyak dijumpai penambangan pasir. Di bagian hulu, di daerah Magelang, aliran sungai ini dimanfaatkan oleh para penggemar white water rafting untuk menjajal kemampuannya (wikipedia.org).

Kekhawatiran yang disebutkan diatas adalah hal yang sangat wajar meskipun sampai saat ini Sungai Progo masih mengalir seperti biasa. Karena ada pepatah mengatakan “Sedia payung sebelum hujan” yang dapat diartikan mumpung belum terjadi bencana kekeringan maka perlu dilakukan langkah antisipatif untuk mengelola Sungai progo. Hendaknya kita perlu belajar dari daerah lain yang telah terjadi bencana kekeringan agar tidak terjadi di tempat kita.

Memang sebenarnya telah terjadi kerusakan di daerah mata air Sungai Progo atau di Sirah Progo. Dan memang dampaknya belum dirasakan masyarakat secara siknifikan. Mungkin hal inilah yang menyebabkan masyarakat menganggap Sungai Progo baik-baik saja. Dan mungkin pula dampaknya akan dirasakan masyarakat beberapa tahun yang akan datang.

Kerusakan yang terjadi persis seperti yang disebutkan diatas yakni karena adanya alih fungsi kawasan lindung menjadi daerah pertanian yang tidak peduli lingkungan. Berikut ini adalah salah satu berita tentang rusaknya lingkungan di daerah mata air Sungai Progo yang diambil dari matanews.com, tanggal 11 Agustus 2008 bejudul Pabrik rokok Harus Tanggungjawab : “Akibat eksploitasi ladang tembakau, kerusakan lingkungan semakin parah. Jadi sudah saatnya kalangan pabrik rokok ikut bertanggung jawab karena telah lama menikmati keuntungan dari daun tembakau……dua pertiga air sungai di daerah Temanggung merupakan material lumpur

Page 8: SUMBING

akibat adanya erosi di hulu dan bantaran sungai…Tingkat erosi di Temanggung sudah mencapai 60 ton per hektare per tahun. Selama 10 tahun terakhir pendangkalan sungai berkisar antara 1-3 meter. Selain itu, debit air terus berkurang dan terjadi banjir setiap musim hujan dating.”

Lantas apa yang harus dilakukan ? yang jelas mumpung dampaknya belum terlalu dirasakan memang perlu langkah antisipatif. Dan apabila muncul pertanyaan siapa yang harus bertanggungjawab melestarikannya? apakah orang yang berada di kawasan Sirah Progo ataukah masyarakat yang banyak memanfaatkannya. Memang benar pihak yang mengeksploitasi kawasan tersebut harusnya bertanggungjawab akan kelestarian daerah tersebut. Akan tetapi mungkin pertanyaan tersebut menjadi sangat berat dijawab oleh masyarakat yang banyak menikmati aliran Sungai Progo.

Masyarakat yang banyak memanfaatkan dan menikmati adanya aliran Sungai Progo adalah masyarakat di Yogyakarta. Sedangkan mata air Sungai progo berada di luar Yogyakarta. Kerusakan yang terjadi di kawasan mata air Sungai Progo kadang menjadi permasalahan di daerah tersebut. Bahkan seringkali terjadi konflik yang dapat memecah kondisi sosial di daerah tersebut. Tetapi bagi masyarakat Jogja hal tersebut tidak menjadi perhatian yang serius padahal beberapa tahun yang akan datang mungkin mereka akan merasakan dampaknya.

Jika orang Jogja ditanya Sungai Progo milik Jogja atau Bukan ? dengan kondisi yang ada, orang cerdas harusnya tidak akan menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi segera melakukan tindakan untuk berpartisipasi dalam melestarikan kawasan mata air meskipun jaraknya cukup jauh dari kota Jogja. Karena orang cerdas adalah orang yang sempurna akal budinya (Ibrahim, 1993), yang tidak hanya menggunakan pikirannya dalam melakukan sesuatu tetapi juga dengan hati nurani.

Sebuah pemikiran yang cerdas adalah ketika kita banyak memanfaatkan sesuatu maka kita juga bertanggungjwab melestarikannya. Coba bayangkan apabila setiap orang yang memanfaatkan Sungai Progo menyumbangkan satu pohon untuk kawasan Sirah Progo mungkin disana tidak terjadi alih fungsi hutan. Kalau orang yang memanfaatkan Sungai progo lebih dari seribu orang dan selalu menyumbang satu pohon, mungkin para penebang pohon akan jenuh. Karena sebenarnya masyarakat yang memanfaatkan Sungai Progo lebih dari seribu orang.

Itulah sebuah pemikiran cerdas untuk mengantisipasi dampak dari kerusakan lingkungan. Yang mungkin dapat diaplikasikan terutama pada masyarakat yang cenderung homogen seperti di daerah-daerah yang dilalui Sungai Progo. Dan akan menjadi lebih cerdas apabila dapat menjadi contoh di daerah lain untuk melestarikan lingkungannya. Yang jelas pemikiran cerdas untuk lingkungan cukup sederhana yakni : mulailah dari diri sendiri dan dari hal kecil.

Page 9: SUMBING

KUMPULAN BERITA > Kliping > Air Minum kembali ke List Air Minum

        Link    PDF   

Debit Air Menyusut hingga 50 Persen Kompas - 03 November 2006

Magelang, Kompas - Sejumlah mata air sumber pasokan air bagi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, selama musim kemarau ini debit airnya menyusut 30 persen-50 persen. Penurunan debit itu pada umumnya terjadi pada sejumlah mata air di lereng Gunung Sumbing.

Akibatnya, pasokan air bagi pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) harus dilakukan bergilir. Direktur Utama PDAM Magelang Djoni Supardi, Kamis (2/11), mengatakan, beberapa mata air yang menyusut debitnya adalah mata air Sijajulang di Desa Bumirejo, sekitar lereng Gunung Sumbing. Penurunan hingga 30 persen—menjadi sekitar 95 liter per detik.

Penyusutan debit terjadi di mata air Tejosari sekitar lereng Gunung Merbabu, sampai 50 persen lebih—tiga liter per detik.

Menurut Djoni, mata air di sekitar lereng Gunung Sumbing yang mengalami penurunan debit cukup tinggi. Kerusakan hutan di sekitar lereng Gunung Sumbing beberapa tahun belakangan ini menjadi penyebabnya.

Menurut Djoni, kerusakan di lereng Gunung Sumbing cukup parah. Akibatnya, area tangkapan air di barat Kali Progo rusak. Area tangkapan air di timur Kali Elo banyak yang masih baik—dari mata air di sekitar lereng Gunung Merbabu. Misal, mata air Citrosono di Kecamatan Secang.

"Mata air Citrosono selalu over flow (kelebihan debit air). Yang kami ambil tiap hari 100 liter per detik, debit air sungai 200 liter. Memang tak semua mata air di Magelang menyusut selama kemarau," ungkapnya.

Kekeringan

Sekitar 100 hektar (ha) sawah di Bena, Kecamatan Amanuban, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), kekeringan karena debit air Sungai Noelmina menyusut akibat kemarau panjang.

Kepala Seksi Tata Guna Air Subdinas Prasarana dan Sarana Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan NTT Yohanes Tay Ruba di Kupang mengatakan, 100 ha sawah itu hanya dua pekan. Lahan itu proyek padat karya pemerintah daerah untuk atasi rawan pangan. Biasanya petani menanam Desember dan Juni.

Menurut Ruba, pihak dinas pertanian telah mengimbau petani sawah agar hanya menanam sayur, kacang-kacangan, dan jenis tanaman lain yang dapat dipanen 1-2 bulan. Hanya petani di Manggarai, Manggarai Barat, dan Ngada yang bisa mengolah sawah karena debit air di daerah tersebut cukup besar. Sekitar 5.000 ha sawah di TTS selama kemarau tidak ditanami.

Di Kabupaten Kebumen dan Purworejo, masa tanam tidak mundur karena ada irigasi dari Waduk Sempor dan Wadaslintang untuk sekitar 30.000 ha.

Page 10: SUMBING

Sementara itu, kenaikan satu derajat Celsius suhu permukaan Samudra Pasifik yang terjadi, kemungkinan besar tidak membuat Kalimantan Timur dilanda kemarau panjang. Demikian dinyatakan Kepala Pusat Penelitian Sumber Daya Air Lembaga Penelitian Universitas Mulawarman, Mislan, Kamis (2/11). Kemarau panjang terjadi jika suhu naik dua derajat.(KOR/NTS/BRO/MDN/LKT)

ErosiDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Erosi di Amerika Serikat

Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.

Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan

Page 11: SUMBING

hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktek tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktek konservasi ladang dan penanaman pohon.

Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran.

Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.

Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.

Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi, frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. SEdimen yang mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam atmosfir terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan

Faktor yang paling sering berubah-ubah adlah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan yang tak terjamah, minerla tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan

Page 12: SUMBING

peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.

jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi jika sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan hydrologically invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi.